YOHANES 17:1-5 (DOA PEMULIAAN YESUS)

PDT. BUDI ASALI, M. DIV.
Yohanes 17:1-5 - “(Yohanes 17:1) Demikianlah kata Yesus. Lalu Ia menengadah ke langit dan berkata: ‘Bapa, telah tiba saatnya; permuliakanlah AnakMu, supaya AnakMu mempermuliakan Engkau. (2) Sama seperti Engkau telah memberikan kepadaNya kuasa atas segala yang hidup, demikian pula Ia akan memberikan hidup yang kekal kepada semua yang telah Engkau berikan kepadaNya. (3) Inilah hidup yang kekal itu, yaitu bahwa mereka mengenal Engkau, satu-satunya Allah yang benar, dan mengenal Yesus Kristus yang telah Engkau utus. (4) Aku telah mempermuliakan Engkau di bumi dengan jalan menyelesaikan pekerjaan yang Engkau berikan kepadaKu untuk melakukannya. (5) Oleh sebab itu, ya Bapa, permuliakanlah Aku padaMu sendiri dengan kemuliaan yang Kumiliki di hadiratMu sebelum dunia ada.”.
YOHANES 17:1-5 (DOA PEMULIAAN YESUS)
otomotif, gadget, bisnis
I) Postur Yesus pada saat berdoa.

Yesus berdoa sambil menengadah ke langit / surga.
Yohanes 17: 1: ‘Lalu Ia menengadah ke langit dan berkata’.
KJV: ‘and lifted up his eyes to heaven’ [= dan mengangkat mataNya ke surga].

1) Mengapa Yesus menengadah ke langit / surga?
Bandingkan dengan kalimat pertama dari Doa Bapa Kami: ‘Bapa kami yang di sorga’. Sekalipun Allah itu maha ada / tak terbatas tempat, tetapi surga adalah tempat dimana Ia paling hadir / menyatakan diriNya dengan paling mulia.

Calvin: “He looked towards heaven, not as if God’s presence were confined to heaven, for he filleth also the earth, (Jer. 23:24,) but because it is there chiefly that his majesty is displayed. Another reason was, that by looking towards heaven, we are reminded that the majesty of God is far exalted above all creatures.” [= Ia memandang ke surga, bukan seakan-akan kehadiran Allah dibatasi di surga, karena Ia juga memenuhi bumi (Yeremia 23:24), tetapi karena di sanalah keagunganNya ditunjukkan secara terutama. Alasan yang lain adalah bahwa dengan memandang ke surga, kita diingatkan bahwa keagungan dari Allah jauh ditinggikan di atas semua ciptaan / makhluk-makhluk ciptaan.] - hal 163.

Yeremia 23:23-24 - “(23) Masakan Aku ini hanya Allah yang dari dekat, demikianlah firman TUHAN, dan bukan Allah yang dari jauh juga? (24) Sekiranya ada seseorang menyembunyikan diri dalam tempat persembunyian, masakan Aku tidak melihat dia? demikianlah firman TUHAN. Tidakkah Aku memenuhi langit dan bumi? demikianlah firman TUHAN.”.

Calvin juga menambahkan bahwa orang berdoa dengan tangan terangkat, tujuannya juga sama dengan ini.

Matthew Poole: “lifted up his eyes to heaven, as his Father’s mansion house who, though he filleth heaven and earth, yet doth in heaven most manifest his glory: and therefore, teaching us to pray, he commandeth us to say, Our Father which art in heaven; not exclusively, as if God were not on earth also; but eminently, as heaven is the place where he most gloriously manifests himself.” [= mengangkat mataNya ke surga, sebagai rumah tempat tinggal Bapa yang, sekalipun Ia memenuhi surga / langit dan bumi, tetapi di surga paling menyatakan kemuliaanNya: dan karena itu, pada waktu mengajar kita untuk berdoa, Ia memerintahkan kita untuk berkata, Bapa kami yang ada di surga, bukan secara exklusif, seakan-akan Allah tidak juga berada di bumi; tetapi secara menonjol, karena surga adalah tempat dimana Ia menyatakan diriNya secara paling mulia.] - hal 367.

