EKSPOSISI KISAH PARA RASUL 8:26-40 (MEMBERITAKAN INJIL)
Pdt.Budi Asali, M.Div.
otomotif, gadget, bisnis |
Bacaan: Kisah Para Rasul 8:26-40.
Kisah Para Rasul 8: 26: “Kemudian berkatalah seorang malaikat Tuhan kepada Filipus, katanya: ‘Bangunlah dan berangkatlah ke sebelah selatan, menurut jalan yang turun dari Yerusalem ke Gaza.’ Jalan itu jalan yang sunyi”.
Tuhan memberi petunjuk kepada Filipus untuk pergi ke sebelah selatan, ke jalan yang turun dari Yerusalem ke Gaza.
Selanjutnya, dikatakan dalam Kitab Suci Indonesia bahwa ‘Jalan itu adalah jalan yang sunyi’.
KJV: ‘which is desert’ (= yang adalah padang pasir).
RSV: ‘This is a desert road’ (= Ini adalah jalan padang pasir).
Matthew Henry mengatakan bahwa Filipus tidak akan pernah memikirkan untuk pergi ke sana, karena sangat kecil kemungkinan untuk mendapatkan pelayanan di sana. Tetapi Tuhan mengutusnya ke sana. Kadang-kadang Allah membuka pintu kesempatan bagi pelayan-pelayanNya di tempat-tempat yang rasanya tidak memungkinkan untuk melayani.
Kisah Para Rasul 8: 27: “Lalu berangkatlah Filipus. Adalah seorang Etiopia, seorang sida-sida, pembesar dan kepala perbendaharaan Sri Kandake, ratu negeri Etiopia, yang pergi ke Yerusalem untuk beribadah”.
1) Betul-betul hebat bahwa Filipus taat kepada Allah tanpa bertanya tentang apa yang akan ia lakukan di sana. Kalau saudara menjadi Filipus, maukah saudara taat seperti itu?
2) ‘Seorang Etiopia’.
Lenski: “He was an Ethiopian, a black man! AITHIOPS, from AITHO, ‘to burn,’ and OPS, ‘countenance,’ points to race and nationality and not merely to residence. Thus the idea of his being a Jew who had risen to great power in Ethiopia is at once excluded” (= Ia adalah seorang Etiopia, seorang negro! AITHIOPS, dari AITHO, ‘membakar’, dan OPS, ‘wajah’, menunjuk pada ras dan kebangsaan dan bukan semata-mata pada tempat tinggal. Maka gagasan bahwa ia adalah orang Yahudi yang mempunyai kedudukan tinggi di Etiopia segera dibuang) - hal 337.
3) Ia adalah ‘seorang sida-sida’.
Adam Clarke: “The term eunuch was given to persons in authority at court, to whom its literal meaning did not apply. Potiphar was probably an eunuch only as to his office; for he was a married man. See Gen 37:36; 39:1. And it is likely that this Ethiopian was of the same sort” (= Istilah ‘sida-sida’ diberikan kepada orang-orang yang mempunyai otoritas di istana, kepada siapa arti hurufiahnya tidak bisa diterapkan. Potifar mungkin adalah seorang sida-sida hanya berkenaan dengan jabatannya; karena ia adalah orang yang menikah. Lihat Kejadian 37:36; 39:1. Dan adalah mungkin bahwa orang Etiopia ini adalah dari jenis yang sama).
Catatan: J. A. Alexander mengatakan bahwa dalam LXX, Potifar disebut sebagai sida-sida dalam Kej 37:36 dan Kejadian 39:1.
Adam Clarke (tentang Matius 19:12): “‘Eunuchs.’ EUNOUCHOS, from EUNEEN ECHEIN, ‘to have the care of the bed or bedchamber;’ this being the principal employment of eunuchs in the eastern countries, particularly in the apartments of queens and princesses” (= ‘Sida-sida’. EUNOUCHOS, dari EUNEEN ECHEIN, ‘mempunyai tugas untuk memelihara ranjang atau kamar tidur’; ini merupakan pekerjaan utama dari sida-sida di negara-negara Timur, khususnya dalam apartemen dari ratu-ratu dan putri-putri).
J. A. Alexander: “‘Eunuch’ originally means a chamberlain, and is so translated here by Tyndale and Cranmer. Its secondary meaning is derived from the oriental practice of employing emasculated men as guardians of the harem” (= ‘Sida-sida’ mula-mula berarti bendahara / pengurus rumah tangga raja, dan diterjemahkan demikian oleh Tyndale dan Cranmer. Arti sekundernya didapatkan dari praktek Timur untuk mempekerjakan orang-orang yang dikebiri sebagai penjaga-penjaga dari harem) - hal 342.
Lenski: “This man was a eunuch, which must be taken in the literal and not in the official sense, since his official position is described in the following” (= Orang ini adalah seorang sida-sida, yang harus diartikan secara hurufiah dan bukan dalam arti jabatan, karena posisi jabatannya digambarkan dalam kata-kata berikutnya) - hal 337.
Dengan kata-kata ini Lenski memaksudkan bahwa sida-sida ini betul-betul adalah orang yang dikebiri.
4) Ia adalah seorang ‘pembesar, kepala perbendaharaan Sri Kandake, ratu negeri Etiopia’.
Jadi, orang ini mempunyai kedudukan tinggi.
5) Ia ‘pergi ke Yerusalem untuk beribadah’.
a) Ia adalah seorang semi proselit.
Lenski: “When Luke adds that the eunuch had come to Jerusalem to worship ... he informs us that this Gentile was a proselyte of the gate. ... No eunuch could be more than a proselyte of the gate, since because of his mutilation he was debarred from entering the inner Temple courts (Deut. 23:1). Yet read the great and special promises of the Lord to godly eunuchs as recorded in Isa. 56:4,5” [= Pada waktu Lukas menambahkan bahwa sida-sida ini telah datang ke Yerusalem untuk beribadah ... ia memberi informasi kepada kita bahwa orang non Yahudi ini adalah seorang proselit pintu gerbang. ... Tak ada sida-sida yang bisa lebih dari seorang proselit pintu gerbang / setengah proselit, karena pengebirian dirinya menyebabkan ia dilarang untuk masuk halaman dalam di Bait Allah (Ul 23:1). Tetapi baca janji-janji besar dan khusus dari Tuhan kepada sida-sida yang saleh seperti yang dicatat dalam Yes 56:4-5] - hal 338-339.
