2 SAMUEL 6:1-23 (TABUT TUHAN DAN SIKAP DAUD)

Pdt. Budi Asali, M.Div.
2 SAMUEL 6:1-23 (TABUT TUHAN DAN SIKAP DAUD)
2 Samuel 6:1-23 -“(1) Daud mengumpulkan pula semua orang pilihan di antara orang Israel, tiga puluh ribu orang banyaknya. (2) Kemudian bersiaplah Daud, lalu berjalan dari Baale-Yehuda dengan seluruh rakyat yang menyertainya, untuk mengangkut dari sana tabut Allah, yang disebut dengan nama TUHAN semesta alam yang bertakhta di atas kerubim. (3) Mereka menaikkan tabut Allah itu ke dalam kereta yang baru setelah mengangkatnya dari rumah Abinadab yang di atas bukit. Lalu Uza dan Ahyo, anak-anak Abinadab, mengantarkan kereta itu. (4) Uza berjalan di samping tabut Allah itu, sedang Ahyo berjalan di depan tabut itu. (5) Daud dan seluruh kaum Israel menari-nari di hadapan TUHAN dengan sekuat tenaga, diiringi nyanyian, kecapi, gambus, rebana, kelentung dan ceracap. (6) Ketika mereka sampai ke tempat pengirikan Nakhon, maka Uza mengulurkan tangannya kepada tabut Allah itu, lalu memegangnya, karena lembu-lembu itu tergelincir. (7) Maka bangkitlah murka TUHAN terhadap Uza, lalu Allah membunuh dia di sana karena keteledorannya itu; ia mati di sana dekat tabut Allah itu. (8) Daud menjadi marah, karena TUHAN telah menyambar Uza demikian hebatnya; maka tempat itu disebut orang Peres-Uza sampai sekarang. (9) Pada waktu itu Daud menjadi takut kepada TUHAN, lalu katanya: ‘Bagaimana tabut TUHAN itu dapat sampai kepadaku?’ (10) Sebab itu Daud tidak mau memindahkan tabut TUHAN itu ke tempatnya, ke kota Daud, tetapi Daud menyimpang dan membawanya ke rumah Obed-Edom, orang Gat itu. (11) Tiga bulan lamanya tabut Tuhan itu tinggal di rumah Obed-Edom, orang Gat itu, dan TUHAN memberkati Obed-Edom dan seisi rumahnya. (12) Diberitahukanlah kepada raja Daud, demikian: ‘TUHAN memberkati seisi rumah Obed-Edom dan segala yang ada padanya oleh karena tabut Allah itu.’ Lalu Daud pergi mengangkut tabut Allah itu dari rumah Obed-Edom ke kota Daud dengan sukacita. (13) Apabila pengangkat-pengangkat tabut TUHAN itu melangkah maju enam langkah, maka ia mengorbankan seekor lembu dan seekor anak lembu gemukan. (14) Dan Daud menari-nari di hadapan TUHAN dengan sekuat tenaga; ia berbaju efod dari kain lenan. (15) Daud dan seluruh orang Israel mengangkut tabut TUHAN itu dengan diiringi sorak dan bunyi sangkakala. (16) Ketika tabut TUHAN itu masuk ke kota Daud, maka Mikhal, anak perempuan Saul, menjenguk dari jendela, lalu melihat raja Daud meloncat-loncat serta menari-nari di hadapan TUHAN. Sebab itu ia memandang rendah Daud dalam hatinya. (17) Tabut TUHAN itu dibawa masuk, lalu diletakkan di tempatnya, di dalam kemah yang dibentangkan Daud untuk itu, kemudian Daud mempersembahkan korban bakaran dan korban keselamatan di hadapan TUHAN. (18) Setelah Daud selesai mempersembahkan korban bakaran dan korban keselamatan, diberkatinyalah bangsa itu demi nama TUHAN semesta alam. (19) Lalu dibagikannya kepada seluruh bangsa itu, kepada seluruh khalayak ramai Israel, baik laki-laki maupun perempuan, kepada masing-masing seketul roti bundar, sekerat daging, dan sepotong kue kismis. Sesudah itu pergilah seluruh bangsa itu, masing-masing ke rumahnya. (20) Ketika Daud pulang untuk memberi salam kepada seisi rumahnya, maka keluarlah Mikhal binti Saul mendapatkan Daud, katanya: ‘Betapa raja orang Israel, yang menelanjangi dirinya pada hari ini di depan mata budak-budak perempuan para hambanya, merasa dirinya terhormat pada hari ini, seperti orang hina dengan tidak malu-malu menelanjangi dirinya!’ (21) Tetapi berkatalah Daud kepada Mikhal: ‘Di hadapan TUHAN, yang telah memilih aku dengan menyisihkan ayahmu dan segenap keluarganya untuk menunjuk aku menjadi raja atas umat TUHAN, yakni atas Israel, - di hadapan TUHAN aku menari-nari, (22) bahkan aku akan menghinakan diriku lebih dari pada itu; engkau akan memandang aku rendah, tetapi bersama-sama budak-budak perempuan yang kaukatakan itu, bersama-sama merekalah aku mau dihormati.’ (23) Mikhal binti Saul tidak mendapat anak sampai hari matinya”.

I) Daud memindahkan tabut Tuhan dari rumah Abinadab ke Yerusalem (2 Samuel 6: 1-9).

1) Tabut Tuhan di rumah Abinadab.

Terakhir kali tabut Tuhan itu diceritakan dalam 1Sam 6:1-7:2 dimana tabut yang tadinya dirampas oleh orang Filistin itu dikembalikan kepada orang Israel, dan lalu diletakkan di rumah Abinadab.

1Samuel 7:1-2 - “(1) Lalu orang-orang Kiryat-Yearim datang, mereka mengangkut tabut TUHAN itu dan membawanya ke dalam rumah Abinadab yang di atas bukit. Dan Eleazar, anaknya, mereka kuduskan untuk menjaga tabut TUHAN itu. (2) Sejak saat tabut itu tinggal di Kiryat-Yearim berlalulah waktu yang cukup lama, yakni dua puluh tahun, dan seluruh kaum Israel mengeluh kepada TUHAN”.

Keil & Delitzsch mengatakan bahwa tabut Tuhan itu sudah berada di rumah Abinadab selama 70 tahun.

Keil & Delitzsch: “The ark of the covenant had been standing in the house of Abinadab from the time when the Philistines had sent it back into the land of Israel, i.e., about seventy years (viz., twenty years to the victory at Ebenezer mentioned in 1Sa. 7: 1ff., forty years under Samuel and Saul, and about ten years under David: see the chronological table on pp. 210f.)” (= ).

Matthew Henry: “We have not heard a word of the ark since it was lodged in Kirjath-jearim, immediately after its return out of its captivity among the Philistines (1 Sam 7:1,2), except that, once, Saul called for it, 1 Sam 14:18. That which in former days had made so great a figure is now thrown aside, as a neglected thing, for many years” [= Kita tidak mendengar satu katapun tentang tabut itu sejak tabut itu diinapkan di Kiryat-Yearim, segera setelah pengembaliannya dari penahanannya di antara orang-orang Filistin (1Sam 7:1-2), kecuali bahwa sekali, Saul memerlukannya, 1Sam 14:18. Tabut itu yang pada masa yang lalu telah menjadi suatu simbol yang agung sekarang dikesampingkan, sebagai suatu hal / benda yang diabaikan, untuk banyak tahun / waktu yang lama].

Catatan: Saya tidak tahu apakah 1Sam 14:18 bisa diperhitungkan di sini atau tidak, karena untuk ayat ini terjemahan Kitab Suci bahasa Inggris berbeda dengan Kitab Suci Indonesia.

1Samuel 14:18 - “Lalu kata Saul kepada Ahia: ‘Bawalah baju efod ke mari.’ Karena pada waktu itu dialah yang memakai baju efod di antara orang Israel”.

Kata-kata ‘baju efod’ diambil dari LXX / Septuaginta.

KJV/RSV/NIV/NASB/ASV/NKJV: ‘the ark of God’ (= tabut Allah).

Mungkin di sini ada kesalahan pada pengcopyan awal, karena ‘tabut Allah’ tidak pernah digunakan untuk mencari kehendak Allah, tetapi ‘baju efod’ memang dipakai untuk tujuan itu.

Kel 28:28-30 - “(28) Kemudian haruslah tutup dada itu dengan gelangnya diikatkan kepada gelang baju efod dengan memakai tali ungu tua, sehingga tetap di atas sabuk baju efod, dan tutup dada itu tidak dapat bergeser dari baju efod. (29) Demikianlah di atas jantungnya harus dibawa Harun nama para anak Israel pada tutup dada pernyataan keputusan itu, apabila ia masuk ke dalam tempat kudus, supaya menjadi tanda peringatan yang tetap di hadapan TUHAN. (30) Dan di dalam tutup dada pernyataan keputusan itu haruslah kautaruh Urim dan Tumim; haruslah itu di atas jantung Harun, apabila ia masuk menghadap TUHAN, dan Harun harus tetap membawa keputusan bagi orang Israel di atas jantungnya, di hadapan TUHAN”.

2) Daud ingin memindahkan tabut Tuhan itu ke Yerusalem.

The Bible Exposition Commentary: Old Testament: “Why did David want the Ark in Jerusalem? For one thing, he wanted to honor the Lord and give Him His rightful place as King of the nation. But David also had a secret desire in his heart to build a sanctuary for the Lord (see chap. 7; Ps 132:1-5), and the first step would be to place the Ark in the capital city. David knew that the Lord desired a central sanctuary (Deut 12:5,11,21; 14:23-24; 16:2,6,11; 26:2), and he hoped the Lord would let him build it” [= Mengapa Daud menginginkan tabut itu di Yerusalem? Pertama, ia ingin menghormati Tuhan dan memberiNya tempatNya yang menjadi hakNya sebagai Raja dari bangsa itu. Tetapi Daud juga mempunyai keinginan rahasia / diam-diam dalam hatinya untuk membangun tempat kudus untuk Tuhan (lihat pasal 7; Maz 132:1-5), dan langkah pertama adalah menempatkan Tabut itu di ibu kota. Daud tahu bahwa Tuhan menginginkan tempat kudus yang sentral (Ulangan 12:5,11,21; 14:23-24; 16:2,6,11; 26:2), dan ia berharap Tuhan akan mengijinkannya membangunnya].

2Sam 7:1-2 - “(1) Ketika raja telah menetap di rumahnya dan TUHAN telah mengaruniakan keamanan kepadanya terhadap semua musuhnya di sekeliling, (2) berkatalah raja kepada nabi Natan: ‘Lihatlah, aku ini diam dalam rumah dari kayu aras, padahal tabut Allah diam di bawah tenda.’”.

Mazmur 132:1-5 - “(1) [Nyanyian ziarah.] Ingatlah, ya TUHAN, kepada Daud dan segala penderitaannya, (2) bagaimana ia telah bersumpah kepada TUHAN, telah bernazar kepada Yang Mahakuat dari Yakub: (3) ‘Sesungguhnya aku tidak akan masuk ke dalam kemah kediamanku, tidak akan berbaring di ranjang petiduranku, (4) sesungguhnya aku tidak akan membiarkan mataku tidur atau membiarkan kelopak mataku terlelap, (5) sampai aku mendapat tempat untuk TUHAN, kediaman untuk Yang Mahakuat dari Yakub.’”.

Ul 12:5,11,21 - “(5) Tetapi tempat yang akan dipilih TUHAN, Allahmu, dari segala sukumu sebagai kediamanNya untuk menegakkan namaNya di sana, tempat itulah harus kamu cari dan ke sanalah harus kamu pergi. ... (11) maka ke tempat yang dipilih TUHAN, Allahmu, untuk membuat namaNya diam di sana, haruslah kamu bawa semuanya yang kuperintahkan kepadamu, yakni korban bakaran dan korban sembelihanmu, persembahan persepuluhanmu dan persembahan khususmu dan segala korban nazarmu yang terpilih, yang kamu nazarkan kepada TUHAN. ... (21) Apabila tempat yang akan dipilih TUHAN, Allahmu, untuk menegakkan namaNya di sana, terlalu jauh dari tempatmu, maka engkau boleh menyembelih dari lembu sapimu dan kambing dombamu yang diberikan TUHAN kepadamu, seperti yang kuperintahkan kepadamu, dan memakan dagingnya di tempatmu sesuka hatimu”.

Catatan: jelas bahwa kata ‘nama’ dalam text di atas ini bukan menunjuk pada nama YHWH, tetapi kepada diri Tuhan sendiri.

3) Daud mengumpulkan para pemimpin dan pemuka dan berunding dengan mereka tentang pemindahan tabut Tuhan.

2 Samuel 6: 1: “Daud mengumpulkan pula semua orang pilihan di antara orang Israel, tiga puluh ribu orang banyaknya.”.

Dari ay 1 ini perundingan itu tidak terlihat, tetapi mari kita lihat ayat-ayat paralelnya dalam 1Taw 13:1-3 - “(1) Daud berunding dengan pemimpin-pemimpin pasukan seribu dan pasukan seratus dan dengan semua pemuka. (2) Berkatalah Daud kepada seluruh jemaah Israel: ‘Jika kamu anggap baik dan jika diperkenankan TUHAN, Allah kita, baiklah kita menyuruh orang kepada saudara-saudara kita yang masih tinggal di daerah-daerah orang Israel, dan di samping itu kepada para imam dan orang-orang Lewi yang ada di kota-kota yang dikelilingi tanah penggembalaan mereka, supaya mereka berkumpul kepada kita. (3) Dan baiklah kita memindahkan tabut Allah kita ke tempat kita, sebab pada zaman Saul kita tidak mengindahkannya.’”.

1Taw 13:1 menunjukkan adanya suatu musyawarah karena dikatakan bahwa ‘Daud berunding dengan pemimpin-pemimpin pasukan seribu dan pasukan seratus dan dengan semua pemuka’. Daud bukan seseorang yang otoriter, padahal ia adalah seorang raja. Anehnya, banyak pendeta, atau ketua Majelis, atau ketua sinode, atau donatur terbesar gereja, yang bersikap otoriter (menjadi ‘Paus’) dalam gereja! Ini merupakan suatu kekurang-ajaran, yang bukan hanya tidak Alkitabiah, tetapi juga merupakan suatu sikap menentang Tuhan, yang adalah Raja Gereja yang sebenarnya.

4) Daud tidak meminta petunjuk Tuhan.

Sekalipun dalam 1Taw 13:2 ada kata-kata Daud yang berbunyi ‘jika diperkenankan TUHAN, Allah kita’, tetapi ia tidak meminta petunjuk Tuhan!

1Taw 13:1-3 - “(1) Daud berunding dengan pemimpin-pemimpin pasukan seribu dan pasukan seratus dan dengan semua pemuka. (2) Berkatalah Daud kepada seluruh jemaah Israel: ‘Jika kamu anggap baik dan jika diperkenankan TUHAN, Allah kita, baiklah kita menyuruh orang kepada saudara-saudara kita yang masih tinggal di daerah-daerah orang Israel, dan di samping itu kepada para imam dan orang-orang Lewi yang ada di kota-kota yang dikelilingi tanah penggembalaan mereka, supaya mereka berkumpul kepada kita. (3) Dan baiklah kita memindahkan tabut Allah kita ke tempat kita, sebab pada zaman Saul kita tidak mengindahkannya.’”.

The Bible Exposition Commentary: Old Testament: “But one thing was missing: there is no record that David sought the mind of the Lord in this matter. Relocating the Ark to Jerusalem seemed a wise idea and everybody was enthusiastic about doing it, but the king didn’t follow his usual pattern of asking the Lord for His directions. After all, what pleases the king and the people may not please God, and what doesn’t please God will not have His blessing” (= Tetapi ada satu hal yang kurang: di sana tidak ada catatan bahwa Daud mencari pikiran Tuhan dalam persoalan ini. Pemindahan Tabut Tuhan ke Yerusalem kelihatannya merupakan suatu gagasan / usul yang bijaksana dan setiap orang bersemangat dalam melakukannya, tetapi sang raja tidak mengikuti pola biasanya dengan bertanya kepada Tuhan untuk pimpinan / pengarahanNya. Bagaimanapun juga, apa yang menyenangkan raja dan rakyat bisa tidak menyenangkan Allah, dan apa yang tidak menyenangkan Allah tidak akan mendapatkan berkatNya).

5) Daud dan seluruh rakyat melakukan pemindahan tabut Tuhan ke Yerusalem.

2 Samuel 6: 2-5: “(2) Kemudian bersiaplah Daud, lalu berjalan dari Baale-Yehuda dengan seluruh rakyat yang menyertainya, untuk mengangkut dari sana tabut Allah, yang disebut dengan nama TUHAN semesta alam yang bertakhta di atas kerubim. (3) Mereka menaikkan tabut Allah itu ke dalam kereta yang baru setelah mengangkatnya dari rumah Abinadab yang di atas bukit. Lalu Uza dan Ahyo, anak-anak Abinadab, mengantarkan kereta itu. (4) Uza berjalan di samping tabut Allah itu, sedang Ahyo berjalan di depan tabut itu. (5) Daud dan seluruh kaum Israel menari-nari di hadapan TUHAN dengan sekuat tenaga, diiringi nyanyian, kecapi, gambus, rebana, kelentung dan ceracap.”.

a) Nama Baale-Yehuda (2 Samuel 6: 2).

Wycliffe Bible Commentary: “‘Baale of Judah’. Cf. 1 Chr 13:6. The idiom means ‘Lords of Judah’. These were the leading members of the land of Judah. ... Traditionally the term has been regarded as a place name - Baale of Judah” (= ‘Baale dari Yehuda’. Bdk. 1Taw 13:6. Ungkapan ini berarti ‘Tuhan-tuhan dari Yehuda’. Ini adalah anggota-anggota yang terkemuka dari tanah Yehuda. ... Secara tradisionil istilah itu telah dianggap sebagai nama suatu tempat - Baale dari Yehuda).

1Taw 13:6 - “Lalu Daud dan segenap orang Israel berangkat ke Baala, ke Kiryat-Yearim, yang termasuk wilayah Yehuda, untuk mengangkut dari sana tabut Allah, yang disebut dengan nama TUHAN yang bertakhta di atas kerubim”.

Keil & Delitzsch: “‎Baale-Jehudah is another name of the city of Kirjath-jearim (Josh 15:60; 18:14), which is called Baalah in Josh 15:9 and 1 Chron 13:6, according to its Canaanitish name, instead of which the name Kirjath-jearim (city of the woods) was adopted by the Israelites, though without entirely supplanting the old name” [= Baale-Yehuda merupakan nama lain dari kota Kiryat-Yearim (Yosua 15:60; 18:14), yang disebut Baala dalam Yosua 15:9 dan 1Taw 13:6, sesuai dengan nama Kanaannya, dan bukannya dengan nama Kiryat-Yearim (kota dari kayu) yang diambil oleh orang-orang Israel, sekalipun tanpa menggantikan sepenuhnya nama lamanya].

Kata ‘Baal’ artinya ‘tuan / tuhan’, tetapi juga jelas adalah nama dewa pada saat itu. Tetapi tetap digunakan dalam Kitab Suci, bahkan oleh orang Israel! Bandingkan dengan ajaran Yahweh-isme yang melarang kata ‘Allah’ dengan alasan itu adalah nama dari Tuhannya orang Islam, atau nama dari dewa kafir pra Islam! Menurut saya, ini adalah ajaran bodoh!

Catatan: kalau mau tahu lebih banyak tentang ajaran Yahweh-isme, dan semua kebodohan dan penipuannya, baca buku saya berjudul ‘Yahweh-isme’.

b) Tabut Tuhan.