Mazmur 121:1 - “[Nyanyian ziarah.] Aku melayangkan mataku ke gunung-gunung; dari manakah akan datang pertolonganku?”.

Mazmur 123:1 - “[Nyanyian ziarah.] KepadaMu aku melayangkan mataku, ya Engkau yang bersemayam di sorga.”.

2) Tetapi bagaimanapun, sikap / posisi tubuh seperti ini (menengadah ke langit) bukanlah suatu keharusan. Yang penting bukan gerakan / posisi tubuh secara lahiriah, tetapi sikap hatinya.

Matthew Poole: “Lifting up the eyes was a usual gesture in prayer, and but an indication of the soul’s being lifted up, Ps 121:1 123:1; yet no necessary gesture, for we shall at another time find our Saviour falling upon his face when he prayed, Mt 26:39 Mr 14:35.” [= Mengangkat mata merupakan suatu gerakan tubuh yang umum / biasa dalam doa, dan hanya merupakan suatu petunjuk tentang jiwa yang diangkat / diarahkan, Mazmur 121:1 123:1; tetapi bukan suatu gerakan tubuh yang perlu / diharuskan, karena pada saat yang lain kita mendapati Juruselamat kita jatuh pada mukaNya pada waktu Ia berdoa, Mat 26:39 Markus 14:35.] - hal 367.

Matius 26:39 - “Maka Ia maju sedikit, lalu sujud dan berdoa, kataNya: ‘Ya BapaKu, jikalau sekiranya mungkin, biarlah cawan ini lalu dari padaKu, tetapi janganlah seperti yang Kukehendaki, melainkan seperti yang Engkau kehendaki.’”.

Markus 14:35 - “Ia maju sedikit, merebahkan diri ke tanah dan berdoa supaya, sekiranya mungkin, saat itu lalu dari padaNya.”.
KJV: ‘and fell on the ground’ [= dan jatuh ke tanah].

Calvin mengambil pemungut cukai yang berdoa dalam Luk 18 sebagai referensi. Ia bukan berdoa dengan menengadah atau dengan mengangkat tangannya ke arah surga, tetapi toh doanya dikabulkan / dianggap benar.

Lukas 18:13-14 - “(13) Tetapi pemungut cukai itu berdiri jauh-jauh, bahkan ia tidak berani menengadah ke langit, melainkan ia memukul diri dan berkata: Ya Allah, kasihanilah aku orang berdosa ini. (14) Aku berkata kepadamu: Orang ini pulang ke rumahnya sebagai orang yang dibenarkan Allah dan orang lain itu tidak. Sebab barangsiapa meninggikan diri, ia akan direndahkan dan barangsiapa merendahkan diri, ia akan ditinggikan.’”.

Calvin lalu membandingkan sikap Yesus dalam doa dengan sikap pemungut cukai dalam Lukas 18:13 itu, dan mengatakan:“But it was proper that Christ should pray in a different manner, for he had nothing about him of which he ought to be ashamed; and it is certain that David himself prayed sometimes in one attitude, and sometimes in another, according to the circumstances in which he was placed.” [= Tetapi adalah benar bahwa Kristus berdoa dengan cara yang berbeda, karena Ia tidak mempunyai apapun tentang diriNya tentang mana Ia harus merasa malu; dan adalah pasti bahwa Daud sendiri kadang-kadang berdoa dengan sikap tertentu, dan kadang-kadang dengan sikap yang lain, sesuai dengan keadaan dalam mana Ia diletakkan.] - hal 164.

II) Apa yang Yesus doakan.

Dalam doaNya Yesus meminta supaya Bapa memuliakan Dia.
Ay 1b,5: “(1b) ‘Bapa, telah tiba saatnya; permuliakanlah AnakMu, supaya AnakMu mempermuliakan Engkau. ... (5) Oleh sebab itu, ya Bapa, permuliakanlah Aku padaMu sendiri dengan kemuliaan yang Kumiliki di hadiratMu sebelum dunia ada.”.

