ARTI AKULAH ROTI HIDUP (YOHANES 6:30-50)

Pendahuluan:

Perkataan Yesus, "Akulah roti hidup," yang terdapat dalam Yohanes 6:35, merupakan salah satu dari "pernyataan Aku adalah" (I am) yang terkenal dalam Injil Yohanes. Pernyataan ini mengandung makna teologis yang mendalam dan memberikan wawasan penting tentang siapa Yesus itu dan apa yang Dia tawarkan kepada umat manusia. Dalam konteks yang lebih luas, pernyataan ini menunjukkan bahwa Yesus adalah sumber kehidupan sejati yang diperlukan oleh setiap manusia, bukan hanya untuk hidup fisik, tetapi juga untuk hidup rohani dan kekal.
ARTI AKULAH ROTI HIDUP (YOHANES 6:30-50)
Mari kita menyelami makna perkataan ini dengan mendalami Yohanes 6:30-50 dan menguraikan berbagai dimensi yang terkandung di dalamnya.

Konteks Perkataan "Akulah Roti Hidup"

Yohanes 6:30-50 adalah bagian dari narasi yang lebih besar dalam Yohanes pasal 6, di mana Yesus berbicara kepada orang banyak setelah memberi makan lima ribu orang dengan lima roti dan dua ikan (Yohanes 6:1-14). Orang-orang yang mengalami mukjizat tersebut kemudian mengikuti Yesus, mencari lebih banyak tanda dan makanan. Dalam percakapan yang berlangsung, Yesus menggunakan kesempatan ini untuk mengajar mereka tentang makna yang lebih dalam dari roti yang baru saja mereka makan dan mengarahkan perhatian mereka pada kebutuhan rohani mereka yang lebih besar.

Yohanes 6:30-50

Mari kita lihat teks Yohanes 6:30-50 secara keseluruhan sebelum membahas lebih lanjut:

30 Kata mereka kepada-Nya: "Tanda apakah yang Engkau perbuat, supaya kami dapat melihatnya dan percaya kepada-Mu? Pekerjaan apakah yang Engkau lakukan?
31 Nenek moyang kami telah makan manna di padang gurun, seperti ada tertulis: Mereka diberi-Nya makan roti dari sorga."
32 Maka kata Yesus kepada mereka: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya bukan Musa yang memberi kamu roti dari sorga, melainkan Bapa-Ku yang memberi kamu roti yang benar dari sorga.
33 Karena roti yang dari Allah ialah roti yang turun dari sorga dan yang memberi hidup kepada dunia."
34 Maka kata mereka kepada-Nya: "Tuhan, berikanlah kami roti itu senantiasa."
35 Kata Yesus kepada mereka: "Akulah roti hidup; barangsiapa datang kepada-Ku, ia tidak akan lapar lagi, dan barangsiapa percaya kepada-Ku, ia tidak akan haus lagi.
36 Tetapi Aku telah berkata kepadamu: sungguhpun kamu telah melihat Aku, kamu tidak percaya.
37 Semua yang diberikan Bapa kepada-Ku akan datang kepada-Ku, dan barangsiapa datang kepada-Ku, ia tidak akan Kubuang.
38 Sebab Aku telah turun dari sorga bukan untuk melakukan kehendak-Ku, tetapi untuk melakukan kehendak Dia yang telah mengutus Aku.
39 Dan inilah kehendak Dia yang telah mengutus Aku, yaitu supaya dari semua yang telah diberikan-Nya kepada-Ku jangan ada yang hilang, tetapi supaya Kubangkitkan pada akhir zaman.
40 Sebab inilah kehendak Bapa-Ku, yaitu supaya setiap orang yang melihat Anak dan yang percaya kepada-Nya beroleh hidup yang kekal, dan supaya Aku membangkitkannya pada akhir zaman."
41 Maka bersungut-sungutlah orang-orang Yahudi tentang Dia, karena Ia telah mengatakan: "Akulah roti yang telah turun dari sorga."
42 Kata mereka: "Bukankah Ia ini Yesus, anak Yusuf, yang ibu bapa-Nya kita kenal? Bagaimana Ia dapat berkata: Aku telah turun dari sorga?"
43 Jawab Yesus kepada mereka: "Jangan kamu bersungut-sungut.
44 Tidak ada seorangpun yang dapat datang kepada-Ku, jikalau ia tidak ditarik oleh Bapa yang mengutus Aku, dan ia akan Kubangkitkan pada akhir zaman.
45 Ada tertulis dalam kitab nabi-nabi: Dan mereka semua akan diajar oleh Allah. Dan setiap orang, yang telah mendengar dan menerima pengajaran dari Bapa, datang kepada-Ku.
46 Hal itu tidak berarti, bahwa ada orang yang telah melihat Bapa. Hanya Dia yang datang dari Allah, Dialah yang telah melihat Bapa.
47 Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa percaya, ia mempunyai hidup yang kekal.
48 Akulah roti hidup.
49 Nenek moyangmu telah makan manna di padang gurun dan mereka telah mati.
50 Inilah roti yang turun dari sorga: barangsiapa makan dari padanya, ia tidak akan mati."

