EKSPOSISI EFESUS 2:1-10 (BESARNYA ANUGERAH ALLAH)
Rose Melly Merang.
Ada beberapa bagian dari Efesus 2:1-10, yaitu:
I. Keadaan hidup orang di luar Kristus Efesus 2:1-3
Dalam Efesus 2:1-3 Paulus menjelaskan kehidupan orang yang berada di luar Kristus, Paulus menunjukkan apa saja yang dialami oleh orang-orang yang hidup di luar Kristus. Keadaan orang yang hidup di luar Kristus adalah:
otomotif, bisnis |
Mengalami Kematian.
Dalam Efesus 2:1, “Kamu dahulu sudah mati karena pelanggaran- pelanggaran dan dosa-dosamu” dan dalam bahasa Yunaninya kaiumas ontas nekrous tois paraptomasin kai tais amartiais umon. Hidup di luar Kristus adalah hidup di dalam dosa dan pelanggaran.
Kematian manusia secara rohani diakibatkan oleh dosa dan pelanggaran, maka manusia tidak memiliki kuasa untuk kembali hidup secara rohani. Akibat dosa sangat fatal sehingga membuat manusia tidak berdaya lagi untuk melakukan hal yang benar di hadapan Tuhan. Berarti “Kematian adalah hukuman yang dijatuhkan Allah.
Roma 6:23 menyatakan bahwa maut adalah upah dosa, artinya ganjaran yang patut atas dosa.” Kematian memang suatu hal yang fatal sebagai upah yang pantas diterima oleh manusia karena akibat dosa. “Kata ‘mati’ disini harus dimengerti dalam terang Efesus 4:18, yaitu jauh dari hidup persekutuan dengan Allah lalu berada di bawah hukuman-Nya yang adil atas dosa. Akibat dosa yang paling dasyat ialah, Allah dan manusia terpisah (Yesaya 59:2).”
Akibat dosa dapat memisahkan manusia dari Allah, jauh dari persekutuan dengan Allah dan akan terus membuat manusia semakin jauh dan tinggal dalam kegelapan sehingga manusia tidak mengerti kehendak Tuhan karena tidak lagi diterangi oleh kebenaran Allah. Inilah tindakan Allah yang adil atas dosa. “Kematian rohani merupakan terpisahnya jiwa dari Allah. Hukuman yang dinyatakan di Taman Eden dan telah menimpah umat manusia, terutama berarti kematian rohani (Kejadian. 2:17; Roma 5:21; Efesus 2:1,5). Dengan kematian rohani manusia tidak lagi menikmati kehadiran dan kebaikan Allah dan bahkan tidak lagi mengenal dan merindukan Allah.”
Jadi, kata “mati” yang tertulis dalam Efesus 2:1 menunjukkan kepada kematian rohani. Melalui beberapa penjelasan di atas dapat disimpulkan pengertian kematian rohani, yaitu
(1) Kematian manusia secara rohani dan terpisahnya jiwa dari Allah adalah sesuatu yang sangat buruk karena terpisah dari Allah, sedangkanAllah adalah sumber kehidupan.
(2) Kematian manusia secara rohani mengakibatkan ketidakberdayaan manusia untuk kembali kepada Allah, tidak berguna lagi di hadapan Allah, tidak dapat berbuat apa-apa karena terlepas dari Pemberi hidup. Dengan demikian, jelaslah bahwa manusia tidak dapat kembali ke dalam kondisi semula, manusia sama sekali tidak memiliki kekuatan untuk memperbaiki hubungannya dengan Allah, bahkan tidak dapat melakukan sesuatu yang baik di mata Tuhan.
(3) Kematian idak ada lagihubungan yang baik dengan Allah. Hubungan yang harmonis menjadi rusak, tidak mengenal Allah dengan benar dan kerinduan terhadap Allah sudah lenyap. Hidup di luar keselamatan, tidak menikmati berkat-berkat Allah.
Membahas tentang kematian rohani yang dialami oleh manusia, maka perlu juga membahas penyebab dari kematian manusia secara rohani. Ada beberapa alasan mengapa manusia harus berada di dalam kondisi mati secara rohani adalah:
Pertama, karena pelanggaran. Dalam Efesus 2:1, mencatat salah satu penyebab manusia mengalami kematian dan terpisah dari Allah, yaitu paraptomasin, Noun Datif Neuter Plural, yang berasal dari kata paraptoma yang berarti trespass (kesalahan atau dosa), false step (langkah atau tindakan tidak benar), transgression (tindakan melanggar hukum, pelanggaran) dalam arti harafiahnya adalah tergelincir atau jatuh. “istilah ini digunakan untuk menggambarkan seseorang yang kehilangan arah jalan atau tersesat; juga dapat berarti gagal atau meleset dalam menangkap kebenaran.”
Ada dua aspek yang ditemukan dalam penjelasan di atas bahwa ada aspek kesengajaan dan ketidaksengajaan. Sengaja atau tidak sengaja semuanya adalah pelanggaran. Jadi, pelanggaran merupakan mengikuti jalan yang tidak benar, bertindak ke arah yang tidak benar atau berlaku tidak setia.
Kedua, karena dosa. Mengenai kata “dosa”, dosa penyebab kematian bagi manusia. Kata “αµαρτιαις”(hamartiais) Noun Datif Feminim Plural yang berasal dari kata hamartia, yang berarti sin, sinful deed, yaitu suatu istilah mengenai perburuan. “Secara harafiah kata itu berarti meleset. Dosa adalah kegagalan untuk mencapai sasaran hidup. Itulah sebabnya mengapa dosa itu bersifat universal.” Berarti dosa adalah kegagalan manusia dalam mencapai sasaran-sasaran yang sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan oleh Allah dalam kebenaran- Nya.
Tetapi terkadang manusia salah memahami dan menilai tentang dosa itu, manusia mengira kalau dosa itu hanya menyangkut kesalahan- kesalahan besar seperti membunuh, mencuri, merampok. Manusia sendiri yang membuat ukuran atau standar bagi dosa dan mengelompokkannya sesuai dengan keinginannya sendiri. Namun, yang dimaksudkan oleh Paulus dalam ayat ini bahwa dosa adalah tindakan yang meleset atau kegagalan mencapai sasaran. Inilah kegagalan manusia dalam memenuhi standar Allah. Dalam Efesus, dosa merupakan tindakan dalam penyembahan berhala, hidup dalam kedagingan, menuruti hawa nafsu, menuruti penguasa dunia atau roh-roh jahat, dan segala macam kecemaran.
Dengan demikian pelanggaran dan dosa merupakan penyebab kamatian bagi manusia di luar Kristus. Keterpisahan manusia dengan Allah adalah suatu realita yang menunjukkan ketidakbardayaan manusia, ketidakmampuannya untuk kembali kepada Allah. Tetapi Allah sendiri berinisiatif untuk menyelamatkan manusia dengan kasih karunia-Nya, sehingga manusia kembali memiliki persekutuan yang harmonis dengan Allah.
Ketiga, mengikuti jalan dunia. Dalam Efesus 2: 2 “Kamu hidup di dalamnya, karena kamu mengikuti jalan dunia ini, karena kamu menaati penguasa kerajaan angkasa, yaitu roh yang sekarang sedang bekerja di antara orang-orang durhaka.”
Dalam bahasa Yunaninya en ais pote periepatesate kata ton aiona tos kosmou toutou, kata ton arxonta tos exousias tos aeros, tos pneumatos tos nsn energosntos en tois uiois tos apeitheias. Kata periepatesate bentuk Verb Indikatif Aourist, Plural, Aktif dari kata “peripateo” yang berarti, to walk about (berjalan keliling, dengan), to conduct ones life (bertingkah laku, mengatur, membimbing, memimpin suatu kehidupan).”
