TETAP TEGUH DI DALAM INJIL (1 KORINTUS 1:30)
Pdt.Samuel T. Gunawan, M.Th.
“Tetapi oleh Dia kamu berada dalam Kristus Yesus, yang oleh Allah telah menjadi hikmat bagi kita. Ia membenarkan dan menguduskan dan menebus kita” (1 Korintus 1:30)
bisnis, gadget, otomotif |
PENDAHULUAN
NIV -“It is because of him that you are in Christ Jesus, who has become for us wisdom from God – that is, our righteousness, holiness and redemption”. Namun terjemahan yang lebih tepat adalah sebagai berikut, “tetapi karena Dia kamu berada dalam Kristus Yesus yang telah menjadi (sumber) hikmat bagi kita dari Allah (sumber) kebenaran dan (sumber) kekudusan dan (sumber) penebusan”. Jadi terjemahan ini lebih jelas dibandingkan terjemahan AITB yang menerjemahkannya menjadi “Tetapi oleh Dia kamu berada dalam Kristus Yesus, yang oleh Allah telah menjadi hikmat bagi kita. Ia membenarkan dan menguduskan dan menebus kita”.
JEMAAT YANG BERGESER DARI INJIL
Perlu diketahui bahwa saat pertama kali menerima Injil, jemaat di Korintus di dominasi oleh orang-orang yang rendah menurut “ukuran manusia” atau “ukuran duniawi” (berasal dari kata Yunani “kata sarka”). Namun faktanya, Allah berkenan memilih mereka. Dengan demikian disini rasul Paulus hendak menekankan kasih karunia Allah (lihat 1 Kointus 1: 4), bahwa mereka dipilih berdasarkan anugerah bukan karena status sosial mereka. Pilihan Allah atas hidup mereka tidak didasarkan atas kebaikan atau kelebihan mereka. Justru mereka sebenarnya tidak layak untuk dipilih, tetapi Allah berkenan memilih mereka. Pilihan berdasarkan anugerah ini bertujuan untuk “kataischune (memalukan)” orang berhikmat dan kuat serta untuk “katargese (meniadakan)” apa yang dianggap terhormat oleh dunia (1 Korintus 1: 27-28).
Lebih lanjut di 1 Korintus 1: 29 rasul Paulus menerangkan bahwa pilihan berdasarkan anugerah terhadap orang-orang yang dianggap rendah menurut ukuran dunia ini dilakukan agar tidak ada satu manusia pun yang “kauchaomai (memegahkan diri)” dihadapan Allah, termasuk jemaat di Korintus, seharuslah tidak boleh lupa diri dan menjadi angkuh dengan status mereka sekarang. Namun sayangnya, seiring berjalannya waktu jemaat di Korintus yang telah menjadi kaya secara materi, cerdas secara intelektual dan yang sangat kharismatik di dalam pelayanan, kini telah bergeser dari Injil dan menjadi sangat duniawi.
KEANGKUHAN, KEDUAWIAAN DAN PERPECAHAN
Dengan apa yang mereka miliki sekarang, mereka menjadi angkuh secara intelek, bejat secara moral (adanya incest, percabulan dan hawa nafsu), dan tidak dewasa secara spiritual. Karena itulah rasul Paulus menasehati mereka dalam 1 Korintus 1:11, secara positif agar mereka “to auto legete (seia sekata)”, dimana NIV menerjemahkan dengan “agree with one another (sepakat satu dengan yang lain)”. Namun terjemahan yang lebih tepat adalah “terus menerus mengatakan hal yang sama”, karena frase “to auto legete” ditulis dalam bentuk kalimat present aktif. Rasul Paulus juga menasehati agar jangan ada “schisma (perpecahan)” di antara mereka, satu sama lain. Mengapa ? Karena memang di Korintus sudah terjadi perpecahan antara kelompok (1 Korintus 1:12).