Ulangan 23:1 - “‘Orang yang hancur buah pelirnya atau yang terpotong kemaluannya, janganlah masuk jemaah TUHAN”.
Yesaya 56:4-5 - “(4) Sebab beginilah firman TUHAN: ‘Kepada orang-orang kebiri yang memelihara hari-hari SabatKu dan yang memilih apa yang Kukehendaki dan yang berpegang kepada perjanjianKu, (5) kepada mereka akan Kuberikan dalam rumahKu dan di lingkungan tembok-tembok kediamanKu suatu tanda peringatan dan nama - itu lebih baik dari pada anak-anak lelaki dan perempuan -, suatu nama abadi yang tidak akan lenyap akan Kuberikan kepada mereka”.
Dan dalam Kitab Suci memang ada sida-sida yang saleh / taat kepada Tuhan.
Yeremia 38:7-13 - “(7) Tetapi ketika didengar Ebed-Melekh, orang Etiopia itu - ia seorang sida-sida yang tinggal di istana raja - bahwa Yeremia telah dimasukkan ke dalam perigi - pada waktu itu raja sedang duduk di pintu gerbang Benyamin - (8) maka keluarlah Ebed-Melekh dari istana raja itu, lalu berkata kepada raja: (9) ‘Ya tuanku raja, perbuatan orang-orang ini jahat dalam segala apa yang mereka lakukan terhadap nabi Yeremia, yakni memasukkan dia ke dalam perigi; ia akan mati kelaparan di tempat itu! Sebab tidak ada lagi roti di kota.’ (10) Lalu raja memberi perintah kepada Ebed-Melekh, orang Etiopia itu, katanya: ‘Bawalah tiga orang dari sini dan angkatlah nabi Yeremia dari perigi itu sebelum ia mati!’ (11) Ebed-Melekh membawa orang-orang itu dan masuk ke istana raja, ke gudang pakaian di tempat perbendaharaan; dari sana ia mengambil pakaian yang buruk-buruk dan pakaian yang robek-robek, lalu menurunkannya dengan tali kepada Yeremia di perigi itu. (12) Berserulah Ebed-Melekh, orang Etiopia itu, kepada Yeremia: ‘Taruhlah pakaian yang buruk-buruk dan robek-robek itu di bawah ketiakmu sebagai ganjal tali!’ Yeremiapun berbuat demikian. (13) Kemudian mereka menarik dan mengangkat Yeremia dengan tali dari perigi itu. Demikianlah Yeremia tinggal di pelataran penjagaan itu”.
Yeremia 39:16-18 - “(16) ‘Pergilah kepada Ebed-Melekh, orang Etiopia itu dan katakanlah kepadanya: Beginilah firman TUHAN semesta alam, Allah Israel: Sesungguhnya, firmanKu terhadap kota ini akan Kulaksanakan untuk kemalangan dan bukan untuk kebaikannya, dan semuanya itu akan terjadi di depan matamu pada waktu itu juga. (17) Pada waktu itu juga, demikianlah firman TUHAN, Aku akan melepaskan engkau, dan engkau tidak akan diserahkan ke dalam tangan orang-orang yang kautakuti, (18) tetapi dengan pasti Aku akan meluputkan engkau: engkau tidak akan rebah oleh pedang; nyawamu akan menjadi jarahan bagimu, sebab engkau percaya kepadaKu, demikianlah firman TUHAN.’”.
b) Kepergiannya ke Yerusalem menunjukkan bahwa ia mempunyai kesungguhan dan pembaktian.
Lenski: “The sincerity and the devotion of this proselyte are evident when we note that he undertook a journey of some 200 miles that was difficult at best and not without danger in order to visit Jerusalem and the Temple although he was debarred from entering beyond the court of the Gentiles” (= Ketulusan / kesungguhan dan pembaktian dari proselit ini nyata pada waktu ia melakukan perjalanan sekitar 200 mil yang sedikitnya sukar, dan bukan tanpa bahaya, supaya bisa mengunjungi Yerusalem dan Bait Allah sekalipun ia dilarang untuk masuk melebihi halaman untuk orang non Yahudi) - hal 339.
c) Bagaimana orang Etiopia ini bisa mempercayai agama Yahudi?
Adam Clarke: “‘Had come to Jerusalem for to worship.’ Which is a proof that he was a worshipper of the God of Israel; but how came he acquainted with the Jewish religion? ... In 1Kings 10:1, etc., we have the account of the visit paid to Solomon by the queen of Sheba, the person to whom our Lord refers, Matt 12:42, and Luke 11:31. It has been long credited by the Abyssinians that this queen, who by some is called Balkis, by others Maqueda, was not only instructed by Solomon in the Jewish religion, but also established it in her own empire on her return; that she had a son by Solomon named Menilek, who succeeded her in the kingdom; and, from that time until the present, they have preserved the Jewish religion” (= ‘Telah datang ke Yerusalem untuk beribadah’. Yang merupakan bukti bahwa ia adalah seorang penyembah dari Allah Israel; tetapi bagaimana ia bisa mengenal agama Yahudi? ... Dalam 1Raja-raja 10:1 dst, kita mempunyai cerita tentang kunjungan kepada Salomo oleh ratu Sheba, orang yang ditunjuk oleh Tuhan kita, Matius 12:42, dan Lukas 11:31. Telah lama dipercaya oleh orang-orang Abysinia bahwa ratu ini, yang oleh sebagian orang disebut Balkis, dan oleh yang lain Maqueda, bukan hanya diajar oleh Salomo dalam agama Yahudi, tetapi juga menegakkannya di kerajaannya sendiri setelah ia pulang; dan bahwa ia mempunyai seorang anak laki-laki dari Salomo bernama Menilek, yang menggantikannya dalam kerajaannya; dan sejak saat itu sampai sekarang, mereka telah memelihara agama Yahudi).
Catatan: saya tidak tahu sejauh mana cerita ini bisa dipercaya.
d) Pertobatan dari orang Etiopia ini menggenapi janji / nubuat dalam Firman Tuhan.
