ARTI 3 HARI 3 MALAM (MATIUS 12:40)
Pdt.Budi Asali, M.Div.
Dalam bahasa apapun selalu ada ungkapan yang menggunakan kata-kata yang bagi orang luar rasanya aneh, tetapi orang luar TIDAK BERHAK menyalahkan!
Sebab seperti Yunus tinggal di dalam perut ikan tiga hari tiga malam, demikian juga Anak Manusia akan tinggal di dalam rahim bumi tiga hari tiga malam (Matius 12:40)
Ini menyebabkan ada orang yang beranggapan bahwa Yesus mati pada hari Kamis, dan bahkan Rabu (karena Ia bangkit pada hari Minggu). Tetapi Mark 15:42 jelas menunjukkan bahwa Yesus mati pada hari Jum’at (Sabat = Sabtu; jadi ‘hari menjelang Sabat’ = Jum’at).
Markus 15:42 - “Sementara itu hari mulai malam, dan hari itu adalah hari persiapan, yaitu hari menjelang Sabat”.
Tetapi kalau Yesus mati pada hari Jum’at pk 3 siang (Lukas 23:44) dan bangkit pada hari Minggu dini hari, maka itu berarti bahwa Ia mati / ada dalam kubur hanya sekitar 38 jam. Lalu bagaimana menafsirkan Matius 12:40 yang berkata ‘3 hari 3 malam’? Jawab: ingat bahwa dalam menghitung hari, orang Yahudi menganggap ‘sebagian hari’ sebagai satu hari penuh!
Contoh:
1. Ester 4:16-5:1 - “(4:16) ‘Pergilah, kumpulkanlah semua orang Yahudi yang terdapat di Susan dan berpuasalah untuk aku; janganlah makan dan janganlah minum tiga hari lamanya, baik waktu malam, baik waktu siang. Aku serta dayang-dayangkupun akan berpuasa demikian, dan kemudian aku akan masuk menghadap raja, sungguhpun berlawanan dengan undang-undang; kalau terpaksa aku mati, biarlah aku mati.’ (4:17) Maka pergilah Mordekhai dan diperbuatnyalah tepat seperti yang dipesankan Ester kepadanya. (5:1) Pada hari yang ketiga Ester mengenakan pakaian ratu, lalu berdirilah ia di pelataran dalam istana raja, tepat di depan istana raja. Raja bersemayam di atas takhta kerajaan di dalam istana, berhadapan dengan pintu istana itu”.
Perhatikan bahwa Ester 4:16 mengatakan bahwa orang-orang Yahudi itu diminta untuk berpuasa 3 hari penuh (‘baik waktu malam, baik waktu siang’), kemudian Ester akan menghadap raja. Tetapi Ester 5:1 mengatakan ‘pada hari yang ketiga’ (bukan ‘setelah hari ketiga’), Ester sudah menghadap raja. Ini menunjukkan bahwa pada hari ke 3 mereka hanya berpuasa dalam sebagian dari hari itu, tetapi toh dianggap sebagai satu hari penuh.
2. Kejadian 42:17-18 - “(17) Dan dimasukkannyalah mereka bersama-sama ke dalam tahanan tiga hari lamanya. (18) Pada hari yang ketiga berkatalah Yusuf kepada mereka: ‘Buatlah begini, maka kamu akan tetap hidup, aku takut akan Allah”.
Penjelasannya sama dengan tentang Ester di atas.
3. Matius 27:63-64 - “(63) dan mereka berkata: ‘Tuan, kami ingat, bahwa si penyesat itu sewaktu hidupNya berkata: Sesudah tiga hari Aku akan bangkit. (64) Karena itu perintahkanlah untuk menjaga kubur itu sampai hari yang ketiga; jikalau tidak, murid-muridNya mungkin datang untuk mencuri Dia, lalu mengatakan kepada rakyat: Ia telah bangkit dari antara orang mati, sehingga penyesatan yang terakhir akan lebih buruk akibatnya dari pada yang pertama.’”.
Penjelasannya sama dengan yang di atas.
4. 2Tawarikh 10:5,12 - “(5) Tetapi ia menjawab mereka: ‘Datanglah kembali kepadaku lusa.’ Lalu pergilah rakyat itu. ... (12) Lusanya datanglah Yerobeam dengan segenap rakyat kepada Rehabeam, seperti yang dikatakan raja: ‘Kembalilah kepadaku lusa.’”.
KJV: ‘after three days ... on the third day ... on the third day’ [= setelah 3 hari ... pada hari yang ke 3 ... pada hari yang ke 3].
RSV: ‘in three days ... the third day ... the third day’ [= dalam 3 hari ... hari yang ke 3 ... hari yang ke 3].
