AJARAN TENTANG DOSA DAN KESELAMATAN

AJARAN TENTANG DOSA DAN KESELAMATAN
1.DOSA.

Karena semua orang telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah. Sebab upah dosa ialah maut; tetapi karunia Allah ialah hidup yang kekal dalam Kristus Yesus, Tuhan kita. Roma 3:23 dan 6:23

Adam dan Hawa adalah manusia yang pernah hidup dalam keadaan tanpa dosa dan berdosa. Setelah berdosa, mereka harus menerima konsekwensinya berhadapan dengan penghukuman Allah, yaitu kematian.

Alkitab mulai dan Kejadian 3 - Wahyu 20 membicarakan berulang kali kenyataan dosa manusia dan intervensi dalam menyediakan keselamatan. Hanya 4 pasal yang mengabaikan pokok dosa yaitu Kejadian 1 dan 2 (Pra-Dosa) dan Wahyu 21 dan 22 (Post-Dosa). Jadi meskipun dosa ini bukanlah sebagian dan sejarah manusia yang mula-mula, ia menjadi kenyataan utama sejarah manusia seterusnya, sampai periode akhir.

Alkitab tidak menjelaskan secara terperinci dan tegas asal-usul dosa. Namun Alkitab menjelaskan dengan tandas, bahwa Setan adalah agen supranatural, pembawa dosa ke dalam ciptaan Allah, termasuk juga kepada manusia (bandingkan Yesaya 14; Yehezkiel 28). Suatu hal yang dinyatakan secara tegas oleh Alkitab, bahwa manusia diciptakan tanpa dosa dan dengan tujuan dan misi yang khusus dan Allah penciptanya.

Kejadian 3 adalah pasal utama yang membicarakan dosa masuk ke dalam sejarah manusia. Kehadiran dosa mempengaruhi secara luar biasa akan kepribadian manusia dan hubungannya dengan Allah. Dosa secara radikal mengubah sejarah, misi dan tujuan manusia.

Realita dosa yang membawa serta pengaruh dan akibat jahat mendekati manusia sehingga secara sadar dan suka rela ia memihak dosa, dan melanggar perintah Allah. Dosa akhirnya menerobos, mengembang, dan menguasai manusia.

Kejatuhan dan Keberdosaan

Peristiwa kejatuhan manusia ke dalam dosa adalah peristiwa sejarah dan bukan sekedar dongeng atau mitos. Alkitab menjelaskan bahwa Adam dan Hawa adalah manusia pertama yang ada dalam sejarah yang mengakibatkan semua manusia yang lahir setelah mereka lahir dalam keadaan yang berdosa. Mazmur 51:7, ”Sesungguhnya, dalam kesalahan aku diperanakkan, dalam dosa aku dikandung ibuku.”

Dosa bukanlah sekedar sebuah ide atau konsep tentang kekurangan atau ketidakbaikkan. Alkitab menyatakan dosa adalah fakta, bahwa manusia telah melanggar perintah Allah.

Istilah

Ajaran Alkitab tentang dosa, diperoleh melalui istilah-istilah yang dipakai dalam Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru. Ternyata istilah-istilah dosa „lebih banyak‟ dibanding dengan istilah-istilah untuk anugerah.

Hanya ada 3 istilah untuk anugerah (kasih karunia), yaitu: ‟Chen‟ dan ‟Chesed‟ dalam Perjanjian Lama dan ‟Charis‟ dalam Perjanjian Baru.

Sedang secara kontras ada 8 istilah pengertian dosa dalam Perjanjian Lama dan 12 dalam Perjanjian Baru.

Perjanjian Lama

1. Chata, muncul sebanyak 522 kali. Artinya ‟tidak mencapai sasaran‟ (to miss the mark). Kata Yunani yang sama untuk ini adalah „hamartano‟, yaitu tidak tercapainya sasaran yang tepat atau benar. Artinya mencapai sasaran yang salah. Ini berkaitan dengan moral yang buruk, penyembahan yang sia-sia dan lainnya (Keluaran 20:20; Hakim-Hakim 20:16; Amsal 8:36 dan 19:2).

2. Ra, muncul sebanyak 444 kali. Arti dasarnya adalah ‟merusak‟. Kata Yunaninya adalah ‟kakos‟ atau ‟poneros‟.

3. Ketidaktaatan selalu melibatkan arti positif dan negatifnya. Meleset dari sasaran yang benar, berarti mengena pula pada sasaran yang salah.

Perjanjian Baru

1. Kakos, artinya: buruk, jelek, jahat dan busuk. Kadang juga digunakan terhadap kebusukkan secara fisik (Markus 1:32) dari segi keadaan. Tapi kata sifat  menunjukkan segi moralnya (Matius 21:41; 24:48; Markus 7:21; Kisah Para Rasul 9:13; Roma 12:17; 13:3-4; 10; 16:19 & 1 Timotius 6:10).

2. Poneros, artinya: secara dasar untuk sesuatu yang jahat dan selalu berhubungan dengan moral yang jahat (Matius 7:11; 12:39; 15:19; Kisah Para Rasul 17:5; Roma 12:9; 1 Tesalonika 5:22; Ibrani 3:12; 2 Yohanes 11). Juga digunakan untuk setan (evil): Matius 13:19; 38; 1 Yohanes 2:13-14; 5:18 dan berhubungan dengan roh jahat: Lukas 11:26; Kiah Para Rasul 19:12).

3. Asebes, artinya: fasik, tak mengenal Tuhan (godless). Istilah ini terdapat lebih banyak dalam surat-surat 2 Petrus, dan Yudas berkaitan dengan kefasikan guruguru palsu. Orang yang belum diselamatkan disebut orang fasik (Roma 4:5 – ‟orang durhaka”, lihat juga 5:6). Kadang-kadang kata ini digunakan bersama kata lain, seperti Roma 5:18; 1 Timotius 1:9; 1 Petrus 4:18.

4. Enochos, artinya: dosa (guilty) dan biasanya menunjukan kepada seseorang yang tindak kejahatannya layak untuk mati (Matius 5:21-22; Markus 14:64; 1 Korintus 11:27; Yakobus 2:10).

5. Hamartia, istilah ini sering digunakan untuk pengertian dosa. Muncul dalam berbagai bentuk, kira-kira sebanyak 227 kali. Artinya: tak tercapai (meleset) sasaran, juga termasuk dalam pengertian mencapai sasaran yang salah. Kalau istilah ini digunakan dalam Injil-Injil, selalu konteksnya dengan pengampunan dan keselamatan (Matius 1:21; Yohanes 1:29). Ayat-ayat lain: Kisah Para Rasul 2:38; Roma 5:12, 6:1; 1 Korintus 15:3; 2 Korintus 5:21; Yakobus 1:15; 1 Petrus 2:22; 1 Yohanes 1:7; 2:2; Wahyu. 1:5.

6. Adikia, kata ini menunjuk kepada setiap tindakan yang tidak benar. Dipakai bagi orang-orang yang tidak percaya (Roma 1:18). Terhadap uang (Lukas 16:9), penggunaan salah bagian tubuh (Roma 6:13; Yakobus 3:6), dan juga perbuatanperbuatan (2 Tesalonika 2:8).

7. Parabates, artinya: durhaka (transgressor), pelanggaran khusus kepada hukum (Roma 2:23; 5:14; Galatia 3:19; Ibrani 9:15).

8. Anomos, artinya: kejahatan (iniquity), hubungan dengan melawan hukum (Matius 13:41; 24:12; 1 Timotius 1:9). Secara eskatologis, pengertian ini menunjuk kepada anti kristus, pelawan hukum (2 Tesalonika 2:8).

9. Agnoein, artinya: kelalaian menyembah kepada Allah yang benar. Kelalaian ini juga karena ketidaktahuan, namun diperhitungkan sebagai dosa yang menuntut korban penebusan (Ibrani 9:7). Juga Kisah Para Rasul 13:27 & Roma 2:4.  

10. Planao, artinya: manusia bisa menipu dirinya sendiri (1 Yohanes 1:8) dan setan dapat menyesatkan seluruh dunia (Wahyu 12:9; 20:3, 8).

11. Paraptoma, artinya: pelanggaran (dengan sengaja). Paulus menggunakan kata ini 6 kali dalam Roma 5:15-20. Juga Matius 6:14; 18:35; 2 Korintus 5:19; Galatia 6:1; Efesus 2:1 & Yakobus 5:16).

12. Hypocrisis, artinya: berpura-pura / munafik. Guru-guru palsu pada akhir zaman sukanya berpura-pura, bukan yang sebenarnya. Dan banyak orang yang akan mengikuti mereka (1 Timotius 4:2). Pertama menipu dirinya sendiri, barulah akan menipu orang lain.

Kesimpulan

1. Selalu ada standar yang jelas untuk melawan dosa yang diperbuat.

2. Rata-rata semua dosa adalah pemberontakan melawan Allah dan pelanggaran terhadap standar-Nya.

3. Perlu ada pertanggungjawaban dari manusia atas apa yang diperbuatnya.

Ajaran Kristus Tentang Dosa

Melalui ajaran-ajaran-Nya, Tuhan Yesus juga menyinggung tentang dosa. Dan istilah yang dipakai adalah: 1. Sacrilege, berarti pencemaran tempat suci (Markus 11:15-18). 2. Hypocrisy, artinya: kemunafikan (Matius 23:1-16).

3. Covetousness, artinya: ketamakan (Lukas 12:15).

4. Blasphemy, artinya: penghinaan atau penghujatan kepada Tuhan (Matius 12:22-37).

5. Trangressing the Law, artinya: melanggar hukum (Matius 15:3-6).

6. Pride, artinya: kesombongan (Matius 20:20-28; Lukas 7:14).

7. Being a Stumbling Block, artinya: jadi bau sandungan (Matius 18:6).

8. Disloyalty, artinya: tidak loyal (Matius 8:19-22).

9. Immorality, artinya: tidak bermoral (Matius 5:27-32).

10. Fruitlessness, artinya: tidak menghasilkan buah (Yohanes 15:16).

11. Anger, artinya: kemarahan (Matius 5:22)

12. Sins of Speech, artinya: dosa-dosa karena lidah (Matius 5:33 & 12:36).

13. Showing Off, artinya: suka pamer (Matius 6:1-18).

14. Lack of Faith, artinya: kurang beriman (Matius 6:25).

15. Irresponsible Stewardship, artinya: pengabdian yang tak dapat  dipertanggungjawabkan (Matius 25:14-30; Lukas 19:11-27).

16. Prayerlessness, artinya: kurang doa (Lukas 18:1-8).

Kategori Tentang Dosa

1. Pelanggaran-pelanggaran terhadap hukum Musa.

2. Ketidaksaman dosa-dosa.

3. Sikap batiniah yang salah.

4. Ragi (menggambarkan ketidakkudusan atau kejahatan), terkecuali Matius 13:33.

a. Ragi orang Farisi adalah eksternalisme. Lahiriah suci (Matius 5:20), batiniah tidak (Matius 23:14; 26; 29).

b. Ragi orang Saduki adalah menyebarkan ajaran palsu (Matius 16:6).

c. Ragi orang Herodian adalah sekularisme & keduniawian. Menggunakan kekuasaan dunia untuk mempromosikan hal-hal rohani (Matius 8:15).

Sumber Dosa

1. Setan (Yohanes 8:44).

2. Dunia (Yohanes 15:18-19).

3. Hati (Matius 15:19).

Luasnya Dosa

Pernyataan dari Tuhan Yesus bahwa hanya Allah saja yang baik dan tidak seorang manusia pun yang baik (Matius 19:17). Ia juga menyatakan keduabelas pilihan-Nya juga jahat (Lukas 11:13), walaupun Ia menyadari bahwa mereka melakukan hal-hal yang baik.

Semua orang telah berbuat dosa (Roma 3:23; Mazmur 14:2-3), karena itu doa bersifat universal.

Konsekwensi Karena Dosa

1. Efek Terhadap Tujuan. Dosa menyebabkan manusia sesat. Dan dosa akan membawa manusia kepada penghukuman (Lukas 12:20).

2. Efek Terhadap Kemauan. Tuhan Yesus menyatakan bahwa orang-orang Farisi menjadi budak terhadap keinginan-keinginan jahat (Yohanes 8:44).

3. Efek Terhadap Tubuh. Tidak semua penyakit karena dosa, tapi ada dosa yang membawa penyakit untuk Tubuh (Yohanes 9:3).


4. Efek Terhadap Orang Lain. Rata-rata dosa-dosa yang diperingatkan melalui khotbah di bukit membawa efek terhadap orang lain (Lukas 20:46-47).

Pengampunan Terhadap Dosa

1. Dasar dari pengampunan dosa adalah kematian Kristus. Tuhan Yesus sendiri menegaskan bahwa kematian-Nya adalah jalan bagi pengampunan dosa (Matius 20:28; 26:29).

2. Ratifikasi dari pengampunan. Orang yang sudah diampuni patut mengampuni orang lain (Matius 6:14-15; 18:21-35; Lukas 17:3-4).

DOSA WARISAN

Keadaan berdosa yang melekat pada diri seseorang sejak dilahirkan.

Fakta Rohani

1. Efesus 2:3 – Secara kedagingan kita semua anak-anak yang dimurkai.

2. Mazmur 5: 5, 7 – Memberi indikasi tentang dosa warisan ini yang kita punyai sejak dalam kandungan dan bukan sesuatu yang timbul selama masa hidup.

 3. Fakta-fakta lain:

 - Intelektual dibutakan (2 Korintus 4:4).  

- Pikirannya terkutuk (Roma 1:28).

 - Pengertiannya gelap, terpisah dari hidup yang dari Allah (Efesus 4:18).  

- Emosinya menyenangi hal-hal yang hina dan kotor (Roma 1:21, 24, 26).

- Kehendak/kemauannya terbelenggu oleh dosa, karena itu selalu berlawanan dengan Allah (Roma 6:20, 7:20).

Total Depravity

Depravity berarti manusia gagal dalam tes memperkenankan Allah. Kegagalan ini adalah secara menyeluruh, baik terhadap segala kebereadaannya sendiri maupun berakibat terhadap sesama. Gambar Allah menjadi puing-puing kehancuran. Manusia masih bisa berbuat baik dan dihargai oleh sesama tetapi tidak berarti di hadapan Allah apalagi hubungan dengan keselamatan di hadapan Allah (Yesaya 64:6).

Pinalti (Hukuman), Hubungan Dengan Dosa Warisan

Pinalti yang berhubungan dengan dosa warisan adalah kematian secara rohani. Kematian secara rohani berarti terpisah dari Allah dalam hidup sekarang ini. Dan kalau kondisi ini tidak berubah sampai ajal, maka kematian kedua akan menyusul (Efesus 2:1-3, Wahyu 20:11-15).

Obat / Penyembuhan

1. Kehidupan baru di dalam Kristus oleh iman yang dapat mengatasi daging (Roma 8:1; Galatia 5:24). 2. Karunia Roh Kudus yang memberi kuasa kepada orang percaya untuk hidup secara bebas dari pengaruh dan kuasa hidup lama.

DOSA IMPUTASI

Berasal dari kata Imputation (Latin: Imputare) yang berarti memperhitungkan atau mendakwakan pada seseorang. Menyifatkan atau memperhitungkan sesuatu kepada seseorang.

1. Imamat 7:18 & 17:4, memberi indikasi bahwa kurang diberkati & dosa diperhitungkan kepada orang Israel yang tidak mengikuti upacara-upacara persembahan-persembahan.

2. Mazmur 32:2, kebahagiaan seseorang, karena Allah tak memperhitungkan pelanggarannya.

3. Roma 5:13, dosa tidak diperhitungkan kalau tidak ada Hukum Taurat.

4. Roma 4, iman Abraham diperhitungkan Allah sebagai kebenaran. Juga Daud sesudah pengakuan terhadap dosanya (Yakobus 2:23 dan 2 Korintus 5:19).  

5. Filemon, ke sanalah Onesimus ditanggungkan kepada Paulus.

Azas Imputasi

1. Imputasi dosa Adam kepada keturunannya / umat manusia (Roma 5:12-21).

2. Imputasi dosa manusia kepada Kristus (2 Korintus 5:19 dan 1 Petrus 2:25).

3. Imputasi kebenaran Kristus kepada orang beriman (2 Korintus 5:21).

Transmisi Dosa Imputasi

Dosa ini dipindahkan langsung dari Adam kepada setiap orang dalam setiap generasi. Sedang dosa warisan melalui perantara dalam setiap generasi (Contoh: dosa warisan datang kepada saya melalui orangtua saya).

Pinalti Terhadap Dosa Imputasi

Kematian secara fisik merupakan pinalti terhadap dosa imputasi (Roma 5:13-14), sedangkan pinalti terhadap dosa warisan adalah kematian secara rohani.

Cara Penyelesaian / Obat Bagi Dosa Imputasi

Obatnya adalah imputasi kebenaran Kristus kepada manusia. Pada saat seseorang menaruh imannya kepada Kristus, pada saat itu kebenaran Kristus diimputasikan kepada orang tersebut.

Sama seperti ‟semua orang di dalam Adam‟, demikian juga ‟semua orang beriman kepada Kristus‟. Berada di dalam Kristus mempunyai arti bahwa kebenaran-Nya adalah kebenaran kita.

DOSA PRIBADI

Setiap dosa yang diperbuat oleh seseorang itu setiap saat selama hidupnya.

Roma 3:9-18 menjelaskan tentang penghukuman untuk semua orang atas dasar dosa-dosa yang telah dilakukan secara pribadi. Penghukuman itu bedifat universal dan didasarkan atas perbuatan-perbuatan jahat baik melalui kata dan tindakan. Nats lainnya menyebut tentang dosa-dosa secara spesifik:

- Dusta (1 Yohanes 1:6). - Diskriminasi (Yakobus 2:4).

 - Keduniawian (1 Korintus 3:1-4).  

- Kedagingan (Galatia 5:19-21), yang meliputi: sihir, imoralitas, roh pemecah dan kedengkian.  