Kata “mengikuti” dari kata “peripatein” yang berarti berjalan keliling, dan dalam bahasa indonesia diterjemahkan dengan: hidup, melakukan, berjalan, berada di dalam, terus-menerus melakukan.” Jadi, mereka yang mengikuti jalan dunia ini berada di dalam atau berjalan dalam dunia yang penuh dengan dosa dan terus-menerus melakukan dosa.
Kata “dunia” dari kata “kosmos” dan kata ini Paulus sering pakai. “Kosmos” di sini ialah dunia sebagai keseluruhan periode dunia, dunia yang gerak, hampir sebagai waktu yang sedang berlangsung.” Maksud Paulus bahwa jemaat di Efesus mengikuti waktu yang terus berjalan dalam dunia, waktu itu yang menguasai mereka sehingga mereka benar- benar “hidup di bawah pengaruh jahat.”
Penjelasan ini sesuai dengan latar belakang hidup orang-orang Efesus yang dahulunya menyembah kepada dewi Artemis. Akibat dari penyembahan berhala mempengaruhi seluruh keberadaan hidup mereka karena kuasa yang bukan dari Tuhan yang menguasai mereka dan terus-menerus hidup di dalam dosa atau tanpa mengenal kebenaran. Hal inilah yang pernah terjadi di Efesus sehingga membuat mereka tidak berdaya mengikuti jalan kebenaran tetapi mengikuti jalan dunia.
J.L. Ch. Abineno mengatakan: Untuk dapat memahami maksud kalimat ini kita harus memperhatikan tanggapan orang (gambaran dunia) pada waktu itu. Menurut tanggapan itu, dunia terdiri dari beberapa lapisan (bnd 2 Korintus 12:2). Lapisan udara atau angkasa didiami oleh roh-roh. Roh jahat yang mempunyai pengaruh buruk atas manusia. Dalam nas kita dikatakan bahwa ada suatu “archon” yang mempunyai “exousia” yaitu “aer”.
Yang dimaksudkan di sini dengan “archon” ialah penguasa dan pemerintah. Archon ini yang dikatakan di atas, mempunyai exousia. Exousia di sini bukanlah kuasa (wewenang), pemerintahan, tetapi juga seperti Kolose 1:13, daerah pemerintahan (kerajaan). Daerah pemerintahan ini ialah “aer”: udara, angkasa, (yang biasa dilukiskan sebagai tempat yang gelap, bnd Efesus 6:12; Kolose 1:13).
Yang dimaksud dengan penguasa kerajaan angkasa di sini yaitu roh yang sedang bekerja di antara orang-orang durhaka. Penguasa kerajaan angkasa ialah iblis dengan pengikutnya yang mempunyai kuasa yang besar dan dapat mempengaruhi manusia serta mengikat manusia sehingga manusia menjadi pengikutnya (Efesus 6:12).
Keempat, mentaati penguasa kerajaan angkasa. Inilah bentuk pelanggaran yang dilakukan oleh manusia yang hidup di luar Kristus yaitu mereka mentaati penguasa kerajaan angkasa. Sebenarnya tidak jauh berbeda dengan mengikuti jalan dunia dan mentaati penguasa kerajaan angkasa. Apabila ditinjau dari kata “mengikuti” dan “mentaati”, karena “mengikuti” merupakan unsur dari sebuah “ketaatan” sedangkan “ketaatan” adalah titik tolak untuk “mengikuti” sesuatu.
Jadi, mengikuti sesuatu merupakan bukti ketaatan. Kedua kata ini sangat erat hubungannya terbukti di Efesus 2:2 “kata ton arxonta tos exousias tos aeros”, maka dapat disimpulkan bahwa sebelum orang-orang di Efesus percaya kepada Allah, mereka hidup dalam ketaatan kepada penguasa kerajaan angkasa, yaitu mereka ada di tangan penguasa dan dikuasai olehnya.
Kata arkhonta dalam bentuk Noun Akusatif Maskulin Singular, yang berasal dari kata “arkhon” yang berarti ruller, lord, prince (pangeran, raja, penguasa), atau “penguasa, petugas, pemimpin. Anggota sanhedrin, hakim/orang Yahudi, pejabat/orang Yunani, penguasa/supernatural.”
Penguasa menunjukkan kepada oknum yang berperan penting, memiliki pengaruh besar atau orang yang memiliki tugas yang penting. Jadi, mereka yang ada di Efesus taat kepada penguasa kerajaan angkasa, hal ini terjadi karena Efesus merupakan pusat penyembahan berhala dan dengan demikian mereka yang ikut dalam penyembahan berhala dikuasai oleh kuasa berhala serta mentaati kuasa ini dengan memberontak kepada Allah.
Kesimpulan dari Efesus 2: 2, yaitu bahwa mereka hidup, tinggal diam dalam dosa atau tetap melakukan perbuatan-perbuatan yang melanggar perintah Tuhan dan mereka terus-menerus ikut jalan dunia ini yaitu dunia yang penuh dengan kejahatan. Iblislah yang sedang (sesuatu yang terus berlangsung, terus menerus atau tanpa berhenti) bekerja di antara orang-orang durhaka. Iblis ada dalam dunia ini yaitu ia berada “Dalam kosmologis kuno kawasan antar bintang, terutama antara bulan dari bumi, dianggap sebagai pangkalan untuk kegiatan demonis yang tetap, dengan akibat buruk yang menimpa penghuni bumi.”
Jadi, manusia yang dikuasai oleh iblis berada di bawah kuasa iblis sehingga mereka tidak dapat hidup dalam Kristus dan orang-orang ini akan selalu bertingkah buruk sesuai dengan pekerjaan iblis yang menguasai mereka.
Mengalami Kemurkaan
Selain kematian, orang-orang yang hidup di luar Kristus juga akan dimurkai. Kata “dimurkai” οργης (orges) bentuk Noun Genetif Feminim Singular, berasal dari kata orge yang berarti wrath (kegusaran, kemarahan, kemurkaan), anger (marah, kemarahan, keberangan, kegusaran, amarah, murka), indignation (kemarahan, kejengkelan, kedongkolan). “Kemurkaan” adalah kata benda tunggal. Inilah hal yang Allah lakukan bagi orang yang hidup di luar Kristus.
Dalam konteks ini bahwa Allah memurkai orang-orang yang hidup dalam pelanggaran dan dosa. Mereka ini dimurkai oleh Allah. Dimurkai berarti berada “Di bawah penghakiman Allah karena pemilihan moral, yang berasal dari tabiat manusia yang telah bengkok.”Dalam keadaan di luar Kristus, manusia selalu memberontak dan menentang Allah, maka akan dimurkai oleh Allah yaitu dihukum oleh Allah sendiri.
Jadi, dalam Efesus 2: 1-3 menggambarkan keadaan orang yang hidup di luar Kristus, hidup dalam dosa, pemberontakkan terhadap Allah dan hidup di bawah kuasa iblis, maka harus mati atau dimurkai oleh Allah. Mereka dimurkai karena:
Pertama, hidup menuruti nafsu daging. Dalam Efesus 2: 3, kata “επιθυµιαις” (epithumiais) dalam bentuk Noun Datif Feminim Plural, berasal dari kata “epithumia” yang berarti eager (ingin sekali, hasrat), desire (hasrat, keinginan, berahi, berahi terhadap), longing (keinginan) , “keinginan-keinginan yang buruk/jahat, hawa nafsu. Kata “σαρκος” (sarkos), dalam bentuk Noun Genitif Feminim Singular, dari kata “sarks” yang berarti tubuh, daging, daging yang berdosa.