Matthew Henry: “We have here the story of the conversion of an Ethiopian eunuch to the faith of Christ, by whom, we have reason to think, the knowledge of Christ was sent into that country where he lived, and that scripture fulfilled, Ethiopia shall soon stretch out her hands (one of the first of the nations) unto God, Ps 68:31” [= Di sini kita mempunyai cerita tentang pertobatan dari sida-sida Etiopia pada iman kepada Kristus, oleh siapa, kita mempunyai alasan untuk berpikir / menganggap, bahwa pengenalan tentang Kristus dikirim ke negeri dimana ia tinggal, dan bahwa ayat Kitab Suci itu digenapi, Etiopia bersegera mengulurkan tangannya (salah satu yang pertama dari bangsa-bangsa) kepada Allah, Mazmur 68:32].
Mazmur 68:31-32 - “(31) Hardiklah binatang-binatang di teberau, kawanan orang-orang kuat, penguasa-penguasa bangsa-bangsa! Injaklah mereka yang mengejar perak; serakkanlah bangsa-bangsa yang suka berperang! (32) Dari Mesir orang membawa barang-barang tembaga, Etiopia bersegera mengulurkan tangannya kepada Allah”.
e) Orang Etiopia ini adalah orang non Yahudi pertama yang menjadi orang Kristen.
Lenski: “The unnamed Ethiopian eunuch is the first Gentile converted to the Christian faith. He was, indeed, not a pagan but a proselyte of the gate and thus, however, still regarded as a Gentile by all Jews” (= Sida-sida Etiopia yang tidak diberi nama ini adalah orang non Yahudi pertama yang bertobat / pindah agama kepada iman Kristen. Ia memang bukanlah seorang kafir, tetapi seorang proselit pintu gerbang, dan dengan demikian, bagaimanapun, tetap dianggap sebagai orang non Yahudi oleh semua orang-orang Yahudi) - hal 335.
Catatan: jelas ada suatu kemiripan yang luar biasa antara sida-sida Etiopia ini dengan Kornelius. Mereka sama-sama adalah proselit pintu gerbang, yang lalu diinjili, dan lalu percaya kepada Kristus.
Kisah Para Rasul 8: 28: “Sekarang orang itu sedang dalam perjalanan pulang dan duduk dalam keretanya sambil membaca kitab nabi Yesaya”.
Matthew Henry: “He finds him reading in his Bible, as he sat in his chariot (v. 28): ... Those that are diligent in searching the scriptures are in a fair way to improve in knowledge; for to him that hath shall be given” [= Ia mendapatinya sedang membaca Alkitabnya, pada waktu ia duduk di keretanya (ay 28): ... Mereka yang rajin dalam mencari Kitab Suci ada di jalan yang baik untuk meningkatkan pengetahuan; karena kepada mereka yang mempunyai akan diberikan].
Kisah Para Rasul 8: 29-30: “(29) Lalu kata Roh kepada Filipus: ‘Pergilah ke situ dan dekatilah kereta itu!’ (30) Filipus segera ke situ dan mendengar sida-sida itu sedang membaca kitab nabi Yesaya. Kata Filipus: ‘Mengertikah tuan apa yang tuan baca itu?’”.
1) Tadi Filipus telah mentaati Tuhan, dan sekarang ia mendapat pimpinan / petunjuk lagi, dan ia mentaatinya lagi.
2) Pertanyaan Filipus merupakan pertanyaan yang penting, dan menunjukkan bahwa pada waktu kita mendengar Firman Tuhan, kita perlu mengertinya.
Bdk. Matius 13:51 - “Mengertikah kamu semuanya itu?’ Mereka menjawab: ‘Ya, kami mengerti.’”.
Bdk. 1Korintus 14:16-17 - “(16) Sebab, jika engkau mengucap syukur dengan rohmu saja, bagaimanakah orang biasa yang hadir sebagai pendengar dapat mengatakan ‘amin’ atas pengucapan syukurmu? Bukankah ia tidak tahu apa yang engkau katakan? (17) Sebab sekalipun pengucapan syukurmu itu sangat baik, tetapi orang lain tidak dibangun olehnya”.
Kisah Para Rasul 8: 31: “Jawabnya: ‘Bagaimanakah aku dapat mengerti, kalau tidak ada yang membimbing aku?’ Lalu ia meminta Filipus naik dan duduk di sampingnya”.
1) Sida-sida ini tetap membaca Kitab Suci sekalipun ia tidak mengertinya.
Matthew Henry: “Observe, He read the scripture, though there were many things in it which he did not understand. Though there are many things in the scriptures which are dark and hard to be understood, nay, which are often misunderstood, yet we must not therefore throw them by, but study them for the sake of those things that are easy, which is the likeliest way to come by degrees to the understanding of those things that are difficult” (= Perhatikan, Ia membaca Kitab Suci, sekalipun ada banyak hal di dalamnya yang tidak ia mengerti. Sekalipun ada banyak hal dalam Kitab Suci yang gelap dan sukar untuk dimengerti, bahkan yang sering disalah-mengerti, tetapi kita tidak boleh membuangnya karenanya, tetapi mempelajarinya demi hal-hal yang mudah, yang merupakan jalan yang paling memungkinkan untuk datang secara bertahap pada pengertian tentang hal-hal yang sukar).
2) Kerendahan hati sida-sida ini ditunjukkan oleh pengakuannya dan kemauannya untuk diajar oleh Filipus.
