35 PERTANYAAN DAN JAWABAN SEPUTAR PENDERITAAN DAN KEMATIAN KRISTUS

Pdt.Esra Alfred Soru.
35  PERTANYAAN DAN JAWABAN SEPUTAR PENDERITAAN DAN KEMATIAN KRISTUS
Berikut ini beberapa pertanyaan dan jawabannya seputar penderitaan dan kematian Yesus Kristus :

Pertanyaan 1 : Kita orang Kristen selalu menyambut Natal sebagai hari besar agama Kristen lebih dari hari-hari besar yang lain. Menurut pengertian saya secara sederhana, seharusnya Paskah inilah yang kita sambut secara sukacita karena inilah misi utama kedatangan Yesus ke dalam dunia. Bagaimana pendapat bapak?

Jawaban : Ya saya setuju sekali! Dan memang benar bahwa kita biasanya menyambut Natal dengan lebih meriah daripada menyambut Paskah. Andar Ismail berkata : ”… gereja sekarang cenderung untuk menganaktirikan Paskah jika dibandingkan dengan Natal. Kemeriahan menyambut Paskah tampaknya tidak seimbang dengan kemeriahan menyambut Natal…dalam rangka Natal ada begitu banyak kegiatan, bagaimana dalam rangka Paskah? 

Untuk natal ada anggaran belanja, apakah untuk Paskah anggarannya kira-kira sebanding dengan itu? Juga perorangan dan keluarga-keluarga menyambut Paskah jauh lebih sepi dari menyambut Natal. (Selamat Paskah, hal. 73). 

Natal memang penting karena tanpa kelahiran Yesus ke dalam dunia ini menjadi manusia, Ia yang adalah Allah tak mungkin bisa mati untuk menebus dosa manusia. Tetapi kalau Ia hanya lahir dan tidak mati bagi kita, lalu apa arti kelahiran-Nya itu? Karena itu perbandingan antara Natal dan Paskah bukanlah antara yang tidak penting dan yang penting melainkan yang penting dan yang terpenting. 

Paskah begitu penting bagi kekristenan dan boleh dikatakan bahwa tanpa Paskah, kekristenan sebenarnya tidak pernah ada. Theodorus Harnack berkata : “Bagiku, jatuh bangunnya agama Kristen bergantung pada kebangkitan”. (Therefore Stand : Christian Apologetics, hal. 437). 

Menurut H. P. Liddon : “Iman terhadap kebangkitan adalah tonggak utama dari iman Kristiani, dan bila ia dihilangkan, semuanya akan hancur berantakan”. (Therefore Stand : Christian Apologetics, hal. 577). 

Seorang lagi bernama Mikhael Green menulis : “Tanpa iman terhadap kebangkitan, agama Kristen tidak ada sama sekali. Gereja kristen tidak pernah berdiri, gerakan Yesus akan segera layu seperti benang basah ketika Ia dihukum mati. Jatuh bangunnya agama Kristen bergantung pada kebenaran kebangkitan. Bila anda menolaknya, berarti anda menolak agama Kristen”. (Man Alive, hal. 61). 

Semua ini senada dengan kata-kata rasul Paulus : “Sebab yang sangat penting telah kusampaikan kepadamu,… ialah bahwa Kristus telah mati karena dosa-dosa kita,…..dan bahwa Ia telah dibangkitkan, pada hari yang ketiga, sesuai dengan Kitab Suci..” (1 Korintus 15 :3-4). 

Karena itu maka kita memang seharusnya menyambut perayaan Paskah dengan sukacita yang melampaui sukacita Natal. Andar Ismail berkata : “Begitu pentingnya kebangkitan Yesus, sehingga gereja purba menjadikan Paskah sebagai pusat perayaan-perayaan Kristen. Bahkan sebelum tahun 313, gereja hanya mengenal satu perayaan Kristen, yaitu Paskah. Baru sesudah tahun 313, gereja mengenal perayaan Natal….” (Selamat Paskah, hal. 72-73).

Pertanyaan 2 : Apakah kematian Yesus untuk menebus dosa manusia termasuk dalam program Allah?

Jawaban : Ya sudah tentu. Konsep kedaulatan Allah yang mutlak tidak memungkinkan adanya satu peristiwa pun yang terjadi di bawah kolong langit ini yang berada di luar perencanaan dan ketetapan-Nya. Dan karena itu termasuk di dalamnya rencana penebusan dosa manusia. 

Perhatikan 1 Petrus 1:18-20 : (18) Sebab kamu tahu, bahwa kamu telah ditebus .... (19) ... dengan darah yang mahal, yaitu darah Kristus... (20) Ia telah dipilih sebelum dunia dijadikan, tetapi karena kamu baru menyatakan diri-Nya pada zaman akhir. Konteks ayat ini jelas membicarakan penebusan dosa oleh Kristus. Ayat 20 menjelaskan bahwa untuk tujuan ini Kristus telah dipilih sebelum dunia dijadikan. Kalau demikian tentu ini bukan sebuah program dadakan melainkan suatu ketetapan Allah sejak semulanya.

Pertanyaan 3 : Mengapa kita manusia membutuhkan Penebus?

Jawaban : Kita semua adalah orang berdosa. (Roma 3:23). Dan upah dosa ialah maut (Roma 6:23). Maut ini tak mungkin kita hindari karena kita sementara berhadapan dengan Allah yang Maha adil yang tidak mungkin tidak menghukum dosa. 

Nahum 1:3 : TUHAN itu panjang sabar dan besar kuasa, tetapi Ia tidak sekali-kali membebaskan dari hukuman orang yang bersalah....”. Tetapi Tuhan mengasihi kita sehingga Ia mau membebaskan kita. Tetapi kalau Ia begitu saja membebaskan kita maka Ia menjadi tidak adil karena keadilan-Nya menuntut hukuman terhadap orang berdosa. 

Tetapi kalau Ia tetap menghukum kita maka Ia menjadi tidak mengasihi kita karena kasih-Nya menuntut Ia untuk membebaskan kita. Lalu bagaimana supaya kasih dan keadilan-Nya bisa berjalan bersama? Bagaimana caranya agar Dia tetap menghukum dosa tetapi pada saat yang sama kita dibebaskan? 

Jawabannya adalah dibutuhkannya seorang perantara/penebus di mana Dia harus menggantikan posisi orang berdosa di hadapan Allah. Tanpa penebus dosa maka kita yang harus berhadapan dengan keadilan Allah, menerima penghukuman atas dosa dengan masuk ke dalam neraka.

Pertanyaan 4 : Kita percaya Yesus adalah Allah. Jika demikian, mengapa Allah yang harus menebus dosa kita?

Jawaban : Sudah saya jelaskan di atas bahwa kita semua adalah orang berdosa dan kita harus menerima hukuman dosa dari Allah. Hukumannya adalah maut (Roma 6:23). Tetapi Allah mengasihi kita dan Ia mau membebaskan kita. Tetapi Ia adalah Allah yang adil yang tidak bisa membuat Dia tidak menghukum orang berdosa. Kalau Ia tetap mau manusia dibebaskan, maka satu-satunya cara adalah dibutuhkannya penebus dosa yang harus menggantikan posisi manusia berdosa di hadapan Allah untuk menerima hukuman Allah atas dosa. Syarat bagi penebus dosa itu adalah : 

(1) Dia harus manusia karena manusialah yang berdosa. 

(2) Dia harus tidak berdosa karena kalau tidak, ia tidak layak menjadi penebus melainkan ia yang harus ditebus. 

Nah, syarat pertama gampang di dapat tetapi syarat kedua mustahil karena semua manusia telah berdosa. Hanya Lalah yang tidak berdosa tetapi Allah bukan manusia. Maka tidak ada pihak mana pun yang memenuhi syarat menjadi penebus dosa. Tetapi Allah maha kuasa dan Ia lalu menjadi menjelma dalam manusia dan karena hakikat-Nya adalah Allah maka ia sama sekali tidak berdosa. 

Dengan demikian sekarang muncul seorang manusia yang tanpa dosa. Itulah Yesus Kristus. Dan dengan demikian Dia memenuhi syarat sebagai seorang penebus dosa manusia. Ia berdiri di hadapan Allah untuk menggantikan posisi kita dan menanggung murka Allah atas dosa-dosa kita. Di sini keallahan dan kemanusiaan Yesus sama-sama mempunyai makna dan fungsi bagi penebusan dosa kita.

Pertanyaan 5 : Yudas dipilih Tuhan menjadi murid-Nya, Yudas cukup bergaul akrab dengan seluruh murid dan Tuhan Yesus sendiri dan Tuhan mengetahui hati seorang Yudas. Mengapa tidak ada perubahan dalam imannya? Mengapa Yudas tidak mendapat pengampunan sedangkan Simon Petrus mendapat pengampunan? Padahal mereka melakukan dosa yang sama buruknya?

Jawaban : Pertanyaan ini tergolong sukar. Ini bisa dijawab dari dua sudut pandang, sudut pandang Allah dan sudut pandang manusia. Dari sudut pandang Allah, memang Yudas adalah orang yang dipilih untuk mengkhianati Yesus dan dengan demikian rencana penebusan dosa manusia terlaksana. Ini tak berarti bahwa Yudas adalah pahlawan. Ingat bahwa penentuan Allah tidak pernah bertentangan dengan kebebasan manusia dan juga bahwa sewaktu Yudas menjual Yesus, ia tidak menjualnya demi alasan yang baik yakni penebusan dosa. Karena itu dalam hal ini biarpun Yudas ditentukan untuk itu, tetapi ia tetap berdosa. 

Yesus pernah berdoa untuk murid-murid-Nya : “Selama Aku bersama mereka, Aku memelihara mereka dalam nama-Mu, yaitu nama-Mu yang telah Engkau berikan kepada-Ku; Aku telah menjaga mereka dan tidak ada seorang pun dari mereka yang binasa selain dari pada dia yang telah ditentukan untuk binasa, supaya genaplah yang tertulis dalam Kitab Suci. 

Jadi mengapa Yudas mengkhianati Yesus? Itu adalah penentuan/ketetapan Allah. Di sisi lain, dari sudut pandang manusia, memang Yudas dipilih oleh Yesus menjadi murid-Nya, ia dekat dengan Yesus dan murid-murid yang lain, tetapi sepanjang itu, ia sendiri tak pernah sungguh-sungguh percaya pada Yesus. 

Itulah sebabnya Yesus berkata : "Bukankah Aku sendiri yang telah memilih kamu yang dua belas ini? Namun seorang di antaramu adalah Iblis." (Yohanes 6:70). Ini menjadi peringatan bagi kita bahwa seorang yang kelihatannya begitu rohani, bisa jadi adalah bukan orang percaya yang sungguh-sungguh. Lalu mengapa Petrus diampuni dan Yudas tidak diampuni? Sederhana saja, Petrus bertobat sedangkan Yudas tidak dan memilih membunuh dirinya.