NIV: ‘in three days ... three days later ... in three days’ [= dalam 3 hari ... 3 hari lagi ... dalam 3 hari].
NASB: ‘in three days ... on the third day ... on the third day’ [= dalam 3 hari ... pada hari ke 3 ... pada hari ke 3].
Yesus mati hari Jum’at. Biarpun Ia mati hari Jum’at pada 15.00, tetapi Jum’at pk 15.00-18.00 (hanya 3 jam) dianggap / dihitung sebagai satu hari. Seluruh hari Sabtu Ia ada dalam kubur, dan itu dianggap / dihitung sebagai hari kedua. Lalu sebagian dari hari Minggu (pk 18.00 - pk 4 atau 5 pagi, ini hanya kira-kira 10 atau 11 jam) Ia masih ada dalam kubur dan itu dianggap sebagai hari ketiga. Jadi, kata-kata Yesus dalam Matius 12:40 cocok dengan apa yang Ia alami.
Satu hal yang harus diperhatikan adalah: orang-orang Yahudi tidak menganggap bahwa kata-kata Yesus dalam ay 40 ini tidak cocok dengan fakta bahwa Yesus mati / ada dalam kubur hanya sekitar 38 jam. Kalau mereka menganggap tidak cocok, pasti mereka akan menuduh Yesus sebagai pendusta / nabi palsu karena nubuat / kata-kataNya salah. Tetapi dalam kenyataannya, tidak pernah ada tuduhan seperti itu!
Barnes’ Notes (tentang Matius 12:40): “‘Three days and three nights.’ It will be seen in the account of the resurrection of Christ that he was in the grave but two nights and a part of three days. ... This computation is, however, strictly in accordance with the Jewish mode of reckoning. If it had ‘not’ been, the Jews would have understood it, and would have charged our Saviour as being a false prophet, for it was well known to them that he had spoken this prophecy, Matt 27:63. Such a charge, however, was never made” [= ‘Tiga hari dan tiga malam’. Akan terlihat dalam cerita tentang kebangkitan Kristus bahwa Ia ada dalam kubur hanya dua malam dan sebagian dari 3 hari. ... Tetapi perhitungan ini secara ketat sesuai dengan cara perhitungan Yahudi. Seandainya tidak demikian, orang-orang Yahudi akan sudah mengertinya, dan akan sudah menuduh Juruselamat kita sebagai seorang nabi palsu, karena mereka tahu bahwa Ia telah mengucapkan nubuat ini, Matius 27:63. Tetapi tuduhan seperti itu tidak pernah dibuat; dan karena itu adalah jelas bahwa apa yang dimaksud oleh ramalan ini tercapai / digenapi].
Matius 27:62-63 - “(62) Keesokan harinya, yaitu sesudah hari persiapan, datanglah imam-imam kepala dan orang-orang Farisi bersama-sama menghadap Pilatus, (63) dan mereka berkata: ‘Tuan, kami ingat, bahwa si penyesat itu sewaktu hidupNya berkata: Sesudah tiga hari Aku akan bangkit”.
Kalau ada orang yang tetap mau menyamakan cara orang Yahudi menggunakan istilah dengan cara kita, itu ‘karepe dewe’! Dan kalau dilakukan seperti itu, pasti akan terjadi kekacauan dalam banyak bagian Alkitab.
Kita harus mengartikan suatu istilah dalam Alkitab sesuai dengan pengertian orang-orang di sana pada jaman itu!
Misalnya:
a. Istilah ‘Anak Allah’ harus diartikan ‘Allah sendiri’ atau ‘setara dengan Allah’.
Yohanes 5:18 - “Sebab itu orang-orang Yahudi lebih berusaha lagi untuk membunuhNya, bukan saja karena Ia meniadakan hari Sabat, tetapi juga karena Ia mengatakan bahwa Allah adalah BapaNya sendiri dan dengan demikian menyamakan (menyetarakan) diriNya dengan Allah”.
Matius 14:33 - “Dan orang-orang yang ada di perahu menyembah Dia, katanya: ‘Sesungguhnya Engkau Anak Allah.’”.
b. Istilah ‘engkau telah mengatakannya’ harus diartikan ‘ya’.
Matius 26:63-66 - “(63) Tetapi Yesus tetap diam. Lalu kata Imam Besar itu kepadaNya: ‘Demi Allah yang hidup, katakanlah kepada kami, apakah Engkau Mesias, Anak Allah, atau tidak.’ (64) Jawab Yesus: ‘Engkau telah mengatakannya. Akan tetapi, Aku berkata kepadamu, mulai sekarang kamu akan melihat Anak Manusia duduk di sebelah kanan Yang Mahakuasa dan datang di atas awan-awan di langit.’ (65) Maka Imam Besar itu mengoyakkan pakaiannya dan berkata: ‘Ia menghujat Allah. Untuk apa kita perlu saksi lagi? Sekarang telah kamu dengar hujatNya. (66) Bagaimana pendapat kamu?’ Mereka menjawab dan berkata: ‘Ia harus dihukum mati!’”.
