TAFSIRAN SURAT 2 PETRUS
2 Petrus 1:1-2 - “(1) Dari Simon Petrus, hamba dan rasul Yesus Kristus, kepada mereka yang bersama-sama dengan kami memperoleh iman oleh karena keadilan Allah dan Juruselamat kita, Yesus Kristus. (2) Kasih karunia dan damai sejahtera melimpahi kamu oleh pengenalan akan Allah dan akan Yesus, Tuhan kita”
Lenski: “First Peter was written for those who are to meet persecution and suffering, whose faith, faithfulness, and hope are to be strengthened; Second Peter is written for those who are to meet false, libertinistic teachers, and whose faith, dilligence in godliness, and knowledge are to be fortified” (= Surat Petrus yang pertama ditulis bagi mereka yang harus menghadapi penganiayaan dan penderitaan, yang iman, kesetiaan, dan pengharapannya harus dikuatkan; surat Petrus yang kedua ditulis bagi mereka yang harus menghadapi guru-guru palsu yang hidupnya tidak bermoral / tidak dikekang, dan yang iman, kerajinan dalam kesalehan, dan pengetahuan / pengenalannya harus dikuatkan / dibentengi) - hal 255.
Catatan: seorang hamba Tuhan memang harus memberitakan apa yang sesuai dengan sikon di tempat dimana ia melayani. Tetapi ia harus memberikan apa yang mereka butuhkan, bukan apa yang mereka inginkan
The Bible Exposition Commentary: New Testament: “If anybody in the early church knew the importance of being alert, it was the Apostle Peter. He had a tendency in his early years to feel overconfident when danger was near and to overlook the Master’s warnings. He rushed ahead when he should have waited; he slept when he should have prayed; he talked when he should have listened. He was a courageous, but careless, Christian. But he learned his lesson, and he wants to help us learn it too. In his first epistle, Peter emphasized the grace of God (1 Peter 5:12), but in this second letter, his emphasis is on the knowledge of God. The word ‘know’ or ‘knowledge’ is used at least thirteen times in this short epistle. The word does not mean a mere intellectual understanding of some truth, though that is included. It means a living participation in the truth in the sense that our Lord used it in John 17:3 - ‘This is life eternal, that they might know Thee the only true God, and Jesus Christ, whom Thou hast sent’. Peter opened his letter with a description of the Christian life. Before he described the counterfeits, he described the true believers. The best way to detect falsehood is to understand the characteristics of the truth” [= Jika ada seseorang dalam gereja awal yang mengetahui pentingnya untuk berjaga-jaga maka itu adalah rasul Petrus. Ia mempunyai kecenderungan dalam tahun-tahun awalnya untuk merasa terlalu yakin pada waktu bahaya itu dekat dan untuk mengabaikan / melupakan peringatan Guru / Tuannya. Ia lari ke depan pada saat ia seharusnya menunggu; ia tidur pada saat ia seharusnya berdoa; ia berbicara pada saat ia seharusnya mendengar. Ia adalah seorang Kristen yang berani, tetapi ceroboh / gegabah. Tetapi ia telah mendapatkan pelajarannya, dan ia ingin menolong kita untuk mempelajarinya juga. Dalam suratnya yang pertama, Petrus menekankan kasih karunia Allah (1Pet 5:12), tetapi dalam suratnya yang kedua, penekanannya adalah pada pengetahuan / pengenalan akan Allah. Kata ‘tahu / kenal’ atau ‘pengetahuan / pengenalan’ digunakan sedikitnya 13 x dalam surat yang pendek ini. Kata itu tidak berarti semata-mata suatu pengertian intelektual tentang beberapa kebenaran, sekalipun hal itu tercakup. Itu berarti suatu partisipasi yang hidup dalam kebenaran dalam arti yang digunakan oleh Tuhan kita dalam Yoh 17:3 - ‘Inilah hidup yang kekal itu, yaitu bahwa mereka mengenal Engkau, satu-satunya Allah yang benar, dan mengenal Yesus Kristus yang telah Engkau utus’. Petrus membuka suratnya dengan suatu penggambaran tentang kehidupan Kristen. Sebelum ia menggambarkan pemalsu-pemalsu, ia menggambarkan orang-orang percaya yang sejati. Cara yang terbaik untuk mendeteksi kepalsuan adalah mengerti karakteristik / sifat dari kebenaran].
Ay 1: “Dari Simon Petrus, hamba dan rasul Yesus Kristus, kepada mereka yang bersama-sama dengan kami memperoleh iman oleh karena keadilan Allah dan Juruselamat kita, Yesus Kristus”.
1) “Dari Simon Petrus, hamba dan rasul Yesus Kristus”
a) “Dari Simon Petrus”.
Alexander Nisbet mengatakan (hal 221-222) bahwa sang rasul menggambarkan dirinya sendiri dengan dua nama yang menunjukkan dirinya. Nama ‘Simon’ adalah nama lamanya pada waktu ia adalah seorang nelayan; nama ‘Petrus’ adalah julukan barunya yang diberikan kepadanya pada waktu Kristus memanggilnya.
Mark 1:16 - “Ketika Yesus sedang berjalan menyusur danau Galilea, Ia melihat Simon dan Andreas, saudara Simon. Mereka sedang menebarkan jala di danau, sebab mereka penjala ikan”.
Mark 3:16 - “Kedua belas orang yang ditetapkanNya itu ialah: Simon, yang diberiNya nama Petrus”.
Nama yang pertama mengingatkan dia akan keadaannya yang dahulu dimana ia tidak tahu apa-apa, dan ada dalam keadaan buruk / hina; nama yang satunya mengingatkan dia akan kehormatan yang Kristus berikan kepadanya, pada waktu Ia membuatnya menjadi batu yang hidup dalam gereja dan seorang percaya dan pemberita dari kebenaran itu, di atas mana, seperti batu karang, Ia mendirikan gerejaNya.
Mat 16:18 - “Dan Akupun berkata kepadamu: Engkau adalah Petrus dan di atas batu karang ini Aku akan mendirikan jemaatKu dan alam maut tidak akan menguasainya”.
Jadi, kita perlu membawa bersama kita sampai akhir hidup kita ingatan yang waras tentang apa adanya kita sebelum Kristus menyatakan diriNya kepada kita, dan tentang apa adanya kita karena kasih karuniaNya mengerjakan kita, supaya kita bisa pergi ke surga dengan rendah hati dan penuh rasa syukur
b) “hamba dan rasul Yesus Kristus”.
KJV/RSV/NIV: ‘a servant’ (= seorang pelayan).
NASB: ‘a bond-servant’ (= seorang budak).
Kata Yunani yang digunakan adalah DOULOS, yang arti sebenarnya adalah ‘hamba / budak’.
Calvin: “he called himself the ‘servant and an apostle’ of Jesus Christ, ... because no one is to be heard in the Church, except he speaks as from the mouth of Christ” (= ia menyebut dirinya sendiri ‘pelayan dan rasul’ dari Yesus Kristus, ... karena tak seorangpun harus didengarkan dalam Gereja, kecuali ia berbicara seperti dari mulut Kristus).
Pulpit Commentary: “St. Peter, like St. Paul, describes himself as a servant, literally, ‘a slave,’ a bondman of Jesus Christ. We are not our own; we are bought with a price; we have work to do for our Master” (= Santo Petrus, seperti Santo Paulus, menggambarkan dirinya sendiri sebagai seorang pelayan, secara hurufiah, ‘seorang budak’, seorang budak dari Yesus Kristus. Kita bukan milik kita sendiri; kita telah dibeli dengan suatu harga; kita mempunyai pekerjaan untuk dilakukan bagi Tuan kita).
Bdk. 1Kor 6:19-20 - “(19) Atau tidak tahukah kamu, bahwa tubuhmu adalah bait Roh Kudus yang diam di dalam kamu, Roh Kudus yang kamu peroleh dari Allah, - dan bahwa kamu bukan milik kamu sendiri? (20) Sebab kamu telah dibeli dan harganya telah lunas dibayar: Karena itu muliakanlah Allah dengan tubuhmu!”.
William Barclay: “Peter calls himself the servant of Jesus Christ. The word is DOULOS which really means ‘slave.’ Strange as it may seem, here is a title, apparently one of humiliation, which the greatest of men took as a title of greatest honour” (= Petrus menyebut dirinya sendiri pelayan dari Yesus Kristus. Kata yang digunakan adalah DOULOS yang sesungguhnya berarti ‘budak / hamba’. Biarpun kelihatannya aneh, ini adalah suatu gelar, yang kelihatannya merupakan gelar perendahan, yang diambil oleh orang-orang yang paling besar / agung sebagai suatu gelar kehormatan yang terbesar) - hal 292.
William Barclay: “To call the Christian the DOULOS of God means that he is inalienably possessed by God. ... To call the Christian the DOULOS of God means that he owes an unquestioning obedience to God. ... To call the Christian the DOULOS of God means that he must be constantly in the service of God. ... The Christian is necessarily the man every moment of whose time is spent in the service of God” (= Menyebut orang Kristen sebagai DOULOS dari Allah berarti bahwa ia dimiliki oleh Allah dan ini tak bisa diubah. ... Menyebut orang Kristen sebagai DOULOS dari Allah berarti bahwa ia berhutang suatu ketaatan tanpa mempertanyakan kepada Allah. ... Menyebut orang Kristen sebagai DOULOS dari Allah berarti bahwa ia harus terus menerus ada dalam pelayanan bagi Allah. Orang Kristen haruslah orang yang setiap saat dari hidupnya digunakan / dihabiskan dalam pelayanan bagi Allah) - hal 293.
2) “kepada mereka yang bersama-sama dengan kami memperoleh iman”.
a) Persoalan terjemahan.
Kitab Suci Indonesia salah terjemahan.
KJV: ‘to them that have obtained like precious faith with us’ (= kepada mereka yang telah mendapatkan iman yang sama berharganya dengan kita).
RSV: ‘To those who have obtained a faith of equal standing with ours’ (= Kepada mereka yang telah mendapatkan suatu iman yang kedudukannya setara dengan iman kita).
NIV: ‘To those who ... have received a faith as precious as ours’ (= Kepada mereka yang ... telah menerima suatu iman yang sama berharganya dengan iman kita).
NASB: ‘To those who have received a faith of the same kind as ours’ (= Kepada mereka yang telah menerima suatu iman dari jenis yang sama seperti iman kita).
b) ‘memperoleh / mendapatkan / menerima’.
Adam Clarke sama sekali tidak membahas kata ‘memperoleh’ / ‘mendapatkan’ / ‘menerima’ ini.
Calvin: “This is a commendation of the grace which God had indiscriminately shewed to all his elect people; for it was no common gift, that they had all been called to one and the same faith, ...” (= Ini adalah suatu pujian / penghargaan tentang kasih karunia yang Allah telah tunjukkan secara tak pandang bulu kepada semua orang-orang pilihanNya; karena itu bukanlah pemberian umum, bahwa mereka semua telah dipanggil kepada iman yang satu dan yang sama, ...).
Matthew Henry: “This precious faith is obtained of God. Faith is the gift of God, wrought by the Spirit, who raised up Jesus Christ from the dead.” (= Iman yang berharga ini didapatkan dari Allah. Iman adalah karunia / pemberian dari Allah, dikerjakan oleh Roh, yang membangkitkan Yesus dari antara orang mati.).
Pulpit Commentary: “The word rendered ‘obtained’ (TOIS LAKHOUSIN) means properly ‘to obtain by lot,’ as in Luke 1:9. It is noticeable that one of the few places in which it occurs in the New Testament is in a speech of St. Peter’s (Acts 1:17); its use here implies that faith is a gift of God” [= Kata yang diterjemahkan ‘mendapatkan / menerima / memperoleh’ (TOIS LAKHOUSIN) sebetulnya berarti ‘mendapatkan oleh undian’, seperti dalam Luk 1:9. Bisa terlihat dengan jelas bahwa salah satu dari beberapa tempat dimana kata itu muncul dalam Perjanjian Baru adalah dalam khotbah Santo Petrus (Kis 1:17); penggunaannya di sini secara implicit menunjukkan bahwa iman adalah suatu karunia dari Allah].
Luk 1:9 - “Sebab ketika diundi, sebagaimana lazimnya, untuk menentukan imam yang bertugas, dialah yang ditunjuk untuk masuk ke dalam Bait Suci dan membakar ukupan di situ.”.
Kis 1:17 - “Dahulu ia termasuk bilangan kami dan mengambil bagian di dalam pelayanan ini.’”.
Bahwa iman memang merupakan suatu karunia / pemberian / anugerah dari Allah terlihat dengan jelas dari Fil 1:29 - “Sebab kepada kamu dikaruniakan bukan saja untuk percaya kepada Kristus, melainkan juga untuk menderita untuk Dia”.
Bible Knowledge Commentary: “‘Received’ is from the unusual verb lanchano, ‘to obtain by lot’ (cf. Luke 1:9; John 19:24). This implies God’s sovereign choice rather than anything they might have done to deserve such a gift” [= Kata ‘menerima’ berasal dari kata kerja yang tidak umum / luar biasa LANKHANO, ‘mendapatkan oleh undian’ (bdk. Luk 1:9; Yoh 19:24). Ini secara implicit menunjukkan pemilihan yang berdaulat dari Allah dan bukannya dari apapun yang mereka telah lakukan untuk layak mendapatkan karunia seperti itu].
Luk 1:9 - “Sebab ketika diundi, sebagaimana lazimnya, untuk menentukan imam yang bertugas, dialah yang ditunjuk untuk masuk ke dalam Bait Suci dan membakar ukupan di situ”.
Yoh 19:24 - “Karena itu mereka berkata seorang kepada yang lain: ‘Janganlah kita membaginya menjadi beberapa potong, tetapi baiklah kita membuang undi untuk menentukan siapa yang mendapatnya.’ Demikianlah hendaknya supaya genaplah yang ada tertulis dalam Kitab Suci: ‘Mereka membagi-bagi pakaianKu di antara mereka dan mereka membuang undi atas jubahKu.’ Hal itu telah dilakukan prajurit-prajurit itu”.
Mengapa Petrus menggunakan kata kerja yang sebetulnya berarti ‘mendapatkan oleh undian’? Apakah dalam melakukan pemilihan, Tuhan melakukannya dengan pengundian? Tentu tidak. Perhatikan penjelasan dari Jamieson, Fausset & Brown di bawah ini.
Jamieson, Fausset & Brown: “Divine election is as independent of man’s control, as the lot which is cast forth.” (= Pemilihan ilahi sama tak tergantungnya pada kendali manusia, seperti undian yang dilemparkan.).
Bdk. Amsal 16:33 - “Undi dibuang di pangkuan, tetapi setiap keputusannya berasal dari pada TUHAN.”.
Salah satu text Kitab Suci yang secara paling jelas menunjukkan bahwa seseorang bisa diselamatkan bukan karena apapun yang telah ia lakukan, tetapi karena pemilihan yang berdaulat dari Allah, adalah Ro 9:10-18.
Ro 9:10-18 - “(10) Tetapi bukan hanya itu saja. Lebih terang lagi ialah Ribka yang mengandung dari satu orang, yaitu dari Ishak, bapa leluhur kita. (11) Sebab waktu anak-anak itu belum dilahirkan dan belum melakukan yang baik atau yang jahat, - supaya rencana Allah tentang pemilihanNya diteguhkan, bukan berdasarkan perbuatan, tetapi berdasarkan panggilanNya - (12) dikatakan kepada Ribka: ‘Anak yang tua akan menjadi hamba anak yang muda,’ (13) seperti ada tertulis: ‘Aku mengasihi Yakub, tetapi membenci Esau.’ (14) Jika demikian, apakah yang hendak kita katakan? Apakah Allah tidak adil? Mustahil! (15) Sebab Ia berfirman kepada Musa: ‘Aku akan menaruh belas kasihan kepada siapa Aku mau menaruh belas kasihan dan Aku akan bermurah hati kepada siapa Aku mau bermurah hati.’ (16) Jadi hal itu tidak tergantung pada kehendak orang atau usaha orang, tetapi kepada kemurahan hati Allah. (17) Sebab Kitab Suci berkata kepada Firaun: ‘Itulah sebabnya Aku membangkitkan engkau, yaitu supaya Aku memperlihatkan kuasaKu di dalam engkau, dan supaya namaKu dimasyhurkan di seluruh bumi.’ (18) Jadi Ia menaruh belas kasihan kepada siapa yang dikehendakiNya dan Ia menegarkan hati siapa yang dikehendakiNya”.
Beberapa penjelasan tentang text ini:
1. Yakub sudah dipilih dan Esau sudah ditolak sebelum mereka lahir, dan karena itu juga sebelum mereka melakukan apa yang baik atau yang jahat. Karena itu, tidak mungkin kita beranggapan bahwa alasan pemilihan mereka adalah kebaikan Yakub dan kejahatan Esau. Jelas Allah yang berdaulatlah yang memilih mereka dengan suatu pemilihan yang berdaulat / predestinasi (ay 10-13,16).
Orang-orang Arminian beranggapan bahwa Allah memilih Yakub karena Allah tahu Yakub bakal menjadi baik. Allah tidak memilih Esau karena Allah tahu Esau bakal jahat. Ini sesuatu yang sangat tidak masuk akal, karena kita bisa menjadi baik hanya kalau Allah memberikan kasih karunia kepada kita. Tanpa pekerjaan Allah, kita tidak mungkin bisa menjadi baik.
Bdk. Ef 1:4-5 - “(4) Sebab di dalam Dia Allah telah memilih kita sebelum dunia dijadikan, supaya kita kudus dan tak bercacat di hadapanNya. (5) Dalam kasih Ia telah menentukan kita dari semula oleh Yesus Kristus untuk menjadi anak-anakNya, sesuai dengan kerelaan kehendakNya”.
Perhatikan bagian yang saya garis-bawahi. Itu justru menunjukkan sebaliknya dari apa yang dikatakan orang-orang di atas. Pemilihan Allah itu tujuannya adalah supaya orang-orang yang dipilih itu menjadi baik. Jadi, bukan karena mereka akan menjadi baik maka mereka dipilih oleh Allah. Baiknya mereka merupakan tujuan pemilihan, bukan alasan pemilihan!
John Owen: “Is it not because such propositions as these, ‘Believe, Peter, and continue in the faith unto the end, and I will choose thee before the foundation of the world,’ are fitter for the writings of the Arminians than the word of God?” (= Bukankah karena pernyataan seperti ini ‘Percayalah Petrus, dan bertekunlah dalam iman sampai akhir, dan Aku akan memilih engkau sebelum dunia dijadikan’, lebih cocok untuk tulisan-tulisan Arminian dari pada Firman Allah?) - ‘The Works of John Owen’, vol 10, hal 55.
Kata-kata John Owen ini menunjukkan betapa menggelikan dan tidak masuk akalnya ajaran Arminian yang mengatakan bahwa seseorang dipilih dari semula karena Ia bakal baik!
2. Adanya pertanyaan ‘Apakah Allah tidak adil?’ (ay 14), secara tidak terbantah menunjukkan bahwa di tempat ini Paulus memang mengajarkan doktrin predestinasi. Mengapa? Karena doktrin ini selalu menghasilkan reaksi yang mengatakan bahwa kalau Allah melakukan pemilihan seperti itu, maka Ia tidak adil.
Kalau Yakub memang dipilih karena Allah tahu bahwa ia bakal menjadi baik, maka apa sebabnya dipersoalkan tentang keadilan atau ketidakadilan Allah?
3. Paulus tak menjelaskan bagaimana kok Allah bisa tetap adil, tetapi ia jelas menyangkal tuduhan bahwa Allah tidak adil (ay 14b), dan ia lalu menekankan bahwa Allah berhak melakukan pemilihan seperti itu, karena Ia memang adalah Allah yang berdaulat, yang berhak melakukan apapun yang Ia inginkan (ay 15,18).
c) ‘precious / berharga’.
Bible Knowledge Commentary: “The words ‘as precious’ translate the compound word isotimon, used only here in the New Testament. It comes from isos (‘equal’) and time (‘honor, value’). The word isotimon was used for foreigners who had been granted the privileges of citizenship which were equal to those of the native born. The faith given them by God was of equal honor or privilege with that of the apostles’ faith. Here Peter foreshadowed his purpose by stressing that the faith of the apostles was no different from the faith of any believer. This contrasted with the pre-Gnostic doctrines of the false teachers who spoke of an inner circle of special knowledge attainable by and available only to a privileged few” [= Kata-kata ‘sama berharganya’ menterjemahkan kata gabungan ISOTIMON, yang digunakan hanya di tempat ini dalam Perjanjian Baru. Kata itu datang dari ISOS (‘setara’) dan TIME (‘kehormatan, nilai’). Kata ISOTIMON digunakan untuk orang-orang asing yang telah diberi hak kewarga-negaraan yang setara dengan mereka yang adalah penduduk asli / dilahirkan di sana. Iman yang diberikan kepada mereka oleh Allah mempunyai kehormatan dan hak yang setara dengan iman dari rasul-rasul. Di sini Petrus memberi bayangan lebih dulu tujuannya dengan menekankan bahwa iman dari rasul-rasul tidaklah berbeda dengan iman dari orang percaya yang manapun. Ini kontras dengan ajaran-ajaran pre-Gnostic dari guru-guru palsu yang berbicara tentang suatu ‘lingkaran dalam’ dari pengetahuan khusus yang bisa didapatkan oleh, dan tersedia bagi, sedikit orang yang diberi hak].
Bdk. Kis 11:17 - “Jadi jika Allah memberikan karuniaNya kepada mereka sama seperti kepada kita pada waktu kita mulai percaya kepada Yesus Kristus, bagaimanakah mungkin aku mencegah Dia?’”.
Bdk. Kis 15:7-9 - “(7) Sesudah beberapa waktu lamanya berlangsung pertukaran pikiran mengenai soal itu, berdirilah Petrus dan berkata kepada mereka: ‘Hai saudara-saudara, kamu tahu, bahwa telah sejak semula Allah memilih aku dari antara kamu, supaya dengan perantaraan mulutku bangsa-bangsa lain mendengar berita Injil dan menjadi percaya. (8) Dan Allah, yang mengenal hati manusia, telah menyatakan kehendakNya untuk menerima mereka, sebab Ia mengaruniakan Roh Kudus juga kepada mereka sama seperti kepada kita, (9) dan Ia sama sekali tidak mengadakan perbedaan antara kita dengan mereka, sesudah Ia menyucikan hati mereka oleh iman”.
William Barclay memberikan penjelasan yang kurang lebih sama dengan Bible Knowledge Commentary.
Dan Barclay menambahkan: “So Peter addresses his letter to those who had once been despised Gentiles but who had been given equal rights of citizenship with the Jews and even with the apostles themselves in the kingdom of God” (= Demikianlah Petrus menujukan suratnya kepada mereka yang dulunya adalah orang-orang non Yahudi yang dipandang rendah tetapi yang telah diberi hak-hak kewarga-negaraan yang setara dengan orang-orang Yahudi dan bahkan dengan rasul-rasul sendiri dalam Kerajaan Allah) - hal 291.
William Barclay menambahkan lagi: “Two things have to be noted about this great privilege which had been extended to the Gentiles. ... It had been alloted to them. That is to say, they had not earned it: it had fallen to them through no merit of their own, as some prize falls to a man by lot. In other words, their new citizenship was all of grace” (= Dua hal harus diperhatikan tentang hak yang besar ini yang telah diperluas kepada orang-orang non Yahudi. ... Itu telah diberikan kepada mereka. Artinya, mereka tidak layak mendapatkannya: itu telah jatuh kepada mereka bukan melalui jasa mereka sendiri, seperti beberapa hadiah jatuh kepada seseorang oleh undian. Dengan kata lain, kewarga-negaraan mereka yang baru sepenuhnya merupakan kasih karunia) - hal 291-292.
The Bible Exposition Commentary: New Testament: “Peter called it ‘like precious faith.’ It means that our standing with the Lord today is the same as that of the Apostles centuries ago. They had no special advantage over us simply because they were privileged to walk with Christ, see Him with their own eyes, and share in His miracles. It is not necessary to see the Lord with our human eyes in order to love Him, trust Him, and share His glory (1 Peter 1:8)” [= Petrus menyebutnya ‘iman yang sama berharganya’. Itu berarti bahwa kedudukan kita dengan Tuhan sekarang adalah sama dengan kedudukan rasul-rasul berabad-abad yang lalu. Mereka tidak mempunyai keuntungan khusus atas kita hanya karena mereka diberi hak untuk berjalan dengan Kristus, melihat Dia dengan mata mereka sendiri, dan ikut ambil bagian dalam mujijat-mujijatNya. Tidaklah perlu untuk melihat Tuhan dengan mata manusia kita supaya kita bisa mengasihi Dia, mempercayai Dia, dan ikut ambil bagian dalam kemuliaanNya (1Pet 1:8)].
1Pet 1:8 - “Sekalipun kamu belum pernah melihat Dia, namun kamu mengasihiNya. Kamu percaya kepada Dia, sekalipun kamu sekarang tidak melihatNya. Kamu bergembira karena sukacita yang mulia dan yang tidak terkatakan”.
Bahkan bandingkan dengan Yoh 20:29 - “Kata Yesus kepadanya: ‘Karena engkau telah melihat Aku, maka engkau percaya. Berbahagialah mereka yang tidak melihat, namun percaya.’”.
2Pet 1:1-2 - “(1) Dari Simon Petrus, hamba dan rasul Yesus Kristus, kepada mereka yang bersama-sama dengan kami memperoleh iman oleh karena keadilan Allah dan Juruselamat kita, Yesus Kristus. (2) Kasih karunia dan damai sejahtera melimpahi kamu oleh pengenalan akan Allah dan akan Yesus, Tuhan kita”.
3) “oleh karena keadilan Allah dan Juruselamat kita, Yesus Kristus”.
a) Kata ‘keadilan’ seharusnya adalah ‘righteousness’ (= kebenaran).
Calvin: “He adds, ‘through the righteousness of God,’ in order that they might know that they did not obtain faith through their own efforts or strength, but through God’s favor alone. For these things stand opposed the one to the other, the righteousness of God (in the sense in which it is taken here) and the merit of man. For the efficient cause of faith is called God’s righteousness for this reason, because no one is capable of conferring it on himself. So the righteousness that is to be understood, is not that which remains in God, but that which he imparts to men, as in Romans 3:22” [= Ia menambahkan, ‘melalui kebenaran Allah’, supaya mereka bisa tahu bahwa mereka tidak mendapatkan iman melalui usaha atau kekuatan mereka sendiri, tetapi melalui kebaikan Allah saja. Karena hal-hal ini saling bertentangan satu sama lain, kebenaran Allah (dalam arti yang diambil di sini) dan jasa manusia. Karena penyebab yang efisien dari iman disebut kebenaran Allah untuk alasan ini, karena tak seorangpun mampu untuk memberikan iman kepada dirinya sendiri. Jadi, kebenaran yang harus dimengerti bukan sebagai apa yang ada dalam diri Allah tetapi apa yang Ia berikan kepada manusia, seperti dalam Ro 3:22].
Ro 3:22 - “yaitu kebenaran Allah karena iman dalam Yesus Kristus bagi semua orang yang percaya. Sebab tidak ada perbedaan”.
Bdk. Ro 9:30-10:3 - “(9:30) Jika demikian, apakah yang hendak kita katakan? Ini: bahwa bangsa-bangsa lain yang tidak mengejar kebenaran, telah beroleh kebenaran, yaitu kebenaran karena iman. (9:31) Tetapi: bahwa Israel, sungguhpun mengejar hukum yang akan mendatangkan kebenaran, tidaklah sampai kepada hukum itu. (9:32) Mengapa tidak? Karena Israel mengejarnya bukan karena iman, tetapi karena perbuatan. Mereka tersandung pada batu sandungan, (9:33) seperti ada tertulis: ‘Sesungguhnya, Aku meletakkan di Sion sebuah batu sentuhan dan sebuah batu sandungan, dan siapa yang percaya kepadaNya, tidak akan dipermalukan.’ (10:1) Saudara-saudara, keinginan hatiku dan doaku kepada Tuhan ialah, supaya mereka diselamatkan. (10:2) Sebab aku dapat memberi kesaksian tentang mereka, bahwa mereka sungguh-sungguh giat untuk Allah, tetapi tanpa pengertian yang benar. (10:3) Sebab, oleh karena mereka tidak mengenal kebenaran Allah dan oleh karena mereka berusaha untuk mendirikan kebenaran mereka sendiri, maka mereka tidak takluk kepada kebenaran Allah”.
b) Anak kalimat ini merupakan bukti keilahian Kristus.
1. Anak kalimat ini bisa dibaca dengan 2 cara, yaitu:
a. “oleh karena keadilan (Allah) dan (Juruselamat kita, Yesus Kristus)”.
Kalau dibaca seperti ini, maka anak kalimat ini membicarakan 2 pribadi, yaitu ‘Allah’, dan ‘Juruselamat kita, Yesus Kristus’, dan dengan demikian tidak menunjukkan keilahian Yesus.
b. “oleh karena keadilan (Allah dan Juruselamat kita), Yesus Kristus”.
Kalau dibaca seperti ini, maka anak kalimat ini membicarakan hanya 1 pribadi, yaitu ‘Yesus Kristus’, yang disebut sebagai ‘Allah dan Juruselamat kita’. Dengan demikian maka anak kalimat ini menunjukkan keilahian Yesus.
2. Terjemahan-terjemahan dari Kitab Suci bahasa Inggris.
KJV: ‘through the righteousness of God and our Saviour Jesus Christ’ (= melalui kebenaran Allah dan Juruselamat kita Yesus Kristus).
Terjemahan KJV ini menunjuk kepada dua pribadi. Karena itu jangan heran kalau nanti di bawah, kita melihat adanya penafsir-penafsir yang menentang terjemahan dari KJV. Tetapi pada waktu terjemahan KJV ini diterjemahkan ke bahasa Indonesia, hal itu tidak terlihat.
Sekarang bandingkan dengan Kitab Suci bahasa Inggris yang lain.
RSV: ‘in the righteousness of our God and Savior Jesus Christ’ (= dalam kebenaran Allah dan Juruselamat kita Yesus Kristus).
NIV: ‘through the righteousness of our God and Savior Jesus Christ’ (= melalui kebenaran dari Allah dan Juruselamat kita Yesus Kristus).
NASB: ‘by the righteousness of our God and Savior, Jesus Christ:’ (= oleh kebenaran dari Allah dan Juruselamat kita, Yesus Kristus).
Jelas terlihat bahwa terjemahan RSV, NIV, NASB menunjuk kepada satu pribadi.
Sekarang mari kita melihat terjemahan dari New World Translation (NWT) - Kitab Suci dari Saksi-Saksi Yehuwa.
NWT: ‘by the righteousness of our God and (the) Savior Jesus Christ’ [= oleh kebenaran dari Allah kita dan (sang) Juruselamat Yesus Kristus].
Terjemahan ini salah / sengaja disalahkan karena menambahkan kata ‘the’ sebelum kata ‘Savior’ (biarpun dalam tanda kurung). Padahal dalam bahasa Yunani kata ‘Savior’ itu tidak mempunyai kata sandang tertentu. Dengan terjemahan seperti ini mereka mau memastikan bahwa yang ditunjuk oleh potongan kalimat ini adalah dua pribadi, yaitu ‘Allah kita’ dan ‘sang Juruselamat Yesus Kristus’.
3. Komentar dari beberapa penafsir.
Barclay: “The Authorized Version translates, ‘the righteousness of God and our Saviour Jesus Christ,’ as if this referred to two persons, God and Jesus; but, as Moffat and the Revised Standard Version both show, in the Greek there is only one person involved and the phrase is correctly rendered ‘our God and Saviour Jesus Christ.’ ... It calls Jesus God” [= Authorized Version (KJV) menterjemahkan ‘kebenaran Allah dan Juruselamat kita Yesus Kristus’ seakan-akan ini menunjuk kepada dua pribadi, Allah dan Yesus; tetapi, seperti ditunjukkan oleh Moffat dan Revised Standard Version (RSV), dalam bahasa Yunani hanya ada satu pribadi yang terlibat dan ungkapan ini secara benar diterjemahkan ‘Allah dan Juruselamat kita Yesus Kristus’. ... Ini menyebut Yesus Allah] - hal 294.
Adam Clarke: “‘Of God and our Saviour Jesus Christ.’ This is not a proper translation of the original tou Theou heemoon kai Sooteeros Ieesou Christou, which is literally, ‘Of our God and Saviour Jesus Christ;’ and this reading, which is indicated in the margin, should have been received into the text; and it is an absolute proof that Peter calls Jesus Christ God, even in the properest sense of the word, with the article prefixed” (= ‘Dari Allah dan Juruselamat kita Yesus Kristus’. Ini bukan terjemahan yang tepat dari kata-kata orisinilnya tou Theou heemoon kai Sooteeros Ieesou Christou, yang secara hurufiah adalah, ‘dari Allah dan Juruselamat kita Yesus Kristus’; dan pembacaan ini, yang ditunjukkan dalam catatan tepi, seharusnya telah diterima ke dalam text; dan itu adalah bukti yang mutlak bahwa Petrus menyebut Yesus Allah, bahkan dalam arti yang paling benar dari kata itu, dengan tambahan kata sandang tertentu di depannya).
Bible Knowledge Commentary: “The grammar here clearly indicates that ‘God and Savior’ are one Person, not two (i.e., there is one Gr. article with two substantives). This passage ranks with the great Christological passages of the New Testament which plainly teach that Jesus Christ is coequal in nature with God the Father (cf. Matt 16:16; John 1:1; 20:28; Titus 2:13).’” [= Tata bahasa / gramatika di sini dengan jelas menunjukkan bahwa ‘Allah dan Juruselamat’ adalah satu Pribadi, bukan dua (yaitu, hanya ada satu kata sandang tertentu dalam bahasa Yunani dengan dua kata benda). Text ini digolongkan dalam text-text kristologi yang agung dari Perjanjian Baru yang dengan jelas mengajar bahwa Yesus Kristus setara dalam hakekat dengan Allah Bapa (bdk. Mat 16:16; Yoh 1:1; 20:28; Titus 2:13)].
IVP Bible Background Commentary: New Testament: “applying the title ‘God and Savior’ (the most natural translation) to Jesus was a clear statement of his divinity and would have offended most Jewish readers who were not Christians” [= menerapkan gelar ‘Allah dan Juruselamat’ (penterjemahan yang paling alamiah) kepada Yesus merupakan suatu pernyataan yang jelas tentang keilahianNya dan membuat marah pembaca-pembaca Yahudi yang bukan orang-orang Kristen].
A. T. Robertson: “‘Of our God and Saviour Jesus Christ.’ (tou Theou heemoon kai sooteeros Ieesou Christou). So the one article (tou) with Theou and sooteeros requires precisely as with tou kuriou heemoon kai sooteeros Ieesou Christou (of our Lord and Saviour Jesus Christ), one person, not two, in 2 Pet. 1:11 as in 2 Pet. 2:20; 3:2,18. So in 1 Pet. 1:3 we have ho Theos kai pateer (the God and Father), one person, not two. The grammar is uniform and inevitable (Robertson, Grammar, p. 786), as even Schmiedel (Winer-Schmiedel, Grammatik, p. 158) admits: ‘Grammar demands that one person be meant.’” [= ‘Dari Allah dan Juruselamat kita Yesus Kristus’. (tou Theou heemoon kai sooteeros Ieesou Christou). Jadi, satu kata sandang tertentu (TOU) dengan THEOU dan SOOTEEROS menuntut secara persis seperti dengan tou kuriou heemoon kai sooteeros Ieesou Christou (dari Tuhan dan Juruselamat kita Yesus Kristus), satu pribadi, bukan dua pribadi, dalam 2Pet 1:11 seperti dalam 2Pet 2:20; 3:2,18. Demikian juga dalam 1Pet 1:3 kita mempunyai ho Theos kai pateer (Allah dan Bapa), satu pribadi, bukan dua pribadi. Gramatika / tata bahasanya seragam dan tidak terhindarkan (Robertson, Grammar, hal 786), sehingga bahkan Schmiedel (Winer-Schmiedel, Grammatik, hal 158) mengakui: ‘Gramatika / tata bahasa menuntut bahwa satu pribadi yang dimaksudkan’.].
Catatan: mungkin kata-kata A. T. Robertson ini membingungkan bagi orang yang sama sekali tidak mengerti bahasa Yunani, dan belum mengetahui tentang hukum bahasa Yunani yang akan saya jelaskan di bawah (point 4.). Tetapi penekanan saya adalah: A. T. Robertson yang merupakan salah satu ahli bahasa Yunani yang terbaik, menganggap bahwa secara gramatika, anak kalimat dalam 2Pet 1:1 ini secara pasti menunjuk kepada satu pribadi, bukan dua pribadi.
Pulpit Commentary: “‘God’ and ‘Saviour’ are both predicates of ‘Jesus Christ,’ as in Titus 2:13” (= ‘Allah’ dan ‘Juruselamat’ keduanya merupakan sebutan-sebutan dari ‘Yesus Kristus’, seperti dalam Titus 2:13).
4. Hukum bahasa Yunani berkenaan dengan struktur anak kalimat ini.
Seorang bernama Granville Sharp (1735-1813) mengeluarkan suatu hukum bahasa Yunani berkenaan dengan struktur seperti ini, dan hukum bahasa Yunani itu lalu dikenal dengan nama Granville Sharp’s rule.
Catatan: mengingat saat dimana Granville Sharp hidup, maka tidak aneh bahwa penafsir-penafsir kuno yang hidup sebelum jamannya, misalnya Calvin (1509-1564), tidak tahu akan hukum bahasa Yunani ini, karena memang hukumnya belum diciptakan. Karena itu para penafsir kuno banyak yang tidak bisa memastikan bagaimana menafsirkan potongan kalimat ini, dan juga ayat-ayat lain yang penafsirannya membutuhkan hukum ini, seperti Tit 2:13 dan sebagainya. Bahkan penafsir-penafsir yang hidup sejaman dengan Granville atau setelah jaman Granville, seperti misalnya Albert Barnes (1797-1870), tetap banyak yang tidak bisa memastikan penafsiran tentang potongan ayat ini. Rupanya hukum bahasa Yunani ini biarpun sudah diciptakan, tetapi belum populer pada jaman mereka, sehingga penafsir-penafsir itu tidak tahu adanya hukum tersebut.
Dalam buku-buku mereka, Dana & Mantey, dan juga ahli-ahli bahasa Yunani yang lain, memberikan Granville Sharp’s rule ini.
Dana & Mantey mengatakan bahwa bila kata Yunani KAI (= dan) menghubungkan 2 kata benda dengan case / kasus yang sama, dan jika ada kata sandang tertentu yang mendahului kata benda yang pertama, dan kata sandang tertentu itu tidak diulangi sebelum kata benda yang kedua, maka kata benda yang terakhir selalu berhubungan dengan pribadi / orang yang dinyatakan / digambarkan oleh kata benda yang pertama. Dengan kata lain, kata benda yang kedua merupakan pengambaran lebih jauh tentang pribadi / orang itu (‘A Manual Grammar of the Greek New Testament’, hal 147).
Juga Curtis Vaughan dan Virtus E. Gideon dalam buku mereka yang berjudul ‘A Greek Grammar of the New Testament’, berkata sebagai berikut: “If two nouns of the same case are connected by kai and the article is used with both nouns, they refer to different persons or things. If only the first noun has the article, the second noun refer to the same person or thing referred to in the first” [= Jika dua kata benda dari case / kasus yang sama dihubungkan oleh kai / KAI (= dan) dan kata sandang digunakan dengan kedua kata benda itu, maka kedua kata benda itu menunjuk kepada pribadi-pribadi atau hal-hal yang berbeda. Jika hanya kata benda pertama yang mempunyai kata sandang, maka kata benda yang kedua menunjuk kepada pribadi atau hal yang sama dengan yang ditunjuk oleh kata benda pertama] - hal 83.
William Hendriksen: “the rule holds that when the first of two nouns of the same case and connected by the conjunction ‘and’ is preceded by the article, which is not repeated before the second noun, these two nouns refer to the same person. When the article is repeated before the second noun, two persons are indicated” (= peraturan ini menganggap bahwa pada waktu kata benda yang pertama dari kedua kata benda dari case / kasus yang sama, dan dihubungkan dengan kata penghubung ‘dan’, didahului oleh kata sandang, yang tidak diulangi sebelum kata benda yang kedua, maka kedua kata benda itu menunjuk kepada pribadi yang sama. Pada waktu kata sandang itu diulangi sebelum kata benda yang kedua, dua pribadi ditunjukkan / dinyatakan) - hal 374.
Catatan:
· tentang hal yang pertama (hanya kata benda pertama menggunakan kata sandang tertentu), maka tidak ada perkecualian dalam seluruh Alkitab. Kedua kata benda selalu menunjuk kepada satu pribadi.
· tentang hal yang kedua (kedua kata benda didahului oleh kata sandang tertentu), maka pada umumnya ini menunjuk pada dua pribadi (ada perkecualiannya).
Istilah ‘case’ / ‘kasus’ merupakan suatu istilah dalam gramatika bahasa Yunani. Untuk mengerti sedikit tentang hal ini, perhatikan kutipan yang saya berikan dari Gresham Machen di bawah ini.
Gresham Machen: “The noun in Greek has gender, number, and case. ... There are five cases; nominative, genitive, dative, accusative, and vocative. ... The subject of a sentence is put in the nominative case. ... The object of a transitive verb is placed in the accusative case. ... The genitive case expresses possession. ... The dative case is the case of the indirect object. ... The vocative case is the case of direct address” [= Kata benda dalam bahasa Yunani mempunyai jenis kelamin (laki-laki, perempuan dan netral), bilangan / jumlah (tunggal dan jamak), dan case / kasus. ... Ada lima cases / kasus; nominatif, genitif, datif, akusatif, dan vokatif. ... Subyek dari suatu kalimat diletakkan dalam kasus nominatif. ... Obyek dari suatu kata kerja transitif ditempatkan dalam kasus akusatif. ... Kasus genitif menyatakan kepemilikan. ... Kasus datif adalah kasus dari obyek tidak langsung. ... Kasus vokatif adalah kasus dari sapaan langsung] - ‘New Testament Greek For Beginners’, hal 23,24,25.
Penerapan dari hukum bahasa Yunani ini mensyaratkan case / kasus yang sama dari kedua kata benda tersebut. Case / kasusnya sama atau tidak, bisa terlihat dari bentuk kata itu dalam bahasa Yunaninya.
Untuk penerapan dari hukum bahasa Yunani ini, ada beberapa contoh yang diberikan oleh Dana & Mantey:
a. 2Pet 2:20a - “Tuhan dan Juruselamat kita,
Yesus Kristus”.
k.b. 1 k.b. 2 pribadi yg digbrkan
kata penghubung KAI
Di sini ada dua kata benda dengan case yang sama (Genitive Case), yaitu ‘Tuhan’ dan ‘Juruselamat’, yang dihubungkan oleh kata penghubung KAI (= dan). Kata benda yang pertama, yaitu ‘Tuhan’ mempunyai kata sandang tertentu (TOU KURIOU / the Lord) tetapi kata benda yang kedua, yaitu ‘Juruselamat’ tidak mempunyainya (SOTEROS). Kata benda pertama, yaitu ‘Tuhan’, merupakan penggambaran dari kata ‘Yesus Kristus’. Maka kata benda kedua, yaitu ‘Juruselamat’, merupakan penggambaran lanjutan terhadap pribadi yang sama, yaitu ‘Yesus Kristus’. Jadi, 2Pet 2:20 ini menggambarkan Yesus Kristus dengan istilah ‘Tuhan’ maupun ‘Juruselamat’.b. Tit 2:13 - “Allah yang Mahabesar dan Juruselamat
kita Yesus Kristus”.
k.b. 1 k.b. 2 pribadi yg digbrkan
kata penghubung KAI
Di sini ada dua kata benda dengan case yang sama (Genitive Case), yaitu ‘Allah yang Mahabesar’ dan ‘Juruselamat’. Kedua kata benda itu dihubungkan oleh kata penghubung KAI (= dan). Kata benda yang pertama, yaitu ‘Allah yang Mahabesar’ mempunyai definite article / kata sandang tertentu (TOU MEGALOU THEOU / the great God), tetapi kata benda yang kedua, yaitu ‘Juruselamat’ tidak mempunyainya (SOTEROS). Kata benda pertama, yaitu ‘Allah yang Mahabesar’ merupakan penggambaran dari kata ‘Yesus Kristus’. Maka kata benda kedua, yaitu ‘Juruselamat’ merupakan penggambaran lanjutan terhadap pribadi yang sama, yaitu ‘Yesus Kristus’. Jadi, Tit 2:13 ini menggambarkan Yesus Kristus dengan istilah ‘Allah yang Mahabesar’ maupun ‘Juruselamat’.c. 2Pet 1:11 - “Tuhan
dan Juruselamat kita, Yesus Kristus”.
k.b. 1 k.b. 2 pribadi yg digbrkan
kata penghubung
Kata ‘Tuhan’ dan ‘Juruselamat’ ada dalam case yang sama (Genitive Case). Kedua kata benda itu dihubungkan oleh kata penghubung KAI (= dan). Kata benda pertama, yaitu ‘Tuhan’ didahului oleh kata sandang tertentu (TOU KURIOU / the Lord), tetapi kata sandang tertentu itu tidak diulangi di depan kata benda yang kedua, yaitu ‘Juruselamat’ (SOTEROS). Jadi, bagian ini menggambarkan satu pribadi, yaitu Yesus Kristus, yang digambarkan sebagai ‘Tuhan’ dan ‘Juruselamat’.d. 2Pet 1:1 - “Dari Simon Petrus, hamba dan rasul Yesus Kristus, kepada mereka yang bersama-sama dengan kami memperoleh iman oleh karena keadilan Allah dan Juruselamat kita, Yesus Kristus”.
2Pet 1:1b - “Allah dan Juruselamat kita,
Yesus Kristus”.
k.b.1 k.b.2 pribadi yg digbrkan
kata penghubung KAI
Di sini ada dua kata benda dengan case yang sama (Genitive Case), yaitu ‘Allah’ dan ‘Juruselamat’. Kedua kata benda itu dihubungkan oleh kata penghubung KAI (= dan). Kata benda yang pertama (k.b.1), yaitu ‘Allah’ mempunyai kata sandang tertentu (TOU THEOU / the God), tetapi kata benda yang kedua (k.b.2), yaitu ‘Juruselamat’, tidak mempunyainya (SOTEROS). Kata benda pertama, yaitu ‘Allah’ merupakan penggambaran dari kata ‘Yesus Kristus’. Maka kata benda kedua, yaitu ‘Juruselamat’ merupakan penggambaran lanjutan terhadap pribadi yang sama, yaitu ‘Yesus Kristus’. Jadi, 2Pet 1:1b ini menggambarkan Yesus Kristus dengan istilah ‘Allah’ maupun ‘Juruselamat’.Ay 2: “Kasih karunia dan damai sejahtera melimpahi kamu oleh pengenalan akan Allah dan akan Yesus, Tuhan kita”.
1) Kata ‘pengenalan’.
Dalam bahasa Yunani digunakan kata Yunani EPIGNOSIS. Ini berbeda dengan kata Yunani yang pada umumnya digunakan untuk menunjuk pada ‘pengetahuan / pengenalan’, yaitu GNOSIS. Apa bedanya?
a) Ada yang menafsirkan bahwa GNOSIS adalah pengetahuan / pengenalan yang tidak sempurna, sedangkan EPIGNOSIS adalah pengetahuan / pengenalan yang sempurna / lebih penuh.
Pulpit Commentary: “Comp. 1 Cor 13, where, after saying in verse 8 that ‘knowledge (GNOSIS) shall be done away,’ St. Paul continues, in verse 12, ‘Now I know (GINOSKO) in part, but then I shall know (EPIGNOSOMAI) even as also I am known (EPEGNOSTHEN).’ He contrasts our present imperfect knowledge with the full knowledge which the blessed will have in heaven, and which God now has of us, using the verb EPIGINOSKO of that fuller knowledge, as he had used GNOSIS of the imperfect knowledge” [= Bdk. 1Kor 13, dimana, setelah mengatakan dalam ay 8 bahwa ‘pengetahuan (GNOSIS) akan lenyap’, Santo Paulus melanjutkan, dalam ay 12, ‘Sekarang aku mengenal (GINOSKO) sebagian / dengan tidak sempurna, tetapi nanti / pada saat itu aku akan mengenal (EPIGNOSOMAI) bahkan seperti aku dikenal (EPEGNOSTHEN)’. Ia mengkontraskan pengenalan kita yang tidak sempurna sekarang ini dengan pengenalan penuh yang akan didapat oleh orang-orang yang diberkati di surga, dan yang sekarang dimiliki Allah tentang kita, menggunakan kata kerja EPIGINOSKO tentang pengenalan yang lebih penuh itu, seperti ia telah menggunakan GNOSIS untuk pengenalan yang tidak sempurna].
1Kor 13:8,12 - “(8) Kasih tidak berkesudahan; nubuat akan berakhir; bahasa roh akan berhenti; pengetahuan akan lenyap. ... (12) Karena sekarang kita melihat dalam cermin suatu gambaran yang samar-samar, tetapi nanti kita akan melihat muka dengan muka. Sekarang aku hanya mengenal dengan tidak sempurna, tetapi nanti aku akan mengenal dengan sempurna, seperti aku sendiri dikenal”.
Saya berpendapat bahwa penafsiran ini tak cocok, karena pengenalan yang sempurna yang dibicarakan oleh 1Kor 13 itu terjadi di surga, sedangkan yang dibicarakan oleh 2Pet 1:2 ini adalah pengenalan semasa kita hidup di dunia ini.
b) Ada yang mengatakan bahwa GNOSIS adalah pengetahuan / pengenalan, tetapi EPIGNOSIS adalah pengetahuan / pengenalan yang bertumbuh.
Pulpit Commentary: “EPIGNOSIS is a stronger word than GNOSIS; it means ‘knowledge’ directed towards an object, gradually approaching nearer and nearer to it, concentrated upon it, fixed closely upon it. So it comes to mean the knowledge, not merely of intellectual apprehension, but rather of deep contemplation; the knowledge which implies love - for only love can concentrate continually the powers of the soul in close meditation upon its object” (= EPIGNOSIS merupakan suatu kata yang lebih kuat dari GNOSIS; itu berarti ‘pengetahuan / pengenalan’ yang diarahkan pada suatu obyek, secara perlahan-lahan mendekatinya makin lama makin dekat, berkonsentrasi padanya, dipancangkan secara rapat dengannya. Jadi, kata itu lalu berarti pengetahuan / pengenalan, bukan semata-mata tentang pengertian intelektual, tetapi lebih pada perenungan yang dalam; pengetahuan / pengenalan yang secara tak langsung menunjuk pada kasih - karena hanya kasih bisa mengkonsentrasikan terus menerus kekuatan dari jiwa dalam meditasi yang dekat pada obyeknya).
Barclay: “let us look at the word which he uses for ‘knowledge’ (EPIGNOSIS). ... It can mean ‘increasing knowledge.’ GNOSIS, the normal Greek word for ‘knowledge,’ is here preceded by the preposition EPI which means ‘towards,’ ‘in the direction of.’ EPIGNOSIS then could be interpreted as knowledge which is always moving further in the direction of that which it seeks to know” [= marilah kita melihat pada kata yang ia gunakan untuk ‘pengetahuan / pengenalan’ (EPIGNOSIS). ... Itu bisa berarti ‘pengetahuan / pengenalan yang bertumbuh’. GNOSIS, kata Yunani yang normal / biasa untuk ‘pengetahuan / pengenalan’, di sini didahului oleh kata depan EPI yang berarti ‘kepada’, ‘ke arah’. Jadi EPIGNOSIS bisa ditafsirkan sebagai pengetahuan / pengenalan yang selalu bergerak lebih jauh ke arah dari apa yang diusahakan untuk mengenalnya] - hal 294.
Barclay menambahkan bahwa dalam Perjanjian Baru pengetahuan / pengenalan merupakan pengetahuan / pengenalan yang bersifat pribadi. Dan karena itu ayat ini menekankan keharusan adanya pengetahuan / pengenalan yang bersifat pribadi, dan makin lama makin dalam, terhadap Yesus Kristus.
Barclay: “If this knowledge of Jesus Christ does not come by philosophic speculation or by mystical experience, what is it and how does it come? In the New Testament knowledge is characteristically ‘personal knowledge.’ Paul does not say, ‘I know what I have believed’; he says, ‘I know whom I have believed’ (2Timothy 1:12). Christian knowledge of Christ is personal acquaintance with him; it is knowing him as a person and entering day by day into a more intimate relationship with him. When Peter speaks of grace and peace coming through the knowledge of God and of Jesus Christ, he is not intelectualizing religion; he is saying that Christianity means an ever-deepening personal relationship with Jesus Christ” [= Jika pengetahuan / pengenalan tentang Yesus Kristus tidak datang oleh spekulasi yang bersifat filsafat atau oleh pengalaman mistik, apakah itu dan bagaimana itu datang? Dalam Perjanjian Baru pengetahuan / pengenalan secara khas merupakan ‘pengetahuan / pengenalan yang bersifat pribadi’. Paulus tidak berkata, ‘Aku tahu apa yang aku percaya’; ia berkata, ‘Aku tahu siapa yang aku percaya’ (2Timotius 1:12). Pengetahuan / pengenalan Kristen tentang Kristus merupakan pengenalan pribadi dengan Dia; itu adalah mengenal Dia sebagai pribadi dan memasuki hari demi hari ke dalam hubungan yang lebih intim dengan Dia. Pada waktu Petrus berbicara tentang kasih karunia dan damai yang datang melalui pengetahuan / pengenalan tentang Allah dan tentang Yesus Kristus, ia bukannya menjadikan agama sesuatu yang bersifat intelektual; ia sedang berkata bahwa kekristenan berarti suatu hubungan pribadi yang makin lama makin dalam dengan Yesus Kristus] - hal 296.
2) Hasil / akibat dari pengetahuan / pengenalan yang makin dekat terhadap Allah / Yesus Kristus itu adalah kasih karunia dan damai.
Ay 2: “Kasih karunia dan damai sejahtera melimpahi kamu oleh pengenalan akan Allah dan akan Yesus, Tuhan kita”.
KJV: ‘Grace and peace be multiplied unto you through the knowledge of God, and of Jesus our Lord,’ (= Kasih karunia dan damai dilipat-gandakan kepadamu melalui pengenalan akan Allah, dan akan Yesus Tuhan kita).
a) Berbeda dengan dalam ay 1, maka dalam ay 2 ini, memang dibicarakan 2 pribadi, yaitu ‘Allah’ dan ‘Yesus, Tuhan kita’. Di sini baik kata ‘Allah’ maupun kata ‘Tuhan’ menggunakan definite article (= kata sandang tertentu), dan lebih-lebih di sini kata ‘Yesus’ diletakkan sebelum kata ‘Tuhan’. Karena itu potongan ayat ini membicarakan dua pribadi, bukan satu pribadi.
Ayat-ayat seperti ini sering digunakan oleh kelompok Unitarian untuk menunjukkan bahwa Allah beda dengan Yesus, dan karena itu Yesus bukanlah Allah. Ini salah, karena kalau ditafsirkan seperti ini, maka kita mengabaikan banyak ayat yang secara jelas menunjukkan Yesus sebagai Allah. Jadi, kalau bertemu dengan ayat yang membedakan Yesus dengan Bapa / Allah, kita harus menyadari bahwa ini menekankan pribadi-pribadi dari Yesus dan Bapa / Allah. Yesus dan Bapa memang adalah dua pribadi, bukan satu pribadi seperti yang diajarkan oleh ajaran sesat Sabelianisme.
Sebaliknya, kalau kita bertemu dengan ayat-ayat yang kelihatannya mengidentikkan Yesus dengan Bapa (seperti Yoh 10:30 Yoh 14:7-10), maka kita perlu menyadari bahwa yang dimaksudkan bukan pribadi, tetapi hakekat!
b) Kasih karunia dan damai akan makin berlimpah bagi orang yang bertumbuh dalam pengenalan akan Allah dan akan Yesus, Tuhan kita. Pengenalan akan Allah tak bisa dipisahkan dari pengenalan akan Yesus, Tuhan kita.
Calvin: “the more any one advances in the knowledge of God, every kind of blessing increases also equally with the sense of divine love. Whosoever then aspires to the full fruition of the blessed life which is mentioned by Peter, must remember to observe the right way. He connects together at the same time the knowledge of God and of Christ; because God cannot be rightly known except in Christ, according to that saying, ‘No one knoweth the Father but the Son, and he to whom the Son will reveal him.’ (Matthew 11:27)” [= siapapun makin maju dalam pengenalan terhadap Allah, setiap jenis berkat juga bertambah secara sama dengan perasaan tentang kasih ilahi. Jadi, siapapun menginginkan hasil yang penuh dari kehidupan yang diberkati yang disebutkan oleh Petrus, harus mengingat untuk memperhatikan jalan / cara yang benar. Ia menghubungkan menjadi satu pada saat yang sama pengenalan terhadap Allah dan terhadap Kristus; karena Allah tidak bisa dikenal dengan benar kecuali dalam Kristus, menurut kata-kata itu, ‘Tidak seorangpun mengenal Bapa selain Anak dan orang yang kepadanya Anak itu berkenan menyatakannya’. (Matius 11:27)].
Bdk. Yoh 14:7-10 - “(7) Sekiranya kamu mengenal Aku, pasti kamu juga mengenal BapaKu. Sekarang ini kamu mengenal Dia dan kamu telah melihat Dia.’ (8) Kata Filipus kepadaNya: ‘Tuhan, tunjukkanlah Bapa itu kepada kami, itu sudah cukup bagi kami.’ (9) Kata Yesus kepadanya: ‘Telah sekian lama Aku bersama-sama kamu, Filipus, namun engkau tidak mengenal Aku? Barangsiapa telah melihat Aku, ia telah melihat Bapa; bagaimana engkau berkata: Tunjukkanlah Bapa itu kepada kami. (10) Tidak percayakah engkau, bahwa Aku di dalam Bapa dan Bapa di dalam Aku? Apa yang Aku katakan kepadamu, tidak Aku katakan dari diriKu sendiri, tetapi Bapa, yang diam di dalam Aku, Dialah yang melakukan pekerjaanNya”.
Jadi, agama-agama lain atau sekte-sekte, yang tidak mempercayai Kristus dengan benar (sesuai dengan Alkitab), tidak mungkin bisa mengenal Allah dengan benar.
Barclay: “Grace and peace are multiplied to the Christian as he comes to know Jesus Christ better and better” (= Kasih karunia dan damai dilipat-gandakan bagi orang Kristen pada waktu ia datang mengenal Yesus Kristus makin lama makin baik) - hal 294.
Barclay: “The other science may bring new skill, new knowledge, new abilities, but the master-science, the knowledge of Jesus Christ, alone brings the grace men need and the peace for which their hearts crave” (= Ilmu pengetahuan yang lain bisa membawa keahlian yang baru, pengetahuan yang baru, kemampuan yang baru, tetapi ilmu pengetahuan kepala, pengetahuan / pengenalan terhadap Yesus Kristus saja membawa kasih karunia yang dibutuhkan manusia dan damai yang sangat diinginkan oleh hati mereka) - hal 295.
3) ‘akan Yesus, Tuhan kita’.
Lenski: “He is our Lord, we are his DOULOI (verse 1) who have been purchased and won by him to be his own forever. We know no authority save his; our will is his alone. KURIOS suggests his deity just as much as THEOS, ... We note that ‘Savior’ is placed first, ‘Lord’ second. Who would not follow the Lord who has rescued him as a Savior? There is no Lord like this Lord; no pleasure like serving this Lord as a DOULOS or ‘slave.’” [= Ia adalah Tuhan kita, kita adalah hamba-hambaNya (ayat 1) yang telah dibeli dan dimenangkan oleh Dia untuk menjadi milikNya selama-lamanya. Kita tidak mengenal otoritas kecuali otoritasNya; kehendak kita adalah kehendakNya saja. KURIOS (= Tuhan) menunjukkan (secara tak langsung) keilahianNya sama seperti THEOS (= Allah), ... Kita memperhatikan bahwa ‘Juruselamat’ ditempatkan pertama (ay 1), ‘Tuhan’ kedua. Siapa yang tidak mau mengikuti Tuhan yang telah menolongnya sebagai seorang Juruselamat? Tidak ada Tuhan seperti Tuhan ini; tidak ada kesukaan / kesenangan seperti melayani Tuhan ini sebagai seorang DOULOS atau ‘hamba’] - hal 254.
II PETRUS 1:3-4
2Pet 1:3-4 - “(3) Karena kuasa ilahiNya telah menganugerahkan kepada kita segala sesuatu yang berguna untuk hidup yang saleh oleh pengenalan kita akan Dia, yang telah memanggil kita oleh kuasaNya yang mulia dan ajaib. (4) Dengan jalan itu Ia telah menganugerahkan kepada kita janji-janji yang berharga dan yang sangat besar, supaya olehnya kamu boleh mengambil bagian dalam kodrat ilahi, dan luput dari hawa nafsu duniawi yang membinasakan dunia”.
Ay 3: “Karena kuasa ilahiNya telah menganugerahkan kepada kita segala sesuatu yang berguna untuk hidup yang saleh oleh pengenalan kita akan Dia, yang telah memanggil kita oleh kuasaNya yang mulia dan ajaib”.
1) “Karena kuasa ilahiNya telah menganugerahkan kepada kita segala sesuatu yang berguna untuk hidup yang saleh”.
a) “Karena kuasa ilahiNya telah menganugerahkan kepada kita”.
1. ‘IlahiNya’.
Lenski: “The deity of Jesus Christ is the foundation of this entire epistle; cancel it, and a jumbled ruin is left” (= Keallahan Yesus Kristus adalah dasar dari seluruh surat ini; hapuskan itu, dan yang tertinggal adalah reruntuhan / puing-puing yang kacau) - hal 257.
Catatan: menurut saya, tak terlalu jelas apakah dalam kata-kata ‘kuasa ilahiNya’, kata ‘Nya’ itu menunjuk kepada Yesus atau kepada Bapa. Kalau menunjuk kepada Bapa, maka ayat ini tidak menunjukkan keilahian Yesus. Ada penafsir yang menganggap bahwa kata ‘Nya’ menunjuk kepada Yesus dan ada menganggap kata itu menunjuk kepada Bapa.
Pulpit Commentary: “The word for ‘Divine’ (THEIOS) is unusual in the Greek Testament; it occurs only in two other places - verse 4 and Acts 17:29” [= Kata untuk ‘ilahi’ (THEIOS) tidak umum dalam Perjanjian Baru; itu hanya muncul dalam dua tempat lain - ayat 4 dan Kis 17:29].
A. T. Robertson: “Autou (= his) refers to Christ, who has ‘divine power’ tees theias dunameoos, since he is Theos (2 Peter 1:1). Theios (from Theos) is an old adjective in the New Testament here and 2 Peter 1:4 only, except Acts 17:29, where Paul uses to theion for deity, thus adapting his language to his audience as the papyri and inscriptions show” [= AUTOU (= Nya) menunjuk kepada Kristus, yang mempunyai ‘kuasa ilahi’ tees theias dunameoos, karena Ia adalah Theos (2Pet 1:1). Theios (dari Theos) adalah suatu kata sifat kuno dalam Perjanjian Baru, hanya di sini dan 2Pet 1:4, kecuali Kisah 17:29, dimana Paulus menggunakan to theion untuk keallahan, dan dengan demikian menyesuaikan bahasanya dengan pendengarnya seperti ditunjukkan oleh papirus dan prasasti].
2Pet 1:4 - “Dengan jalan itu Ia telah menganugerahkan kepada kita janji-janji yang berharga dan yang sangat besar, supaya olehnya kamu boleh mengambil bagian dalam kodrat ilahi, dan luput dari hawa nafsu duniawi yang membinasakan dunia”.
Kis 17:29 - “Karena kita berasal dari keturunan Allah, kita tidak boleh berpikir, bahwa keadaan ilahi (TO THEION) sama seperti emas atau perak atau batu, ciptaan kesenian dan keahlian manusia”.
Dalam ayat ini digunakan kata sifat THEION tetapi diberi definite article (= kata sandang tertentu). Jangan terlalu pusingkan perbedaan THEIOS dan THEION, karena perbedaan itu hanya disebabkan karena posisi kata-kata itu dalam kalimat.
Terjemahan dari Kis 17:29 ini beraneka ragam.
KJV/ASV: ‘the Godhead’ (= Allah / keilahian).
RSV: ‘the Deity’ (= KeAllahan).
NIV: ‘the divine being’ (= makhluk ilahi).
NASB/NKJV: ‘the Divine Nature’ (= Hakekat Ilahi).
Catatan: sukar untuk menterjemahkan dan membedakan arti dari istilah-istilah bahasa Inggris ini. Kata ‘Godhead’ dalam kamus Webster dikatakan sebagai ‘godhood’ (= keallahan), ‘divinity’ (= keilahian), ‘God’ (= Allah).
Bagaimanapun juga, adanya kata ‘ilahi’ (THEIOS) dalam bahasa Yunani ini menyebabkan kita tidak mungkin menterjemahkan Yoh 1:1c (THEOS EN HO LOGOS) dengan kata-kata ‘the Word was divine’ (= Firman itu adalah ilahi), karena di sana digunakan kata benda THEOS. Kalau memang rasul Yohanes memaksudkan ‘ilahi’ ia bisa menggunakan kata sifat THEIOS ini. Karena dalam faktanya Yohanes menggunakan kata benda THEOS, maka terjemahan yang benar adalah ‘the Word was God’ (= Firman itu adalah Allah).
Ini perlu untuk diingat pada waktu menghadapi Saksi Yehuwa / Unitarian, yang untuk menghindari Yoh 1:1 sebagai bukti keilahian Yesus, lalu menterjemahkan ‘the Word was divine’ (= Firman itu bersifat ilahi).
2. ‘Kuasa’.
Barclay: “He is the Christ of power. In him there is the divine power which cannot be ultimately defeated or frustrated. In this world one of the tragedies of life is that love is so often frustrated because it cannot give what it wants to give, cannot do what it wants to do and must so often stand helpless while the loved one meets disaster. But always Christ’s love is backed by his power and is, therefore, a victorious love” (= Ia adalah sang Kristus dari kuasa. Dalam Dia ada kuasa ilahi yang pada akhirnya tidak bisa dikalahkan atau digagalkan / dihalangi. Dalam dunia ini salah satu tragedi / peristiwa yang menyedihkan dari kehidupan adalah bahwa kasih itu begitu sering digagalkan / dihalangi karena ia tidak bisa memberikan apa yang ia ingin berikan, tidak bisa melakukan apa yang ia ingin lakukan dan harus begitu sering berdiri dengan tak berdaya sementara orang yang dikasihi mengalami bencana. Tetapi kasih Kristus selalu disokong oleh kuasaNya dan karena itu merupakan kasih yang menang) - hal 297.
3. ‘Menganugerahkan’.
Alexander Nisbet: “To give grace to a graceless soul is a work of God’s infinite power, there being so much unworthiness, gultiness, and opposition to hinder that work in all the elect. Therefore the cause of this work is here made divine power. ... The Lord, in the bestowing of saving grace, works both irresistibly and freely; neither can any for whom it is appointed and purchased, so oppose as to hinder the bestowing of it; for it is divine power that works it. Nor can any in nature so use their naturals as to prepare themselves for, or merit the bestowing of it; for divine power works by giving freely all things that pertain to life, and so the very preparations for the new life” (= Memberikan kasih karunia kepada jiwa yang tidak mempunyai kasih karunia merupakan pekerjaan dari kuasa Allah yang tak terbatas, karena ada begitu banyak ketidak-layakan, kebersalahan, dan perlawanan untuk menghalangi pekerjaan itu dalam semua orang pilihan. Karena itu penyebab dari pekerjaan ini di sini adalah kuasa ilahi. ... Tuhan, dalam menganugerahkan kasih karunia yang menyelamatkan, bekerja secara tak bisa ditahan dan secara bebas; dan tidak ada siapapun untuk siapa itu ditetapkan dan dibeli, begitu menentangnya sehingga menghalangi penganugerahan hal itu; karena adalah kuasa ilahi yang mengerjakannya. Juga tidak ada apapun dalam alam begitu menggunakan hal-hal alamiah mereka untuk mempersiapkan diri mereka sendiri untuk, atau melakukan jasa sehingga layak mendapatkan penganugerahan ini; karena kuasa ilahi bekerja dengan memberi anugerah secara cuma-cuma segala sesuatu yang berkenaan dengan kehidupan, dan dengan demikian juga mencakup persiapan-persiapan untuk kehidupan yang baru) - hal 224.
Ada 2 hal yang penting yang ditekankan oleh Alexander Nisbet dalam kutipan di atas ini:
a. Doktrin Irresistible Grace (= Kasih karunia yang tidak bisa ditolak) dari Calvinisme. Kita perlu bersyukur bahwa dalam menganugerahkan keselamatan kepada kita yang adalah orang-orang pilihan, Allah bekerja sedemikian rupa sehingga kasih karuniaNya tidak bisa ditolak. Seandainya itu tergantung pada ‘kehendak bebas’ kita, maka kita pasti sudah menolaknya!
b. Tak ada apapun yang perlu kita persiapkan untuk bisa menerima kasih karunia Allah. Kalau kita memang harus mempersiapkan diri sehingga layak untuk menerima kasih karunia Allah itu, maka kasih karunia itu bukan lagi kasih karunia!
b) “segala sesuatu yang berguna untuk hidup yang saleh”.
1. ‘segala sesuatu’.
Lenski: “The divine power has granted to us ‘all things, the ones regarding (PROS) life and godliness.’ ... Not one thing has Christ’s divine power withheld from us” [= Kuasa ilahi telah menganugerahkan kepada kita ‘segala sesuatu, hal-hal berkenaan (PROS) kehidupan dan kesalehan’. ... Tidak satu halpun ditahan oleh kuasa ilahi Kristus dari kita] - hal 257.
Ef 1:3 - “Terpujilah Allah dan Bapa Tuhan kita Yesus Kristus yang dalam Kristus telah mengaruniakan kepada kita segala berkat rohani di dalam sorga”.
Ro 8:32 - “Ia, yang tidak menyayangkan AnakNya sendiri, tetapi yang menyerahkanNya bagi kita semua, bagaimanakah mungkin Ia tidak mengaruniakan segala sesuatu kepada kita bersama-sama dengan Dia?”.
The Bible Exposition Commentary: New Testament: “God gives you everything you will ever need ‘for life and godliness.’ Nothing has to be added! ‘And ye are complete in Him’ (Col 2:10). The false teachers claimed that they had a ‘special doctrine’ that would add something to the lives of Peter’s readers, but Peter knew that nothing could be added” [= Allah menganugerahkan kepadamu segala sesuatu yang akan engkau perlukan ‘untuk kehidupan dan kesalehan’. Tidak ada yang harus ditambahkan! ‘Dan engkau lengkap dalam Dia’ (Kol 2:10). Guru-guru palsu mengclaim bahwa mereka mempunyai suatu ‘ajaran khusus’ yang akan menambahkan sesuatu pada kehidupan dari pembaca-pembaca Petrus, tetapi Petrus tahu bahwa tidak ada yang bisa ditambahkan].
Bandingkan ini dengan:
a. Banyak orang dari kalangan Kharismatik yang mengatakan bahwa mereka mendapat wahyu, penglihatan, nubuat yang menambahi Alkitab.
b. Orang Mormon yang menambahi Alkitab dengan ‘the book of Mormon’.
c. Orang Islam yang mengatakan Al-Quran sebagai wahyu terakhir.
d. Orang Katolik yang menambahi Alkitab dengan kitab-kitab Deuterokanonika.
2. ‘hidup yang saleh’. Ini salah terjemahan.
KJV/RSV/NIV/NASB: ‘life and godliness’ (= kehidupan dan kesalehan).
Jamieson, Fausset & Brown: “‘Life and godliness.’ Spiritual life must exist first, before there can be godliness. Knowledge of God experimentally is life (John 17:3). The child must have vital breath, then cry to, and walk in the ways of, his father. It is not by godliness we obtain life, but by life, godliness” [= ‘Kehidupan dan kesalehan’. Kehidupan rohani harus ada dulu, sebelum di sana bisa ada kesalehan. Pengenalan akan Allah yang didasarkan pengalaman adalah kehidupan (Yoh 17:3). Anak harus mempunyai nafas yang vital, lalu berteriak kepada, dan berjalan dalam jalan dari, bapanya. Bukan oleh kesalehan kita mendapatkan kehidupan, tetapi oleh kehidupan kita mendapat kesalehan].
Yoh 17:3 - “Inilah hidup yang kekal itu, yaitu bahwa mereka mengenal Engkau, satu-satunya Allah yang benar, dan mengenal Yesus Kristus yang telah Engkau utus”.
2) “oleh pengenalan kita akan Dia”.
Calvin: “‘Through the knowledge of him.’ He now describes the manner in which God makes us partakers of so great blessings, even by making himself known to us by the gospel. For the knowledge of God is the beginning of life and the first entrance into godliness” (= ‘Melalui pengetahuan akan Dia’. Sekarang ia menggambarkan cara dalam mana Allah membuat kita pengambil bagian dari berkat yang begitu besar, bahkan dengan membuat diriNya sendiri dikenal kepada kita oleh injil. Karena pengenalan akan Allah merupakan permulaan dari kehidupan dan jalan masuk pertama ke dalam kesalehan).
Alexander Nisbet: “The very first beginning of grace are wrought in the heart, by making a sinner drink in the knowledge of Christ: the law indeed prepares for this work by discovering sin and deserved wrath and terrifying the conscience, but the Gospel which holds out Christ the Saviour from sin and wrath, ... is the Spirit’s instrument of working grace: for as the Apostle wished grace to thrive in the former verse through the knowledge of Christ, so here he says, it is given at first through the knowledge of Him. ... Then Christ is savingly known and so saving grace wrought, when the heart consents to Him” (= Permulaan yang paling awal dari kasih karunia dibuat dalam hati, dengan membuat seorang berdosa minum dalam pengetahuan / pengenalan akan Kristus: hukum Taurat memang mempersiapkan untuk pekerjaan ini dengan menyatakan / menyingkapkan dosa dan kemurkaan yang layak didapatkan dan hati nurani yang menakutkan, tetapi Injil yang mengulurkan / menawarkan Kristus sang Juruselamat dari dosa dan kemurkaan, ... adalah alat dari Roh untuk mengerjakan kasih karunia: karena seperti dalam ayat sebelumnya sang Rasul menginginkan kasih karunia untuk tumbuh melalui pengetahuan / pengenalan akan Kristus, demikian juga di sini ia berkata, itu diberikan pertama-tama melalui pengetahuan / pengenalan akan Dia. ... Maka Kristus dikenal secara menyelamatkan dan demikianlah kasih karunia yang menyelamatkan dibuat, pada waktu hati menyetujuiNya) - hal 224-225.
3) “yang telah memanggil kita”.
Calvin: “he makes God the author of this knowledge, because we never go to him except when called. Hence the effectual cause of faith is not the perspicacity of our mind, but the calling of God. And he speaks not of the outward calling only, which is in itself ineffectual; but of the inward calling, effected by the hidden power of the Spirit when God not only sounds in our ears by the voice of man, but draws inwardly our hearts to himself by his own Spirit” (= ia membuat Bapa sebagai asal usul dari pengetahuan / pengenalan ini, karena kita tidak pernah datang kepada Dia kecuali pada waktu kita dipanggil. Karena itu penyebab yang efektif dari iman bukanlah kecerdasan / ketajaman dari pikiran kita, tetapi panggilan dari Allah. Dan ia berbicara bukan hanya tentang panggilan luar / lahiriah, yang dalam dirinya sendiri tidak efektif; tetapi tentang panggilan di dalam, yang diadakan / dijalankan / dibuat menjadi efektif oleh kuasa Roh pada waktu Allah bukan hanya membunyikan dalam telinga kita oleh suara manusia, tetapi menarik secara batin hati kita kepada diriNya sendiri oleh RohNya sendiri).
Lenski: “In this epistles KALEIN always denotes the successful call by means of the Word” (= Dalam surat ini KALEIN selalu menunjukkan panggilan yang berhasil dengan menggunakan Firman) - hal 259.
4) “oleh kuasaNya (?) yang mulia dan ajaib (?)”.
KJV: ‘to glory and virtue’ (= pada kemuliaan dan kebaikan).
RSV: ‘to his own glory and excellence’ (= pada kemuliaan dan kebaikanNya sendiri).
NIV: ‘by his own glory and goodness’ (= oleh kemuliaan dan kebaikanNya sendiri).
NASB: ‘by His own glory and excellence’ (= oleh kemuliaan dan kebaikanNya sendiri).
Ada 3 hal yang perlu diperhatikan:
a) Kata ‘kuasaNya’ dalam terjemahan Kitab Suci Indonesia sebetulnya tidak ada.
b) Kata ‘ajaib’ juga merupakan terjemahan yang salah. Dalam Kitab Suci bahasa Inggris diterjemahkan sebagai ‘virtue’ (= kebaikan / sifat baik), ‘goodness’ (= kebaikan), ‘excellence’ (= keunggulan / mutu yang baik sekali).
c) Kata ‘oleh’ dalam Kitab Suci bahasa Inggris diterjemahkan sebagai ‘to’ (= pada), atau ‘by’ (= oleh).
Yang mana yang benar, ‘to’ atau ‘by’?? Kata Yunani yang digunakan adalah DIA, yang sekalipun biasanya berarti ‘through’ (= melalui), tetapi bisa berarti ‘by’ (= oleh). Lenski menafsirkan bahwa yang benar adalah ‘oleh / dengan’. Demikian juga dengan Calvin.
Lenski: “Peter does not say: called us ‘with his own Word.’ He says something far grander: called us ‘with his own glory and praise.’ When R. 533 says that this is ‘clearly instrumental, not dative,’ he means: ‘with his own glory’ (means), and not ‘to glory,’ etc. (AV)” [= Petrus tidak berkata: memanggil kita ‘dengan FirmanNya sendiri’. Ia mengatakan sesuatu yang jauh lebih agung: memanggil kita ‘dengan kemuliaan dan pujianNya sendiri’. Pada waktu R. 533 mengatakan bahwa ini adalah ‘secara jelas bersifat instrumen / alat, bukan bersifat obyek’, ia memaksudkan: ‘dengan kemuliaanNya sendiri’ (cara), dan bukan ‘pada kemuliaan’, dsb. (AV)] - hal 259.
Calvin: “‘To glory and virtue,’ or, ‘by his own glory and power.’ Some copies have ijdi>a do>xh|, ‘by his own glory,’ and it is so rendered by the old interpreter; and this reading I prefer, because the sentence seems thus to flow better. For it was Peter’s object expressly to ascribe the whole praise of our salvation to God, so that we may know that we owe every thing to him. And this is more clearly expressed by these words, - that he has called us ‘by his own glory and power.’” [= ‘Pada kemuliaan dan kebaikan’, atau, ‘oleh kemuliaan dan kuasaNya sendiri’. Beberapa salinan mempunyai ijdi>a do>xh| (IDIA DOXE), ‘oleh kemuliaanNya sendiri’, dan demikianlah diterjemahkan oleh penafsir kuno; dan saya memilih pembacaan ini, karena dengan demikian kalimatnya kelihatannya mengalir dengan lebih baik. Karena merupakan tujuan dari Petrus untuk secara jelas mememberikan seluruh pujian tentang keselamatan kita kepada Allah, sehingga kita bisa tahu bahwa kita berhutang segala sesuatu kepada Dia. Dan ini dengan lebih jelas dinyatakan oleh kata-kata ini, - bahwa Ia telah memanggil kita ‘oleh kemuliaan dan kuasaNya sendiri’.].
Catatan: saya tidak mengerti dari mana Calvin mendapatkan kata ‘power’ (= kuasa).
Ay 4: “Dengan jalan itu Ia telah menganugerahkan kepada kita janji-janji yang berharga dan yang sangat besar, supaya olehnya kamu boleh mengambil bagian dalam kodrat ilahi, dan luput dari hawa nafsu duniawi yang membinasakan dunia”.
1) “Dengan jalan itu Ia telah menganugerahkan kepada kita janji-janji yang berharga dan yang sangat besar”.
Barnes’ Notes: “All that we need in trial, is the simple PROMISE of God that he will sustain us; all that we need in the hour of death, is the assurance of our God that we shall be happy forever. What would this world be without a ‘promise?’ How impossible to penetrate the future! How dark that which is to come would be! How bereft we should be of consolation! The past has gone, and its departed joys and hopes can never be recalled to cheer us again; the present may be an hour of pain, and sadness, and disappointment, and gloom, with perhaps not a ray of comfort; the future only opens fields of happiness to our vision, and everything there depends on the will of God, and all that we can know of it is from his promises. Cut off from these we have no way either of obtaining the blessings which we desire, or of ascertaining that they can be ours. For the promises of God, therefore, we should be in the highest degree grateful, and in the trials of life we should cling to them with unwavering confidence as the only things which can be an anchor to the soul” (= Semua yang kita butuhkan dalam ujian adalah janji yang sederhana dari Allah bahwa Ia akan menopang kita; semua yang kita butuhkan pada saat kematian kita adalah jaminan dari Allah kita bahwa kita akan bahagia selama-lamanya. Apa yang akan terjadi dengan dunia ini tanpa suatu ‘janji’? Betapa mustahil untuk menembus ke masa yang akan datang! Betapa gelap hal-hal yang akan datang! Betapa kita kehilangan penghiburan! Masa lalu telah hilang, dan sukacita dan pengharapan yang telah pergi itu tidak pernah bisa dikembalikan untuk menggembirakan kita lagi; masa sekarang mungkin merupakan saat dari kesakitan, dan kesedihan, dan kekecewaan, dan kesuraman, mungkin tanpa secercahpun penghiburan; hanya masa yang akan datang membuka lapangan kebahagiaan bagi penglihatan kita, dan segala sesuatu di sana tergantung pada kehendak Allah, dan semua yang bisa kita ketahui darinya adalah dari janji-janjiNya. Dipotong dari janji-janji ini kita tidak mempunyai jalan untuk mendapatkan berkat-berkat yang kita inginkan, atau untuk memastikan bahwa hal-hal itu akan menjadi milik kita. Karena itu, untuk janji-janji Allah itu kita harus berterima kasih dalam tingkat yang tertinggi, dan dalam ujian-ujian / pencobaan-pencobaan dari kehidupan kita harus berpegang erat-erat pada janji-janji itu dengan keyakinan yang tak tergoyahkan sebagai satu-satunya hal yang bisa menjadi jangkar bagi jiwa).
The Bible Exposition Commentary: New Testament: “God has not only given us all that we need for life and godliness, but He has also given us His Word to enable us to develop this life and godliness. These promises are great because they come from a great God and they lead to a great life. They are precious because their value is beyond calculation. If we lost the Word of God, there would be no way to replace it” (= Allah bukan hanya telah memberi kita semua yang kita butuhkan untuk kehidupan dan kesalehan, tetapi Ia juga telah memberi kita FirmanNya untuk memampukan kita untuk mengembangkan kehidupan dan kesalehan ini. Janji-janji ini besar karena mereka datang dari Allah yang besar dan mereka memimpin pada suatu kehidupan yang besar / agung. Mereka berharga karena nilai mereka di atas perhitungan. Jika kita kehilangan Firman Allah, tidak ada jalan untuk menggantikannya).
Penerapan: bandingkan kata-kata ini, khususnya pada bagian akhirnya, dengan banyak pengkhotbah / pendeta yang menggantikan Firman Tuhan dengan lelucon, kesaksian, cerita-cerita, atau filsafat!
2) “supaya olehnya kamu boleh mengambil bagian dalam kodrat ilahi”.
KJV/RSV/NIV/NASB: ‘divine nature’ (= hakekat / sifat ilahi).
Calvin: “But the word ‘nature’ is not here essence but quality. The Manicheans formerly dreamt that we are a part of God, and that after having run the race of life we shall at length revert to our original. There are also at this day fanatics who imagine that we thus pass over into the nature of God, so that his swallows up our nature. Thus they explain what Paul says, that God will be all in all (1 Corinthians 15:28,) and in the same sense they take this passage. But such a delirium as this never entered the minds of the holy Apostles; they only intended to say that when divested of all the vices of the flesh, we shall be partakers of divine and blessed immortality and glory, so as to be as it were one with God as far as our capacities will allow” [= Tetapi kata ‘nature’ (Yunani: PHUSEOOS - PHUSIS) di sini bukanlah ‘hakekat’ tetapi ‘kwalitet’. Para Manichean dahulu bermimpi bahwa kita adalah sebagian dari Allah, dan bahwa setelah menyelesaikan kehidupan kita akhirnya kembali pada keadaan orisinil kita. Pada saat ini juga ada orang-orang fanatik yang membayangkan / mengkhayalkan bahwa kita akan melewati ke dalam hakekat / sifat dari Allah, sehingga sifat / hakekatNya menelan sifat / hakekat kita. Maka mereka menjelaskan apa yang Paulus katakan, bahwa Allah akan menjadi semua dalam semua (1Kor 15:28), dan dalam arti yang sama mereka mengartikan text ini. Tetapi kegilaan seperti ini tidak pernah memasuki pikiran-pikiran dari Rasul-rasul yang kudus; mereka hanya bermaksud untuk mengatakan bahwa pada waktu dibebaskan / dilepaskan dari semua sifat buruk / jahat dari daging, kita akan menjadi pengambil bagian dari ketidak-bisa-binasaan dan kemuliaan yang ilahi dan diberkati, sehingga seakan-akan menjadi satu dengan Allah sejauh diijinkan oleh kapasitas kita].
Catatan: Webster’s New World Dictionary mengatakan bahwa Manicheism merupakan suatu filsafat yang bersifat agama yang diajarkan pada abad ke 3-7 M. oleh seorang Persia bernama Manes atau Manicheus dan murid-muridnya.
1Kor 15:28 - “Tetapi kalau segala sesuatu telah ditaklukkan di bawah Kristus, maka Ia sendiri sebagai Anak akan menaklukkan diriNya di bawah Dia, yang telah menaklukkan segala sesuatu di bawahNya, supaya Allah menjadi semua di dalam semua”.
Calvin: “we, disregarding empty speculations, ought to be satisfied with this one thing, - that the image of God in holiness and righteousness is restored to us for this end, that we may at length be partakers of eternal life and glory as far as it will be necessary for our complete felicity” (= kita, mengabaikan spekulasi yang kosong, harus puas dengan satu hal ini, - bahwa gambar Allah dalam kekudusan dan kebenaran dipulihkan bagi kita untuk tujuan ini, supaya kita akhirnya bisa menjadi pengambil bagian dari kehidupan dan kemuliaan kekal sejauh itu perlu untuk kebahagiaan lengkap / sempurna kita).
Bandingkan dengan ajaran Gereja Sidang Jemaat Kristus.
“The doctrine of ‘mingling’ is one of the greatest unifying factors within the structure of the Local Church. We have seen that Witness Lee teaches that Christ, Satan, and mankind are somehow joined together. Mingling is seen as an intimate relationship between God and man, whereby Local Church members can have direct spiritual communication with God and experience all that God is and has to offer. ... Closely associated with Lee’s misunderstanding of the Trinity is his teaching that the Spirit of his processed Triune God enters into and mingles with the spirit of man, just as tea mixes with a glass of water. Lee was greatly influenced by his mentor, the late Watchman Nee, who also held to this concept. States Nee: One rather remarkable thing is that God does not mean to distinguish between His Spirit and our spirit....It is simply impossible to distinguish. ... We often say that the Holy Spirit dwells in our spirit, but we find it hard to discern which is the Holy Spirit and which is our own spirit. The Holy Spirit and our spirit have become so mingled; while each is unique they are not easily distinguished....Since the Holy Spirit and our spirit are joined into one (1 Cor. 6.17), they can be distinguished only in name, not in fact.” [= Ajaran / doktrin tentang ‘percampuran’ adalah salah satu dari faktor-faktor penyatu yang terbesar dalam struktur dari Gereja Lokal. Kita telah melihat bahwa Witness Lee mengajar bahwa Kristus, Iblis, dan umat manusia entah bagaimana digabungkan bersama-sama. Percampuran dilihat sebagai suatu hubungan intim antara Allah dan manusia, dengan mana anggota-anggota Gereja Lokal bisa mempunyai komunikasi rohani langsung dengan Allah dan mengalami semua yang Allah ada dan punyai untuk ditawarkan. ... Berhubungan dekat dengan kesalah-mengertian Lee tentang Tritunggal adalah ajarannya bahwa Roh dari Allah Tritunggalnya yang diproses masuk ke dalam dan bercampur dengan roh manusia, sama seperti teh bercampur dengan segelas air. Lee sangat dipengaruhi oleh penasehatnya, almarhum Watchman Nee, yang juga mempercayai konsep ini. Kata Nee: Satu hal yang menyolok adalah bahwa Allah tidak bermaksud untuk membedakan antara RohNya dan roh kita....Adalah tidak mungkin untuk membedakan. ... Kita sering mengatakan bahwa Roh Kudus tinggal dalam roh kita, tetapi kita mendapati bahwa sukar untuk membedakan yang mana yang Roh Kudus dan yang mana yang roh kita. Roh Kudus dan roh kita telah menjadi begitu bercampur; sementara masing-masing adalah unik, mereka tidak dengan mudah dibedakan....Karena Roh Kudus dan roh kita bergabung menjadi satu (1Kor 6:17), mereka bisa dibedakan hanya dalam sebutan, tidak dalam fakta.].
1Kor 6:17 - “Tetapi siapa yang mengikatkan dirinya pada Tuhan, menjadi satu roh dengan Dia”.
Catatan: ‘his processed Triune God’ (= Allah Tritunggalnya yang diproses) adalah istilah yang menunjuk pada ajaran Witness Lee yang mengatakan bahwa mula-mula Allah itu adalah Bapa, lalu mengambil daging, dan menjadi manusia dalam diri Anak. Dan Anak, setelah mengalami kematian, penguburan, kebangkitan, lalu menjadi Roh pemberi hidup. Sebagai Roh Allah lalu bisa masuk ke dalam roh manusia.
Ini merupakan kepercayaan yang disebut Modalisme / Sabelianisme, dan merupakan ajaran sesat dalam persoalan Allah Tritunggal.