Sarks: daging, daging yang berdosa, yang menjadi kuasa dan yang memerintah manusia. Sarks juga dapat berarti seluruh manusia sebagai anak murka. Sarks juga menimbulkan keinginan-keinginan jahat (hawa nafsu).” Jadi, hawa nafsu daging yang menguasai mereka sehingga membuat mereka egois yaitu dengan mengikuti keinginannya sendiri yang menyimpang dari kebenaran Allah. J. L. CH. Abineno mencatat dalam bukunya:
Hawa nafsu daging ini, menurut Paulus, memimpin orang kepada “kehendak daging” (thelemata tes sarkos) dan kehendak daging dan perbuatan. Keduanya kehendak daging dan perbuatan adalah pekerjaan “sarks”. Kita dapat berkata: demikianlah kiranya “sarks” bekerja. Dalam kehendak “sarks” tidak ada kesatuan, tidak ada arah; kehendak itu tidak mengikut sesuatu norma, tidak dikuasai oleh suatu pikiran atau perasaan yang tidak berubah-ubah, tetapi berada di bawah pengaruh affek dan dorongan nafsu. Itulah sebabnya di sini dipakai bentuk jamak “ta thelemata”.
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa hidup dalam hawa nafsu daging adalah: (1) Mereka terus-menerus tinggal dalam keinginan daging, melakukan, dan berbuat apa yang bersifat kedagingan yang tidak sesuai dengan kebenaran Allah.(2) Mereka hidup di dalam daging dan daging mereka penuh dengan keinginan atau mereka berahi terhadap hal-hal yang jahat. (3) Kehidupan daging yang penuh dengan hawa nafsu atau berahi yang tidak dipimpin oleh satu aturan (norma) dan tidak terkendali karena keinginan itulah yang menguasai, memimpin dan memerintahnya untuk berbuat yang tidak benar.
Kedua, Hidup menurut pikiran yang jahat. Kata “διανοιων” (dianoion), dalam bentuk Noun Gen. Fem. Plural, dari kata “dianoia” yang berarti mind (pikiran, akal, ingatan), intelligence (kecerdasan)30 dalam arti daya pikir, jalan pikiran, apa yang dipikir, dorongan hati. Kata “dianoia” adalah pikiran dan pertimbangan yang sadar dari sarks. Dengan menekankan sarks dan diakoia di alam manusia dalam totalitasnya dengan sadar menuruti kehendak dagingnya dan pelaksanaan dari kehendak itu” Jadi, keinginan yang jahat itu benar-benar dari pikiran atau dorongan hati mereka. Pikiran yang jahat membuahkan tindakan yang jahat.
II. Karya Allah Melalui Yesus Kristus Efesus 2:4-9
Dalam ayat 4-9, Paulus menjelaskan karya Allah melalui Yesus Kristus bagi orang-orang berdosa yang seharusnya mati karena pelanggaran dan dosanya, tetapi diselamatkan oleh Allah melalui kematian Yesus Kristus. Itulah karya Allah bagi manusia sebagai orang- orang yang patut dihukum mati dan dimurkai oleh Allah. Tetapi Allah berkarya di dalam Yesus Kristus melalui:
Kasih-Nya yang Besar
Dalam Efesus 2:4 “...Oleh karena kasih-Nya yang besar, yang dilimpahkan- Nya kepada kita.” Bahasa Yunaninya: ...dia ton pollon agapen autos en egapesen emas.
Kata agapê , noun, akusatif, feminim, singular, yang berati love (cinta, kasih sayang), affection (kesayangan, kasih, kasih sayang)Karena Allah yang kaya dengan rahmat, Ia menunjukkan kasih sayang-Nya bagi manusia yang berdosa. Ia menjadikan manusia umat kesayangan-Nya, Ia menyelamatkan manusia karena cinta-Nya. Jadi karena kasih kasih sayang-Nya, cinta-Nya, maka Ia menyatakannya dengan :
Pertama, telah menghidupkan kita bersama-sama dengan Kristus. Dalam Efesus 2: 5, ”telah menghidupkan kita bersama-sama dengan Kristus, sekalipun kita telah mati oleh kesalahan-kesalahan kita oleh kasih karunia kamu diselamatkan” dan dalam bahasa Yunaninya kai ontas emas nekrous tois paraptomasinsunezoopoiesen to xristo : xariti este sesosmenoi. Kata sunezoopoiesen bentuk aorist Aktif Indikatif, yang berasal dari kata suzoopoieo yang berarti to make alive together (membuat hidup bersama-sama dengan). The word is a synonim for the verb “to rise” (menghidupkan, menegakkan, mengangkat, menaikkan, mendirikan, menimbulkan) or “to preserve life” (memelihara, melindungi kehidupan).
Jadi, sesuai dengan penjelasan yang ada maka dapat disimpulkan bahwa:
(1) Kata “menghidupkan” muncul berarti ada kata “mati” sebelumnya, dalam arti bahwa manusia yang sudah mati karena pelanggaran dan dosanya, tetapi karena kasih-Nya yang besar Ia menghidupkan manusia, yaitu memberikan kepada manusia kehidupan yang baru yang sama sekali berbeda dari kehidupan sebelumnya waktu masih hidup di luar Kristus, Ia mengangkat manusia dari kematian;
(2) Ia membawa manusia dekat dengan Dia karena keterpisahan manusia dari Dia karena dosa, sehingga manusia memiliki hubungan yang baik dengan Allah dan dapat berinteraksi dengan Allah dalam persekutuan;
(3) Bahkan akan melindungi kehidupan manusia.Hal ini tidak dapat dilakukan dari pihak manusia karena ketidakberdayaannya manusia tetapi hanya dapat dilakukan oleh Allah saja melalui kasih karunia-Nya.
Sehubungan dengan tense yang ada dalam kalimat “menghidupkan kita bersama-sama dengan Kristus” ialah dalam bentuk aorist aktif indikatif, berarti perlindungan, pemeliharaan Allah kepada manusia telah dilakukan pada masa lampau dan akan terus-menerus berlaku atau berlangsung dari dulu, sekarang dan masa yang akan datang. Jadi, Paulus bermaksud menyampaikan hal ini kepada jemaat yang ada di Efesus bahwa kehidupan, perlindungan dan pemeliharaan Allah terhadap mereka adalah semata-mata kasih karunia Allah, bukan hasil dari jerih lelah atau usaha mereka.
Hidup yang ada pada mereka merupakan kehidupan dalam Kristus yang telah hidup dari kematian, hidup yang Yesus berikan bagi mereka adalah hidup secara rohani. Mereka mengalami kehidupan dari kamatian Yesus dan mereka bebas dari kematian rohani.
Kedua, membangkitkan kita bersama-sama Kristus. Dalam Efesus 2: 6, “dan di dalam Kristus Yesus Ia telah membangkitkan kita juga dan memberikan tempat bersama-sama dengan Dia di sorga” dan dalam bahasa Yunaninya, kai sunegeiren kai sunekathisen en tois " epouraniois en xristo iesos.36 Kata sunegeiren yang berasal dari kata “sunegeiro” yang berarti to raise up with any one (mengangkat ke atas dengan seseorang); to raise up with Cristby spiritual resemblance of His resurrection (mengangkat ke atas dengan Kristus melalui persamaan rohani dari kebangkitan-Nya).
Kata “sunegeren” bentuk aorist aktif indikatif yang berasal dari kata “sunegeiro” yang berarti to raise together with (mengangkat bersama dengan). Believers not only receive life, but the experience a resurrection (orang-orang percaya tidak hanya menerima kehidupan tetapi mereka mengalami kebangkitan).
Sesuai dengan penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan mengenai manusia yang memperoleh kebangkitan, yaitu:
(1) Allah mengangkat (membangkitkan) manusia bersama-sama dengan Kristus oleh kematian-Nya dan kebangkitan-Nya. Itu berarti manusia berpindah dari kematian menuju kepada hidup di dalam Allah. “membangkitkan” berarti Allah bertindak mengangkat manusia dari hukuman atas dosa dan membawa manusia kepada persekutuan dengan Allah, dengan kata lain Allah yang Maha Kuasa menyatakan kuasa-Nya melalui kebangkitan Yesus Kristus dari kematian, sehingga manusia dapat menikmati persekutuan dengan Allah.