Kalau diartikan ‘bukan aku, tetapi engkau yang mengatakannya’ maka akan terjadi kekacauan, karena kalau memang artinya seperti itu, lalu mengapa Yesus dijatuhi hukuman mati?
c. Yosua 7:19 - “(19) Berkatalah Yosua kepada Akhan: ‘Anakku, hormatilah TUHAN, Allah Israel, dan mengakulah di hadapanNya; katakanlah kepadaku apa yang kauperbuat, jangan sembunyikan kepadaku.’”.
NIV: ‘give glory to the LORD, the God of Israel, and give him the praise’ [= berilah kemuliaan kepada TUHAN, Allah Israel, dan berilah pujian kepadaNya].
Kata-kata ini juga tak bisa diartikan secara hurufiah / kata per kata. Artinya adalah suatu desakan untuk bersumpah.
d. Kata ‘anak’ bisa diartikan ‘anak menantu’, ‘cucu’ / ‘keturunan’, ‘ciptaan’, dan kata ‘memperanakkan’ bisa diartikan ‘menurunkan’. Sebaliknya, kata ‘bapa’ bisa diartikan ‘pencipta’.
Menafsirkan kata ‘anak’ sebagai ‘menantu’ bukanlah merupakan sesuatu yang aneh, karena dalam Rut 1:11-13, Naomi juga menyebut kedua menantunya dengan sebutan ‘anak-anakku’.
Rut 1:11-13 - “(11) Tetapi Naomi berkata: ‘Pulanglah, anak-anakku, mengapakah kamu turut dengan aku? Bukankah tidak akan ada lagi anak laki-laki yang kulahirkan untuk dijadikan suamimu nanti? (12) Pulanglah, anak-anakku, pergilah, sebab sudah terlalu tua aku untuk bersuami. Seandainya pikirku: Ada harapan bagiku, dan sekalipun malam ini aku bersuami, bahkan sekalipun aku masih melahirkan anak laki-laki, (13) masakan kamu menanti sampai mereka dewasa? Masakan karena itu kamu harus menahan diri dan tidak bersuami? Janganlah kiranya demikian, anak-anakku, bukankah jauh lebih pahit yang aku alami dari pada kamu, sebab tangan TUHAN teracung terhadap aku?’”.
KJV/RSV/NIV/NASB: ‘my daughters’ [= anak-anak perempuanku].
Menafsirkan kata ‘anak’ sebagai ‘cucu’ juga bukan merupakan hal yang aneh, karena dalam Alkitab, istilah ‘anak’ sering menunjuk kepada ‘keturunan’, dan istilah ‘bapa / ibu’ sering menunjuk kepada ‘nenek moyang’. Bahwa hal seperti ini sering terjadi terlihat dari:
· Kej 46:16-18 dimana ada 3 generasi yang dalam Kitab Suci Indonesia disebut sebagai ‘keturunan Zilpa’. Tetapi terjemahan yang hurufiahnya seharusnya adalah ‘sons of Zilpa’ [= anak-anak Zilpa].
Kejadian 46:16-18 - “(16) Anak-anak Gad ialah Zifyon, Hagi, Syuni, Ezbon, Eri, Arodi dan Areli. (17) Anak-anak Asyer ialah Yimna, Yiswa, Yiswi dan Beria; Serah ialah saudara perempuan mereka; dan anak-anak Beria ialah Heber dan Malkiel. (18) Itulah keturunan Zilpa, yakni hamba perempuan yang telah diberikan Laban kepada Lea, anaknya perempuan, dan yang melahirkan anak-anak bagi Yakub; seluruhnya enam belas jiwa”.
KJV/RSV/NASB: ‘the sons of Zilpah’ [= anak-anak dari Zilpa].
NIV: ‘the children born to Jacob by Zilpah’ [= anak-anak yang dilahirkan bagi Yakub oleh Zilpa].
· 2Taw 28:1 dimana Daud disebut sebagai ‘bapa leluhur’ Ahas.
2Tawarikh 28:1 - “Ahas berumur dua puluh tahun pada waktu ia menjadi raja dan enam belas tahun lamanya ia memerintah di Yerusalem. Ia tidak melakukan apa yang benar di mata TUHAN seperti Daud, bapa leluhurnya”.
KJV/RSV/NIV/NASB: ‘his father’ [= bapanya].