Calvin: “‘How should I?’ Most excellent modesty of the eunuch, who doth not only permit Philip who was one of the common sort, to question with him, but doth also willingly confess his ignorance. And surely we must never hope that he will ever show himself apt to be taught who is puffed up with the confidence of his own wit. Hereby it cometh to pass that the reading of the Scriptures doth profit so few at this day, because we can scarce find one amongst a hundred who submitteth himself willingly to learn. For whilst all men almost are ashamed to be ignorant of that whereof they are ignorant, every man had rather proudly nourish his ignorance than seem to be scholar to other men” (= ‘Bagaimana aku dapat ...?’ Kerendahan hati yang paling hebat dari sida-sida, yang bukan hanya mengijinkan Filipus yang adalah orang biasa menanyainya, tetapi juga mau mengakui ketidak-mengertiannya. Dan pasti kita tidak pernah boleh berharap bahwa seseorang akan pernah menunjukkan dirinya sendiri cocok untuk diajar kalau ia sombong dengan keyakinan akan kepandaiannya sendiri. Karena itu pembacaan Kitab Suci memberi manfaat begitu sedikit orang pada jaman ini, karena kita hampir tak bisa menemukan satu orang dari seratus yang menundukkan dirinya dengan rela untuk belajar. Karena sementara semua orang merasa malu untuk ketidak-tahuan mereka, setiap orang lebih memilih untuk dengan bangga memelihara ketidak-tahuan mereka dari pada kelihatan menjadi murid dari orang lain).
Calvin: “the eunuch submitteth himself humbly to Philip that by him he may be taught. ... Frantic men require inspirations and revelations from heaven, and, in the mean season, they contemn the minister of God, by whose hand they ought to be governed. Other some, which trust too much to their own wit, will vouchsafe to hear no man, and they will read no commentaries. ... And here we must remember, that the Scripture is not only given us, but that interpreters and teachers are also added, to be helps to us. For this cause the Lord sent rather Philip than an angel to the eunuch. For to what end served this circuit, that God calleth Philip by the voice of the angel, and sendeth not the angel himself forthwith, save only because he would accustom us to hear men?” (= sida-sida itu menundukkan dirinya dengan rendah hati kepada Filipus supaya oleh dia ia bisa diajar. ... Orang-orang gila menghendaki pengilhaman dan wahyu dari surga, dan sementara itu mereka merendahkan / meremehkan pelayan Allah, oleh tangan siapa mereka harus diperintah / dikuasai. Beberapa orang lain, yang terlalu mempercayai kepandaian mereka sendiri, tak akan bersedia mendengarkan manusia, dan mereka tidak mau membaca buku-buku tafsiran. ... Dan di sini kita harus ingat, bahwa bukan hanya Kitab Suci yang diberikan kepada kita, tetapi bahwa penafsir-penafsir dan guru-guru juga ditambahkan, untuk menjadi penolong-penolong bagi kita. Karena itu Tuhan mengutus Filipus, dan bukannya malaikat, kepada sida-sida itu. Karena apa tujuannya jalan memutar ini, bahwa Allah memanggil Filipus dengan suara malaikat, dan tidak langsung mengutus malaikat itu sendiri, kecuali hanya karena Ia mau membiasakan kita untuk mendengar manusia?).
Matthew Henry: “He invited Philip to come up and sit with him; ... Note, In order to our right understanding of the scripture, it is requisite we should have some one to guide us; some good books, and some good men, but, above all, the Spirit of grace, to lead us into all truth” (= Ia mengundang Filipus untuk naik dan duduk dengan dia; ... Perhatikan, supaya bisa mengerti Kitab Suci dengan benar, adalah perlu untuk mempunyai seseorang untuk membimbing kita; buku-buku yang baik, dan orang-orang yang baik, tetapi di atas semuanya, Roh kasih karunia, untuk membimbing kita pada seluruh kebenaran).
3) Jangan mengextrimkan kata-kata dari sida-sida itu.
Adam Clarke: “‘How can I, except some man should guide me?’ This is no proof that ‘the Scriptures cannot be understood without an authorized interpreter,’ as some of the papistical writers assert. How could the eunuch know anything of the Gospel dispensation, to which this scripture referred? That dispensation had not yet been proclaimed to him; he knew nothing about Jesus. But where that dispensation has been published, where the four Gospels and the apostolic epistles are at hand, everything relative to the salvation of the soul may be clearly apprehended by any simple, upright person. There are difficulties, it is true, in different parts of the sacred writings, which neither the pope nor his conclave can solve; and several which even the more enlightened Protestant cannot remove; but these difficulties do not refer to matters in which the salvation of the soul is immediately concerned” (= ‘Bagaimanakah aku dapat mengerti, kalau tidak ada yang membimbing aku?’. Ini bukan bukti bahwa ‘Kitab Suci tidak dapat dimengerti tanpa seorang penafsir yang mempunyai otoritas’, seperti yang ditegaskan oleh sebagian penulis-penulis Katolik. Bagaimana sida-sida itu bisa tahu apapun tentang jaman Injil, pada mana bagian Kitab Suci ini menunjuk? Jaman itu belum diberitakan kepadanya; ia tidak mengetahui apapun tentang Yesus. Tetapi dimana jaman itu telah diberitakan, dimana keempat Injil dan surat-surat rasuli sudah ada, segala sesuatu yang berhubungan dengan keselamatan jiwa bisa dimengerti dengan jelas oleh orang yang sederhana dan jujur. Memang benar bahwa ada kesukaran-kesukaran, dalam berbagai-bagai bagian dari tulisan-tulisan kudus, yang tak bisa dipecahkan baik Paus maupun pertemuan kardinalnya; dan beberapa kesukaran yang bahkan tak bisa disingkirkan oleh orang Protestan yang paling diterangi; tetapi kesukaran-kesukaran ini tidak menunjuk pada hal-hal yang berhubungan langsung dengan keselamatan jiwa).
Kisah Para Rasul 8: 32-33: “(32) Nas yang dibacanya itu berbunyi seperti berikut: Seperti seekor domba Ia dibawa ke pembantaian; dan seperti anak domba yang kelu di depan orang yang menggunting bulunya, demikianlah Ia tidak membuka mulutNya. (33) Dalam kehinaanNya berlangsunglah hukumanNya; siapakah yang akan menceriterakan asal-usulNya? Sebab nyawaNya diambil dari bumi.”.
KJV: ‘(32) The place of the scripture which he read was this, He was led as a sheep to the slaughter; and like a lamb dumb before his shearer, so opened he not his mouth: (33) In his humiliation his judgment was taken away: and who shall declare his generation? for his life is taken from the earth’.