2.KESELAMATAN

Dan keselamatan tidak ada di dalam siapa pun juga selain di dalam Dia, sebab di bawah kolong langit ini tidak ada nama lain yang diberikan kepada manusia yang olehnya kita dapat diselamatkan. Kisah Para Rasul 4:12

Kehidupan setiap manusia di dunia yang fana ini tidak akan berjalan lama. Ada saatnya kita harus meninggalkannya. Suka tidak suka. Mau tidak mau. Siap tidak siap. Menolak atau tidak menolak. Senang tidak senang. Kalau kematian menyapa, segala upaya untuk mempertahankan kehidupan tidak akan berdaya. Tidak peduli masih anak-anak, muda belia, dewasa apalagi tua bangka. Tidak peduli sedang sangat sehat sekali, sehat, kurang sehat, sakit, sakit berat apalagi sekarat. Yang pasti kehidupan di dunia ini hanya sementara.

Lalu apa yang terjadi setelah mati? Hilang begitu sajakah? Atau ada kehidupan lain lagi? Ya ... ada! Tinggal pilih hidup di Surga atau Neraka. Di tempat yang ini, kehidupannya bersifat kekal. Tidak ada kemungkinan mati lagi. Tentu saja semua orang akan memilih ke Surga. Apakah bisa? Lalu bagaimana caranya untuk pergi ke Surga? Maka melalui pemahaman tentang keselamatan ini, maka kita akan mengetahui cara ke Surga, yang sudah dipersiapkan oleh Allah, yang semuanya sudah dijelaskan di dalam Alkitab.

Ada aneka pemahaman tentang cara, supaya bisa selamat dari hukuman neraka yang kekal, yang dilakukan oleh umat manusia sepanjang sejarah:

Non-Agama Kristen : - Mutlak merupakan tanggungjawab manusia. - Tidak tahu, tidak jelas atau tidak pasti. - Terserah Tuhan saja.

Agama Kristen : - Mutlak merupakan tanggungjawab manusia. - Tidak tahu, tidak jelas atau tidak pasti. - Terserah Tuhan saja. - Melalui surat pengampunan. - Melalui Tuhan Yesus. - Melalui Tuhan Yesus + (tambah) perbuatan. - Melalui Tuhan Yesus (dan) perbuatan - Anugerah Allah - Melalui percaya kepada Yesus Kristus

Bagaimana dengan Anda?

Permasalahan Doktrin Keselamatan

Doktrin keselamatan adalah suatu doktrin yang sederhana, tetapi juga kompleks. Namun inilah suatu doktrin yang perlu dimengerti secara tepat karena suatu „anathema‟ (kutuk) diletakkan di atas siapa pun, termasuk malaikat-malaikat dan pendeta-pendeta serta utusan-utusan injil yang mengkhotbahkan Injil yang lain dan Injil yang sebenarnya (Galatia 1:7-8). Jadi penting sekali kita mengetahui Injil yang sebenarnya dan berusaha menjelaskannya dengan setepat-tepatnya pula.

Di satu pihak, orang memang dapat dengan mudah menjelaskan konsep keselamatan dengan mengutip Injil Yohanes 3:16, “Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga dikaruniakan AnakNya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepadaNya tidak binasa melainkan beroleh hidup yang kekal,” ataupun Kisah Para Rasul 16:31, ”Jawab mereka, ”Percayalah kepada Tuhan Yesus Kristus dan engkau akan selamat, engkau dan seisi rumahmu.” Namun di pihak lain, kesulitan dialami pula apabila orang mulai berusaha menjelaskan bagaimana Allah menjadi manusia, dijadikan dosa, dan mati bagi orang berdosa.

Doktrin keselamatan tentunya berhubungan erat dengan Sang Juruselamat itu sendiri. Karena nilai keselamatan tergantung mutlak atas nilai Juruselamatnya. Bila penebus itu bukanlah seorang yang tanpa dosa, maka kematian-Nya hanya bermanfaat bagi dirinya sendiri. Ibrani 4:15 yang berbunyi, “Sebab Imam Besar yang kita punya, bukanlah imam besar yang tidak turut merasakan kelemahan-kelemahan kita, sebaliknya sama dengan kita, Ia telah dicobai, hanya tidak berbuat dosa,” menunjukkan bahwa Kristus memenuhi persyaratan tersebut, sebagaimana telah dilukiskan tentang Dia dalam Perjanjian Lama, yaitu perihal domba Paskah seperti yang tertera dalam Keluaran 12:5-6.

Di dalam bahasa asli, kata keselamatan berasal dan kata kerja sozo yang artinya dasarnya ialah „menjadi sehat, menyembuhkan, menyelamatkan, mengawetkan‟ dan dalam kaitannya dengan manusia berarti „menyelamatkan dari kematian atau mempertahankan hidup‟.

Pengertian keselamatan dalam Perjanjian Lama dapat dilihat dan kata-kata:

1. Yusa yang berarti „kemerdekaan dan larangan-larangan dan ikatan-ikatan, melepaskan dan kehancuran moral, dan memberikan kemenangan‟. Kata ini digunakan 278 kali.

2. Syaloom yang berarti „damai‟ dan „sehat‟. Kata ini digunakan 68 kali.

3. Salem yang berarti persembahan syukur bagi kebebasan sesuai dengan „perjuangan‟.  

Dari pemakaian-pemakaian tersebut di atas, mayoritas pengertiannya menunjukkan kepada „pembebasan oleh Yehuwa‟.

Allah dan Penyelamatan Manusia

 Pribadi Allah menuntut penyelamatan manusia. Titik awal penyelamatan manusia dimulai dan pribadi Allah. Dia yang Mahasuci, Mahabesar dan Mahaadil, tidak memiliki ruang dalam hadirat-Nya bagi perkara-perkara yang hina, sia-sia, dan terkutuk. Itulah sebabnya semua insan yang hendak menghampiri hadirat-Nya haruslah disucikan terlebih dahulu. Allah lalu mengambil insiatif pengadaan jalan keselamatan sebagaimana yang telah Ia janjikan dalam Kejadian 3:15, saat sesudah manusia jatuh ke dalam dosa.

Perlu diketahui bahwa Allah Alkitab adalah kasih (1 Yohanes 4:8, 16), terang (1 Yohanes 1:5) dan roh (1 Yohanes 4:24). Ia memiliki corak kepribadian yang mengembang, menyerap dan menghendaki persekutuan dengan ciptaan-Nya yang hanya kurang sedikit kemuliaannya, jika dibandingkan dengan malaikat (Mazmur 8:5, 7).

Ada satu sifat yang menonjol dan kepribadian Allah. Sifat yang menonjol tersebut adalah sifat anugerah atau kasih karunia. Sifat ini merupakan inti kepercayaan kekristenan. Bahkan tanpa anugerah, kekristenan tidak akan banyak berarti, bahkan boleh dikatakan siasia belaka. Anugerah yang membuatnya berbeda dengan agama-agama lain. Yesus Kristus adalah wahyu yang tertinggi dan anugerah Allah (Yohanes 1:17).

Keselamatan adalah anugerah Allah. Kuasa kehidupan Kristen berpangkal pada anugerah. Inilah aspek pribadi Allah untuk memperoleh pengertian yang benar dalam pengajaran Kristen tentang konsep anugerah. Untuk itu bahan seperti Perjanjian Lama dan literatur-literatur Yunani sekuler perlu diselidiki. Kemudian dilakukan peninjauan ke dalam Perjanjian Baru untuk mengambil kesimpulan.

Arti Dalam Perjanjian Lama

Perjanjian Lama tidak hanya menggunakan satu kata saja untuk menjelaskan konsep anugerah, melainkan beberapa kata dipakai untuk menyatakan konsep itu, dan pengertianpengertiannya saling berkaitan dan memberi latarbelakang bagi arti yang penuh dalam Perjanjian Baru.

1. Kata KHEN Kata khen ini kata kerjanya ialah: khanan, yang artinya: „membongkok‟ dan „merendahkan diri‟ yang meliputi pengertian menurunkan perhatian atau kasih (Yeremia 22:23; Hakim-hakim 21:23). Akar katanya terlihat dalam nama-nama orang, misalnya  Hannah, Hanan, Hanami, Hananiah. Istilah ini muncul sebanyak 225 kali dalam Perjanjian Lama.

Istilah khen ini digunakan dalam beberapa bagian Alkitab untuk menggambarkan secara menakjubkan kasih karunia Allah kepada manusia. Misalnya dalam:

a. Keluaran 33:13, Musa memohon rahmat Ilahi yang penuh bagi umat Allah sesudah pemberontakan Israel waktu Taurat diberikan.

b. Keluaran 34:6-8, Allah memperpanjang anugerah-Nya dalam memberikan Taurat yang kedua kalinya. Hal ini merupakan pemberian tanpa pamrih dari Dia yang Superior (Allah) kepada yang inferior atau rendah (manusia).

 c. Yeremia 31:2, di sini anugerah ditunjukkan dalam rangka peninjauan ke belakang pada pembebasan Israel oleh Allah dan ujian-ujian hidup dalam perjalanan ke negeri perjanjian.

d. Zakharia 12:10, dalam menubuatkan masa depan pertobatan dan pembaruan Israel dinyatakan sebagai masa anugerah atau masa penuangan anugerah Allah.

e. Ayub 33:24, Mazmur 26:12b, dan Keluaran 33:19, merupakan ayat-ayat penting yang dekat pengertiannya dengan penebusan dosa. Ayat-ayat lain misalnya Ayub 9:1, 15, dan banyak ayat dalam Mazmur yang memberikan indikasi kaitan istilah ini dengan dosa.

Kata khen mengandung beberapa pengertian. Pengertian tersebut adalah:

1. Pemberian yang cuma-cuma dan Superior kepada yang inferior, yaitu sesuatu yang tidak disangka-sangka dan tidak ada kelayakan dan si penerima. 2

. Istilah ini lebih cenderung membicarakan pembebasan dan kesulitan hidup sehari-hari.

3. Ada juga pengertian penebusan dan dosa ke dalam hidup kekal, meskipun tidak banyak.

2. Kata KHESED

Istilah ini muncul kurang lebih 250 kali dalam Perjanjian Lama dan barangkali merupakan istilah yang paling erat hubungannya dengan istilah Perjaijian Baru, kharis, yang berarti anugerah.

Anugerah Dalam Perjanjian Baru

Kharis digunakan 155 kali dalam Perjanjian Baru, 10 kali di antaranya oleh Paulus. Yohanes membuka Injilnya dengan mengidentifikasikan Yesus sebagai pembawa anugerah (Yohanes 1:17). Beberapa penggunaannya:

1. Arti kharis berhubungan dengan sukacita dan kepuasan serta keindahan terlibat dalam sekurang-kurangnya dua bagian Perjanjian Baru, yaitu Lukas 4:22 (kharitos); Efesus 4 29 (kharin).

2. Arti perbuatan baik, kasib, karunia, simpati, terdapat dalam beberapa ayat juga (Lukas 1:3, khariste, 2:52, kharitiparatheo; Kisah Para Rasul 7:10, 46; Kisah Para Rasul 11: 23).

3. Arti yang berhubungan dengan Allah menyatakan kasih-Nya tanpa disebabkan kebaikan, terlihat dalam Kisah Para Rasul 11:23; Roma 11:6; 2 Korintus 4:15; 6:11; 2 Tesalonika 1:2.

4. Penggunaan dalam pengucapan syukur seperti dalam 1 Timotius 1:12; 2 Timotius 1:3; 1 Korintus 10:3.

5. Arti yang menyatakan faedah-faedah (berkat-berkat) yang bersumber kepada anugerah keselamatan dalam Kristus. Berkat-berkat tersebut meliputi:

1. Anugerah keselamatan oleh Yesus (1 Petrus 1:10, 13; 2 Korintus 8:9).

2. Kristus pribadi sebagai wujud anugerah kebenaran (Yohanes 1:18; 1 Korintus 15: 8-10).

3. Seluruh kondisi keselamatan seseorang (Roma 5:2; 1 Petrus 5:12).

4. Juga berkat-berkat sementara di dunia ini (2 Korintus 9:8).

5. Berkat-berkat sementara di dunia ini (2 Korintus 9:8).

 Ada istilah-istilah lain yang digunakan untuk kata kharis ini. Istilah-istilah tersebut adalah:

1. Kherito, yang berarti memberikan anugerah terhadap seseorang (Lukas 1:28).

2. Kharisma, yang berarti pemberian anugerah karunia (Roma 12; 1 Korintus 12; Efesus 4).  

Penggunaan kharis dalam Perjanjian Baru dapat disimpulkan:

1. Konsep anugerah dalam Perjanjian Baru meliputi juga arti dalam bahasa Ibrani dan Yunani klasik. Konsep ini dipertegas dengan pengertian Juruselamat Yesus Kristus.

2. Pemberian-pemberian cuma-cuma Allah (anugerah) dalam pribadi Kristus itu adalah arti khusus Perjanjian Baru pengorbanan diri-Nya sendiri sebagai anugerah (2 Korintus 8:9) yang diterima mutlak cuma-cuma (Roma 6:11; 25:15, Efesus 2:8) dan yang menang atas hukuman dan kuasa dosa (Roma 5:12; 6:1-23).

3. Bila telah diterima, anugerah itu memerintah hidup rohani penerima dan mendatangkan anugerah demi anugerah. Ia melengkapi dan menguatkan dan mengontrol semua bidang hidupnya (Kolose 4:6; 2 Tesalonika 2:1).

4. Akibat orang-orang beriman (Kristen) itu mengembalikan syukur (anugerah) kepada Allah bagi kekayaan anugerah yang tak terlukiskan itu (2 Korintus 9:15).

Jadi dalam anugerah Allah ada „penebusan, pimpinan, penghiburan, kekal dan pengharapan abadi‟.

KONSEP PILIHAN

Tidak dapat diragukan lagi Konsep Pilihan adalah konsep yang paling sukar dijelaskan, bahkan telah menjadi bahan perdebatan para ahli teologi selama berabad-abad. Akan tetapi doktrin ini penting, karena Alkitab mengajarkannya dan erat hubungannya dengan pengajaran tentang keselamatan. Contoh-contoh pilihan Allah juga dapat dilihat dalam Alkitab, dinyatakan dalam halhal seperti: penciptaan alam semesta; pilihan keluarga - ras; semuanya bukan pilihan manusia, melainkan Allah sendiri.

Selain itu Alkitab mengungkapkan lukisan-lukisan yang memerlukan azas ini, seperti halnya:

1. Pilihan terhadap Raja Koresh - Yesaya 45:1-4.

2. Pilihan terhadap Israel sebagai umat pilihan Allah terdiri dan mereka yang dilahirkan baru ataupun tidak (Ulangan 4:37).

3. Pilihan terhadap Kristus sebagai Juruselamat dunia sebelum inkarnasiNya (Yesaya 42:1).

4. Pilihan di masa kini terbadap orang-orang percaya (Kolose 3:12, Titus 1:1).

5. Pilihan untuk memperpendek masa tribulasi demi kepentingan umat Allah (Matius 24:22, 24, 31). Yang dimaksud Konsep Pilihan pada bagian ini adalah perbuatan Allah memilih mereka yang akan diselamatkan untuk menjadi anggota tubuh Kristus. Dasar pilihan ini ialah karakter Allah sendiri, artinya ada harmonisasi yang sejalan dengan sifat-sifat Allah:

1. Kasih seperti dinyatakan dalam Efesus 1:4-5. Bagian terakhir Efesus 1:4 dapat juga menjadi pembukaan ayat 5, sehingga nas itu berbunyi, “Dalam kasih Ia telah menentukan kita dan semula oleh Yesus Kristus untuk menjadi anak-anak-Nya, sesuai dengan kerelaan kehendak-Nya.”

2. Hikmat Allah seperti yang dinyatakan oleh Yudas 25, yang berbunyi, “Juruselamat kita oleh Yesus Kristus, Tuhan kita, bagi Dia adalah kemuliaan, kebesaran, kekuatan dan kuasa sebelum segala abad dan sampai selama - lamanya.”

3. Kemahatahuan Allah (Mazmur 139).

Kapan terjadinya pilihan?

Pilihan terjadi pada kekekalan masa lampau seperti diungkapkan Roma 8:30 yang berbunyi, “Dan mereka yang ditentukan dan semula, mereka itu juga dipanggil-Nya. Dan mereka yang dipanggilnya, mereka itu juga dibenarkan-Nya. Dan mereka yang dibenarkan-Nya, mereka itu juga dimuliakan-Nya.” 

Konsep Pilihan ini tidak bertentangan dengan hukum alamiah, melainkan sejalan pula dengan hukum alamiah yang ada seperti dikatakan Roma 10:14; yang berbunyi, “Tetapi bagaimana mereka dapat berseru kepada-Nya, jika mereka tidak percaya kepada Dia? Bagaimana mereka dapat percaya kepada Dia, jika mereka tidak mendengar tentang Dia? Bagaimana mereka mendengar tentang Dia, jika tidak ada yang memberitakan-Nya?” 

Pilihan tersebut berhubungan dengan tujuan memuliakan Allah seperti tertera dalam Efesus l:3-14; Roma 9:6-28; Yohanes 6:44; 1 Petrus 2:9 dan Wahyu 17:8. Efesus 1:3-14 menunjukkan tindakan pilihan tersebut terjadi sebelum dunia dijadikan dan sudah ditentukan sejak semula (4, 5). Dalam Roma 9:6-28 ditunjukkan ada 2 pikiran penting yang ditonjolkan.   

Dua pikiran itu adalah: pilihan berdasarkan kemurahan (belas kasihan) dan kemahakuasaan Allah. Yohanes 6:44 menunjukkan bahwa hak Allahlah untuk menentukan pilihan-Nya dan hak manusia juga untuk menanggapi rancangan keselamatan-Nya. Allah pun mempunyai hak untuk memilih ataupun membantu orang yang menuruti nafsunya untuk  Surat 1 Petrus 2:8 menunjukkan bahwa orang-orang kudus sesungguhnya adalah bangsa yang terpilih sebelumnya. 