1) Yesus minta supaya diriNya dipermuliakan.
Yohanes 17: 1b: ‘permuliakanlah AnakMu’.

Ada beberapa hal yang harus dibahas dalam persoalan Yesus meminta diriNya dipermuliakan.

a) Apa maksud / arti dari permohonan untuk memuliakan diriNya sendiri ini?

1. Kalau kita melihat pada Yohanes 12:23-24, kelihatannya pemuliaan itu terjadi melalui kematian Yesus.

Yohanes 12:23-24 - “(23) Tetapi Yesus menjawab mereka, kataNya: ‘Telah tiba saatnya Anak Manusia dimuliakan. (24) Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya jikalau biji gandum tidak jatuh ke dalam tanah dan mati, ia tetap satu biji saja; tetapi jika ia mati, ia akan menghasilkan banyak buah.”.

Dalam ay 23 Ia berbicara tentang ‘dimuliakan’, dan dalam ay 24 Ia berbicara tentang kematian. Jadi jelas bahwa Yesus memaksudkan ‘dimuliakan melalui salib / kematian’.

Calvin: “If it be objected, that never was there any thing less glorious than the death of Christ, which was then at hand, I reply, that in that death we behold a magnificent triumph which is concealed from wicked men; for there we perceive that, atonement having been made for sins, the world has been reconciled to God, the curse has been blotted out, and Satan has been vanquished.” [= Jika ada keberatan, bahwa tidak pernah ada apapun yang kurang mulia dari kematian Kristus, yang pada saat itu sudah dekat, saya menjawab, bahwa dalam kematian itu kita melihat suatu kemenangan yang besar / megah yang tersembunyi dari orang-orang jahat; karena disana kita mengerti bahwa penebusan telah dibuat untuk dosa-dosa, dunia telah diperdamaikan dengan Allah, kutuk telah dihapuskan, dan Iblis telah dikalahkan.].

William Barclay: “(1) It is one of the facts of history that again and again it was in death that the great ones found their glory. It was when they died, and how they died, which showed people what and who they really were. They may have been misunderstood, undervalued or condemned as criminals in their lives, but their deaths showed their true place in the scheme of things.” [= (1) Merupakan salah satu fakta sejarah bahwa berulang-ulang dalam kematianlah orang-orang yang agung / besar menemukan kemuliaan mereka. Adalah pada saat mereka mati, dan bagaimana mereka mati, yang menunjukkan orang-orang apa dan siapa mereka sebenarnya. Mereka bisa telah disalah-mengerti, dinilai terlalu rendah atau dihakimi sebagai kriminil-kriminil dalam kehidupan mereka, tetapi kematian mereka menunjukkan tempat mereka sebenarnya dalam garis besar dari hal-hal.].

Barclay lalu memberi banyak contoh (Abraham Lincoln, Joan of Arc, Montrose). Kita bisa menambahkan kematian Stefanus, Polycarp dan sebagainya. Dan lalu Barclay melanjutkan.

William Barclay: “Again and again, a martyr’s majesty has appeared in death. It was so with Jesus, for even the centurion at the foot of the cross was left saying: ‘Truly this man was God’s Son’ (Matthew 27:54). The cross was the glory of Jesus because he was never more majestic than in his death. The cross was his glory because its magnet drew people to him in a way that even his life had never done - and still it is so.” [= Berulang-ulang, keagungan seorang martir telah terlihat dalam kematian. Adalah demikian dengan Yesus, karena bahkan perwira di kaki dari salib sebagai konsekwensinya berkata: ‘Sungguh, orang ini adalah Anak Allah’ (Mat 27:54). Salib adalah kemuliaanNya karena magnit / daya tariknya menarik orang-orang kepadaNya dengan suatu cara yang bahkan hidupNya tak pernah lakukan - dan itu tetap demikian.].

Matius 27:54 - “Kepala pasukan dan prajurit-prajuritnya yang menjaga Yesus menjadi sangat takut ketika mereka melihat gempa bumi dan apa yang telah terjadi, lalu berkata: ‘Sungguh, Ia ini adalah Anak Allah.’”.