Bdk. Yesaya 53:7-8 - “(7) Dia dianiaya, tetapi dia membiarkan diri ditindas dan tidak membuka mulutnya seperti anak domba yang dibawa ke pembantaian; seperti induk domba yang kelu di depan orang-orang yang menggunting bulunya, ia tidak membuka mulutnya. (8) Sesudah penahanan dan penghukuman ia terambil, dan tentang nasibnya siapakah yang memikirkannya? Sungguh, ia terputus dari negeri orang-orang hidup, dan karena pemberontakan umatKu ia kena tulah”.
KJV: ‘(7) He was oppressed, and he was afflicted, yet he opened not his mouth: he is brought as a lamb to the slaughter, and as a sheep before her shearers is dumb, so he openeth not his mouth. (8) He was taken from prison and from judgment: and who shall declare his generation? for he was cut off out of the land of the living: for the transgression of my people was he stricken’.
1) Kata-kata dari Yesaya dalam Kisah Para Rasul 8: 32-33 ini diambil dari LXX / Septuaginta, dan agak berbeda dengan kata-kata dalam bahasa Ibraninya.
Barnes’ Notes: “‘In his humiliation’ This varies from the Hebrew, but is copied exactly from the Septuagint, showing that he was reading the Septuagint. ... . The expression used in the Acts was taken from the Septuagint, and means substantially the same as the Hebrew” (= ‘Dalam perendahanNya’. Ini berbeda dengan bahasa Ibraninya, tetapi disalin dengan persis dari Septuaginta, menunjukkan bahwa ia sedang membaca Septuaginta. ... Ungkapan yang digunakan dalam Kisah Rasul diambil dari Septuaginta, dan pada pokoknya mempunyai arti yang sama seperti dalam bahasa Ibraninya).
Barnes’ Notes: “The Hebrew text is: ‘He was taken from prison and from judgment.’ The word rendered ‘prison’ denotes any kind of ‘detention,’ or even ‘oppression.’ It does not mean, as with us, to be confined ‘in’ a prison or jail, but may mean ‘custody,’ and be applied to the detention or custody of the Saviour when his hands were bound, and he was led to be tried. ... It is not known why the Septuagint thus translated the expression ‘he was taken from prison,’ etc., by ‘in his humiliation,’ etc. The word ‘from prison’ may mean, as has been remarked, however, from ‘oppression,’ and this does not differ materially from ‘humiliation’; and in this sense the Septuagint understood it” (= Text bahasa Ibraninya adalah: ‘Ia diambil dari penjara dan dari penghakiman’. Kata yang diterjemahkan ‘penjara’ menunjuk pada seadanya jenis ‘penahanan / penawanan’, atau bahkan ‘penindasan’. Itu tidak berarti, seperti bagi kita, untuk dibatasi ‘dalam’ suatu penjara, tetapi bisa berarti ‘tahanan’, dan diterapkan pada penahanan terhadap sang Juruselamat pada waktu tanganNya dibelenggu, dan Ia dibawa untuk diadili. ... Tidak diketahui mengapa Septuaginta menterjemahkan ungkapan ‘ia diambil dari penjara’ dst, dengan ‘dalam perendahanNya’ dst. Tetapi kata ‘dari penjara’ bisa berarti, seperti yang telah dikatakan, dari ‘penindasan’, dan ini pada pokoknya tidak berbeda dari ‘perendahan’; dan dalam arti ini Septuaginta mengertinya).
Barnes’ Notes: “The meaning of the expression in the Septuagint and the Acts is clear. It denotes that in his state of oppression and calamity; when he was destitute of protectors and friends; when at the lowest state of humiliation, and therefore most the object of pity, that ‘in addition to that,’ justice was denied him; his judgment - a just sentence - was taken away, or withheld, and he was delivered to be put to death. His deep humiliation and friendless state was ‘followed’ by an unjust and cruel condemnation, when no one would stand forth to plead his cause. Every circumstance thus goes to deepen the view of his sufferings” (= Arti dari ungkapan dalam Septuaginta dan Kisah Rasul adalah jelas. Itu menunjukkan bahwa dalam keadaan penindasan dan bencana; pada waktu Ia tidak mempunyai pelindung atau sahabat; pada waktu ada dalam keadaan yang paling rendah dari perendahanNya, dan karena itu menjadi obyek yang paling hebat dari belas kasihan, bahwa ‘sebagai tambahan terhadap hal itu’, keadilan tidak Ia dapatkan; penghakimanNya - hukuman yang adil - diambil, atau ditahan, dan Ia diserahkan untuk dibunuh. PerendahanNya yang dalam dan keadaanNya yang tidak mempunyai sahabat diikuti oleh penghukuman yang tidak adil dan kejam, pada saat tak seorangpun berdiri untuk membela perkaraNya. Jadi, setiap peristiwa memperdalam pendangan tentang penderitaanNya).
Barnes’ Notes: “‘His judgment’ Justice, a just sentence, was denied him, and he was cruelly condemned. ... ‘For his life ...’ The Hebrew is, ‘For he was cut off from the land of the living’; that is he was put to death” (= ‘PenghakimanNya’. Keadilan, hukuman yang adil, tidak Ia dapatkan, dan Ia dihukum dengan kejam. ... ‘karena hidupNya ...’, Bahasa Ibraninya adalah, ‘Karena ia dipotong dari negeri orang hidup’; artinya, ‘ia dibunuh’).
2) Calvin menganggap bahwa bukan kebetulan sida-sida ini membuka dan membaca bagian dari kitab nabi Yesaya itu, tetapi ada pengaturan dari Providensia Allah sehingga ia membuka dan membaca bagian itu. Dengan demikian Filipus bisa menggunakannya untuk menjelaskan inti sari dari kekristenan kepada sida-sida itu.
Jadi, mula-mula ada pimpinan dari Roh Kudus, dan setelah itu juga ada pelayanan dari manusia.
Kisah Para Rasul 8: 34: “Maka kata sida-sida itu kepada Filipus: ‘Aku bertanya kepadamu, tentang siapakah nabi berkata demikian? Tentang dirinya sendiri atau tentang orang lain?’”.
1) Calvin menggunakan ayat ini untuk menunjukkan bahwa sida-sida itu mempunyai keinginan yang sungguh-sungguh untuk belajar / mengerti. Dan bagi orang seperti ini Tuhan selalu mau memberikan pengertian.