2 Samuel 6: 2: “tabut Allah, yang disebut dengan nama TUHAN semesta alam yang bertakhta di atas kerubim”.

Adam Clarke: “‘Whose name is called by the name of the Lord’. That is, The ark is called the ark of the Lord of hosts” (= ‘Yang namanya disebut dengan nama TUHAN’. Artinya, Tabut itu disebut Tabut TUHAN semesta alam).

c) Mereka menggunakan kereta yang baru.

2 Samuel 6: 3: “Mereka menaikkan tabut Allah itu ke dalam kereta yang baru”.

Ini jelas merupakan tindakan yang salah, karena hukum Taurat mengharuskan tabut Tuhan dipikul oleh orang Lewi.

Memang tabut Tuhan itu diberi 4 gelang emas pada keempat penjurunya, dan kayu pengusung, dengan mana tabut Tuhan itu harus diangkat. Pengangkatnyapun tak boleh sembarang orang, tetapi ditentukan dalam hukum Taurat.

Kel 25:12-15 - “(12) Haruslah engkau menuang empat gelang emas untuk tabut itu dan pasanglah gelang itu pada keempat penjurunya, yaitu dua gelang pada rusuknya yang satu dan dua gelang pada rusuknya yang kedua. (13) Engkau harus membuat kayu pengusung dari kayu penaga dan menyalutnya dengan emas. (14) Haruslah engkau memasukkan kayu pengusung itu ke dalam gelang yang ada pada rusuk tabut itu, supaya dengan itu tabut dapat diangkut. (15) Kayu pengusung itu haruslah tetap tinggal dalam gelang itu, tidak boleh dicabut dari dalamnya”.

Bilangan 7:9 - “Tetapi kepada bani Kehat tidak diberikannya apa-apa, karena pekerjaan mereka ialah mengurus barang-barang kudus, yang harus diangkat di atas bahunya”.

Mengapa mereka melakukan pelanggaran seperti ini? Pulpit Commentary mengatakan bahwa kesalahan seperti ini tidaklah mengherankan. Mereka sudah lama tidak berurusan dengan tabut Tuhan itu sehingga sangat mungkin mereka melupakan cara sebenarnya dalam mengangkut tabut Tuhan itu. Bagi kita, dengan mudah kita bisa melihat dalam Alkitab kita bagaimana Tuhan menghendaki kita melakukan hal itu. Tetapi bagi mereka, Alkitab tidak tersedia seperti bagi kita pada jaman sekarang. Alkitab / Perjanjian Lama masih ada dalam bentuk manuscript, dan Pulpit Commentary mengatakan bahwa tidak terbayangkan kalau Daud, atau bahkan imam besar Abyatar membawa manuscript pada saat itu. Mereka hanya tahu bahwa tabut Tuhan itu kembali dari Filistin dengan menggunakan kereta, dan mereka menirunya.

Matthew Henry: “It was no excuse for them that the Philistines had done so and were not punished for it; they knew no better, nor had they any priests or Levites with them to undertake the carrying of it; better carry it in a cart than that any of Dagon’s priests should carry it. Philistines may cart the ark with impunity; but, if Israelites do so, they do it at their peril” (= Bukan suatu dalih bagi mereka bahwa orang-orang Filistin telah melakukan demikian dan tidak dihukum untuk itu; mereka tidak tahu dengan lebih baik, juga mereka tidak mempunyai imam ataupun orang-orang Lewi bersama mereka untuk melakukan pengangkutan tabut itu; lebih baik membawanya dalam sebuah kereta dari pada imam Dagon yang manapun yang membawanya. Orang-orang Filistin bisa membawa tabut dengan kereta tanpa dihukum; tetapi jika orang-orang Israel melakukan hal yang sama, mereka melakukannya atas resiko mereka sendiri).

Pulpit Commentary: “But in so solemn a matter the priests ought to have made diligent search, and have gone for instruction to the copies which they possessed of the Divine Law. ... But this want of inquiry and easy assumption, that as the ark was brought in a cart to Abinadab’s house, so in a cart it should be carried away, was an act of great irreverence, and all the guilty were punished. The heaviest blow fell on the house of Abinadab, which lost a dear son. Entrusted for seventy years with the care of so sacred a symbol of Jehovah’s presence, Abinadab and his family ought to have made a special study of the laws concerning it. Apparently they left it very much to itself; for it is never said that God blessed them for their care of it as he did Obed-Edom” (= Tetapi dalam suatu persoalan yang begitu keramat imam-imam seharusnya membuat penyelidikan yang rajin / tekun, dan mencari instruksi ke manuscript-manuscript yang mereka miliki tentang hukum Taurat Ilahi. ... Tetapi tidak adanya penyelidikan dan perkiraan / anggapan yang mudah, bahwa karena tabut itu dibawa dalam kereta ke rumah Abinadab, demikian juga tabut itu harus dibawa untuk meninggalkannya dengan sebuah kereta, merupakan suatu tindakan ketidak-hormatan yang besar, dan semua yang bersalah dihukum. Pukulan yang terberat jatuh pada keluarga dari Abinadab, yang kehilangan seorang anak yang dikasihi. Setelah dipercayai selama 70 tahun dengan pemeliharaan / penjagaan dari simbol yang begitu keramat dari kehadiran Yehovah, Abinadab dan keluarganya seharusnya telah membuat suatu pembelajaran khusus tentang hukum-hukum tentangnya. Tetapi kelihatannya mereka membiarkan tabut itu begitu saja; karena tak pernah dikatakan bahwa Allah memberkati mereka untuk pemeliharaan / penjagaan tabut itu seperti yang Dia lakukan kepada Obed-Edom).

The Biblical Illustrator (Old Testament): “Let us not look at such details as little things, and suppose that it matters nothing whether the ark is carried in one way or another, provided that it is brought to its proper destination” (= Hendaklah kita tidak melihat detail-detail seperti itu sebagai hal-hal yang kecil, dan menganggap bahwa tidak menjadi soal apakah tabut itu dibawa dengan satu cara atau cara yang lain, asalkan tabut itu dibawa ke tujuannya yang benar).

The Bible Exposition Commentary: Old Testament: “The lesson here is obvious: God’s work must be done in God’s way if it is to have God’s blessing. The fact that all the leaders of Israel agreed to use the cart didn’t make it right” (= Pelajaran di sini adalah jelas: pekerjaan Allah harus dilakukan dengan cara Allah jika itu mau mendapatkan berkat Allah. Fakta bahwa semua pemimpin-pemimpin Israel setuju untuk menggunakan kereta tidak membuatnya menjadi benar).

The Bible Exposition Commentary: Old Testament: “The church today needs to heed this reminder and return to the Word of God for an understanding of the will of God. No amount of unity or enthusiasm can compensate for disobedience. When God’s work is done in man’s way, and we imitate the world instead of obeying the Word, we can never expect the blessing of God. The crowds may approve what we do, but what about the approval of God? The way of the world is ultimately the way of death” (= Gereja pada saat ini perlu memperhatikan pengingat ini dan kembali kepada Firman Allah untuk suatu pengertian tentang kehendak Allah. Tak ada banyak kesatuan atau semangat yang bisa memberikan kompensasi untuk ketidak-taatan. Pada waktu pekerjaan Allah dilakukan dengan cara / jalan manusia, dan kita meniru dunia dan bukannya mentaati Firman, kita tidak pernah bisa mengharapkan berkat Allah. Orang-orang banyak bisa merestui apa yang kita lakukan, tetapi bagaimana dengan restu dari Allah? Cara / jalan dunia pada akhirnya adalah jalan kematian).

The Biblical Illustrator (Old Testament): “the best of services may be gone about in a faulty way. There may be some criminal neglect of God’s will that, like the dead fly in the apothecary’s pot of ointment, causes the perfume to send forth a stinking savour. And so it was on this occasion. What induced them to follow the example of the Philistines rather than the directions of Moses, we do not know, and can hardly conjecture. It does not appear to have been a mere oversight. It has something of a deliberate plan about it, as if the law given in the wilderness were now obsolete, and in so small a matter any method might be chosen that the people liked. It may have been an error of inadvertence. But that somewhere there was a serious offence is evident from the punishment with which it was visited (1 Chron 15:13). The great lesson for all time is to beware of following our own devices in the worship of God when we have clear instructions in His word how we are to worship Him” [= pelayanan-pelayanan terbaik bisa dilakukan dengan cara yang salah. Di sana ada suatu pengabaian kehendak Allah yang bersifat kriminil, sehingga seperti lalat yang mati dalam pot obat dari ahli obat, menyebabkan minyak wangi mengeluarkan bau busuk. Dan begitulah dalam peristiwa ini. Apa yang menyebabkan mereka mengikuti teladan dari orang-orang Filistin dari pada pengarahan Musa, kita tidak tahu, dan hampir tidak bisa menebak. Kelihatannya itu bukan semata merupakan suatu kekhilafan / kelalaian. Ada sesuatu rencana yang disengaja tentang hal itu, seakan-akan hukum Taurat yang diberikan di padang gurun sekarang sudah usang, dan dalam hal sekecil itu metode apapun yang disenangi orang-orang bisa dipilih. Itu bisa merupakan suatu kesalahan tentang ketidak-hati-hatian. Tetapi bahwa entah dimana di sana ada suatu pelanggaran yang serius adalah jelas dari hukuman yang diberikan atas kesalahan itu (1Taw 15:13). Pelajaran yang besar untuk semua saat adalah untuk berhati-hati dalam mengikuti rencana kita sendiri dalam ibadah / kebaktian Allah pada saat kita mempunyai instruksi yang jelas dalam firmanNya bagaimana kita harus menyembah Dia / berbakti kepadaNya].

1Taw 15:13 - “Sebab oleh karena pada pertama kali kamu tidak hadir, maka TUHAN, Allah kita, telah menyambar di tengah-tengah kita, sebab kita tidak meminta petunjukNya seperti seharusnya.’”.

Catatan: kata ‘kamu’ di sini menunjuk kepada orang-orang Lewi.

The Biblical Illustrator (Old Testament): “There is a touch of veneration about this arrangement. The cart was ‘new.’” (= Di sana ada sedikit pemujaan tentang rencana / persiapan ini, Kereta itu ‘baru’.).

Matthew Henry: “And it mended the matter very little that it was a new cart; old or new, it was not what God had appointed” (= Dan itu membetulkan persoalan itu sangat sedikit bahwa itu adalah kereta yang baru; lama atau baru, itu bukanlah apa yang Allah telah tetapkan).

The Biblical Illustrator (Old Testament): “The fact that the ark was placed upon a new cart shows how, IN THE DESIRE TO SERVE GOD, EVEN A GOOD MAN MAY ERR. It is a fact substantiated by experience, and supported by the voice of history, that man at his best is but an erring creature. His folly is often exhibited in his best moments. ... The claim to infallibility is but the ambition of the child - the blundering of the blind. Would it not be a wonderful improvement on the old style of things to have a new cart? Will it not harmonise with the new order established? Pay no attention to that worn-out, obsolete plan of carrying the ark; abandon the old poles and have a ‘new cart.’ It will save the shoulders of the Levites; it will be a new feature in its way; it will be admired for its construction, and commended for the use to which it will be devoted. And so we reason in our work for God. Antiquity gains no reverence from us. The old poles with which our fathers did their work are considered out of date and useless, and we drag out our ‘new cart’ on every occasion when our labour is required. Starting some fresh thing, inventing some novelty, forgetting all the while that God’s way is best” (= Fakta bahwa tabut itu ditempatkan pada sebuah kereta yang baru menunjukkan bagaimana, DALAM KEINGINAN UNTUK MELAYANI / BERIBADAH KEPADA ALLAH, BAHKAN SEORANG YANG BAIK / SALEH BISA SALAH. Merupakan suatu fakta yang didukung oleh pengalaman, dan disokong oleh suara dari sejarah, bahwa sebaik-baiknya manusia ia hanyalah seorang makhluk ciptaan yang bisa salah. Kebodohannya sering ditunjukkan dalam saat-saat terbaiknya. ... Claim bahwa ia tidak bisa salah hanyalah merupakan ambisi dari seorang anak - kesalahan yang sangat besar dari seorang buta. Bukankah merupakan suatu kemajuan / perbaikan yang sangat bagus terhadap gaya yang lama dari hal-hal untuk menggunakan kereta yang baru? Bukankah itu akan harmonis dengan kondisi baru yang ditegakkan? Jangan pedulikan rencana yang sudah usang dan kuno tentang pengangkatan tabut; tinggalkan kayu-kayu pengusung dan pakailah ‘kereta yang baru’. Itu akan menghemat bahu-bahu dari orang-orang Lewi; itu akan merupakan segi / ciri-ciri yang baru dalam perjalanannya; itu akan dikagumi untuk konstruksinya, dan dipuji untuk penggunaan untuk mana itu akan dibaktikan. Dan demikianlah kita berargumentasi dalam pekerjaan kita untuk Allah. Kekunoan tidak mendapatkan penghormatan dari kita. Kayu-kayu pengusung yang lama dengan mana bapa-bapa / nenek moyang kita melakukan pekerjaan mereka, dianggap ketinggalan jaman dan tak berguna, dan kita menarik ‘kereta baru’ kita pada setiap kesempatan, pada waktu jerih payah kita dibutuhkan. Mulai dengan hal yang baru / segar, menemukan / menciptakan sesuatu yang baru, sementara itu melupakan bahwa jalan / cara Allah adalah jalan / cara yang terbaik).

The Biblical Illustrator (Old Testament): “Have a new cart, and the world will stop and stare. Affect originality, even if it be a spurious thing, and you may speak to listening ears. Stop not to ask questions about propriety; pay no respect to the past; be extravagant and sensational, and you will gather a crowd. We have grown liberal all at once. God’s commandments are without authority in this age; you may be religious in whatever way is most appropriate. By all means have a cart. If you find yourself in doubt as to the Saviour’s Divinity, you can have an Unitarian cart; if you think the mode of Nonconformist worship too dull, and that more aesthetic beauty is desirable in the service then have a Ritualistic cart; if you have any scruples about the immortality of your soul, then have the Annihilationist cart; ... Get rid of the old poles; ‘new carts’ are the fashion of this novelty-loving age. Let all the old-fashioned things rot. Reform your plans, improve your methods, ... produce a ‘new cart.’ Oh! how fond we are of novelties! The last new thing is the best. The last new creed; the latest criticism on ‘supernatural religion;’ the last utterance of the scientist; the last sceptical theory from, the professor; these are the things that win admiration. But give me religion without these inventions. Let it be pure and simple, without any man-made additions - the old ark borne by the consecrated poles. Take away those mocking substitutes. ‘For other foundation can no man lay, than that is laid, which is Jesus Christ.’” (= Pakailah kereta yang baru, dan dunia akan berhenti dan melihat. Pakailah sesuatu yang asli, bahkan jika itu adalah sesuatu yang palsu, dan engkau akan berbicara pada telinga-telinga yang mendengarkan. Jangan berhenti untuk menanyakan pertanyaan-pertanyaan tentang kepatutan; jangan pedulikan yang lalu; jadilah luar biasa / berlebih-lebihan dan sensasional / menggemparkan, dan engkau akan mengumpulkan banyak orang. Kita telah bertumbuh menjadi liberal sepenuhnya pada satu saat. Perintah-perintah / hukum-hukum Allah tidak punya otoritas pada jaman ini; engkau bisa religius dalam cara / jalan apapun yang paling cocok. Dengan cara apapun / bagaimanapun, pakailah sebuah ‘kereta’. Jika engkau mendapati dirimu sendiri meragukan keilahian sang Juruselamat, engkau bisa menggunakan ‘kereta’ Unitarian; jika engkau berpikir bahwa cara ibadah dari orang-orang yang tak mau berkompromi sebagai terlalu membosankan, dan bahwa lebih banyak keindahan estetika / seni merupakan sesuatu yang diinginkan dalam kebaktian, maka pakailah ‘kereta’ yang menekankan ritual / upacara agama; jika engkau mempunyai keberatan apapun tentang kekekalan dari jiwamu, maka pakailah ‘kereta’ Annihilationist / orang yang percaya bahwa manusia berdosa nanti akan dimusnahkan; ... Buanglah kayu-kayu pengusung yang lama; ‘kereta-kereta baru’ adalah mode dari jaman yang mencintai hal-hal yang baru ini. Biarlah semua hal-hal yang kuno membusuk. Reformasikanlah rencana-rencanamu, perbaikilah metode-metodemu, ... hasilkanlah ‘sebuah ‘kereta yang baru’. Oh! alangkah senangnya kita pada hal-hal yang baru! Hal yang terbaru adalah yang terbaik. Pengakuan Iman yang terbaru, kritik yang terbaru terhadap ‘agama yang supranatural’; ucapan yang terbaru dari ilmuwan; teori skeptis yang terbaru dari profesor; hal-hal ini adalah hal-hal yang memenangkan kekaguman. Tetapi berilah aku agama tanpa penemuan-penemuan baru ini. Hendaklah itu murni dan sederhana / biasa, tanpa tambahan-tambahan buatan manusia yang manapun - tabut yang lama yang dipikul dengan kayu-kayu pengusung. Buanglah / singkirkanlah pengganti-pengganti yang menghina / mengejek ini. ‘Karena tidak ada seorangpun yang dapat meletakkan dasar lain dari pada dasar yang telah diletakkan, yaitu Yesus Kristus’.).

‘Baru’ tetapi salah! Jauh lebih baik yang ‘lama’ atau bahkan ‘kuno’ tetapi benar! Bandingkan dengan Elia yang menggunakan mezbah Tuhan yang lama.

1Raja-raja 18:30 - “Kata Elia kepada seluruh rakyat itu: ‘Datanglah dekat kepadaku!’ Maka mendekatlah seluruh rakyat itu kepadanya. Lalu ia memperbaiki mezbah TUHAN yang telah diruntuhkan itu”.

1Korintus 3:11 - “Karena tidak ada seorangpun yang dapat meletakkan dasar lain dari pada dasar yang telah diletakkan, yaitu Yesus Kristus”.

Hati-hati dalam melakukan sesuatu yang baru yang saudara anggap baik / menyenangkan Tuhan, tetapi tidak ada dasar Alkitabnya atau bahkan bertentangan dengan Alkitab! Hati-hati juga dengan ajaran / doktrin yang baru, atau praktek-praktek yang baru dalam gereja, yang bukan hanya tidak punya dasar Alkitab, tetapi bahkan bertentangan dengan Alkitab!

Contoh:

1. Doa yang diiringi musik.

2. Sekarang bahkan kata-kata chairman / pemimpin liturgi, kata-kata dari orang yang memberi kesaksian, bahkan khotbah, juga ada yang diiringi dengan musik!

3. Doa bersuara dalam kalangan gereja-gereja Tionghoa, termasuk GRII.

4. Cara berdoa dimana yang sebagian menyanyi dan yang sebagian berdoa. Atau yang sebagian berdoa untuk hal satu dan sebagian yang lain berdoa hal lain, dan semua dilakukan masing-masing dengan suara keras.

5. Bersalam-salaman dengan sedikitnya 10 orang pada saat ibadah! Ini merusak persekutuan vertikal dengan Tuhan! Ingat bahwa ibadah / kebaktian bukan merupakan persekutuan horizontal, tetapi vertikal. Karena itu kalau mau melakukan persekutuan horizontal, lakukan itu sebelum atau sesudah kebaktian, bukan pada saat kebaktian.

6. Buang cara ibadah lama yang tenang, dan pakailah cara ibadah baru yang meriah, disertai bahasa Roh, tumbang dalam Roh, tari-tarian, loncat-loncat, dan sebagainya.