Bentuk jamak “Schismata (perpecahan-perpecahan” menunjukkan berbagai perpepecahan yang telah terjadi dalam jemaat Korintus. Adanya perpecahan dalam jemaat di Korintus ini di jelaskan rasul Paulus dengan kata Yunani “eris (perselisihan)”. Kata “eris” ini hanya muncul dalam tulisan rasul Paulus, terutama dalam daftar negatif yang harus dihindari (dibuang) oleh orang percaya. Perselihan ini disejajar dengan dosa percabulan, penyembahan berhala, sihir, 5:21 kedengkian, kemabukan, pesta pora dan sebagainya (Galatia 5:20; Roma 1:19; 13:13; Filipi 1:15; 1 Timotius 6:4; Titus 3:9). Dengan demikian “schisma (perpecahan)” yang terjadi dalam jemat di Korintus tersebut muncul dalam berbentuk “eris (perselisihan).”
Memang benar bahwa perpecahan utama yang terjadi dalam jemaat di Korintus adalah soal favoritisme kepemimpinan, yaitu ada orang-orang yang mengelompokkan diri ke dalam golongan Kefas, Apolos, Paulus, dan golongan Kristus (1 Korintus 1:12), namun bentuk jamak dari kata Yunani “eridas (perselisihan-perselisihan)” menyiratkan keberagaman konflik yang telah terjadi, antara lain : soal legalitas (6:1-11), soal pengetahuan (8:1-13), persoalan gender (11:1-16), soal status sosial ekonomi (11:17-34), dan soal karunia rohani (pasal 12-14). Semua itu telah menjadikan jemaat tersebut berselisih! Karena itu lebih lanjut rasul Paulus menasehati orang-orang percaya di Korintus supayan “katertismenoi (disatukan) dalam nous (pikiran) dan gnome (pendapat) yang sama. Artinya ialah agar jemaat di Korintus menunjukkan kesatuan baik dalam cara berpikir (nous) maupun isi pikiran (gnome).
Disini rasul Paulus tidak membicarakan tentang keseragaman tetapi kesatuan dari keberagaman. Artinya, dalam berbagai pendapat, aktivitas pelayanan dan karunia-karunia mereka memang berbeda, tetapi dalam hal Injil mereka harus memiliki pandangan yang sama (satu),bahwa hanya melalui Injil mereka diselamatkan dan di dalam Injil itu mereka menjalani kehidupan sebagai orang percaya. Rasul Paulus mengingatkan bahwa bagi orang percaya sudah merupakan hal yang final sebagaimana dinyakan di dalam Injil, bahwa “khiston theou dunamin kai theou sophian (Kristus kekuatan Allah dan hikmat Allah” (1 Korintus 1:24; Bandingkan Roma 1:16-17).
DISELAMATKAN KARENA MENERIMA INJIL
Pergeseran dari Injil segera terjadi ketika kecukupan Injil bagi keselamatan diganti dengan jasa, usaha dan perbuatan kita. Ketiganya, (legalisme, moralisme dan performanisme) walau berbeda dalam istilah tetapi merujuk pada hal yang satu, akan muncul ketika kewajiban-kewajiban perilaku terpisah dari deklarasi Injil (kasih karunia), ketika keharusan terputus dari indikasi Injil, ketika apa yang perlu kita lakukan menjadi tujuan akhir, bukan apa yang Yesus telah lakukan bagi kita. Karena alasaan tersebut di atas itulah rasul Paulus mengingatkan jemat di Korintus demikian, “Ingat saja, saudara-saudara, bagaimana keadaan kamu, ketika kamu dipanggil: menurut ukuran manusia tidak banyak orang yang bijak, tidak banyak orang yang berpengaruh, tidak banyak orang yang terpandang (1 Korintus 1:26).
Kata ingatlah dalam ayat ini diterjemahan dari kata Yunani “blepete”, yang ditulis dalam bentuk kata kerja present aktif indikatif. Karena itu lebih tepat diterjemahkan dengan “pertimbangkanlah berulangkali” atau “pikirkanlah berulangkali”. Jadi Paulus sebenarnya hendak mengatakan agar jemaat di Korintus memikirkan kembali keadaan ketika pertama kali menerima Injil, bahwa kebanyakan dari mereka bukanlah orang berhikmat, berpengaruh dan terpandang. Hal ini diperkuat dengan frase Yunani “ou polloi” yang diterjemahkan dengan “tidak banyak” dan diulangi sebanyak tiga kali. Artinya bahwa hanya sebagian dari jemaat Korintus yang dapat dikategorikan sebagai orang berhikmat, berpengaruh, dan terpandang.