Wahyu 17:8 memperlihatkan bahwa ada orang yang sejak semula tidak ditulis dalam Buku Kehidupan yang berarti bahwa mereka tidak masuk dalam program pilihan Allah. 

Pilihan Allah yang direalisasikan dengan cara pemberitaan ditetapkan. Ada suatu umat tertentu yang dipilih-Nya. Efesus 2:14-15 menyatakan, “Karena Dialah damai sejahtera kita, yang telah mempersatukan kedua pihak dan yang telah merubuhkan tembok pemisah yaitu perseteruan, sebab dengan mati-Nya sebagai manusia, Ia telah membatalkan hukum Taurat dengan segala perintah dan ketentuannya, untuk menciptakan keduanya menjadi satu manusia baru di dalam diri-Nya, dan dengan itu mengadakan damai sejahtera.” Umat berfungsi memberitakan keselamatan dari Allah (Bndg Yohanes 1:13 dan Roma 16:13). 

Selain pemberitaan, ada juga prosedur tertentu yang ditempuh. Prosedur tersebut adalah: 

1. Mengutus Juruselamat untuk mati. 

2. Inkarnasi-Nya Sang penebus, termasuk juga kegiatannya dalam rangka ini. 

3. Proklamasi Injil Kristus masa kini diperintahkan untuk dilaksanakan. 

4. Persyaratan pertobatan dan dosa dan iman kepada Kristus agar diselamatkan. 

5. Permintaan Allah agar manusia dan segala tempat datang dan percaya, menunjukkan tanggung jawab dan segi manusia untuk percaya kepada Juruselamat (Kisah Para Rasul 17:30-31). Keselamatan bukan suatu warisan. 

6. Penghakiman bagi yang tidak percaya (Efesus 2:8-9). Tidak ada keselamatan tanpa percaya kepada Yesus Kristus sebagai Juruselamat dan Tuhan. 

Ada suatu produksi yang nyata yaitu kehidupan rohani itu hasil dan pilihan. Produk yang dapat dilihat tersebut adalah: 

1. Poema, yaitu puisi karya Ilahi (Efesus 2:10). 2. Identitas tertentu sebagai hasilnya, ada belas kasihan, kemurahan, rendah hati, lemah lembut, dan sabar (Kolose 3:12). 

3. Pemujaan yang memuliakan Allah (Roma 11:33-36).

4. Pemberitaan akan perbuatan-perbuatan besar Allah (1 Petrus 2:9). 

Keberatan-Keberatan Munculnya Konsep Pilihan ini tidak serta merta diterima oleh beberapa kalangan. Mereka yang tidak menerima konsep itulah yang kemudian mengajukan keberatan-keberatan dan tantangan-tantangan terhadap Konsep Pilihan. 

Tantangan-tantangan tersebut adalah sebagai berikut: 

1. Allah tidak adil terhadap mereka yang tidak dipilih. Jawaban: Kenyataan yang tidak dapat dibantah ialah bahwa sekalian manusia sudah berbuat dosa dan kurang kemuliaan Allah, dan semuanya di bawah hukum Allah. Kalau ada yang diselamatkan itu semata-mata karena anugerah Allah. Mereka yang tidak terlibat bukan tidak dipilih, tetapi mereka menerima hukum yang setimpal dengan dosadosa mereka. Kalaupun Allah menyelamatkan sebagian itu, sudahlah merupakan anugerah yang besar. 

2. Allah pilih kasih atau memandang rupa orang dalam pilihan-Nya, sehingga tak memilih orang. Jawaban: Tidak mungkin demikian, karena tak ada suatupun yang baik dari segi manusia untuk dipilih Allah. Tak sesuatupun yang dapat diandalkan. Di segi lain kiranya tidaklah dilupakan bahwa Allah juga bebas merdeka dalam kehendak-Nya. Ini juga adalah karakter-Nya. 

3. Hal ini melemahkan sifat ketaatan orang Kristen (orang beriman), karena Allah telah menjalankan semuanya bagi mereka. Jawaban: Keselamatan sesungguhnya termasuk juga kelahiran baru dan penyucian secara progresif menuju ke akhir yang menang. 

4. Hal ini membuat orang sombong karena merasa dipilih Allah. Jawaban: Akibat dan kesadaran bahwa keselamatan hanya karena anugerah Allah dan perbuatan Allah ialah motivasi bagi hidup berendah hati. Orang sesungguhnya akan menjadi tinggi hati, apabila merasa bahwa usaha dan kebaikannya yang menyebabkan diselamatkan. 

5. Hal ini melemahkan desakan dan keperluan untuk bertobat bagi semua orang. (Penginjilan sedunia) akan terbatas lingkup jangkauannya. Jawaban: Karena tak seorangpun tahu siapa-siapa yang telah ditetapkan dalam kekekalan masa lampau, yaitu di antara semua orang berdosa yang tidak layak diterima Allah, ada usaha untuk mengetahui caranya diselamatkan. Pengertian akan hal ini di samping membuat orang berdosa, was-was dan rendah hati, juga akan menyebabkan orang yang beriman tergantung kepada kuasa Roh Allah untuk penyucian dirinya. 

KONSEP PENGGANTI 

Definisi Konsep Pengganti: kematian Kristus menggantikan orang berdosa. Istilah penting yang dipakai dalam pengertian ini ialah „pengganti‟. Yang dimaksud di sini, kematian Yesus Kristus adalah sebagai ganti manusia yang percaya kepada-Nya sebagai Tuhan dan Juruselamat pribadinya. 

Surat 2 Korintus 5:21 dapat digunakan sebagai contoh di mana dikatakan bahwa Kristus mati di tempat kita orang berdosa. Surat 1 Petrus 3:18 juga dapat digunakan sebagai contoh pula. Di dalam nats itu dikatakan bahwa orang benar di tempat orang tidak benar. 

KONSEP PENEBUSAN 

Yang dimaksud di sini ialah: penebusan dosa. Hal ini menunjukkan pada kegiatan membeli di pasar, khususnya dipasar perbudakan. Doktrin ini dibangun atas 3 istilah dalam Perjanjian Baru. 

Istilah-istilah tersebut ialah: 

1. Agorazo artinya: membeli, membayar, menyerahkan sesuatu sebagai harga pembayaran bagi sesuatu barang lainnya. Pemakaian biasa dapat dilihat dalam Matius 13:44, tentang harta yang tersembunyi, dan dalam Efesus 1:18, serta Ibrani 12:2. Pemakaian khusus kata ini berhubungan dengan keselamatan manusia. Istilah ini berarti pemberian sesuatu harga yang setimpal dengan dosa kita agar bisa ditebus. 

Pemakaian kata tersebut dapat dilihat dalam Wahyu 5:9; tebusan itu dilakukan dengan darah Yesus. Dibeli bagi Allah. Dalam 2 Petrus 2:1: dijelaskan pembayaran termasuk juga bagi guru-guru palsu yang belum diselamatkan bila mereka bertobat. Sedang dalam 1 Korintus 6:19-20 disebutkan hasil yang diharapkan dari penebusan itu ialah agar kita mempermuliakan Allah dengan tubuh kita. 

2. Eksgorazo, akar katanya sama dengan istilah pertama dan diberi awalan eks, untuk lebih mempertegas dan memberi tekanan kepada arti kata di atas tadi. Tambahan kata depan tersebut berarti: dan atau keluar. Dengan demikian berarti: dibeli keluar dan pasar dosa atau dipindahkan. Dalam Galatia 3:13; 4:5, dapat diihat bahwa dipindahkan tersebut adalah dipindahkan dari kutuk Taurat. 

Jadi arti kata ini dalam rangka penebusan Kristus ialah: kematian Kristus bukan saja untuk membayar dosa manusia, tetapi juga sekaligus memindahkan kita dari pasar dosa, atau pasar yang bergelimangan dosa, agar kita diberi jaminan penuh (Yohanes 10:28) dan agar kita tak akan pernah dikembalikan lagi ke dalam belenggu dan hukuman dosa (Galatia 4:5). 

3. Lutroo, artinya dasar ialah: membebaskan / melepaskan dan belenggu dosa dan disuruh pergi sebagai orang bebas merdeka. Beberapa pernyataan yang menunjukkan adanya pemakaian kata Lutroo tersebut adalah pernyataan oleh Yesus di dalam Matius 20:28; Markus 10:45. Selain itu pernyataan oleh Zakaria (Lukas 1:68-69) (Benedictus - eulogetos - blessed). 

Nyanyian syukur Zakaria tersebut dipenuhi oleh Roh Kudus. Hana juga menyampaikan pernyataan yang berhubungan dengan kata itu (Lukas 2:38, Nune Dimittis - nyanyian pujian). Hanna menggulangi pujian Simeon tentang penantian akan pembebasan. Ia termasuk sisa-sisa orang yang tetap setia menanti kedatangan Juruselamat. 

Penulis Ibrani pun juga menuliskan kata yang berhubungan dengan kata Lutroo (Ibrani 9:12). Penulisannya berbicara tentang pembebasan kekal, bukan seperti yang dipersembahkan imam besar lainnya. 

Sarana penebusan yang digunakan adalah diri Kristus yang mati sebagai pengganti (1 Timotius 2:6). Sedangkan sandaran / basisnya adalah darah Kristus yang tak bercacat (Kolose 1:14; 1 Petrus 1:18-19). 

Hasilnya dari penebusan tersebut adalah: 

1. Rasa salah ditebus (Roma 3:24). 

2. Ditebus dari kuasa dosa dan menyucikan suatu umat bagi perbuatan yang baik (Titus 2:14). 

3. Ditebus dan kehadiran dosa yang terus menerus, dosa tak berhak hadir (Roma 8: 23). 

4. Jaminannya kehadiran Roh Kudus (Efesus 1:13-14) yang memeteraikan sebagai milik. 

5. Hak istimewa menghambakan diri kepada Kristus. 

6. Tujuannya untuk memuji kemuliaan Allah (Efesus 1:6, 12). 

Theissen berpendapat, “Pembayaran ini tidak dibayarkan untuk setan, tetapi untuk Tuhan. Hutang yang dihapuskan adalah hutang kepada sifat Allah yang Mahaadil. Setan tidak berhak untuk mendapatkan orang berdosa.” 

Shedd berpendapat, “Pendiaman Roh Kudus membebaskan seorang berdosa dan penawaran dan perbudakan dosa dan setan.” 

DOKTRIN PEMUASAN 

Istilah Perjanjian Baru yang digunakan ialah hilasmos yang berarti memuaskan, mendamaikan dengan diri sendiri. Dalam LXX istilah yang digunakan adalah kapher yang berarti menutupi atau memeteraikan. Pemakaiannya lebih berhubungan dengan kenajisan dan bukannya kelaliman orang berdosa. 

Arti teologinya ialah bahwa Yesus Kristus, memuaskan hati Allah. Murka Allah atas manusia disebabkan oleh dosa (Markus 3:29; Roma 1:18). Kematian Kristus memuaskan hati Allah, menyebabkan Dia menerima kita ke dalam keluarga-Nya, mereka mempercayakan diriNya kepada Dia yang memuaskan Allah itu. 

Lingkupnya ialah: seluruh dunia (Yohanes 2:2). Firman Allah banyak memberikan pernyataan tentang murka Allah. Contoh dalam Perjanjian Baru: Yohanes 3:36, Roma 1:18, 2:5, Efesus 5:6; 1 Tesalonika 1:10, Ibrani 3:11, Wahyu 19:15. Sejalan dengan pikiran ini, Perjanjian Baru mempersembahkan kematian Kristus sebagai pemuasan terhadap murka Allah (Roma 3:25). 

Beberapa ayat penting sehubungan dengan doktrin pemuasan adalah: 1 Yohanes 2:2, 1 Yohanes 4:10 dan Roma 3:25. Dalam Roma 3:25 terdapat istilah hilasterion. Istilah tersebut artinya: tempat pemuasan. Kematian Yesus di sini bukan saja memuaskan hati Allah, tetapi juga sekaligus tempat manusia berkepuasan Allah. Lingkup cakupnya meliputi dosa orang-orang di masa lampau juga. 

Pembahasan Soteriologi (Keselamatan)

URUTAN KESELAMATAN (ORDO SALUTIS)

Catatan: ordo salutis di artikel ini dianut oleh  John Calvin, John Murray, dan James M.Boice

1. Panggilan

Pada umumnya panggilan dibedakan dua macam : panggilan Injil, dan panggilan efektif. Panggilan injil berarti bahwa semua orang yang mendengar Injil sungguh-sungguh dipanggil untuk percaya kepada Kristus. Sedangkan panggilan efektif berarti bahwa panggilan Injil itu hanya menjadi efektif atau hanya berhasil dalam kehidupan orang-orang pilihan.

Menurut beberapa teolog seperti Van Genderen/ Velema (hlm 527) dan Berkhof (hlm. 101-105) menyebut panggilan secara umum, atau panggilan realis. Panggilan datang kepada manusia melalui penyataan umum seperti penciptaan, pemeliharaan dan pemerintahan dunia ini). Panggilan ini tidak membawa manusia kepada keselamatan. 

Allah menyatakan diri kepada semua orang ini yang disebut penyataan umum, dan juga Allah menyatakan secara khusus hanya bagi orang yang percaya kepada-Nya sebagai Allah yang penuh anugrah. Pemeliharaan Allah menciptakan kemungkinan untuk memberikan anugrah-Nya, dan karya penebusan Kristus membuat dunia ini, menjadi dunia baru dimana terdapat kebenaran ( 2 Petrus 3:13).


Dalam doktrin soteriologi yang dibicarakan adalah bukan panggilan umum, melainkan panggilan Injil dan panggilan efektif.

1 Panggilan Injil

Dalam panggilan injil ini semua orang harus mendengar injil yaitu injil Yesus Kristus bukan kepada sejumlah orang tertentu. Hal ini sesuai dengan amanat agung : pergilah, jadikanlah semua bangsa muridku (Matius 28:19). Kita sebagai pemberita Injil tidak boleh membedakan orang yang satu harus mendengar Injil, yang lain tidak. Kita berupaya supaya semua orang harus mendengar Injil.

Walaupun Allah telah memilih sejumlah besar dari umat manusia untuk diselamatkan, namun pemberitaan injil tidak boleh dibatasi kepada sejumlah orang tertentu. Dalam hal pemberitaan injil kita tidak boleh memandang muka. Dalam pemberitaan Injil Allah yang mengerjakan pertobatan dan iman, tetapi kita wajib menjelaskan injil kepada semua orang, mengundang mereka untuk menerima Yesus, supaya dosa mereka diampuni dan mereka menerima hidup yang kekal.

Hoekema memberikan definisi mengenai panggilan Injil yakni: penawaran keselamatan dalam Kristus kepada orang-orang, yang dibarengi dengan undangan untuk menerima Kristus dalam pertobatan dan iman, agar mereka boleh menerima pengampunan atas dosa-dosa dan kehidupan kekal.[7]

Panggilan injil ini bersifat universal, sehingga semua orang yang mendengar injil sungguh-sungguh diundang untuk bertobat dan percaya kepada Yesus Kristus. Ada 2 nas yang sering disebut tentang ini yakni: Matius 22:1-14 dan Lukas 14:16-24 yaitu perumpamaan tentang perjamuan kamin. Yang diperdebatkan dalam ke-2 nas ini adalah apakah kedua perumpamaan ini merupakan dua versi dari satu perumpamaan yang berbeda-beda. Jelas bahwa perbedaan antara kedua perumpaan ini cukup besar.

Dalam kedua perumpamaan ini, ada orang dipanggil atau diundang datang tetapi mereka menolak panggilan itu. Kelompok pertama ini menunjuk kepada orang Yahudi yang menolak Yesus. Kelompok kedua yang diundang adalah orang-orang yang dianggap rendah (miskin, cacat, buta,lumpuh, semua orang yang dijumpainya dijalan). 

Kelompok ketiga hanya disebutkan di Lukas 14:23, melambangkan orang-orang bukan Yahudi yang akan dijangkau oleh Injil kemudian mereka berada diluar kota. Sedangkan kelompok kedua berada di dalam kota). Dari beberapa ayat ini menunjukkan bahwa semua orang dipanggil walaupun hanya sebagian yang meresponi panggilan itu. Jadi, kalau kita memberitakan injil, kita memberitakan kepada semua orang yang kita jumpai. Dan kita betul-betul mempunyai keinginan supaya semua orang yang mendengarkan injil itu akan bertobat dan percaya kepada Yesus, sehingga mereka diselamatkan.

Bukti-bukti Alkitab menjelaskan bahwa Allah sangat serius keselamatan semua orang yang mendengarkan injil : Yehezekiel 18:23; 33:11, Matius 23:37, 2 Petrus 3:9; 2 Korintus 5:20. melalui ayat ini jangan melarang kita mengambil kesimpulan bahwa injil hanya ditawarkan kepada kaum pilihan dan bukan kepada orang-orang yang tidak dipilih, tetapi beberapa ayat ini menunjukkan bahwa panggilan injil kepada semua orang.

Antara doktrin pemilihan dengan panggilan injil seakan-akan paradoks bagi pikiran kita, namun kita tetap mempertahankan sebab dua-duanya ajaran alkitab. Hoekma menekankan bahwa kita harus menghindari solusi yang rasionalis[8].

Kalau kita kita mencari solusi dari paradoks ini maka kita mengabaikan salah satu dari kebenaran ini:
1) Kalau kita mengabaikan doktrin pemilihan, kita mengorbankan panggilan injil. Kedua ajaran ini harus tetap dipertahankan karena ajaran alkitab
2) Kalau Armenian mengutamakan pangilan Injil yang ditawarkan kepada semua orang, maka memperlemah kedaulatan Allah.

Kedua solusi ini tidak bisa diterima, sebab tidak sesuai dengan ajaran Alkitab. Logika kita harus takluk kepada hikmat Allah dan apa yang tertulis di dalam Alkitab.

