ROMA 11:36 (3 PRINSIP KEMULIAAN ALLAH)

Roma 11: 36, “Sebab segala sesuatu adalah dari Dia, dan oleh Dia, dan kepada Dia: Bagi Dialah kemuliaan sampai selama-lamanya!” 
ROMA 11:36 (3 PRINSIP KEMULIAAN ALLAH)
gadget, bisnis, otomotif
Kemuliaan Allah sajalah yang menjadi sasaran/fokus penting keselamatan dalam pemilihan/predestinasi Allah bagi umat-Nya di dalam Kristus. Kemuliaan Allah ini diuraikan Paulus di dalam 3 (tiga) prinsip:

1.Pertama, segala sesuatu adalah dari Allah. Dari Allah, berarti segala sesuatu bersumber dari Allah. Sumber segala sesuatu adalah Allah. Sumber pemilihan atas beberapa orang untuk menjadi anak-anak-Nya itu adalah dari Allah, bukan dari apa yang manusia perbuat! Lebih tajam lagi, pemilihan adalah anugerah Allah yang berdaulat! Bagaimana dengan kita? 

Prinsip ini bisa diimplikasikan pada kehidupan kita sehari-hari. Kalau dikatakan bahwa segala sesuatu adalah dari Allah, itu berarti apa yang kita punya, baik harta, kepintaran, hikmat, bahkan pengertian rohani dari Alkitab yang kita dapatkan semua berasal dari Allah. Oleh karena itu, tidak ada alasan bagi kita untuk sombong atau memegahkan diri kalau kita memilikinya semua itu. Agar kita tidak memegahkan diri, biarlah kita membagikan apa yang ada pada kita kepada orang lain sebagai berkat, sehingga orang lain juga melihat kedahsyatan Allah kita.

2.Kedua, segala sesuatu adalah oleh Allah. Kata “oleh” seharusnya diterjemahkan melalui (through). Dalam konteks ini, “segala sesuatu adalah oleh/melalui Allah” berarti pemilihan Allah bukan hanya bersumber dari Allah, tetapi juga dipelihara oleh Allah. Ini membuktikan pemeliharaan Allah. Allah yang telah memilih, Ia juga yang akan memeliharanya sampai pada kesudahannya, karena Ia adalah Alfa (Yang Awal) dan Omega (Yang Terakhir). 

Sehingga, kita tidak perlu khawatir kehilangan keselamatan, karena jika kita termasuk umat pilihan-Nya, pada saat itu juga, kita beriman bahwa Allah yang telah memulai keselamatan, Ia pula-lah yang akan menyempurnakannya. Konsep ini juga bisa diimplikasikan di dalam hidup kita. Kalau di poin pertama, kita belajar bahwa segala sesuatu adalah dari Allah yang artinya kita tidak perlu sombong akan apa yang kita miliki, maka di poin kedua, kita belajar bahwa apa pun yang kita miliki ini dari Allah dipergunakan oleh Allah sebagai sarana mempertumbuhkan iman kita. 

Tuhan memakai harta kita untuk mencukupi kehidupan kita, dan juga untuk melayani-Nya (dikaitkan dengan poin ketiga, nantinya). Tuhan memakai iman dan pengertian kita akan firman-Nya sebagai sarana untuk menghindarkan kita dari tamak uang, dan cinta diri. Tuhan memakai pasangan kita untuk mengingatkan kita akan kelemahan kita dan kembali kepada Tuhan. Tuhan bisa memakai siapa pun yang ada di dekat kita untuk mengingatkan kita. Bagaimana dengan kita? Kita pun bisa dipakai oleh-Nya sebagai sarana berkat-Nya. Maukah kita menyalurkannya?

3.Ketiga, segala sesuatu adalah bagi Allah. Di dalam konteks ini, kita belajar bahwa pemilihan Allah berasal dari Allah, dipelihara oleh Allah, maka secara otomatis, ujungnya harus berakhir pada kemuliaan bagi Allah itu sendiri sebagai Sumber dan Pemelihara. Allah sebagai Sumber dan Pemelihara, Dia-lah yang juga harus menerima pujian, hormat, dan kemuliaan. Konsep ini bisa diimplikasikan di dalam hidup kita. Kalau kita sadar bahwa segala yang kita miliki adalah dari Allah, orang lain menjadi sarana yang melaluinya Allah menegur kita (atau kita bisa menjadi sarana berkat-Nya), maka kita melakukan kedua hal ini bersama-sama untuk memuliakan Tuhan (Soli Deo Gloria). 

Bagaimana kita memuliakan Tuhan? Katekismus Singkat Westminster Pasal 1 memberikan jawaban atas pertanyaan apakah tujuan utama manusia: “Tujuan utama manusia adalah memuliakan Allah dan menikmati Dia selama-lamanya.” Rev. Dr. John S. Piper dalam bukunya Desiring God mengganti kata “dan” dengan kata “oleh” (by). Dengan kata lain, umat pilihan-Nya dapat memuliakan Tuhan dengan menikmati Dia. Apa arti menikmati Tuhan? Apakah menikmati Tuhan merupakan perasaan subjektif? TIDAK. Menikmati Tuhan dapat dibagi menjadi dua, yaitu: menikmati Pribadi Allah. Seseorang bisa menikmati Allah itu setelah ia mengenal Allah melalui Alkitab. Inilah kaitan erat antara doktrin dan spiritualitas. 

Banyak gereja terlalu mementingkan doktrin dan melupakan spiritualitas. Akibatnya, mereka pandai berdebat theologi, tetapi hati mereka kering. Sebaliknya, di sisi lain, banyak gereja mengesampingkan doktrin dan mementingkan kesalehan, akibatnya kesalehan yang dibangun adalah kesalehan yang antroposentris (berpusat pada manusia) dan tidak memuliakan Tuhan. Alkitab mengajarkan kita konsep yang seimbang, yaitu kita mengenal Allah dulu melalui Alkitab, baru kita mengalami Allah dengan menikmati-Nya. 

Menikmati-Nya adalah kebanggaan terbesar umat pilihan-Nya yang telah ditebus Kristus, karena kita memiliki Allah yang Maha dahsyat dan Maha agung yang tidak bisa dijumpai pada ilah-ilah lain! Kedua, menikmati firman-Nya. Setelah menikmati pribadi-Nya, kita dituntut untuk menikmati firman-Nya. Seberapa dalam kita mencintai firman-Nya? Seberapa setianya kita taat kepada firman-Nya? Ataukah kita taat kepada firman-Nya hanya untuk hal-hal yang tidak melawan logika/rasio (lebih tepatnya, nafsu) kita? Mari kita menguji hati kita.ROMA 11:36 (3 PRINSIP KEMULIAAN ALLAH)
Next Post Previous Post