4 ASPEK TEOLOGI LUTHER DALAM BERKHOTBAH

4 ASPEK TEOLOGI LUTHER DALAM BERKHOTBAH
Khotbah adalah penting menyatakan Firman Tuhan masih bekerja sampai sekarang melalui pemberita Injil, maka Luther percaya bahwa “one must see the word of the preacher as God’s Word” (seseorang harus melihat perkataan pengkhotbah sebagai firman Allah). Problemnya, bagaimana seorang preacher dapat memiliki “kejujuran hati” di dalam dirinya untuk memberitakan Firman-Nya?


1. Doktrin Firman Tuhan harus mendasari kotbahnya.

Di dalam theologinya, Martin Luther terus menekankan Pengorbanan Yesus Kristus di atas kayu salib (Theology of the Cross) adalah inti proklamasinya. Di atas kayu salib, Yesus dimuliakan. Jadi, Theologi Kemuliaan (Theology of Glory) harus berhubungan dengan Firman, Inkarnasi Kristus, Kematian Kristus, Kebangkitan Kristus. (Roma 1).

a. Firman. 

Firman tidak bisa lepas dari “creation”. Di dalam Kejadian, Luther memahami “Allah berfirman” bukan hanya ucapan saja, namun ada tindakan dan perbuatan Allah. Firman Tuhan menyatakan integritas Diri-Nya dalam kehendak-Nya. Firman Tuhan datang kepada kita hanya melalui “perkataan-Nya”. 

Bagi Luther, Perkataan-Nya harus kita bedakan dengan perkataan para filsuf seperti Sokrates, Plato, Aristotle, dll. Dalam Ibrani 4:12, Firman Allah adalah “God’s speaking to man” (no man speaking). John Piper dalam bukunya “Pierced by Word” mengangkat sebuah respon bahwa seharusnya kita mendengar dan gentar terhadap Firman Tuhan karena Allah menciptakan ciptaan-Nya dengan Firman-Nya, Firman yang mengunduli hutan (Mazmur 29:9), Firman yang seperti pedang tajam yang akan memukul bangsa-bangsa (Wahyu 19:15). 

Jadi, pengkotbah harus sadar betul bahwa Firman Tuhan bukanlah “human speech”, namun Firman Tuhan adalah Firman yang “berbahaya” bagi diri mereka sebagai pembawa Firman. Tidak boleh sembarangan berkotbah, Tidak boleh sembarangan menafsir, Tidak boleh sembarangan mempermainkan inti kotbah di dalam Alkitab! Perkataan Allah adalah “sacred” bagi semuanya!

b. Inkarnasi Kristus

Di dalam khotbah natalnya, Luther menekankan alasan dan kehendak kita untuk mencari Allah bukan dicari di atas sana, namun kita harus belajar “membungkukan diri” melihat kepada seorang bayi yang lahir di palungan, Dialah Sang Pencipta, Mari kita bersamanya dengan takut akan Allah, tidak ada jalan lain untuk kembali kepada Allah, hanya melalui bayi ini. Luar biasa! Seringkali kita kurang rendah hati mencari Tuhan karena kita menganggap diri mampu untuk mengenal Allah dengan inisiatif sendiri. 

Inisiatif manusia digambarkan dengan beberapa macam: terus melihat keatas, terus berusaha mencari dengan “religion”, melihat ke bawah, juga berusaha mencari dengan ‘philosophy”, Mana yang benar? Melihat keatas dan kebawah! Karena Allah telah berinkarnasi ke dalam dunia, Ia lahir di palungan. Bungkukkan Dirimu! “Theos” dan “Logos” yang ada diatas telah berinkarnasi turun ke bawah untuk menebus dosa kita! Inilah “Theology” yang melampaui setiap “religion” dan “philosophy”.

c. Kematian Kristus

Ulrich Asendorf, di dalam esai berjudul "Luther's Sermons on Advent as a Summary of His Theology", memberikan tanggapan bahwa ketika Luther berkotbah saat itu, dirinya hanya menekankan “Immanuel” yang disalibkan, Kerelaaan Diri-Nya sebagai Kebenaran ditukarkan dengan dosa-dosa manusia, di dalam Anugerah-Nya. 