Tetapi sekalipun kita mempunyai kerinduan untuk belajar / mengerti Firman Tuhan, mengapa kita kadang-kadang tetap ‘macet’ dalam pengertian, menjumpai bagian-bagian yang sukar yang tidak bisa kita mengerti?
Ada beberapa jawaban yang diberikan oleh Calvin terhadap pertanyaan ini:
a) Untuk menguji ketekunan / iman kita.
b) Untuk mengajar kita kerendahan hati.
c) Untuk mendorong kita untuk berdoa dengan lebih bersungguh-sungguh.
d) Untuk menyadarkan kita tentang hebatnya hikmat surgawi.
2) Text dari Yesaya 53 itu jelas sekali berbicara tentang Mesias, bukan tentang diri Yesaya sendiri. Dan beberapa, atau bahkan banyak, penafsir mengatakan bahwa orang-orang Yahudi kuno (pada jaman Perjanjian Lama) menafsirkan bahwa text ini memang menunjuk kepada Mesias, tetapi orang-orang Yahudi modern (pada jaman Yesus) tidak mau menafsirkan seperti itu.
Albert Barnes mengatakan perlu diingat bahwa sida-sida itu baru saja dari Yerusalem. Mungkin sekali pada saat itu ada pertentangan di Yerusalem antara orang-orang kristen yang pro Yesus dan orang-orang Yahudi dan tokoh-tokoh agama Yahudi yang anti Yesus. Yang pro Yesus menggunakan text dari Yes 53 ini sebagai dasar bahwa Yesus adalah Mesias, dan orang-orang Yahudi / tokoh-tokoh agama Yahudi berusaha menghindari tekanan dari argumentasi itu dengan mengatakan bahwa dalam text ini Yesaya berbicara tentang dirinya sendiri atau nabi yang lain, tetapi bukan tentang Mesias.
Kalau ini benar, maka jelas bahwa tokoh-tokoh agama Yahudi itu telah bertindak sangat kurang ajar, dan secara sengaja menyimpangkan arti dari Kitab Suci, dan dengan demikian secara sengaja melakukan penyesatan.
Tetapi perlu diingat bahwa pada jaman sekarangpun ada banyak orang, yang demi kepentingan pribadi / golongan, secara sengaja menyimpangkan arti dari Kitab Suci, dan secara sengaja melakukan penyesatan.
Ini adalah sesuatu, yang dalam keadaan apapun tidak boleh kita tiru! Kita harus menjunjung tinggi / menghormati kebenaran di atas segala-galanya, termasuk di atas kepentingan pribadi, golongan, uang dan sebagainya.
Untuk orang-orang yang secara sengaja melakukan penyesatan, ayat di bawah ini harus mereka renungkan.
Matius 18:7 - “Celakalah dunia dengan segala penyesatannya: memang penyesatan harus ada, tetapi celakalah orang yang mengadakannya”.
Kisah Para Rasul 8: 35: “Maka mulailah Filipus berbicara dan bertolak dari nas itu ia memberitakan Injil Yesus kepadanya”.
Dalam memberitakan Injil, kita harus memberitakan tentang Yesus! Di sini Filipus tak perlu susah-susah untuk mencari jalan / cara bagaimana ia bisa memberitakan Injil kepada sida-sida itu, karena text yang ditanyakan memang sudah berurusan langsung dengan injil. Tetapi seringkali, kalau seseorang bertanya tentang sesuatu yang tidak terlalu berurusan dengan injil, kita harus mencari jalan / cara, bagaimana kita bisa membelokkan pembicaraan kepada injil. Kalau orang yang bertanya itu adalah orang yang belum percaya, maka tak ada gunanya membahas hal-hal lain selain injil. Jangan menjawab menurut keinginannya, tetapi menurut kebutuhannya.
Kisah Para Rasul 8: 36: “Mereka melanjutkan perjalanan mereka, dan tiba di suatu tempat yang ada air. Lalu kata sida-sida itu: ‘Lihat, di situ ada air; apakah halangannya, jika aku dibaptis?’”.
Kalau ada orang yang menganggap bahwa baptisan yang dilakukan oleh Filipus terhadap sida-sida itu adalah baptisan selam, maka perlu mereka ketahui bahwa ini adalah padang pasir, dimana tidak mungkin bisa menemukan air yang cukup untuk melakukan baptisan selam. Yang mereka temukan pada saat itu hanyalah ‘sedikit air’, yang sama sekali tidak memungkinkan baptisan selam.
Lenski: “No trace of a stream or a lake is found in this region, nor of a record of such water. The problem is not where to find enough water for immersion but where to find water at all” (= Tak ada jejak dari suatu sungai atau danau di daerah ini, ataupun catatan tentang adanya air seperti itu. Problemnya bukanlah dimana bisa menemukan air yang cukup untuk baptisan selam, tetapi dimana menemukan air sedikit saja) - hal 345,346.
Charles Hodge: “He was travelling through a desert part of the country towards Gaza, when Philip joined him, ‘And as they went on their way they came unto a certain water (EPI TI HUDOR, to some water)’.There is no known stream in that region of sufficient depth to allow of the immersion of a man” [= Ia sedang bepergian melalui bagian padang pasir dari negara itu menuju Gaza, ketika Filipus bergabung dengannya, ‘Dan ketika mereka melanjutkan perjalanan mereka mereka sampai pada air tertentu (EPI TI HUDOR, kepada sedikit air)’. Di daerah itu tidak diketahui adanya sungai dengan kedalaman yang cukup untuk memungkinkan penyelaman seorang manusia] - ‘Systematic Theology’, vol III, hal 535.
Kisah Para Rasul 8: 37: “[Sahut Filipus: ‘Jika tuan percaya dengan segenap hati, boleh.’ Jawabnya: ‘Aku percaya, bahwa Yesus Kristus adalah Anak Allah.’]”.
1) Perhatikan bahwa dalam terjemahan Kitab Suci Indonesia ayat ini diletakkan dalam tanda kurung tegak, yang menunjukkan bahwa ayat ini diragukan keasliannya. Mengapa? Karena ayat ini hanya ditemukan dalam manuscript-manuscript yang kurang baik, dan itupun dalam bentuk berbeda-beda.