William Barclay: “(2) Further, the cross was the glory of Jesus because it was the completion of his work. ‘I have accomplished the work’, he said, ‘which you gave me to do.’” [= (2) Selanjutnya, salib adalah kemuliaan Yesus karena itu merupakan penyelesaian dari pekerjaanNya. ‘Aku telah menyelesaikan pekerjaan’, Ia berkata, ‘yang Engkau berikan kepadaKu untuk melakukannya’ (ay 4).].

Yohanes 17: 4: “Aku telah mempermuliakan Engkau di bumi dengan jalan menyelesaikan pekerjaan yang Engkau berikan kepadaKu untuk melakukannya.”.

William Barclay: “(3) There is another question - how did the cross glorify God? The only way to glorify God is to obey him. ... He glorified God on the cross by rendering the perfect obedience of perfect love.” [= (3) Ada suatu pertanyaan yang lain - bagaimana salib itu mempermuliakan Allah? Satu-satunya cara / jalan untuk mempermuliakan Allah adalah dengan mentaatiNya. ... Ia memuliakan Allah di salib dengan memberikan ketaatan sempurna dari kasih yang sempurna.].

Bdk. Filipi 2:8 - “Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diriNya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib.”.

2. William Hendriksen dan Matthew Poole mengatakan bahwa tidak mungkin yang dimaksudkan dengan Kristus dimuliakan itu hanya menunjuk pada kematianNya. Itu juga harus / pasti mencakup kebangkitan, kenaikan, dan pemahkotaanNya.

William Hendriksen: “Jesus continues: ‘Glorify thy Son in order that the Son may glorify thee.’ The meaning is: ‘Grant that by means of my entire going to thee (death, resurrection, ascension, coronation) I may be glorified, and thou mayest be glorified by me.’ ... Surely, in the cross of Christ and also in the crown we see this glory. ... Not only the cross, however, but also the crown, viewed as the reward upon his suffering, displays his glory. That this too is in the mind of Christ is clear from verse 5.” [= Yesus melanjutkan: ‘Permuliakanlah AnakMu supaya Anak bisa mempermuliakan Engkau’. Artinya adalah: ‘Berikanlah / kabulkanlah bahwa dengan cara dari seluruh kepergianKu kepada Engkau (kematian, kebangkitan, kenaikan, pemahkotaan) Aku bisa dipermuliakan, dan Engkau bisa dipermuliakan olehKu’. ... Pasti, dalam salib Kristus dan juga dalam mahkotaNya kita melihat kemuliaan ini. ... Tetapi bukan hanya salib, melainkan juga mahkota, dipandang sebagai upah / pahala atas penderitaanNya, menunjukkan kemuliaanNya. Bahwa ini juga ada dalam pikiran Kristus adalah jelas dari ay 5.].

Yohanes 17: 5: “Oleh sebab itu, ya Bapa, permuliakanlah Aku padaMu sendiri dengan kemuliaan yang Kumiliki di hadiratMu sebelum dunia ada.”.

Matthew Poole: “now make thy Son glorious, by raising me from the dead, by taking me up to heaven, or by giving me assistance from thee to do the work which I have to do, to drink this bitter cup: that so now I, being risen again from the dead, and ascending up to heaven, may make thy name famous by publishing thy justice, goodness, and truth, upon the preaching of the gospel to all nations.” [= sekarang muliakanlah AnakMu, dengan membangkitkan Aku dari orang mati, dengan mengangkat Aku ke surga, atau dengan memberi Aku bantuan dariMu untuk melakukan pekerjaan yang harus Aku lakukan, meminum cawan pahit ini: sehingga sekarang Aku, sedang dibangkitkan kembali dari orang mati, dan naik ke surga, bisa membuat namaMu masyhur dengan mempublikasikan keadilan, kebaikan, dan kebenaranMu, setelah / pada saat pemberitaan injil kepada semua bangsa.] - hal 367.


