BENARKAH ALKITAB SUDAH DIPALSUKAN?

Pdt. Samuel T. Gunawan, M.Th.

Tuduhan bahwa Alkitab telah dipalsukan sebenarnya bukan merupakan hal yang baru. Sudah sejak lama ada orang-orang yang menciptakan teori bahwa orang Kristen telah mengubah Alkitab dan memalsukannya, namun tanpa tanpa bukti-bukti yang valid. 
BENARKAH ALKITAB SUDAH DIPALSUKAN?
otomotif, bisnis
Menurut Mark Tabb, meskipun tidak ada bukti historis bahwa orang Kristen telah memalsukan Alkitab, akan tetapi teori murahan itu telah terlanjur dipercayai oleh banyak orang sampai saat ini. Karena itu, tuduhan bahwa Alkitab telah dipalsukan tidak akan pernah berhenti dilakukan sebagai bentuk serangan terhadap Kekristenan. Karena itu sebaiknya orang Kristen tidak perlu dirisaukan dengan tuduhan tersebut. 

Ingatlah ini, kebenaran-kebenaran dalam Alkitab pasti akan dipertanyakan. Mengapa? Terlepas dari alasan rekayasa dan politis, kita harus mengingat bahwa manusia adalah makhluk rasional yang kritis dan memiliki kemampuan menganalisa segala sesuatu sebelum menerima kebenaran-kebenaran itu. 

Karena itu tuduhan bahwa Alkitab telah dipalsukan seharusnya tidak dilihat sebagai rintangan tetapi sebagai peluang bagi Kekristenan untuk membuktikan secara rasional bahwa Alkitab itu benar dan satu-satunya kitab yang menuntun pada jalan kebenaran dan hidup di dalam Yesus Kristus. Dengan demikian, gugatan terhadap Alkitab justru memberikan peluang apologetis bagi orang Kristen untuk menjelaskan finalitas dan kebenaran Alkitab dari perspektif teologis, historis, filologis dan arkeologis-geografis.

Bagi orang Kristen, Alkitab itu sudah diakui sudah final sebagai yang berotoritas mutlak atas ajaran dan perilaku gereja dan orang Kristen. Artinya, semua ajaran dan perilaku gereja secara umum dan orang Kristen secara khusus harus tunduk kepada otoritas Alkitab. Mengapa? Karena Alkitab berisi semua Firman Allah yang dibutuhkan oleh gereja dan orang percaya untuk keselamatannya dan untuk hidup di dalam keselamatan. 

Dengan demikian kita percaya bahwa Alkitab adalah cukup sebagai satu-satunya sumber firman Allah yang diperlukan oleh manusia untuk selamat dan hidup dalam keselamatannya. Jadi finalitas Alkitab yang diilhamkan Allah hanya berlaku pada Alkitab autograph, bukan pada manuskrip salinan, Alkitab versi atau Alkitab terjemahannya. 

Hanya manuskrip autograph secara mutlak benar, tanpa salah dan tanpa kekeliruan. Namun, meskipun saat ini kita sudah tidak memiliki manuskrip asli Alkitab, tetapi kita mempunyai salinan-salinan dari manuskrip asli yang tersimpan dan terdokumentasi dengan baik. Allah memelihara firman-Nya dengan cara yang khusus sehingga salinan-salinan dari manuskrip autograph tersebut terjaga tetap murni sehingga kita saat ini dapat memiliki Alkitab dalam bentuk yang otentik atau absah. 

Kitab yang otentik atau absah adalah kitab yang isinya sepenuhnya benar. Jika keaslian (autograph) Alkitab berhubungan dengan kepenulisan Alkitab, maka keabsahan (otentisitas) Alkitab berkaitan dengan kebenaran isinya. Dengan demikian Alkitab yang kita miliki saat ini dapat dipercaya keakuratannya karena disalin secara absah dari naskah aslinya.

Karena itu Alkitab tidak bisa dikatakan dipalsukan hanya karena sudah tidak ada lagi manuskrip aslinya. Apabila tuduhan seperti ini dipaksakan maka haruslah dipahami bahwa konsekuensi logisnya adalah tuduhan tersebut berlaku juga bagi Kitab Suci semua agama besar yang ada saat ini. Karena itu pertanyaan yang relevan bukanlah soal naskah asli Kitab Suci tetapi soal apakah naskah salinan-salinan itu bisa dipercaya atau tidak. Semua agama besar saat ini hanya memiliki naskah salinan dari manuskrip autograph dan sudah tidak memiliki manuskrip asli yang ditulis tangan pertama. Dengan lain kata, semua agama besar saat ini hanya memiliki naskah salinan dari naskah aslinya atau naskah salinan dari salinan dari naskah aslinya.

