SEPULUH CIRI KHOTBAH JOHN CALVIN

SEPULUH CIRI KHOTBAH JHON CALVINSatu peraturan ditentukan untuk semua hamba Allah agar mereka tidak menyajikan penemuan mereka sendiri, tetapi hanya menyampaikan apa yang telah mereka terima dari Allah, seperti dari tangan ke tangan.-John Calvin

Lima ratus tahun setelah kelahirannya, Calvin mungkin adalah seorang pengkhotbah Firman Allah yang paling berpengaruh, yang pernah dania saksikan. Tidak ada seorang pun sebelum dia atau sesudah dia yang begitu luar biasa dalam memelihara Kitab Suci yang kudus. 

Calvin memiliki banyak peranan- seorang theolog kelas dunia. penafsir yang terpuji, guru yang terkenal, negarawan gerejawi, Reformator yang berpengaruh, dan banyak lagi. Namun seperti yang dicatat oleh James Montgomery Boice, "Calvin terutama adalah seorang pengkhotbah, dan sebagai seorang pengkhotbah, dia melihat dirinya terutama adalah seorang guru Alkitab. Di tempat lain, Boice menuliskan:
Calvin tidak memiliki senjata apa pun selain Alkitab. Dari sejak semula., penekanannya adalah pada pengajaran Alkitab. Calvin mengajar dari Alkitab setiap hari, dan di bawah kuasa pengajaran itu. kota mulai ditransformasi. Saat orang orang Jenewa mendapatkan pengetahuan akan Firman Allah dan diubahkan olehnya, kota itu menjadi seperti yang John Knox kemudian sebut, sebuah Yerusalem Baru.
Apakah ciri-ciri khusus dari pelayanan mimbarnya yang terkenal? Saya percaya bahwa kita bisa menunjukkan sepuluh ciri khotbah Calvin.

1. BERFOKUS PADA KITAB SUCI

Pertama, khotbah Calvin bersif alkitabiah dalam isi pokoknya. Reformator ini berdiri teguh pada batu penjuru utama dari Reformasi -Sola Scriptura ("Alkitab saja"). Dia percaya bahwa mandat utama hamba Tuhan adalah untuk mengajarkan Firman Allah. Calvin menuliskan bahwa para hamba Tuhan, "tugasnya dibatasi untuk melayani Firman Allah; seluruh hikmat mereka dibatas oleh pengetahuan Firman-Nya; seluruh kefasihan mereka batasi untuk memproklamasikan Firman Allah.

Dalam pandangan Calvin. segala hal yang tidak berdasar pada Firman Allah adalah sia-sia dan bualan sementara: dan manusia yang tidak bersandar pada Kitab Suci seharusnya dilepaskan dari jabatan kehormatannya. Calvin percaya bahwa pengkhotbah tidak memiliki apa pun untuk dikatakan, jika terlepas dari Kitab Suci.

Dengan membatasi dirinya kepada Kitab Suci, Calvin menulis "Ketika kita menaiki mimbar, itu bukanlah agar kita bisa membawa berbagai mimpi dan khayalan kita bersama kita." Reformator Jerman ini diyakinkan bahwa "segera setelah manusia terpisah, bahkan dalam tingkatan yang terkecil sekalipun dari Firman Allah, mereka tidak bisa mengkhotbahkan apa pun selain kebohongan, kesia-siaan, penipuan, berbagai kesalahan dan tipuan. 

Calvin menambahkan, Satu peraturan ditentukan untuk semua hamba Allah agar mereka tidak menyajikan penemuan mereka sendiri, tetapi hanya menyampaikan apa yang telah mereka terima dari Allah, seperti dari tangan ke tangan. Ketika Alkitab berbicara. dia percaya bahwa Allah berbicara. Ini adalah fondasi yang tidak tergoyahkan dari khotbah Calvin - eksposisi yang setia dari Kitab Suci.

2. MENGKHOTBAHKAN SELURUH KITAB

Kedua, khotbah Calvin memliki pola yang runtut. Selama pelayanannya, pendekatan Calvin adalah mengajarkan seluruh kitab dalam Alkitab dengan sistematis. "Minggu demi Minggu, hari demi hari, Calvin mendaki langkah-langkah menuju ke mimbar. "Di sana dia dengan sabar menuntun jemaatnya, ayat demi ayat melalui kitab demi kitab dari Alkitab. 