Barnes’ Notes: “it cannot be taken in so literal a sense as to mean that we can ever partake of the divine ‘essence,’ or that we shall be ‘absorbed’ into the divine nature so as to lose our individuality. ... It is in the nature of the case impossible. There must be forever an essential difference between a created and an uncreated mind. ... The reference then, in this place, must be to the ‘moral’ nature of God; and the meaning is, that they who are renewed become participants of the same ‘moral’ nature; that is, of the same views, feelings, thoughts, purposes, principles of action. Their nature as they are born, is sinful, and prone to evil (Eph. 2:3), their nature as they are born again, becomes like that of God. They are made LIKE God; and this resemblance will increase more and more forever, until in a much higher sense than can be true in this world, they may be said to have become ‘partakers of the divine nature.’” [= ini tidak bisa diambil dalam arti begitu hurufiah sehingga berarti bahwa kita bisa mengambil bagian dari ‘hakekat’ ilahi, atau bahwa kita akan ‘dihisap’ ke dalam hakekat ilahi sehingga kehilangan keindividuan kita. ... Kasus itu merupakan sesuatu yang mustahil. Pasti akan ada untuk selama-lamanya perbedaan antara pikiran yang dicipta dan yang tidak dicipta. ... Jadi, kata-kata di tempat ini harus menunjuk pada sifat ‘moral’ dari Allah; dan artinya adalah bahwa mereka yang diperbaharui menjadi pengambil bagian dari sifat ‘moral’ yang sama; yaitu, dari pandangan, perasaan, pemikiran, tujuan, prinsip tindakan yang sama. Sifat mereka pada waktu dilahirkan adalah berdosa dan condong pada dosa (Ef 2:3), sifat mereka pada waktu dilahirkan kembali, menjadi serupa dengan sifat Allah. Mereka dibuat menjadi SEPERTI Allah; dan kemiripan ini akan makin meningkat selama-lamanya, sampai dalam arti yang jauh lebih tinggi dari yang ada dalam dunia ini, mereka dikatakan telah menjadi ‘pengambil bagian dari sifat ilahi’].
Barnes’ Notes: “Let us remark, then, (a) That ‘man’ only, of all the dwellers on the earth, is capable of rising to this condition. The nature of all the other orders of creatures here below is incapable of any such transformation that it can be said that they become ‘partakers of the divine nature.’ (b) It is impossible now to estimate the degree of approximation to which man may yet rise toward God, or the exalted sense in which the term may yet be applicable to him; but the prospect before the believer in this respect is most glorious” [= Maka, hendaklah kita perhatikan, (a) Bahwa hanya ‘manusia’, dari semua penghuni di bumi, yang mampu untuk naik pada keadaan ini. Sifat dari semua golongan makhluk ciptaan yang lain di sini di bawah adalah tidak mampu mengalami perubahan seperti itu sehingga bisa dikatakan bahwa mereka menjadi ‘pengambil bagian dari sifat ilahi’. (b) Adalah mustahil sekarang untuk memperkirakan tingkat dari taksiran pada mana manusia bisa naik menuju Allah, atau arti yang ditinggikan dalam mana istilah ini bisa diterapkan kepadanya; tetapi prospek di hadapan orang percaya dalam hal ini adalah sangat mulia].
3) “dan luput dari hawa nafsu duniawi yang membinasakan dunia”.
Ini betul-betul merupakan terjemahan yang kacau! Bandingkan dengan terjemahan-terjemahan dari Kitab Suci bahasa Inggris.
KJV: ‘having escaped the corruption that is in the world through lust’ (= setelah lolos dari kejahatan yang ada dalam dunia melalui nafsu).
RSV: ‘you may escape from the corruption that is in the world because of passion’ (= engkau bisa lolos dari kejahatan yang ada dalam dunia karena nafsu).
NIV: ‘and escape the corruption in the world caused by evil desires’ (= dan lolos dari kejahatan dalam dunia yang disebabkan oleh keinginan-keinginan jahat).
NASB: ‘having escaped the corruption that is in the world by lust’ (= setelah lolos dari kejahatan yang ada dalam dunia oleh nafsu).
Barnes’ Notes: “The world is full of corruption. It is the design of the Christian plan of redemption to deliver us from that, and to make us holy; and the means by which we are to be made like God, is by rescuing us from its dominion” (= Dunia ini penuh dengan kejahatan. Merupakan rancangan dari rencana Kristen tentang penebusan untuk membebaskan kita darinya, dan untuk membuat kita kudus; dan cara dengan mana kita akan dibuat menjadi seperti Allah, adalah dengan menolong kita dari penguasaannya).
II PETRUS 1:5-9(1)
2Pet 1:5-9 - “(5) Justru karena itu kamu harus dengan sungguh-sungguh berusaha untuk menambahkan kepada imanmu kebajikan, dan kepada kebajikan pengetahuan, (6) dan kepada pengetahuan penguasaan diri, kepada penguasaan diri ketekunan, dan kepada ketekunan kesalehan, (7) dan kepada kesalehan kasih akan saudara-saudara, dan kepada kasih akan saudara-saudara kasih akan semua orang. (8) Sebab apabila semuanya itu ada padamu dengan berlimpah-limpah, kamu akan dibuatnya menjadi giat dan berhasil dalam pengenalanmu akan Yesus Kristus, Tuhan kita. (9) Tetapi barangsiapa tidak memiliki semuanya itu, ia menjadi buta dan picik, karena ia lupa, bahwa dosa-dosanya yang dahulu telah dihapuskan”.
Ay 5-7: “(5) Justru karena itu kamu harus dengan sungguh-sungguh berusaha untuk menambahkan kepada imanmu kebajikan, dan kepada kebajikan pengetahuan, (6) dan kepada pengetahuan penguasaan diri, kepada penguasaan diri ketekunan, dan kepada ketekunan kesalehan, (7) dan kepada kesalehan kasih akan saudara-saudara, dan kepada kasih akan saudara-saudara kasih akan semua orang.”.
1) Kata-kata ini serupa / sejalan dengan text-text di bawah ini, dan mendorong orang yang sudah percaya, bahkan orang percaya yang sudah taat, untuk maju / makin maju dalam kekudusan dan pengetahuan, dan mendorong mereka untuk melakukannya dengan sungguh-sungguh / rajin.
Bdk. 1Tes 4:1-10 - “(1) Akhirnya, saudara-saudara, kami minta dan nasihatkan kamu dalam Tuhan Yesus: Kamu telah mendengar dari kami bagaimana kamu harus hidup supaya berkenan kepada Allah. Hal itu memang telah kamu turuti, tetapi baiklah kamu melakukannya lebih bersungguh-sungguh lagi. (2) Kamu tahu juga petunjuk-petunjuk mana yang telah kami berikan kepadamu atas nama Tuhan Yesus. (3) Karena inilah kehendak Allah: pengudusanmu, yaitu supaya kamu menjauhi percabulan, (4) supaya kamu masing-masing mengambil seorang perempuan menjadi isterimu sendiri dan hidup di dalam pengudusan dan penghormatan, (5) bukan di dalam keinginan hawa nafsu, seperti yang dibuat oleh orang-orang yang tidak mengenal Allah, (6) dan supaya dalam hal-hal ini orang jangan memperlakukan saudaranya dengan tidak baik atau memperdayakannya. Karena Tuhan adalah pembalas dari semuanya ini, seperti yang telah kami katakan dan tegaskan dahulu kepadamu. (7) Allah memanggil kita bukan untuk melakukan apa yang cemar, melainkan apa yang kudus. (8) Karena itu siapa yang menolak ini bukanlah menolak manusia, melainkan menolak Allah yang telah memberikan juga RohNya yang kudus kepada kamu. (9) Tentang kasih persaudaraan tidak perlu dituliskan kepadamu, karena kamu sendiri telah belajar kasih mengasihi dari Allah. (10) Hal itu kamu lakukan juga terhadap semua saudara di seluruh wilayah Makedonia. Tetapi kami menasihati kamu, saudara-saudara, supaya kamu lebih bersungguh-sungguh lagi melakukannya”.
Bdk. Tit 3:8 - “Perkataan ini benar dan aku mau supaya engkau dengan yakin menguatkannya, agar mereka yang sudah percaya kepada Allah sungguh-sungguh berusaha melakukan pekerjaan yang baik. Itulah yang baik dan berguna bagi manusia”.
Bdk. Fil 2:12 - “Hai saudara-saudaraku yang kekasih, kamu senantiasa taat; karena itu tetaplah kerjakan keselamatanmu dengan takut dan gentar, bukan saja seperti waktu aku masih hadir, tetapi terlebih pula sekarang waktu aku tidak hadir”.
Jadi, dalam pelayanan firman, kita bukan hanya memberitakan Injil kepada orang-orang yang tidak percaya, tetapi juga mendorong orang-orang yang sudah percaya untuk makin maju.
2) “Justru karena itu kamu harus dengan sungguh-sungguh berusaha”.
a) “Justru karena itu”.
KJV: ‘And beside this’ (= Dan disamping ini).
RSV/NIV: ‘For this very reason’ (= Karena alasan ini).
NASB: ‘Now for this very reason also’ (= Karena alasan ini juga).
Barnes’ Notes: “‘And beside this.’ ... The reference is to v. 3; and the connection is, “since (v. 3) God has given us these exalted privileges and hopes, ‘in respect to this,’ ... or as a ‘consequence’ fairly flowing from this, we ought to give all diligence that we may make good use of these advantages, and secure as high attainments as we possibly can. We should add one virtue to another, that we may reach the highest possible elevation in holiness”” [= ‘Dan disamping ini’. ... Hubungannya adalah dengan ay 3; dan hubungannya adalah, “karena (ay 3) Allah telah memberikan kita hak-hak dan pengharapan yang mulia ini, ‘berkenaan dengan ini’, ... atau sebagai suatu ‘konsekwensi’ yang mengalir secara benar dari hal ini, kita harus memberikan seluruh kerajinan sehingga kita bisa melakukan penggunaan yang baik dari keuntungan-keuntungan ini, dan mendapatkan / memperoleh hasil / pencapaian setinggi mungkin. Kita harus menambahkan satu sifat baik pada sifat baik yang lain, sehingga kita bisa mencapai peningkatan yang setinggi mungkin dalam kekudusan”].
Ay 3-5a: “(3) Karena kuasa ilahiNya telah menganugerahkan kepada kita segala sesuatu yang berguna untuk hidup yang saleh oleh pengenalan kita akan Dia, yang telah memanggil kita oleh kuasaNya yang mulia dan ajaib. (4) Dengan jalan itu Ia telah menganugerahkan kepada kita janji2 yang berharga dan yang sangat besar, supaya olehnya kamu boleh mengambil bagian dalam kodrat ilahi, dan luput dari hawa nafsu duniawi yang membinasakan dunia. (5a) Justru karena itu kamu ...”.
Jadi, anugerah dalam ay 3 memberikan kita suatu kewajiban sebagai konsekwensinya.
b) “kamu harus dengan sungguh-sungguh berusaha”.
KJV: ‘giving all diligence’ (= memberikan seluruh kerajinan).
RSV/NIV: ‘make every effort’ (= melakukan setiap usaha).
NASB: ‘applying all diligence’ (= menggunakan seluruh kerajinan).
Kata Yunani yang dipakai adalah SPOUDEN, yang bisa berarti ‘kerajinan’, ‘kesungguhan’, ‘keterburu-buruan’, dan ‘kehati-hatian’ (Bible Works 7).
Semua ini kontras dan bertentangan dengan sikap ‘santai’, ‘malas’, ‘asal-asalan’, ‘ceroboh’.
Coba pikirkan dan renungkan kata-kata ini satu per satu. Yang mana yang lebih cocok dengan usaha saudara untuk maju dalam kerohanian?
Barnes’ Notes: “‘Giving all diligence.’ Greek, ‘Bringing in all zeal or effort.’ The meaning is, that we ought to make this a distinct and definite object, and to apply ourselves to it as a thing to be accomplished” (= ‘Memberikan seluruh kerajinan’. Yunani, ‘Membawa masuk semua semangat dan usaha’. Artinya adalah bahwa kita harus menjadikan ini suatu tujuan yang nyata / jelas dan tertentu / pasti, dan memakai / mengerahkan diri kita sendiri padanya sebagai suatu hal untuk dicapai).
Pulpit Commentary: “The verb rendered ‘giving’ means literally ‘bringing in by the side;’ it is one of those graphic and picturesque expressions which are characteristic of St. Peter’s style. God worketh within us both to will and to do; this (both St. Paul and St. Peter teach us) is a reason, not for remissness, but for increased exertion. God’s grace is sufficient for us; without that we can do nothing; but by the side (so to speak) of that grace, along with it, we must bring into play all earnestness, we must work out our own salvation with fear and trembling. The word seems to imply that the work is God’s work; we can do very little indeed, but that very little we must do, and for the very reason that God is working in us” [= Kata kerja yang diterjemahkan ‘memberikan’ (giving - KJV) secara hurufiah berarti ‘membawanya ke samping / ke sebelah’; ini adalah satu dari ungkapan-ungkapan yang sangat jelas dan indah yang merupakan ciri khas dari gaya Petrus. Allah mengerjakan dalam kita baik untuk menghendaki maupun untuk melakukan (Fil 2:13); ini (baik Paulus maupun Petrus mengajar kita) adalah suatu alasan, bukan untuk kelalaian, tetapi untuk meningkatkan pengerahan tenaga. Kasih karunia Allah cukup bagi kita; tanpa itu kita tidak dapat melakukan apapun; tetapi di sisi dari (seakan-akan) kasih karunia itu, bersama-sama dengannya, kita harus membawa ke dalam permainan seluruh kesungguhan, kita harus mengerjakan / menyelesaikan keselamatan kita sendiri dengan takut dan gentar (Fil 2:12). Kata itu secara implicit menunjukkan bahwa pekerjaan itu adalah pekerjaan Allah; kita memang hanya bisa melakukan sangat sedikit, tetapi yang sangat sedikit itu harus kita lakukan, dan karena alasan itu Allah bekerja dalam diri kita].
Sekarang mari kita bahas Fil 2:12-13 yang dijadikan ayat-ayat referensi oleh Pulpit Commentary di atas.
1. Fil 2:12 - “Hai saudara-saudaraku yang kekasih, kamu senantiasa taat; karena itu tetaplah kerjakan keselamatanmu dengan takut dan gentar, bukan saja seperti waktu aku masih hadir, tetapi terlebih pula sekarang waktu aku tidak hadir”.
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dari ayat ini:
a. Ini tidak berarti bahwa:
· keselamatan = usaha manusia.
· keselamatan = usaha manusia + Allah (ay 12-13).
· orang Filipi belum selamat.
· orang Filipi tidak yakin selamat (bdk. ay 12 - ‘takut dan gentar’).
· keselamatan bisa hilang (bdk. ay 12 - ‘takut dan gentar’).
Alasannya: lihat point selanjutnya di bawah ini!
b. Calvin (hal 69) berkata bahwa kata ‘keselamatan’ di sini artinya adalah ‘the entire course of our calling’ (= seluruh jalan panggilan kita).
Jadi di sini kata ‘keselamatan’ itu mempunyai arti yang berbeda dari biasanya. Di sini, ‘keselamatan’ itu mencakup daerah mulai saat kita percaya sampai saat kita masuk surga.
c. Kata ‘kerjakan’ (ay 12) dalam terjemahan-terjemahan bahasa Inggris diterjemahkan ‘work out’, yang bisa berarti ‘selesaikanlah’. Dalam bahasa Yunaninya adalah KATERGAZESTHE, yang berasal dari kata kerja yang berarti ‘to bring to completion’ (= menyelesaikan).
Jadi, ‘kerjakan keselamatanmu’ berarti: dalam jalan saudara ikut Tuhan, jangan berhenti di tengah jalan! Ikutlah terus sampai akhir!
2. Fil 2:13 - ”karena Allahlah yang mengerjakan di dalam kamu baik kemauan maupun pekerjaan menurut kerelaanNya”. Ini terjemahannya kurang jelas. Perhatikan terjemahan-terjemahan Kitab Suci bahasa Inggris di bawah ini:
KJV: “For it is God which worketh in you both to will and to do of his good pleasure” (= Karena Allahlah yang bekerja dalam kamu baik untuk menghendaki maupun untuk melakukan dari kesenanganNya yang baik).
RSV: “for God is at work in you, both to will and to work for his good pleasure” (= karena Allah bekerja dalam kamu, baik untuk menghendaki maupun untuk mengerjakan untuk kesenanganNya yang baik).
NASB: “for it is God who is at work in you, both to will and to work for His good pleasure” (= karena Allahlah yang bekerja dalam kamu, baik untuk menghendaki maupun untuk mengerjakan untuk kesenanganNya yang baik).
NIV: “for it is God who works in you to will and to act according to his good purpose” (= karena Allahlah yang bekerja dalam kamu untuk menghendaki dan untuk berbuat menurut rencanaNya yang baik).
Yang menarik dari kata yang diterjemahkan ‘to will’ (= menghendaki) dalam Kitab Suci bahasa Inggris adalah bahwa kata itu berasal dari kata Yunani THELEIN, yang berasal dari kata dasar THELO atau THELEO, yang bisa berarti sebagai berikut (Bible Works 7):
1) to will (= menghendaki), have in mind (= memikirkan / mempunyainya dalam pikiran), intend (= bermaksud) 1a) to be resolved or determined (= memutuskan atau menentukan), to purpose (= bermaksud / merencanakan) 1b) to desire, to wish (= menginginkan, mengharapkan) 1c) to love (= mengasihi) 1c1) to like to do a thing, be fond of doing (= menyukai untuk melakukan sesuatu, menyenangi untuk melakukan) 1d) to take delight in, have pleasure (= menyenangi).
Semua hal-hal ini merupakan pekerjaan Allah dalam diri kita! Jadi, dari diri kita sendiri kita tidak bisa menginginkan, menghendaki, memikirkan, memutuskan, menetapkan, bertujuan, mengasihi, ingin melakukan sesuatu, menyenangi apapun untuk mengerjakan / menyelesaikan keselamatan kita.
Sebagai tambahan, kata-kata ‘menurut kerelaanNya’ pada akhir ay 13, menunjukkan kedaulatan Allah!
3. Dari semua ini maka kelihatan dengan jelas bahwa ay 13 ini seolah-olah bertentangan dengan ay 12.
A.T. Robertson mengatakan: “Paul makes no attempt to reconcile divine sovereignty and human free agency, but boldly proclaim both” (= Paulus tidak berusaha untuk mendamaikan kedaulatan ilahi dan kebebasan manusia, tapi dengan berani memberitakan keduanya).
Kesimpulannya: sekalipun ay 13 mengatakan bahwa semua itu adalah pekerjaan Allah, tetapi kita tetap punya tanggung jawab untuk berusaha / mengerjakan keselamatan kita!
Matthew Henry: “those who will make any progress in religion must be very diligent and industrious in their endeavours. Without giving all diligence, there is no gaining any ground in the work of holiness; those who are slothful in the business of religion will make nothing of it; we must strive if we will enter in at the strait gate, Lu. 13:24” (= mereka yang mau membuat kemajuan dalam agama harus sangat rajin dan tekun dalam usaha-usaha mereka. Tanpa memberikan seluruh kerajinan, tidak ada yang bisa didapatkan dalam pekerjaan pengudusan; mereka yang malas / lamban dalam bisnis agama tidak akan membuat apapun darinya; kita harus berjuang jika kita mau memasuki jalan yang sempit, Luk 13:24).
Luk 13:24 - “Jawab Yesus kepada orang-orang di situ: ‘Berjuanglah untuk masuk melalui pintu yang sesak itu! Sebab Aku berkata kepadamu: Banyak orang akan berusaha untuk masuk, tetapi tidak akan dapat”.
Calvin: “As it is a work arduous and of immense labor, to put off the corruption which is in us, he bids us to strive and make every effort for this purpose. He intimates that no place is to be given in this case to sloth, and that we ought to obey God calling us, not slowly or carelessly, but that there is need of alacrity; as though he had said, ‘Put forth every effort, and make your exertions manifest to all.’” (= Karena itu merupakan suatu pekerjaan yang sukar dan suatu pekerjaan dari jerih payah yang besar / luas sekali, untuk membuang kejahatan yang ada di dalam diri kita, ia meminta kita untuk berjuang dan melakukan setiap usaha untuk tujuan ini. Ia mengisyaratkan bahwa dalam kasus ini tidak ada tempat yang boleh diberikan pada kemalasan, dan bahwa kita harus mentaati panggilan Allah kepada kita, bukan dengan lambat atau dengan ceroboh, tetapi bahwa di sana ada kebutuhan tentang kesigapan; seakan-akan ia telah berkata, ‘Kerahkanlah setiap usaha, dan buatlah pengerahan usaha / tenagamu nyata bagi semua’).
Illustrasi: orang yang mau maju dalam ‘body building’ (= olah raga angkat besi untuk membentuk tubuh) harus berusaha extra keras.
3) “(5b) untuk menambahkan kepada imanmu kebajikan, dan kepada kebajikan pengetahuan, (6) dan kepada pengetahuan penguasaan diri, kepada penguasaan diri ketekunan, dan kepada ketekunan kesalehan, (7) dan kepada kesalehan kasih akan saudara-saudara, dan kepada kasih akan saudara-saudara kasih akan semua orang”.
a) Ini merupakan hal-hal yang harus dilakukan dengan terus menerus.
Calvin (tentang ay 8): “he requires a continual progress to be made as to these endowments, and that justly, for we are as yet far off from the goal. We ought, therefore, always to make advances, so that God’s gifts may continually increase in us” (= ia mengharuskan supaya dibuat suatu kemajuan yang terus menerus berkenaan dengan pemberian-pemberian ini, dan itu benar, karena kita masih jauh dari tujuan. Karena itu, kita harus selalu membuat kemajuan-kemajuan, sehingga karunia-karunia Allah bisa terus menerus meningkat dalam diri kita).
b) Pertama-tama kita harus mempunyai iman, karena tanpa itu tidak mungkin ada pertumbuhan dalam kebaikan / sifat baik apapun. Setelah iman ada, jangan artikan bahwa kita harus menambahkan kebaikan / sifat baik yang disebutkan dalam ay 5b-7 sesuai dengan urut-urutan dalam mana mereka dituliskan. Yang dimaksudkan sama sekali bukan urut-urutannya, tetapi bahwa semua kebaikan / sifat baik itu harus diusahakan secara bersamaan.
Matthew Henry: “In these words the apostle comes to the chief thing intended in this epistle - to excite and engage them to advance in grace and holiness, they having already obtained precious faith, and been made partakers of the divine nature. This is a very good beginning, but it is not to be rested in, as if we were already perfect. The apostle had prayed that grace and peace might be multiplied to them, and now he exhorts them to press forward for the obtaining of more grace. We should, as we have opportunity, exhort those we pray for, and excite them to the use of all proper means to obtain what we desire God to bestow upon them” (= Dalam kata-kata ini sang rasul sampai pada hal terutama yang dimaksudkan dalam surat ini - untuk membangkitkan dan mengajak mereka untuk maju dalam kasih karunia dan kekudusan, setelah mereka mendapatkan iman yang berharga, dan telah dibuat menjadi pengambil-pengambil bagian dari hakekat / sifat ilahi. Ini adalah suatu permulaan yang baik, tetapi kita tidak boleh berhenti di sana, seakan-akan kita sudah sempurna. Sang rasul telah berdoa supaya kasih karunia dan damai bisa dilipat-gandakan bagi mereka, dan sekarang ia mendesak mereka untuk maju untuk mendapatkan lebih banyak lagi kasih karunia. Kita harus, kalau kita mempunyai kesempatan, mendesak mereka yang kita doakan, dan mengajak mereka untuk menggunakan semua cara / jalan yang benar untuk mendapatkan apa yang kita ingin Allah berikan kepada mereka).
Lenski: “Here we have Peter’s golden chain of Christian virtues. There are seven jewels, and all of them are fastened to faith. ... There are not eight items but only seven. The readers are not to furnish ‘faith.’ This they already have by virtue of their having been called (v. 3): by his gospel call God gives us faith. ... Thus Peter says: with all diligence ‘furnish in connection with your faith’ this chain of golden fruit” [= Di sini kita mempunyai rantai emas sifat-sifat baik Kristen dari Petrus. Ada tujuh permata, dan semua mereka dilekatkan pada iman. ... Bukannya ada delapan hal, tetapi hanya tujuh. Para pembaca bukannya harus menyediakan ‘iman’. Ini sudah mereka punyai berdasarkan panggilan yang telah diberikan kepada mereka (ay 3): oleh panggilan injil Allah memberikan kita iman. ... Maka / jadi Petrus berkata: dengan seluruh kerajinan ‘sediakan / lengkapilah dalam hubungan dengan imanmu’ rantai emas buah-buahan ini] - hal 264,265.
Calvin: “he intimates that faith ought not to be naked or empty, but that these are its inseparable companions. ... There is not here, however, properly a gradation as to the sense, though it appears as to the words; for love does not in order follow patience, nor does it proceed from it. Therefore the passage is to be thus simply explained, ‘Strive that virtue, prudence, temperance, and the things which follow, may be added to your faith.’” (= ia mengisyaratkan bahwa iman tidak boleh telanjang atau kosong, tetapi bahwa hal-hal ini adalah rekan-rekannya yang tidak terpisahkan. ... Tetapi di sini secara tepat tidak ada tingkatan-tingkatan berkenaan dengan artinya, sekalipun dari kata-katanya kelihatannya demikian; karena kasih secara urut-urutan tidaklah mengikuti kesabaran, ataupun keluar darinya. Karena itu text ini harus dijelaskan hanya seperti ini: ‘Berjuanglah supaya kebajikan, kebijaksanaan, penguasaan diri, dan hal-hal yang berikut, bisa ditambahkan pada imanmu’).
Barnes’ Notes: “‘Add to your faith virtue.’ It is not meant in this verse and the following that we are to endeavor particularly to add these things one to another ‘in the order’ in which they are specified, or that we are to seek first to have faith, and then to add to THAT virtue, and then to add knowledge to virtue rather than to faith, etc. The order in which this is to be done, the relation which one of these things may have to another, is not the point aimed at; ... The design of the apostle is to say, in an emphatic manner, that we are to strive to possess and exhibit all these virtues; in other words, we are not to content ourselves with a single grace, but are to cultivate ALL the virtues, and to endeavor to make our piety complete in all the relations which we sustain. The essential idea in the passage before us seems to be, that in our religion we are not to be satisfied with one virtue, or one class of virtues, but that there is to be (1) a diligent CULTIVATION of our virtues, since the graces of religion are as susceptible of cultivation as any other virtues; (2) that there is to be PROGRESS made from one virtue to another, seeking to reach the highest possible point in our religion; and, (3) that there is to be an ACCUMULATION of virtues and graces - or we are not to be satisfied with one class, or with the attainments which we can make in one class. We are to endeavor to ADD ON one after another until we have become possessed of all. Faith, perhaps, is mentioned first, because that is the foundation of all Christian virtues; and the other virtues are required to be added to that, because, from the place which faith occupies in the plan of justification, many might be in danger of supposing that if they had that they had all that was necessary” [= ‘Tambahkanlah pada imanmu kebajikan’. Dalam ayat ini dan berikutnya tidak dimaksudkan bahwa kita harus berusaha secara khusus untuk menambahkan hal-hal ini satu pada yang lain ‘dalam urut-urutan’ dalam mana mereka ditetapkan, atau bahwa kita pertama-tama harus mengusahakan untuk mempunyai iman, dan lalu menambahkan pada HAL ITU kebajikan, dan lalu menambahkan pengetahuan pada kebajikan dan bukannya pada iman, dst. Urut-urutan dalam mana ini harus dilakukan, hubungan yang dimiliki hal-hal ini satu dengan yang lain, bukanlah tujuan yang dituju; ... Rancangan dari sang rasul adalah untuk mengatakan, dengan suatu cara yang ditekankan, bahwa kita harus berjuang untuk memiliki dan menunjukkan semua kebaikan / sifat baik ini; dengan kata lain, kita tidak boleh merasa puas diri dengan satu kasih karunia, tetapi harus mengusahakan SEMUA kebaikan / sifat baik ini, dan berusaha untuk membuat kesalehan kita lengkap dalam semua hubungan yang kita topang (?). Gagasan yang hakiki dalam text di hadapan kita ini kelihatannya adalah bahwa dalam agama kita kita tidak boleh puas dengan satu kebaikan / sifat baik, atau satu golongan kebaikan / sifat baik, tetapi bahwa di sana harus ada (1) suatu pengusahaan yang rajin dari kebaikan / sifat baik kita, karena kasih karunia dari agama memungkinkan untuk diusahakan sama seperti kebaikan / sifat baik yang lain; (2) bahwa di sana harus ada kemajuan yang dibuat dari satu kebaikan / sifat baik pada kebaikan / sifat baik yang lain, berusaha untuk mencapai titik tertinggi yang dimungkinkan dalam agama kita; dan, (3) bahwa di sana harus ada suatu akumulasi dari kebaikan / sifat baik dan kasih karunia - atau kita tidak boleh puas dengan satu golongan, atau dengan pencapaian yang bisa kita buat dalam satu golongan. Kita harus berusaha untuk terus menambah satu pada yang lain sampai kita telah memiliki semuanya. Iman disebutkan pertama, mungkin karena itu adalah dasar dari semua kebaikan / sifat baik Kristen; dan kebaikan / sifat baik yang lain harus ditambahkan padanya, karena dari tempat dimana iman menempati dalam rencana pembenaran, banyak bisa ada dalam bahaya dimana mereka menduga bahwa jika mereka mempunyai itu mereka sudah mempunyai semua yang perlu].
II PETRUS 1:5-9(2)
2Pet 1:5-9 - “(5) Justru karena itu kamu harus dengan sungguh-sungguh berusaha untuk menambahkan kepada imanmu kebajikan, dan kepada kebajikan pengetahuan, (6) dan kepada pengetahuan penguasaan diri, kepada penguasaan diri ketekunan, dan kepada ketekunan kesalehan, (7) dan kepada kesalehan kasih akan saudara-saudara, dan kepada kasih akan saudara-saudara kasih akan semua orang. (8) Sebab apabila semuanya itu ada padamu dengan berlimpah-limpah, kamu akan dibuatnya menjadi giat dan berhasil dalam pengenalanmu akan Yesus Kristus, Tuhan kita. (9) Tetapi barangsiapa tidak memiliki semuanya itu, ia menjadi buta dan picik, karena ia lupa, bahwa dosa-dosanya yang dahulu telah dihapuskan”.
c) Sekarang kita membahas kebaikan / sifat baik yang ‘didaftarkan’ dalam ay 5b-7 itu satu per satu.
1. “untuk menambahkan kepada imanmu kebajikan”.
KJV/RSV/ASV/NJKV: ‘virtue’ (= kebaikan / sifat baik).
NIV: ‘goodness’ (= kebaikan).
NASB: ‘moral excellence’ (= keunggulan moral).
Barnes’ Notes: “The word here rendered ‘virtue’ is the same which is used in 2 Pet. 1:3; and there is included in it, probably, the same general idea which was noticed there. All the things which the apostle specifies, unless ‘knowledge’ be an exception, are ‘virtues’ in the sense in which that word is commonly used; and it can hardly be supposed that the apostle here meant to use a GENERAL term which would include all of the others. The probability is, therefore, that by the word here he has reference to the common meaning of the Greek word, as referring to manliness, courage, vigor, energy; and the sense is, that he wished them to evince whatever firmness or courage might be necessary in maintaining the principles of their religion, and in enduring the trials to which their faith might be subjected. True ‘virtue’ is not a tame and passive thing. It requires great energy and boldness, for its very essence is firmness, manliness, and independence” (= Kata yang di sini diterjemahkan ‘kebajikan’ adalah kata yang sama yang digunakan dalam 2Pet 1:3; dan mungkin tercakup di dalamnya suatu gagasan umum yang sama yang diperhatikan di sana. Semua hal-hal yang ditetapkan oleh sang rasul, kecuali ‘pengetahuan’ merupakan suatu perkecualian, adalah ‘kebajikan’ dalam arti yang umum digunakan untuk kata itu; dan tidak bisa dianggap bahwa sang rasul di sini memaksudkan untuk menggunakan suatu istilah UMUM yang mencakup semua yang lain. Karena itu, kemungkinannya adalah bahwa dengan kata ini di sini ia menunjuk pada arti yang umum dari kata Yunaninya, sebagai menunjuk pada kejantanan, keberanian, kekuatan, tenaga; dan artinya adalah bahwa ia ingin mereka menunjukkan dengan jelas keteguhan atau keberanian apapun yang bisa diperlukan dalam mempertahankan prinsip-prinsip dari agama mereka, dan dalam menahan pencobaan-pencobaan yang menyerang iman mereka. ‘Kebajikan’ yang sejati bukanlah sesuatu yang jinak dan pasif. Itu membutuhkan tenaga dan keberanian yang besar, karena hakekatnya adalah keteguhan, kejantanan, dan ketidak-tergantungan).
Catatan: dalam 2Pet 1:3 secara salah kata Yunani itu diterjemahkan ‘ajaib’ dalam Kitab Suci Indonesia; tetapi KJV menterjemahkan ‘virtue’ (= kebaikan / sifat baik).
Matthew Henry: “He must get virtue, by which some understand justice; ... by virtue here we may understand strength and courage, without which the believer cannot stand up for good works, ... The righteous must be bold as a lion (Prov. 28:1); a cowardly Christian, who is afraid to profess the doctrines or practise the duties of the gospel, must expect that Christ will be ashamed of him another day” [= Ia harus mendapatkan kebajikan, yang oleh sebagian orang dimengerti sebagai keadilan; ... dengan kebajikan di sini kita bisa mengertinya sebagai kekuatan dan keberanian, tanpa mana orang percaya tidak bisa berdiri untuk perbuatan baik, ... Orang benar harus berani seperti seekor singa (Amsal 28:1); seorang Kristen yang pengecut, yang takut untuk mengakui ajaran-ajaran atau mempraktekkan kewajiban-kewajiban injil, harus mengharapkan bahwa pada suatu hari Kristus akan malu tentang dia].
Amsal 28:1 - “Orang fasik lari, walaupun tidak ada yang mengejarnya, tetapi orang benar merasa aman seperti singa muda”.
Adam Clarke: “‘Virtue.’ Areteen. Courage or fortitude, to enable you to profess the faith before men, in these times of persecution” (= ‘Kebajikan’. ARETEEN. Keberanian atau ketabahan / keuletan, untuk memampukanmu untuk mengakui iman di hadapan manusia pada masa-masa penganiayaan).
Barclay: “To faith must be added what the Revised Standard Version calls ‘virtue’ and we have called ‘courage.’ The word is ARETE; it is very rare in the New Testament but it is the supreme Greek word for virtue in every sense of the term. It means ‘excellence.’ ... ARETE is that virtue which makes a man a good citizen and friend; it is that virtue which makes him an expert in the technique of living well. ... ARETE often means ‘courage.’ Plutarch says that God is a hope of ARETE, not an excuse for cowardice. In 2 Maccabees we read of how Eleazar died rather than be false to the laws of God and his fathers; and the story ends by saying that he left his death for an example of noble courage (ARETE) and a memorial of virtue, not only to young men, but also to all the nation (2 Maccabees 6:31)” [= Pada iman harus ditambahkan apa yang RSV sebut ‘kebaikan / sifat baik’ dan kami menyebutnya ‘keberanian’. Kata yang digunakan adalah ARETE, kata itu sangat jarang dalam Perjanjian Baru, tetapi itu adalah kata Yunani yang tertinggi untuk ‘kebaikan / sifat baik’ dalam setiap arti dari istilah itu. Kata itu berarti ‘keunggulan / mutu yang sangat baik’. ... ARETE adalah kebaikan / sifat baik yang membuat seseorang menjadi seorang warga negara dan teman yang baik; itu adalah kebaikan / sifat baik yang membuat dia seorang ahli dalam tehnik untuk hidup dengan baik. ... ARETE sering berarti ‘keberanian’. Plutarch berkata bahwa Allah adalah suatu pengharapan dari ARETE, bukan suatu alasan untuk suatu sifat / sikap pengecut. Dalam 2Makabe kita membaca bagaimana Eleazar mati dari pada menjadi tidak benar / menyalahi hukum (Taurat) Allah dan nenek moyangnya; dan ceritanya berakhir dengan mengatakan bahwa ia meninggalkan kematiannya sebagai suatu contoh / teladan dari keberanian yang mulia (ARETE) dan suatu peringatan dari kebaikan / sifat baik, bukan hanya bagi orang-orang muda, tetapi juga bagi seluruh bangsa (2Makabe 6:31)] - hal 301-302.
Saya berpendapat bahwa sangat sering terjadi bahwa untuk bisa menjadi baik, kita harus mempunyai keberanian. Mengapa? Karena dunia yang jahat tidak menyenangi kebaikan itu dan pasti akan menentang kebaikan itu dan juga orang yang melakukan kebaikan itu. Kalau kita tidak berani menghadapi serangan dari dunia terhadap kebaikan yang sedang / akan kita lakukan, maka kita akan berhenti / batal melakukan kebaikan itu.
Bdk. Ef 6:18b-20 - “(18b) Berdoalah setiap waktu di dalam Roh dan berjaga-jagalah di dalam doamu itu dengan permohonan yang tak putus-putusnya untuk segala orang Kudus, (19) juga untuk aku, supaya kepadaku, jika aku membuka mulutku, dikaruniakan perkataan yang benar, agar dengan keberanian aku memberitakan rahasia Injil, (20) yang kulayani sebagai utusan yang dipenjarakan. Berdoalah supaya dengan keberanian aku menyatakannya, sebagaimana seharusnya aku berbicara”.
Bdk. 2Tim 1:7 - “Sebab Allah memberikan kepada kita bukan roh ketakutan, melainkan roh yang membangkitkan kekuatan, kasih dan ketertiban”.
2. “dan kepada kebajikan pengetahuan”.
Keberanian, semangat dsb, tak ada gunanya, bahkan menjadi sesuatu yang negatif kalau tidak ada pengetahuan, apalagi kalau pengetahuannya salah / sesat.
Amsal 19:2 - “Tanpa pengetahuan kerajinanpun tidak baik; orang yang tergesa-gesa akan salah langkah”.
Ro 10:1-3 - “(1) Saudara-saudara, keinginan hatiku dan doaku kepada Tuhan ialah, supaya mereka diselamatkan. (2) Sebab aku dapat memberi kesaksian tentang mereka, bahwa mereka sungguh-sungguh giat untuk Allah, tetapi tanpa pengertian yang benar. (3) Sebab, oleh karena mereka tidak mengenal kebenaran Allah dan oleh karena mereka berusaha untuk mendirikan kebenaran mereka sendiri, maka mereka tidak takluk kepada kebenaran Allah”.
Adam Clarke: “‘Knowledge.’ True wisdom, by which your faith will be increased, and your courage directed, and preserved from degenerating into rashness” (= ‘Pengetahuan’. Hikmat yang sejati, dengan mana iman akan ditingkatkan, dan keberanianmu diarahkan, dan dijaga / dilindungi dari kemerosotan ke dalam tindakan terburu-buru / gegabah).
Barnes’ Notes: “It is the duty of every Christian to make the highest possible attainments in ‘knowledge.’” (= Merupakan kewajiban dari setiap orang Kristen untuk membuat pencapaian setinggi mungkin dalam ‘pengetahuan’).
Barclay: “To courage must be added ‘knowledge.’ The word is GNOSIS. In ethical Greek language there are two words which have a similar meaning with a very significant difference. SOPHIA is wisdom, in the sense of ‘knowledge of things both human and divine, and of their causes.’ It is knowledge of first causes and of deep and ultimate things. GNOSIS is ‘practical knowledge;’ it is the ability to apply to particular situations the ultimate knowledge which SOPHIA gives. GNOSIS is that knowledge which enables a man to decide rightly and to act honourably and efficiently in the day to day circumstances of life. So, then, to faith must be added courage and effectiveness; to courage and effectiveness must be added the practical wisdom to deal with life” (= Pada keberanian harus ditambahkan ‘pengetahuan’. Kata yang digunakan adalah GNOSIS. Dalam bahasa Yunani yang bersifat etika / moral, ada dua kata yang mempunyai arti yang mirip tetapi dengan perbedaan yang sangat penting / berarti. SOPHIA adalah hikmat, dalam arti ‘pengetahuan tentang hal-hal baik yang manusiawi dan ilahi, dan tentang penyebab-penyebab mereka’. Itu adalah pengetahuan tentang penyebab-penyebab pertama dan tentang hal-hal yang dalam dan pokok / akhir. GNOSIS adalah ‘pengetahuan praktis’; itu adalah kemampuan untuk menerapkan pada keadaan tertentu pengetahuan pokok / akhir yang diberikan oleh SOPHIA. GNOSIS adalah pengetahuan yang memampukan seorang manusia untuk memutuskan dengan benar dan bertindak dengan terhormat dan dengan efisien dalam keadaan kehidupan hari demi hari. Maka, pada iman harus ditambahkan keberanian dan keefektifan; pada keberanian dan keefektifan harus ditambahkan hikmat praktis untuk menangani kehidupan) - hal 302.
3. “dan kepada pengetahuan penguasaan diri”.
Barclay: “To this practical knowledge must be added ‘self-control,’ or ‘self-mastery.’ The word is EGKRATEIA, and it means literally ‘the ability to take a grip of oneself.’ This is a virtue of which the great Greeks spoke and wrote and thought much. In regard to a man and his passions Aristotle distinguishes four states in life. There is SOPHROSUNE, in which passion has been entirely subjugated to reason; we might call it ‘perfect temperance.’ There is AKOLASIA, which is the precise opposite; it is the state in which reason is entirely subjugated to passion; we might call it ‘unbridled lust.’ In between these two states there is AKRASIA, in which reason fights but passion prevails; we might call it ‘incontinence.’ There is EGKRATEIA, in which reason fights against passion and prevails; we call it ‘self-control,’ or ‘self-mastery.’” (= Pada pengetahuan praktis ini harus ditambahkan ‘penguasaan diri / kontrol terhadap diri sendiri’. Kata yang digunakan adalah EGKRATEIA, dan kata itu secara hurufiah berarti ‘kemampuan untuk untuk menguasai diri sendiri’. Ini merupakan suatu kebaikan / sifat baik tentang mana orang-orang Yunani yang agung banyak berbicara dan menulis dan berpikir. Berkenaan dengan seorang manusia dan nafsu-nafsunya Aristotle membedakan empat keadaan dalam kehidupan. Ada SOPHROSUNE, dimana nafsu telah sepenuhnya ditaklukkan / ditundukkan pada akal; kita bisa menyebutnya ‘penguasaan diri yang sempurna’. Ada AKOLASIA, yang adalah persis sebaliknya; itu adalah keadaan dimana akal sepenuhnya ditaklukkan / ditundukkan pada nafsu; kita bisa menyebutnya ‘nafsu yang tidak dikekang’. Di antara kedua keadaan itu ada AKRASIA, dimana akal melawan tetapi nafsu menang; kita bisa menyebutnya ‘ketidakmampuan menguasai diri’. Lalu ada EGKRATEIA, dimana akal melawan nafsu dan menang) - hal 302-303.
Barclay: “EGKRATEIA is one of the great Christian virtues; ... That ethic does not contemplate a situation in which a man is emasculated of all passion; it envisages a situation in which his passions remain, but are under perfect control and so become his servants, not his tyrants” (= EGKRATEIA merupakan salah satu dari kebaikan / sifat baik Kristen yang agung; ... Etika itu tidak memikirkan suatu keadaan dimana seseorang dikebiri dari semua nafsu; itu menggambarkan suatu keadaan dimana nafsu-nafsunya tetap ada, tetapi ada dalam kendali yang sempurna dan dengan demikian menjadi pelayan-pelayannya, bukan tiran-tirannya / tuan-tuannya yang kejam) - hal 303.
Bandingkan ini (khususnya bagian yang saya garis-bawahi) dengan banyak orang yang memberikan kesaksian yang mengatakan bahwa setelah ia bertobat, ia sama sekali tidak menyenangi / menginginkan perempuan lain selain istrinya. Bodohlah orang yang percaya pada dusta / bualan seperti ini! Kalau nafsu jahat itu hilang sama sekali, maka tidak lagi diperlukan penguasaan diri!
Barnes’ Notes: “‘And to knowledge temperance.’ ... The word here refers to the mastery over all our evil inclinations and appetites. We are to allow none of them to obtain control over us. ... This would include, of course, abstinence from intoxicating drinks; but it would also embrace all evil passions and propensities. Everything is to be confined within proper limits, and to no propensity of our nature are we to give indulgence beyond the limits which the law of God allows” (= ‘Dan pada pengetahuan penguasaan diri’. ... Kata itu di sini menunjuk pada penguasaan atas semua kecenderungan dan nafsu / keinginan. Kita tidak boleh mengijinkan yang manapun dari mereka untuk mendapatkan kendali atas diri kita. ... Tentu saja ini mencakup pertarakan / penahanan nafsu dari minuman yang memabukkan; tetapi itu juga mencakup semua nafsu dan kecenderungan yang jahat. Segala sesuatu harus dibatasi dalam batasan yang tepat / benar, dan tidak ada kecenderungan dari sifat kita pada mana kita boleh memberikan pemuasaan melebihi batasan yang diijinkan oleh hukum Allah).
Matthew Henry: “We must add temperance to our knowledge. We must be sober and moderate in our love to, and use of, the good things of this life; and, if we have a right understanding and knowledge of outward comforts, we shall see that their worth and usefulness are vastly inferior to those of spiritual mercies. Bodily exercises and bodily privileges profit but little, and therefore are to be esteemed and used accordingly; ... We must be moderate in desiring and using the good things of natural life, such as meat, drink, clothes, sleep, recreations, and credit; an inordinate desire after these is inconsistent with an earnest desire after God and Christ; and those who take more of these than is due can render to neither God nor man what is due to them” [= Kita harus menambahkan penguasaan diri pada pengetahuan kita. Kita harus waras dan moderat dalam kasih / kecintaan kita pada, dan penggunaan dari, hal-hal yang baik dari kehidupan ini; dan, jika kita mempunyai suatu pengertian dan pengetahuan yang baik tentang kesenangan-kesenangan lahiriah, kita akan melihat bahwa nilai dan kegunaan mereka jauh lebih rendah dibandingkan dengan belas kasihan rohani. Latihan jasmani (olah raga) dan kelebihan jasmani hanya memberi sedikit keuntungan, dan karena itu harus dihargai dan digunakan secara sesuai; ... Kita harus bersikap moderat dalam mengingini dan menggunakan hal-hal yang baik dari kehidupan alamiah, seperti makanan, minuman, pakaian, tidur, rekreasi, dan uang tabungan; suatu keinginan yang sangat banyak terhadap hal-hal ini tidaklah konsisten dengan suatu keinginan yang sungguh-sungguh terhadap Allah dan Kristus; dan mereka yang mengambil hal-hal ini lebih banyak dari yang seharusnya, tidak bisa memberikan apa yang seharusnya kepada Allah maupun manusia].
1Tim 4:8 - “Latihan badani terbatas gunanya, tetapi ibadah (kesalehan) itu berguna dalam segala hal, karena mengandung janji, baik untuk hidup ini maupun untuk hidup yang akan datang”.
KJV: ‘For bodily exercise profiteth little’ (= Karena olah raga jasmani memberikan keuntungan sedikit).
NIV: ‘For physical training is of some value’ (= Karena latihan jasmani sedikit nilainya).
4. “kepada penguasaan diri ketekunan”.
KJV: ‘patience’ (= kesabaran).
RSV: ‘steadfastness’ (= kesetiaan / keteguhan).
NIV/NASB: ‘perseverance’ (= ketekunan).
The Bible Exposition Commentary: New Testament: “Patience is the ability to endure when circumstances are difficult. Self-control has to do with handling the pleasures of life, while patience relates primarily to the pressures and problem of life. ... Often, the person who ‘gives in!’ to pleasures is not disciplined enough to handle pressures either, so he ‘gives up.’ Patience is not something that develops automatically, we must work at it. James 1:2-8 gives us the right approach. We must expect trials to come, because without trials we could never learn patience. We must, by faith, let our trials work for us and not against us, because we know that God is at work in our trials” (= Kesabaran adalah kemampuan untuk bertahan pada waktu keadaan sukar. Penguasaan diri berurusan dengan penanganan kesenangan-kesenangan dari kehidupan, sementara kesabaran terutama berhubungan dengan tekanan dan problem dari kehidupan. ... Seringkali, orang yang menyerah pada kesenangan-kesenangan juga tidak cukup mempunyai disiplin untuk menangani tekanan sehingga ia menyerah. Kesabaran bukanlah sesuatu yang berkembang secara otomatis, kita harus mengerjakannya. Yak 1:2-8 memberi kita pendekatan yang benar. Kita harus mengharapkan pencobaan-pencobaan untuk datang, karena tanpa pencobaan-pencobaan kita tidak pernah bisa mempelajari kesabaran. Kita harus, dengan iman, membiarkan pencobaan-pencobaan kita bekerja untuk kita dan bukan menentang kita, karena kita tahu bahwa Allah bekerja dalam pencobaan-pencobaan kita).
Barclay: “The word is HUPOMONE. ... HUPOMONE does not simply accept and endure; there is always a forward look in it. It is said of Jesus, by the writer to the Hebrews, that for the joy that was set before him, he ‘endured’ the Cross, despising the shame (Hebrews 12:2). That is HUPOMONE, Christian stedfastness. It is the courageous acceptance of everything that life can do to us and the transmuting of even the worst event into another step on the upward way” [= Kata yang digunakan adalah HUPOMONE. ... HUPOMONE tidak hanya menerima dan menahan; tetapi selalu ada pandangan ke depan di dalamnya. Dikatakan tentang Yesus oleh penulis surat Ibrani, bahwa untuk / sebagai ganti sukacita yang diletakkan di hadapanNya, Ia ‘menahan’ Salib, meremehkan rasa malu (Ibr 12:2). Itulah HUPOMONE, kesetiaan / keteguhan Kristen. Itu adalah penerimaan yang berani dari segala sesuatu yang bisa dilakukan oleh kehidupan kepada kita, dan pengubahan bahkan peristiwa yang terburuk menjadi langkah lain yang menuju ke atas] - hal 303.
Matthew Henry: “Add to temperance patience, which must have its perfect work, or we cannot be perfect and entire, wanting nothing (James 1:4), for we are born to trouble, and must through many tribulations enter into the kingdom of heaven; and it is this tribulation (Rom. 5:3) which worketh patience, that is, requires the exercise and occasions the increase of this grace, whereby we bear all calamities and crosses with silence and submission, without murmuring against God or complaining of him, but justifying him who lays all affliction upon us, owning that our sufferings are less than our sins deserve, and believing they are no more than we ourselves need” [= Tambahkan pada penguasaan diri kesabaran, yang harus mempunyai pekerjaannya yang sempurna, atau kita tidak bisa sempurna dan utuh, tak kekurangan apapun (Yak 1:4), karena kita dilahirkan pada kesukaran / problem, dan harus melalui banyak kesengsaraan untuk masuk ke dalam kerajaan surga; dan kesengsaran inilah (Ro 5:3) yang mengerjakan kesabaran, artinya, membutuhkan latihan dan menyebabkan peningkatan dari kasih karunia ini, dengan mana kita menanggung semua bencana dan salib dengan diam / tenang dan ketundukan, tanpa bersungut-sungut terhadap Allah atau mengeluh tentang Dia, tetapi membenarkan Dia yang meletakkan semua penderitaan pada kita, sambil mengakui bahwa penderitaan kita lebih sedikit / kecil dari pada yang layak didapatkan oleh dosa-dosa kita, dan dengan percaya bahwa penderitaan itu tidaklah lebih dari yang kita butuhkan].
5. “dan kepada ketekunan kesalehan”.
Barclay: “To this steadfastness must be added ‘piety.’ The word is EUSEBEIA and is quite untranslatable. ... The great characteristic of EUSEBEIA is that it looks in two directions. The man who has EUSEBEIA always correctly worships God and gives him his due; but he always correctly serves his fellow-men and gives them their due. The man who is EUSEBES (the corresponding adjective) is in a right relationship both with God and his fellow-men. EUSEBEIA is piety but in its most practical aspect. ... EUSEBEIA is the nearest Greek word for ‘religion;’ and, when we begin to define it, we see the intensely practical character of the Christian religion. When a man becomes a Christian, he acknowledges a double duty, to God and to his fellow-men” [= Pada kesetiaan / keteguhan ini harus ditambahkan ‘kesalehan’. Kata yang digunakan adalah EUSEBEIA dan kata ini tidak bisa diterjemahkan. ... Karakteristik yang besar dari EUSEBEIA adalah bahwa itu melihat pada dua arah. Orang yang mempunyai EUSEBEIA selalu menyembah Allah dengan benar dan memberikan apa yang adalah hakNya; tetapi ia selalu melayani secara benar sesama manusianya dan memberikan kepada mereka apa yang adalah hak mereka. Orang yang EUSEBES (kata sifatnya yang bersesuaian) ada dalam hubungan yang benar, baik dengan Allah maupun dengan sesama manusianya. EUSEBEIA adalah kesalehan tetapi dalam aspeknya yang paling praktis. ... EUSEBEIA adalah kata Yunani yang paling dekat untuk ‘agama’; dan, pada waktu kita mulai mendefinisikannya, kita melihat karakter yang sangat praktis dari agama Kristen. Pada waktu seseorang menjadi orang Kristen, ia mengakui suatu kewajiban ganda, kepada Allah dan kepada sesama manusianya] - hal 303-304.
The Bible Exposition Commentary: New Testament: “‘Godliness’ simply means ‘God-likeness.’ ... It described the man who was right in his relationship with God and with his fellowman. ... He seeks to do the will of God and, as he does, he seeks the welfare of others. We must never get the idea that godliness is an impractical thing, because it is intensely practical. The godly person makes the kinds of decisions that are right and noble. He does not take an easy path simply to avoid either pain or trial. He does what is right because it is right and because it is the will of God” (= ‘Kesalehan’ berarti ‘kemiripan dengan Allah’. ... Itu menggambarkan manusia yang benar dalam hubungannya dengan Allah dan dengan sesama manusianya. ... Ia berusaha untuk melakukan kehendak Allah dan pada waktu ia melakukannya ia mengusahakan kesejahteraan dari orang-orang lain. Kita tidak pernah boleh mendapatkan pengertian bahwa kesalehan adalah suatu hal yang tidak praktis, karena itu sangat praktis. Orang yang saleh membuat jenis-jenis keputusan yang benar dan mulia. Ia tidak mengambil jalan yang mudah hanya untuk menghindari rasa sakit atau pencobaan. Ia melakukan apa yang benar karena itu adalah benar, dan karena itu adalah kehendak Allah).
6. “dan kepada kesalehan kasih akan saudara-saudara”.
Barclay: “The word is PHILADELPHIA, which literally means love of the brethren. The point is this - there is a kind of religious devotion which separates a man from his fellow-men. The claims of his fellow-men become an intrusion on his prayers, his study of God’s word and his meditation. The ordinary demands of human relationships become a nuisance. ... What Peter is saying is that there is something wrong with the religion which finds the claims of personal relationships a nuisance” (= Kata yang digunakan adalah PHILADELPHIA, yang secara hurufiah berarti ‘kasih akan saudara-saudara’. Pointnya adalah ini - ada sejenis pembaktian agamawi yang memisahkan seorang manusia dari sesama manusianya. Claim dari sesama manusianya menjadi gangguan pada doa-doanya, pelajarannya akan Firman Allah dan meditasinya. Tuntutan biasa dari hubungan-hubungan manusia menjadi gangguan. ... Apa yang dikatakan oleh Petrus adalah bahwa di sana ada sesuatu yang salah dengan agama yang mendapati claim dari hubungan-hubungan pribadi suatu gangguan) - hal 304-305.
The Bible Exposition Commentary: New Testament: “‘Brotherly kindness’ (Philadelphia in the Greek) is a virtue that Peter must have acquired the hard way, for the disciples of our Lord often debated and disagreed with one another. If we love Jesus Christ, we must also love the brethren. We should practice an ‘unfeigned [sincere] love of the brethren’ (1 Peter 1:22) and not just pretend that we love them. ‘Let brotherly love continue’ (Heb 13:1). ‘Be kindly affectioned one to another with brotherly love’ (Rom 12:10). The fact that we love our brothers and sisters in Christ is one evidence that we have been born of God (1 John 5:1-2)” [= ‘Kebaikan persaudaraan’ (PHILADELPHIA dalam bahasa Yunani) adalah suatu kebaikan / sifat baik yang harus didapatkan oleh Petrus dengan cara yang keras, karena murid-murid dari Tuhan kita sering berdebat dan tidak setuju satu dengan yang lain. Jika kita mengasihi Yesus Kristus, kita juga harus mengasihi saudara-saudara kita. Kita harus mempraktekkan suatu ‘kasih yang tidak pura-pura (tulus / sungguh-sungguh) akan saudara-saudara’ (1Pet 1:22) dan bukan hanya berpura-pura bahwa kita mengasihi mereka. ‘Hendaklah kasih persaudaraan berlanjut’ (Ibr 13:1). ‘Kasihilah dengan baik satu sama lain dengan kasih persaudaraan’ (Ro 12:10). Fakta bahwa kita mengasihi saudara-saudara dan saudari-saudari dalam Kristus adalah suatu bukti bahwa kita telah dilahirkan dari Allah (1Yoh 5:1-2)].
1Pet 1:22 - “Karena kamu telah menyucikan dirimu oleh ketaatan kepada kebenaran, sehingga kamu dapat mengamalkan kasih persaudaraan yang tulus ikhlas, hendaklah kamu bersungguh-sungguh saling mengasihi dengan segenap hatimu”.
Ibr 13:1 - “Peliharalah kasih persaudaraan!”.
KJV: ‘Let brotherly love continue’ (= Hendaklah kasih persaudaraan berlanjut).
Ro 12:10a - “Hendaklah kamu saling mengasihi sebagai saudara”.
KJV: ‘Be kindly affectioned one to another with brotherly love’ (= Kasihilah dengan baik satu sama lain dengan kasih persaudaraan).
1Yoh 5:1-2 - “(1) Setiap orang yang percaya, bahwa Yesus adalah Kristus, lahir dari Allah; dan setiap orang yang mengasihi Dia yang melahirkan, mengasihi juga Dia yang lahir dari padaNya. (2) Inilah tandanya, bahwa kita mengasihi anak-anak Allah, yaitu apabila kita mengasihi Allah serta melakukan perintah-perintahNya”.
7. “dan kepada kasih akan saudara-saudara kasih akan semua orang”.
Kata-kata ‘akan semua orang’ sebetulnya tidak ada.
KJV: ‘and to brotherly kindness charity’ (= dan pada kebaikan persaudaraan kasih).
RSV: ‘and brotherly affection with love’ (= dan kasih persaudaraan dengan kasih).
NIV: ‘and to brotherly kindness, love’ (= dan pada kebaikan persaudaraan, kasih).
NASB: ‘and in your brotherly kindness, love’ (= dan dalam kebaikan persaudaraanmu, kasih).
Tetapi boleh dikatakan semua penafsir menafsirkan seperti terjemahan Kitab Suci Indonesia.
Calvin: “‘Brotherly-kindness,’ filadelfi>a, is mutual affection among the children of God. Love extends wider, because it embraces all mankind” [= ‘Kebaikan persaudaraan’, filadelfi>a (PHILADELPHIA), adalah saling mengasihi di antara anak-anak Allah. Kasih menjangkau lebih luas, karena kasih mencakup seluruh umat manusia].
Barnes’ Notes: “‘And to brotherly kindness charity.’ Love to all mankind. There is to be a special affection for Christians as of the same family; there is to be a true and warm love, however, for all the race” (= ‘Dan pada kebaikan persaudaraan kasih’. Kasih pada seluruh umat manusia. Di sana harus ada kasih yang khusus untuk orang-orang Kristen sebagai dari keluarga yang sama; tetapi di sana harus ada suatu kasih yang sungguh-sungguh dan hangat untuk seluruh umat manusia).
Bdk. Gal 6:10 - “Karena itu, selama masih ada kesempatan bagi kita, marilah kita berbuat baik kepada semua orang, tetapi terutama kepada kawan-kawan kita seiman”.
Barclay: “The ladder of Christian virtue must end in Christian love. Not even affection for the brethren is enough; the Christian must end with a love which is as wide as that love of God which causes his sun to rise on the just and on the unjust, and sends his rain on the evil and the good. The Christian must show to all men the love which God has shown to him” (= Tangga dari kebaikan / sifat baik Kristen harus berakhir dalam kasih Kristen. Bahkan kasih untuk saudara-saudara tidaklah cukup; orang Kristen harus berakhir dengan suatu kasih yang sama lebarnya / luasnya dengan kasih Allah yang menyebabkan matahariNya muncul pada orang benar dan pada orang yang tidak benar, dan mengirimkan hujan pada orang jahat dan orang baik. Orang Kristen harus menunjukkan kepada semua manusia kasih yang Allah telah tunjukkan kepada dia) - hal 305.
Bdk. Mat 5:43-48 - “(43) Kamu telah mendengar firman: Kasihilah sesamamu manusia dan bencilah musuhmu. (44) Tetapi Aku berkata kepadamu: Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu. (45) Karena dengan demikianlah kamu menjadi anak-anak Bapamu yang di sorga, yang menerbitkan matahari bagi orang yang jahat dan orang yang baik dan menurunkan hujan bagi orang yang benar dan orang yang tidak benar. (46) Apabila kamu mengasihi orang yang mengasihi kamu, apakah upahmu? Bukankah pemungut cukai juga berbuat demikian? (47) Dan apabila kamu hanya memberi salam kepada saudara-saudaramu saja, apakah lebihnya dari pada perbuatan orang lain? Bukankah orang yang tidak mengenal Allahpun berbuat demikian? (48) Karena itu haruslah kamu sempurna, sama seperti Bapamu yang di sorga adalah sempurna.’”.
Adam Clarke: “‘Charity.’ Agapeen. Love to the whole human race, even to your persecutors: love to God and the brethren they had; love to all mankind they must also have. True religion is neither selfish nor insulated; where the love of God is, bigotry cannot exist. Narrow, selfish people, and people of a party, who scarcely have any hope of the salvation of those who do not believe as they believe, and who do not follow with them, have scarcely any religion, though in their own apprehension none is so truly orthodox or religious as themselves” (= ‘Kasih’. AGAPEEN. Kasih kepada seluruh umat manusia, bahkan kepada penganiaya-penganiayamu: kasih kepada Allah dan saudara-saudara mereka miliki; kasih kepada seluruh umat manusia juga harus mereka miliki. Agama yang benar tidaklah egois ataupun terisolasi; dimana kasih Allah ada, kefanatikan tidak bisa ada. Orang-orang yang sempit / picik, egois, dan orang-orang dari suatu kelompok / golongan, yang hampir tidak mempunyai pengharapan apapun tentang keselamatan dari mereka yang tidak percaya seperti mereka percaya, dan yang tidak mengikuti bersama mereka, hampir tidak mempunyai agama, sekalipun dalam pengertian mereka sendiri tidak ada yang begitu sungguh-sungguh ortodox atau religius seperti diri mereka sendiri).
Catatan: bagian yang saya garis bawahi itu membahayakan! Apakah kita harus percaya bahwa orang agama lain juga selamat? Tetapi saya yakin bukan itu yang dimaksudkan oleh Clarke, karena ia jelas mempercayai Yesus sebagai satu-satunya jalan ke surga. Mungkin maksudnya, orang-orang itu tidak memberitakan Injil kepada orang-orang non Kristen, karena menganggap orang-orang itu toh tak ada harapan untuk diselamatkan.
Bahwa Adam Clarke memang mempercayai Yesus sebagai satu-satunya jalan ke surga terlihat dari komentarnya tentang Kis 4:12 - “Dan keselamatan tidak ada di dalam siapapun juga selain di dalam Dia, sebab di bawah kolong langit ini tidak ada nama lain yang diberikan kepada manusia yang olehnya kita dapat diselamatkan.’”.
Adam Clarke (tentang Kis 4:12): “Not only no other person, but no name except that divinely appointed one, Matt 1:21, by which salvation from sin can be expected - none given under heaven - no other means ever devised by God himself for the salvation of a lost world. All other means were only subordinate, and referred to him, and had their efficacy from him alone. He was the Lamb slain from the foundation of the world; and no man ever came, or can come, to the Father but by him” (= Bukan hanya tidak ada pribadi yang lain, tetapi tidak ada nama kecuali yang ditetapkan secara ilahi, Mat 1:21, oleh mana keselamatan dari dosa bisa diharapkan - tidak ada yang diberikan di bawah kolong langit - tidak ada jalan / cara yang pernah dipikirkan / direncanakan oleh Allah sendiri untuk keselamatan dari dunia yang terhilang. Semua cara / jalan yang lain hanya lebih rendah, dan menunjuk kepada Dia, dan mempunyai kemujaraban mereka dari Dia saja. Ia adalah Anak Domba yang disembelih sejak penciptaan dunia; dan tidak pernah ada orang yang datang, atau bisa datang, kepada Bapa kecuali oleh Dia).
Catatan: bagian yang saya garis-bawahi mungkin menunjuk pada keselamatan dalam Perjanjian Lama, dimana mereka kelihatannya diselamatkan oleh korban-korban binatang dsb, padahal semua itu menunjuk kepada Yesus Kristus, dan mendapatkan kemujaraban dari Dia saja.
The Bible Exposition Commentary: New Testament: “But there is more to Christian growth than brotherly love; we must also have the sacrificial love that our Lord displayed when He went to the cross. The kind of love (‘charity’) spoken of in 2 Peter 1:7 is agape love, the kind of love that God shows toward lost sinners. This is the love that is described in 1 Cor 13, the love that the Holy Spirit produces in our hearts as we walk in the Spirit (Rom 5:5; Gal 5:22). When we have brotherly love, we love because of our likenesses to others; but with agape love, we love in spite of the differences we have” [= Tetapi di sana ada lebih banyak pertumbuhan Kristen dari kasih persaudaraan; kita juga harus mempunyai kasih yang berkorban yang Tuhan kita tunjukkan pada waktu Ia pergi ke salib. Jenis kasih yang dibicarakan dalam 2Pet 1:7 adalah kasih AGAPE, jenis kasih yang Allah tunjukkan kepada orang-orang berdosa yang terhilang. Ini adalah kasih yang digambarkan dalam 1Kor 13, kasih yang Roh Kudus hasilkan dalam hati kita pada waktu kita berjalan dalam Roh (Ro 5:5; Gal 5:22). Pada waktu kita mempunyai kasih persaudaraan, kita mengasihi karena kemiripan kita dengan orang-orang lain; tetapi dengan kasih AGAPE, kita mengasihi sekalipun kita mempunyai perbedaan-perbedaan].
d) Menjadi serupa dengan Kristus tak berarti kehilangan keunikan / kepribadian kita.
The Bible Exposition Commentary: New Testament: “God wants us to be ‘conformed to the image of His Son’ (Rom 8:29). ... And the amazing thing is this: as the image of Christ is reproduced in us, the process does not destroy our own personalities. We still remain uniquely ourselves! One of the dangers in the church today is imitation. People have a tendency to become like their pastor, or like a church leader, or perhaps like some ‘famous Christian.’ As they do this, they destroy their own uniqueness while failing to become like Jesus Christ. They lose both ways! just as each child in a family resembles his parents and yet is different, so each child in God’s family comes more and more to resemble Jesus Christ and yet is different. Parents don’t duplicate themselves, they reproduce themselves; and wise parents permit their children to be themselves” [= Allah menghendaki kita untuk menjadi ‘serupa dengan gambar AnakNya’ (Ro 8:29). ... Dan hal yang mengherankan adalah ini: pada waktu gambar Kristus direproduksi dalam diri kita, proses itu tidak menghancurkan kepribadian kita sendiri. Kita tetap unik! Salah satu dari bahaya-bahaya dalam gereja jaman sekarang adalah peniruan. Orang-orang mempunyai kecenderungan untuk menjadi seperti pendeta mereka, atau seperti seorang pemimpin gereja, atau mungkin seperti beberapa ‘orang Kristen yang termasyhur’. Pada waktu mereka melakukan hal ini mereka menghancurkan keunikan mereka sendiri sementara mereka gagal untuk menjadi seperti Yesus Kristus. Mereka kehilangan kedua-duanya! sama seperti setiap anak dalam suatu keluarga menyerupai orang tuanya tetapi tetap berbeda (satu dengan yang lain), demikian juga setiap anak dalam keluarga Allah makin lama makin menyerupai Yesus Kristus tetapi tetap berbeda (satu dengan yang lain). Orang tua tidak menggandakan / menduplikat diri mereka sendiri, mereka mereproduksi diri mereka sendiri; dan orang tua yang bijaksana mengijinkan anak-anak mereka untuk menjadi diri mereka sendiri].
Ro 8:29 - “Sebab semua orang yang dipilihNya dari semula, mereka juga ditentukanNya dari semula untuk menjadi serupa dengan gambaran AnakNya, supaya Ia, AnakNya itu, menjadi yang sulung di antara banyak saudara”.
II PETRUS 1:5-9(3)
2 Petrus 1:5-9 - “(5) Justru karena itu kamu harus dengan sungguh-sungguh berusaha untuk menambahkan kepada imanmu kebajikan, dan kepada kebajikan pengetahuan, (6) dan kepada pengetahuan penguasaan diri, kepada penguasaan diri ketekunan, dan kepada ketekunan kesalehan, (7) dan kepada kesalehan kasih akan saudara-saudara, dan kepada kasih akan saudara-saudara kasih akan semua orang. (8) Sebab apabila semuanya itu ada padamu dengan berlimpah-limpah, kamu akan dibuatnya menjadi giat dan berhasil dalam pengenalanmu akan Yesus Kristus, Tuhan kita. (9) Tetapi barangsiapa tidak memiliki semuanya itu, ia menjadi buta dan picik, karena ia lupa, bahwa dosa-dosanya yang dahulu telah dihapuskan”.
4) Apa yang terjadi kalau semuanya itu ada (ay 8).
Ay 8: “Sebab apabila semuanya itu ada padamu dengan berlimpah-limpah, kamu akan dibuatnya menjadi giat dan berhasil dalam pengenalanmu akan Yesus Kristus, Tuhan kita”.
Alexander Nisbet (hal 228) mengatakan bahwa karena orang-orang yang diberi / diberkati dengan kasih karunia - kasih karunia ini sering menjadi malas dan terlalu puas dengan apa yang sudah mereka capai, maka mulai ay 8 sampai dengan ay 16 Petrus memberikan bermacam-macam argumentasi yang menggerakkan mereka untuk menjadi rajin dalam hal-hal ini.
Alexander Nisbet: “The most unquestionable duties had need to be pressed upon Christians by many arguments: for what we do most easily assent to in judgment we are oftentimes most careless of in practice” (= Kewajiban-kewajiban yang paling tidak diragukan mempunyai kebutuhan untuk ditekankan pada orang-orang Kristen dengan banyak argumentasi: karena apa yang paling mudah kita setujui dalam penilaian kita, seringkali kita praktekkan dengan paling ceroboh) - hal 229.
Argumentasi pertama ada dalam ay 8, yang akan kita pelajari di bawah ini.
a) “Sebab apabila semuanya itu ada padamu dengan berlimpah-limpah”.
KJV: ‘For if these things be in you, and abound’ (= Karena jika hal-hal ini ada dalam kamu, dan berlimpah-limpah).
RSV: ‘For if these things are yours and abound’ (= Karena jika hal-hal ini adalah milikmu dan berlimpah-limpah).
NIV: ‘For if you possess these qualities in increasing measure’ (= Karena jika engkau memiliki kwalitet-kwalitet ini dalam takaran yang meningkat).
NASB: ‘For if these qualities are yours and are increasing’ (= Karena jika kwalitet-kwalitet ini adalah milikmu dan sedang meningkat).
Kata Yunaninya memang bisa diartikan ‘berlimpah-limpah’ maupun ‘meningkat’.
b) “kamu akan dibuatnya menjadi giat dan berhasil dalam pengenalanmu akan Yesus Kristus, Tuhan kita”.
KJV: ‘they make you that ye shall neither be barren nor unfruitful in the knowledge of our Lord Jesus Christ’ (= mereka membuat kamu sehingga kamu tidak akan tandus / mandul ataupun tidak berbuah dalam pengenalan tentang Tuhan kita Yesus Kristus).
RSV: ‘they keep you from being ineffective or unfruitful in the knowledge of our Lord Jesus Christ’ (= mereka menjagamu dari keadaan tidak efektif atau tidak berbuah dalam pengenalan tentang Tuhan kita Yesus Kristus).
NIV: ‘they will keep you from being ineffective and unproductive in your knowledge of our Lord Jesus Christ’ (= mereka akan mencegahmu dari keadaan tidak efektif dan tidak produktif dalam pengenalanmu tentang Tuhan kita Yesus Kristus).
NASB: ‘they render you neither useless nor unfruitful in the true knowledge of our Lord Jesus Christ’ (= mereka membuat kamu tidak tidak berguna ataupun tidak berbuah dalam pengenalan yang benar tentang Tuhan kita Yesus Kristus).
Kata yang oleh KJV diterjemahkan ‘barren’ (= tandus / mandul), dalam bahasa Yunani adalah ARGOUS, dan bisa juga diartikan ‘malas’ (Albert Barnes dan Adam Clarke bahkan mengatakan bahwa ini arti yang lebih tepat dari kata bahasa Yunaninya), dan karena kata ini didahului oleh kata Yunani OUK yang artinya ‘tidak’, maka secara bahasa terjemahan Kitab Suci Indonesia ‘giat’ sebetulnya juga merupakan terjemahan yang memungkinkan. Tetapi karena kata ini ditujukan pada ‘pengenalan akan Tuhan Yesus Kristus’, maka kata ‘barren’ (= tandus / mandul) atau ‘ineffective’ (= tidak efektif) atau ‘useless’ (= tidak berguna) merupakan terjemahan yang lebih cocok dengan kalimatnya.
Jadi, kalau hal-hal yang diperintahkan oleh Petrus dalam ay 5-7, yaitu pengudusan dan pertambahan pengetahuan, memang ada dengan berlimpah-limpah dalam diri kita, maka kita akan menjadi produktif dan berbuah dalam pengenalan akan Tuhan kita Yesus Kristus.
Barclay: “Peter strongly urges his people to keep climbing up this ladder of virtues which he has set before them. The more we know of any subject the more we are fit to know. It is always true that ‘to him that hath it shall be given.’ Progress is the way to more progress. ... To keep climbing up the ladder of the virtues is to come ever nearer to knowing Jesus Christ; and the further we climb, the further we are able to climb” (= Petrus dengan kuat mendesak umatnya / orang-orangnya untuk terus menaiki tangga kebaikan / sifat baik ini, yang telah ia letakkan di depan mereka. Makin banyak kita tahu tentang pokok apapun, makin kita cocok untuk tahu. Merupakan sesuatu yang selalu benar bahwa ‘siapa yang mempunyai, kepadanya akan diberi’. Kemajuan adalah jalan pada kemajuan yang lebih besar lagi. ... Terus menaiki tangga dari kebaikan / sifat baik berarti terus datang lebih dekat pada pengenalan terhadap Yesus Kristus; dan makin kita naik, makin kita mempunyai kemampuan untuk naik) - hal 305-306.
Mat 13:12 - “Karena siapa yang mempunyai, kepadanya akan diberi, sehingga ia berkelimpahan; tetapi siapa yang tidak mempunyai, apapun juga yang ada padanya akan diambil dari padanya”.
Bdk. Yoh 8:31-32 - “(31) Maka kataNya kepada orang-orang Yahudi yang percaya kepadaNya: ‘Jikalau kamu tetap dalam firmanKu, kamu benar-benar adalah muridKu (32) dan kamu akan mengetahui kebenaran, dan kebenaran itu akan memerdekakan kamu.’”.
5) Apa yang terjadi kalau semuanya itu tidak ada.
Ay 9: “Tetapi barangsiapa tidak memiliki semuanya itu, ia menjadi buta dan picik, karena ia lupa, bahwa dosa-dosanya yang dahulu telah dihapuskan”.
Ay 9 ini merupakan argumentasi kedua yang Petrus berikan supaya kita maju dalam hal-hal ini, dan merupakan kebalikan dari argumentasi dalam ay 8. Kalau ay 8 menunjukkan hal baik apa yang akan terjadi kalau kita mempunyai semua itu, maka ay 9 menunjukkan hal buruk apa yang akan terjadi kalau kita tidak mempunyai semuanya itu. Jadi, kita bisa melihat bahwa Kitab Suci sangat sering, bahkan hampir selalu, mengajarkan secara positif (ay 8) maupun secara negatif (ay 9).
a) Ay 9a: “Tetapi barangsiapa tidak memiliki semuanya itu, ia menjadi buta dan picik”.
Kata ‘picik’ salah terjemahan!
KJV: ‘But he that lacketh these things is blind, and cannot see afar off’ (= Tetapi ia yang kekurangan / tidak mempunyai hal-hal ini adalah buta, dan tidak bisa melihat jauh).
RSV: ‘For whoever lacks these things is blind and shortsighted’ (= Karena siapapun kekurangan / tidak mempunyai hal-hal ini adalah buta dan hanya bisa melihat dekat).
NIV: ‘But if anyone does not have them, he is nearsighted and blind’ (= Tetapi jika siapapun tidak mempunyai mereka, ia hanya bisa melihat dekat dan buta).
NASB: ‘For he who lacks these qualities is blind or short-sighted’ (= Karena ia yang kekurangan / tidak mempunyai kwalitet-kwalitet ini adalah buta atau hanya bisa melihat dekat).
Catatan: dalam bahasa Yunani tak ada kata ‘and’ (= dan).
The Bible Exposition Commentary: New Testament: “The phrase ‘cannot see afar off’ is the translation of a word that means ‘shortsighted.’ It is the picture of somebody closing or squinting his eyes, unable to see at a distance. There are some Christians who see only their own church, or their own denomination, but who fail to see the greatness of God’s family around the world. Some believers see the needs at home but have no vision for a lost world” (= Ungkapan ‘tidak bisa melihat jauh’ merupakan terjemahan dari suatu kata yang berarti ‘hanya bisa melihat dekat’. Itu merupakan suatu gambaran dari seseorang yang menutup mata atau mengedipkan matanya, tidak bisa melihat jauh. Ada orang-orang Kristen yang hanya melihat gereja mereka sendiri, atau denominasi mereka sendiri, tetapi gagal untuk melihat kebesaran dari keluarga Allah di seluruh dunia. Sebagian orang percaya melihat kebutuhan di rumah tetapi tidak mempunyai penglihatan / visi tentang dunia yang terhilang).
Catatan: bagian yang saya garis-bawahi, yang merupakan penerapan yang diberikan oleh penafsir ini, sekalipun kata-katanya bagus, dan merupakan fakta yang banyak terjadi, tetapi menurut saya merupakan penerapan yang tidak cocok terhadap seluruh ay 9 ini, karena ay 9 ini mengarahkan kebutaan tersebut berkenaan dengan penghapusan dosa orang tersebut.
Barclay: “On the other hand, if we refuse to make effort of the upward climb, certain things happen. (a) We grow blind; we are left without the guiding light that the knowledge of Jesus Christ brings. As Peter sees it, to walk without Christ is to walk in the dark and not be able to see the way. (b) We grow what Peter calls MUOPAZON. This word can have either of two meanings. It can mean ‘short-sighted.’ It is easy to become short-sighted in life, to see things only as they appear at the moment and to be unable to take the long view of things, to have our eyes so fixed upon the earth that we never think of the things beyond. It can also mean ‘blinking, shutting the eyes.’ Again, it is easy in life to shut our eyes to what we do not wish to see, and to walk, as it were, in blinkers. To walk without Christ is to be in danger of taking the short-sighted or the blinkered view of life” [= Sebaliknya, jika kita menolak untuk berusaha untuk naik, hal-hal tertentu terjadi. (a) Kita menjadi buta; kita ditinggalkan tanpa terang pembimbing yang dibawa oleh pengetahuan / pengenalan akan Yesus Kristus. Sebagaimana Petrus melihatnya, berjalan tanpa Kristus berarti berjalan dalam gelap dan tidak bisa melihat jalanan. (b) Kita menjadi apa yang Petrus sebut MUOPAZON. Kata ini bisa mempunyai salah satu dari dua arti. Itu bisa berarti ‘hanya bisa melihat dekat’. Adalah mudah untuk menjadi ‘hanya bisa melihat dekat’ dalam kehidupan, melihat hal-hal hanya sebagaimana mereka terlihat pada saat itu dan tidak bisa mengambil pandangan yang jauh tentang hal-hal, mengarahkan mata kita ke bumi sehingga kita tidak pernah berpikir tentang hal-hal yang melampauinya. Itu juga bisa berarti ‘mengedipkan, menutup mata’. Lagi-lagi, adalah mudah dalam kehidupan untuk menutup mata kita terhadap apa yang kita tidak ingin lihat, dan untuk berjalan, seakan-akan dalam lampu yang kelap kelip. Berjalan tanpa Kristus berarti berada dalam bahaya untuk mengambil pandangan kehidupan yang ‘hanya bisa melihat dekat’ atau ‘kelap kelip’] - hal 306.
Catatan: point a masih sesuai, tetapi point b penerapannya juga melenceng dari ay 9.
Matthew Henry: “There he sets forth how miserable it is to be without those quickening fructifying graces; for he who has not the forementioned graces, or, though he pretends or seems to have them, does not exercise and improve them, is blind, that is, as to spiritual and heavenly things, as the next words explain it: He cannot see far off. This present evil world he can see, and dotes upon, but has no discerning at all of the world to come, so as to be affected with the spiritual privileges and heavenly blessings thereof” (= Di sana ia menyatakan betapa menyedihkannya seseorang tanpa kasih karunia - kasih karunia yang berbuah dan menghidupkan itu; karena ia yang tidak mempunyai kasih karunia - kasih karunia yang disebutkan terdahulu itu, atau sekalipun ia berpura-pura atau kelihatannya mempunyainya, tidak menggunakan / menjalankannya, adalah buta, yaitu, berkenaan dengan hal-hal rohani dan surgawi, seperti dijelaskan oleh kata-kata selanjutnya: ‘Ia tidak bisa melihat jauh’. Dunia yang jahat sekarang ini bisa ia lihat, dan sangat ia gemari, tetapi ia sama sekali tidak mempunyai penglihatan tentang dunia yang akan datang, sehingga dipengaruhi dengan hak-hak rohani dan berkat-berkat surgawi darinya).
Barnes’ Notes: “‘But he that lacketh these things is blind.’ He has no clear views of the nature and the requirements of religion. ‘And cannot see afar off.’ The word used here, which does not occur elsewhere in the New Testament, muoopazoon, means to shut the eyes; i. e., to contract the eyelids, to blink, to twinkle, as one who cannot see clearly, and hence to be ‘near-sighted.’ The meaning here is, that he is like one who has an indistinct vision; one who can see only the objects that are near him, but who has no correct apprehension of objects that are more remote. He sees but a little way into the true nature and design of the gospel. He does not take those large and clear views which would enable him to comprehend the whole system at a glance” (= ‘Tetapi barangsiapa tidak memiliki semuanya itu, ia menjadi buta’. Ia tidak mempunyai pandangan yang jelas tentang sifat dasar dan tuntutan-tuntutan dari agama. ‘Dan tidak bisa melihat jauh’. Kata yang digunakan di sini, yang tidak muncul di tempat lain dalam Perjanjian Baru, MUOOPAZOON, berarti ‘menutup mata’; yaitu, mengkontraksikan kelopak mata, mengedipkan, mengkelipkan, seperti seseorang yang tidak bisa melihat dengan jelas, dan karena itu menjadi ‘hanya bisa melihat dekat’. Artinya di sini adalah, bahwa ia itu seperti orang yang mempunyai penglihatan yang tidak jelas; seseorang yang hanya bisa melihat obyek yang dekat dengannya, tetapi yang tidak mempunyai pengertian yang benar tentang obyek-obyek yang lebih jauh. Ia hanya melihat sedikit ke dalam sifat dasar yang benar dan rancangan dari injil. Ia tidak mengambil pandangan yang besar dan jelas itu yang akan memampukan ia untuk mengerti seluruh sistim dalam sekilas pandang).
Lenski: “‘Myopic’ is exactly the proper word, for this is not a pagan who never heard the Word and is therefore blind; this is a person who knows about the Word but has only a useless glimmer left in his heart” (= ‘Rabun jauh’ adalah kata yang tepat, karena ini bukanlah seorang kafir yang tidak pernah mendengar Firman dan karena itu buta; ini adalah seseorang yang tahu tentang Firman tetapi hanya mempunyai cahaya redup yang tak berguna yang tersisa dalam hatinya) - hal 272.
Alexander Nisbet: “How sharp-sighted soever graceless souls may be in things that concern their back and belly, and this present world, yet till Christ make a gracious change upon them they can see nothing of the hazard of their perishing, the worth of salvation, or their need of Christ, that they might fly to Him and give up themselves to His service and so make preparation for death and eternity” (= Bagaimanapun tajamnya penglihatan dari jiwa-jiwa tanpa kasih karunia dalam hal-hal yang berkenaan dengan punggung dan perut mereka, dan dunia sekarang ini, tetapi sampai Kristus membuat suatu perubahan yang bersifat kasih karunia pada mereka, mereka tidak bisa melihat apapun tentang bahaya / resiko dari kebinasaan mereka, nilai / harga dari keselamatan, atau kebutuhan mereka akan Kristus, sehingga mereka bisa lari kepadaNya dan menyerahkan diri mereka pada pelayananNya dan dengan demikian membuat persiapan untuk kematian dan kekekalan) - hal 230.
b) Ay 9b: “karena ia lupa, bahwa dosa-dosanya yang dahulu telah dihapuskan”.
KJV: ‘and hath forgotten that he was purged from his old sins’ (= dan telah lupa bahwa ia telah dicuci dari dosa-dosanya yang lama / dahulu).
RSV: ‘and has forgotten that he was cleansed from his old sins’ (= dan telah lupa bahwa ia telah dibersihkan dari dosa-dosanya yang lama / dahulu).
NIV: ‘and has forgotten that he has been cleansed from his past sins’ (= dan telah lupa bahwa ia telah dibersihkan dari dosa-dosanya yang lalu).
NASB: ‘having forgotten his purification from his former sins’ (= telah melupakan pemurniannya dari dosa-dosanya yang terdahulu).
Baik kata ‘karena’ dalam Kitab Suci Indonesia, maupun kata ‘and’ (= dan) dalam KJV/RSV/NIV, di awal ay 9b ini, sebetulnya tidak ada. Jadi, dalam persoalan ini yang paling tepat adalah terjemahan dari NASB.
Alexander Nisbet: “however they may be esteemed pardoned souls by themselves and others, and dealt with by the church as if they were such, yet by their being wholly taken up with this present life and making no provision for a better, they do declare that they undervalue the forgiveness of sins: for when the esteem of forgiveness does not stir us to thankfulness and holiness, God esteems it forgotten” (= bagaimanapun mereka dinilai sebagai jiwa-jiwa yang telah diampuni oleh diri mereka sendiri dan oleh orang-orang lain, dan ditangani oleh gereja seakan-akan mereka adalah orang-orang seperti itu, tetapi karena mereka sepenuhnya bersahabat dengan kehidupan sekarang ini dan tidak membuat persediaan untuk kehidupan yang lebih baik, mereka menyatakan bahwa mereka meremehkan pengampunan dosa: karena pada waktu penilaian terhadap pengampunan tidak menggerakkan kita pada syukur dan kekudusan, Allah menilai bahwa hal itu ‘dilupakan’) - hal 230.
Alexander Nisbet: “he that walks as if he forgot himself to be pardoned cannot comfortably conclude himself to be such a one” [= ia yang berjalan seakan-akan ia lupa bahwa dirinya telah diampuni tidak bisa dengan senang / puas / terhibur menyimpulkan dirinya sebagai orang seperti itu (orang yang telah diampuni)] - hal 230.
Barclay: “Further, to fail to climb the ladder of virtue is to forget that the sins of the old way of life have been cleansed away. Peter is thinking of baptism. At that time baptism was adult baptism; it was a deliberate act of decision to leave the old way and to enter upon the new. The man who, after baptism, does not begin upon the upward climb has forgotten, or never realized, the meaning of the experience through which he has passed. For many of us the parallel to baptism in this sense is entry into the membership of the Christian Church. To make our commitment and then to remain exactly the same, is to fail to understand what church membership means, for our entry into it should be the beginning of a climb upon the upward way” (= Selanjutnya, gagal untuk memanjat / menaiki tangga kebaikan / sifat baik berarti melupakan bahwa dosa-dosa dari jalan kehidupan yang lama telah dibersihkan. Petrus berpikir tentang baptisan. Pada waktu itu baptisan adalah baptisan dewasa; itu merupakan suatu tindakan keputusan sengaja untuk meninggalkan jalan yang lama dan memasuki jalan yang baru. Orang yang, setelah baptisan, tidak mulai memanjat / naik ke atas telah lupa, atau tidak pernah menyadari, arti dari pengalaman yang telah ia lalui. Bagi banyak dari kita, persamaan dengan baptisan dalam arti ini adalah jalan masuk ke dalam keanggotaan Gereja Kristen. Membuat komitmen kita dan lalu tetap tinggal persis sama, berarti gagal untuk mengerti apa arti dari keanggotaan gereja, karena masuknya kita ke dalamnya harus merupakan permulaan dari suatu tindakan memanjat / naik pada jalan ke atas) - hal 306.
c) Penggabungan buta, rabun, dan pikun / lupa.
Lenski: “Spiritual myopia and amnesia progress. When the fruits begin to be wanting, the barrenness has begun to set in” (= Rabun dan pikun rohani maju / berkembang. Pada waktu buah-buah mulai kurang / tidak ada, ketandusan / kemandulan telah mulai timbul) - hal 273.
Hal yang sangat perlu untuk diperhatikan adalah bahwa orang yang mengalami hal ini adalah orang yang tidak bertumbuh dalam hal-hal yang dibicarakan dalam ay 5-7 di atas. Kalau yang tidak bertumbuh saja bisa buta, rabun, pikun / lupa, apalagi yang mundur! Dan biasanya yang tidak bertumbuh memang akan mundur!
Bible Knowledge Commentary: “In contrast with a growing Christian, a carnal believer is blind (typhlos) and nearsighted (myopazon). (The NIV reverses these two words; in Gr. the word ‘blind’ comes first.) Myopazon (from which comes the word ‘myopia’), occurs only here in the New Testament. A believer with spiritual myopia is not magnifying the grace of Christ. Since his life is not evidencing the qualities cited in verses 5-7, he seems to be just like a spiritually blind (or unsaved) person (2 Cor 4:4; cf. John 9:39). Such a person has forgotten that he has been cleansed from his past (preconversion) sins. Some commentators say this refers to unbelievers. But it seems preferable to say that Peter wrote of Christians who are spiritually immature. After all, they had been cleansed from their sins (cf. Titus 3:5), but had not grown spiritually” [= Kontras dengan seorang Kristen yang bertumbuh, seorang percaya yang bersifat daging adalah buta (TYPHLOS) dan hanya bisa melihat dari dekat (MYOPAZON). (NIV membalik kedua kata ini; dalam Yunani kata ‘buta’ ada di depan). MYOPAZON (dari mana muncul kata ‘myopia’), muncul hanya di sini dalam Perjanjian Baru. Seorang percaya dengan myopia rohani tidak membesarkan kasih karunia Kristus. Karena hidupnya tidak membuktikan kwalitet-kwalitet yang disebutkan dalam ay 5-7, ia kelihatannya sama seperti orang yang buta secara rohani (atau belum diselamatkan) (2Kor 4:4; bdk. Yoh 9:39). Orang seperti itu telah lupa bahwa ia telah dibersihkan dari dosa-dosanya yang lalu (sebelum pertobatannya). Beberapa penafsir mengatakan bahwa ini menunjuk pada orang-orang yang tidak percaya. Tetapi kelihatannya lebih baik untuk mengatakan bahwa Petrus menulis tentang orang-orang Kristen yang tidak matang secara rohani. Bagaimanapun juga, mereka telah dibersihkan dari dosa-dosa mereka (bdk. Tit 3:5), tetapi tidak / belum bertumbuh secara rohani].