2 Panggilan efektif

Panggilan efektif ini menurut orang Semi-Pelagian dan Armenian menyatakan bahwa setiap orang memiliki kemampuan untuk meresponi secara positif kepada panggilan injil. Pernyataan ini menunjukkan bahwa hasil panggilan Injil mutlak tergantung kepada kehendak manusia. ketika manusia mendengar Injil dan mengambil keputusan untuk bertobat dan percaya atau tidak percaya, bukan karena Allah yang berdaulat.

Pendapat ini Agustinus (354-430) tidak menyetujui. Agustinus berpendapat bahwa bahwa kemampuan untuk menerima panggilan Injil terdapat dalam anugrah Allah yang berdaulat, bukan kehendak manusia. alasannya karena manusia telah mengalami kerusakan total ketika jatuh ke dalam dosa, itulah yang menyebabkan tidak memiliki kemampuan untuk menerima Injil dan menjadi percaya kepada Yesus dengan kekuatannya sendiri.

Dalam katekismus Heidelberg minggu ke-3 dijelaskan bahwa kita begitu rusak, sehingga kita sama sekali tidak sanggup untuk berbuat apa pun yang baik, dan hanya cenderung pada yang jahat saja, kecuali kita dilahirkan kembali oleh Roh Allah. Roh Kudus harus membuka hati untuk mendengar Injil, hanya dengan demikian panggilan Injil dapat menjadi efektif atau berhasil.

1. Panggilan efektif menurut Alkitab
Paulus menulis bahwa manusia duniawi tidak menerima apa yang berasal dari Roh Allah ( 1 Kor. 2:14). Manusia itu harus dilahirkan kembali dahulu, sehingga dia menjadi manusia rohani. Respons terhadap panggilan Injil tidak mungkin kalau manusia tidak diperbaharui lebih dahulu. Manusia duniawi itu hanya mengikuti keinginan daging yang adalah seteru Allah (Roma 8:7). 

Manusia yang belum dilahirkan kembali itu adalah mati karena palanggaran dan dosa-dosa (efesus 2:1,5). Sehingga dia mati secara rohani. Kita harus lahir dari atas, atau dilahirkan dari air dan Roh (Yohanes 3:3,5) dan kita harus ditarik oleh Bapa (Yohanes 6:44), dan dihidupkan bersama-sama dengan Kristus (Efesus 2:4-5) oleh kasih karunia Allah.

Bukti Alkitab yang menunjukkan kata ‘panggilan’ atau ‘memanggil’ menunjuk kepada panggilan efektif yaitu panggilan yang diterima oleh manusia dan membuat dia bertobat dan menjadi percaya.

Bukti Alkitab yang dimaksud adalah sbb:

· 1 Korintus 1:22-24 : Kristus yang disalibkan adalah kekuatan Allah dan hikmat Allah untuk mereka yang dipanggil. Mereka yang dipanggil itu tidak menganggap suatu kebodohan. Mereka telah dipanggil secara efektif. Dalam Matius 22:1-14 kata panggilan Injil yang ditujukan kepada semua orang tetapi hanya menjadi efektif bagi orang pilihan.

· Roma 8:28-30 : mereka yang dipanggil sesuai rencana Allah (ay. 28) yang mengasihi Dia. mereka yang dipanggil-Nya dalam ayat 30 menunjuk kepada panggilan efektif, karena mereka juga dibenarkan-Nya dan dimuliakan-Nya

· Hoekma menyebut beberapa nas Alkitab selain kedua ayat di atas : 1 Korintus 1:9; Roma. 1:7; 9:23-24; Galatia 1:15; Efesus 4:1,4; 1 Petrus 2:9; 2 Petrus 1:10; Yudas 1;Wahyu 17:14.

2. Panggilan efektif menurut pengakuan iman Reformed
Dalam pengakuan iman Reformed menjelaskan mereka yang diselamatkan oleh Kristus, Allah memutuskan untuk memberikan orang-orang pilihan itu kepada-Nya untuk memanggil serta menarik mereka dengan efektif oleh Firman dan pada persekutuan dengan Roh-Nya.

Sejak semula orang-orang kepunyaan-Nya telah dipilih-Nya dalam Kristus, demikian juga mereka dipanggil-Nya secara efektif dalam hidup ini. Dia mengaruniakan kepada mereka iman dan pertobatan, dan setelah melepaskan mereka dari kuasa kegelapan memindahkan mereka ke dalam kerajaan Anak-nya. Hal ini jelas bahwa panggilan hanya menjadi efektif dalam kehidupan orang-orang yang dipilih, hanya oleh karena kasih karunia saja.

3. Defenisi Panggilan efektif
Menurut Hoekma defenisi panggilan efektif adalah : tindakan Allah yang berdaulat melalui Roh Kudus-Nya dimana Dia memampukan pendengar panggilan Injil untuk meresponi panggilan-Nya dengan pertobatan, iman, dan ketaatan.[9]

4. Panggilan efektif dan pemilihan
Orang-orang yang dipanggil secara efektif adalah orang-orang pilihan. Mereka telah dipilih Allah sebelum dunia dijadikan (Efesus 1:4) untuk menjadi percaya dan hidup kudus dan tak bercacat dihadapan-Nya.

Hubungan antara panggilan efektif dan pemilihan menjadi jelas dalam Matius 22:14 “sebab banyak yang dipanggil, tetapi sedikit yang dipilih”. Kita sudah melihat bahwa panggilan yang dimaksudkan dalam nas ini adalah panggilan yang ditujukan kepada semua orang. banyak orang mendengar pemberitaan injil, tetapi hanya sebagian yang meresponi secara positif terhadap panggilan injil itu.

Latar belakang kedua reaksi yang berbeda ini adalah pemilihan Allah. Dalam kehidupan orang pilihan Allah mengerjakan jawaban positif terhadap panggilan Injil. Itulah karya Allah semata-mata. Sedangkan penolakan panggilan Injil disebabkan oleh ketidakpercayaan manusia sendiri. Panggilan efektif merupakan anugrah Tuhan. Penolakan Injil adalah kesalahan manusia sendiri.

Kesimpulan dari Matius 22:14 menurut Van Genderen/Velema adalah :

a. Pemilihan tidak membatasi atau memperlemah panggilan

b. Panggilan dimaksudkan Allah secara serius. Karena itu menolak panggilan Injil merupakan kesalahan manusia. Jadi bukan Allah yang dipersalahkan kalau manusia tidak menjadi percaya. Lihat Yohanes 5:39-40 “kamu tidak mau datang kepada-Ku untuk memperoleh itu; “kamu tidak mau (Matius 23:27); karena kamu menolaknya (Kisah Para Rasul 13:46). 

Banyak orang yang dipanggil oleh pelayanan Injil tidak datang dan tidak bertobat. Kesalahannya tidak dapat ditimpahkan kepada Injil, atau kepada Kristus dan juga kepada Allah yang memanggil orang melalui injil dan bahkan memberikan karunia kepada mereka yang dipanggil-Nya. Kesalahan terletak dalam diri mereka. Sebagai bukti kita dapat melihat perumpamaan tentang benih (Matius 13:1-23; Markus 4:1-20; Lukas 8:4-15).

c. Pemilihan dan panggilan tidak terjadi bersamaan waktu. Sejumlah besar manusia dipilih sejak kekal, sedangkan panggilan terjadi dalam hidup ini. Tetapi kita dipanggil dahulu, dan baru dari respons yang positif terhadap panggilan itu kita bisa menarik kesimpulan bahwa kita ternyata dipilih sejak kekal.

5. Penginjilan dan kedaulatan Allah
Dalam buku Penginjilan dan Kedaulatan Allah, yang ditulis Packer menjelaskan bahwa kedaulatan Allah dalam memilih dan memanggil secara efektif tidak berarti mengabaikan tugas penginjilan. Dalam kedaulatan Allah justru menentukan bahwa orang yang dipilih akan dipanggil secara efektif melalui pemberitaan Injil oleh hamba Tuhan dan orang Kristen. Menurut Packer “kedaulatan Allah justru menjadi dorongan yang kuat untuk memberitakan Injil.

1) Kedaulatan Allah tidak mengurangi sama sekali kewajiban kita untuk memberitakan Injil (Rm. 10:12-14; Matius 22:1-14) Allah mengutus kita sebagai mata rantai yang penting dalam rencana-Nya untuk menyelamatkan orang pilihan. Kaum pilihan diselamatkan melalui tindakan orang-orang Kristen yang mengundang mereka. Dengan demikian penginjilan mutlak perlu. Selain ayat di atas ayat lain yang dipakai oleh Packer (Lukas 13:3,5; Kolose 1:28; Yohanes 6:37-40; Yeh. 18:31; 5:40).

2) Kedaulatan Allah dalam anugrah memberikan satu-satunya pengharapan atas keberhasilan dalam penginjilan. Jadi penginjilan bukan usaha yang sia-sia sebab manusia tidak mampu bertobat dan percaya denga kekuatannya karena dosa ( 1Korintus 2:14; Roma 8:7-8; Ef:1-2; 2 Korintus 4:4) kita diselamtkan oleh anugrah (Filipi 1:29; Efesus 2:8; Kisah Para Rasul 5:31; 11:18; Kolose 1:13) tidak mungkin pemberitaan injil tidak berhasil dan sia-sia (Yesaya 55:10-11).

6. Tujuan panggilan efektif
Menurut Hoekma (hlm. 124) tujuan panggilan efektif ini menunjuk kepada apa yang disebutkan dalam alkitab yakni dipanggil :
· Ke dalam persekutuan dengan Yesus Kristus ( 1 Korintus 2:9)
· Kepada hidup yang kekal (1 Timotius 6:12)
· Kepada kerajaan dan kemuliaan Allah ( 1 Tesalonika 2:12)
· Kepada hidup yang kudus ( 1 Tesalonika 4:7)
· Kepada penderitaan karena hidup kudus ( 1 Ptr. 2:21)
· Kepada kebebasan Kristen ( Galatia 5:13)
· Untuk memperoleh hadiah yaitu keselamatan ( Flilipi 3:14) 

7.Dalam panggilan efektif tidak ada kerjasama antara Allah dan manusia.
Apakah panggilan efektif ini memperlakukan kita sebagai robot atau sebagai pribadi? bukankah manusia terlibat dalam proses keselamatan? Untuk menjawab menjawab pertanyaan ini, kita harus menyadari ketidakmampuan rohani dari manusia yang berada dalam dosa yang telah rusak total. Itu berarti bahwa kebebasan sejati (kehendak bebas) tidak ada lagi. Hoekma membahas pokok ini dalam bukunya Manusia: Ciptaan menurut gambar Allah hlm. 293-314. kebebasan sejati ini telah hilang ketika manusia jatuh ke dalam dosa.

Agustinus membedakan empat macam situasi dalam kehidupan umat manusia:

1. Sebelum manusia jatuh ke dalam dosa, dia diciptakan baik, dalam kebenaran dan kekudusan yang sesungguhnya (Efesus 4:24). Waktu itu manusia berada dalam kondisi Bisa tidak berdosa. Di sini kebebasan sejati.

2. Tetapi setelah manusia jatuh ke dalam dosa, mereka menjadi budak dosa dan masuk ke dalam kondisi “tidak bisa tidak berdosa”. Hoekema menunjuk kepada Yohanes 8:34 ‘setiap orang yang berbuat dosa adalah hamba dosa’ dan roma 6:6,7,19,20 “dahulu kamu memang hamba dosa”

3. Ketika sudah dilahirkan kembali, orang tersebut dimampukan untuk berpaling kepada Allah di dalam pertobatan dan iman, dan untuk melakukan apa yang benar-benar menyenangkan dalam pandangan Allah. orang yang telah lahir baru itu berada dalam kondisi ‘bisa tidak berdosa’ dia bukan lagi budak dosa (Yohanes 8:36) jadi apabila anak itu dimerdekakan kamu, kamu pun benar-benar merdeka ( Galatia 5:1,16; 2 Korintus 3:17; Rm. 6:4,6,14,18,22). Jadi seorang Kristen yang mengalami proses pembaharuan di dalam kehidupan sekarang ini, benar-benar bebas secara total.

4. Suatu hari kelak, pada saat kita dimuliakan dan disempurnakan, kita akan bebas secara sempurna. Itulah kondisi “tidak bisa berdosa”. Pada saat itu semua semua dosa, penyakit, kelemahan, bahkan kematian tidak ada lagi ( 1 Korintus 15:42-43; wahyu 21:14). Situasi itulah yang disebut Paulus ‘kemerdekaan kemuliaan anak-anak Allah (Roma 8:21), dan pengangkatan sebagai anak yaitu pembebasan tubuh kita (Roma 8:23).

2. Kelahiran Kembali

Kelahiran kembali (regenerasi) tidak disebut sebagai pokok tersendiri. Dalam pembahasan panggilan efektif juga diberi perhatian kepada kelahiran kembali. Panggilan efektif dan kelahiran kembali merupakan dua aspek dari keselamatan yang menunjuk kepada dua hal yang sama. Namun karena Alkitab menekankan pokok ini maka kelahiran kembali harus dibedakan dengan panggilan efektif.

2.1 Apa itu kelahiran kembali
Kelahiran kembali yang dimaksud dalam doktrin Soteriologi diberi dua arti yang berbeda:

Permulaan kehidupan rohani yang baru, yang ditanamkan dalam diri kita oleh Roh Kudus membuat kita bertobat dan percaya.

Manifestasi pertama dari hidup yang telah ditanamkan atau hasil dari regenerasi itu (buah Roh).
Dalam pengertian kedua ini, kalahiran kembali bukan saja menunjuk kepada perkembangan kehidupan yang baru. Kelahiran kembali tidak berbeda jauh dengan pengudusan, menurut Calvin meliputi konversi. Karena itu Haak membahas kelahiran kembali dibahas di bawah aspek pengudusan.

Defenisi kelahiran kembali dalam arti yang lebih sempit itu dapat dirumuskan sebagai berikut: karya Roh Kudus yang mula-mula membawa orang-orang ke dalam kesatuan yang hidup dengan Kristus, mengubah hati mereka yang dulunya mati secara rohani, dan sekarang berkemampuan dan berkehendak untuk bertobat dari dosa, mempercayai Injil dan melayani Tuhan. 

Defenisi ini menegaskan kita harus bertitik tolak dari situasi kerusakan total manusia yang telah jatuh ke dalam dosa, dan ketidakmampuannya untuk hidup bergaul dengan Tuhan. Kebebasan sejati yang telah hilang dipulihkan kembali, sehingga manusia yang mati dalam dosa, menjadi hidup hidup secara rohani lagi dan dimampukan lagi untuk mengasihi dan melayani Allah.

2.2 Ajaran Alkitab mengenai kelahiran kembali
Dalam PL kita sudah belajar tentang kelahiran kembali sebagai perubahan radikal yang hanya dapat disebabkan oleh Allah saja (Ulangan 30:6; Allah harus menyunati bangsa Israel dan hati keturunan mereka, sehingga mereka dapat mengasihi Allah dengan segenap hati mereka;Yeremia 31:33 ‘Aku akan menaruh taurat-Ku dalam batin mereka dan menuliskannya dalam hati mereka, maka Aku akan menjadi Allah dengan segenap hati mereka; Yehezkiel 36: 26 ‘hati yang baru, roh yang baru, menjauhkan dari tubuh hati yang keras).

Dalam PB pengajaran kelahiran kembali kita lebih banyak mendapatkan nas yang menjelaskan tentang kelahirran kembali:

Matius 15:13 “setiap tanaman yang ditanam oleh Bapa-Ku yang di sorga akan dicabut dengan akar-akarnya”, 

Yohanes 3:3-8 ‘Jika seorang tidak dilahirkan kembali (dari atas’ anothen), ia tidak mendapat kerajaan Allah. Artinya peristiwa itu adalah tunggal (Aorist), dan kita bersifat pasif. Dalam kelahiran natural kita secara total pasif. Demikian juga dengan kelahiran rohani kita. Dalam ayat 5 ‘jika seorang tidak dilahirkan kembali ia tidak masuk ke dalam kerajaan Allah’. 

Air merujuk kepada pemurnian rohani bukan kepada baptisan, seperti dalam PL. Dilahirkan dari Roh artinya pelaku kelahiran baru ini adalah Roh Kudus. kelahiran kembali mutlak perlu untuk semua orang. Dalam Titus 3:5 Paulus menggunakan kata Palingenesia (permandian kelahiran kembali), kata ini merujuk kepada awal kehidupan rohani baru. Pembaharuan rohani yang dikerjakan Roh Kudus menjadi nyata dalam proses pengudusan.

Paulus juga memakai istilah-istilah lain untuk kelahiran kembali : Pertama, Allah menghidupkan kita bersama-sama dengan Kristus, walaupun kita telah mati karena dosa (Efesus 2:5; bnd.Kolose 2:13). Kedua, orang-orang yang percaya kepada Kristus disebut ciptaan baru (2 Korintus 5:17; Galatia 6:15). Kemudian Petrus dan Yakobus menyatakan Allah yang melahirkan kita kembali, oleh Firman Allah yang hidup dan yang kekal (1 Petrus 1:23) dan yang menjadikan kita oleh Firman kebenaran (Yakobus 1:18). Allah telah melahirkan kita kembali oleh kebangkitan Yesus Kristus dari antara orang mati ( 1 Petrus 1:3).

Dalam surat 1 Yohanes menjadi jelas bahwa kelahiran kembali akan menjadi nyata dalam kehidupan dan perbuatan-perbuatan kita: berbuat kebenaran (1 Yohanes 2:29), tidak berbuat dosa lagi (1 Yohanes 3:9) yaitu tidak akan terus menerus hidup dalam dosa, mengasihi saudara (1 Yohanes 4:7), memiliki iman (1 Yohanes 5:1) dalam arti iman merupakan bukti yang kelihatan dari regenerasi yaitu percaya bahwa Yesus adalah Kristus, mengalahkan dunia (1 Yohanes 5:4), kita dilindungi Allah (1 Yohanes 5:18) sehingga kita tidak akan berpaling dari iman dan dari anugrah.