Kata ‘bapa’ bisa diartikan ‘pencipta’ seperti dalam kasus:
¨ Adam / malaikat disebut anak Allah.
Lukas 3:38 - “anak Enos, anak Set, anak Adam, anak Allah”.
Ayub 1:6 - “Pada suatu hari datanglah anak-anak Allah menghadap TUHAN dan di antara mereka datanglah juga Iblis”.
¨ Allah disebut ‘Bapa segala roh’.
Ibrani 12:9 - “Selanjutnya: dari ayah kita yang sebenarnya kita beroleh ganjaran, dan mereka kita hormati; kalau demikian bukankah kita harus lebih taat kepada Bapa segala roh, supaya kita boleh hidup?”.
¨ Yesus disebut ‘Bapa yang kekal’, atau lebih tepat ‘Bapa dari kekekalan’.
Yesaya 9:5 - “Sebab seorang anak telah lahir untuk kita, seorang putera telah diberikan untuk kita; lambang pemerintahan ada di atas bahunya, dan namanya disebutkan orang: Penasihat Ajaib, Allah yang Perkasa, Bapa yang Kekal, Raja Damai”.
e. Kata ‘benci’ bisa diartikan ‘kurang mengasihi’.
Lukas 14:26 - “‘Jikalau seorang datang kepadaKu dan ia tidak membenci bapanya, ibunya, isterinya, anak-anaknya, saudara-saudaranya laki-laki atau perempuan, bahkan nyawanya sendiri, ia tidak dapat menjadi muridKu”.
Matius 10:37 - “Barangsiapa mengasihi bapa atau ibunya lebih dari padaKu, ia tidak layak bagiKu; dan barangsiapa mengasihi anaknya laki-laki atau perempuan lebih dari padaKu, ia tidak layak bagiKu”.
Kejadian 29:31 - “Ketika TUHAN melihat, bahwa Lea tidak dicintai, dibukaNyalah kandungannya, tetapi Rahel mandul”.
KJV: ‘Leah was hated’ [= Lea dibenci].
Ulangan 21:15 - “‘Apabila seorang mempunyai dua orang isteri, yang seorang dicintai dan yang lain tidak dicintainya, dan mereka melahirkan anak-anak lelaki baginya, baik isteri yang dicintai maupun isteri yang tidak dicintai, dan anak sulung adalah dari isteri yang tidak dicintai”.
KJV: ‘... another hated... the hated... was hated’ [= ... yang lain dibenci ... yang dibenci ... dibenci].
Dalam bahasa apapun selalu ada ungkapan yang menggunakan kata-kata yang bagi orang luar rasanya aneh, tetapi orang luar TIDAK BERHAK menyalahkan!
Misalnya:
1. Dalam bahasa Inggris.
a. Kata-kata ‘let us hit the road’ [= mari kita berangkat] atau ‘let us hit the shower’ [= mari kita mandi]. Padahal arti kata-kata itu secara hurufiah adalah ‘mari kita memukul jalanan’ dan ‘mari kita memukul pancuran’!
b. She is a ‘knock out’ [= ia sangat cantik]. Apa hubungan ‘cantik’ dengan KO?
c. What the hell are you talking about? [= Apa gerangan yang kamu katakan?]. Untuk apa ada kata ‘hell’ [= neraka] di sini?
d. Why on earth is she doing that? [= Mengapa gerangan ia melakukan hal itu?]. Untuk apa ada kata ‘on earth’ [= di bumi] di sini?
e. Hell-driver [= Pengemudi yang ngebut / ugal-ugalan]. Mengapa digunakan kata ‘hell’ [= neraka] di sini?
2. Dalam bahasa Indonesia.
a. Menggunakan kata ‘kami’ pada waktu bicara di depan umum, padahal yang dimaksudkan adalah ‘saya’.
b. Menggunakan kata ‘gombal’ dalam arti ‘omong kosong’.
c. Orang kuat disebut ‘ndak punya udel’.
e. Orang yang suka membaca / belajar disebut ‘kutu buku’.
f. Pencuri di atas truk di jalanan disebut ‘bajing loncat’.
g. Orang bodoh dikatakan ‘otaknya ditaruh di dengkul’.
h. Orang pandai disebut ‘otaknya encer’.
i. Rumah tangga yang kacau dikatakan ‘seperti neraka’.
j. Melihat uang ‘matanya hijau’.
k. Sebut seadanya keluarga sebagai ‘saudara’.
l. Mengatakan ‘kurang tahu’ padahal yang dimaksudkan adalah ‘tidak tahu’.
Catatan: Pdt. Budi Asali, M.Div: meraih gelar Master of Divinity (M.Div) dari Reformed Theological Seminary (RTS), Jackson, Mississippi, United States of America
AMIN-
-o0o-
-o0o-