1. Makna "Roti Hidup" dalam Konteks Perjanjian Lama

Untuk memahami pernyataan Yesus tentang diri-Nya sebagai "roti hidup," kita perlu memahami latar belakang Perjanjian Lama, terutama pengalaman bangsa Israel di padang gurun ketika Allah memberikan manna sebagai makanan mereka. Orang-orang Yahudi yang berbicara kepada Yesus di sini mengacu pada peristiwa ini dalam Yohanes 6:31, ketika mereka berkata, "Nenek moyang kami telah makan manna di padang gurun."

Manna adalah makanan rohani yang diberikan oleh Allah kepada bangsa Israel selama perjalanan mereka di padang gurun (Keluaran 16). Meskipun manna adalah tanda pemeliharaan Allah yang ajaib, Yesus menjelaskan bahwa manna hanyalah gambaran atau bayangan dari sesuatu yang lebih besar. Manna hanya menyediakan makanan fisik sementara, yang pada akhirnya tidak bisa menghindarkan kematian. Semua orang yang makan manna tetap mati pada akhirnya.

Namun, Yesus menjelaskan bahwa ada roti lain yang berasal dari surga, yaitu diri-Nya sendiri. Dalam Yohanes 6:32-33, Yesus mengatakan bahwa roti yang benar dari surga diberikan oleh Bapa-Nya, dan roti itu adalah Dia sendiri. Berbeda dengan manna, Yesus sebagai roti hidup memberikan kehidupan yang kekal. Dia bukan hanya roti fisik, tetapi roti yang turun dari surga untuk memberi hidup kepada dunia.

2. Yesus sebagai Sumber Hidup Kekal

Di ayat 35, Yesus berkata, "Akulah roti hidup; barangsiapa datang kepada-Ku, ia tidak akan lapar lagi, dan barangsiapa percaya kepada-Ku, ia tidak akan haus lagi." Ini menunjukkan bahwa Yesus adalah sumber hidup yang memuaskan setiap kebutuhan rohani manusia. Sama seperti tubuh kita membutuhkan makanan fisik untuk bertahan hidup, demikian juga jiwa kita membutuhkan makanan rohani yang hanya dapat dipenuhi oleh Yesus.

Ketika Yesus mengatakan bahwa mereka yang datang kepada-Nya tidak akan lapar atau haus lagi, Dia merujuk pada kebutuhan terdalam dari jiwa manusia—kebutuhan akan kepuasan rohani, pengampunan dosa, dan hubungan yang benar dengan Allah. Tidak ada hal duniawi yang dapat memuaskan kebutuhan ini. Segala hal di dunia ini hanya memberikan kepuasan sementara, tetapi hanya Yesus yang bisa memuaskan secara penuh dan kekal.

Selain itu, pernyataan ini juga mengungkapkan bahwa kehidupan kekal adalah anugerah yang datang melalui Yesus. Mereka yang percaya kepada-Nya tidak akan mati secara rohani, melainkan akan memiliki hidup kekal di dalam Dia. Dengan menerima Yesus sebagai roti hidup, kita menerima janji kehidupan yang kekal bersama Allah.

3. Penolakan Orang Banyak dan Kesalahpahaman

Meskipun Yesus telah menjelaskan bahwa Dia adalah roti hidup yang turun dari surga untuk memberi hidup kepada dunia, banyak orang Yahudi pada waktu itu tidak dapat memahami atau menerima pernyataan ini. Yohanes 6:41 mencatat bahwa mereka "bersungut-sungut" tentang perkataan Yesus karena mereka tidak bisa menerima klaim-Nya sebagai roti yang turun dari surga.

Mereka menganggap Yesus hanya sebagai anak Yusuf, seseorang yang mereka kenal secara manusiawi (Yohanes 6:42). Mereka gagal memahami realitas rohani dari apa yang Yesus katakan. Penolakan mereka terhadap Yesus bukan hanya disebabkan oleh ketidakpahaman mereka terhadap identitas Yesus, tetapi juga oleh ketidakmauan mereka untuk percaya kepada-Nya.

