MENJADI MURID YESUS YANG TANGGUH

MENJADI MURID YESUS YANG TANGGUH
Apa artinya menjadi seorang murid (disciple)? Arti yang sederhana dari murid (disciple) adalah seorang pelajar (learner) atau seorang pengikut (follower). Socrates mempunyai murid-murid, Yohanes Pembaptis mempunyai murid-murid, dan Mahatma Gandhi juga mempunyai murid-murid. Pemimpin-pemimpin ini tentunya menetapkan syarat-syarat tertentu ketika mereka memilih atau menerima murid. 

Pemimpin-pemimpin ini juga menetapkan tujuan dan juga cara bagaimana murid-muridnya dapat mencapai tujuan tersebut. Murid-murid harus mengadopsi tujuan yang ditetapkan gurunya menjadi tujuan hidup mereka. Murid-murid harus mengikuti cara-cara yang ditetapkan gurunya untuk mencapai tujuan tersebut. Itulah sebabnya mereka disebut pelajar dan pengikut. Lalu apa artinya menjadi murid Kristus? Syarat-syarat apa yang Kristus tetapkan untuk menjadi muridNya? Tujuan apa yang ditetapkan Kristus bagi para murid-Nya? Cara apa yang ditetapkan Kristus untuk mencapai tujuan tersebut? 

Syarat-syarat menjadi murid Yesus Kristus 

Pada suatu kali banyak orang berduyun-duyun mengikuti Yesus dalam perjalananNya. Sambil berpaling Ia berkata kepada mereka: … (Lukas 14:25) Pelayanan Yesus menarik begitu banyak orang. Yesus banyak melakukan mujizat. 

Dengan kuasa yang besar Yesus menyembuhkan banyak orang, meredakan angin ribut, mengusir roh jahat, memberi makan lima ribu orang dengan lima roti dan dua ikan, dan membangkitkan orang mati. Pengajaran-Nya membuat orang banyak takjub. Tidak heran begitu banyak orang berduyun-duyun mengikuti Yesus. Ketika Yesus melihat orang banyak ini, mulailah Ia menantang mereka untuk mengikut Dia sesuai dengan cara yang ditetapkan-Nya sendiri. 

“Jikalau seorang datang kepada-Ku dan ia tidak membenci bapanya, ibunya, isterinya, anak-anaknya, saudara-saudaranya laki-laki atau perempuan, bahkan nyawanya sendiri, ia tidak dapat menjadi muridKu” (Lukas 14:26). 

Yesus ingin mendapat tempat yang paling utama di dalam kehidupan para muridNya. “Barangsiapa mengasihi bapa atau ibunya lebih dari padaKu, ia tidak layak bagiKu; dan barangsiapa mengasihi anaknya laki-laki atau perempuan lebih dari padaKu, ia tidak layak bagiKu” (Matius 10:37). Yesus menuntut murid- murid mengasihi Dia lebih daripada mengasihi yang lain. 

Disinilah paradoksnya, orang-orang yang mengasihi Tuhan lebih daripada mengasihi bapa, ibu, isteri, anak-anak, dan saudara-saudaranya adalah orang-orang yang didapati sangat mengasihi orang lain. Musa dan Paulus adalah orang orang yang begitu mengasihi Tuhan dan sekaligus juga mengasihi bangsa Israel. Mereka mau “terhilang” asalkan bangsa Israel yang tegar tengkuk boleh diselamatkan oleh Tuhan (Keluaran 32:32; Roma 9:3). 

Syarat menjadi murid Kristus adalah kehidupan yang berpusat kepada Kristus (Christ centered) bukan berpusat pada diri sendiri (self centered). Murid-murid Kristus adalah orang-orang yang menyangkal diri (Lukas 9:23). Christ’s disciples are the ones who are willing to pay any price to have the will of God [not theirs] fulfilled in their lives.1 Murid-murid Kristus adalah orang-orang yang dapat berkata “Bukan kehendakku Bapa tetapi kehendak-Mu-lah yang jadi.” 

Murid-murid Kristus adalah orang-orang yang memikul salibnya setiap hari (Lukas 9:23). The disciples are the ones whose every area of their lives are determined from the Bible what is right and live it consistently regardless of the cost. 

Yesus Kristus juga menantang murid-murid untuk mempercayakan seluruh hidup mereka kepada-Nya. “Barangsiapa mau menyelamatkan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya; tetapi barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku, ia akan menyelamat-kannya” (Lukas 9:24). Inilah paradoks dalam mengikut Kristus. Martin Luther King, pejuang hak-hak kaum kulit hitam di Amerika yang mati terbunuh dalam usia 39 tahun mengadopsi prinsip ini. 