2Kor 4:4 - “yaitu orang-orang yang tidak percaya, yang pikirannya telah dibutakan oleh ilah zaman ini, sehingga mereka tidak melihat cahaya Injil tentang kemuliaan Kristus, yang adalah gambaran Allah”.
Yoh 9:39 - “Kata Yesus: ‘Aku datang ke dalam dunia untuk menghakimi, supaya barangsiapa yang tidak melihat, dapat melihat, dan supaya barangsiapa yang dapat melihat, menjadi buta.’”.
Tit 3:5 - “pada waktu itu Dia telah menyelamatkan kita, bukan karena perbuatan baik yang telah kita lakukan, tetapi karena rahmatNya oleh permandian kelahiran kembali dan oleh pembaharuan yang dikerjakan oleh Roh Kudus”.
Catatan: saya tak terlalu yakin bahwa ini menunjuk kepada orang-orang Kristen yang sungguh-sungguh tetapi tidak matang secara rohani. Saya lebih setuju dengan pandangan yang mengatakan bahwa ini menunjuk kepada orang-orang kristen KTP. Kata-kata ‘dosa-dosanya yang dahulu telah dihapuskan’ digunakan untuk menggambarkan orang itu sesuai dengan pengakuannya, atau sesuai dengan kelihatannya. Ini merupakan sesuatu yang sering terjadi dalam Alkitab.
Adam Clarke: “He, whether Jew or Gentile, who professes to have FAITH in God, and has not added to that FAITH fortitude, knowledge, temperance, patience, godliness, brotherly kindness, and universal love; is blind - his understanding is darkened, and cannot see afar off, muoopAzoon, shutting his eyes against the light, winking, not able to look truth in the face, nor to behold that God whom he once knew was reconciled to him: and thus it appears he is willfully blind, and hath forgotten that he was purged from his old sins - has at last, through his nonimprovement of the grace which he received from God, his faith ceasing to work by love, lost the evidence of things not seen; for, having grieved the Holy Spirit by not showing forth the virtues of him who called him into his marvelous light, he has lost the testimony of his sonship; and then, darkness and hardness having taken place of light and filial confidence, he first calls all his former experience into doubt, and questions whether he has not put enthusiasm in the place of religion. By these means his darkness and hardness increase, his memory becomes indistinct and confused, until at length he forgets the work of God on his soul, next denies it, and at last asserts that the knowledge of salvation, by the remission of sins, is impossible, and that no man can be saved from sin in this life. Indeed, some go so far as to deny the Lord that bought them; to renounce Jesus Christ as having made atonement for them; and finish their career of apostasy by utterly denying his Godhead. Many cases of this kind have I known; and they are all the consequence of believers not continuing to be workers together with God, after they had experienced his pardoning love” (= Ia, apakah Yahudi atau non Yahudi, yang mengakui mempunyai IMAN kepada Allah, dan tidak menambahkan kepada IMAN itu ketabahan / keuletan, pengetahuan, penguasaan diri, kesabaran, kesalehan, kebaikan persaudaraan, dan kasih yang bersifat universal; adalah buta - pengertiannya digelapkan, dan tidak bisa melihat jauh, MUOOPAZOON, menutup matanya terhadap terang, mengedipkan, tidak bisa melihat kebenaran di hadapannya, ataupun melihat Allah itu, yang pernah ia tahu telah diperdamaikan dengannya: dan karena itu kelihatannya ia buta dengan sengaja, dan telah lupa bahwa ia telah dicuci dari dosa-dosa lamanya - akhirnya melalui tidak adanya perkembangan dari kasih karunia yang ia terima dari Allah, membuat imannya berhenti untuk bekerja oleh kasih, kehilangan bukti dari hal-hal tidak terlihat; karena, setelah mendukakan Roh Kudus dengan tidak menunjukkan kebaikan / sifat baik dari Dia yang telah memanggilnya ke dalam terangNya yang mengagumkan, ia telah kehilangan kesaksian dari keanakannya; dan kemudian, kegelapan dan kekerasan mengambil tempat dari terang dan keyakinan seorang anak, ia mula-mula meragukan semua pengalaman terdahulunya, dan mempertanyakan apakah ia bukannya telah meletakkan semangat / kegairahan di tempat dari agama. Dengan cara ini, kegelapan dan kekerasannya meningkat, ingatannya menjadi kabur dan kacau, sampai akhirnya ia melupakan pekerjaan Allah pada jiwanya, selanjutnya menyangkalnya, dan akhirnya menegaskan bahwa pengetahuan / pengenalan tentang keselamatan, oleh pengampunan dosa-dosa, adalah mustahil, dan bahwa tak seorangpun bisa diselamatkan dari dosa dalam kehidupan ini. Bahkan, beberapa orang berjalan begitu jauh sampai menyangkal Tuhan yang telah membeli mereka; menyangkal bahwa Yesus Kristus telah membuat penebusan untuk mereka; dan mengakhiri karir kemurtadan mereka dengan menyangkal sepenuhnya keAllahanNya. Banyak kasus dari jenis ini telah saya ketahui; dan semua itu merupakan konsekwensi dari orang-orang percaya yang tidak terus menerus bekerja bersama-sama dengan Allah, setelah mereka mengalami kasihNya yang mengampuni).
Catatan: ini jelas tafsiran Arminian, yang percaya bahwa orang kristen yang sejati bisa kehilangan keselamatan!
Apa yang aneh dari kata-kata Adam Clarke ini adalah:
1. Kata-kata yang saya beri garis bawah tunggal itu ia ambil dari 2Pet 2:1 yang jelas-jelas berbicara tentang nabi-nabi palsu, dan bukan tentang orang-orang Kristen sejati yang murtad.
2Pet 2:1 - “Sebagaimana nabi-nabi palsu dahulu tampil di tengah-tengah umat Allah, demikian pula di antara kamu akan ada guru-guru palsu. Mereka akan memasukkan pengajaran-pengajaran sesat yang membinasakan, bahkan mereka akan menyangkal Penguasa yang telah menebus mereka dan dengan jalan demikian segera mendatangkan kebinasaan atas diri mereka”.
KJV: ‘even denying the Lord that bought them’ (= bahkan menyangkal Tuhan yang telah membeli mereka).
2. Pada bagian akhir dari kata-katanya, bagian yang saya beri garis bawah ganda, ia berkata ‘Banyak kasus dari jenis ini telah saya ketahui’.
Pertanyaan saya: bagaimana ia bisa tahu kalau orang-orang itu adalah orang-orang Kristen yang sejati dan bukannya hanya orang-orang Kristen KTP? Kalau 11 murid Yesus sampai akhir tidak tahu kalau Yudas Iskariot adalah seorang Kristen KTP, bagaimana Clarke bisa memastikan keaslian kekristenan dari orang-orang dalam kasus-kasus yang ia bicarakan?
3. Orang kristen sejati yang murtad merupakan sesuatu yang bertentangan dengan banyak sekali ayat-ayat Alkitab, seperti:
· Yoh 10:27-29 - “(27) Domba-dombaKu mendengarkan suaraKu dan Aku mengenal mereka dan mereka mengikut Aku, (28) dan Aku memberikan hidup yang kekal kepada mereka dan mereka pasti tidak akan binasa sampai selama-lamanya dan seorangpun tidak akan merebut mereka dari tanganKu. (29) BapaKu, yang memberikan mereka kepadaKu, lebih besar dari pada siapapun, dan seorangpun tidak dapat merebut mereka dari tangan Bapa”.
· Ro 5:9-10 - “(9) Lebih-lebih, karena kita sekarang telah dibenarkan oleh darahNya, kita pasti akan diselamatkan dari murka Allah. (10) Sebab jikalau kita, ketika masih seteru, diperdamaikan dengan Allah oleh kematian AnakNya, lebih-lebih kita, yang sekarang telah diperdamaikan, pasti akan diselamatkan oleh hidupNya!”.
· Ro 8:38-39 - “(38) Sebab aku yakin, bahwa baik maut, maupun hidup, baik malaikat-malaikat, maupun pemerintah-pemerintah, baik yang ada sekarang, maupun yang akan datang, (39) atau kuasa-kuasa, baik yang di atas, maupun yang di bawah, ataupun sesuatu makhluk lain, tidak akan dapat memisahkan kita dari kasih Allah, yang ada dalam Kristus Yesus, Tuhan kita”.
· Ibr 10:38-39 - “(38) Tetapi orangKu yang benar akan hidup oleh iman, dan apabila ia mengundurkan diri, maka Aku tidak berkenan kepadanya.’ (39) Tetapi kita bukanlah orang-orang yang mengundurkan diri dan binasa, tetapi orang-orang yang percaya dan yang beroleh hidup”.
· 2Tim 2:12-13 - “(12) jika kita bertekun, kitapun akan ikut memerintah dengan Dia; jika kita menyangkal Dia, Diapun akan menyangkal kita; (13) jika kita tidak setia, Dia tetap setia, karena Dia tidak dapat menyangkal diriNya.’”.
· Ro 8:28 - “Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah”.
· 1Kor 10:13 - “Pencobaan-pencobaan yang kamu alami ialah pencobaan-pencobaan biasa, yang tidak melebihi kekuatan manusia. Sebab Allah setia dan karena itu Ia tidak akan membiarkan kamu dicobai melampaui kekuatanmu. Pada waktu kamu dicobai Ia akan memberikan kepadamu jalan ke luar, sehingga kamu dapat menanggungnya”.
4. Bandingkan juga dengan beberapa text di bawah ini yang jelas menunjukkan bahwa orang kristen yang sejati tidak bisa murtad, dan hanya orang kristen KTP yang bisa murtad:
· Mat 24:24 - “Sebab Mesias-mesias palsu dan nabi-nabi palsu akan muncul dan mereka akan mengadakan tanda-tanda yang dahsyat dan mujizat-mujizat, sehingga sekiranya mungkin, mereka menyesatkan orang-orang pilihan juga”.
· Yoh 8:31 - “Maka kataNya kepada orang-orang Yahudi yang percaya kepadaNya: ‘Jikalau kamu tetap dalam firmanKu, kamu benar-benar adalah muridKu”.
· 2Tes 2:9-12 - “(9) Kedatangan si pendurhaka itu adalah pekerjaan Iblis, dan akan disertai rupa-rupa perbuatan ajaib, tanda-tanda dan mujizat-mujizat palsu, (10) dengan rupa-rupa tipu daya jahat terhadap orang-orang yang harus binasa karena mereka tidak menerima dan mengasihi kebenaran yang dapat menyelamatkan mereka. (11) Dan itulah sebabnya Allah mendatangkan kesesatan atas mereka, yang menyebabkan mereka percaya akan dusta, (12) supaya dihukum semua orang yang tidak percaya akan kebenaran dan yang suka kejahatan”.
· 1Yoh 2:18-19 - “(18) Anak-anakku, waktu ini adalah waktu yang terakhir, dan seperti yang telah kamu dengar, seorang antikristus akan datang, sekarang telah bangkit banyak antikristus. Itulah tandanya, bahwa waktu ini benar-benar adalah waktu yang terakhir. (19) Memang mereka berasal dari antara kita, tetapi mereka tidak sungguh-sungguh termasuk pada kita; sebab jika mereka sungguh-sungguh termasuk pada kita, niscaya mereka tetap bersama-sama dengan kita. Tetapi hal itu terjadi, supaya menjadi nyata, bahwa tidak semua mereka sungguh-sungguh termasuk pada kita”.
6) Jadi, ay 5-9 menekankan bahwa orang Kristen harus maju dalam kerohanian dan pengudusan.
Calvin: “Though, then, we daily sin, and God daily forgives us, and the blood of Christ cleanses us from our sins, yet sin ought not to rule in us, but the sanctification of the Spirit ought to prevail in us” (= Maka, sekalipun kita berdosa setiap hari, dan Allah mengampuni kita setiap hari, dan darah Kristus membersihkan kita dari dosa-dosa kita, tetapi dosa tidak boleh memerintah kita, tetapi pengudusan dari Roh harus menang dalam diri kita).
II PETRUS 1:10-21(1)
2 Petrus 1:10-21 - “(10) Karena itu, saudara-saudaraku, berusahalah sungguh-sungguh, supaya panggilan dan pilihanmu makin teguh. Sebab jikalau kamu melakukannya, kamu tidak akan pernah tersandung. (11) Dengan demikian kepada kamu akan dikaruniakan hak penuh untuk memasuki Kerajaan kekal, yaitu Kerajaan Tuhan dan Juruselamat kita, Yesus Kristus. (12) Karena itu aku senantiasa bermaksud mengingatkan kamu akan semuanya itu, sekalipun kamu telah mengetahuinya dan telah teguh dalam kebenaran yang telah kamu terima. (13) Aku menganggap sebagai kewajibanku untuk tetap mengingatkan kamu akan semuanya itu selama aku belum menanggalkan kemah tubuhku ini. (14) Sebab aku tahu, bahwa aku akan segera menanggalkan kemah tubuhku ini, sebagaimana yang telah diberitahukan kepadaku oleh Yesus Kristus, Tuhan kita. (15) Tetapi aku akan berusaha, supaya juga sesudah kepergianku itu kamu selalu mengingat semuanya itu. (16) Sebab kami tidak mengikuti dongeng-dongeng isapan jempol manusia, ketika kami memberitahukan kepadamu kuasa dan kedatangan Tuhan kita, Yesus Kristus sebagai raja, tetapi kami adalah saksi mata dari kebesaranNya. (17) Kami menyaksikan, bagaimana Ia menerima kehormatan dan kemuliaan dari Allah Bapa, ketika datang kepadaNya suara dari Yang Mahamulia, yang mengatakan: ‘Inilah Anak yang Kukasihi, kepadaNyalah Aku berkenan.’ (18) Suara itu kami dengar datang dari sorga, ketika kami bersama-sama dengan Dia di atas gunung yang kudus. (19) Dengan demikian kami makin diteguhkan oleh firman yang telah disampaikan oleh para nabi. Alangkah baiknya kalau kamu memperhatikannya sama seperti memperhatikan pelita yang bercahaya di tempat yang gelap sampai fajar menyingsing dan bintang timur terbit bersinar di dalam hatimu. (20) Yang terutama harus kamu ketahui, ialah bahwa nubuat-nubuat dalam Kitab Suci tidak boleh ditafsirkan menurut kehendak sendiri, (21) sebab tidak pernah nubuat dihasilkan oleh kehendak manusia, tetapi oleh dorongan Roh Kudus orang-orang berbicara atas nama Allah”.
Ay 10: “Karena itu, saudara-saudaraku, berusahalah sungguh-sungguh, supaya panggilan dan pilihanmu makin teguh. Sebab jikalau kamu melakukannya, kamu tidak akan pernah tersandung”.
Ay 10a merupakan argumentasi ketiga dan ay 10b merupakan argumentasi keempat mengapa kita harus melakukan semua hal dalam ay 5-7.
Alexander Nisbet: “Follows the third and fourth motives to diligence and growth in grace. The one is, the more of these a Christian attains to, the more shall be his clearness and certainty that he was from eternity chosen to life and is, in time, effectually called. The other is, that by this means he shall be kept from apostasy and yielding to temptations by the way” (= Berikutnya alasan ketiga dan keempat pada kerajinan dan pertumbuhan dalam kasih karunia. Yang satu adalah, makin banyak yang dicapai oleh orang Kristen dalam hal-hal ini, makin jelas dan pasti baginya bahwa ia dari kekekalan telah dipilih pada kehidupan dan dalam waktu ia dipanggil secara efektif. Yang lain adalah bahwa dengan cara ini ia akan dijaga dari kemurtadan dan penyerahan pada pencobaan di jalan) - hal 231.
1) “Karena itu, saudara-saudaraku, berusahalah sungguh-sungguh, supaya panggilan dan pilihanmu makin teguh”.
KJV: ‘Wherefore the rather, brethren, give diligence to make your calling and election sure’ (= Karena itu lebih baik saudara-saudara, berikan kerajinan untuk membuat panggilan dan pemilihanmu pasti).
RSV: ‘Therefore, brethren, be the more zealous to confirm your call and election’ (= Karena itu, saudara-saudara, makin bersemangatlah untuk meneguhkan panggilan dan pemilihanmu).
NIV: ‘Therefore, my brothers, be all the more eager to make your calling and election sure’ (= Karena itu, saudara-saudaraku, makin sungguh-sungguhlah membuat panggilan dan pemilihanmu pasti).
NASB: ‘Therefore, brethren, be all the more diligent to make certain about His calling and choosing you’ (= Karena itu, saudara-saudara, makin rajinlah untuk membuat pasti tentang panggilan dan pemilihanNya terhadap kamu).
Catatan: saya berpendapat bahwa terjemahan ‘pemilihan’ lebih tepat dari ‘pilihan’.
a) Panggilan dan pemilihan.
The Bible Exposition Commentary: New Testament: “Peter pointed out that ‘calling’ and ‘election’ go together. The same God who elects His people also ordains the means to call them. The two must go together, as Paul wrote to the Thessalonians: ‘God hath from the beginning chosen you to salvation.... Whereunto He called you by our Gospel’ (2 Thess 2:13-14). We do not preach election to unsaved people; we preach the Gospel. But God uses that Gospel to call sinners to repentance, and then those sinners discover that they were chosen by God!” [= Petrus menunjukkan bahwa ‘panggilan’ dan ‘pemilihan’ berjalan bersama-sama. Allah yang sama yang memilih umatNya juga menentukan cara / jalan untuk memanggil mereka. Keduanya harus berjalan bersama-sama, seperti Paulus menulis kepada orang-orang Tesalonika: ‘Allah dari mulanya telah memilih kamu untuk diselamatkan ... Untuk itulah Ia telah memanggil kamu oleh Injil yang kami beritakan’ (2Tes 2:13-14). Kita tidak memberitakan pemilihan kepada orang-orang yang belum diselamatkan; kita memberitakan Injil. Tetapi Allah menggunakan Injil itu untuk memanggil orang-orang berdosa pada pertobatan, dan lalu orang-orang berdosa itu menemukan / mendapati bahwa mereka telah dipilih oleh Allah!].
2Tes 2:13-14 - “(13) Akan tetapi kami harus selalu mengucap syukur kepada Allah karena kamu, saudara-saudara, yang dikasihi Tuhan, sebab Allah dari mulanya telah memilih kamu untuk diselamatkan dalam Roh yang menguduskan kamu dan dalam kebenaran yang kamu percayai. (14) Untuk itulah Ia telah memanggil kamu oleh Injil yang kami beritakan, sehingga kamu boleh memperoleh kemuliaan Yesus Kristus, Tuhan kita”.
b) Mengapa panggilan didahulukan dari pemilihan.
Calvin: “He mentions ‘calling’ first, though the last in order. The reason is, because ‘election’ is of greater weight or importance; and it is a right arrangement of a sentence to subjoin what preponderates. The meaning then is, labor that you may have it really proved that you have not been called nor elected in vain. At the same time he speaks here of calling as the effect and evidence of election. If any one prefers to regard the two words as meaning the same thing, I do not object; for the Scripture sometimes merges the difference which exists between two terms. I have, however, stated what seems to me more probable” (= Ia menyebutkan ‘panggilan’ lebih dulu, sekalipun itu adalah yang belakangan dalam urut-urutan. Alasannya adalah, karena ‘pemilihan’ merupakan sesuatu yang lebih penting; dan merupakan suatu pengaturan yang baik / benar dari suatu kalimat untuk menambahkan belakangan sesuatu yang lebih penting. Maka artinya adalah, berusahalah supaya kamu bisa sungguh-sungguh membuktikan bahwa kamu tidak dipanggil ataupun dipilih dengan sia-sia. Pada saat yang sama di sini ia berbicara tentang panggilan sebagai hasil dan bukti dari pemilihan. Jika siapapun lebih memilih untuk menganggap kedua kata itu sebagai mempunyai arti yang sama, saya tidak keberatan; karena Kitab Suci kadang-kadang menggabungkan perbedaan yang ada di antara kedua istilah itu. Tetapi saya telah menyatakan apa yang kelihatannya lebih memungkinkan bagi saya).
Jamieson, Fausset & Brown: “We know His calling before His election; therefore calling is put first” (= Kita mengetahui panggilanNya sebelum pemilihanNya; karena itu panggilan diletakkan di tempat pertama).
c) Penafsiran Arminian tentang bagian ini.
Adam Clarke: “‘And election.’ Your being chosen, in consequence of obeying the heavenly calling, to be the people and church of God” (= ‘Dan pemilihan’. Kamu dipilih sebagai konsekwensi / akibat dari mentaati panggilan surgawi, untuk menjadi umat dan gereja Allah).
Catatan: penafsiran Arminian ini ingin membengkokkan arti dari kata ‘pemilihan’ itu. Adalah lucu untuk mengatakan bahwa kita dipilih sebagai akibat dari ketaatan kita terhadap panggilan surgawi. Sebaliknyalah yang benar. Karena kita dipilih, maka kita percaya / taat pada panggilan Allah itu.
Bandingkan dengan:
· Kis 13:48 - “Mendengar itu bergembiralah semua orang yang tidak mengenal Allah dan mereka memuliakan firman Tuhan; dan semua orang yang ditentukan Allah untuk hidup yang kekal, menjadi percaya”.
· Ef 1:4-5 - “(4) Sebab di dalam Dia Allah telah memilih kita sebelum dunia dijadikan, supaya kita kudus dan tak bercacat di hadapanNya. (5) Dalam kasih Ia telah menentukan kita dari semula oleh Yesus Kristus untuk menjadi anak-anakNya, sesuai dengan kerelaan kehendakNya”.
· Ro 8:29-30 - “(29) Sebab semua orang yang dipilihNya dari semula, mereka juga ditentukanNya dari semula untuk menjadi serupa dengan gambaran AnakNya, supaya Ia, AnakNya itu, menjadi yang sulung di antara banyak saudara. (30) Dan mereka yang ditentukanNya dari semula, mereka itu juga dipanggilNya. Dan mereka yang dipanggilNya, mereka itu juga dibenarkanNya. Dan mereka yang dibenarkanNya, mereka itu juga dimuliakanNya”.
d) Kata-kata tambahan.
Adam Clarke, Albert Barnes dan Calvin mengatakan bahwa ada beberapa manuscript yang menambahkan kata-kata ‘oleh perbuatan baikmu’. Jadi, ay 10a menjadi sebagai berikut: “Karena itu, saudara-saudaraku, berusahalah sungguh-sungguh, supaya oleh perbuatan baikmu panggilan dan pilihanmu makin teguh”.
Adam Clarke: “This clause is found in the edition of Colinaeus, Paris, 1534; and has been probably omitted by more recent editors on the supposition that the edition does not make a very orthodox sense. But on this ground there need be no alarm, for it does not state that the good works thus required merit either the calling and election, or the eternal glory, of God. He who does not by good works confirm his calling and election, will soon have neither; and although no good works ever did purchase or ever can purchase the kingdom of God, yet no soul can ever scripturally expect to see God who has them not” (= Anak kalimat ini ditemukan dalam edisi dari Colinaeus, Paris, 1534; dan mungkin telah dihapuskan oleh editor-editor yang lebih baru berdasarkan anggapan bahwa edisi itu tidak membuat suatu arti ortodox yang baik. Tetapi berdasarkan hal ini tidak perlu ada rasa takut, karena anak kalimat itu tidak menyatakan bahwa perbuatan baik merupakan jasa yang diharuskan / diwajibkan untuk panggilan dan pemilihan, atau kemuliaan kekal, dari Allah. Ia yang tidak meneguhkan panggilan dan pemilihannya dengan perbuatan baik, segara akan tidak mempunyai yang manapun dari mereka; dan sekalipun perbuatan baik tidak pernah membeli atau bahkan bisa membeli kerajaan Allah, tetapi tidak ada jiwa bisa secara Alkitabiah berharap untuk melihat Allah kalau tidak mempunyainya).
Barnes’ Notes: “The Syriac, the Vulgate, and some Greek manuscripts, insert here the expression ‘by your good works;’ that is, they were to make their calling sure ‘by’ their good works, or by holy living. This clause, as Calvin remarks, is not authorized by the best authority, but it does not materially affect the sense” (= Manuscript-manuscript Syria, Latin / Vulgate, dan beberapa manuscript Yunani, memasukkan di sini ungkapan ‘oleh perbuatan baikmu’; artinya, mereka harus membuat panggilan mereka pasti ‘oleh’ perbuatan baik mereka, atau oleh kehidupan yang kudus. Anak kalimat ini, seperti dikatakan Calvin, tidak dibenarkan / disahkan oleh otoritas-otoritas / manuscript-manuscript yang terbaik, tetapi secara secara pokok tidak mempengaruhi artinya).
e) Pemilihan (predestinasi) bukan alasan untuk menjadi malas / pasif, apalagi hidup seenaknya sendiri.
Selalu menjadi tuduhan dari orang-orang Arminian, bahwa kalau kita memang dipilih oleh Allah, maka itu menyebabkan kita hidup seenaknya sendiri. Tetapi Kitab Suci maupun Calvinisme tidak pernah mengajarkan seperti itu. Dan sebetulnya kalau kita menyadari bahwa kita diselamatkan karena pemilihan Allah, itu menyebabkan kita makin merasakan kasih Allah, dan juga sebaliknya, membuat kita makin mengasihi Allah. Dan ini tidak mungkin menyebabkan kita hidup seenaknya.
The Bible Exposition Commentary: New Testament: “Peter also pointed out that election is no excuse for spiritual immaturity or for lack of effort in the Christian life. Some believers say, ‘What is going to be is going to be. There is nothing we can do.’ But Peter admonishes us to ‘be diligent.’ This means ‘make every effort.’ (He used this same verb in 2 Peter 1:5.) While it is true that God must work in us before we can do His will (Phil 2:12-13), it is also true that we must be willing for God to work, and we must cooperate with Him. Divine election must never be an excuse for human laziness” [= Petrus juga menunjukkan bahwa pemilihan bukanlah alasan untuk ketidak-matangan rohani atau kurangnya usaha dalam kehidupan Kristen. Beberapa orang percaya berkata: ‘Apa yang akan terjadi, akan terjadi. Tidak ada apapun yang bisa kita lakukan’. Tetapi Petrus menasehati kita untuk ‘menjadi rajin’. Ini berarti ‘melakukan setiap usaha’. (Ia menggunakan kata kerja yang sama dalam 2Pet 1:5). Sementara merupakan sesuatu yang benar bahwa Allah harus bekerja di dalam kita sebelum kita bisa melakukan kehendakNya (Fil 2:12-13), juga merupakan sesuatu yang benar bahwa kita harus menghendaki Allah untuk bekerja, dan kita harus bekerja sama dengan Dia. Pemilihan ilahi tidak pernah boleh menjadi alasan untuk kemalasan manusia].
Fil 2:12-13 - “(12) Hai saudara-saudaraku yang kekasih, kamu senantiasa taat; karena itu tetaplah kerjakan keselamatanmu dengan takut dan gentar, bukan saja seperti waktu aku masih hadir, tetapi terlebih pula sekarang waktu aku tidak hadir, (13) karena Allahlah yang mengerjakan di dalam kamu baik kemauan maupun pekerjaan menurut kerelaanNya”.
Calvin: “The import of what is said is, that the children of God are distinguished from the reprobate by this mark, that they live a godly and a holy life, because this is the design and end of election. Hence it is evident how wickedly some vile unprincipled men prattle, when they seek to make gratuitous election an excuse for all licentiousness; as though, forsooth! we may sin with impunity, because we have been predestinated to righteousness and holiness!” (= Maksud dari apa yang dikatakan adalah, bahwa anak-anak Allah dibedakan dari orang-orang yang ditentukan untuk binasa oleh tanda ini, bahwa mereka menjalani suatu kehidupan yang saleh dan kudus, karena ini merupakan rancangan dan tujuan dari pemilihan. Jadi, adalah jelas bagaimana dengan jahat beberapa orang busuk dan tidak mempunyai prinsip moral mengoceh, pada waktu mereka berusaha untuk membuat pemilihan yang murah hati sebagai suatu alasan untuk semua ketidak-bermoralan; seakan-akan, memang, kita boleh berdosa tanpa mendapat hukuman, karena kita telah dipredestinasikan pada kebenaran dan kekudusan!).
Barclay: “In view of all this, Peter urges his people to make every effort to confirm their calling by God. Here is a most significant demand. In one way all is of God; it is God’s call which gives us entry into the fellowship of his people; without his grace and his mercy we could do nothing and could expect nothing. But that does not absolve us from every possible effort. ... God has called us in his free mercy and his unmerited grace; but at the same time we have to bend every effort to toil upwards and onwards on the way” (= Mengingat semua ini, Petrus mendesak umatnya untuk melakukan setiap usaha untuk meneguhkan panggilan mereka oleh Allah. Di sini ada suatu tuntutan yang paling penting. Di satu sisi semua adalah dari Allah; panggilan Allahlah yang memberi kita jalan masuk ke dalam persekutuan umatNya; tanpa kasih karuniaNya dan belas kasihanNya kita tidak bisa melakukan apa-apa dan tidak bisa mengharapkan apa-apa. Tetapi itu tidak membebaskan kita dari setiap usaha yang memungkinkan. ... Allah telah memanggil kita dalam belas kasihanNya yang cuma-cuma dan kasih karunia yang tidak layak kita dapatkan; tetapi pada saat yang sama kita harus mengarahkan setiap usaha untuk bekerja keras ke arah atas dan maju ke depan di jalan) - hal 306.
f) Kehidupan yang baik merupakan bukti pemilihan dan panggilan Allah.
Calvin: “He draws this conclusion, that it is one proof that we have been really elected, and not in vain called by the Lord, if a good conscience and integrity of life correspond with our profession of faith” (= Ia menarik kesimpulan ini, bahwa merupakan salah satu bukti bahwa kita telah sungguh-sungguh dipilih, dan tidak dengan sia-sia dipanggil oleh Tuhan, jika suatu hati nurani yang baik dan kelurusan hidup sesuai dengan pengakuan iman kita).
Calvin: “Now a question arises, Whether the stability of our calling and election depends on good works, for if it be so, it follows that it depends on us. But the whole Scripture teaches us, first, that God’s election is founded on his eternal purpose; and secondly, that calling begins and is completed through his gratuitous goodness. ... God effectually calls whom he has preordained to life in his secret counsel before the foundation of the world; and he also carries on the perpetual course of calling through grace alone. But as he has chosen us, and calls us for this end, that we may be pure and spotless in his presence; purity of life is not improperly called the evidence and proof of election” (= Sekarang suatu pertanyaan muncul, Apakah kestabilan dari panggilan dan pemilihan kita tergantung pada perbuatan baik, karena jika demikian, maka itu tergantung pada kita. Tetapi seluruh Kitab Suci mengajar kita, pertama, bahwa pemilihan Allah didasarkan pada rencana kekalNya; dan kedua, bahwa panggilan mulai dan diselesaikan melalui kebaikanNya yang murah hati / bersifat kasih karunia. ... Allah memanggil secara efektif orang-orang yang telah ia tentukan lebih dulu pada kehidupan dalam rencana rahasiaNya sebelum penciptaan dunia / alam semesta; dan Ia juga melanjutkan jalan yang kekal dari panggilan itu melalui kasih karunia saja. Tetapi karena Ia telah memilih kita, dan memanggil kita untuk tujuan ini, supaya kita bisa murni dan tak bercacat di hadapanNya; kemurnian hidup secara benar disebut sebagai bukti dari pemilihan).
Barnes’ Notes: “It was undoubtedly by their ‘good works’ in the sense of holy living, or of lives consecrated to the service of God, that they were to obtain the evidence that they were true Christians; that is, that they had been really called into the kingdom of God, for there is nothing else on which we can depend for such evidence. ... We can rely on no voice, or vision, or new revelation, to prove that it is so. No internal feeling of itself, no raptures, no animal excitement, no confident persuasion in our own minds that we are elected, can be proof in the case; and the only certain EVIDENCE on which we can rely is that which is found in a life of sincere piety” [= Memang tak diragukan bahwa oleh ‘perbuatan baik’ mereka, dalam arti ‘kehidupan yang kudus’, atau kehidupan yang dibaktikan pada pelayanan Allah, mereka harus mendapatkan bukti bahwa mereka adalah orang-orang Kristen yang sejati; artinya, bahwa mereka telah sungguh-sungguh dipanggil ke dalam kerajaan Allah, karena tidak ada hal lain pada mana kita bisa mempercayai / mengandalkan bukti seperti itu. ... Kita tidak bisa bersandar pada suara, atau penglihatan, atau wahyu yang baru, untuk membuktikan bahwa itu memang begitu. Tak ada perasaan di dalam dari dirinya sendiri, tak ada pengangkatan / rapture, tak ada kegembiraan binatang / daging (?), tak ada bujukan yang meyakinkan dalam pikiran kita bahwa kita dipilih, bisa menjadi bukti dalam kasus ini; dan satu-satunya BUKTI yang pasti pada mana kita bisa bersandar adalah bukti yang ditemukan dalam suatu kehidupan dari kesalehan yang sungguh-sungguh].
Penerapan: bandingkan dengan Yesaya Pariadji yang yakin namanya tercatat di kitab kehidupan karena ia diangkat ke surga dan melihat sendiri dalam kitab kehidupan itu.
Catatan: pada saat yang sama, saya tidak sepenuhnya setuju dengan kata-kata Albert Barnes pada bagian yang saya beri garis bawah ganda, karena adanya Ro 8:16 yang berbunyi: “Roh itu bersaksi bersama-sama dengan roh kita, bahwa kita adalah anak-anak Allah”.
Calvin (tentang Ro 8:16): “Paul means, that the Spirit of God gives us such a testimony, that when he is our guide and teacher, our spirit is made assured of the adoption of God: for our mind of its own self, without the preceding testimony of the Spirit, could not convey to us this assurance” (= Paulus memaksudkan, bahwa Roh Allah memberi kita kesaksian sedemikian rupa, sehingga pada waktu Ia adalah pembimbing dan pengajar / guru kita, roh kita dibuat yakin tentang pengadopsian dari Allah: karena pikiran kita dari dirinya sendiri, tanpa kesaksian yang lebih dulu dari Roh, tidak bisa memberi kepada kita keyakinan ini).
Charles Hodge: “‘Beareth witness to,’ means ‘confirms’ or ‘assures.’ ‘The Spirit of God produces in our spirit the assurance that we are the children of God.’” (= ‘Memberi kesaksian kepada’, berarti ‘meneguhkan’ atau ‘meyakinkan’. ‘Roh Allah menghasilkan dalam roh kita keyakinan bahwa kita adalah anak-anak Allah’) - ‘Romans’, hal 414.
Jadi, saya berpendapat bahwa orang kristen yang sejati bisa yakin bahwa ia sudah selamat, dan dengan demikian, ia dipilih oleh Allah, karena mendapatkan keyakinan ini dari Roh Kudus. Tetapi orang yang yakin keselamatannya, belum tentu mendapatkan keyakinan itu dari Roh Kudus. Bisa saja ia yakin dari dirinya sendiri, dan berdasarkan sesuatu yang salah.
2) “Sebab jikalau kamu melakukannya, kamu tidak akan pernah tersandung”.
Dalam bahasa Yunani digunakan ‘double negatives’ (= 2 x kata ‘tidak’) untuk menekankan ketidak-mungkinan jatuh / tersandung.
a) Penafsiran-penafsiran yang salah tentang bagian ini.
1. Orang-orang Arminian menafsirkan dari bagian ini bahwa keselamatan bisa hilang.
Adam Clarke: “If ye be careful and diligent to work out your own salvation, through the grace which ye have already received from God; ye shall never fall, ou-mee ptaiseete pote, ‘ye shall at no time stumble or fall;’ as the Jews have done, and lost their election, Rom. 11:11, where the same word is used, and as apostates do, and lose their peace and salvation. We find, therefore, that they who do not these things shall fall; and thus we see that there is nothing absolute and unconditional in their election” (= Jika engkau hati-hati dan rajin mengerjakan keselamatanmu, melalui kasih karunia yang telah engkau terima dari Allah; engkau tidak akan pernah jatuh / tersandung, OU-MEE PTAISEETE POTE, ‘pada saat manapun engkau tidak akan tersandung atau jatuh’; seperti orang-orang Yahudi telah lakukan, dan kehilangan pemilihan mereka, Ro 11:11, dimana kata yang sama digunakan, dan seperti orang-orang murtad lakukan, dan kehilangan damai dan keselamatan mereka. Karena itu, kita mendapati bahwa mereka yang tidak melakukan hal-hal ini akan jatuh; dan maka kita melihat bahwa tidak ada yang mutlak dan tak bersyarat dalam pemilihan mereka).
Roma 11:11 - “Maka aku bertanya: Adakah mereka tersandung dan harus jatuh? Sekali-kali tidak! Tetapi oleh pelanggaran mereka, keselamatan telah sampai kepada bangsa-bangsa lain, supaya membuat mereka cemburu”.
Tanggapan saya:
Ini omong kosong, karena:
a. Bangsa Israel / Yahudi kehilangan pemilihan dalam arti yang berbeda dengan kita. Mereka dipilih secara kolektif, jelas bukan dalam arti bahwa semua mereka akan diselamatkan. Karena itu muncul kata-kata “Sebab tidak semua orang yang berasal dari Israel adalah orang Israel” (Ro 9:6b). Hal ini juga terlihat dari fakta bahwa banyak dari bangsa Israel / Yahudi yang tidak selamat. Tetapi bagi orang-orang Yahudi yang betul-betul dipilih untuk diselamatkan, berlaku ayat-ayat lain dalam Ro 11, seperti Ro 11:1-2,5-6,23,25-26,28-29 - “(1) Maka aku bertanya: Adakah Allah mungkin telah menolak umatNya? Sekali-kali tidak! Karena aku sendiripun orang Israel, dari keturunan Abraham, dari suku Benyamin. (2) Allah tidak menolak umatNya yang dipilihNya. Ataukah kamu tidak tahu, apa yang dikatakan Kitab Suci tentang Elia, waktu ia mengadukan Israel kepada Allah: ... (5) Demikian juga pada waktu ini ada tinggal suatu sisa, menurut pilihan kasih karunia. (6) Tetapi jika hal itu terjadi karena kasih karunia, maka bukan lagi karena perbuatan, sebab jika tidak demikian, maka kasih karunia itu bukan lagi kasih karunia. ... (23) Tetapi merekapun akan dicangkokkan kembali, jika mereka tidak tetap dalam ketidakpercayaan mereka, sebab Allah berkuasa untuk mencangkokkan mereka kembali. ... (25) Sebab, saudara-saudara, supaya kamu jangan menganggap dirimu pandai, aku mau agar kamu mengetahui rahasia ini: Sebagian dari Israel telah menjadi tegar sampai jumlah yang penuh dari bangsa-bangsa lain telah masuk. (26) Dengan jalan demikian seluruh Israel akan diselamatkan, seperti ada tertulis: ‘Dari Sion akan datang Penebus, Ia akan menyingkirkan segala kefasikan dari pada Yakub. ... (28) Mengenai Injil mereka adalah seteru Allah oleh karena kamu, tetapi mengenai pilihan mereka adalah kekasih Allah oleh karena nenek moyang. (29) Sebab Allah tidak menyesali kasih karunia dan panggilanNya”.
b. Adam Clarke mengatakan bahwa orang-orang yang tidak melakukan ay 5-7 itu akan jatuh, dan sama seperti orang-orang Yahudi itu, kehilangan pemilihan mereka, dan juga sama seperti orang-orang yang murtad, yang kehilangan damai dan keselamatan mereka. Tetapi jelas bahwa baik orang-orang Yahudi itu, maupun orang-orang yang murtad, dan orang-orang yang tidak melakukan ay 5-7 itu adalah orang-orang kristen KTP, yang bukannya kehilangan keselamatannya, karena mereka tidak pernah mempunyainya! Karena itu, kesimpulan akhir yang diberikan oleh Clarke dimana ia berkata “dan maka kita melihat bahwa tidak ada yang mutlak dan tak bersyarat dalam pemilihan mereka” adalah omong kosong!
Lenski: “stumble so as to fall and lose salvation. The Christian sins daily even when his calling and election are sure to him in the gospel manner. This reminds him of his danger. Such sins are not the fatal stumbling of which Peter speaks. When they hold fast the former cleansing (v. 9), this cleansing is renewed daily by daily forgiveness” [= tersandung sehingga jatuh dan kehilangan keselamatan. Orang-orang Kristen berdosa setiap hari bahkan pada waktu panggilan dan pemilihannya adalah pasti baginya dengan cara injil. Ini mengingatkan dia tentang bahayanya. Dosa-dosa seperti itu bukanlah tersandung yang fatal tentang mana Petrus berbicara. Pada waktu mereka berpegang teguh pada pembersihan yang terdahulu (ay 9), pembersihan ini diperbaharui setiap hari oleh pengampunan setiap hari] - hal 277.
Lenski: “There is an implied warning: those who fail to do these things will, indeed, stumble decidedly (aorist) and fatally. Whether they will be again be raised up to faith God alone knows. Many that stumble in this way are lost forever. The German theologians call them DIE ZEITGLAEUBIGEN, those who believe for a time and then fall away” [= Di sana ada suatu peringatan secara implicit: mereka yang gagal untuk melakukan hal-hal ini memang akan tersandung secara pasti (aorist / lampau) dan secara fatal. Apakah mereka akan diangkat lagi oleh Allah pada iman, hanya Allah sendiri yang tahu. Banyak yang tersandung dengan cara ini terhilang selama-lamanya. Ahli-ahli theologia Jerman menyebut mereka DIE ZEITGLAEUBIGEN, mereka yang percaya untuk suatu waktu / sementara waktu dan lalu murtad] - hal 277.
Ini jelas pandangan Arminian. Ia mengambil arti implicit tanpa peduli bahwa arti ini bertentangan dengan kata-kata explicit dari banyak ayat seperti Yoh 10:27-29 1Yoh 2:18-19 Yoh 8:31 dsb.
Bdk. Mat 13:3-8,18-23 - “(3) Dan Ia mengucapkan banyak hal dalam perumpamaan kepada mereka. KataNya: ‘Adalah seorang penabur keluar untuk menabur. (4) Pada waktu ia menabur, sebagian benih itu jatuh di pinggir jalan, lalu datanglah burung dan memakannya sampai habis. (5) Sebagian jatuh di tanah yang berbatu-batu, yang tidak banyak tanahnya, lalu benih itupun segera tumbuh, karena tanahnya tipis. (6) Tetapi sesudah matahari terbit, layulah ia dan menjadi kering karena tidak berakar. (7) Sebagian lagi jatuh di tengah semak duri, lalu makin besarlah semak itu dan menghimpitnya sampai mati. (8) Dan sebagian jatuh di tanah yang baik lalu berbuah: ada yang seratus kali lipat, ada yang enam puluh kali lipat, ada yang tiga puluh kali lipat. ... (18) Karena itu, dengarlah arti perumpamaan penabur itu. (19) Kepada setiap orang yang mendengar firman tentang Kerajaan Sorga, tetapi tidak mengertinya, datanglah si jahat dan merampas yang ditaburkan dalam hati orang itu; itulah benih yang ditaburkan di pinggir jalan. (20) Benih yang ditaburkan di tanah yang berbatu-batu ialah orang yang mendengar firman itu dan segera menerimanya dengan gembira. (21) Tetapi ia tidak berakar dan tahan sebentar saja. Apabila datang penindasan atau penganiayaan karena firman itu, orang itupun segera murtad. (22) Yang ditaburkan di tengah semak duri ialah orang yang mendengar firman itu, lalu kekuatiran dunia ini dan tipu daya kekayaan menghimpit firman itu sehingga tidak berbuah. (23) Yang ditaburkan di tanah yang baik ialah orang yang mendengar firman itu dan mengerti, dan karena itu ia berbuah, ada yang seratus kali lipat, ada yang enam puluh kali lipat, ada yang tiga puluh kali lipat.’”.
Bdk. Luk 8:13 - “Yang jatuh di tanah yang berbatu-batu itu ialah orang, yang setelah mendengar firman itu, menerimanya dengan gembira, tetapi mereka itu tidak berakar, mereka percaya sebentar saja dan dalam masa pencobaan mereka murtad”.
Orang yang percaya sebentar saja termasuk tanah berbatu, dan itu jelas bukan orang kristen yang sejati, karena dari 4 golongan tanah dalam perumpamaan itu hanya tanah subur yang benar-benar menunjuk kepada orang kristen yang sejati.
2. Kata ‘tersandung’ diartikan ‘jatuh ke dalam dosa’.
Matthew Henry: “‘By this you will be kept from falling, and that at all times and seasons, even in those hours of temptation that shall be on the earth.’ When others shall fall into heinous and scandalous sin, those who are thus diligent shall be enabled to walk circumspectly and keep on in the way of their duty; and, when many fall into errors, they shall be preserved sound in the faith, and stand perfect and complete in all the will of God” (= ‘Oleh hal ini engkau akan dijaga dari kejatuhan, dan itu pada setiap saat dan musim, bahkan dalam saat-saat dari pencobaan itu yang akan terjadi di bumi’. Pada saat orang-orang lain akan jatuh ke dalam dosa yang mengerikan dan memalukan / bersifat skandal, mereka yang rajin seperti itu akan dimampukan untuk berjalan dengan sangat berhati-hati dan tetap ada di jalan kewajiban mereka; dan, pada saat banyak orang jatuh ke dalam kesalahan-kesalahan, mereka akan dijaga sehat dalam iman, dan berdiri sempurna dan lengkap dalam semua kehendak Allah).
Bible Knowledge Commentary: “This word ‘stumble’ does not suggest that a believer loses his salvation, for salvation does not depend on one’s spiritual growth. The Greek word for ‘stumble’ means ‘to trip up’ or ‘to experience a reversal.’ Certainly one who is maturing in Christ will not trip up in his spiritual life as readily as one who is immature and nearsighted” (= Kata ‘tersandung’ tidak berarti bahwa seorang percaya kehilangan keselamatannya, karena keselamatan tidak tergantung pada pertumbuhan rohani seseorang. Kata Yunani untuk ‘tersandung’ berarti ‘tersandung / membuat kesalahan’ atau ‘mengalami suatu pembalikan’. Pastilah seseorang yang matang dalam Kristus tidak akan tersandung / membuat kesalahan dalam kehidupan rohaninya sama mudah / cepatnya dengan seseorang yang tidak matang dan hanya bisa melihat dekat).
Saya memang tak percaya bahwa seorang Kristen yang sejati bisa kehilangan keselamatannya, tetapi apakah yang dibicarakan di sini adalah orang kristen yang sejati? Kalau ia tidak melakukan hal-hal dalam ay 5-7, ia bukan orang kristen yang sejati. Jadi, kalau ia tidak selamat, itu tidak berarti bahwa ia kehilangan keselamatannya, karena ia memang tidak / belum pernah diselamatkan.
Menafsirkan bahwa kata ‘jatuh / tersandung’ berarti ‘jatuh ke dalam dosa’ merupakan sesuatu yang menurut saya tidak memungkinkan, karena sehebat apapun kerajinan seorang Kristen untuk maju dalam kerohaniannya, itu tetap membuat ia kebal terhadap dosa. Dan kalau dikatakan bahwa yang tidak mungkin bukanlah jatuh ke dalam dosa, tetapi jatuh ke dalam dosa yang besar / hebat / memalukan, maka perlu dipertanyakan, apa standardnya untuk menentukan apakah suatu dosa itu besar atau kecil, dan dimana batasannya? Dan apa dasarnya mengatakan untuk bahwa orang Kristen yang sungguh-sungguh berusaha untuk maju dalam kerohanian itu mungkin jatuh dalam dosa, tetapi tidak mungkin jatuh dalam dosa besar saja?
b) Penafsiran yang benar tentang bagian ini.
Kata ‘tersandung’ diartikan murtad / kehilangan keselamatan.
Saya menerima pandangan ini karena menurut saya, lanjutan dari ay 10, yaitu ay 11, sesuai dengan penafsiran ini.
Ay 10-11: “(10) Karena itu, saudara-saudaraku, berusahalah sungguh-sungguh, supaya panggilan dan pilihanmu makin teguh. Sebab jikalau kamu melakukannya, kamu tidak akan pernah tersandung. (11) Dengan demikian kepada kamu akan dikaruniakan hak penuh untuk memasuki Kerajaan kekal, yaitu Kerajaan Tuhan dan Juruselamat kita, Yesus Kristus”.
Barnes’ Notes: “‘Ye shall never fall.’ You shall never fall into perdition. That is, you shall certainly be saved” (= ‘Engkau tidak akan pernah jatuh’. Engkau tidak akan pernah jatuh ke dalam kehancuran / penghukuman / neraka. Artinya, engkau pasti akan diselamatkan).
Calvin: “‘For if ye do these things.’ Peter seems again to ascribe to the merits of works, that God furthers our salvation, and also that we continually persevere in his grace. But the explanation is obvious; for his purpose was only to shew that hypocrites have in them nothing real or solid, and that, on the contrary, they who prove their calling sure by good works, are free from the danger of falling, because sure and sufficient is the grace of God by which they are supported. Thus the certainty of our salvation by no means depends on us, as doubtless the cause of it is beyond our limits” (= ‘Karena jika engkau melakukan hal-hal ini’. Petrus kelihatannya lagi-lagi menganggap bahwa karena jasa perbuatan baik maka Allah memajukan / melanjutkan keselamatan kita, dan juga kita terus menerus bertekun dalam kasih karuniaNya. Tetapi penjelasannya jelas; karena tujuannya hanya untuk menunjukkan bahwa orang-orang munafik tidak mempunyai apapun dalam diri mereka yang betul-betul nyata dan kokoh, dan bahwa sebaliknya, mereka yang membuktikan panggilan mereka pasti dengan perbuatan baik, bebas dari bahaya kejatuhan, karena pasti dan cukuplah kasih karunia Allah dengan mana mereka ditopang. Karena itu, kepastian dari keselamatan kita sama sekali tidak tergantung kepada kita, seperti tak diragukan bahwa penyebab dari keselamatan kita melampaui batasan-batasan kita).
II PETRUS 1:10-21(2)
Ay 11: “Dengan demikian kepada kamu akan dikaruniakan hak penuh untuk memasuki Kerajaan kekal, yaitu Kerajaan Tuhan dan Juruselamat kita, Yesus Kristus.”.
1) “Dengan demikian kepada kamu akan dikaruniakan hak penuh untuk memasuki Kerajaan kekal”.
a) Terjemahan ini ngawur!
Bandingkan dengan terjemahan-terjemahan dari Kitab Suci bahasa Inggris dibawah ini.
KJV: ‘For so an entrance shall be ministered unto you abundantly into the everlasting kingdom’ (= Karena dengan demikian suatu jalan masuk akan disediakan bagimu dengan berlimpah-limpah ke dalam kerajaan kekal).
RSV: ‘so there will be richly provided for you an entrance into the eternal kingdom’ (= jadi di sana akan disediakan secara kaya / berlimpah-limpah bagimu suatu jalan masuk ke dalam kerajaan kekal).
NIV: ‘and you will receive a rich welcome into the eternal kingdom’ (= dan kamu akan mendapat sambutan yang kaya ke dalam kerajaan kekal).
NASB: ‘for in this way the entrance into the eternal kingdom ... will be abundantly supplied to you’ (= karena dengan jalan ini jalan masuk ke dalam kerajaan kekal ... akan disuplai secara berlimpah-limpah bagimu).
Terjemahannya memang beraneka ragam. Kata Yunani yang dipakai adalah EPIKHOREGETHESETAI, yang berarti ‘will be supplied’ (= akan disuplai).
b) Ini merupakan argumentasi / motivasi kelima mengapa kita harus melakukan ay 5-7.
Alexander Nisbet: “Here is the fifth motive. The life of a Christian growing in grace and diligent in duties shall be to him a begun heaven upon earth, his clearness concerning his right to it and his feeling of the first fruits of it being a begun entry into heaven, and the blessing of God upon his pains” (= Di sini adalah motivasi kelima. Kehidupan dari seorang Kristen yang bertumbuh dalam kasih karunia dan kerajinan dalam kewajiban-kewajiban baginya akan merupakan suatu surga yang dimulai di bumi, kejelasannya berkenaan dengan haknya tentang hal itu dan perasaannya tentang buah pertama darinya adalah suatu permulaan jalan masuk ke dalam surga, dan berkat dari Allah pada rasa sakitnya / usahanya) - hal 232.
The Bible Exposition Commentary: New Testament: “In fact, the growing Christian can look forward to ‘an abundant entrance’ into the eternal kingdom! The Greeks used this phrase to describe the welcome given Olympic winners when they returned home. Every believer will arrive in heaven, but some will have a more glorious welcome than others. Alas, some believers ‘shall be saved, yet so as by fire’ (1 Cor 3:15)” [= Dalam faktanya orang Kristen yang bertumbuh bisa mengantisipasi ‘suatu jalan masuk yang berlimpah-limpah’ ke dalam kerajaan kekal! Orang-orang Yunani menggunakan ungkapan ini untuk menggambarkan sambutan yang diberikan kepada pemenang Olympic pada waktu mereka pulang ke rumah. Setiap orang percaya akan tiba di surga, tetapi sebagian / beberapa akan mendapatkan sambutan yang lebih mulia dari pada yang lain. Bahkan, beberapa orang percaya ‘akan diselamatkan, tetapi seperti dari dalam api’ (1Kor 3:15)].
1Kor 3:15 - “Jika pekerjaannya terbakar, ia akan menderita kerugian, tetapi ia sendiri akan diselamatkan, tetapi seperti dari dalam api”.
1Petrus 4:18 - “Dan jika orang benar hampir-hampir tidak diselamatkan, apakah yang akan terjadi dengan orang fasik dan orang berdosa?”.
2) “yaitu Kerajaan Tuhan dan Juruselamat kita, Yesus Kristus”.
KJV/RSV/NIV/NASB: ‘of our Lord and Saviour Jesus Christ’ (= dari Tuhan dan Juruselamat kita Yesus Kristus).
a) Ini menunjukkan Yesus sebagai Tuhan.
Pulpit Commentary: “Notice the exact correspondence of the Greek words here, tou= Kuri/ou h(mw=n kai\ Swth=ro$ )Ihsou= Cristou=, with these in verse 2, tou= Qeou= h(mw=n kai\ Swth=ro$ )Ihsou= Cristou=, as a strong argument in favour of the translation, ‘Our God and Saviour Jesus Christ,’ in that verse” (= Perhatikan persesuaian yang persis dari kata-kata Yunani di sini, TOU KURIOU HUMON KAI SOTEROS IESOU KHRISTOU, dengan kata-kata ini dalam ayat 2, TOU THEOU HUMON KAI SOTEROS IESOU KHRISTOU, suatu argumentasi yang kuat untuk keuntungan dari terjemahan ‘Allah dan Juruselamat kita Yesus Kristus’, dalam ayat itu).
Ay 11: TOU KURIOU HEMON KAI SOTEROS IESOU KHRISTOU
Ay 2: TOU THEOU HEMON KAI SOTEROS IESOU KHRISTOU
Sekarang perhatikan terjemahan dari Terjemahan Dunia Baru (TDB), Kitab Suci Saksi-Saksi Yehuwa:
Ay 11: “Tuan dan Juru Selamat kita, Yesus Kristus”. Ini menunjuk kepada satu pribadi.
Ay 2: “Tentang Allah dan tentang Yesus, Tuan kita”. Ini menunjuk kepada dua pribadi.
Ini jelas terjemahan yang tidak konsisten, karena kedua kalimat tersebut strukturnya persis, hanya saja yang ay 11 menggunakan kata KURIOU (Tuhan), sedangkan yang ay 2 menggunakan kata THEOU (Allah). Keduanya juga ada dalam case yang sama, yaitu genitive case.
Kelihatannya bagi para Saksi Yehuwa tidak terlalu bermasalah kalau Yesus disebut Tuhan (Tuan), dan karena itu mereka menterjemahkan ay 11 sedemikian rupa sehingga anak kalimat itu hanya menunjuk kepada satu pribadi, dan dengan demikian menyatakan Yesus sebagai Tuhan. Tetapi mereka tidak mau kalau Yesus disebut sebagai Allah, dan karena itu mereka menterjemahkan ay 2 sedemikian rupa sehingga anak kalimat itu menunjuk kepada dua pribadi, dan dengan demikian tidak menyatakan Yesus sebagai Allah.
b) Mengapa surga disebut dengan istilah Kerajaan dari Yesus Kristus?
Calvin: “He calls it the kingdom of Christ, because we cannot ascend to heaven except under his banner and guidance” (= Ia menyebutnya kerajaan Kristus, karena kita tidak bisa naik ke surga kecuali di bawah panji dan pimpinanNya).
Ay 12: “Karena itu aku senantiasa bermaksud mengingatkan kamu akan semuanya itu, sekalipun kamu telah mengetahuinya dan telah teguh dalam kebenaran yang telah kamu terima”.
1) Terjemahan-terjemahan yang berbeda.
KJV: ‘Wherefore I will not be negligent to put you always in remembrance of these things, though ye know them, and be established in the present truth.’ (= Karena itu aku tidak akan lalai untuk selalu mengingatkan kamu tentang hal-hal ini, sekalipun engkau mengetahuinya, dan didirikan dalam kebenaran saat ini).
RSV: ‘Therefore I intend always to remind you of these things, though you know them and are established in the truth that you have’ (= Karena itu aku bermaksud untuk selalu mengingatkan kamu tentang hal-hal ini, sekalipun engkau mengetahui hal-hal itu dan didirikan dalam kebenaran yang engkau miliki).
NIV: ‘So I will always remind you of these things, even though you know them and are firmly established in the truth you now have’ (= Demikianlah aku akan selalu mengingatkan engkau tentang hal-hal ini, sekalipun engkau mengetahui hal-hal ini dan didirikan dengan teguh dalam kebenaran yang sekarang engkau miliki).
NASB: ‘Therefore, I shall always be ready to remind you of these things, even though you already know them, and have been established in the truth which is present with you’ (= Karena itu, aku akan selalu siap untuk mengingatkan kamu tentang hal-hal ini, sekalipun engkau sudah mengetahui hal-hal ini, dan telah didirikan dalam kebenaran yang ada / hadir bersamamu).
Pulpit Commentary: “Verse 12. - ‘Wherefore I will not be negligent to put you always in remembrance of these things;’ rather, as in the Revised Version, ‘wherefore I shall be ready.’” (= Ayat 12 - ‘Karena itu aku tidak akan lalu untuk selalu mengingatkan kamu tentang hal-hal ini’; lebih baik, seperti dalam Revised Version, ‘karena itu aku akan siap’.).
Catatan: ada beda manuscript-manuscript, yang menyebabkan terjemahan yang berbeda.
Pulpit Commentary: “‘Though ye know them, and be established in the present truth;’ better, as in the Revised Version, ‘and are established in the truth which is with you.’” (= ‘Sekalipun engkau mengetahui hal-hal itu, dan didirikan dalam kebenaran saat ini’; lebih baik, seperti dalam Revised Version, ‘dan didirikan dalam kebenaran yang ada bersamamu’.).
2) Nisbet mengatakan bahwa sebagai argumentasi ke 6, Petrus menerapkan ajarannya kepada dirinya sendiri sebagai seorang pelayan Tuhan. Karena bahaya dari pengabaian, dan berkat dari ketaatan, terhadap ay 5-7 itu, maka ia sendiri sangat rajin untuk mengingatkan mereka tentang hal itu.
Matthew Henry: “If ministers be negligent in their work, it can hardly be expected that the people will be diligent in theirs; therefore Peter will not be negligent (that is, at no time or place, in no part of his work, to no part of his charge), but will be exemplarily and universally diligent, and that in the work of a remembrancer. This is the office of the best ministers, even the apostles themselves; they are the Lord’s remembrancers (Isa 72:6)” [= Jika pendeta-pendeta lalai dalam pekerjaan mereka, hampir tidak bisa diharapkan bahwa umatnya akan rajin dalam pekerjaan mereka; karena itu Petrus tidak akan lalai (yaitu, tidak pada saat atau tempat manapun, tidak dalam bagian manapun dalam pekerjaannya, tidak pada bagian manapun dari perintahNya), tetapi akan rajin sebagai teladan dan secara universal (?), dan itu dalam pekerjaan sebagai seorang pengingat. Ini merupakan tugas dari pendeta-pendeta yang terbaik, bahkan rasul-rasul sendiri; mereka adalah pengingat-pengingat Tuhan (Yes 72:6)].
Catatan: Yesaya 72:6 pasti salah, seharusnya Yes 62:6 - “Di atas tembok-tembokmu, hai Yerusalem, telah Kutempatkan pengintai-pengintai. Sepanjang hari dan sepanjang malam, mereka tidak akan pernah berdiam diri. Hai kamu yang harus mengingatkan TUHAN kepada Sion, janganlah kamu tinggal tenang”.
Barnes’ Notes (tentang ay 13): “It was of importance for Peter, as it is for ministers of the gospel now, to bring known truths to remembrance. Men are liable to forget them, and they do not exert the influence over them which they ought. It is the office of the ministry not only to impart to a people truths which they did not know before, but a large part of their work is to bring to recollection well-known truths, and to seek that they may exert a proper influence on the life. Amidst the cares, the business, the amusements, and the temptations of the world, even true Christians are prone to forget them; and the ministers of the gospel render them an essential service, even if they should do nothing more than remind them of truths which are well understood, and which they have known before. A pastor, in order to be useful, need not always aim at originality, or deem it necessary always to present truths which have never been heard of before. He renders an essential service to mankind who ‘reminds’ them of what they know but are prone to forget, and who endeavors to impress plain and familiar truths on the heart and conscience, for these truths are most important for man” (= Adalah penting bagi Petrus, sama seperti bagi pendeta-pendeta / pelayan-pelayan dari injil sekarang, untuk mengingatkan kebenaran yang sudah diketahui. Manusia condong untuk melupakannya, dan tidak menggunakan pengaruh dari kebenaran itu atas mereka seperti seharusnya. Merupakan tugas dari pelayanan bukan hanya untuk memberikan kepada suatu umat kebenaran-kebenaran yang belum mereka ketahui sebelumnya, tetapi suatu bagian besar dari pekerjaan mereka adalah mengingatkan kembali kebenaran-kebenaran yang telah diketahui dengan baik, dan mengusahakan supaya mereka bisa menggunakan suatu pengaruh yang benar pada kehidupan. Di tengah-tengah perhatian / kesusahan, kesibukan, hiburan, dan godaan / pencobaan dari dunia, bahkan orang-orang Kristen yang sejati condong untuk melupakan kebenaran-kebenaran itu; dan pendeta-pendeta / pelayan-pelayan dari injil memberikan kepada mereka pelayanan yang sangat perlu, bahkan jika mereka tidak melakukan lebih dari mengingatkan mereka tentang kebenaran-kebenaran yang telah mereka mengerti dengan baik, dan yang telah mereka ketahui sebelumnya. Seorang pendeta, untuk bisa berguna, tidak perlu selalu mengarah pada keorisinilan, atau menganggap perlu untuk selalu menyampaikan kebenaran-kebenaran yang tidak pernah didengar sebelumnya. Ia memberikan suatu pelayanan yang sangat perlu kepada umat manusia, kalau ia ‘mengingatkan’ mereka tentang apa yang mereka ketahui tetapi yang condong mereka lupakan, dan kalau ia berusaha mencamkan kebenaran-kebenaran yang jelas / sederhana dan sudah lazim / dikenal pada hati dan hati nurani, karena kebenaran-kebenaran ini adalah yang paling penting untuk manusia).
Bdk. Ro 15:14-15 - “(14) Saudara-saudaraku, aku sendiri memang yakin tentang kamu, bahwa kamu juga telah penuh dengan kebaikan dan dengan segala pengetahuan dan sanggup untuk saling menasihati. (15) Namun, karena kasih karunia yang telah dianugerahkan Allah kepadaku, aku di sana sini dengan agak berani telah menulis kepadamu untuk mengingatkan kamu, ... ”.
Ay 13: “Aku menganggap sebagai kewajibanku untuk tetap mengingatkan kamu akan semuanya itu selama aku belum menanggalkan kemah tubuhku ini”.
1) Tubuh disebut sebagai kemah.
Kitab Suci Indonesia: ‘kemah tubuhku’.
KJV: ‘this tabernacle’ (= kemah ini).
RSV: ‘this body’ (= tubuh ini).
NIV: ‘the tent of this body’ (= kemah dari tubuh ini).
NASB: ‘this earthly dwelling’ (= tempat tinggal duniawi).
Adam Clarke: “‘As long as I am in this tabernacle.’ By tabernacle we are to understand his body; and hence, several of the versions have soomati, ‘body,’ instead skeenoomati, ‘tabernacle.’” (= ‘selama aku ada dalam kemah ini’. Dengan ‘kemah’ kita harus mengertinya sebagai tubuhnya; dan karena itu, beberapa versi mempunyai SOOMATI, ‘tubuh’, dan bukannya SKEENOOMATI, ‘kemah’).
a) Karena kata ‘kemah’ digunakan sebagai suatu kiasan untuk ‘tubuh’ maka kata-kata ‘kemah dibongkar’ diartikan sebagai ‘mati’.
Bdk. Yes 38:10-12 - “(10) Aku ini berkata: Dalam pertengahan umurku aku harus pergi, ke pintu gerbang dunia orang mati aku dipanggil untuk selebihnya dari hidupku. (11) Aku berkata: aku tidak akan melihat TUHAN lagi di negeri orang-orang yang hidup; aku tidak akan melihat seorangpun lagi di antara penduduk dunia. (13) Pondok kediamanku dibongkar dan dibuka seperti kemah gembala; seperti tukang tenun menggulung tenunannya aku mengakhiri hidupku; TUHAN memutus nyawaku dari benang hidup. Dari siang sampai malam Engkau membiarkan aku begitu saja”.
Bdk. 2Kor 5:1 - “Karena kami tahu, bahwa jika kemah tempat kediaman kita di bumi ini dibongkar, Allah telah menyediakan suatu tempat kediaman di sorga bagi kita, suatu tempat kediaman yang kekal, yang tidak dibuat oleh tangan manusia”.
2Pet 1:14 - “Sebab aku tahu, bahwa aku akan segera menanggalkan kemah tubuhku ini, sebagaimana yang telah diberitahukan kepadaku oleh Yesus Kristus, Tuhan kita”.
b) Kata ‘kemah’ digunakan sebagai kiasan untuk ‘tubuh’ untuk menunjukkan kesementaraan hidup kita ini. Dan ini dikontraskan dengan kehidupan yang akan datang, yang kekal.
Pulpit Commentary: “The natural body is but a tabernacle for the soul, a tent to dwell in during our earthly pilgrimage, not a permanent habitation. The word reminds us of 2 Cor 5:1-4, where St. Paul uses the same metaphor” (= Tubuh alamiah hanyalah suatu kemah untuk jiwa, suatu kemah untuk tinggal di dalamnya selama ziarah kita di bumi ini, bukan suatu tempat tinggal permanen. Kata-kata ini mengingatkan kita tentang 2Kor 5:1-4, dimana Paulus menggunakan kiasan yang sama).
Barnes’ Notes: “The body is called a tabernacle, or tent, as that in which the soul resides for a little time” (= Tubuh disebut suatu kemah, sebagai sesuatu dalam mana jiwa bertempat tinggal untuk suatu waktu yang pendek).
Calvin: “there is to be understood an implied contrast between a fading tabernacle and a perpetual habitation, which Paul explains in 2 Corinthians 5:1” (= di sana harus dimengerti suatu kontras yang implicit antara suatu kemah yang memudar / menghilang dan suatu tempat tinggal kekal, yang dijelaskan oleh Paulus dalam 2Kor 5:1).
Bdk. 2Kor 5:1-4,8 - “(1) Karena kami tahu, bahwa jika kemah tempat kediaman kita di bumi ini dibongkar, Allah telah menyediakan suatu tempat kediaman di sorga bagi kita, suatu tempat kediaman yang kekal, yang tidak dibuat oleh tangan manusia. (2) Selama kita di dalam kemah ini, kita mengeluh, karena kita rindu mengenakan tempat kediaman sorgawi di atas tempat kediaman kita yang sekarang ini, (3) sebab dengan demikian kita berpakaian dan tidak kedapatan telanjang. (4) Sebab selama masih diam di dalam kemah ini, kita mengeluh oleh beratnya tekanan, karena kita mau mengenakan pakaian yang baru itu tanpa menanggalkan yang lama, supaya yang fana itu ditelan oleh hidup. ... (8) tetapi hati kami tabah, dan terlebih suka kami beralih dari tubuh ini untuk menetap pada Tuhan”.
Penerapan: mengingat kesementaraan hidup ini, merupakan sesuatu yang sangat penting bagi kita untuk hidup sedemikian rupa sehingga lebih menekankan kehidupan yang akan datang! Dan itu harus dilakukan dengan menekankan hal-hal yang bersifat rohani lebih dari pada hal-hal yang bersifat jasmani. Pikirkan: dalam hal mana saudara lebih rajin, cari firman atau cari uang?
2) Nisbet mengatakan bahwa argumentasi ke 7 ditunjukkan oleh Petrus dari fakta bahwa selama ia hidup ia akan terus menggerakkan mereka untuk mentaati ay 5-7 itu. Apapun yang seseorang lakukan selama hidupnya seharusnya merupakan sesuatu yang memang penting baginya.
3) Kita hanya bisa berkerja / melayani selama kita hidup.
The Biblical Illustrator (New Testament): “The constancy of his work, ‘As long as I am in this tabernacle.’ The body is called a tabernacle, in respect of its moveableness and frailty, and in opposition to that house, ‘eternal in the heavens.’ And it is observable how he limits his serviceableness to them. Death puts an end to all our ministerial usefulness; but till that time he judged it meet to be aiding their faith; our life and labour must end together” (= Kekonstanan pekerjaannya, ‘selama aku belum menanggalkan kemah tubuhku ini’. Tubuh disebut kemah, berkenaan dengan terus-berpindahnya / mobilitasnya dan kelemahannya, dan bertentangan dengan rumah itu, ‘kekal di surga’. Dan terlihat bagaimana ia membatasi kemampuannya untuk melayani padanya. Kematian menghentikan semua kebergunaan kita dalam pelayanan; tetapi sampai saat itu ia menilainya tepat untuk menambah iman mereka; kehidupan kita dan pekerjaan kita harus berhenti bersama-sama).
Ini menunjukkan pentingnya bagi seorang pelayan firman untuk membuat jemaat selalu ingat akan Firman Tuhan.
Dalam KJV ada kata-kata ‘to stir you up’ (= mengaduk kamu). The Bible Exposition Commentary mengatakan bahwa kata-kata ‘to stir you up’ ini berarti ‘membangunkan’, dan kata yang sama digunakan untuk menggambarkan badai di danau Galilea.
Yoh 6:18 - “sedang laut bergelora karena angin kencang”.
Jadi, apa yang Petrus lakukan adalah mengaduk pikiran mereka untuk mengingatkan mereka akan Firman Tuhan.
5) Alkitab: Firman Tuhan yang tertulis.
The Bible Exposition Commentary: New Testament: “Peter knew that he was going to die, so he wanted to leave behind something that would never die - the written Word of God. His two epistles became a part of the inspired Scriptures, and they have been ministering to the saints for centuries. Men die, but the Word of God lives on! ... If there were no dependable written revelation, we would have to depend on word-of-mouth tradition. If you have ever played the party game ‘Gossip,’ you know how a simple sentence can be radically changed when passed from one person to another! We do not depend on the traditions of dead men; we depend on the truth of the living Word. Men die, but the Word lives forever. If we did not have a dependable written revelation, the church would be at the mercy of men’s memories. People who pride themselves on having good memories should sit on the witness stand in a courtroom! It is amazing that three perfectly honest witnesses can, with good conscience, give three different accounts of an automobile accident! Our memories are defective and selective. We usually remember what we want to remember, and often we distort even that. Fortunately, we can depend on the written Word of God. ‘It is written’ and it stands written forever. We can be saved through this living Word (1 Peter 1:23-25), nurtured by it (1 Peter 2:2), and guided and protected as we trust and obey” [= Petrus tahu bahwa ia akan mati, dan karena itu ia ingin meninggalkan sesuatu yang tidak akan pernah mati - Firman Allah yang tertulis. Kedua suratnya menjadi suatu bagian dari Kitab Suci yang diilhamkan, dan mereka telah melayani orang-orang kudus selama berabad-abad. Manusia mati, tetapi Firman Allah hidup terus! ... Jika tidak ada wahyu tertulis yang dapat dipercayai / diandalkan, kita akan harus bersandar pada tradisi dari mulut ke mulut. Jika kamu pernah memainkan permainan pesta yang disebut ‘gosip’, kamu tahu bagaimana suatu kalimat yang sederhana bisa berubah secara radikal pada waktu disampaikan dari satu orang ke orang lain! Kita tidak tergantung pada tradisi-tradisi dari orang-orang mati; kita bersandar pada kebenaran dari Firman yang hidup. Manusia mati, tetapi Firman hidup selama-lamanya. Jika kita tidak mempunyai wahyu tertulis yang bisa dipercayai / diandalkan, gereja akan tergantung pada belas kasihan dari ingatan-ingatan manusia. Orang-orang yang membanggakan diri mereka karena mempunyai ingatan yang baik harus duduk di tempat saksi dalam ruangan pengadilan! Adalah mengherankan bahwa tiga saksi yang betul-betul jujur bisa, dengan hati nurani yang baik, memberikan tiga cerita / laporan yang berbeda tentang suatu kecelakaan mobil. Ingatan kita cacat dan bersifat memilih. Kita biasanya ingat apa yang ingin kita ingat, dan sering kita bahkan menyimpang dalam hal itu. Untungnya, kita bisa bersandar / mempercayai Firman Allah yang tertulis. ‘Itu / ada tertulis’ dan itu tetap tertulis selama-lamanya. Kita bisa diselamatkan melalui Firman yang hidup ini (1Petrus 1:23-25), dipelihara / diberi makan olehnya (1Pet 2:2), dan dibimbing dan dilindungi pada waktu kita percaya dan taat].
Catatan: bandingkan Al-Quran dan Alkitab dalam hal ini. Al-Quran, dalam kepercayaan Islam sendiri, biarpun sekarang tertulis, tetapi dulunya hanya diingat.
II PETRUS 1:10-21(3)
Ay 14-15: “(14) Sebab aku tahu, bahwa aku akan segera menanggalkan kemah tubuhku ini, sebagaimana yang telah diberitahukan kepadaku oleh Yesus Kristus, Tuhan kita. (15) Tetapi aku akan berusaha, supaya juga sesudah kepergianku itu kamu selalu mengingat semuanya itu”.
Ay 14: “Sebab aku tahu, bahwa aku akan segera menanggalkan kemah tubuhku ini, sebagaimana yang telah diberitahukan kepadaku oleh Yesus Kristus, Tuhan kita”.
1) “Sebab aku tahu, bahwa aku akan segera menanggalkan kemah tubuhku ini”.
a) ‘Segera’.
Kata yang diterjemahkan ‘segera’ bisa juga diterjemahkan ‘mendadak’, dan para penafsir berbeda pendapat tentang yang mana yang benar. Tetapi, boleh dikatakan semua Kitab Suci bahasa Inggris menterjemahkan ‘segera’, bukan ‘mendadak’.
KJV: ‘shortly’ (= segera / tak lama lagi).
RSV/NIV: ‘soon’ (= segera).
NASB: ‘imminent’ (= dekat / sebentar lagi).
A. T. Robertson: “‘Cometh swiftly’. tachinee estin. A late adjective (Theocritus, the Septuagint, inscription), in the New Testament only here and 2 Peter 2:1. It is not clear whether tachinos means ‘soon’ or ‘speedy’ as in Isa 59:7 and like tachus in James 1:19, or ‘sudden’, like tachus in Plato (Republ. 553 D). Either sense agrees with the urgent tone of Peter here, whether he felt his death to be near or violent or both” [= ‘Datang dengan cepat’. tachinee estin. Suatu kata sifat yang muncul belakangan (Theocritus, Septuaginta, prasasti), dalam Perjanjian Baru hanya di sini dan 2Pet 2:1. Tidak jelas apakah tachinos berarti ‘segera’ atau ‘cepat’ seperti dalam Yes 59:7 dan seperti tachus dalam Yak 1:19, atau ‘mendadak’, seperti tachus dalam Plato (Republ. 553 D). Arti yang manapun cocok dengan nada mendesak dari Petrus di sini, apakah ia merasa bahwa kematiannya sudah dekat atau bersifat bengis / keras atau keduanya].
Pulpit Commentary: “St. Peter may mean by these words either that his death was near at hand, or that, when it came, it would be sudden, a violent death, not a lengthened illness” (= Santo Petrus bisa memaksudkan dengan kata-kata ini atau bahwa kematiannya sudah dekat, atau bahwa, pada waktu kematiannya datang, itu akan bersifat mendadak, suatu kematian yang bengis / keras, bukan suatu keadaan sakit yang berkepanjangan).
Lenski: “There is some discussion as to whether this means ‘swift, sudden,’ or ‘soon.’ We prefer the former. ... We know nothing about when, how, and where the Lord made this indication to Peter about his dying soon. ... John 13:36 and 21:18, etc., indicate a violent death by martyrdom, hence one that is swift. Peter was now an old man (John 21:18); the Lord said that when he became old, somebody would tie a rope around his body and hale him to his death; so executioners did with their victims. ... Peter’s end would be swift” [= Ada beberapa diskusi berkenaan apakah ini berarti ‘cepat, mendadak’ atau ‘segera’. Kami memilih yang pertama. ... Kita tidak tahu apapun tentang kapan, bagaimana, dan dimana Tuhan membuat petunjuk ini kepada Petrus bahwa ia akan segera mati. Yoh 13:36 dan 21:18, dsb, menunjukkan suatu kematian yang bengis / keras oleh kematian syahid, dan karena itu suatu kematian yang cepat. Sekarang Petrus adalah seorang yang sudah tua (Yoh 21:18); Tuhan berkata bahwa pada waktu ia menjadi tua, seseorang akan mengikatkan tali sekeliling tubuhnya dan memaksanya pergi menuju kematiannya; demikianlah dilakukan oleh algojo-algojo dengan korban-korban mereka. ... Akhir dari Petrus akan cepat] - hal 282.
Yohanes 13:36 - “Simon Petrus berkata kepada Yesus: ‘Tuhan, ke manakah Engkau pergi?’ Jawab Yesus: ‘Ke tempat Aku pergi, engkau tidak dapat mengikuti Aku sekarang, tetapi kelak engkau akan mengikuti Aku.’”.
Yoh 21:18 - “Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya ketika engkau masih muda engkau mengikat pinggangmu sendiri dan engkau berjalan ke mana saja kaukehendaki, tetapi jika engkau sudah menjadi tua, engkau akan mengulurkan tanganmu dan orang lain akan mengikat engkau dan membawa engkau ke tempat yang tidak kaukehendaki.’”.
UBS New Testament Handbook Series: “‘Will be soon’ points to the nearness of Peter’s death. Some commentaries want to understand this to mean violent and unexpected death, but such an interpretation seems to be influenced by reading this passage in the light of John 21:18, where Jesus refers to the way Peter will die some day. The Greek word itself simply suggests swiftness, not violence” (= ‘Akan segera’ menunjuk pada dekatnya kematian Petrus. Beberapa buku tafsiran mau menafsirkan ini untuk berarti kematian yang keras / bengis dan tak terduga, tetapi penafsiran seperti itu kelihatannya dipengaruhi oleh pembacaan text ini dalam terang dari Yoh 21:18, dimana Yesus menunjuk pada cara Petrus akan mati pada suatu hari. Kata Yunaninya sendiri hanya menunjukkan ke-cepat-an / kesegeraan, bukan kekerasan / kebengisan).
b) ‘menanggalkan kemah tubuhku ini’.
Ini menunjukkan bahwa manusia terdiri dari tubuh dan jiwa / roh. Karena itu, kita tidak boleh hanya memperhatikan kebutuhan tubuh, tetapi juga, dan bahkan terutama, kebutuhan jiwa / roh.
The Biblical Illustrator (New Testament): “From this notion of putting off our bodies it will appear that - WE DO IN REALITY CONSIST OF BODY AND SOUL, which is the foundation of all religion. If we were all body, the pleasures and interests of the body would be our supreme happiness; but since we have a soul to govern the motions of the body, it must be our wisdom and our interest to take diligent heed of that soul, and not suffer the body to engross all our care. A creature that is made of two distinct parts cannot be completely happy by providing for one part only. Our care of the life of the soul will oblige us to take care of any hurt or mischief that may befall it, as we see it does in our bodies. Again, do we bestow much time and labour upon adorning our bodies, it is abundantly more for our interest that we spare a portion of them to the soul, in exalting that with wisdom and holiness” (= Dari gagasan / pemikiran tentang penanggalan tubuh terlihat bahwa - dalam kenyataannya kita memang terdiri dari tubuh dan jiwa, yang merupakan dasar dari agama. Seandainya kita seluruhnya adalah tubuh, kesenangan-kesenangan dan kepentingan-kepentingan dari tubuh akan merupakan kebahagiaan kita yang tertinggi; tetapi karena kita mempunyai suatu jiwa untuk memerintah pergerakan dari tubuh, maka haruslah merupakan hikmat dan perhatian kita untuk memperhatikan dengan rajin jiwa itu, dan tidak membiarkan tubuh untuk mengasyikkan / menarik seluruh perhatian / pemeliharaan kita. Suatu makhluk yang dibuat dari dua bagian yang berbeda tidak bisa sepenuhnya bahagia dengan menyediakan hanya untuk satu bagian saja. Perhatian / pemeliharaan kita tentang kehidupan dari jiwa akan mewajibkan kita untuk memelihara luka / sakit atau kerusakan yang bisa menimpanya, seperti kita lihat hal itu terjadi dalam tubuh kita. Lagi, kalau kita memberikan banyak waktu dan jerih payah untuk menghiasi tubuh kita, maka lebih-lebih lagi kita harus menyimpan sebagian darinya bagi jiwa, dalam meninggikan jiwa itu dengan hikmat dan kekudusan).
The Biblical Illustrator (New Testament): “Are we constantly apprehensive that we must leave our bodies? THIS SHOULD TEACH US NOT TO VALUE OURSELVES UPON ANY BODILY ACCOMPLISHMENTS AND QUALIFICATIONS, NOR TO ALLOW TOO LARGE A SNARE OF OUR PAINS AND TIME IN SEARCHING AFTER THEM, BUT TO PURIFY BOTH SOUL AND BODY, AND TO PREPARE THEM FOR A HAPPY RECEPTION INTO THE OTHER WORLD. It is absurd to boast or grow proud of things which we are soon to part with, or be very eager to obtain what we are sure we cannot hold for a long time. The ornaments of sobriety and temperance, humility and meekness, charity, wisdom, and holiness, will stand us in greatest stead when our bodies have left us. And nothing but they will do us service” (= Apakah kita secara terus menerus melihat / memahami bahwa kita harus meninggalkan tubuh kita? Ini harus mengajar kita untuk tidak menilai diri kita sendiri berdasarkan pencapaian dan kecakapan jasmani apapun, atau mengijinkan usaha dan waktu kita terjerat dalam mencari hal-hal itu, tetapi untuk memurnikan baik jiwa maupun tubuh, dan untuk mempersiapkan mereka untuk suatu penerimaan yang bahagia ke dalam dunia yang lain. Adalah menggelikan untuk membanggakan atau menjadi sombong tentang hal-hal yang segera akan berpisah dengan kita, atau sangat sungguh-sungguh / bersemangat untuk mendapatkan apa yang kita yakin tidak bisa kita pertahankan untuk waktu yang lama. Perhiasan-perhiasan dari kewarasan / ketenangan dan kesederhanaan / penguasaan diri, kerendahan hati dan kelembutan, kasih, hikmat, dan kekudusan, akan menempatkan kita di kedudukan tertinggi pada waktu tubuh kita meninggalkan kita. Dan tidak ada hal lain kecuali hal-hal itu akan bermanfaat bagi kita).
The Biblical Illustrator (New Testament): “This observation that we are to put off our bodies will instruct us in THE DIGNITY AND SUPERIORITY OF THE SOUL ABOVE THE BODY. The soul herself suffers nothing by this separation, but is made more glorious by it. The soul is the seat of knowledge and sensation, and the body is very insignificant without it. The soul, therefore, is the best part of us. The body has no life without the soul, but the soul has life though it be stripped of body. How, then, can we justify our neglect of the soul and our unmeasurable, our most unreasonable affection for the body?” (= Pengamatan bahwa kita harus menanggalkan tubuh kita mengajar kita tentang kewibawaan dan kesuperioran / ke-lebih-tinggi-an jiwa di atas tubuh. Jiwa itu sendiri tidak menderita apa-apa oleh perpisahan ini, tetapi dibuat lebih mulia olehnya. Jiwa adalah kedudukan / pusat dari pengetahuan dan perasaan, dan tubuh sangat tidak berarti tanpa jiwa. Karena itu, jiwa adalah bagian terbaik dari diri kita. Tubuh tidak mempunyai kehidupan tanpa jiwa, tetapi jiwa mempunyai kehidupan sekalipun jiwa itu dilucuti tubuhnya. Maka / jadi, bagaimana kita bisa membenarkan pengabaian kita tentang jiwa dan perasaan / cinta kita yang tidak bisa diukur, paling tidak masuk akal untuk tubuh?).
Illustrasi: saya baru saja melihat sebuah film dokumenter (betul-betul terjadi!) tentang gadis yang punya tumor / kanker di otaknya, di bagian yang paling tidak bisa dijangkau. Untuk operasi, ia betul-betul harus dibunuh lebih dulu, dengan mendinginkan darahnya sampai 15° C., dan disuntik jantungnya dengan obat tertentu, sehingga jantung berhenti, dan secara klinis ia betul-betul mati. Lalu darahnya dipompa keluar, supaya tidak ada perdarahan otak pada saat otak itu dioperasi. Setelah otaknya dioperasi, darahnya dikembalikan, ia diberi alat bantu pernafasan, dsb, dan dilakukan kejut jantung, sehingga ia hidup kembali. Besoknya ia sudah sadar. Yang menarik adalah, ia menceritakan bahwa pada saat mati, ia (jiwa/ rohnya) keluar dari tubuhnya, dan bisa melihat (padahal mata dari tubuhnya ditutup!) dan mendengar dengan jelas, bahkan dengan lebih jelas / bening dari pada ketika ia hidup, segala sesuatu yang terjadi dalam ruangan itu. Dan pada saat ia dihidupkan kembali, ia merasa seperti diceburkan dalam sebuah kolam renang, dan rasanya sangat sakit.
2) Alexander Nisbet, yang menerima penafsiran ‘sudah dekat’, menganggap hal ini sebagai argumentasi ke 8, dimana sekalipun sudah dekat dengan kematian, tetapi Petrus masih terus menekankan hal ini kepada mereka. Apa yang kita lakukan sampai detik-detik terakhir hidup kita pastilah merupakan sesuatu yang terpenting bagi kita (bandingkan dengan pelatih tinju saya yang terus bicara tentang tinju sampai akhir hidupnya).
Alexander Nisbet: “The nearer our journey’s end be, the faster should we run, according to our strength, in serving Christ, and doing good to souls: for when death is near the best will think the great part of their business undone” (= Makin dekat akhir dari perjalanan kita, makin cepat kita harus lari, sesuai dengan kekuatan kita, dalam melayani Kristus, dan melakukan hal-hal yang baik bagi jiwa-jiwa: karena pada waktu kematian sudah dekat orang-orang yang terbaik akan memikirkan tentang bagian besar dari pekerjaan / kesibukan mereka yang belum dilakukan) - hal 234.
Calvin: “We are also taught by the example of Peter, that the shorter term of life remains to us, the more diligent ought we to be in executing our office. It is not commonly given to us to foresee our end; but they who are advanced in years, or weakened by illness, being reminded by such indications of the shortness of their life, ought to be more sedulous and diligent, so that they may in due time perform what the Lord has given them to do; nay, those who are the strongest and in the flower of their age, as they do not render to God so constant a service as it behooves them to do, ought to quicken themselves to the same care and diligence by the recollection of approaching death; lest the occasion of doing good may pass away, while they attend negligently and slothfully to their work” (= Kita juga diajar oleh teladan Petrus, bahwa makin pendek sisa hidup kita, maka seharusnya makin rajin kita melaksanakan tugas kita. Pada umumnya kita tidak diberitahu saat kematian kita; tetapi mereka yang sudah tua, atau dilemahkan oleh penyakit, dan diingatkan oleh petunjuk-petunjuk itu tentang singkatnya hidup mereka, harus lebih bekerja keras dan rajin, sehingga pada waktu yang seharusnya mereka bisa melakukan apa yang Tuhan tugaskan mereka untuk lakukan; tidak, mereka yang paling kuat dan berada pada usia terbaik mereka, karena mereka tidak memberikan kepada Allah pelayanan yang konstan seperti yang harus mereka lakukan, harus mempercepat diri mereka sendiri pada perhatian dan kerajinan yang sama oleh ingatan tentang kematian yang mendekat; supaya jangan kesempatan melakukan apa yang baik lewat, sementara mereka memperhatikan / menyelesaikan pekerjaan mereka dengan lalai / sembrono).
Penerapan: ini bertentangan dengan sikap banyak orang, yang pada saat sudah agak tua, lalu berhenti melayani, dengan alasan ‘memberi kesempatan kepada yang muda-muda’. Buang alasan konyol ini! Yang muda-muda memang harus melayani, tetapi yang sudah tua, selama masih memungkinkan, juga harus tetap melayani.
3) “sebagaimana yang telah diberitahukan kepadaku oleh Yesus Kristus, Tuhan kita”.
Ada penafsir yang menganggap bahwa Petrus menerima wahyu yang baru, yang memang menunjukkan bahwa ia akan segera mati.
Tetapi Albert Barnes mengatakan bahwa Petrus tahu kalau kematiannya sudah dekat, hanya berdasarkan kata-kata Yesus dalam Yoh 21:18-19, bukan karena mendapatkan petunjuk / firman yang baru berkenaan dengan hal itu.
Yoh 21:18-19 - “(18) Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya ketika engkau masih muda engkau mengikat pinggangmu sendiri dan engkau berjalan ke mana saja kaukehendaki, tetapi jika engkau sudah menjadi tua, engkau akan mengulurkan tanganmu dan orang lain akan mengikat engkau dan membawa engkau ke tempat yang tidak kaukehendaki.’ (19) Dan hal ini dikatakanNya untuk menyatakan bagaimana Petrus akan mati dan memuliakan Allah. Sesudah mengatakan demikian Ia berkata kepada Petrus: ‘Ikutlah Aku.’”.
Karena dalam Yoh 21:18-19 itu Yesus mengatakan ‘jika engkau sudah menjadi tua’, maka pada saat ia sudah tua ia tahu bahwa ia akan segera mati. Pulpit Commentary dan Jamieson, Fausset & Brown juga mempunyai pandangan yang sama.
Ay 15: “Tetapi aku akan berusaha, supaya juga sesudah kepergianku itu kamu selalu mengingat semuanya itu”.
1) ‘kepergianku’.
KJV/ASV/NKJV: ‘my decease’ (= kematianku).
RSV/NIV/NASB: ‘my departure’ (= keberangkatanku).