(2) Kebangkitan yang dibahas dalam Efesus 2: 6, menunjukkan kebangkitan manusia dari kematian karena dosa, kebangkitan rohani untuk bersatu dengan Kristus. Kebangkitan ini mengacu kepada kebangkitan tubuh kemuliaan (tubuh rohani).
Ketiga, Ia memberikan tempat bersama-sama dengan Dia. Kata sunekathisen, aorist Aktif Indikatif yang berasal dari kata “sunkathizo” yang berarti to cause to sit down together with another (sebabnya kita duduk bersama-sama dengan). Jadi hanya karena kasih karunia Allah yang memberikan tempat bagi kita di sorga. Kedudukan orang yang percaya di sorga diberikan oleh Allah dan bukan karena manusia yang mengusahakannya.
Keempat, Ia menunjukkan kekayaan kasih karunia-Nya. Dalam Efesus 2: 7, “supaya pada masa yang akan datang Ia menunjukkan kepada kita kekayaan kasih karunia-Nya yang melimpah-limpah sesuai dengan kebaikan-Nya terhadap kita dalam Kristus Yesus” dan dalam bahasa Yunaninya, ina endeixetai en tois aiosin tois eperxomenois to huper ballon plostos tos xaritos autos en xrestoteti ef' emas en xristo iesos40. Kata “endeixetai” berasal dari kata “endeiknumi” berarti: menunjukkan, mendemontrasikan, begitu rupa, sehingga nyata (nampak, kelihatan) kepada tiap-tap orang.”
Adapun yang akan Dia tunjukkan kepada manusia pada masa yang akan datang, yaitu Ia menunjukkan kekayaan yang melimpah-limpah dari kasih karunia-Nya.
Pada masa yang akan datang, Allah akan menunjukkan kepada manusia yang telah dihidupkan, dibangkitkan dan diberi tempat di sorga bersama-sama dengan Kristus, bahwa betapa kayanya kasih karunia Allah bagi mereka dari zaman ke zaman, dari waktu yang lampau Ia tetap menyatakan kasih-Nya dan pada waktu itu orang-orang percaya akan dapat memahami betapa Allah mengasihi mereka. Kata “kekayaan” mempertegaskan bahwa kasih-Nya melebihi ukuran atau tanpa batas. Kasih-Nya yang Ia tunjukkan kepada manusia bukan berdasarkan atau sesuai dengan kebaikan mereka tetapi sesuai dengan kebaikan-Nya dalam Yesus Kristus.
Manusia Diselamatkan
Manusia diselamatkan oleh kasih karunia-Nya melalui karya Allah dalam Yesus Kristus. Kata “σεσωσµενοι” Verb Participle, Passive, Nominatif, Maskulin,dari kata “sozo” yaitu untuk menyimpan, memberikan atau melindungi (secara harfiah atau kiasan): menyembuhkan, melestarikan, menyimpan (diri), melakukannya dengan baik). Dengan kasih karunia, Allah menyelamatkan dan melindungi manusia dan Ia melakukannya dengan baik. “Membawa aman, sembuh, memastikan keselamatan, mendapatkan, dibuat dengan baik, memulihkan, menyimpan.” Ia memulihkan manusia melalui kasih karunia-Nya.
“Sozo: rescue (menolong), liberate (membebaskan, memerdekakan, melepaskan), keep from harm (memelihara atau menjaga dari kejahatan, kerusakan, kerugian), heal (menyembuhkan), preserve (memelihara, menjaga, melindungi, mempertahankan).” Melalui kasih karunia Allah, Ia memelihara, menjaga, melindungi manusia dari bahaya, melepaskan manusia dari maut, memerdekakan manusia dari perbudakan dosa. Kasih karunia juga “Untuk menjaga orang yang berada dalam bahaya kehancuran, untuk menyelamatkan dari bahaya, kerusakan.”
Setelah manusia diselamatkan, dilindung dan dipulihkan oleh Allah melalui kasih karunia-Nya, Allah ingin manusia menyadari beberapa hal, yaitu bahwa:
Pertama, keselamatan bukan hasil pekerjaan. Dalam Efesus 2: 9 “Itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan diri” dan dalam bahasa Yunaninya ouk ex ergon, ina me tis kauxesetai. Kata ergon Genitif, Plural, yang berarti perbuatan (yang dituntut Taurat), kerja, tugas, tindakan, perwujudan, hasil kerja, bangunan, hal.”Dalam ayat ini Paulus menegaskan bahwa keselamatan itu adalah pemberian Allah dan bukan dari hasil pekerjaan, bukan perbuatan baik dari manusia, atau hasil kerja semata-mata.
Kedua, jangan ada orang yang memegahkan diri. Kata kauxesetai aorist, middle, subjuntif dari kata “kaukhaomai” yang berarti merasa bangga, membanggakan, menyombongkan). Ini menggambarkan jemaat di Efesus yang masih cenderung menganggap bahwa keselamatan dihasilkan oleh perbuatan-perbuatan mereka yang tidak benar dan masih mengandalkan Taurat, dalam arti bahwa orang-orang Yahudi mengharapkan keselamatan dengan melakukan tuntutan Taurat maka akan dibenarkan oleh Allah.
Ketiga, untuk melakukan pekerjaan baik. Efesus 2: 10 “Karena kita ini buatan Allah, diciptakan dalam Kristus Yesus untuk melakukan pekerjaan baik, yang dipersiapkan Allah sebelumnya. Ia mau, supaya kita hidup di dalamnya” dan dalam bahasa Yunaninya autos gar esmen poiema, ktisthentes en xristo iesos epi ergois agathois ois proetoimasen ho theos ina en autois peripatesomen.
Kata agathois dari kata “agathos” yang berarti baik, jujur, baik hati, berguna, harta. “ergois” dari kata “ergon” bentuk Dat. Plural, yang berarti duty enjoned (kewajiban, pekerjaan, perintah, suruhan), business (pekerjaan urusan), beneficent (keuntungan, faedah, manfaat), upright (tegak, adil, jujur, tulus), virtous (baik, saleh, berbudi).
Kata “Agathois” datif, plural, dari kata “agathos” yang berarti good (baik, bagus), profitable (menguntungkan, berfaedah), generous (murah hati), upright (tegak, jujur, adil, tulus). Dari penjelasan ini, dapat disimpulkan bahwa:
(1) Manusia yang sudah diselamatkan karena kasih karunia Allah harus melakukan segala sesuatu yang berkenan kepada Allah, yaitu perbuatan baik atau pekerjaan baik oleh karena Allah telah dahulu mengasihinya,
(2) Dengan melakukan segala kehendak Allah, berarti manusia membuktikan bahwa ia adalah orang yang sudah diselamatkan oleh Allah, dan sebagai rasa syukur, ucapan terima kasihnya kepada Tuhan, ia melakukan pekerjaan baik, yang berguna dan menghasilkan hal-hal yang baik yaitu hidup dengan memuliakan Allah;
(3) Ia melakukan perbuatan baik dengan dorongan hati yang tulus, jujur bahwa ia adalah ciptaan baru yang telah diselamatkan dan memiliki tugas sekaligus tanggung jawab untuk melakukan apa yang berkenan kepada Allah untuk kemuliaan Tuhan.