“My husband often told the children that if a man had done nothing that was worth dying for, then he was not fit to live. He said also that it’s not how long you live, but how well you live.” ~Coretta Scott-King, from “My Life with Martin Luther King”~

Pertanyaan terpenting bagi murid Kristus bukanlah berapa lama saya hidup di dunia ini tetapi apakah saya menjalani kehidupan yang sungguh memuliakan Tuhan. Tantangan Tuhan Yesus kepada orang banyak yang mengikutiNya jelas menuntut keseriusan, pemikiran yang sungguh-sungguh. Mereka harus mempertimbangkan baik-baik sebelum mengatakan “ya” (Lukas 14:28-32). Jalan di depan mereka adalah jalan yang mendaki, jalan yang sulit, jalan Salib. 

Apakah ada jalan yang lebih mudah yang mereka boleh pilih? Di dalam Lukas 14:34-35, Yesus memberikan gambaran akan kehidupan orang-orang Kristen yang tidak mau menjadi murid Kristus. Mereka seperti garam yang menjadi tawar, tidak ada lagi gunanya. Mereka akan dibuang dan kehidupan mereka tidak berarti bagi Kerajaan Allah. Orang banyak yang mengikut Yesus diperhadapkan kepada pilihan ini: hidup yang penuh perjuangan tetapi berarti dan memuliakan Tuhan atau hidup yang mudah tetapi tidak berarti di mata Tuhan. 

“Nobody likes the cross. Nobody likes to die. Nobody likes to deny himself. But this is what lordship is all about. A disciple is a disciplined one”.1 

Tujuan yang ingin dicapai sebagai murid Yesus Kristus 

Yesus telah berterus terang kepada orang banyak bahwa untuk menjadi murid-Nya diperlukan “harga” yang harus dibayar, diperlukan perjuangan yang konsisten. Lalu pertanyaannya adalah kehidupan seperti apa yang ingin dicapai Tuhan Yesus bagi para murid-Nya? Tanpa gambaran yang jelas akan tujuan yang akan dicapai, perjuangan akan mudah patah, “harga” yang harus dibayar akan terasa sangat mahal. Tuhan mempunyai rancangan damai sejahtera untuk para murid-Nya, bukan rancangan kecelakaan, untuk memberikan hari depan yang penuh harapan (Yeremia 29:11). 

1.Hidup yang bebas dari perbudakan dosa 

Di dalam Yohanes 8:31-32, Yesus mengatakan bahwa para murid-Nya adalah orang-orang yang hidup dalam kebenaran Firman Tuhan dan kebenaran itu akan membebaskan mereka dari perbudakan dosa. Muridmurid Kristus adalah orang-orang yang paling bebas di dunia ini. Mereka tidak lagi terikat untuk berbuat dosa. 

Mereka dapat mengatakan “tidak” kepada Iblis dan mengatakan “ya” kepada Tuhan. Walaupun dahulu mereka adalah budak dosa dan berada dalam kuasa dosa, tetapi darah Kristus sudah menebus mereka dan Yesus sudah membeli mereka menjadi milik-Nya sendiri. Menjadi murid Kristus berarti bebas dari belenggu dosa, bebas untuk hidup memuliakan Tuhan. Yesus mati bagi kita untuk menebus kita dari dosa, bukan saja dari hukuman dosa tetapi juga dari kuasa dan jerat dosa (Titus 2:14). 

2. Hidup yang memuliakan Tuhan melalui buahbuah rohani 

Murid-murid Kristus memuliakan Bapa di surga melalui buah yang banyak (Yohanes 15:8). Buah rohani dapat berupa orangorang yang dibawa kepada Kristus dan juga berupa karakter seperti Kristus (Galatia 5:22-23). Murid-murid Kristus tidak saja berpegang pada pengajaran yang sehat (sound doctrine) tetapi juga memuliakan Tuhan melalui kehidupan yang saleh yang tumbuh melalui hubungan pribadi dengan Tuhan. Jerry Briges menulis sebagai berikut:

“It is possible to be very orthodox in one’s doctrine and very upright in one’s behavior and still not be godly. Many people are orthodox and upright, but they are not devoted to God; they are devoted to their orthodoxy and their standards of moral conduct”.2 

Tiga pilar yang menjadi dasar dari kehidupan yang saleh adalah: 
· Takut akan Tuhan 
· Cinta akan Tuhan 
· Haus akan Tuhan 

Ketiganya ini harus menjadi dasar yang kokoh bagi kehidupan yang berbuah. Tanpa ketiga hal di atas, “buah” yang dihasilkan bukanlah buah Roh Kudus, tetapi “buah” yang muncul melalui “self-discipline” yang kaku dan tanpa cinta kasih (Wahyu 2:2- 4). Tanpa pekerjaan Roh Kudus dalam diri murid-murid Kristus, mereka tidak dapat memuliakan Tuhan (Yohanes 15:5). 