Kata ‘kepergian’ ini diterjemahkan dari kata Yunani EXODON.
a) Ini adalah bahasa halus untuk ‘kematian’.
UBS New Testament Handbook Series: “‘Departure’ is a very dignified euphemism, or way of avoiding the unpleasant word ‘death.’ (The same euphemism is used in Luke 9:31.)” [= ‘Kepergian’ adalah suatu penghalusan bahasa yang sangat bermartabat, atau suatu cara untuk menghindari kata ‘kematian’ yang tidak menyenangkan (penghalusan bahasa yang sama digunakan dalam Luk 9:31).].
Luk 9:31 - “Keduanya menampakkan diri dalam kemuliaan dan berbicara tentang tujuan kepergianNya yang akan digenapiNya di Yerusalem”.
KJV/ASV/NKJV: ‘his decease’ (= kematianNya).
RSV/NIV/NASB: ‘his departure’ (= keberangkatanNya).
Catatan: saya meragukan bahwa penggunaan kata ‘pergi’ atau ‘kepergian’ ini merupakan suatu penghalusan bahasa. Saya menganggap memang ada alasan theologis sehingga bukan digunakan kata ‘mati’ atau ‘kematian’, tetapi ‘pergi’ atau ‘kepergian’. Untuk itu lihat point b) dan c) di bawah ini.
b) Ini menunjukkan bahwa mati tidak berarti ‘musnah’ atau ‘berhenti mempunyai keberadaan’, tetapi menunjukkan bahwa mati berarti ‘pindah ke tempat lain’.
Barnes’ Notes: “This is not the usual word to denote death, but is rather a word denoting that he was going on a journey out of this world. He did not expect to cease to be, but he expected to go on his travels to a distant abode” (= Ini bukan kata yang biasa untuk menunjuk pada kematian, tetapi lebih merupakan suatu kata yang menunjukkan bahwa ia akan menempuh suatu perjalanan keluar dari dunia ini. Ia tidak mengharapkan untuk berhenti ada, tetapi ia mengharapkan untuk menempuh perjalananya ke suatu tempat kediaman yang jauh).
Calvin: “He declares that death is departing from this world, that we may remove elsewhere, even to the Lord” (= Ia menyatakan bahwa kematian adalah kepergian / keberangkatan dari dunia ini, sehingga kita bisa dipindahkan ke suatu tempat lain, yaitu kepada Tuhan).
Bdk. Fil 1:23 - “Aku didesak dari dua pihak: aku ingin pergi dan diam bersama-sama dengan Kristus - itu memang jauh lebih baik”.
Catatan: kata ‘pergi’ yang digunakan oleh Paulus dalam Fil 1:23 adalah kata Yunani yang berbeda dengan yang digunakan dalam 2Pet 1:15 dan Luk 9:31.
c) Ini berhubungan dengan keluarnya Israel dari Mesir (EXODUS).
Vincent: “‘Decease’ (exodon). ‘Exodus’ is a literal transcript of the word, and is the term used by Luke in his account of the transfiguration. ‘They spake of his decease.’ It occurs only once elsewhere, Heb 11:22, in the literal sense, the ‘departing or exodus’ of the children of Israel” [= ‘Kematian’ (EXODON). ‘Exodus’ merupakan suatu salinan hurufiah dari kata itu, dan merupakan istilah yang digunakan oleh Lukas dalam cerita / laporannya tentang perubahan rupa / pemuliaan. ‘Mereka berbicara tentang kematianNya’. Kata itu hanya muncul satu kali di tempat lain, Ibr 11:22, dalam arti yang hurufiah, ‘pemberangkatan atau exodus’ dari anak-anak Israel].
Catatan: kata ‘transfiguration’ menunjuk pada pemuliaan Yesus di atas gunung, dimana Ia berubah rupa. Kata ‘transfiguration’ itu sendiri berarti ‘perubahan rupa / bentuk’.
Ibr 11:22 - “Karena iman maka Yusuf menjelang matinya memberitakan tentang keluarnya orang-orang Israel dan memberi pesan tentang tulang-belulangnya”.
KJV: ‘the departing’ (= keberangkatan).
RSV/NIV/NASB: ‘the exodus’ (= exodus).
ASV/NKJV: ‘the departure’ (= keberangkatan).
Jamieson, Fausset & Brown: “The very word exodon used in the transfiguration, Moses and Elias conversing about Christ’s decease (found nowhere else in the New Testament, but Heb. 11:22, ‘the departing of Israel’ out of Egypt, to which the saints’ deliverance from the bondage of corruption answers)” [= Kata EXODON digunakan dalam perubahan rupa / pemuliaan, Musa dan Elia berbicara tentang kematian Kristus (tidak ditemukan di tempat lain dalam Perjanjian Baru, tetapi Ibr 11:22, ‘kepergian Israel’ keluar dari Mesir, yang cocok dengan pembebasan orang-orang kudus dari perbudakan kejahatan)].
Barclay: “The picture comes from the journeying of the patriarchs in the Old Testament. They had no abiding residence but lived in tents because they were on the way to the Promised Land. The Christian knows well that his life in this world is not a permanent residence but a journey towards the world beyond. We get the same idea in verse 15. There Peter speaks of his approaching death as his EXODOS, his departure. EXODOS is, of course, the word which is used for the departure of the children of Israel from Egypt, and their setting out to the Promised Land. Peter sees death, not as the end but as the going out into the Promised Land of God” (= Gambaran itu datang dari perjalanan dari nenek moyang mereka dalam Perjanjian Lama. Mereka tidak mempunyai tempat tinggal tetap tetapi hidup / tinggal di kemah karena mereka sedang dalam perjalanan ke Negeri Perjanjian. Orang Kristen tahu dengan baik bahwa kehidupannya dalam dunia ini bukanlah suatu tempat tinggal yang permanen tetapi suatu perjalanan menuju dunia yang akan datang / alam baka. Kita mendapatkan gagasan yang sama dalam ay 15. Di sana Petrus berbicara tentang kematiannya yang mendekat sebagai EXODOS-nya, keberangkatannya. Tentu saja, EXODOS adalah kata yang digunakan untuk keberangkatan dari anak-anak Israel dari Mesir, dan keberangkatan mereka ke Negeri Perjanjian. Petrus melihat kematian, bukan sebagai akhir tetapi sebagai keluar menuju Negeri Perjanjian dari Allah) - hal 308.
2) ‘kamu selalu mengingat semuanya itu’.
Ini merupakan tujuan dari usaha Petrus. Ia berusaha supaya setelah ia mati, mereka / orang-orang kepada siapa ia menulis tetap mengingat ajarannya / tulisannya. Jadi, setelah matipun ia berharap bahwa ia masih bisa memberi manfaat bagi gereja! Bandingkan dengan banyak orang yang pada waktu hidup saja tak peduli dengan hal itu, apalagi pada waktu sudah mati!
Alexander Nisbet: “The sense of obligation to Jesus Christ will make His servants and people sincerely studious to do that while they live, that may be some way useful for His honour and the good of others, when they are gone. And though every one cannot leave such profitable monuments as some others have done, yet ought every Christian to endeavour to leave behind them the seeds of saving knowledge, sown in the hearts of those with whom they converse, at least the savoury remembrance of their humble and holy walking, the fruits of their charity and other good works, which may do as much good after their decease as some volumes do” (= Perasaan kewajiban terhadap Yesus Kristus akan membuat pelayan-pelayan dan umatNya dengan sungguh-sungguh rajin untuk melakukan hal itu sementara mereka hidup, supaya mereka bisa dengan suatu cara berguna untuk kehormatanNya dan kebaikan orang-orang lain, pada waktu mereka pergi / mati. Dan sekalipun setiap orang tidak bisa meninggalkan monumen yang berguna seperti itu, seperti yang telah dilakukan oleh beberapa orang-orang lain, tetapi setiap orang Kristen harus berusaha untuk meninggalkan di belakang mereka benih dari pengetahuan yang menyelamatkan, ditaburkan dalam hati dengan siapa mereka berbicara, sedikitnya ingatan yang sedap tentang kehidupan mereka yang rendah hati dan kudus, buah-buah dari kasih dan perbuatan baik mereka yang lain, yang bisa melakukan kebaikan yang sama banyaknya setelah kematian mereka seperti kebaikan yang dilakukan oleh buku-buku) - hal 235.
The Biblical Illustrator (New Testament): “Here observe the desire is not that after Peter’s decease people should remember him as much as ‘the things’ he had taught them. To the true minister the message is of infinitely more importance than himself” (= Di sini perhatikan keinginannya bukanlah bahwa setelah kematian Petrus orang-orang harus mengingat dia tetapi ‘hal-hal’ yang telah ia ajarkan kepada mereka. Bagi pelayan / pendeta yang sejati berita adalah jauh lebih penting dari pada dirinya sendiri).
The Biblical Illustrator (New Testament): “The minister must labour neither for praise nor for purse, but for conscience; he must fish for souls, not for riches. There are too many that seek the Church goods rather than the Church’s good” (= Pelayan / pendeta harus berjerih payah bukan untuk pujian ataupun untuk dompet, tetapi untuk hati nurani; ia harus memancing jiwa, bukan kekayaan. Ada terlalu banyak yang mencari harta Gereja dan bukannya kebaikan dari Gereja).
3) Penafsiran dari sebagian penafsir Katolik tentang ayat ini.
Pulpit Commentary: “Some Roman Catholic commentators think that this passage contains a promise that the apostle would still, after his death, continue to remember the needs of the Church on earth, and to help them by his intercessions; but this interpretation involves a complete dislocation of clauses, and cannot possibly be the true meaning of the words” (= Sebagian penafsir Roma Katolik berpikir / menganggap bahwa text ini berisi suatu janji bahwa sang rasul akan tetap, setelah kematiannya, terus mengingat kebutuhan dari Gereja di bumi, dan menolong mereka oleh syafaatnya; tetapi penafsiran ini melibatkan suatu perpindahan sepenuhnya dari anak-anak kalimatnya, dan tidak mungkin merupakan arti yang benar dari kata-kata ini).
II PETRUS 1:10-21(4)
Ay 16: “Sebab kami tidak mengikuti dongeng-dongeng isapan jempol manusia, ketika kami memberitahukan kepadamu kuasa dan kedatangan Tuhan kita, Yesus Kristus sebagai raja, tetapi kami adalah saksi mata dari kebesaranNya”.
1) “Sebab kami tidak mengikuti dongeng-dongeng isapan jempol manusia”.
KJV: ‘cunningly devised fables’ (= dongeng-dongeng yang diciptakan dengan cerdik).
RSV: ‘cleverly devised myths’ (= dongeng-dongeng yang diciptakan dengan pandai).
NIV: ‘cleverly invented stories’ (= cerita-cerita yang diciptakan dengan pandai).
NASB: ‘cleverly devised tales’ (= dongeng-dongeng yang diciptakan dengan pandai).
Barnes’ Notes: “That is, fictions or stories invented by artful men, and resting on no solid foundation” (= Artinya, fiksi atau cerita / dongeng yang dibuat / diciptakan oleh orang-orang yang licik, dan tidak berdasar pada fondasi yang kokoh).
UBS New Testament Handbook Series: “Cleverness here is understood in a derogatory sense” (= ‘Kepintaran / kecerdikan’ di sini dimengerti dalam arti yang menghina).
IVP Bible Background Commentary: New Testament: “The term translated ‘myths’ (NRSV) was usually used negatively for untrue stories, such as slanderously false accounts about the gods; ‘myths’ were contrasted with reliable accounts” [= Istilah yang diterjemahkan ‘mitos-mitos / dongeng-dongeng’ (NRSV) biasanya digunakan secara negatif untuk cerita-cerita / dongeng-dongeng yang tidak benar, seperti cerita palsu yang memfitnah tentang dewa-dewa; ‘mitos-mitos’ dikontraskan dengan cerita-cerita yang dapat dipercaya].
UBS New Testament Handbook Series mengatakan bahwa rupanya ada orang-orang yang menuduh pemberitaan rasul-rasul tentang Yesus sebagai suatu dongeng yang dibuat secara cerdik, dan ini khususnya berkenaan dengan kedatangan Kristus yang keduakalinya (bdk. ay 16b), dan juga nanti merupakan pokok pembicaraan dalam 2Pet 3. Berita tentang kedatangan Kristus yang keduakalinya sering diragukan karena ‘penundaannya’ yang begitu lama (bdk. 2Pet 3:4).
2Pet 3:4 - “Kata mereka: ‘Di manakah janji tentang kedatanganNya itu? Sebab sejak bapa-bapa leluhur kita meninggal, segala sesuatu tetap seperti semula, pada waktu dunia diciptakan.’”.
Dan nabi-nabi palsu menggunakan kesempatan ini untuk menuduh para rasul bahwa mereka telah membuat dongeng itu secara cerdik. Dengan kalimat ini Petrus melakukan pembelaan terhadap orang-orang yang menuduh itu dan mengatakan bahwa berita yang mereka beritakan bukan dongeng-dongeng yang tidak benar.
Penerapan: Dalam memberitakan Injil atau memberitakan firman Tuhan, banyak nabi-nabi pslu memang menciptakan ‘dongeng-dongeng yang cerdik’, bualan-bualan yang dimasukkan ke dalam khotbah-khotbah mereka. Tetapi hamba Tuhan yang sejati tidak boleh demikian! Tetapi dalam memberitakan Injil / memberitakan firman Tuhan dengan jujurpun kita tetap bisa dituduh seperti itu.
2) “ketika kami memberitahukan kepadamu kuasa dan kedatangan Tuhan kita, Yesus Kristus sebagai raja”.
Barnes’ Notes: “‘The power and coming.’ These two words refer to the same thing; and the meaning is, his ‘powerful coming,’ or his ‘coming in power.’” (= ‘Kuasa dan kedatangan’. Kedua kata ini menunjuk pada hal yang sama; dan artinya adalah ‘kedatanganNya yang penuh kuasa’, atau ‘kedatangan dalam kuasa’.).
UBS New Testament Handbook Series: “‘Power and coming’ is another pair of words that may be interpreted in two ways: 1. They can be taken separately, with ‘power’ being an attribute of Christ that was shown during his life and ministry, and especially at his resurrection. ‘Coming,’ on the other hand, is a Greek term for the appearance of a god (parousia); when used of Christ it refers primarily to his future coming in glory (see Matt 24:3,27; 1 Cor 15:23; 1 Thess 3:13; 4:15; James 5:7-8; 1 John 2:28). Some translations indicate clearly that these terms are taken separately: ... 2. On the other hand, the two terms can be taken together and treated as a hendiadys, with power describing coming, hence ‘coming with power,’ ‘coming in power,’ ‘powerful coming,’ or ‘mighty coming’ (TEV). In other parts of the New Testament, power is closely linked with the second coming of Jesus (Matt 24:30; Mark 9:1; 13:26; Luke 21:27)” [= ‘Kuasa dan kedatangan’ adalah sepasang kata lain yang bisa ditafsirkan dengan dua cara: 1. Mereka bisa diartikan secara terpisah , dengan ‘kuasa’ merupakan sifat / perlengkapan dari Kristus yang telah ditunjukkan selama kehidupan dan pelayananNya, dan khususnya pada kebangkitanNya. ‘Kedatangan’, di sisi lain, adalah suatu istilah Yunani untuk suatu pemunculan / penampilan dari seorang dewa (parousia); pada waktu digunakan tentang Kristus, itu terutama menunjuk pada kedatangannya yang akan datang dalam kemuliaan (lihat Mat 24:3,27; 1Kor 15:23; 1Tes 3:13; 4:15; Yak 5:7-8; 1Yoh 2:28). Beberapa terjemahan menunjukkan secara jelas bahwa istilah-istilah ini diartikan secara terpisah: ... 2. Di sisi lain, kedua istilah bisa diartikan bersama-sama dan diperlakukan sebagai suatu hendiadys, dengan ‘kuasa’ menggambarkan ‘kedatangan’, dan karena itu ‘datang dengan kuasa’, ‘datang dalam kuasa’, ‘kedatangan yang berkuasa / penuh kuasa’, atau ‘kedatangan yang kuat / hebat’ (TEV). Dalam bagian-bagian lain dari Perjanjian Baru, ‘kuasa’ dihubungkan secara dekat dengan kedatangan kedua dari Yesus (Mat 24:30; Mark 9:1; 13:26; Luk 21:27)].
Mat 24:30 - “Pada waktu itu akan tampak tanda Anak Manusia di langit dan semua bangsa di bumi akan meratap dan mereka akan melihat Anak Manusia itu datang di atas awan-awan di langit dengan segala kekuasaan dan kemuliaanNya”.
Mark 9:1 - “KataNya lagi kepada mereka: ‘Aku berkata kepadamu, sesungguhnya di antara orang yang hadir di sini ada yang tidak akan mati sebelum mereka melihat bahwa Kerajaan Allah telah datang dengan kuasa.’”.
Mark 13:26 - “Pada waktu itu orang akan melihat Anak Manusia datang dalam awan-awan dengan segala kekuasaan dan kemuliaanNya”.
Lukas 21:27 - “Pada waktu itu orang akan melihat Anak Manusia datang dalam awan dengan segala kekuasaan dan kemuliaanNya”.
Catatan:
a) ‘Hendiadys’ merupakan suatu gaya bahasa dimana 2 kata benda dihubungkan dengan kata ‘and’ (= dan), tetapi digunakan / diartikan sebagai suatu kata benda dengan suatu kata yang menentukan sifat [Webster’s New World Dictionary (College Edition)].
b) Saya kira bukan hanya ada terjemahan yang menterjemahkan kedua kata itu secara terpisah, tetapi boleh dikatakan hampir semua terjemahan atau mayoritas terjemahan menterjemahkan kedua kata itu secara terpisah (KJV/RSV/NIV/NASB/ASV/NKJV). Tetapi kedua penafsir di atas kelihatannya memilih alternatif terjemahan satunya.
c) Perhatikan bahwa kata Yunani PAROUSIA dikatakan sebagai suatu kata Yunani yang biasanya digunakan untuk menunjuk pada pemunculan seorang dewa, tetapi sekarang digunakan terhadap kedatangan Kristus yang keduakalinya. Hal-hal seperti ini harus diperhatikan oleh orang-orang Kristen yang ‘tidak terpelajar’ yang secara extrim berusaha membersihkan kristen dari kekefiran, dengan mengharuskan untuk membuang semua yang berasal dari kafir. Misalnya kelompok Yahweh-isme yang menolak kata ‘Allah’, dan juga kelompok anti Natal, yang melarang Natal karena dianggap mempunyai asal usul kafir.
3) “tetapi kami adalah saksi mata dari kebesaranNya”.
Barclay: “There is one particularly significant thing about the transfiguration story. In all three gospels, it immediately follows the prophecy of Jesus which said that there were some standing there who would not pass from the world until they had seen the Son of Man coming in his kingdom (Matthew 16:28; Mark 9:1; Luke 9:27). That would certainly seem to indicate that the transfiguration and the Second Coming were in some way linked together. Whatever we may say, this is much certain, that Peter’s great aim in this letter is to recall his people to a living belief in the Second Coming and he bases his right to do so on what he saw on the Mount of Transfiguration” [= Ada satu hal yang sangat penting tentang cerita tentang perubahan rupa. Dalam ketiga Injil, cerita itu langsung menyusul nubuat Yesus yang mengatakan bahwa di sana ada beberapa orang yang tidak akan mati sebelum mereka melihat Anak Manusia datang dalam kerajaanNya (Mat 16:28; Mark 9:1; Luk 9:27). Itu pasti kelihatannya memberi petunjuk bahwa perubahan rupa dan kedatangan yang keduakalinya berhubungan dengan suatu cara tertentu. Apapun yang kita katakan, yang pasti adalah bahwa tujuan besar dari Petrus dalam suratnya ini adalah untuk mengingatkan umatnya pada suatu kepercayaan yang hidup pada kedatangan yang keduakalinya dan ia mendasarkan haknya untuk melakukan hal itu pada apa yang ia lihat di Gunung dari Perubahan rupa] - hal 310.
Catatan: ada pro kontra yang luar biasa tentang arti dari Mat 16:28 - “Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya di antara orang yang hadir di sini ada yang tidak akan mati sebelum mereka melihat Anak Manusia datang sebagai Raja dalam KerajaanNya.’”.
Albert Barnes mempersoalkan: apa hubungan antara apa yang disaksikan oleh Petrus (bersama Yohanes dan Yakobus) di gunung itu dengan kedatangan Kristus yang keduakalinya? Ia mengatakan beberapa hal:
a) Dari apa yang mereka lihat itu para rasul itu diyakinkan secara mutlak bahwa Yesus adalah Mesias.
b) Suara dari surga pada saat itu menyatakan Yesus sebagai Anak Allah (Mat 17:5).
Mat 17:5 - “Dan tiba-tiba sedang ia berkata-kata turunlah awan yang terang menaungi mereka dan dari dalam awan itu terdengar suara yang berkata: ‘Inilah Anak yang Kukasihi, kepadaNyalah Aku berkenan, dengarkanlah Dia.’”.
c) Perubahan rupa yang dialami Yesus di gunung itu dimengerti sebagai mempunyai suatu hubungan dengan kedatangan Kristus yang keduakalinya dalam kerajaan dan kemuliaanNya, dan dirancang untuk mewakili cara dalam mana Ia nanti akan muncul. Ini ditunjukkan oleh fakta bahwa perubahan rupa itu diceritakan langsung setelah kata-kata Yesus dalam Mat 16:28, yang berhubungan dengan kedatangan Kristus yang keduakalinya.
Ay 17: “Kami menyaksikan, bagaimana Ia menerima kehormatan dan kemuliaan dari Allah Bapa, ketika datang kepadaNya suara dari Yang Mahamulia, yang mengatakan: ‘Inilah Anak yang Kukasihi, kepadaNyalah Aku berkenan.’”.
1) Kata-kata ‘Kami menyaksikan’ di awal ay 17 ini sebetulnya tidak ada.
KJV: ‘For he received from God the Father honour and glory, when there came such a voice to him from the excellent glory, This is my beloved Son, in whom I am well pleased.’ (= Karena Ia menerima dari Allah Bapa kehormatan dan kemuliaan, pada waktu di sana datang suatu suara kepadaNya dari Yang maha mulia, Inilah AnakKu yang Kukasihi, kepadaNyalah Aku berkenan).
2) Komentar tentang ay 17 ini.
The Bible Exposition Commentary: New Testament: “The focus in this paragraph is on the transfiguration of Jesus Christ. The experience is recorded by Matthew (17:1ff), Mark (9:2-8), and Luke (9:28-36); yet none of those writers actually participated in it! Peter was there when it happened! In fact, the very words that he used in this section (2 Peter 1:12-18) remind us of his experience on the Mount of Transfiguration. He used the word tabernacle twice (2 Peter 1:13-14), and this suggests Peter’s words, ‘Let us make here three tabernacles’ (Matt 17:4). In 2 Peter 1:15, he used the word decease, which is ‘exodus’ in the Greek and is used in Luke 9:31. Jesus did not consider His death on the cross a defeat; rather, it was an ‘exodus’ - He would deliver His people from bondage the way Moses delivered Israel from Egypt!” [= Fokus dari paragraf ini adalah pada perubahan rupa dari Yesus Kristus. Pengalaman itu dicatat oleh Matius (17:1-dst), Markus (9:2-8), dan Lukas (9:28-36); tetapi tidak ada dari penulis-penulis itu yang betul-betul ikut ambil bagian di dalamnya! Petrus ada di sana pada saat hal itu terjadi! Dalam faktanya, kata-kata yang ia gunakan dalam bagian ini (2Pet 1:12-18) mengingatkan kita tentang pengalamannya di Gunung Perubahan rupa. Ia menggunakan kata ‘kemah’ dua kali (2Pet 1:13-14), dan ini memberi kesan tentang kata-kata Petrus, ‘Biarlah kudirikan di sini tiga kemah’ (Mat 17:4). Dalam 2Pet 1:15, ia menggunakan kata ‘mati / pergi’, yang adalah EXODUS dalam bahasa Yunani dan digunakan dalam Luk 9:31. Yesus tidak menganggap kematianNya di kayu salib sebagai suatu kekalahan; tetapi sebaliknya, itu merupakan suatu EXODUS - Ia akan membebaskan umatNya dari belenggu dengan cara seperti Musa membebaskan Israel dari Mesir!].
The Bible Exposition Commentary: New Testament: “Note the repetition of the pronoun ‘we’ in 2Peter 1:16-19. It refers to Peter, James, and John - the only Apostles with the Lord on the Mount of Transfiguration. (John referred to this experience in John 1:14 - ‘We beheld His glory.’) These three men had to keep silent about their experience until after the Lord was raised from the dead (Matt 17:9); then they told the other believers what had happened on the mountain” [= Perhatikan pengulangan dari kata ganti orang ‘kami’ dalam 2Pet 1:16-19. Itu menunjuk kepada Petrus, Yakobus, dan Yohanes - Rasul-rasul yang ada bersama Tuhan di Gunung Perubahan rupa. (Yohanes menunjuk pada pengalaman ini dalam Yoh 1:14 - ‘Kita telah melihat kemuliaanNya’.) Ketiga orang ini harus tetap diam tentang pengalaman mereka sampai Tuhan dibangkitkan dari orang mati (Mat 17:9); maka mereka menceritakan kepada orang-orang percaya yang lain apa yang telah terjadi di gunung].
Mat 17:9 - “Pada waktu mereka turun dari gunung itu, Yesus berpesan kepada mereka: ‘Jangan kamu ceriterakan penglihatan itu kepada seorangpun sebelum Anak Manusia dibangkitkan dari antara orang mati.’”.
Bagusnya mereka tunduk pada larangan untuk memberitakan itu, padahal jelas bukan sesuatu yang mudah untuk tidak menceritakan sesuatu yang luar biasa yang mereka saksikan di atas gunung itu.
Tetapi ada orang yang waktu dilarang memberitakan, tetap memberitakan, dan itu justru ‘merugikan’ pelayanan Kristus, seperti dalam text di bawah ini.
Mark 1:40-45 - “(40) Seorang yang sakit kusta datang kepada Yesus, dan sambil berlutut di hadapanNya ia memohon bantuanNya, katanya: ‘Kalau Engkau mau, Engkau dapat mentahirkan aku.’ (41) Maka tergeraklah hatiNya oleh belas kasihan, lalu Ia mengulurkan tanganNya, menjamah orang itu dan berkata kepadanya: ‘Aku mau, jadilah engkau tahir.’ (42) Seketika itu juga lenyaplah penyakit kusta orang itu, dan ia menjadi tahir. (43) Segera Ia menyuruh orang itu pergi dengan peringatan keras: (44) ‘Ingatlah, janganlah engkau memberitahukan apa-apa tentang hal ini kepada siapapun, tetapi pergilah, perlihatkanlah dirimu kepada imam dan persembahkanlah untuk pentahiranmu persembahan, yang diperintahkan oleh Musa, sebagai bukti bagi mereka.’ (45) Tetapi orang itu pergi memberitakan peristiwa itu dan menyebarkannya kemana-mana, sehingga Yesus tidak dapat lagi terang-terangan masuk ke dalam kota. Ia tinggal di luar di tempat-tempat yang sepi; namun orang terus juga datang kepadaNya dari segala penjuru”.
Karena itu, kalau Tuhan memerintahkan atau melarang sesuatu, sekalipun kita tidak bisa mengerti apa maksudnya, kita harus mentaatinya. Logika / otak kita hanya digunakan untuk mengerti kehendak Tuhan dalam firmanNya, dan lalu tidak boleh digunakan untuk menilai apakah kehendak Tuhan itu logis atau tidak, menguntungkan atau tidak dan sebagainya.
Penerapan: dalam hal-hal lain, kadang-kadang kita juga berbicara pada saat kita seharusnya tetap diam. Misalnya: seorang counsellor / pendeta yang mengcounsel seseorang seharusnya secara profesional merahasiakan apapun yang dibicarakan. Seorang majelis seharusnya juga merahasiakan apapun yang dibicarakan dalam rapat. Tetapi dalam kenyataan, banyak orang ‘bocor mulut’ dalam hal ini!
Ay 18: “Suara itu kami dengar datang dari sorga, ketika kami bersama-sama dengan Dia di atas gunung yang kudus”.
Lenski: “Efforts to locate this mountain are futile. The traditional site, Mount Tabor, will not do at all since Jesus had been in the north and had returned to Capernaum and had as yet not gone as far south as Tabor” (= Usaha-usaha untuk menentukan lokasi dari gunung ini adalah sia-sia. Tempat yang ditunjuk oleh tradisi, Gunung Tabor, tidak cocok sama sekali karena Yesus telah berada di Utara dan telah kembali ke Kapernaum dan belum pergi ke Selatan sejauh Tabor) - hal 291.
Memang jelas bahwa ingin tahu, atau membahas, apa yang Alkitab tidak beritahukan, merupakan sesuatu yang sia-sia. Bandingkan dengan tulisan di bawah ini.
Yakub Tri Handoko: “Setting lain yang perlu kita perhatikan adalah tempat. Matius mencatat bahwa peristiwa ini terjadi ‘di sebuah gunung yang tinggi’. Gunung pasti tinggi, sehingga penambahan ‘yang tinggi’ mengindikasikan bahwa ketinggian gunung ini adalah di atas rata-rata. Mayoritas bapa gereja dan tour guide ke Israel meyakini bahwa gunung yang dimaksud adalah Gunung Tabor. Walaupun ini adalah pandangan tradisional sejak lama, tetapi hampir semua teolog modern menolak dugaan ini: (1) Gunung Tabor (< 600 m) termasuk sangat rendah untuk layak dikategorikan sebagai ‘gunung yang tinggi’; (2) menurut Josephus, seorang sejarahwan Yahudi waktu itu, pada abad ke-1 di puncak Gunung Tabor dikelilingi tembok untuk benteng pertahanan; (3) posisi Gunung Tabor tidak sesuai dengan rute perjalanan Yesus dari Kaisarea Filipi (16:13) ke Kapernaum (17:24) lalu ke Yerusalem (band. 16:21), karena Gunung Tabor terletak antara Kapernaum dan Yerusalem. Jika tansfigurasi terjadi di gunung ini, maka Yesus telah melakukan perjalanan memutar dari Kaisarea Filipi - Gunung Tabor - Kapernaum - Gunung Tabor - Yerusalem. Sebagian teolog mengusulkan Gunung Hermon (2814 m) sebagai tempat transfigurasi. Sama seperti usulan pertama, usulan ini pun sulit untuk diterima: (1) Gunung Hermon terlalu dingin untuk didiami selama semalam (band. Luk 9:37), karena puncak gunung ini selalu bersalju di sepanjang waktu; (2) posisi Gunung Hermon malah lebih ke utara lagi dibandingkan Gunung Tabor, sehingga kalau transfigurasi terjadi gunung ini maka Yesus juga memutar dari Kaisarea Filipi - Gunung Hermon - Kaisarea Filipi - Kapernaum - Yerusalem; (3) menurut catatan Markus (Mar 9:14), ketika rombongan Yesus turun dari gunung mereka mendapati murid-murid lain sedang berdebat dengan para ahli Taurat. Sesuai tradisi waktu itu, kehadiran ahi Taurat di sekitar Gunung Hermon yang terletak jauh di utara Yerusalem tampaknya sangat janggal. Sebagian teolog sekarang mengusulkan Gunung Miron (1197 m) yang terletak di antara Kaisarea Filipi dan Kapernaum. Walaupun dari sisi ketinggian dan posisi gunung ini layak diperhitungkan sebagai alternatif, namun kita tidak dapat memberi argumen yang pasti. Kita sebaiknya mengikuti para penulis Alkitab yang sengaja tidak menjelaskan posisi detil dari gunung ini. Dari cara mereka menceritakan peristiwa ini terlihat bahwa identifikasi gunung ini tidak sepenting peristiwa yang terjadi di atasnya”.
Menghabiskan banyak waktu dengan kesimpulan seperti itu merupakan sesuatu yang sia-sia. Hal yang sama terjadi dengan orang-orang yang ingin tahu dan berusaha menyelidiki, kapan dan dimana Yesus lahir, dimana letak penyaliban Yesus dan sebagainya. Tempatnya, saatnya tidak penting. Yang penting adalah peristiwanya.
II PETRUS 1:10-21(5)
Ay 19: “Dengan demikian kami makin diteguhkan oleh firman yang telah disampaikan oleh para nabi. Alangkah baiknya kalau kamu memperhatikannya sama seperti memperhatikan pelita yang bercahaya di tempat yang gelap sampai fajar menyingsing dan bintang timur terbit bersinar di dalam hatimu”.
1) “Dengan demikian kami makin diteguhkan oleh firman yang telah disampaikan oleh para nabi”.
Terjemahan ini sama sekali tidak cocok.
KJV: ‘We have also a more sure word of prophecy’ (= Kami juga mempunyai firman nubuatan yang lebih pasti).
RSV: ‘And we have the prophetic word made more sure’ (= Dan kami mempunyai firman nubuatan yang dibuat lebih pasti).
NIV: ‘And we have the word of the prophets made more certain’ (= Dan kami mempunyai firman dari nabi-nabi yang dibuat lebih pasti).
NASB: ‘So we have the prophetic word made more sure’ (= Demikianlah kami mempunyai firman nubuatan yang dibuat lebih pasti).
Adam Clarke: “‘We have also a more sure word of prophecy.’ Echomen bebaioteron ton propheetikon logon. We have the prophetic doctrine more firm or more confirmed; for in this sense the word bebaiooo is used in several places in the New Testament... This is the literal sense of the passage in question; and this sense removes that ambiguity from the text which has given rise to so many different interpretations” (= ‘Kami juga mempunyai firman nubuatan yang lebih pasti’. Echomen bebaioteron ton propheetikon logon. Kami mempunyai ajaran / doktrin nubuatan yang lebih teguh / kokoh atau lebih tetap; karena dalam arti ini kata bebaioOO digunakan di beberapa tempat dalam Perjanjian Baru. ... Ini adalah arti hurufiah dari text yang dipersoalkan; dan arti ini menyingkirkan semua kemenduaan arti / kekaburan dari text ini yang telah menimbulkan begitu banyak penafsiran-penafsiran yang berbeda).
Catatan: Adam Clarke memberikan beberapa contoh dimana dalam Perjanjian Baru kata itu memang diartikan demikian. Contoh-contohnya ialah: 1Kor 1:6 2Kor 1:21 Kol 2:7 Ibr 2:3 Ibr 6:16.
1Kor 1:6 - “sesuai dengan kesaksian tentang Kristus, yang telah diteguhkan di antara kamu”.
2Kor 1:21 - “Sebab Dia yang telah meneguhkan kami bersama-sama dengan kamu di dalam Kristus, adalah Allah yang telah mengurapi”.
Kol 2:7 - “Hendaklah kamu berakar di dalam Dia dan dibangun di atas Dia, hendaklah kamu bertambah teguh dalam iman yang telah diajarkan kepadamu, dan hendaklah hatimu melimpah dengan syukur”.
Ibr 2:3-4 - “(3) bagaimanakah kita akan luput, jikalau kita menyia-nyiakan keselamatan yang sebesar itu, yang mula-mula diberitakan oleh Tuhan dan oleh mereka yang telah mendengarnya, kepada kita dengan cara yang dapat dipercayai, sedangkan (4) Allah meneguhkan kesaksian mereka oleh tanda-tanda dan mujizat-mujizat dan oleh berbagai-bagai penyataan kekuasaan dan karena Roh Kudus, yang dibagi-bagikanNya menurut kehendakNya”.
Ibr 6:16 - “Sebab manusia bersumpah demi orang yang lebih tinggi, dan sumpah itu menjadi suatu pengokohan baginya, yang mengakhiri segala bantahan”.
Adam Clarke: “See 1 Cor. 1:6: Even as the testimony of Christ ebebaioothee, was CONFIRMED, among you. 2 Cor. 1:21: now he which stablisheth us, ho de bebaioon heemas, who CONFIRMETH us. Col. 2:7: rooted and built up in him, and established in the faith, bebaioumenoi, CONFIRMED in the faith. Heb. 2:3: how shall we escape if we neglect so great salvation heetis ebebaioothee, which was CONFIRMED to us. Heb. 6:16: and an oath, eis bebaioosin, for CONFIRMATION”.
Ada 2 penafsiran tentang text ini.
a) Penglihatan mereka tentang Kristus yang dimuliakan di atas gunung (perubahan rupa Kristus) menyebabkan nubuat-nubuat Perjanjian Lama menjadi lebih pasti bagi mereka (Lenski, Barclay).
Lenski: “When they became eyewitnesses of his majesty, this was their own experience with Christ made the entire prophetic Word more sure to them, ... after seeing Christ’s majesty the Old Testament prophesies were surer than ever to the apostles” (= Pada waktu mereka menjadi saksi-saksi mata keagunganNya, ini adalah pengalaman mereka sendiri dengan Kristus yang membuat seluruh Firman nubuatan lebih pasti bagi mereka, ... setelah melihat keagungan Kristus nubuat-nubuat Perjanjian Lama menjadi lebih pasti dari sebelumnya bagi rasul-rasul) - hal 292,293.
Barclay: “The first sentence can well mean: ‘In prophecy we have an even surer guarantee, that is, of the Second Coming.’ If Peter did say this, he means that the words of the prophets are an even surer guarantee of the reality of the Second Coming than his own experience on the Mount of Transfiguration. However unlikely it may seem, it is by no means impossible that he did say just that. ... But we think that the second possibility is to be preferred: ‘What we saw on the Mount of Transfiguration makes it even more certain that what is foretold in the prophets about the Second Coming must be true.’ However we take it, the meaning is that the glory of Jesus on the mountain top and the visions of the prophets combine to make it certain that the Second Coming is a living reality which all men muct expect and for which all men must prepare” (= Kalimat pertama bisa berarti: ‘Dalam nubuat, kami bahkan mempunyai garansi yang lebih pasti, yaitu, tentang kedatangan yang keduakalinya’. Jika Petrus memang mengatakan ini, ia memaksudkan bahwa kata-kata dari nabi-nabi bahkan merupakan suatu garansi yang lebih pasti tentang realita dari kedatangan yang keduakalinya dari pada pengalamannya sendiri di Gunung dari Perubahan rupa. Bagaimanapun tidak mungkinnya kelihatannya, sama sekali tidak mustahil bahwa ia memang mengatakan hal itu. ... Tetapi kami menganggap bahwa kemungkinan kedua harus lebih dipilih: ‘Apa yang kami lihat di Gunung Perubahan rupa membuat bahkan lebih pasti bahwa apa yang diramalkan dalam nabi-nabi tentang kedatangan yang keduakalinya pasti benar’. Bagaimanapun kita mengartikannya, artinya adalah bahwa kombinasi dari kemuliaan Yesus di puncak gunung dan penglihatan-penglihatan dari nabi-nabi membuat pasti bahwa kedatangan yang keduakalinya merupakan suatu kenyataan yang hidup yang semua orang harus harapkan dan untuk mana semua orang harus siap sedia) - hal 311-312.
b) Nubuat-nubuat / firman Tuhan dalam Perjanjian Lama merupakan sesuatu yang lebih pasti dari mujijat yang mereka dapatkan, termasuk suara dari surga, pada saat Yesus dimuliakan (mengalami perubahan rupa) di atas gunung. Penafsiran ini dipegang oleh mayoritas penafsir.
Alexander Nisbet: “He calls it ‘A more sure Word,’ comparing it with ‘the voice from Heaven,’ whereof he spoke immediately before; not as if there could be any uncertainty in the Lord’s voice speaking from heaven, but because it is a greater matter to have foreseen and foretold things to come, than to have seen and related the greatest things present. And because a transient voice is more easily mistaken or forgotten than a standing authentic record, therefore the written Word is a more sure ground for sinners’ faith to rest upon than a Voice from heaven could be” (= Ia menyebutnya ‘Suatu Firman yang lebih pasti’, membandingkannya dengan ‘suara dari Surga’, yang ia bicarakan persis sebelumnya; bukan seakan-akan di sana ada ketidak-pastian apapun dalam suara Tuhan yang berbicara dari surga, tetapi karena merupakan suatu hal yang lebih besar untuk melihat lebih dulu dan meramalkan hal-hal yang akan datang, dari pada melihat dan menceritakan hal-hal terbesar sekarang. Dan karena suara yang sementara dengan lebih mudah keliru atau dilupakan dari pada suatu catatan otentik yang bertahan, karena itu Firman yang tertulis merupakan suatu dasar yang lebih pasti untuk iman orang-orang berdosa dari pada suatu Suara dari surga) - hal 239.
Matthew Henry: “The description that is given of the scriptures of the Old Testament: they are called a more sure word of prophecy” (= Penggambaran yang diberikan tentang Kitab Suci Perjanjian Lama: mereka disebut suatu firman nubuatan yang lebih pasti).
Wycliffe Bible Commentary: “‘We have also a more sure word of prophecy.’ Taken with what is said in verse 21, the reference of these verses seems to be to the OT Scriptures. It is an amazing assessment of the validity of holy Scripture that Peter declares it to be more dependable than a voice from heaven heard with the natural ear” (= ‘Kami juga mempunyai suatu firman nubuatan yang lebih pasti’. Diartikan dengan apa yang dikatakan dalam ayat 21, ayat-ayat ini kelihatannya menunjuk pada Kitab Suci PL. Merupakan suatu taksiran / penilaian yang mengherankan / mengagumkan tentang kebenaran / keabsahan dari Kitab Suci kudus sehingga Petrus menyatakan itu sebagai lebih dapat dipercayai dari pada suatu suara dari surga yang didengar dengan telinga alamiah / jasmani).
Vincent: “We may explain either: (a) as the English Revised Version (1885), ‘we have the word of prophecy made more sure,’ i. e., we are better certified than before as to the prophetic word by reason of this voice; or (b) we have the word of prophecy as a surer confirmation of God’s truth than what we ourselves saw, i. e., Old Testament testimony is more convincing than even the voice heard at the transfiguration” [= Kami / kita bisa menjelaskan atau: (a) seperti English Revised Version (1885), ‘kami mempunyai firman nubuatan yang dibuat lebih pasti’, yaitu, kami dijamin dengan lebih baik dari sebelumnya berkenaan dengan firman nubuatan oleh alasan dari suara ini; atau (b) kami mempunyai firman nubuatan sebagai suatu konfirmasi / penegasan yang lebih pasti berkenaan dengan kebenaran Allah dari pada apa yang kami sendiri lihat, artinya, kesaksian Perjanjian Lama adalah lebih meyakinkan bahkan dari suara yang didengar pada perubahan rupa].
Vincent sendiri lebih setuju dengan yang kedua
Barnes’ Notes: “the more obvious sense of this passage seems to be, and as many suppose to be the correct interpretation ..., it means that the prophecy was more sure, more steadfast, more to be depended on than even what the three disciples had seen and heard in the mount of transfiguration, ... Though Peter regarded the testimony which he and James and John bore to the glory of the Saviour, from what they saw on the holy mount, as strong and clear confirmation that he was the Son of God, yet he could not but be aware that ... they might have been dazzled and deceived by some natural phenomenon occurring there. ... even supposing that there was a miracle in the case, the evidence of the prophecies, embracing many points in the same general subject, and extending through a long series of years, would be more satisfactory than any single miracle whatever” (= Arti yang lebih jelas dari text ini kelihatannya adalah, dan yang dianggap banyak orang sebagai penafsiran yang benar ..., itu berarti bahwa nubuat adalah lebih pasti, lebih tetap, lebih dipercayai bahkan dari apa yang telah dilihat dan didengar oleh tiga murid itu di gunung perubahan rupa, ... Sekalipun Petrus menganggap kesaksian yang ia dan Yakobus dan Yohanes berikan pada kemuliaan dari sang Juruselamat, dari apa yang mereka lihat di gunung yang kudus, sebagai konfirmasi / peneguhan yang kuat dan jelas bahwa Ia adalah Anak Allah, tetapi ia tidak bisa tidak menyadari bahwa ... mereka bisa saja telah dipesonakan dan ditipu oleh suatu fenomena alamiah yang terjadi di sana. ... bahkan jika dianggap bahwa di sana memang terjadi mujijat dalam kasus ini, bukti dari nubuat-nubuat, mencakup banyak point / hal tentang pokok umum yang sama, dan terbentang selama masa yang lama, akan lebih memuaskan dari satu mujijat apapun).
Bible Knowledge Commentary: “In today’s experience-oriented societies many people, including some Christians, seek to determine or assess truth by the particular way God has worked in their own lives. But for Peter the splendor of his experience (with Christ at His transfiguration) faded as he spoke of the surety of the written revelation of the prophets” [= Dalam masyarakat yang berorientasi pada pengalaman jaman sekarang ini, banyak orang, termasuk sebagian orang Kristen, mencari / berusaha untuk menentukan atau menilai kebenaran oleh cara khusus yang telah Allah kerjakan dalam kehidupan mereka sendiri. Tetapi bagi Petrus kemegahan dari pengalamannya (bersama Kristus pada Perubahan rupaNya) memudar ketika ia berbicara tentang kepastian dari wahyu tertulis dari nabi-nabi].
The Bible Exposition Commentary: New Testament: “The best defense against false teaching is true living. A church filled with growing Christians, vibrant in their faith, is not likely to fall prey to apostates with their counterfeit Christianity. But this Christian living must be based on the authoritative Word of God. False teachers find it easy to seduce people who do not know their Bible but who are desirous of ‘experiences’ with the Lord. It is a dangerous thing to build on subjective experience alone and ignore objective revelation. Peter discussed Christian experience in the first half of 2 Peter 1, and in the last half he discussed the revelation we have in the Word of God. His purpose is to show the importance of knowing God’s Word and relying on it completely. The Christian who knows what he believes and why he believes it will rarely be seduced by the false teachers and their devious doctrines” (= Pertahanan yang terbaik terhadap ajaran palsu / sesat adalah kehidupan yang benar. Suatu gereja yang dipenuhi dengan orang-orang Kristen yang bertumbuh, bersemangat dalam iman mereka, kecil kemungkinannya untuk menjadi mangsa dari orang-orang sesat dengan kekristenan mereka yang palsu. Tetapi kehidupan Kristen ini harus didasarkan pada Firman Allah yang berotoritas. Guru-guru palsu mendapati mudah untuk membujuk orang-orang yang tidak mengenal Alkitab mereka tetapi yang menginginkan ‘pengalaman’ dengan Tuhan. Merupakan suatu hal yang berbahaya untuk membangun pada pengalaman yang bersifat subyektif saja dan mengabaikan wahyu yang bersifat obyektif. Petrus membicarakan pengalaman Kristen dalam setengah bagian pertama dari 2Pet 1, dan dalam setengah bagian terakhir ia mendiskusikan wahyu yang kita miliki dalam Firman Allah. Tujuannya adalah untuk menunjukkan pentingnya mengenal Firman Allah dan bersandar padanya sepenuhnya. Orang Kristen yang mengetahui apa yang ia percayai dan mempercayainya akan jarang dibujuk oleh guru-guru palsu dan ajaran-ajaran / doktrin-doktrin mereka yang menyimpang).
Bandingkan kata-kata dengan orang-orang yang keranjingan mujijat, dan bahkan menganggap mujijat / pengalaman sebagai dasar iman / kebenaran!
Contoh: orang dari Yahweh-isme dalam seminar tentang Yahweh-isme di Balikpapan. Ia menjadi yakin bahwa menggunakan kata / nama ‘Allah’ itu salah, karena Tuhan sendiri berbicara kepada dia berkenaan dengan hal itu.
2) “Alangkah baiknya kalau kamu memperhatikannya sama seperti memperhatikan pelita yang bercahaya di tempat yang gelap sampai fajar menyingsing dan bintang timur terbit bersinar di dalam hatimu”.
a) Ini menunjukkan bahwa kita harus memperhatikan (mempelajari dan mentaati) nubuat-nubuat Perjanjian Lama.
Barnes’ Notes: “‘Whereunto ye do well that ye take heed.’ They are worthy of your study, of your close and careful investigation. There is perhaps no study more worthy of the attention of Christians than that of the prophecies” (= ‘Alangkah baiknya kalau kamu memperhatikannya’. Mereka layak kamu pelajari, kamu selidiki dengan teliti dan hati-hati. Mungkin tidak ada pelajaran yang lebih layak mendapatkan perhatian dari orang-orang Kristen dari pada pelajaran tentang nubuat-nubuat).
Catatan: yang dimaksudkan dengan ‘nubuat’ di sini adalah ajaran / Firman Tuhan dalam Perjanjian Lama
b) Kalimat ini menunjukkan bahwa nubuat-nubuat Perjanjian Lama, sekalipun memang memberikan terang, tetapi tidak bisa dibandingkan dengan Injil, yang memberikan terang yang jauh lebih besar.
1. Fajar menyingsing / bintang timur.
a. Bintang timur = Lucifer; apakah ini menunjuk kepada komandan setan?
Vincent: “‘The day-star.’ (foosforos). ... Literally, ‘light-bearer,’ like Lucifer, from lux, ‘light,’ and fero, ‘to bear.’” [= ‘Bintang pagi’ (FOOSFOROS). ... Secara hurufiah, ‘pembawa terang’, seperti Lucifer, dari LUX, ‘terang’, dan FERO, ‘membawa’].
Yes 14:12 - “‘Wah, engkau sudah jatuh dari langit, hai Bintang Timur, putera Fajar, engkau sudah dipecahkan dan jatuh ke bumi, hai yang mengalahkan bangsa-bangsa!”.
KJV: ‘How art thou fallen from heaven, O Lucifer, son of the morning! [how] art thou cut down to the ground, which didst weaken the nations!’.
Catatan: merupakan suatu kesalahan yang luar biasa umum dari hampir semua orang Kristen dan hamba Tuhan, untuk menganggap bahwa nama dari pimpinan setan adalah Lucifer. Ini sama sekali tidak ada dasar Alkitabnya, karena kata ‘Lucifer’ dalam Yes 14:12 versi KJV, menunjuk kepada raja Babel (Yes 14:4,22,23), bukan kepada komandan setan! Perhatikan penafsiran Calvin dan Adam Clarke di bawah ini tentang Yes 14:12.
Calvin: “The exposition of this passage, which some have given, as if it referred to Satan, has arisen from ignorance; for the context plainly shows that these statements must be understood in reference to the king of the Babylonians. But when passages of Scripture are taken at random, and no attention is paid to the context, we need not wonder that mistake of this kind frequently arise. Yet it was an instance of very gross ignorance, to imagine that Lucifer was the king of devils, and that the Prophet gave him this name. But as these inventions have no probability whatever, let us pass by them as useless fables” (= Exposisi yang diberikan oleh beberapa orang tentang text ini, seakan-akan text ini menunjuk kepada setan / berkenaan dengan setan, muncul / timbul dari ketidak-tahuan; karena kontex secara jelas menunjukkan bahwa pernyataan-pernyataan ini harus dimengerti dalam hubungannya dengan raja Babel. Tetapi pada waktu bagian-bagian Kitab Suci diambil secara sembarangan, dan kontex tidak diperhatikan, kita tidak perlu heran bahwa kesalahan seperti ini muncul / timbul. Tetapi itu merupakan contoh dari ketidak-tahuan yang sangat hebat, untuk membayangkan bahwa Lucifer adalah raja dari setan-setan, dan bahwa sang nabi memberikan dia nama ini. Tetapi karena penemuan-penemuan ini tidak mempunyai kemungkinan apapun, marilah kita mengabaikan mereka sebagai dongeng / cerita bohong yang tidak ada gunanya) - hal 442.
Adam Clarke: “And although the context speaks explicitly concerning Nebuchadnezzar, yet this has been, I know not why, applied to the chief of the fallen angels, who is most incongruously denominated Lucifer, (the bringer of light!) an epithet as common to him as those of Satan and Devil. That the Holy Spirit by his prophets should call this arch-enemy of God and man the light-bringer, would be strange indeed. But the truth is, the text speaks nothing at all concerning Satan nor his fall, nor the occasion of that fall, which many divines have with great confidence deduced from this text. O how necessary it is to understand the literal meaning of Scripture, that preposterous comments may be prevented!” [= Dan sekalipun kontexnya berbicara secara explicit tentang Nebukadnezar, tetapi entah mengapa kontex ini telah diterapkan kepada kepala dari malaikat-malaikat yang jatuh, yang secara sangat tidak pantas disebut / dinamakan Lucifer (pembawa terang!), suatu julukan yang sama umumnya bagi dia, seperti Iblis dan Setan. Bahwa Roh Kudus oleh nabiNya menyebut musuh utama dari Allah dan manusia sebagai ‘pembawa terang’, betul-betul merupakan hal yang sangat aneh. Tetapi kebenarannya adalah, text ini tidak berbicara sama sekali tentang Setan maupun kejatuhannya, ataupun saat / alasan kejatuhan itu, yang dengan keyakinan yang besar telah disimpulkan dari text ini oleh banyak ahli theologia. O alangkah pentingnya untuk mengerti arti hurufiah dari Kitab Suci, supaya komentar-komentar yang gila-gilaan / tidak masuk akal bisa dicegah!] - hal 82.
b. ‘Bintang timur’ menunjuk kepada Yesus.
Jamieson, Fausset & Brown: “‘Day-star,’ (fosforos) - ‘the morning star’ (Rev. 22:16); the Lord Jesus” [= ‘Bintang pagi’ (FOSFOROS) - ‘bintang pagi’ (Wah 22:16); Tuhan Yesus].
Pulpit Commentary: “The word for ‘day-star’ (fwsfo/rov, lucifer, light-bringer) is found in no other place of the New Testament; but comp. Rev 2:28; 22:16. ... He is the Bright and Morning Star, the Day-star, the Light-bringer; for he is the Light of the world - he brings the light, the full light of day” [= Kata untuk ‘bintang pagi’ (fwsfo/rov / PHOSPHORON, LUCIFER, pembawa terang) tidak ditemukan di tempat lain dari Perjanjian Baru; tetapi bdk. Wah 2:28; 22:16. ... Ia adalah Bintang Terang dan Bintang Pagi, Bintang Pagi, sang Pembaca Terang; karena Ia adalah Terang dunia - Ia membawa terang, terang yang penuh dari siang hari].
Wahyu 2:28 - “dan kepadanya akan Kukaruniakan bintang timur”.
Wah 22:16 - “‘Aku, Yesus, telah mengutus malaikatKu untuk memberi kesaksian tentang semuanya ini kepadamu bagi jemaat-jemaat. Aku adalah tunas, yaitu keturunan Daud, bintang timur yang gilang-gemilang.’”.
Adam Clarke: “perhaps the latter clause of the verse might be thus understood: The prophecies concerning Jesus, which have been so signally confirmed to us on the holy mount, have always been as a light shining in a dark place, from the time of their delivery to the time in which the bright day of Gospel light and salvation dawned forth, and the Son of righteousness has arisen in our souls, with healing in his rays” (= mungkin anak kalimat terakhir bisa dimengerti demikian: Nubuat-nubuat tentang Yesus, yang telah diteguhkan dengan begitu gemilang kepada kita di gunung yang kudus, telah selalu menjadi seperti suatu terang yang bersinar di suatu tempat gelap, dari saat pemberian / pengiriman mereka sampai saat dimana hari yang terang dari terang dan keselamatan Injil terbit, dan Anak kebenaran telah muncul dalam jiwamu, dengan kesembuhan dalam sinarnya).
c. Di sini kata itu digunakan untuk menunjuk pada firman Tuhan (Injil / Perjanjian Baru).
Ada penafsir yang menganggap bahwa di sini kata itu menunjuk kepada Injil / Perjanjian Baru. Lihat kata-kata Adam Clarke di bawah (komentarnya tentang 2Pet 1:20).
d. Istilah yang berasal dari kafir, sekarang digunakan terhadap Firman Tuhan dan bahkan terhadap Yesus!!!
UBS New Testament Handbook Series (tentang 2Pet 1:19): “The ‘morning star’ is phoosphoros in Greek, a word that refers to the planet Venus and the Greek goddess Artemis. Some scholars have argued that, since phoosphoros means ‘daybreak,’ it cannot refer to Venus but to the sun. But in ordinary usage phoosphoros does refer to Venus, which rises with the dawn and, in a manner of speaking, introduces light into the world. Once again we see Greek culture being used as a vehicle for the Christian message. Here the ‘morning star’ stands for the Messiah, or Christ (see Num 24:17; Rev 22:16), who will bring light into the hearts of believers, in much the same way as the morning star brings light into a dark world” [= ‘Bintang pagi’ adalah PHOOSPHOROS dalam bahasa Yunani, suatu kata yang menunjuk pada planet Venus dan dewi Yunani Artemis. Beberapa / sebagian sarjana telah berargumentasi bahwa, karena PHOOSPHOROS berarti ‘fajar menyingsing’, itu tidak bisa menunjuk pada Venus tetapi pada matahari. Tetapi dalam penggunaan biasa PHOOSPHOROS memang menunjuk pada Venus, yang muncul / terbit bersama subuh / fajar dan, boleh dikatakan, membawa terang ke dalam dunia. Sekali lagi kita melihat kebudayaan Yunani digunakan sebagai suatu sarana untuk berita Kristen. Di sini ‘bintang pagi’ berarti sang Mesias, atau Kristus (lihat Bil 24:17; Wah 22:16), yang akan membawa terang ke dalam hati orang-orang percaya, dengan cara yang sama seperti bintang pagi membawa terang ke dalam dunia yang gelap].
Bil 24:17 - “Aku melihat dia, tetapi bukan sekarang; aku memandang dia, tetapi bukan dari dekat; bintang terbit dari Yakub, tongkat kerajaan timbul dari Israel, dan meremukkan pelipis-pelipis Moab, dan menghancurkan semua anak Set”.
Penerapan: lagi-lagi hal-hal seperti ini harus diperhatikan oleh orang-orang yang mati-matian berusaha membuang Natal, atau membuang kata ‘Allah’, yang mereka claim tanpa bukti yang meyakinkan, bahwa semua itu berbau kekafiran atau berasal dari kekafiran!
2. Fajar menyingsing / bintang timur jelas lebih terang dari pada pelita.
Adam Clarke (tentang 2Pet 1:20): “It is not unfrequent for the writers of the New Testament to draw a comparison between the Mosaic and Christian dispensations; and the comparison generally shows that, glorious as the former was, it had no glory in comparison of the glory that excelleth. ... the Mosaic dispensation, with all the light of prophecy by which it was illustrated, was only as a lamp shining in a dark place. ... This is compared with the Gospel under the emblem of daybreak, and the rising of the sun. ... as a lantern carried in a dark night differs from and is inferior to the beneficial effects of daybreak, and the full light and heat of a meridian sun; so far was the Mosaic dispensation, in its beneficial effects, inferior to the Christian dispensation” (= Tidak jarang bagi penulis-penulis Perjanjian Baru untuk menggambarkan suatu perbandingan antara jaman Musa dan jaman Kristen; dan perbandingan itu biasanya menunjukkan bahwa sekalipun yang pertama itu mulia, tetapi itu tidak mempunyai kemuliaan dibandingkan dengan kemuliaan yang melampauinya. ... jaman Musa, dengan semua terang nubuat dengan mana itu dijelaskan, hanyalah sebuah pelita yang bersinar di tempat yang gelap. ... Ini dibandingkan dengan Injil di bawah simbol dari fajar yang menyingsing, dan naiknya matahari. ... sama seperti sebuah pelita membawa dalam suatu malam yang gelap berbeda dengan dan lebih rendah dari hasil-hasil yang bermanfaat dari fajar yang menyingsing, dan terang dan panas yang penuh dari matahari pada tengah hari; demikian jauhnya jaman Musa, dalam hasil-hasil yang menguntungkannya, lebih rendah dari jaman Kristen).
c) Baik Perjanjian Lama maupun Injil / Perjanjian Baru digambarkan sebagai sesuatu yang terang (biarpun dengan intensitas yang berbeda). Dan seluruh firman Tuhan ini harus kita pelajari, perhatikan dan taati. Kita harus bertumbuh dalam pengetahuan / pengenalan tentang firman Tuhan.
Matthew Henry: “The word is a lamp to the feet of those who use it aright; this discovers the way wherein men ought to walk; this is the means whereby we come to know the way of life. ... They must acknowledge their own darkness. This world is a place of error and ignorance, and every man in the world is naturally without that knowledge which is necessary in order to attain eternal life. ... If ever men are made wise to salvation, it is by the shining of the word of God into their hearts. ... When the light of the scripture is darted into the blind mind and dark understanding by the Holy Spirit of God, then the spiritual day dawns and the day-star arises in that soul” (= Firman adalah lampu / pelita bagi kaki mereka yang menggunakannya dengan benar; ini menemukan jalan dalam mana mereka harus berjalan; ini adalah cara dengan mana kita menjadi tahu tentang jalan kehidupan. ... Mereka harus mengakui kegelapan mereka sendiri. Dunia ini adalah suatu tempat dari kesalahan dan ketidaktahuan / kebodohan, dan setiap orang dalam dunia ini secara alamiah tidak mempunyai pengetahuan itu yang merupakan sesuatu yang perlu untuk mencapai kehidupan kekal. ... Jika seseorang pernah / bisa dibuat menjadi bijaksana kepada keselamatan, itu adalah dengan menyinarkan firman Allah ke dalam hati-hati mereka. ... Pada waktu terang dari Kitab Suci ditembakkan ke dalam pikiran yang buta dan pengertian yang gelap oleh Roh Kudus dari Allah, maka hari rohani menyingsing dan bintang pagi terbit dalam jiwa itu).
Matthew Henry: “This enlightening of a dark benighted mind is like the day-break that improves and advances, spreads and diffuses itself through the whole soul, till it makes perfect day, Prov. 4:18. It is a growing knowledge; those who are this way enlightened never think they know enough, till they come to know as they are known. To give heed to this light must needs be the interest and duty of all; and all who do truth come to this light, while evil-doers keep at a distance from it” (= Pencerahan dari pikiran yang gelap / tak diterangi adalah seperti fajar menyingsing yang bertambah baik dan maju, menyebarkan dirinya sendiri melalui seluruh jiwa, sampai menjadi hari yang sempurna / tengah hari, Ams 4:18. Itu adalah suatu pengetahuan yang bertumbuh; mereka yang diterangi dengan cara ini tidak pernah menganggap / berpikir bahwa mereka sudah tahu secara sukup, sampai mereka mengenal / mengetahui sama seperti mereka dikenal / diketahui. Memperhatikan terang ini harus merupakan minat / perhatian dan kewajiban dari semua; dan semua yang melakukan kebenaran datang kepada terang ini, sementara pembuat-pembuat kejahatan menjaga jarak darinya).
Amsal 4:18 - “Tetapi jalan orang benar itu seperti cahaya fajar, yang kian bertambah terang sampai rembang tengah hari”.
1Kor 13:12 - “Karena sekarang kita melihat dalam cermin suatu gambaran yang samar-samar, tetapi nanti kita akan melihat muka dengan muka. Sekarang aku hanya mengenal dengan tidak sempurna, tetapi nanti aku akan mengenal dengan sempurna, seperti aku sendiri dikenal”.
Yoh 3:19-21 - “(19) Dan inilah hukuman itu: Terang telah datang ke dalam dunia, tetapi manusia lebih menyukai kegelapan dari pada terang, sebab perbuatan-perbuatan mereka jahat. (20) Sebab barangsiapa berbuat jahat, membenci terang dan tidak datang kepada terang itu, supaya perbuatan-perbuatannya yang jahat itu tidak nampak; (21) tetapi barangsiapa melakukan yang benar, ia datang kepada terang, supaya menjadi nyata, bahwa perbuatan-perbuatannya dilakukan dalam Allah.’”.
Calvin: “This is a remarkable passage: we learn from it how God guides us. The Papists have ever and anon in their mouth, that the Church cannot err. Though the word is neglected, they yet imagine that it is guided by the Spirit. But Peter, on the contrary, intimates that all are immersed in darkness who do not attend to the light of the word. Therefore, except thou art resolved wilfully to cast thyself into a labyrinth, especially beware of departing even in the least thing from the rule and direction of the word” [= Ini merupakan suatu text yang luar biasa: kita belajar darinya bagaimana Allah membimbing kita. Para pengikut Paus (orang Katolik) selalu dan segera mengatakan bahwa Gereja (Katolik) tidak bisa salah. Sekalipun firman diabaikan, tetapi mereka mengkhayalkan bahwa Gereja itu dipimpin oleh Roh. Tetapi sebaliknya, Petrus menyatakan bahwa semua yang tidak memperhatikan / mengikuti terang dari firman tenggelam dalam kegelapan. Karena itu, kecuali engkau memutuskan dengan sengaja untuk melemparkan dirimu sendiri ke dalam suatu struktur yang membingungkan, hati-hatilah secara khusus untuk tidak menyimpang bahkan dalam hal yang terkecil dari peraturan dan pengarahan dari firman].
Catatan: ada pro kontra yang sangat hebat tentang arti dari ay 19b ini. Ada pandangan lain yang menganggap bahwa ay 19b menunjuk pada masuknya kita ke surga / hari kedatangan Kristus yang keduakalinya.
II PETRUS 1:10-21(6)
Ay 20-21: “(20) Yang terutama harus kamu ketahui, ialah bahwa nubuat-nubuat dalam Kitab Suci tidak boleh ditafsirkan menurut kehendak sendiri, (21) sebab tidak pernah nubuat dihasilkan oleh kehendak manusia, tetapi oleh dorongan Roh Kudus orang-orang berbicara atas nama Allah”.
1) “Yang terutama harus kamu ketahui” (ay 20a).
Pulpit Commentary: “By ‘knowing this first’ (ginw/skonte$) is meant that we must recognize this truth as of primary importance, or, before we commence the study of prophecy” [= Dengan ‘pertama-tama ketahuilah’ (ginw/skonte$ / GINOSKONTES) dimaksudkan bahwa kita harus mengenali kebenaran ini sebagai sesuatu yang terpenting, atau, sebelum kita melanjutkan pelajaran tentang nubuat].
2) “ialah bahwa nubuat-nubuat dalam Kitab Suci tidak boleh ditafsirkan menurut kehendak sendiri” (ay 20b).
a) Yang dimaksudkan dengan ‘nubuat-nubuat dalam Kitab Suci’ adalah apa yang ada dalam Kitab Suci. Ingat bahwa kata ‘nubuat’ sebetulnya tidak harus diartikan ‘ramalan’ (yang merupakan arti populer yang salah), tetapi seadanya ajaran.
Calvin: “Understand by ‘prophecy of Scripture’ that which is contained in the holy Scriptures” (= Mengertilah kata-kata ‘nubuat Kitab Suci’ sebagai apa yang ada dalam Kitab Suci).
b) Hanya sangat sedikit penafsir yang menafsirkan bagian ini seperti kelihatannya / seperti bunyi ayatnya, yaitu bahwa tak ada orang / nabi boleh menafsirkan Kitab Suci menurut kehendak / pikirannya sendiri.
Lenski: “It is a prevalent conception that Peter intends to say: no person (some add: not even one of the prophets) is to interpret the Scripture’s prophesies according to his own notion - which is of course, true enough. ... The commentators add that we must let the Holy Spirit interpret the prophecies. Although Peter does not say this, this, too, is true. Luther is a sample: ‘Thou art not to interpret thyself, the Holy Spirit himself is to interpret it, or it is to be left uninterpreted.’” [= Merupakan suatu pengertian yang umum bahwa Petrus bermaksud untuk mengatakan: tidak ada orang (sebagian menambahkan: bahkan tidak seorangpun dari nabi-nabi) boleh menafsirkan nubuat-nubuat Kitab Suci sesuai dengan pikirannya sendiri - yang jelas merupakan sesuatu yang cukup benar. ... Para penafsir menambahkan bahwa kita harus membiarkan Roh Kudus menafsirkan nubuat-nubuat. Sekalipun Petrus tidak mengatakan hal ini, ini juga adalah benar. Luther adalah suatu contoh: ‘Engkau tidak boleh menafsirkan sendiri, Roh Kudus sendiri yang harus menafsirkannya, atau itu harus dibiarkan tidak ditafsirkan’.] - hal 296,297.
Catatan: saya tak setuju dengan Lenski bahwa ini merupakan pengertian yang umum. Ini justru penafsiran dari sangat sedikit penafsir.
c) Mayoritas penafsir menafsirkan: tak ada nubuat-nubuat dalam Kitab Suci muncul dari nabi-nabi itu sendiri.
Matthew Henry: “No scripture prophecy is of private interpretation (or a man’s own proper opinion, an explication of his own mind), but the revelation of the mind of God. This was the difference between the prophets of the Lord and the false prophets who have been in the world. The prophets of the Lord did not speak nor do any thing of their own mind, as Moses, the chief of them, says expressly (Num. 16:28), ‘I have not done any of the works (nor delivered any of the statutes and ordinances) of my own mind.’ But false prophets speak a vision of their own heart, not out of the mouth of the Lord, Jer. 23:16” [= Tak ada nubuat Kitab Suci ada dari penafsiran pribadi (atau pandangan orang itu sendiri, suatu penjelasan dari pikirannya sendiri), tetapi wahyu / penyataan dari pikiran Allah. Ini adalah perbedaan antara nabi-nabi dari Tuhan dan nabi-nabi palsu yang telah ada dalam dunia. Nabi-nabi dari Tuhan tidak berbicara atau melakukan apapun dari pikiran mereka sendiri, seperti Musa, kepala dari mereka / yang terutama dari mereka, katakan secara explicit (Bil 16:28), ‘Aku tidak melakukan pekerjaan manapun (ataupun menyampaikan yang manapun dari hukum-hukum dan peraturan-peraturan) dari pikiranku sendiri’. Tetapi nabi-nabi palsu mengatakan suatu penglihatan dari hati mereka sendiri, bukan dari mulut Tuhan, Yer 23:16]
Bil 16:28 - “Sesudah itu berkatalah Musa: ‘Dari hal inilah kamu akan tahu, bahwa aku diutus TUHAN untuk melakukan segala perbuatan ini, dan hal itu bukanlah dari hatiku sendiri”.
KJV/ASV: ‘for I have not done them of mine own mind’ (= karena aku tidak melakukan mereka dari pikiranku sendiri).
RSV: ‘and that it has not been of my own accord’ (= dan bahwa itu bukan dari kehendakku sendiri).
NIV: ‘and that it was not my idea’ (= dan itu bukanlah gagasanku).
NASB: ‘for this is not my doing’ (= karena ini bukanlah tindakanku).
NKJV: ‘for I have not done them of my own will’ (= karena aku tidak melakukan mereka dari kehendakku sendiri).
Yer 23:16 - “Beginilah firman TUHAN semesta alam: ‘Janganlah dengarkan perkataan para nabi yang bernubuat kepada kamu! Mereka hanya memberi harapan yang sia-sia kepadamu, dan hanya mengungkapkan penglihatan rekaan hatinya sendiri, bukan apa yang datang dari mulut TUHAN”.
Lenski: “Only false prophets utter prophesies that originate in what they have willed” (= Hanya nabi-nabi palsu mengucapkan nubuat-nubuat yang berasal dari apa yang mereka inginkan) - hal 298.
Adam Clarke: “‘Knowing this first.’ Considering this as a first principle, that no prophecy of the Scripture, whether that referred to above, or any other, is of any private interpretation - proceeds from the prophet’s own knowledge or invention, or was the offspring of calculation or conjecture. The word epilusis signifies also impetus, impulse; and probably this is the best sense here; not by the mere private impulse of his own mind” (= ‘Pertama-tama ketahuilah ini’. Mempertimbangkan ini sebagai suatu prinsip pertama, bahwa tak ada nubuat dari Kitab Suci, apakah yang ditunjuk di atas, atau yang lain manapun juga, adalah dari penafsiran pribadi manapun - keluar dari pengetahuan atau penemuan sang nabi sendiri, atau merupakan hasil dari perhitungan atau dugaan. Kata EPILUSIS juga berarti dorongan, dorongan hati yang tiba-tiba; dan mungkin ini adalah arti yang terbaik di sini; bukan semata-mata oleh dorongan hati pribadi yang tiba-tiba dari pikirannya sendiri).
Catatan: dalam KJV/RSV/NIV/NASB/ASV/NKJV kata EPILUSIS diterjemahkan ‘interpretation’ (= penafsiran).
Pulpit Commentary: “The word rendered ‘interpretation’ is e)pilu/sew$, which is found nowhere else in the New Testament; the corresponding verb occurs in Mark 4:34, ‘He expounded all things;’ and Acts 19:39, ‘It shall be determined or settled.’ These considerations, strengthened by the context, seem to guide us to the following explanation: No prophecy of Scripture arises from the prophet’s own interpretation of the vision presented to his mind; for it was from God that the prophecy was brought, and men spoke as they were borne on by the Holy Spirit” (= Kata yang diterjemahkan ‘penafsiran’ adalah e)pilu/sew$ / EPILUSEOS, yang tidak ditemukan di tempat lain manapun dalam Perjanjian Baru; kata kerja yang cocok / dapat disamakan muncul dalam Mark 4:34, ‘Ia menguraikan / menjelaskan segala sesuatu’; dan Kis 19:39, ‘Itu akan ditentukan atau dibereskan / diselesaikan’. Pertimbangan-pertimbangan ini, dikuatkan oleh kontext, kelihatannya memimpin kita pada penjelasan yang berikut: Tidak ada nubuat dari Kitab Suci muncul dari penafsiran sang nabi sendiri tentang penglihatan yang diberikan / ditunjukkan pada pikirannya; karena dari Allahlah nubuat itu dibawa, dan orang-orang berbicara sebagaimana mereka didorong oleh Roh Kudus).
Mark 4:34 - “dan tanpa perumpamaan Ia tidak berkata-kata kepada mereka, tetapi kepada murid-muridNya Ia menguraikan segala sesuatu secara tersendiri”.
Kis 19:39 - “Dan jika ada sesuatu yang lain yang kamu kehendaki, baiklah kehendakmu itu diselesaikan dalam sidang rakyat yang sah”.
Pulpit Commentary: “Other views of this difficult passage are: Prophecy is not its own interpreter; the guidance of the Spirit is necessary. Or, prophecy is not a matter for the private interpretation of the readers; only the Holy Spirit can explain it. But the explanation adopted seems most accordant with the Greek words and with the general sense of the context (compare St. Paul’s teaching in 1 Cor 12:10)” [= Pandangan-pandangan lain tentang text yang sukar ini adalah: Nubuat bukanlah penafsir dari dirinya sendiri; pimpinan dari Roh adalah perlu. Atau, nubuat bukanlah suatu persoalan untuk penafsiran pribadi dari para pembaca; hanya Roh Kudus bisa menjelaskannya. Tetapi penafsiran yang diadopsi / diterima kelihatannya paling sesuai dengan kata-kata Yunaninya dan dengan arti umum dari kontext (bandingkan dengan ajaran Santo Paulus dalam 1Kor 12:10)].
1Kor 12:10 - “Kepada yang seorang Roh memberikan kuasa untuk mengadakan mujizat, dan kepada yang lain Ia memberikan karunia untuk bernubuat, dan kepada yang lain lagi Ia memberikan karunia untuk membedakan bermacam-macam roh. Kepada yang seorang Ia memberikan karunia untuk berkata-kata dengan bahasa roh, dan kepada yang lain Ia memberikan karunia untuk menafsirkan bahasa roh itu”.
Jamieson, Fausset & Brown (tentang 2Pet 1:20): “that which the sacred writer could not always interpret; though, being the speaker or writer (1 Pet. 1:10-12), was plainly not of his own, but of God’s disclosure, origination, and inspiration, as Peter proceeds to add, ‘But holy men ... spake (and afterward wrote) ... moved by the Holy Ghost:’” [= itu yang tidak selalu bisa ditafsirkan oleh penulis kudusnya; sekalipun ia adalah pembicara atau penulisnya (1Pet 1:10-12), jelas bukan berasal dari dirinya sendiri, tetapi dari penyingkapan, asal usul, dan ilham, dari Allah, seperti Petrus lanjutkan untuk menambahkan, ‘Tetapi orang-orang kudus ... berbicara (dan setelah itu menulis) ... digerakkan oleh Roh Kudus:’].
Jamieson, Fausset & Brown: “In a secondary sense, as the word is the Holy Spirit’s, it cannot be interpreted by its readers (anymore than by its writers) by their private human powers, but by the teaching of the Holy Spirit (John 16:14); for it was by the Holy Spirit that its speakers and writers were ‘moved.’ {Idias , ‘private,’ is not opposed to the Catholic Church’s interpretation (as Rome argues), but to the Holy Spirit’s motion.} It is not by individual wisdom, but by the Holy Spirit, the Bible’s Author, that any can interpret it” [= Dalam arti sekunder, karena firman itu adalah milik Roh Kudus, itu tidak bisa ditafsirkan oleh pembaca-pembacanya (ataupun oleh penulis-penulisnya) oleh kekuatan pribadi manusia, tetapi oleh pengajaran dari Roh Kudus (Yoh 16:14); karena oleh Roh Kuduslah pembicara-pembicara dan penulis-penulisnya ‘digerakkan’ {IDIAS, ‘pribadi / sendiri’, tidaklah dikontraskan dengan penafsiran Gereja Katolik (seperti diargumentasikan oleh Roma), tetapi dikontraskan dengan gerakan dari Roh Kudus}. Bukanlah dengan hikmat pribadi / individu, tetapi oleh Roh Kudus, Pengarang dari Alkitab, maka siapapun bisa menafsirkannya].
Catatan: saya sendiri tidak mempercayai arti sekunder yang diberikan oleh Jamieson, Fausset & Brown ini. Saya memberikan kutipan ini untuk menunjukkan bagaimana Gereja Roma Katolik menafsirkan bagian ini, dan menjadikannya sebagai dasar untuk melarang pribadi manapun, kecuali Gereja Roma Katolik, untuk menafsirkan Kitab Suci. Tetapi Jamieson, Fausset & Brown secara tepat mengatakan bahwa kata ‘pribadi / sendiri’ dalam ayat itu jelas tidak dikontraskan dengan Gereja Roma Katolik tetapi dengan dorongan / pimpinan dari Roh Kudus.
Bible Knowledge Commentary: “The statement, No prophecy of Scripture came about by the prophet’s own interpretation, has been interpreted several ways: (1) Scripture should be interpreted only in context, that is, a prophecy cannot stand alone without other prophecies to aid in its understanding. (2) Scripture should not be interpreted according to one’s own individual liking. (3) Scripture cannot be correctly interpreted without the Holy Spirit. (4) The prophecies did not originate with the prophets themselves. The word epilyseos (‘interpretation,’ lit., ‘unloosing’) and the word ginetai (‘came about’) favor the fourth view. The Scriptures did not stem merely from the prophets themselves; their writings came from God. Verse 20, then, speaks not of interpretation, but of revelation, the source of the Scriptures” [= Pernyataan, ‘Tak ada nubuat dari Kitab Suci terjadi oleh penafsiran sang nabi sendiri’, telah ditafsirkan dalam beberapa cara: (1) Kitab Suci harus ditafsirkan hanya dalam kontextnya, yaitu suatu nubuat tidak bisa berdiri sendiri tanpa nubuat-nubuat yang lain untuk membantu dalam pengertiannya. (2) Kitab Suci tidak boleh ditafsirkan sesuai kesenangan seorang individu sendiri. (3) Kitab Suci tidak bisa ditafsirkan secara benar tanpa Roh Kudus. (4) Nubuat-nubuat tidak berasal usul dari nabi-nabi itu sendiri. Kata EPILYSEOS (‘penafsiran’, secara hurufiah, ‘penguraian / pelepasan’) dan kata GINETAI (‘terjadi’) mendukung pandangan keempat. Kitab Suci tidak berasal semata-mata dari nabi-nabi sendiri; tulisan-tulisan mereka datang dari Allah. Jadi, ay 20 tidak berbicara tentang penafsiran, tetapi tentang pewahyuan, sumber dari Kitab Suci].
Bible Knowledge Commentary (tentang ay 21): “This verse also supports the view that Peter wrote in verse 20 about prophecies being born of God, not originating from the prophets themselves. Prophecy came not from the will of man, but men spoke from God as they were carried along by the Holy Spirit” [= Ayat ini (ay 21) juga mendukung pandangan bahwa Petrus menulis dalam ay 20 tentang nubuat-nubuat yang dilahirkan dari Allah, bukan berasal usul dari nabi-nabi itu sendiri. Nubuat tidak keluar dari kehendak manusia, tetapi orang-orang berbicara dari Allah sebagaimana mereka didorong / dibimbing oleh Roh Kudus].
Ay 21: “sebab tidak pernah nubuat dihasilkan oleh kehendak manusia, tetapi oleh dorongan Roh Kudus orang-orang berbicara atas nama Allah”.
Setelah memberikan beberapa penafsiran tentang arti dari ay 20 ini Albert Barnes lalu berkata sebagai berikut:
Barnes’ Notes: “It would be easy to show that some of these opinions are absurd, and that none of them are sustained by the fair interpretation of the language used, and by the drift of the passage. The more correct interpretation, as it seems to me, is that which supposes that the apostle teaches that the truths which the prophets communicated were not originated by themselves; were not of their own suggestion or invention; were not their own opinions, but were of higher origin, and were imparted by God” (= Adalah mudah untuk menunjukkan bahwa beberapa dari pandangan-pandangan ini adalah menggelikan, dan bahwa tidak ada dari mereka yang ditopang oleh penafsiran yang adil dari kata-kata yang digunakan, dan oleh aliran dari textnya. Penafsiran yang lebih benar, sebagaimana kelihatannya bagi saya, adalah penafsiran yang menganggap bahwa sang rasul mengajarkan bahwa kebenaran-kebenaran yang disampaikan oleh nabi-nabi tidaklah berasal usul dari diri mereka sendiri; bukanlah dari proses pemikiran atau penemuan mereka sendiri; bukanlah pandangan-pandangan mereka sendiri, tetapi dari asal usul yang lebih tinggi, dan diberikan oleh Allah).
Untuk mendukung pandangannya ini Albert Barnes memberikan 3 alasan:
1. Penafsiran ini sesuai dengan rancangan dari sang rasul, yang menekankan pentingnya nubuat-nubuat, dan pentingnya mempelajari nubuat-nubuat itu. Ini hanya bisa dilakukan dengan menekankan bahwa nubuat-nubuat itu berasal dari Allah.
2. Penafsiran ini sesuai dengan ayat selanjutnya, yaitu ay 21, yang menekankan bahwa nubuat-nubuat tidak dihasilkan oleh kehendak manusia, tetapi karena nabi-nabi itu berbicara atas dorongan Roh Kudus.
3. Penafsiran ini juga sesuai dengan arti dari kata-kata yang digunakan.
Barnes’ Notes: “The word rendered ‘interpretation’ (epilusis) occurs nowhere else in the New Testament. It properly means ‘solution’ (Robinson’s Lexicon), ‘disclosure,’ (Prof. Stuart on the Old Testament, p. 328,) ‘making free (Passow,)’ with the notion that what is thus released or loosed was before bound, entangled, obscure. The verb from which this word is derived (epiluoo) means, ‘to let loose upon,’ as dogs upon a hare, (Xen. Mem. 7,8; ib 9,10;) to loose or open letters; to loosen a band; to loose or disclose a riddle or a dark saying, and then to enlighten, illustrate, etc. - Passow. ... The verb would be applicable to loosing anything which is bound or confined, and thence to the explanation of a mysterious doctrine or a parable, or to a disclosure of what was before unknown. The word, according to this, in the place before us, would mean the disclosure of what was before bound, or retained, or unknown; either what had never been communicated at all, or what had been communicated obscurely; and the idea is, ‘no prophecy recorded in the Scripture is of, or comes from, any exposition or disclosure of the will and purposes of God by the prophets themselves.’ It is not a thing of their own, or a private matter originating with themselves, but it is to be traced to a higher source” [= Kata yang diterjemahkan ‘penafsiran’ (EPILUSIS) tidak muncul di tempat lain dalam Perjanjian Baru. Itu secara tepat berarti ‘solusi’ (Lexicon dari Robinson), ‘penyingkapan’ (Prof. Stuart tentang Perjanjian Lama, hal 328), ‘membebaskan / melepaskan’ (Passow),’ dengan suatu gagasan / pikiran bahwa apa yang dibebaskan atau dilepaskan itu tadinya diikat, kusut, kabur. Kata kerja dari mana kata ini diturunkan (EPILUOO) berarti ‘melepaskan pada’, seperti melepaskan anjing-anjing pada seekor kelinci, (Xen. Mem. 7,8; ib 9,10); ‘melepaskan atau membuka surat-surat’; ‘melepaskan pita / pembalut’; ‘melepaskan atau menyingkapkan suatu teka teki atau pepatah / peribahasa yang gelap’, dan lalu ‘menerangi, menjelaskan’, dsb. - Passow. ... Kata kerja itu bisa diterapkan pada pelepasan dari apapun yang diikat atau dikurung, dan lalu pada penjelasan dari suatu doktrin yang misterius atau suatu perumpamaan, atau pada suatu penyingkapan dari apa yang sebelumnya tidak diketahui. Sesuai dengan ini, kata yang ada di tempat di depan kita, berarti penyingkapan dari apa yang sebelumnya diikat, atau ditahan, atau tidak diketahui; atau apa yang tidak pernah disampaikan sama sekali, atau apa yang telah disampaikan secara kabur; dan gagasannya adalah, ‘tak ada nubuat yang tercatat dalam Kitab Suci yang ada dari, atau datang dari, penjelasan atau penyingkapan apapun tentang kehendak dan tujuan / rencana Allah oleh nabi-nabi itu sendiri’. Itu bukanlah sesuatu dari mereka sendiri, atau suatu perkara / hal pribadi yang berasal dari diri mereka sendiri, tetapi itu harus ditelusuri jejaknya pada sumber yang lebih tinggi].
Calvin: “But the Papists are doubly foolish, when they conclude from this passage, that no interpretation of a private man ought to be deemed authoritative. For they pervert what Peter says, that they may claim for their own councils the chief right of interpreting Scripture; but in this they act indeed childishly; for Peter calls interpretation private, not that of every individual, in order to prohibit each one to interpret; but he shews that whatever men bring of their own is profane. Were, then, the whole world unanimous, and were the minds of all men united together, still what would proceed from them, would be private or their own; for the word is here set in opposition to divine revelation; so that the faithful, inwardly illuminated by the Holy Spirit, acknowledge nothing but what God says in his word” [= Tetapi para pengikut Paus adalah tolol secara dobel (sangat tolol), pada waktu mereka menyimpulkan dari text ini, bahwa tidak ada penafsiran dari seorang pribadi manusia yang harus dianggap sebagai berotoritas. Karena mereka menyimpangkan apa yang dikatakan oleh Petrus, sehingga mereka bisa mengclaim bagi Sidang Gereja - Sidang Gereja mereka sendiri hak utama / tertinggi dalam menafsirkan Kitab Suci; tetapi dalam hal ini mereka bertindak secara kekanak-kanakan; karena yang disebut Petrus sebagai penafsiran pribadi, bukan penafsiran dari setiap pribadi, dengan tujuan untuk melarang setiap orang untuk menafsirkan; tetapi ia menunjukkan bahwa apapun yang dibawa oleh manusia dari diri mereka sendiri adalah kotor / duniawi. Maka, seandainya seluruh dunia mempunyai suara bulat, dan seandainya pikiran dari semua manusia bersatu bersama-sama, tetap saja apa yang keluar dari mereka adalah pribadi atau milik mereka sendiri; karena kata itu di sini dipertentangkan / dikontraskan dengan wahyu / penyataan ilahi; sehingga orang-orang yang setia / beriman, yang hatinya diterangi / dicerahi oleh Roh Kudus, tidak mengakui apapun kecuali apa yang Allah katakan dalam firmanNya].
3) “sebab tidak pernah nubuat dihasilkan oleh kehendak manusia, tetapi oleh dorongan Roh Kudus orang-orang berbicara atas nama Allah” (ay 21).
Adam Clarke: “‘For the prophecy came not in old time.’ That is, in any former time, by the will of man - by a man’s own searching, conjecture, or calculation; but holy men of God - persons separated from the world and devoted to God’s service, spake, moved by the Holy Spirit. So far were they from inventing these prophetic declarations concerning Christ, or any future event, that they were pheromenoi, carried away, out of themselves and out of the whole region, as it were, of human knowledge and conjecture, by the Holy Spirit, who, without their knowing anything of the matter, dictated to them what to speak, and what to write; and so far above their knowledge were the words of the prophecy, that they did not even know the intent of those words, but searched what, or what manner of time the Spirit of Christ which was in them did signify, when it testified beforehand the sufferings of Christ, and the glory that should follow, See 1 Pet. 1:11-12, and the notes there.” (= ‘Karena nubuat tidak datang pada jaman dulu’. Artinya, pada saat lalu manapun, oleh kehendak manusia - oleh penyelidikan, dugaan, atau perhitungan manusia sendiri; tetapi orang-orang kudus dari Allah - pribadi-pribadi yang dipisahkan dari dunia dan dibaktikan bagi pelayanan Allah, berbicara, digerakkan oleh Roh Kudus. Begitu jauh mereka dari menemukan sendiri pernyataan-pernyataan nubuatan berkenaan Kristus, atau berkenaan peristiwa yang akan datang manapun, sehingga mereka PHEROMENOI, dibawa, keluar dari diri mereka sendiri, dan keluar dari seluruh daerah, seakan-akan, dari pengetahuan dan dugaan manusia, oleh Roh Kudus, yang, tanpa sepengetahuan apapun dari mereka dalam persoalan ini, mendikte mereka apa yang harus diucapkan, dan apa yang harus dituliskan; dan kata-kata nubuatan itu begitu jauh di atas pengetahuan mereka sendiri, sehingga mereka bahkan tidak tahu maksud dari kata-kata itu, tetapi menyelidiki apa, atau kapan Roh Kristus yang ada dalam diri mereka menunjukkan, pada waktu Ia menyaksikan sebelumnya penderitaan-penderitaan Kristus, dan kemuliaan yang harus mengikutinya, Lihat 1Pet 1:11-12, dan catatan di sana).
1Pet 1:10-12 - “(10) Keselamatan itulah yang diselidiki dan diteliti oleh nabi-nabi, yang telah bernubuat tentang kasih karunia yang diuntukkan bagimu. (11) Dan mereka meneliti saat yang mana dan yang bagaimana yang dimaksudkan oleh Roh Kristus, yang ada di dalam mereka, yaitu Roh yang sebelumnya memberi kesaksian tentang segala penderitaan yang akan menimpa Kristus dan tentang segala kemuliaan yang menyusul sesudah itu. (12) Kepada mereka telah dinyatakan, bahwa mereka bukan melayani diri mereka sendiri, tetapi melayani kamu dengan segala sesuatu yang telah diberitakan sekarang kepada kamu dengan perantaraan mereka, yang oleh Roh Kudus, yang diutus dari sorga, menyampaikan berita Injil kepada kamu, yaitu hal-hal yang ingin diketahui oleh malaikat-malaikat”.