Kesimpulan: kelahiran kembali merupakan suatu perubahan radikal dari kematian rohani menjadi hidup secara rohani yang : dikerjakan oleh Roh Kudus (kita sepenuhnya pasif), merupakan anugrah Allah yang berdaulat, terjadi di dalam persekutuan dengan Kristus.

2.3 Kelahiran kembali bersifat Supra-Natural
Menurut Grudem apa persis yang terjadi di dalam kelahiran kembali bersifat supranatural. Dia menunjuk kepada Yohanes 3:8 “angin bertiup kemana ia mau, dan engkau mendengar bunyinya, tetapi engkau tidak tahu dari mana ia datang atau kemana ia pergi. Demikian halnya dengan tiap-tiap orang yang lahir dari Roh.

Meskipun kelahiran kembali bersifat supra-natural namun ada beberapa ciri khasnya:

1. Kelahiran kembali bukan suatu proses yang berlanjut seumur hidup.
Alasan : karena kelahiran kembali bukanlah seperti pengudusan yang berlanjut seumur hidup, tetapi kelahiran kembali hanya terjadi sekali, Sebab kelahiran kembali terjadi secara seketika bagi orang percaya.

2. Kelahiran kembali mempengaruhi keseluruhan pribadi, maksudnya: bukan saja hati kita dan roh kita yang dahulu mati, melainkan kita sebagai pribadi yang utuh (dahulu mati karena pelanggaran dan dosa-dosa Efesus 2:1). Kemudian Allah menghidupkan kita menyangkut keseluruhan pribadi bersama dengan Kristus (efesus 2:5). Pemberian hati yang baru berarti pusat dari seluruh aktivitas manusia diperbaharui (seluruh hidup manusia diperbaharui).

2.4 Kelahiran kembali dan hubungannya dengan doktrin-doktrin lain
kelahiran kembali sangat berhubungan erat dengan panggilan efektif karena kedua-duanya menunjuk kepada permulaan hidup yang baru dan merupakan karya Allah semata-mata. Hoekema mengatkan kedua hal ini identik sebab mendeskripsikan perubahan dari kematian rohani kepada kehidupan rohani[18]. Sedangkan Berkhof berpendapat bahwa panggilan efektif kadang-kadang mengikuti kelahiran kembali

2.5 Kelahiran kembali dan pemberitaan Injil
Dalam pemberitaan Injil kita tidak menyuruh orang untuk lahir kembali, karena dalam kelahiran kembali manusia pasif, namun kita tetap memanggil orang untuk bertobat dan percaya kepaya Yesus. Menurut hoekema kelahiran kembali dikejarkan langsung Roh Kudus di dalam diri kita tanpa perantara dan juga tanpa pemberitaan Injil. Yang disebabkan oleh pemberitaan Injil adalah kelahiran kembali dalam arti luas yaitu manisfestasi pertama dari kehidupan rohani baru.

Dalam Pasal-pasal ajaran Dodrech III/IV :17, menjelaskan karya Allah yang supranatural dan ajaib olehnya kita dilahirkan kembali, tetapi tidak mencegah kita untuk meniadakan pemakaian Injil yang telah ditentukan Allah itu menjadi benih kelahiran kembali dan makanan bagi jiwa. Jadi, Roh Kudus memakai Firman Allah untuk mengerjakan kelahiran kembali, dengan kata lain Roh Kudus memakai Firman sebagai sarana. 

Hal ini menjadi dorongan yang kuat untuk tetap memberitakan Injil, walaupun pemberitaan Injil tidak dapat menuntut kelahiran kembali dari para pendengar, namun harus memangil pendengar untuk beriman kepada Injil dan bertobat dari dosa, sambil kita percaya bahwa Allah akan memberikan kepada para pendengar kemampuan untuk bertobat dan percaya.

3. Konversi (Iman dan pertobatan)

Konversi merupakan suatu bukti yang kelihatan dan regenerasi dan mencakup dua aspek keselamatan yang sangat berkaitan erat, yaitu pertobatan dan iman.

Konversi adalah tindakan yang dilakukan secara sadar oleh seseorang yang telah mengalami regenerasi dimana dia berpaling kepada Allah di dalam pertobatan dan iman.
Dalam Konversi ada dua hal :

Menjauhkan diri dari dosa yaitu iluminasi pada pikiran dimana dosa dikenali dalam pengertian yang sesungguhnya; penyesalan yang sungguh atas dosa; pengakuan yang rendah hati akan dosa; membenci dosa, yang mencakup keputusan yang tegas untuk meninggalkannya.

Mengarahkan diri kepada Allah dalam pelayanan artinya kembali kepada Allah dengan iman bahwa Dia akan mengampuni dosa kita; sukacita yang penuh di dalam Allah melalui Kristus; kasih yang murni kepada Allah dan sesama beserta kesukaan di dalam melayani Allah.

Konversi : Karya Allah dan aktivitas manusia
Di dalam konversi kita menemukan suatu paradoks yang tidak dapat diselesaikan dengan akal budi orang percaya tetapi tidak boleh dihilangkan, sebab di dalam konversi ada karya Allah dan aktivitas manusia. Di bagian ini kita akan menemukan penjelasan dengan memperhatikan apa yang dikatakan Alkitab.

Konversi sebagai karya Allah:

Iman : Tidak ada seorang pun dapat datang kepada-Ku, kalau Bapa tidak mengaruniakannya (Yohanes 6:65); semua orang yang ditentukan Allah untuk hidup yang kekal, menjadi percaya (Kisah Para Rasul 13:48); tidak ada seorang pun, yang dapat mengaku: Yesus adalah Tuhan, selain oleh Roh Kudus (I Korintus 12:3); sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman, itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah (Efesus 2:8); kepada kamu dikaruniakan... untuk percaya kepada Kristus (Filipi. 1:29); Yesus adalah pencipta dan penyempurnaan iman kita (Ibrani 12:2); setiap orang yang percaya, bahwa Yesus adalah Kristus, lahir dari Allah ( I Yohanes 5:1). Jadi iman kita menyatakan bahwa kita telah diperanakan oleh Allah dan masih berada di dalam kondisi itu.

Pertobatan : Ya Allah, pulihkanlah kami, buatlah wajahMu bersinar, maka kami akan selamat (Mazmur 80:3,8,20); Bawa aku kembali, supaya aku berbalik, sebab Engkaulah TUHAN Allahku (Yeremia 31:18); Bawalah kami kembali kepada-Mu, ya TUHAN, maka kami akan kembali ((Yeremia 31:18)); di luar kamu tidak dapat berbuat apa-apa (Yohanes 15:5); untuk memberikan pertobatan dan pengampunan dosa kepada Israel (Kis. 5:31); Kis. 11:18; 2 Timotius 2:25. 

Konversi sebagai aktivitas manusia.

Iman : supaya kamu percaya, bahwa Yesuslah Mesias, Anak Allah dan supaya kamu oleh imanmu memperoleh hidup dalam nama-Nya (Yohanes 20:31) percayalah kepada Tuhan Yesus dan engkau akan selamat, engkau dan seisi rumahngmu (Kisah Para Rasul 16:9); sebab jika kamu...percaya dalam hatimu bahwa Allah telah membangkitkan Dia dari antara orang mati, maka kamu akan diselamatkan (Rm. 10:9); jadi, iman timbul dari pendengaran, dan pendengaran oleh Firman Kristus (Rm. 10:17); dan inilah kemenangan yang mengalahkan dunia : iman kita (I Yohanes 5:4).

Pertobatan : baik orang fasik meninggalkan jalannya....baik ia kembali kepada Tuhan, maka Dia akan mengasihinya (Yesaya 55:7); Bertobatlah, bertobatlah dalam hidupmu yang jahat itu (Yes. 33:11); Bertobatlah, sebab kerajaan Sorga sudah dekat (Matius 4:17); bertobatlah dan hendaklah kamu masing-masing memberi dirimu di baptis (Kis. 2:38); karena itu sadarlah dan bertobatlah, supaya dosamu dihapuskan (Kisah Para Rasul 3:19); maka sekarang Allah memberitakan kepada manusia, bahwa dimana-mana semua mereka harus bertobat (Kisah Para Rasul 17:30); bahwa mereka harus bertobat dan berbalik kepada Allah (Kisah Para Rasul 26:20).

Kedua hal ini terdapat suatu paradoks sebab Allah harus membuat kita bertobat dan percaya dan disisi lain kita juga harus bertobat dan percaya. Para pemberita Injil harus orang-orang yang mendengarkan pemberitaannya untuk bertobat dan percaya, dan sekaligus kita harus menyadari bahwa tidak ada seorang pun yang dapat bertobat dan percaya, kalau Allah tidak mengaruniakannya (Yohanes 6:65).

Dalam ajaran Dodrech III/IV :12, menekankan karya Allah dalam kelahiran kembali, juga mengungkapkan aktivitas manusia dalam pertobatan dan iman mereka: ‘kehendak yang telah diperbaharui tidak hanya digerakkan dan di dorong Allah karena setelah digerakkan Allah maka kehendak itu sendiri juga bergerak. Dengan demikian juga dapat dikatakan bahwa oleh karunia yang telah diterimanya, manusia sendiri percaya dan bertobat.


Hoekema membedakan beberapa jenis konversi

1.Konversi sejati, hanya dapat terjadi satu kali dalam kehidupan seseorang misalnya Rasul Paulus.

2.Koversi nasional, artinya seluruh bangsa (Israel) kembali kepada Allah, misalnya: bangsa Israel di bawah pimpinan Hizkia dan Yosia, dan bangsa Niniwe. Konversi ini tidak berarti bahwa setiap anggota bangsa itu bertobat.

3. Konvensi sementara, yaitu konversi yang tidak sejati, seperti dalam perumpamaan penabur benih (Matius 13:20-21)
Konversi kedua, yaitu seseorang percaya sejati yang jatuh dalam dosa tertentu atau hanya menjadi orang Kristen nominal untuk sementara waktu, yang kemudian kembali lagi kepada Allah, yang kaya akan rahmat, sesuai dengan rencana pemilihan yang tidak berubah-rubah, tidak menjauhkan sama sekali Roh Kudus dari orang-orang milik-Nya, bahkan mereka tidak sampai jatuh ke dalam dosa yang menyedihkan.

Iman

Dalam pengkuan iman wesminter pada bab 14 membahas iman yang menyelamatkan : iman yang dianugrahkan membuat orang-orang terpilih sanggup menjadi percaya demi keselamatan jiwanya. Dengan Roh Kudus bekerja di dalam hati setiap orang terpilih juga lewat pekerjaan pelayanan Firman. Melalui pelayanan Firman serta doa maka iman bertambah besar dan kuat.

Pada Katekismus Heidelberg (minggu 25) menjelaskan bahwa iman yang membuat kita mendapat bagian dalam Kristus dan segala anugerah-Nya, datang dari Roh kudus yang bekerja menciptakan iman itu di dalam hati kita melalui pemberitaan Injil yang kudus dan yang menguatkannya melalui penerimaan sakramen.

Dengan iman yang menyelamatkan secara umum kita percaya bahwa apa pun yang dinyatakan dalam Firman adalah benar (Yohanes 2:22; 4:50; 5:46-47; 12:38; Kisah Para Rasul 24:14). Dengan iman yang menyelamatkan secara khusus kita menyambut dan meraih Kristus serta bertumpu pada Dia demi pembenaran, pengudusan, dan kehidupan kekal yang diperoleh melalui perjanjian anugerah (Yohanes 1:12; Kis. 15:11; 16:31; Galatia 2:20).

Pentingnya iman
Iman merupakan aspek yang esensial dari konversi, bersamaan dengan pertobatan, keduanya merupakan keharusan dalam keselamatan. tanpa iman kata penulis kitab Ibrani mustahil orang dapat berkenaan kepada Allah (Ibrani 11:6) iman merupakan karya luar biasa yang dituntut Allah dari diri kita (Yohanes 6:29); iman adalah sarana yang dengannya kita diselamatkan (Ibrani 11:1) (bnd. Yohanes 3:23; Yohanes 20:31; Rm. 10:9; 1 Ptr. 1:5; Galatia 5:6; Kis. 2:44)

Dalam PL ada tiga kata yang paling umum dipakai untuk iman adalah
He’emin : menyebabkan untuk mendukung, menyebabkan menjadi teguh, mempercayakan diri kepada seseorang (Kejadian 15:6)

Batach : yakin, bersandar, mempercayai (Mzm. 25:2; 13:6a; 84:13; Amsal 16:20; Yesaya 26: 3-4)
Chasah : mencari perlindungan (Mzm. 2:12; 25:20; 31:2; 57:2; 91:4).

Menurut Paulus zaman PB dapat di cirikhaskan sebagai zaman dimana iman itu telah datang (Gal. 3:25). Maksud Paulus bahwa objek dari iman kita adalah Yesus Kristus, telah menyatakan diri-Nya.
Kata pistis secara umum dipakai dalam arti iman yang dengannya kita mempercayai (lih. Kis. 11:24; Rm. 3:28; Ef. 2:8). Namun kata pistis kadang-kadang dapat berarti iman yang diyakini yaitu isi dari apa yang dipercayai (lih. Yud. 3; Galatia 1:23; 1 Timotius 4:1).

Kata pisteuein memiliki arti :
1) berpikir bahwa sesuatu adalah benar (Matius 24:23)
2) menerima pesan Allah (Kis. 24:14)
3) menerima Yesus sebagai Mesias (Yoh. 3:16).

Jadi, iman bukan saja berarti mempercayai kebenaran yang disampaikan oleh para rasul atau orang lain, melainkan juga suatu kepercayaan pribadi kepada Kristus sebagai juruselamat.
iman menurut Alkitab

Iman merupakan inti dari kehidupan umat Allah baik di dalam PL maupun PB[27] (lih. Kej. 3:15; Ibr. 11:4-7). Abraham adalah bapa semua orang percaya yang tidak bersunat dan yang bersunat (Rm. 4:11-12), dan mereka yang hidup dari iman adalah anak-anak Ambraham (Galatia 3:7). Iman juga memainkan peran yang penting dalam kitab Mazmur dan kitab nabi-nabi. Dalam PL iman adalah mengucapkan Amin kepada Allah, sedangkan di dalam PB iman adalah mengucapkan Amin kepada Injil.[28]

Kata Pisteuein hampir 100 kali di dalam Injil Yohanes. Penekanannya lebih kepada iman yang menyelamatkan (Yoh. 3:16,18,36; 6:47; 7:8; 11:25-26). Artinya mengakui Yesus Kristus sebagai juruselamat yang diutus oleh Bapa ke dalam dunia, berserah kepada-Nya dan mempercayai-Nya
Iman dalam Kisah Rasul adalah pertama, penerimaan terhadap kesaksian rasuli tentang Kristus. Kedua, kepercayaan secara pribadi kepada Kristus untuk keselamatan.

Bagi Paulus iman adalah : Pertama, kita hanya dibenarkan oleh iman (Rm. 3:28). Kedua, kesatuan kita dengan Kristus dialami dan dipertahankan melalui iman (Efesus 3:17). Ketiga, iman harus menyatakan dirinya di dalam kasih dan kehidupan yang benar (Galatia 5:6).Yakobus menekankan “iman tanpa perbuatan adalah mati” (Yakobus 2:26).

Penulis Ibrani mau menghindari bahwa para pembaca suratnya akan menjadi murtad dan kembali kepada hukum taurat tanpa Kristus. Teladan-teladan pahlawan iman merupakan dorongan bagi mereka untuk berlomba dengan tekun dalam perlombaan yang telah diwajibkan bagi kita (Ibr. 12:1). Di dalam kitab Ibrani iman digambarkan sebagai dinamika kehidupan Kristen, yang dengannya kita mampu untuk bertekun sampai akhir.

Dalam surat Petrus “iman dikaikan dengan pengharapan” (1 Petrus 1:5,21)
Yohanes menekankan bahwa iman sejati membawa serta pengetahuan ( 1 Yohanes 5:13)
Kesimpulan : keselamatan hanya di dapatkan melalui iman yang hidup pada Kristus.

Di samping deskripsi-deskripsi iman yang disebutkan di atas kita dapat menyebutkan deskripsi-deskripsi yang berikut ini: “iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita liha”. Menurut Hoekema kata yang diterjemahkan dengan “dasar” (hupostasis) artinya surat bukti hak milik, dan kata yang diterjemahkan dengan “bukti” (elenchos) berarti bukti yang meyakinkan tentang realitas yang tidak realitas. Dengan iman seperti itu kita dapat bertekun melawan segala cobaan.

Deskripsi-deskripsi lain yang Hoekma sebut :
§ Tindakan untuk datang kepada Yesus (Yohanes 6:37)
§ Memakan Kristus (Yohanes 6:51) artinya menerima segala sesuatu dari Kristus
§ Meminum Kristus (Yohanes 4:14), Kehausan rohani kita telah terpuaskan untuk selama-lamanya
§ Tinggal di dalam Kristus (Yoh. 15:5). Yaitu berdiam di dalam Kristus, bersandar kepada-Nya, mendapatkan kekuatan dari-Nya, dan hidup dalam persekutuan terus menerus.

Dalam beberapa deskrispsi ini, jelas bahwa iman tidak bersifat sementara, dan melibatkan seluruh kehidupan kita. Ini berarti melebihi intelektual seseorang.

Konsep iman
Iman yang menyelamatkan dapat didefenisikan sebagai suatu respon terhadap panggilan Allah melalui penerimaan akan Kristus dengan keseluruhan pribadi yaitu dengan keyakinan yang pasti mengenai kebenaran Injil dan penyerahan penuh keyakinan pada Allah di dalam Kristus tentang keselamatan kita, serta dengan komitmen sejati kepada Kristus dan untuk melayani-Nya.
 