7. Buang liturgi yang lama, dan gunakan liturgi yang baru, bahkan buang seluruh liturgi secara total. Ada hal-hal yang boleh dibuang dari liturgi karena memang tak ada perintah, explicit atau implicit, untuk menggunakannya. Misalnya: 12 Pengakuan Iman Rasuli dan Doa Bapa Kami. Tetapi kalau doa pengakuan dosa atau khotbah, dibuang, itu tidak Alkitabiah!

8. Buang lagu-lagu pujian yang lama dan pakai lagu-lagu yang baru. Tak masalah dengan lagu baru, selama:

a. Saudara bukannya menganggap usang lagu lama yang justru sangat bermutu.

b. Lagu baru itu tidak mengandung kesalahan-kesalahan dalam kata-katanya. Dalam faktanya banyak sekali terjadi kesalahan-kesalahan, bahkan kesesatan-kesesatan, dalam lagu-lagu baru itu, karena pengarangnya bukan orang yang mengerti theologia!

9. Buang buku-buku tafsiran / theologia yang lama dan pakai yang baru! Lagi-lagi saya tak bermasalah dengan orang yang menggunakan buku-buku tafsiran / theologia yang baru, asal bermutu, dan asal mereka tak menganggap buku-buku lama itu usang! Sangat banyak buku-buku lama itu yang betul-betul hebat dan tak tertandingi sampai jaman sekarang, atau mungkin sampai kapanpun.

10. Buang ajaran / doktrin yang lama dan pakai ajaran / doktrin yang baru, apakah itu Liberalisme, Kharismatik, Yahweh-isme, Pria Sejati / Wanita Bijak, atau banyak ajaran-ajaran baru yang sesat jaman ini!

Catatan: saya tak memberi alasan mengapa hal-hal yang saya contohkan ini salah, karena terlalu panjang kalau semua diberikan di sini. Tetapi saya punya dasar-dasarnya.

Tetapi pada saat yang sama, jangan terlalu mudah menyalahkan dan menganggap tidak Alkitabiah, kalau saudara tidak punya dasar Alkitab untuk menyalahkan! Penggunaan tepuk tangan, band, dalam kebaktian, menurut saya tidak apa-apa, karena tak ada ayat manapun yang menentangnya.

Kebaktian pakai DVD untuk acara Firman Tuhan; salah atau benar? Kalau saya, saya tak bisa melihat apapun yang salah dalam hal ini! Kalau mau menyalahkan, harus punya dasar Alkitab. Misalnya pemain musik tak ada, dan kita lalu pakai musik dari tape recorder, apakah salah? Saya percaya itu tidak salah juga.

d) Satu pertanyaan yang perlu direnungkan: Mengapa pada waktu Daud mau melakukan hal yang salah ini Tuhan tidak menegurnya / memperingatinya? Mengapa dalam 2Sam 7 pada waktu ia mau melakukan tindakan yang salah (dari sudut pandang Tuhan), yaitu membangun Bait Allah, Allah memberitahu kalau ia salah? Menurut saya ada 2 kemungkinan:

1. Mungkin karena pada waktu mau membangun Bait Allah, Daud setidaknya membicarakan hal itu dengan nabi Natan. Di sini ia hanya berunding dengan bawahan-bawahannya.

2. Dalam persoalan membangun Bait Allah tak ada tertulis dalam hukum Taurat siapa yang harus membangunnya, tetapi dalam persoalan membawa tabut sudah tertulis secara jelas hukum tentang cara membawa tabut.

e) Perjalanan membawa tabut Tuhan ini disertai musik dan nyanyian.

2 Samuel 6: 5: “Daud dan seluruh kaum Israel menari-nari di hadapan TUHAN dengan sekuat tenaga, diiringi nyanyian, kecapi, gambus, rebana, kelentung dan ceracap.”.

KJV: ‘And David and all the house of Israel played before the LORD on all manner of instruments made of fir wood, even on harps, and on psalteries, and on timbrels, and on cornets, and on cymbals’ (= Dan Daud dan seluruh kaum Israel bersenang-senang di hadapan TUHAN dengan semua jenis alat-alat yang dibuat dari kayu pohon cemara, bahkan harpa, dan kecapi, dan tamborin, dan terompet, dan canang).

RSV: ‘And David and all the house of Israel were making merry before the LORD with all their might, with songs and lyres and harps and tambourines and castanets and cymbals’ (= Dan Daud dan seluruh kaum Israel bersukaria di hadapan TUHAN dengan seluruh tenaga mereka, dengan nyanyian-nyanyian dan alat bersenar dan harpa dan tamborin dan kastenyet dan canang).

NIV/NASB mirip seperti RSV, hanya untuk kata-kata ‘were making merry’ (= bersukaria), NIV/NASB menterjemahkan ‘were celebrating’ (= merayakan).

1. Jelas bahwa terjemahan KJV lain dengan RSV/NIV/NASB. Mengapa bisa ada dua macam terjemahan? Adam Clarke mengatakan bahwa terjemahan KJV ini seharusnya dibetulkan / dikoreksi dengan menggunakan ayat paralelnya, yaitu 1Taw 13:8 - “Daud dan seluruh orang Israel menari-nari di hadapan Allah dengan sekuat tenaga, diiringi nyanyian, kecapi, gambus, rebana, ceracap dan nafiri”. Dan menurut Clarke ini lebih masuk akal dari pada terjemahan KJV. Juga ia menambahkan bahwa dalam 2Samuel 6:5 ini LXX / Septuaginta menterjemahkan ‘with might’ (= dengan tenaga). Jadi kelihatannya, terjemahan dari Kitab Suci Indonesia, RSV, NIV, NASB diambil dari LXX / Septuaginta.

Adam Clarke: “‘On all manner of instruments made of fir wood.’ This place should be corrected from the parallel place, 1 Chron 13:8: ‘All Israel played before God, with all their might and with singing, and with harps, and with psalteries,’ etc. Instead of ‎b­kol ‎‎±­tseey‎, ‘with all woods’ or ‘trees;’ the parallel place is ‎b­kol ‎‎±oz‎, ‘with all their strength.’ This makes a good sense; the first makes none. In this place the Septuagint has the same reading: ‎en ‎‎ischui‎, ‘with might.’” (= ).

2. Kata ‘menari-nari’ sebetulnya tidak ada dalam ay 5 ini (tidak ada dalam semua terjemahan bahasa Inggris), dan demikian juga dalam 1Taw 13:8, kata itu hanya muncul dalam terjemahan Kitab Suci Indonesia. Nanti dalam ay 14 kata itu memang ada, baik dalam Kitab Suci Indonesia maupun dalam terjemahan-terjemahan bahasa Inggris. Tetapi ada penafsir yang menganggap bahwa kata ‘played’ (= bersenang-senang) dalam KJV mencakup ‘menari-nari’ (Keil & Delitzsch, Albert Barnes). Saya akan membahas tentang kata ‘menari-nari’ ini dalam pembahasan ay 14 nanti.

6) Terjadinya musibah.

2 Samuel 6: 6-7: “(6) Ketika mereka sampai ke tempat pengirikan Nakhon, maka Uza mengulurkan tangannya kepada tabut Allah itu, lalu memegangnya, karena lembu-lembu itu tergelincir. (7) Maka bangkitlah murka TUHAN terhadap Uza, lalu Allah membunuh dia di sana karena keteledorannya itu; ia mati di sana dekat tabut Allah itu.”.

KJV/ASV/NKJV: ‘his error’ (= kesalahannya).

RSV: ‘he put forth his hand to the ark’ (= ia mengulurkan tangannya kepada tabut).

NIV: ‘his irreverent act’ (= tindakan tidak hormatnya).

NASB: ‘his irreverence’ (= ketidak-hormatannya).

Catatan: Kata bahasa Ibraninya tak diketahui artinya dengan pasti.

Ada beberapa hal yang ingin saya bahas di sini:

a) Kesalahan Uza / bangsa Israel.

The Biblical Illustrator (Old Testament): “Uzzah was a Levite, and he knew or ought to have known the commands of God with respect to the ark. In Num 4:15, it is written that those who had to bear the ark were ‘not to touch any holy thing, lest they die,’ Not only so, but the ark was to be covered, and so kept from the gaze of the irreverent. This had been neglected. Again, that which was to be borne only on men’s shoulders was put on a cart. This was a gross piece of neglect” (= Uza adalah seorang Lewi, dan ia tahu atau seharusnya telah mengetahui hukum-hukum / perintah-perintah Allah berkenaan dengan tabut. Dalam Bil 4:15, dituliskan bahwa mereka yang harus memikul tabut ‘tidak boleh menyentuh hal-hal / benda-benda kudus apapun, supaya mereka jangan mati’. Bukan hanya demikian, tetapi tabut harus ditutupi, dan dengan demikian menjaga / melindungi dari pandangan yang tidak hormat / tanpa rasa takut).

Bilangan 4:15 - “Setelah Harun dan anak-anaknya selesai menudungi barang-barang kudus dan segala perkakas tempat kudus, pada waktu perkemahan akan berangkat, barulah orang Kehat boleh masuk ke dalam untuk mengangkat barang-barang itu; tetapi janganlah mereka kena kepada barang-barang kudus itu, nanti mereka mati. Jadi itulah barang-barang di Kemah Pertemuan yang harus diangkat bani Kehat”.

Bdk. Bilangan 4:4-6 - “(4) Pekerjaan jabatan orang Kehat di Kemah Pertemuan ialah mengurus barang-barang yang maha kudus. (5) Kalau perkemahan akan berangkat, haruslah Harun dan anak-anaknya masuk ke dalam untuk menurunkan tabir penudung, dan menudungkannya kepada tabut hukum. (6) Di atasnya mereka harus meletakkan tutup dari kulit lumba-lumba, dan di atasnya lagi mereka harus membentangkan sehelai kain yang seluruhnya ungu tua, kemudian mereka harus memasang kayu-kayu pengusung tabut itu”.

Kata-kata ‘kulit lumba-lumba’ dalam Bil 4:6 diterjemahkan sangat beraneka ragam; rupanya arti kata itu tak diketahui dengan pasti.

KJV: ‘badgers’ skins’ (= kulit badger).

RSV: ‘goatskin’ (= kulit kambing).

NIV: ‘hides of sea cows’ (= kulit dari sapi laut).

NASB: ‘porpoise skin’ (= kulit lumba-lumba).

ASV: ‘sealskin’ (= kulit anjing laut).

NKJV: ‘badger skins’ (= kulit badger).

Catatan: Badger adalah binatang semacam luwak.

Calvin: “Indeed, only a specified part of the tribe of Levi was commissioned to carry the ark” (= Bahkan, hanya suatu bagian yang ditetapkan dari suku Lewi diperintahkan untuk membawa / mengangkut tabut) - ‘Sermons on 2Samuel’, hal 248.

Catatan: ‘orang / bani Kehat’ hanyalah sebagian tertentu dari suku Lewi, karena Lewi memang mempunyai 3 orang anak, dan salah satunya namanya adalah Kehat.

Kejadian 46:11 - “Anak-anak Lewi ialah Gerson, Kehat dan Merari”.

The Biblical Illustrator (Old Testament): “Uzzah sinned with his eyes open. He knew the commands. He sinned with the warning of Beth-shemesh before him. He sinned publicly, and has perished suddenly and miserably. It was a sudden and severe judgment, but that was a stern age, and the people could only be influenced by such means” (= Uza berdosa dengan mata terbuka. Ia tahu perintah / hukum itu. Ia berdosa dengan peringatan Bet-Semes di hadapannya. Ia berdosa di depan umum, dan telah binasa dengan tiba-tiba dan dengan menyedihkan. Itu merupakan suatu penghakiman yang mendadak dan keras, tetapi itu adalah suatu jaman yang keras, dan bangsa itu hanya bisa dipengaruhi dengan cara itu).

Catatan: yang dimaksudkan dengan ‘peringatan Bet-Semes’ pasti adalah peristiwa yang terjadi dalam 1Sam 6:19 - “Dan Ia membunuh beberapa orang Bet-Semes, karena mereka melihat ke dalam tabut TUHAN; Ia membunuh tujuh puluh orang dari rakyat itu. Rakyat itu berkabung, karena TUHAN telah menghajar mereka dengan dahsyatnya”.

Sebetulnya merupakan sesuatu yang perlu diragukan bahwa Uza mengetahui peristiwa ini, mengingat peristiwa ini terjadi 70 tahun sebelum saat ini, dimana ia pasti belum lahir. Tetapi ia memang bisa mengetahuinya dari cerita dari orang tuanya atau orang-orang lain.

b) Keberatan terhadap hukuman mati ini.

Bukankah ini merupakan dosa remeh? Mengapa dihukum dengan begitu berat? Dan bukankah Uza bermaksud baik, yaitu mencegah jatuhnya tabut itu ke tanah? Mengapa ia justru dihukum, dan lebih-lebih mengapa dihukum dengan begitu berat?

1. Di atas segala-galanya, kalau ada orang berani menyalahkan Allah karena dianggap menghukum terlalu keras, perlu ditekankan bahwa Allah tidak mungkin salah!

Maz 51:6b - “supaya ternyata Engkau adil dalam putusanMu, bersih dalam penghukumanMu”.

Karena itu, sekalipun bingung / tidak mengerti mengapa Allah menghukum Uza, dan juga Ananias dan Safira, dengan hukuman mati, tetaplah percaya bahwa Allah tidak mungkin salah dalam hal itu.

2. Maksud yang baik tidak membenarkan tindakan yang salah.

The Biblical Illustrator (Old Testament): “It may be objected that the punishment was needlessly severe, in that Uzzah’s intentions were good. This is very plausible; but good intentions do not always justify wrong-doing. Many have been led astray by this sophistry” (= Bisa diajukan keberatan bahwa hukuman itu tidak perlu begitu hebat / keras, karena maksud Uza adalah baik. Ini memungkinkan; tetapi maksud baik tidak selalu membenarkan tindakan yang salah. Banyak orang telah disesatkan oleh cara berpikir yang menyesatkan ini).

Catatan: saya menganggap kata-kata ‘tidak selalu’ kurang kuat; seharusnya adalah ‘tidak pernah’!

Calvin: “you might consider this hastiness to be commendable zeal, but in the eyes of God it was inconsiderate zeal, and merited punishment” (= engkau mungkin / bisa menganggap ketergesa-gesaannya sebagai semangat yang bisa / patut dipuji, tetapi di mata Allah itu adalah semangat yang tanpa dipikir, dan layak mendapatkan hukuman) - ‘Sermons on 2Samuel’, hal 249.

Bdk. Amsal 19:2 - “Tanpa pengetahuan kerajinanpun tidak baik; orang yang tergesa-gesa akan salah langkah”.

KJV: ‘Also, that the soul be without knowledge, it is not good; and he that hasteth with his feet sinneth’ (= Juga, bahwa jiwa tanpa pengetahuan, itu tidaklah baik; dan ia yang tergesa-gesa dengan kakinya berbuat dosa).

RSV: ‘It is not good for a man to be without knowledge, and he who makes haste with his feet misses his way’ (= Adalah tidak baik bagi seseorang untuk tidak mempunyai pengetahuan, dan ia yang tergesa-gesa dengan kakinya luput / kehilangan jalannya).

NIV: ‘It is not good to have zeal without knowledge, nor to be hasty and miss the way’ (= Adalah tidak baik untuk mempunyai semangat tanpa pengetahuan, ataupun untuk tergesa-gesa dan luput / kehilangan jalannya).

NASB: ‘Also it is not good for a person to be without knowledge, And he who hurries his footsteps errs’ (= Juga adalah tidak baik bagi seseorang untuk tidak mempunyai pengetahuan, Dan ia yang mempercepat langkah-langkah kakinya akan salah).

KJV menterjemahkan secara paling hurufiah, karena dalam bahasa Ibrani memang digunakan kata NEPHESH, yang artinya ‘soul’ (= jiwa). Tetapi jelas bahwa yang dimaksudkan memang adalah ‘orang’, dan karena itu RSV menterjemahkan ‘a man’ (= seseorang), dan NASB menterjemahkan ‘a person’ (= seseorang). NIV menterjemahkan ‘to have zeal’ (= mempunyai semangat), mungkin karena menghubungkan dengan kata ‘hasty’ (= tergesa-gesa) pada anak kalimat berikutnya.

Ayat ini jelas mengecam orang yang cepat-cepat melakukan sesuatu, tetapi salah langkah, karena ia tidak mempunyai pengetahuan.

3. Ada orang yang mengatakan: Tuhan kadang-kadang menghukum dosa kecil / ringan dengan hukuman yang berat / hukuman mati, supaya orang tahu bahwa sebetulnya itulah hukuman dari dosa kecil / ringan.

4. Tindakan Uza ini belum tentu merupakan dosa yang ringan.

Calvin mengatakan (hal 250) bahwa bisa saja Uza memang mempunyai sikap ambisius, karena ia ingin memuliakan dirinya sendiri, mengingat rumahnya telah menjadi tempat bagi tabut itu selama ini, dan sekarang ia ingin dianggap berjasa karena telah menyelamatkan tabut itu dari kejatuhan.

Yang jelas, kita tidak tahu semua fakta tentang tindakan Uza ini, karena Alkitab memang tidak menceritakan segala sesuatu secara mendetail. Karena itu, jangan terlalu cepat menilai bahwa ini adalah dosa ringan, atau ini adalah tindakan yang motivasinya baik, dan sebagainya.

5. Tuhan menghukum seperti itu sebagai peringatan bagi orang-orang lain pada setiap jaman.

Calvin: “Yet he did it so that it might serve as a perpetual memorial to others, who might in turn give more serious thought to the appropriate way to worship God” (= Tetapi Ia melakukannya supaya itu bisa bermanfaat sebagai suatu peringatan kekal bagi orang-orang lain, yang pada saatnya memberikan pikiran yang lebih serius pada cara yang tepat untuk menyembah Allah) - ‘Sermons on 2Samuel’, hal 251.

Calvin: “Even today, when we have this marvelous privilege of approaching God, we must remember still that our approach is in the name of our Lord Jesus Christ, ... who enables us to find grace before him” (= Bahkan pada saat ini, pada waktu kita mempunyai hak yang sangat bagus untuk mendekat kepada Allah, kita harus tetap ingat bahwa pendekatan kita adalah dalam nama Tuhan kita Yesus Kristus, ... yang memampukan kita untuk menemukan kasih karunia di hadapanNya) - ‘Sermons on 2Samuel’, hal 251.

Bdk. Ibrani 4:15-16 - “(15) Sebab Imam Besar yang kita punya, bukanlah imam besar yang tidak dapat turut merasakan kelemahan-kelemahan kita, sebaliknya sama dengan kita, Ia telah dicobai, hanya tidak berbuat dosa. (16) Sebab itu marilah kita dengan penuh keberanian menghampiri takhta kasih karunia, supaya kita menerima rahmat dan menemukan kasih karunia untuk mendapat pertolongan kita pada waktunya”.

c) Mengapa hanya Uza yang dihukum?