Matthew Henry: “Seeing it is so absolutely necessary that persons be fully persuaded of the scripture’s divine origin, the apostle (v. 21) tells us how the Old Testament came to be compiled, and that, 1. Negatively: It came not by the will of man. Neither the things themselves that are recorded, and make up the several parts of the Old Testament, are the opinions of men, nor was the will of any of the prophets or penmen of the scriptures the rule or reason why any of those things were written which make up the canon of the scripture. 2. Affirmatively: Holy men of God spoke as they were moved by the Holy Ghost. ... these holy men were moved by the Holy Ghost in what they delivered as the mind and will of God. The Holy Ghost is the supreme agent, the holy men are but instruments. ... he so wisely and carefully assisted and directed them in the delivery of what they had received from him that they were effectually secured from any the least mistake in expressing what they revealed; so that the very words of scripture are to be accounted the words of the Holy Ghost” (= Melihat bahwa adalah begitu perlunya bahwa orang-orang diyakinkan sepenuhnya tentang asal usul ilahi dari Kitab Suci, sang rasul (ay 21) memberitahu kita bagaimana Perjanjian Lama disusun, dan itu, 1. Secara negatif: Itu datang bukan oleh kehendak manusia. Hal-hal yang dicatat itu sendiri, dan membentuk beberapa bagian dari Perjanjian Lama, bukanlah pandangan-pandangan manusia, dan juga kehendak dari nabi-nabi atau penulis-penulis manapun dari Kitab Suci bukanlah peraturan atau alasan mengapa yang manapun dari hal-hal yang ditulis itu membentuk kanon dari Kitab Suci. 2. Secara positif: Orang-orang kudus dari Allah berbicara pada saat mereka digerakkan oleh Roh Kudus. ... dalam apa yang mereka sampaikan sebagai pikiran dan kehendak Allah. Roh Kudus adalah agen tertinggi, orang-orang kudus hanyalah alat-alat. ... Ia dengan begitu bijaksana dan hati-hati membantu dan mengarahkan mereka dalam penyampaian dari apa yang telah mereka terima dariNya sehingga mereka secara efektif dijamin / dilindungi dari kesalahan terkecil manapun dalam menyatakan apa yang mereka ungkapkan; sehingga kata-kata Kitab Suci itu harus dianggap sebagai kata-kata dari Roh Kudus).
4) Penerapan.
a) Dalam ay 21a dikatakan bahwa tak ada nubuat yang dihasilkan oleh kehendak manusia. Ini harus juga berlaku untuk bahasa Roh, karena beda antara nubuat dan bahasa Roh hanya dalam soal bahasa. Jadi, kalau jaman sekarang ada banyak orang-orang yang menggunakan bahasa Roh sesuai kehendak mereka sendiri, itu pasti salah / palsu!
Bdk. Kis 2:4 - “Maka penuhlah mereka dengan Roh Kudus, lalu mereka mulai berkata-kata dalam bahasa-bahasa lain, seperti yang diberikan oleh Roh itu kepada mereka untuk mengatakannya”.
b) Kitab Suci memberikan kita terang dalam dunia yang gelap ini, yang kalau kita ikuti, akan membawa kita ke surga.
Barnes’ Notes: “The Bible is given to us to shed light on our way. It is the only light which we have respecting the future, and though it does not give ALL the information which we might desire in regard to what is to come, yet it gives us sufficient light to guide us to heaven. It teaches us what it is necessary to know about God, about our duty, and about the way of salvation, in order to conduct us safely; and no one who has committed himself to its direction, has been suffered to wander finally away from the paths of salvation. It is, therefore, a duty to attend to the instructions which the Bible imparts, and to commit ourselves to its holy guidance in our journey to a better world: for soon, if we are faithful to its teachings, the light of eternity will dawn upon us, and there, amidst its cloudless splendor, we shall see as we are seen, and know as we are known” (= Alkitab diberikan kepada kita untuk memberi terang pada jalan kita. Alkitab adalah satu-satunya terang yang kita punyai berkenaan dengan masa yang akan datang, dan sekalipun Alkitab tidak memberi semua informasi yang bisa / mungkin kita inginkan berkenaan dengan apa yang akan datang, tetapi Alkitab memberi kita terang yang cukup untuk membimbing kita ke surga. Alkitab mengajar kita apa yang pelu diketahui tentang Allah, tentang kewajiban kita, dan tentang jalan keselamatan, untuk membimbing kita dengan selamat / aman; dan tak seorangpun yang telah membaktikan dirinya sendiri pada pengarahan dari Alkitab, telah dibiarkan untuk akhirnya tersesat dari jalan keselamatan. Karena itu, merupakan suatu kewajiban untuk memperhatikan instruksi-instruksi yang Alkitab berikan, dan untuk membaktikan diri kita sendiri pada bimbingan kudusnya dalam perjalanan kita ke dunia yang lebih baik: karena segera, jika kita setia pada ajaran-ajarannya, terang dari kekekalan akan terbit bagi kita, dan di sana, di tengah-tengah kemegahannya yang tanpa awan, kita akan melihat seperti kita dilihat, dan mengetahui / mengenal seperti kita diketahui / dikenal).
c) Tanpa keyakinan bahwa Kitab Suci adalah sungguh-sungguh firman Allah, kita tidak akan mendapatkan manfaat darinya.
Calvin: “However, another sense seems to me more simple, that Peter says that Scripture came not from man, or through the suggestions of man. For thou wilt never come well prepared to read it, except thou bringest reverence, obedience, and docility; but a just reverence then only exists when we are convinced that God speaks to us, and not mortal men” (= Tetapi, suatu arti yang lain kelihatannya lebih sederhana bagi saya, bahwa Petrus berkata bahwa Kitab Suci tidak datang dari manusia, atau melalui proses pemikiran manusia. Karena engkau tidak akan pernah siap untuk membacanya, kecuali engkau membawa rasa hormat, ketaatan, dan sikap mau diajar; tetapi suatu rasa hormat yang benar hanya bisa ada pada saat kita diyakinkan bahwa Allah, dan bukan manusia yang fana, yang berbicara kepada kita).
Matthew Henry: “The divinity of the scriptures must be known and acknowledged in the first place, before men can profitably use them, before they can give good heed to them. To call off our minds from all other writings, and apply them in a peculiar manner to these as the only certain and infallible rule, necessarily requires our being fully persuaded that these are divinely inspired, and contain what is truly the mind and will of God” (= Keilahian dari Kitab Suci harus diketahui dan diakui di tempat pertama, sebelum manusia bisa menggunakannya secara bermanfaat, sebelum mereka bisa memberi perhatian yang baik padanya. Memanggil pikiran kita dari semua tulisan-tulisan yang lain, dan menerapkannya dengan cara yang khusus kepada Kitab Suci sebagai satu-satunya peraturan yang pasti dan tak bisa salah, mengharuskan kita untuk diyakinkan sepenuhnya bahwa Kitab Suci diilhamkan secara ilahi, dan berisi apa yang betul-betul adalah pikiran dan kehendak Allah).
Catatan: kata-kata ‘keilahian dari Kitab Suci’ tentu tidak boleh diartikan bahwa Matthew Henry menganggap bahwa Kitab Suci adalah Allah, tetapi bahwa Kitab Suci mempunyai asal usul ilahi / dari Allah.
Bahkan, menurut saya, orang-orang yang membaca Kitab Suci tanpa mempercayainya sebagai firman Allah sangat mungkin mereka mendapatkan kerugian darinya. Orang-orang yang datang kepada Kitab Suci dengan kepercayaan bahwa Kitab Suci adalah firman Allah, akan mendapatkan kebenaran darinya. Tetapi orang-orang yang datang kepada Kitab Suci tanpa kepercayaan itu, dan apalagi kalau mereka membaca / mempelajari Kitab Suci dengan pemikiran bahwa Kitab Suci itu salah, dan berusaha menemukan kesalahan-kesalahan itu, pada umumnya mereka betul-betul akan mendapatkan kesalahan-kesalahan itu. Karena itu keyakinan / kepercayaan, rasa hormat terhadap Kitab Suci, dan motivasi yang benar dalam membaca / mempelajarinya merupakan hal-hal yang sangat penting!!
II Petrus 2:1-22(1)
2Pet 2:1-22 - “(1) Sebagaimana nabi-nabi palsu dahulu tampil di tengah-tengah umat Allah, demikian pula di antara kamu akan ada guru-guru palsu. Mereka akan memasukkan pengajaran-pengajaran sesat yang membinasakan, bahkan mereka akan menyangkal Penguasa yang telah menebus mereka dan dengan jalan demikian segera mendatangkan kebinasaan atas diri mereka. (2) Banyak orang akan mengikuti cara hidup mereka yang dikuasai hawa nafsu, dan karena mereka Jalan Kebenaran akan dihujat. (3) Dan karena serakahnya guru-guru palsu itu akan berusaha mencari untung dari kamu dengan ceritera-ceritera isapan jempol mereka. Tetapi untuk perbuatan mereka itu hukuman telah lama tersedia dan kebinasaan tidak akan tertunda. (4) Sebab jikalau Allah tidak menyayangkan malaikat-malaikat yang berbuat dosa tetapi melemparkan mereka ke dalam neraka dan dengan demikian menyerahkannya ke dalam gua-gua yang gelap untuk menyimpan mereka sampai hari penghakiman; (5) dan jikalau Allah tidak menyayangkan dunia purba, tetapi hanya menyelamatkan Nuh, pemberita kebenaran itu, dengan tujuh orang lain, ketika Ia mendatangkan air bah atas dunia orang-orang yang fasik; (6) dan jikalau Allah membinasakan kota Sodom dan Gomora dengan api, dan dengan demikian memusnahkannya dan menjadikannya suatu peringatan untuk mereka yang hidup fasik di masa-masa kemudian, (7) tetapi Ia menyelamatkan Lot, orang yang benar, yang terus-menerus menderita oleh cara hidup orang-orang yang tak mengenal hukum dan yang hanya mengikuti hawa nafsu mereka saja, - (8) sebab orang benar ini tinggal di tengah-tengah mereka dan setiap hari melihat dan mendengar perbuatan-perbuatan mereka yang jahat itu, sehingga jiwanya yang benar itu tersiksa - (9) maka nyata, bahwa Tuhan tahu menyelamatkan orang-orang saleh dari pencobaan dan tahu menyimpan orang-orang jahat untuk disiksa pada hari penghakiman, (10) terutama mereka yang menuruti hawa nafsunya karena ingin mencemarkan diri dan yang menghina pemerintahan Allah. Mereka begitu berani dan angkuh, sehingga tidak segan-segan menghujat kemuliaan, (11) padahal malaikat-malaikat sendiri, yang sekalipun lebih kuat dan lebih berkuasa dari pada mereka, tidak memakai kata-kata hujat, kalau malaikat-malaikat menuntut hukuman atas mereka di hadapan Allah. (12) Tetapi mereka itu sama dengan hewan yang tidak berakal, sama dengan binatang yang hanya dilahirkan untuk ditangkap dan dimusnahkan. Mereka menghujat apa yang tidak mereka ketahui, sehingga oleh perbuatan mereka yang jahat mereka sendiri akan binasa seperti binatang liar, (13) dan akan mengalami nasib yang buruk sebagai upah kejahatan mereka. Berfoya-foya pada siang hari, mereka anggap kenikmatan. Mereka adalah kotoran dan noda, yang mabuk dalam hawa nafsu mereka kalau mereka duduk makan minum bersama-sama dengan kamu. (14) Mata mereka penuh nafsu zinah dan mereka tidak pernah jemu berbuat dosa. Mereka memikat orang-orang yang lemah. Hati mereka telah terlatih dalam keserakahan. Mereka adalah orang-orang yang terkutuk! (15) Oleh karena mereka telah meninggalkan jalan yang benar, maka tersesatlah mereka, lalu mengikuti jalan Bileam, anak Beor, yang suka menerima upah untuk perbuatan-perbuatan yang jahat. (16) Tetapi Bileam beroleh peringatan keras untuk kejahatannya, sebab keledai beban yang bisu berbicara dengan suara manusia dan mencegah kebebalan nabi itu. (17) Guru-guru palsu itu adalah seperti mata air yang kering, seperti kabut yang dihalaukan taufan; bagi mereka telah tersedia tempat dalam kegelapan yang paling dahsyat. (18) Sebab mereka mengucapkan kata-kata yang congkak dan hampa dan mempergunakan hawa nafsu cabul untuk memikat orang-orang yang baru saja melepaskan diri dari mereka yang hidup dalam kesesatan. (19) Mereka menjanjikan kemerdekaan kepada orang lain, padahal mereka sendiri adalah hamba-hamba kebinasaan, karena siapa yang dikalahkan orang, ia adalah hamba orang itu. (20) Sebab jika mereka, oleh pengenalan mereka akan Tuhan dan Juruselamat kita, Yesus Kristus, telah melepaskan diri dari kecemaran-kecemaran dunia, tetapi terlibat lagi di dalamnya, maka akhirnya keadaan mereka lebih buruk dari pada yang semula. (21) Karena itu bagi mereka adalah lebih baik, jika mereka tidak pernah mengenal Jalan Kebenaran dari pada mengenalnya, tetapi kemudian berbalik dari perintah kudus yang disampaikan kepada mereka. (22) Bagi mereka cocok apa yang dikatakan peribahasa yang benar ini: ‘Anjing kembali lagi ke muntahnya, dan babi yang mandi kembali lagi ke kubangannya.’”.
Ay 1: “Sebagaimana nabi-nabi palsu dahulu tampil di tengah-tengah umat Allah, demikian pula di antara kamu akan ada guru-guru palsu. Mereka akan memasukkan pengajaran-pengajaran sesat yang membinasakan, bahkan mereka akan menyangkal Penguasa yang telah menebus mereka dan dengan jalan demikian segera mendatangkan kebinasaan atas diri mereka”.
1) “Sebagaimana nabi-nabi palsu dahulu tampil di tengah-tengah umat Allah, demikian pula di antara kamu akan ada guru-guru palsu”.
a) Kontras antara nabi-nabi asli dan nabi-nabi palsu.
Ayat ini sebetulnya diawali dengan kata ‘but’ (= tetapi) seperti dalam terjemahan dari KJV/RSV/NIV/NASB. Dalam bahasa Yunani ada kata Yunani DE (= tetapi). Ini menunjukkan adanya suatu pengkontrasan antara nabi-nabi palsu dalam ayat ini dengan nabi-nabi asli yang digerakkan oleh Roh Kudus dalam 2Pet 1:21.
2Pet 1:20-21 - “(20) Yang terutama harus kamu ketahui, ialah bahwa nubuat-nubuat dalam Kitab Suci tidak boleh ditafsirkan menurut kehendak sendiri, (21) sebab tidak pernah nubuat dihasilkan oleh kehendak manusia, tetapi oleh dorongan Roh Kudus orang-orang berbicara atas nama Allah”.
Matthew Henry: “In the end of the former chapter there is mention made of holy men of God, who lived in the times of the Old Testament, and were used as the amanuenses of the Holy Ghost, in writing the sacred oracles; but in the beginning of this he tells us they had, even at that time, false prophets in the church as well as true. In all ages of the church, and under all dispensations, when God sends true prophets, the devil sends some to seduce and deceive, false prophets in the Old Testament, and false Christs, false apostles, and seducing teachers, in the New” (= Pada akhir dari pasal yang terdahulu disebutkan tentang orang-orang kudus dari Allah, yang hidup pada jaman Perjanjian Lama, dan digunakan sebagai penulis-penulis dari Roh Kudus, dalam menuliskan sabda-sabda kudus; tetapi pada permulaan dari pasal ini ia memberitahu kita bahwa mereka mempunyai, bahkan pada saat itu, nabi-nabi palsu maupun nabi-nabi benar dalam gereja. Dalam semua jaman dari gereja, dan dalam semua masa dimana Allah mengutus nabi-nabi yang benar, setan mengutus beberapa untuk membujuk dan menipu, nabi-nabi palsu dalam Perjanjian Lama, dan Kristus-Kristus palsu, rasul-rasul palsu, dan guru-guru yang membujuk, dalam Perjanjian Baru).
b) Sudah ada peringatan dari Yesus maupun Paulus tentang nabi-nabi palsu.
Yesus memperingatkan dalam Mat 7:15 - “‘Waspadalah terhadap nabi-nabi palsu yang datang kepadamu dengan menyamar seperti domba, tetapi sesungguhnya mereka adalah serigala yang buas”.
Karena nabi-nabi palsu itu menyamar seperti domba, maka jangan mengharapkan bahwa mereka terlihat ganas, jahat dan sebagainya. Banyak dari mereka yang terlihat penuh dengan kasih, sabar, bijaksana dsb, tetapi mereka tetap adalah nabi-nabi palsu, karena ajaran mereka sesat!
Paulus juga memperingatkan gereja-gereja tentang akan masuknya nabi-nabi palsu dalam Kis 20:29-30 - “(29) Aku tahu, bahwa sesudah aku pergi, serigala-serigala yang ganas akan masuk ke tengah-tengah kamu dan tidak akan menyayangkan kawanan itu. (30) Bahkan dari antara kamu sendiri akan muncul beberapa orang, yang dengan ajaran palsu mereka berusaha menarik murid-murid dari jalan yang benar dan supaya mengikut mereka”.
c) Ayat-ayat di atas menunjukkan bahwa nabi-nabi palsu harus / pasti ada dalam Gereja.
Bdk. Mat 18:7 - “Celakalah dunia dengan segala penyesatannya: memang penyesatan harus ada, tetapi celakalah orang yang mengadakannya”.
Pulpit Commentary: “when we remember Judas Iscariot, we feel that the Church must be always liable to this great misfortune; if in its very infancy, in the very presence of the incarnate Saviour, one whom he had chosen could betray his Lord for money, it is not to be expected that all those who serve in the ministry of the Church should be pure and holy” (= pada waktu kita mengingat Yudas Iskariot, kita merasa bahwa Gereja harus / pasti selalu dapat terkena oleh kesialan / kemalangan yang besar ini; jika pada waktu masih bayi, di hadapan dari sang Juruselamat yang berinkarnasi, satu yang telah Ia pilih bisa mengkhianati Tuhannya demi uang, tidaklah bisa diharapkan bahwa semua mereka yang melayani dalam pelayanan dari Gereja harus murni dan kudus).
Pulpit Commentary: “Judas, like St. Peter, had forsaken all and followed Christ; and yet, oh strange and awful mystery of the deceitfulness of sin! he was covetous, like these false teachers; he sold his Lord for money. And if one of the chosen twelve who lived in familiar intercourse with Christ, who saw every day that gracious face, and heard those words such as never man spake, and witnessed his many works of power and love, - if one of those could fall completely under the dominion of Satan, how jealously ought we to watch against the first suggestions of the tempter! how carefully should we take heed lest we fall when we most seem to stand! It is impossible, we may whisper to ourselves. We who have tasted that the Lord is gracious can have no taste for the pollutions of the world. But Scripture tells us it is not impossible; experience tells us it is not impossible. ‘What I say unto you’ - such is the emphatic warning of the Lord - ‘I say unto all, Watch.’ All need that warning. The holiest saints of God do not count themselves to have already apprehended, to be already perfect: they watch” (= Yudas, seperti Petrus, telah meninggalkan semua dan mengikuti Kristus; tetapi betapa aneh dan dahsyat / mengerikan misteri dari penipuan dosa! ia tamak, seperti guru-guru palsu ini; ia menjual Tuhannya demi uang. Dan jika satu dari 12 orang yang dipilih yang hidup dalam pergaulan / hubungan yang akrab dengan Kristus, yang setiap hari melihat wajah yang penuh kasih karunia itu, dan mendengar kata-kata seperti yang tidak pernah diucapkan oleh manusia, dan menyaksikan banyak pekerjaan-pekerjaan dari kuasa dan kasihNya, - jika satu dari mereka bisa jatuh sepenuhnya di bawah kekuasaan Iblis, betapa dengan hati-hatinya kita harus memperhatikan supaya kita jangan jatuh terhadap usul-usul pertama dari si pencoba! betapa dengan hati-hatinya kita harus memperhatikan supaya kita jangan jatuh pada waktu kita kelihatannya paling teguh berdiri! ‘Itu tidak mungkin’, kita bisa berbisik kepada diri kita sendiri. Kita yang telah mengecap bahwa Tuhan itu penuh kasih karunia tidak bisa mempunyai selera untuk polusi-polusi dari dunia. Tetapi Kitab Suci memberitahu kita bahwa itu bukannya tidak mungkin; pengalaman memberitahu kita bahwa itu bukannya tidak mungkin. ‘Apa yang Kukatakan kepada kamu’ - begitulah peringatan yang ditekankan dari Tuhan - ‘Kukatakan kepadamu semua orang, Berjaga-jagalah’. Semua membutuhkan peringatan itu. Orang-orang kudus yang paling kudus dari Allah tidak menganggap diri mereka sendiri telah memahaminya, telah sempurna: mereka berjaga-jaga).
1Kor 10:12 - “Sebab itu siapa yang menyangka, bahwa ia teguh berdiri, hati-hatilah supaya ia jangan jatuh!”.
Mark 13:37 - “Apa yang Kukatakan kepada kamu, Kukatakan kepada semua orang: berjaga-jagalah!’”.
d) Guru-guru palsu.
Pulpit Commentary: “By the false teachers, ... may be meant men whose teaching was false, or men who falsely claimed the teacher’s office” (= Dengan ‘guru-guru palsu’, ... bisa dimaksudkan orang-orang yang ajarannya palsu, atau orang-orang yang secara palsu mengclaim jabatan guru).
Jadi, sekalipun seorang hamba Tuhan tidak mengajarkan ajaran sesat, tetapi kalau ia menjadi guru secara lancang, berdasarkan kemauannya sendiri, dan bukan karena panggilan dari Tuhan, maka pada hakekatnya ia juga adalah seorang guru palsu!
Pulpit Commentary: “The motive of the false teachers. They do not care for the souls of men; they want their money. Their words are fair, but they do not spring out of strong conviction; they are carefully thought out, cunningly devised to attract attention and to ensnare men. And so they make a gain of their followers, reversing St. Paul’s practice, ‘I seek not yours, but you.’ For they care nothing for the flock, but only for their own sordid gain” (= Motivasi dari guru-guru palsu. Mereka tidak peduli pada jiwa-jiwa dari manusia’ mereka menginginkan uangnya. Kata-kata mereka indah, tetapi kata-kata itu tidak keluar dari keyakinan yang kuat; kata-kata itu dipikirkan dengan hati-hati, dirancang dengan cerdik / licik, untuk menarik perhatian dan untuk menjerat manusia. Dan dengan demikian mereka membuat suatu keuntungan dari pengikut-pengikut mereka, membalik praktek dari Santo Paulus, ‘Aku tidak mencari milikmu, tetapi kamu’. Karena mereka tidak peduli apapun tentang kawanan domba itu, tetapi mereka hanya mempedulikan keuntungan kotor mereka sendiri).
2Kor 12:14 - “Sesungguhnya sekarang sudah untuk ketiga kalinya aku siap untuk mengunjungi kamu, dan aku tidak akan merupakan suatu beban bagi kamu. Sebab bukan hartamu yang kucari, melainkan kamu sendiri. Karena bukan anak-anak yang harus mengumpulkan harta untuk orang tuanya, melainkan orang tualah untuk anak-anaknya”.
Bdk. 2Kor 12:17-18 - “(17) Jadi pernahkah aku mengambil untung dari pada kamu oleh seorang dari antara mereka, yang kuutus kepada kamu? (18) Memang aku telah meminta Titus untuk pergi dan bersama-sama dengan dia aku mengutus saudara yang lain itu. Adakah Titus mengambil untung dari pada kamu? Tidakkah kami berdua hidup menurut roh yang sama dan tidakkah kami berlaku menurut cara yang sama?”.
Catatan: saya berpendapat bahwa kata-kata dari Pulpit Commentary di atas ini tidak selalu benar. Pertama, ada kemungkinan nabi-nabi palsu itu memang betul-betul yakin terhadap apa yang mereka percayai dan ajarkan. Dan kedua, sekalipun memang banyak, mungkin mayoritas, dari guru-guru / nabi-nabi palsu itu motivasinya adalah uang, tetapi tidak semua demikian. Ada dari mereka yang rela hidup melarat / miskin demi ajaran / gerakan / agama mereka. Misalnya Saksi-Saksi Yehuwa dan Katolik.
2) “Mereka akan memasukkan pengajaran-pengajaran sesat yang membinasakan”.
a) ‘pengajaran-pengajaran sesat yang membinasakan’.
KJV: ‘damnable heresies’ (= ajaran-ajaran sesat yang terkutuk).
RSV/NIV/NASB: ‘destructive heresies’ (= ajaran-ajaran sesat yang merusak / membinasakan).
The Bible Exposition Commentary: New Testament: “The word ‘heresy’ originally meant simply ‘to make a choice,’ but then it came to mean ‘a sect, a party.’ Promoting a party spirit in a church is one of the works of the flesh (Gal 5:20). Whenever a church member says to another member, ‘Are you on my side or the pastor’s side?’ he is promoting a party spirit and causing division. A false teacher forces you to make a choice between his doctrines and the doctrines of the true Christian faith” [= Kata ‘heresy’ (‘bidat / ajaran sesat’) mula-mula sekedar berarti ‘membuat suatu pilihan’, tetapi lalu kata itu artinya menjadi ‘suatu sekte, suatu partai / kelompok’. Mengembangkan suatu roh / kecenderungan pengelompokan dalam suatu gereja adalah salah satu dari pekerjaan-pekerjaan dari daging (Gal 5:20). Kapanpun seorang anggota gereja berkata kepada anggota yang lain, ‘Apakah kamu ada di pihakku atau di pihak pendeta?’ ia sedang mengembangkan suatu roh / kecenderungan pengelompokan dan menyebabkan perpecahan. Seorang guru palsu memaksa / mendesak kamu untuk membuat suatu pilihan antara doktrin-doktrinnya dan doktrin-doktrin dari iman Kristen yang benar].
Gal 5:19-21 - “(19) Perbuatan daging telah nyata, yaitu: percabulan, kecemaran, hawa nafsu, (20) penyembahan berhala, sihir, perseteruan, perselisihan, iri hati, amarah, kepentingan diri sendiri, percideraan, roh pemecah [KJV: ‘heresies’ (= bidat-bidat / ajaran-ajaran sesat); RSV: ‘party spirit’ (= roh pengelompokan)], (21) kedengkian, kemabukan, pesta pora dan sebagainya. Terhadap semuanya itu kuperingatkan kamu - seperti yang telah kubuat dahulu - bahwa barangsiapa melakukan hal-hal yang demikian, ia tidak akan mendapat bagian dalam Kerajaan Allah”.
Adam Clarke: “‘Damnable heresies.’... It would be better to translate ‘destructive heresies’ than ‘damnable’” (= ‘Ajaran-ajaran sesat yang terkutuk’. ... Adalah lebih baik untuk menterjemahkan ‘ajaran-ajaran sesat yang merusak / membinasakan’ dari pada ‘terkutuk’).
Barnes’ Notes: “‘Damnable heresies.’ haireseis apooleias. ‘Heresies of destruction;’ that is, heresies that will be followed by destruction. The Greek word which is rendered ‘damnable,’ is the same which in the close of the verse is rendered ‘destruction.’ It is so rendered also in Matt 7:13; Rom 9:22; Phil 3:19; 2 Peter 3:16 - in all of which places it refers to the future loss of the soul. The same word also is rendered ‘perdition’ in John 17:12; Phil 1:28; 1 Tim 6:9; Heb 10:39; 2 Peter 3:7; Rev 17:8,11 - in all which places it has the same reference” (= ‘Ajaran-ajaran sesat yang terkutuk’. haireseis apooleias. ‘Ajaran-ajaran sesat yang merusak / membinasakan’; artinya, ajaran-ajaran sesat yang akan diikuti oleh kerusakan / kebinasaan. Kata Yunani yang diterjemahkan ‘terkutuk’ adalah kata yang sama yang pada akhir dari ayat ini diterjemahkan ‘kebinasaan’. Kata itu diterjemahkan demikian juga dalam Mat 7:13; Ro 9:22; Fil 3:19; 2Pet 3:16 - Dalam semua tempat itu menunjuk pada terhilangnya jiwa di masa yang akan datang. Kata yang sama juga diterjemahkan ‘perdition’ / ‘kebinasaan / neraka’ dalam Yoh 17:12; Fil 1:28; 1Tim 6:9; Ibr 10:39; 2Pet 3:7; Wah 17:8,11).
Mat 7:13 - “Masuklah melalui pintu yang sesak itu, karena lebarlah pintu dan luaslah jalan yang menuju kepada kebinasaan, dan banyak orang yang masuk melaluinya”.
Ro 9:22 - “Jadi, kalau untuk menunjukkan murkaNya dan menyatakan kuasaNya, Allah menaruh kesabaran yang besar terhadap benda-benda kemurkaanNya, yang telah disiapkan untuk kebinasaan -”.
Fil 3:19 - “Kesudahan mereka ialah kebinasaan, Tuhan mereka ialah perut mereka, kemuliaan mereka ialah aib mereka, pikiran mereka semata-mata tertuju kepada perkara duniawi”.
2Pet 3:16 - “Hal itu dibuatnya dalam semua suratnya, apabila ia berbicara tentang perkara-perkara ini. Dalam surat-suratnya itu ada hal-hal yang sukar difahami, sehingga orang-orang yang tidak memahaminya dan yang tidak teguh imannya, memutarbalikkannya menjadi kebinasaan mereka sendiri, sama seperti yang juga mereka buat dengan tulisan-tulisan yang lain”.
Yoh 17:12 - “Selama Aku bersama mereka, Aku memelihara mereka dalam namaMu, yaitu namaMu yang telah Engkau berikan kepadaKu; Aku telah menjaga mereka dan tidak ada seorangpun dari mereka yang binasa selain dari pada dia yang telah ditentukan untuk binasa, supaya genaplah yang tertulis dalam Kitab Suci”.
Fil 1:28 - “dengan tiada digentarkan sedikitpun oleh lawanmu. Bagi mereka semuanya itu adalah tanda kebinasaan, tetapi bagi kamu tanda keselamatan, dan itu datangnya dari Allah”.
1Tim 6:9 - “Tetapi mereka yang ingin kaya terjatuh ke dalam pencobaan, ke dalam jerat dan ke dalam berbagai-bagai nafsu yang hampa dan yang mencelakakan, yang menenggelamkan manusia ke dalam keruntuhan dan kebinasaan”.
Ibr 10:39 - “Tetapi kita bukanlah orang-orang yang mengundurkan diri dan binasa, tetapi orang-orang yang percaya dan yang beroleh hidup”.
2Pet 3:7 - “Tetapi oleh firman itu juga langit dan bumi yang sekarang terpelihara dari api dan disimpan untuk hari penghakiman dan kebinasaan orang-orang fasik”.
Wah 17:8,11 - “(8) Adapun binatang yang telah kaulihat itu, telah ada, namun tidak ada, ia akan muncul dari jurang maut, dan ia menuju kepada kebinasaan. Dan mereka yang diam di bumi, yaitu mereka yang tidak tertulis di dalam kitab kehidupan sejak dunia dijadikan, akan heran, apabila mereka melihat, bahwa binatang itu telah ada, namun tidak ada, dan akan muncul lagi. ... (11) Dan binatang yang pernah ada dan yang sekarang tidak ada itu, ia sendiri adalah raja kedelapan dan namun demikian satu dari ketujuh itu dan ia menuju kepada kebinasaan”.
Jamieson, Fausset & Brown: “Heresies - self-chosen doctrines, not emanating from God” (= Ajaran-ajaran sesat - doktrin-doktrin / ajaran-ajaran yang dipilih sendiri, tidak keluar dari Allah).
Bandingkan dengan pertimbangan banyak orang-orang Kupang (para ‘rohaniwan’ dari kelompok Liberal!) yang menyebabkan rencana debat lawan Islam ditolak. Mereka mengatakan bahwa agama-agama / kepercayaan-kepercayaan yang berbeda-beda itu merupakan anugerah / karunia Allah! Tidak ada kemungkinan bahwa dua kepercayaan yang berbeda, apalagi yang bertentangan, bisa sama-sama keluar dari Allah, kecuali Allah berbicara dengan lidah yang bercabang!
b) ‘Mereka akan memasukkan’.
Ada kata yang kurang dalam terjemahan Kitab Suci Indonesia.
KJV: ‘who privily shall bring in’ (= yang secara tersembunyi / rahasia akan memasukkan).
RSV: ‘who will secretly bring in’ (= yang akan secara rahasia memasukkan).
NIV: ‘They will secretly introduce’ (= Mereka akan secara rahasia memperkenalkan).
NASB: ‘who will secretly introduce’ (= yang akan secara rahasia memperkenalkan).
Barnes’ Notes: “‘Who privily.’ That is, in a secret manner, or under plausible arts and pretences. They would not at first make an open avowal of their doctrines, but would, in fact, while their teachings SEEMED to be in accordance with truth, covertly maintain opinions which would sap the very foundations of religion. The Greek word here used, and which is rendered ‘who privily shall bring in,’ pareisagoo, means properly ‘to lead in by the side of others; to lead in along with others.’ Nothing could better express the usual way in which error is introduced. It is ‘by the side,’ or ‘along with,’ other doctrines which are true; that is, while the mind is turned mainly to other subjects, and is off its guard, gently and silently to lay down some principle, which, being admitted, would lead to the error, or from which the error would follow as a natural consequence. Those who inculcate error rarely do it openly. If they would at once boldly ‘deny the Lord that bought them,’ it would be easy to meet them, and the mass of professed Christians would be in no danger of embracing the error. But when principles are laid down which may lead to that; when doubts on remote points are suggested which may involve it; or when a long train of reasoning is pursued which may secretly tend to it; there is much more probability that the mind will be corrupted from the truth” (= ‘Yang secara tersembunyi / rahasia’. Yaitu, dengan cara yang rahasia / diam-diam, atau di bawah keahlian / kelicikan dan kepura-puraan yang masuk akal. Pertama-tama mereka tidak akan membuat suatu pengakuan terbuka tentang doktrin-doktrin mereka, tetapi akan, dalam faktanya, sementara ajaran-ajaran mereka kelihatannya sesuai dengan kebenaran, secara tersembunyi mempertahankan / menegakkan pandangan-pandangan yang akan melemahkan fondasi-fondasi dari agama. Kata Yunani yang digunakan di sini, dan yang diterjemahkan ‘yang secara tersembunyi / rahasia akan memasukkan’, PAREISAGOO, secara tepat berarti ‘memasukkan di sisi dari yang lain; memasukkan bersama-sama dengan yang lain’. Tak ada yang bisa menyatakan dengan lebih baik cara umum / biasa dalam mana kesalahan diperkenalkan. Itu adalah ‘di sisi’, atau ‘bersama-sama dengan’ doktrin-doktrin lain yang adalah benar; yaitu, sementara pikiran itu sebagian besar diarahkan pada pokok-pokok yang lain, dan tidak berjaga-jaga, dengan lembut dan dengan diam-diam meletakkan beberapa prinsip, yang, pada waktu diterima, akan membimbing pada kesalahan, atau dari mana kesalahan akan menyusul sebagai konsekwensi yang wajar. Mereka yang menanamkan kesalahan jarang melakukannya secara terbuka. Jika mereka segera dengan berani ‘menyangkal Tuhan yang telah membeli mereka’, adalah mudah untuk menghadapi mereka, dan massa dari orang-orang yang mengaku Kristen tidak ada dalam bahaya untuk memeluk / mempercayai kesalahan itu. Tetapi pada waktu prinsip-prinsip diletakkan yang bisa membimbing pada kesalahan; pada waktu keragu-raguan tentang hal-hal yang jauh / bukan yang terutama diusulkan yang bisa menyangkut kesalahan; atau pada waktu rentetan argumentasi yang panjang diikuti yang bisa dengan diam-diam mengarah pada kesalahan; ada lebih besar kemungkinan bahwa pikiran akan dirusak dari kebenaran).
Pulpit Commentary: “The verb (pareisa/cousin) is found only here in the New Testament; the adjective derived from it is used by St. Paul in Gal 2:4, ‘false brethren unawares brought in.’ It means ‘to bring in by the side of,’ as if these false teachers brought in their errors by the side of the true doctrine; it implies also the secondary notion of secrecy” [= Kata kerja PAREISAXOUSIN ditemukan hanya di sini dalam Perjanjian Baru; kata sifatnya yang diturunkan darinya digunakan oleh Santo Paulus dalam Gal 2:4, ‘saudara-saudara palsu secara tak sadar memasukkan’. Itu berarti ‘memasukkan di sisi dari’, seakan-akan guru-guru palsu ini memasukkan kesalahan-kesalahan mereka di sisi dari doktrin yang benar; itu secara implicit juga menunjukkan arti sekunder dari ‘kerahasiaan’].
Catatan:
· Kata Yunani PAREISAGOO merupakan kata dasar dari kata Yunani PAREISAXOUSIN.
· kutipan dari Pulpit Commentary di atas mengambil Gal 2:4 dari KJV, yang terjemahannya mirip sekali dengan RSV dan NASB. Tetapi Kitab Suci Indonesia memberi terjemahan yang berbeda, dan mirip dengan NIV.
Gal 2:4 - “Memang ada desakan dari saudara-saudara palsu yang menyusup masuk, yaitu mereka yang menyelundup ke dalam untuk menghadang kebebasan kita yang kita miliki di dalam Kristus Yesus, supaya dengan jalan itu mereka dapat memperhambakan kita”.
KJV: ‘And that because of false brethren unawares brought in’ (= Dan itu karena saudara-saudara palsu dengan tak menyadari memasukkan).
The Bible Exposition Commentary: New Testament: “Not only was their message false, but their methods were false. Instead of openly declaring what they believed, they came into the church under false colors and gave the impression that they were true to the Christian faith. ‘They secretly bring in alongside’ is the literal translation. They do not throw out the truth immediately; they simply lay their false teachings alongside the truth and give the impression that they believe the fundamentals of the faith. Before long, they remove the true doctrine and leave their false doctrine in its place” (= Bukan hanya berita mereka salah / palsu, tetapi metode mereka juga salah / palsu. Bukannya dengan cara terbuka menyatakan apa yang mereka percayai, tetapi mereka masuk ke dalam gereja di bawah warna-warna yang palsu dan memberikan kesan bahwa mereka benar terhadap iman Kristen. ‘Mereka secara rahasia memasukkan bersama-sama’ merupakan terjemahan hurufiah. Mereka tidak membuang kebenaran secara langsung / dengan segera; mereka sekedar meletakkan ajaran-ajaran palsu / salah mereka bersama-sama dengan kebenaran dan memberikan kesan bahwa mereka mempercayai hal-hal / pokok-pokok dasar dari iman. Tetapi tidak lama kemudian, mereka menyingkirkan / membuang ajaran / doktrin yang benar dan membiarkan ajaran / doktrin palsu mereka di tempatnya).
Contoh: gereja Sidang Jemaat Kristus, Gereja Orthodox Syria (Bambang Noorsena).
Penerapan: sudah sangat sering saya mengkritik / menyerang ajaran yang salah / sesat, dan lalu mendapatkan jawaban: ‘Tetapi kan juga ada hal-hal baik / benar dalam ajaran itu?’. Ini adalah hal yang paling umum, tetapi juga sangat tolol! Kalau saudara mau membunuh seseorang dengan racun, apakah saudara memberi 100 % racun kepadanya untuk ia makan? Sudah tentu ia akan menolak. Tetapi kalau saudara memberinya makanan yang enak (yang mengandung banyak hal-hal yang baik / menyehatkan) dan lalu membubuhinya dengan sedikit racun, ia akan mau memakannya, dan itu ‘makanan campuran’ akan membunuhnya, tak peduli ada hal-hal baik / menyehatkan di dalamnya! Demikian juga setan tidak akan begitu bodoh dengan memberikan ajaran yang 100 % salah / sesat. Tidak akan ada orang yang mau menerimanya. Ia memberikan sedikit / beberapa hal yang salah / sesat, disamping / bersama-sama dengan hal-hal yang baik / benar. Itu menyebabkan orang-orang mau menerimanya, dan ‘ajaran campuran’ itu akan membunuh mereka, tak peduli ada hal-hal baik di dalamnya!
II Petrus 2:1-22(2)
Ay 1: “Sebagaimana nabi-nabi palsu dahulu tampil di tengah-tengah umat Allah, demikian pula di antara kamu akan ada guru-guru palsu. Mereka akan memasukkan pengajaran-pengajaran sesat yang membinasakan, bahkan mereka akan menyangkal Penguasa yang telah menebus mereka dan dengan jalan demikian segera mendatangkan kebinasaan atas diri mereka”
3) “bahkan mereka akan menyangkal Penguasa yang telah menebus mereka”.
a) Arti dari kata ‘penguasa’.
Kata Yunani yang diterjemahkan ‘Penguasa’ adalah DESPOTES, dari mana diturunkan kata bahasa Inggris ‘despot’ (= raja yang lalim).
W. E. Vine: “DESPOTES (despothj), one who has ‘absolute ownership and uncontrolled power,’” (= DESPOTES, seseorang yang mempunyai ‘kepemilikan mutlak dan kuasa yang tidak terkendali / dikendalikan’) - ‘An Expository Dictionary of New Testament Words’, hal 718.
b) Kata ‘Penguasa’ ini menunjuk kepada siapa?
Adam Clarke mengatakan bahwa kata ‘penguasa’ bisa menunjuk kepada Bapa ataupun kepada Yesus, tetapi ia lebih memilih bahwa kata itu menunjuk kepada Yesus.
Adam Clarke: “It is not certain whether God the Father be intended here, or our Lord Jesus Christ; for God is said to have purchased the Israelites, Exod. 15:16, and to be the Father that had bought them, Deut. 32:6, ... or they may point out Jesus Christ, who had bought them with his blood; ... It seems, however, more natural to understand the Lord that bought them as applying to Christ” (= Tidak pasti apakah yang dimaksudkan di sini adalah Allah Bapa atau Tuhan kita Yesus Kristus; karena Allah dikatakan telah membeli orang-orang Israel, Kel 15:16, dan adalah Bapa yang telah membeli mereka, Ul 32:6, ... atau itu bisa menunjuk kepada Yesus Kristus, yang telah membeli mereka dengan darahNya; ... Tetapi kelihatannya lebih alamiah / wajar untuk menerapkan kata-kata ‘Tuhan yang telah membeli mereka’ kepada Kristus) - hal 884.
Catatan: kata-kata ‘Penguasa yang telah menebus mereka’, oleh KJV diterjemahkan ‘the Lord that bought them’ (= Tuhan yang telah membeli mereka).
Keluaran 15:16 - “Ngeri dan takut menimpa mereka, karena kebesaran tanganMu mereka kaku seperti batu, sampai umatMu menyeberang, ya TUHAN, sampai umat yang Kauperoleh menyeberang”.
Kata ‘Kauperoleh’ oleh KJV/RSV/NASB diterjemahkan: ‘thou hast purchased’ (= telah Kaubeli); dan oleh NIV diterjemahkan: ‘you bought’ (= telah Kaubeli).
Ul 32:6 - “Demikianlah engkau mengadakan pembalasan terhadap TUHAN, hai bangsa yang bebal dan tidak bijaksana? Bukankah Ia Bapamu yang mencipta engkau, yang menjadikan dan menegakkan engkau?”.
Kata ‘mencipta engkau’ oleh KJV diterjemahkan: ‘hath bought thee’ (= telah membeli engkau). NASB » KJV, sedangkan RSV/NIV » Kitab Suci Indonesia.
Saya lebih setuju dengan terjemahan dari KJV/NASB.
Saya menganggap bahwa di sini kata DESPOTES itu pasti menunjuk kepada Yesus. Ini terlihat dari kata-kata ‘yang telah menebus mereka’ yang memberikan keterangan tentang kata DESPOTES itu.
KJV: ‘even denying the Lord that bought them’ (= bahkan menyangkal Tuhan yang membeli mereka).
Barnes’ Notes: “It is strictly and properly true only of the Son of God that he has ‘bought’ us. The Father indeed is represented as making the arrangement, as giving his Son to die, and as the great Source of all the blessings secured by redemption; but the ‘purchase’ was actually made by the Son of God by his sacrifice on the cross. ... These considerations seem to me to make it clear that Peter referred here to the Lord Jesus Christ” (= Itu adalah benar secara ketat dan secara tepat hanya tentang Anak Allah bahwa Ia telah ‘membeli’ kita. Bapa memang digambarkan sebagai membuat pengaturan, seperti memberikan AnakNya untuk mati, dan sebagai Sumber yang besar / agung dari semua berkat yang dipastikan oleh penebusan; tetapi ‘pembelian’ betul-betul dilakukan oleh Anak Allah oleh pengorbananNya di kayu salib. ... Pertimbangan-pertimbangan ini bagi saya kelihatannya membuat jelas bahwa Petrus di sini menunjuk kepada Tuhan Yesus Kristus).
Bandingkan dengan ayat-ayat ini:
· 1Kor 6:20 - “Sebab kamu telah dibeli dan harganya telah lunas dibayar: Karena itu muliakanlah Allah dengan tubuhmu!”.
· 1Kor 7:22-23 - “(22) Sebab seorang hamba yang dipanggil oleh Tuhan dalam pelayananNya, adalah orang bebas, milik Tuhan. Demikian pula orang bebas yang dipanggil Kristus, adalah hambaNya. (23) Kamu telah dibeli dan harganya telah lunas dibayar. Karena itu janganlah kamu menjadi hamba manusia”.
· 1Pet 1:18-19 - “(18) Sebab kamu tahu, bahwa kamu telah ditebus dari cara hidupmu yang sia-sia yang kamu warisi dari nenek moyangmu itu bukan dengan barang yang fana, bukan pula dengan perak atau emas, (19) melainkan dengan darah yang mahal, yaitu darah Kristus yang sama seperti darah anak domba yang tak bernoda dan tak bercacat”.
c) Apakah kata-kata ini (“mereka akan menyangkal Penguasa yang telah menebus mereka”) bertentangan dengan doktrin Calvinisme tentang ‘Limited Atonement’ (= Penebusan Terbatas), dan membenarkan doktrin Arminian tentang ‘Unlimited / Universal Atonement’ (= Penebusan Tak terbatas / Universal)?
R. L. Dabney: “Here, it is urged, Calvinists must either hold that some of the elect perish, or that Christ died for others than the elect” (= Di sini, ada desakan bahwa orang-orang Calvinist harus percaya, atau bahwa sebagian dari orang-orang pilihan binasa, atau bahwa Kristus mati untuk orang-orang yang bukan orang pilihan) - ‘Lectures in Systematic Theology’, hal 524.
Catatan: R. L. Dabney adalah orang Reformed, dan desakan yang ia bicarakan di sini bukanlah desakan dari dia, tetapi dari orang-orang lain / Arminian. Orang-orang Arminian menganggap bahwa orang-orang Reformed / Calvinist hanya mempunyai 2 pilihan dalam menafsirkan ayat-ayat tersebut di atas:
1. Dengan menganggap bahwa orang-orang tersebut adalah orang-orang pilihan. Dengan demikian kita harus beranggapan bahwa orang-orang pilihan tersebut gagal untuk diselamatkan, karena dikatakan bahwa mereka binasa. Jadi, ini merupakan serangan terhadap doktrin Predestinasi / ‘Unconditional Election’ (= Pemilihan yg tidak bersyarat), yang merupakan point ke 2 dari 5 points Calvinisme, dan juga terhadap doktrin ‘Perseverance of the Saints’ (= Ketekunan orang-orang kudus) yang merupakan point ke 5 dari 5 points Calvinisme.
2. Dengan menganggap bahwa orang-orang tersebut bukan orang-orang pilihan, karena mereka akhirnya binasa. Tetapi kalau kita memilih pandangan ini, kita harus menganggap bahwa Kristus mati untuk orang-orang yang bukan pilihan, dan ini bertentangan dengan doktrin ‘Limited Atonement’ (= Penebusan Terbatas) yang merupakan point ke 3 dari 5 points Calvinisme.
Adam Clarke: “It seems, however, more natural to understand the Lord that bought them as applying to Christ, ... and if so, this is another proof, among many, ... That through their own wickedness some may perish for whom Christ died” (= Tetapi kelihatannya lebih alamiah / wajar untuk menerapkan kata-kata ‘Tuhan yang telah membeli mereka’ kepada Kristus, ... dan jika demikian, ini merupakan satu bukti lagi, di antara banyak bukti, ... Bahwa melalui kejahatan mereka sendiri sebagian orang binasa untuk siapa Kristus telah mati) - hal 884.
Jamieson, Fausset & Brown: “Even the ungodly were ‘bought’ by His ‘precious blood.’” (= Bahkan orang-orang jahat telah ‘dibeli’ oleh ‘darahNya yang mahal / berharga’).
Barnes’ Notes: “the admission that it refers to the Lord Jesus would lead inevitably to the conclusion that some will perish for whom Christ died” (= pengakuan bahwa kata itu menunjuk kepada Tuhan Yesus secara tak terhindarkan akan membimbing / membawa pada kesimpulan bahwa beberapa / sebagian orang akan binasa untuk siapa Kristus telah mati).
Barnes’ Notes: “In regard, then, to this important passage, we may remark: (1) that the apostle evidently believed that some would perish for whom Christ died. (2) If this is so, then the same truth may be expressed by saying that he died for others besides those who will be saved; that is, that the atonement was not confined merely to the elect. This one passage, therefore, demonstrates the doctrine of general atonement. This conclusion would be drawn from it by the great mass of readers, and it may be presumed, therefore, that this is the fair interpretation of the passage” [= Maka, berkenaan dengan text penting ini, kita bisa berkata: (1) bahwa sang rasul dengan jelas percaya bahwa beberapa / sebagian akan binasa untuk siapa Kristus mati. (2) Jika demikian, maka kebenaran yang sama bisa dinyatakan dengan mengatakan bahwa Ia telah mati untuk orang-orang lain disamping mereka yang akan diselamatkan; yaitu bahwa penebusan tidak terbatas semata-mata pada orang-orang pilihan. Karena itu, satu text ini menunjukkan doktrin dari penebusan umum. Kesimpulan ini akan ditarik darinya oleh jumlah yang besar dari pembaca, dan karena itu, bisa / boleh dianggap bahwa ini adalah penafsiran yang fair / adil dari text itu].
Catatan: perhatikan bagian yang saya beri garis bawah ganda. Bahwa mayoritas pembaca menarik kesimpulan seperti itu sama sekali tidak membuktikan bahwa mereka benar. Ada banyak hal yang dipercaya oleh mayoritas orang Kristen, tetapi ternyata merupakan ajaran yang salah!
Bible Knowledge Commentary: “They were ‘redeemed’ in the sense that Christ paid the redemptive price for their salvation, but they did not apply it to themselves and so were not saved. Christ’s death is ‘sufficient’ for all (1 Tim 2:6; Heb 2:9; 1 John 2:2), but is ‘efficient’ only for those who believe. This is a strong argument for unlimited atonement (the view that Christ died for everyone) and against limited atonement (the view that Christ died only for those whom He would later save)” [= Mereka telah ‘ditebus’ dalam arti bahwa Kristus membayar harga penebusan untuk keselamatan mereka, tetapi mereka tidak menerapkannya bagi diri mereka sendiri dan dengan demikian tidak diselamatkan. Kematian Kristus ‘cukup’ bagi semua orang (1Tim 2:6; Ibr 2:9; 1Yoh 2:2), tetapi ‘eficient / mujarab’ hanya bagi mereka yang percaya. Ini merupakan argumentasi yang kuat bagi penebusan yang tidak terbatas (pandangan bahwa Kristus telah mati bagi setiap orang) dan merupakan argumentasi terhadap / yang menentang penebusan terbatas (pandangan bahwa Kristus telah mati hanya bagi mereka yang belakangan akan Ia selamatkan)].
Pulpit Commentary: “The Lord had bought them; they were not their own, but his, bought with a price, ‘not with corruptible things, as silver and gold, but with the precious blood of Christ’ (1Pet. 1:18; see also the parallel passage Jude 4). These words plainly assert the universality of the Lord’s redemption. He ‘tasted death for every man’ (Heb. 2:9), even for those false teachers who denied him” [= Tuhan telah membeli mereka; mereka bukan milik mereka sendiri, tetapi milikNya, dibeli dengan suatu harga, ‘bukan dengan barang yang fana, seperti perak dan emas, tetapi dengan darah Kristus yang mahal / berharga’ (1Pet 1:18; lihat juga text paralelnya, Yudas 4). Kata-kata ini secara jelas menegaskan ke-universal-an dari penebusan Tuhan. Ia ‘mencicipi / mengalami maut bagi semua / setiap orang’ (Ibr 2:9), bahkan untuk guru-guru palsu yang menyangkalNya itu] - hal 43.
John Wesley: “‘The Lord that bought them.’ - With his own blood. Yet these very men perish everlastingly. Therefore Christ bought even them that perish” (= ‘Tuhan yang telah membeli mereka’. - Dengan darahNya sendiri. Tetapi orang-orang ini binasa secara kekal. Karena itu, Kristus membeli bahkan mereka yang binasa).
Lenski: “Here we have an adequate answer to Calvin’s limited atonement: the Sovereign, Christ, bought with his blood not only the elect but also those who go into perdition. Calvin does not accept this epsitle as canonical; in his extensive commentary on the New Testament it is not treated. May this clause, perhaps, have been a reason for this omission?” (= Di sini kita mempunyai jawaban yang cukup terhadap penebusan terbatas dari Calvin: Yang berdaulat, Kristus, telah membeli dengan darahNya, bukan hanya orang-orang pilihan tetapi juga mereka yang masuk ke dalam kehancuran / neraka. Calvin tidak menerima surat ini sebagai kanon; dalam tafsirannya yang luas tentang Perjanjian Baru ini tidak dibahas / dibicarakan. Mungkinkah anak kalimat ini merupakan alasan dari penghapusan ini?) - hal 305.
Catatan:
a. Tidak benar kalau Calvin menganggap 2Petrus tak termasuk kanon Alkitab. Perhatikan kata-kata Calvin dalam permulaan buku tafsirannya tentang 2Petrus ini (pada bagian berjudul ‘The Argument’).
Calvin: “The doubts respecting this Epistle mentioned by Eusebius, ought not to keep us from reading it. For if the doubts rested on the authority of men, whose names he does not give, we ought to pay no more regard to it than to that of unknown men. And he afterwards adds, that it was everywhere received without any dispute. What Jerome writes influences me somewhat more, that some, induced by a difference in the style, did not think that Peter was the author. For though some affinity may be traced, yet I confess that there is that manifest difference which distinguishes different writers. There are also other probable conjectures by which we may conclude that it was written by another rather than by Peter. At the same time, according to the consent of all, it has nothing unworthy of Peter, as it shews everywhere the power and the grace of an apostolic spirit. If it be received as canonical, we must allow Peter to be the author, since it has his name inscribed, and he also testifies that he had lived with Christ: and it would have been a fiction unworthy of a minister of Christ, to have personated another individual. So then I conclude, that if the Epistle be deemed worthy of credit, it must have proceeded from Peter; not that he himself wrote it, but that some one of his disciples set forth in writing, by his command, those things which the necessity of the times required. For it is probable that he was now in extreme old age, for he says, that he was near his end. And it may have been that at the request of the godly, he allowed this testimony of his mind to be recorded shortly before his death, because it might have somewhat availed, when he was dead, to support the good, and to repress the wicked. Doubtless, as in every part of the Epistle the majesty of the Spirit of Christ appears, to repudiate it is what I dread, though I do not here recognize the language of Peter. But since it is not quite evident as to the author, I shall allow myself the liberty of using the word Peter or Apostle indiscriminately” (= Keragu-raguan berkenaan dengan Surat ini yang disebutkan oleh Eusebius, tidak boleh mencegah kita dari membacanya. Karena jika keragu-raguan itu didasarkan pada otoritas manusia, yang nama-namanya tidak ia berikan, kita tidak boleh memperhatikannya lebih dari pada keragu-raguan dari orang-orang yang tak dikenal. Dan ia belakangan menambahkan, bahwa dimana-mana itu diterima tanpa perselisihan / bantahan apapun. Apa yang Jerome tuliskan lebih mempengaruhi saya, bahwa sebagian, disebabkan oleh suatu perbedaan dalam gaya, tidak menganggap bahwa Petrus adalah pengarangnya. Karena sekalipun beberapa kemiripan / persamaan bisa ditelusuri jejaknya, tetapi saya mengakui bahwa ada perbedaan yang nyata yang membedakan penulis-penulis yang berbeda. Juga ada dugaan-dugaan lain yang memungkinkan dengan mana kita bisa menyimpulkan bahwa surat itu ditulis oleh seorang lain dari pada oleh Petrus. Pada saat yang sama, sesuai dengan persetujuan dari semua, surat itu tidak mempunyai apapun yang tidak layak dari / tentang Petrus, karena surat itu menunjukkan dimana-mana kuasa dan kasih karunia dari suatu roh rasuli. Jika surat ini diterima sebagai kanon, kita harus mengakui Petrus sebagai pengarangnya, karena surat itu mempunyai namanya tertulis, dan ia juga menyaksikan bahwa ia telah hidup bersama Kristus: dan akan merupakan suatu fiksi yang tidak layak dari seorang pelayan Kristus, untuk menipu dengan mengambil identitas dari individu yang lain. Maka saya menyimpulkan, bahwa jika Surat itu dianggap layak dihargai, surat itu harus keluar dari Petrus; bukan bahwa ia sendiri menulisnya, tetapi bahwa seseorang dari murid-muridnya diajukan dalam penulisan, oleh perintahnya, hal-hal yang dibutuhkan pada saat itu. Karena adalah mungkin bahwa ia sekarang ada dalam usia yang sangat tua, karena ia mengatakan, bahwa ia dekat dengan akhirnya / kematiannya. Dan mungkin bahwa atas permintaan dari orang-orang saleh, ia mengijinkan kesaksian dari pikirannya ini dicatat sesaat sebelum kematiannya, karena itu bisa berguna pada waktu ia mati, untuk mendukung orang-orang yang baik, dan untuk menekan orang-orang yang jahat. Tak diragukan, karena dalam setiap bagian dari Surat ini keagungan dari Roh Kristus terlihat, tak mengakuinya adalah apa yang saya takutkan, sekalipun di sini saya tidak mengenali bahasa dari Petrus. Tetapi karena tidak terlalu jelas berkenaan dengan pengarangnya, saya akan mengijinkan diri saya sendiri kebebasan untuk menggunakan kata-kata Petrus atau Rasul secara tidak pandang bulu) - hal 363-364.
Dari apa yang ia tuliskan di atas, menurut saya tak terlihat bahwa Calvin menganggap surat 2Petrus tak termasuk kanon Alkitab. Ia hanya mengatakan bahwa Eusebius menyatakan adanya orang-orang yang meragukan hal itu. Calvin sendiri hanya menganggap bahwa Petrus tidak menulis sendiri surat ini, tetapi melalui seorang muridnya untuk menuliskan pikirannya.
Kalau Calvin memang tidak mempercayai bahwa surat 2Petrus termasuk kanon Alkitab, maka adalah aneh kalau dia tetap menulis tafsiran tentang kitab / surat ini, dan juga sering mengutip ayat-ayat dari 2Petrus dalam Institutes-nya maupun buku-buku tafsirannya!
b. Memang benar bahwa dalam buku tafsirannya tentang Perjanjian Baru ataupun tentang surat 2Petrus ini, Calvin tidak membahas bagian ini / anak kalimat ini.
Tetapi pada permulaan dari buku tafsirannya tentang surat 2Petrus, pada bagian ‘The Argument’, setelah bagian yang saya kutip di atas, ia melanjutkan dengan mengatakan kata-kata di bawah ini.
Calvin: “The design is to shew, that those who have once professed the true faith of Christ, ought to respond to their calling to the last. After having then extolled, in high terms, the grace of God, he recommends to them holiness of life, because God usually punishes in hypocrites a false profession of his name, with dreadful blindness, and on the other hand he increases his gifts to those who truly and from the heart embrace the doctrine of religion. He, therefore, exhorts them to prove their calling by a holy life” (= Rancangannya adalah untuk menunjukkan bahwa mereka yang pernah mengaku iman yang benar tentang Kristus, harus memberikan tanggapan pada panggilan mereka sampai akhir. Setelah meninggikan, dengan istilah-istilah yang tinggi, kasih karunia Allah, ia menganjurkan mereka kekudusan hidup, karena Allah biasanya menghukum dalam diri orang-orang munafik suatu pengakuan palsu tentang namaNya, dengan kebutaan yang menakutkan, dan pada sisi yang lain ia meningkatkan karuniaNya kepada mereka yang dengan sungguh-sungguh dan dari hati memeluk / mempercayai ajaran dari agama. Karena itu, ia mendesak mereka untuk membuktikan panggilan mereka oleh suatu kehidupan yang kudus) - hal 364.
Catatan: biarpun ia tidak mengatakan secara explicit, tetapi rasanya tidak bisa tidak, yang ia maksudkan dengan orang-orang munafik yang dihukum Allah dengan suatu pengakuan palsu tentang namaNya adalah guru-guru palsu yang dibicarakan dalam 2Pet 2:1 ini. Dengan demikian Calvin jelas menganggap orang-orang itu sebagai orang kristen KTP, dan pengakuan yang diberikan tentang mereka dalam 2Petrus 2:1 ini (bahwa mereka telah dibeli dengan darah Kristus), secara strict / ketat adalah tidak benar. Dan kalau demikian, maka kebinasaan mereka tidak berarti bahwa doktrin ‘Limited Atonement’ (= Penebusan Terbatas) itu salah.
c. Seandainya Calvin tidak menulis apapun berkenaan dengan anak kalimat ini karena ia tidak mengerti bagaimana menafsirkan kata-kata itu, maka itu tetap tidak menunjukkan bahwa doktrin ‘Limited Atonement’ (= Penebusan Terbatas) itu salah. Banyak orang-orang Reformed yang memberikan tafsiran tentang anak kalimat ini sedemikian rupa sehingga tidak bertentangan dengan doktrin ‘Limited Atonement’ (= Penebusan Terbatas).
Tanggapan tentang penafsiran orang-orang Arminian / non Reformed di atas:
Para guru palsu ini jelas bukan orang kristen / orang pilihan; mereka hanya orang kristen KTP. Digunakannya kata-kata ‘Penguasa yang telah menebus mereka’ / ‘Tuhan yang telah membeli mereka’ (KJV), tidak menunjukkan bahwa mereka adalah orang kristen yang sejati, tetapi hanya untuk menggambarkan mereka menurut pengakuan mereka.
Alexander Nisbet: “‘That they should deny the Lord that bought them;’ which is not to be understood as if either Christ had died for such men (for then they could not have perished, John 10:11,28), or as if they had expressly denied Christ to be the Redeemer; for then could they not have prevailed as they did with professors of Christ (v 2), ... The meaning therefore is that they, being by profession and in their own and other’s esteem, redeemed ones, should vent such errors as would in substance tend to the denial of the sovereignty and Lordship of Christ over His people” [= ‘Bahwa mereka menyangkal Tuhan yang telah membeli mereka’ yang tidak boleh dimengerti seakan-akan Kristus telah mati untuk orang-orang seperti itu (karena kalau demikian mereka tidak bisa binasa, Yoh 10:11,28), atau seakan-akan mereka secara explicit menyangkal Kristus sebagai Penebus; karena kalau demikian mereka tidak akan bisa diikuti oleh para pengaku Kristus (ay 2), ... Karena itu, artinya adalah bahwa mereka mengaku sebagai orang-orang yang ditebus, dan juga dalam pandangan mereka sendiri ataupun orang-orang lain, mereka adalah orang-orang yang ditebus, tetapi mereka menyemburkan kesalahan-kesalahan yang pada hakekatnya merupakan penyangkalan terhadap kedaulatan dan keTuhanan dari Kristus atas umatNya] - hal 245.
Yoh 10:11,28 - “(11) Akulah gembala yang baik. Gembala yang baik memberikan nyawanya bagi domba-dombanya; ... (28) dan Aku memberikan hidup yang kekal kepada mereka dan mereka pasti tidak akan binasa sampai selama-lamanya dan seorangpun tidak akan merebut mereka dari tanganKu”.
Matthew Poole: “This is spoken not only of their pretences, that they should profess themselves redeemed by Christ, but in the style of the visible church, which should judge them to be so till they declared the contrary by their wicked actions; ... whosoever professeth himself to be redeemed by Christ, and yet denies him in his deeds, is said to deny the Lord that bought him” (= Ini dikatakan bukan hanya tentang kepura-puraan mereka, dimana mereka mengaku diri mereka sendiri ditebus oleh Kristus, tetapi dalam cara / gaya dari gereja yang kelihatan, yang harus menilai mereka demikian sampai mereka menyatakan sebaliknya oleh tindakan-tindakan mereka yang jahat; ... siapapun mengaku dirinya sendiri ditebus oleh Kristus, tetapi menyangkalNya dalam perbuatan-perbuatannya, dikatakan ‘menyangkal Tuhan yang telah membeli mereka’) - hal 921.
Louis Berkhof: “that these false teachers are described according to their own profession and the judgment of charity. They gave themselves out as redeemed men, and were so accounted in the judgment of the Church while they abode in her communion” (= bahwa guru-guru palsu ini digambarkan menurut pengakuan mereka sendiri dan penghakiman / penilaian dari kasih. Mereka menyatakan diri mereka sendiri sebagai orang-orang yang ditebus, dan dianggap demikian dalam penghakiman / penilaian dari Gereja sementara mereka tinggal dalam persekutuan Gereja) - ‘Systematic Theology’, hal 397.
Bible Knowledge Commentary (John Walvoord) menganggap penafsiran yang diberikan oleh orang-orang Reformed ini sebagai eisegesis (memasukkan suatu konsep secara paksa ke dalam suatu text / ayat), tetapi saya berpendapat bahwa kata-katanya sangat tidak beralasan, karena Alkitab memang sering menggambarkan seseorang sesuai dengan pengakuannya, atau sesuai dengan kelihatannya.
Contoh:
a. Yoh 2:23-25 - “(23) Dan sementara Ia di Yerusalem selama hari raya Paskah, banyak orang percaya dalam namaNya, karena mereka telah melihat tanda-tanda yang diadakanNya. (24) Tetapi Yesus sendiri tidak mempercayakan diriNya kepada mereka, karena Ia mengenal mereka semua, (25) dan karena tidak perlu seorangpun memberi kesaksian kepadaNya tentang manusia, sebab Ia tahu apa yang ada di dalam hati manusia”.
Perhatikan bahwa sekalipun dalam ay 23nya dikatakan bahwa orang banyak itu ‘percaya dalam namaNya’, tetapi ay 24-25nya menunjukkan secara jelas bahwa mereka tidak sungguh-sungguh percaya kepada Yesus!
b. Yoh 6:66 - “Mulai dari waktu itu banyak murid-muridNya mengundurkan diri dan tidak lagi mengikut Dia”.
Perhatikan bahwa orang-orang ini disebut dengan istilah ‘murid’, tetapi mereka ternyata berhenti mengikut Kristus. Bandingkan dengan Yoh 8:31 - “Maka kataNya kepada orang-orang Yahudi yang percaya kepadaNya: ‘Jikalau kamu tetap dalam firmanKu, kamu benar-benar adalah muridKu”. Jelas bahwa berdasarkan Yoh 8:31 ini orang yang berhenti mengikut Kristus bukanlah benar-benar murid! Lalu mengapa dalam Yoh 6:66 mereka disebut dengan istilah ‘murid’? Karena mereka mengaku sebagai murid, dan / atau karena mereka kelihatan sebagai murid!
c. Yoh 12:42-43 - “(42) Namun banyak juga di antara pemimpin yang percaya kepadaNya, tetapi oleh karena orang-orang Farisi mereka tidak mengakuinya berterus terang, supaya mereka jangan dikucilkan. (43) Sebab mereka lebih suka akan kehormatan manusia dari pada kehormatan Allah”.
Sekalipun mula-mula dikatakan bahwa mereka ‘percaya kepadaNya’, tetapi lalu dikatakan bahwa mereka ‘tidak mengakuinya berterus terang’, dan mereka ‘lebih suka kehormatan manusia dari pada kehormatan Allah’. Memang mungkin bahwa di antara orang-orang ini ada yang sungguh-sungguh percaya (seperti Nikodemus dan Yusuf dari Arimatea), tetapi juga sangat besar kemungkinannya bahwa di antara mereka ada banyak yang hanya mengaku percaya, tetapi sebetulnya tidak sungguh-sungguh percaya kepada Yesus.
d. Simon tukang sihir juga dikatakan ‘menjadi percaya’ (Kis 8:13a), tetapi dari kata-kata Petrus yang begitu keras kepadanya dalam Kis 8:20-23, dan tanggapannya dalam Kis 8:24, sukar untuk membayangkan bahwa ia adalah orang percaya yang sejati.
Kis 8:13,20-24 - “(13) Simon sendiri juga menjadi percaya, dan sesudah dibaptis, ia senantiasa bersama-sama dengan Filipus, dan takjub ketika ia melihat tanda-tanda dan mujizat-mujizat besar yang terjadi. ... (20) Tetapi Petrus berkata kepadanya: ‘Binasalah kiranya uangmu itu bersama dengan engkau, karena engkau menyangka, bahwa engkau dapat membeli karunia Allah dengan uang. (21) Tidak ada bagian atau hakmu dalam perkara ini, sebab hatimu tidak lurus di hadapan Allah. (22) Jadi bertobatlah dari kejahatanmu ini dan berdoalah kepada Tuhan, supaya Ia mengampuni niat hatimu ini; (23) sebab kulihat, bahwa hatimu telah seperti empedu yang pahit dan terjerat dalam kejahatan.’ (24) Jawab Simon: ‘Hendaklah kamu berdoa untuk aku kepada Tuhan, supaya kepadaku jangan kiranya terjadi segala apa yang telah kamu katakan itu.’”.
II Petrus 2:1-22(3)
Ay 1: “Sebagaimana nabi-nabi palsu dahulu tampil di tengah-tengah umat Allah, demikian pula di antara kamu akan ada guru-guru palsu. Mereka akan memasukkan pengajaran-pengajaran sesat yang membinasakan, bahkan mereka akan menyangkal Penguasa yang telah menebus mereka dan dengan jalan demikian segera mendatangkan kebinasaan atas diri mereka”.
d) Dalam arti bagaimana para guru palsu itu ‘menyangkal’ Kristus?
1. Ada yang menganggap bahwa mereka menyangkal Kristus melalui ajaran / doktrin mereka. Albert Barnes adalah salah satu dari orang-orang yang memegang kepercayaan ini.
Barnes’ Notes: “‘Even denying the Lord that bought them.’ This must mean that they held doctrines which were IN FACT a denial of the Lord, or the tendency of which would be a denial of the Lord, for it cannot be supposed that, while they professed to be Christians, they would openly and avowedly deny him. To ‘deny the Lord’ may be either to deny his existence, his claims, or his attributes; it is to withhold from him, in our belief and profession, anything which is essential to a proper conception of him. The particular thing, however, which is mentioned here as entering into that self-denial, is something connected with the fact that he had ‘bought’ them. It was such a denial of the Lord ‘as having bought them,’ as to be in fact a renunciation of the uniqueness of the Christian religion” [= ‘Bahkan menyangkal Tuhan / Penguasa yang telah membeli mereka’. Ini harus berarti bahwa mereka memegang / mempercayai doktrin-doktrin yang dalam faktanya merupakan suatu penyangkalan terhadap Tuhan, atau yang kecenderungannya akan merupakan suatu penyangkalan terhadap Tuhan, karena tidak bisa dianggap bahwa, sementara mereka mengaku sebagai orang-orang Kristen, mereka secara terang-terangan dan terbuka menyangkal Dia. ‘Menyangkal Tuhan’ bisa berarti menyangkal keberadaanNya, claim-claimNya, atau sifat-sifat dasarNya; itu adalah menahan dari Dia, dalam kepercayaan dan pengakuan kita, apapun yang merupakan sesuatu yang hakiki bagi suatu pengertian yang benar tentang Dia. Tetapi hal khusus yang disebutkan di sini sebagai termasuk di dalam penyangkalan itu, adalah sesuatu yang berhubungan dengan fakta bahwa Ia telah ‘membeli’ mereka. Itu merupakan suatu penyangkalan sedemikian rupa tentang Tuhan ‘sebagai telah membeli mereka’, sehingga dalam faktanya merupakan suatu penolakan / pembuangan tentang keunikan dari agama Kristen].
Barnes’ Notes: “he meant to say that the false teachers mentioned held doctrines which were in fact a ‘denial’ of that Saviour. He does not specify particularly what constituted such a denial; but it is plain that any doctrine which represented him, his person, or his work, as essentially different from what was the truth, would amount to such a denial. If he were Divine, and that fact was denied, making him wholly a different being; if he actually made an expiatory sacrifice by his death, and that fact was denied, and he was held to be a mere religious teacher, changing essentially the character of the work which he came to perform; if he, in some proper sense, ‘bought’ them with his blood, and that fact was denied in such a way that according to their views it was not strictly proper to speak of him as having bought them at all, which would be the case if he were a mere prophet or religious teacher, then it is clear that such a representation would be in fact a denial of his true nature and work. That some of these views entered into their denial of him is clear, for it was with reference to the fact that he had bought them, or redeemed them, that they denied him” (= ia bermaksud untuk mengatakan bahwa guru-guru palsu yang disebutkan memegang / mempercayai doktrin-doktrin yang dalam faktanya merupakan suatu penyangkalan tentang Juruselamat itu. Ia tidak menyebutkan secara khusus apa yang membentuk penyangkalan seperti itu; tetapi adalah jelas bahwa doktrin apapun yang menggambarkan Dia, pribadiNya, atau pekerjaanNya, sebagai berbeda secara hakiki dari apa yang merupakan kebenaran, sama dengan penyangkalan seperti itu. Jika Ia adalah Ilahi / Allah, dan fakta itu disangkal, membuatNya seseorang / suatu makhluk yang sepenuhnya berbeda; jika Ia sungguh-sungguh membuat suatu korban penebusan oleh kematianNya, dan fakta itu disangkal, dan Ia dipercayai semata-mata sebagai seorang guru agamawi, mengubah secara hakiki karakter dari pekerjaan yang Ia laksanakan dengan kedatanganNya; jika Ia, dalam arti yang benar, ‘membeli’ mereka dengan darahNya, dan fakta itu disangkal dengan suatu cara sehingga sesuai dengan pandangan mereka adalah sama sekali tidak benar untuk berbicara tentang Dia sebagai telah membeli mereka, yang adalah kasusnya seandainya Ia semata-mata adalah seorang nabi atau guru agamawi, maka adalah jelas bahwa penggambaran seperti itu dalam faktanya merupakan suatu penyangkalan terhadap hakekat / sifat dasar dan pekerjaanNya. Bahwa sebagian dari pandangan-pandangan ini masuk ke dalam penyangkalan mereka adalah jelas, karena dalam hubungannya dengan fakta bahwa Ia telah membeli mereka, atau menebus mereka, mereka menyangkal Dia).
Kalau berdasarkan pandangan Barnes ini maka jelas bahwa semua sekte dan ajaran sesat, tercakup di sini. Misalnya Saksi-Saksi Yehuwa, Gereja Orthodox Syria, gerakan pria sejati, dan sebagainya.
Ini menunjukkan betapa pentingnya belajar tentang doktrin. Karena itu jangan ikuti gereja yang tidak pernah / sangat jarang mengajar doktrin! Dan jadilah orang Kristen yang senang belajar doktrin!
2. Mereka menyangkal Kristus melalui kehidupan mereka yang brengsek.
Calvin: “Though Christ may be denied in various ways, yet Peter, as I think, refers here to what is expressed by Jude, that is, when the grace of God is turned into lasciviousness; for Christ redeemed us, that he might have a people separated from all the pollutions of the world, and devoted to holiness, and innocency. They, then, who throw off the bridle, and give themselves up to all kinds of licentiousness, are not unjustly said to deny Christ by whom they have been redeemed. Hence, that the doctrine of the gospel may remain whole and complete among us, let this be fixed in our minds, that we have been redeemed by Christ, that he may be the Lord of our life and of our death, and that our main object ought to be, to live to him and to die to him” [= Sekalipun Kristus bisa disangkal dalam berbagai cara, tetapi Petrus, seperti yang saya pikir / kira, di sini menunjuk kepada apa yang dinyatakan oleh Yudas (penulis surat Yudas), yaitu, pada waktu kasih karunia Allah dibalikkan menjadi pemuasan nafsu; karena Kristus menebus kita, supaya Ia bisa mempunyai umat yang terpisah dari semua polusi dari dunia, dan dibaktikan / diserahkan pada kekudusan, dan ketidak-bersalahan. Maka mereka, yang membuang kekang, dan memberikan diri mereka sendiri kepada semua jenis pemuasan nafsu, bukanlah secara tidak benar dikatakan menyangkal Kristus oleh siapa mereka telah ditebus. Karena itu, supaya doktrin / ajaran dari injil bisa tetap utuh dan lengkap di antara kita, hendaklah hal ini dicamkan dalam pikiran kita, bahwa kita telah ditebus oleh Kristus, supaya Ia bisa menjadi Tuhan dari kehidupan kita dan dari kematian kita, dan bahwa tujuan utama kita seharusnya adalah hidup bagi Dia dan mati bagi Dia].
Yudas 4 - “Sebab ternyata ada orang tertentu yang telah masuk menyelusup di tengah-tengah kamu, yaitu orang-orang yang telah lama ditentukan untuk dihukum. Mereka adalah orang-orang yang fasik, yang menyalahgunakan kasih karunia Allah kita untuk melampiaskan hawa nafsu mereka, dan yang menyangkal satu-satunya Penguasa dan Tuhan kita, Yesus Kristus”.
Bdk. 2Kor 5:15 - “Dan Kristus telah mati untuk semua orang, supaya mereka yang hidup, tidak lagi hidup untuk dirinya sendiri, tetapi untuk Dia, yang telah mati dan telah dibangkitkan untuk mereka”.
Pulpit Commentary: “The denial referred to may have been doctrinal or practical; most of the ancient forms of heresy involved some grave error as to the Person of Christ; and the germs of these errors appeared very early in the Church (see 1 John 2:22,23), denying sometimes the Godhead of our Lord, sometimes the truth of his humanity. But St. Peter may mean the practical denial of Christ evinced in an ungodly and licentious life. The latter form of denial appears most prominent in this chapter; probably the apostle intended to warn his readers against both” [= Penyangkalan yang ditunjuk mungkin bersifat doktrin ataupun praktis; kebanyakan dari bentuk-bentuk kuno dari bidat melibatkan beberapa kesalahan penting berkenaan dengan Pribadi Kristus; dan kuman-kuman dari kesalahan-kesalahan ini terlihat / muncul sangat awal dari Gereja (lihat 1Yoh 2:22,23), kadang-kadang menyangkal KeAllahan dari Tuhan kita, kadang-kadang kebenaran dari kemanusiaanNya. Tetapi Santo Petrus mungkin memaksudkan penyangkalan praktis tentang Kristus yang ditunjukkan secara jelas dalam suatu kehidupan yang jahat / tidak saleh dan tidak bermoral. Bentuk penyangkalan yang terakhir muncul paling menonjol dalam pasal ini; mungkin sang rasul bermaksud untuk memperingati para pembacanya terhadap kedua penyangkalan ini].
1Yoh 2:22-23 - “(22) Siapakah pendusta itu? Bukankah dia yang menyangkal bahwa Yesus adalah Kristus? Dia itu adalah antikristus, yaitu dia yang menyangkal baik Bapa maupun Anak. (23) Sebab barangsiapa menyangkal Anak, ia juga tidak memiliki Bapa. Barangsiapa mengaku Anak, ia juga memiliki Bapa”.
Pulpit Commentary: “Some deny Christ by practically disobeying his precepts. To such as these Jesus referred when he asked, ‘Why call ye me, Lord, Lord, and do not the things which I say?’” (= Beberapa orang / sebagian orang menyangkal Kristus secara praktis dengan tidak mentaati ajaran / perintahNya. Kepada orang-orang seperti itulah Yesus menunjuk pada waktu Ia bertanya, ‘Mengapa kamu berseru kepadaKu: Tuhan, Tuhan, padahal kamu tidak melakukan apa yang Aku katakan?’).
Luk 6:46 - “‘Mengapa kamu berseru kepadaKu: Tuhan, Tuhan, padahal kamu tidak melakukan apa yang Aku katakan?”.
Adalah mungkin bagi seseorang untuk mempunyai pengertian yang baik, Alkitabiah, Injili, dan bahkan yang Reformed, tetapi mempunyai kehidupan yang betul-betul brengsek! Ini merupakan penyangkalan praktis terhadap Tuhan yang telah membeli / menebus dia
e) Perbandingan 2Pet 2:1 ini dengan Yudas 4.
Merupakan suatu fakta bahwa 2Pet 2 sangat mirip dengan surat Yudas!
Sekarang mari kita bandingkan 2Pet 2:1 ini dengan Yudas 4.
2Pet 2:1 - “Sebagaimana nabi-nabi palsu dahulu tampil di tengah-tengah umat Allah, demikian pula di antara kamu akan ada guru-guru palsu. Mereka akan memasukkan pengajaran-pengajaran sesat yang membinasakan, bahkan mereka akan menyangkal Penguasa yang telah menebus mereka dan dengan jalan demikian segera mendatangkan kebinasaan atas diri mereka”.
Yudas 4 - “Sebab ternyata ada orang tertentu yang telah masuk menyelusup di tengah-tengah kamu, yaitu orang-orang yang telah lama ditentukan untuk dihukum. Mereka adalah orang-orang yang fasik, yang menyalahgunakan kasih karunia Allah kita untuk melampiaskan hawa nafsu mereka, dan yang menyangkal satu-satunya Penguasa dan Tuhan kita, Yesus Kristus”.
Dengan membandingkan 2 ayat ini, jelas bahwa kedua ayat ini memaksudkan bahwa Yesus adalah satu-satunya Penguasa.
Tetapi ada 4 problem dengan Yudas 4 ini, yaitu:
1. Terjemahan KJV tentang Yudas 4.
KJV: ‘and denying the only Lord God, and our Lord Jesus Christ’ (= dan menyangkal satu-satunya Tuhan Allah, dan Tuhan kita Yesus Kristus).
RSV/NASB: ‘and deny our only Master and Lord, Jesus Christ’ (= dan menyangkal satu-satunya Tuan dan Tuhan kita, Yesus Kristus).
NIV: ‘and deny Jesus Christ our only Sovereign and Lord’ (= dan menyangkal Yesus Kristus satu-satunya Penguasa dan Tuhan kita).
Jadi, KJV lain sendiri, karena KJV menterjemahkan dari manuscript yang salah.
Vincent: “‘God’ is omitted in the best texts” (= ‘Allah’ dihapuskan dalam text-text yang terbaik).
Adam Clarke: “‘The only Lord God, and our Lord Jesus Christ.’ ... But Theon, ‘GOD,’ is omitted by ABC, sixteen others, with Erpen’s Arabic, the Coptic, AEthiopic, Armenian, and Vulgate, and by many of the fathers. It is very likely that it was originally inserted as a gloss, to ascertain to whom the title of ton monon Despoteen, ‘the only Sovereign,’ belonged; and thus make two persons where only one seems to be intended. The passage I believe belongs solely to Jesus Christ, and may be read thus: Denying the only sovereign Ruler, even our Lord Jesus Christ” (= ‘satu-satunya Tuhan Allah, dan Tuhan kita Yesus Kristus’. ... Tetapi kata THEON, ‘Allah’, dihapuskan oleh ABC, 16 manuscript yang lain, bersama-sama dengan Arab Erpen, Koptik, Ethiopia, Armenian, dan Vulgate / Latin, dan oleh banyak dari bapa-bapa gereja. Adalah sangat mungkin bahwa itu pada mulanya dimasukkan sebagai suatu komentar / keterangan, untuk menegaskan milik siapa gelar ton monon Despoteen, ‘satu-satunya Penguasa’; dan dengan demikian membuat dua pribadi dimana hanya satu pribadi yang kelihatannya dimaksudkan. Text ini saya percaya berlaku hanya untuk Yesus Kristus, dan bisa dibaca demikian: Menyangkal satu-satunya Penguasa yang berdaulat, yaitu Tuhan kita Yesus Kristus).
Barnes’ Notes: “The word GOD (Theon) is missing in many manuscripts, and in the Vulgate and Coptic versions, and Mill, Hammond, and Bengel suppose it should be omitted. It is also wanting in the editions of Tittman, Griesbach, and Hahn. The amount of authority seems to be against it. ... If the word ‘God’ is to be omitted in this place, the passage would be wholly applicable, beyond question, to the Lord Jesus, and would mean, ‘denying our only Sovereign and Lord, Jesus Christ.’” [= Kata ‘Allah’ (THEON) tidak ada dalam banyak manuscript-manuscript, dan dalam versi Vulgate dan Koptik, dan Mill, Hammond, dan Bengel menganggapnya harus dihapuskan. Kata itu juga tidak ada dalam edisi-edisi dari Tittman, Griesbach, dan Hahn. Jumlah otoritas kelihatannya menentangnya. ... Jika kata ‘Allah’ harus dihapuskan di tempat ini, text ini akan sepenuhnya cocok, tanpa keraguan, kepada Tuhan Yesus, dan akan berarti, ‘menyangkal satu-satunya Penguasa dan Tuhan kita, Yesus Kristus’].
2. Ada satu masalah lagi dengan kalimat ‘dan yang menyangkal satu-satunya Penguasa dan Tuhan kita, Yesus Kristus’ ini. Mengapa? Karena kalimat ini bisa dibaca dengan 2 cara:
a. ‘Dan yang menyangkal (satu-satunya Penguasa) dan (Tuhan kita, Yesus Kristus)’ ® Kalau dibaca seperti ini, maka ayat ini berbicara tentang 2 pribadi, dan tidak menunjukkan Yesus sebagai satu-satunya Penguasa.
b. ‘Dan yang menyangkal (satu-satunya Penguasa dan Tuhan kita), Yesus Kristus’ ® Kalau dibaca seperti ini maka ayat ini berbicara tentang 1 pribadi, dan menunjukkan Yesus sebagai satu-satunya Penguasa.
Dalam Yudas 4 ini kata-kata ‘penguasa dan Tuhan’ menunjuk kepada satu pribadi, yaitu Yesus Kristus, karena di sini berlaku suatu hukum bahasa Yunani, yang sudah berkali-kali saya bahas.
Hukum bahasa Yunani ini berkata bahwa:
(1) Kalau ada 2 kata benda dengan case / kasus yang sama. ‘case’ / ‘kasus’ merupakan suatu istilah dalam gramatika bahasa Yunani. Penerapan dari hukum bahasa Yunani ini mensyaratkan case / kasus yang sama dari kedua kata benda tersebut. Case / kasusnya sama atau tidak, bisa terlihat dari bentuk kata itu dalam bahasa Yunaninya.
(2) Kedua kata benda itu dihubungkan oleh kata penghubung KAI (= dan).
(3) Kata benda pertama didahului oleh definite article, sedangkan kata benda kedua tidak.
maka kedua kata benda itu menunjuk / membicarakan 1 pribadi.
Dalam Yudas 4 itu kata-kata ‘satu-satunya Penguasa dan Tuhan kita’ dalam bahasa Yunaninya adalah:
ton monon despothn kai kurion h[mwn
TON MONON DESPOTEN KAI KURION HEMON
the only Master and Lord of us
kb1 kb2
definite article kata penghubung
definite article kata penghubungIni memenuhi semua syarat dari hukum bahasa Yunani di atas, karena:
(1) Kedua kata benda (DESPOTEN dan KURION) mempunyai case yang sama, yaitu Accusative Case.
(2) Kedua kata benda dihubungkan oleh kata Yunani KAI (= dan).
(3) Kata benda pertama menggunakan definite article / kata sandang tertentu (TON / the), sedangkan kata benda kedua tidak menggunakannya.
Dan ini berarti bahwa kata-kata ‘satu-satunya Penguasa dan Tuhan kita’ menunjuk kepada satu pribadi, yaitu Yesus Kristus.
Jadi, jelas bahwa kata-kata Yudas 4 itu tidak boleh diterjemahkan: ‘dan yang menyangkal (satu-satunya Penguasa) dan (Tuhan kita, Yesus Kristus)’. ® 2 pribadi.
Tetapi harus diterjemahkan ‘dan yang menyangkal (satu-satunya Penguasa dan Tuhan kita), Yesus Kristus’. ® 1 pribadi.
Dan ini menunjukkan bahwa Yesus adalah satu-satunya Penguasa dan Tuhan! Itu menunjukkan bahwa Dia adalah Allah!
3. Problem yang ketiga dengan Yudas 4 ini adalah: dari ayat-ayat lain terlihat bahwa Bapa juga disebut dengan istilah DESPOTES!
Dalam Yudas 4 ini Yesus disebut sebagai satu-satunya Penguasa / DESPOTES, tetapi ternyata Bapa juga disebut sebagai Penguasa / DESPOTES dalam Luk 2:29 Kis 4:24 Wah 6:10!
Luk 2:29 - “‘Sekarang, Tuhan (DESPOTES), biarkanlah hambaMu ini pergi dalam damai sejahtera, sesuai dengan firmanMu”.
Kis 4:24 - “Ketika teman-teman mereka mendengar hal itu, berserulah mereka bersama-sama kepada Allah, katanya: ‘Ya Tuhan (DESPOTES), Engkaulah yang menjadikan langit dan bumi, laut dan segala isinya”.
Wah 6:10 - “Dan mereka berseru dengan suara nyaring, katanya: ‘Berapa lamakah lagi, ya Penguasa (DESPOTES) yang kudus dan benar, Engkau tidak menghakimi dan tidak membalaskan darah kami kepada mereka yang diam di bumi?’”.
Bagaimana mungkin Yesus adalah satu-satunya Penguasa (DESPOTES), tetapi Bapa juga adalah Penguasa (DESPOTES)????
Bagi Unitarianisme / Saksi Yehuwa, ayat-ayat Kitab Suci yang menyatakan Yesus sebagai satu-satunya Penguasa, dan Bapa juga sebagai Penguasa, menimbulkan problem yang tak terpecahkan, karena mereka mempercayai Bapa dan Yesus adalah 2 pribadi yang terpisah total. Tetapi bagi Trinitarian, ini tidak menjadi problem, karena Trinitarian percaya Yesus dan Bapa adalah satu (Yoh 10:30).
4. Problem ke 4 dari text ini adalah bahwa dalam 1Tim 6:1,2 Tit 2:9 1Pet 2:18 kata DESPOTES digunakan untuk tuan dari budak.
1Tim 6:1-2 - “(1) Semua orang yang menanggung beban perbudakan hendaknya menganggap tuan (DESPOTAS) mereka layak mendapat segala penghormatan, agar nama Allah dan ajaran kita jangan dihujat orang. (2) Jika tuan (DESPOTAS) mereka seorang percaya, janganlah ia kurang disegani karena bersaudara dalam Kristus, melainkan hendaklah ia dilayani mereka dengan lebih baik lagi, karena tuan yang menerima berkat pelayanan mereka ialah saudara yang percaya dan yang kekasih”.
Tit 2:9 - “Hamba-hamba hendaklah taat kepada tuannya (DESPOTAIS) dalam segala hal dan berkenan kepada mereka, jangan membantah”.
1Pet 2:18 - “Hai kamu, hamba-hamba, tunduklah dengan penuh ketakutan kepada tuanmu (DESPOTAIS), bukan saja kepada yang baik dan peramah, tetapi juga kepada yang bengis”.
Catatan: dalam semua ayat di atas ini yang muncul adalah bentuk jamak dari kata Yunani DESPOTES.