Seperti apa yang diserukan oleh Yohanes Pembaptis dalam Injil Yohanes 1:29, "Behold, the Lamb of God, that taketh away the sin of the world." Kematian Kristus adalah penting di dalam kotbah kristen. Jika Yesus Kristus tidak mati bagi kita, maka kita tidak melihat aplikasi Kasih Allah yang agung di dalam anugerah-Nya. 

Kita tidak mungkin dapat mengerti Tuhan, doktrin, aplikasi dan penggenapan janji-Nya. Luther sadar betapa pentingnya kematian Kristus karena kesadaran dirinya yang penuh dosa di hadapan Allah yang adil membuatnya selalu "guilty" sebagai pendosa. Namun ia melihat Kristus dan tidak fokus terhadap dosanya, disitulah ada pengharapan baginya untuk mencicipi keselamatan dan penebusan-Nya di dalam totalitas karya-Nya.

d. Kebangkitan Kristus. 

Di dalam buku “From Faith to Faith: Dari Iman kepada Iman”, Dr. Stephen Tong menuliskan bahwa di dalam aspek natural, mujizat Allah yang besar adalah menjadikan apa yang tidak ada menjadi ada (creatio-ex-nihilo). Tetapi mujizat Allah yang terbesar adalah mengubah yang dari mati menjadi hidup. Itulah kebangkitan (resurrection). Inilah dua pekerjaan Tuhan yang besar sekali, yaitu “Creation” dan “Resurrection”. Di dalam khotbah paskah, Luther yang membahas Markus 16:1-8, Ia mengutip bahwa Rasul Paulus menuliskan dalam Roma 4:25 “Kristus telah diserahkan karena pelanggaran kita dan dibangkitkan karena pembenaran kita”. 

Luther percaya bahwa Rasul Paulus memberitahukan kepada setiap kita secara akurat, mengapa dan tujuan dari penderitaan-Nya yaitu ia mati karena dosa-dosa kita dan bangkit karena pembenaran kita. Menurut Dr. Stephen Tong, Disini Kristus secara aktif menaklukan diri-Nya kepada rencana Allah, dan secara pasif menyerahkan diri-Nya untuk ditawan dan digantung di atas kayu salib menjadi penebus manusia! 

Saudara sekalian di dalam Kristus, Berita ini harus kita bawa pulang ke dalam hati kita, jangan hanya mendengar dengan telinga kita atau hanya mengaku dengan mulut kita! Di dalam Roma 4:25, Luther dimengertikan bahwa perkataan-Nya telah membawa matanya tidak boleh lagi melihat kepada dosa-dosanya, namun matanya harus melihat kepada Kristus yang telah menebus dosa-dosanya, barulah saya dapat mengalami “rest upon Christ”, “no longer burden my conscience”. 

Luther menjelaskan bahwa kita anak Adam, maka kita harus mati. Tetapi karena Kristus telah mengambil dosa-dosa kita atas dirinya, telah mati bagi mereka, telah menderita dirinya untuk dibunuh karena dosa-dosa saya, dosa tidak bisa lagi membahayakan kita, karena Kristus adalah terlalu kuat untuk dikalahkan oleh dosa. Jadi, Di dalam Kristus, Sekarang kami memiliki hati nurani yang jelas, kami bahagia dan tidak takut terhadap dosa. Puji Tuhan!

2. Hukum dan Injil dapat bersama-sama berfungsi di dalam satu khotbah yang sama. 

Pengajaran yang benar tentang teologi salib memaksa baik hukum maupun Injil harus dibedakan dan diterapkan dengan tepat(“The proper preaching of the theology of the cross necessitates that both Law and Gospel be correctly distinguished and applied”). 

Luther dengan tajam menggunakan Hukum untuk mengungkap dosa manusia, kepalsuan dewa-dewa, membawa manusia berdosa sadar bahwa mereka membutuhkan Kristus, satu-satunya keselamatan kekal yang menyatakan kemurahan Allah, bukan Hukum yang baru Hukum sebagai karya-Nya yang mengutuk, melainkan agar kita dapat diselamatkan di dalam penebusan dosa, hanya di dalam Injil. 