Dalam proses pengangkatan tabut ke kereta pasti ada banyak tangan menyentuh tabut, dan seluruh proses disetujui oleh Daud. Bukankah dengan demikian Daud juga bersalah? Lalu mengapa hanya Uza yang dihukum? Ada beberapa kemungkinan:

1. Tuhan melihat bahwa Uza mempunyai sikap hati yang tidak hormat / memandang rendah / remeh pada tabut itu.

The Biblical Illustrator (Old Testament): “It should be remembered that many hands must have touched the ark that day in the process of lifting it on to the cart; that none of these helpers were smitten, and that therefore it was not the fact of touching, but the spirit in which he touched, that made Uzzah guilty. We shall probably be right if we ascribe to him rash irreverence, entire ignoring of the sanctity of the ark, a regarding of it as ‘an unholy (that is, a common) thing.’” [= Harus diingat bahwa banyak tangan pasti telah menyentuh tabut itu pada hari itu dalam proses pengangkatannya ke kereta; dan tidak ada satupun dari penolong-penolong ini yang dipukul (dengan hukuman), dan bahwa karena itu bukanlah fakta menyentuh tabut, tetapi roh / sikap hati dalam mana tabut itu disentuh, itulah yang membuat Uza bersalah. Kita mungkin benar jika kita menganggapnya mempunyai ketidak-hormatan yang gegabah, dengan sepenuhnya mengabaikan kekudusan / kesucian dari tabut itu, suatu anggapan tentang tabut itu sebagai suatu barang yang biasa / bukan barang yang kudus].

Catatan: Sekalipun apa yang dikatakan di sini bisa benar, tetapi menurut saya, belum tentu benar. Fakta menyentuh tabut, tak peduli apapun sikap hatinya, tetap merupakan suatu dosa. Motivasi yang benar tidak membenarkan tindakan yang salah.

2. Bisa juga karena orang-orang yang lain tidak mempunyai pengetahuan tentang hal itu, sehingga dosa mereka dianggap ringan / lebih ringan, sedangkan Uzza, sebagai seorang Lewi, mempunyai pengetahuan lebih, sehingga dosanya dianggap lebih berat.

Bdk. Lukas 12:47-48 - “(47) Adapun hamba yang tahu akan kehendak tuannya, tetapi yang tidak mengadakan persiapan atau tidak melakukan apa yang dikehendaki tuannya, ia akan menerima banyak pukulan. (48) Tetapi barangsiapa tidak tahu akan kehendak tuannya dan melakukan apa yang harus mendatangkan pukulan, ia akan menerima sedikit pukulan. Setiap orang yang kepadanya banyak diberi, dari padanya akan banyak dituntut, dan kepada siapa yang banyak dipercayakan, dari padanya akan lebih banyak lagi dituntut.’”.

3. Mungkin Uza yang paling dulu mengusulkan cara pengangkatan yang salah ini.

Matthew Henry: “David afterwards owned that Uzzah died for an error they were all guilty of, which was carrying the ark in a cart. Because it was not carried on the Levites’ shoulders, ‘the Lord made that breach upon us,’ 1 Chron 15:13. But Uzzah was singled out to be made an example, perhaps because he had been most forward in advising that way of conveyance; however he had fallen into another error, which was occasioned by that” (= Belakangan Daud mengakui bahwa Uza mati untuk suatu kesalahan terhadap mana mereka semua bersalah, yaitu mengangkut tabut itu dalam suatu kereta. Karena tabut itu tidak diangkat pada bahu orang-orang Lewi, ‘Tuhan telah menyambar kita’, 1Taw 15:13. Tetapi Uza dikhususkan untuk menjadi suatu contoh, mungkin karena ia telah menjadi yang paling depan / lancang dalam menasehatkan cara pengangkutan itu; tetapi ia telah terjatuh ke dalam kesalahan yang lain, yang disebabkan oleh cara pengangkutan itu).

1Taw 15:11-15 - “(11) Lalu Daud memanggil Zadok dan Abyatar, imam-imam itu, dan orang-orang Lewi, yakni Uriel, Asaya, Yoel, Semaya, Eliel dan Aminadab, (12) dan berkata kepada mereka: ‘Hai kamu ini, para kepala puak dari orang Lewi, kuduskanlah dirimu, kamu ini dan saudara-saudara sepuakmu, supaya kamu mengangkut tabut TUHAN, Allah Israel, ke tempat yang telah kusiapkan untuk itu. (13) Sebab oleh karena pada pertama kali kamu tidak hadir, maka TUHAN, Allah kita, telah menyambar di tengah-tengah kita, sebab kita tidak meminta petunjukNya seperti seharusnya.’ (14) Jadi para imam dan orang-orang Lewi menguduskan dirinya untuk mengangkut tabut TUHAN, Allah Israel. (15) Kemudian bani Lewi mengangkat tabut Allah itu dengan gandar pengusung di atas bahu mereka, seperti yang diperintahkan Musa, sesuai dengan firman TUHAN”.

d) Hukuman yang mengerikan ini merupakan suatu peringatan bagi semua orang dalam setiap jaman.

The Biblical Illustrator (Old Testament): “Uzzah died by the side of the ark of God. How terrible! Yet what a warning for the ages! Being engaged in religious services or connected with sacred things cannot ensure salvation. We should, therefore, watch any tendency to levity or lightness in Divine worship, or in treatment of sacred subjects” (= Uza mati di sisi tabut Allah. Alangkah mengerikannya! Tetapi ini betul-betul merupakan suatu peringatan untuk semua jaman! Terlibat dalam pelayanan / ibadah agamawi atau berhubungan dengan benda-benda / hal-hal yang keramat tidak bisa menjamin keselamatan. Karena itu, kita harus, berjaga-jaga terhadap setiap kecenderungan pada sikap sembrono atau mengentengkan dalam ibadah Ilahi, atau dalam penanganan dari benda-benda keramat).

Keil & Delitzsch: “‘Uzzah was therefore a type of all who with good intentions, humanly speaking, yet with unsanctified minds, interfere in the affairs of the kingdom of God, from the notion that they are in danger, and with the hope of saving them’ (O. v. Gerlach)” [= ‘Karena itu Uza merupakan suatu type dari semua orang yang dengan maksud baik, berbicara secara manusia, tetapi dengan pikiran yang tidak dikuduskan, ikut campur dalam urusan-urusan dari kerajaan Allah, dari pikiran bahwa mereka ada dalam bahaya, dan dengan pengharapan untuk menyelamatkan mereka’ (O. v. Gerlach)].

Calvin: “we must gather from it that none of our devotions will be accepted by God unless they are conformed to his will. This rule ruins all the man-made inventions in the papacy so-called worshipped of God, which has so much pomp and foolishness. All of that is nothing but sheer trash before God, and is in fact an abomination to him. Hence, let us hold this unmistakable rule, that if we want to worship God in accordance with our own ideas, it will simply be abuse and corruption” (= kita harus menyimpulkan darinya bahwa tidak ada dari pembaktian kita yang akan diterima oleh Allah kecuali pembaktian itu sesuai dengan kehendakNya. Peraturan ini menghancurkan semua penemuan-penemuan buatan manusia dalam apa yang disebut penyembahan Allah dalam kepausan, yang mempunyai begitu banyak kemegahan dan kebodohan. Semua itu bukan lain hanyalah sampah di hadapan Allah, dan dalam faktanya adalah sesuatu yang dibenci bagiNya. Karena itu, hendaklah kita memegang ini sebagai suatu peraturan yang tidak bisa salah, bahwa jika kita mau menyembah Allah sesuai dengan gagasan-gagasan kita sendiri, itu akan sekedar merupakan suatu penyalah-gunaan dan kejahatan / kerusakan) - ‘Sermons on 2Samuel’, hal 246.

Calvin: “we must remember that when we worship God, we ought to be touched with such a deep affection that it would serve to separate us from all the pollution of the world. ... we must tremble before his majesty. Let us not come to him like hypocrites, who only twist their mouths and make fun of God and make sport of him. Let us not do that, but instead, let us be nothing in ourselves, and let us realise how great his grandeur is - not in order to be utterly overawed by it, but rather to be beneficially instructed by the present story” (= kita harus mengingat bahwa pada waktu kita menyembah / berbakti kepada Allah, kita harus disentuh dengan suatu perasaan yang dalam sedemikian rupa sehingga itu akan bermanfaat untuk memisahkan kita dari semua polusi dari dunia. ... kita harus gemetar di hadapan keagunganNya. Hendaklah kita tidak datang kepadaNya seperti orang-orang munafik, yang hanya memutar-balikkan mulut mereka dan mengolok-olok dan mempermainkan Dia. Hendaklah kita tidak melakukan hal itu, tetapi sebaliknya, hendaklah kita menjadi nihil / tidak ada dalam diri kita sendiri, dan hendaklah kita menyadari betapa besar kemuliaanNya - bukan supaya kita sepenuhnya dipesonakan olehnya, tetapi supaya kita diajar secara bermanfaat oleh cerita ini) - ‘Sermons on 2Samuel’, hal 248-249.

e) Bahaya dari keakraban terhadap benda-benda / hal-hal keramat: ‘Familiarity breeds contempt’ (= Keakraban membiakkan kejijikan / sikap memandang rendah).

The Biblical Illustrator (Old Testament): “Uzzah; or the danger of familiarity with sacred things: ... Now God intended by this terrible visitation to teach a lesson of great importance. It is one that needs to be uttered even at this day with emphasis, viz., the need that exists for the deepest reverence in all things connected with the Divine service, and the danger that arises from over-familiarity with sacred things” (= Uza; atau bahaya dari keakraban dengan hal-hal / benda-benda yang keramat: ... Oleh kunjungan yang mengerikan ini Allah bermaksud untuk mengajarkan suatu pelajaran yang sangat penting. Itu adalah suatu pelajaran yang perlu untuk diucapkan bahkan pada hari / jaman ini dengan penekanan, yaitu, kebutuhan yang ada untuk rasa takut / hormat yang terdalam dalam semua hal-hal yang berhubungan dengan pelayanan / ibadah Ilahi, dan bahaya yang muncul dari keakraban yang berlebihan dengan hal-hal / benda-benda keramat).

The Biblical Illustrator (Old Testament): “Then it is probable that the offence of Uzzah was aggravated by the fact that he had not sufficient reverence for the Divine command. The ark had been for seventy years under the care of his father and family. Eleazar, who had been set apart to take care of it, was probably dead. It may be that neither Uzzah nor Ahio his brother had ever thought that it was important that they should be consecrated to the work. They, presuming on their Levitical descent, may have taken upon themselves informally the position of attendants. Constant familiarity with it may have led them to think of it with even somewhat of contempt. It was like a piece of useless furniture. They may have forgotten how interwoven that ark was with religious and national life. ... Others regarded it with expectancy and reverence, but to them it was only so much wood and gold. ... Doubtless Uzzah had touched the ark in an over-familiar way before, and it may have been passed over; now he does it publicly, and as evil would result from his example, judgment follows” (= Maka adalah mungkin bahwa pelanggaran Uza diperhebat oleh fakta bahwa ia tidak mempunyai cukup rasa hormat / takut untuk hukum / perintah Ilahi. Tabut itu telah untuk 70 tahun berada dibawah pemeliharaan ayah dan keluarganya. Eleazar, yang telah mereka pisahkan untuk memelihara / memperhatikannya, mungkin sudah mati. Adalah mungkin bahwa baik Uza maupun Ahyo saudaranya tidak pernah memikirkan bahwa adalah penting bahwa mereka harus dikuduskan untuk pekerjaan ini. Mereka, menganggap bahwa karena mereka adalah keturunan Lewi, boleh mengambil bagi diri mereka sendiri dengan cara biasa posisi / kedudukan sebagai pelayan-pelayan. Keakraban yang terus menerus dengannya bisa telah membimbing mereka untuk berpikir tentangnya bahkan dengan agak memandang rendah. Itu adalah seperti sepotong perabot yang tak berguna. Mereka bisa telah melupakan betapa menyatunya tabut itu dengan kehidupan agama dan nasional. ... Orang-orang lain memandangnya dengan pengharapan dan rasa takut / hormat, tetapi bagi mereka itu hanyalah kayu dan emas saja. ... Tak diragukan Uza telah menyentuh tabut dalam suatu cara yang kelewat akrab sebelumnya, dan itu mungkin telah dibiarkan; sekarang ia melakukannya di depan umum, dan karena kejahatan bisa dihasilkan dari teladan ini, penghakiman menyusul).

Catatan:

1. Bagian yang saya beri garis bawah ganda hanya merupakan suatu dugaan yang tak berdasar.

2. Eleazar yang dimaksudkan di sini, bukanlah anak Harun (yang namanya sama - Keluaran 6:22), tetapi anak Abinadab (1Sam 7:1).

1Samuel 7:1 - “Lalu orang-orang Kiryat-Yearim datang, mereka mengangkut tabut TUHAN itu dan membawanya ke dalam rumah Abinadab yang di atas bukit. Dan Eleazar, anaknya, mereka kuduskan untuk menjaga tabut TUHAN itu”.

3. Kata-kata dari kutipan di atas ini memang sangat penting untuk diperhatikan, karena memang sangat sering terjadi. Misalnya:

a. Karena seringnya menaikkan doa makan, kita melakukannya dengan sembarangan, bahkan tanpa konsentrasi kepada Tuhan.

b. Karena seringnya mengikuti Perjamuan Kudus, lalu mengikutinya dengan sembarangan (bdk. 1Kor 11:27-31 - “(27) Jadi barangsiapa dengan cara yang tidak layak makan roti atau minum cawan Tuhan, ia berdosa terhadap tubuh dan darah Tuhan. (28) Karena itu hendaklah tiap-tiap orang menguji dirinya sendiri dan baru sesudah itu ia makan roti dan minum dari cawan itu. (29) Karena barangsiapa makan dan minum tanpa mengakui tubuh Tuhan, ia mendatangkan hukuman atas dirinya. (30) Sebab itu banyak di antara kamu yang lemah dan sakit, dan tidak sedikit yang meninggal. (31) Kalau kita menguji diri kita sendiri, hukuman tidak menimpa kita”).

c. Karena seringnya mengucapkan 12 Pengakuan Iman Rasuli ataupun menaikkan Doa Bapa Kami dalam kebaktian, lalu melakukannya dengan asal-asalan / tanpa dijiwai!

d. Karena seringnya mengikuti kebaktian atau acara rohani (Pemahaman Alkitab, KKR dsb), maka kita mengikutinya dengan tidak ada rasa hormat / takut maupun kesadaran akan hadirnya Allah sendiri dalam acara itu! Ini bisa diwujudkan dengan bermacam-macam tindakan seperti:

· datang terlambat.

· ribut, berbicara, membiarkan pikiran ngelantur / ngelamun, membiarkan anak ribut, dsb, dalam acara rohani itu.

· menggunakan HP (baik untuk bicara atau sms) dalam acara rohani itu. Ini dilakukan bukan hanya oleh jemaat biasa, tetapi juga oleh hamba-hamba Tuhan! Saudara hanya boleh menggunakan HP hanya kalau HP saudara berisikan Alkitab dan saudara menggunakan Alkitab itu dalam acara rohani itu. Untuk tidak mencobai diri sendiri dalam penggunaan HP dalam acara rohani, atau matikanlah atau silent-kan secara total HP saudara, dalam setiap acara rohani!

4. Dalam acara rohani yang sifatnya insidentil, seperti KKR, Camp, dsb, seringkali yang justru tidak tertib adalah panitianya! Mungkin karena posisi / kedudukan sebagai panitia itu menyebabkan mereka merasa berhak untuk melakukan apapun dalam acara rohani. Secara sama, dalam kebaktian, seringkali yang tidak tertib adalah pendeta / majelis! Ini salah! Justru panitia / pendeta / majelis harus memberikan teladan untuk tertib dan disiplin dalam acara rohani!

f) Keselamatan jiwa Uza.

Adam Clarke: “as to Uzzah, no man can doubt of his eternal safety. He committed a sin unto death, but doubtless the mercy of God was extended to his soul” (= berkenaan dengan Uza, tak seorangpun bisa meragukan keselamatan kekalnya. Ia melakukan suatu dosa pada kematian / yang membawa kematian, tetapi tak diragukan belas kasihan Allah diperluas pada jiwanya).

Catatan: Ini merupakan suatu tafsiran yang sama sekali tidak punya dasar Alkitab apapun! Dan saling kontradiksi!

Anehnya, Calvinpun (hal 250) mempunyai penafsiran yang mirip dengan penafsiran Clarke. Hanya saja, Calvin tidak memastikan keselamatan Uza, seperti yang dilakukan Clarke.

Bagi saya, Allah tidak mungkin menghukum anakNya dengan hukuman mati, apalagi secara mendadak sehingga tak memungkinkan pertobatan apapun. Kalau untuk anakNya, Ia mengkoreksi / memperbaiki dengan memberikan hajaran.

Ibrani 12:5-11 - “(5) Dan sudah lupakah kamu akan nasihat yang berbicara kepada kamu seperti kepada anak-anak: ‘Hai anakku, janganlah anggap enteng didikan Tuhan, dan janganlah putus asa apabila engkau diperingatkanNya; (6) karena Tuhan menghajar orang yang dikasihiNya, dan Ia menyesah orang yang diakuiNya sebagai anak.’ (7) Jika kamu harus menanggung ganjaran; Allah memperlakukan kamu seperti anak. Di manakah terdapat anak yang tidak dihajar oleh ayahnya? (8) Tetapi, jikalau kamu bebas dari ganjaran, yang harus diderita setiap orang, maka kamu bukanlah anak, tetapi anak-anak gampang. (9) Selanjutnya: dari ayah kita yang sebenarnya kita beroleh ganjaran, dan mereka kita hormati; kalau demikian bukankah kita harus lebih taat kepada Bapa segala roh, supaya kita boleh hidup? (10) Sebab mereka mendidik kita dalam waktu yang pendek sesuai dengan apa yang mereka anggap baik, tetapi Dia menghajar kita untuk kebaikan kita, supaya kita beroleh bagian dalam kekudusanNya. (11) Memang tiap-tiap ganjaran pada waktu ia diberikan tidak mendatangkan sukacita, tetapi dukacita. Tetapi kemudian ia menghasilkan buah kebenaran yang memberikan damai kepada mereka yang dilatih olehnya”.

Tetapi dengan memberikan hukuman mati, apalagi secara mendadak, perbaikan apa yang bisa dihasilkan dalam diri orang yang dihukum / dihajar itu?

Kasus hukuman mati terhadap Eli (1Samuel 2:27-36; 4:16-18), menurut saya merupakan sesuatu yang berbeda, karena hukuman mati itu tidak diberikan dengan mendadak, tetapi ada pemberitahuan sebelumnya, sehingga memungkinkan ia untuk bertobat.

Jadi, berbeda dengan Calvin dan Clarke, saya berpendapat bahwa hukuman mati yang mendadak terhadap Uza menunjukkan bahwa ia bukan anak Tuhan, dan itu menunjukkan bahwa ia tidak selamat.

7) Sikap Daud.

a) Daud marah.

2 Samuel 6: 8: “Daud menjadi marah, karena TUHAN telah menyambar Uza demikian hebatnya; maka tempat itu disebut orang Peres-Uza sampai sekarang.”.

1. Tidak jelas Daud marah kepada siapa, kepada dirinya sendiri atau kepada Tuhan atau kepada peristiwa itu?

Keil & Delitzsch mengatakan bahwa Daud bukan marah kepada Tuhan, tetapi kepada peristiwa / bencana itu, atau pada penyebab bencana itu, yaitu dirinya sendiri, karena ia yang menghendaki pemindahan tabut itu.

Tetapi Calvin dan Matthew Henry menganggap bahwa Daud memang marah kepada Tuhan. Dan kalau dilihat kalimat dari ay 8 itu, memang arahnya lebih sesuai dengan penafsiran dari Calvin dan Matthew Henry.