Jadi, yang Paulus maksudkan kepada jemaat di Efesus bahwa mereka sudah diselamatkan oleh kasih karunia dan Allah menghendaki mereka hidup dalam kasih karunia itu dengan melakukan pekerjaan baik, yang berguna dan bukan melakukan pekerjaan yang tidak baik atau perbuatan-perbuatan yang pernah mereka lakukan waktu mereka masih hidup dalam kegelapan.seperti yang tertulis dalam efesus 2: 2.
Hermeneutika Tentang Kharis / Kasih karunia / Anugerah Dalam Efesus 2:8
Hermeneutika adalah interpretasi teks atau makna tertulis “Kata Hermeneutics (Bahasa Inggris), atau hermeneutik, yang berarti menginterpretasi, menjelaskan, atau menerjemahkan.
Analisa Teks Efesus 2: 8
Bahasa yang digunakan dalam Perjanjian Baru adalah Yunani Koine (bahasa Yunani Hellenistik atau Yunani umum, semacam bahasa yang cukup popular di Pelestina pada saat itu) Dalam bahasa Yunaninya dituliskan,Τη γαρ χαριτι εστε σεσωσµενοι δια τηςπιστεως και τουτο ουκ εξυµων θεουτο δωρον (te gar xariti este sesosmenoi dia tes pisteos: kai touto ouk ex umon, theos to doron).
Berikut ini merupakan terjemahan yang dianggap mendekati bahasa aslinya: Terjemahan harafiah, “Sebab kamu diselamatkan karena anugerah melalui iman, itu bukan berasal dari kamu sendiri, itu pemberian dari Allah.”
Hasan Sutanto menerjemahkan,“Sebab karena anugerah kamu telah diselamatkan melalui iman; dan dalam hal ini bukan dari kamu, dari Allah itu pemberian.”
Jay P. Green menerjemahkan, “For by grace you are saved, through faith, and that not of your selves, (it is) the gifs of God.”
TB: “Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah”
BSH: “Allah mengasihi kalian, itu sebabnya Ia menyelamatkan kalian karena kalian percaya kepada Yesus. Keselamatan kalian itu bukanlah hasil usahamu sendiri”
Dalam terjemahan di atas, maka penulis memberikan usulan terjemahan bagi Efesus 2:8 yaitu: “Sebab karena kasih karunia kamu telah diselamatkan oleh iman dan itu bukan dari hasil usahamu, tetapi pemberian Allah.”
Perbandingan Terjemahan Alkitab Untuk Kata Kharis
ITB : Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman…”
KJV : For by grace are ye saved through faith….” ASV : For by grace have ye been saved…”
BBE : Because by grace you have salvation…” DBY : For ye are saved by grace…”
NIV : For it is by grace you save been saved...” LITV : For by grace you are saved…”
Dari beberapa versi terjemahan di atas, maka penulis menyimpulkan bahwa ITB, KJV, ASV, dan BBE merupakan versi yang sesuai dengan tata bahasa dan LITV, DBY dan NIV merupakan versi terjemahan yang mendekati bahasa asli.
Menurut Kamus Bahasa Inggris ‘Grace’adalah, “keluwesan, sifat-sifat yang menarik, doa pendek sebelum makan, kemurahan hati, kemuliaan, rahmat, kelonggaran.” Jadi, kasih karunia merupakan sifat Allah yang penuh dengan kemurahan hati-Nya, kemuliaan-Nya dan rahmat-Nya bagi manusia berdosa.
Penggunaan Kata Kharis dalam Surat Efesus
Dalam surat Efesus kata kharis digunakan sebanyak 12 kali yaitu:
Pertama, 1:2 “Kasih karunia dan damai sejahtera dari Allah,...” Perkataan Paulus dalam ayat ini merupakan salam pembukaan suratnya.Kasih karunia Allah yang mencakup kemurahan, kebaikan dan anugerah-Nyayang Ia berikan kepada jemaat untuk menyertai mereka.
Kedua, 1:6 “Supaya terpujilah kasih karunia-Nya yang mulia, yang dikaruniakan-Nya kepada kita di dalam Dia, yang dikasihi-Nya. Kasih karunia ini berupa kelayakan-Nya bagi manusia untuk menerima kasih- Nya dan dikasihi oleh Allah.
Ketiga, 1:7 “..., yaitu pengampunan dosa, menurut kekayaan kasih karunia-Nya.” Paulus ingin menjelaskan bahwa penebusan dan pengampunan dosa hanya terjadi karena pekerjaan kekayaan kasih karunia Allah. Kasih karunia yang dimaksudkan Paulus di sini adalah pengampunan-Nya bagi manusia yang berdosa. Pengampunan berarti mengangkut dosa manusia dan membayar dosa manusia, membebaskan dari perhambaan dosa
Keempat, 2:5 “...oleh kasih karunia kamu diselamatkan.”Walaupun manusia terhitung sebagai manusia yang telah mati karena dosa, tetapi oleh karena kasih karunia-Nya, kemurahan-Nya manusia diselamatkan dari kematian. Kasih karunia-Nya yang menghidupkan manusia dari kematian rohani.
Kelima, 2:7 “...Ia menunjukkan kepada kita kekayaan kasih karunia- Nya...” Kekayaan dari kasih karunia yang melimpah-limpah (tidak terhitung banyaknya atau melebihi dari ukuran) sesuai dengan kebaikan-Nya akan ditunjukkan oleh Allah kepada orang-orang percaya pada saat bersama-sama dengan Dia di sorga
Keenam, 2:8 “Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan...”Manusia diselamatkan karena kasih karunia-Nya semata-mata dan melalui iman. Kasih karunia yang dimaksud oleh Paulus di sini yaitu, kemurahan Allah, kebaikan hati Allah, hadiah dari Allah dalam bentuk pengampunan-Nya atas dosa manusia, penerimaan- Nya dan penyelamatan-Nya bagi manusia yang berdosa
Ketujuh, 3:2 “...kasih karunia Allah, yang dipercayakan kepadaku karena kamu.”Kasih karunia yang dimaksudkan oleh Paulus di sini yaitu, “Kasih karunia yang diberikan Allah (oleh Kristus) kepada Paulus dalam bentuk kabar baik tetapi rahasia dan dipercayakan Allah kepada Paulus untuk diberitakan kepada orang-orang Yahudi dan bukan Yahudi.
Kedelapan, 3:7 “...aku telah menjadi pelayannya menurut pemberian kasih karunia Allah,..” Paulus mendapatkan kasih karunia yaitu kuasa, kekuatan dari Allah untuk memberitakan Injil sebagai pelayan Tuhan dengan maksud bahwa Paulus menjadi pelayan Tuhan hanya semata- mata karena anugerah Allah bagi dirinya.
Kesembilan, 3:8 “Kepadaku, yang paling hina di antara segala orang kudus, telah dianugerahkan kasih karunia ini,...” Di sini Paulus menjelaskan bahwa ia “yang paling hina dan paling berdosa” tetapi karena kasih karunia Allah maka ia mendapat tugas dari Allah untuk memberitakan Injil kepada orang-orang bukan Yahudi. Allah bukan hanya membuat mereka percaya tetapi Ia membuat Injil menjadi nyata dan hal ini dapat terjadi karena kasih karunia. Kasih-Nya begitu luas dan kaya dan berlaku juga bagi orang bukan Yahudi.
Kesepuluh, 4:7 “Tetapi kepada kita masing-masing telah dianugerahkan kasih karunia menurut ukuran pemberian Kristus.”Paulus menjelaskan tentang kasih karunia yang dianugerahkan oleh Allah kepada setiap jemaat menurut ukuran pemberian Kristus dan bermacam-macam karunia, dengan maksud sesuai dengan kahendak- Nya dan dipakai untuk kemuliaan-Nya, bukan untuk menimbulkan adanya perbedaan dalam jemaat sehingga terjadi perpecahan tetapi untuk kesatuan dalam Kristus.