Aspek-aspek dari iman yang tidak bisa dipisahkan namun dapat dibedakan:

§ Pengetahuan (knowledge) maksudnya bahwa tidak mungkin kita mempercayai seseorang yang kita tidak kenal atau kita tidak ketahui sama sekali, artinya yang kita percayai kita tahu. Walaupun kita tidak bisa memahami Allah sampai tuntas, kita bisa mengenal Allah dan mendapat pengetahuan tentang keselamatan yang sedang dikerjakan oleh Allah.

Konsep pengetahuan tentang iman berbeda dengan pengetahuan di dalam sains matematika. Alkitab dengan jelas mengajarkan bahwa tanpa iman mustahil terdapat iman yang sejati. Untuk itu kita harus memiliki pengetahuan yang cukup untuk mengetahui siapa yang kita percaya dan apa yang telah Kristus lakukan bagi kita.

Hal yang harus disadari adalah Allah tidak terbatas, dan karena iman mempercayai Allah dan karya keselamatan dari-Nya, maka pengetahuan yang tercakup di dalam iman bukanlah pemahaman secara total, artinya Allah tidak dapat dipahami sampai tuntas.

§ Persetujuan (assent) : maksudnya suatu tindakan yang dengannya secara teguh menerima bahwa ajaran Firman Allah adalah benar. Persetujuan seperti ini harus melibatkan keseluruhan diri kita, kita menerima sebagai hal yang benar apa yang diajarkan oleh Alkitab kepada kita mengenai dosa, Kristus, keselamatan, dan tujuan Allah bagi hidup kita. Jika pengetahuan yang terlibat di dalam iman kita tidak mencakup adanya persetujuan ini, maka iman kita bukanlah iman yang sejati.

§ Kepercayaan (trust). Aspek ini adalah puncak dari iman. Bahwa iman sejati meliputi kepercayaan adalah hal yang sudah jelas kata-kata yang dipergunakan untuk iman di dalam Alkitab, dari gambaran-gambaran yang dipergunakan Alkitab untuk mendeskripsikan iman, dan dari natur tindakan-tindakan yang terlibat di dalam iman. Iman adalah berpaling dari diri sendiri, dan bersandar secara penuh kepada Kristus untuk keselamatan.

Hal sama dijelaskan dalam katekismus Heidelberg Minggu ke-7, iman adalah kepercayaan yang teguh yang dikerjakan dalam hatiku oleh Roh Kudus, melalui Injil. Isinya adalah bahwa pengampunan dosa dan kebenaran serta keselamatan yang kekal telah dikeruniakan tidak hanya kepada orang lain saja, tetapi juga kedaku, oleh rahmat Tuhan semata-mata, hanya berdasarkan jasa-jasa Kristus saja.

Kepastian keselamatan.
Kepastian keselamatan tidak terletak dalam iman atau perbuatan kita, “meskipun kita melakukan perbuatan baik, kita tidak menjadikan dasar keselamatan kita, sebab kita tidak dapat melakukan satu perbuatan pun yang tidak tercemar oleh kedagingan kita dan patut mendapat hukuman” jadi, kita akan selalu bimbang, terombang ambing, tanpa kepastian, dan hati nurani kita yang malang akan tersiksa secara terus menerus jika tidak didasarkan pada jasa dari penderitaan dan kematian juruselamat kita (PGIB). 

Hal yang sama ditekankan dalam KH minggu 23 “layaklah imanku membuat Allah berkenan kepadaku? Tidak, melainkan hanya pelaksanaan pelunasan oleh Kristus, kebenaran-Nya dan kesucian-Nya semata-mata merupakan kebenaranku dihadapan Allah. Namun tanpa iman tidak mungkin kuterima dan kuraih semuanya.

Kalau seseorang diselamatkan oleh anugerah, maka dapat meyakini akan keselamatan dirinya, walaupun dia mungkin tidak selalu memiliki keyakinan itu secara penuh. Karena itu kepastian keselamatan bukan saja mungkin tetapi juga merupakan esensi dari iman dan bukan sesuatu yang ditambahkan kepada iman. Calvin tidak menyangkal bahwa orang-orang percaya mungkin kekurangan kepastian keselamatan. Tetapi mereka harus berjuang melawan keraguan dan mendapatkan kepastian yang semakin besar.

Dalam hal ini Calvin tidak sependapat dengan Katholik Roma yang menyatakan bahwa orang percaya tidak dapat memiliki kepastian keselamatan kecuali dengan wahyu khusus. Karena tidak seorang pun yang dapat mengetahui dengan kepastian iman, yang tidak dapat salah, bahwa dirinya telah mendapatkan anugerah Allah. Menanggapi hal ini berkouwer menyatakan penolakan Katolik Roma terhadap kepastian keselamatan adalah konsisten dengan konsep mereka tentang natur keselamatan yaitu melihat keselamatan sebagai upaya bersama Allah dengan manusia. Pernyataan ini dikutip dari tulisan Hoekema (hlm.207).

Tentang kepastian keselamatan kita melihat apa yang diajarkan oleh Alkitab:

§ Secara ideal iman seharusnya membawa serta keyakinan di dalamnya. Lihat Ibrani 11:1 “menurut ayat ini membawa kepastian akan keselamatan yang diharapkan, 1 Yohanes 5:13 “supaya kamu yang percaya kepada nama Anak Allah tahu bahwa kamu memiliki hidup yang kekal”,

§ Orang-orang percaya sejati suatu waktu dapat saja kekurangan keyakinan. Lihat Lukas 12:28 “hai orang yang kurang percaya”, Lukas 17:5 “tambahkan iman kami”, Markus 9:24 “ tolonglah aku yang tidak percaya ini” Ibrani 3:12 yang dibicarakan dalam ayat ini bahwa orang percaya terkadang dapat saja tidak memiliki kepastian penuh akan keselamatan, dan bahwa mereka dapat kehilangan rasa kepastian setelah menikmatinya untuk suatu waktu. 

§ Perlu memupuk kepastian keselamatan. Lihat 2 Petrus 2:1-10 “karena itu saudara-saudara, berusahalah sungguh-sungguh supaya panggilan dan pilihanmu makin teguh.

Kesimpulan :Alkitab mengajarkan kepada kita bahwa secara ideal iman seharusnya membawa kepastian yang penuh akan keselamatan, meskipun bahwa orang-orang percaya dapat saja untuk suatu waktu kekurangan kepastian ini, karena itu, kita harus berupaya memelihara kepastian keselamatan yang semakin besar dan berdoa agar kita dapat membedakan dengan semakin jelas kesaksian Roh yang meneguhkan bahwa kita adalah anak-anak Allah.

Keyakinan tentang keselamatan juga ditekankan dalam pengakuan-pengakuan iman Reformed “ barang siapa memiliki Yesus Kristus oleh iman mempunyai kepastian keselamatan. Hal sama ditekankan dalam ajaran Dordrech : kepastian itu tidak timbul dari salah satu penyataan khusus, yang berlangsung tanpa atau di luar Firman tetapi dari kepercayaan kepada janji Allah yang telah dinyatakan-Nya dengan begitu berlimpah dalam Firman-Nya demi penghiburan kita, dan dari kesaksian Roh Kudus yang bersaksi bersama dengan roh kita bahwa kita adalah anak-anak Allah dan ahli waris kerajaan Allah.

Iman sebagai alat
Dalam PGIB menjelaskan “kita tidak beranggapan seolah-seolah iman sendirilah yang membenarkan kita dalam arti yang sesungguhnya, sebab iman itu hanya alat yang dengannya kita memeluk Kristus yang adalah kebenaran kita. Maksud iman hanya sekedar alat adalah menunjukan bahwa bukan iman kita yang menyelamatkan kita, melainkan Kristus sendiri. Kristus adalah keselamatan kita, sedangkan iman alat yang membuat kita tetap berada bersama Dia dalam persekutuan dengan-Nya. 

Hal ini ditambahkan Van Genderen/Velema bahwa iman adalah alat, karena bukan iman itu sendiri yang menyelamatkan kita, namun tidak berati bahwa iman itu kosong. Iman bukan alat mekanis melainkan alat untuk berhubungan dengan Allah. Dalam hubungan itu seorang percaya menyangkal dirinya dan hidup dari apa yang Allah berikan kepadanya melalui Kristus. Karena itu iman sangat penting sebab syarat untuk memegang anugerah Allah dan oleh iman yang dianugerahkan kita memperoleh kebenaran Kristus.[36]


Menurut Reymond, fungsi iman ini menyatakan tiga hal:
· Iman bersifat anugerah yang menyelamatkan, pemberian (Kisah Para Rasul 13:46-48; 16:14; Efesus 2:8; Filipi 1:29)
· Iman itu berhadapan dengan menaati hukum (taurat). Untuk mendapatkan keselamatan, kita tidak mengharapkan sedikit pun dari usaha kita sendiri (menaati hukum taurat), tetapi kita mengharapkan segala sesuatu dari Kristus saja (Roma. 3:20-22, 28; 4:5,14; 10:4; Galatia 2:16, 3:11; Filipi 3:9).
· Iman merupakan respon yang satu-satunya terhadap panggilan Allah yang sesuai dengan anugerah Allah. (Roma 4:16; 11:6; Galatia 5:4).

Pertobatan

Pertobatan adalah tindakan yang secara sadar dilakukan oleh seorang yang telah diregenerasikan untuk berbalik dari dosa kepada Allah di dalam suatu perubahan kehidupan sepenuhnya, yang dinyatakan di dalam bentuk suatu cara berpikir, merasa dan berkehendak yang baru.

Dalam pertobatan meliputi tiga aspek yaitu: Pertama, pikiran (intelektual) : yang menunjuk kepada pengenalan akan Allah, kesadaran akan dosa, dan pemahaman akan karya keselamatan Allah. Kedua, emosi atau perasaan : sukacita ( 2 Korintus 7:10) karena pengampunan dosa dan ketaatan kepada kehendak Allah. Ketiga, kehendak : menunjuk kepada perubahan dalam tujuan dan motivasi kita[24].

Pertobatan yang sejati melibatkan komitmen total, seperti yang dijelaskan dalam Matius 10:37-39 “Barang siapa mengasihi bapa atau ibunya, atau anaknya laki-laki atau perempuan, atau tidak memikul salibnya, atau mempertahankan nyawanya...... lebih dari pada-KU ia tidak layak bagi-Ku. Pertobatan sejati juga dapat kita lihat pada penyesalam Petrus (Matius 26:75) dia menangis dengan sedih. Penyesalan ini membawa kepada pengampunan dan pemulihan. Sedangkan penyesalan Yudas membuat dia menggantung diri (Matius 27:3-5). Kedua penyesalan ini ada perbedaan, karena dukacita menurut kehendak Allah menghasilkan pertobatan yang membawa keselamatan sedangkan dukacita dari dunia menghasilkan kematian ( 2 Korintus 7:10).

Pertobatan sejati sangat perlu sebab tanpa pertobatan dan penyesalan iman kita bersifat dangkal. Meskipun pertobatan dan penyesalan bukan cara untuk melunasi dosa sebab yang melanasi dosa adalah tindakan Allah di dalam Kristus, namun penyesalan itu sangat perlu bagi semua orang berdosa karena tanpa itu tidak seorang pun dapat mengharapkan pengampunan. Tentang ini dalam PIW XV:4 : menjelaskan sebagaimana dosa yang paling kecil pun patut di ganjar dengan hukuman kekal, begitu pula dosa yang paling besar pun tidak dapat mendatangkan hukuman kematian kekal atas orang-orang yang sungguh-sungguh menyesal.

3.1. Hubungan pertobatan dengan iman
Pada pembahasan konversi sebelumnya telah dijelaskan bahwa pertobatan dan iman berkaitan erat, kedua-duanya tidak dapat dipisahkan sebab pertobatan dan iman adalah hasil dari kelahiran kembali. Meskipun demikian kita harus tetap membedakan. Menurut Hoekema yang dikutip dari tulisan John Murray menyatakan “iman yang memimpin kepada keselamatan adalah iman yang menyesali dosa-dosanya, dan pertobatan yang membawa kepada kehidupan adalah pertobatan yang mempercayai Allah”. Tidak mungkin kita percaya tanpa adanya pertobatan, dan tidak mungkin juga kita bertobat tanpa percaya kepada Yesus Kristus.

3.2. Jenis kata pertobatan dalam Alkitab.
Dalam PL dua kata yang dipakai untuk pertobatan:
Nicham : Menyesal. Kata ini sering dipakai untuk suatu perubahan dalam rencana-rencana Allah (Kej. 6:6-7; Keluaran 32:12,14; Hab. 2:18 (berbelas kasihan), tetapi kadang-kadang juga dipakai untuk mendeskripsikan penyesalan atas dosa di dalam diri manusia; Ayub. 42:6; Yeremia 31:19.

Shubh : berbalik, Pergi kearah yang berlawanan. Pertobatan berarti perubahan dalam arah dari jalan yang salah ke jalan yang benar ( I Raj. 8:35; Ayub. 36:10; Maz. 51:15; Mal. 3:7)
Dalam penjelasan nas ini jelas bahwa dalam pertobatan ini hati kita terlibat, bnd. Yoel 2:12-13: “berbalik kepada-Ku dengan segenap hatimu, dengan berpuasa, dengan menangis dan dengan mengaduh.

Dalam PB pertobatan terutama dijelaskan dengan memakai dua kata:

· Metanoia (pertobatan) 22 kali dan Metanoeo (bertobat) 34 kali. Ini menunjuk kepada suatu perubahan pikiran hati. Hoekma menekankan bahwa Metanoia mencakup suatu perubahan dari suatu pribadi secara utuh seperti perubahan pikiran, perasaan, kehendak dan di kelakuan (lih. Mat. 3:2; 4:17; Luk. 24:46-47; Kis. 17:30.

· Epistrepho (dari kata epistrophe hanya dipakai satu kali, Kis. 15:3). Strepho artinya berputar kembali atau berbalik arah (lih. Kis. 15:19; 26:18; 1 Tesalonika 1:9; 1 Petrus 2:25.
Di samping kedua kata ini masih ada kata lain kadang-kadang digunakan yaitu metamelomai yang berarti mengubah keputusan (Matius 21:30,32) atau menyesal yang tidak membawa kepada kehidupan (Ma. 27:3).

3.2 Pertobatan sehari-hari
Dalam tulisan Calvin dia menjelaskan tentang pertobatan yang berkelanjutan (lih. Mat. 16:24, Rm. 12:2). Fakta ini mempunyai 3 implikasi[25] :

Ada perbedaan pertobatan awal dan pertobatan yang berlanjut disepanjang hidup kita.
Pertobatan sehari-hari ini (berlanjut) secara mendasar sama dengan aspek pengudusan progresif yang berlajut terus dalam kehidupan ini.

Pertobatan sehari-hari tidak pernah sempurna dikerjakan oleh kita. Katekismus Heidelberg menjelaskan “bahkan orang yang paling suci pun selama hidup di dunia ini, baru berada pada taraf permulaan ketaatan. Kita terus menerus membutuhkan pengampunan untuk dosa-dosa kita, dan untuk ketidak-sempurnaan pertobatan kita. Di sini menjadi nyata bahwa kita tidak diselamatkan oleh perbuatan kita, tetapi karena kasih karunia Allah yang melimpah (ef. 2:7-9).

4. PEMBENARAN.

Martin Luther sangat bergumul dengan kalimat keadilan Allah, karena dia berpikir bahwa keadilan itu bersifat penghukuman. Dia tidak percaya bahwa keadilan itu dapat menyelamatkan orang seperti yang tertulis dalam Mazmur 31:2 “luputkanlah aku oleh karena keadilanmu. Setelah Luther membaca dan memahami Roma 1:16-17 (sebab di dalamnya nyata kebenaran Allah, yang bertolak dari iman dan memimpin kepada iman, seperti ada tertulis : orang benar akan hidup oleh iman), ia menjadi sadar bahwa kebenaran Allah bukanlah keadilan yang menghukum orang-orang berdosa, melainkan suatu kebenaran yang Allah berikan kepada orang-orang berdosa yang membutuhkannya, dan yang dapat mereka terima dengan iman.

1. Istilah pembenaran dalam Alkitab
Istilah Ibrani untuk kata membenarkan adalah hitsdig dari kata tsadag artinya menjadikan benar atau berbalik kepada kebenaran (Daniel 12:3). Kata ini juga dipakai dalam pengertian forensik atau legal, yaitu menyatakan atau mendeklarasikan secara Yudisial bahwa seseorang adalah sesuai dengan hukum misalnya: Ulangan 25:1 “Apabila ada perselisihan.....maka hakim membenarkan pihak yang benar dan menyatakan salah pihak yang bersalah.

Dalam PL terdapat juga istilah keadilan Allah. inilah keadilan yang menghukum, misalnya : Mazmur 7:12; 11:5-7; Dan. 9:14. keadilan Allah juga dipakai dalam doa sebagai dasar memohon pertolongan dan keselamatan (Mazmur 31:2; 71:2; 143:1,11). Keadilan Allah berarti Tuhan selalu melakukan apa yang dikatakan-Ny, dan setia terhadap Firman-Nya ( 1 Samuel 15:29; Mazmur 89:35). Jadi apa yang dikatakan Allah baik hukuman maupun janji-Nya selalu Dia lakukan.

Istilah Yunani kata membenarkan adalah dikaioo artinya menyatakan atau mendeklarasikan seseorang sebagai yang benar ( Lukas 18:14; Kisah Para Rasul 13:39). Dalam tulisan-tulisan Paulus kata ini berarti menyatakan orang-orang berdosa benar ( Roma 4:5). Selain kata dikaioo, dalam PB kita menemukan kata dikaiosune yang artinya kebenaran (Roma 3:21-22), atau keadilan (Roma 3:25-26). 