3. Hidup yang berkelimpahan 

Di dalam Yohanes 10:10b, Yesus secara jelas mengatakan bahwa Dia datang supaya para murid-Nya mempunyai hidup, dan mempunyainya dalam segala kelimpahan. Hidup yang berkelimpahan adalah hidup yang mencapai sasaran yang ditetapkan Pencipta. Jim Elliot, salah seorang misionari yang mati dibunuh ketika memberitakan Injil di Amerika Selatan, menulis: 

“He is no fool who gives what he cannot keep to gain that which he cannot lose.” 

Jim Elliot tahu bahwa hidupnya yang sementara di dunia ini suatu saat akan berakhir juga (you cannotkeep it), tetapi hidup kekal bersama Tuhan di surga adalah sesuatu yang tidak dapat lepas sekali ia menerima Kristus sebagai Tuhan dan juru selamatnya. 

Hidup Jim Elliot yang tidak terlalu panjang adalah kehidupan yang berlimpah di dalam Tuhan. Hidup berkelimpahan di dalam Tuhan adalah hidup di dalam rencana Tuhan yang sudah dipersiapkan bagi setiap murid Kristus. Tuhan tidak merancangkan kecelakaan untuk kita tetapi segala yang baik. Adakah semuanya ini mendorong kita untuk menjadi murid Kristus? 


Cara-cara yang Yesus Kristus tetapkan untuk mencapai tujuan tersebut Rasul Paulus menulis kepada Timotius, anak rohani yang dikasihinya, untuk mengingat tiga macam orang yaitu: prajurit yang baik dari Yesus Kristus, olahragawan, dan petani yang bekerja keras (2 Timotius 2:3-6). Ada beberapa hal yang dapat dipelajari dari ketiga macam orang di atas.

a) Discipline 

Prajurit yang baik tidak mungkin tidak berdisiplin, prajurit yang tidak disiplin pasti tidak berkenan terhadap komandannya. Prajurit yang baik harus mendisiplinkan hidupnya (tahan menderita) dan siap setiap saat untuk melaksanakan perintah komandannya. Demikian juga dengan olahragawan yang tidak disiplin pasti tidak dapat memenangkan perlombaan. Olahragawan harus mendisiplinkan hidupnya, apa yang dimakan, seberapa banyak yang dapat dimakan agar tidak menjadi gemuk dan tidak sulit untuk berlari. 

Olahragawan yang seenaknya sendiri berlatih tidak dapat menjadi juara. Petani juga harus berdisiplin, petani yang tidak disiplin pasti tidak akan menuai panen. Petani harus menanam bila memang waktunya untuk menanam dan harus menuai bila memang waktunya untuk menuai. Lewat waktu menuai, baru dituai akan mendapatkan tanam-tanaman yang sudah membusuk. Kehidupan Coleridge dapat menggambarkan betapa kehidupan yang tidak berdisiplin tidak menghasilkan apa-apa. 

Tom Landry, pelatih dari tim football Dallas Cowboys selama 30 tahun menulis: “

The job of a football coach is to make men do what they don’t want to do in order to achieve what they’ve always wanted to be.”3 

Adakah kita rindu mempunyai hidup yang berbuah, hidup yang berkelimpahan? Mungkin jawabnya adalah “YA”. Apakah kita mau membayar harganya? Apakah kita mau mendisiplinkan kehidupan kita? Apa jawab kita? Apakah kita menunggu Tuhan mendisiplinkan (menghajar) kita baru kita mulai mendisiplinkan hidup kita? 

b) Diligence 

Prajurit yang baik dituntut untuk rajin dan tidak bermalas-malas. Petani yang bekerja keras adalah yang pertama berhak menikmati tuaiannya. Petani yang bermalas-malas dan tidak menjaga tanamannya dari hama tidak menuai apa-apa. Olahragawan yang menjadi juara adalah mereka yang rajin berlatih. Terkadang untuk satu gerakan pukulan (misalnya servis atau smash) seorang pemain bulutangkis atau tenis harus berlatih berjam-jam setiap harinya. Inginkah kita menjadi murid Kristus yang memuliakan Tuhan dengan hidup kita? 