Matthew Henry: “He was displeased. It is not said because Uzzah had affronted God, but because God had made a breach upon Uzzah (v. 8): ‘David’s anger was kindled.’ It is the same word that is used for God’s displeasure, v. 7. Because God was angry, David was angry and out of humour. As if God might not assert the honour of his ark, and frown upon one that touched it rudely, without asking David leave. Shall mortal man pretend to be more just than God, arraign his proceedings, or charge him with iniquity? David did not now act like himself, like ‘a man after God’s own heart.’ It is not for us to be displeased at any thing that God does, how unpleasing soever it is to us” [= Ia marah / tidak senang. Tidak dikatakan karena Uza telah menghina Allah, tetapi karena Allah telah menyambar Uza (2 Samuel 6: 8): ‘Daud menjadi marah’. Adalah kata yang sama yang digunakan untuk ketidak-senangan / kemarahan Allah, 2 Samuel 6: 7. Karena Allah marah, Daud marah. Seakan-akan Allah tidak boleh menyatakan kehormatan dari tabutNya, dan merengutkan muka kepada orang yang menyentuhnya dengan tidak sopan, tanpa meminta ijin Daud. Apakah manusia yang fana akan menganggap diri lebih benar dari Allah, menyalahkan cara bekerja Allah, atau menuduhNya dengan kesalahan / ketidak-adilan? Daud saat ini tidak bertindak seperti dirinya sendiri, seperti ‘orang yang mengikuti hati Allah’. Kita tidak boleh tidak senang / marah pada apapun yang Allah lakukan, bagaimanapun tidak menyenangkannya hal itu bagi kita].

2. Daud menamai tempat itu Perez-Uza.

Ay 8b: “maka tempat itu disebut orang Peres-Uza sampai sekarang”.

RSV/NIV/NASB/ASV menterjemahkan seperti Kitab Suci Indonesia, yang tidak menunjukkan siapa yang memberikan nama itu.

KJV/NKJV: ‘he called the name of the place Perezuzzah to this day’ (= ia menyebut nama tempat itu Perez-Uza sampai sekarang).

Dari terjemahan KJV/NKJV ini kelihatannya Daudlah yang memberikan nama itu. Kalau dilihat dari bahasa Ibraninya maka saya berpendapat terjemahan KJV/NKJV yang benar. Kata Ibraninya adalah VAYIQRA [= ‘and he called’ (= dan ia menyebut)]. Kata ‘he’ (= ia) itu seharusnya memang ada. Jadi Daudlah yang memberikan nama itu.

Sebetulnya tidak jelas apa tujuan Daud menamai tempat itu seperti itu. Tetapi perhatikan pandangan Matthew Henry tentang hal ini.

Matthew Henry: “He took care to perpetuate the remembrance of this stroke by a new name he gave to the place: Perez-uzzah, the breach of Uzzah” (= Ia menjaga untuk mengabadikan ingatan tentang pukulan ini dengan suatu nama baru yang ia berikan pada tempat itu: Perez-Uza, pelanggaran Uza).

b) Daud menjadi takut.

2 Samuel 6: 9: “Pada waktu itu Daud menjadi takut kepada TUHAN, lalu katanya: ‘Bagaimana tabut TUHAN itu dapat sampai kepadaku?’”.

Matthew Henry: “He should rather have said, ‘Let the ark come to me, and I will take warning by this to treat it with more reverence.’” (= Ia seharusnya mengatakan, ‘Biarlah tabut itu datang kepadaku, dan aku akan memperhatikan peringatan dari hal ini untuk memperlakukannya dengan lebih hormat / takut’).

Calvin mengatakan rasa takut Daud kepada Allah merupakan sesuatu yang baik. Tetapi di atas hal yang baik itu ia membangun hal yang salah. Kita juga bisa seperti itu. Misalnya, kita takut kepada Allah, dan lalu tidak melayani Dia karena takut kalau-kalau kita melayaniNya secara salah, sehingga membangkitkan murkaNya.

Calvin: “Thus, let us note that in fearing God, we must maintain a balance and know where this fear should lead us” (= Maka, hendaklah kita memperhatikan bahwa dalam takut kepada Allah, kita harus mempertahankan suatu keseimbangan dan tahu kemana rasa takut ini harus membimbing kita) - ‘Sermons on 2Samuel’, hal 254.

Kita bisa membangun hal yang salah di atas seadanya hal benar yang ada pada kita. Misalnya kepercayaan pada doktrin tentang predestinasi merupakan sesuatu yang baik, tetapi kalau itu menyebabkan kita tidak memberitakan Injil, itu salah.

Kepercayaan bahwa hanya iman yang menyelamatkan kita merupakan sesuatu yang baik. Tetapi kalau itu menyebabkan kita tidak mengusahakan pengudusan maka itu sesuatu yang salah.

Keselamatan tidak bisa hilang merupakan kepercayaan yang benar dan baik, tetapi kalau itu menyebabkan kita berani berbuat dosa, itu sesuatu yang salah.

c) Daud menghentikan usaha pemindahan tabut ke Yerusalem, dan menempatkannya di rumah Obed-Edom.

2 Samuel 6: 10: “Sebab itu Daud tidak mau memindahkan tabut TUHAN itu ke tempatnya, ke kota Daud, tetapi Daud menyimpang dan membawanya ke rumah Obed-Edom, orang Gat itu”.

1. Apa yang Daud pikirkan, putuskan dan lakukan tadi, yaitu memindahkan tabut ke Yerusalem, merupakan sesuatu yang bagus. Tetapi karena adanya bencana ia menghentikan semuanya. Seharusnya yang ia lakukan adalah introspeksi, bertobat dari kesalahannya, dan melanjutkan usaha tadi. Bandingkan dengan Yosua yang mengalami kekalahan dari Ai. Ia melakukan introspeksi, membersihkan dosa dari antara Israel, lalu melanjutkan usahanya menyerang Ai, dan ia berhasil.

Matthew Henry: “David’s feelings on the infliction of this stroke were keen, and perhaps not altogether as they should have been. He should have humbled himself under God’s hand, confessed his error, acknowledged God’s righteousness, and deprecated the further tokens of his displeasure, and then have gone on with the good work he had in hand” (= Perasaan Daud terhadap pemberian pukulan ini keras, dan mungkin sama sekali tidak seperti yang seharusnya. Ia harus merendahkan dirinya di bawah tangan Allah, mengakui kesalahannya, mengakui kebenaran Allah, dan mencela tanda-tanda selanjutnya dari kemarahan / ketidak-senangannya, dan lalu melanjutkan pekerjaan baik yang ia punyai dalam tangannya).

2. Daud takut membawa tabut itu ke Yerusalem, kalau-kalau tabut itu membawa bencana kepada dia. Tetapi kalau demikian, mengapa ia lalu menempatkan tabut itu di rumah Obed-Edom? Bukankah ini suatu tindakan egois dan kurang ajar? Apakah ia tak peduli kalau bencana itu lalu mengenai Obed-Edom dan keluarganya?

II) Tabut Tuhan di rumah Obed Edom.

1) Keberadaan tabut itu di rumah Obed-Edom menyebabkan Tuhan memberkati Obed-Edom dan seisi rumahnya (ay 11).

2 Samuel 6: 11: “Tiga bulan lamanya tabut Tuhan itu tinggal di rumah Obed-Edom, orang Gat itu, dan TUHAN memberkati Obed-Edom dan seisi rumahnya.”.

The Biblical Illustrator (Old Testament): “When the ark had been left at the house of Obed-edom, Obed-edom was not afraid to take it in. Its presence in other places had hitherto been the signal for disaster and death. It is not so much God’s ark in our time and country that needs a lodging, but God’s servants, God’s poor, sometimes persecuted fugitives flying from an oppressor, very often pious men in foreign countries labouring under infinite discouragements to serve God. The Obed-edom who takes them in will not suffer” (= Pada waktu tabut itu ditinggalkan di rumah Obed-Edom, Obed-Edom tidak takut untuk membawanya masuk. Kehadirannya di tempat-tempat lain sampai saat ini telah menjadi tanda untuk bencana dan kematian. Memang pada jaman kita dan di negara kita bukanlah tabut Allah yang membutuhkan penginapan, tetapi pelayan-pelayan Allah, orang-orang miskin dari Allah, kadang-kadang buronan yang lari dari seorang penindas, sangat sering orang-orang saleh di negara-negara asing bekerja di bawah pengecilan hati untuk melayani Allah. ‘Obed-Edom’ yang membawa mereka masuk tidak akan menderita).

The Biblical Illustrator juga mengatakan bahwa tabut itu membawa bencana pada waktu ada di Filistin, juga membawa bencana pada waktu diangkut dan diperlakukan secara salah oleh orang Israel sendiri. Tetapi sekarang di rumah Obed-Edom, dimana tabut itu diperlakukan dengan baik, ternyata tabut itu membawa berkat. Jadi, sesuatu membawa berkat atau bencana tergantung dari bagaimana seseorang memperlakukan sesuatu itu.

Jadi, segala sesuatu mempunyai kemungkinan ganda dalam dirinya, berkat atau bencana. Yang paling utama adalah Yesus Kristus sendiri atau Injil. Bagaimana manusia menyambut / memperlakukan Yesus Kristus / Injil, menentukan apakah Yesus Kristus / Injil itu akan membawa berkat atau bencana / hukuman.

Luk 2:34b - “Anak ini ditentukan untuk menjatuhkan atau membangkitkan banyak orang”.

2Kor 2:14-16a - “(14) Tetapi syukur bagi Allah, yang dalam Kristus selalu membawa kami di jalan kemenanganNya. Dengan perantaraan kami Ia menyebarkan keharuman pengenalan akan Dia di mana-mana. (15) Sebab bagi Allah kami adalah bau yang harum dari Kristus di tengah-tengah mereka yang diselamatkan dan di antara mereka yang binasa. (16a) Bagi yang terakhir kami adalah bau kematian yang mematikan dan bagi yang pertama bau kehidupan yang menghidupkan”.

Hal yang sama bisa diterapkan terhadap:

a) Alkitab.

Bagaimana sikap kita terhadap Alkitab (isinya, bukan buku / bendanya), menentukan apakah Alkitab itu akan membawa berkat atau hukuman. Kalau kita mempunyai Alkitab, tetapi tidak pernah kita baca, atau kita baca tetapi tidak kita percayai dan taati, maka itu akan membawa hukuman. Tetapi kalau Alkitab itu kita baca, pelajari, imani dan taati, itu akan membawa berkat.

b) Gereja.

Bagaimana sikap kita terhadap gereja (yang baik, bukan yang sesat) menentukan apakah saudara mendapat berkat atau tidak, bahkan sebaliknya mendapat hukuman. Kalau saudara betul-betul mendukung gereja dengan kehadiran saudara, rela menggunakan waktu, tenaga, pikiran, uang, karunia saudara untuk gereja, maka saudara akan mendapatkan berkat. Tetapi kalau sebaliknya, maka saudara tidak akan mendapat berkat, tetapi malah mendapat hukuman.

Kalau saudara hadir dalam gereja, bagaimana sikap saudara, itu juga menentukan, apakah saudara akan mendapat berkat atau tidak, atau bahkan mendapat hukuman. Kalau saudara hadir dalam kebaktian, dan saudara bersikap hormat, bersungguh-sungguh dalam berbakti, mendengar Firman Tuhan dengan sungguh-sungguh juga, dsb, maka saudara pasti akan diberkati. Tetapi kalau sebaliknya, maka saudara tidak diberkati, bahkan bisa dihukum.

Matthew Henry: “None ever had, nor ever shall have, reason to say that it is in vain to serve God. Let masters of families be encouraged to keep up religion in their families, and to serve God and the interests of his kingdom with their houses and estates, for that is the way to bring a blessing upon all they have. The ark is a guest which none shall lose by that bid it welcome” (= Tidak ada orang yang pernah mempunyai, atau akan pernah mempunyai, alasan untuk mengatakan bahwa adalah sia-sia untuk melayani Allah. Hendaklah tuan-tuan / pemimpin-pemimpin dari keluarga-keluarga didorong untuk memelihara agama dalam keluarga mereka, dan untuk melayani Allah dan kepentingan-kepentingan dari kerajaanNya dengan rumah-rumah dan tanah-tanah, karena itu adalah jalan untuk membawa berkat pada semua yang mereka miliki. Tabut itu adalah tamu yang tak seorangpun akan kehilangan / rugi dengan menyambutnya).

2) Berkat Tuhan kepada Obed-Edom dan seisi rumahnya diceritakan kepada Daud (ay 12a).

2 Samuel 6: 12a: “Diberitahukanlah kepada raja Daud, demikian: ‘TUHAN memberkati seisi rumah Obed-Edom dan segala yang ada padanya oleh karena tabut Allah itu.’”.

Matthew Henry: “As David could read God’s frowns upon them all in Uzzah’s stroke, so he could read God’s favour to them all in Obed-edom’s prosperity; ... It was an evidence that the ark was not such a burdensome stone as it was taken to be, but, on the contrary, happy was the man that had it near him” (= Sebagaimana Daud bisa membaca rengutan wajah Allah terhadap mereka semua dalam pukulan terhadap Uza, demikian pula ia bisa membaca kebaikan Allah kepada mereka semua dalam kemakmuran Obed-Edom. ... Itu merupakan suatu bukti bahwa tabut itu bukanlah suatu batu yang membebani seperti Daud telah menganggapnya, tetapi sebaliknya, berbahagialah orang yang mempunyainya di dekatnya).

III) Daud memindahkan tabut Tuhan dari rumah Obed-Edom ke Yerusalem.

1) Ini menyebabkan Daud melanjutkan rencana semula untuk memindahkan tabut itu ke Yerusalem.

Ay 12b: “Lalu Daud pergi mengangkut tabut Allah itu dari rumah Obed-Edom ke kota Daud dengan sukacita.”.

Matthew Henry: “When David heard that Obed-edom had such joy of the ark, then he would have it in his own city. Note, The experience others have had of the gains of godliness should encourage us to be religious” (= Pada waktu Daud mendengar bahwa Obed-Edom mendapatkan sukacita seperti itu dari tabut, maka ia mau mendapatkannya di kotanya sendiri. Perhatikan, Pengalaman dari orang-orang lain yang telah mendapatkan keuntungan dari kesalehan, harus mendorong kita untuk menjadi orang yang relijius).

2) Sekarang mereka mengangkut tabut itu dengan cara yang benar.

a) Untuk bisa mengerti cara yang benar dalam mengangkut tabut, tentu harus mempelajarinya dari Firman Tuhan / hukum Taurat.

Pulpit Commentary: “So far from there being anything unlucky in the ark, its presence brings with it a manifest blessing, and thus David’s fears are allayed. But before he returns to his purpose, he commands that proper inquiry be made. The priests must examine the holy book, and, having learned from it where his former conduct was wrong, he assembles the people once again to carry the ark to its home (1 Chron 15:2,12-15)” [= Begitu jauh dari adanya apapun yang membuat sial dalam tabut itu, kehadirannya membawa dengannya suatu berkat yang nyata, dan karena itu rasa takut Daud ditenangkan / dihilangkan. Tetapi sebelum ia kembali pada tujuan / rencananya, ia memerintahkan supaya penyelidikan yang tepat / benar dilakukan. Imam-imam harus memeriksa buku yang kudus, dan setelah mempelajari darinya dimana salahnya tindakan yang terdahulu itu, ia mengumpulkan rakyat / orang-orang sekali lagi untuk membawa tabut itu ke rumahnya (1Taw 15:2,12-15)].

1Taw 15:2,12-15 - “(2) Ketika itu berkatalah Daud: ‘Janganlah ada yang mengangkat tabut Allah selain dari orang Lewi, sebab merekalah yang dipilih TUHAN untuk mengangkat tabut TUHAN dan untuk menyelenggarakannya sampai selama-lamanya.’ ... (12) dan berkata kepada mereka: ‘Hai kamu ini, para kepala puak dari orang Lewi, kuduskanlah dirimu, kamu ini dan saudara-saudara sepuakmu, supaya kamu mengangkut tabut TUHAN, Allah Israel, ke tempat yang telah kusiapkan untuk itu. (13) Sebab oleh karena pada pertama kali kamu tidak hadir, maka TUHAN, Allah kita, telah menyambar di tengah-tengah kita, sebab kita tidak meminta petunjukNya seperti seharusnya.’ (14) Jadi para imam dan orang-orang Lewi menguduskan dirinya untuk mengangkut tabut TUHAN, Allah Israel. (15) Kemudian bani Lewi mengangkat tabut Allah itu dengan gandar pengusung di atas bahu mereka, seperti yang diperintahkan Musa, sesuai dengan firman TUHAN”.

b) Pelaksanaan pengangkutan tabut.

2 Samuel 6: 13: “Apabila pengangkat-pengangkat tabut TUHAN itu melangkah maju enam langkah, maka ia mengorbankan seekor lembu dan seekor anak lembu gemukan.”.

1. Kata-kata “pengangkat-pengangkat tabut TUHAN” secara implicit menunjukkan bahwa mereka sudah menggunakan orang-orang Lewi untuk mengangkatnya seperti yang seharusnya.

Matthew Henry: “He rectified the former error. He did not put the ark in a cart now, but ordered those whose business it was to carry it on their shoulders. This is implied here (v. 13) and expressed 1 Chron 15:15. Then we make a good use of the judgments of God on ourselves and others when we are awakened by them to reform and amend whatever has been amiss” [= Ia membetulkan kesalahannya yang terdahulu. Sekarang ia tidak meletakkan tabut itu dalam sebuah kereta, tetapi memerintahkan mereka yang urusannya adalah membawanya pada pundak mereka. Itu dinyatakan secara implicit di sini (ay 13) dan dinyatakan secara explicit dalam 1Taw 15:15. Maka kita menggunakan dengan baik penghakiman-penghakiman dari Allah kepada diri kita sendiri dan orang-orang lain pada waktu dibangunkan oleh mereka untuk mereformasi dan membetulkan apapun yang tadinya salah].

Bdk. 1Taw 15:15 - “Kemudian bani Lewi mengangkat tabut Allah itu dengan gandar pengusung di atas bahu mereka, seperti yang diperintahkan Musa, sesuai dengan firman TUHAN”.

2. Penjelasan tentang ay 13b.

2 Samuel 6: 13: “Apabila pengangkat-pengangkat tabut TUHAN itu melangkah maju enam langkah, maka ia mengorbankan seekor lembu dan seekor anak lembu gemukan.”.

Pulpit Commentary: “Many suppose that David sacrificed an ox and a fatling every six paces along the whole way from the house of Obed-Edom, which was probably near or even in Jerusalem, unto the tent prepared for the ark in Zion. ... But there is an objection to this view, namely, that it is not the sense of the Hebrew. What is there said is that at starting, after stepping six paces, David sacrificed an ox and a fatling (by the hands, of course, of the priests), to ask a blessing upon the removal of the ark, and avert all misfortune” [= Banyak orang menganggap bahwa Daud mengorbankan seekor sapi jantan dan seekor anak lembu setiap enam langkah dalam sepanjang jalan dari rumah Obed-Edom, yang mungkin berada dekat dengan, atau bahkan ada di dalam, Yerusalem, ke kemah yang dipersiapkan untuk tabut itu di Sion. ... Tetapi di sana ada suatu keberatan terhadap pandangan ini, yaitu, bahwa itu bukanlah arti dari bahasa Ibraninya. Apa yang dikatakan di sana adalah bahwa pada saat berangkat, setelah melangkah enam langkah, Daud mengorbankan seekor lembu jantan dan seekor anak lembu (tentu saja oleh tangan dari imam-imam), untuk meminta suatu berkat pada pemindahan dari tabut, dan mencegah / menghindarkan semua kesialan].

Albert Barnes juga tidak setuju kalau pengorbanan itu dilakukan setiap enam langkah; ia menganggap itu sebagai suatu kemustahilan. Keil & Delitzsch, sekalipun menganggap bahwa itu memungkinkan, tetapi mengatakan bahwa ayatnya hanya menunjukkan bahwa setelah berhasil mengeluarkan tabut dan melangkah enam langkah, mereka mempersembahkan korban. Dan memang ayat itu tidak mengatakan bahwa mereka melakukan persembahan korban setiap enam langkah.

