BELAJAR DARI IMAN BARTIMEUS
Pdt. Benyamin Intan.
Markus 10:52 -"Lalu kata Yesus kepadanya: "Pergilah, imanmu telah menyelamatkan engkau!" Pada saat itu juga melihatlah ia, lalu ia mengikuti Yesus dalam perjalanan-Nya."
gadget, bisnis, otomotif |
Kenapa Bartimeus ditegor diam oleh para pengikut Tuhan Yesus? William Hendriksen ketika membahas perikop ini, ia mengatakan alasan yang paling utama kenapa Bartimeus ditegor ialah karena status sosial sang pengemis yang buta. Tetapi saya melihat alasan yang lebih utama, yakni karena Bartimeus itu buta.
Masyarakat Yahudi itu begitu curiga ketika ada penderitaan, yang mereka anggap ialah karena dosa. Penderitaan memang bisa disebabkan oleh dosa, namun tidak semua penderitaan diakibatkan karena dosa. Penderitaan Tuhan Yesus, Ayub, dan para murid yang mati syahid bukan karena dosa, justru karena tidak kompromi dengan dosa dan menjadi tonggak kebenaran. Bartimeus buta bukan karena dosa dan tidak sadarkah murid Tuhan Yesus bahwa Tuhan berbelas kasihan?
Bartimeus buta bukan karena dosa namun setelah ia buta, ia bisa saja mempertanyakan dan menuduh Tuhan. Hal ini tidak terjadi karena Bartimeus memanggil Yesus sebagai Anak Daud. Sebutan “Anak Daud” hanya muncul dua kali dalam Injil Markus, di dalam perikop ini dan ketika Yesus menyebut diri-Nya sendiri sebagai Anak Daud (Markus 12:35).
Apa artinya Yesus sebagai Anak Daud?
Pertama, Daud merupakan satu-satunya orang dalam PL yang memiliki pelayanan mengusir Setan. Yesus sebagai Anak Daud bukan hanya mengusir Setan, namun juga menghancurkan kepala Setan. Tujuan utama dari Yesus di dunia ini bukan untuk menyembuhkan orang sakit. Misi Ia yang paling utama adalah menghancurkan kepala Setan, menggenapkan Kejadian 3:15.
Kedua, Yesus memiliki tiga jabatan; Raja, Imam, dan Nabi. John Calvin merupakan orang yang pertama kali mengkaitkan Yesus di dalam ketiga jabatan ini secara teologis. Calvin mengatakan, sepenting-pentingnya jabatan Yesus sebagai Imam dan Nabi, lebih penting jabatan Yesus sebagai Raja. Yesus menghancurkan kuasa Setan dan mendirikan Kerajaan Allah. Tema kotbah Tuhan Yesus yang paling sentral ialah Kerajaan Allah.
Kedua, Yesus memiliki tiga jabatan; Raja, Imam, dan Nabi. John Calvin merupakan orang yang pertama kali mengkaitkan Yesus di dalam ketiga jabatan ini secara teologis. Calvin mengatakan, sepenting-pentingnya jabatan Yesus sebagai Imam dan Nabi, lebih penting jabatan Yesus sebagai Raja. Yesus menghancurkan kuasa Setan dan mendirikan Kerajaan Allah. Tema kotbah Tuhan Yesus yang paling sentral ialah Kerajaan Allah.
Bartimeus memiliki ketajaman rohani yang luar biasa. Imannya dapat dinamakan perceptive faith; iman yang dimana ketika kita dilanda dengan kesulitan dan tantangan hidup yang luar biasa, iman kita bagaikan di atas batu karang; kita tidak kesana-kesini, terus fokus dan bersandar kepada Tuhan. Ini ialah iman yang sungguh-sungguh sejati. Ajaran-ajaran yang tidak bertanggung jawab mengajarkan bahwa apabila kita percaya kepada Kristus, hidup akan mulus dan tidak ada penderitaan. Kita harus kembali kepada gereja mula-mula; percaya Kristus berarti mati martir.
Iman Bartimeus bukan iman yang hanya ada di dalam mulut dan pikiran, namun ia terapkan dalam kehidupannya. Ia meminta Tuhan Yesus untuk membuka matanya yang buta. Mujizat orang buta dapat melihat tidak pernah terjadi sebelumnya, bahkan dalam PL. Bartimeus sedang meminta sesuatu yang paling mustahil dari segala yang mustahil.
Iman Bartimeus bukan iman yang hanya ada di dalam mulut dan pikiran, namun ia terapkan dalam kehidupannya. Ia meminta Tuhan Yesus untuk membuka matanya yang buta. Mujizat orang buta dapat melihat tidak pernah terjadi sebelumnya, bahkan dalam PL. Bartimeus sedang meminta sesuatu yang paling mustahil dari segala yang mustahil.