William Barclay: “(4) But there is still more. Jesus prayed to God to glorify him and to glorify himself. The cross was not the end. There was the resurrection to follow. This was the vindication of Jesus. It was the proof that human beings could do their worst and that Jesus could still triumph. It was as if God pointed at the cross and said: ‘That is what human beings think of my Son,’ and then pointed at the resurrection and said: ‘That is what I think of my Son.’ The cross was the worst that could be done to Jesus; but not even that could conquer him. The glory of the resurrection obliterated the shame of the cross.” [= (4) Tetapi di sana ada lebih banyak lagi. Yesus berdoa kepada Allah untuk memuliakan Dia dan untuk memuliakan diriNya sendiri. Salib bukanlah akhirnya. Ada kebangkitan yang mengikutinya. Ini adalah pembelaan terhadap Yesus. Itu adalah bukti bahwa manusia bisa melakukan hal terburuk mereka dan bahwa Yesus tetap bisa menang. Itu adalah seakan-akan Allah menunjuk pada salib dan berkata: ‘Itu adalah apa yang manusia pikirkan tentang AnakKu’, dan lalu menunjuk pada kebangkitan dan berkata: ‘Itu adalah apa yang Aku pikirkan tentang AnakKu’. Salib adalah hal terburuk yang bisa dilakukan terhadap Yesus; tetapi bahkan itu tidak bisa mengalahkan Dia. Kemuliaan dari kebangkitan menghapuskan kehinaan dari salib.].

b) Yesus meminta supaya diriNya sendiri dimuliakan setelah Ia menyelesaikan pekerjaanNya.

Yohanes 17: 4: “Aku telah mempermuliakan Engkau di bumi dengan jalan menyelesaikan pekerjaan yang Engkau berikan kepadaKu untuk melakukannya.”.

Calvin: “Nor does he speak only of the office of teaching, but includes also the other parts of his ministry; for, though the chief part of it still remained to be accomplished, namely, the sacrifice of death, by which he was to take away the iniquities of us all, yet, as the hour of his death was already at hand, he speaks as if he had already endured it.” [= Ia tidak berbicara hanya tentang tugas pengajaranNya, tetapi juga mencakup bagian-bagian lain dari pelayananNya; karena, sekalipun bagian yang terutama dari pelayananNya masih tetap belum tercapai / diselesaikan, yaitu korban kematian, dengan mana Ia mengambil kejahatan-kejahatan kita semua, tetapi karena saat kematianNya sudah dekat, Ia berbicara seakan-akan Ia telah mengalamiNya.] - hal 168.

Saya berpendapat hal yang sama terjadi pada saat di atas kayu salib Yesus berkata ‘Sudah selesai!’.

c) Apakah permintaan Yesus supaya diriNya dimuliakan ini menunjukkan bahwa Ia adalah seorang yang egois / gila hormat? Saya akan membahas beberapa hal yang menunjukkan bahwa itu sama sekali tidak benar.

1. Yohanes 17: 1b: “‘Bapa, telah tiba saatnya; permuliakanlah AnakMu, supaya AnakMu mempermuliakan Engkau.”.

Dari bagian ini ada dua hal yang terlihat:

a. Ada hubungan timbal balik antara kemuliaan Yesus dan kemuliaan Bapa.
Dari kata-kata ‘permuliakanlah AnakMu, supaya AnakMu mempermuliakan Engkau’, terlihat adanya hubungan timbal balik antara pemuliaan Anak dan pemuliaan Bapa. Karena itu kalau Kristus dimuliakan, itu bukannya mengecilkan kemuliaan Bapa, tetapi sebaliknya juga memuliakan Bapa.

Calvin: “‘That thy Son also may glorify thee.’ He means that there is a mutual connection between the advancement of his glory and of the glory of his Father; for why is Christ manifested, but that he may lead us to the Father? Hence it follows, that all the honor which is bestowed on Christ is so far from diminishing the honor of the Father, that it confirms it the more. We ought always to remember under what character Christ speaks in this passage; for we must not look only at his eternal Divinity, because he speaks as God manifested in the flesh, and according to the office of Mediator.” [= ‘supaya AnakMu juga bisa mempermuliakan Engkau’. Ia memaksudkan bahwa disana ada suatu hubungan timbal balik antara kemajuan dari kemuliaanNya dan dari kemuliaan BapaNya; karena mengapa Kristus dinyatakan, kecuali bahwa Ia bisa membimbing kita kepada Bapa? Jadi konsekwensinya adalah bahwa semua kehormatan yang diberikan kepada Kristus sama sekali tidak mengurangi kehormatan Bapa, tetapi sebaliknya makin meneguhkannya. Kita harus selalu mengingat di bawah karakter apa Kristus berbicara dalam text ini; karena kita tidak boleh melihat hanya pada KeilahianNya yang kekal, karena Ia berbicara sebagai Allah yang dinyatakan dalam daging, dan sesuai dengan jabatan Pengantara.].