Calvin berkhotbah dari Perjanjian Baru di Minggu pagi, dari Perjanjian Baru atau Mazmur di Minggu sore, dan dari Perjanjan Lama setiap pagi di hari-hari biasa di minggu itu, dan setiap minggu berikutnya. Dalam cara yang berurutan ini, Calvin mengkhotbahkan kebanyakan kitab dalam Kitab Suci.

Bentuk eksposisi memberikan keluasan dalam khotbah Calvin. Tidak ada doktrin yang tertinggal tanpa diajarkan, tidak ada dosa yang tidak disingkapkan, tidak ada janji yang tidak disampaikan.

3. MEMULAI DENGAN SEBUAH CARA YANG LANGSUNG

Ketiga, pesan dalam khotbah Calvin langsung tepat sasaran. Ketika menguraikan Kitab Suci, Calvin begitu tegas dan langsung menuju sasaran. Dia tidak memulai khotbahnya dengan sebuah kisah yang menawan hati, sebuah kutipan yang menggugah, atau anekdot pribadi. Malahan, Calvin segera menarik para pendengarnya kepada teks alkitabiah. Fokus dari khotbah selalu Kitab suci, dan dia mengucapkan apa yang perlu dikatakan dengan menghemat kata-kata. Tidak ada pernyataan yang sia-sia

Untuk hampir seluruh bagian, Calvin memulai setiap khotbah dengan meninjau khotbahnya sebelumnya. Dia kemudian meneguhkan konteks dari ayat-ayat yang dia ambil, memperkenalkan Jemaat kepada pemikiran penulis Alkitab dan penerima asli. Calvin kemudian menunjukkan bagaimana teks tertentu cocok dengan argumentasi utama dari seluruh kitab. Setelah nyata dalilnya untuk khotbah tersebut, Calvin langsung menuju ke teksnya, menguraikan kalimat dari kalimat, klausa demi klausa., ayat demi ayat, jemaat dituntun melalui surat atau nubuatan atau kisah.

4. BERKHOTBAH DENGAN CARA YANG "BERSEMANGAT"

Keempat, khotbah Calvin disampaikan tanpa persiapan. Ketika Calvin melangkah ke atas mimbar, dia tidak membawa naskah yang telah dituliskan atau sebuah catatan khotbah bersamanya. Reformator itu membuat sebuah pilihan yang sadar untuk berkhotbah tanpa persiapan., yaitu secara spontan. Dia ingin semua khotbahnya disampaikan secara alami dan bergairah, energik dan menarik, dan dia percaya bahwa khotbah yang spontan sangat cocok untuk mencapai tujuan-tujuan itu.

Oleh karena itu, dengan bersandar pada Roh Kudus, dia berdiri di hadapan jemaat dengan hanya membawa sebuah Alkitab yang terbuka. Dia berkhotbah dari Alkitab bahasa Ibrani ketika menguraikan Perjanjian Lama dan dari Alkitab bahasa Yunani ketika berkhotbah dari Perjanjían Baru. Untuk eksposisinya, dia menariknya dari pembelajaran yang saksama dari ayat itu dan bersandar pada persiapannya yang cermat untuk tugas-tugas pelayanannya yang lain, khususnya ceramahnya di kelas dan penulisan tafsirannya. Khotbah itu tersusun saat dia mengkhotbahkannya.

Begitulah cara kerja Calvin yang jenius. Tanpa alat bantu visual atau bahkan garis besar khotbah untuk menuntun pemikirannya, hanya dengan sebuah Alkitab dalam bahasa aslinya yang terbuka, namun khotbah-khotbahnya mengalir secara alami. Dia tidak menyampaikan khotbah yang keras dan akademik dari Kitab Suci. 