2) Kalau kita tetap mau membahas ayat ini, maka ada 2 hal yang bisa dibahas:
a) Filipus memberikan persyaratan ‘percaya’ untuk baptisan.
Matthew Henry mengatakan bahwa Filipus baru saja ‘ditipu’ oleh Simon tukang sihir, yang mengaku percaya dan lalu dibaptis oleh Filipus, padahal sebetulnya ia belum percaya (Kisah Para Rasul 8:5-24). Tetapi hal itu tidak menyebabkan Filipus mempersukar / mempersempit jalan masuk ke dalam gereja dari pada yang seharusnya. Ia tetap hanya memberikan syarat ‘percaya’ dan tidak lebih dari itu!
Matthew Henry: “Observe, Though Philip had very lately been deceived in Simon Magus, and had admitted him to baptism, though he afterwards appeared to be no true convert, yet he did not therefore scruple to baptize the eunuch upon his profession of faith immediately, without putting him upon a longer trial than usual. If some hypocrites crowd into the church, who afterwards prove a grief and scandal to us, yet we must not therefore make the door of admission any straiter than Christ has made it; they shall answer for their apostasy, and not we” (= Perhatikan, sekalipun Filipus akhir-akhir ini telah ditipu oleh Simon tukang sihir, dan telah menerima dia pada baptisan, sekalipun belakangan ia terlihat bukan sebagai petobat yang sejati, tetapi hal itu tidak menyebabkan ia segan untuk membaptis sida-sida itu segera setelah pengakuan imannya, tanpa menempatkannya pada ujian yang lebih lama dari biasanya. Jika seorang munafik mendesak masuk ke dalam gereja, yang belakangan terbukti menjadi suatu kesedihan dan skandal bagi kita, hal itu tidak boleh menyebabkan kita membuat pintu masuk lebih sempit dari pada Kristus telah membuatnya; mereka, dan bukan kita, akan bertanggung jawab untuk kemurtadan mereka).
Penerapan: tidak salah menyuruh seseorang ikut katekisasi sebelum baptisan, selama itu tidak dimutlakkan. Tetapi katekisasinya harus betul-betul merupakan pelajaran dasar, dan ini tidak boleh dijadikan syarat mutlak. Kalau kita yakin orang itu betul-betul sudah percaya, boleh saja langsung membaptisnya tanpa melalui katekisasi, dan menyuruh orang itu ikut katekisasi setelah baptisan.
b) Dari ‘percaya’ menjadi ‘percaya’.
Tadinya jelas bahwa sida-sida itu sudah ‘percaya’, tetapi boleh dikatakan ia ‘percaya’ dengan iman Perjanjian Lama, kepada Kristus / Mesias yang akan datang.
Sekarang setelah diinjili oleh Filipus, ia ‘percaya’ dengan pengetahuan dan iman yang lebih sempurna.
Calvin (tentang Kisah Para Rasul 8: 8:36): “The eunuch knew before that there was one God, who had made the covenant with Abraham, who gave the law by the hand of Moses, which separated one people from the other nations, who promised Christ, through whom he would be merciful to the world. Now he confesseth that Jesus Christ is that Redeemer of the world, and the Son of God; under which title he comprehendeth briefly all those things which the Scripture attributeth to Christ” (= Sida-sida itu tahu sebelumnya bahwa di sana ada satu Allah, yang telah membuat perjanjian dengan Abraham, yang memberikan hukum Taurat melalui Musa, yang memisahkan satu bangsa dari bangsa-bangsa lain, yang menjanjikan Kristus, melalui siapa Ia akan bersikap penuh belas kasihan kepada dunia. Sekarang ia mengaku bahwa Yesus Kristus adalah Penebus dunia itu, dan Anak Allah; dalam gelar mana ia mengerti secara ringkas semua hal-hal yang Kitab Suci hubungkan dengan Kristus).
Matthew Henry: “He was before a worshipper of the true God, so that all he had to do now was to receive Christ Jesus the Lord. (1.) He believes that Jesus is the Christ, the true Messiah promised, the anointed One. (2.) That Christ is Jesus - a Saviour, the only Saviour of his people from their sins. And, (3.) That this Jesus Christ is the Son of God, that he has a divine nature, as the Son is of the same nature with the Father; and that, being the Son of God, he is the heir of all things. This is the principal peculiar doctrine of Christianity, and whosoever believe this with all their hearts, and confess it, they and their seed are to be baptized” [= Sebelumnya ia adalah seorang penyambah dari Allah yang benar, sehingga semua yang harus ia lakukan sekarang adalah menerima Kristus Yesus sebagai Tuhan. (1) Ia percaya bahwa Yesus adalah Kristus, Mesias yang sejati / benar yang dijanjikan, Orang yang diurapi. (2) Bahwa Kristus adalah Yesus - seorang Juruselamat, satu-satunya Juruselamat umatnya dari dosa-dosa mereka. Dan, (3) Bahwa Yesus Kristus ini adalah Anak Allah, bahwa Ia mempunyai hakekat ilahi, seperti Sang Anak adalah dari hakekat yang sama dengan Sang Bapa; dan bahwa sebagai Anak Allah, Ia adalah ahli waris dari segala sesuatu. Ini merupakan doktrin khas dan utama dari kekristenan, dan siapapun mempercayai ini dengan segenap hati mereka, dan mengakuinya, mereka dan anak-anak mereka harus dibaptiskan].
Kisah Para Rasul 8: 38-39a: (38) Lalu orang Etiopia itu menyuruh menghentikan kereta itu, dan keduanya turun ke dalam air, baik Filipus maupun sida-sida itu, dan Filipus membaptis dia. (39a) Dan setelah mereka keluar dari air, ...”.
Ayat ini menyebabkan terjadinya pertentangan tentang apakah di sini dilakukan baptisan selam atau bukan. Untuk itu ada beberapa hal yang perlu diperhatikan:
1) Lenski mengatakan bahwa di sini tak diceritakan tentang pelepasan jubah / pakaian, yang tentu harus terjadi kalau baptisan dilakukan dengan selam.