Ketika Saulus masih menjadi teroris, tidak mungkin ia diinjili. Mustahil untuk menginjili seorang teroris yang menganggap dirinya tidak berdosa dan sedang memuliakan nama Tuhan. Tuhan Yesus harus bertemu dengan Saulus dalam perjalanan ke Damsyik. Kehadiran Tuhan Yesus membutakan mata Saulus. Disitu ia berpikir bahwa tidak pernah dalam PL orang buta dimelekkan, karena mereka percaya bahwa gelap menuju terang hanya dapat dilakukan oleh Allah, khususnya Oknum kedua Tritunggal, yakni Yesus Kristus. Ketika Ananias berdoa dan lalu Saulus dapat melihat, disini ia percaya bahwa Yesus adalah benar-benar Allah.
Pengikut Kristus menegor Bartimeus karena ia meminta suatu hal yang sangat mustahil. Namun setelah ditegor, Bartimeus berteriak lebih kencang lagi (Markus 10: 48). Ketika Yesus memanggilnya, ia langsung melepas jubahnya, tidak ada keraguan (Markus 10:49-50). Dia yakin ia dapat dimelekkan matanya yang buta. Tuhan menghentikan kotbahnya karena Ia kaget ada suatu iman yang begitu dalam dari seorang pengemis yang buta. Inilah alasan pertama Tuhan Yesus berhenti.
BACA JUGA: MARKUS 10:46-52 (3 PELAJARAN DARI BARTIMEUS YANG BUTA)
Pengikut Kristus menegor Bartimeus karena ia meminta suatu hal yang sangat mustahil. Namun setelah ditegor, Bartimeus berteriak lebih kencang lagi (Markus 10: 48). Ketika Yesus memanggilnya, ia langsung melepas jubahnya, tidak ada keraguan (Markus 10:49-50). Dia yakin ia dapat dimelekkan matanya yang buta. Tuhan menghentikan kotbahnya karena Ia kaget ada suatu iman yang begitu dalam dari seorang pengemis yang buta. Inilah alasan pertama Tuhan Yesus berhenti.
BACA JUGA: MARKUS 10:46-52 (3 PELAJARAN DARI BARTIMEUS YANG BUTA)
Alasan kedua terdapat dalam 2 Samuel 5:6-8; orang buta dan timpang tidak boleh masuk ke dalam bait Allah. Bartimeus puluhan tahun tidak dapat menginjakkan kakinya di bait Allah karena dia buta dan Yesus berbelas kasihan. Seorang komentator mengatakan bahwa di dalam Yerusalem yang lama, orang yang timpang dan buta tidak boleh masuk. Tetapi di dalam Yerusalem yang baru, mereka bisa masuk, karena Anak Daud, Yesus Kristus, menyembuhkan mata yang buta dan kaki yang timpang.
Bartimeus tidak berkata, “Berbuatlah adil! Kenapa aku buta dan yang lain tidak?”, melainkan, “Kasihanilah aku!” Kita sering kali memiliki presuposisi problem of evil. Kita merasa bahwa kita seharusnya mendapatkan yang baik. Apabila kita mendapatkan hal yang buruk, kita menganggapnya sebagai suatu masalah dan mengeluh kepada Tuhan. Bartimeus tidak memiliki presuposisi problem of evil, melainkan problem of good. Bagi dia, kita adalah manusia berdosa yang pantas mendapatkan sesuatu penderitaan. Apabila kita luput dari penderitaan, itu ialah semata-mata anugerah Tuhan. Bartimeus memiliki presuposisi teologia Reformed.
BACA JUGA: PERTOBATAN DAN IMAN (ELEMEN, MAKNA DAN SARANA)
Bartimeus tidak berkata, “Berbuatlah adil! Kenapa aku buta dan yang lain tidak?”, melainkan, “Kasihanilah aku!” Kita sering kali memiliki presuposisi problem of evil. Kita merasa bahwa kita seharusnya mendapatkan yang baik. Apabila kita mendapatkan hal yang buruk, kita menganggapnya sebagai suatu masalah dan mengeluh kepada Tuhan. Bartimeus tidak memiliki presuposisi problem of evil, melainkan problem of good. Bagi dia, kita adalah manusia berdosa yang pantas mendapatkan sesuatu penderitaan. Apabila kita luput dari penderitaan, itu ialah semata-mata anugerah Tuhan. Bartimeus memiliki presuposisi teologia Reformed.
BACA JUGA: PERTOBATAN DAN IMAN (ELEMEN, MAKNA DAN SARANA)
Kemudian Yesus bertanya kepada Bartimeus, "Apa yang kaukehendaki supaya Aku perbuat bagimu?" (Markus 10: 51). Bartimeus menjawab, “Melekkanlah mataku yang buta ini.” Disini bisa saja setelah dibukakan matanya, Bartimeus jatuh di dalam dosa karena melihat godaan dunia. Namun tidak, iman Bartimeus begitu luar biasa justru karena ia buta dan ingin dimelekkan matanya.
BELAJAR DARI IMAN BARTIMEUS. https://teologiareformed.blogspot.com/