Penggunaan Kata Kharis dalam Kitab-kitab Lain
Pertama, Injil Yohanes 1:17 “...tetapi kasih karunia dan kebenaran datang oleh Yesus Kristus.” Bagian ini menunjukkan hanya Yesus yang mendatangkan kasih karunia dan kebenaran bagi manusia.
Kedua, Kisah Para Rasul 7:46 “Daud telah mendapat kasih karunia di hadapan Allah...” Bagian ini kasih karunia digambarkan sebagai anugerah kesempatan yang diberikan kepada Daud untuk mendirikan suatu tempat kediaman bagi Allah Yakub.
Ketiga, Roma 3:24 “dan oleh kasih karunia telah dibenarkan...” Bagian ini menunjukkan kasih karunia Allah melalui pengampunan-Nya, kemurahan-Nya, kebaikan-Nya telah membenarkan manusia tanpa syarat.
Keempat, Roma 6:1 “...supaya semakin bertambah kasih karunia itu? Kasih karunia akan memampukan orang percaya untuk hidup sesuai dengan kehendak Allah, bukan memanfaatkan kasih karunia berupa pengampunan-Nya untuk bebas melakukan dosa.
Jadi, kasih karunia merupakan kemurahan, anugerah-Nya yaitu Ia memberi sebuah kelayakan dan kesempatan untuk melayani Tuhan. Kekuatan dan kemampuan untuk melayani, kekuatan dalam kelemahan serta mampu menanggung beban hidup yang berat, kekuatan melakukan kehendak-Nya. Bahkan kasih karunia Allah dalam bentuk pemulihan-Nya bagi orang percaya untuk hidup dalam pengampunan terhadap sesama. Kasih karunia-Nya tidak akan pernah habis, senantiasa ada untuk mengampuni dan menyelamatkan manusia yang berdosa.
IMPLEMENTASI KHARIS TERHADAP KEHIDUPAN ORANG PERCAYA MASA KINI
Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia, implementasi adalah pelaksanaan, penerapan. Berdasarkan definisi tersebut maka penulis akan melihat bagaimana makna kata kharis dapat diimplementasikan dalam kehidupan orang percaya masa kini di mana kata ini dikenal dengan sebutan kasih karunia.
I. Prinsip-prinsip dari kasih karunia yang perlu diterapkan dalam kehidupan orang percaya masa kini berdasarkan surat Efesus 2:8, yakni:
1.Hanya Karena Kasih Karunia Manusia Diselamatkan
Kasih karunia adalah anugerah, pemberian dan kemurahan Allah bagi manusia. Ia menyatakan kemurahan dan kasih-Nya melalui kehadiran Yesus Kristus ke dalam dunia, mati di kayu salib untuk menebus dan menyelamatkan manusia dari hukuman dosa. Seharusnya manusia yang dihukum akibat dari dosa manusia itu sendiri, tetapi Allah yang penuh kasih dan kemurahan, Ia melakukan hal yang sangat berbeda dari apa yang harus manusia terima, yaitu Ia menyatakan kasih-Nya dan kemurahan-Nya yang besar melalui kematian Yesus Kristus bagi manusia supaya manusia memperoleh hidup yang kekal.
Ia menyelamatkan manusia hanya karena anugerah-Nya semata-mata, bahkan Ia menyatakan kasih-Nya sesuai dengan kehendak-Nya, kebaikan-Nya dan kerelaan-Nya. Jadi, keselamatan adalah hanya pemberian, kemurahan, anugerah Allah semata-mata. Ada beberapa hal yang berhubungan dengan kasih karunia yang menyelamatkan manusia, yakni:
2. Manusia Diselamatkan melalui Iman
Keselamatan adalah kasih karunia Allah melalui iman. “Karya Kristus datang pada kita melalui kasih karunia berdasarkan iman.”
Iman berperan penting dalam karya penyelamatan Allah bagi manusia, yaitu iman kepada Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juru selamat dunia. Keselamatan adalah anugerah Allah, bukan berarti menyingkirkan peran iman dalam karya Allah. “Betapa pun benar kenyataan bahwa kita sampai pada percaya itu hanya karena anugerah yang mendahului atau yang menyebabkannya,” berarti manusia dapat percaya kepada Yesus Kristus dan menerima keselamatan itu hanya karena anugerah dan kemurahan Allah, bukan karena usaha manusia. Jadi, iman yang menyelamatkan adalah:
Pertama, “iman kepada Yesus Kristus adalah satu-satunya syarat yang diminta Allah untuk keselamatan. Iman bukan saja suatu pengakuan tentang Kristus, tetapi juga suatu tindakan yang terbit dari hati orang percaya (Matius 4:9).” Iman kepada Yesus adalah sebuah pengakuan dan harus disertai tindakan yang taat kepada Allah.
Kedua, “iman kepada Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juru selamat adalah tindakan sesaat dan juga sikap yang berkesinambungan yang harus bertumbuh dan harus dikuatkan (Roma 4:25).” Jadi, iman kepada Yesus Kristus harus tetap hidup dan selalu dikuatkan.
3. Keselamatan Bukan Hasil Usaha Manusia
Keselamatan bukan hasil usaha manusia. Merupakan keharusan bagi kebanyakan manusia kalau ia sedang mengerjakan sesuatu atau mengusahakan sesuatu dan ia akan berharap untuk mendapatkan hasil dari pada apa yang telah ia kerjakan, tetapi R.C. Sproul mengatakan dalam bukunya bahwa:
Kasih karunia merupakan belas kasihan Allah yang diberikan bukan berdasarkan amal baik kita. Hal ini merupakan tindakan atau inisiatif Allah terhadap kita. Kasih karunia bukan merupakan substansi yang dapat mendiami jiwa-jiwa kita. Kita bertumbuh di dalam anugerah, bukan berdasarkan ukuran secara kuantitas dari substansi di dalam diri kita. Berdasarkan pertolongan dari Roh Kudus yang tinggal di dalam kita dan bertindak dengan lembut kepada kita dan atas kita.
Pernyataan di atas menunjukkan bahwa keselamatan bukan hasil usaha atau perbuatan baik manusia, bukan berdasarkan keberadaan manusia itu sendiri, melainkan hanya karena kasih karunia Allah dan melalui tindakan Roh Kudus yang lembut membuat orang percaya dapat bertumbuh di dalam anugerah-Nya. Jadi, usaha apa pun yang dilakukan oleh manusia untuk mencapai keselamatan tidak akan membawa hasil. Allah tidak menyelamatkan manusia berdasarkan perbuatannya melainkan anugerah Allah semata-mata dan bukan diusahakan oleh manusia.
4. Bukan untuk Memegahkan Diri
Keselamatan yang dianugerahkan oleh Allah kepada manusia bukan untuk memegahkan diri. Keselamatan bukan didapat karena usaha manusia, baik usaha melakukan perintah Tuhan bahkan usaha dalam penyembahan berhala oleh orang-orang yang tidak percaya Yesus Kristus. “Memegahkan diri karena berhala-berhala berarti percaya kepada berhala-berhala. Jadi kepercayaan pada diri sendiri ini (Paulus menganggap tidak lebih baik dari pada pemujaan berhala) ada lawan dari ketidakpercayaan pada diri sendiri yang menyandarkan sepenuhnya pada Allah dan rahmat-Nya.”
Orang yang percaya kepada diri sendiri bahwa ia layak diselamatkan karena ia telah melakukan kebaikan, ia sama dengan orang-orang yang terlibat langsung dalam penyembahan berhala. Ia tidak lebih baik dari orang-orang yang tidak percaya kepada Yesus Kristus. Karena hanya Yesus Kristus yang harus dipercayai sebagai Tuhan dan Juru selamat manusia, karena di luar Yesus adalah berhala-berhala.