Kesalahpahaman ini mencerminkan masalah yang lebih dalam, yaitu hati yang tidak mau tunduk pada kebenaran Allah. Yohanes 6:44 menjelaskan bahwa tidak ada seorang pun yang dapat datang kepada Yesus kecuali jika ditarik oleh Bapa. Ini menekankan bahwa iman kepada Yesus sebagai roti hidup adalah pekerjaan Allah dalam hati manusia. Hanya mereka yang diajar oleh Allah dan yang menerima pengajaran-Nya yang dapat datang kepada Yesus dan menerima hidup kekal (Yohanes 6:45).

4. Kehendak Bapa: Hidup Kekal Melalui Yesus

Yesus tidak hanya memperkenalkan diri-Nya sebagai roti hidup, tetapi Dia juga menjelaskan bahwa kedatangan-Nya dari surga adalah bagian dari kehendak Bapa. Dalam Yohanes 6:38-40, Yesus menegaskan bahwa Dia turun dari surga untuk melakukan kehendak Bapa yang mengutus-Nya, dan kehendak Bapa adalah supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya memperoleh hidup yang kekal.

Kehendak Bapa ini mencerminkan kasih-Nya yang besar bagi umat manusia. Bapa mengutus Yesus untuk memberikan hidup kepada dunia melalui pengorbanan-Nya di kayu salib, sehingga semua orang yang percaya kepada-Nya dapat memperoleh pengampunan dosa dan hidup kekal. Yohanes 3:16 menegaskan hal ini dengan berkata, "Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal."

Yesus, sebagai roti hidup, adalah jalan yang ditetapkan oleh Allah untuk membawa manusia kembali kepada-Nya. Melalui iman kepada-Nya, kita dijamin untuk dibangkitkan pada akhir zaman dan hidup bersama-Nya dalam kekekalan.

5. Perbedaan Antara Manna dan Yesus sebagai Roti Hidup

Dalam Yohanes 6:49, Yesus menyatakan, "Nenek moyangmu telah makan manna di padang gurun dan mereka telah mati." Pernyataan ini menggarisbawahi perbedaan mendasar antara manna yang dimakan oleh nenek moyang Israel dan Yesus sebagai roti hidup. Manna adalah makanan fisik yang menopang kehidupan sementara, tetapi tidak bisa menyelamatkan dari kematian. Semua yang makan manna pada akhirnya mati.

Namun, Yesus, sebagai roti hidup yang turun dari surga, memberikan kehidupan yang lebih besar—kehidupan yang tidak berakhir dengan kematian fisik. Yesus menawarkan hidup kekal kepada mereka yang percaya kepada-Nya. Di ayat 50, Yesus berkata, "Inilah roti yang turun dari sorga: barangsiapa makan dari padanya, ia tidak akan mati." Ini bukan berarti bahwa mereka yang percaya kepada Yesus tidak akan mati secara fisik, tetapi mereka akan hidup selamanya dalam hadirat Allah setelah kematian fisik.

Dengan kata lain, manna melambangkan makanan sementara yang hanya memenuhi kebutuhan fisik, sementara Yesus sebagai roti hidup memberikan makanan rohani yang membawa kepada kehidupan kekal. Yesus adalah jawaban atas kebutuhan rohani manusia yang paling mendalam.

6. Bagaimana Makan dari Roti Hidup

Pertanyaan penting yang perlu dijawab adalah, "Bagaimana kita makan dari roti hidup ini?" Apakah yang dimaksud Yesus ketika Dia berkata bahwa kita harus datang kepada-Nya dan percaya kepada-Nya?

Secara simbolis, "makan" dari roti hidup berarti percaya kepada Yesus, menerima-Nya sebagai Tuhan dan Juru Selamat, dan mengandalkan-Nya untuk keselamatan. Ketika Yesus berbicara tentang makan roti hidup, Dia mengajak kita untuk memiliki hubungan yang intim dengan-Nya, di mana kita mengakui ketergantungan kita sepenuhnya kepada-Nya untuk kehidupan rohani dan kekal.

Dalam Yohanes 6:47, Yesus berkata, "Sesungguhnya barangsiapa percaya, ia mempunyai hidup yang kekal." Oleh karena itu, "makan" dari roti hidup bukanlah tindakan fisik, tetapi tindakan iman. Percaya kepada Yesus adalah kunci untuk menerima hidup yang Dia tawarkan. Ini adalah undangan terbuka bagi siapa saja yang haus dan lapar secara rohani untuk datang kepada Yesus dan menemukan kepuasan yang sejati.