Pertanyaan 6 : Yesus disalib menanggung dosa manusia. Mengapa Yesus yang disalib? Bukankah Dia adalah Allah yang sudah pasti tidak akan merasa kesakitan?

Jawaban : Tentang mengapa Yesus yang adalah Allah yang harus menebus dosa dengan cara disalibkan sudah saya jelaskan dalam pertanyaan sebelumnya. Tetapi tentang merasa sakit, Yesus memang adalah Allah tetapi ingat bahwa saat itu Ia dalam penjelmaan-Nya sebagai manusia. Sebagai manusia Ia memiliki tubuh seperti kita yang terbatas dan bisa lemah. Itulah sebabnya Ia membutuhkan makan, minum, istirahat, dll. Ia benar-benar seperti kita. Dan karena itulah maka pasti penyaliban-Nya mendatangkan rasa sakit pada tubuh-Nya sama seperti yang bisa kita rasakan.

Pertanyaan 7 : Yesus adalah Allah. Tetapi mengapa pada saat dicela dan dihukum, Dia tidak bisa melakukan apa-apa?

Jawaban : Yesus bukan TIDAK BISA melakukan apa-apa melainkan TIDAK MAU melakukan apa-apa. Kalau saja Ia mau tentu Ia bisa. Ia berkata kepada Petrus : ”Atau kau sangka, bahwa Aku tidak dapat berseru kepada Bapa-Ku, supaya Ia segera mengirim lebih dari dua belas pasukan malaikat membantu Aku? (Matius 26:35). Tetapi kalau Ia melakukan itu maka misi-Nya datang ke dalam dunia untuk mati dan menebus dosa manusia menjadi gagal. Ingat bahwa Dia datang untuk mati. Justru dengan diam dan tidak melakukan apa-apa misi-Nya menjadi berhasil. 

Perlu juga diingat bahwa kalau orang-orang membunuh Dia bukan karena mereka yang MAMPU membunuh Dia melainkan karena Dia yang menyerahkan nyawa-Nya. Yohanes 10:17-18 : (17) Bapa mengasihi Aku, oleh karena Aku memberikan nyawa-Ku untuk menerimanya kembali. (18) Tidak seorang pun mengambilnya dari pada-Ku, melainkan Aku memberikannya menurut kehendak-Ku sendiri. Aku berkuasa memberikannya dan berkuasa mengambilnya kembali. ...”.

Pertanyaan 8 : Kalau memang Yesus harus mati untuk menebus dosa kita, mengapa harus dengan cara disalib? Mengapa Ia tidak mati dengan cara yang lain saja?

Jawaban : Kristus memang harus mati demi menebus kita. Tapi mengapa mati-Nya harus dengan cara disalibkan? Mengapa tidak dengan cara lain ? (dipenggal, dipanah, ditombak, dibakar, dirajam, diadu dengan binatang seperti kebiasaan Romawi, dll). 

Untuk bisa menjelaskan ini, kita harus sadar kondisi kita sebagai orang berdosa di hadapan Tuhan. Alkitab mengatakan bahwa di hadapan Tuhan kita semua adalah orang yang terkutuk. Galatia 3:10 : “Karena semua orang, yang hidup dari pekerjaan hukum Taurat, berada di bawah kutuk. Sebab ada tertulis: ‘Terkutuklah orang yang tidak setia melakukan segala sesuatu yang tertulis dalam kitab hukum Taurat.’ 

Ulangan 27:26 - “Terkutuklah orang yang tidak menepati perkataan hukum Taurat ini dengan perbuatan. Dan seluruh bangsa itu haruslah berkata: Amin!’”. Dan karena kita adalah orang terkutuk dan upah dosa adalah maut, maka kita harus mati tapi harus mati dengan cara kematian yang terkutuk. Bagaimana cara kematian yang terkutuk itu? 

Ulangan 21:22-23 : “(22) ‘Apabila seseorang berbuat dosa yang sepadan dengan hukuman mati, lalu ia dihukum mati, kemudian kau gantung dia pada sebuah tiang, (23) maka janganlah mayatnya dibiarkan semalam-malaman pada tiang itu, tetapi haruslah engkau menguburkan dia pada hari itu juga, sebab seorang yang digantung terkutuk oleh Allah; janganlah engkau menajiskan tanah yang diberikan TUHAN, Allahmu, kepadamu menjadi milik pusakamu.’” Berarti cara mati yang terkutuk adalah digantung di tiang. Mengapa digantung? Ini simbol bahwa orang tersebut tidak diterima oleh surga (di atas) dan bumi (di bawah). Ini adalah model hukuman terkutuk dalam PL. (Lihat Yosua 8:29 ; Yosua 10:26). 

Jadi PL tidak mengenal hukuman salib. Hukuman salib adalah cara penghukuman Romawi yang diadopsi dari bangsa Persia. Kalau Kristus harus mati menanggung dosa kita maka Ia harus mati dengan cara digantung. Tidak boleh dengan cara lain. Tapi ada masalah. Kalau Ia hanya digantung maka tidak ada darah yang keluar. Padahal sebagai korban dosa, dibutuhkan pencurahan darah. 

Ibrani 9:22 : “Dan hampir segala sesuatu disucikan menurut hukum Taurat dengan darah, dan tanpa penumpahan darah tidak ada pengampunan”. Karena itulah maka Kristus harus disalibkan. Dengan penyaliban maka darah-Nya tercurah untuk pengampunan dosa tetapi Ia juga tergantung sehingga kematian-Nya tetap adalah kematian terkutuk seperti Ulangan 21:23. 

Jadi memang salib adalah satu-satunya hukuman mati yang cocok bagi Kristus. Jenis hukuman mati yang lain tidak layak untuk menggenapkan gambaran-gambaran tentang Kristus. Jika Ia digantung maka itu kematian yang terkutuk tapi tidak mengeluarkan darah. Jika Ia dirajam, dipenggal, ditombak, dipanah, dll memang mengeluarkan darah tapi itu bukan kematian terkutuk menurut Taurat. Karenanya dengan mati-Nya di kayu salib, Kristus menjadi kutuk dan menanggung kutuk kita. 

Galatia 3:13 : “Kristus telah menebus kita dari kutuk hukum Taurat dengan jalan menjadi kutuk karena kita, sebab ada tertulis: ‘Terkutuklah orang yang digantung pada kayu salib!’”. Calvin berkata : Kita harus mempertimbangkan, pada satu sisi, beban yang menakutkan dari murka-Nya terhadap dosa, dan di sisi lain, kebaikan-Nya yang tak terhingga kepada kita. Tidak ada cara lain melalui mana kesalahan kita bisa disingkirkan dari pada dengan cara Anak Allah menjadi kutuk untuk kita.

Pertanyaan 9 : Mengapa di taman Getsemani, Yesus ketakutan dan berdoa dengan sungguh-sungguh kepada Allah?

Jawaban : Yesus tentu sudah tahu penderitaan macam apa yang akan Dia alami beberapa jam lagi ketika Ia berdoa di taman Getsemani. Memang penderitaan fisik yang akan Dia alami adalah penderitaan yang luar biasa dan brutal dan kita boleh mengatakan bahwa Dia juga adalah seorang manusia (kita percaya Yesus adalah Allah sejati dan manusia sejati) yang tentunya gentar menghadapi apa yang akan terjadi. 

Tetapi saya lebih condong untuk menyetujui pandangan mayoritas penafsir bahwa sesungguhnya yang yang ditakuti oleh Yesus bukanlah penderitaan fisik yang akan Ia alami melainkan murka Allah terhadap dosa manusia yang akan ditanggung-Nya. 

William Hendriksen berkata : “Mungkinkah Ia, di sini di Getsemani, melihat datangnya gelombang pasang (tsunami) murka Allah karena dosa kita? (The Gospel of Mark, hal. 586). Jadi ketakutan-Nya lebih kepada penderitaan rohani daripada penderitaan fisik. Renungkanlah bahwa Yesus, yang biasanya tidak pernah takut itu, bisa takut melihat murka Allah itu, menunjukkan secara jelas betapa hebatnya dan mengerikannya murka Allah atas dosa-dosa kita itu (Wahyu 6:15-17). 

Karena itu, kalau saudara belum betul-betul percaya kepada Yesus sebagai Juru selamat dan Tuhan, cepatlah percaya, sebelum saudara harus menghadapi / mengalami murka Allah yang menakutkan itu!

Pertanyaan 10 : Saya pernah mendengar khotbah dari seseorang bahwa di taman Getsemani Yesus berdosa sampai menangis. Tetapi saya membaca kisah di taman Getsemani seluruhnya dan tidak mendapati hal itu. Mohon penjelasan bapak!

Jawaban : Memang dalam catatan Injil-Injil, tidak ditemukan cerita tentang Yesus berdoa sampai menangis. Tetapi ada ayat lain yang menceritakan hal ini. Lihat Ibrani 5:7 : “Dalam hidup-Nya sebagai manusia, Ia telah mempersembahkan doa dan permohonan dengan ratap tangis dan keluhan kepada Dia, yang sanggup menyelamatkan-Nya dari maut, dan karena kesalehan-Nya Ia telah didengarkan. 

Ayat ini dalam Alkitab Terjemahan Lama dikatakan : Maka Ia pun, tatkala di dalam keadaan manusia, sudah mempersembahkan doa dan permintaan kepada Yang Berkuasa menyelamatkan Dia daripada maut, dengan teriak yang kuat, dan dengan air mata-Nya, maka doa-Nya dikabulkan dari sebab ketakutan-Nya akan Allah. Jelas dan eksplisit dikatakan bahwa Yesus berdoa dengan tangisan dan air mata tetapi di mana peristiwa ini terjadi tidak disebutkan. Sebagian penafsir mengatakan bahwa ini terjadi ketika Yesus berdoa di taman Getsemani walaupun harus diakui bahwa itu tidak disebutkan sama sekali.

Pertanyaan 11 : Apakah bisa dibuktikan secara ilmiah bahwa keringat Yesus waktu berdoa di taman Getsemani seperti darah ? Ataukah firman ini hanya sebuah gaya bahasa penulis Alkitab untuk mendramatisasi kesedihan Yesus ?

Jawaban : Kisah tentang keringat darah dari Yesus di taman Getsemani hanya dicatat dalam Injil Lukas. Lukas 22:44 : Ia sangat ketakutan dan makin bersungguh-sungguh berdoa. Peluh-Nya menjadi seperti titik-titik darah yang bertetesan ke tanah. Orang-orang Liberal biasanya tidak percaya hal ini dan menganggap bahwa ini hanyalah imajinasi para penulis Alkitab. Atau seperti yang Anda katakan, hanyalah sebuah gaya bahasa penulis Alkitab untuk mendramatisasi kesedihan Yesus. Tetapi ini sama sekali tidak benar. 