Kata ini menunjuk kepada aktivitas Allah untuk membenarkan orang-orang berdosa (Roma 3:21-22), dan juga menunjuk kepada keadilan Allah artinya Allah selalu bertindak sesuai dengan sifat-Nya sebagai Allah yang adil. Allah tetap adil ketika Dia membenarkan orang-orang berdosa, dan Dia menempati janji-Nya mengenai keselamatan. jadi, anugerah-Nya tidak menggantikan keadilan, melainkan anugerah itu direalisasikan melalui keadilan Allah.


Dengan demikian kata dikaiosune dapat menunjuk kepada :
Kebenaran yang dikerjakan Kristus, yang diperhitungkan kepada orang-orang berdosa yang percaya kepada-Nya.

Keadilan Allah, selalu melakukan apa yang Dia katakan atau janjikan.
Kebenaran yang dilakukan oleh Kristus, menaati kehendak Allah secara sempurna, dan juga harus dilakukan oleh setiap orang percaya.

1 Dasar Alkitab
Pembenaran karena iman dengan jelas diajarkan di dalam PB, tetapi juga sebelumnya sudah dijelaskan di dalam PL. Di dalam PL ayat yang paling menonjol adalah dalam Kejadian 15:6 “lalu percayalah Abraham kepada Tuhan, maka Tuhan memperhitungkan hal itu kepadanya sebagai kebenaran. Abraham dibenarkan karena iman. 

Memang Abraham belum dapat percaya kepada Yesus yang telah menjadi manusia, tetapi dia sudah percaya kepada Mesias yang akan datang. Paulus mengutip Kejadian 15:6 di dalam Roma 4:3,22 dan Galatia 3:6 untuk menunjukkan bahwa Abraham, bapa orang percaya, dibenarkan oleh iman dan bukan oleh perbuatan. Yakobus juga menggunakan Kejadian 15:6 di dalam Yakobus 2:23, merujuk kepada pembenaran atas Abraham, meskipun tujuan Yakobus mengutip bagian ini berbeda dengan tujuan Paulus.

Walaupun pembenaran karena iman belum diajarkan secara jelas dalam PL, namun pengampunan dosa nyata sekali dalam PL. Misalnya : Mazmur 10 3:8-12, dikatakan Allah tidak melakukan kepada kita setimpal dengan kesalahan kita, tetapi kasih setia-Nya besar sekali, dan Dia menjauhkan pelanggaran kita dari pada kita. Dalam Mazmur ini, kata pembenaran tidak dipakai, tetapi pembenaran itu dengan jelas diajarkan dalam Mikha 7:18-19; Yesaya 53:6,11.

Dalam PB pembenaran karena iman jelas sekali diajarkan Paulus dalam Roma 3:21-28. tentang ini Hoekema menyimpulkan sebagai berikut:[39]

Pembenaran berakar di dalam PL (21) : yang disaksikan dalam kitab Taurat dan kitab para nabi. Maksud Paulus adalah alkitab PL.

Pembenaran ini diterima manfaatnya dengan iman (ay,22): kebenaran ini merupakan karunia Allah yang diterima oleh iman.

Keharusan, pembenaran ini ditekankan dalam ayat 22b-23. dalam ayat 23 dua hal yang ditekankan : (1) semua orang telah berbuat dosa (hemarton) kata ini berbetuk aorist :telah berbuat dosa. Kata ini menggambarkan situasi semua orang sekarang akibat pelanggaran Adam dan Hawa. (2) terus menerus kehilangan atau kekurangan kemuliaan Allah (husterountai) kata ini berbentuk present tense. Maksudnya kekurangan di dalam mempermuliakan Allah dengan cara menjalankan kehendak-Nya secara tidak sempurna.

Dasar bagi pembenaran adalah karya pendamaian Yesus Kristus. Ada dua kata yang perlu perhatian khusus yakni (1) pertama, apolutrosis artinya penebusan (ay. 24), yang diartikan membeli kembali budak dan memberikannya kemerdekaan melalui pembayaran sejumlah tebusan. Gambaran ini yang diterapkan kepada karya Kristus. (2) hilasterion diterjemahkan pendamaian artinya Kritus Yesus telah ditentukan Allah menjadi jalan pendamaian karena iman, dalam darah-Nya (ay.25) keadilan dari pembenaran kita. 

Keadilan Allah tidak dikorbankan. Allah melakukan segala sesuatu dengan adil dan benar. Tidak ada pertentangan dengan anugerah-Nya. Allah menyediakan korban oleh anugerah-Nya dan Kristus menanggung hukuman atas dosa-dosa kita . ayat 25 menjelaskan dosa-dosa orang percaya pada zaman PL dapat secara adil dibiarkan (tidak dihukum) dengan memandang kepada pengorbanan yang akan dilakukan Kristus. Ayat 26, menjelaskan saat ini Allah dapat secara adil membenarkan orang berdosa karena Kristus telah secara sempurna memenuhi tuntutan keadilan Allah bagi umat-Nya.

Hoekema menyimpulkan pembahasan ini dengan mengatakan bahwa manusia dibenarkan karena iman, bukan karena perbuatan (Roma 3:28). Nas-nas lain yang mendukung kesimpulan ini : Galatia 2:16 dan Filipi 2:8b-9. maka kebenaran Allah yang kita peroleh melalui iman merupakan harta yang tidak ternilai sehingga segala hal yang dibandingkan dengannya dilihat sebagai kerugian.

Bagaimana dengan ajaran Yakobus tentang pembenaran? Ketika kita membandingkan perkataan Yakobus (2:14-16) dengan ajaran Paulus, maka terdapat kontrakdiksi yang nyata diantara mereka. Paulus berkata tidak seorang pun dibenarkan oleh karena melakukan hukum taurat sedangkan Yakobus berkata manusia dibenarkan karena perbuatan-perbuatannya dan bukan hanya karena iman.

Untuk memahami perbedaan ini dan bukan pertentangan kita harus memperhatikan dua hal yakni latar belakang kedua surat dan arti yang diberikan kepada istilah iman dan perbuatan.

Pertama, Masalah yang dihadapi Paulus adalah ia harus menjelaskan kepada orang-orang Kristen bukan Yahudi bahwa iman dalam Yesus sudah cukup, dan bahwa mereka tidak boleh berpikir bahwa sebagai ganti perbuatan penyembahan berhala, mereka memerlukan perbuatan-perbuatan berdasarkan hukum taurat untuk mendapatkan keselamatan (seperti yang dilakukan Paulus sendiri sewaktu dia masih menjadi seorang Farisi). 

Sedangkan masalah yang dihadapi Yakobus adalah sedang menghadapi orang-orang yang cenderung berpendapat bahwa kepercayaan kepada kebenaran kekristenan secara intelektual semata-mata sudah mencukupi untuk mendapatkan keselamatan. Perhatikan Yakobus 2:24 ”apa gunanya jika seorang mengatakan bahwa ia mempunyai iman pada hal ia tidak mempunyai perbuatan?.

Kedua, iman menurut Paulus adalah penerimaan Injil dan penyerahan pribadi kepada Dia yang diberitakan. Sedangkan perbuatan baginya adalah perbuatan-perbuatan untuk melakukan hukum taurat yang menjadi dasar kemegahan terhadap hasil pekerjaan yang baik. Sedangkan iman menurut Yakobus adalah ketika mengutip Kejadian 5:16 adalah iman yang disempurnakan, sedangkan perbuatan yang ia maksud adalah perbuatan mengasihi sebagai seorang Kristen atau perbuatan yang menggenapi hukum utama yaitu tentang mengasihi sesama. 

Ketika Yakobus berkata bahwa seseorang tidak dapat dibenarkan oleh iman yang tidak memiliki perbuatan, maka dia sebenarnya tidak menyatakan sesuatu yang berbeda dari Paulus karena Paulus sendiri menyatakan pemikirannya di banyak bagian lain misalnya Galatia 5:6. Maksud yang disampaikan Yakobus

Baik Paulus maupun Yakobus pasti akan menyetujui pendapat Calvin “hanya iman saja yang membenarkan, akan tetapi iman yang membenarkan itu bukanlah iman yang tanpa perbuatan.

2 Pandangan Katolik Roma tentang pembenaran
pembenaran bukan deklarasi (seorang percaya dinyatakan benar), melainkan suatu penamaan anugerah yang mengakibatkan suatu perubahan di dalam natur rohani dan moral manusia dan bukan suatu deklarasi, dimana Allah mengimputasikan kebenaran Kristus kepada orang percaya.

Iman tidak memiliki signifikansi di dalam pembenaran, tetapi menempati tempat lebih rendah. Bagi mereka Roma 3:28, Trent menyatakan kita dapat dibenarkan melalui iman dalam pengertian bahwa iman disini adalah awal dari keselamatan manusia, dasar dan sumber dari semua pembenaran. Jadi pembenaran bukan melalui iman melainkan jika seseorang menerima anugerah yang ditanamkan melalui sakramen baptisan.

Anugerah pembenaran ini masih dapat hilang. Yang menyebabkan bisa hilang bukan hanya karena ketidak percayaan, tetapi juga oleh setiap dosa maut (dosa yang sangat parah melanggar perintah Allah dan yang disengaja). Dengan melakukan dosa seperti ini , maka orang tersebut telah mati dari kedudukannya sebagai anak Allah karena kasih Allah telah dipadamkan olehnya.

Pembenaran memampukan orang percaya mendapatkan pahala untuk menjadikan dia berhak memperoleh kehidupan yang kekal. Pandangan ini bertentangan dengan ajaran Alkitab dalam Roma 4:5-6 “bahwa manusia dibenarkan karena kebenaran Kristus yang diperhitungkan kepadanya. Demikian juga dalam Efesus 2:8-9 “karena kasih karunia kita diselamatkan bukan karena perbuatan kita....

3. Konsep Pembenaran.
Pembenaran dapat didefenisikan sebagai tindakan anugerah dan yudisial Allah yang dengannya Dia menyatakan orang-orang berdosa yang percaya sebagai benar berdasarkan kebenaran Kristus yang diperhitungkan kepada mereka, mengampuni semua dosa mereka, mengadopsi mereka sebagai anak-anak-Nya dan memberikan kehidupan kekal kepada mereka.

Dalam doktrin pembenaran ada beberapa hal yang penting:

Doktrin pembenaran mempresaposisikan adanya pengakuan atas realitas mengenai murka Allah. Allah yang kita hadapi adalah Allah yang kudus, yang pasti Allah pasti murka terhadap dosa kita(Hab. 1:13); murka Allah ada di atas orang-orang yang tidak taat kepada Anak (Yohanes 3:36), Paulus mengatakan pada dasarnya kami adalah orang-orang yang harus dimurkai (Ef. 2:3, 5:6); karena murka ini kita jauh dari Allah (Kol. 1:21); berada dibawah kutuk Allah (Galatia 3:10).

Pembenaran merupakan suatu tindakan deklaratif dan yudisial Allah dan bukan merupakan suatu proses. Dengan deklarasi ini kita diselamatkan dari murka Allah, dan diperdamaikan dengan-Nya (Kolose 1:21-22).

Pembenaran diterima hanya oleh iman, dan tidak pernah merupakan pahala bagi perbuatan kita (Roma 3:28). Walaupun masih ada dosa dan kecenderungan untuk berdosa, namun kepastian akan pembenaran kita tidak ditiadakan. Dan pembenaran yang telah kita terima dengan iman mempunyai implikasi bahwa kita tidak mengalaminya secara aktual, (Pendapat Hendrikus Berkhof dalam tulisan Hoekema hlm. 242), tetapi yang diperhitungkan kepada kita kebenaran secara sempurna, akan dialami di saat kita membiarkan diri kita diberitahu yaitu sebagai suatu perasaan yang terbebaskan, sukacita dan jaminan, walaupaun kita belum benar secara sempurna.pembenaran berakar dalam kesatuan dengan Kristus.

Pembenaran didasarkan kepada karya substitusi (penggantian) Kristus bagi kita. Ini melibatkan tindakan Kristus mengambil tempat kita dan menanggung bagi kita murka Allah terhadap dosa-dosa kita yang sebenarnya kita yang menanggung. Hal ini telah diajarkan di Yesaya 53 “Tuhan telah menimpakan kepada-Nya kejahatan kita sekalian; Yes, 53:12; Ibr, 9:28; 1 Petrus 2:24; Matius 20:28; 2 Kor. 5:21; Galatia 3:13.

Kebenaran Kristus diperhitungkan (logizomai) kepada kita. Ini disebut pengimputasian. imputasi adalah istila legal atau yudisial yang artinya mengakui suatu hal sebagai berlaku bagi orang lain. Kata ini digunakan dalam tiga hubungan di dalam PB, yakni pengimputasian dosa Adam kepada keturunannya (Roma. 5:12-21, pengimputasian umat Allah kepada Kristus (2 Korintus :21), dan pengimputasian kebenaran Kristus kepada umat-Nya ( 1Korintus 1:30).

Di dalam pembenaran kasih karunia dan keadilan Allah dinyatakan bersama-sama. Alkitab sering menyatakan kedua aspek ini misalnya Habakuk 3:20; Roma 11:22; 1 Yohanes 1:9; Roma 3:24-26 “ keadilan Allah telah dipuaskan secara sempurna oleh pendamaian Kristus” dan di kayu salib keadilan dan kasih Allah dinyatakan secara bersama-sama.

Pembenaran memiliki sisi negatif (pengampunan dosa) dan sisi positif (pengadopsian kita sebagai sebagai anak-anak Allah dan penerimaan oleh kita untuk memiliki hidup yang kekal).

Pembenaran memiliki implikasi eskatologi artinya keputusan yang akan dijatuhkan Allah kepada kita di hari penghakiman telah dinyatakan kepada kita pada saat ini. Kita yang percaya kepada Kristus telah berpindah dari kematian kepada Kehidupan (Yohanes 5:24; Roma 8:23; Yohanes 11:25-26).

Pembenaran yang telah diterima tidak akan hilang.

Pembenaran harus dibedakan (bukan dipisahkan) dari pengudusan
Pembenaran menghapus kesalahan dosa, sedangkan pengudusan menghapus pencemaran dosa dan memampukan orang percaya untuk bertumbuh di dalam keserupaan di dalam Kristus

Pembenaran diluar diri orang percaya, sedangkan pengudusan terjadi di dalam diri orang percaya dan bersifat progresif.

Pembenaran terjadi satu kali untuk selamanya, sedangkan pengudusan merupakan suatu proses yang berkelanjutan sepanjang hidp.

Pembenaran adalah karya Allah semata, sedangkan pengudusan (progresif) manusia menjadi aktif

Pembenaran sudah sempurna sedangkan pengudusan selama dalam hidup ini belum sempurna

5. PENGADOPSIAN KITA MENJADI ANAK-ANAK ALLAH.

Menurut Hoekema pengadopsian ini sebagai sisi positif dari pembenaran , sehingga ia membahas dalam topik pembenaran. Sisi positif ini dijelaskan dengan membedakan ketaatan Kristus yang pasif (ketaatan penderitaan), dan ketaatan Kristus yang aktif (ketaatan memenuhi hukum taurat),  melalui ketaatan-Nya yang pasif Ia telah menanggung dosa dan kutuk bagi kita (Galatia 3:13; Rm.3:24-26; 5:8-10), dengan demikian Kristus mengerjakan pengampunan bagi dosa kita. 

Sedangkan ketaatan aktif-Nya kita diberikan hak untuk diadopsi sebagai anak-anak Allah, dan melalui ketaatan aktif ini kita diperhitungkan pembenaran bagi kita (Roma 5:18-19; Filipi 3:8-9; 2Korintus 5:21; 1 Korintus 1:30).

Dasar Alkitab bagi doktrin adopsi ini : Efesus 1:5-6; Yohanes 1:12; Roma 8:14-17; 9:8; Galatia 3:26; 1 Yohanes 3:1-2 Melalui adopsi orang tebusan diangkat menjadi anak-anak Tuhan Allah yang Mahakuasa.[44] Mereka diperkenalkan sebagai keluarga Allah dan mendapat bagian di dalamnya. Ayat yang menyatakan secara tegas sifat khusus dari adopsi ini adalah Yohanes 1:12, “Tetapi semua orang yang menerima-Nya diberi-Nya kuasa supaya menjadi anak-anak Allah, yaitu mereka yang percaya dalam nama-Nya.”

Sebagaimana halnya dengan pembenaran, kebenaran tentang adopsi pantas untuk disampaikan kepada orang yang sudah percaya maupun yang belum percaya. Kepada mereka yang telah percaya, kebenaran ini mempertegas kembali status dan relasi mereka yang baru dengan Tuhan. Dengan status sebagain anak-anak Allah ini mereka mendapatkan rasa aman dan damai bersama Allah. Dan kepada mereka yang belum percaya, kebenaran ini memberikan jaminan kepada mereka bahwa mereka akan diberi kuasa menjadi anak-anak Allah jika mereka menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat satu-satunya.

Manfaat-manfaat pengapdosian kita menjadi anak-anak Allah adalah

Kita memiliki hak untuk datang menghadap takhta anugerah dengan keberanian (Ibrani 4:16; 1 Yoh. 5:14)

Kita menikmati berkat perlindungan dan pemeliharaan Allah (Matius 6:25-34; 1 Petrus 5:7)
kesulitan-kesulitan yang masih kita lalui bukan lagi merupkan hukuman atas dosa-dosa kita, melainkan disiplin dari Bapa (Ibrani 12:5-11)

Kita dimeteraikan oleh Roh Kudus dan dengan demikian kita dijaga oleh kuasa Allah ( 2 Korintus 1:22; Efesus 1:13; 4:30) 

6. PENGUDUSAN

Pengudusan adalah sebagai karya yang penuh anugerah dari Roh Kudus, yang melibatkan tanggungjawab kita untuk berpartisipasi, yang dengan Roh Kudus melepaskan kita dari pencemaran dosa, memperbaharui keseluruhan natur kita menurut gambar Allah, dan memampukan kita untuk menjalankan kehidupan yang diperkenan oleh Allah.[45]

Konsep pengudusan ini dalam Teologi Reformed pada umumnya menegaskan bahwa pengudusan berlanjut sepanjang hidup orang percaya (pengudusan progresif), hal mana berbeda dari pembenaran yang merupakan tindakan defenitif Allah dan hanya terjadi sekali untuk selamanya. 