Kesimpulan

Pernyataan Yesus, "Akulah roti hidup," adalah deklarasi yang penuh dengan makna teologis dan rohani yang mendalam. Yesus menegaskan bahwa Dia adalah satu-satunya sumber kehidupan kekal yang dapat memuaskan kelaparan dan kehausan rohani manusia. Melalui iman kepada-Nya, kita tidak hanya menerima pengampunan dosa, tetapi juga jaminan hidup kekal bersama Allah.

Dalam dunia yang penuh dengan tawaran yang sementara dan kepuasan palsu, Yesus mengundang kita untuk datang kepada-Nya dan menerima hidup yang kekal. Sama seperti tubuh kita membutuhkan makanan untuk bertahan hidup, demikian juga jiwa kita membutuhkan Yesus sebagai roti hidup untuk memperoleh kehidupan kekal. Kiranya kita semua merespons undangan ini dengan iman yang sungguh-sungguh kepada Yesus, satu-satunya roti hidup yang turun dari surga untuk memberi hidup kepada dunia.

===========
Siapakah Tuhan Yesus? Tuhan Yesus bertanya kepada para murid-murid-Nya dalam Matius 16. Ada yang mengatakan Elia, Yohanes Pembaptis dan Petrus mengatakan bahwa Yesus adalah Mesias, Anak Allah Yang Maha Tinggi. 
ARTI AKULAH  ROTI HIDUP (YOHANES 6:30-50)
gadget, bisnis, otomotif
Tuhan Yesus mengatakan bahwa itu bukan dari Petrus melainkan Bapa di surga yang meletakkannya dalam hati Petrus. Akan tetapi siapakah Tuhan Yesus menurut kata Yesus sendiri? Ada 7 kali (angka sempurna) Yesus mengatakan, “Aku adalah ….” Apa artinya? Di dalam Bahasa Yunani, kalimat “Aku adalah Aku”, ditulis dengan Ego Eimi (ἐγώ εἰμι). Ego artinya aku, Eimi juga artinya sama dengan Ego. Ini double Ego. Sehingga diterjemahkan sebagai “Aku adalah Aku” (I am who I am).

Kalimat ini tidak bisa dile-paskan dari Nama Allah Yahweh yang muncul dalam kisah Musa (Keluaran 3:14). Septuaginta (Alkitab Yunani untuk Perjanjian Lama) menerjemahkan Nama Allah Yahweh pada ayat ini dengan “Ego Eimi”. Bagi orang Israel ketika Yesus Kristus menggunakan kata “Ego Eimi”, artinya Yesus sedang mengklaim dirinya sebagai Allah. Kalimat seperti ini berarti menghujat Allah bagi orang-orang Yahudi. Yesus telah menyamakan dirinya dengan Allah dan ini dianggap sebagai dosa terbesar. Itu sebab orang-orang Yahudi mau melempari Dia dengan batu (Yohanes 8:58-59a). 

John MacArthur ketika mengutip Yohanes 1:1 ia mengatakan, “in the beginning was the Word (preexistent with God), and the Word was with God (coexistent with God), and the Word was God (Self-existent with God)”, artinya Yesus sudah ada sebelumnya bersama-sama dengan Allah, Ia hidup berdampingan dengan Allah dan Ia sendiri adalah Allah yang terpisah dari Allah Bapa. Maka apa artinya ketika Tuhan Yesus mengatakan diri-Nya dengan “Aku adalah Aku”?

Pertama, Allah itu kekal dan tidak berubah (Ibrani 13:8). Allah Bapa, Allah Anak dan Allah Roh Kudus tidak terikat oleh waktu, tidak ada masa lampau/masa depan bagi Allah. Dia adalah eternal present. I am who I am (present tense), berarti Ia selalu hadir di manapun dan tidak mengenal waktu. Dia adalah Alfa dan Omega.

Kedua, Allah itu self-existent. Allah menyebabkan segala sesuatu tetapi Ia tidak disebabkan oleh apapun. Dia tidak bergantung kepada siapapun, ini artinya self-existent. Dia tidak bergantung kepada sekeliling dan sekitarnya. Matthew Henry katakan, “The greatest and best man in the world must say, by the grace of God I am what I am; but God says absolutely – and it is more that any creature, man or angel, can say – I am that I am.” Tuhan itu self-sufficient.