Yang jelas, hukuman Tuhan telah membuat Daud menyadari kesalahannya, dan sekarang ia melakukan pengangkutan tabut dengan cara yang benar. Dan ini merupakan sesuatu yang harus kita tiru. Memang bukan semua bencana merupakan hukuman / hajaran Tuhan. Tetapi kalau kita terus menerus ditimpa bencana, itu memungkinkan merupakan hukuman / hajaran Tuhan. Jadi kita harus melakukan introspeksi, dan kalau memang ada dosa / kesalahan, kita harus membetulkannya.

3) Sikap Daud dan Israel dalam mengangkut tabut.

2 Samuel 6: 14-15: “(14) Dan Daud menari-nari di hadapan TUHAN dengan sekuat tenaga; ia berbaju efod dari kain lenan. (15) Daud dan seluruh orang Israel mengangkut tabut TUHAN itu dengan diiringi sorak dan bunyi sangkakala.”.

Berbeda dengan dalam ay 5, dimana kata ‘menari-nari’ hanya muncul dalam Kitab Suci Indonesia, dan tak ada dalam Kitab Suci bahasa Inggris, maka dalam ay 14 ini kata ‘menari-nari’ itu juga ada dalam semua Kitab Suci bahasa Inggris.

Ini sering dianggap sebagai dasar Alkitab dari liturgi kebaktian dalam gereja-gereja Kharismatik, dimana mereka juga menari-nari, melompat-lompat dan sebagainya. Mari kita melihat komentar dari beberapa penafsir untuk melihat apakah ayat ini memang bisa ditafsirkan seperti itu.

Keil & Delitzsch: “Dancing, as an expression of holy enthusiasm, was a customary thing from time immemorial: we meet with it as early as at the festival of thanksgiving at the Red Sea (Exo. 15:20); but there, and also at subsequent celebrations of the different victories gained by the Israelites, none but women are described as taking part in it (Jud. 11:34; 21:19; 1Sa. 18: 6)” [= Menari, sebagai suatu pernyataan dari kegembiraan yang besar, merupakan suatu kebiasaan dari jaman dulu: kita bertemu dengannya seawal seperti pada pesta / perayaan syukur di Laut Merah (Kel 15:20); tetapi di sana, dan juga pada perayaan-perayaan berikutnya dari kemenangan-kemenangan yang didapatkan oleh orang-orang Israel, tidak ada kecuali perempuan-perempuan digambarkan mengambil bagian di dalamnya (Hak 11:34; 21:19; 1Sam 18: 6)].

Keluaran 15:20 - “Lalu Miryam, nabiah itu, saudara perempuan Harun, mengambil rebana di tangannya, dan tampillah semua perempuan mengikutinya memukul rebana serta menari-nari”.

Ini terjadi setelah Tuhan menghancurkan tentara Firaun yang mengejar Israel di Laut Teberau.

Hak 11:34 - “Ketika Yefta pulang ke Mizpa ke rumahnya, tampaklah anaknya perempuan keluar menyongsong dia dengan memukul rebana serta menari-nari. Dialah anaknya yang tunggal; selain dari dia tidak ada anaknya laki-laki atau perempuan”.

Hak 21:19-21 - “(19) Lalu kata mereka pula: ‘Setiap tahun ada perayaan bagi TUHAN di Silo yang letaknya di sebelah utara Betel, di sebelah timur jalan raya yang menuju dari Betel ke Sikhem dan di sebelah selatan Lebona.’ (20) Maka mereka berpesan kepada bani Benyamin, demikian: ‘Pergilah menghadang di kebun-kebun anggur. (21) Perhatikanlah baik-baik; maka apabila anak-anak perempuan Silo keluar untuk menari-nari, baiklah kamu keluar dari kebun-kebun anggur itu, dan masing-masing melarikan seorang dari anak-anak perempuan Silo itu menjadi isterinya dan pergi ke tanah Benyamin”.

1Samuel 18:6-7 - “(6) Tetapi pada waktu mereka pulang, ketika Daud kembali sesudah mengalahkan orang Filistin itu, keluarlah orang-orang perempuan dari segala kota Israel menyongsong raja Saul sambil menyanyi dan menari-nari dengan memukul rebana, dengan bersukaria dan dengan membunyikan gerincing; (7) dan perempuan yang menari-nari itu menyanyi berbalas-balasan, katanya: ‘Saul mengalahkan beribu-ribu musuh, tetapi Daud berlaksa-laksa.’”.

Satu hal yang sangat perlu diperhatikan adalah: Tak satupun dari ayat-ayat di atas ini, maupun 2Sam 6:14 yang sedang kita persoalkan, terjadi dalam kebaktian. Jadi, menerapkannya untuk kebaktian, merupakan suatu penafsiran yang ‘out of context’ (= keluar dari kontextnya).

Adam Clarke: “Dancing is a religious ceremony among the Hindus, and they consider it an act of devotion to their idols. It is evident that David considered it in the same light. What connection dancing can have with devotion I cannot tell. This I know, that unpremeditated and involuntary skipping may be the effect of sudden mental elation” (= Tarian merupakan upacara agamawi di antara orang-orang Hindu, dan mereka menganggapnya sebagai suatu tindakan pembaktian kepada berhala-berhala mereka. Adalah jelas bahwa Daud menganggapnya dalam terang yang sama. Apa hubungan tarian dengan pembaktian saya tidak tahu. Ini yang saya tahu, bahwa tindakan meloncat-loncat yang tak direncanakan dan otomatis bisa merupakan hasil / akibat dari kegembiraan mental yang tiba-tiba).

The Bible Exposition Commentary: Old Testament: “There is no New Testament evidence that dancing as a ‘worship art form’ was used either in the Jewish synagogue or the liturgy of the early church. The Greeks introduced dancing into worship in the post-Apostolic church, but the practice led to serious moral problems and was finally banned. It was difficult for congregations to distinguish between ‘Christian dances’ and dances honoring a pagan god or goddess, so the church abandoned the practice and later church fathers condemned it” (= Di sana tidak ada bukti Perjanjian Baru bahwa tarian sebagai suatu ‘bentuk tindakan kreatif dari ibadah / kebaktian’ digunakan dalam sinagog Yahudi atau liturgi dari gereja mula-mula. Orang-orang Yunani memperkenalkan tarian ke dalam ibadah / kebaktian dalam gereja setelah jaman Rasul, tetapi praktek itu membawa pada problem-problem moral yang serius, dan akhirnya dilarang. Adalah sukar bagi jemaat untuk membedakan antara ‘tarian Kristen’ dan tarian-tarian untuk menghormati dewa atau dewi kafir, maka gereja meninggalkan praktek itu dan bapa-bapa gereja belakangan mengecam / mengutuknya).

IV) Tabut Tuhan di Yerusalem.

2 Samuel 6: 17-19: “(17) Tabut TUHAN itu dibawa masuk, lalu diletakkan di tempatnya, di dalam kemah yang dibentangkan Daud untuk itu, kemudian Daud mempersembahkan korban bakaran dan korban keselamatan di hadapan TUHAN. (18) Setelah Daud selesai mempersembahkan korban bakaran dan korban keselamatan, diberkatinyalah bangsa itu demi nama TUHAN semesta alam. (19) Lalu dibagikannya kepada seluruh bangsa itu, kepada seluruh khalayak ramai Israel, baik laki-laki maupun perempuan, kepada masing-masing seketul roti bundar, sekerat daging, dan sepotong kue kismis. Sesudah itu pergilah seluruh bangsa itu, masing-masing ke rumahnya.”.

Wycliffe mengatakan bahwa kelihatannya pada saat itu orang yang mempersembahkan korban tak dibatasi pada imam / orang Lewi saja. Tetapi saya berpendapat itu mustahil. Saya lebih setuju dengan penafsiran dari Pulpit Commentary di bawah ini.

Pulpit Commentary: “When it is said that ‘David offered’ them, it means that the sacrifices were at his cost and by his command” (= Pada waktu dikatakan bahwa ‘Daud mempersembahkan korban’, itu berarti bahwa korban-korban itu dipersembahkan atas biayanya dan oleh perintahnya).

Catatan: Calvin (hal 270-271) memberikan penafsiran yang serupa dengan yang diberikan oleh Pulpit Commentary. Ia juga menambahkan cerita tentang raja Uzia yang berani mempersembahkan korban sehingga dihukum oleh Tuhan dalam 2Taw 26:16-21.

Mungkin sekali pemberkatan dalam ay 18 juga harus diartikan dengan cara yang sama, karena pemberkatan merupakan tugas / kewajiban dari imam besar.

Bilangan 6:22-27 - “(22) TUHAN berfirman kepada Musa: (23) ‘Berbicaralah kepada Harun dan anak-anaknya: Beginilah harus kamu memberkati orang Israel, katakanlah kepada mereka: (24) TUHAN memberkati engkau dan melindungi engkau; (25) TUHAN menyinari engkau dengan wajahNya dan memberi engkau kasih karunia; (26) TUHAN menghadapkan wajahNya kepadamu dan memberi engkau damai sejahtera. (27) Demikianlah harus mereka meletakkan namaKu atas orang Israel, maka Aku akan memberkati mereka.’”.

Tetapi tetap mungkin Daud sendiri yang memberi berkat, karena dalam pentahbisan Bait Suci dalam 1Raja 8 dinyatakan secara explicit bahwa Salomo sendiri memberikan berkat kepada bangsa Israel.

1Raja-raja 8:14-16 - “(14) Kemudian berpalinglah raja lalu memberkati seluruh jemaah Israel, sedang segenap jemaah Israel berdiri. (15) Ia berkata: ‘Terpujilah TUHAN, Allah Israel, yang telah menyelesaikan dengan tanganNya apa yang difirmankanNya dengan mulutNya kepada Daud, ayahku, demikian: (16) Sejak Aku membawa umatKu Israel keluar dari Mesir, tidak ada kota yang Kupilih di antara segala suku Israel untuk mendirikan rumah di sana sebagai tempat kediaman namaKu, tetapi Aku telah memilih Daud untuk berkuasa atas umatKu Israel.’”.

1Raja-raja 8:54-61 - “(54) Ketika Salomo selesai memanjatkan segala doa dan permohonan itu kepada TUHAN, bangkitlah ia dari depan mezbah TUHAN setelah berlutut dengan menadahkan tangannya ke langit. (55) Maka berdirilah ia dan memberkati segenap jemaah Israel dengan suara nyaring, katanya: (56) ‘Terpujilah TUHAN yang memberikan tempat perhentian kepada umatNya Israel tepat seperti yang difirmankanNya; dari segala yang baik, yang telah dijanjikanNya dengan perantaraan Musa, hambaNya, tidak ada satupun yang tidak dipenuhi. (57) Kiranya TUHAN, Allah kita, menyertai kita sebagaimana Ia telah menyertai nenek moyang kita, janganlah Ia meninggalkan kita dan janganlah Ia membuangkan kita, (58) tetapi hendaklah dicondongkanNya hati kita kepadaNya untuk hidup menurut segala jalan yang ditunjukkanNya, dan untuk tetap mengikuti segala perintahNya dan ketetapanNya dan peraturanNya yang telah diperintahkanNya kepada nenek moyang kita. (59) Hendaklah perkataan yang telah kupohonkan tadi di hadapan TUHAN, dekat pada TUHAN, Allah kita, siang dan malam, supaya Ia memberikan keadilan kepada hambaNya dan kepada umatNya Israel menurut yang perlu pada setiap hari, (60) supaya segala bangsa di bumi tahu, bahwa Tuhanlah Allah, dan tidak ada yang lain, (61) dan hendaklah kamu berpaut kepada TUHAN, Allah kita, dengan sepenuh hatimu dan dengan hidup menurut segala ketetapanNya dan dengan tetap mengikuti segala perintahNya seperti pada hari ini.’”.

Calvin menafsirkan (hal 274) bahwa ‘memberkati’ berarti ‘berdoa’. Pada waktu kita berdoa untuk seseorang itu berarti kita memberkati dia dalam nama Tuhan. Calvin juga membedakan ‘memberkati’ dalam Bilangan 6:24-26, yang memang merupakan tugas dari imam besar secara khusus, dan ‘memberkati’ di sini, yang merupakan suatu pemberkatan secara umum, sehingga bisa dilakukan oleh Daud dan Salomo.

V) Daud pulang ke rumahnya.

2 Samuel 6: 20: “Ketika Daud pulang untuk memberi salam kepada seisi rumahnya, maka keluarlah Mikhal binti Saul mendapatkan Daud, katanya: ‘Betapa raja orang Israel, yang menelanjangi dirinya pada hari ini di depan mata budak-budak perempuan para hambanya, merasa dirinya terhormat pada hari ini, seperti orang hina dengan tidak malu-malu menelanjangi dirinya!’”.

1) Daud pulang dan memberkati seisi rumahnya.

Ay 20a: “Ketika Daud pulang untuk memberi salam kepada seisi rumahnya”.

Kata-kata ‘memberi salam’ salah terjemahan!

KJV/RSV/NIV/NASB/ASV/NKJV: ‘to bless’ (= memberkati).

Kata Ibrani yang digunakan adalah BARAKH, dan artinya memang ‘memberkati’.

Kata Ibrani yang digunakan sama dengan dalam 2 Samuel 6: 18, tetapi anehnya di situ Alkitab Indonesia menterjemahkan ‘memberkati’, tetapi di sini menterjemahkan ‘memberi salam’.

Ini merupakan sesuatu yang baik dalam diri Daud, ia mempunyai keseimbangan antara gereja dan keluarga.

2) Sikap Mikhal terhadap apa yang tadi dilakukan Daud.

a) Mikhal, istri Daud, melihat tindakan Daud, dan memandang rendah Daud karena apa yang dilakukan Daud tadi, dan ketika Daud sampai di rumah, ia mencela Daud.

Ay 16,20b: “(16) Ketika tabut TUHAN itu masuk ke kota Daud, maka Mikhal, anak perempuan Saul, menjenguk dari jendela, lalu melihat raja Daud meloncat-loncat serta menari-nari di hadapan TUHAN. Sebab itu ia memandang rendah Daud dalam hatinya. ... (20b) maka keluarlah Mikhal binti Saul mendapatkan Daud, katanya: ‘Betapa raja orang Israel, yang menelanjangi dirinya pada hari ini di depan mata budak-budak perempuan para hambanya, merasa dirinya terhormat pada hari ini, seperti orang hina dengan tidak malu-malu menelanjangi dirinya!’”.

Absennya Mikhal dari acara penting tersebut dikecam oleh Calvin (hal 276,277,279), dan memang jelas merupakan suatu kesalahan. Mengapa ia tidak mendampingi suaminya dalam acara penting itu? Dari hal itu saja terlihat bahwa ia adalah orang yang tidak relijius dan tak mempedulikan kemuliaan Tuhan! Tetapi bukan hanya itu. Ia lalu memandang rendah Daud karena apa yang dilakukannya, dan bahkan mencelanya!

1. Mengapa Mikhal memandang rendah dan mencela Daud?

a. Kesombongan atau gengsi.

Sebagai anak raja, ia merasa diri lebih tinggi dari rakyat biasa, pegawai-pegawai dsb, dan karena itu melihat Daud bercampur baur dengan orang-orang rendahan itu, ia memandang rendah dan mencela Daud.

Calvin: “This showed how deeply infected her heart was with pride because of her royal blood. How often we see this in those who have some noble ancestry” (= Ini menunjukkan betapa dalamnya hatinya dijangkiti dengan kesombongan karena darah rajanya. Betapa sering kita melihat hal ini dalam diri mereka yang mempunyai nenek moyang yang mulia) - ‘Sermons on 2Samuel’, hal 280.

Saya yakin bahwa kata-kata Calvin ini bukan hanya perlu diperhatikan / diwaspadai oleh orang-orang dari keluarga raja / bangsawan / orang-orang yang berkedudukan tinggi, tetapi juga oleh orang-orang yang kaya raya!

Matthew Henry: “She was not displeased at his generosity to the people, nor did she grudge the entertainment he gave them; but she thought he degraded himself too much in dancing before the ark. It was not her covetousness, but her pride, that made her fret” (= Ia bukannya tidak senang pada kemurahan hatinya kepada bangsa itu, juga ia tidak iri / jengkel karena hiburan yang diberikannya kepada mereka; tetapi ia berpikir / beranggapan ia terlalu merendahkan dirinya sendiri dengan menari-nari di depan tabut. Bukan ketamakannya, tetapi kesombongannya, yang membuatnya jengkel).

Keil & Delitzsch: “The proud daughter of Saul was offended at the fact, that the king had let himself down on this occasion to the level of the people” (= Anak perempuan yang sombong dari Saul tersinggung / terganggu oleh fakta, bahwa sang raja telah merendahkan dirinya sendiri pada peristiwa ini pada tingkat dari orang-orang / rakyat).

b. Saul mengabaikan tabut Tuhan dan karena itu tidak mengherankan kalau Mikhal juga demikian.

Barnes’ Notes: “In the days of Saul the ark had been neglected (1 Chronicles 13:3), and Saul had in everything shown himself to be an irreligious king. Michal seems to have been of a like spirit” [= Dalam jaman Saul tabut itu telah diabaikan (1Taw 13:3), dan Saul telah menunjukkan dirinya dalam segala sesuatu sebagai seorang raja yang tidak relijius. Mikhal kelihatannya mempunyai roh / kecondongan yang serupa].

1Taw 13:3 - “Dan baiklah kita memindahkan tabut Allah kita ke tempat kita, sebab pada zaman Saul kita tidak mengindahkannya.’”.

Keil & Delitzsch: “Michal is intentionally designated the daughter of Saul here, instead of the wife of David, because on this occasion she manifested her father’s disposition rather than her husband’s. In Saul’s time people did not trouble themselves about the ark of the covenant (1Ch. 13: 3); public worship was neglected, and the soul for vital religion had died out in the family of the king” [= Mikhal secara sengaja ditunjuk sebagai anak perempuan Saul di sini, dan bukannya istri Daud, karena pada peristiwa ini ia menunjukkan watak ayahnya dan bukannya watak suaminya. Pada jaman Saul bangsa itu tidak merepotkan diri mereka sendiri tentang tabut perjanjian (1Taw 13:3); ibadah umum diabaikan, dan jiwa dari agama yang hidup telah mati dalam keluarga raja].

The Bible Exposition Commentary: Old Testament: “Perhaps Michal didn’t like what David said about her father’s neglect of the Ark (1 Chron 13:3)” [= Mungkin Mikhal tidak senang terhadap apa yang Daud katakan tentang pengabaian ayahnya terhadap tabut (1Taw 13:3)].

c. Melakukan sesuatu untuk Tuhan (ibadah, belajar Firman, berdoa, melayani, memberitakan Injil, memberikan persembahan dsb) bisa merupakan sesuatu yang sangat hina / bodoh di mata orang, bahkan keluarga, yang tidak percaya.

Matthew Henry: “Note, The exercises of religion appear very mean in the eyes of those that have little or no religion themselves” (= Perhatikan, Pelaksanaan kewajiban agama kelihatan sangat hina di mata dari mereka yang mempunyai sedikit atau tidak ada agama dalam diri mereka sendiri).

Calvin: “this carcass was there at the window, to find fault in others, and make fun of those who were faithfully employing themselves in the service of God - who desired not only that he be adored by them, but by all the people” (= bangkai ini ada di sana di jendela, untuk mencari kesalahan dalam orang-orang lain, dan mengolok-olok mereka yang dengan setia mempekerjakan diri mereka sendiri dalam pelayanan Allah - yang menginginkan bukan hanya bahwa Ia dipuja oleh mereka, tetapi oleh seluruh bangsa) - ‘Sermons on 2Samuel’, hal 277.