Dari ayat yang mengatakan bahwa Yesus adalah satu-satunya DESPOTES, dan ayat-ayat yang mengatakan bahwa kata DESPOTES bisa digunakan untuk manusia / tuan dari budak, maka harus disimpulkan bahwa sama seperti kata ADONAY / KURIOS bisa menunjuk kepada ‘Tuhan yang sungguh-sungguh’ atau ‘non-Tuhan’, dan kata ELOHIM / THEOS juga bisa menunjuk kepada ‘Allah yang sungguh-sungguh’ atau ‘non-Allah’, maka demikian juga dengan kata Yunani DESPOTES ini. Pada waktu kata ini digunakan untuk Yesus / Bapa, maka ini menunjukkan keilahian dan kedaulatan mutlak.
4) “dan dengan jalan demikian segera mendatangkan kebinasaan atas diri mereka”.
Bagian ini menunjukkan bahwa pengajar-pengajar sesat itu, dengan mengajarkan / menyebarkan kesesatan mereka, sebetulnya juga menghancurkan diri mereka sendiri.
Matthew Henry: “Those who bring in errors destructive to others bring swift (and therefore sure) destruction upon themselves. Self-destroyers are soon destroyed; and those who are so hardened as to propagate errors destructive to others shall surely and suddenly be destroyed, and that without remedy” [= Mereka yang membawa masuk kesalahan-kesalahan yang bersifat menghancurkan kepada orang-orang lain membawa kehancuran yang cepat (dan karena itu pasti) kepada diri mereka sendiri. Penghancur-penghancur diri sendiri segera / cepat dihancurkan; dan mereka yang begitu dikeraskan sehingga menyebarkan kesalahan-kesalahan yang bersifat menghancurkan kepada orang-orang lain akan dengan pasti dan dengan tiba-tiba dihancurkan, dan itu terjadi tanpa ada obatnya / pencegahnya].
Barnes’ Notes: “People bring destruction ‘on themselves.’ No one compels them to deny the Lord that bought them; no one forces them to embrace any dangerous error. If people perish, they perish by their own fault, for: (a) ample provision was made for their salvation as well as for others; (b) they were freely invited to be saved; (c) it was, in itself, just as easy for them to embrace the truth as it was for others; and (d) it was as easy to embrace the truth as to embrace error” [= Orang-orang membawa kehancuran ‘kepada diri mereka sendiri’. Tak seorangpun memaksa mereka untuk menyangkal Tuhan yang telah membeli mereka; tak seorangpun memaksa mereka untuk mempercayai kesalahan berbahaya yang manapun. Jika orang-orang binasa, mereka binasa oleh kesalahan mereka sendiri, karena (a) cukup persediaan telah dibuat untuk keselamatan mereka maupun untuk orang-orang lain; (b) mereka telah diundang dengan cuma-cuma untuk diselamatkan; (c) dalam dirinya sendiri, adalah sama mudahnya bagi mereka untuk mempercayai kebenaran seperti bagi orang-orang lain; dan (d) adalah sama mudahnya untuk mempercayai kebenaran seperti mempercayai kesalahan].
Catatan: point a, c, dan d jelas merupakan ajaran Arminian, dan menurut saya merupakan sesuatu yang salah. Bandingkan dengan ayat-ayat di bawah ini:
a) Mat 11:20-24 - “(20) Lalu Yesus mulai mengecam kota-kota yang tidak bertobat, sekalipun di situ Ia paling banyak melakukan mujizat-mujizatNya: (21) ‘Celakalah engkau Khorazim! Celakalah engkau Betsaida! Karena jika di Tirus dan di Sidon terjadi mujizat-mujizat yang telah terjadi di tengah-tengah kamu, sudah lama mereka bertobat dan berkabung. (22) Tetapi Aku berkata kepadamu: Pada hari penghakiman, tanggungan Tirus dan Sidon akan lebih ringan dari pada tanggunganmu. (23) Dan engkau Kapernaum, apakah engkau akan dinaikkan sampai ke langit? Tidak, engkau akan diturunkan sampai ke dunia orang mati! Karena jika di Sodom terjadi mujizat-mujizat yang telah terjadi di tengah-tengah kamu, kota itu tentu masih berdiri sampai hari ini. (24) Tetapi Aku berkata kepadamu: Pada hari penghakiman, tanggungan negeri Sodom akan lebih ringan dari pada tanggunganmu.’”.
Adam Clarke (tentang Mat 11:20): “If our Blessed Lord had not done everything that was necessary for the salvation of these people, he could not have reproached them for their impenitence” (= Seandainya Tuhan kita yang terpuji tidak / belum melakukan segala sesuatu yang perlu untuk keselamatan dari orang-orang ini, Ia tidak bisa telah mencela mereka untuk tidak bertobatnya mereka).
Betul-betul mengherankan bahwa Clarke bisa berkata seperti itu, mengingat bahwa Tuhan tidak memberikan mujijat-mujijat untuk kota-kota Sidon, Tirus, dan Sodom, yang seandainya diberikan, akan mempertobatkan mereka.
b) Mat 13:10-15 - “(10) Maka datanglah murid-muridNya dan bertanya kepadaNya: ‘Mengapa Engkau berkata-kata kepada mereka dalam perumpamaan?’ (11) Jawab Yesus: ‘Kepadamu diberi karunia untuk mengetahui rahasia Kerajaan Sorga, tetapi kepada mereka tidak. (12) Karena siapa yang mempunyai, kepadanya akan diberi, sehingga ia berkelimpahan; tetapi siapa yang tidak mempunyai, apapun juga yang ada padanya akan diambil dari padanya. (13) Itulah sebabnya Aku berkata-kata dalam perumpamaan kepada mereka; karena sekalipun melihat, mereka tidak melihat dan sekalipun mendengar, mereka tidak mendengar dan tidak mengerti. (14) Maka pada mereka genaplah nubuat Yesaya, yang berbunyi: Kamu akan mendengar dan mendengar, namun tidak mengerti, kamu akan melihat dan melihat, namun tidak menanggap. (15) Sebab hati bangsa ini telah menebal, dan telinganya berat mendengar, dan matanya melekat tertutup; supaya jangan mereka melihat dengan matanya dan mendengar dengan telinganya dan mengerti dengan hatinya, lalu berbalik sehingga Aku menyembuhkan mereka”.
c) Yoh 6:44,65 - “(44) Tidak ada seorangpun yang dapat datang kepadaKu, jikalau ia tidak ditarik oleh Bapa yang mengutus Aku, dan ia akan Kubangkitkan pada akhir zaman. ... (65) Lalu Ia berkata: ‘Sebab itu telah Kukatakan kepadamu: Tidak ada seorangpun dapat datang kepadaKu, kalau Bapa tidak mengaruniakannya kepadanya.’”.
II Petrus 2:1-22(4)
Ay 2-3: “(2) Banyak orang akan mengikuti cara hidup mereka yang dikuasai hawa nafsu, dan karena mereka Jalan Kebenaran akan dihujat. (3) Dan karena serakahnya guru-guru palsu itu akan berusaha mencari untung dari kamu dengan ceritera-ceritera isapan jempol mereka. Tetapi untuk perbuatan mereka itu hukuman telah lama tersedia dan kebinasaan tidak akan tertunda”.
1) “Banyak orang akan mengikuti cara hidup mereka yang dikuasai hawa nafsu”.
a) Terjemahan yang berbeda.
Kitab Suci Indonesia: “cara hidup mereka yang dikuasai hawa nafsu”.
KJV: ‘their pernicious ways’ (= jalan / hidup mereka yang jahat).
RSV: ‘their licentiousness’ (= ketidak-bermoralan).
NIV: ‘their shameful ways’ (= jalan / hidup mereka yang memalukan).
NASB: ‘their sensuality’ (= hawa nafsu / kedagingan mereka).
Calvin: “But there is a double reading even in the Greek copies; for some read, ‘lasciviousness,’ and others, ‘perdition.’” (= Tetapi di sana ada pembacaan ganda bahkan dalam copy-copy Yunani; karena sebagian membaca ‘hal-hal yang menimbulkan hawa nafsu’, dan yang lain membaca ‘kehancuran’).
Adam Clarke: “The word ‘lasciviousnesses’ is undoubtedly the true reading, and this points out what the nature of the heresies was: it was a sort of Antinomianism; they pampered and indulged the lusts of the flesh” (= Kata ‘hal-hal yang menimbulkan hawa nafsu’ tak diragukan merupakan pembacaan yang benar, dan ini menunjukkan sifat dari bidat ini: itu adalah sejenis orang-orang yang anti hukum; mereka memanjakan dan menuruti nafsu dari daging).
Pulpit Commentary bahkan mengatakan bahwa terjemahan dari KJV juga salah dan yang benar adalah terjemahan dari RSV.
b) Komentar-komentar tentang bagian ini.
The Bible Exposition Commentary: New Testament: “The fact that many follow the evil example of their conduct is proof that people would rather follow the false than the true, the sensual rather than the spiritual. These false teachers are very successful in their ministry! They have glowing statistics to report and crowds gather to hear them! But statistics are not proof of authenticity. The broad way that leads to destruction is crowded (Matt 7:13-14). Many will claim to be true servants of Christ, but will be rejected on the last day (Matt 7:21-23)” [= Fakta bahwa banyak orang mengikuti teladan jahat dari tingkah laku mereka merupakan bukti bahwa orang-orang lebih ingin mengikuti yang salah / palsu dari pada yang benar, yang membangkitkan hawa nafsu / bersifat daging dari pada yang rohani. Guru-guru palsu ini sangat sukses dalam pelayanan mereka! Mereka mempunyai statistik yang bersinar untuk dilaporkan dan orang banyak berkumpul untuk mendengar mereka! Tetapi statistik bukan bukti dari keaslian / kebenaran. Jalan yang lebar yang membimbing pada kehancuran penuh sesak (Mat 7:13-14). Banyak orang akan mengclaim sebagai pelayan-pelayan yang benar dari Kristus, tetapi akan ditolak pada hari terakhir (Mat 7:21-23)].
Mat 7:13-14 - “(13) Masuklah melalui pintu yang sesak itu, karena lebarlah pintu dan luaslah jalan yang menuju kepada kebinasaan, dan banyak orang yang masuk melaluinya; (14) karena sesaklah pintu dan sempitlah jalan yang menuju kepada kehidupan, dan sedikit orang yang mendapatinya.’”.
Mat 7:21-23 - “(21) Bukan setiap orang yang berseru kepadaKu: Tuhan, Tuhan! akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga, melainkan dia yang melakukan kehendak BapaKu yang di sorga. (22) Pada hari terakhir banyak orang akan berseru kepadaKu: Tuhan, Tuhan, bukankah kami bernubuat demi namaMu, dan mengusir setan demi namaMu, dan mengadakan banyak mujizat demi namaMu juga? (23) Pada waktu itulah Aku akan berterus terang kepada mereka dan berkata: Aku tidak pernah mengenal kamu! Enyahlah dari padaKu, kamu sekalian pembuat kejahatan!’”.
The Biblical Illustrator (New Testament): “Sin is strong when it meets with a weak resister. How easy is it for error to domineer over ignorance!” (= Dosa itu kuat pada waktu ia berjumpa dengan orang yang lemah dalam menahan / menolak. Betapa mudahnya bagi kesalahan untuk menguasai ketidak-tahuan / kebodohan!).
The Biblical Illustrator (New Testament): “Their multitude ‘many.’ Wickedness is never scant of followers” (= Orang-orang mereka ‘banyak’. Kejahatan tidak pernah kekurangan pengikut-pengikut).
C. H. Spurgeon berkata sebagai berikut:
“Every now and then there comes up a heresy, some woman turns prophetess and raves; or some lunatic gets the idea that God has inspired him, and there are always fools ready to follow any impostor” (= Sesekali muncullah seorang penyesat, seorang wanita yang menjadi nabiah dan mengoceh; atau seorang gila yang mempunyai gagasan bahwa Allah mengilhaminya, dan selalu ada orang-orang tolol yang siap untuk mengikuti seadanya penipu).
The Biblical Illustrator (New Testament): “There is a plurality, diversity of their ‘ways.’ Truth is but one, errors are infinite. ... Satan baits his hook according to the appetite of the fish. He studies many ways to make you wretched; do you study one way to make yourselves blessed” (= Di sana ada suatu kejamakan, ke-aneka-ragam-an dari ‘jalan-jalan’ mereka. Kebenaran hanya ada satu, kesalahan-kesalahan tak terbatas banyaknya. ... Iblis memberi umpan pada mata kailnya sesuai dengan nafsu / selera dari ikannya. Ia mempelajari banyak jalan untuk membuatmu buruk; apakah kamu mempelajari satu jalan untuk membuat dirimu sendiri diberkati?).
Catatan: kata ‘jalan’ memang ada dalam bentuk jamak. KJV: ‘their pernicious ways’.
Jamieson, Fausset & Brown: “False doctrine and immoral practice go together (2 Peter 2:18-19)” [= Doktrin / ajaran yang salah / palsu dan praktek yang tidak bermoral berjalan bersama-sama (2Pet 2:18-19)].
Kata-kata Jamieson, Fausset & Brown ini patut dicamkan! Memang orang-orang yang mengerti kebenaran dengan baik bisa saja hidup tidak baik, tetapi orang-orang yang pengertiannya kacau balau, apalagi yang sesat, tidak mungkin bisa hidup baik!
Matthew Henry: “Corrupt leaders seldom fail of many to follow them; though the way of error is a pernicious way, yet many are ready to walk therein. Men drink in iniquity like water, and are pleased to live in error. The prophets prophesy falsely, and the people love to have it so” (= Pemimpin-pemimpin yang jahat jarang gagal untuk mendapatkan banyak orang untuk mengikuti mereka; sekalipun jalan dari kesalahan adalah suatu jalan yang jahat, tetapi banyak orang siap untuk berjalan di dalamnya. Manusia meminum kejahatan seperti air, dan senang untuk hidup dalam kesalahan. Nabi-nabi bernubuat secara salah / palsu, dan orang-orang senang mendapatinya demikian).
Calvin berkata bahwa ini merupakan suatu batu sandungan bagi orang-orang yang lemah imannya, pada waktu mereka melihat bahwa ajaran-ajaran palsu diterima dengan persetujuan umum dari dunia, dan hanya sedikit orang yang terus taat kepada Kristus. Ia juga mengatakan bahwa belum tentu ada satu dari sepuluh orang yang mempertahankan kemurnian dari iman sampai akhir. Hampir semua menyimpang ke dalam kejahatan, dan ditipu oleh pengajar-pengajar dari hal-hal yang membangkitkan hawa nafsu. Supaya ini tidak menggoncangkan iman kita, maka Petrus menuliskan bagian ini. Ini memang sudah dinubuatkan, dan karena itu memang harus terjadi.
Bdk. 2Tim 4:3-4 - “(3) Karena akan datang waktunya, orang tidak dapat lagi menerima ajaran sehat, tetapi mereka akan mengumpulkan guru-guru menurut kehendaknya untuk memuaskan keinginan telinganya. (4) Mereka akan memalingkan telinganya dari kebenaran dan membukanya bagi dongeng”.
2) “dan karena mereka Jalan Kebenaran akan dihujat”.
a) ‘Jalan Kebenaran’.
Pulpit Commentary: “Christianity is called ‘the way’ several times in the Acts (Acts 9:2; 19:9,23, etc.). It is the way of truth, because Christ, who is the Center of his religion, is the Way, the Truth, and the Life; because it is the way of life which is founded on the truth” [= Kekristenan disebut ‘jalan’ beberapa kali dalam Kisah Rasul (Kis 9:2; 19:9,23, dsb). Itu adalah jalan kebenaran, karena Kristus, yang adalah Pusat dari agamanya, adalah Jalan, Kebenaran, dan Hidup; karena itu adalah jalan kehidupan yang didasarkan pada kebenaran].
Catatan: kata-kata ‘his religion’ (= agamanya) rasanya agak aneh. Mungkin salah cetak, dan mungkin seharusnya adalah ‘this religion’ (= agama ini).
b) ‘dan karena mereka Jalan Kebenaran akan dihujat’.
Calvin mengatakan bahwa agama yang betul-betul mengajarkan hal-hal yang baik, seperti takut kepada Allah, mempertahankan kehidupan yang lurus, tingkah laku yang baik, akan dipuji, atau sedikitnya membuat orang-orang jahat menutup mulut mereka dan tidak berbicara buruk tentang Injil. Sebaliknya pada waktu kekang dilonggarkan, dan semua jenis ketidak-bermoralan dipraktekkan, nama Kristus dan ajaranNya terbuka bagi celaan-celaan dari orang-orang jahat.
Mat 5:16 - “Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di sorga.’”.
1Tes 1:5-10 - “(5) Sebab Injil yang kami beritakan bukan disampaikan kepada kamu dengan kata-kata saja, tetapi juga dengan kekuatan oleh Roh Kudus dan dengan suatu kepastian yang kokoh. Memang kamu tahu, bagaimana kami bekerja di antara kamu oleh karena kamu. (6) Dan kamu telah menjadi penurut kami dan penurut Tuhan; dalam penindasan yang berat kamu telah menerima firman itu dengan sukacita yang dikerjakan oleh Roh Kudus, (7) sehingga kamu telah menjadi teladan untuk semua orang yang percaya di wilayah Makedonia dan Akhaya. (8) Karena dari antara kamu firman Tuhan bergema bukan hanya di Makedonia dan Akhaya saja, tetapi di semua tempat telah tersiar kabar tentang imanmu kepada Allah, sehingga kami tidak usah mengatakan apa-apa tentang hal itu. (9) Sebab mereka sendiri berceritera tentang kami, bagaimana kami kamu sambut dan bagaimana kamu berbalik dari berhala-berhala kepada Allah untuk melayani Allah yang hidup dan yang benar, (10) dan untuk menantikan kedatangan AnakNya dari sorga, yang telah dibangkitkanNya dari antara orang mati, yaitu Yesus, yang menyelamatkan kita dari murka yang akan datang”.
3) “Dan karena serakahnya guru-guru palsu itu akan berusaha mencari untung dari kamu dengan ceritera-ceritera isapan jempol mereka”.
KJV: ‘And through covetousness shall they with feigned words make merchandise of you:’ (= Dan melalui ketamakan mereka membuatmu menjadi barang dagangan dengan kata-kata yang dibuat-buat / pura-pura).
RSV: ‘And in their greed they will exploit you with false words’ (= Dan dalam ketamakan mereka mereka akan memanfaatkan kamu dengan kata-kata dusta / palsu).
NIV: ‘In their greed these teachers will exploit you with stories they have made up’ (= Dalam ketamakan guru-guru ini akan memanfaatkan kamu dengan cerita-cerita yang mereka buat / karang sendiri).
NASB: ‘and in their greed they will exploit you with false words’ (= dan dalam ketamakan mereka mereka akan memanfaatkan kamu dengan kata-kata dusta / palsu).
Calvin: “He calls those ‘feigned words’ which are artfully formed for the purpose of deceiving. Unless then one is so mad as to sell the salvation of his soul to false teachers, let him close up every avenue that may lead to their wicked inventions” (= Ia menyebutnya ‘kata-kata yang dibuat-buat’ yang dibentuk dengan licik untuk tujuan menipu. Kecuali seseorang adalah begitu gila untuk menjual keselamatan jiwanya kepada guru-guru palsu, hendaklah ia menutup setiap jalan yang bisa membimbing kepada penemuan-penemuan jahat mereka).
The Bible Exposition Commentary: New Testament: “In 2 Peter 2:3, Peter pointed out that the false teachers used ‘feigned words.’ The Greek word is plastos, from which we get our English word plastic. Plastic words! Words that can be twisted to mean anything you want them to mean! The false teachers use our vocabulary, but they do not use our dictionary. They talk about ‘salvation,’ ‘inspiration,’ and the great words of the Christian faith, but they do not mean what we mean. Immature and untaught believers hear these preachers or read their books and think that these men are sound in the faith, but they are not” [= Dalam 2Petrus 2:3, Petrus menunjukkan bahwa guru-guru palsu itu menggunakan ‘kata-kata yang dibuat-buat’. Kata Yunani yang digunakan adalah PLASTOS, dari mana kita mendapatkan kata bahasa Inggris kita ‘plastic’ (plastik). Kata-kata dari plastik! Kata-kata yang bisa dipuntir sehingga bisa berarti apapun yang engkau inginkan! Guru-guru palsu itu menggunakan perbendaharaan kata kita, tetapi mereka tidak menggunakan kamus kita. Mereka berbicara tentang ‘keselamatan’, ‘ilham’, dan kata besar / agung dari iman Kristen, tetapi mereka tidak mengartikan seperti kita mengartikannya. Orang-orang percaya yang tidak matang dan tidak diajar mendengar pengkhotbah-pengkhotbah ini atau membaca buku-buku mereka dan berpikir / mengira bahwa orang-orang ini sehat dalam iman, tetapi mereka tidak sehat dalam iman].
Contoh:
a) Buku-buku dari ‘pria sejati’ menggunakan kata ‘ilham’ dan ‘wahyu’ dengan arti yang betul-betul kacau balau. Juga menggunakan kata ‘iman’ dan ‘percaya’ dalam arti yang membingungkan.
b) Sekte Saksi Yehuwa mengatakan Yesus adalah ‘suatu allah’ (a god), tetapi bukan Allah yang sebenarnya, melainkan allah kecil, yang pada hakekatnya sama sekali bukan Allah, tetapi malaikat Mikhael.
c) Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh berbicara / percaya tentang neraka yang bukan merupakan tempat hukuman yang kekal, karena orang yang masuk ke sana langsung musnah!
d) Orang Liberal maupun banyak dari kalangan Kharismatik menggunakan kata ‘Injil’ tetapi sebetulnya itu adalah ‘Injil yang lain / berbeda’.
Gal 1:6-9 - “(6) Aku heran, bahwa kamu begitu lekas berbalik dari pada Dia, yang oleh kasih karunia Kristus telah memanggil kamu, dan mengikuti suatu injil lain, (7) yang sebenarnya bukan Injil. Hanya ada orang yang mengacaukan kamu dan yang bermaksud untuk memutarbalikkan Injil Kristus. (8) Tetapi sekalipun kami atau seorang malaikat dari sorga yang memberitakan kepada kamu suatu injil yang berbeda dengan Injil yang telah kami beritakan kepadamu, terkutuklah dia. (9) Seperti yang telah kami katakan dahulu, sekarang kukatakan sekali lagi: jikalau ada orang yang memberitakan kepadamu suatu injil, yang berbeda dengan apa yang telah kamu terima, terkutuklah dia”.
2Kor 11:4 - “Sebab kamu sabar saja, jika ada seorang datang memberitakan Yesus yang lain dari pada yang telah kami beritakan, atau memberikan kepada kamu roh yang lain dari pada yang telah kamu terima atau Injil yang lain dari pada yang telah kamu terima”.
The Bible Exposition Commentary: New Testament: “Satan is a liar and his ministers are liars. They use the Bible, not to enlighten, but to deceive. They follow the same pattern Satan followed when he deceived Eve (Gen 3:1-6). First, he questioned God’s Word - ‘Yea, hath God said?’ Then he denied God’s Word - ‘Ye shall not surely die.’ Finally, he substituted his own lie - ‘Ye shall be as gods.’” [= Iblis adalah seorang pendusta dan pelayan-pelayannya adalah pendusta-pendusta. Mereka menggunakan Alkitab, bukan untuk memberikan terang / mencerahi, tetapi untuk menipu / mendustai. Mereka mengikuti pola yang sama yang diikuti oleh Iblis pada waktu mendustai Hawa (Kej 3:1-6). Pertama-tama, ia mempertanyakan Firman Allah - ‘Ya, apakah Allah telah berkata?’ Lalu ia menyangkal Firman Allah - ‘Engkau pasti tidak akan mati’. Akhirnya, ia menggantikannya dengan dustanya sendiri - ‘Engkau akan menjadi seperti Allah’].
Bdk. 2Kor 11:13-15 - “(13) Sebab orang-orang itu adalah rasul-rasul palsu, pekerja-pekerja curang, yang menyamar sebagai rasul-rasul Kristus. (14) Hal itu tidak usah mengherankan, sebab Iblispun menyamar sebagai malaikat Terang. (15) Jadi bukanlah suatu hal yang ganjil, jika pelayan-pelayannya menyamar sebagai pelayan-pelayan kebenaran. Kesudahan mereka akan setimpal dengan perbuatan mereka”.
The Bible Exposition Commentary: New Testament: “The true minister of Jesus Christ ... does not twist the Scriptures to support his own selfish ideas. He does not flatter the rich or minister only to make money. Paul described the true minister in 2 Cor 4:2 - ‘But (we) have renounced the hidden things of dishonesty, not walking in craftiness, nor handling the Word of God deceitfully; but by manifestation of the truth commending ourselves to every man’s conscience in the sight of God.’ Contrast that description with what Peter wrote in this chapter, and with what Jude wrote, and you will see the difference. How we need to be alert and refuse to support ministries that exploit people and deny the Saviour” (= Pelayan yang benar / sejati dari Yesus Kristus ... tidak membengkokkan Kitab Suci untuk mendukung gagasan egoisnya sendiri. Ia tidak menjilat orang kaya atau melayani hanya untuk mendapatkan uang. Paulus menggambarkan pelayan yang sejati dalam 2Kor 4:2 - ‘Tetapi kami menolak segala perbuatan tersembunyi yang memalukan; kami tidak berlaku licik dan tidak memalsukan firman Allah. Sebaliknya kami menyatakan kebenaran dan dengan demikian kami menyerahkan diri kami untuk dipertimbangkan oleh semua orang di hadapan Allah’. Kontraskan penggambaran itu dengan apa yang Petrus tuliskan dalam pasal ini, dan dengan apa yang Yudas tulis, dan engkau akan melihat perbedaan. Betapa kita harus berjaga-jaga dan menolak untuk mendukung pelayanan-pelayanan yang memanfaatkan orang-orang dan menolak sang Juruselamat).
Barnes’ Notes: “‘And through covetousness.’ This shows what one of the things was by which they were influenced - a thing which, like licentiousness, usually exerts a powerful influence over the teachers of error. ... and men who can obtain a livelihood in no other way, or who are too unprincipled or too indolent to labor for an honest living, often turn public teachers of religion, and adopt the kind of doctrines that will be likely to give them the greatest power over the purses of others. True religion, indeed, requires of its friends to devote all that they have to the service of God and to the promotion of his cause; but it is very easy to pervert this requirement, so that the teacher of error shall take advantage of it for his own aggrandizement” (= ‘Dan melalui ketamakan’. Ini menunjukkan satu hal oleh apa mereka dipengaruhi - satu hal yang, seperti ketidak-bermoralan, biasanya menggunakan / mengerahkan suatu pengaruh yang kuat atas guru-guru dari kesalahan. ... dan orang-orang yang tidak bisa mendapatkan mata pencaharian dengan cara lain, atau yang terlalu tidak mempunyai prinsip atau terlalu malas untuk bekerja untuk suatu penghidupan yang jujur, sering menjadi guru-guru umum dari agama, dan mengadopsi jenis ajaran yang akan memungkinkan untuk memberikan kepada mereka kuasa terbesar atas dompet-dompet dari orang-orang lain. Memang agama yang benar, menuntut dari teman-temannya untuk membaktikan semua yang mereka punyai bagi pelayanan Allah dan bagi kemajuan dari perkaraNya; tetapi adalah sangat mudah untuk membengkokkan tuntutan ini, sehingga guru dari kesalahan akan mendapat keuntungan darinya untuk pembesaran mereka sendiri).
Catatan: kata ‘aggrandizement’ berarti ‘pembesaran’ / ‘perluasan’ / ‘penaikan’, bisa dalam persoalan kekuasaan, daerah atau uang.
Matthew Henry: “The faithful ministers of Christ, who show men the way of truth, desire the profit and advantage of their followers, that they may be saved; but these seducing teachers desire and design only their own temporal advantage and worldly grandeur” (= Pelayan-pelayan sejati dari Kristus, yang menunjukkan orang-orang jalan kebenaran, menginginkan keuntungan dan manfaat dari pengikut-pengikut mereka, supaya mereka bisa diselamatkan; tetapi guru-guru yang menipu ini menginginkan dan merancang hanya untuk keuntungan sementara mereka sendiri dan kemegahan duniawi).
Bandingkan dengan ayat tentang nabi-nabi palsu ini:
· Yer 8:10 - “Sebab itu Aku akan memberikan isteri-isteri mereka kepada orang lain, ladang-ladang mereka kepada penjajah. Sesungguhnya, dari yang kecil sampai yang besar, semuanya mengejar untung; baik nabi maupun imam, semuanya melakukan tipu”.
· Yeh 34:2-4 - “(2) ‘Hai anak manusia, bernubuatlah melawan gembala-gembala Israel, bernubuatlah dan katakanlah kepada mereka, kepada gembala-gembala itu: Beginilah firman Tuhan ALLAH: Celakalah gembala-gembala Israel, yang menggembalakan dirinya sendiri! Bukankah domba-domba yang seharusnya digembalakan oleh gembala-gembala itu? (3) Kamu menikmati susunya, dari bulunya kamu buat pakaian, yang gemuk kamu sembelih, tetapi domba-domba itu sendiri tidak kamu gembalakan. (4) Yang lemah tidak kamu kuatkan, yang sakit tidak kamu obati, yang luka tidak kamu balut, yang tersesat tidak kamu bawa pulang, yang hilang tidak kamu cari, melainkan kamu injak-injak mereka dengan kekerasan dan kekejaman”.
· Mikha 3:5,11 - “(5) Beginilah firman TUHAN terhadap para nabi, yang menyesatkan bangsaku, yang apabila mereka mendapat sesuatu untuk dikunyah, maka mereka menyerukan damai, tetapi terhadap orang yang tidak memberi sesuatu ke dalam mulut mereka, maka mereka menyatakan perang. ... (11) Para kepalanya memutuskan hukum karena suap, dan para imamnya memberi pengajaran karena bayaran, para nabinya menenung karena uang, padahal mereka bersandar kepada TUHAN dengan berkata: ‘Bukankah TUHAN ada di tengah-tengah kita! Tidak akan datang malapetaka menimpa kita!’”.
· Ro 16:17-18 - “(17) Tetapi aku menasihatkan kamu, saudara-saudara, supaya kamu waspada terhadap mereka, yang bertentangan dengan pengajaran yang telah kamu terima, menimbulkan perpecahan dan godaan. Sebab itu hindarilah mereka! (18) Sebab orang-orang demikian tidak melayani Kristus, Tuhan kita, tetapi melayani perut mereka sendiri. Dan dengan kata-kata mereka yang muluk-muluk dan bahasa mereka yang manis mereka menipu orang-orang yang tulus hatinya”.
· Tit 1:10-11 - “(10) Karena sudah banyak orang hidup tidak tertib, terutama di antara mereka yang berpegang pada hukum sunat. Dengan omongan yang sia-sia mereka menyesatkan pikiran. (11) Orang-orang semacam itu harus ditutup mulutnya, karena mereka mengacau banyak keluarga dengan mengajarkan yang tidak-tidak untuk mendapat untung yang memalukan”.
Bdk. 1Kor 13:5a - “Ia (kasih) tidak melakukan yang tidak sopan dan tidak mencari keuntungan diri sendiri”.
Bdk. Fil 2:1-4 - “(1) Jadi karena dalam Kristus ada nasihat, ada penghiburan kasih, ada persekutuan Roh, ada kasih mesra dan belas kasihan, (2) karena itu sempurnakanlah sukacitaku dengan ini: hendaklah kamu sehati sepikir, dalam satu kasih, satu jiwa, satu tujuan, (3) dengan tidak mencari kepentingan sendiri atau puji-pujian yang sia-sia. Sebaliknya hendaklah dengan rendah hati yang seorang menganggap yang lain lebih utama dari pada dirinya sendiri; (4) dan janganlah tiap-tiap orang hanya memperhatikan kepentingannya sendiri, tetapi kepentingan orang lain juga”.
4) “Tetapi untuk perbuatan mereka itu hukuman telah lama tersedia dan kebinasaan tidak akan tertunda”.
Terjemahan ‘tertunda’ itu sebetulnya salah.
KJV: ‘slumbereth not’ (= tidak tertidur).
RSV: ‘has not been asleep’ (= tidak / belum tertidur).
NIV: ‘has not been sleeping’ (= tidak / belum tertidur).
NASB: ‘is not asleep’ (= tidak tertidur).
Bible Knowledge Commentary: “Their destruction has not been sleeping (ou nystazei, used only one other time in the NT, to describe the sleepy virgins in Matt 25:5). God’s justice does not sleep and it is never late” [= Penghancuran mereka tidak tertidur (OU NUSTAZEI), digunakan hanya satu kali di tempat lain dalam PB, untuk menggambarkan gadis-gadis yang mengantuk dalam Mat 25:5. Keadilan Allah tidak tertidur dan itu tidak pernah terlambat].
Mat 25:5 - “Tetapi karena mempelai itu lama tidak datang-datang juga, mengantuklah (ENUSTAXAN) mereka semua lalu tertidur”.
Calvin: “For the same purpose as before he repeats again, that their destruction delayed not, that is, that he might frighten the good from their society. For since they were given up to a sudden destruction, every one who connected himself with them, must have perished with them” (= Untuk tujuan yang sama seperti sebelumnya ia mengulang lagi, bahwa kehancuran / kebinasaan mereka tidak tertunda, yaitu, supaya ia bisa menakut-nakuti orang-orang baik dari perkumpulan mereka. Karena mereka diserahkan pada suatu kehancuran / kebinasaan yang tiba-tiba, setiap orang yang menghubungkan dirinya sendiri dengan mereka, harus binasa bersama mereka).
Biarpun sekarang nabi-nabi palsu itu kelihatannya enak dan tak dihukum oleh Tuhan, tetapi sebetulnya semua itu hanya tunggu waktu saja.
II Petrus 2:1-22(5)
Ay 4-9: “(4) Sebab jikalau Allah tidak menyayangkan malaikat-malaikat yang berbuat dosa tetapi melemparkan mereka ke dalam neraka dan dengan demikian menyerahkannya ke dalam gua-gua yang gelap untuk menyimpan mereka sampai hari penghakiman; (5) dan jikalau Allah tidak menyayangkan dunia purba, tetapi hanya menyelamatkan Nuh, pemberita kebenaran itu, dengan tujuh orang lain, ketika Ia mendatangkan air bah atas dunia orang-orang yang fasik; (6) dan jikalau Allah membinasakan kota Sodom dan Gomora dengan api, dan dengan demikian memusnahkannya dan menjadikannya suatu peringatan untuk mereka yang hidup fasik di masa-masa kemudian, (7) tetapi Ia menyelamatkan Lot, orang yang benar, yang terus-menerus menderita oleh cara hidup orang-orang yang tak mengenal hukum dan yang hanya mengikuti hawa nafsu mereka saja, - (8) sebab orang benar ini tinggal di tengah-tengah mereka dan setiap hari melihat dan mendengar perbuatan-perbuatan mereka yang jahat itu, sehingga jiwanya yang benar itu tersiksa - (9) maka nyata, bahwa Tuhan tahu menyelamatkan orang-orang saleh dari pencobaan dan tahu menyimpan orang-orang jahat untuk disiksa pada hari penghakiman”.
1) “Sebab jikalau Allah tidak menyayangkan malaikat-malaikat yang berbuat dosa tetapi melemparkan mereka ke dalam neraka dan dengan demikian menyerahkannya ke dalam gua-gua yang gelap untuk menyimpan mereka sampai hari penghakiman;” (ay 4).
a) “Sebab jikalau Allah tidak menyayangkan malaikat-malaikat yang berbuat dosa”.
Kalau malaikat yang begitu tinggi dan mulia tidak disayangkan pada saat mereka berbuat dosa, apalagi manusia / kita, tak peduli apakah orang-orang itu adalah nabi-nabi / hamba-hamba Tuhan. Tingginya kedudukan seseorang tidak membuat ia kebal terhadap hukuman Tuhan.
Calvin: “The argument is from the greater to the less; for they were far more excellent than we are, and yet their dignity did not preserve them from the hand of God; much less then can mortal men escape, when they follow them in their impiety” (= Argumentasinya adalah dari yang lebih besar ke yang lebih kecil; karena mereka jauh lebih baik / unggul dari pada kita, tetapi kewibawaan mereka tidak melindungi mereka dari tangan Allah; maka lebih-lebih manusia yang bisa mati tidak akan bisa lolos, pada waktu mereka mengikuti mereka dalam kejahatan mereka).
Kita hanya mengetahui sedikit tentang kejatuhan malaikat / setan, karena Alkitab memang hanya memberikan informasi sedikit tentang hal itu, dan kita harus puas dengan hal itu. Kita tidak diberitahu kapan saat kejatuhan itu, atau bagaimana mereka bisa jatuh, maupun apa persisnya dosa yang mereka lakukan yang membuat mereka jatuh. Petrus mengatakan bahwa malaikat-malaikat itu ‘berbuat dosa’ (2Pet 2:4), dan Yudas mengatakan bahwa mereka ‘tidak taat pada batas-batas kekuasaan mereka’.
Yudas 6 - “Dan bahwa Ia menahan malaikat-malaikat yang tidak taat pada batas-batas kekuasaan mereka, tetapi yang meninggalkan tempat kediaman mereka, dengan belenggu abadi di dalam dunia kekelaman sampai penghakiman pada hari besar”.
Kata-kata Yudas ini, menurut Clarke, mungkin menunjukkan bahwa mereka tidak puas dengan bagian / kedudukan mereka, dan menginginkan kehormatan yang lebih tinggi, atau mungkin ingin menguasai surga.
Tetapi berkenaan dengan hal ini ada sangat banyak teori-teori yang hanya merupakan spekulasi belaka, karena Alkitab sebenarnya tidak menjelaskan hal itu kepada kita, dan karena itu semua keingin-tahuan dan dugaan berkenaan dengan hal ini merupakan sesuatu yang sia-sia.
b) “tetapi melemparkan mereka ke dalam neraka”.
Matthew Henry: “The last degree of torment is not till the day of judgment. The sinning angels, though in hell already, are yet reserved to the judgment of the great day” (= Tingkat terakhir dari siksaan belum terjadi sampai hari penghakiman. Malaikat-malaikat yang berbuat dosa, sekalipun sudah di neraka, tetapi disimpan bagi penghakiman dari hari yang besar itu).
Saya berpendapat bahwa Matthew Henry salah dalam hal ini. Untuk menafsirkan ayat ini ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, yaitu:
1. Kata ‘neraka’ di sini diterjemahkan dari kata bahasa Yunani TARTARUS yang hanya dipergunakan satu kali ini saja dalam Kitab Suci. Karena itu sukar diketahui artinya secara pasti.
2. Bagian ini tidak boleh ditafsirkan seakan-akan setan sudah masuk neraka, karena ini akan bertentangan dengan Mat 8:29 Mat 25:41 Wah 20:10 yang menunjukkan secara jelas bahwa saat ini setan belum waktunya masuk neraka. Itu baru akan terjadi pada kedatangan Yesus yang kedua-kalinya.
Mat 8:29 - “Dan mereka itupun berteriak, katanya: ‘Apa urusanMu dengan kami, hai Anak Allah? Adakah Engkau ke mari untuk menyiksa kami sebelum waktunya?’”.
Mat 25:41 - “Dan Ia akan berkata juga kepada mereka yang di sebelah kiriNya: Enyahlah dari hadapanKu, hai kamu orang-orang terkutuk, enyahlah ke dalam api yang kekal yang telah sedia untuk Iblis dan malaikat-malaikatnya”.
Wah 20:10 - “dan Iblis, yang menyesatkan mereka, dilemparkan ke dalam lautan api dan belerang, yaitu tempat binatang dan nabi palsu itu, dan mereka disiksa siang malam sampai selama-lamanya”.
3. Disamping itu, kalau ditafsirkan bahwa setan sudah masuk ke neraka, maka itu akan bertentangan dengan 2Petrus 2:4 itu sendiri, yang pada bagian akhirnya berbunyi: ‘dan dengan demikian menyerahkannya ke dalam gua-gua yang gelap untuk menyimpan mereka sampai hari penghakiman’.
Jadi, harus ditafsirkan bagaimana? Ada bermacam-macam penafsiran:
a. Ada yang menafsirkan apa adanya, dan menganggap TARTARUS sebagai neraka.
Lalu bagaimana dengan ayat-ayat di atas yang bertentangan dengan penafsiran ini?
Lenski: “‘Hades’ and ‘Gehenna’ are hell, the place of all the damned, which is ‘TARATRUS,’ a term which any Greek would understand in this sense. ... Inquisitive mind may ask how the evil angels, after being cast into hell, are able to deceive men on earth. The Scriptures do not say. They leave many questions about hell and the devils unanswered because we are bound for heaven and have no personal interest in hell and its occupants” (= ‘Hades’ dan ‘Gehenna’ adalah neraka, tempat dari semua orang terkutuk / dihukum secara kekal, yang adalah ‘TARTARUS’, suatu istilah yang orang Yunani manapun akan mengertinya dalam arti ini. ... Pikiran yang ingin tahu / suka bertanya bisa bertanya bagaimana malaikat-malaikat yang jahat, setelah dilemparkan ke neraka, bisa menipu / menyesatkan manusia di bumi. Kitab Suci tidak mengatakan. Kitab Suci membiarkan banyak pertanyaan tentang neraka dan setan-setan tak terjawab, karena kita ditentukan untuk surga dan tidak mempunyai kepentingan pribadi tentang neraka dan penghuni-penghuninya) - hal 310,311.
Tanggapan saya:
· Kata ‘inquisitive’ bisa berarti ‘cenderung menanyakan banyak pertanyaan’, ‘suka belajar’, ‘menanyakan lebih banyak pertanyaan dari yang perlu / benar’, ‘ingin tahu secara tidak perlu’ (Webster). Saya tidak tahu arti mana yang ia maksudkan. Kalau dalam arti pertama dan kedua masih masuk akal, tetapi kalau dalam arti ketiga dan keempat, maka ini merupakan ‘serangan’ yang sangat tidak masuk akal. Menanyakan sesuatu yang memang terlihat sebagai hal yang kontradiksi merupakan hal yang bukan hanya wajar, tetapi harus ada dalam diri orang Kristen yang meninggikan kebenaran!
· Ini memang merupakan penafsiran yang kontradiktif, dan pertanyaan tentang hal-hal yang kontradiksi itu bukan dijawab, tetapi dihindari. Karena itu, saya sama sekali tidak bisa menerima pandangan Lenski ini.
b. Tartarus hanyalah semacam penjara dimana setan disimpan / ditahan sampai hari penghakiman.
Pulpit Commentary: “‘But cast them down to hell.’ The Greek word, which is found nowhere else in the Greek Scriptures, is tartarw/sa$ (TARTAROOSAS), ‘having cast into Tartarus.’ ... Apparently, St. Peter regards Tartarus not as equivalent to Gehenna, for the sinful angels are ‘reserved unto judgment,’ but as a place of preliminary detention. ... But in the case of a mystery of which so little has been revealed, we are scarcely justified in assuming the identity of the angels cast into Tartarus with the evil spirits who tempt and harass us on earth” [= ‘Tetapi melemparkan mereka ke dalam neraka’. Kata Yunaninya, yang tidak ditemukan di tempat lain manapun dalam Kitab Suci Yunani, adalah tartarw/sa$ (TARTAROOSAS), ‘telah melemparkan ke dalam TARTARUS’. ... Jelas bahwa Santo Petrus menganggap TARTARUS bukan sebagai sama dengan GEHENNA, karena malaikat-malaikat yang berdosa itu ‘disimpan untuk hari penghakiman’, tetapi sebagai suatu tempat penahanan pendahuluan / permulaan].
W. E. Vine: “The verb tartaroo, translated ‘cast down to hell’ in 2 Peter 2:4, signifies to consign to Tartarus, which is neither Sheol nor hades nor hell, but the place where those angels whose special sin is referred to in that passage are confined ‘to be reserved unto judgment’; the region is described as ‘pits of darkness.’ RV” (= Kata kerja TARTAROO, diterjemahkan ‘dilemparkan ke neraka’ dalam 2Petrus 2:4, berarti menyerahkan / membuang ke TARTARUS, yang bukanlah SHEOL ataupun HADES atau neraka, tetapi tempat dimana malaikat-malaikat itu yang dosa khususnya ditunjukkan dalam text itu ditahan / dikurung ‘untuk disimpan bagi hari penghakiman’; daerah yang digambarkan sebagai ‘lubang kegelapan’. RV) - ‘An Expository Dictionary of New Testament Words’, hal 543.
Catatan: dari bagian akhir kutipan ini kelihatannya Vine menyamakan TARTARUS dengan ‘gua-gua yang gelap’ pada akhir dari ay 4 ini.
Bible Knowledge Commentary: “He plunged the angels into hell, literally, ‘tartarus’ apparently a prison of custody (gloomy dungeons) between the time of the judgment and their ultimate consignment to the eternal lake of fire. There will be no future trial for their doom is already sealed” [= Ia melemparkan malaikat-malaikat ke dalam neraka, secara hurufiah, ‘TARTARUS’, kelihatannya merupakan sebuah penjara dari tahanan (penjara di bawah tanah yang suram / gelap) di antara saat dari penghakiman dan pembuangan terakhir mereka kepada danau / lautan api yang kekal. Tidak akan ada sidang pengadilan yang akan datang, karena nasib mereka sudah dimeteraikan / ditentukan].
Saya sangat meragukan penafsiran dari Bible Knowledge Commentary ini, karena:
· Wah 20:7-10 - “(7) Dan setelah masa seribu tahun itu berakhir, Iblis akan dilepaskan dari penjaranya, (8) dan ia akan pergi menyesatkan bangsa-bangsa pada keempat penjuru bumi, yaitu Gog dan Magog, dan mengumpulkan mereka untuk berperang dan jumlah mereka sama dengan banyaknya pasir di laut. (9) Maka naiklah mereka ke seluruh dataran bumi, lalu mengepung perkemahan tentara orang-orang kudus dan kota yang dikasihi itu. Tetapi dari langit turunlah api menghanguskan mereka, (10) dan Iblis, yang menyesatkan mereka, dilemparkan ke dalam lautan api dan belerang, yaitu tempat binatang dan nabi palsu itu, dan mereka disiksa siang malam sampai selama-lamanya”.
Jadi, text di atas ini menunjukkan bahwa setelah masa 1000 tahun (Kerajaan 1000 tahun), Iblis akan dilepaskan. Ini tak cocok dengan penafsiran di atas, yang sama sekali tidak membicarakan tentang pelepasan Iblis itu.
Catatan: tentang diikatnya iblis selama 1000 tahun dalam Wah 20:1-3, saya menafsirkannya hanya sebagai ‘dibatasi’, bukan betul-betul ‘dikurung’.
Wah 20:1-3 - “(1) Lalu aku melihat seorang malaikat turun dari sorga memegang anak kunci jurang maut dan suatu rantai besar di tangannya; (2) ia menangkap naga, si ular tua itu, yaitu Iblis dan Satan. Dan ia mengikatnya seribu tahun lamanya, (3) lalu melemparkannya ke dalam jurang maut, dan menutup jurang maut itu dan memeteraikannya di atasnya, supaya ia jangan lagi menyesatkan bangsa-bangsa, sebelum berakhir masa seribu tahun itu; kemudian dari pada itu ia akan dilepaskan untuk sedikit waktu lamanya”.
· 1Kor 6:2-3 - “(2) Atau tidak tahukah kamu, bahwa orang-orang kudus akan menghakimi dunia? Dan jika penghakiman dunia berada dalam tangan kamu, tidakkah kamu sanggup untuk mengurus perkara-perkara yang tidak berarti? (3) Tidak tahukah kamu, bahwa kita akan menghakimi malaikat-malaikat? Jadi apalagi perkara-perkara biasa dalam hidup kita sehari-hari”.
Text di atas ini jelas menunjukkan bahwa malaikat-malaikat (yang jatuh) akan dihakimi. Ini tak sesuai dengan kata-kata Bible Knowledge Commentary yang mengatakan ‘Tidak akan ada sidang pengadilan yang akan datang, karena nasib mereka sudah dimeteraikan / ditentukan’. Sejahat-jahatnya setan / iblis, merupakan sesuatu yang tidak masuk akal dan tidak adil, kalau ia / mereka dimasukkan ke neraka tanpa diadili.
Sebetulnya bukan tujuan saya untuk membahas arti dari 1Kor 6:2-3 secara mendetail, tetapi karena saya menggunakan text itu di sini, dan text ini biasanya menimbulkan pertanyaan tentang artinya, maka saya memberikan sedikit penjelasan tentangnya di sini.
Calvin (tentang 1Kor 6:2): “What is said here as to judging the world ought to be viewed as referring to that declaration of Christ: ‘When the Son of Man shall come, ye shall sit, etc. (Matthew 19:28.) For all power of judgment has been committed to the Son, (John 5:22,) in such a manner that he will receive his saints into a participation with him in this honor, as assessors” [= Apa yang dikatakan di sini berkenaan dengan penghakiman dunia harus dipandang sebagai menunjuk pada pernyataan Kristus: ‘Apabila Anak Manusia bersemayam di takhta kemuliaanNya, kamu, yang telah mengikut Aku, akan duduk, dst. (Matius 19:28). Karena semua kuasa penghakiman telah diserahkan kepada Anak, (Yoh 5:22), dengan cara sedemikian rupa sehingga Ia akan menerima orang-orang kudusNya ke dalam suatu partisipasi dengan Dia dalam kehormatan ini, sebagai asisten-asisten hakim].
Mat 19:28 - “Kata Yesus kepada mereka: ‘Aku berkata kepadamu, sesungguhnya pada waktu penciptaan kembali, apabila Anak Manusia bersemayam di takhta kemuliaanNya, kamu, yang telah mengikut Aku, akan duduk juga di atas dua belas takhta untuk menghakimi kedua belas suku Israel”.
Yoh 5:22-23 - “(22) Bapa tidak menghakimi siapapun, melainkan telah menyerahkan penghakiman itu seluruhnya kepada Anak, (23) supaya semua orang menghormati Anak sama seperti mereka menghormati Bapa. Barangsiapa tidak menghormati Anak, ia juga tidak menghormati Bapa, yang mengutus Dia”.
Calvin (tentang 1Kor 6:3): “Paul speaks here in the future tense, as referring to the last day, and as his words convey the idea of an actual judgment, ... it were preferable, in my opinion, to understand him as speaking of apostate angels” [= Di sini Paulus berbicara dalam tensa yang akan datang, sebagai menunjuk pada hari terakhir, dan karena kata-katanya menyampaikan gagasan dari suatu penghakiman yang sungguh-sungguh, ... adalah lebih baik, dalam pandangan saya, untuk mengerti dia sebagai berbicara tentang malaikat-malaikat yang murtad].
Charles Hodge (tentang 1Kor 6:2): “The context and Spirit of the passage require that it should be understood of the future and final judgment. Saints are said to sit in judgment on that great day for two reasons; first, because Christ, who is to be the judge, is the head and representative of his people, in whom they reign and judge. The exaltation and dominion of Christ are their exaltation and dominion. ... Secondly, because his people are to be associated with Christ in his dominion” (= Kontext dan arti dari text ini menuntut bahwa itu harus dimengerti tentang penghakiman yang akan datang dan terakhir. Orang-orang kudus dikatakan akan duduk dalam penghakiman pada hari yang besar itu untuk dua alasan; pertama, karena Kristus, yang akan menjadi hakim, adalah kepala dan wakil dari umatNya, di dalam siapa mereka memerintah dan menghakimi. Pemuliaan dan kuasa-untuk-memerintah dari Kristus adalah pemuliaan dan kuasa-untuk-memerintah mereka. ... Kedua, karena umatNya akan dipersatukan dengan Kristus dalam kuasa-untuk-memerintahNya).
Charles Hodge (tentang 1Kor 6:3): “As, according to Scripture, only the fallen angels are to be judged in the last day, most commentators suppose the word must here be restricted to that class” (= Karena, menurut Kitab Suci, hanya malaikat-malaikat yang jatuh yang akan dihakimi pada hari terakhir, kebanyakan penafsir menganggap kata itu di sini harus dibatasi pada golongan itu).
Sekarang kita kembali pada penafsiran dari kelompok kedua. Saya menolak penafsiran tentang penahanan setan-setan ini, karena kalaupun setan-setan itu tidak dimasukkan ke neraka tetapi betul-betul dikurung, lalu bagaimana mereka bisa menyesatkan manusia?
c. Ada yang menganggap hanya setan-setan tertentu saja yang dimasukkan ke TARTARUS, yang dianggap sebagai bagian khusus dari neraka, dimana setan-setan itu dirantai untuk menunggu penghakiman terakhir.
The Bible Exposition Commentary: New Testament: “Where are these fallen angels now? We know that Satan is free and at work in the world (1 Peter 5:8), and that he has an army of demonic powers assisting him (Eph 6:10-12), who are probably some of the fallen angels. But Peter said that some of the angels were confined to Tartarus (‘hell’), which is a Greek word for the underworld. Tartarus may be a special section of hell where these angels are chained in pits of darkness, awaiting the final judgment” [= Dimana malaikat-malaikat yang jatuh itu sekarang? Kita tahu bahwa Iblis itu bebas dan sedang bekerja dalam dunia (1Petrus 5:8), dan bahwa ia mempunyai suatu pasukan dari kuasa-kuasa jahat yang membantunya (Ef 6:10-12), yang mungkin adalah sebagian / beberapa dari malaikat-malaikat yang jatuh. Tetapi Petrus berkata bahwa sebagian / beberapa dari malaikat-malaikat itu ditahan di TARTARUS (‘neraka’), yang merupakan suatu kata Yunani untuk dunia orang mati. TARTARUS bisa / mungkin adalah suatu bagian khusus dari neraka dimana malaikat-malaikat ini dirantai dalam lubang-lubang kegelapan, menunggu penghakiman terakhir].
1Pet 5:8 - “Sadarlah dan berjaga-jagalah! Lawanmu, si Iblis, berjalan keliling sama seperti singa yang mengaum-aum dan mencari orang yang dapat ditelannya”.
Ef 6:10-12 - “(10) Akhirnya, hendaklah kamu kuat di dalam Tuhan, di dalam kekuatan kuasaNya. (11) Kenakanlah seluruh perlengkapan senjata Allah, supaya kamu dapat bertahan melawan tipu muslihat Iblis; (12) karena perjuangan kita bukanlah melawan darah dan daging, tetapi melawan pemerintah-pemerintah, melawan penguasa-penguasa, melawan penghulu-penghulu dunia yang gelap ini, melawan roh-roh jahat di udara”.
Saya tidak bisa menerima pandangan ini karena saya tidak melihat alasan apapun untuk membagi setan-setan ke dalam 2 kelompok seperti ini (yang satu sudah ditahan dan yang lain masih bebas berkeliaran).
d. Mungkin bagian ini hanya menunjukkan kepastian bahwa setan akan masuk neraka.
Kata Yunani TARTAROSAS yang digunakan ada dalam bentuk aorist participle. Aorist sama dengan past tense; partciple adalah kata kerja + ing (seperti working, walking, preaching dsb).
Merupakan sesuatu yang sering terjadi untuk menggambarkan sesuatu yang akan datang menggunakan bentuk lampau, untuk menunjukkan kepastian terjadinya hal itu.
e. Sekalipun mereka bebas, tetapi mereka merasakan neraka di dalam diri mereka.
Alexander Nisbet: “Although the devils, when they are permitted, can appear visibly as if they were at their own liberty, and can seem jovial as if they were free of torment, ... yet, go where they will, their hell is always with them, they live in constant feeling of the wrath of the Almighty, ... in their dreadful expectation of a more high measure of wrath which they shall get at the day of judgment when they together with all that serve them and follow their counsel shall have nothing else to do but endure torment, and shall torment one another for ever” (= Sekalipun setan-setan, pada waktu mereka diijinkan, bisa memperlihatkan diri seakan-akan mereka bebas, dan bisa kelihatan gembira seakan-akan mereka bebas dari siksaan, ... tetapi kemanapun mereka pergi, neraka mereka selalu bersama mereka, mereka hidup dalam perasaan terus menerus tentang murka yang akan mereka dapatkan pada hari penghakiman pada waktu mereka bersama-sama dengan semua yang melayani mereka dan mengikuti nasehat mereka akan tidak mempunyai apapun untuk dilakukan selain menahan siksaan, dan akan saling menyiksa satu sama lain untuk selama-lamanya) - hal 250.
Catatan: kelihatannya Alexander Nisbet menggabungkan komentarnya berkenaan dengan ‘neraka’ dan ‘gua-gua yang gelap’ dalam anak kalimat selanjutnya.
Sukar untuk memastikan arti yang benar dari bagian yang sukar ini, tetapi saya condong pada pandangan terakhir.
c) “dan dengan demikian menyerahkannya ke dalam gua-gua yang gelap untuk menyimpan mereka sampai hari penghakiman”.
KJV: ‘chains of darkness’ (= rantai kegelapan).
RSV: ‘pits of nether gloom’ (= lubang-lubang gelap).
NIV: ‘gloomy dungeons’ (= penjara bawah tanah yang gelap).
NASB: ‘pits of darkness’ (= lubang-lubang kegelapan).
Catatan: saya tak tahu bagaimana harus menterjemahkan kata-kata dari RSV. Kata ‘nether’ berarti ‘di bawah’ / ‘di bawah permukaan bumi’. Kata ‘gloom’ berarti ‘kegelapan’ / ‘kesuraman’. Mungkin artinya kurang lebih sama dengan yang diberikan oleh NIV.
KJV lain sendiri dengan memberikan kata ‘chains’ (= rantai), karena KJV menterjemahkan dari manuscript yang berbeda. Ada pro kontra yang hebat, yang sukar dipastikan, tentang mana manuscript yang benar. Kelompok manuscript yang satu menuliskan SEIROI, yang berarti ‘pits’ (= lubang-lubang), sedangkan kelompok manuscript yang kedua menuliskan SEIRAI, yang berarti ‘chains’ (= rantai).
Calvin: “‘Chains of darkness.’ This metaphor intimates that they are held bound in darkness until the last day. And the comparison is taken from malefactors, who, after having been condemned, suffer half of their punishment by the severity of the prison, until they are drawn forth to their final doom” (= ‘Rantai kegelapan’. Kiasan ini menunjukkan bahwa mereka ditahan dalam kegelapan sampai hari terakhir. Dan perbandingan ini diambil dari penjahat-penjahat, yang, setelah divonis / dijatuhi hukuman, mengalami setengah dari hukuman mereka oleh kekerasan dari penjara, sampai mereka diseret kepada nasib / ajal terakhir mereka).
Catatan: Calvin tidak menjelaskan dengan jelas dalam arti apa ia menggunakan kata ‘ditahan’. Kalau diartikan betul-betul dikurung, maka ini bertentangan dengan kebebasan yang masih ada dalam diri setan untuk menyesatkan manusia. Tetapi kalau diartikan seperti penafsiran yang saya ambil tentang ‘pengikatan setan’ selama 1000 tahun dalam Wah 20:1-3, maka itu bisa saya terima.
d) Sekalipun ay 4 ini, pada bagian-bagian tertentu, sukar dipastikan artinya, tetapi pesan utamanya dari seluruh ayat ini adalah sangat jelas, yaitu, kalau malaikat-malaikat yang kedudukannya begitu tinggi saja tetap dihukum pada waktu mereka berdosa, apalagi manusia!
The Bible Exposition Commentary: New Testament: “It is not necessary to debate the hidden mysteries of this verse in order to get the main message: God judges rebellion and will not spare those who reject His win. If God judged the angels, who in many respects are higher than men, then certainly He will judge rebellious men” (= Tidak perlu untuk memperdebatkan misteri-misteri yang tersembunyi tentang ayat ini untuk mendapatkan berita / pesan utamanya: Allah menghakimi pemberontakan dan tidak akan menyayangkan mereka yang menolak kemenanganNya. Jika Allah menghakimi malaikat-malaikat, yang dalam banyak hal lebih tinggi dari pada manusia, maka pastilah Ia akan menghakimi orang-orang yang memberontak).
Manusia biasanya cepat dan tegas dalam mengadili dan menghukum orang kecil, tetapi segan dalam mengadili dan menghukum ‘orang gede’. Ini merupakan ketidak-adilan, yang seharusnya tidak pernah boleh ada dalam diri orang Kristen, baik di gereja maupun dalam kehidupannya di luar (dalam pekerjaan, sekolah, pengadilan, dsb). Tetapi kalau itu ada, dan memang seringkali itu ada, maka itu merupakan sesuatu yang sangat memalukan. Di Indonesia memang sering terjadi dimana ‘teri’ ditangkap dan dihukum, tetapi ‘kakap’nya dibiarkan. Kita sering jijik akan hal itu, sementara sebetulnya kita sendiri sering melakukannya! Puji Tuhan, bahwa ini tidak pernah ada, dan tidak pernah akan ada, dalam diri Allah! Ia maha adil, dan pada waktuNya, Ia akan mengadili dan menghukum secara sama / adil, baik orang kecil maupun ‘orang gede’, orang miskin maupun orang kaya, orang berkedudukan rendah maupun orang berkedudukan tinggi, orang bodoh maupun orang pandai, jemaat / anak Sekolah Minggu maupun pendeta / majelis / sinode!
2) “dan jikalau Allah tidak menyayangkan dunia purba, tetapi hanya menyelamatkan Nuh, pemberita kebenaran itu, dengan tujuh orang lain, ketika Ia mendatangkan air bah atas dunia orang-orang yang fasik” (ay 5).
a) Nuh adalah pemberita kebenaran.
Calvin: “he is called the preacher of righteousness, because he labored to restore a degenerated world to a sound mind, and this not only by his teaching and godly exhortations, but also by his anxious toil in building the ark for the term of a hundred and twenty years” (= ia disebut pengkhotbah dari kebenaran, karena ia bekerja untuk memulihkan suatu dunia yang rusak kepada suatu pikiran yang sehat, dan ini bukan hanya oleh ajaran dan desakan / nasehat salehnya, tetapi juga oleh jerih payahnya dalam membangun bahtera selama 120 tahun).
Michael Green: “The Old Testament does not say that Noah was a preacher of righteousness; ... But if he was indeed a ‘just man and perfect’ who ‘walked with God’ (Gn. 6:9) then he must have been a herald of righteousness. His very life would have been so different from the wicked men around him, that it would speak volumes; and how could any good man keep quiet when he saw others going to ruin? Any man of God is at least as concerned for the rescue of others as he is in preserving his own relationship with God” [= Perjanjian Lama tidak mengatakan bahwa Nuh adalah pengkhotbah dari kebenaran; ... Tetapi jika ia memang adalah ‘orang benar dan sempurna’ yang berjalan dengan Allah (Kej 6:9) maka ia pasti telah menjadi seorang yang mengumumkan / memproklamirkan kebenaran. Kehidupannya begitu berbeda dari orang-orang jahat di sekitarnya, sehingga itu akan berbicara sangat banyak; dan bagaimana orang baik manapun bisa berdiam diri pada waktu ia melihat orang-orang lain berjalan menuju kehancuran? Manusia manapun dari Allah / pengikut manapun dari Allah sedikitnya akan peduli pada penyelamatan orang-orang lain seperti ia peduli pada penjagaan / pemeliharaan dari hubungannya dengan Allah].
Jamieson, Fausset & Brown: “‘Preacher’ - not only ‘righteous’ himself ..., but also ‘a preacher of righteousness:’ adduced against the licentiousness of the false teachers (2 Peter 2:2), who have no prospect but destruction, even as it overtook the ungodly in Noah’s days” [= ‘Pengkhotbah’ - bukan hanya dirinya sendiri ‘benar’ ..., tetapi juga ‘seorang pengkhotbah dari kebenaran’; mengemukakan hal-hal yang menentang ketidak-bermoralan dari guru-guru palsu (2Petrus 2:2), yang tidak mempunyai harapan kecuali kehancuran, sama seperti hal itu menyusul orang-orang jahat pada jaman Nuh].
Penerapan: jelas bahwa kalau kita sebagai orang Kristen hanya berdiam diri saja melihat hal-hal yang jahat / tidak beres, sesungguhnya kita bukan orang benar! Menentang hal-hal yang tidak beres / ketidak-benaran memang boleh dipastikan akan mengundang problem (serangan, ejekan, bahkan penganiayaan) bagi kita, tetapi itu tetap harus kita lakukan! Kata-kata ‘silence is golden’ (= diam itu emas), bukan hanya tidak berlaku dalam hal seperti ini, tetapi jelas-jelas merupakan kata-kata yang salah! Bandingkan dengan beberapa ayat di bawah ini:
1. Yes 62:1,6 - “(1) Oleh karena Sion aku tidak dapat berdiam diri, dan oleh karena Yerusalem aku tidak akan tinggal tenang, sampai kebenarannya bersinar seperti cahaya dan keselamatannya menyala seperti suluh. ... (6) Di atas tembok-tembokmu, hai Yerusalem, telah Kutempatkan pengintai-pengintai. Sepanjang hari dan sepanjang malam, mereka tidak akan pernah berdiam diri. Hai kamu yang harus mengingatkan TUHAN kepada Sion, janganlah kamu tinggal tenang”.
Dalam ayat di atas ini ‘berbicara’ dimaksudkan dalam arti positif, yaitu memberikan penghiburan dan kekuatan untuk Sion / Israel.
2. Yer 4:19 - “Aduh, dadaku, dadaku! Aku menggeliat sakit! Aduh, dinding jantungku! Jantungku berdebar-debar, aku tidak dapat berdiam diri, sebab aku mendengar bunyi sangkakala, pekik perang”.
3. Yer 20:9 - “Tetapi apabila aku berpikir: ‘Aku tidak mau mengingat Dia dan tidak mau mengucapkan firman lagi demi namaNya’, maka dalam hatiku ada sesuatu yang seperti api yang menyala-nyala, terkurung dalam tulang-tulangku; aku berlelah-lelah untuk menahannya, tetapi aku tidak sanggup”.
4. Amos 5:13 - “Sebab itu orang yang berakal budi akan berdiam diri pada waktu itu, karena waktu itu adalah waktu yang jahat”.
Dalam kasus ayat ini, orang-orang yang berakal budi itu berdiam diri, karena mereka tidak diijinkan untuk berbicara. Para penguasa yang jahat menekan orang-orang saleh ini untuk berdiam diri. Karena itu, waktu itu disebut sebagai ‘waktu yang jahat’ (Calvin).
5. Kis 4:20 - “Sebab tidak mungkin bagi kami untuk tidak berkata-kata tentang apa yang telah kami lihat dan yang telah kami dengar.’”.
b) Hanya 8 orang diselamatkan dari air bah pada jaman Nuh.
1. Sekalipun Nuh adalah hamba Tuhan yang saleh, ia tidak ‘sukses’!
The Biblical Illustrator (New Testament): “He had not such happy success of his preaching as his own soul desired, and he might in reason have expected. A man may be lawfully called by God and His Church, and yet not turn many souls” (= Ia tidak mendapatkan sukses yang menyenangkan dari khotbahnya seperti yang diinginkan oleh jiwanya, dan yang bisa secara masuk akal ia harapkan. Seseorang bisa secara sah dipanggil oleh Allah dan GerejaNya, tetapi tidak membalikkan / mempertobatkan banyak jiwa).
2. Hanya sedikit yang selamat.
Pulpit Commentary: “Mark the close parallelism with 1 Peter 3:20, where, as here, the apostle impresses upon his readers the fewness of the saved” (= Perhatikan paralelisme yang dekat dengan 1Pet 3:20, dimana, seperti di sini, sang rasul mencamkan kepada para pembacanya ke-sedikit-an dari yang diselamatkan).
1Pet 3:20 - “yaitu kepada roh-roh mereka yang dahulu pada waktu Nuh tidak taat kepada Allah, ketika Allah tetap menanti dengan sabar waktu Nuh sedang mempersiapkan bahteranya, di mana hanya sedikit, yaitu delapan orang, yang diselamatkan oleh air bah itu”.
Karena itu, jangan terlalu cepat untuk berpihak pada yang berjumlah besar / mayoritas!
3. Semua binasa pada jaman Nuh, kecuali hanya 8 orang saja!
Calvin: “by saying that eight only were saved, he intimates that a multitude would not be a shield against God to protect the wicked; but that as many as sin shall be punished, be they few or many in number” (= dengan mengatakan bahwa hanya delapan orang yang diselamatkan, ia mengisyaratkan bahwa banyak orang tidak akan menjadi sebuah perisai terhadap Allah untuk melindungi orang-orang jahat; tetapi bahwa sebanyak yang berbuat dosa mereka akan dihukum, apakah jumlah mereka sedikit atau banyak).
Matthew Henry: “The number of offenders signifies no more to procure any favour than the quality. If the sin be universal, the punishment shall likewise extend to all” (= Jumlah dari pelanggar-pelanggar tidak berarti akan lebih mendapatkan kebaikan apapun dari pada kwalitet. Jika dosa itu bersifat universal, hukuman juga akan meluas kepada semua orang).
Jadi contoh ini (ay 5), sekalipun arahnya sama dengan contoh pertama di atas (ay 4 - tentang malaikat-malaikat yang berdosa), tetapi mempunyai penekanan yang berbeda. Kalau contoh pertama menekankan bagaimanapun tinggi / mulianya kedudukan seseorang, maka contoh ini menekankan betapapun banyaknya orang yang berbuat dosa, itu tidak menyebabkan mereka kebal terhadap hukuman Allah.
II Petrus 2:1-22(6)
Ay 4-9: “(4) Sebab jikalau Allah tidak menyayangkan malaikat-malaikat yang berbuat dosa tetapi melemparkan mereka ke dalam neraka dan dengan demikian menyerahkannya ke dalam gua-gua yang gelap untuk menyimpan mereka sampai hari penghakiman; (5) dan jikalau Allah tidak menyayangkan dunia purba, tetapi hanya menyelamatkan Nuh, pemberita kebenaran itu, dengan tujuh orang lain, ketika Ia mendatangkan air bah atas dunia orang-orang yang fasik; (6) dan jikalau Allah membinasakan kota Sodom dan Gomora dengan api, dan dengan demikian memusnahkannya dan menjadikannya suatu peringatan untuk mereka yang hidup fasik di masa-masa kemudian, (7) tetapi Ia menyelamatkan Lot, orang yang benar, yang terus-menerus menderita oleh cara hidup orang-orang yang tak mengenal hukum dan yang hanya mengikuti hawa nafsu mereka saja, - (8) sebab orang benar ini tinggal di tengah-tengah mereka dan setiap hari melihat dan mendengar perbuatan-perbuatan mereka yang jahat itu, sehingga jiwanya yang benar itu tersiksa - (9) maka nyata, bahwa Tuhan tahu menyelamatkan orang-orang saleh dari pencobaan dan tahu menyimpan orang-orang jahat untuk disiksa pada hari penghakiman”.
3) “dan jikalau Allah membinasakan kota Sodom dan Gomora dengan api, dan dengan demikian memusnahkannya dan menjadikannya suatu peringatan untuk mereka yang hidup fasik di masa-masa kemudian” (ay 6).
a) Sodom dan Gomora merupakan daerah yang makmur / kaya, dan ini membahayakan.
The Biblical Illustrator (New Testament): “Great is the danger of living in opulent and delightful places. Where is no want is much wantonness; and to be rich in temporals hastens poverty in spirituals. In a scantiness, the things themselves do stint and restrain our appetites; but where is abundance, and the measure is left to our own discretion, our discretion is too often deceived” [= Besarlah bahaya untuk hidup di tempat yang kaya / mewah dan menyenangkan. Dimana tidak ada kekurangan, ada banyak ke-sembarang-an / ke-asusila-an; dan menjadi kaya dalam hal-hal sementara mempercepat kemiskinan dari hal-hal rohani. Dalam suatu kejarangan / ke-sedikit-an (maksudnya ‘kemiskinan’), hal-hal itu sendiri menjalankan tugasnya dan mengekang keinginan / nafsu kita; tetapi dimana ada kelimpahan, dan tindakan diserahkan pada kebijaksanaan kita sendiri, kebijaksanaan kita terlalu sering ditipu].
Bdk. Mat 19:23-24 - “(23) Yesus berkata kepada murid-muridNya: ‘Aku berkata kepadamu, sesungguhnya sukar sekali bagi seorang kaya untuk masuk ke dalam Kerajaan Sorga. (24) Sekali lagi Aku berkata kepadamu, lebih mudah seekor unta masuk melalui lobang jarum dari pada seorang kaya masuk ke dalam Kerajaan Allah.’”.
b) Kalau Allah membinasakan orang-orang pada jaman Nuh dengan air, maka Ia membinasakan Sodom dan Gomora dengan api.
1. Allah bisa menggunakan bermacam-macam cara untuk menghukum / membinasakan manusia berdosa.
The Biblical Illustrator (New Testament): “The same judgments of God are executed by contrary causes. The old world was destroyed by water, these cities by fire. Sinners should not think themselves safe because they have escaped one judgment, for when they are farthest off from one evil, another is ready to fall upon them (Amos 5:19)” [= Penghakiman yang sama dari Allah dilaksanakan dengan penyebab-penyebab yang bertentangan. Dunia kuno dihancurkan oleh air, kota-kota ini oleh api. Orang-orang berdosa tidak boleh berpikir bahwa diri mereka sendiri aman karena mereka telah lolos dari satu penghakiman, karena pada waktu mereka paling jauh dari satu bencana, suatu bencana yang lain siap untuk jatuh pada diri mereka (Amos 5:19)].
Amos 5:19 - “Seperti seseorang yang lari terhadap singa, seekor beruang mendatangi dia, dan ketika ia sampai ke rumah, bertopang dengan tangannya ke dinding, seekor ular memagut dia!”.
Matthew Henry: “God can make use of contrary creatures to punish incorrigible sinners. He destroys the old world by water, and Sodom by fire. He who keeps fire and water from hurting his people (Isa. 43:2) can make either to destroy his enemies; therefore they are never safe” [= Allah bisa menggunakan ciptaan-ciptaan yang bertentangan untuk menghukum orang-orang berdosa yang tidak bisa diperbaiki. Ia menghancurkan dunia kuno dengan air, dan Sodom dengan api. Ia yang menjaga api dan air supaya tidak melukai / menyakiti umatNya (Yes 43:2) bisa membuat yang manapun dari kedua hal itu untuk menghancurkan musuh-musuhNya; karena itu mereka tidak pernah aman].
Yes 43:2 - “Apabila engkau menyeberang melalui air, Aku akan menyertai engkau, atau melalui sungai-sungai, engkau tidak akan dihanyutkan; apabila engkau berjalan melalui api, engkau tidak akan dihanguskan, dan nyala api tidak akan membakar engkau”.
Jelas bahwa Allah tidak pernah kekurangan cara untuk menghukum / menghancurkan orang berdosa, sama seperti Ia tidak pernah kekurangan cara untuk menolong / menyelamatkan orang-orang yang benar!
2. Cerita tentang penghancuran Sodom dan Gomora begitu terkenal sehingga ini dianggap sebagai type dari hukuman kekal bagi orang-orang berdosa.
Calvin: “This was so memorable an example of Divine vengeance, that when the Scripture speaks of the universal destruction of the ungodly, it alludes commonly to this as the type. Hence Peter says, that these cities were made an example. ... the Lord designed that his wrath against the ungodly should be made known to all ages; ... Jude has also expressed the same thing, calling it the punishment of eternal fire” (= Ini merupakan suatu contoh pembalasan Ilahi yang begitu patut diingat, sehingga pada waktu Kitab Suci berbicara tentang penghancuran universal dari orang-orang jahat, ia biasa menyinggung ini sebagai suatu TYPE. Karena itu Petrus berkata bahwa kota-kota ini dijadikan suatu contoh. ... Tuhan merancang bahwa murkaNya terhadap orang-orang jahat harus dinyatakan kepada semua jaman; ... Yudas juga menyatakan hal yang sama, menyebutnya hukuman api kekal).
Yudas 7 - “sama seperti Sodom dan Gomora dan kota-kota sekitarnya, yang dengan cara yang sama melakukan percabulan dan mengejar kepuasan-kepuasan yang tak wajar, telah menanggung siksaan api kekal sebagai peringatan kepada semua orang”.
4) “(7) tetapi Ia menyelamatkan Lot, orang yang benar, yang terus-menerus menderita oleh cara hidup orang-orang yang tak mengenal hukum dan yang hanya mengikuti hawa nafsu mereka saja, - (8) sebab orang benar ini tinggal di tengah-tengah mereka dan setiap hari melihat dan mendengar perbuatan-perbuatan mereka yang jahat itu, sehingga jiwanya yang benar itu tersiksa -”.
a) “tetapi Ia menyelamatkan Lot, orang yang benar”.
The Bible Exposition Commentary: New Testament: “Abraham took his nephew, Lot, with him when he left Ur and went to the land of Canaan, but Lot proved to be more of a problem than a blessing. When Abraham, in a lapse of faith, went down to Egypt, Lot went with him and got a taste of ‘the world’ (Gen 12:10-13:1). As Lot became richer, he had to separate from Abraham, and this removed him from his uncle’s godly influence. What a privilege Lot had to walk with Abraham who walked with God! And yet, how Lot wasted his privileges. When Lot had to choose a new area for his home, he measured it by what he had seen in Egypt (Gen 13:10). Abraham took Lot out of Egypt, but he could not take Egypt out of Lot. Lot ‘pitched his tent toward Sodom’ (Gen 13:12), and then finally moved into Sodom (Gen 14:12). God even used a local war to try to get Lot out of Sodom, but he went right back. That is where his heart was. It is difficult for us to understand Lot. Peter made it clear that Lot was saved (‘just Lot ... that righteous man’), and yet we wonder what he was doing in such a wicked place as Sodom” [= Abraham membawa keponakannya, Lot, dengannya, pada waktu ia meninggalkan Ur dan pergi ke tanah Kanaan, tetapi Lot terbukti lebih menjadi suatu problem dari pada suatu berkat. Pada waktu Abraham, dalam suatu kejatuhan iman, pergi ke Mesir, Lot ikut dengannya dan mencicipi ‘dunia’ (Kej 12:10-13:1). Pada waktu Lot menjadi bertambah kaya, ia harus berpisah dari Abraham, dan ini menghilangkan dia dari pengaruh saleh pamannya. Alangkah besarnya hak yang Lot punyai dengan berjalan dengan Abraham, yang berjalan dengan Allah! Tetapi Lot membuang hak-haknya. Pada waktu Lot harus memilih suatu daerah yang baru untuk rumahnya, ia menilainya dengan apa yang telah ia lihat di Mesir (Kej 13:10). Abraham mengeluarkan Lot dari Mesir, tetapi ia tidak bisa mengeluarkan Mesir dari Lot. Lot mendirikan kemahnya ke arah Sodom (Kej 13:12), dan akhirnya lalu berpindah ke Sodom (Kej 14:12). Allah bahkan mengunakan suatu perang lokal untuk berusaha mengeluarkan Lot dari Sodom, tetapi ia segera kembali lagi. Di sanalah hatinya berada. Adalah sukar bagi kita untuk mengerti Lot. Petrus membuat jelas bahwa Lot diselamatkan (‘Lot yang benar ... orang benar itu’), tetapi kita bertanya-tanya apa yang ia lakukan di suatu tempat yang begitu jahat seperti Sodom].
Kej 12:10 & 13:1 - “(12:10) Ketika kelaparan timbul di negeri itu, pergilah Abram ke Mesir untuk tinggal di situ sebagai orang asing, sebab hebat kelaparan di negeri itu. ... (13:1) Maka pergilah Abram dari Mesir ke Tanah Negeb dengan isterinya dan segala kepunyaannya, dan Lotpun bersama-sama dengan dia”.
Kej 13:10 - “Lalu Lot melayangkan pandangnya dan dilihatnyalah, bahwa seluruh Lembah Yordan banyak airnya, seperti taman TUHAN, seperti tanah Mesir, sampai ke Zoar. - Hal itu terjadi sebelum TUHAN memusnahkan Sodom dan Gomora”.
Kej 13:12 - “Abram menetap di tanah Kanaan, tetapi Lot menetap di kota-kota Lembah Yordan dan berkemah di dekat Sodom”.
KJV: ‘and pitched his tent toward Sodom’ (= dan mendirikan kemahnya ke arah Sodom).
Kej 14:12 - “Juga Lot, anak saudara Abram, beserta harta bendanya, dibawa musuh, lalu mereka pergi - sebab Lot itu diam di Sodom”.
The Bible Exposition Commentary: New Testament: “Lot chose to live in Sodom and could have avoided the filthy influence of the place, but many people today really have no choice and must live surrounded by the pollutions of the world. Think of the Christian slaves who had to serve godless masters, or Christian wives married to unsaved husbands, or believing children with unsaved parents. Christian employees working in offices or factories are forced to see and hear things that can easily stain the mind and heart. Peter assured his readers and us that God knows how to ‘be delivering the godly out of testing and temptation’ (2 Peter 2:9, WUEST) so that we may live victoriously” [= Lot memilih untuk tinggal di Sodom dan bisa menghindari pengaruh kotor dari tempat itu, tetapi banyak orang sekarang tidak mempunyai pilihan dan harus hidup dikelilingi oleh polusi dari dunia. Pikirkan budak Kristen yang harus melayani tuan yang jahat, atau istri Kristen yang menikah dengan suami yang tidak diselamatkan, atau anak-anak yang percaya dengan orang tua yang tidak diselamatkan. Pekerja-pekerja Kristen bekerja di kantor-kantor atau pabrik-pabrik dipaksa untuk melihat dan mendengar hal-hal yang dengan mudah menodai / mengotori pikiran dan hati. Petrus meyakinkan pembaca-pembacanya dan kita bahwa Allah tahu bagaimana menyelamatkan orang saleh dari ujian dan pencobaan’ (2Petrus 2:9, WUEST) sehingga kita bisa hidup dengan menang].
The Bible Exposition Commentary: New Testament: “In a sense, Lot was even rescued against his will, because the angels had to grasp him by the hand and pull him out of the city (Gen 19:16). Lot had entered Sodom, and then Sodom had entered Lot and he found it difficult to leave” [= Dalam arti tertentu, Lot bahkan diselamatkan bertentangan dengan kehendaknya, karena malaikat-malaikat harus memegang / menyambarnya pada tangannya dan menariknya keluar dari kota itu (Kej 19:16). Lot telah memasuki Sodom, dan lalu Sodom telah memasuki Lot dan ia mendapati sukar untuk meninggalkan (Sodom)].
Kej 19:16 - “Ketika ia berlambat-lambat, maka tangannya, tangan isteri dan tangan kedua anaknya dipegang oleh kedua orang itu, sebab TUHAN hendak mengasihani dia; lalu kedua orang itu menuntunnya ke luar kota dan melepaskannya di sana”.
Pulpit Commentary: “The Lord knoweth them that are his; he knows them all and each - each individual soul that believes and repents. Lot was not wholly blameless; he had tempted God by exposing himself to temptation; God had not led him there. He saw that the plain of Jordan was well watered everywhere, ‘even as the garden of the Lord;’ he did not consider that ‘the men of Sodom were wicked and sinners before the Lord exceedingly.’ The children of light ought to be wiser than this; they ought to regard their spiritual interest as far more momentous than their temporal; but alas! the error of Lot is common still” (= Tuhan mengenal mereka yang adalah kepunyaanNya; Ia mengenal mereka semua dan setiap dari mereka - setiap jiwa yang percaya dan bertobat. Lot tidak sepenuhnya tak bersalah; ia telah mencobai Allah dengan membuka dirinya sendiri terhadap pencobaan; Allah tidak membimbingnya ke sana. Ia melihat bahwa lembah Yordan diairi dengan baik dimana-mana, ‘bahkan seperti taman Tuhan’; ia tidak mempertimbangkan bahwa ‘orang-orang Sodom adalah sangat jahat dan sangat berdosa di hadapan Tuhan’. Anak-anak terang seharusnya lebih bijaksana dari ini; mereka harus menganggap kepentingan rohani sebagai jauh lebih penting dari pada kepentingan sementara mereka; tetapi aduh / astaga! kesalahan Lot masih tetap merupakan sesuatu yang umum).
Kej 13:10-13 - “(10) Lalu Lot melayangkan pandangnya dan dilihatnyalah, bahwa seluruh Lembah Yordan banyak airnya, seperti taman TUHAN, seperti tanah Mesir, sampai ke Zoar. - Hal itu terjadi sebelum TUHAN memusnahkan Sodom dan Gomora. - (11) Sebab itu Lot memilih baginya seluruh Lembah Yordan itu, lalu ia berangkat ke sebelah timur dan mereka berpisah. (12) Abram menetap di tanah Kanaan, tetapi Lot menetap di kota-kota Lembah Yordan dan berkemah di dekat Sodom. (13) Adapun orang Sodom sangat jahat dan berdosa terhadap TUHAN”.
b) “yang terus-menerus menderita oleh cara hidup orang-orang yang tak mengenal hukum dan yang hanya mengikuti hawa nafsu mereka saja”.
The Biblical Illustrator (New Testament): “How ought we to bewail the sins of the places where we live? - It is the disposition and duty of the righteous to be deeply afflicted with the sins of the places where they live” (= Bagaimana seharusnya kita meratapi dosa-dosa dari tempat-tempat dimana kita tinggal / hidup? - Itu merupakan kecenderungan dan kewajiban dari orang-orang benar untuk sedih secara mendalam karena dosa-dosa dari tempat dimana mereka tinggal / hidup).
Penulis buku tafsiran ini lalu memberikan banyak contoh dari Alkitab:
· Mark 3:5 - “Ia berdukacita karena kedegilan mereka dan dengan marah Ia memandang sekelilingNya kepada mereka lalu Ia berkata kepada orang itu: ‘Ulurkanlah tanganmu!’ Dan ia mengulurkannya, maka sembuhlah tangannya itu”.
· Maz 119:136,158 - “(136) Air mataku berlinang seperti aliran air, karena orang tidak berpegang pada TauratMu. ... (158) Melihat pengkhianat-pengkhianat, aku merasa jemu, karena mereka tidak berpegang pada janjiMu”.
· Ezra 9:3 - “Ketika aku mendengar perkataan itu, maka aku mengoyakkan pakaianku dan jubahku dan aku mencabut rambut kepalaku dan janggutku dan duduklah aku tertegun”.
· Ezra 10:6 - “Sesudah itu Ezra pergi dari depan rumah Allah menuju bilik Yohanan bin Elyasib, dan di sana ia bermalam dengan tidak makan roti dan minum air, sebab ia berkabung karena orang-orang buangan itu telah melakukan perbuatan tidak setia”.
· Yer 13:17 - “Jika kamu tidak mau mendengarkannya, aku akan menangis di tempat yang tersembunyi oleh karena kesombonganmu, air mataku akan berlinang-linang, bahkan akan bercucuran, oleh sebab kawanan domba TUHAN diangkut tertawan”.
· Fil 3:18 - “Karena, seperti yang telah kerap kali kukatakan kepadamu, dan yang kunyatakan pula sekarang sambil menangis, banyak orang yang hidup sebagai seteru salib Kristus”.
The Biblical Illustrator (New Testament): “HIS SITUATION IN SODOM. He first ‘pitched his tent towards’ it, and the next step was downwards - he dwelt in Sodom. ... concerning that residence, was it happy? Did it bring peace to his soul? could he rejoice whilst there abiding? What saith the Word of God? It speaks of him as ‘vexed from day to day.’ ‘The Lord knoweth how to deliver the godly out of temptation,’ and He did deliver Lot; but He suffered His servant to feel that ‘an evil and a bitter thing’ it is to depart from the narrow way; whilst dwelling in Sodom, happiness must not be his” (= Situasinya di Sodom. Mula-mula ia ‘mendirikan kemahnya ke arah’nya, dan langkah selanjutnya adalah menurun - ia tinggal di Sodom. ... berkenaan dengan tempat tinggal itu, apakah itu menyenangkan? Apakah itu membawa damai pada jiwanya? bisakah ia bersukacita sementara tinggal di sana? Apa yang dikatakan oleh Firman Allah? Firman Allah berbicara tentang dia sebagai ‘disakiti / dijengkelkan dari hari ke hari’. ‘Tuhan tahu bagaimana menyelamatkan orang-orang saleh dari pencobaan’, dan Ia memang menyelamatkan Lot; tetapi Ia membiarkan pelayanNya merasakan bahwa merupakan ‘suatu hal yang jahat dan pahit’ untuk meninggalkan jalan yang sempit; sementara tinggal di Sodom, kebahagiaan tidak boleh menjadi miliknya).
Ada 2 hal yang ingin saya soroti:
1. Sebetulnya kesedihan / penderitaan yang dialami Lot karena melihat dan mendengar kejahatan-kejahatan orang-orang Sodom, menunjukkan bahwa ia adalah orang benar. Orang yang tidak benar tidak akan menderita karena hal-hal seperti itu!
2. Jangan pindah kota / negara hanya karena pekerjaan yang enak dan penghasilan yang tinggi! Kalau saudara mau pindah tempat atau kota, apalagi negara, yang pertama-tama dipikirkan haruslah kerohanian!
c) “sebab orang benar ini tinggal di tengah-tengah mereka dan setiap hari melihat dan mendengar perbuatan-perbuatan mereka yang jahat itu”.
KJV: ‘vexed his righteous soul from day to day with their unlawful deeds;’ (= menyakiti / menjengkelkan jiwanya yang benar dari hari ke hari dengan perbuatan-perbuatan mereka yang jahat itu).
Matthew Henry: “Here is a particular mention of the duration and continuance of this good man’s grief and vexation: it was from day to day. Being accustomed to hear and see their wickedness did not reconcile him to it, nor abate of the horror that was occasioned by it” (= Di sini ada suatu penyebutan khusus tentang lamanya dan terus menerusnya kesedihan dan penderitaan dari orang baik ini: itu adalah dari hari ke hari. Terbiasanya ia mendengar dan melihat kejahatan mereka tidak memperdamaikan dia dengannya, ataupun mengurangi kengerian yang disebabkan olehnya).
Barnes’ Notes: “‘In seeing and hearing.’ Seeing their open acts of depravity, and hearing their vile conversation. The effect which this had on the mind of Lot is not mentioned in Genesis, but nothing is more probable than the statement here made by Peter. Whether this statement was founded on tradition, or whether it is a suggestion of inspiration to the mind of Peter, cannot be determined” (= ‘Dalam melihat dan mendengar’. Melihat tindakan-tindakan kebejatan yang terbuka dari mereka, dan mendengar percakapan-percakapan busuk / kotor mereka. Akibat yang dihasilkan olah hal ini pada pikiran Lot tidak diceritakan dalam kitab Kejadian, tetapi tidak ada yang lebih memungkinkan dari pada pernyataan yang dibuat oleh Petrus di sini. Apakah pernyataan ini didasarkan pada tradisi, atau apakah ini merupakan sesuatu yang dimasukkan oleh pengilhaman kepada pikiran Petrus, tidak bisa ditentukan).