“I Am” yang pertama adalah “Akulah Roti Hidup”. Di dalam Alkitab ada dua kata dalam Bahasa Yunani untuk “hidup”. Biological life menggunakan kata bios (βίος), sedangkan Spiritual life menggunakan kata zoe (ζωή). Maka waktu Yesus berbicara mengenai Roti hidup, kata yang dipakai adalah zoe. Tuhan Yesus sedang menawarkan makanan rohani di sini. Dalam Efesus 2:1, Paulus me-ngatakan bahwa kita sudah mati karena pelanggaran dan dosa kita, sehingga kita membutuhkan Yesus sebagai Roti Hidup. Yesus adalah Roti Hidup yang memberikan hidup yang kekal.

Di dalam tradisi Yahudi mereka percaya bahwa Musa yang menurunkan manna dari surga, dan Mesias nantinya juga akan melakukan hal yang sama (Misradh Rabba on Eccles. 1:9). Tetapi Yesus ingin mereka mengetahui dengan jelas bahwa, 

(1) Yang menurunkan manna dari sorga bukanlah Musa, tetapi Allah Bapa. 

(2) Manna yang dimakan oleh nenek moyang itu hanya simbol dari roti yang sebenarnya. Roti yang sejati dari sorga adalah Yesus. Mesias bukanlah pembebas dari penjajahan Romawi melainkan dari perbudakan dosa. Akan tetapi mereka tidak ada kemampuan untuk percaya dan datang kepada Yesus karena karena natur keberdosaan mereka. John calvin mengatakan ada total depravity. 

Natur manusia yang rusak total tidak mungkin datang kepada Tuhan Yesus. Itu sebab Tuhan Yesus datang menawarkan hidup, tetapi banyak orang tidak mau percaya, karena tanpa Tuhan yang menarik kita berbalik kepada Dia dan jadikan kita ciptaan yang baru, kita tidak bisa mendengar Dia (1 Petrus 1:23, Yohanes 6:44). Ketika Allah Bapa menarik engkau dan saya pasti ada perlawanan di situ, kita punya natur yang fana, tetapi tidak akan mengalahkan tarikan Allah Bapa. Ini yang dinamakan irresistible grace, anugerah yang tidak tertahankan.

Adapun 3 ciri orang-orang yang memiliki Roti Hidup, yaitu: 

1. Pertama, kita menjadi satu dengan Kristus (union with Christ). Tidak ada apapun yang dapat memisahkan kita dari Kristus (Roma 8:38-39) karena memiliki Roti Hidup itu bukan berarti hanya makan saja lalu pergi, melainkan kita memiliki relasi dengan Dia. Mengapa pakai metafora roti? Karena roti itu adalah necessary for life. Roti itu mutlak untuk hidup kita. Jika betul Saudara dan saya punya Roti Hidup, kita tidak mungkin terpisah dari Kristus, karena Ia kini hidup di dalam hidup kita (Galatia 2:20).


2. Kedua, roti itu dimakan setiap hari. Di dalam Doa Bapa Kami dikatakan, “berikanlah kami makanan kami yang secukupnya (Matius 6:11) – give us this day our daily bread (ESV).” Roti adalah makanan pokok pada masa itu dan setiap hari kita memerlukannya. Jikalau Saudara dan saya sudah bersama dengan Roti Hidup setiap hari, maka kita harus makan Roti Hidup itu setiap hari dengan mendengar suara Tuhan, ikut pimpinan Tuhan dan penyertaan Tuhan melalui firman Tuhan. Jangan jadikan firman Tuhan ini adalah obat, kalau ada masalah atau sakit baru ambil. Firman Tuhan adalah nutrisi kita sehari-hari. Firman Tuhan harus kita makan setiap hari sebagai our daily bread (Mazmur 1:2-3).

3. Ketiga, roti adalah untuk setiap orang. Semua orang makan makanan pokok ini, dari orang miskin sampai orang kaya. Artinya saudara dan saya setelah menikmati roti hidup, kita tahu persis roti ini harus diberitakan kepada orang lain (lihat kisah Perempuan Samaria – Yohanes 4:1-42). 

Jika kita sudah memiliki Roti Hidup, maka kita akan memberitakan karena orang lain pun perlu. Karena “Akulah roti hidup; barang siapa datang kepada-Ku, ia tidak akan lapar lagi, dan barang siapa percaya kepada-Ku, ia tidak akan haus lagi.” (Yohanes 6:35). Amin. Tuhan Memberkati. –ARTI AKULAH ROTI HIDUP (YOHANES 6:30-50).  MF
Next Post Previous Post