Allah menganugerahkan keselamatan kepada manusia karena Allah tahu bahwa manusia tidak akan pernah bisa mendapatkannya melalui kekuatan dirinya sendiri sebagai manusia yang lemah, penuh dengan dosa. Allah ingin supaya manusia menyadari bahwa keselamatan yang telah diperoleh adalah dari Dia dan merupakan suatu anugerah semata-mata .
II. Ciri Kasih Karunia
Jika kasih karunia merupakan anugerah Allah kepada manusia secara cuma-cuma tanpa syarat, maka kasih karunia memiliki ciri tertentu yang membedakannya dari hal yang lain. Adapun ciri dari kasih karunia-Nya adalah sebagai berikut:
a. Kasih Karunia Tidak Layak Diterima
“Kasih karunia merupakan belas kasihan atau kemurahan Allah bagi kita yang tidak layak kita terima.” Pemberian kasih karunia Allah kepada manusia tidak berdasarkan atau tidak ada hubungannya dengan perbuatan baik dan keberadaan manusia. Jika manusia menganggap kasih karunia-Nya berdasarkan perbuatan baik atau berdasarkan kelayakannya, maka manusia akan kehilangan ciri dari kasih karunia Allah.
Allah menunjukkan kasih-Nya kepada manusia karena manusia telah berdosa, bukan karena manusia hidup benar di hadapan Allah. Walaupun keberadaan manusia yang berdosa, tidak layak mendapatkan kasih-Nya dan layak dihukum oleh Allah karena akibat dosa, tetapi Allah menyatakan kasih-Nya dengan menyelamatkan manusia dengan cuma-cuma.
b. Kasih Karunia Tidak Dapat Dibeli
Manusia bukan saja tidak layak menerima kasih karunia, tetapi tidak dapat membeli kasih karunia Allah. Ada orang yang berpikir bahwa mereka diselamatkan oleh Allah karena kasih karunia, tetapi dengan berjalannya waktu, mereka mulai menganggap bahwa perbuatan baik dan usaha mereka itu seolah-olah membayar keselamatan yang Allah telah kerjakan dalam hidup mereka. Ini suatu kekeliruan yang terjadi dalam kehidupan orang percaya.
Jadi, mereka secara tidak langsung hidup dalam kasih karunia yang dapat dibeli dengan perbuatan baik atau dengan usaha. Walaupun mereka berprinsip membeli, “tetapi pada dasarnya kasih karunia tidak dapat diganti oleh apa pun.” Jadi, apa pun dan bagaimanapun bentuk usaha manusia untuk memperoleh keselamatan, semuanya akan membawa kesia-siaan saja, karena Allah tidak berkenan terhadap perbuatan baik manusia yang berusaha membeli keselamatan.
c. Kasih Karunia Allah Tidak Bersyarat
Jika ditinjau kembali Efesus 2:5, bahwa Allah yang kaya dengan rahmat, oleh kasih-Nya yang besar, maka Ia menyelamatkan manusia dari kematian. Hal ini menunjukkan bahwa kasih Allah yang menyelamatkan manusia tidak menuntut syarat apa pun dari manusia itu sendiri. “segala aktivitas, perbuatan, hanya dari pihak yang mengasihi saja.
Kasih Allah tidak disebabkan adanya sifat pada manusia, melainkan kasih ini memberi sifat yang diinginkan.” Jadi, sepenuhnya Allah yang bertindak. Ia berkehendak memberikannya tanpa syarat. “Kasih Allah merupakan suatu aksi dan bukan reaksi terhadap manusia”. Kasih-Nya tidak tergantung pada keadaan manusia, melainkan pada keberadaan Diri-Nya. Ia mengasihi manusia karena Ia adalah kasih.”
Jadi, kalau saja Ia mengasihi manusia karena keberadaan manusia itu sendiri, maka manusia yang tidak sempurna tidak akan pernah dapat memenuhi standar Allah yang begitu sempurna.
d. Kasih Karunia Allah Tidak Terbatas
Kasih karunia Allah melalui pemeliharaan-Nya, pertolongan-Nya, perlindungan-Nya dan berkat-Nya bagi manusia tidak terbatas. Tidak ada yang dapat membatasi kasih-Nya. “Betapa lebarnya dan panjangnya dan tingginya dan dalamnya kasih Kristus” (Efesus 3:18b). Pengetahuan yang ada pada manusia tidak dapat mengukur kasih-Nya. Ia dengan kebebasan-Nya, kehendak-Nya melimpahkan kasih-Nya bagi manusia tanpa ada yang membatasi tindakan-Nya. Perbuatan baik dan usaha manusia tidak dapat mempengaruhi Allah dalam pelimpahan kasih-Nya yang tidak terbatas.
III. Tujuan Kasih Karunia Bagi Orang Percaya
Setiap bagian dari rencana Allah adalah sempurna, Allah tidak pernah mengerjakan sesuatu di luar rencana-Nya, kehendak-Nya dan kuasa-Nya. Ia tidak mengerjakannya dengan serampangan, tetapi Ia adalah Allah yang sempurna sehingga apa pun yang dikerjakan-Nya tidak pernah salah, tetapi tepat pada tujuan-Nya. Demikian juga dengan kasih karunia-Nya. Adapun tujuan dari kasih karunia-Nya bagi manusia, yakni:
1.Melakukan Pekerjaan Baik
“Sesuai tujuan anugerah-Nya sendiri Allah menyelamatkan dan memanggil kita untuk hidup kudus.” Allah menghendaki manusia yang sudah diselamatkan oleh kasih karunia-Nya supaya melakukan pekerjaan baik yang telah dipersiapkan oleh Allah sebelumnya, yaitu hidup dalam kekudusan. Herman Ridderson mengatakan dalam bukunya bahwa:
Salah satu konsekuensi utama dari penciptaan manusia oleh Allah adalah tanggung jawab manusia kepada Allah. Karena Allah adalah Penciptanya, maka manusia harus memuliakan dan bersyukur kepada-Nya. Hidup bukan hanya eksistensi yang Allah berikan kepada manusia, tetapi terkait dengan bagi siapakah ia hidup dan mendedikasikan hidupnya.
Manusia adalah ciptaan Tuhan dan harus melaksanakan tanggung jawabnya hidup memuliakan Tuhan selama hidupnya. Manusia harus menyadari bahwa ia ada di dunia ini untuk mengabdikan seluruh keberadaan hidupnya bagi Allah Penciptanya. Bahkan manusia yang sudah diselamatkan oleh Allah harus hidup dalam perbuatan baik untuk kemuliaan Allah.
Perbuatan baik itu bukan semata-mata untuk membayar keselamatan melainkan respon dari mereka yang sudah diselamatkan. Allah menghendaki hidup orang percaya harus berpadanan dengan kasih-Nya. Bukan semata-mata berhutang dan hendak membayar kasih Allah, tetapi merupakan ungkapan syukur atas kasih Allah.
Keselamatan adalah anugerah Allah, tetapi Allah ingin orang yang sudah mengalami keselamatan membagi-bagikan kasih kepada orang lain dengan memberitakan keselamatan yang telah diperoleh dari Allah secara cuma-cuma, supaya orang lain turut mengalami kasih Allah yang menyelamatkan. Allah ingin manusia kembali hidup dalam kekudusan yaitu dengan melakukan pekerjaan baik dan tidak di per hamba oleh dosa. Paul G. Caram mengatakan di dalam bukunya:
gadget |
Kasih karunia tidak berarti membolehkan segala sesuatu. Dengan diberikannya kasih karunia, itu tidak berarti dosa diperbolehkan ataupun dimaklumi. Kasih karunia itu bukan berarti Allah memalingkan wajah-Nya dan berpura-pura tidak melihat dosa kita, atau karena mengetahui kelemahan moral kita Ia memaklumi ketidaktaatan kita.