Justru keringat darah ini bisa dijelaskan dari segi medis. Dunia medis modern mengatakan bahwa kondisi seperti ini walaupun tidak banyak terjadi tetapi pernah terjadi pada beberapa orang. Gejala ini disebut dalam dunia medis sebagai “HEMATIDROSIS” atau “HEMATOHIDROSIS”. 

Apakah itu dan bagaimana terjadinya? Alexander Metherell memberikan keterangan tentang gejala ini : “Apa yang terjadi adalah kegelisahan yang hebat yang mengakibatkan terlepasnya zat-zat kimia yang memecahkan kapiler-kapiler dalam kelenjar-kelenjar keringat. Akibatnya terjadi sedikit pendarahan dalam kelenjar ini dan keringat yang keluar disertai dengan darah. (The Case for Christ, hal. 252). 

Bandingkan dengan kata-kata Dr. Frederick Zugibe : “Walaupun kondisi medis seperti ini relatif jarang ada, kondisi ini luas diketahui, dan telah banyak kasus seperti ini. Istilah klinisnya adalah "hematohidrosis." "Sekitar kelenjar keringat, ada banyak pembuluh darah berbentuk seperti jaring." Di bawah tekanan yang besar pembuluh-pembuluh tersebut menyusut. Kemudian saat kegelisahan berlalu "pembuluh darah mengembang sampai mencapai ambang pecah. Darah mengalir masuk ke kelenjar keringat." Sementara kelenjar keringat menghasilkan banyak keringat, darah terdorong ke permukaan kulit - keluar sebagai tetesan darah. (www.ChristianAnswers.Net). Jadi jelas ini bukan imajinasi Lukas atau gaya bahasa untuk mendramatisasi penderitaan Yesus.

Pertanyaan 12 : Mengapa kematian Yesus Kristus diperingati pada hari Jumat Agung dan bukan hari-hari yang lain seperti Rabu Agung atau Kamis Agung, dll. Dan kalau memang Yesus mati hari Jumat, dari mana kita mengetahui hal itu?

Jawaban : Mengapa kita memperingatinya pada Jumat Agung? Karena memang Yesus mati pada hari Jumat. Kalau Dia mati pada hari Rabu barulah menjadi Rabu Agung. Atau kalau Dia mati hari kamis barulah menjadi Kamis Agung. Tetapi karena Dia mati hari Jumat maka kita memperingatinya juga pada hari Jumat dan menyebutnya sebagai Jumat Agung. 

Lalu dari mana kita tahu bahwa Yesus mati hari Jumat? Perhatikan Markus 15 :42 : “Sementara itu hari mulai malam, dan hari itu adalah hari persiapan, yaitu hari menjelang Sabat. Hari Sabat orang Yahudi adalah hari Sabtu karena itu “hari menjelang Sabat’ pastilah hari Jumat.

Pertanyaan 13 : Ada yang mengatakan bahwa Yesus mati hari Rabu dan bukan Jumat dengan alasan bahwa Yesus dikatakan bangkit pada hari yang ketiga atau 3 hari 3 malam Ia berada dalam kuburan. Jika Ia mati hari Jumat dan bangkit pada hari Minggu pagi-pagi maka itu belum 3 hari. Untuk pas 3 hari di dalam kuburan maka Dia harus mati hari Rabu.

Jawaban : Memang ada orang yang mengatakan demikian dan juga beberapa teolog mendukung ini misalnya R.A. Torrey. Mereka menafsirkan Markus 15:42 bukan sebagai Sabat rutin yang adalah Sabtu melainkan Sabat Besar yang tidak harus terjadi pada Sabtu dan mereka berusaha membuktikan bahwa Sabat Besar pada tahun di mana Yesus mati jatuh pada hari Rabu. 

Meskipun argumentasi mereka kelihatan menarik, tetapi saya tetap berpendapat bahwa Yesus mati pada hari Jumat. Tentang perhitungan waktu bahwa Yesus harus berada dalam kubur selama 3 hari, itu bisa dijelaskan dari sudut cara/budaya orang Yahudi di dalam menghitung hari di mana ungkapan ‘sesudah tiga hari’ mempunyai pengertian yang sama dengan ‘pada hari ketiga’ (lihat Markus 8 :31 dan Matius 16 :21). 

Cara menghitung waktu yang lain dari orang Yahudi ialah ungkapan ‘satu hari satu malam’ dapat digunakan juga untuk menunjukkan hanya pada sebagian dari hari itu. Misalnya dalam 1 Samuel 30 :12-13 : (12) ‘dan memberikan kepadanya sepotong kue ara dan dua buah kue kismis, dan setelah dimakannya, ia segar kembali, sebab ia tidak makan dan minum selama tiga hari tiga malam. (13) Kemudian bertanyalah Daud kepadanya: "Budak siapakah engkau dan dari manakah engkau?" 

Jawabnya: "Aku ini seorang pemuda Mesir, budak kepunyaan seorang Amalek. Tuanku meninggalkan aku, karena tiga hari yang lalu aku jatuh sakit. Perhatikanlah bahwa dalam ayat 12 disebutkan ‘tiga hari tiga malam’ tetapi dalam ayat 13 hanya disebutkan ‘tiga hari’ saja. Contoh lain Kejadian 42 :17 : ‘Dan dimasukkannyalah mereka bersama-sama ke dalam tahanan tiga hari lamanya. Dan ayat 18 berbunyi : Pada hari yang ketiga berkatalah Yusuf kepada mereka: "Buatlah begini, maka kamu akan tetap hidup, aku takut akan Allah.

Contoh lain lagi dari Ester 4:16 : "Pergilah, kumpulkanlah semua orang Yahudi yang terdapat di Susan dan berpuasalah untuk aku; janganlah makan dan janganlah minum tiga hari lamanya, baik waktu malam, baik waktu siang. …” namun dalam Ester 5:1 dikatakan : “Pada hari yang ketiga Ester mengenakan pakaian ratu, …” Jelas bahwa Ester 4:16 mengatakan bahwa mereka diminta berpuasa tiga hari penuh tetapi Ester 5:1 mengatakan ‘pada hari ketiga’ (bukan ‘setelah hari ke 3’). 

“Ini menunjukkan bahwa pada hari ketiga mereka hanya berpuasa dalam sebagian dari hari itu, tetapi itu dianggap juga sebagai satu hari penuh. Karena itu Budi Asali berkesimpulan : “Yesus mati hari Jumat, itu dianggap satu hari. Hari Sabtu Ia ada dalam kubur (itu hari kedua). 

Lalu sebagian dari hari minggu Ia masih ada dalam kubur (itu dianggap sebagai hari ketiga). Jadi kata-kata Yesus dalam Matius 12:40 cocok dengan apa yang Ia alami. Orang-orang Yahudi tidak menganggap bahwa kata-kata Yesus dalam Matius 12:40 tidak cocok dengan fakta bahwa Yesus ada dalam kubur hanya sekitar 38 jam. Kalau mereka menganggap tidak cocok, pasti mereka akan menuduh Yesus sebagai pendusta karena kata-kata-Nya salah. .(Eksposisi Injil Matius Pasal 12; hal. 12). 

Dari semua data ini tampak jelas bahwa ungkapan-ungkapan “sesudah tiga hari” dan “pada hari yang ketiga” tidak bertentangan satu sama lain dengan Matius 12:40 tetapi hanya merupakan istilah-istilah yang dapat dipertukarkan. Jadi tetap tidak ada masalah kalau kita mengatakan bahwa Yesus mati pada hari Jumat.


Pertanyaan 14 : Mengapa tempat penyaliban Yesus harus di Golgota? Apakah tidak ada tempat yang lain untuk bisa menyalibkan Yesus?

Jawaban : Perlu diketahui bahwa bukan Yesus orang pertama yang disalibkan di Golgota. Sebelum Yesus sudah banyak orang disalibkan di sana. Karena itu kita boleh katakan bahwa Golgota merupakan tempat yang disediakan untuk penyaliban masa itu. Dan karena itu Yesus disalibkan di sana. Yesus tidak menjadi terhormat jika disalibkan di tempat lain yang bukan Golgota. Penyaliban (bukan tempat penyaliban) sudah merupakan penghinaan bagi-Nya.

Pertanyaan 15 : Apakah bukit Golgota saat ini masih ada?

Jawaban : Pasti masih ada! Hanya saja di mana posisi yang sesungguhnya tidaklah gampang untuk diketahui. Saat ini ada 2 tempat yang diduga sebagai Golgota. 

Pertama : The Church of Holy Sepulcher (Gereja Kuburan Kudus). Ini adalah Golgota versi gereja Katolik dan gereja-gereja Ortodoks. Tempat ini terletak di sebelah utara, tetapi di dalam kota, sehingga beberapa penafsir menganggap ini sama sekali tidak cocok dengan data dari Kitab Suci, yang mengatakan bahwa Golgota terletak di luar kota. Tetapi para pendukung tempat ini mengatakan bahwa posisi tembok kota berbeda antara zaman Yesus dan sekarang, sehingga dulu tempat ini terletak di luar kota. 

Kedua, Garden Tomb. Tempat ini ditemukan oleh seorang jenderal Inggris yang bernama Charles Gordon pada tahun 1885 yang dianggapnya lebih cocok dengan gambaran Kitab Suci tentang Golgota. Itulah sebabnya tempat ini disebut sebagai Kalvarinya Gordon (the Gordon’s Calvary). Letaknya lebih ke utara dari Gereja Kuburan Kudus, sehingga pasti ada di luar tembok utara, dekat pintu gerbang Damsyik.

Ada beberapa hal yang membuat tempat tersebut dipercaya sebagai Golgota. 

(1) Posisinya memang ada di luar tembok kota. 

(2) Menurut Alkitab bahwa di sekitar itu ada taman bunga (Yohanes 19:41 ; Yohanes 20:15) dan penggalian arkeologi menemukan bahwa di sekitar tempat ini memang pernah ada taman bunga dan ditemukan juga sebuah sumur penampungan air yang diduga demi kepentingan taman yang telah berumur lebih dari 2000 tahun. 

(3) Yang lebih menarik adalah bahwa ada bukit di dekat situ yang memang menyerupai tengkorak. 

(4) Juga di dekatnya ada kuburan-kuburan. Dan itu diduga sebagai kuburan Yesus. Biasanya orang-orang Protestan condong untuk mendukung tempat ini sebagai Golgota. Banyak teolog Protestan mendukung “Garden Tomb” sebagai Golgota tempat Yesus disalibkan. 

Meskipun demikian, ada juga teolog yang menganggap bahwa tidak ada kepastian tentang yang mana dari 2 tempat itu yang merupakan Golgota yang asli. Alasan tidak pastinya letak dari Golgota adalah karena pada penghancuran Yerusalem tahun 70 M semua tanda-tanda dan batasan-batasan tanah dihancurkan. Juga penggalian untuk penyelidikan terhalang oleh adanya bangunan-bangunan modern yang berada di atas tanah yang akan digali. Kesimpulan kita adalah bahwa di mana letak Golgota sesungguhnya tidak dapat dipastikan. Ini tidak perlu membuat kita susah. 