Pengertian pengudusan progresif adalah karya yang penuh anugerah dari Roh Kudus, yang melibatkan tanggung jawab kita untuk berpartisipasi, yang dengannya Roh Kudus melepaskan kita dari pencemaran dosa, memperbaharui keseluruhan natur kita menurut gambar Allah, dan memampukan kita untuk menjalankan kehidupan yang berkenan oleh Allah.

Walaupun dalam PB sering mendeskripsikan pengudusan progresif tetapi juga terdapat suatu pengertian dimana para penulis melukiskan pengudusan sebagai suatu tindakan Allah yang defenitif, yang terjadi pada saat kita percaya kepada Yesus Kristus. Pernyataan ini kita dapat melihat dalam 1 Kor. 1:2, kata Yunani yang Yunani yang dipakai adalah perfect tense yang menggambarkan suatu tindakan yang telah selesai tetapi dengan hasil yang berkelanjutan..

Pengudusan definitif disetararakan dengan pembenaran sebagai suatu tindakan Allah. Misalnya 1 Korintus 6:11 “kamu telah memberi dirimu dibaptis, kamu telah dikuduskan, kamu telah dibenarkan” Ketiga kata kerja ini adalah aorist tense yang biasanya mendeskripsikan tindakan yang instan, sebagaimana orang percaya ini telah dibenarkan sekali untuk selamanya pada suatu waktu tertentu, kata Paulus juga terdapat suatu pengertian bahwa mereka telah dikuduskan sekali untuk selamanya. bnd. Kisah Para Rasul 20:32; Roma 6:1-11.

Melalui Roma 6:2 dapat kita defeniskan pengudusan defenitif yaitu : seseorang yang telah berada di dalam Kristus telah membuat suatu pemutusan hubungan terhadap wilayah dimana dosa berkuasa dan tidak dapat ditarik kembali, sebab jika kita berada di dalam Kristus manusia lama kita telah disalibkan bersama dengan-Nya, sehingga dosa tidak berkuasa atas diri kita, karena kita sekarang berada di bawah tahta anugerah

Dalam doktrin pengudusan ini ada tiga tahap yang perlu diperhatikan yaitu :

a. Kelahiran kembali merupakan awal proses pengudusan. Melalui kelahiran kembali terjadi suatu perubahan yang membuat kita menjadi kudus (pengudusan defenitif).

b. Pengudusan progresif. Tahap kedua ini adalah proses yang tidak pernah selesai sebelum berpaling dari tubuh ini. Sebab dosa masih ada dalam hidup orang percaya (Roma 3:22-23; Mazmur. 19:12; 143:2; Yesaya 64:6; Yakobus 3:2; 1 Yohanes 1:8), karena itu kita harus mematikan dalam diri kita segala sesuatu yang duniawi.

c. Pengudusan diselesaikan pada saat meninggalkan tubuh yang fana ini. Atau pada saat kedatangan Kristus yang kedua kali.

Setelah kita melihat tahap-tahap dalam pengudusan, maka yang menjadi pertanyaan dengan cara bagaimana kita dikuduskan? Kita di kuduskan melalui :
a. Persekutuan dengan Kristus (Roma 6:1-11; Kolose 3:1; Efesus 15-16; dll)
b. sarana kebenaran, misalnya Yohanes 17:17 “ kuduskanlah mereka dalam kebenaran.
c. Iman. Oleh iman kita berpegang terus kepada kesatuan kita dengan Kristus, kemudian oleh iman juga yakin bahwa kita tidak akan dikuasai oleh dosa lagi (Roma 6:14), serta oleh iman yakin bahwa Roh Kudus menolong kita untuk hidup bagi Allah (Roma 8:13; Galatia 5:16,22-23 dll).

1 Konsep Alkitab tentang kekudusan
Dalam PL kita melihat apa yang diajarkan mengenai kekudusan. Kata utama kudus dalam bahasa Ibrani adalah qadosh. Pengertian mendasar dari kata ini adalah memisahkan dari hal-hal lainnya, yaitu menempatkan sesuatu atau seseorang dalam lingkungan atau kategori yang terpisah dari yang biasa atau duniawi.

Kekudusan umat Allah dalam PL biasanya didefenisikan dalam istilah-istilah seremonial: kekudusan dideskripsikan sebagai cara dimana imam-imam harus dipisahkan untuk pelayanan khusus mereka atau cara yang dengannya umat Allah harus menyucikan diri mereka melalui ketaatan seremonial tertentu.

Pada kitab Mazmur dan kitab nabi-nabi mendeskripsikan kekudusan umat Allah terutama di dalam pengertian etis, seperti melakukan hal yang benar, berbicara yang benar, bertindak secara adil,mencintai kemurahan, dan hidup dalam kerendahan hati bersama Allah. (Mazmur. 15:1-2; Mika 6:8). Jadi yang terkandung dalam kata qadosh adalah bahwa umat Allah dipisahkan untuk melayani Allah dan bahwa mereka harus menghindari segala sesuatu yang tidak berkenan kepada Allah.

Dalam PB kata kudus dalam bahasa Yunani adalah hagios. Kata ini sering dipakai untuk mendeskripsikan pengudusan orang-orang percaya, seperti di Efesus 5:25-26 “Kristus telah mengasihi jemaat dan menyerahkan diri-Nya bagi-Nya untuk menguduskan-Nya. Dalam pengertian ini kekudusan memiliki dua arti : pertama, pemisahan dari perbuatan-perbuatan dosa dari dunia saat ini. Kedua, pengudusan bagi pelayanan kepada Allah.

2. Pertanyaan mengenai perfeksionisme
Pada bagin pengudusan telah dijelaskan sebelumnya bahwa pengudusan merupakan suatu proses yang tidak akan pernah diselesaikan dalam hidup ini. Tetapi sejumlah aliran Kristen meyakinidak bahwa orang-orang Kristen bisa mencapai kesempurnaan dalam kehidupan sekarang ini. Denominasi yang mengajarkan pandangan ini, misalnya Wesleyan Methodist Church, Free Methodist Church dll.
Pertanyaan apakah yang diajarkan kelompok ini dengan pengertian “kesempurnaan (perfection)” yaitu :

suatu karya personal dan defenitif dari anugerah pengudusan Allah yang dengannya perang di dalam diri seseorang akan berhenti dan hatinya akan sepenuhnya terlepas dari pemberontakan menjadi kasih yang sepenuh hati kepada Allah dan sesama. Kemudian terjadi kematian total terhadap dosa dan pembaharuan menyeluruh di dalam gambar Allah.

Suatu pengalaman berbeda dan terjadi setelah pembenaran yaitu bahwa seseorang bisa saja tidak dikuduskan secara menyeluruh sampai bertahun-bertahun setelah pembenaran. Maka di gereja ini yang mengajarkan ini ada dua jenis orang Kristen : orang –orang percaya yang hanya dibenarkan, dan orang-orang percaya yang sekaligus dibenarkan dan dikuduskan.

Pengalaman seketika yang diterima dengan iman. Orang-orang percaya mampu untuk menyatakan sejenis kesempurnaan Kristen : suatu kehidupan yang mengasihi Allah dan sesama dengan sepenuh hati.

Meliputi penghancuran natur berdosa kita. Semua dosa dalam batin kita disingkirkan (John Wesley). Kita dijadikan bebas dari dosa asal .

Dosa- yang tidak ada lagi dalam kehidupan seseorang yang telah dikuduskan secara total adalah pelanggaran-pelanggaran yang disengaja terhadap hukum taurat yang diketahui (John Wesley). Implikasinya adalah hanya jika kita mengenali sesuatu sebagai dosa maka itu dosa, dan jika kita melakukan dosa tanpa sadar itu bukanlah dosa.

Dasar bagi ajaran perfeksionisme:
Contoh-contoh dari Alkitab yang dianggap sebagai orang-orang sempurna misalnya : Nuh, Ayub, Zakharia dan elisabet, Natanael, 1 Korintus 2:6 (mereka telah matang), Filipi 3:15 “kita yang sempurna”, keberatan : Ayub telah dengan menyesal duduk dalam debu dan abu (Ayub 42:6), Nuh telah mabuk (Kej. 9) . mereka yang sempurna (Filipi 3:15) justru harus menyadari bahwa mereka belum memperoleh kesempurnaan

1 Yohanes 3:9; 5:18 “tidak berbuat dosa lagi. Maksud ayat ini dia tidak hidup lagi di dalam dosa, atau menggambarkan suatu ideal (bukan suatu fakta), atau tidak memberontak terhadap Allah.

1 Tesalonika 5:23 “menguduskan kamu seluruhnya” . maksudnya supaya tak bercacat dihadapan Allah Bapa kita pada waktu kedatangan Yesus dengan semua orang kudus-Nya. Doa ini mengimplikasikan bahwa kesempurnaan mereka tidak akan sempurna sampai Kristus datang kembali.

Matius 5:48 : “haruslah kamu sempurna”, Kolose 1:28 “ untuk memimpin tiap-tiap orang kepada kesempurnaan “. Maksud dalam Matius 5:48 sempurna dalam arti matang, untuk menunjukkan keserupaan kita dengan Allah. Di sini Yesus menunjukkan suatu kematangan Kristen yang ideal di dalam kasih bahkan kepada musuh.


Argumentasi terhadap pandangan perfeksionisme (ajaran Wesleyan)
Melemahkan defenisi mengenai dosa. Dosa adalah setiap hal yang tidak sesuai dengan pelanggaran terhadap hukum Tuhan. Sedangkan pandangan Wesleyan, dosa adalah suatu pelanggaran secara sengaja terhadap hukum taurat yang diketahui. 

Defenisi ini bertentangan dengan ajaran Alkitab seperti dalam Mazmur 19:13 “siapa yang mengetahui kesesatan”, 1 Korintus 4:4 “sebab memang aku tidak sadar akan sesuatu” jadi dosa yang disengaja dengan yang tidak disengaja adalah tetap dosa.

Melemahkan konsep tentang kesempurnaan. Sebab menurut Wesleyan kesempurnaan yang dapat dicapai dalam hidup ini, tidak melenyapkan ketidaktahuan, dan kesalahan, dan kekeliruan lainnya. Pandangan ini tidak dapat disebut kesempurnaan, karena sempurna berarti seluruh totalitas kehidupan tidak ada kesalahan atau cacat cela.

Mengklaim bahwa natur keduniawian, terhapus di dalam pengudusan menyeluruh. Karena dalam Galatia 5:16-17 menyatakan orang percaya memiliki pergumulan terus melawan kedagingan atau natur dosa. Demikian dalam Kolose 3:5; 2 Korintus 7:1; Roma. 7:7; Yakobus 1:14; 1 Petrus 2:11; 1 Yohanes 2:16.

Ajaran Wesleyan mengenai pengudusan menyeluruh merupakan anugerah kedua setelah pembenaran. Ajaran ini sangat ditentang oleh Alkitab sebab dalam 1 Kor. 1:30 menjelaskan bahwa pembenaran dan pengudusan defenitif terjadi pada waktu bersamaan. Tetapi pengudusan progresi berlanjut seumur hidup. Jadi pengudusan bukanlah anugerah kedua setelah pembenaran. Tetapi yang diperhatikan setelah pengudusan adalah pembaharuan, pertumbuhan, terus menerus (Roma 12:2; Efesus. 4:15; 1 Petrus 2:2; 2 Petrus. 3:18).

Ajaran Alkitab yang berlawanan dengan pandangan Wesleyan :
Tidak seorang pun bisa mengklaim dirinya bebas dari dosa )1 Raja-raja 8:46; Mzm. 103:3; Amsal 20:9; Roma 3;23; Yakobus 1:8.)
orang-orang percaya harus mengakui dosa dan berdoa memohon pengampunan (Ayub. 42:6; Mzm. 32:5; 130:3-4; Yesaya 6:5; 64:6; Dan. 9:15-16; Mik. 7:18-19; 1 Timotius 1:15; 1 Yoh. 1:9). Dalam 1 Yohanes 1:9 kalimat kita mengakui itu adalah bentuk present artinya mengakui dosa terus menerus, maka Ia setia dan adil....
di dalam diri orang percaya tetap ada pergumulan antara keinginan daging dengan keinginan roh (Galatia 5:16-17,24; Roma 6:12.

3. Pengudusan dan Hukum Taurat
Hoekema mengatakan banyak orang Kristen mengklaim bahwa ketika seseorang menjadi orang percaya, dia tidak lagi memiliki keterkaitan apa pun dengan hukum Taurat. dasar pemikiran ini terdapat dalam Roma 6:14 “....kamu tidak berada di bawah hukum Taurat, tetapi di bawah kasih karunia. Yang dimaksud dalam ayat ini adalah kita tidak lagi berada di bawah hukuman karena kegagalan kita untuk menaati hukum Taurat. 

Hal ini ditambahkan Van Brugen “kita tidak berada di bawah kutuk atau hukuman kekal. Kemudian Paulus menunjukkan Di Galatia 3:10-14 dalam pengertian bahwa orang-orang percaya tidak perlu lagi melakukan keseluruhan hukum Taurat untuk mendapatkan keselamatan, sebab orang-orang percaya telah dibebaskan.

Akan tetapi dalam pengertian lain orang-orang percaya tidak dibebaskan dari hukum Taurat. Mereka harus secara mendalam memperhatikan ketaatan terhadap hukum Taurat sebagai perwujudan rasa syukur mereka kepada Allah karena karunia keselamatan yang telah diberikan-Nya (Keluaran 20:2); kemudian Mazmur mengungkapkan kesukaan orang-orang percaya yaitu hukum Taurat ( 1;2; 19:8-9; 119:35), dalam Mazmur ini Taurat berarti memberi bimbingan bagi kehidupan orang percaya.

Hal yang sama ditekankan dalam PB misalnya Matius 5:19 “siapa yang melakukan dan mengajarkan segala perintah-perintah hukum Taurat, ia akan menduduki tempat yang tinggi di dalam kerajaan sorga. Kemudian Roma 8:3-4 “hukum Taurat masih berlaku untuk orang-orang Kristen dan Roma 13:8-10 “kasih adalah kegenapan hukum Taurat.

Jadi bagi orang-orang percaya, ketaatan terhadap hukum Taurat merupakan ungkapan kasih Kristen dan jalan menuju kemerdekaan Kristen. Ini sama artinya dengan hidup menurut Roh. Hukum Taurat merupakan salah satu sarana terpenting yang dengannya Allah menguduskan kita.

7. KETEKUNAN ORANG KUDUS

Sekali diselamatkan, selamanya diselamatkan. Ini merupakan penjelasan yang paling sederhana dan singkat mengenai ketekunan orang kudus. Ketekunan orang kudus adalah pekerjaan Roh Kudus di dalam diri orang percaya, yang oleh anugerah Allah bekerja di dalam hati orang percaya sejak awal dan terus menerus bekerja sampai proses keselamatan selesai dengan sempurna. Dengan demikian, seseorang yang telah mendapatkan anugerah keselamatan tidak akan pernah kehilangan keselamatannya (Yoh. 10:28). Sebab Roh Kuduslah yang bekerja sejak awalnya, dan terus menerus bekerja memelihara hatinya hingga keselamatannya sempurna.

Pengajaran mengenai kenyataan “sekali diselamatkan, tetap diselamatkan” merupakan salah satu pengajaran Alkitab yang paling agung. Pengajaran ini memberi sukacita karena kita mengetahui bahwa kita diselamatkan untuk selama-lamanya.

Namun doktrin ketekunan orang kudus jangan disalah mengeri bahwa setiap orang yang mengaku beriman di dalam Kristus dan menerima-Nya sebagai orang percaya di dalam persekutuan orang kudus, dijamin di dalam kekekalan mendapatkan jaminan keselamatan yang kekal. 

Sebab Alkitab sendiri telah memberikan peringatan akan bahaya kemurtadan. “Sebab mereka yang pernah diterangi hatinya, yang pernah mengecap karunia sorgawi, dan yang pernah mendapat bagian dalam Roh Kudus, dan yang mengecap firman yang baik dari Allah dan karunia-karunia dunia yang akan datang, namun yang murtad lagi, tidak mungkin dibaharui sekali lagi sedemikian, hingga mereka bertobat, sebab mereka menyalibkan lagi Anak Allah bagi diri mereka dan menghina-Nya di muka umum.” (Ibrani 6:4-6) 

Mereka dapat dipersamakan seperti perumpamaan benih yang jatuh di tanah yang berbatu-batu, yaitu orang yang menerima firman dengan sukacita dan masih terus bersukacita untuk waktu tertentu. Namun sesungguhnya imannya tidak pernah berakar di dalam Kristus. Imannya hanya sampai pada taraf persetujuan pemikiran. Ia setuju pada fakta bahwa Yesus adalah Tuhan dan Juruselamat, namun imannya tidak sampai bersandar sepenuhnya kepada Kristus.

8. PEMULIAAN

Pemuliaan adalah fase terakhir dari penerapan penebusan. Fase ini menyempurnakan seluruh proses yang dimulai dengan panggilan efektif dan merupakan akhir dari seluruh proses penebusan. Pemuliaan berarti tercapainya tujuan akhir dari setiap umat pilihan Allah yang telah dipilih seturut maksud kekal Bapa, dan melingkupi penggenapan penebusan yang dijamin dan kerjakan oleh karya pengorbanan Kristus.

Pemuliaan merupakan puncak dan kesempurnaan penebusan dari keseluruhan pribadi, yaitu ketika integritas tubuh dan roh umat Allah telah diubahkan seturut gambar dari Penebus yang telah bangkit, yang telah ditinggikan dan dipermuliakan. Hal itu terjadi ketika setiap tubuh kehinaan mereka diubah seperti tubuh kemuliaan Kristus.AJARAN TENTANG DOSA DAN KESELAMATAN
https://teologiareformed.blogspot.com/
Next Post Previous Post