Kasih karunia tidak pernah menghilangkan tanggung jawab kita untuk memelihara perintah-perintah Allah, sebaliknya memberdayakan kita untuk menaati semua itu. Gereja harus menyadari bahwa Allah memang mengampuni dosa-dosa kita dengan dara Yesus, tetapi Ia tidak menganggap enteng dosa-dosa kita. Sebaliknya, Ia menawarkan zat ilahi yang dinamakan kasih karunia ini sehingga kita dibebaskan dari cengkeraman dosa sehingga kita bisa melakukan kehendak Allah. Di mana dosa berlimpah, di situ kasih karunia dapat tersedia lebih berlimpah (Roma 5:20b).
Pernyataan di atas dengan jelas menunjukkan bahwa kasih karunia yang diberikan oleh Allah kepada manusia melalui pengampunan-Nya bukan untuk memberi kesempatan kepada manusia terus-menerus bertekun dalam dosa, melainkan memberi kuasa kepada manusia untuk hidup melakukan kehendak Allah.
2. Kuasa Untuk Melayani Tuhan
Orang yang sudah mengalami kasih karunia Allah akan diberikan kuasa melalui Roh Kudus untuk melayani Tuhan, karena keselamatan yang dianugerahkan bukan untuk dinikmati sendiri oleh manusia. Tujuan keselamatan orang percaya adalah untuk melayani Allah dan membagikan keselamatan itu kepada orang lain.
Panggilan untuk keselamatan disertai hak dan tanggung jawab untuk memelihara iman dan menyebarkan berita kesukaan bagi mereka yang belum mengenal Kristus.” Orang yang telah mengalami kasih karunia harus memberitakan Injil kepada orang lain dan Kuasa Roh Kudus yang memberi kemampuan serta menjadikan pelayanan berhasil untuk kemuliaan Allah.
3.Kuasa Untuk Melakukan Kehendak Allah
Di dalam Alkitab Penuntun tertulis: Mereka yang menjadi ciptaan baru di dalam Kristus menerima kasih karunia terus-menerus untuk menjalani kehidupan Kristen, menolak dosa dan melayani Allah. Orang percaya berjuang untuk hidup bagi Allah oleh kasih karunia-Nya yang bekerja di dalam mereka. Kasih karunia Allah bekerja dalam orang percaya yang sungguh-sungguh, hingga mereka rela dan bertindak menurut maksud baik Allah.
Melalui pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa:
Pertama, manusia yang sudah mengalami kasih karunia Allah, yang sudah diselamatkan merupakan ciptaan baru dalam Kristus dan memperoleh kuasa dari Allah melalui Roh Kudus untuk hidup dalam kekudusan, hidup menolak dosa dan menang terhadap setiap godaan dosa. Kuasa Roh Kudus yang memberdayakan orang percaya hidup menurut standar Allah, yaitu taat akan Firman-Nya.
Kedua, orang yang sudah diselamatkan oleh kasih karunia Allah akan berjuang hidup bagi Allah. Mereka tidak lagi hidup menurut kepentingan atau keinginan daging, tetapi cenderung hidup dalam kekudusan dan semuanya semata-mata bagi kemuliaan Allah.
Ketiga, kasih karunia yang Allah berikan kepada manusia bukan kesempatan untuk melakukan dosa, bukan hidup dalam ke sia-sian, tetapi memberdayakan manusia hidup melakukan hal-hal yang bermanfaat dan hidup dalam kekudusan. Kekuatan yang ada pada manusia tidak akan pernah dapat hidup dalam kekudusan, tetapi kuasa Allah yang ada dalam mereka memberi kekuatan dalam menjalani hidup kudus.
Keempat, kasih karunia Allah akan tetap bekerja di dalam diri orang percaya yang sungguh-sungguh, sehingga mereka rela dipimpin oleh Allah untuk bertindak sesuai dengan maksud baik Allah atau rencana Allah.
4.Memberi Kekuatan Menghadapi Masalah
Kasih karunia Allah bukan saja memampukan orang percaya untuk menang atas dosa, hidup dalam kekudusan, melayani Tuhan dan hidup bagi Allah, tetapi kasih karunia Allah selalu memberi kekuatan dalam setiap masalah. Dalam Alkitab Penuntun Hidup Berkelimpahan mencatat bahwa:
Kasih karunia adalah kehadiran, kemurahan, dan Kuasa Allah. Ini merupakan suatu daya, suatu kekuatan sorgawi yang dikaruniakan kepada mereka yang berseru kepada Allah. Kasih karunia ini akan berdiam dalam diri orang percaya yang setia, yang mengalami kelemahan dan kesukaran demi Injil (Filipi. 4:13).
Semakin besar kelemahan dan pencobaan kita karena Kristus, semakin besar kasih karunia yang akan diberikan Allah untuk melaksanakan kehendak-Nya. Kita harus bangga dan melihat nilai kekal dalam kelemahan kita, dengan demikian Kuasa Kristus ada bersama-sama kita dan diam dalam diri kita sementara kita menempuh hidup ini menuju ke rumah surgawi kita.
Jadi, dalam setiap masalah dan kelemahan yang dialami oleh orang percaya baik masalah secara jasmani maupun rohani mempunyai nilai yang berharga karena Allah bertujuan untuk menunjukkan bahwa Ia selalu mengasihi, menyertai dan memberi kekuatan dalam setiap kelemahan dan masalah. Allah ingin manusia tahu kekurangan, ketidakmampuan, dan ketidakberdayaan yang ada pada mereka sehingga mereka dapat mengenal Allah yang penuh kuasa, kasih dan rahmat. Ia tahu persis kelemahan dan masalah setiap manusia, tetapi tatkala manusia berseru dan berharap kepada Dia, maka Allah akan melimpahkan kemurahan-Nya dengan memulihkan hidup mereka.
Kesimpulan :
Berdasarkan hasil uraian penulis di atas tentang makna kata kharis / kasih karunia berdasarkan Efesus 2:8 dan implementasinya / penerapannya dalam kehidupan orang percaya masa kini, maka penulis dapat menarik kesimpulan sebagai berikut:
Pertama, kasih karunia adalah kehadiran Allah melalui Yesus Kristus ke dalam dunia, mati untuk menyelamatkan manusia, Ia bangkit dari kematian untuk memberi kemenangan bagi orang percaya dan Ia menyediakan tempat di surga bagi orang yang percaya kepada-Nya.
Kedua, kasih karunia merupakan anugerah keselamatan yang dianugerahkan oleh Allah secara cuma-cuma kepada manusia berdosa yang seharusnya dihukum dan dimurkai oleh Allah. Kasih karunia-Nya dilimpahkan secara gratis tanpa membayar atau membeli dari pihak manusia. Kasih karunia Allah tidak bersyarat, tidak dibeli dan tidak dibayar oleh manusia. Ia melimpahkan kasih-Nya sesuai dengan kehendak-Nya, kerelaan-Nya dan rencana-Nya.
Ketiga, kasih karunia merupakan kemerdekaan yang Allah berikan bagi manusia atas dosa, melepaskan dari kuasa iblis, memulihkan manusia untuk kembali bersekutu dengan Allah.
Keempat, kasih karunia Allah merupakan pengampunan-Nya bagi orang berdosa yang datang bertobat kepada-Nya dengan sungguh- sungguh. Pengampunan-Nya selalu ada tetapi Allah melimpahkan kasih karunia pengampunan bagi manusia bukan kesempatan untuk terus berbuat dosa.
Kelima, kasih karunia adalah kuasa Allah melalui kehadiran Roh Kudus yang memberdayakan setiap orang percaya untuk melawan godaan dosa, melakukan kehendak Allah, hidup dalam kekudusan dan memberi kemampuan melayani Tuhan serta menghadapi setiap masalah. AMIN_