Di mana persisnya letak tempat itu tidaklah penting. Yang penting adalah bahwa di tempat itu Yesus sudah menderita dan mati untuk menebus dosa manusia. Ini persis seperti kasus Natal / kelahiran Yesus. Ada banyak hal yang tidak kita ketahui. Kapan sebenarnya Yesus dilahirkan, di mana persisnya kandang Betlehem, dll. Yang penting Yesusnya sudah lahir. Jadi sekali lagi yang penting bagi kita bukan tempat di mana Yesus disalibkan tetapi bahwa Ia sudah disalibkan di sana bagi kita. 

Dalam Nelson’s Bible Dictionary dikatakan : “Bagi orang-orang Kristen, adalah fakta dari pengorbanan diri sendiri dari Tuhan kita - ‘bahwa Kristus telah mati karena dosa-dosa kita, sesuai dengan Kitab Suci, bahwa Ia telah dikuburkan, dan bahwa Ia telah dibangkitkan’ (1Korintus 15:3-4) - bukan lokasinya yang harus kita pedulikan. Di Kalvari, salib Golgota - ‘simbol dari penderitaan dan malu’ - menjadi simbol dari kasih, berkat, dan pengharapan”.

Pertanyaan 16 : Menurut Matius 27:33 Golgota, artinya tempat tengkorak. Mengapa tempat tersebut disebut tempat tengkorak? Apakah di sana ada banyak tengkorak?

Jawaban : Matius 27:33 - “Maka sampailah mereka di suatu tempat yang bernama Golgota, artinya: Tempat Tengkorak”. Nah, mengapa tempat tersebut disebut tengkorak? Ada berbagai pandangan tentang ini. 

(1) Ada yang mengatakan karena tengkorak Adam ditemukan di sana. Teori ini pertama-tama disebutkan oleh Origen, dan lalu diikuti oleh banyak orang, termasuk Athanasius. Kalau teori ini benar, maka ini menunjukkan sesuatu yang sangat menarik, karena Kristus yang adalah Adam yang kedua, mati di tempat yang sama dengan Adam yang pertama. Tetapi berbeda dengan Adam pertama yang dikalahkan oleh kematian, maka Adam kedua, setelah mati lalu bangkit kembali, dan dengan demikian mengalahkan kematian! 

Tetapi ada keberatan terhadap teori ini sebagaimana dikatakan J. C. Ryle : “Teori ini menggelikan karena banjir Nuh pasti sudah menghancurkan kuburan Adam” (‘Expository Thoughts on the Gospels’, John volume III). 

(2) Ada yang mengatakan karena ada banyak tengkorak di tempat itu. Teori ini mengatakan bahwa di tempat itu terdapat banyak tengkorak berserakan karena itu merupakan tempat pelaksanaan hukuman mati. 

Matthew Henry berkata : “Dan, untuk memberikan kehinaan yang lebih besar pada penderitaan-Nya, Ia dibawa ke suatu tempat yang umum untuk pelaksanaan hukuman mati, ... suatu tempat yang disebut ‘Golgota’, tempat tengkorak, di mana mereka melemparkan tengkorak dan tulang-tulang orang-orang mati, dan di mana kepala-kepala dari penjahat yang dipenggal ditinggalkan, - suatu tempat yang menurut hukum upacara agama adalah tempat yang najis; di sana Kristus menderita, karena ia dibuat dosa untuk kita, supaya Ia bisa membersihkan hati nurani kita dari pekerjaan-pekerjaan yang mati, dan polusi darinya. 

Tetapi keberatan untuk ini adalah tidak mungkin orang-orang Yahudi membiarkan tengkorak berserakan dekat dengan kota / jalan seperti itu, karena itu merupakan sesuatu yang bisa menajiskan mereka. (Bilangan 19:11-13,16). 

(3) Ada yang mengatakan karena tempat itu berbentuk seperti tengkorak. Alan Cole (Tyndale) berkata : “Golgota ... suatu puncak bukit yang bulat dan halus tanpa tumbuh-tumbuhan, memberikan penampilan / rupa dari suatu kepala yang gundul, atau tengkorak” (‘The Gospel According to St. Mark’, hal. 238). 

Demikian juga Leon Morris (John, NICNT) : “Penjelasan yang umum adalah bahwa Yesus disalibkan di sebuah bukit yang mempunyai bentuk dari sebuah tengkorak. Ini mungkin benar. Tetapi tidak ada tradisi kuno bagi arti itu”. (footnote, hal 805). Nah, saya lebih condong kepada pandangan ketiga ini karena memang selain tidak memiliki keberatan berarti seperti dua pandangan sebelumnya, juga saat ini di Garden Tomb, ada sebuah bukit yang nampak seperti tengkorak (lihat penjelasan dalam pertanyaan sebelumnya).

Pertanyaan 17 : Kayu apa yang diapakai untuk membuat salib Kristus?

Jawaban : Saya tidak tahu, dan Kitab Suci juga tidak memberitahunya. Dan itu sebagai bukti bahwa kayu apa bukanlah sesuatu hal yang penting untuk dicatat dan diketahui. Sorotan Alkitab lebih utama pada Kristus dan penyaliban-Nya dan bukan jenis kayu dari mana salib itu dibuat.

Pertanyaan 18 : Mengapa Yesus disalibkan di luar kota (pintu gerbang). Mengapa tidak di dalam kota saja supaya disaksikan/diketahui oleh orang banyak?

Jawaban : Bahwa Yesus disalibkan di luar kota atau di luar pintu gerbang dicatat dalam Ibrani 13:12 : “Itu jugalah sebabnya Yesus telah menderita di luar pintu gerbang untuk menguduskan umat-Nya dengan darah-Nya sendiri”. 

Ini bukan sebuah kebetulan melainkan sesuatu yang direncanakan atau diatur oleh Allah. Untuk apa ? Untuk memenuhi atau menggenapi type-type atau gambaran-gambaran dalam PL. Dalam PL ada aturan mengenai binatang yang akan dikorbankan sebagai korban penghapus dosa di mana binatang itu harus dikorbankan di luar perkemahan. 

Keluaran 29:14 : “Tetapi daging lembu jantan itu, kulitnya dan kotorannya haruslah kau bakar habis dengan api di luar perkemahan, itulah korban penghapus dosa”. Imamat 4:12,21 : “(12) jadi lembu jantan itu seluruhnya harus dibawanya ke luar perkemahan, …dan lembu itu harus dibakarnya sampai habis. ... (21) Dan haruslah ia membawa lembu jantan itu ke luar perkemahan, lalu membakarnya sampai habis …. Itulah korban penghapus dosa untuk jemaah”. Lihat juga Imamat 9:11; 16:27. 

Pembakaran ini ditentukan di luar perkemahan, yaitu pada waktu bangsa Israel ada di padang gurun, dan tinggal di kemah-kemah tapi pada zaman di mana mereka sudah tinggal di kota Yerusalem, maka korban ini dijalankan di Bait Allah, tubuh-tubuh dari binatang itu dibawa keluar dari kota untuk dibakar. Nah, bahwa Kristus disalibkan di luar kota itu menunjukkan bahwa Ia adalah korban penghapus dosa yang sesungguhnya yang bayang-bayang-Nya telah diatur di dalam korban binatang PL. 

Itulah sebabnya penulis surat Ibrani berkata dalam Ibrani 13:11-13 : “(11) Karena tubuh binatang-binatang yang darahnya dibawa masuk ke tempat kudus oleh Imam Besar sebagai korban penghapus dosa, dibakar di luar perkemahan. (12) ITU JUGALAH SEBABNYA Yesus telah menderita di luar pintu gerbang untuk menguduskan umat-Nya dengan darah-Nya sendiri. (13) Karena itu marilah kita pergi kepada-Nya di luar perkemahan dan menanggung kehinaan-Nya”. 

Semua ini justru menjadikan Kristus sebagai ANTI TYPE / penggenapan dari korban penghapus dosa, yang adalah TYPE dari Kristus, yang harus dibakar / dibunuh di luar perkemahan. Dari semua ini terlihat dengan jelas bahwa seluruh proses / pelaksanaan hukuman mati terhadap Yesus ini dikontrol oleh Allah, sehingga terlaksanalah rencana Allah, yang memang sudah menetapkan Kristus sebagai penggenapan dari korban penghapus dosa.

Pertanyaan 19 : Mengapa Yesus disalibkan di antar 2 penjahat? Siapa 2 penjahat yang disalib bersama Yesus itu?

Jawaban : Alkitab tidak memberitahu kita siapa nama 2 orang penjahat karena memang itu tidak penting. Yang menjadi sorotan Alkitab adalah Kristusnya. Memang ada cerita yang beredar di kalangan orang Yahudi mengatakan bahwa dua penjahat ini bernama Dismas dan Gestas tapi cerita ini tidak dapat dibuktikan secara sejarah. Bagi kita tidaklah penting siapa penjahat-penjahat itu tetapi yang pasti adalah bahwa Tuhan kita disalibkan di antara penjahat-penjahat itu. 

Lalu mengapa Yesus disalibkan di antara penjahat? Pertama-tama adalah untuk menjawab nubuatan Yesaya 53:12b : “ia terhitung di antara pemberontak-pemberontak” (lihat juga Lukas 22:37). Tetapi apa makna teologis dari kenyataan ini? 

Matthew Henry berkata : ‘Dalam kematian-Nya, Dia memang terhitung di antara pemberontak-pemberontak dan ditempatkan bersama dengan orang fasik supaya waktu kita mati kita juga terhitung di antara orang-orang kudus dan mendapat tempat di antara mereka yang terpilih’. Demikian juga Calvin : ‘Ia dianggap lebih buruk dari seorang perampok, supaya Ia bisa menerima kita pada perhimpunan malaikat-malaikat Allah.

Pertanyaan 20 : Waktu Yesus mati tiba-tiba terjadi kegelapan. Tolong dijelaskan mengapa hal itu terjadi karena menurut para ilmuwan itu adalah gerhana matahari. Benarkah demikian?

Jawaban : Kisah ini tercatat dalam Matius 27:45 : “Mulai dari jam dua belas kegelapan meliputi seluruh daerah itu sampai jam tiga”. Juga Lukas 23:44-45 : (44) Ketika itu hari sudah kira-kira jam dua belas, lalu kegelapan meliputi seluruh daerah itu sampai jam tiga, (45) sebab matahari tidak bersinar….”. Ini merupakan tanda / mujizat yang terjadi sebelum Kristus mati, yaitu gelap gulita selama 3 jam (pukul 12 sampai pukul 3 siang). 

Ada yang menganggap bahwa ini merupakan penggenapan dari Amos 8:9 : ‘Pada hari itu akan terjadi,’ demikianlah firman Tuhan ALLAH, ‘Aku akan membuat matahari terbenam di siang hari dan membuat bumi gelap pada hari cerah”. Kegelapan ini bukanlah suatu gerhana matahari. 