Barnes’ Notes: “‘In seeing and hearing.’ ... The words rendered ‘seeing’ and ‘hearing’ may refer to the ACT of seeing, or to the OBJECT seen. Wetstein and Robinson suppose that they refer here to the latter, and that the sense is, that he was troubled by what he saw and heard. The meaning is not materially different. Those who live among the wicked are compelled to see and hear much that pains their hearts, and it is well if they do not become indifferent to it, or contaminated by it” (= ‘Dalam melihat dan mendengar’. ... Kata-kata yang diterjemahkan ‘melihat’ dan ‘mendengar’ bisa menunjuk pada TINDAKAN melihat, atau pada OBYEK yang dilihat. Wetstein dan Robinson menganggap bahwa di sini kata-kata itu menunjuk pada yang terakhir, dan bahwa artinya adalah, bahwa ia diganggu / disusahkan oleh apa yang ia lihat dan dengar. Artinya tidak terlalu berbeda secara materi. Mereka yang tinggal / hidup di antara orang-orang jahat dipaksa untuk melihat dan mendengar banyak hal yang menyakiti hati mereka, dan adalah baik jika mereka tidak menjadi acuh tak acuh terhadap hal itu, atau ditulari olehnya).
d) “sehingga jiwanya yang benar itu tersiksa”.
Albert Barnes mempunyai pandangan yang sangat positif tentang Lot. Ia berkata bahwa jiwa Lot bisa ‘tersiksa’, kelihatannya menunjukkan bahwa Lot bukan hanya melihat dan mendengar kejahatan-kejahatan dengan cara pasif (diam saja), tetapi ada sesuatu yang dilakukan secara aktif oleh Lot. Mungkin ia menguatirkan mereka, merenungkan konsekwensi dari kehidupan buruk mereka, berdoa untuk mereka, dan bahkan menegur dan memperingati mereka.
Barnes juga mengatakan bahwa tak diragukan pasti Lot mempunyai alasan untuk tidak meninggalkan Sodom, yang sebetulnya bisa ia tinggalkan dengan mudah. Mungkin alasannya adalah supaya ia bisa melakukan apa yang baik bagi mereka, yang memang merupakan kewajiban orang-orang saleh kalau mereka tinggal / hidup di kalangan orang-orang brengsek. Lot diperkirakan tinggal di Sodom selama 16 tahun; dan di sini kita melihat demonstrasi yang bersifat pengajaran bahwa seorang saleh bisa mempertahankan kehidupan agamanya di tengah-tengah orang-orang jahat, dan juga suatu gambaran bagaimana pengaruh dari kehidupan orang-orang jahat terhadap orang saleh yang ada di tengah-tengah mereka.
Saya tidak melihat alasan dari kata-kata Albert Barnes ini. Menurut saya, yang positif dari Lot hanyalah bahwa sekalipun ia tinggal di Sodom, ia sendiri bisa tetap menjadi orang benar.
Pada waktu menceritakan tentang Nuh, Petrus secara explicit mengatakan bahwa ia adalah seorang pemberita kebenaran (ay 5). Kalau Lot memang secara aktif berusaha mempertobatkan orang-orang Sodom, mengapa di sini Petrus tidak berkata apa-apa tentang hal itu?
Juga kalau dikatakan oleh Barnes bahwa kata-kata dari ayat ini secara implicit menunjukkan bahwa Petrus bukan hanya menjadi ‘penonton’ secara pasif, tetapi pasti ada tindakan-tindakan aktif demi kebaikan orang-orang Sodom, saya sama sekali tidak melihat bahwa ayat ini menunjukkan apapun tentang hal itu. Saya menganggap bahwa merupakan sesuatu yang memungkinkan bahwa seorang benar yang sekedar menjadi penonton pasif tetap merasa jiwanya tersiksa kalau melihat dan mendengar kehidupan yang jahat dari orang-orang di sekitarnya.
Dan kalau dilihat dari kitab Kejadian, moral dari kedua anak Lot menjadi bejat (bdk. Kej 19:30-38), dan mereka sebetulnya sudah hampir menikah dengan orang-orang Sodom (Kej 19:14). Jadi kelihatannya, jauh lebih mungkin bahwa Lot dan keluarganya bukannya mempengaruhi orang-orang Sodom, tetapi sebaliknya, setidaknya kedua anak perempuannya, malah terpengaruh oleh kejahatan orang-orang Sodom, sehingga moral keduanya jadi bejat. Saya bahkan cenderung untuk mengatakan bahwa mungkin Lot juga sudah ketularan kebejatan moral orang-orang Sodom. Ini terlihat pada waktu ia, demi melindungi malaikat-malaikat yang mendatangi rumahnya, rela memberikan kedua anak gadisnya kepada orang-orang Sodom.
Kej 19:1-8 - “(1) Kedua malaikat itu tiba di Sodom pada waktu petang. Lot sedang duduk di pintu gerbang Sodom dan ketika melihat mereka, bangunlah ia menyongsong mereka, lalu sujud dengan mukanya sampai ke tanah, (2) serta berkata: ‘Tuan-tuan, silakanlah singgah ke rumah hambamu ini, bermalamlah di sini dan basuhlah kakimu, maka besok pagi tuan-tuan boleh melanjutkan perjalanannya.’ Jawab mereka: ‘Tidak, kami akan bermalam di tanah lapang.’ (3) Tetapi karena ia sangat mendesak mereka, singgahlah mereka dan masuk ke dalam rumahnya, kemudian ia menyediakan hidangan bagi mereka, ia membakar roti yang tidak beragi, lalu mereka makan. (4) Tetapi sebelum mereka tidur, orang-orang lelaki dari kota Sodom itu, dari yang muda sampai yang tua, bahkan seluruh kota, tidak ada yang terkecuali, datang mengepung rumah itu. (5) Mereka berseru kepada Lot: ‘Di manakah orang-orang yang datang kepadamu malam ini? Bawalah mereka keluar kepada kami, supaya kami pakai mereka.’ (6) Lalu keluarlah Lot menemui mereka, ke depan pintu, tetapi pintu ditutupnya di belakangnya, (7) dan ia berkata: ‘Saudara-saudaraku, janganlah kiranya berbuat jahat. (8) Kamu tahu, aku mempunyai dua orang anak perempuan yang belum pernah dijamah laki-laki, baiklah mereka kubawa ke luar kepadamu; perbuatlah kepada mereka seperti yang kamu pandang baik; hanya jangan kamu apa-apakan orang-orang ini, sebab mereka memang datang untuk berlindung di dalam rumahku.’”.
Di satu pihak, kerelaannya mengorbankan apapun untuk melindungi kedua tamu malaikatnya merupakan sesuatu yang baik, tetapi di lain pihak kerelaannya mengorbankan kedua anak gadisnya tidak mungkin bisa dibenarkan.
Calvin (tentang Kej 19:8): “As the constancy of Lot, in risking his own life for the defense of his guests, deserves no common praise; so now Moses relates that a defect was mixed with this great virtue, which sprinkled it with some imperfection. For, being destitute of advice, he devises (as is usual in intricate affairs) an unlawful remedy. He does not hesitate to prostitute his own daughters, that he may restrain the indomitable fury of the people. But he should rather have endured a thousand deaths, than have resorted to such a measure. Yet such are commonly the works of holy men: since nothing proceeds from them so excellent, as not to be in some respect defective. Lot, indeed, is urged by extreme necessity; and it is no wonder that he offers his daughters to be polluted, when he sees that he has to deal with wild beasts; yet he inconsiderately seeks to remedy one evil by means of another. I can easily excuse some for extenuating his fault; yet he is not free from blame, because he would ward off evil with evil” [= Sebagaimana ketetapan Lot, dalam meresikokan nyawanya sendiri untuk mempertahankan tamu-tamunya, layak mendapatkan pujian yang tidak biasa; sekarang Musa menceritakan bahwa suatu cacat dicampurkan dengan kebaikan yang agung ini, yang memercikinya dengan suatu ketidak-sempurnaan. Karena, dalam keadaan kehabisan nasehat / rencana, ia memikirkan (seperti biasanya dalam urusan-urusan yang ruwet) suatu obat yang tidak sah. Ia tidak ragu-ragu untuk melacurkan anak-anak perempuannya sendiri, supaya ia bisa mengekang kemarahan yang sukar dikekang dari orang-orang itu. Tetapi ia seharusnya lebih memilih untuk mengalami 1000 kematian, dari pada mengambil jalan seperti itu. Tetapi seperti itulah biasanya pekerjaan-pekerjaan dari orang-orang kudus: karena tak ada yang keluar dari mereka yang begitu baik sehingga tidak bercacat dalam hal tertentu. Lot memang didesak oleh kebutuhan yang extrim; dan tidak heran ia menawarkan anak-anak perempuannya untuk dicemari, pada waktu ia melihat bahwa ia harus berurusan / menangani binatang-binatang liar; tetapi ia secara tanpa memikir berusaha untuk mengobati satu kejahatan dengan kejahatan yang lain. Saya bisa dengan mudah mencari dalih untuk memperingan kesalahannya; tetapi ia tidak bebas dari kesalahan, karena ia mau menghindari kejahatan dengan kejahatan].
Kalau Lot tidak sampai murtad, dan di sini oleh Petrus tetap disebut sebagai ‘orang benar’, itu hanya terjadi karena pertolongan dan anugerah Tuhan saja!
Barnes mengatakan bahwa Lot bisa dengan mudah meninggalkan Sodom. Apa iya? Ini sangat saya ragukan, karena bagi orang yang tamak, sangat tidak mudah meninggalkan tempat dimana banyak uang bisa didapat dengan mudah!
Penceritaan tentang Lot dalam kitab Kejadian, biarpun secara implicit, tetapi secara sangat kuat, menunjukkan bahwa ia memilih Sodom hanya karena uang, dan demi uang itu ia tidak mempedulikan kejahatan dari orang-orang Sodom, dan apa pengaruhnya baginya dan keluarganya.
Kej 13:10-13 - “(10) Lalu Lot melayangkan pandangnya dan dilihatnyalah, bahwa seluruh Lembah Yordan banyak airnya, seperti taman TUHAN, seperti tanah Mesir, sampai ke Zoar. - Hal itu terjadi sebelum TUHAN memusnahkan Sodom dan Gomora. - (11) Sebab itu Lot memilih baginya seluruh Lembah Yordan itu, lalu ia berangkat ke sebelah timur dan mereka berpisah. (12) Abram menetap di tanah Kanaan, tetapi Lot menetap di kota-kota Lembah Yordan dan berkemah di dekat Sodom. (13) Adapun orang Sodom sangat jahat dan berdosa terhadap TUHAN”.
II Petrus 2:1-22(7)
Ay 4-9: “(4) Sebab jikalau Allah tidak menyayangkan malaikat-malaikat yang berbuat dosa tetapi melemparkan mereka ke dalam neraka dan dengan demikian menyerahkannya ke dalam gua-gua yang gelap untuk menyimpan mereka sampai hari penghakiman; (5) dan jikalau Allah tidak menyayangkan dunia purba, tetapi hanya menyelamatkan Nuh, pemberita kebenaran itu, dengan tujuh orang lain, ketika Ia mendatangkan air bah atas dunia orang-orang yang fasik; (6) dan jikalau Allah membinasakan kota Sodom dan Gomora dengan api, dan dengan demikian memusnahkannya dan menjadikannya suatu peringatan untuk mereka yang hidup fasik di masa-masa kemudian, (7) tetapi Ia menyelamatkan Lot, orang yang benar, yang terus-menerus menderita oleh cara hidup orang-orang yang tak mengenal hukum dan yang hanya mengikuti hawa nafsu mereka saja, - (8) sebab orang benar ini tinggal di tengah-tengah mereka dan setiap hari melihat dan mendengar perbuatan-perbuatan mereka yang jahat itu, sehingga jiwanya yang benar itu tersiksa - (9) maka nyata, bahwa Tuhan tahu menyelamatkan orang-orang saleh dari pencobaan dan tahu menyimpan orang-orang jahat untuk disiksa pada hari penghakiman”.
Ay 9: “maka nyata, bahwa Tuhan tahu menyelamatkan orang-orang saleh dari pencobaan dan tahu menyimpan orang-orang jahat untuk disiksa pada hari penghakiman”.
1) Dari penyelamatan terhadap Nuh dan keluarganya, juga terhadap Lot dan kedua anak perempuannya, maka Petrus menyimpulkan ay 9a ini, yaitu bahwa Tuhan tahu bagaimana menyelamatkan orang-orang saleh dari pencobaan.
Adam Clarke: “And the design of the apostle in producing these examples is to show to the people to whom he was writing that, although God would destroy those false teachers, yet he would powerfully save his faithful servants from their contagion and from their destruction. We should carefully observe, 1. That the godly man is not to be preserved from temptation. 2. That he will be preserved in temptation. 3. That he will be delivered out of it” (= Dan rancangan dari sang rasul dalam menghasilkan contoh-contoh ini adalah untuk menunjukkan kepada orang-orang kepada siapa ia sedang menulis bahwa, sekalipun Allah akan menghancurkan guru-guru palsu itu, tetapi Ia dengan berkuasa akan menyelamatkan pelayan-pelayanNya yang setia dari penularan mereka dan dari kehancuran mereka. Kita harus memperhatikan dengan seksama, 1. Bahwa orang saleh tidak akan dilindungi / dijaga dari pencobaan. 2. Bahwa mereka akan dilindungi / dijaga dalam pencobaan. 3. Bahwa ia akan diselamatkan / dibebaskan darinya).
Komentar saya: adalah aneh kalau Clarke yang berhaluan Arminian keras ini bisa mempercayai kebenaran seperti ini. Lalu bagaimana mungkin orang Kristen bisa kehilangan keselamatan dengan adanya 3 point yang ia katakan itu?
Bdk. 1Kor 10:13 - “Pencobaan-pencobaan yang kamu alami ialah pencobaan-pencobaan biasa, yang tidak melebihi kekuatan manusia. Sebab Allah setia dan karena itu Ia tidak akan membiarkan kamu dicobai melampaui kekuatanmu. Pada waktu kamu dicobai Ia akan memberikan kepadamu jalan ke luar, sehingga kamu dapat menanggungnya”.
Saya sendiri menggunakan ayat ini sebagai salah satu dasar untuk mengatakan bahwa orang kristen yang sejati tidak mungkin kehilangan keselamatan.
2) Apakah ay 9b-nya menunjukkan bahwa orang-orang tidak percaya yang mati tidak langsung masuk neraka?
Ay 9: “maka nyata, bahwa Tuhan tahu menyelamatkan orang-orang saleh dari pencobaan dan tahu menyimpan orang-orang jahat untuk disiksa pada hari penghakiman”.
Ayat ini kelihatannya menunjukkan bahwa orang-orang jahat itu tidak langsung dihukum, tetapi disimpan dulu, dan baru dihukum / disiksa setelah hari penghakiman.
Jawaban saya:
Perhatikan komentar Calvin tentang 2Petrus 2:9 ini.
Calvin: “By this clause he shews that God so regulates his judgments as to bear with the wicked for a time, but not to leave them unpunished. Thus he corrects too much haste, by which we are wont to be carried headlong, especially when the atrocity of wickedness grievously wounds us, for we then wish God to fulminate without delay; when he does not do so, he seems no longer to be the judge of the world. Lest, then, this temporary impunity of wickedness should disturb us, Peter reminds us that a day of judgment has been appointed by the Lord; and that, therefore, the wicked shall by no means escape punishment, though it be not immediately inflicted. There is an emphasis in the word ‘reserve,’ as though he had said, that they shall not escape the hand of God, but be held bound as it were by hidden chains, that they may at a certain time be drawn forth to judgment. The participle kolazome>nouv, though in the present tense, is yet to be thus explained, that they are reserved or kept to be punished, or, that they may be punished. For he bids us to rely on the expectation of the last judgment, so that in hope and patience we may fight till the end of life” [= Dengan kalimat ini (ay 9b, yang saya garis bawahi) ia menunjukkan bahwa Allah begitu mengatur penghakimanNya sehingga bersabar terhadap orang jahat untuk sementara waktu, tetapi tidak akan membiarkan mereka tidak dihukum. Demikianlah ia membetulkan ketergesa-gesaan, dengan mana kita biasa terbawa, khususnya pada waktu kekejaman / kekejian dari kejahatan melukai / menyakiti kita secara menyedihkan, karena pada saat itu kita berharap Allah mengguntur tanpa penundaan; dan pada waktu Ia tidak berbuat demikian, Ia kelihatannya bukan lagi Hakim dunia ini. Supaya kebebasan sementara dari hukuman kejahatan ini tidak mengganggu kita, Petrus mengingatkan kita bahwa suatu hari penghakiman telah ditetapkan oleh Tuhan; dan karena itu orang jahat tidak bakal akan lolos dari penghukuman, sekalipun penghukuman itu tidak langsung diberikan. Ada penekanan pada kata ‘menyimpan’, seolah-olah ia berkata bahwa mereka tidak akan lolos dari tangan Allah, tetapi seakan-akan diikat dengan rantai yang tersembunyi, sehingga pada saat tertentu mereka bisa ditarik kepada penghakiman. Participle kolazome>nouv / KOLAZOMENOUS (yang diterjemahkan ‘disiksa’), sekalipun ada dalam present tense, tetapi harus ditafsirkan demikian, bahwa mereka dicadangkan / disediakan atau disimpan untuk dihukum, atau, supaya mereka bisa dihukum. Karena ia meminta kita untuk bersandar pada pengharapan tentang penghakiman akhir sehingga dalam pengharapan dan kesabaran kita bisa bertempur sampai akhir dari kehidupan] - hal 400.
Dari kata-kata Calvin ini kelihatannya ia memaksudkan bahwa Tuhan menyimpan orang-orang jahat itu bukan pada saat mereka mati atau setelah mereka mati, tetapi pada saat mereka hidup. Perhatikan bahwa:
a) Ayat itu tidak mengatakan bahwa orang-orang jahat itu sudah mati.
b) Ay 9a membicarakan tentang orang-orang saleh itu dalam keadaan hidup (karena mereka dicobai), dan karena itu jelas bahwa ay 9b juga membicarakan orang-orang jahat itu dalam keadaan hidup.
Ay 9: “maka nyata, bahwa Tuhan tahu menyelamatkan orang-orang saleh dari pencobaan dan tahu menyimpan orang-orang jahat untuk disiksa pada hari penghakiman”.
Kesimpulan:
1. Ay 9b ini tidak menentang pandangan bahwa orang jahat yang mati akan langsung masuk neraka.
Theologia Reformed secara seragam mengajarkan bahwa begitu seseorang mati, ia akan langsung masuk surga atau neraka (hanya jiwa / rohnya, sedangkan tubuhnya menunggu kebangkitan orang mati dan hari penghakiman pada akhir jaman).
2. Yang diajarkan oleh ay 9b ini hanyalah bahwa sekalipun Allah kelihatannya tidak melakukan apa-apa terhadap orang-orang jahat itu, tetapi sesungguhnya Ia sedang menyimpan mereka sampai hari penghakiman, pada saat mana mereka pasti akan dihukum dengan adil.
The Bible Exposition Commentary: New Testament: “The false teachers may seem successful (for ‘many’ follow them), but in the end, they will be condemned” [= Guru-guru palsu bisa kelihatannya sukses (karena ‘banyak orang’ yang mengikuti mereka), tetapi pada akhirnya, mereka akan dihukum].
Ay 10-19: “(10) terutama mereka yang menuruti hawa nafsunya karena ingin mencemarkan diri dan yang menghina pemerintahan Allah. Mereka begitu berani dan angkuh, sehingga tidak segan-segan menghujat kemuliaan, (11) padahal malaikat-malaikat sendiri, yang sekalipun lebih kuat dan lebih berkuasa dari pada mereka, tidak memakai kata-kata hujat, kalau malaikat-malaikat menuntut hukuman atas mereka di hadapan Allah. (12) Tetapi mereka itu sama dengan hewan yang tidak berakal, sama dengan binatang yang hanya dilahirkan untuk ditangkap dan dimusnahkan. Mereka menghujat apa yang tidak mereka ketahui, sehingga oleh perbuatan mereka yang jahat mereka sendiri akan binasa seperti binatang liar, (13) dan akan mengalami nasib yang buruk sebagai upah kejahatan mereka. Berfoya-foya pada siang hari, mereka anggap kenikmatan. Mereka adalah kotoran dan noda, yang mabuk dalam hawa nafsu mereka kalau mereka duduk makan minum bersama-sama dengan kamu. (14) Mata mereka penuh nafsu zinah dan mereka tidak pernah jemu berbuat dosa. Mereka memikat orang-orang yang lemah. Hati mereka telah terlatih dalam keserakahan. Mereka adalah orang-orang yang terkutuk! (15) Oleh karena mereka telah meninggalkan jalan yang benar, maka tersesatlah mereka, lalu mengikuti jalan Bileam, anak Beor, yang suka menerima upah untuk perbuatan-perbuatan yang jahat. (16) Tetapi Bileam beroleh peringatan keras untuk kejahatannya, sebab keledai beban yang bisu berbicara dengan suara manusia dan mencegah kebebalan nabi itu. (17) Guru-guru palsu itu adalah seperti mata air yang kering, seperti kabut yang dihalaukan taufan; bagi mereka telah tersedia tempat dalam kegelapan yang paling dahsyat. (18) Sebab mereka mengucapkan kata-kata yang congkak dan hampa dan mempergunakan hawa nafsu cabul untuk memikat orang-orang yang baru saja melepaskan diri dari mereka yang hidup dalam kesesatan. (19) Mereka menjanjikan kemerdekaan kepada orang lain, padahal mereka sendiri adalah hamba-hamba kebinasaan, karena siapa yang dikalahkan orang, ia adalah hamba orang itu”.
Mulai ay 10-19, Petrus melanjutkan pembahasan tentang kejahatan-kejahatan dari nabi-nabi palsu itu.
The Bible Exposition Commentary: New Testament: “Peter is not yet finished with the apostates! Unlike some believers today, Peter was disturbed by the inroads the false teachers were making into the churches. He knew that their approach was subtle but their teachings were fatal, and he wanted to warn the churches about them. Remember, however, that Peter opened this letter with positive teaching about salvation, Christian growth, and the dependability of the Word of God. He had a balanced ministry, and it is important that we maintain that balance today. When Charles Spurgeon started his magazine, he named it ‘The Sword and Trowel,’ alluding to the workers in the Book of Nehemiah, who kept their swords in one hand and their tools in the other as they were repairing the walls of Jerusalem. Some people have a purely negative ministry and never build anything. They are too busy fighting the enemy! Others claim to be ‘positive,’ but they never defend what they have built. Peter knew that it was not enough only to attack the apostates; he also had to give solid teaching to the believers in the churches” [= Petrus belum selesai dengan orang-orang murtad itu! Tidak seperti sebagian orang-orang percaya jaman sekarang, Petrus terganggu oleh serangan yang dibuat oleh guru-guru palsu itu ke dalam gereja-gereja. Ia tahu bahwa pendekatan mereka halus / licin / licik / tak kentara tetapi ajaran-ajaran mereka mematikan, dan ia ingin memperingati gereja-gereja tentang mereka. Tetapi ingat, bahwa Petrus membuka suratnya dengan ajaran positif tentang keselamatan, pertumbuhan Kristen, dan ketergantungan pada Firman Allah. Ia mempunyai suatu pelayanan yang seimbang, dan adalah penting bahwa kita mempertahankan keseimbangan itu pada jaman sekarang. Pada waktu Charles Spurgeon memulai majalahnya, ia menamainya ‘Pedang dan Cetok (untuk semen)’, secara tak langsung menunjuk kepada pekerja-pekerja dalam kitab Nehemia, yang memegang pedang di satu tangan dan alat-alat mereka di tangan yang lain, pada waktu mereka sedang memperbaiki tembok Yerusalem. Sebagian orang-orang mempunyai pelayanan yang negatif secara murni dan tidak pernah membangun apapun. Mereka terlalu sibuk untuk memerangi musuh! Orang-orang yang lain mengclaim sebagai ‘positif’, tetapi mereka tidak pernah mempertahankan apa yang telah mereka bangun. Petrus tahu bahwa tidak cukup hanya menyerang orang-orang murtad itu; ia juga harus memberikan ajaran yang padat / kokoh / mendalam kepada orang-orang percaya dalam gereja-gereja].
Bdk. Neh 4:16-17 - “(16) Sejak hari itu sebagian dari pada anak buahku melakukan pekerjaan, dan sebagian yang lain memegang tombak, perisai dan panah dan mengenakan baju zirah, sedang para pemimpin berdiri di belakang segenap kaum Yehuda (17) yang membangun di tembok. Orang-orang yang memikul dan mengangkut melakukan pekerjaannya dengan satu tangan dan dengan tangan yang lain mereka memegang senjata”.
Sekarang mari kita membahas kejahatan-kejahatan mereka.
1) “(10) terutama mereka yang menuruti hawa nafsunya karena ingin mencemarkan diri dan yang menghina pemerintahan Allah. Mereka begitu berani dan angkuh, sehingga tidak segan-segan menghujat kemuliaan, (11) padahal malaikat-malaikat sendiri, yang sekalipun lebih kuat dan lebih berkuasa dari pada mereka, tidak memakai kata-kata hujat, kalau malaikat-malaikat menuntut hukuman atas mereka di hadapan Allah” (ay 10-11).
a) ‘terutama mereka yang menuruti hawa nafsunya karena ingin mencemarkan diri’.
KJV: ‘But chiefly them that walk after the flesh in the lust of uncleanness’ (= Tetapi terutama mereka yang berjalan menurut daging dalam nafsu kenajisan).
1. Potongan ini harus dibaca dengan bagian sebelumnya.
Ay 9-10: “(9) maka nyata, bahwa Tuhan tahu menyelamatkan orang-orang saleh dari pencobaan dan tahu menyimpan orang-orang jahat untuk disiksa pada hari penghakiman, (10) terutama mereka yang menuruti hawa nafsunya karena ingin mencemarkan diri dan yang menghina pemerintahan Allah. Mereka begitu berani dan angkuh, sehingga tidak segan-segan menghujat kemuliaan”.
Jadi, ini adalah orang-orang diutamakan oleh Tuhan dalam menghukum!
2. Mereka hidup mengikuti keinginan daging dan hawa nafsu mereka yang kotor.
Matthew Henry: “Evil opinions are often accompanied with evil practices; and those who are for propagating error are for improving in wickedness” (= Pandangan-pandangan yang jahat sering disertai dengan praktek-praktek yang jahat; dan mereka yang mendukung penyebaran kesalahan juga mendukung peningkatan dalam kejahatan).
Catatan: saya berpendapat kata ‘sering’ itu terlalu lemah. Lebih tepat kalau diganti dengan kata ‘pada umumnya’ atau ‘selalu’!
Adam Clarke menganggap bahwa kata-kata ini menunjukkan bahwa mereka melakukan praktek sodomi, tetapi saya menganggap bahwa kata-kata dalam ayat ini tidak harus menunjuk kepada hal itu. Saya lebih setuju dengan kata-kata Barnes di bawah ini.
Barnes’ Notes: “That live for the indulgence of their carnal appetites” (= Yang hidup untuk pemuasan dari keinginan-keinginan daging mereka).
b) ‘dan yang menghina pemerintahan Allah’.
1. Kata ‘Allah’ sebetulnya tidak ada.
KJV: ‘and despise government’ (= dan menghina / meremehkan pemerintahan).
RSV/NIV/NASB: ‘and despise authority’ (= dan menghina / meremehkan otoritas).
2. Arti dari text / bagian ini.
Calvin: “no one can introduce anarchy (ajnarci>an) into the world without introducing disorder (ajtaxi>an.)” [= tak seorangpun bisa memperkenalkan / mengajukan anarkhi (ajnarci>an / ANARKHIAN) ke dalam dunia tanpa memperkenalkan / mengajukan kekacauan (ajtaxi>an / ATAXIAN)].
Barnes’ Notes: “That is, they regard all government in the state, the church, and the family, as an evil. Advocates for unbridled freedom of all sorts; declaimers on liberty and on the evils of oppression; defenders of what they regard as the rights of injured man, and yet secretly themselves lusting for the exercise of the very power which they would deny to others” (= Artinya, mereka menganggap semua pemerintahan dalam negara, gereja, dan keluarga, sebagai suatu kejahatan. Penyokong-penyokong untuk kebebasan yang tidak dikekang dari segala jenis; orang-orang yang berbicara dengan keras tentang kebebasan dan tentang kejahatan dari penindasan; pembela-pembela dari apa yang mereka anggap sebagai hak-hak dari orang-orang yang dilukai / dirugikan, tetapi dengan diam-diam mereka sendiri menginginkan untuk menjalankan / menggunakan kuasa yang mereka tolak pada diri orang-orang lain).
c) “Mereka begitu berani dan angkuh”.
Adam Clarke: “They are bold and daring, headstrong, regardless of fear” (= Mereka berani dan nekat, keras kepala, tanpa menghiraukan rasa takut).
The Bible Exposition Commentary: New Testament: “There is a boldness that is heroic, but there is also a boldness that is satanic” (= Ada keberanian yang bersifat pahlawan, tetapi juga ada keberanian yang bersifat setan).
Yang terakhir ini contohnya adalah keberanian dari Servetus, yang dihukum mati dengan dibakar pada jaman Calvin. Ada ahli sejarah yang mengatakan bahwa bukan karena kesesatannya Servetus dihukum mati, tetapi karena caranya yang begitu kurang ajar dalam menyampaikan kesesatannya dan serangannya yang begitu menghina terhadap kebenaran (doktrin Allah Tritunggal).
d) “sehingga tidak segan-segan menghujat kemuliaan”.
Kata ‘kemuliaan’ diterjemahkan bermacam-macam.
KJV: ‘dignities’ (= makhluk-makhluk yang bermartabat).
RSV: ‘the glorious ones’ (= makhluk-makhluk yang mulia).
NIV: ‘celestial beings’ (= makhluk-makhluk surgawi).
NASB: ‘angelic majesties’ (= keagungan malaikat).
Kata Yunani yang digunakan adalah DOXA, yang biasanya diterjemahkan ‘glory’ / ‘kemuliaan’. Ada 2 kelompok tafsiran tentang bagian ini:
1. Ini menunjuk kepada pemerintah (Calvin, Matthew Henry, Clarke, dan Barnes).
Barnes’ Notes: “The word rendered ‘dignities’ here, doxas, means properly honor, glory, splendor; then that which is fitted to inspire respect; that which is dignified or exalted. It is applied here to men of exalted rank; and the meaning is, that they did not regard rank, or station, or office - thus violating the plainest rules of propriety and of religion. ... It is one of the effects of religion to produce respect for superiors; but when men are self-willed, and when they purpose to give indulgence to corrupt propensities, it is natural for them to dislike all government” [= Kata yang diterjemahkan ‘orang-orang yang bermartabat’ di sini, DOXAS, secara tepat berarti ‘kehormatan’, ‘kemuliaan’, ‘kemegahan’; lalu hal yang cocok untuk membangkitkan rasa hormat; hal yang bermartabat atau ditinggikan. Di sini itu diterapkan kepada orang-orang yang berpangkat tinggi; dan artinya adalah, bahwa mereka tidak mempedulikan pangkat, atau posisi / kedudukan, atau jabatan - dengan demikian melanggar peraturan yang paling jelas tentang kepatutan dan agama. ... Merupakan salah satu akibat / hasil dari agama untuk menimbulkan rasa hormat terhadap atasan; tetapi pada waktu manusia itu menuruti kemauannya sendiri (semau gue), dan pada waktu mereka bermaksud untuk menuruti kecenderungan yang jahat, maka merupakan sesuatu yang wajar kalau mereka tidak menyenangi semua pemerintahan].
Hormat dan ketundukan terhadap atasan berlaku dalam keluarga, tempat kerja, sekolah, gereja, dan negara!
Bdk. Ro 13:1-2 - “(1) Tiap-tiap orang harus takluk kepada pemerintah yang di atasnya, sebab tidak ada pemerintah, yang tidak berasal dari Allah; dan pemerintah-pemerintah yang ada, ditetapkan oleh Allah. (2) Sebab itu barangsiapa melawan pemerintah, ia melawan ketetapan Allah dan siapa yang melakukannya, akan mendatangkan hukuman atas dirinya”.
Bandingkan dengan ajaran Saksi Yehuwa yang ‘anti pemerintah’ (yang mereka anggap dari setan) karena mereka hanya mengakui pemerintahan Yehuwa!
Berkenaan dengan C. T. Russell (pendiri dari Saksi Yehuwa) yang berulang kali menuntut orang-orang yang dianggap menjelek-jelekkan dirinya melalui pengadilan, Walter Martin memberikan komentar sebagai berikut: “... despite his protestations about earthly governments and laws being organizations of the devil, he was always the first to claim their protection when it was convenient for him to do so” (= ... sekalipun ia memberikan protes-protes tentang pemerintah-pemerintah dan hukum-hukum duniawi sebagai organisasi-organisasi dari setan, ia selalu adalah yang pertama-tama menuntut perlindungan mereka pada waktu itu merupakan sesuatu yang menyenangkan baginya untuk melakukannya) - ‘The Kingdom of the Cults’, hal 42.
2. Ini menunjuk kepada malaikat.
Ini terbagi lagi dalam 2 pandangan:
a. Yang dimaksudkan adalah malaikat-malaikat yang baik.
Vincent: “Dignities doxas. Literally, ‘glories.’ Compare Jude 8. Probably angelic powers: note the reference to the angels immediately following, as in Jude 9 to Michael. They defy the spiritual powers though knowing their might” (= Makhluk-makhluk yang bermartabat, DOXAS. Secara hurufiah, ‘kemuliaan-kemuliaan’. Bdk. Yudas 8. Mungkin kuasa-kuasa malaikat: perhatikan hubungan dengan malaikat-malaikat yang segera menyusul, seperti dalam Yudas 9 kepada Mikhael. Mereka menentang / menantang kuasa-kuasa rohani itu sekalipun mereka mengetahui kekuatan mereka).
Pulpit Commentary: “The next verse, however, makes it probable that the glory of the angels was the thought present to St. Peter’s mind. It may be that, as some false teachers had inculcated the worship of angels (Col 2:18), others had gone to the opposite extreme (comp. Jude 8)” [= Tetapi ayat selanjutnya membuatnya mungkin bahwa kemuliaan dari malaikat-malaikat yang merupakan pemikiran yang ada dalam pikiran Santo Petrus. Adalah mungkin bahwa, sebagaimana beberapa guru-guru palsu telah menanamkan penyembahan terhadap malaikat-malaikat (Kol 2:18), guru-guru palsu yang lain telah pergi ke extrim yang berlawanan (bdk. Yudas 8)].
Kol 2:18 - “Janganlah kamu biarkan kemenanganmu digagalkan oleh orang yang pura-pura merendahkan diri dan beribadah kepada malaikat, serta berkanjang pada penglihatan-penglihatan dan tanpa alasan membesar-besarkan diri oleh pikirannya yang duniawi”.
Yudas 8 - “Namun demikian orang-orang yang bermimpi-mimpian ini juga mencemarkan tubuh mereka dan menghina kekuasaan Allah serta menghujat semua yang mulia di sorga”.
Catatan: kata-kata ‘di sorga’ pada akhir dari Yudas 8 itu sebetulnya tidak ada. Jadi, tak ada kepastian bahwa Yudas 8 membicarakan malaikat-malaikat. Ayat ini juga menjadi bahan perdebatan tentang apakah yang dimaksudkan adalah pemerintah atau malaikat-malaikat.
b. Yang dimaksudkan adalah malaikat-malaikat yang jatuh / setan.
Bible Knowledge Commentary: “doxas, possibly fallen angels” (= DOXAS, mungkin malaikat-malaikat yang jatuh).
A. T. Robertson: “Perhaps these dignities (doxas) are angels (evil)” [= Mungkin makhluk-makhluk bermartabat ini (DOXAS) adalah malaikat-malaikat (yang jahat)].
e) “padahal malaikat-malaikat sendiri, yang sekalipun lebih kuat dan lebih berkuasa dari pada mereka, tidak memakai kata-kata hujat, kalau malaikat-malaikat menuntut hukuman atas mereka di hadapan Allah” (ay 11).
1. Kalau dilihat dari ayat ini kelihatannya lebih cocok kalau kata ‘kemuliaan’ (DOXAS) dalam ay 10 tadi menunjuk kepada ‘setan’, dan kata ‘mereka’ yang saya garis-bawahi itu (ay 11), juga menunjuk kepada ‘setan’. Tetapi pihak yang mengartikan bahwa kata ‘kemuliaan’ (DOXAS) dalam ay 10 tadi menunjuk kepada ‘pemerintah’, mempunyai penafsirannya sendiri tentang kata ‘mereka’ dalam ayat 11 ini. Ada 2 penafsiran:
a. Kata ‘mereka’ yang saya garis-bawahi itu tetap menunjuk kepada ‘pemerintah’.
Calvin: “when we consider the circumstances of the time, what is said applies very suitably to holy angels. For all the magistrates were then ungodly, and bloody enemies to the gospel. They must, therefore, have been hateful to angels, the guardians of the Church. He, however, says, that men deserving hatred and execration, were not condemned by them in order that they might shew respect to a power divinely appointed. While such moderation, he says, is shewn by angels, these men fearlessly give vent to impious and unbridled blasphemies” (= pada waktu kita mempertimbangkan keadaan dari jaman itu, apa yang dikatakan sangat cocok dengan malaikat-malaikat yang kudus. Karena semua pemerintah pada saat itu jahat, dan merupakan musuh yang haus darah dari injil. Karena itu, mereka pasti dibenci oleh malaikat-malaikat, penjaga-penjaga / pelindung-pelindung dari Gereja. Tetapi, ia berkata, bahwa orang-orang yang layak mendapat kebencian dan kejijikan, tidak mereka kecam supaya mereka bisa menunjukkan rasa hormat kepada suatu kuasa yang ditetapkan Allah. Sementara suatu tindakan moderat seperti itu, katanya, ditunjukkan oleh malaikat-malaikat, orang-orang ini dengan tanpa rasa takut melepaskan hujatan-hujatan yang jahat dan tak dikekang).
b. Kata ‘mereka’ yang saya garis-bawahi menunjuk kepada setan / malaikat-malaikat yang jatuh.
Adam Clarke: “This is a difficult verse, but the meaning seems to be this: The holy angels, who are represented as bringing an account of the actions of the fallen angels before the Lord in judgment, simply state the facts without exaggeration, and without permitting anything of a bitter, reviling, or railing spirit, to enter into their accusations. ... But these persons, not only speak of the actions of men which they conceive to be wrong, but do it with untrue colourings, and the greatest malevolence. Michael, the archangel, treated a damned spirit with courtesy; he only said, The Lord rebuke thee, Satan! but these treat the rulers of God’s appointment with disrespect and calumny” (= Ini merupakan ayat yang sukar, tetapi artinya kelihatannya adalah ini: Malaikat-malaikat yang kudus, yang digambarkan sebagai membawa cerita tentang tindakan-tindakan dari malaikat-malaikat yang jatuh di hadapan Tuhan dalam penghakiman, hanya menyatakan fakta-fakta tanpa melebih-lebihkan, dan tanpa mengijinkan apapun dari roh yang pahit, mencaci maki, atau menista / mecemooh, untuk masuk ke dalam tuduhan-tuduhan mereka. ... Tetapi orang-orang ini, bukan hanya berbicara tentang tindakan-tindakan dari orang-orang yang mereka anggap salah, tetapi melakukannya dengan pemberian warna / corak yang tidak benar, dan kedengkian yang terbesar. Mikhael, sang penghulu malaikat, memperlakukan seorang roh yang terkutuk dengan kesopanan; ia hanya berkata, Tuhan menghardik engkau, Iblis! tetapi orang-orang ini memperlakukan pemerintah-pemerintah yang ditetapkan oleh Allah dengan ketidak-hormatan dan fitnah).
Yudas 9 - “Tetapi penghulu malaikat, Mikhael, ketika dalam suatu perselisihan bertengkar dengan Iblis mengenai mayat Musa, tidak berani menghakimi Iblis itu dengan kata-kata hujatan, tetapi berkata: ‘Kiranya Tuhan menghardik engkau!’”.
NIV: ‘did not dare to bring a slanderous accusation against him’ (= tidak berani membawa tuduhan yang bersifat memfitnah terhadap dia).
Kata Yunani yang diterjemahkan ‘hujatan’ dalam Kitab Suci Indonesia dalam bahasa Yunani adalah BLASPHEMIAS, yang bisa berarti ‘hujatan’, tetapi juga bisa berarti ‘fitnahan’, ‘celaan’.
Kalau diartikan kita tidak boleh mencela / menyalahkan setan, bagi saya itu mustahil. Tetapi kalau diartikan kita tidak boleh memfitnah setan, maka itu jelas benar. Jadi, rasanya terjemahan NIV lebih bisa saya terima.
Sebetulnya kalau dilihat pengalimatan dari ay 10-11, maka rasanya aneh kalau kata ‘kemuliaan’ pada akhir ay 10 menunjuk kepada ‘pemerintah’, sedang kata ‘mereka’ pada ay 11 menunjuk kepada ‘setan’. Kelihatannya kedua hal itu seharusnya menunjuk pada satu hal yang sama.
Ay 10-11: “(10) terutama mereka yang menuruti hawa nafsunya karena ingin mencemarkan diri dan yang menghina pemerintahan Allah. Mereka begitu berani dan angkuh, sehingga tidak segan-segan menghujat kemuliaan, (11) padahal malaikat-malaikat sendiri, yang sekalipun lebih kuat dan lebih berkuasa dari pada mereka, tidak memakai kata-kata hujat, kalau malaikat-malaikat menuntut hukuman atas mereka di hadapan Allah”.
Juga bandingkan dengan Yudas 8-10 - “(8) Namun demikian orang-orang yang bermimpi-mimpian ini juga mencemarkan tubuh mereka dan menghina kekuasaan Allah serta menghujat semua yang mulia di sorga. (9) Tetapi penghulu malaikat, Mikhael, ketika dalam suatu perselisihan bertengkar dengan Iblis mengenai mayat Musa, tidak berani menghakimi Iblis itu dengan kata-kata hujatan, tetapi berkata: ‘Kiranya Tuhan menghardik engkau!’ (10) Akan tetapi mereka menghujat segala sesuatu yang tidak mereka ketahui dan justru apa yang mereka ketahui dengan nalurinya seperti binatang yang tidak berakal, itulah yang mengakibatkan kebinasaan mereka”.
Jadi, kalau dilihat dari surat Yudas, yang begitu mirip dengan 2Pet 2 ini, maka Yudas berbicara secara explicit tentang Iblis (Yudas 9). Tetapi kalau dalam 2Pet 2:11 Petrus berbicara tentang ‘malaikat-malaikat’ (bentuk jamak), maka dalam Yudas 9, Yudas hanya berbicara tentang Mikhael, sang penghulu malaikat.
Catatan: kata-kata yang saya coret dalam Yudas 8 itu sebetulnya tidak ada.
Barnes’ Notes: “‘Whereas angels.’ The object, by the reference to angels here, is to show that they, even when manifesting the greatest zeal in a righteous cause, and even when opposing others, did not make use of reproachful terms, or of harsh and violent language. ... we may suppose that, though Peter uses the plural term, and speaks of ‘angels,’ yet that he really had the case of Michael in his eye, and meant to refer to that as an example of what the angels do” (= ‘Sedangkan malaikat-malaikat’. Tujuan dari penunjukan kepada malaikat-malaikat di sini adalah untuk menunjukkan bahwa mereka, bahkan ketika menunjukkan semangat terbesar dalam perkara yang benar, dan bahkan pada waktu menentang orang-orang lain, tidak menggunakan istilah-istilah yang menghina, atau bahasa / kata-kata yang kasar dan keras. ... Kita bisa menganggap bahwa sekalipun Petrus menggunakan bentuk jamak, dan berbicara tentang ‘malaikat-malaikat’, tetapi ia sebetulnya mempunyai kasus Mikhael dalam pandangannya, dan bermaksud untuk menunjuk kepada hal itu sebagai suatu contoh dari apa yang malaikat-malaikat lakukan).
Barnes’ Notes (tentang Yudas 9): “Peter (2 Peter 2:2) made a GENERAL reference to angels as not bringing railing accusations against others before the Lord; but Jude refers to a particular case - the case of Michael when contending about the body of Moses” [= Petrus (2Pet 2:2) membuat suatu penunjukan umum kepada malaikat-malaikat sebagai tidak membawa tuduhan-tuduhan yang menista / mencerca terhadap orang-orang lain di hadapan Tuhan; tetapi Yudas menunjuk pada suatu kasus khusus - kasus Mikhael pada waktu bertengkar tentang tubuh / mayat Musa].
Catatan: ‘2Petrus 2:2’ itu salah cetak; seharusnya ‘2Pet 2:11’.
2. Kata-kata ‘Allah’ di akhir ay 11 dalam semua Kitab Suci bahasa Inggris dituliskan ‘Lord’ (= Tuhan). Saya tidak mengerti dari mana Kitab Suci Indonesia bisa menterjemahkan ‘Allah’.
Tetapi ini tidak memberikan pengertian yang terlalu berbeda.
Ay 11: “padahal malaikat-malaikat sendiri, yang sekalipun lebih kuat dan lebih berkuasa dari pada mereka, tidak memakai kata-kata hujat, kalau malaikat-malaikat menuntut hukuman atas mereka di hadapan Allah”.
II Petrus 2:1-22(8)
Ay 10-19: “(10) terutama mereka yang menuruti hawa nafsunya karena ingin mencemarkan diri dan yang menghina pemerintahan Allah. Mereka begitu berani dan angkuh, sehingga tidak segan-segan menghujat kemuliaan, (11) padahal malaikat-malaikat sendiri, yang sekalipun lebih kuat dan lebih berkuasa dari pada mereka, tidak memakai kata-kata hujat, kalau malaikat-malaikat menuntut hukuman atas mereka di hadapan Allah. (12) Tetapi mereka itu sama dengan hewan yang tidak berakal, sama dengan binatang yang hanya dilahirkan untuk ditangkap dan dimusnahkan. Mereka menghujat apa yang tidak mereka ketahui, sehingga oleh perbuatan mereka yang jahat mereka sendiri akan binasa seperti binatang liar, (13) dan akan mengalami nasib yang buruk sebagai upah kejahatan mereka. Berfoya-foya pada siang hari, mereka anggap kenikmatan. Mereka adalah kotoran dan noda, yang mabuk dalam hawa nafsu mereka kalau mereka duduk makan minum bersama-sama dengan kamu. (14) Mata mereka penuh nafsu zinah dan mereka tidak pernah jemu berbuat dosa. Mereka memikat orang-orang yang lemah. Hati mereka telah terlatih dalam keserakahan. Mereka adalah orang-orang yang terkutuk! (15) Oleh karena mereka telah meninggalkan jalan yang benar, maka tersesatlah mereka, lalu mengikuti jalan Bileam, anak Beor, yang suka menerima upah untuk perbuatan-perbuatan yang jahat. (16) Tetapi Bileam beroleh peringatan keras untuk kejahatannya, sebab keledai beban yang bisu berbicara dengan suara manusia dan mencegah kebebalan nabi itu. (17) Guru-guru palsu itu adalah seperti mata air yang kering, seperti kabut yang dihalaukan taufan; bagi mereka telah tersedia tempat dalam kegelapan yang paling dahsyat. (18) Sebab mereka mengucapkan kata-kata yang congkak dan hampa dan mempergunakan hawa nafsu cabul untuk memikat orang-orang yang baru saja melepaskan diri dari mereka yang hidup dalam kesesatan. (19) Mereka menjanjikan kemerdekaan kepada orang lain, padahal mereka sendiri adalah hamba-hamba kebinasaan, karena siapa yang dikalahkan orang, ia adalah hamba orang itu”.
2) “(12) Tetapi mereka itu sama dengan hewan yang tidak berakal, sama dengan binatang yang hanya dilahirkan untuk ditangkap dan dimusnahkan. Mereka menghujat apa yang tidak mereka ketahui, sehingga oleh perbuatan mereka yang jahat mereka sendiri akan binasa seperti binatang liar, (13) dan akan mengalami nasib yang buruk sebagai upah kejahatan mereka. Berfoya-foya pada siang hari, mereka anggap kenikmatan. Mereka adalah kotoran dan noda, yang mabuk dalam hawa nafsu mereka kalau mereka duduk makan minum bersama-sama dengan kamu” (ay 12-13).
a) “Tetapi mereka itu sama dengan hewan yang tidak berakal, sama dengan binatang yang hanya dilahirkan untuk ditangkap dan dimusnahkan” (ay 12a).
1. ‘sama dengan hewan yang tidak berakal’.
KJV: ‘as natural brute beasts’ (= seperti binatang-binatang tak berakal yang alamiah).
Manuscript-manuscript yang terbaik menempatkan kata Yunani yang diterjemahkan ‘natural’ di tempat yang berbeda dalam kalimat itu sehingga terjemahannya menjadi lain.
RSV: ‘like irrational animals, creatures of instinct’ (= seperti binatang-binatang tak berakal, makhluk-makhluk dari naluri).
NIV: ‘like brute beasts, creatures of instinct’ (= seperti binatang-binatang tak berakal, makhluk-makhluk dari naluri).
NASB: ‘like unreasoning animals, born as creatures of instinct’ (= seperti binatang-binatang tak berakal, dilahirkan sebagai makhluk-makhluk dari naluri).
Bible Knowledge Commentary: “‘Creatures of instinct’ translates the one Greek word physika, ‘belonging to nature.’” (= ‘Makhluk-makhluk dari naluri’ menterjemahkan satu kata Yunani PHUSIKA, ‘termasuk dalam alam’).
Bible Works 7 menterjemahkan PHUSIKA sebagai ‘natural’ (= alamiah).
The Bible Exposition Commentary: New Testament: “Animals have life, but they live purely by instinct. They lack the finer sensibilities that humans possess” (= Binatang-binatang mempunyai kehidupan, tetapi mereka hidup semata-mata oleh naluri. Mereka tidak mempunyai kapasitas kecerdasan dan moral yang lebih halus yang dimiliki manusia).
Alkitab memang berulangkali menyatakan binatang sebagai ‘tidak berakal / tidak mempunyai pengertian’.
Yudas 10 - “Akan tetapi mereka menghujat segala sesuatu yang tidak mereka ketahui dan justru apa yang mereka ketahui dengan nalurinya seperti binatang yang tidak berakal, itulah yang mengakibatkan kebinasaan mereka”.
Ayub 39:16-20 - “(16) Dengan riang sayap burung unta berkepak-kepak, tetapi apakah kepak dan bulu itu menaruh kasih sayang? (17) Sebab telurnya ditinggalkannya di tanah, dan dibiarkannya menjadi panas di dalam pasir, (18) tetapi lupa, bahwa telur itu dapat terpijak kaki, dan diinjak-injak oleh binatang-binatang liar. (19) Ia memperlakukan anak-anaknya dengan keras seolah-olah bukan anaknya sendiri; ia tidak peduli, kalau jerih payahnya sia-sia, (20) karena Allah tidak memberikannya hikmat, dan tidak membagikan pengertian kepadanya”. Catatan: dalam Kitab Suci Inggris Job 39:13-17.
Maz 32:9 - “Janganlah seperti kuda atau bagal yang tidak berakal, yang kegarangannya harus dikendalikan dengan tali les dan kekang, kalau tidak, ia tidak akan mendekati engkau”.
Maz 49:21 - “Manusia, yang dengan segala kegemilangannya tidak mempunyai pengertian, boleh disamakan dengan hewan yang dibinasakan”.
Maz 73:22 - “aku dungu dan tidak mengerti, seperti hewan aku di dekatMu”.
Karena itu binatang tidak bisa mengembangkan kemampuannya sendiri. Contoh:
· Ikan / katak dalam berenang. Bandingkan dengan manusia yang bisa berenang dalam bermacam-macam gaya yang mereka ciptakan sendiri.
· Harimau / singa dalam menangkap mangsa, yang selalu dengan cara-cara yang itu-itu saja. Bandingkan dengan manusia dalam berburu atau mencari nafkah, yang menggunakan cara-cara yang beraneka ragam dan makin lama makin canggih.
· Burung berkicau. Bandingkan dengan manusia dalam menyanyi yang bisa menggunakan suara 1, 2, 3, dan 4. Tidak ada burung-burung dimanapun yang bisa melakukan hal itu.
· Burung / binatang dalam membuat sarang. Bandingkan dengan manusia dalam membuat rumah yang begitu bervariasi.
· Binatang makanannya terus sama. Bandingkan dengan manusia dalam menciptakan bermacam-macam makanan.
Jadi, binatang dianggap hanya mempunyai naluri, bukan akal. Tetapi kalau saya menonton film-film tentang binatang, saya melihat binatang kelihatannya mempunyai akal, sekalipun jelas tidak sepandai manusia. Contoh:
¨ Singa dalam mengepung mangsa. Sekalipun memang tidak bisa memikirkan untuk membuat jebakan dsb, tetapi mereka jelas menggunakan taktik / strategi pada waktu mengepung mangsanya.
¨ Simpanse dalam menangkap kera lain yang lebih kecil, juga menggunakan taktik pengepungan yang hebat.
¨ Orca / Killer Whale juga menggunakan taktik dalam mencari mangsa, dan bahkan dalam membunuh hiu putih (great white shark) yang hampir sama besarnya dengan mereka. Hiu putih akan pingsan kalau ditaruh dalam posisi terbalik. Karena itu mereka menyerangnya sedemikian rupa sehingga hiu itu ada pada posisi terbalik, sehingga sama sekali tidak mampu melawan. Dari mana mereka tahu hal itu?
¨ Anjing yang digunakan untuk menggembalakan domba, atau menuntun orang buta, betul-betul kelihatannya punya akal!
¨ Burung bisa menggunakan batu untuk dipukulkan pada telur yang keras untuk memecahkannya, sehingga bisa memakan isinya.
¨ Kera bisa menggunakan alat dalam mencari makan, misalnya menggunakan ranting kecil untuk memancing semut dalam lubang. Semut-semut itu merambat pada ranting, lalu ditarik dan dimakan.
¨ Yang paling luar biasa yang pernah saya saksikan adalah sejenis burung gagak, yang memancing ulat dalam sebuah lubang. Ia menggunakan ranting yang kecil, untuk ‘memancing’ ulat itu, tetapi dengan menggunakan paruhnya ia membentuk lebih dulu ujung ranting itu, sehingga ujung ranting itu menjadi seperti kait. Dengan dengan ranting berujung kait itu, ia memancing ulat itu, dan ia berhasil!
Mungkin ada yang mengatakan bahwa binatang-binatang yang melakukan hal-hal di atas ini hanya meniru dari pendahulu-pendahulu mereka. Tetapi binatang pertama yang melakukannya belajar dari siapa?
Jadi, dari semua ini saya tidak tahu apakah memang kata-kata ‘tidak berakal’ yang digunakan Alkitab bagi binatang itu harus diartikan apa adanya, atau harus sekedar diartikan bahwa mereka tidak sepandai manusia. Tetapi kelihatannya para penafsir menganggap binatang memang tidak punya akal.
Satu hal yang saya kira harus diperhitungkan adalah: pada jaman Alkitab ditulis tidak ada orang yang tahu tentang binatang-binatang ‘pintar’ yang saya ceritakan di atas. Dan Alkitab memang sering ditulis bukan berdasarkan fakta, tetapi berdasarkan pengertian orang pada saat itu, atau berdasarkan kelihatannya oleh orang-orang pada jaman itu.
2. Nabi-nabi palsu itu seperti binatang yang tak berakal.
Adam Clarke: “As those natural animals void of reason, following only the gross instinct of nature, being governed neither by reason nor religion” (= Seperti binatang-binatang alamiah itu tidak mempunyai akal, hanya mengikuti naluri yang kasar dari alam, tidak dipimpin baik oleh akal maupun oleh agama).
Adam Clarke (tentang Yudas 10): “Like the irrational animals; but, in the indulgence of their animal propensities, they corrupt themselves, beyond the example of the brute beasts. A fearful description; and true of many in the present day” (= Seperti binatang-binatang yang tidak berakal; tetapi, dalam pemuasan dari kecenderungan binatang mereka, mereka merusak diri mereka sendiri lebih dari contoh / teladan dari binatang yang tak berakal. Suatu penggambaran yang menakutkan; dan benar tentang banyak orang pada jaman sekarang ini).
Bible Knowledge Commentary: “The false teachers of the first century were like ‘brute beasts.’ They operated from instinct, which was locked into their sin nature, rather than from rational choice. ... They followed their natural desires” (= Guru-guru palsu dari abad pertama adalah seperti ‘binatang-binatang yang tidak berakal’. Mereka beroperasi dari naluri, yang dikunci / dikurung dalam sifat alamiah mereka, dari pada dari pemilihan yang rasionil. ... Mereka mengikuti keinginan-keinginan alamiah mereka).
The Biblical Illustrator (New Testament): “Such is the power of sin, it can transform men into beast. While idolaters turn beasts into gods, they turn themselves into beasts” (= Demikianlah kuasa dari dosa, itu bisa mengubah manusia menjadi binatang. Sementara penyembah-penyembah berhala mengubah binatang-binatang menjadi dewa-dewa / allah-allah, mereka mengubah diri mereka sendiri menjadi binatang-binatang).
Barnes’ Notes: “The word rendered ‘brute,’ means without reason; irrational. Man has reason, and should allow it to control his passions; the brutes have no rational nature, and it is to be expected that they will act out their propensities without restraint. Man, as an animal, has many passions and appetites resembling those of the brute creation, but he is also endowed with a higher nature, which is designed to regulate and control his inferior propensities, and to keep them in subordination to the requirements of law. If a man sinks himself to the level of brutes, he must expect to be treated like brutes” (= Kata yang diterjemahkan ‘brute’, berarti ‘tanpa akal’. Manusia mempunyai akal, dan harus mengijinkan akal itu untuk mengendalikan nafsu-nafsunya; binatang-binatang yang tak berakal tidak mempunyai sifat rasionil, dan diharapkan bahwa mereka akan melakukan kecenderungan mereka tanpa pengekangan. Manusia, seperti binatang, mempunyai banyak nafsu-nafsu dan keinginan-keinginan yang menyerupai nafsu dan keinginan dari ciptaan yang tak berakal, tetapi ia juga diberkati dengan suatu sifat yang lebih tinggi, yang dirancang untuk mengatur dan mengendalikan kecenderungannya yang lebih rendah, dan untuk menjaganya dalam ketundukan kepada tuntutan-tuntutan dari hukum / hukum Taurat. Jika seseorang menurunkan dirinya sendiri ke tingkatan binatang yang tak berakal, ia harus mengharapkan untuk diperlakukan seperti binatang yang tidak berakal).
Penerapan: semua keinginan / nafsu yang alamiah, seperti nafsu makan, sex, keinginan untuk tidur, untuk relax, untuk jalan-jalan / piknik, untuk rekreasi, untuk nonton TV, atau bahkan untuk membeli barang-barang yang kita senangi, harus dicek dengan pikiran (yang dikuasai Firman Tuhan). Kalau semua itu dituruti begitu saja tanpa pengendalian, maka itu menjadikan saudara binatang yang tidak berakal. Ingat bahwa hal ke 9 dari buah Roh adalah ‘penguasaan diri’ (Gal 5:23).
3. Apakah Tuhan menciptakan binatang memang hanya untuk ditangkap dan dimusnahkan?
Bdk. ay 12a: “Tetapi mereka itu sama dengan hewan yang tidak berakal, sama dengan binatang yang hanya dilahirkan untuk ditangkap dan dimusnahkan”.
Barnes’ Notes: “We are not to suppose that this teaches that the only object which GOD had in view in making wild animals was that they MIGHT BE destroyed; but that people so regard them” (= Kita tidak boleh beranggapan bahwa ini mengajar bahwa satu-satunya tujuan yang Allah punyai dalam membuat binatang-binatang liar adalah supaya mereka bisa dibinasakan; tetapi bahwa orang-orang mempunyai anggapan demikian tentang binatang-binatang itu).
Jadi, jelas bahwa manusia tidak boleh membunuhi binatang-binatang dengan semena-mena. Binatang hanya boleh dibunuh untuk dimakan, atau kalau membahayakan / menyebarkan penyakit / merugikan / mengganggu.
Berkenaan dengan boleh tidaknya binatang dimakan, memang pada jaman Adam dan Hawa, memakan binatang tidak diijinkan.
Kej 1:29 - “Berfirmanlah Allah: ‘Lihatlah, Aku memberikan kepadamu segala tumbuh-tumbuhan yang berbiji di seluruh bumi dan segala pohon-pohonan yang buahnya berbiji; itulah akan menjadi makananmu”.
Ayat ini sering dipakai oleh orang-orang yang termasuk dalam kelompok vegetarian, untuk mendesak orang Kristen untuk tidak memakan binatang. Tetapi menyoroti hanya satu ayat, tanpa mempedulikan ayat-ayat yang lain seperti ini, adalah salah. Setelah air bah jaman Nuh, maka Tuhan mengijinkan manusia untuk memakan binatang.
Kej 9:3 - “Segala yang bergerak, yang hidup, akan menjadi makananmu. Aku telah memberikan semuanya itu kepadamu seperti juga tumbuh-tumbuhan hijau”.
Memang ada perkecualian, yaitu binatang-binatang yang tidak boleh dimakan, yang daftarnya ada dalam Im 11, tetapi semua ini sudah dihapuskan pada jaman Perjanjian Baru (Kis 10 dsb). Jadi, pada jaman sekarang, semua binatang boleh dimakan. Semua alasan yang melarang orang memakan binatang, seperti ‘kasihan, mereka juga makhluk hidup yang punya hak untuk hidup’, dsb, tidak Alkitabiah!
b) “(12b) Mereka menghujat apa yang tidak mereka ketahui, sehingga oleh perbuatan mereka yang jahat mereka sendiri akan binasa seperti binatang liar, (13a) dan akan mengalami nasib yang buruk sebagai upah kejahatan mereka”.
Barnes’ Notes: “‘Speak evil of the things that they understand not.’ Of objects whose worth and value they cannot appreciate. This is no uncommon thing among people, especially in regard to the works and ways of God” (= ‘Berbicara jahat tentang hal-hal yang tidak mereka mengerti’. Tentang obyek-obyek yang harga dan nilainya tidak bisa mereka hargai. Ini bukan sesuatu yang tidak umum di antara orang-orang, khususnya berkenaan dengan pekerjaan-pekerjaan dan jalan-jalan Allah).
Ini memang banyak terjadi, misalnya pada saat orang-orang berkata: kalau Allah itu memang ada dan Allah itu adil, mengapa ada banyak penindasan yang Ia biarkan terjadi dalam dunia ini? Kalau Allah itu ada dan suci, mengapa ada banyak dosa dalam dunia ini?
Barnes’ Notes: “‘And shall receive the reward of unrighteousness.’ The appropriate recompense of their wickedness in the future world. Such people do not always receive the due recompense of their deeds in the present life; and as it is a great and immutable principle that all will be treated, under the government of God, as they deserve, or that justice will be rendered to every rational being, it follows that there must be punishment in the future state” [= ‘Dan akan menerima upah dari ketidak-benaran’ (dari KJV). Pembalasan / imbalan yang cocok dari kejahatan mereka dalam dunia yang akan datang. Orang-orang seperti itu tidak selalu menerima pembalasan / imbalan yang seharusnya dari tindakan-tindakan mereka dalam kehidupan sekarang ini; dan karena merupakan suatu prinsip yang besar / agung dan kekal bahwa semua orang akan diperlakukan, di bawah pemerintahan dari Allah, sebagaimana yang mereka layak dapatkan, atau bahwa keadilan akan diberikan kepada setiap makhluk rasionil, maka akibatnya harus ada penghukuman dalam keadaan yang akan datang].
Penerapan: kalau dalam hidup ini kita melihat ada banyak ketidak-adilan, seperti orang-orang yang korupsi yang tidak ditindak, orang-orang yang dengan kekayaan dan kekuasaan bisa memutar-balikkan keadilan, orang-orang yang membakar / merusak gereja bisa bebas, bonek-bonek bisa berbuat apa saja tanpa hukuman, dsb, maka perlu kita renungkan bahwa pengadilan akhir jaman memang belum dilaksanakan. Karena itu kita tak perlu heran dengan adanya banyak ketidak-adilan seperti itu. Tetapi pengadilan akhir jaman itu akan terjadi, dan baru pada saat itu, keadilan akan betul-betul ditegakkan!
Karena itu kalau saudara sendiri adalah orang-orang yang melakukan kejahatan tanpa dihukum, jangan merasa aman, tetapi sebaliknya, bertobatlah sebelum penghakiman dan hukuman itu tiba. Dan kalau saudara adalah orang-orang yang ditindas secara tidak adil, dan saudara jengkel melihat orang-orang brengsek yang terus enak, jangan berhenti mempercayai keadilan Allah. Lambat atau cepat, penghakiman Allah dan keadilanNya itu akan datang!
The Bible Exposition Commentary: New Testament: “So with these apostates: they make a lot of noise about things they know nothing about! ... Whenever her pupils were noisy in class, one of my teachers used to say, ‘Empty barrels make the most noise!’ And so they do!” (= Demikianlah dengan orang-orang murtad ini: mereka membuat banyak keributan / suara tentang hal-hal yang sama sekali tidak mereka ketahui! ... Kapanpun murid-muridnya ribut di kelas, salah satu dari guru-guru saya biasa berkata, ‘Gentong kosong berbunyi paling nyaring!’ Dan demikianlah mereka!).
Hati-hati untuk tidak mengextrimkan kata-kata di atas ini. Kalau semua orang yang mempunyai pengertian yang benar diam / tutup mulut, sedangkan orang-orang bodoh dan sesat berani buka mulut, bayangkan kemana dunia dan gereja akan berjalan? Jadi, adalah suatu keharusan bagi orang-orang yang berkepala penuh (betul-betul mempunyai pengertian yang benar), untuk berani menjadi orang-orang yang vokal / berani menyatakan kebenaran!
The Bible Exposition Commentary: New Testament: “It is sad when the media concentrates on the ‘big mouths’ of the false teachers instead of the ‘still small voice’ of the Lord as He ministers through those who are true to Him. It is sadder still when innocent people become fascinated by these ‘great swelling words of vanity’ (2 Peter 2:18) and cannot discern between truth and propaganda. The truth of the Word of God leads to salvation, but the arrogant words of the apostates lead only to condemnation” [= Merupakan sesuatu yang menyedihkan pada waktu media berkonsentrasi pada ‘mulut-mulut besar’ dari guru-guru palsu itu dan bukannya pada ‘suara kecil yang tenang’ dari Tuhan pada waktu Ia melayani melalui mereka yang adalah benar bagiNya. Lebih menyedihkan lagi pada waktu orang-orang yang tidak bersalah menjadi terpesona oleh ‘kata-kata sombong yang sia-sia’ ini (2Petrus 2:18) dan tidak bisa membedakan antara kebenaran dan propaganda. Kebenaran dari Firman Allah membimbing kepada keselamatan, tetapi kata-kata sombong dari orang-orang murtad itu hanya membimbing kepada penghukuman].
2Petrus 2:18 - “Sebab mereka mengucapkan kata-kata yang congkak dan hampa dan mempergunakan hawa nafsu cabul untuk memikat orang-orang yang baru saja melepaskan diri dari mereka yang hidup dalam kesesatan”.
Catatan: saya tidak setuju kalau orang-orang yang tidak bisa membedakan kebenaran dan propaganda ini disebut sebagai ‘innocent’ (= tidak bersalah), kecuali mereka adalah orang yang baru bertobat. Kalau sudah lama bertobat tetap seperti itu, mereka bersalah, karena hal seperti itu hanya bisa terjadi kalau mereka tidak belajar Firman Tuhan!
c) “Berfoya-foya pada siang hari, mereka anggap kenikmatan” (ay 13b).
1. ‘Berfoya-foya pada siang hari’.
Kelihatannya ada beberapa penafsiran tentang kata-kata ‘pada siang hari’, tetapi Pulpit Commentary menganggap terjemahan ini yang benar.
Pulpit Commentary: “As they that count it pleasure to riot in the daytime; ... The words e)n h)me/ra cannot, with some ancient interpreters, be taken as equivalent to maq h(me/ran, daily (Luke 16:19). Many commentators, as Huther and Alford, translate ‘delicate living for a day’ - enjoyment which is temporal and short-lived. But when we compare 1 Thess 5:7, ‘They that are drunken are drunken in the night,’ and St. Peter’s own words in Acts 2:15, it seems more probable that the apostle means to describe these false teachers as worse than ordinary men of pleasure. They reserve the night for their feasting; these men spend the day in luxury” [= Karena mereka menganggapnya kenikmatan untuk memuaskan diri tanpa pengekangan pada siang hari; ... Kata-kata e)n h)me/ra (EN HEMERA) tidak bisa, bersama dengan sebagian penafsir-penafsir kuno, diartikan sebagai sama dengan maq h(me/ran (Math Hemeran), ‘setiap hari / sehari-hari’ (Luk 16:19). Banyak penafsir, seperti Huther dan Alford, menterjemahkan ‘hidup menyenangkan untuk satu hari’ - penikmatan yang sementara dan berlangsung singkat. Tetapi pada waktu kita membandingkan 1Tes 5:7, ‘mereka yang mabuk, mabuk waktu malam’, dan kata-kata Santo Petrus sendiri dalam Kis 2:15, kelihatannya lebih memungkinkan bahwa sang rasul memaksudkan untuk menggambarkan guru-guru palsu ini sebagai lebih buruk dari pada orang-orang biasa tentang kenikmatan. Mereka menyimpan malam hari untuk pesta mereka; orang-orang ini menghabiskan siang hari dalam kemewahan].
Luk 16:19 - “‘Ada seorang kaya yang selalu berpakaian jubah ungu dan kain halus, dan setiap hari ia bersukaria dalam kemewahan”.
1Tes 5:7 - “Sebab mereka yang tidur, tidur waktu malam dan mereka yang mabuk, mabuk waktu malam”.
Kis 2:15 - “Orang-orang ini tidak mabuk seperti yang kamu sangka, karena hari baru pukul sembilan”.
2. ‘mereka anggap kenikmatan’.
Calvin: “‘Count it pleasure.’ As though he had said, ‘They place their happiness in their present enjoyments.’ We know that men excel brute animals in this, that they extend their thoughts much farther. It is, then, a base thing in man to be occupied only with present things. Here he reminds us that our minds ought to be freed from the gratifications of the flesh, except we wish to be reduced to the state of beasts” (= ‘Menganggapnya kesenangan / kenikmatan’. Seakan-akan ia mengatakan, ‘Mereka menempatkan kebahagiaan mereka dalam penikmatan mereka sekarang ini’. Kita tahu bahwa manusia lebih unggul dari binatang-binatang yang tak berakal dalam hal ini, yaitu mereka meluaskan pikiran mereka jauh lebih luas / jauh. Maka, merupakan suatu hal yang jelek / hina dalam diri manusia untuk sibuk / diisi hanya dengan hal-hal sekarang ini. Di sini ia mengingatkan kita bahwa pikiran kita harus dibebaskan dari pemuasan daging, kecuali kita ingin direndahkan sampai pada keadaan dari binatang-binatang).
d) “Mereka adalah kotoran dan noda, yang mabuk dalam hawa nafsu mereka kalau mereka duduk makan minum bersama-sama dengan kamu” (ay 13c).
KJV: ‘Spots they are and blemishes, sporting themselves with their own deceivings while they feast with you’ (= Mereka adalah noda dan cacat / cela, menyenangkan diri mereka sendiri dengan penipuan mereka sendiri sementara mereka berpesta dengan kamu).
RSV: ‘They are blots and blemishes, reveling in their dissipation, carousing with you’ (= Mereka adalah noda dan cacat / cela, bersukaria dalam pemborosan mereka, bermabuk-mabukan dengan kamu).
NIV: ‘They are blots and blemishes, reveling in their pleasures while they feast with you’ (= Mereka adalah noda dan cacat / cela, bersukaria dalam kesenangan-kesenangan mereka sementara mereka berpesta dengan kamu).
NASB: ‘They are stains and blemishes, reveling in their deceptions, as they carouse with you’ (= Mereka adalah noda dan cacat / cela, bersukaria dalam penipuan mereka, pada waktu mereka bermabuk-mabukan dengan kamu).
Saya membahas bagian ini menurut terjemahan KJV.
1. ‘sporting themselves’ (= menyenangkan diri mereka sendiri).
Barnes’ Notes: “‘Sporting themselves.’ The Greek word here means to live delicately or luxuriously; to revel. The idea is not exactly that of sporting, or playing, or amusing themselves; but it is that they take advantage of their views to live in riot and luxury” (= ‘Menyenangkan diri mereka sendiri’. Kata Yunaninya di sini berarti ‘hidup dengan bersenang-senang atau dengan mewah; bersukaria / berfoya-foya’. Gagasannya bukanlah bersenang-senang, atau bermain, atau menghibur diri sendiri; tetapi bahwa mereka mengambil keuntungan dari pandangan-pandangan mereka untuk hidup dalam pemuasan diri tanpa pengekangan dan dalam kemewahan).
2. ‘with their own deceivings’ (= dengan penipuan mereka sendiri).
Adam Clarke: “‘With their own deceivings.’ En tais apatais. But instead of this, AB, and almost all the versions and several of the fathers, have en tais agapais, ‘in your love feasts,’ which is probably the true reading” (= ‘Dengan penipuan mereka sendiri’. En tais apatais. Tetapi bukannya mempunyai ini, AB, dan hampir semua versi dan beberapa dari bapa-bapa gereja, mempunyai en tais agapais, ‘dalam pesta / perjamuan kasihmu’, yang mungkin merupakan pembacaan yang benar).
Bruce Metzger, berbeda dengan Clarke, lebih memilih pembacaan APATAIS. Menurut dia, ini mempunyai dukungan manuscript-manuscript jauh lebih kuat, dan penyalin mungkin mengubah Agapais menjadi apatais untuk menyesuaikan dengan surat Yudas, tetapi mungkin sekali Petrus memang mau mengatakan sesuatu yang berbeda dengan yang Yudas katakan di tempat ini. Albert Barnes, sama dengan Bruce Metzger, juga memilih APATAIS.
Barnes’ Notes: “‘With their own deceivings.’ Jude, in the parallel place, (Jude 12), has, ‘These are spots in your feasts of charity, when they feast with you.’ Several versions, and a few manuscripts also, here read ‘feasts’ instead of ‘deceivings,’ agapais for apatais. The common reading, however, is undoubtedly the correct one, ... and the meaning is, that they took advantage of their false views to turn even the sacred feasts of charity, or perhaps the Lord’s Supper itself, into an occasion of sensual indulgence. Compare the notes at 1 Cor 11:20-22. The difference between these persons, and those in the church at Corinth, seems to have been that these did it at design, and for the purpose of leading others into sin; those who were in the church at Corinth erred through ignorance” [= ‘Dengan penipuan-penipuan mereka’. Yudas, di tempat yang paralel, (Yudas 12), mempunyai ‘Mereka inilah noda dalam perjamuan kasihmu, pada waktu mereka berpesta dengan kamu’. Beberapa versi, dan juga sedikit manuscript, di sini membaca ‘pesta-pesta’ dan bukannya ‘penipuan-penipuan’, AGAPAIS untuk APATAIS. Tetapi pembacaan yang umum (KJV), tak diragukan merupakan pembacaan yang benar, ... dan artinya adalah, bahwa mereka mengambil keuntungan dari pandangan-pandangan palsu mereka untuk membelokkan / mengubah bahkan pesta-pesta kasih / perjamuan kasih yang kudus, atau mungkin Perjamuan Kudus itu sendiri, menjadi suatu saat / kesempatan untuk pemuasan keinginan daging. Bandingkan dengan catatan pada 1Kor 11:20-22. Perbedaan antara orang-orang ini, dan mereka yang di Korintus, kelihatannya adalah bahwa orang-orang ini melakukannya dengan terencana, dan untuk tujuan membimbing orang-orang lain ke dalam dosa; mereka yang ada di gereja di Korintus bersalah melalui ketidak-tahuan].
Catatan: dalam Yudas 12 versi Kitab Suci Indonesia ada kata-kata yang kurang, sehingga berbeda dengan KJV (perhatikan kata-kata yang saya beri garis bawah ganda dalam terjemahan KJV di bawah). Kata-kata itu juga ada dalam terjemahan NASB/ASV/NKJV, tetapi tidak ada dalam RSV/NIV.
Yudas 12a - “Mereka inilah noda dalam perjamuan kasihmu, di mana mereka tidak malu-malu melahap dan hanya mementingkan dirinya sendiri”.
KJV: ‘These are spots in your feasts of charity, when they feast with you, feeding themselves without fear’ (= Mereka adalah noda dalam perjamuan kasihmu, pada waktu mereka berpesta dengan kamu, memberi makan diri mereka sendiri tanpa takut).
1Kor 11:20-22 - “(20) Apabila kamu berkumpul, kamu bukanlah berkumpul untuk makan perjamuan Tuhan. (21) Sebab pada perjamuan itu tiap-tiap orang memakan dahulu makanannya sendiri, sehingga yang seorang lapar dan yang lain mabuk. (22) Apakah kamu tidak mempunyai rumah sendiri untuk makan dan minum? Atau maukah kamu menghinakan Jemaat Allah dan memalukan orang-orang yang tidak mempunyai apa-apa? Apakah yang kukatakan kepada kamu? Memuji kamu? Dalam hal ini aku tidak memuji”.
3. ‘while they feast with you’ (= sementara mereka berpesta dengan kamu).
Barnes’ Notes: “‘While they feast with you.’ suneuoochoumenoi. This word means to feast several together; to feast with anyone; and the reference seems to be to some festival which was celebrated by Christians, where men and women were assembled together, (2 Peter 2:14), and where they could convert the festival into a scene of riot and disorder. If the Lord’s Supper was celebrated by them as it was at Corinth, that would furnish such an occasion; or if it was preceded by a ‘feast of charity’ (notes, Jude 12), that would furnish such an occasion. It would seem to be probable that a festival of some kind was connected with the observance of the Lord’s Supper (notes, 1 Cor 11:21), and that this was converted by these persons into a scene of riot and disorder” [= ‘sementara mereka berpesta dengan kamu’. suneuoKhoumenoi. Kata ini berarti berpesta bersama beberapa orang; berpesta dengan siapapun; dan kelihatannya ini menunjuk pada pesta yang dirayakan oleh orang-orang Kristen, dimana orang laki-laki dan perempuan dikumpulkan bersama-sama, (2Pet 2:14), dan dimana mereka bisa mengubah pesta itu menjadi suasana kerusuhan dan kekacauan. Jika Perjamuan Kudus dirayakan oleh mereka seperti di Korintus, itu akan menyediakan kesempatan seperti itu; atau jika Perjamuan Kudus itu didahului oleh ‘perjamuan kasih’ (catatan, Yudas 12), itu akan menyediakan kesempatan seperti itu. Kelihatannya mungkin bahwa suatu jenis pesta tertentu dihubungkan dengan peringatan dari Perjamuan Kudus (catatan, 1Kor 11:21), dan bahwa ini diubahkan oleh orang-orang ini menjadi suatu suasana kerusuhan dan kekacauan].
Yudas 12a - “Mereka inilah noda dalam perjamuan kasihmu, di mana mereka tidak malu-malu melahap dan hanya mementingkan dirinya sendiri”.
1Kor 11:20-22 - “(20) Apabila kamu berkumpul, kamu bukanlah berkumpul untuk makan perjamuan Tuhan. (21) Sebab pada perjamuan itu tiap-tiap orang memakan dahulu makanannya sendiri, sehingga yang seorang lapar dan yang lain mabuk. (22) Apakah kamu tidak mempunyai rumah sendiri untuk makan dan minum? Atau maukah kamu menghinakan Jemaat Allah dan memalukan orang-orang yang tidak mempunyai apa-apa? Apakah yang kukatakan kepada kamu? Memuji kamu? Dalam hal ini aku tidak memuji”.
Thomas Manton (tentang Yudas 12):
· “it is an odious filthiness to make religion serve our bellies, and to turn charity into luxury” (= merupakan suatu kekotoran yang menjijikkan kalau kita membuat agama melayani perut kita, dan kalau kita mengubah kasih menjadi kemewahan).
· “When men aim at nothing but their own ease and pleasure, they set the belly in God’s stead” (= Pada waktu orang hanya mengincar kesenangan dan kenikmatan mereka sendiri, mereka meletakkan perut sebagai pengganti Allah).
Bandingkan kata-kata Manton ini dengan 2 ayat di bawah ini:
¨ Ro 16:18 - “sebab orang-orang demikian tidak melayani Kristus, Tuhan kita, tetapi melayani perut mereka sendiri”.
¨ Fil 3:19 - “Tuhan mereka ialah perut mereka”.
4. ‘Spots they are and blemishes’ (= Mereka adalah noda dan cacat / cela).
The Bible Exposition Commentary: New Testament: “Instead of bringing blessing to the fellowship, these false teachers were ‘spots’ and ‘blemishes’ that defiled the assembly. Somehow their behavior at the feasts defiled others and brought disgrace to the name of the Lord. ... Certainly our churches need to exercise authority and practice discipline. Christian love does not mean that we tolerate every false doctrine and every so-called ‘lifestyle.’ The Bible makes it clear that some things are right and some things are wrong. No Christian whose belief and behavior are contrary to the Word of God should be permitted to share in the Lord’s Supper or to have a spiritual ministry in the church. His defiling influence may not be seen immediately, but ultimately it will create serious problems” (= Bukannya membawa berkat kepada persekutuan, guru-guru palsu ini adalah ‘noda’ dan ‘cacat / cela’ yang menodai / mengotori persekutuan itu. Entah bagaimana kelakuan mereka pada pesta itu menodai orang-orang lain dan memalukan nama Tuhan. ... Pastilah gereja-gereja kita perlu untuk menjalankan otoritas dan mempraktekkan disiplin. Kasih Kristen tidak berarti bahwa kita menoleransi setiap ajaran palsu dan setiap dari apa yang disebut ‘gaya hidup’. Alkitab membuat jelas bahwa beberapa hal adalah benar dan beberapa hal adalah salah. Tak ada orang Kristen yang kepercayaan dan kelakuannya bertentangan dengan Firman Allah yang boleh diijinkan untuk ambil bagian dalam Perjamuan Kudus atau untuk mempunyai suatu pelayanan rohani dalam gereja. Pengaruhnya yang menodai bisa tidak kelihatan dengan segera, tetapi pada akhirnya itu akan menimbulkan problem yang serius).
II Petrus 2:1-22(9)
Ay 10-19: “(10) terutama mereka yang menuruti hawa nafsunya karena ingin mencemarkan diri dan yang menghina pemerintahan Allah. Mereka begitu berani dan angkuh, sehingga tidak segan-segan menghujat kemuliaan, (11) padahal malaikat-malaikat sendiri, yang sekalipun lebih kuat dan lebih berkuasa dari pada mereka, tidak memakai kata-kata hujat, kalau malaikat-malaikat menuntut hukuman atas mereka di hadapan Allah. (12) Tetapi mereka itu sama dengan hewan yang tidak berakal, sama dengan binatang yang hanya dilahirkan untuk ditangkap dan dimusnahkan. Mereka menghujat apa yang tidak mereka ketahui, sehingga oleh perbuatan mereka yang jahat mereka sendiri akan binasa seperti binatang liar, (13) dan akan mengalami nasib yang buruk sebagai upah kejahatan mereka. Berfoya-foya pada siang hari, mereka anggap kenikmatan. Mereka adalah kotoran dan noda, yang mabuk dalam hawa nafsu mereka kalau mereka duduk makan minum bersama-sama dengan kamu. (14) Mata mereka penuh nafsu zinah dan mereka tidak pernah jemu berbuat dosa. Mereka memikat orang-orang yang lemah. Hati mereka telah terlatih dalam keserakahan. Mereka adalah orang-orang yang terkutuk! (15) Oleh karena mereka telah meninggalkan jalan yang benar, maka tersesatlah mereka, lalu mengikuti jalan Bileam, anak Beor, yang suka menerima upah untuk perbuatan-perbuatan yang jahat. (16) Tetapi Bileam beroleh peringatan keras untuk kejahatannya, sebab keledai beban yang bisu berbicara dengan suara manusia dan mencegah kebebalan nabi itu. (17) Guru-guru palsu itu adalah seperti mata air yang kering, seperti kabut yang dihalaukan taufan; bagi mereka telah tersedia tempat dalam kegelapan yang paling dahsyat. (18) Sebab mereka mengucapkan kata-kata yang congkak dan hampa dan mempergunakan hawa nafsu cabul untuk memikat orang-orang yang baru saja melepaskan diri dari mereka yang hidup dalam kesesatan. (19) Mereka menjanjikan kemerdekaan kepada orang lain, padahal mereka sendiri adalah hamba-hamba kebinasaan, karena siapa yang dikalahkan orang, ia adalah hamba orang itu”.
3) “Mata mereka penuh nafsu zinah dan mereka tidak pernah jemu berbuat dosa. Mereka memikat orang-orang yang lemah. Hati mereka telah terlatih dalam keserakahan. Mereka adalah orang-orang yang terkutuk!” (ay 14).
a) “Mata mereka penuh nafsu zinah dan mereka tidak pernah jemu berbuat dosa”.
KJV: ‘Having eyes full of adultery, and that cannot cease from sin’ (= Mempunyai mata yang penuh dengan perzinahan, dan yang tidak bisa berhenti dari dosa).
Barnes’ Notes: “‘Having eyes full of adultery.’ Margin, as in the Greek, ‘an adulteress;’ that is, gazing with desire after such persons. The word ‘full’ is designed to denote that the corrupt passion referred to had wholly seized and occupied their minds. The eye was, as it were, full of this passion; it saw nothing else but some occasion for its indulgence; it expressed nothing else but the desire. The reference here is to the sacred festival mentioned in the previous verse; and the meaning is, that they celebrated that festival with licentious feelings, giving free indulgence to their corrupt desires by gazing on the females who were assembled with them. In the passion here referred to, the ‘eye’ is usually the first offender, the inlet to corrupt desires, and the medium by which they are expressed. ... The wanton glance is a principal occasion of exciting the sin; and there is much often in dress, and mien, and gesture, to charm the eye and to deepen the debasing passion. ‘And that cannot cease from sin.’ They cannot look on the females who may be present without sinning. Compare Matt 5:28. There are many men in whom the presence of the most virtuous woman only excites impure and corrupt desires. The expression here does not mean that they have no natural ability to cease from sin, or that they are impelled to it by any physical necessity, but only that they are so corrupt and unprincipled that they certainly will sin always” (= ‘Mempunyai mata yang penuh dengan perzinahan’. Catatan tepi, seperti dalam bahasa Yunani, ‘seorang pezinah perempuan’; artinya, memandang dengan keinginan terhadap orang-orang seperti itu. Kata ‘penuh’ dirancang untuk menunjukkan bahwa nafsu yang jahat itu telah dengan sepenuhnya mencengkeram dan menempati pikiran mereka. Mata mereka seakan-akan penuh dengan nafsu ini; dan tidak melihat apapun yang lain selain kesempatan untuk pemuasannya; tidak menyatakan apapun yang lain kecuali keinginan ini. Hal ini menunjuk pada hari raya kudus yang disebutkan di ayat sebelumnya; dan artinya adalah, bahwa mereka merayakan hari raya itu dengan perasaan tak bermoral, dengan memberikan pemuasan bebas pada keinginan-keinginan jahat mereka dengan memandang pada perempuan-perempuan yang berkumpul dengan mereka. Dalam nafsu yang ditunjuk di sini ‘mata’ biasanya adalah pelanggar pertama, sebagai jalan masuk pada keinginan-keinginan jahat, dan pengantara dengan mana keinginan-keinginan itu dinyatakan. Pandangan sekilas yang tanpa alasan adalah peristiwa prinsip yang membangkitkan dosa ini; dan sering dalam pakaian, dan rupa / wajah, dan gerakan-gerakan, mempesonakan mata dan memperdalam nafsu yang merendahkan martabat ini. ‘Dan yang tidak bisa berhenti dari dosa’. Mereka tidak bisa memandang kepada perempuan-perempuan yang hadir tanpa berdosa. Bdk. Mat 5:28. Ada banyak orang-orang laki-laki dalam siapa kehadiran dari perempuan yang paling saleh hanya membangkitkan keinginan-keinginan yang kotor / najis dan jahat. Pernyataan ini tidak berarti bahwa mereka tidak mempunyai kemampuan alamiah untuk berhenti dari dosa, atau bahwa mereka dipaksa kepada hal itu oleh keharusan fisik apapun, tetapi hanya bahwa mereka adalah begitu jahat / rusak dan tidak mempunyai prinsip sehingga mereka pasti akan selalu berdosa).
Catatan: saya tidak percaya pada bagian yang saya garis-bawahi, yang jelas merupakan pandangan Arminianisme.
Mat 5:28 - “Tetapi Aku berkata kepadamu: Setiap orang yang memandang perempuan serta menginginkannya, sudah berzinah dengan dia di dalam hatinya”.
Bdk. 2Sam 11:2-4 - “(2) Sekali peristiwa pada waktu petang, ketika Daud bangun dari tempat pembaringannya, lalu berjalan-jalan di atas sotoh istana, tampak kepadanya dari atas sotoh itu seorang perempuan sedang mandi; perempuan itu sangat elok rupanya. (3) Lalu Daud menyuruh orang bertanya tentang perempuan itu dan orang berkata: ‘Itu adalah Batsyeba binti Eliam, isteri Uria orang Het itu.’ (4) Sesudah itu Daud menyuruh orang mengambil dia. Perempuan itu datang kepadanya, lalu Daud tidur dengan dia. Perempuan itu baru selesai membersihkan diri dari kenajisannya. Kemudian pulanglah perempuan itu ke rumahnya”.
The Bible Exposition Commentary: New Testament: “False doctrine inevitably leads to false living, and false living then encourages false doctrine. The apostate must ‘adjust’ God’s Word or change his way of life, and he is not about to change his lifestyle! So, wherever he goes, he secretly defiles people and makes it easier for them to sin” (= Ajaran palsu / salah secara tak terhindarkan membimbing pada kehidupan yang palsu / salah, dan kehidupan yang palsu / salah mendorong / menganjurkan ajaran yang palsu / salah. Orang murtad itu harus ‘menyesuaikan’ Firman Allah atau mengubah gaya hidup mereka, dan ia tidak mau mengubah gaya hidupnya! Demikianlah, kemanapun ia pergi, ia dengan diam-diam mengotori orang-orang dan membuatnya lebih mudah bagi mereka untuk berbuat dosa).
Ada 2 hal yang perlu ditekankan dari kutipan di atas ini:
1. Ajaran yang salah pasti membimbing pada kehidupan yang salah. Memang kalau ajaran itu hanya salah sedikit-sedikit, mungkin tidak apa-apa. Tetapi kalau ajaran itu salahnya banyak / besar, apalagi kalau ajaran itu sesat, maka tidak mungkin itu tidak membimbing pada kehidupan yang salah. Karena itu, kalau ada orang yang berkata ‘Gereja / pendeta itu ajarannya sesat / buruk sekali, tetapi mereka hidup baik’, ini merupakan omong kosong terbesar! Kalau ajarannya sesat, mereka tidak mungkin percaya dengan benar, dan kalau mereka tidak percaya dengan benar, maka tidak akan mereka mempunyai Roh Kudus, dan kalau tidak ada Roh Kudus dalam diri mereka, maka tidak akan ada buah Roh dalam diri mereka. Hal ini bisa diberlakukan pada banyak kelompok, seperti Saksi Yehuwa (yang mengclaim punya kehidupan yang saleh), dan gerakan pria sejati (yang sekalipun dipenuhi dengan ajaran sesat tetapi juga mengclaim berhasil mengubahkan banyak kehidupan secara positif). Paling-paling kebaikan yang dimaksudkan hanya bersifat lahiriah, atau, merupakan kemunafikan, sama seperti ‘kebaikan / kesalahan’ dari ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi pada jaman Yesus!