ESENSI INJIL
Kata “Injil” berasal dari kataYunani “euangelion” dan kata kerjanya “euangelizo” yang berarti “kabar baik”. Injil yang rasul Paulus maksud disini terkait dengan keselamatan melalui karya Kristus (Efesus 1:13). Lalu apakah esensi Injil itu? Berdasarkan Roma 1:16-17; 4:23-25; 1 Korintus 15:1-4; Galatia 1:12; 2 Timotius 2:8, inti dari Injil adalah sebagai berikut : bahwa Injil itu merupakan kebenaran historis dan teologis tentang Yesus Kristus dan karyaNya yang menyelamatkan manusia. Secara historis, Injil berisi kisah faktual tentang Kristus yang hadir dalam sejarah manusia.
Mulai dari kelahiran atau inkarnasiNya, kehidupanNya, kematianNya di salib, penguburan dan kebangkitanNya. Namun tanpa makna teologis, maka peristiwa-peristiwa faktual tersebut hanya akan menjadi kisah sejarah belaka. Tetapi, tidak demikian dengan Kristus! Peristiwa-peristiwa sejarah tersebut merupakan peristiwa-peristiwa yang berisi kebenaran teologis yang bermakna: (1) kelahiranNya menggenapi nubuat para nabi tentangNya; (2) kehidupannya menunjukkan ketaatanNya yang sempurna pada hukum Taurat; (3) kematianNya merupakan tujuan misiNya, yaitu pendamaian bagi dosa-dosa manusia; dan (4) kebangkitanNya bagi pembenaran orang berdosa yang percaya kepadaNya.
Injil inilah yang diberitakan rasul Paulus yang mana menurut Michael S. Horton, “Paulus tidak menemukan Injil ini, tetapi secara langsung ia memperolehnya dari Kristus yang telah bangkit”. Injil itu oleh rasul Paulus disebut sebagai Injil kasih karunia. Itu merupakan nama yang diberikan kepada Injil yang diberitakan rasul Paulus (Efesus 3:1-11; 2 Timotius 2:8). Namun, hanya mengetahui kebenaran historis dan teologis tentang Injil saja tidaklah menyelamatkan. Setiap orang harus memberi dirinya percaya dan menerima Injil itu. “Tetapi semua orang yang menerimaNya diberiNya kuasa supaya menjadi anak-anak Allah, yaitu mereka yang percaya dalam namaNya” (Yohanes 1:12). Jadi disini orang diselamatkan (menjadi anak-anak Allah) karena mereka percaya dan menerima Kristus (melalui pemberitaan Injil).
KRISTUS SUMBER HIKMAT DARI ALLAH BAGI KITA
Setelah sebelumnya di 1 Korintus 1:24 menyebutkan bahwa Kristus adalah “sophia theou (hikmat Allah)”, rasul Paulus menjelaskan bahwa “khristô iêsou hos egenêthê sophia hêmin (Kristus Yesus telah menjadi hikmat bagi kita” (ayat 30). Kristus menjadi hikmat bukan hanya bagi jemaat di Korintus tetapi juga bagi semua orang percaya. Ini terlihat dari perubahan kata ganti “humeis (kamu)” dalam frase “humeis este en khristô iêsou (kamu berada dalam Kristus) menjadi “hêmin (bagi kita) dalam frase “egenêthê sophia hêmin apo theou (telah menjadi hikmat bagi kita dari Allah)”.
Semua orang percaya baik yang terpandang maupun tidak, dapat datang kepada Kristus karena Allah telah membuat Kristus menjadi hikmat yang sesungguhnya. Kristus yang tersalib. Kristus bukan hanya sumber hikmat bagi kita dari Allah, tetapi Ia juga “dikaiosunê te kai hagiasmos kai apolut rôsis(sumber kebenaran dan sumber kekudusan dan sumber penebusan)” bagi kita”. Karena keselamatan itu adalah anugerah (Efesus 2:8-9), maka kita tidak memiliki tempat untuk memegahkan diri (Roma 4:2). Jika kita bermegah maka kita hanya boleh bermegah “en kurio (di dalam Tuhan)”.