Kata Yunani yang dipakai dalam Lukas 23:45 adalah EKLIPONTOS (bandingkan dengan kata bahasa Inggris ‘Eclipse’, yang berarti gerhana), yang artinya adalah failing [gagal (bersinar), melemah]. Tetapi setidaknya ada 2 alasan yang menunjukkan bahwa kegelapan ini bukanlah suatu gerhana matahari : 

(1) Paskah selalu dirayakan pada saat bulan purnama, dan pada saat-saat seperti itu tidak mungkin terjadi gerhana matahari. 

(2) Gerhana matahari tidak mungkin terjadi selama lebih dari 15 menit, tetapi kegelapan ini berlangsung selama 3 jam. Kalau begitu apa arti / maksud kegelapan ini? 

Pertama, ini menunjukkan murka Allah. Gelap sering merupakan simbol kemurkaan / hukuman Allah (lihat Yesaya 5:30; 60:2; Yoel 2:31; Amos 5:18, 20; Zef 1:15; Matius 24:29; 25:30; Kisah Para Rasul 2:20; 2 Petrus 2:17; Wahyu 6:12). 

Kalau memang di sini kegelapan itu menunjukkan kemurkaan Allah, maka perlu dipertanyakan pada saat itu Allah murka kepada siapa? Kepada orang-orang yang menyalibkan Kristus dan juga kepada Kristus sendiri, karena pada saat itu Ia sedang memikul hukuman dosa kita. Mungkin ini adalah saat di mana Kristus mulai ‘turun ke neraka / kerajaan maut’ sehingga Ia mengucapkan “Eli, Eli lama sabakhtani?” (Matius 27:46). 

Kedua, ini menunjukkan bahwa Kristus bukanlah penjahat, dan bahkan bukanlah manusia biasa. Kalau Kristus memang adalah penjahat / manusia biasa, maka kegelapan ini pasti tak akan terjadi. Rupanya kegelapan ini merupakan salah satu faktor yang menyadarkan kepala pasukan yang menyalibkan-Nya sehingga ia berkata : "Sungguh, Ia ini adalah Anak Allah." (Matius 27:54).

Pertanyaan 21 : Di atas kayu salib Yesus berseru “Eli, Eli lama sabakhtani” (Allah-Ku, Allah-Ku mengapa Engkau meninggalkan Aku?). Di sini apakah Allah Bapa yang meninggalkan Yesus? Kalau benar demikian, mengapa Bapa harus meninggalkan Yesus padahal Yesus adalah Anak-Nya? Mengapa Allah begitu tega? Apakah ini sebuah penolakan terhadap Yesus?

Jawaban : Benar bahwa yang dimaksud di sini adalah Bapa selaku pribadi pertama dari Tritunggal meninggalkan Yesus. Benar juga bahwa Bapa menolak Yesus. Mengapa ini terjadi? Ini ada kaitannya dengan status Yesus sebagai penebus dosa. Yesus memang tidak berdosa sama sekali tapi waktu Ia menggantikan posisi orang berdosa maka dengan demikian Ia dijadikan berdosa. 

2 Korintus 5:21 : “Dia yang tidak mengenal dosa telah dibuat-Nya menjadi dosa karena kita, supaya dalam Dia kita dibenarkan oleh Allah”. Galatia 3:13 : “Kristus telah menebus kita dari kutuk hukum Taurat dengan jalan menjadi kutuk karena kita, sebab ada tertulis: ‘Terkutuklah orang yang digantung pada kayu salib!’”. 

Maka posisi dan kondisi Yesus sekarang di hadapan Allah bukan lagi sebagai Anak yang terkasih yang berkenan kepada-Nya (Matius 3 :17) melainkan sebagai orang berdosa. Allah adalah suci/kudus dan sifat ini tidak memungkinkan Dia untuk bersatu/berhubungan dengan dosa. Habakuk 1:13 : Mata-Mu terlalu suci untuk melihat kejahatan dan Engkau tidak dapat memandang kelaliman….” 

Juga Yesaya 59:2 : tetapi yang merupakan pemisah antara kamu dan Allahmu ialah segala kejahatanmu, dan yang membuat Dia menyembunyikan diri terhadap kamu, sehingga Ia tidak mendengar, ialah segala dosamu. Karena itu saat Yesus tampil di hadapan-Nya sebagai perwakilan orang berdosa maka kesucian-Nya tidak memungkinkan untuk tetap bersatu dengan Yesus. Itulah sebabnya Ia harus meninggalkan Yesus dan karena itulah sebabnya Yesus berseru “Eli-Eli lama sabakhtani”. 

Lenski berkata : Apa yang tercakup dalam fakta bahwa Allah meninggalkan Yesus selama 3 jam yang mengerikan itu tak seorang pun bisa sungguh-sungguh mengertinya. Hal terdekat yang bisa kita harapkan untuk datang menembus misteri ini adalah menganggap Yesus sebagai ditutupi dengan dosa-dosa dunia dan kutuk, dan bahwa pada waktu Allah melihat Yesus dalam keadaan seperti itu, Ia berbalik dari-Nya. 

Perlu diketahui juga bahwa perpisahan Allah Bapa dengan Allah Anak bukan bersifat lokal, seakan-akan yang satu ada di sini dan yang lain ada di sana. Perpisahan secara lokal ini tidak mungkin terjadi karena baik Bapa maupun Anak adalah Allah yang maha ada. Jadi perpisahan ini hanyalah dalam persoalan hubungan / persekutuan saja.

Pertanyaan 22 : Mengapa Yesus bertanya “Eli-Eli Lama Sabakhtani? Apakah Yesus tidak tahu alasan-Nya? Kalau Yesus saja tidak tahu alasannya dan bertanya pada Bapa, bagaimana kita bisa tahu alasannya?

Jawaban : Kata-kata ini sama sekali tidak berarti Yesus tidak tahu alasannya dan sementara berusaha bertanya atau mencari jawabannya. Ini hanyalah merupakan ungkapan kesedihan-Nya saja karena ditinggal oleh Bapa-Nya. Kita bisa mengetahuinya dari Kitab Suci yang memang ditulis untuk kita.

Pertanyaan 23 : Kalimat “Eli-Eli lama sabakhtani” itu dari bahasa apa? Lalu dalam versi Markus ditulis bukan “Eli-Eli...” tetapi “Eloi-Eloi…”. (Markus 15:34). Kalau begitu yang mana sebenarnya yang diucapkan Yesus ? Tidak mungkinkan ia mengucapkan “Eli-Eli...” dan “Eloi-Eloi…” pada saat yang sama.

Jawaban : Perlu diketahui bahwa kata-kata Yesus ini bukan kebetulan diucapkan tetapi memang menggenapi nubuat dalam kitab Mazmur (1000 tahun sebelum Yesus lahir). Mazmur 22:2 : Allahku, Allahku, mengapa Engkau meninggalkan aku? Aku berseru, tetapi Engkau tetap jauh dan tidak menolong aku. Mazmur ini aslinya adalah Mazmur Daud yang berlaku untuk diri Daud sendiri. Mungkin dalam penderitaan yang hebat, ia berdoa dengan tekun, tetapi tak ada jawaban / pertolongan dari Tuhan, sehingga ia merasa / mengira bahwa Tuhan meninggalkannya.

Bahwa Yesus mengutip kata-kata Daud ini membuktikan bahwa kata-kata ini juga merupakan suatu nubuat tentang Dia. Kalau memang kata-kata ini dalam kitab Mazmur (PL) maka harusnya kata-kata ini aslinya dalam bahasa Ibrani : ‘ELI, ELI LAMA ASAVTANI’. Tapi Matius dan Markus mencatat kata-kata ini tidak dalam bahasa Ibrani murni seperti bunyi Mazmur 22 :2. Matius 27:46 : “Kira-kira jam tiga berserulah Yesus dengan suara nyaring: ‘Eli, Eli, lama sabakhtani?’ Artinya: AllahKu, AllahKu, mengapa Engkau meninggalkan Aku?”. 

Markus 15:34 : “Dan pada jam tiga berserulah Yesus dengan suara nyaring: ‘Eloi, Eloi, lama sabakhtani?’, yang berarti: Allahku, Allahku, mengapa Engkau meninggalkan Aku?”. Perbedaan ini karena masalah bahasa. ‘Eli, Eli Lama Azavtani’ adalah murni bahasa Ibrani. Matius menulis ‘Eli, Eli, lama sabakhtani?’ di mana ‘Eli, Eli, adalah bahasa Ibrani dan sabakhtani adalah bahasa Aramic. Sedangkan Markus menulis dalam bentuk murni Aramic ‘Eloi, Eloi, lama sabakhtani? 

Jadi Daud menulis dalam bahasa Ibrani seluruhnya, Markus dalam bahasa Aramic seluruhnya sedangkan Matius menulis, setengah Ibrani, setengah Aramic. Albert Barnes dalam Barnes Notes mengatakan : ‘Eli, Eli ...’. Bahasa ini bukanlah Ibrani murni ataupun Aramaic / Syria murni, tetapi suatu percampuran dari keduanya, biasanya disebut ‘Syro-Chaldaic’. 

Ini mungkin merupakan bahasa yang biasanya digunakan oleh sang Juruselamat. Kata-kata itu diambil dari Mazmur 22:2. Problemnya adalah kata-kata asli Yesus yang mana ? Para penafsir berpendapat bahwa kata-kata yang asli adalah versi Matius sebagaimana kata Lenski : “Matius, seperti Markus, telah memelihara kata-kata dari teriakan itu dalam bahasa aslinya: ‘ELI, ELI (Ibrani), LAMA SABAKHTANI’ (Aramaic / Syria). Markus menuliskan ‘ELOI’, bentuk Aramaic / Syrianya dan bukan bentuk Ibraninya; ia mengabaikan bentuk Ibrani yang digunakan oleh Yesus.

Pertanyaan 24 : Setelah Tuhan Yesus mati dan dikuburkan, roh/jiwanya kemana?

Jawaban : Ini pertanyaan yang baik. Sewaktu tubuh Yesus ada di kuburan, jiwa/roh Yesus kemana? Ada banyak orang yang mengatakan bahwa pada saat itu jiwa/roh Yesus pergi ke dunia orang mati dengan tujuan untuk memberitakan Injil pada roh-roh yang sudah mati. Pandangan ini dihasilkan dari tafsiran yang salah tentang 1 Petrus 3:18-20 : (18) Sebab juga Kristus telah mati sekali untuk segala dosa kita, … Ia, yang telah dibunuh dalam keadaan-Nya sebagai manusia, tetapi yang telah dibangkitkan menurut Roh, (19) dan di dalam Roh itu juga Ia pergi memberitakan Injil kepada roh-roh yang di dalam penjara, (20) yaitu kepada roh-roh mereka yang dahulu pada waktu Nuh tidak taat kepada Allah, ketika Allah tetap menanti dengan sabar waktu Nuh sedang mempersiapkan bahteranya, di mana hanya sedikit, yaitu delapan orang, yang diselamatkan oleh air bah itu” dan juga dari bunyi Pengakuan Iman Rasuli “turun ke dalam kerajaan maut”. 