Hampir semua manuskrip salinan Ibrani Perjanjian Lama berasal dari Masoretik (teks Masoret) di abad kedua sampai abad kedelapan Masehi yang merupakan salinan dari Tanakh (Alkitab Ibrani). Secara luas Masoretik ini digunakan sebagai dasar penerjemahan Perjanjian Lama dalam Alkitab Protestan. Alkitab Septuaginta yang ditulis dalam bahasa Yunani Koine pada abad kedua sebelum Masehi juga bersumber dari Tanakh Ibrani ini. 

Sementara itu manuskrip salinan untuk Perjanjian Baru begitu melimpahnya yang tidak tersaingi jumlah dan umurnya oleh naskah apa pun lainnya yaitu lebih dari 5.800 salinan manuskrip bahasa Yunani, belum termasuk ribuan salinan manuskrip dalam bahasa Latin dan bahasa lainnya. Menuskrip-manuskrip ini dalam bentuk gulungan (perkamen) dan juga kodeks (buku). 

Berdasarkan ilmu kritik tekstual maka keakuratan Alkitab terjemahan modern yang kita miliki saat ini dapat diandalkan. Benar seperti apa yang dikatakan Paul Enns, “Meskipun kita tidak memiliki manuskrip original baik Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru, namun demikian kita memiliki teks Alkitab yang dapat dipercaya.” Para pakar Alkitab, teologi dan kritik teks telah memastikan bahwa Perjanjian Baru yang direkontruksi (ditata ulang) berdasarkan naskah-naskah salinan yang ada menunjukkan 99,5 % keakuratannya dan Perjanjiam Lama sedikit lebih rendah namun tetap berada di angka 90 % keakuratan-Nya. 

Bahkan A.T. Robinson, seorang sarjana Yunani terkemuka menegaskan bahwa “kekawatiran kita sebenarnya terhadap kritikisme tekstual adalah sekitar seperseribu bagian dari keseluruhan teks (dengan ini, Perjanjian Baru yang kita miliki 99,9 persen adalah murni.”
BENARKAH ALKITAB SUDAH DIPALSUKAN?
otomotif, bisnis
Norman L. Geisler memberikan alasan mengapa kita saat ini dapat mempercayai kredibilitas Alkitab Salinan yang kita miliki saat ini sebagai berikut : “Para ahli Alkitab sangat berhati-hati dalam bagaimana mereka menyalin Alkitab. 

Pengukuran keabsahan keseluruhan Alkitab telah dilakukan dalam beberapa cara. 

Pertama, berkenaan dengan doktrin utama di dalam Alkitab, tidak ditemukan adanya kehilangan sedikit pun. Setiap kebenaran Kitab Suci dari teks aslinya telah dipertahankan dalam manuskrip Perjanjian Lama Ibrani dan Perjanjian Baru Yunani. 

Kedua, kesalahan yang ada dalam penyalinan adalah dalam hal yang tidak terlalu signifikan, seperti angka-angka yang tidak mempengaruhi doktrin besar maupun kecil di dalam Alkitab. 


Biasanya kita mengetahui kesalahan-kesalahan ini menurut akal sehat teks, konteksnya, atau bagian-bagian lain untuk mengetahui yang mana yang benar. Ketiga, tidak hanya 100 persen dari seluruh kebenaran utama dan berbagai kebenaran non utama dari Kitab Suci dipertahankan dalam manuskrip yang kita miliki (dan dalam terjemahan yang didasarkan kepadanya), namun lebih dari 99 persen dari teks aslinya dapa direkonstruksi ulang dari manuskrip yang kita miliki. 

Ada 2 alasan mengenai hal ini. (1) Kita memiliki ribuan manuskrip, dan (2) kita memiliki manuskrip awal. Rentang waktu yang begitu dekat dengan teks aslinya dan banyak salinan dari manuskrip yang ada membuat para sarjana tekstual dapat merekonstruksi teks aslinya secara akurat dengan lebih dari 99 persen keakuratan.” 

Karena itu, berdasarkan penjelasan-penjelasan di atas, para pembaca Alkitab versi terjemahan modern tidak perlu meragukan keakuratan versi terjemahan ataupun mencurigai Alkitab telah dipalsukan. Jadi sekali lagi perlu ditegaskan bahwa Alkitab yang kita miliki saat ini adalah salinan dari dokumen yang diilhami dan dijamin akurasinya. 

Penjelasan lebih lanjut dapat Anda baca dalam buku MODERASI TEOLOGI KRISTEN halaman 137-157 yang diterbitkan oleh STT Hagiasmos Mission Jakarta. https://teologiareformed.blogspot.com/
Next Post Previous Post