Memang hal seperti ini banyak terjadi. Orang-orang, yang dirinya sendiri tidak melakukan apa-apa untuk Tuhan, mencari kesalahan, mengkritik, mencela, orang-orang yang melayani Tuhan dengan setia dan sungguh-sungguh.

2. Celaan / serangan datang dari keluarga / istri.

Matthew Henry: “Even the palaces of princes are not exempt from domestic troubles. David had pleased all the multitude of Israel, but Michal was not pleased with his dancing before the ark. For this, when he was at a distance, she scorned him, and when he came home she scolded him” (= Bahkan istana dari pangeran-pangeran / raja-raja tidak bebas dari problem rumah tangga. Daud telah menyenangkan semua orang banyak Israel, tetapi Mikhal tidak senang dengan tari-tariannya di depan tabut. Untuk ini, pada waktu ia masih jauh, ia memandangnya rendah, dan pada waktu ia pulang ia memarahi / mengomelinya).

The Bible Exposition Commentary: Old Testament: “How sad that David’s day of happy celebration ended with this kind of insensitive and heartless reception from his own wife, but often God’s servants go quickly from the glory of the mountain to the shadows of the valley” (= Betapa menyedihkan bahwa hari perayaan yang bahagia dari Daud berakhir dengan jenis penerimaan yang acuh tak acuh dan tanpa perasaan ini dari istrinya sendiri, tetapi pelayan-pelayan Allah sering berpindah secara cepat dari kemuliaan dari gunung ke bayang-bayang dari lembah).

The Biblical Illustrator (Old Testament): “DAVID’S TROUBLE. His trouble was peculiar. It came from a quarter where he ought least to have expected it. Has it not been to many a Christian woman that her husband has been her greatest enemy in religion, and many a Christian man has found the partner of his own bosom the hardest obstacle in the road to heaven?” (= Kesukaran Daud. Kesukarannya khas. Itu datang dari seseorang / suatu tempat dimana ia seharusnya paling sedikit mengharapkannya. Bukankah banyak perempuan Kristen yang suaminya telah menjadi musuh terbesarnya dalam agama, dan banyak laki-laki Kristen yang telah mendapati bahwa pasangannya merupakan halangan terhebat dalam jalan ke surga?).

Catatan: tentu saja kebalikannya juga bisa terjadi dimana perempuan Kristen mendapatkan tantangan terbesar dalam mengikut Kristus dari suaminya!

Penerapan: karena itu jangan heran kalau dalam hal-hal rohani, saudara mendapatkan tantangan dari suami, istri, orang tua, anak, kakak, adik, dan sebagainya. Mereka bisa kafir, ataupun Kristen (KTP atau yang rohaninya rendah).

3. Celaan Mikhal.

2 Samuel 6: 20b: “maka keluarlah Mikhal binti Saul mendapatkan Daud, katanya: ‘Betapa raja orang Israel, yang menelanjangi dirinya pada hari ini di depan mata budak-budak perempuan para hambanya, merasa dirinya terhormat pada hari ini, seperti orang hina dengan tidak malu-malu menelanjangi dirinya!’”.

a. Terjemahan dari bagian yang saya garis-bawahi; perhatikan khususnya yang saya beri garis bawah ganda.

KJV: ‘How glorious was the king of Israel to day, who uncovered himself to day in the eyes of the handmaids of his servants, as one of the vain fellows shamelessly uncovereth himself!’ (= Betapa mulia raja Israel hari ini, yang menelanjangi dirinya sendiri hari ini di depan mata dari pelayan-pelayan perempuan, seperti salah satu dari orang-orang bodoh / tak berharga, dengan tak tahu malu menelanjangi dirinya sendiri). RSV/NIV/NASB ≈ KJV.

Jelas bahwa bagian awal dari KJV yang mengatakan ‘betapa mulia raja Israel hari ini’ diucapkan secara sinis sebagai suatu ‘irony’ (= ejekan).

Kata-kata ‘dengan tidak malu-malu’ ada dalam terjemahan Kitab Suci Indonesia, KJV, RSV, NASB (‘shamelessly’), tetapi kata ini seharusnya tidak ada, seperti dalam NIV.

Jamieson, Fausset & Brown: “‎There is nothing in the original corresponding to ‘shamelessly.’” (= Tidak ada apapun dalam bahasa aslinya yang sesuai dengan ‘dengan tidak malu-malu’).

b. Kata ‘menelanjangi’ jelas merupakan fitnah atau suatu hyperbole, karena dalam kenyataannya Daud jelas tidak telanjang.

The Bible Exposition Commentary: Old Testament: “There’s no evidence that David was guilty of any of the things his wife accused him of doing. He was properly attired and certainly didn’t expose himself to the people” (= Tidak ada bukti bahwa Daud bersalah tentang apapun yang dituduhkan oleh istrinya. Ia mengenakan pakaian secara benar dan pasti tidak membuka / menelanjangi dirinya di depan orang-orang).

Bdk. 1Taw 15:27 - “Daud memakai jubah dari kain lenan halus, juga segala orang Lewi yang mengangkat tabut itu dan para penyanyi, dan Kenanya yang mengepalai pengangkutan dan para penyanyi. Daud juga memakai baju efod dari kain lenan”.

Jamieson, Fausset & Brown: “‎The words ‘naked’ and ‘uncovered’ are frequently used by the sacred writers in a restricted sense” (= Kata-kata ‘telanjang’ dan ‘terbuka’ sering digunakan oleh penulis-penulis kudus dalam arti yang terbatas).

Memang dalam Alkitab, kata ‘telanjang’ kadang-kadang berarti betul-betul telanjang seperti dalam dan Kej 3:7, tetapi kadang-kadang berarti hanya memakai pakaian dalam. Dan perlu dicamkan bahwa pakaian dalam mereka sangat berbeda dengan kita. Pakaian dalam mereka memang bisa dipakai untuk pergi. Kalau mereka melepas jubah mereka, dan hanya memakai pakaian dalam, itu kadang-kadang disebut ‘telanjang’, seperti dalam Yes 20:2-3.

Kejadian 3:7 - “Maka terbukalah mata mereka berdua dan mereka tahu, bahwa mereka telanjang; lalu mereka menyemat daun pohon ara dan membuat cawat”.

Yesaya 20:2-3 - “(2) pada waktu itu berfirmanlah TUHAN melalui Yesaya bin Amos. FirmanNya: ‘Pergilah dan bukalah kain kabung dari pinggangmu dan tanggalkanlah kasut dari kakimu,’ lalu iapun berbuat demikian, maka berjalanlah ia telanjang dan tidak berkasut. (3) Berfirmanlah TUHAN: ‘Seperti hambaKu Yesaya berjalan telanjang dan tidak berkasut tiga tahun lamanya sebagai tanda dan alamat terhadap Mesir dan terhadap Etiopia”.

c. “seperti orang hina”.

KJV: ‘vain’ (= bodoh / tak berharga).

RSV/NIV: ‘vulgar’ (= orang biasa / umum).

NASB: ‘foolish’ (= bodoh).

Pulpit Commentary: “‘Vain’ is the ‘raca’ of Matt 5:22, and means ‘empty,’ void of virtue, void of reputation, and void of worldly means. The Hebrews, when expressing the greatest possible contempt for a man, called him an ‘empty,’ and no word could be found better conveying the meaning of thorough worthlessness” [= Kata yang diterjemahkan ‘vain’ / ‘bodoh / tak berharga’ (dalam KJV) adalah RACA dari Mat 5:22, dan berarti ‘kosong’, tak ada perbuatan baik, tak ada reputasi, dan tak ada harta duniawi. Orang-orang Ibrani, pada waktu menyatakan sikap memandang rendah yang terbesar, menyebutnya ‘kosong’, dan tak ada kata yang bisa ditemukan yang dengan lebih baik menyampaikan arti dari ketidak-berhargaan secara keseluruhan].

Matius 5:22 - “Tetapi Aku berkata kepadamu: Setiap orang yang marah terhadap saudaranya harus dihukum; siapa yang berkata kepada saudaranya: Kafir! harus dihadapkan ke Mahkamah Agama dan siapa yang berkata: Jahil! harus diserahkan ke dalam neraka yang menyala-nyala”.

Kata ‘kafir’ ini salah terjemahan.

RSV: ‘whoever insults his brother’ (= siapapun menghina saudaranya).

KJV/NIV/NASB tidak menterjemahkan kata ini, tetapi hanya mentransliterasikan (mengganti huruf-huruf Yunaninya dengan huruf Latin) sebagai ‘Raca’.

D. Martyn Lloyd-Jones: “‘Raca’ means ‘worthless fellow’” (= ‘Raca’ berarti ‘orang yang tidak berharga’) - ‘Studies in the Sermon on the Mount’, hal 224.

John Stott mengatakan (hal 84) bahwa kata ‘Raca’ itu mungkin sama dengan kata Aram yang berarti ‘empty’ (= kosong), sedangkan Tasker (Tyndale) mengatakan bahwa kata ‘Raca’ tidak terlalu berbeda dengan MORE (yang digunakan dalam ay 22c) yang artinya ‘bodoh / tolol’ (dalam Kitab Suci Indonesia diterjemahkan ‘jahil’).

Barclay: “Raca is an almost untranslatable word, because it describes a tone of voice more than anything else. Its whole accent is the accent of contempt. To call a man Raca was to call him a brainless idiot, a silly fool, an empty-headed blunderer. It is the word of one who despises another with an arrogant contempt” (= Raca hampir tidak bisa diterjemahkan, karena kata itu lebih menggambarkan nada suara dari pada apapun yang lain. Seluruh penekanannya merupakan penekanan penghinaan / kejijikan. Menyebut seseorang sebagai Raca berarti menyebutnya sebagai seorang idiot yang tidak mempunyai otak, seorang tolol, seorang pembuat kesalahan yang kepalanya kosong) - hal 139.

Jelas bahwa kata-kata Mikhal ini merupakan suatu penghinaan yang sangat hebat, dan dilakukan terhadap suaminya sendiri!

3) Reaksi / jawaban Daud terhadap sikap / kata-kata Mikhal.

2 Samuel 6: 21-22: “(21) Tetapi berkatalah Daud kepada Mikhal: ‘Di hadapan TUHAN, yang telah memilih aku dengan menyisihkan ayahmu dan segenap keluarganya untuk menunjuk aku menjadi raja atas umat TUHAN, yakni atas Israel, - di hadapan TUHAN aku menari-nari, (22) bahkan aku akan menghinakan diriku lebih dari pada itu; engkau akan memandang aku rendah, tetapi bersama-sama budak-budak perempuan yang kaukatakan itu, bersama-sama merekalah aku mau dihormati.’”.

a) “Di hadapan TUHAN ... di hadapan TUHAN”.

Calvin: “Now here is a phrase which seems to be of little substance, but it bears much meaning: ‘Before the Lord’. This means that when it comes to worshipping God, one cannot do too much. ... as if he were saying: ‘Alas, who are we? When it comes to magnifying God, must we water it down; must we maintain our dignity out of fear that we will abase ourselves too much?’” (= Sekarang di sini ada suatu ungkapan / kata-kata yang kelihatannya sedikit / kecil, tetapi mempunyai arti yang banyak / besar: ‘Di hadapan Tuhan’. Ini berarti bahwa pada waktu itu berkenaan dengan penyembahan Allah, seseorang tidak bisa melakukan terlalu banyak. ... seakan-akan ia sedang berkata: ‘Astaga, siapakah kita? Pada waktu berurusan dengan pembesaran / pemuliaan Allah, haruskah kita mengencerkan / memperlemahnya; haruskah kita mempertahankan kewibawaan kita karena takut bahwa kita akan terlalu banyak merendahkan diri kita sendiri?’) - ‘Sermons on 2Samuel’, hal 284-285.

Calvin: “Moreover, let us also learn that the greatest should not spare themselves when it comes to serving God. Why? Because everything that is excellent according to the world must pass away when the glory of God appears before our eyes. ... Let us gather from this that in all that is given to us, we must seek this goal, namely, that God may be honoured. Now when this is our desire, it is certain that (however much we may be elevated) we will always be small in our own estimation, that is, insofar as we walk before the Lord” [= Selanjutnya / lebih lagi, hendaklah kita juga belajar bahwa yang terbesar tidak boleh menyayangkan diri mereka sendiri pada waktu itu berurusan dengan pelayanan terhadap Allah. Mengapa? Karena segala sesuatu yang sangat baik sesuai dengan dunia harus mati pada waktu kemuliaan Allah tampil di hadapan mata kita. ... Hendaklah kita menyimpulkan dari sini bahwa dalam semua yang diberikan kepada kita, kita harus mencari tujuan ini, yaitu bahwa Allah bisa dihormati. Sekarang pada waktu ini merupakan keinginan kita, adalah pasti bahwa (betapapun tingginya kita ditinggikan) kita akan selalu kecil dalam penilaian kita sendiri, yaitu, sejauh kita berjalan di hadapan Tuhan] - ‘Sermons on 2Samuel’, hal 286.

b) “yang telah memilih aku dengan menyisihkan ayahmu dan segenap keluarganya untuk menunjuk aku menjadi raja atas umat TUHAN, yakni atas Israel”.

Calvin: “Moreover, David added immediately that he was ‘chosen instead of all the house of Saul’ (2Sam. 6:21). By this, he signified that even if he was king, it certainly did not mean that he would fail to show where this blessing came from” [= Selanjutnya, lebih lagi, Daud segera menambahkan bahwa ia dipilih dan bukannya seluruh keluarga Saul (2Sam 6:21). Dengan ini, ia menunjukkan bahwa bahkan jika ia adalah raja, itu pasti tidak berarti bahwa ia gagal menunjukkan dari mana berkat itu datang] - ‘Sermons on 2Samuel’, hal 286.

Calvin: “Now that is a good lesson which we must remember throughout all our lives. Namely, when we are too cold and lazy to serve God, we must begin to examine ourselves so that we might recognise the things which we have received from him, and thus conclude that since he was pleased to be so kind to us, he has greatly obligated us to himself. This consideration should motivate us to honour and serve him with a much more ardent zeal” (= Ini adalah pelajaran yang baik yang harus kita ingat dalam sepanjang hidup kita. Yaitu, pada waktu kita terlalu dingin dan malas untuk melayani Allah, kita harus mulai memeriksa diri kita sendiri sehingga kita bisa menyadari hal-hal yang telah kita terima dari Dia, dan dengan demikian menyimpulkan bahwa karena Ia berkenan untuk begitu baik terhadap kita, ia telah sangat mewajibkan kita kepada diriNya sendiri. Pertimbangan ini harus memotivasi kita untuk menghormati dan melayani Dia dengan semangat yang jauh lebih rajin / bergairah) - ‘Sermons on 2Samuel’, hal 287.

Calvin: “far from the gifts which God bestows upon us giving us an occasion of pride and vainglory, they should, instead, cause us all the more to walk in his fear, knowing that we shall have to give an account for everything” (= karunia-karunia yang Allah berikan kepada kita, bukannya merupakan suatu alasan dari kesombongan dan kemuliaan diri sendiri yang sia-sia, tetapi sebaliknya karunia-karunia itu harus menyebabkan kita makin berjalan dalam rasa takut terhadap Dia, karena tahu bahwa kita akan harus memberikan pertanggung-jawaban untuk segala sesuatu) - ‘Sermons on 2Samuel’, hal 287.

The Bible Exposition Commentary: Old Testament: “David recognized in Michal the pride and spiritual blindness of her father, Saul, whose one desire was to gain and keep his popularity with the people. David preferred to live and serve so as to please the Lord. He reminded Michal that the Lord had chosen him to replace her father as king and that he would do what the Lord prompted him to do. In other words, David didn’t need the spiritual counsel of the carnal daughter of a deposed and disgraced king” (= Daud mengenali dalam diri Mikhal kesombongan dan kebutaan rohani dari ayahnya, Saul, yang satu-satunya keinginannya adalah mendapatkan dan menjaga kepopulerannya dalam diri rakyat. Daud lebih memilih untuk hidup dan melayani sedemikian rupa sehingga memperkenan Tuhan. Ia mengingatkan Mikhal bahwa Tuhan telah memilih dia untuk menggantikan ayahnya sebagai raja dan bahwa ia mau melakukan apa yang Tuhan dorong ia untuk lakukan. Dengan kata lain, Daud tidak membutuhkan nasehat rohani dari anak perempuan yang bersifat kedagingan dari seorang raja yang dipecat dan dipermalukan).

c) “bahkan aku akan menghinakan diriku lebih dari pada itu”.

Calvin: “Let us always be willing to go down lower when it pleases him, and expecially when it is a necessary way of showing how zealous we are to glorify him” (= Hendaklah kita selalu mau untuk turun lebih rendah pada waktu itu memperkenanNya, dan khususnya pada waktu itu merupakan suatu jalan yang perlu untuk menunjukkan betapa harus bersemangatnya kita dalam memuliakan Dia) - ‘Sermons on 2Samuel’, hal 290.

Bdk. Matius 23:11-12 - “(11) Barangsiapa terbesar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu. (12) Dan barangsiapa meninggikan diri, ia akan direndahkan dan barangsiapa merendahkan diri, ia akan ditinggikan”.

d) “tetapi bersama-sama budak-budak perempuan yang kaukatakan itu, bersama-sama merekalah aku mau dihormati”.

KJV: ‘of’ (= tentang / dari).

RSV/NIV: ‘by’ (= oleh).

NASB: ‘with’ (= dengan / bersama-sama).

Kata Ibraninya adalah IM yang artinya memang ‘dengan’. Jadi saya tidak setuju dengan terjemahan KJV/RSV/NIV. Keil & Delitzsch juga menterjemahkan ‘with’ (= dengan).

Calvin: “we ought to value the children of God more than the finest people in this world ... Well, he said that he valued his Church - however small it was - more than all the princes of the earth. When, therefore, the Church is considered scum and as a little handful of misfits, yet God holds it more dear and precious than all the pomp and crowns of the great kings who are magnificent only in this life. Therefore, since it is true that God so esteem his own in this way, why is it that we are so lax to follow the instruction which David gives us here? That is, if the children of God are rejected and the world takes no account of them, we should still prefer to be in their rank and company rather than to be elevated on the shoulders of the wicked and to be even adored by them!” (= kita harus menilai anak-anak Allah lebih dari orang-orang yang sangat hebat / berkwalitas dalam dunia ini ... Ya, ia berkata bahwa ia menilai GerejaNya - betapapun kecilnya gereja itu - lebih dari semua pangeran-pangeran dari bumi. Karena itu pada waktu Gereja dianggap sebagai sampah dan sebagai segenggam kecil orang-orang canggung / tidak cocok, tetapi Allah menganggapnya lebih disayang dan berharga dari pada seluruh kemegahan dan makhkota-makhkota dari raja-raja besar / agung yang sangat hebat hanya dalam hidup ini. Karena itu, karena adalah benar bahwa Allah begitu menghargai milikNya dengan cara ini, mengapa kita begitu lemah / lalai untuk mengikuti instruksi yang diberikan Daud kepada kita di sini? Yaitu, jika anak-anak Allah ditolak dan dunia tidak menganggap / mempedulikan mereka, kita harus tetap lebih memilih untuk ada dalam barisan dan rombongan mereka dari pada untuk ditinggikan pada bahu-bahu dari orang-orang jahat dan bahkan untuk dipuja oleh mereka!) - ‘Sermons on 2Samuel’, hal 292.

Jelas bahwa menghadapi kata-kata keras dan kurang ajar dari istrinya, Daud bukan bersikap lemah lembut, seperti yang biasanya dianjurkan orang-orang yang kurang mengerti bagaimana menerapkan kasih dalam Alkitab, tetapi ia balik menjawab dengan keras!