Lenski: “Neither here nor elsewhere do we read that a robe or garment was laid aside before baptism” (= Baik di sini maupun di tempat lain kita tidak membaca bahwa jubah atau pakaian dikesampingkan sebelum baptisan) - hal 346.
Catatan: saya berpendapat bahwa hal ini hanya bisa dijadikan argumentasi tambahan, bukan yang utama, dari baptisan non selam, karena Kitab Suci memang sering tak menceritakan detail-detail seperti itu.
2) Terjemahan dari kata-kata Yunani EIS dan EK.
a) Tentang kata Yunani EIS, yang diterjemahkan ‘into’ (= ke dalam).
Barnes mengatakan bahwa kata Yunani EIS tidak harus diterjemahkan ‘into’ (= ke dalam), tetapi bisa diterjemahkan ‘to / unto’ (= ke / pada / kepada), atau ‘near’ (= dekat).
Ia memberikan beberapa contoh:
1. Yohanes 11:38a - “Maka masygullah pula hati Yesus, lalu Ia pergi ke (Yunani: EIS) kubur itu”.
2. Lukas 11:49 - “Sebab itu hikmat Allah berkata: Aku akan mengutus kepada (Yunani: EIS) mereka nabi-nabi dan rasul-rasul ...”.
3. Yohanes 4:5 - “Maka sampailah Ia ke (Yunani: EIS) sebuah kota di Samaria”.
4. Yohanes 21:4 - “Ketika hari mulai siang, Yesus berdiri di (Yunani: EIS) pantai; akan tetapi murid-murid itu tidak tahu, bahwa itu adalah Yesus”.
Dan kalaupun diterjemahkan ‘into’ (= ke dalam), tetap memungkinkan untuk ditafsirkan bahwa mereka hanya berdiri di dalam air, tanpa terendam seluruhnya, dan baptisan lalu dilakukan dengan percik atau tuang.
b) Tentang kata Yunani EK, Barnes mengatakan bahwa kata depan ini kontras dengan kata depan EIS di atas. Bisa di artikan ‘out of’ (= keluar dari), dan bisa juga diartikan ‘from’ (= dari).
3) Lukas, sebagai penulis kitab Kisah Rasul, secara menekankan, menggabungkan Filipus dan sida-sida sebagai subyek, dan menggunakan hanya satu kata kerja untuk subyek gabungan itu. Mari kita perhatikan textnya sekali lagi.
Kisah Para Rasul 8: 38-39a: (38) Lalu orang Etiopia itu menyuruh menghentikan kereta itu, dan keduanya turun ke dalam air, baik Filipus maupun sida-sida itu, dan Filipus membaptis dia. (39a) Dan setelah mereka keluar dari air, ...”.
Keterangan:
a) Untuk kata kerja ‘turun’ subyeknya digabungkan, yaitu ‘keduanya’. Lalu ditekankan lagi dengan kata-kata ‘baik Filipus maupun sida-sida itu’.
b) Untuk kata kerja ‘keluar’, subyeknya digabungkan lagi, yaitu ‘mereka’.
Karena itu, kalau kata-kata ‘turun ke dalam air’ diartikan sebagai ‘terendam di bawah permukaan air’ untuk sida-sida (yang menunjukkan baptisan selam), maka itu juga harus berlaku untuk Filipus.
Dan kalau kata-kata ‘keluar dari air’ diartikan ‘keluar dari bawah permukaan air’ untuk sida-sida (yang menunjukkan baptisan selam), maka lagi-lagi itu juga harus berlaku untuk Filipus.
otomotif, gadget, bisnis |
Lenski: “Those who make the words ‘they both went down EIS, into, the water’ a part of the baptismal act in order to obtain immersion by means of EIS TO HUDOR, ‘into the water,’ prove too much: Philip went down under the water as well as the eunuch” (= Mereka yang membuat kata-kata ‘keduanya turun ke dalam EIS, ke dalam, air’ sebagian dari tindakan baptisan untuk mendapatkan baptisan selam dengan cara EIS TO HUDOR, ‘ke dalam air’, membuktikan terlalu banyak: Filipus maupun sida-sida turun ke bawah air / permukaan air) - hal 347.
Lenski: “The difficulty lies in AMPHOTEROI, ‘both,’ Luke even adding: ‘both Philip and the eunuch.’ To be sure, EIS and EK are correlatives; as far as the one takes ‘into,’ so far the other takes ‘out of.’ But these prepositions apply to ‘both Philip and the eunuch.’ Take your choice: ‘to’ the water, ‘from’ the water; or stepping ‘into’ and again stepping ‘out of’ the water; or ‘down under’ the water and again ‘up from under’ the water. Total immersion if you prefer, but for ‘both.’ Not we but Luke combine them” (= Kesukarannya terletak dalam AMPHOTEROI, ‘keduanya’, dan Lukas bahkan menambahkan ‘baik Filipus maupun sida-sida itu’. Memang EIS dan EK berhubungan; kalau yang satu diartikan ‘ke dalam’ maka yang lain diartikan ‘keluar dari’. Tetapi kata-kata depan ini berlaku untuk Filipus maupun sida-sida. Tentukan pilihanmu: ‘ke’ air, ‘dari’ air; atau melangkah ‘ke dalam’ dan lalu melangkah ‘keluar dari’ air; atau ‘turun ke bawah’ air dan lalu ‘naik dari bawah’ air. Engkau boleh memilih perendaman total, tetapi untuk ‘keduanya’. Bukan kami, tetapi Lukas, menggabungkan mereka) - hal 347.
Kisah Para Rasul 8: 39b-40: “(39b) Roh Tuhan tiba-tiba melarikan Filipus dan sida-sida itu tidak melihatnya lagi. Ia meneruskan perjalanannya dengan sukacita. (40) Tetapi ternyata Filipus ada di Asdod. Ia berjalan melalui daerah itu dan memberitakan Injil di semua kota sampai ia tiba di Kaisarea”.
1) Mungkin ini merupakan suatu mujijat.
2) Kita harus meniru Filipus, yang betul-betul terus menerus memberitakan Injil!
Catatan: Pdt. Budi Asali, M.Div: meraih gelar Master of Divinity (M.Div) dari Reformed Theological Seminary (RTS), Jackson, Mississippi, United States of America
-o0o-