Malahan, khotbah-khotbahnya merupakan presentasi akan kebenaran yang menghangatkan hati. Namun khotbahnya juga sangat kuat. Dia berkata bahwa pengkhotbah harus berbicara "dalam cara yang menunjukkan bahwa dia tidak sedang berpura-pura. Apa yang Calvin lakukan menunjukkan bahwa dia adalah orang yang sungguh-sungguh dalam khotbahnya.

5. MENGGALI TEKS ALKITABIAH


Kelima, khotbah Calvin menggunakan pendekatan eksegetis. Calvin bersikukuh bahwa kata-kata dalam Kitab Suci harus ditafsirkan sesuai latar belakang historis khususnya bahasa aslinya, struktur tata bahwa bahasanya, dan konteks alkitabiahnya. Philip Schaff mencatat bahwa Calvin meneguhkan prinsip hermeneutik yang benar dan mendasar yang para penulis Alkitab ingin sampaikan kepada para pembaca mereka tentang satu pemikiran pasti dalam kata-kata yang bisa mereka pahami, seperti yang diinginkan semua penulis yang bijaksana. 

Calvin percaya bahwa memahami maksud penulis adalah tugas pertama seseorang yang meng eksposisi Alkitab. Dia menuliskan, "Karena satu-satunya tugasnya (penafsir) adalah untuk menyingkapkan pikiran penulis yang berusaha dia uraikan. Oleh karena itu, saat Calvin berkhotbah, dia bergerak dari "kalimat ke kalimat, bahkan kadang-kadang dari kata ke kata, untuk menjelaskan apa maksud dari setiap bagian tersebut.

Dalam praktik eksegetis ini, Calvin bersikukuh pada pemahaman harfiah akan teks Alkitab. Arti sesungguhnya dari Kitab Suci adalah arti yang alami dan jelas;tidak ada yang lebih penting ketimbang penafsiran harfiah dari teks Alkitab. Kitab Suci harus dipahami dan dijelaskan; sedangkan bagaimana cara menjelaskan adalah hal kedua.

Calvin berpegang teguh pada analogi iman, gagasan bahwa Alkitab berbicara dengan satu suara, tidak pernah berkontradiksi dengan dirinya sendiri- Alkitab menafsirkan Alkitab. Calvin secara teliti berkonsultasi dan mengutip referensi silang, namun tanpa menyimpang dari prinsip utama dari teks yang sedang ia khotbahkan.

6. BERBICARA KEPADA MANUSIA BIASA

Keenam, khotbah Calvin diterina dalam kesederhanannya. Sebagai seorang pengkhotbah tujuan Calvin bukanlah untuk berkomunikasi dengan para theolog lainnya, tetapi untuk menjangkau orang awam di bangku gereja. Dia ingin orang-orang menjadi familier dengan Alkitab dan "menjadikannya sebagai sesuatu pribadi bukan hanya sebuah koleksi akan berbagai gagasan historis. Pengkhotbah harus seperti seorang ayah," tulisnya, "memecah-mecahkan roti menjadi potongan-potongan kecil untuk memberi makan anak-anak mereka.

Pada saat Calvin berkhotbah, dia berbicara dengan begitu berhati-hati, membuat orang mudah untuk mencatat segala yang dia katakan, seperti yang dicatat oleh seorang pengamat. Ada kalanya Calvin, menjelaskan arti sebuah kata dengan sangat teliti. Terminologi Calvin tidak bergerak ke luar dari Alkitab. kata- kata yang umum adalah "dosa, 'pertobatan, 'anugerah, 'doa, ''penghakiman, 'membenarkan, pilihan, 'menebus,"- semua istilah yang familier dalam Perjanjlan Lama dan Baru.

7. MENGGEMBALKAN KAWANAN DOMBA TUHAN

Ketujuh. khotbah Calvin memiliki nada penggembalaan. Reformator Jenewa int tidak pernah lupa akan fakta bahwa dia adalah seorang pendeta. Dengan demikian, dia secara hangat menyampaikan Kitab Suci dengan nasihat yang penuh kasih untuk menggembalakan jemaatnya. Dia berkhotbah dengan maksud untuk menyarankan dan mendorong dombanya untuk mengikuti Firman Allah.