b. Permintaan Yesus supaya diriNya sendiri dimuliakan tidak menunjukkan suatu keegoisan atau sikap gila hormat dalam diri Yesus.

William Hendriksen: “When Jesus adds, ‘that the Son may glorify thee,’ he shows that his prayer is not a selfish prayer. Jesus wants to be glorified in order that by means of this glory he may glorify the Father.” [= Pada waktu Yesus menambahkan: ‘supaya AnakMu mempermuliakan Engkau’, Ia menunjukkan bahwa doaNya bukanlah merupakan doa yang egois. Yesus menginginkan untuk dipermuliakan supaya melalui kemuliaanNya Ia bisa mempermuliakan Bapa.] - hal 349.

Penerapan: Ada hal-hal yang seolah-olah menunjukkan kemuliaan kita, yang boleh kita minta, selama motivasi kita benar. Kita boleh saja berdoa supaya mendapatkan penghasilan yang lebih besar, jabatan yang lebih tinggi, gelar yang lebih hebat, selama kita tidak meminta hal-hal itu demi kemuliaan diri kita sendiri, tetapi kita ingin supaya melalui semua itu kita bisa lebih memuliakan Allah. Ingat bahwa ‘memuliakan Allah’ harus menjadi tujuan hidup setiap orang.

1Korintus 10:31 - “Aku menjawab: Jika engkau makan atau jika engkau minum, atau jika engkau melakukan sesuatu yang lain, lakukanlah semuanya itu untuk kemuliaan Allah.”.

Tetapi kalau betul-betul meminta kemuliaan di dunia ini supaya Bapa dipermuliakan, saya berpendapat itu hanya bisa dilakukan oleh Yesus.

Untuk kita jauh lebih cocok kata-kata dari Yohanes Pembaptis dalam Yohanes 3:30 - “Ia harus makin besar, tetapi aku harus makin kecil.”.

2. Yohanes 17: 5: “Oleh sebab itu, ya Bapa, permuliakanlah Aku padaMu sendiri dengan kemuliaan yang Kumiliki di hadiratMu sebelum dunia ada.”.

a. Kata-kata ‘permuliakanlah Aku padaMu sendiri’ diterjemahkan berbeda-beda:
KJV: “glorify thou me with thine own self” [= kiranya Engkau mempermuliakan Aku dengan / bersama diriMu sendiri].

RSV: “glorify thou me in thy own presence” [= kiranya Engkau mempermuliakan Aku di hadiratMu].
NIV: “glorify me in your presence” [= permuliakan Aku di hadiratMu].
NASB: “glorify Thou Me together with Thyself” [= kiranya Engkau mempermuliakan Aku bersama-sama dengan diriMu sendiri].

Barnes’ Notes: “‘With thine own self.’ In heaven, granting me a participation of the same honor which the Father has. He had just said that he had glorified God on the earth, he now prays that God would glorify him in heaven.” [= ‘Bersama diriMu sendiri’. Di surga, berilah Aku suatu partisipasi dari kehormatan yang sama dengan yang Bapa miliki. Ia baru mengatakan bahwa Ia telah mempermuliakan Allah di bumi (ay 4), dan sekarang Ia berdoa supaya Allah akan mempermuliakan Dia di surga.].