Ayat di atas memang tergolong ayat yang sukar tetapi menafsirkan bahwa Yesus pergi memberitakan Injil kepada orang-orang yang sudah mati jelas tidak Alkitabiah dan bertentangan dengan Mazmur 88:12 : “Dapatkah kasih-Mu diberitakan di dalam kubur, dan kesetiaan-Mu di tempat kebinasaan?”. Saya berpendapat bahwa pemberitaan Injil kepada orang-orang pada zaman Nuh itu bukan terjadi saat tubuh Yesus ada dalam kuburan melainkan pada zaman Nuh di mana orang-orang itu masih hidup saat itu. Bagaimana Yesus pergi ke sana sedangkan pada zaman Nuh Ia belum dilahirkan? Ayat 19 mengatakan “oleh Roh”. 

Memang dalam ayat 19 juga dikatakan tentang roh-roh di dalam penjara yang kelihatannya menunjuk pada orang yang sudah mati tetapi sebenarnya bukan Injil diberitakan pada orang yang sudah mati melainkan saat Petrus menulis hal ini, mereka sudah mati dan karenanya Petrus menyebutnya “roh-roh”. Nah, biasanya Pengakuan Iman Rasuli kita “turun ke dalam kerajaan maut” dikira berdasar pada ayat ini padahal sama sekali adalah tafsiran yang salah selain bahwa kata-kata dalam Pengakuan Iman rasuli itu tidak didukung oleh ayat Alkitab yang eksplisit seperti bagian-bagian yang lain.


Calvin beranggapan bahwa kata-kata “turun ke dalam kerajaan maut” itu menunjuk pada penderitaan rohani Kristus di atas salib ketika Ia ditinggalkan oleh Bapa-Nya. Ingat bahwa di neraka orang terpisah dari Allah (2 Tesalonika 1:9). Karena itu, pada saat Yesus terpisah dari Allah, Ia dikatakan ‘turun ke neraka’. 

Jadi Kristus mengalami penderitaan neraka bukan dengan turun ke neraka tetapi menanggungnya di atas salib. Jadi baik Pengakuan Iman Rasuli maupun 1 Petrus 3:18-20 tidak dapat dijadikan dukungan untuk mengatakan bahwa Yesus pergi ke dunia orang mati/hades/alam maut untuk memberitakan Injil di sana. Kalau begitu sewaktu tubuh-Nya di kuburan, jiwa/roh Yesus kemana? Ia kembali ke surga, ke tangan Bapa-Nya. 

Lukas 23:46 : “Lalu Yesus berseru dengan suara nyaring: ‘Ya Bapa, ke dalam tangan-Mu Kuserahkan nyawa-Ku.’ Dan sesudah berkata demikian Ia menyerahkan nyawa-Nya”. Kata ‘nyawa’ seharusnya adalah ‘roh’. Penyerahan roh-Nya ke dalam tangan Bapa jelas menunjukkan bahwa begitu mati roh dari manusia Yesus pergi ke surga! Jadi jelaslah bahwa Yesus tidak turun kemana-mana, baik ke neraka, kerajaan maut ataupun tempat penantian!

Catatan Pdt.Budi Asali: Waktu Yesus mati roh manusia Yesus pergi ke surga. Waktu Dia bangkit roh itu harus kembali ke bumi uatuk bersatu lagi dengan tubuh-Nya.

Pertanyaan 25 : Pada waktu Yesus mati, hanya tubuh jasmaniah-Nya saja yang mati kan, bukan jiwa/kehidupannya? Apakah Allah pada saat itu tinggal 2 pribadi saja?

Jawaban : Yesus memang mati sebagai suatu PRIBADI Allah-Manusia tetapi ini tidak berarti bahwa HAKIKAT Allahnya mati. Jadi dalam hal ini, yang mati adalah hakikat manusia-Nya. Efesus 2:15 - sebab dengan mati-Nya sebagai manusia Ia telah membatalkan hukum Taurat dengan segala perintah dan ketentuannya....”. 

Filipi 2:8 : Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib. 1 Petrus 3:18 : Sebab juga Kristus telah mati ....Ia, yang telah dibunuh dalam keadaan-Nya sebagai manusia, tetapi yang telah dibangkitkan menurut Roh,...”. Nah, karena HAKIKAT Allah-Nya tak pernah mati maka tidak ada pengaruh pada ketritunggalan Allah. Allah yang esa itu tetap berada dalam 3 pribadi (Bapa, Anak dan Roh Kudus).

Pertanyaan 26 : Apakah ada alasan lain selain nubuat tentang kematian Yesus itu hanya 2 hari dan hari ke 3 adalah kebangkitan-Nya? Dengan kata lain, mengapa harus 3 hari, bukan 1 atau bahkan 2 hari?

Jawaban : Saya tidak tahu dengan pasti tetapi mungkin 3 hari ditentukan untuk menunjukkan bahwa Yesus benar-benar mati dan bukan sekedar mati suri atau kehilangan kesadaran-Nya saja. Bandingkan dengan Lazarus yang mayatnya sudah berbau pada hari yang keempat. Yohanes 11:39 : ”Kata Yesus: "Angkat batu itu!" Marta, saudara orang yang meninggal itu, berkata kepada-Nya: "Tuhan, ia sudah berbau, sebab sudah empat hari ia mati." Jadi dengan berada dalam kuburan 3 hari sudah cukup membuktikan bahwa ia benar-benar mati.

Pertanyaan 27 : Mengapa lambung Yesus harus ditikam? (Yohanes 19:34). Mohon penjelasan tentang penusukan lambung Yesus ini.

Jawaban : Tentara Romawi sebenarnya mau mematahkan kaki Yesus, tetapi melihat bahwa Yesus sudah mati, mereka tidak mematahkan kaki Yesus. Tetapi seorang tentara, mungkin karena ingin memastikan kematian Yesus, atau mungkin karena sekedar ingin melakukan sesuatu yang brutal terhadap mayat Yesus, lalu menusuk Yesus dengan tombak. Dari sini perlu diketahui bahwa bukan penusukan tombak itu yang menyebabkan Yesus mati, karena pada waktu ditusuk tombak, Yesus sudah mati (Yohanes 19: 33), hanya saja kita tidak tahu sudah berapa lama Ia mati. Sebenarnya kata “lambung” di sini terjemahannya kurang tepat. 

Mayoritas Alkitab bahasa Inggris seperti KJV / RSV / NIV / NASB memakai kata ‘side’ (sisi / rusuk). Pada waktu Yesus ditusuk tombak, maka keluar darah dan air (Yohanes 1934b). Keluarnya darah dan air dari rusuk Yesus ini membingungkan semua penafsir, karena banyak orang berkata bahwa kalau orang hidup ditusuk maka hanya akan keluar darah (tanpa air), dan kalau orang mati ditusuk maka tidak akan keluar apa-apa. Lalu mengapa pada waktu Yesus ditusuk, bisa keluar darah dan air? Ini kelihatannya disebabkan pencambukan yang dialami Yesus. 

‘The International Standard Bible Encyclopedia’ dalam article berjudul ‘Blood and water’ mengatakan : “A. F. Sava ... mengusulkan bahwa darah dan air terkumpul dalam rongga di antara rusuk dan paru-paru. Ia menunjukkan bahwa luka-luka hebat yang tidak menembus dada bisa menimbulkan pengumpulan seperti itu, dan mengatakan bahwa pencambukan seperti yang diterima oleh Yesus beberapa jam sebelum kematian-Nya cukup untuk menimbulkan pengumpulan itu, yang lalu keluar pada waktu dinding dada ditikam. 

Juga, ada cukup waktu antara pencambukan dan penikaman untuk mengizinkan sel-sel darah merah berpisah dengan cairan jernih yang lebih encer’. Dan kebanyakan penafsir beranggapan bahwa fakta ini mempunyai makna simbolik di mana seperti yang dikatakan Calvin, darah menunjuk pada penebusan, yang menyebabkan kita mendapatkan justification / pembenaran dan air menunjuk pada pembasuhan, yang menyebabkan kita mendapatkan sanctification / pengudusan. Ini menunjukkan bahwa Yesus adalah Anti-Type dari sacrifice / korban (darah) dan washings / pembasuhan (air) dalam Perjanjian Lama.

Pertanyaan 28 : Waktu tangan Yesus dipaku, kira-kira yang dipaku adalah telapak tangan-Nya atau pergelangan tangan-Nya?

Jawaban : Ini diperdebatkan. Ada yang mengatakan bahwa tangan dipaku bukan pada telapak tangan melainkan pada pergelangan tangan mengingat kalau pada telapak tangan maka akan koyak tertarik oleh berat badan ke bawah. 

Alexander Metherell berkata : Jika paku-paku itu ditancapkan menembus telapak tangan, beratnya akan menyebabkan kulit menjadi robek dan Ia akan jatuh dari atas salib. Jadi paku-paku ditembuskan ke pergelangan tangan, meskipun ini dianggap sebagai bagian dari tangan dalam bahasa masa itu. Tetapi bagi saya alasan ini tidak cukup kuat mengingat tangan yang dipaku biasanya diikatkan juga pada kayu salib sehingga tidak akan mudah tertarik ke bawah. Selain itu ada juga sadel yang menonjol di bagian pantat untuk tempat duduk dari si tersalib sehingga dapat menahan berat badan. 

Pulpit Commentary berkata : Paku-paku menembus tangan dan kaki, dan tubuh disangga / ditopang sebagian oleh paku-paku ini dan sebagian lagi oleh sepotong kayu yang menonjol yang disebut ‘tempat duduk’. 

Demikian juga Barclay : “Di antara kaki-kaki dari orang hukuman itu (diselangkangkannya), menonjol sepotong kayu yang disebut sadel, untuk menahan berat orang itu pada waktu salib itu ditegakkan - kalau tidak maka paku-paku itu akan merobek daging di tangannya”. Jadi saya lebih setuju dengan pendapat bahwa tangan Yesus dipaku pada telapak tangan-Nya.

Pertanyaan 29 : Bagaimana sebenarnya bentuk salib Kristus itu?

Jawaban : Salib yang paling kuno hanya berbentuk suatu tiang saja. Kata Yunani yang diterjemahkan ‘salib’ adalah STAUROS yang sebetulnya berarti ‘an upright stake’ (tiang tegak). Ini menyebabkan sekte Saksi Yehuwa mempercayai bahwa Yesus mati pada salib yang hanya berbentuk tiang tegak saja. Tetapi ini sama sekali tidak pasti, karena dengan berlalunya waktu, lalu muncul beberapa variasi dari bentuk salib. 