Jawabnya mungkin adalah “YA”. Tetapi seberapa rajin kita membaca Alkitab dan berdoa? Seberapa rajin kita mau menggali Firman Tuhan seperti seorang yang mencari harta karun (Amsal 2:4)? Menjadi lebih tua adalah sesuatu yang tidak diusahakan, tetapi menjadi lebih dewasa di dalam Tuhan diperlukan kerajinan untuk bersekutu dengan Tuhan, kerajinan untuk mentaati perintah Tuhan. Tuhan tidak menjanjikan kedewasaan rohani secara “instant”. 

c) Dependence 

Petani yang begitu disiplin dan rajin mencangkul, menanam, dan menjagai tanaman dari hama belum tentu menuai hasilnya. Tuhanlah yang memberikan hujan, Tuhanlah yang memberikan pertumbuhan. Prajurit yang begitu disiplin dan rajin berlatih pada akhirnya harus mengakui bahwa Tuhanlah yang memberikan kemenangan pada waktu pergi berperang. Tuhanlah yang melindunginya dari peluru atau anak panah musuh. Olahragawan yang berlatih keras juga harus mengakui bahwa Tuhan jugalah yang memberikan kesehatan. Tuhan yang melindunginya dari cedera pada saat bertanding. Mereka semua harus bergantung kepada Tuhan. 

Jika disiplin dan kerajinan adalah usaha yang semata-mata dikerjakan tanpa bergantung kepada Tuhan, yang dihasilkan adalah kehidupan yangi legalistik, kehidupan yang tidak menghasilkan buah Roh. Kehidupan yang bermoral dan beretika tinggi ini semata-mata dipusatkan kepada diri sendiri. Keangkuhan akan muncul, lupa bahwa hidup ini adalah anugerah dari Tuhan. Kehidupan seperti itu tidak berkenan di mata Tuhan. Di dalam 1 Korintus 13:3 Rasul Paulus mengingatkan jemaat di Korintus bahwa segala perbuatan baik dan mulia yang berpusat pada diri sendiri tidak berfaedah. 


Bergantung kepada Tuhan sepenuhnya untuk pertumbuhan rohani seseorang, bukan berarti orang itu diam saja. Dia harus berdisiplin dan rajin pada saat yang bersamaan dia bergantung sepenuhnya kepada Tuhan. Di dalam 1 Korintus 3:8, Rasul Paulus menulis bahwa Tuhan sendirilah yang memberikan pertumbuhan rohani kepada setiap orang percaya. 

Tetapi ada bagian yang tetap harus dikerjakan oleh setiap orang percaya yang ingin terus maju di dalam Tuhan. Seperti petani harus mencangkul tanah, menabur benih, dan memelihara tanaman dari hama. Tanpa itu semua tidak ada yang dapat dituai. Tetapi juga harus diingat kalau Tuhanlah yang memberikan hujan. Tanpa hujan dan air juga tidak ada yang dapat dituai. 

d) Perseverance 

Pada akhirnya, murid-murid Kristus diminta untuk bertekun. Tanpa ketekunan, mereka tidak memperoleh apa yang Tuhan janjikan (Ibrani 10:36). Murid-murid harus mengingat dan meneladani Tuhan Yesus yang tekun memikul salib supaya kita tidak menjadi lemah dan putus asa. Dalam melawan dosa, kita belum sampai mencucurkan darah (Ibrani 12:2-4). Setiap orang mempunyai analogi sendiri ketika melihat kehidupan ini. Ada yang menggambarkan kehidupan ini seperti “party”. Tentunya bagi orang ini yang terpenting dalam hidup adalah mencari kesenangan. 

Ada yang menggambarkannya seperti “war”. Bagi orang ini kemenangan adalah tujuan dari hidupnya. Ada juga yang menggambarkan kehidupan ini seperti orang yang sedang berlomba lari marathon. Bagi mereka, bertekun sampai garis akhir adalah hal yang paling utama. Pelari marathon yang berlari sampai garis akhir mungkin mengalami jatuh bangun selama perlombaan (Amsal 24:16), ada saat-saat di mana mereka ingin berhenti dan menyerah. 

Panas terik yang membuat cepat lelah atau angin sepoi-sepoi yang membuat mereka mengantuk. Tetapi muridmurid Kristus adalah orangorang yang terus berlari sampai garis akhir. Paulus menuliskan hal ini kepada jemaat di Filipi (Filipi 3:12-14). Paulus berlari-lari kepada tujuan untuk memperoleh hadiah, yaitu panggilan surgawi dari Allah dalam Kristus Yesus. 

Are you a sprinter or a marathon runner? It’s not how long you live, but how well you live. And how well you finish your lives.

Jong Herman Cahyadi 

References [1] Henrichsen, W. A., “Disciples are made, not born”, Chariot Victor Publishing, 1978. [2] Bridges, J., “The practice of godliness”, Navpress, 1996. [3] Whitney, D. S., “Spiritual disciplines for the christian life”, Navpress, 1991.https://teologiareformed.blogspot.com/
Next Post Previous Post