A. T. Robertson: “‘With thine own self.’ ‎PARA ‎‎SEAUTOO‎. ‘By the side of thyself.’ Jesus prays for full restoration to the pre-incarnate glory and fellowship (cf. John 1:1) enjoyed before the Incarnation (John 1:14).” [= ‘Bersama diriMu sendiri’. PARA SEAUTOO. ‘Di sisiMu sendiri’. Yesus berdoa untuk pemulihan penuh pada kemuliaan dan persekutuan sebelum inkarnasi (bdk. Yohanes 1:1) yang Ia nikmati sebelum Inkarnasi (Yoh 1:14).].

Yohanes 1:1,14 - “(1) Pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah. ... (14) Firman itu telah menjadi manusia, dan diam di antara kita, dan kita telah melihat kemuliaanNya, yaitu kemuliaan yang diberikan kepadaNya sebagai Anak Tunggal Bapa, penuh kasih karunia dan kebenaran.”.

b. ‘dengan kemuliaan yang Kumiliki di hadiratMu sebelum dunia ada.’.

Calvin: “‘The glory which I had with thee before the world was.’ He now declares that he desires nothing that does not strictly belong to him, but only that he may appear in the flesh, such as he was before the creation of the world; or, to speak more plainly, that the Divine majesty, which he had always possessed, may now be illustriously displayed in the person of the Mediator, and in the human flesh with which he was clothed. This is a remarkable passage, which teaches us that Christ is not a God who has been newly contrived, or who has existed only for a time; for if his glory was eternal, himself also has always been.” [= ‘Kemuliaan yang Aku miliki bersama Engkau sebelum dunia ada’. Sekarang Ia menyatakan bahwa Ia tidak menginginkan apapun yang tidak secara ketat adalah milikNya, tetapi hanya bahwa Ia bisa muncul / terlihat dalam daging, seperti adanya Ia sebelum penciptaan dunia / alam semesta; atau, berbicara dengan lebih jelas, supaya keagungan Ilahi, yang telah selalu Ia miliki, sekarang bisa ditunjukkan dengan jelas dalam pribadi dari sang Pengantara, dan dalam daging manusia dengan mana Ia dipakaiani. Ini merupakan suatu text yang luar biasa / patut diperhatikan, yang mengajar kita bahwa Kristus bukanlah suatu Allah yang baru-baru saja ditemukan, atau yang mempunyai keberadaan untuk suatu waktu; karena jika kemuliaanNya kekal, Ia sendiri juga selalu kekal.].

Matthew Poole: “Christ was glorified with his Father before the world was, which he could not have been if he had not been eternal God.” [= Kristus dipermuliakan dengan BapaNya sebelum dunia ada, dan ini tidak mungkin bisa terjadi seandainya Ia bukanlah Allah yang kekal.] - hal 368.


William Hendriksen: “It is hardly necessary to add that in this yearning for future glory (17:5) or for future joy (Heb. 12:2) there was not even a trace of vulgar selfishness (cf. 17:1). To be sure, whatever God does he does for his own glory, and Jesus is God!” [= Hampir tidak perlu untuk menambahkan bahwa dalam kerinduan untuk kemuliaan yang akan datang ini (17:5) atau untuk sukacita yang akan datang (Ibrani 12:2) disana sama sekali tidak ada jejak dari keegoisan yang tidak sopan (bdk. 17:1). Memang, apapun yang Allah lakukan Ia lakukan untuk kemuliaanNya sendiri, dan Yesus adalah Allah!].

Penutup.

Kita merayakan Jum’at Agung dan Paskah beberapa waktu yang lalu. Kita merayakan kenaikan Kristus ke surga pada hari ini. Ini merupakan jawaban Bapa terhadap doa Yesus di sini.

Satu hal lagi yang kita tunggu. Yesus yang telah naik ke surga ini akan datang kembali untuk kedua-kalinya sebagai Hakim! Siapkah saudara kalau Ia datang pada hari ini? Cepatlah percaya kepada Dia, sebelum terlambat! Tuhan memberkati saudara sekalian.

Catatan: Pdt. Budi Asali, M.Div:  meraih gelar Master of Divinity (M.Div) dari Reformed Theological Seminary (RTS), Jackson, Mississippi, United States of America
-AMIN-
Next Post Previous Post