Ada yang berbentuk seperti salib yang kita kenal sekarang di mana kayu vertikal bisa sama panjang atau lebih panjang dari kayu horizontalnya, ada yang berbentuk huruf ‘T’, ada yang berbentuk huruf ‘X’ dan ada juga yang berbentuk huruf ‘Y’.


William Hendriksen mengatakan dalam bukunya ‘The Gospel of John’, hal. 425 bahwa dari Matius 27:37 dan Lukas 23:38 di mana dikatakan bahwa di atas kepala Yesus ada tulisan, maka kemungkinan besar salib Yesus berbentuk seperti yang lazim kita kenal saat ini. 

Tetapi Leon Morris (NICNT) mengatakan (hal. 806, footnote) bahwa salib yang berbentuk ‘T’ juga memungkinkan, karena biasanya tubuh orang yang disalibkan melorot / turun, sehingga kayu melintang berada di atas kepala orang tersebut, dan di sana bisa ditaruh tulisan tersebut. Jadi sebetulnya kita tidak tahu dengan pasti salib yang bagaimana yang dipakai untuk menyalibkan Tuhan Yesus. 

A. T. Robertson dalam komentarnya tentang Matius 27:32 berkata : Ada bermacam-macam jenis salib dan kami tidak tahu dengan persis bentuk dari salib pada mana Yesus disalibkan, sekalipun mungkin bentuk yang biasanya diberikan / ditunjukkan adalah benar”.

Pertanyaan 30 : Bagaimana tanggapan Pak Esra tentang film “The Passion of the Christ?”

Jawaban : Ada banyak kalangan yang beranggapan bahwa film ‘The Passion Of The Christ’ terlalu mengekspos secara berlebihan pencambukan / penyiksaan terhadap Yesus. Tetapi dari apa yang saya ketahui saya berpendapat bahwa apa yang digambarkan dalam film tersebut sama sekali tidak berlebih-lebihan! Demikianlah yang dialami oleh Kristus. Bagi saya film tersebut adalah film yang paling mendekati kebenaran tentang penderitaan dan penyaliban Kristus. 

Hanya saja menurut saya ada sekitar 13 kesalahan dalam yang dibuat oleh Mell Gibson selaku sutradara dari film tersebut. 

(1) Kata-kata Yesus pada waktu berdoa di Taman Getsemani ditambah-tambahi / divariasi sehingga tidak sesuai dengan aslinya. Misalnya ada kata-kata: ‘Rise up, defend Me’ (Bangkitlah, belalah Aku). 

(2) Setan menggoda Yesus di taman Getsemani supaya tidak mau mati disalib. Ada 2 kesalahan yang bersifat theologis di sini. 

Pertama, setan ingin Yesus mati disalib atau tidak? Yohanes 13:27 mengatakan bahwa Yudas Iskariot kerasukan Iblis, yang lalu menyebabkan ia mengkhianati / menjual Guru-Nya. Jadi jelas bahwa setan ingin membunuh Yesus. Kalau di taman Getsemani ia menggoda Yesus supaya jangan mati disalib, maka ia bertentangan dengan dirinya sendiri. Juga dalam film ini pada waktu Yesus dicambuki, ditunjukkan bahwa setan berjalan keliling (sambil menggendong setan kecil), dan wajahnya menunjukkan kepuasan melihat hal tersebut. Jadi, ia senang Yesus mati? Lalu mengapa tadinya menggodai Yesus di taman Getsemani supaya Yesus jangan mati disalib? Jelas bahwa 2 hal dari film ini saling bertentangan. 

Kedua, setan digambarkan sebagai mengetahui rencana Allah tentang penebusan dosa umat manusia melalui kematian Kristus. Bagaimana mungkin setan bisa tahu? Lihat 1 Petrus 1:12 : “Kepada mereka telah dinyatakan, bahwa mereka bukan melayani diri mereka sendiri, tetapi melayani kamu dengan segala sesuatu yang telah diberitakan sekarang kepada kamu dengan perantaraan mereka, yang oleh Roh Kudus, yang diutus dari sorga, menyampaikan berita Injil kepada kamu, yaitu hal-hal yang ingin diketahui oleh malaikat-malaikat”. Kalau malaikat-malaikat saja tidak tahu tentang Injil, bagaimana mungkin setan bisa tahu? 

(3) Ada 2 jenis penyesahan yang dilakukan terhadap Yesus, yang satu menggunakan semacam rotan biasa, yang kedua menggunakan cambuk Romawi yang diberi benda-benda tajam. Tentang cambuk yang pertama, saya tidak pernah membacanya dalam buku mana pun. 

(4) Istri Pontius Pilatus memberikan kain kepada Maria, yang lalu digunakan untuk mengepel / membersihkan darah Yesus di lantai tempat pencambukan. Ini tidak ada dalam Kitab Suci. 

(5) Kelihatannya Maria Magdalena digambarkan sebagai pelacur yang tertangkap dan mau dirajam dalam Yohanes 8:1-11. Ini salah! Siapa yang mengatakan kalau perempuan itu adalah Maria Magdalena? Memang ada tradisi yang mengatakan bahwa Maria Magdalena adalah bekas pelacur / perempuan yang tak bermoral. Ini merupakan fitnahan terhadap Maria Magdalena, karena dalam Kitab Suci sama sekali tak ada petunjuk tentang hal itu. 

(6) Dalam film ‘The Passion Of The Christ’ itu digambarkan adanya seorang perempuan (Veronica?) yang memberikan kain kepada Yesus yang lalu Ia gunakan untuk melap wajah-Nya yang penuh dengan darah. Ini lagi-lagi tidak ada dalam Kitab Suci. 

(7) Film ini juga memberikan beberapa penggambaran yang salah tentang Maria (ibu Yesus). Misalnya Maria digambarkan terbangun dan mendapat firasat yang tidak enak pada waktu Yesus ditangkap. Ini tidak ada dalam Kitab Suci. Waktu Yesus ditangkap, Petrus datang kepada Maria dan melaporkan hal itu. Juga setelah Petrus menyangkal Yesus, ia datang kepada Maria, berlutut di hadapannya, dan mengaku bahwa ia telah menyangkal Yesus, dan menyebut Maria dengan istilah ‘mother’ (ibu / mama). Ini tidak ada dalam Kitab Suci. 

Pada waktu Yesus ada di salib, Maria mengatakan bahwa ia ingin mati bersama Yesus. Ini lagi-lagi merupakan sesuatu yang tidak pernah ada dalam Kitab Suci. Seandainya kata-kata itu benar, Maria salah besar karena Yesus menderita dan mati untuk memikul hukuman dan penderitaan kita. Lalu apa gunanya Maria ingin mati bersama dengan Yesus? Maria juga digambarkan ikut menurunkan Yesus dari kayu salib setelah kematian Yesus. 

Ada orang-orang yang menganggap bahwa setelah Yesus menyerahkan Maria kepada Yohanes (Yohanes 19:26-27), maka Maria meninggalkan tempat penyaliban. Memang ada pro dan kontra dalam hal ini, tetapi yang jelas, dari penceritaan Kitab Suci sendiri, tidak disebutkan adanya Maria pada waktu Yesus mati / diturunkan dari kayu salib (bdk. Matius 27:55-61 Markus 15:40-47 Lukas 23:49-56a Yohanes 19:38-42). 

(8) Kedua penjahat yang disalibkan bersama Yesus itu tidak dicambuk. Ini tidak mungkin, karena tradisi penyaliban dalam kalangan Romawi mengharuskan pencambukan sebelum penyaliban. 

(9) Digambarkan adanya burung gagak yang mencucuk mata dari penjahat yang tidak bertobat. Sekalipun mungkin menyenangkan bagi kita untuk melihat hal itu, tetapi itu tidak ada dalam Kitab Suci. 

(10) Setelah Yudas Iskariot mengkhianati Yesus, ia digoda sekumpulan setan kecil, dan bahkan diserang secara fisik. Saya tidak menolak kemungkinan bahwa setan memang bekerja untuk menggoda Yudas Iskariot dan itu menyebabkan ia lalu bunuh diri. Tetapi bahwa setan melakukan serangan fisik, yang digambarkan dengan gigitan setan kecil itu pada tangan Yudas Iskariot, merupakan sesuatu yang sangat tidak masuk akal, dan juga tidak Alkitabiah. 

(11) Penusukan tombak pada rusuk Yesus dilakukan pada rusuk kanan dari Yesus. Ini tidak mungkin, karena kalau yang ditusuk adalah rusuk kanan, maka kecuali Yesus mempunyai jantung di sebelah kanan, tidak mungkin akan keluar air dan darah. Penusukan harus terjadi di rusuk kiri, sehingga mengenai jantung, baru bisa mengeluarkan air dan darah. 

(12) Pada saat Yesus mati, ada gempa bumi. Ini memang benar. Tetapi lalu digambarkan bahwa Bait Suci terbelah dan terbakar. Ini tidak Alkitabiah, karena Alkitab mengatakan bahwa tirai Bait Suci saja yang terbelah / sobek (Matius 27:51), bukan Bait Sucinya sendiri. Ini juga bertentangan dengan sejarah, karena yang menghancurkan Bait Suci itu nantinya adalah orang-orang Romawi, pada waktu mereka menyerbu dan menghancurkan Yerusalem pada tahun 70 M. 

(13) Pada saat Yesus mati, digambarkan setan teriak-teriak, dan kelihatannya seperti masuk neraka. Kalau penangkapan saya tentang hal ini benar, maka ini lagi-lagi merupakan sesuatu yang salah dari film ini. Sekalipun pada waktu Yesus mati disalib, dalam arti tertentu menang, karena bisa mengatasi rasa takut-Nya dsb, tetapi setan sebetulnya baru dikalahkan secara mutlak pada saat Yesus bangkit, dan baru dimasukkan ke neraka pada saat Yesus datang kedua-kalinya!

Pertanyaan 31 : Tidakkah catatan Mat 27:34 yang berkata : ”Lalu mereka memberi Dia minum anggur bercampur empedu. Setelah Ia mengecapnya, Ia tidak mau meminumnya” bertentangan dengan Yohanes 19:28-30 : “…berkatalah Ia "Aku haus!" … Maka mereka mencucukkan bunga karang, yang telah dicelupkan dalam anggur asam, pada sebatang hisop lalu mengunjukkannya ke mulut Yesus. Sesudah Yesus meminum anggur asam itu, berkatalah Ia: "Sudah selesai." …” Jadi yang benar Yesus minum atau tidak?

Jawaban : Silahkan baca dengan lengkap Matius 27:47-50; Markus 15:34-37; Yohanes 19:28-30. Dari perbandingan semua ayat ini, kita bisa menyimpulkan bahwa telah terjadi pemberian minum 2 kali kepada Yesus. Perhatikan fakta-fakta berikut ini : 

(1) Matius dan Markus memang menceritakan 2 kali pemberian minum yang berbeda. Yang pertama terjadi dalam Matius 27:34 / Markus 15:23; yang kedua terjadi dalam Matius 27:48 / Markus 15:36 / Yohanes 19:29-30a. 