Jadi, Hukum dan Injil adalah pekerjaan Allah yang dinyatakan-Nya. Hukum tanpa Injil adalah gagal total. Hukum adalah “the work of damnation bagi sinners”. Injil adalah “the work of salvation bagi righteous man”. Jadi pelayanan Firman Tuhan tidak boleh tidak, harus memberitakan hukum dan injil sebagai kehendak Allah, seperti apa yang Kristus lakukan.

3. Mengkhotbahkan Kristus sebagai sakramen dan teladan kita. 

Kristus adalah content dari Firman Tuhan. Luther mengutip Galatia 2:20, “Dengan Kristus aku telah disalibkan”. Ia menjadi korban hidup yang telah mati untuk menebus dosa saya (Roma 13:14)- (sacramental) dan kita dipanggil untuk mengikuti teladan-Nya (1 Petrus 2:21)- (imitation of Christ). Ini warisan dari theologi Agustinus. 

Dengan demikian, Luther mengatakan, mengkhotbahkan Kristus adalah memberi makan jiwa, membawa ke dalam kebenaran, mengalami kebebasan dan menerima keselamatan Kristus melalui kelahiran kembali dan pembaharuan di dalam iman Kristus, bukan usaha mengimitasi Kristus saja. Jadi hanya di dalam iman (yang dipahami oleh Luther sebagai iman inkarnasi, bukan iman hasil perbuatan manusia), setiap kita dapat menerima penebusan Kristus atas dosa-dosa kita. Ia adalah Kristus yang sama, nama yang disebut orang percaya, nama yang dikotbah oleh hamba-hamba-Nya.

4. Firman Tuhan dan Kuasa Roh Kudus bersama di dalam kesatuan memberitakan Firman. 

Firman itu adalah saluran melalui mana Roh Kudus diberikan. Firman Tuhan mengajarkan, menasihati, membela,menolak kesalahan. Nah, Bagaimana “the preached word” dapat menjadi “personal word”? Luther menjawab bahwa semuanya tidak mungkin terjadi, kecuali “the work of holy spirit” memberikan “understanding” untuk mengerti Allah dan Firman-Nya adalah kesatuan. Roh Kudus menciptakan iman di dalam Kristus. 


Maka, Bagaimana seseorang dapat menjadi seorang kristen? Tentu saja, bukan karena latihan rohani mistikal kita kepada Tuhan, namun karena ada “the work of holy spirit” yang menjadikan setiap kita dapat beriman melalui mendengar Firman-Nya. Luther memahami Roh dan Firman seperti suara dan nafas dalam sebuah pembicaraan. 

Firman menjadi daging melalui salib Kristus untuk memperkuat iman melalui Firman Tuhan dan pengampunan dosa di kayu salib (theology of cross) dan kebangkitan-Nya (theology of victory). Oleh karena itu, Marilah kita belajar untuk mengenal Kristus dengan benar, kembali kepada seluruh Alkitab, Firman Tuhan yang memberikan kepada kita kebenaran, pengetahuan yang benar tentang Kristus di dalam pekerjaan Roh Kudus.

Kesimpulan:

Keunikan Teologi Khotbah dari Martin Luther bukanlah didasarkan atas “human speech” soal Allah, namun Allah sendiri berbicara dan beraktivitas kepada manusia dan beraktivitas. Berkhotbah bukan mengulang cerita Alkitab tetapi “God’s own preaching to man”.

Bagi Luther, khotbah bukanlah untuk memanipulasi emosi pendengar maupun mendukung “political disclosure” dari sosial politik, namun “the glory of luther’s preaching” hanya mengkotbahkan Kristus. “for Luther knew that faith "comes only through God's Word or gospel, which preaches Christ, saying that he is God's Son and a man, and has died and risen again for our sakes”. That is The Good News for you!
Di Dalam Kristus
Pdt. Daniel Santoso
Next Post Previous Post