Hal ini rasul Paulus lakukan, bahwa ketika Ia bermegah dia bermegah hanya di dalam Allah (Roma 5:11) atau di dalam Kristus saja (Roma 15:17; Galatia 6:14; Filipi 3:3). Dengan memahami dasar kemegahan yang benar ini, maka kita tidak akan menaruh kesombongan pada hal-hal yang dianggap hebat oleh dunia. Sebaliknya kita akan justru memuji memuliakan Allah karena kesetiaanNya. Ketika Rasul Paulus mengatakan, “pistos ho theos (Tuhan kita adalah setia)” dalam 1 Korintus 1:9, maka ia hendak mengingatkan kepada jemaat di Korintus bahwa keyakinan akan keselamatan didasarkan pada Allah saja. Keyakinan akan kesetiaan Allah inilah yang membentuk dasar bagi pelayan rasul Paulus dan memampukannya untuk memberitakan pesan yang pasti dan meyakinkan dari Injil (2 Korintus 1:18).
JANGAN MAU DIGESER DARI INJIL
Akhirnya, sebagaimana Paulus mengingatkan jemaat di Korintus yang telah menjadi angkuh dan bergeser dari Injil, karena lebih tertarik kepada hikmat duniawi yang menyebabkan mereka tergoda memandang Injil sebagai sesuatu yang bodoh dan tidak menarik, lalu memberitakannya menurut filsafat dan hikmat duniawi. Cara yang nampaknya mampu membuat orang tertarik tetapi kontras dengan hakikat Injil, saya mengingatkan kita semua,“Kuasa dalam pemberitaan Injil tidak terletak pada metode dan teknik. Bukan juga pada kata-kata yang dirangkai indah dan hikmat manusia. Tetapi terletak dalam keyakinan dan ketergantungan pada kuasa Roh dan kesetiaan pada Inti berita Injil, yaitu Yesus Kristus (1 Korintus 2:1-5; Kisah Para Rasul 1:8).
Karena itu, jangan pernah menyesuaikan berita Injil dengan alasan apapun hanya agar berita Injil itu dapat diterima dan relevan dengan filsafat dan pemikiran manusia, namun tidak menghasilkan kehidupan yang diubahkan. Allah telah menetapkan Injil sebagai satu-satunya kabar baik bagi dunia yang terpuruk agar diselamatkan (Roma 1:16-17). Kita harus kembali kepada esensi Injil yang benar (1 Korintus 15:3-4), walaupun hal itu nampak sederhana, tidak menarik dan tidak relevan dengan tuntutan zaman. Ingatlah ini, Allah telah mengubah kita dengan penuh kuasa hanya melalui Injil.
Baca Juga: Hanya Ada Satu Injil Yang Benar
Kita menerima warisan rohani kita dalam Yesus Kristus ketika kita percaya pada pemberitaan Injil dan berpegang teguh pada Injil itu. Di dalam Injil kita diselamatkan, dibenarkan, dikuduskan, didewasakan, dan disempurnakan. Di dalam Injil kita mendapatkan kekayaan, hikmat, dan kuasa Allah. Hanya Injil yang menjadi jaminan bagi keselamatan kita dari awal hingga akhir, di dunia dan dikehidupan yang akan datang.
Dengan demikian, Injil bukan sekedar kabar baik tetapi Injil adalah satu-satunya kabar baik yang dunia dan kita butuh. Injil adalah hidup kita, jalan hidup kita, cara hidup kita, teologi kita dan pandangan hidup kita terhadap dunia. Injil adalah Jangkar kita dan pengharapan kita yang menguatkan kita. Karena itu, jangan pernah mau diegeser sedikitpun dari Injil yang telah menyelamatkan kita dan memelihara kita dari awal hingga akhirnya (Kolose 1:23). Milikilah keyakinan yang kokoh terhadap Injil! (Roma 1:16-17) bahwa Injil saja cukup bagi kita”.TETAP TEGUH DI DALAM INJIL (1 KORINTUS 1:30)