Calvin sering kali menggunakan kata ganti jamak untuk orang pertama - "kami, kita." dan "milk kita saat dia menasihati jemaatnya. Sebagai contoh dia berkata, "marilah Kita belajar untuk tidak mabuk dengan berbagai pengharapan bodoh kita. Malahan, marilah kita berharap di dalam Allah dan di dalam janji-janji Allah, dan kita tidak akan pernah diperdaya. Dengan melakukan hal ini, Dia dengan rendah hati juga memasukkan dirinya dalam perlunya bertindak sesuai dengan kebenaran alkitabiah. Dengan cara ini dia menghindarkan untuk mengkhotbahi para pendengarnya

Namun demikian, Calvin tidak ragu untuk meminta para pendengarnya untuk menguji diri mereka sendiri saat dia menyampaikan kebenaran alkitabiah. Teguran yang tajam juga membedakan khotbah Calvin, juga teguran penuh kasih ada sebagai bagian penting dari tugas penggembalaannya.

8. MENANGKIS SERIGAL-SERIGALA YANG RAKUS

Kedelapan, khotbah Calvin bersifat polemik dalam pembelaan terhadap kebenarannya. Bagi Calvin, khotbah mengharuskan pembelaan apologetik terhadap iman Dia percaya bahwa pengkhotbah harus menjaga kebenaran, sehingga eksposisi sistematik diperlukan untuk melawan kebohongan Iblis dalam segala bentuk tipuannya. Dia menuliskan,"menyampaikan kebenaran hanyalah separuh dari tugas mengajar ... kecuali jika seluruh kekeliruan Iblis telah dibuang.

BACA JUGA: KEMULIAN BAGI ALLAH

Dari mimbar, Calvin sebagai penjaga kebenaran yang setia, mengambil setiap kesempatan untuk menegakkan doktrin yang benar dan menyangkali semua orang yang menentangnya. Dia secara tebuka menghardik guru-guru palsu pada zamannya.

9. MEMANGGIL ORANG-ORANG BERDOSA YANG TERHILANG

Kesembilan, khotbah Calvin bersemangat untuk melakukan penjangkauan. Ada kesalahpahaman yang menyedihkan pada zaman sekarang, yang karena Calvin percaya kepada predestinasi, maka dia dianggap tidak evangelistik. Omong kosong yang terus-menerus ada adalah anggapan bahwa dia tidak memiliki kerinduan untuk menjangkau jiwa-jiwa yang terhilang bagi Kristus. 

Hal ini benar-benar salah. Calvin memiliki kerinduan yang besar untuk menjangkau jiwa-jiwa yang terhilang. Untuk alasan tersebut, dia mengkhotbahkan Injil dengan pendekatan penuh kasih, dengan bersemangat meminta orang-orang berdosa untuk membawa diri mereka sendiri kepada belas kasihan Allah. Dia kemudian, mendorong para pendengarnya untuk diselamatkan melalui iman dan menyerahkan diri kita seutuhnya kepada-Nya; Calvin sudah pasti seorang penginjil sejati.

10. MENGAGUNGKAN KEMULIAN ALLAH

Sepuluh, khotbah Calvin berisi puji-pujian pada bagian kesimpulannya. Semua khotbah Calvin berpusat pada keseluruhan diri Allah, tetapi seruan penutup khotbahnya disampaikan dengan sepenuh hati dan penuh gairah. Ia meninggikan Tuhan dan mendorong para pendengarnya untuk tunduk kepada supremasi mutlak-Nya. Mereka harus merendahkan diri mereka sendiri dibawah tangan Allah yang kuat. Secara rutin Calvin menasihati jemaatnya:"Marilah kita semua tunduk di hadapan kemulian Allah kita yang Agung.

Calvin selalu menyimpulkan khotbahnya dengan sebuah doa yang mengagungkan Allah. Maksudnya adalah untuk mengangkat jemaatnya ke takhta Allah. Doa syafaat yang merupakan kesimpulan ini memiliki tujuan yang vertikal, mengarahkan para pendengarnya ke atas, kepada Allah. Doa tersebut menyingkapkan kemulian Bapa sorgawi yang agung, saat dia meninggalkan jemaatnya coram Deo - di hadapan wajah Allah.
Next Post Previous Post