(2) Pemberian minum yang pertama terjadi sesaat sebelum penyaliban; pemberian minum yang kedua terjadi pada saat Yesus sudah disalibkan, bahkan mungkin pada akhir dari penyaliban, pada saat Yesus hampir mati. 

(3) Pemberian minum yang pertama ditolak oleh Yesus; pemberian minum yang kedua terjadi setelah Ia berseru ‘Aku haus’ (Yohanes 19:28-30a), dan ini diterima oleh Yesus. (4) Dalam pemberian minum yang pertama Yesus diberi anggur bercampur mur / empedu; sedangkan dalam pemberian minum yang kedua Yesus diberi anggur asam. Jadi sama sekali tak ada pertentangan di sini. Dalam pemberian minum yang pertama Yesus menolaknya dan dalam pemberian minum yang kedua Ia menerimanya.

Pertanyaan 32 : Mengapa di atas salib, sewaktu Yesus diberi minum Ia menolaknya? (Matius 27:34)

Jawaban : Pertama-tama kita melihat minuman apa yang diberikan kepada Yesus. Matius 27:34 : ”Lalu mereka memberi Dia minum anggur bercampur empedu. Setelah Ia mengecapnya, Ia tidak mau meminumnya”. Mayoritas penafsir mengatakan bahwa minuman ini berfungsi sebagai obat bius, untuk mengurangi rasa sakit. Tradisi mengatakan bahwa minuman ini dipersiapkan oleh perempuan-perempuan Yerusalem sebagai tindakan belas kasihan terhadap orang yang akan disalibkan. 

Adam Clarke dalam komentarnya tentang Matius 27:34 berkata : “Anggur dicampur dengan mur diberikan kepada penjahat-penjahat di tempat eksekusi, untuk memabukkan mereka, dan membuat mereka kurang merasakan rasa sakit. ...” Juga Alfred Edersheim : “Merupakan suatu praktek Yahudi yang penuh belas kasihan untuk memberi kepada mereka yang dibawa pada pengeksekusian seteguk anggur keras dicampur dengan mur, sehingga mematikan kesadaran” (‘The Life and Times of Jesus the Messiah’, hal. 605).


Wycliffe Bible Commentary mengatakan : “Tujuan / maksud dari minuman pembius ini adalah untuk mematikan rasa sakit”. Jadi jelas bahwa pemberian minum ini kelihatannya bertujuan untuk meringankan sakit dari orang yang tersalib. Menariknya adalah Yesus menolak pemberian minum ini. Mengapa ia menolak? Jelas karena Ia tidak mau penderitaan/rasa sakit-Nya berkurang walaupun sedikit saja. Mengapa Ia tidak mau penderitaan-Nya dikurangi? Karena Ia sadar bahwa pada saat itu Ia sedang memikul hukuman dosa umat manusia, termasuk hukuman dosa saudara dan saya. 

Seandainya Ia mau meminum minuman pembius itu sehingga penderitaan-Nya dikurangi, maka Ia tidak memikul seluruh hukuman kita, tetapi sebagian saja. Misalkan saja penderitaan-Nya berkurang 10 %, maka itu akan berarti bahwa Ia hanya memikul 90 % dari hukuman dosa kita. Itu juga berarti bahwa hukuman dosa kita yang Ia bayar hanya 90 %, sedangkan yang 10 % harus kita bayar sendiri. Dan ini pasti tidak akan bisa menyelamatkan kita, karena 10 % dari semua dosa kita pasti lebih dari cukup untuk membawa kita ke neraka untuk selama-lamanya! Tetapi puji Tuhan; Ia menolak minuman itu. Dan dengan menolak minuman bius itu, Ia memikul seluruh / 100 % hukuman dosa kita! 

Dalam Matius 26:39,42 Ia sudah mengatakan kepada Bapa bahwa Ia mau meminum ‘cawan’ (artinya ‘penderitaan’ atau ‘murka Allah’) dari Bapa itu. Dan di sini Ia betul-betul meminum ‘cawan penderitaan / murka Allah’ itu sampai habis; Ia memikul seluruh hukuman dosa kita tanpa sisa sedikit pun. Karena itulah kalau kita percaya kepada Yesus, tidak ada dosa yang tidak diampuni, dan tidak ada lagi kemungkinan kita akan dihukum oleh Allah. Roma 8:1 : “Demikianlah sekarang tidak ada penghukuman bagi mereka yang ada di dalam Kristus Yesus”. Tetapi persoalannya, sudahkah saudara percaya kepada Yesus sehingga Penebus / Juru selamat saudara? Kalau belum, cepatlah datang kepada-Nya, sebelum terlambat!

Pertanyaan 33 : Mohon penjelasan tentang tulisan di atas salib Yesus karena kelihatannya ada kontradiksi antara 4 Injil.

Jawaban : Memang sepintas lalu kelihatannya kata-katanya berbeda-beda. Matius 27:37 : “Dan di atas kepalaNya terpasang tulisan yang menyebut alasan mengapa Ia dihukum: ‘Inilah Yesus Raja orang Yahudi”. Markus 15:26 : “Dan alasan mengapa Ia dihukum disebut pada tulisan yang terpasang di situ: ‘Raja orang Yahudi’. Lukas 23:38 : “Ada juga tulisan di atas kepala-Nya: ‘Inilah raja orang Yahudi”. Yohanes 19:19 : “Dan Pilatus menyuruh memasang juga tulisan di atas kayu salib itu, bunyinya: ‘Yesus, orang Nazaret, Raja orang Yahudi.’”. Sebenarnya tak ada persoalan di sini. Mungkin sekali tulisan lengkapnya berbunyi : ‘INILAH YESUS, ORANG NAZARET, RAJA ORANG YAHUDI’, sedangkan ke empat penulis Kitab Suci itu masing-masing menuliskan sebagian saja. 

Perhatikan versi masing-masing ini yang saya cetak tebal (bold). Versi Matius : ‘INILAH YESUS, ORANG NAZARET, RAJA ORANG YAHUDI’. Jadi Matius membuang 2 kata di tengah (ORANG NAZARET). Versi Markus : ‘INILAH YESUS, ORANG NAZARET, RAJA ORANG YAHUDI’. Jadi Markus membuang 4 kata pertama (INILAH YESUS, ORANG NAZARET). Versi Lukas : ‘INILAH YESUS, ORANG NAZARET, RAJA ORANG YAHUDI’. 

Jadi Lukas mengambil bagian yang sama dengan Markus hanya menambahkan kata “INILAH” di bagian awal dan dengan demikian hanya membuang 3 kata (YESUS, ORANG NAZARET). Versi Yohanes : ‘INILAH YESUS, ORANG NAZARET, RAJA ORANG YAHUDI’. Jadi Yohanes mengambil seluruhnya dan hanya membuang 1 kata pertama saja (INILAH). Jadi memang ada perbedaan di antara 4 Injil ini tetapi sama sekali tidak ada pertentangan.

Pertanyaan 34 : Pada saat Yesus disalib, ia berdoa untuk pengampunan dosa dari orang-orang yang menyalibkan Dia. “Ya Bapa ampunilah mereka karena mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat”. Jika demikian berarti dosa dari orang-orang yang menyalibkan Yesus ini diampuni dan mereka masuk surga. Kok menyalibkan Yesus malah masuk surga?

Jawaban : Tidak demikian pengertiannya. Di sini Yesus bukan meminta bahwa mereka diampuni begitu saja, tanpa pertobatan / iman. Yesus meminta agar mereka diampuni melalui pertobatan / iman. Jadi kalau mereka bertobat dan beriman maka mereka akan diampuni. Tetapi kalau mereka tidak bertobat dan tidak beriman maka mereka tidak akan diampuni. 

Lenski berkata : “Sama sekali bukan suatu pengampunan tanpa pertobatan - itu akan bertentangan dengan seluruh Kitab Suci dan dengan penebusan yang sekarang sedang diadakan / dijalankan oleh Yesus. Tetapi suatu pengampunan melalui pertobatan pada waktu kebenaran menyadarkan / menginsafkan mereka seperti dalam kitab Kisah Para Rasul”. 

Hal yang sama berlaku bagi semua kita. Kalau saudara bertobat dan beriman kepada Kristus yang tersalib maka dosa kita akan diampuni dan kita akan masuk surga. Tetapi saudara tidak bertobat dan tidak beriman kepada Kristus maka dosa saudara tidak akan diampuni dan saudara akan dimasukkan ke dalam neraka selama-lamanya.

Pertanyaan 35 : Bagaimana seharusnya sikap kita terhadap penderitaan Yesus?

Jawaban : Banyak orang setelah membaca/menyaksikan penderitaan Yesus yang begitu hebat lalu akhirnya menjadi kasihan pada Yesus. Sebenarnya ini adalah reaksi yang salah. Ingat bahwa pada waktu Yesus memikul salib keluar kota, terjadi peristiwa yang diceritakan dalam Lukas 23:27-32, di mana banyak perempuan menangisi dan meratapi Dia, tetapi justru mereka ditegur oleh Yesus. Lukas 23:27-28 : (27) Sejumlah besar orang mengikuti Dia; di antaranya banyak perempuan yang menangisi dan meratapi Dia. (28) Yesus berpaling kepada mereka dan berkata: "Hai puteri-puteri Yerusalem, janganlah kamu menangisi Aku, melainkan tangisilah dirimu sendiri dan anak-anakmu! 

Dalam Pulpit Commentary dikatakan : “Ia tidak membutuhkan / menghendaki belas kasihan kita. Ini adalah suatu perasaan yang sia-sia dan salah”. Kalau saudara mempunyai perasaan kasihan kepada Kristus, tetapi tidak percaya kepada Kristus, saudara sudah ditipu oleh setan. Dengan adanya perasaan kasihan itu saudara seakan-akan adalah orang yang pro Yesus, tetapi ketidakpercayaan saudara membuktikan bahwa saudara tetap anti Yesus! Karena itu janganlah sekedar merasa kasihan kepada Yesus, itu semua sia-sia. Itu semua tidak akan menyelamatkan saudara dari neraka. 

Lalu bagaimana reaksi yang benar? Reaksi yang benar yang harus saudara lakukan adalah percayalah kepada Dia, terimalah Dia sebagai Tuhan dan Juru selamat/Penebus dosa saudara dan saudara akan diselamatkan-Nya. Roma 10:9 : Sebab jika kamu mengaku dengan mulutmu, bahwa Yesus adalah Tuhan, dan percaya dalam hatimu, bahwa Allah telah membangkitkan Dia dari antara orang mati, maka kamu akan diselamatkan. Maukah saudara? HABIS. gadget, bisnis, otomotif 35  PERTANYAAN DAN JAWABAN SEPUTAR PENDERITAAN DAN KEMATIAN KRISTUS
Next Post Previous Post