Bandingkan juga dengan sikap Ayub pada waktu istrinya memberikan kata-kata yang kurang ajar, baik terhadap Ayub maupun terhadap Tuhan sendiri!

Bdk. Ayub 2:9-10a - “(9) Maka berkatalah isterinya kepadanya: ‘Masih bertekunkah engkau dalam kesalehanmu? Kutukilah Allahmu dan matilah!’ (10a) Tetapi jawab Ayub kepadanya: ‘Engkau berbicara seperti perempuan gila (tolol)! Apakah kita mau menerima yang baik dari Allah, tetapi tidak mau menerima yang buruk?’”.

Adam Clarke: “David felt the reproach, and was strongly irritated, and seems to have spoken to Michal with sufficient asperity” (= Daud merasakan celaan itu, dan sangat jengkel, dan kelihatannya telah berbicara kepada Mikhal dengan cukup kasar / tajam).

Jamieson, Fausset & Brown: “‎But her taunting sarcasm was repelled by her justly-offended husband, in a manner that could not be agreeable to her feelings, while it indicated the warm piety and gratitude of David” (= Tetapi sarkasmenya yang mengejek / mencela ditolak oleh suaminya yang secara benar tersinggung / menjadi marah, dengan suatu cara yang tidak bisa cocok dengan perasaannya, sementara itu menunjukkan kesalehan yang hangat dan rasa tahu terima kasih dari Daud).

Calvin: “David was severely tested by this harshness from his wife. But as it happened, he continually resisted it, though not without a battle. Let us pay close attention to this, for we will frequently see that husbands are corrupted by wives. The more affectionate they were, the easier it was to pervert them. We know where the perdition of men came from: it was from the woman. We have an absolute overflow of examples of how men who were otherwise inclined to live virtuously have become debauched and turned from the right path by women” (= Daud diuji dengan hebat oleh kekasaran / ketajaman ini dari istrinya. Tetapi pada waktu itu terjadi, ia terus menentangnya, sekalipun bukannya tanpa pertempuran. Hendaklah kita memperhatikan ini, karena kita akan sering melihat bahwa suami-suami dirusak / dijadikan jahat oleh istri-istri. Makin suami-suami sayang istri, makin mudah untuk menyimpangkan mereka. Kita tahu dari mana kehancuran orang laki-laki datang: itu datang dari perempuan. Kita mempunyai contoh-contoh melimpah yang nyata tentang bagaimana orang laki-laki yang seharusnya condong untuk hidup dengan baik telah menjadi bejat moralnya dan menyimpang dari jalan yang benar oleh / karena perempuan-perempuan) - ‘Sermons on 2Samuel’, hal 284.

Catatan: saya rasa kata-kata ini agak tidak fair bagi perempuan-perempuan! Saya yakin bahwa hal seperti ini, secara sama seringnya, bisa juga berlaku sebaliknya, dimana istri dipengaruhi secara buruk oleh suami! Semua kita paling mudah mendapat pengaruh buruk dari orang yang kita cintai! Karena itu, kita harus bisa bersikap tegas, dan bahkan keras, terhadap orang-orang yang kita cintai, kalau itu memang diperlukan.

Bdk. Matius 10:37 - “Barangsiapa mengasihi bapa atau ibunya lebih dari padaKu, ia tidak layak bagiKu; dan barangsiapa mengasihi anaknya laki-laki atau perempuan lebih dari padaKu, ia tidak layak bagiKu”.

Matthew Henry: “How he replied to her reproach. ... he justifies himself in what he did. ... He designed thereby to honour God (v. 21): ‘It was before the Lord,’ and with an eye to him. Whatever invidious construction she was pleased to put upon it, he had the testimony of his conscience for him that he sincerely aimed at the glory of God, for whom he thought he could never do enough. ... If we can approve ourselves to God in what we do in religion, and do it as before the Lord, we need not value the censures and reproaches of men. If we appear right in God’s eyes, no matter how mean we appear in the eyes of the world. ... The more we are vilified for well-doing the more resolute we should be in it, and hold our religion the faster, and bind it the closer to us, for the endeavours of Satan’s agents to shake us and to shame us out of it” [= Bagaimana ia menjawab celaannya. ... ia membenarkan dirinya sendiri dalam apa yang telah ia lakukan. ... Ia merancangkan dengan hal itu untuk menghormati Allah (2 Samuel 6: 21): ‘Itu adalah di hadapan Tuhan’, dan dengan mata ditujukan kepadaNya. Konstruksi yang menyakitkan hati yang bagaimanapun yang ia ingin letakkan di dalamnya, ia mempunyai kesaksian dari hati nuraninya bagi dia bahwa ia dengan tulus / sungguh-sungguh mengarah pada kemuliaan Allah, bagi siapa ia berpikir, ia tidak pernah bisa melakukan dengan cukup. ... Jika kita bisa menyetujui diri kita sendiri bagi Allah dalam apa yang kita lakukan dalam agama, dan melakukannya seperti di hadapan Tuhan, kita tidak perlu menilai kecaman dan celaan dari manusia. Jika kita terlihat benar di mata Allah, tak jadi soal bagaimana buruk / jahat / hinanya kita terlihat di mata dunia. ... Makin kita difitnah karena melakukan hal yang baik, makin kita harus berketetapan di dalamnya, dan memegang agama kita dengan lebih kuat, dan mengikatkannya lebih dekat kepada kita, untuk usaha-usaha dari agen-agen Iblis untuk menggoncangkan dan mempermalukan kita darinya].

Bdk. 1Korintus 4:3-5 - “(3) Bagiku sedikit sekali artinya entahkah aku dihakimi oleh kamu atau oleh suatu pengadilan manusia. Malahan diriku sendiripun tidak kuhakimi. (4) Sebab memang aku tidak sadar akan sesuatu, tetapi bukan karena itulah aku dibenarkan. Dia, yang menghakimi aku, ialah Tuhan. (5) Karena itu, janganlah menghakimi sebelum waktunya, yaitu sebelum Tuhan datang. Ia akan menerangi, juga apa yang tersembunyi dalam kegelapan, dan Ia akan memperlihatkan apa yang direncanakan di dalam hati. Maka tiap-tiap orang akan menerima pujian dari Allah”.

Catatan: bagian yang saya garis-bawahi itu salah terjemahan.

NIV: ‘(3) I care very little if I am judged by you or by any human court; indeed, I do not even judge myself. (4) My conscience is clear, but that does not make me innocent. It is the Lord who judges me. (5) Therefore judge nothing before the appointed time; wait till the Lord comes. He will bring to light what is hidden in darkness and will expose the motives of men’s hearts. At that time each will receive his praise from God’ [= (3) Aku tidak terlalu peduli jika aku dihakimi olehmu atau oleh pengadilan manusia; bahkan aku tidak menghakimi diriku sendiri. (4) Hati nuraniku bersih, tetapi itu tidak membuat aku tak berdosa. Tuhanlah yang menghakimi aku. (5) Karena itu jangan menghakimi apapun sebelum waktu yang ditetapkan; tunggulah sampai Tuhan datang. Ia akan menerangi apa yang tersembunyi dalam kegelapan dan menyingkapkan motivasi dari hati manusia. Pada saat itu setiap orang akan menerima pujiannya dari Allah].

NASB: ‘(3) But to me it is a very small thing that I should be examined by you, or by any human court; in fact, I do not even examine myself. (4) For I am conscious of nothing against myself, yet I am not by this acquitted; but the one who examines me is the Lord. (5) Therefore do not go on passing judgment before the time, but wait until the Lord comes who will both bring to light the things hidden in the darkness and disclose the motives of men’s hearts; and then each man’s praise will come to him from God’ [= (3) Tetapi bagiku merupakan sesuatu yang sangat kecil / remeh bahwa aku diperiksa / diuji olehmu, atau oleh pengadilan manusia manapun; bahkan aku tidak memeriksa / menguji diriku sendiri. (4) Karena aku tidak menyadari apapun menentang aku, tetapi bukan karena hal ini aku dinyatakan tak bersalah; tetapi yang memeriksa / menguji aku adalah Tuhan. (5) Karena itu jangan menghakimi sebelum waktunya, tetapi tunggulah sampai Tuhan datang yang akan menerangi hal-hal yang tersembunyi dalam kegelapan dan menyingkapkan motivasi hati manusia; dan lalu setiap pujian manusia akan datang kepadanya dari Allah].

Jelas dari text di atas ini bahwa Paulus tak mempedulikan penghakiman manusia. Bahkan penilaiannya atas dirinya sendiri, dimana ia tidak merasa ada sesuatu yang salah yang ia lakukan, tak ia pedulikan, karena penilaiannnya tentang dirinya sendiri itu bisa saja salah. Satu-satunya yang ia pedulikan adalah penghakiman / penilaian Tuhan!

Bdk. Matius 26:6-13 - “(6) Ketika Yesus berada di Betania, di rumah Simon si kusta, (7) datanglah seorang perempuan kepadaNya membawa sebuah buli-buli pualam berisi minyak wangi yang mahal. Minyak itu dicurahkannya ke atas kepala Yesus, yang sedang duduk makan. (8) Melihat itu murid-murid gusar dan berkata: ‘Untuk apa pemborosan ini? (9) Sebab minyak itu dapat dijual dengan mahal dan uangnya dapat diberikan kepada orang-orang miskin.’ (10) Tetapi Yesus mengetahui pikiran mereka lalu berkata: ‘Mengapa kamu menyusahkan perempuan ini? Sebab ia telah melakukan suatu perbuatan yang baik padaKu. (11) Karena orang-orang miskin selalu ada padamu, tetapi Aku tidak akan selalu bersama-sama kamu. (12) Sebab dengan mencurahkan minyak itu ke tubuhKu, ia membuat suatu persiapan untuk penguburanKu. (13) Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya di mana saja Injil ini diberitakan di seluruh dunia, apa yang dilakukannya ini akan disebut juga untuk mengingat dia.’”.

Matthew Henry: “Let us never be driven from our duty by the fear of reproach; for to be steady and resolute in it will perhaps turn to our reputation more than we think it will. Piety will have its praise. Let us not then be indifferent in it, nor afraid or ashamed to own it” (= Janganlah kita pernah digerakkan / didorong dari kewajiban kita oleh rasa takut terhadap celaan; karena dengan berpegang teguh dan dengan tegas di dalamnya, mungkin / bisa mengarahkan pada reputasi kita lebih dari yang kita pikirkan. Kesalehan akan mendapatkan pujiannya. Karena itu, janganlah kita acuh tak acuh dalam hal itu, ataupun takut atau malu untuk mengakuinya).

Daud bukan hanya menghardik kembali istrinya, untuk membenarkan apa yang telah ia lakukan, tetapi kalau kita melihat 2Sam 7 maka Daud bahkan ingin membangun rumah untuk tabut itu.

2Samuel 7:1-2 - “(1) Ketika raja telah menetap di rumahnya dan TUHAN telah mengaruniakan keamanan kepadanya terhadap semua musuhnya di sekeliling, (2) berkatalah raja kepada nabi Natan: ‘Lihatlah, aku ini diam dalam rumah dari kayu aras, padahal tabut Allah diam di bawah tenda.’”.

4) Hukuman Mikhal.

2 Samuel 6: 23: “Mikhal binti Saul tidak mendapat anak sampai hari matinya”.

Lalu bagaimana dengan 2Samuel 21:8 - “Lalu raja mengambil kedua anak laki-laki Rizpa binti Aya, yang dilahirkannya bagi Saul, yakni Armoni dan Mefiboset, dan kelima anak laki-laki Merab binti Saul, yang dilahirkannya bagi Adriel bin Barzilai, orang Mehola itu”?

KJV/ASV/NKJV: ‘Michal’.

RSV/NIV/NASB: ‘Merab’.

Jamieson, Fausset & Brown mengatakan bahwa di sini ada kesalahan dalam manuscript-manuscript yang menuliskan ‘Mikhal’, karena seharusnya jelas adalah ‘Merab’.

Bdk. 1Samuel 18:19 - “Tetapi ketika tiba waktunya untuk memberikan Merab, anak Saul itu, kepada Daud, maka anak perempuan itu diberikan kepada Adriel, orang Mehola, menjadi isterinya”.

Jamieson, Fausset & Brown: “‘The five sons of Michal ... whom she brought up for Adriel.’ Michal has by an error been substituted in the text for Merab, Saul’s oldest daughter, who, as appears, 1 Sam 18:19, was married to Adriel (Septuagint, ‎ESDRIEEL‎). Our translators, not daring to impugn the accuracy of the text, and yet finding it difficult to reconcile the passage before us with the one quoted from the First Book of Samuel, have suggested a conjectural solution by the use of the phrase ‘brought up,’ as if Adriel having become a widower by the death of his wife, his five young sons had been reared under the care of their aunt Michal. It is fatal however, to such a hypothesis that there is nothing in the original corresponding to ‘brought up.’ (The Hebrew text has ‎YAAL­DAAH‎, bore, gave birth; which the Septuagint version renders by the equivalent Greek word ETEKE, produced, brought forth as a mother.) There is, therefore, prima facie evidence of an error having early crept into the text of this passage (for all the ancient versions have it); and Kennicott (‘Dissertation’) has proved this by showing that two Hebrew manuscripts read ‘Merab’ instead of ‘Michal.’” (= ).

Matthew Henry: “David was contented thus to justify himself, and did not any further animadvert upon Michal’s insolence; but God punished her for it, writing (?) her for ever childless from this time forward, v. 23. She unjustly reproached David for his devotion, and therefore God justly put her under the perpetual reproach of barrenness. Those that honour God he will honour; but those that despise him, and his servants and service, shall be lightly esteemed” [= Jadi Daud puas dengan membenarkan dirinya sendiri, dan tidak memberikan kritikan lebih jauh terhadap kekurang-ajaran Mikhal; tetapi Allah menghukumnya untuk itu, ...... (?) nya untuk selama-lamanya tanpa anak sejak saat ini dan seterusnya, ay 23. Ia secara tidak benar / tidak adil mencela Daud untuk pembaktiannya, dan karena itu Allah secara benar / adil meletakkannya di bawah celaan kekal dari kemandulan. Mereka yang menghormati Allah akan Ia hormati; tetapi mereka yang memandang rendah Dia, dan pelayan-pelayan dan pelayananNya, akan dipandang rendah].

Catatan: saya kira kata ‘writing’ itu salah cetak, dan saya tidak punya buku tafsiran Matthew Henry, sehingga tak bisa membandingkan dengan bukunya.

Bdk. 1Sam 2:30b - “Sebab siapa yang menghormati Aku, akan Kuhormati, tetapi siapa yang menghina Aku, akan dipandang rendah”.

Adam Clarke: “Then it is said, Michal had no child until the day of her death: Probably David never took her to his bed again; or God, in His providence, might have subjected her to barrenness which in Palestine was considered both a misfortune and a reproach. Michal formed her judgment without reason, and meddled with that which she did not understand. We should be careful how we attribute actions, the reasons of which we cannot comprehend, to motives which may appear to us unjustifiable or absurd. Rash judgments are doubly pernicious; they hurt those who form them, and those of whom they are formed” (= Lalu dikatakan, Mikhal tidak mempunyai anak sampai hari kematiannya: Mungkin Daud tak pernah membawanya ke ranjangnya lagi; atau Allah, dalam ProvidensiaNya, mungkin telah menundukkannya pada kemandulan, yang di Palestina dianggap baik suatu kesialan / kemalangan dan suatu celaan. Mikhal membuat penghakimannya tanpa alasan, dan ikut campur dalam apa yang tidak ia mengerti. Kita harus hati-hati bagaimana kita menyebutkan tindakan-tindakan, yang alasan-alasannya tidak bisa kita mengerti, pada motivasi-motivasi yang bagi kita bisa terlihat tak bisa dibenarkan atau menggelikan. Penghakiman-penghakiman yang tergesa-gesa adalah jahat secara dobel; mereka melukai mereka yang membuatnya, dan mereka tentang siapa mereka dibuat).

Catatan: ini tidak berarti kita sama sekali tak boleh menilai / menghakimi! Jangan hanya memperhatikan Mat 7:1-2 saja, tetapi perhatikan Yohanes 7:24 dan juga banyak ayat-ayat yang menunjukkan bahwa orang-orang saleh dalam Alkitab, bahkan Yesus sendiri, melakukan penghakiman (Matius 3:7-12 Galatia 1:6-9 2Pet 2 2Yoh 7 Mat 23 Yohanes 9:39-41 dsb).

Matius 7:1-2 - “(1) ‘Jangan kamu menghakimi, supaya kamu tidak dihakimi. (2) Karena dengan penghakiman yang kamu pakai untuk menghakimi, kamu akan dihakimi dan ukuran yang kamu pakai untuk mengukur, akan diukurkan kepadamu”.

Yohanes 7:24 - “Janganlah menghakimi menurut apa yang nampak, tetapi hakimilah dengan adil.’”.

The Bible Exposition Commentary: Old Testament: “But Michal’s barrenness was a blessing from the Lord. It prevented Saul’s family from continuing in Israel and therefore threatening the throne of David. David and Jonathan had covenanted to reign together (1 Sam 23:16-18), but God rejected that plan by allowing Jonathan to be slain in battle. The Lord wanted the line and throne of David to be kept apart from any other dynasty, because David’s line would culminate in the birth of the Messiah, Jesus Christ” [= Tetapi kemandulan Mikhal merupakan suatu berkat dari Tuhan. Itu mencegah keluarga Saul dari kelanjutan di Israel dan karena itu mengancam takhta Daud. Daud dan Yonatan telah mengadakan perjanjian untuk memerintah bersama-sama (1Sam 23:16-18), tetapi Allah menolak rencana itu dengan mengijinkan Yonatan dibunuh dalam pertempuran. Tuhan menginginkan garis keturunan dan takhta Daud dipisahkan dari dinasti yang lain manapun, karena garis keturunan Daud akan memuncak dalam kelahiran dari sang Mesias, Yesus Kristus].

1Samuel 23:16-18 - “(16) maka bersiaplah Yonatan, anak Saul, lalu pergi kepada Daud di Koresa. Ia menguatkan kepercayaan Daud kepada Allah (17) dan berkata kepadanya: ‘Janganlah takut, sebab tangan ayahku Saul tidak akan menangkap engkau; engkau akan menjadi raja atas Israel, dan aku akan menjadi orang kedua di bawahmu. Juga ayahku Saul telah mengetahui yang demikian itu.’ (18) Kemudian kedua orang itu mengikat perjanjian di hadapan TUHAN. Dan Daud tinggal di Koresa, tetapi Yonatan pulang ke rumahnya”.

Catatan: menurut saya, ini bukan perjanjian untuk memerintah bersama-sama. Perjanjiannya tetap Daud yang menjadi raja, dan Yonatan hanya orang kedua.

Jadi, memang semua akhirnya membawa berkat untuk Daud dan semua orang-orang pilihan! Tetapi ini bukan berkat untuk Mikhal! Bagi dia, ini adalah hukuman / kutuk! Karena itu hati-hati dalam mencela orang yang melakukan tindakan kasih kepada Tuhan! Dan bagi saudara yang merasa yakin bahwa saudara sedang / sudah melakukan tindakan kasih untuk Tuhan, jangan pedulikan siapapun yang mengkritik saudara! Kiranya Tuhan memberkati saudara sekalian!

Catatan: Pdt. Budi Asali, M.Div:  meraih gelar Master of Divinity (M.Div) dari Reformed Theological Seminary (RTS), Jackson, Mississippi, United States of America
-AMIN-
Next Post Previous Post