2. Sebaliknya, kehidupan yang salah biasanya juga membimbing pada ajaran yang salah. Mengapa? Karena pengajar itu akan takut / malu mengajarkan hal-hal yang menyerang / mengecam kehidupan mereka sendiri. Karena itu mereka mengubah penafsiran dari ayat-ayat yang sebetulnya mengecam kehidupan mereka. Ini akhirnya menimbulkan ajaran salah / sesat!
Contoh: dalam Gereja Roma Katolik ada banyak patung-patung yang disembah. Itu menyebabkan mereka akhirnya mengubah 10 hukum Tuhan dalam ajaran mereka, dimana mereka menghapuskan hukum kedua, yang secara explicit melarang penyembahan terhadap patung!
b) “Mereka memikat orang-orang yang lemah”.
NIV: ‘they seduce the unstable’ (= mereka menggoda / membujuk orang-orang yang tidak stabil).
Pulpit Commentary: “The word for ‘unstable’ (a)sthri/ktou$) occurs only here and in 2 Peter 3:16” [= Kata untuk ‘orang-orang yang tidak stabil’ (a)sthri/ktou$ / ASTERIKTOUS) muncul hanya di sini dan dalam 2Pet 3:16].
2Pet 3:16 - “Hal itu dibuatnya dalam semua suratnya, apabila ia berbicara tentang perkara-perkara ini. Dalam surat-suratnya itu ada hal-hal yang sukar difahami, sehingga orang-orang yang tidak memahaminya dan yang tidak teguh (ASTERIKTOI - bentuk jamak) imannya, memutarbalikkannya menjadi kebinasaan mereka sendiri, sama seperti yang juga mereka buat dengan tulisan-tulisan yang lain”.
Pulpit Commentary: “It is a word of peculiar significance in the mouth of St. Peter, conscious, as he must have been, of his own want of stability in times past. He would remember also the charge once given to him, ‘When thou art converted, strengthen (sth/ricon) thy brethren’ (Luke 22:32)” [= Ini adalah suatu kata yang mempunyai arti khusus di mulut Santo Petrus, menyadari, seperti ia pasti telah menyadari, tentang kekurangannya akan kestabilan pada masa yang lalu. Ia juga mengingat perintah yang pernah sekali diberikan kepadanya, ‘jikalau engkau sudah insaf, kuatkanlah (sth/ricon / STERIXON) saudara-saudaramu’ (Luk 22:32)].
Barnes’ Notes: “‘Beguiling unstable souls.’ Those who are not strong in Christian principle, or who are naturally fluctuating and irresolute. The word rendered ‘beguiling’ means to bait, to entrap, and would be applicable to the methods practiced in hunting. Here it means that it was one of their arts to place specious allurements before those who were known not to have settled principles or firmness, in order to allure them to sin. Compare 2 Tim 3:6” (= ‘memperdayakan jiwa yang tidak stabil’. Mereka yang tidak kuat dalam prinsip Kristen, atau yang secara alamiah berubah-ubah dan ragu-ragu / tidak tegas. Kata yang diterjemahkan ‘memperdayakan’ berarti mengumpani / memancing, menjerat / menjebak, dan bisa diterapkan pada metode yang dipraktekkan dalam berburu. Di sini kata itu berarti bahwa itu merupakan salah satu keahlian mereka untuk menempatkan sesuatu yang memikat yang kelihatan bagus di depan mereka yang dikenal sebagai orang-orang yang tidak mempunyai prinsip-prinsip yang tetap atau keteguhan, untuk memikat mereka ke dalam dosa. Bdk. 2Tim 3:6).
2Tim 3:6 - “Sebab di antara mereka terdapat orang-orang yang menyelundup ke rumah orang lain dan menjerat perempuan-perempuan lemah yang sarat dengan dosa dan dikuasai oleh berbagai-bagai nafsu”.
Calvin: “‘Beguiling,’ or baiting, ‘unstable souls.’ By the metaphor of baiting he reminds the faithful to beware of their hidden and deceitful arts; for he compares their impostures to hooks which may catch the unwary to their destruction. By adding ‘unstable souls’ he shews the reason for caution, that is, when we have not struck firm roots in faith and in the fear of the Lord: and he intimates at the same time, that they have no excuse who suffer themselves to be baited or lured by such flatteries; for this must have been ascribed to their levity. Let there be then a stability of faith, and we shall be safe from the artifices of the ungodly” (= ‘Memperdayakan’, atau memberi umpan, ‘jiwa-jiwa yang tidak stabil’. Oleh kiasan tentang pemberian umpan ia mengingatkan orang-orang yang setia untuk waspada terhadap keahlian mereka yang tersembunyi dan bersifat menipu; karena ia membandingkan penipuan mereka dengan kail yang bisa menangkap orang-orang yang tidak waspada pada kehancuran mereka. Dengan menambahkan ‘jiwa-jiwa yang tidak stabil’ ia menunjukkan alasan untuk berhati-hati, yaitu, pada waktu mereka tidak / belum meneguhkan akar dalam iman dan dalam rasa takut kepada Tuhan: dan pada saat yang sama ia mengisyaratkan, bahwa mereka yang dipancing atau dipikat oleh umpakan / jilatan seperti itu tidak mempunyai dalih; karena ini pasti berasal dari kesembronoan mereka. Maka, hendaklah ada kestabilan iman, dan kita akan aman dari kelicikan orang-orang jahat).
Bdk. Ef 4:11-15 - “(11) Dan Ialah yang memberikan baik rasul-rasul maupun nabi-nabi, baik pemberita-pemberita Injil maupun gembala-gembala dan pengajar-pengajar, (12) untuk memperlengkapi orang-orang kudus bagi pekerjaan pelayanan, bagi pembangunan tubuh Kristus, (13) sampai kita semua telah mencapai kesatuan iman dan pengetahuan yang benar tentang Anak Allah, kedewasaan penuh, dan tingkat pertumbuhan yang sesuai dengan kepenuhan Kristus, (14) sehingga kita bukan lagi anak-anak, yang diombang-ambingkan oleh rupa-rupa angin pengajaran, oleh permainan palsu manusia dalam kelicikan mereka yang menyesatkan, (15) tetapi dengan teguh berpegang kepada kebenaran di dalam kasih kita bertumbuh di dalam segala hal ke arah Dia, Kristus, yang adalah Kepala”.
The Bible Exposition Commentary: New Testament: “Who are the people who ‘take the bait’ that the apostates put into their subtle traps? Peter called them ‘unstable souls.’ Stability is an important factor in a successful Christian life. Just as a child must learn to stand before he can walk or run, so the Christian must learn to ‘stand firm in the Lord.’ Paul and the other Apostles sought to establish their converts in the faith (Rom 1:11; 16:25; 1 Thess 3:2,13). Peter was certain that his readers were ‘established in the present truth’ (2 Peter 1:12), but he still warned them” [= Siapa orang-orang yang ‘mengambil / memakan umpan’ yang diletakkan oleh orang-orang murtad itu dalam jebakan / jerat mereka yang halus / tak ketara? Petrus menyebut mereka ‘jiwa-jiwa yang tidak stabil’. Kestabilan merupakan faktor yang penting dalam kehidupan Kristen yang sukses. Sama seperti seorang anak harus belajar untuk berdiri sebelum ia bisa berjalan atau berlari, demikian juga orang Kristen harus belajar untuk ‘berdiri teguh dalam Tuhan’. Paulus dan Rasul-rasul yang lain berusaha untuk meneguhkan petobat-petobat mereka dalam iman (Ro 1:11; 16:25; 1Tes 3:2,13). Petrus yakin bahwa pembaca-pembacanya ‘telah teguh dalam kebenaran saat ini’ (2Petrus 1:12) tetapi ia tetap memperingati mereka].
Ro 1:11 - “Sebab aku ingin melihat kamu untuk memberikan karunia rohani kepadamu guna menguatkan kamu”.
Ro 16:25 - “Bagi Dia, yang berkuasa menguatkan kamu, - menurut Injil yang kumasyhurkan dan pemberitaan tentang Yesus Kristus, sesuai dengan pernyataan rahasia, yang didiamkan berabad-abad lamanya”.
1Tes 3:2,13 - “(2) Lalu kami mengirim Timotius, saudara yang bekerja dengan kami untuk Allah dalam pemberitaan Injil Kristus, untuk menguatkan hatimu dan menasihatkan kamu tentang imanmu, ... (13) Kiranya Dia menguatkan hatimu, supaya tak bercacat dan kudus, di hadapan Allah dan Bapa kita pada waktu kedatangan Yesus, Tuhan kita, dengan semua orang kudusNya”.
2Pet 1:12 - “Karena itu aku senantiasa bermaksud mengingatkan kamu akan semuanya itu, sekalipun kamu telah mengetahuinya dan telah teguh dalam kebenaran yang telah kamu terima”.
Penerapan: karena itu, hamba-hamba Tuhan harus melakukan banyak pengajaran Firman Tuhan untuk menstabilkan jemaat, dan jemaat harus mau banyak belajar Firman Tuhan, supaya mereka menjadi orang-orang yang stabil dalam iman.
c) “Hati mereka telah terlatih dalam keserakahan”.
Bandingkan dengan:
· Yer 4:22 - “Sungguh, bodohlah umatKu itu, mereka tidak mengenal Aku! Mereka adalah anak-anak tolol, dan tidak mempunyai pengertian! Mereka pintar untuk berbuat jahat, tetapi untuk berbuat baik mereka tidak tahu”.
· Yes 1:16-17 - “(16) Basuhlah, bersihkanlah dirimu, jauhkanlah perbuatan-perbuatanmu yang jahat dari depan mataKu. Berhentilah berbuat jahat, (17) belajarlah berbuat baik; usahakanlah keadilan, kendalikanlah orang kejam; belalah hak anak-anak yatim, perjuangkanlah perkara janda-janda!”.
Calvin: “‘An heart they have exercised with covetous practices,’ or, ‘with lusts.’ Erasmus renders the last word, ‘rapines.’ The word is of a doubtful meaning. I prefer ‘lusts.’ As he had before condemned incontinence in their eyes, so he now seems to refer to the vices latent in their hearts. It ought not, however, to be confined to covetousness” (= ‘Hati yang mereka punyai telah terlatih dengan praktek-praktek yang tamak’, atau, ‘dengan nafsu’. Erasmus menterjemahkan kata yang terakhir ‘penjarahan’. Kata itu merupakan kata yang artinya meragukan. Saya lebih memilih ‘nafsu-nafsu’. Sebagaimana ia sebelumnya telah mengecam ketidak-adaan pengekangan pada mata mereka, demikianlah sekarang ia kelihatannya menunjuk pada kejahatan-kejahatan yang tersembunyi dalam hati mereka. Tetapi itu tidak seharusnya dibatasi pada ketamakan).
Barnes’ Notes: “‘An heart they have exercised with covetous practices.’ Skilled in the arts which covetous men adopt in order to cheat others out of their property. A leading purpose which influenced these men was to obtain money. One of the most certain ways for dishonest men to do this is to make use of the religious principle; to corrupt and control the conscience; to make others believe that they are eminently holy, or that they are the special favorites of heaven; and when they can do this, they have the purses of others at command. For the religious principle is the most powerful of all principles; and he who can control that, can control all that a man possesses. The idea here is that these persons had made this their study, and had learned the ways in which men could be induced to part with their money under religious pretences. We should always be on our guard when professedly religious teachers propose to have much to do with money matters. While we should always be ready to aid every good cause, yet we should remember that unprincipled and indolent men often assume the mask of religion that they may practice their arts on the credulity of others, and that their real aim is to obtain their property, not to save their souls” (= ‘Hati yang mereka punyai telah terlatih dengan praktek-praktek yang tamak’. Ahli dalam keahlian yang diadopsi oleh orang-orang yang tamak untuk menipu milik orang-orang lain. Tujuan utama yang mempengaruhi orang-orang ini adalah untuk mendapatkan uang. Salah satu dari jalan yang paling pasti bagi orang-orang tidak jujur untuk melakukan hal ini adalah dengan menggunakan prinsip agama; untuk merusak dan mengontrol hati nurani; untuk membuat orang-orang lain percaya bahwa mereka adalah kudus secara menonjol, atau bahwa mereka merupakan orang-orang favorit dari surga; dan pada waktu mereka bisa melakukan hal ini, mereka mendapatkan dompet orang-orang itu tersedia bagi mereka. Karena prinsip agama adalah yang paling kuat dari semua prinsip; dan ia yang bisa mengontrolnya, bisa mengontrol semua yang dimiliki seseorang. Gagasannya di sini adalah bahwa orang-orang ini telah membuat hal ini sebagai bahan pelajaran bagi mereka, dan telah mempelajari jalan-jalan dalam mana orang-orang bisa dibujuk untuk berpisah dengan uang mereka di bawah kepura-puraan agama. Kita harus selalu hati-hati pada waktu orang-orang yang mengaku sebagai guru-guru / pengajar-pengajar agama mengusulkan / mengemukakan untuk banyak berurusan dengan persoalan uang. Sekalipun kita harus selalu siap untuk membantu setiap perkara yang baik, tetapi kita harus ingat bahwa orang-orang yang tidak mempunyai prinsip dan malas, sering mengambil topeng agama sehingga mereka bisa mempraktekkan keahlian mereka kepada orang-orang yang mudah / terlalu cepat percaya, dan bahwa tujuan mereka sebenarnya adalah untuk mendapatkan milik mereka, bukan menyelamatkan jiwa mereka).
The Bible Exposition Commentary: New Testament: “Not only is the false teacher’s outlook controlled by his passions (2 Peter 2:14a), but his heart is controlled by covetousness. He is in bondage to lust for pleasure and money! In fact, he has perfected the skill of getting what he wants. ‘They are experts in greed’ says the New International Version, and the Phillips translation is even more graphic: ‘Their technique of getting what they want is, through long practice, highly developed.’ They know exactly how to motivate people to give. While the true servant of God trusts the Father to meet his needs and seeks to help people grow through their giving, the apostate trusts his ‘fund-raising skills’ and leaves people in worse shape than he found them. He knows how to exploit the unstable and the innocent” [= Bukan hanya pandangan dari guru palsu itu dikontrol oleh nafsu-nafsunya (2Petrus 2:14a), tetapi juga hatinya dikontrol oleh ketamakan. Ia terbelenggu pada nafsu untuk kesenangan dan uang! Dalam faktanya, ia telah menyempurnakan keahlian untuk mendapatkan apa yang ia inginkan. ‘Mereka adalah ahli-ahli dalam ketamakan’ kata NIV, dan terjemahan Phillips bahkan lebih jelas dan hidup: ‘Tehnik mereka untuk mendapatkan apa yang mereka inginkan, melalui praktek yang lama, telah sangat berkembang’. Mereka tahu dengan tepat bagaimana memotivasi orang untuk memberi. Sementara pelayan yang benar dari Allah mempercayai Bapa untuk memenuhi kebutuhannya dan berusaha membantu orang-orang untuk bertumbuh melalui pemberian mereka, orang murtad ini mempercayai ‘keahlian pengumpulan dana’nya dan membiarkan / meninggalkan orang-orang dalam keadaan yang lebih buruk dari pada pada saat ia menemukan mereka. Ia tahu bagaimana memanfaatkan orang-orang yang tidak stabil dan orang-orang yang tidak bersalah].
The Bible Exposition Commentary: New Testament: “I have read that the people in North Africa have devised a clever way to catch monkeys. They make a hole in a gourd just large enough for the monkey’s paw, then fill the gourd with nuts and tie it to a tree. At night, the monkey reaches into the gourd for the nuts, only to find he cannot pull his paw out of the gourd! Of course, he could let go of the nuts and escape quite easily - but he doesn’t want to forfeit the nuts! He ends up being captured because of his covetousness. We might expect this kind of stupidity in a dumb animal, but certainly not in a person made in the image of God; yet it happens every day” (= Saya pernah membaca bahwa orang-orang di Afrika Utara telah menemukan suatu cara yang pandai / cerdik untuk menangkap monyet. Mereka membuat suatu lubang di sebuah buah labu persis cukup besar untuk tangan monyet, lalu mengisi buah labu itu dengan kacang-kacangan dan mengikatnya pada sebuah pohon. Pada malam, monyet itu menjangkau ke dalam buah labu itu untuk mengambil kacang-kacangan itu, hanya untuk mendapati bahwa ia tidak bisa menarik tangannya keluar dari buah labu itu! Tentu saja, ia bisa melepaskan kacang-kacangan itu dan lolos dengan cukup mudah - tetapi ia tidak mau kehilangan kacang-kacangan itu! Akhirnya ia ditangkap karena ketamakannya. Kita bisa mengharapkan jenis ketololan ini dalam seekor binatang yang bodoh, tetapi pasti tidak dalam seorang manusia yang dibuat sesuai dengan gambar Allah, tetapi itu terjadi setiap hari).
The Bible Exposition Commentary: New Testament: “In these last days there will be an abundance of false teachers pleading for support. They are gifted and experienced when it comes to deceiving people and getting their money. It is important that God’s people be established in the truth, that they know how to detect when the Scriptures are being twisted and the people exploited” (= Dalam hari-hari terakhir ini akan ada banyak guru-guru palsu meminta dukungan dana. Mereka berbakat dan berpengalaman kalau berkenaan dengan penipuan orang-orang dan mendapatkan uang mereka. Adalah penting bahwa umat Allah diteguhkan dalam kebenaran, supaya mereka tahu bagaimana mendeteksi pada waktu Kitab Suci dibengkokkan dan orang-orang dimanfaatkan).
d) “Mereka adalah orang-orang yang terkutuk!”.
Calvin: “By calling them cursed or execrable children, he may be understood to mean, that they were so either actively or passively, that is, that they brought a curse with them wherever they went, or that they deserved a curse” (= Dengan menyebut mereka anak-anak yang terkutuk atau buruk sekali, ia bisa memaksudkan bahwa mereka adalah demikian atau secara aktif atau secara pasif, yaitu bahwa mereka membawa suatu kutuk bersama mereka kemanapun mereka pergi, atau bahwa mereka layak mendapat suatu kutuk).
Barnes’ Notes: “‘Cursed children.’ This is a Hebraism, meaning literally, ‘children of the curse,’ that is, persons devoted to the curse, or who will certainly be destroyed” (= ‘Anak-anak terkutuk’. Ini adalah gaya bahasa Ibrani, secara hurufiah berarti ‘anak-anak kutuk’, artinya, orang-orang yang disediakan bagi kutuk, atau secara pasti akan dihancurkan).
II Petrus 2:1-22(10)
4) “(15) Oleh karena mereka telah meninggalkan jalan yang benar, maka tersesatlah mereka, lalu mengikuti jalan Bileam, anak Beor, yang suka menerima upah untuk perbuatan-perbuatan yang jahat. (16) Tetapi Bileam beroleh peringatan keras untuk kejahatannya, sebab keledai beban yang bisu berbicara dengan suara manusia dan mencegah kebebalan nabi itu” (ay 15-16).
a) “Oleh karena mereka telah meninggalkan jalan yang benar, maka tersesatlah mereka, lalu mengikuti jalan Bileam, anak Beor, yang suka menerima upah untuk perbuatan-perbuatan yang jahat” (ay 15).
1. Beor atau Bosor?
KJV: ‘Balaam the son of Bosor’ (= Bileam anak Bosor).
RSV/NIV/NASB menuliskan ‘Beor’, tetapi dalam Yunani memang ‘Bosor’ seperti KJV.
Penggunaan ‘Bosor’ terjadi karena bermacam-macam kemungkinan alasan:
a. Perbedaan dialek. Petrus adalah orang Galilea, dan memang mempunyai dialek khusus.
b. Kemungkinan lain adalah: ada kemiripan antara kata ‘Bosor’ dengan kata Ibrani BASAR, yang artinya ‘daging’, yang merupakan suatu petunjuk pada dosa-dosa daging ke dalam mana Bileam memikat orang-orang Israel.
c. Kata ‘Bosor’ dianggap sebagai bentuk kata bahasa Aram yang didapatkan dari Babilonia, dan tetap dipakai sampai jaman Kristen.
d. Ada lagi yang mengatakan bahwa ayah dari Bileam mungkin mempunyai 2 nama.
e. Kata ‘Beor’ diubah menjadi ‘Bosor’ oleh orang-orang Yunani supaya lebih mudah mengucapkannya.
2. Mengikuti kejahatan Bileam.
Pulpit Commentary: “‘Following the way of Balaam the son of Bosor.’ The word rendered ‘following’ (e)cakolouqh/sante$) is found also in chapter 1:16 and 2:2 of this Epistle, but nowhere else in the New Testament; it means ‘to follow out to the end.’” [= ‘Mengikuti jalan Bileam, anak Bosor’. Kata yang diterjemahkan ‘mengikuti’ (e)cakolouqh/sante$ / EXAKOLOUTHESANTES) ditemukan juga dalam pasal 1:16 dan 2:2 dari Surat ini, tetapi tidak ada di tempat lain dalam Perjanjian Baru; itu berarti ‘mengikuti sampai akhir’].
Barnes’ Notes: “‘Which have forsaken the right way.’ The straight path of honesty and integrity. Religion is often represented as a straight path, and to do wrong is to go out of that path in a crooked way. ‘Following the way of Balaam the son of Bosor.’ See Num 22:5, following. ... The meaning here is, that they IMITATED Balaam. The particular point to which Peter refers in which they imitated him, seems to have been the love of gain, or covetousness. Possibly, however, he might have designed to refer to a more general resemblance, for in fact they imitated him in the following things: (1) in being professed religious teachers, or the servants of God; (2) in their covetousness; (3) in inducing others to sin, referring to the same kind of sins in both cases. Balaam counselled the Moabites to entice the children of Israel to illicit connection with their women, thus introducing licentiousness into the camp of the Hebrews (Num 31:16; compare Num 25:1-9); and in like manner these teachers led others into licentiousness, thus corrupting the church” [= ‘Yang telah meninggalkan jalan yang benar’. Jalan yang lurus dari kejujuran dan kelurusan / ketulusan. Agama sering digambarkan sebagai suatu jalan yang lurus, dan melakukan yang salah berarti keluar dari jalan itu ke dalam jalan yang bengkok / berliku-liku. ‘Mengikuti jalan Bileam anak Bosor’. Lihat Bil 22:5 dan seterusnya. ... Artinya di sini adalah, bahwa mereka meniru Bileam. Hal khusus yang ditunjuk oleh Petrus dalam mana mereka meniru dia, kelihatannya adalah kecintaan pada keuntungan, atau ketamakan. Tetapi mungkin, ia telah merancang untuk menunjuk pada kemiripan yang lebih umum, karena dalam faktanya mereka meniru dia dalam hal-hal berikut ini: (1) dalam mengaku sebagai guru-guru agamawi, atau pelayan-pelayan Allah; (2) dalam ketamakan mereka; (3) dalam membujuk orang-orang lain kepada dosa, menunjuk pada jenis dosa yang sama dalam kedua kasus. Bileam menasehati orang-orang Moab untuk membujuk / memikat anak-anak Israel untuk melakukan hubungan gelap / haram dengan perempuan-perempuan mereka, dan dengan demikian memperkenalkan ketidak-bermoralan ke dalam perkemahan orang-orang Ibrani (Bil 31:16; bdk. Bil 25:1-9); dan dengan cara yang sama guru-guru ini membimbing orang-orang lain ke dalam ketidak-bermoralan, dan dengan demikian merusak gereja].
Bil 25:1-2 - “(1) Sementara Israel tinggal di Sitim, mulailah bangsa itu berzinah dengan perempuan-perempuan Moab. (2) Perempuan-perempuan ini mengajak bangsa itu ke korban sembelihan bagi allah mereka, lalu bangsa itu turut makan dari korban itu dan menyembah allah orang-orang itu”.
Bil 31:16 - “Bukankah perempuan-perempuan ini, atas nasihat Bileam, menjadi sebabnya orang Israel berubah setia terhadap TUHAN dalam hal Peor, sehingga tulah turun ke antara umat TUHAN”.
The Bible Exposition Commentary: New Testament (tentang ay 19-20): “It is interesting to compare the three men Peter named in this chapter - Noah, Lot, and Balaam. Noah kept himself completely separated from the apostasy of the world of his day. He boldly preached God’s righteousness and was faithful in his walk and witness, even though no one but his family followed the Lord. Lot knew the truth and kept himself pure, but he did not keep himself separated; he lost his family as a result. Lot hated the wickedness of Sodom, yet he lived in the midst of it and, by doing so, exposed his daughters and wife to godless influences. Balaam not only followed the ways of sin, but he encouraged other people to sin! He told Balak how to seduce the nation Israel and his plan almost succeeded. Lot lost his family, but Balaam lost his life” (= Adalah menarik untuk membandingkan ketiga orang yang disebutkan oleh Petrus dan pasal ini - Nuh, Lot, dan Bileam. Nuh menjaga dirinya terpisah dari kemurtadan dunia pada jamannya. Ia dengan berani memberitakan kebenaran Allah dan setia dalam jalan dan kesaksiannya, sekalipun tak seorangpun kecuali keluarganya mengikuti Tuhan. Lot tahu kebenaran dan menjaga dirinya sendiri murni, tetapi ia tidak menjaga dirinya terpisah; sebagai hasilnya / akibatnya ia kehilangan keluarganya. Lot membenci kejahatan Sodom, tetapi ia hidup / tinggal di tengah-tengahnya, dan dengan melakukan hal itu, membuka anak-anak perempuannya dan istrinya terhadap pengaruh-pengaruh jahat. Bileam bukan hanya mengikuti jalan-jalan dosa, tetapi ia mendorong orang-orang lain kepada dosa! Ia memberitahu Balak bagaimana caranya membujuk bangsa Israel dan rencananya hampir berhasil. Lot kehilangan keluarganya, tetapi Bileam kehilangan nyawanya).
c) “Tetapi Bileam beroleh peringatan keras untuk kejahatannya, sebab keledai beban yang bisu berbicara dengan suara manusia dan mencegah kebebalan nabi itu”.
1. Bileam bertindak bertentangan dengan kebenaran gara-gara ketamakannya.
Ay 16b: ‘mencegah kebebalan nabi itu’.
KJV/RSV/NIV/NASB: ‘madness’ (= kegilaan).
Barnes’ Notes: “‘Forbade the madness of the prophet.’ That is, the mad or perverse design of the prophet. The word here rendered ‘madness’ means, properly, being aside from a right mind. It is not found elsewhere in the New Testament. It is used here to denote that Balaam was engaged in an enterprise which indicated a headstrong disposition; an acting contrary to reason and sober sense. He was so under the influence of avarice and ambition that his sober sense was blinded, and he acted like a madman. He knew indeed what was right, and had professed a purpose to do what was right, but he did not allow that to control him; but, for the sake of gain, went against his own sober conviction, and against what he knew to be the will of God. He was so mad or infatuated that he allowed neither reason, nor conscience, nor the will of God, to control him!” (= ‘mencegah kegilaan dari sang nabi’. Artinya, rancangan yang gila atau jahat dari nabi itu. Kata yang di sini diterjemahkan ‘kegilaan’ secara tepat berarti ‘berada disamping dari pikiran yang benar’. Kata itu tidak ditemukan di tempat lain dalam Perjanjian Baru. Kata itu digunakan di sini untuk menunjukkan bahwa Bileam terlibat dalam suatu kegiatan / usaha yang menunjukkan suatu kecenderungan yang keras kepala; suatu tindakan yang bertentangan dengan akal dan pikiran yang sehat / waras. Ia begitu berada di bawah pengaruh dari ketamakan dan ambisi sehingga akal sehat / warasnya dibutakan, dan ia bertindak seperti seorang gila. Ia sungguh-sungguh tahu apa yang benar, dan telah mengakui suatu tujuan untuk melakukan apa yang benar, tetapi ia tidak mengijinkan itu untuk mengendalikannya; tetapi, demi keuntungan, ia berjalan bertentangan dengan keyakinannya yang waras, dan bertentangan dengan apa yang ia tahu sebagai kehendak Allah. Ia begitu gila atau dibuat menjadi gila sehingga ia tidak mengijinkan baik akal, ataupun hati nurani, ataupun kehendak Allah, untuk mengendalikannya!).
Ini bahaya dari ketamakan! Dan luar biasa banyak nabi-nabi palsu seperti ini pada jaman sekarang!
Contoh:
a. Amerika sudah lama tahu tentang manfaat buah sirsak untuk menyembuhkan kanker, tetapi menyembunyikannya, karena tak mau merugi pada saat obat mereka tidak laku! Ini merupakan pembunuhan pasif terhadap jutaan orang!
b. Ketidak-pedulian terhadap pemanasan global, mayoritas disebabkan persoalan uang (ingin untung atau tak mau rugi).
Kalau dalam dunia sekuler ada hal-hal seperti ini, maka jangan heran kalau dalam dunia rohani juga ada, bahkan sangat banyak, hal-hal seperti ini.
Yer 8:10 - “Sebab itu Aku akan memberikan isteri-isteri mereka kepada orang lain, ladang-ladang mereka kepada penjajah. Sesungguhnya, dari yang kecil sampai yang besar, semuanya mengejar untung; baik nabi maupun imam, semuanya melakukan tipu”.
Yeh 34:2-4 - “(2) ‘Hai anak manusia, bernubuatlah melawan gembala-gembala Israel, bernubuatlah dan katakanlah kepada mereka, kepada gembala-gembala itu: Beginilah firman Tuhan ALLAH: Celakalah gembala-gembala Israel, yang menggembalakan dirinya sendiri! Bukankah domba-domba yang seharusnya digembalakan oleh gembala-gembala itu? (3) Kamu menikmati susunya, dari bulunya kamu buat pakaian, yang gemuk kamu sembelih, tetapi domba-domba itu sendiri tidak kamu gembalakan. (4) Yang lemah tidak kamu kuatkan, yang sakit tidak kamu obati, yang luka tidak kamu balut, yang tersesat tidak kamu bawa pulang, yang hilang tidak kamu cari, melainkan kamu injak-injak mereka dengan kekerasan dan kekejaman”.
Mikha 3:11 - “Para kepalanya memutuskan hukum karena suap, dan para imamnya memberi pengajaran karena bayaran, para nabinya menenung karena uang, padahal mereka bersandar kepada TUHAN dengan berkata: ‘Bukankah TUHAN ada di tengah-tengah kita! Tidak akan datang malapetaka menimpa kita!’”.
Tit 1:11 - “Orang-orang semacam itu harus ditutup mulutnya, karena mereka mengacau banyak keluarga dengan mengajarkan yang tidak-tidak untuk mendapat untung yang memalukan”.
Contohnya banyak terdapat dalam diri pendeta-pendeta yang memang menggunakan gereja menjadi bisnis! Ada pendeta-pendeta yang mematok tarif pada waktu mereka diundang, minta sekian juta dan sebagainya, masih ditambahi minta tidur di hotel bintang lima, minta dijemput dengan Mercy, dan sebagainya.
Contoh lain: pendeta yang mau berjerih payah memberikan counseling kepada jemaat yang kaya, tetapi tidak kepada jemaat yang miskin!
Sikap mata duitan ini biasanya memang menyebabkan ia baik / ramah kepada orang yang menguntungkannya secara materi, tetapi tidak kepada orang-orang yang tidak menguntungkannya.
Mikha 3:5 - “Beginilah firman TUHAN terhadap para nabi, yang menyesatkan bangsaku, yang apabila mereka mendapat sesuatu untuk dikunyah, maka mereka menyerukan damai, tetapi terhadap orang yang tidak memberi sesuatu ke dalam mulut mereka, maka mereka menyatakan perang”.
2. Peristiwa dimana seekor keledai bisa bicara kepada Bileam jelas merupakan mujijat.
Kalau Tuhan bisa memakai seekor keledai untuk berbicara dan menegur Bileam, lebih-lebih Ia pasti bisa memakai kita untuk memberitakan Injil / Firman Tuhan!
Karena itu, kalau Tuhan memanggil saudara untuk memberitakan Firman Tuhan / memberitakan Injil, jangan menolak dengan alasan ‘aku tidak bisa’!
Bandingkan dengan:
a. Penolakan Musa.
Kel 3:10 - “Jadi sekarang, pergilah, Aku mengutus engkau kepada Firaun untuk membawa umatKu, orang Israel, keluar dari Mesir.’”.
Kel 4:10-12 - “(10) Lalu kata Musa kepada TUHAN: ‘Ah, Tuhan, aku ini tidak pandai bicara, dahulupun tidak dan sejak Engkau berfirman kepada hambaMupun tidak, sebab aku berat mulut dan berat lidah.’ (11) Tetapi TUHAN berfirman kepadanya: ‘Siapakah yang membuat lidah manusia, siapakah yang membuat orang bisu atau tuli, membuat orang melihat atau buta; bukankah Aku, yakni TUHAN? (12) Oleh sebab itu, pergilah, Aku akan menyertai lidahmu dan mengajar engkau, apa yang harus kaukatakan.’”.
Calvin (tentang Kel 4:10): “whatever difficulty we encounter, this ought to be a sufficient encouragement to us, that as often as God chooses men as His ministers, although they are in themselves good for nothing, He forms and prepares them for their work” (= kesukaran apapun yang kita hadapi, ini harus menjadi dorongan yang cukup bagi kita, bahwa sesering Allah memilih manusia sebagai pelayan-pelayanNya, sekalipun mereka, dalam diri mereka sendiri, tidak baik untuk apapun, Ia membentuk dan mempersiapkan mereka untuk pekerjaan mereka).
b. Penolakan Yeremia.
Yer 1:4-10 - “(4) Firman TUHAN datang kepadaku, bunyinya: (5) ‘Sebelum Aku membentuk engkau dalam rahim ibumu, Aku telah mengenal engkau, dan sebelum engkau keluar dari kandungan, Aku telah menguduskan engkau, Aku telah menetapkan engkau menjadi nabi bagi bangsa-bangsa.’ (6) Maka aku menjawab: ‘Ah, Tuhan ALLAH! Sesungguhnya aku tidak pandai berbicara, sebab aku ini masih muda.’ (7) Tetapi TUHAN berfirman kepadaku: ‘Janganlah katakan: Aku ini masih muda, tetapi kepada siapapun engkau Kuutus, haruslah engkau pergi, dan apapun yang Kuperintahkan kepadamu, haruslah kausampaikan. (7) Janganlah takut kepada mereka, sebab Aku menyertai engkau untuk melepaskan engkau, demikianlah firman TUHAN.’ (8) Lalu TUHAN mengulurkan tanganNya dan menjamah mulutku; TUHAN berfirman kepadaku: ‘Sesungguhnya, Aku menaruh perkataan-perkataanKu ke dalam mulutmu. (9) Ketahuilah, pada hari ini Aku mengangkat engkau atas bangsa-bangsa dan atas kerajaan-kerajaan untuk mencabut dan merobohkan, untuk membinasakan dan meruntuhkan, untuk membangun dan menanam.’”.
Awas, kedua text di atas ini (tentang Musa dan Yeremia) tidak boleh dijadikan dasar bagi seadanya orang untuk menjadi hamba Tuhan! Hanya kalau seseorang betul-betul dipanggil Tuhan menjadi hamba Tuhan, barulah ia harus, tanpa memperhitungkan kekurangan-kekurangannya, menjadi hamba Tuhan, dan melayani Tuhan sesuai dengan kehendakNya. Tuhan pasti akan memperlengkapinya sehingga ia mampu melakukan tugasnya.
Bdk. Yer 23:30-32 - “(30) Sebab itu, sesungguhnya, Aku akan menjadi lawan para nabi, demikianlah firman TUHAN, yang mencuri firmanKu masing-masing dari temannya. (31) Sesungguhnya, Aku akan menjadi lawan para nabi, demikianlah firman TUHAN, yang memakai lidahnya sewenang-wenang untuk mengutarakan firman ilahi. (32) Sesungguhnya, Aku akan menjadi lawan mereka yang menubuatkan mimpi-mimpi dusta, demikianlah firman TUHAN, dan yang menceritakannya serta menyesatkan umatKu dengan dustanya dan dengan bualnya. Aku ini tidak pernah mengutus mereka dan tidak pernah memerintahkan mereka. Mereka sama sekali tiada berguna untuk bangsa ini, demikianlah firman TUHAN”.
Penekanan saya dengan Yer 23:30-32 ini sebetulnya ada pada bagian yang saya garis-bawahi, yang menunjukkan bahwa Tuhan tidak pernah mengutus nabi-nabi palsu itu! Tetapi pada waktu membaca Yer 23:30nya saya ingin tahu apa arti kata-kata ‘yang mencuri firmanKu masing-masing dari temannya’. Ternyata bagian ini lagi-lagi berurusan dengan kejahatan yang dilakukan oleh nabi-nabi palsu itu demi uang! Perhatikan komentar Calvin di bawah ini tentang bagian itu.
Calvin (tentang Yer 23:30): “He says, first, ‘Behold, I am, against the prophets, who steal my words every one from his neighbor.’ Many explain this verse as though God condemned the false prophets, who borrowed something from the true prophets, so that they might be their rivals and as it were their apes; and no doubt the ungodly teachers had ever from the beginning made some assumptions, that they might be deemed God’s servants. But it seems, however, a forced view, that they stole words from the true prophets, for the words express what is different, that they stole ‘every one from his friend.’ Jeremiah would not have called God’s faithful servants by this name. I rather think that their secret arts are here pointed out, that they secretly and designedly conspired among themselves, and then that they spread abroad their own figments according to their usual manner. For the ungodly and the perfidious, that they might obtain credit among the simple and unwary, consulted together and devised all their measures craftily, that they might not be immediately found out; and thus one took from the other what he afterwards announced and published. And this is what Jeremiah calls stealing, because they secretly consulted, and then declared to the people what they agreed upon among themselves; and they did this as though every one had derived his oracle from heaven. I have, therefore, no doubt but that the Prophet condemns these hidden consultations when he says that every one stole from his neighhour” (= Ia berkata, pertama-tama, ‘Lihatlah, Aku menentang nabi-nabi itu, yang mencuri firmanKu, masing-masing dari tetangga / temannya’. Banyak orang menjelaskan ayat ini seakan-akan Allah mengecam nabi-nabi palsu itu, yang meminjam sesuatu dari nabi-nabi asli, sehingga mereka bisa menjadi saingan-saingan mereka dan seakan-akan monyet mereka; dan tak diragukan guru-guru yang jahat itu sejak semula telah membuat suatu claim / kepura-puraan, supaya mereka bisa dianggap sebagai pelayan-pelayan Allah. Tetapi ini kelihatannya merupakan pandangan yang dipaksakan, bahwa mereka mencuri firman / kata-kata dari nabi-nabi asli, karena kata-katanya menyatakan apa yang berbeda, bahwa mereka mencuri ‘masing-masing dari temannya’. Yeremia tidak akan menyebut pelayan-pelayan yang setia dari Allah dengan sebutan ini. Saya lebih menganggap bahwa di sini keahlian rahasia mereka yang ditunjuk, bahwa mereka secara rahasia / diam-diam dan dengan direncanakan bersekongkol di antara mereka sendiri, dan lalu mereka menyebarkan isapan jempol mereka sendiri menurut cara mereka yang biasa. Karena orang-orang yang jahat dan bersifat mengkhianat, supaya mereka bisa mendapatkan penghargaan / pujian di antara orang-orang yang sederhana / bodoh dan tidak waspada, berunding bersama-sama dan merencanakan semua tindakan mereka dengan licik, supaya mereka tidak segera diketahui; dan demikianlah yang satu mengambil dari yang lain apa yang lalu ia umumkan dan beritakan. Dan ini yang oleh Yeremia disebut ‘mencuri’, karena mereka berunding dengan diam-diam, dan lalu menyatakan kepada orang-orang bahwa mereka setuju di antara mereka sendiri; dan mereka melakukan ini seakan-akan setiap orang dari mereka telah mendapatkan firmannya dari surga. Karena itu, saya tidak mempunyai keraguan bahwa sang Nabi mengecam perundingan-perundingan tersembunyi ini pada waktu ia mengatakan bahwa ‘masing-masing mencuri dari tetangga / sesamanya’).
Catatan: kata Ibrani yang diterjemahkan ‘teman’ adalah REA atau REYA, yang artinya adalah ‘friend, companion, fellow, another person’ (= teman, kawan / rekan, kawan / sesama, orang lain) - Bible Works 7.
Jadi sekalipun penafsiran Calvin memungkinkan, tetapi penafsiran pertama yang ditolak oleh Calvin, juga masih memungkinkan.
Penerapan:
· pendeta setempat disebut rasul oleh pendeta tamu, dan pendeta setempat juga meninggi-ninggikan si pendeta tamu.
· orang-orang yang mengambil tulisan saya, tetapi membengkokkannya atau mengambil hanya yang menguntungkan, dan lalu memberitakannya.
3. Hebatnya, mujijat melalui keledai ini tetap tidak mempertobatkan nabi palsu itu!
Matthew Henry: “Those who will not yield to usual methods of reproof will be but little influenced by miraculous appearances to turn them from their sinful courses” (= Mereka yang tidak mau menyerah pada metode-metode teguran yang biasa, hanya akan dipengaruhi sedikit oleh penampilan-penampilan yang bersifat mujijat untuk membalikkan mereka dari jalan-jalan berdosa mereka).
Bdk. Luk 16:27-31 - “(27) Kata orang itu: Kalau demikian, aku minta kepadamu, bapa, supaya engkau menyuruh dia ke rumah ayahku, (28) sebab masih ada lima orang saudaraku, supaya ia memperingati mereka dengan sungguh-sungguh, agar mereka jangan masuk kelak ke dalam tempat penderitaan ini. (29) Tetapi kata Abraham: Ada pada mereka kesaksian Musa dan para nabi; baiklah mereka mendengarkan kesaksian itu. (30) Jawab orang itu: Tidak, bapa Abraham, tetapi jika ada seorang yang datang dari antara orang mati kepada mereka, mereka akan bertobat. (31) Kata Abraham kepadanya: Jika mereka tidak mendengarkan kesaksian Musa dan para nabi, mereka tidak juga akan mau diyakinkan, sekalipun oleh seorang yang bangkit dari antara orang mati.’”.
Penerapan: ini perlu dicamkan oleh orang-orang yang menyatakan mau percaya kalau ada mujijat-mujijat.
II Petrus 2:1-22(11)
5) “Guru-guru palsu itu adalah seperti mata air yang kering, seperti kabut yang dihalaukan taufan; bagi mereka telah tersedia tempat dalam kegelapan yang paling dahsyat” (ay 17).
a) “Guru-guru palsu itu adalah seperti mata air yang kering”.
KJV: ‘These are wells without water’ (= Mereka adalah sumur-sumur tanpa air).
RSV/NIV/NASB ≈ Kitab Suci Indonesia.
Seorang hamba Tuhan seharusnya adalah seperti mata air / sumur yang memberikan air, karena dari mereka orang-orang seharusnya belajar kebenaran. Tetapi para nabi palsu ini tidak demikian.
Mal 2:7 - “Sebab bibir seorang imam memelihara pengetahuan dan orang mencari pengajaran dari mulutnya, sebab dialah utusan TUHAN semesta alam”.
Ef 4:11-15 - “(11) Dan Ialah yang memberikan baik rasul-rasul maupun nabi-nabi, baik pemberita-pemberita Injil maupun gembala-gembala dan pengajar-pengajar, (12) untuk memperlengkapi orang-orang kudus bagi pekerjaan pelayanan, bagi pembangunan tubuh Kristus, (13) sampai kita semua telah mencapai kesatuan iman dan pengetahuan yang benar tentang Anak Allah, kedewasaan penuh, dan tingkat pertumbuhan yang sesuai dengan kepenuhan Kristus, (14) sehingga kita bukan lagi anak-anak, yang diombang-ambingkan oleh rupa-rupa angin pengajaran, oleh permainan palsu manusia dalam kelicikan mereka yang menyesatkan, (15) tetapi dengan teguh berpegang kepada kebenaran di dalam kasih kita bertumbuh di dalam segala hal ke arah Dia, Kristus, yang adalah Kepala”.
Matthew Henry: “In vain then are all our expectations of being fed and filled with knowledge and understanding by those who are themselves ignorant and empty” (= Maka sia-sialah semua pengharapan kita untuk diberi makan dan diisi dengan pengetahuan dan pengertian oleh mereka yang dirinya sendiri tidak mempunyai pengetahuan dan kosong).
Adam Clarke: “‘These are wells without water.’ Persons who, by their profession, should furnish the water of life to souls athirst for salvation; but they have not this water; they are teachers without ability to instruct; they are sowers, and have no seed in their basket. Nothing is more cheering in the deserts of the east than to meet with a well of water; and nothing more distressing, when parched with thirst, than to meet with a well that contains no water” (= ‘Mereka adalah sumur-sumur tanpa air’. Orang-orang yang, oleh pengakuan mereka, harus memberi air hidup kepada jiwa-jiwa yang haus akan keselamatan; tetapi mereka tidak mempunyai air ini; mereka adalah guru-guru tanpa kemampuan untuk mengajar; mereka adalah penabur-penabur, dan tidak mempunyai benih dalam keranjang mereka. Tidak ada yang lebih menggembirakan di padang gurun di Timur dari pada menjumpai sebuah sumur air; dan tidak ada yang lebih menyedihkan, pada waktu terbakar kehausan, dari pada menjumpai sebuah sumur yang tidak berisikan air).
Calvin: “‘These are wells,’ or fountains, ‘without water.’ He shews by these two metaphors, that they had nothing within, though they made a great display. A fountain, by its appearance, draws men to itself, because it promises them water to drink, and for other purposes; as soon as clouds appear, they give hope of immediate rain to irrigate the earth. He then says that they were like fountains, because they excelled in boasting, and displayed some acuteness in their thoughts and elegance in their words; but that yet they were dry and barren within: hence the appearance of a fountain was fallacious” (= ‘Ini adalah sumur-sumur’, atau mata air - mata air, ‘tanpa air’. Ini menunjukkan dengan kedua kiasan ini, bahwa mereka tidak mempunyai apapun di dalam diri mereka, sekalipun mereka membuat pameran / pertunjukan yang besar. Sebuah mata air, oleh penampilannya, menarik orang-orang pada dirinya sendiri, karena itu menjanjikan mereka air untuk diminum, dan untuk tujuan-tujuan lain; begitu awan-awan muncul, mereka memberikan pengharapan tentang hujan yang segera turun untuk mengairi bumi. Lalu ia mengatakan bahwa mereka seperti mata air - mata air, karena mereka unggul dalam membanggakan, dan menunjukkan / memamerkan ketajaman tertentu dalam pikiran-pikiran mereka dan kecantikan / keanggunan dalam kata-kata mereka; tetapi mereka kering dan tandus di dalam: karena itu penampilan dari sebuah mata air itu adalah salah / bersifat menipu).
Barnes’ Notes: “Nothing to an oriental mind would be more expressive than to say of professed religious teachers, that they were ‘wells without water.’ It was always a sad disappointment to a traveler in the hot sands of the desert to come to a well where it was expected that water might be found, and to find it dry. It only aggravated the trials of the thirsty and weary traveler. Such were these religious teachers. ... they would only grievously disappoint the expectations of all those who were seeking for the refreshing influences of the truths of the gospel. There are many such teachers in the world” (= Bagi pikiran orang Timur tidak ada yang lebih menggambarkan dari pada mengatakan tentang orang-orang yang mengaku sebagai guru-guru agamawi ini, bahwa mereka adalah ‘sumur-sumur tanpa air’. Selalu merupakan suatu kekecewaan yang menyedihkan bagi seorang pelancong di tanah yang panas dari padang gurun untuk datang pada suatu sumur dimana diharapkan akan ditemukan air, dan mendapatinya kering. Itu hanya memperburuk percobaan dari pelancong yang haus dan lelah. Seperti itulah guru-guru agamawi ini. ... mereka hanya dengan / secara menyedihkan mengecewakan harapan dari semua mereka yang sedang mencari pengaruh-pengaruh yang menyegarkan dari kebenaran-kebenaran injil. Ada banyak guru-guru seperti itu dalam dunia).
b) “seperti kabut yang dihalaukan taufan”.
KJV/NKJV: ‘clouds’ (= awan).
RSV/NIV/NASB: ‘mists’ (= kabut).
Ada problem text di sini, karena ada manuscript-manuscript yang menuliskan OMIKHLAI (kabut) dan ada manuscript-manuscript yang menuliskan NEPHILAI / NEPHELAI (awan). Pulpit Commentary, dan kelihatannya juga Adam Clarke, memilih ‘kabut’. Tetapi Clarke mengatakan bahwa sekalipun kata yang digunakan berbeda, artinya tidaklah terlalu berbeda.
Adam Clarke: “‘Clouds that are carried with a tempest.’ In a time of great drought, to see clouds beginning to cover the face of the heavens raises the expectation of rain; but to see these carried off by a sudden tempest is a dreary disappointment. These false teachers were equally as unprofitable as the empty well, or the light, dissipated cloud” (= ‘Awan yang dihembuskan taufan’. Pada waktu kekeringan besar, melihat awan mulai menutup wajah dari langit meningkatkan pengharapan akan hujan; tetapi melihat awan ini dihembuskan oleh taufan yang tiba-tiba adalah suatu kekecewaan yang suram. Guru-guru palsu ini sama tidak bergunanya seperti sumur yang kosong, atau awan ringan yang menghilang).
Calvin: “He says that they were ‘clouds carried’ by the wind, either without rain, or which burst forth into a calamitous storm. He thereby denotes that they brought nothing useful, and that often they were very hurtful” (= Ia mengatakan bahwa mereka adalah awan yang dibawa oleh angin, apakah tanpa hujan, atau yang meledak menjadi badai yang bersifat bencana. Dengan itu ia menunjukkan bahwa mereka tidak membawa apapun yang berguna, dan bahwa seringkali mereka adalah sangat merugikan).
c) “bagi mereka telah tersedia tempat dalam kegelapan yang paling dahsyat”.
KJV: ‘to whom the mist of darkness is reserved for ever’ (= bagi siapa kabut kegelapan disediakan untuk selama-lamanya).
RSV: ‘for them the nether gloom of darkness has been reserved’ (= untuk mereka kesuraman dari kegelapan di bawah bumi telah disediakan).
NIV: ‘Blackest darkness is reserved for them’ (= Kegelapan yang paling hitam disediakan untuk mereka).
NASB: ‘for whom the black darkness has been reserved’ (= untuk siapa kegelapan yang hitam telah disediakan).
Calvin: “He afterwards denounces on them the dreadful judgment of God, that fear might restrain the faithful. By naming the ‘mist’ or the blackness ‘of darkness,’ he alludes to the clouds which obscure the air; as though he had said, that for the momentary darkness which they now spread, there is prepared for them a much thicker darkness which is to continue for ever” (= Belakangan ia memberitahukan kepada mereka penghakiman yang menakutkan dari Allah, supaya rasa takut bisa mengekang orang-orang yang setia / beriman. Dengan menyebutkan ‘kabut’ atau kehitaman ‘dari kegelapan’, ia menyinggung pada awan-awan yang mengaburkan udara; seakan-akan ia telah berkata, bahwa untuk kegelapan sementara yang sekarang menyebar, di sana disiapkan untuk mereka kegelapan yang jauh lebih tebal yang akan berlangsung selama-lamanya).
Matthew Henry: “seeing these men are for promoting darkness in this world, it is very just that the mist of darkness should be their portion in the next. Utter darkness was prepared for the devil, the great deceiver, and his angels, those instruments that he uses to turn men from the truth, and therefore for them it is reserved, and that for ever” (= melihat bahwa orang-orang ini ada untuk mempromosikan kegelapan dalam dunia ini, adalah sangat benar / adil bahwa kabut kegelapan menjadi bagian mereka dalam dunia yang akan datang. Kegelapan total disiapkan untuk setan / iblis, sang penipu besar, dan malaikat-malaikatnya, alat-alat yang ia gunakan untuk membalikkan manusia dari kebenaran, dan karena itu untuk mereka tempat itu disediakan, dan itu untuk selama-lamanya).
Barnes’ Notes: “It refers undoubtedly to the place of future punishment, which is often represented as a place of intense darkness. See the notes at Matt 8:12” (= Tak diragukan itu menunjuk pada penghukuman yang akan datang, yang sering digambarkan sebagai suatu tempat kegelapan yang hebat. Lihat catatan di Mat 8:12).
Mat 8:12 - “sedangkan anak-anak Kerajaan itu akan dicampakkan ke dalam kegelapan yang paling gelap, di sanalah akan terdapat ratap dan kertak gigi.’”.
Barnes’ Notes (tentang Mat 8:12): “‘Shall be cast out into outer darkness ...’ This is an image of future punishment. It is not improbable that the image was taken from Roman dungeons or prisons. They were commonly constructed under ground. They were shut out from the light of the sun. They were, of course, damp, dark, and unhealthy, and probably most filthy. Masters were in the habit of constructing such prisons for their slaves, where the unhappy prisoner, without light, or company, or comfort, spent his days and nights in weeping from grief, and in vainly gnashing his teeth from indignation. The image expresses the fact that the wicked who are lost will be shut out from the light of heaven, and from peace, and joy, and hope; will weep in hopeless grief, and will gnash their teeth in indignation against God, and complain against his justice. ... add to his sufferings the idea of eternity, and then remember that this, after all, is but an image, a faint image, of hell!” (= ‘Akan dicampakkan ke dalam kegelapan yang paling gelap ...’. Ini adalah suatu gambaran dari hukuman yang akan datang. Bukan tidak mungkin bahwa gambaran ini diambil dari ruang-ruang bawah tanah atau penjara-penjara Romawi. Mereka biasanya dibangun di bawah tanah. Mereka ditutup dari terang matahari. Mereka, tentu saja, lembab, gelap, dan tidak sehat, dan mungkin sangat kotor. Tuan-tuan mempunyai kebiasaan untuk membangun penjara-penjara seperti itu untuk budak-budak mereka, dimana sang tahanan yang malang, tanpa terang, atau teman, atau penghiburan, menghabiskan siang-siang dan malam-malamnya dalam tangisan dari kesedihan, dan dengan sia-sia mengertakkan gigi dari kemarahan. Gambaran ini menyatakan fakta bahwa orang-orang jahat yang terhilang akan ditutup dari terang surga, dan dari damai, dan sukacita, dan pengharapan; akan menangis dalam kesedihan tanpa harapan, dan akan mengertakkan gigi mereka dalam kemarahan terhadap Allah, dan mengeluh terhadap keadilanNya. ... Tambahkan pada hal ini gagasan tentang kekekalan, dan lalu ingat bahwa bagaimanapun juga ini hanya merupakan suatu gambaran, suatu gambaran yang redup, tentang neraka!).
Suatu buku Saat Teduh menceritakan peristiwa sebagai berikut: “Recently I was in a cave in Kentucky. When we had gone deep into the bowels of the earth through many winding passageways, the guide suddenly turned off all the lights and said, ‘I alone know the way out. If I were to leave you in this dark chamber, you would probably never make your way to the surface. Those who have been lost in this cavern have become insane inside of a week from the oppressive loneliness and the maddening, incessant drip of the water from the roof. Be quiet for a moment and feel the darkness!’ I remember my youngster clutching my arm. Soon terror began to edge its way into all of our hearts. After about thirty seconds, someone in the party could endure the ordeal no longer and whimpered piteously, ‘Turn on the light! I’m going crazy now!’ The guide laughed, but none of us will ever forget that eerie experience. I thought of the ‘outer darkness’ of an eternal Hell and shuddered!” (= Baru-baru ini saya ada di sebuah gua di Kentucky. Pada waktu kami telah masuk dalam di dalam perut bumi melalui banyak jalan yang berliku-liku, sang pemandu / penunjuk jalan tiba-tiba mematikan semua lampu dan berkata, ‘Hanya aku yang tahu jalan keluar. Seandainya aku meninggalkan kalian dalam ruangan gelap ini, mungkin kalian tidak akan pernah menemukan jalan ke permukaan. Mereka yang telah terhilang di gua ini telah menjadi gila dalam 1 minggu karena kesendirian yang menekan, dan tetesan air yang tak henti-hentinya dari langit-langit gua. Tenanglah untuk sesaat dan rasakanlah kegelapan itu!’ Saya teringat anak saya menggenggam / mencengkeram lengan saya. Segera rasa takut mulai masuk ke dalam hati kami semua. Setelah kira-kira 30 detik, seseorang dalam kelompok itu tidak bisa menahan siksaan itu lebih lama lagi dan merengek dengan memilukan, ‘Nyalakan lampu! Aku sedang menjadi gila sekarang!’ Sang pemandu / penunjuk jalan tertawa, tetapi tak seorangpun dari kami akan pernah melupakan pengalaman yang mengerikan itu. Saya berpikir tentang ‘kegelapan yang jauh’ dari Neraka yang kekal dan gemetar!) - ‘Bread For Each Day’, September 14.
6) “Sebab mereka mengucapkan kata-kata yang congkak dan hampa dan mempergunakan hawa nafsu cabul untuk memikat orang-orang yang baru saja melepaskan diri dari mereka yang hidup dalam kesesatan” (ay 18).
a) “Sebab mereka mengucapkan kata-kata yang congkak dan hampa”.
KJV: ‘For when they speak great swelling words of vanity’ (= Karena pada waktu mereka mengatakan kata-kata membengkak yang besar dari kesia-siaan).
Calvin: “‘For when they speak great swelling words of vanity.’ He means that they dazzled the eyes of the simple by high-flown stuff of words, that they might not perceive their deceit, for it was not easy to captivate their minds with such dotages, except they were first besotted by some artifice. He then says that they used an inflated kind of words and speech, that they might fill the unwary with admiration” [= ‘Karena pada waktu mereka mengatakan kata-kata membengkak yang besar dari kesia-siaan’. Ia memaksudkan bahwa mereka mempesonakan mata dari orang-orang yang sederhana / bodoh dengan kata-kata dari bahan yang diterbangkan tinggi, sehingga mereka tidak mengerti tipuan mereka, karena tidak mudah untuk memikat / menawan pikiran mereka dengan hal-hal yang kekanak-kanakan / bodoh seperti itu, kecuali mereka pertama-tama dibingungkan / dibuat menjadi bodoh dengan kelicikan tertentu. Ia lalu mengatakan bahwa mereka menggunakan suatu jenis kata-kata dan ucapan yang digelembungkan, supaya mereka bisa mengisi orang-orang yang tidak waspada dengan kekaguman].
Calvin: “There are fanatics of a similar kind at this day, who call themselves by the plausible title of Libertines or free-men. For they talk most confidently of the Spirit and of spiritual things, as though they roared out from above the clouds, and fascinate many by their tricks and wiles, so that you may say that the Apostle has correctly prophesied of them. For they treat all things jocosely and scoffingly; and though they are great simpletons, yet as they indulge in all vices, they find favor with their own people by a sort of drollery” (= Jaman sekarang ada orang-orang fanatik dari jenis yang mirip, yang menyebut diri mereka sendiri dengan gelar yang masuk akal dari Libertines atau orang-orang bebas. Karena mereka berbicara dengan sangat meyakinkan tentang Roh dan tentang hal-hal rohani, seakan-akan mereka menderu dari atas awan-awan, dan mengherankan banyak orang dengan trik-trik dan tipu-tipu muslihat mereka, sehingga engkau bisa mengatakan bahwa sang Rasul dengan tepat telah menubuatkan tentang mereka. Karena mereka memperlakukan segala sesuatu dengan cara melucu dan mengejek / mencemoohkan; dan sekalipun mereka adalah orang-orang yang sangat tolol, tetapi karena mereka mengijinkan segala kejahatan, mereka disenangi oleh orang-orang mereka sendiri sebagai sejenis lelucon).
Matthew Henry: “It is with great swelling words of vanity, lofty expressions, which have a great sound, but little sense” (= Itu disertai kata-kata sia-sia yang menggelembung besar, ungkapan-ungkapan yang megah / tinggi, yang mempunyai bunyi yang besar, tetapi arti yang kecil / sedikit).
Barnes’ Notes: “‘For when they speak great swelling words of vanity.’ When they make pretensions to wisdom and learning, or seem to attach great importance to what they say, and urge it in a pompous and positive manner. Truth is simple, and delights in simple statements. It expects to make its way by its own intrinsic force, and is willing to pass for what it is worth. Error is noisy and declamatory, and hopes to succeed by substituting sound for sense, and by such tones and arts as shall induce men to believe that what is said is true, when it is known by the speaker to be false” (= ‘Karena pada waktu mereka mengatakan kata-kata membengkak yang besar dari kesia-siaan’. Pada waktu mereka membuat kepura-puraan dalam hikmat dan pengetahuan, atau kelihatannya melekatkan kepentingan yang besar pada apa yang mereka katakan, dan mendesakkannya dengan cara yang muluk / memegahkan diri dan positif. Kebenaran itu sederhana, dan senang dengan pernyataan-pernyataan yang sederhana. Ia berharap untuk membuat jalannya dengan kekuatan yang ada dalam dirinya, dan mau dipandang sebagaimana ia bernilai. Kesalahan adalah keributan dan bersifat deklamasi, dan berharap untuk berhasil dengan menggantikan arti dengan bunyi, dan dengan nada dan keahlian yang akan membujuk orang untuk percaya bahwa apa yang dikatakan adalah benar, pada waktu diketahui oleh pembicaranya sebagai salah).
The Bible Exposition Commentary: New Testament: “the teachers are eloquent promoters of their doctrines. They know how to impress people with their vocabulary, ‘Mated words that say nothing’ (literal translation). The average person does not know how to listen to and analyze the kind of propaganda that pours out of the mouths and printing presses of the apostates. Many people cannot tell the difference between a religious huckster and a sincere servant of Jesus Christ. Do not be impressed with religious oratory. Apollos was a fervent and eloquent religious speaker, but he did not know the right message to preach (Acts 18:24-28). Paul was careful not to build his converts’ faith on either his words or his wisdom (1 Cor 2:1-5). Paul was a brilliant man, but his ministry was simple and practical. He preached to express and not to impress. He knew the difference! between communication and manipulation” [= guru-guru itu adalah promotor-promotor yang fasih dari ajaran-ajaran mereka. Mereka tahu bagaimana untuk membuat orang-orang terkesan dengan perbendaharaan kata-kata mereka, ‘Kata-kata yang cocok (?) yang tidak mengatakan apa-apa’ (terjemahan hurufiah). Orang-orang rata-rata tidak tahu bagaimana untuk mendengar pada dan menganalisa jenis propaganda yang mencurahkan dari mulut-mulut dan cetakan-cetakan dari orang-orang murtad itu. Banyak orang tak bisa mengetahui perbedaan antara seorang pedagang keliling dan seorang pelayan yang tulus / sungguh-sungguh dari Yesus Kristus. Jangan terkesan dengan kefasihan berpidato yang bersifat agamawi. Apolos adalah pembicara / pengkhotbah agama yang bersemangat dan fasih, tetapi ia tidak mengetahui berita yang benar untuk dikhotbahkan (Kis 18:24-28). Paulus berhati-hati untuk tidak membangun iman dari para petobatnya pada kata-katanya atau hikmatnya (1Kor 2:1-5). Paulus adalah orang yang brilian, tetapi pelayanannya sederhana dan praktis. Ia berkhotbah untuk menyatakan, dan bukan untuk mengesankan. Ia tahu perbedaannya! antara komunikasi / penyampaian dan manipulasi].
1Kor 2:1-5 - “(1) Demikianlah pula, ketika aku datang kepadamu, saudara-saudara, aku tidak datang dengan kata-kata yang indah atau dengan hikmat untuk menyampaikan kesaksian Allah kepada kamu. (2) Sebab aku telah memutuskan untuk tidak mengetahui apa-apa di antara kamu selain Yesus Kristus, yaitu Dia yang disalibkan. (3) Aku juga telah datang kepadamu dalam kelemahan dan dengan sangat takut dan gentar. (4) Baik perkataanku maupun pemberitaanku tidak kusampaikan dengan kata-kata hikmat yang meyakinkan, tetapi dengan keyakinan akan kekuatan Roh, (5) supaya iman kamu jangan bergantung pada hikmat manusia, tetapi pada kekuatan Allah”.
1Kor 1:22-24 - “(22) Orang-orang Yahudi menghendaki tanda dan orang-orang Yunani mencari hikmat, (23) tetapi kami memberitakan Kristus yang disalibkan: untuk orang-orang Yahudi suatu batu sandungan dan untuk orang-orang bukan Yahudi suatu kebodohan, (24) tetapi untuk mereka yang dipanggil, baik orang Yahudi, maupun orang bukan Yahudi, Kristus adalah kekuatan Allah dan hikmat Allah”.
b) “dan mempergunakan hawa nafsu cabul”.
KJV: ‘they allure through the lusts of the flesh, through much wantonness’ (= mereka memikat melalui nafsu-nafsu daging, melalui banyak ketidak-bermoralan).
RSV: ‘they entice with licentious passions of the flesh men’ (= mereka memikat dengan nafsu-nafsu yang tidak bermoral dari manusia-manusia daging).
Matthew Henry: “they work upon the corrupt affections and carnal fleshly lusts of men, proposing what is grateful to them” (= mereka mempengaruhi / berusaha untuk membujuk perasaan / kecenderungan yang jahat dan nafsu daging dari manusia, menawarkan apa yang menyenangkan bagi mereka).
Bdk. 2Tim 4:3-4 - “(3) Karena akan datang waktunya, orang tidak dapat lagi menerima ajaran sehat, tetapi mereka akan mengumpulkan guru-guru menurut kehendaknya untuk memuaskan keinginan telinganya. (4) Mereka akan memalingkan telinganya dari kebenaran dan membukanya bagi dongeng”.
Bdk. 1Raja 22:6,7,11-14 - “(6) Lalu raja Israel mengumpulkan para nabi, kira-kira empat ratus orang banyaknya, kemudian bertanyalah ia kepada mereka: ‘Apakah aku boleh pergi berperang melawan Ramot-Gilead atau aku membatalkannya?’ Jawab mereka: ‘Majulah! Tuhan akan menyerahkannya ke dalam tangan raja.’ (7) Tetapi Yosafat bertanya: ‘Tidak adakah lagi di sini seorang nabi TUHAN, supaya dengan perantaraannya kita dapat meminta petunjuk?’ ... (11) maka Zedekia bin Kenaana membuat tanduk-tanduk besi, lalu berkata: ‘Beginilah firman TUHAN: Dengan ini engkau akan menanduk Aram sampai engkau menghabiskan mereka.’ (12) Juga semua nabi itu bernubuat demikian, katanya: ‘Majulah ke Ramot-Gilead, dan engkau akan beruntung; TUHAN akan menyerahkannya ke dalam tangan raja.’ (13) Suruhan yang pergi memanggil Mikha itu, berkata kepadanya: ‘Ketahuilah, nabi-nabi itu sudah sepakat meramalkan yang baik bagi raja, hendaklah engkau juga berbicara seperti salah seorang dari pada mereka dan meramalkan yang baik.’ (14) Tetapi Mikha menjawab: ‘Demi TUHAN yang hidup, sesungguhnya, apa yang akan difirmankan TUHAN kepadaku, itulah yang akan kukatakan.’”.
Matthew Henry: “Erroneous teachers have a peculiar advantage to win men over to them, because they have sensual pleasure to take them with; whereas the ministers of Christ put men upon self-denial, and the mortifying of those lusts that others gratify and please: wonder not therefore that truth prevails no more, or that errors spread so much” (= Guru-guru palsu mempunyai keuntungan khusus untuk memenangkan orang-orang ke pihak mereka, karena mereka mempunyai kesenangan yang bersifat hawa nafsu yang mereka gunakan untuk mengambil mereka; sedangkan pelayan-pelayan Kristus membebankan orang-orang penyangkalan diri sendiri, dan pematian dari nafsu-nafsu itu, yang orang-orang lain puaskan dan senangi: karena itu, jangan heran bahwa kebenaran tidak menang / efektif lagi, atau bahwa kesalahan-kesalahan tersebar begitu banyak).
c) “untuk memikat orang-orang yang baru saja melepaskan diri dari mereka yang hidup dalam kesesatan”.
The Bible Exposition Commentary: New Testament menceritakan tentang seorang pendeta yang membantu suatu penginjilan di suatu tempat terbuka di Filipina. Orang-orang yang mengambil keputusan untuk menerima Kristus diminta untuk masuk ke ruangan dekat dengan tempat itu, dan di sana mereka dibimbing, dan juga diberi bahan-bahan untuk menolong mereka mulai dalam kehidupan Kristen mereka. Begitu orang-orang baru itu keluar dari tempat itu seorang sesat mendatangi mereka dan mulai memperkenalkan agamanya sendiri! Yang harus dilakukan oleh para penyesat itu hanyalah memperhatikan siapa yang membawa bahan yang diberikan itu, lalu mendekatinya. Prosedur yang sama sering terjadi dalam KKR penginjilan yang besar, dimana para penyesat siap untuk menerkam orang-orang percaya yang membawa ‘paket keputusan’ yang mereka dapatkan dari pembimbingan yang mereka terima. Itu sebabnya para hamba Tuhan harus memperkuat dasar iman dari para petobat baru itu. Seperti bayi-bayi yang baru dilahirkan, orang-orang Kristen yang baru itu perlu dilindungi, diberi makan, dan diteguhkan, sebelum mereka bisa dilepaskan dalam dunia yang berbahaya ini. Kita tidak bisa menyalahkan orang-orang Kristen yang baru itu karena ‘tidak teguh / stabil’ (2Pet 2:14), jika kita tidak mengajar mereka bagaimana untuk berdiri!
Matthew Henry: “By application and industry men attain a skilfulness and dexterity in promoting error. They are as artful and as successful as the fisher, who makes angling his daily employment. The business of these men is to draw disciples after them, and in their methods and management there are some things worth observing, how they suit their bait to those they desire to catch” (= Dengan penerapan / ketekunan dan kerajinan orang-orang mendapat suatu keahlian dan ketangkasan dalam mempromosikan kesalahan. Mereka sama ahlinya dan suksesnya seperti si penjala ikan, yang membuat memancing sebagai pekerjaan harian mereka. Kesibukan dari orang-orang ini adalah menarik murid-murid untuk mengikuti mereka, dan dalam metode-metode dan kepengurusan mereka ada hal-hal tertentu yang layak diperhatikan, bagaimana mereka menyesuaikan umpan mereka dengan orang-orang yang mereka ingin tangkap).
Penerapan: bandingkan dengan para Saksi Yehuwa yang karena kerajinan dan ketekunan, baik dalam belajar maupun memberitakan ‘Injil’, menjadi ahli dalam melakukan hal itu.
Calvin: “we must consider the whole sentence of the Apostle. He says that they who had really escaped from the society of those in error were again deceived by a new kind of error, ... He hereby reminds us how dangerous are the wiles of these men. ... Let us be reminded of what we ought especially to beware of, after having been once enlightened, that is, lest Satan entice us under the pretense of liberty, so as to give ourselves up to lasciviousness to gratify the lusts of the flesh. But they are safe from this danger who seriously attend to the study of holiness” (= kita harus mempertimbangkan seluruh kalimat dari sang Rasul. Ia mengatakan bahwa mereka yang telah sungguh-sungguh melepaskan diri dari masyarakat yang salah, ditipu lagi oleh suatu jenis kesalahan yang baru, ... Dengan ini ia mengingatkan kita betapa berbahayanya tipu muslihat dari orang-orang ini. ... Hendaklah kita diingatkan tentang apa yang secara khusus harus kita waspadai, setelah sekali pernah dicerahi, yaitu, supaya jangan Iblis memikat kita di bawah kepura-puraan dari kebebasan, sehingga memberikan diri kita sendiri kepada hal-hal yang menimbulkan hawa nafsu untuk memuaskan nafsu dari daging. Tetapi mereka aman dari bahaya ini, yang dengan serius memperhatikan pelajaran tentang kekudusan).
Ada penterjemahan yang berbeda tentang bagian ini.
Kitab Suci Indonesia: “untuk memikat orang-orang yang baru saja melepaskan diri dari mereka yang hidup dalam kesesatan”.
KJV: ‘were clean escaped’ (= sama sekali lolos).
RSV: ‘who have barely escaped’ (= yang hampir lolos).
NIV: ‘who are just escaping’ (= yang baru lolos).
NASB: ‘who barely escape’ (= yang hampir lolos).
Jadi, RSV / NASB mengatakan bahwa orang-orang itu hampir lolos. Sedangkan Kitab Suci Indonesia, RSV, NIV mengatakan bahwa mereka baru lolos. Perbedaan ini muncul karena adanya problem text dalam bagian ini. Ada manuscript-manuscript yang menuliskan ONTOS [= really (= sungguh-sungguh)] dan ada manuscript-manuscript yang menuliskan OLIGOS [= scarcely, barely (= hampir, nyaris)]. Baik Albert Barnes maupun Bruce Metzger memilih yang kedua.
Barnes’ Notes: “Most of the later editions of the Greek Testament coincide with the reading in the margin, oligoos meaning ‘little, but a little, scarcely.’ This accords better with the scope of the passage; and, according to this, it means that they had ‘almost escaped’ from the snares and influences of those who live in error and sin. They had begun to think of their ways; they had broken off many of their evil habits; and there was hope that they would be entirely reformed, and would become decided Christians, but they were allured again to the sins in which they had so long indulged. This seems to me to accord with the design of the passage, and it certainly accords with what frequently occurs, that those who are addicted to habits of vice become apparently interested in religion, and abandon many of their evil practices, but are again allured by the seductive influences of sin, and relapse into their former habits” (= Kebanyakan dari edisi-edisi belakangan dari Perjanjian Baru bahasa Yunani serupa / bertepatan dengan pembacaan di catatan tepi, OLIGOOS yang berarti ‘sedikit, tetapi sedikit, hampir’. Ini lebih sesuai dengan tujuan dari text; dan, sesuai dengan ini, itu berarti bahwa mereka ‘hampir lolos’ dari jerat dan pengaruh dari mereka yang hidup dalam kesesatan dan dosa. Mereka telah mulai berpikir tentang jalan mereka; mereka telah memutuskan banyak dari kebiasaan-kebiasaan jahat mereka; dan di sana ada harapan bahwa mereka akan direformasi secara keseluruhan, dan akan menjadi orang-orang Kristen yang pasti, tetapi mereka dipikat lagi kepada dosa-dosa dalam mana mereka sudah begitu lama memuaskan diri. Ini kelihatannya bagi saya sesuai dengan rancangan dari text, dan itu pastilah sesuai dengan apa yang sering terjadi, bahwa mereka yang kecanduan terhadap kebiasaan dari kejahatan kelihatannya menjadi tertarik pada agama, dan meninggalkan banyak dari praktek-praktek jahat mereka, tetapi lalu dipikat lagi oleh pengaruh-pengaruh dosa yang bersifat memikat, dan kambuh / kumat ke dalam kebiasaan yang dahulu / semula).
II Petrus 2:1-22(12)
7) “Mereka menjanjikan kemerdekaan kepada orang lain, padahal mereka sendiri adalah hamba-hamba kebinasaan, karena siapa yang dikalahkan orang, ia adalah hamba orang itu” (ay 19).
Calvin: “The name of liberty is sweet, and they abused it for this end, that the hearer, being loosed from the fear of the divine law, might abandon himself unto unbridled licentiousness. But the liberty which Christ has procured for us, and which he offers daily by the gospel, is altogether different, for he has exempted us from the yoke of the law as far as it subjects us to a curse, that he might also deliver us from the dominion of sin, as far as it subjects us to its own lusts. Hence, where lusts reign, and therefore where the flesh rules, there the liberty of Christ has no place whatever. The Apostle then declares this to all the godly, that they might not desire any other liberty but that which leads those, who are set free from sin, to a willing obedience to righteousness. We hence learn that there have ever been depraved men who made a false pretense to liberty, and that this has been an old cunning trick of Satan. We need not wonder that at this day the same filth is stirred up by fanatical men” (= Nama / sebutan ‘kemerdekaan’ adalah manis, dan mereka menyalah-gunakan untuk tujuan ini, supaya pendengar, yang dilepaskan dari rasa takut terhadap hukum ilahi, bisa menyerahkan diri mereka sendiri pada ketidak-bermoralan yang tidak dikekang. Tetapi kemerdekaan yang Kristus telah peroleh / dapatkan bagi kita, dan yang Ia tawarkan setiap hari bagi kita oleh injil, adalah sama sekali berbeda, karena Ia telah membebaskan kita dari kuk hukum Taurat sejauh hukum Taurat itu menundukkan kita pada suatu kutuk. Jadi, dimana nafsu-nafsu bertakhta, dan karena itu dimana daging memerintah, di sana kemerdekaan Kristus tidak mempunyai tempat apapun. Lalu sang Rasul menyatakan ini kepada semua orang saleh, supaya mereka tidak menginginkan kemerdekaan yang lain manapun kecuali kemerdekaan yang membimbing mereka, yang dibebaskan dari dosa, pada suatu ketaatan yang rela pada kebenaran. Maka kita belajar bahwa di sana selalu ada orang-orang bejat yang membuat suatu kepura-puraan yang palsu pada kemerdekaan, dan bahwa ini telah menjadi suatu tipu muslihat yang licik dari Iblis. Kita tidak perlu heran bahwa pada jaman ini kotoran yang sama digerakkan oleh orang-orang yang fanatik).
Bdk. Yoh 8:30-36 - “(30) Setelah Yesus mengatakan semuanya itu, banyak orang percaya kepadaNya. (31) Maka kataNya kepada orang-orang Yahudi yang percaya kepadaNya: ‘Jikalau kamu tetap dalam firmanKu, kamu benar-benar adalah muridKu (32) dan kamu akan mengetahui kebenaran, dan kebenaran itu akan memerdekakan kamu.’ (33) Jawab mereka: ‘Kami adalah keturunan Abraham dan tidak pernah menjadi hamba siapapun. Bagaimana Engkau dapat berkata: Kamu akan merdeka?’ (34) Kata Yesus kepada mereka: ‘Aku berkata kepadamu, sesungguhnya setiap orang yang berbuat dosa, adalah hamba dosa. (35) Dan hamba tidak tetap tinggal dalam rumah, tetapi anak tetap tinggal dalam rumah. (36) Jadi apabila Anak itu memerdekakan kamu, kamupun benar-benar merdeka.’”.
Yang Yesus tawarkan adalah kemerdekaan dari dosa. Dengan demikian, orang menjadi bisa berbuat baik. Tetapi yang ditawarkan oleh orang-orang sesat ini adalah merdeka / bebas untuk berbuat dosa!
The Bible Exposition Commentary: New Testament: “doing whatever you please is not freedom - it is the worst kind of bondage” (= melakukan apapun yang engkau senangi bukanlah kemerdekaan - itu adalah jenis perbudakan yang terburuk).
The Bible Exposition Commentary: New Testament: “You cannot set someone free if you are in bondage yourself, and these false teachers were in bondage. ... They professed to be saved but had never really been redeemed (set free) at all! The tenses of the verbs in 2 Peter 2:19 are present: ‘While they promise them (the new believers) liberty, they themselves (the apostates) are the servants of corruption’ ... They claim to be the servants of God, but they are only the servants of sin. It is bad enough to be a slave, but when sin is your master, you are in the worst possible condition a person can experience” [= Kamu tidak bisa memerdekakan seseorang jika kamu sendiri ada dalam perbudakan, dan guru-guru palsu ini ada dalam perbudakan. ... Mereka mengaku diselamatkan tetapi tidak pernah sungguh-sungguh sudah ditebus / dimerdekakan sama sekali! Tensa-tensa dari kata kerja - kata kerja dalam 2Pet 2:19 adalah present: ‘Sementara mereka menjanjikan mereka (orang-orang percaya yang baru) kemerdekaan, mereka sendiri (orang-orang murtad itu) adalah pelayan-pelayan dari kejahatan’ ... Mereka mengclaim sebagai pelayan-pelayan Allah, tetapi mereka hanya pelayan-pelayan dosa. Adalah cukup buruk untuk menjadi seorang budak, tetapi pada saat dosa adalah tuanmu, engkau ada dalam kondisi terburuk yang memungkinkan yang bisa dialami seseorang].
Ay 20-22: “(20) Sebab jika mereka, oleh pengenalan mereka akan Tuhan dan Juruselamat kita, Yesus Kristus, telah melepaskan diri dari kecemaran-kecemaran dunia, tetapi terlibat lagi di dalamnya, maka akhirnya keadaan mereka lebih buruk dari pada yang semula. (21) Karena itu bagi mereka adalah lebih baik, jika mereka tidak pernah mengenal Jalan Kebenaran dari pada mengenalnya, tetapi kemudian berbalik dari perintah kudus yang disampaikan kepada mereka. (22) Bagi mereka cocok apa yang dikatakan peribahasa yang benar ini: ‘Anjing kembali lagi ke muntahnya, dan babi yang mandi kembali lagi ke kubangannya.’”.
1) Ay 20: “Sebab jika mereka, oleh pengenalan mereka akan Tuhan dan Juruselamat kita, Yesus Kristus, telah melepaskan diri dari kecemaran-kecemaran dunia, tetapi terlibat lagi di dalamnya, maka akhirnya keadaan mereka lebih buruk dari pada yang semula”.
a) Ini tidak menunjuk kepada orang kristen yang sejati yang lalu murtad.
Orang Arminian mungkin sekali akan menggunakan ayat ini sebagai ayat pendukung kepercayaan / ajaran mereka bahwa orang kristen yang sejati bisa kehilangan keselamatan mereka. Dan Adam Clarke memang menafsirkan seperti itu. Tetapi saya tidak percaya penafsiran seperti itu. Ayat ini tidak menunjuk kepada orang kristen yang sejati, tetapi hanya menunjuk kepada orang yang kelihatannya seperti orang kristen yang sejati!
Barnes’ Notes: “‘For if after they have escaped the pollutions of the world.’ This does not necessarily mean that they had been true Christians, and had fallen from grace. People may outwardly reform, and escape from the open corruptions which prevail around them, or which they had themselves practiced, and still have no true grace at heart. ‘Through the knowledge of the Lord and Saviour Jesus Christ.’ Neither does THIS imply that they were true Christians, or that they had ever had any saving knowledge of the Redeemer. There is a knowledge of the doctrines and duties of religion which may lead sinners to abandon their outward vices, which has no connection with saving grace. They may profess religion, and may KNOW enough of religion to understand that it requires them to abandon their vicious habits, and still never be true Christians” (= ‘Sebab jika mereka telah melepaskan diri dari kecemaran-kecemaran dunia’. Ini tidak harus berarti bahwa mereka telah menjadi orang-orang Kristen yang sejati, dan telah jatuh dari kasih karunia. Orang-orang bisa direformasi secara lahiriah, dan lolos dari kejahatan-kejahatan terbuka yang banyak ada di sekitar mereka, atau yang mereka sendiri telah praktekkan, dan tetap tidak mempunyai kasih karunia yang sejati dalam hati mereka. ‘Oleh / melalui pengenalan mereka akan Tuhan dan Juruselamat kita, Yesus Kristus’. Inipun tidak menunjukkan bahwa mereka adalah orang-orang Kristen yang sejati, atau bahwa mereka pernah mempunyai pengenalan yang menyelamatkan tentang sang Penebus. Ada suatu pengetahuan tentang doktrin-doktrin dan kewajiban-kewajiban agama yang bisa membimbing orang-orang berdosa untuk meninggalkan kejahatan-kejahatan lahiriah mereka, yang tidak berhubungan dengan kasih karunia yang menyelamatkan. Mereka bisa mengaku agama, dan bisa TAHU cukup tentang agama untuk mengerti bahwa itu menuntut / mengharuskan mereka untuk meninggalkan kebiasaan-kebiasaan mereka yang jahat / buruk, tetapi tetap tidak pernah menjadi orang-orang Kristen yang sejati).
Matthew Henry: “Some men are, for a time, kept from the pollutions of the world, by the knowledge of Christ, who are not savingly renewed in the spirit of their mind” (= Beberapa / sebagian orang, untuk sementara waktu, dijaga dari polusi dunia, oleh pengetahuan tentang Kristus, yang tidak diperbaharui secara menyelamatkan dalam roh / kecondongan dari pikiran mereka).
Matthew Henry: “A religious education has restrained many whom the grace of God has not renewed: if we receive the light of the truth, and have a notional knowledge of Christ in our heads, it may be of some present service to us; but we must receive the love of the truth, and hide God’s word in our heart, or it will not sanctify and save us” (= Suatu pendidikan agamawi telah mengekang banyak orang yang tidak diperbaharui oleh kasih karunia Allah: jika kita menerima terang dari kebenaran, dan mempunyai suatu pengetahuan intelektual tentang Kristus dalam kepala kita, itu bisa memberikan pelayanan / jasa / perbaikan tertentu untuk saat ini; tetapi kita harus menerima kasih dari / terhadap kebenaran, dan menyembunyikan firman Allah dalam hati kita, atau itu tidak akan menguduskan dan menyelamatkan kita).
The Bible Exposition Commentary: New Testament: “It is very important that we understand that the pronoun ‘they’ in this entire paragraph (2 Peter 2:17-22) refers to the false teachers and not to their converts. It is also important that we remember that these teachers are not truly born-again people. ... But these apostates did have a ‘religious experience’! And they would boldly claim that their experience brought them into fellowship with the Lord. ... But their experience, like their promises, was false. ... There is no indication that the false teachers had ever experienced the new birth. They had knowledge of salvation and could use the language of the church, but they lacked that true saving experience with the Lord. At one time they had even received the Word of God (2 Peter 2:21), but then they turned away from it. They never trusted Christ and became His sheep. ... These men could point to ‘an experience,’ but it was a false experience. ... ‘Having an experience’ did not change his nature. ... In my ministry, I have met people who have told me about their ‘spiritual experiences,’ but in their narratives I detected no evidence of a new nature” [= Adalah sangat penting bahwa kita mengerti bahwa kata ganti orang ‘mereka’ dalam seluruh pasal ini (2Pet 2:17-22) menunjuk kepada guru-guru palsu ini dan bukan kepada petobat-petobat mereka. Jika adalah penting bahwa kita mengingat bahwa guru-guru palsu ini bukanlah orang-orang yang sudah dilahir-barukan. ... Tetapi orang-orang murtad ini mempunyai ‘pengalaman agamawi’! Dan mereka dengan berani mengclaim bahwa pengalaman mereka membawa mereka ke dalam persekutuan dengan Tuhan. ... Tetapi pengalaman mereka, seperti janji-janji mereka, adalah palsu. ... Tidak ada petunjuk bahwa guru-guru palsu ini pernah mengalami kelahiran baru. Mereka mempunyai pengetahuan tentang keselamatan dan bisa menggunakan bahasa dari gereja, tetapi mereka tidak mempunyai pengalaman menyelamatkan yang benar dengan Tuhan. Pada satu saat mereka bahkan telah menerima Firman Allah (2Pet 2:21), tetapi lalu mereka berbalik darinya. Mereka tidak pernah mempercayai Kristus dan menjadi dombaNya. ... Orang-orang ini bisa menunjuk pada ‘suatu pengalaman’, tetapi itu adalah pengalaman yang palsu. ... ‘Mempunyai suatu pengalaman’ tidak mengubah hakekat / sifat dasarnya. ... Dalam pelayanan saya, saya telah bertemu dengan orang-orang yang bercerita kepada saya tentang ‘pengalaman rohani’ mereka, tetapi dalam cerita-cerita mereka saya tidak mendeteksi bukti dari seorang yang baru].
Contoh: orang-orang dari kalangan Kharismatik sering menceritakan pengalaman mereka dilawat Roh Kudus, dipenuhi Roh Kudus, bicara bahasa Roh, Tuhan bicara kepada mereka, diangkat ke surga / neraka dan sebagainya. Juga orang-orang dari kalangan pria sejati, menceritakan pengalaman mereka tentang hubungan keluarga / suami istri yang dipulihkan dan sebagainya. Ini semua bisa saja palsu, dan sama sekali tidak membuktikan bahwa mereka adalah orang-orang Kristen sejati!
Calvin: “By naming ‘the pollutions of the world,’ he shews that we roll in filth and are wholly polluted, until we renounce the world. ‘By the knowledge of Christ’ he no doubt understands the gospel. He testifies that the design of it is, to deliver us from the defilements of the world, and to lead us far away from them. ... He then alone makes a right progress in the gospel who faithfully learns Christ; and he truly knows Christ, who has been taught by him to put off the old man and to put on the new man, as Paul reminds us in Ephesians 4:22” (= Dengan menyebut ‘kecemaran-kecemaran dunia’, ia menunjukkan bahwa kita berguling-guling dalam kotoran dan sepenuhnya terpolusi, sampai kita meninggalkan / melepaskan dunia. ‘Oleh pengenalan tentang Kristus’ tak diragukan bahwa ia memaksudkan injil. Ia memberi kesaksian bahwa tujuan darinya adalah, untuk membebaskan kita dari pencemaran dunia ini, dan untuk membimbing kita jauh dari hal-hal itu. ... Maka hanya ia yang membuat kemajuan yang benar dalam injil yang dengan setia mempelajari Kristus; dan ia betul-betul mengenal Kristus, yang telah diajar olehNya untuk menanggalkan manusia lama dan mengenakan manusia baru, seperti Paulus mengingatkan kita dalam Ef 4:22).
Ef 4:22 - “yaitu bahwa kamu, berhubung dengan kehidupan kamu yang dahulu, harus menanggalkan manusia lama, yang menemui kebinasaannya oleh nafsunya yang menyesatkan”.
Bdk. Yoh 8:31-32 - “(31) Maka kataNya kepada orang-orang Yahudi yang percaya kepadaNya: ‘Jikalau kamu tetap dalam firmanKu, kamu benar-benar adalah muridKu (32) dan kamu akan mengetahui kebenaran, dan kebenaran itu akan memerdekakan kamu.’”.
Dari kata-kata Yesus ini jelas bahwa sedikitnya ada 2 syarat supaya seseorang bisa dianggap sebagai murid / orang Kristen yang sejati, yaitu:
1. Setia terhadap firman.
2. Bertumbuh dalam pengudusan (perhatikan kata ‘memerdekakan’).
b) Orang yang ‘menjadi Kristen’ atau ‘bertobat’ tetapi lalu ‘murtad’, biasanya menjadi lebih buruk keadaannya dibandingkan sebelum ia ‘bertobat’!
Barnes’ Notes: “‘The latter end is worse with them than the beginning.’ This is usually the case. Apostates become worse than they were before their professed conversion. ‘Reformed’ drunkards, if they go back to their ‘cups’ again, become more abandoned than ever. Thus, it is with those who have been addicted to any habits of vice, and who profess to become religious, and then fall away” (= ‘Akhirnya keadaan mereka lebih buruk dari pada yang semula’. Ini biasanya adalah kasusnya. Orang-orang murtad menjadi lebih buruk dari pada sebelum pertobatan yang mereka akui / nyatakan. Pemabuk-pemabuk ‘Reformed’, jika mereka kembali pada cawan / gelas mereka lagi, menjadi lebih terbuang dari pada sebelumnya. Demikian juga dengan mereka yang telah kecanduan terhadap kebiasaan kejahatan apapun, dan yang mengaku menjadi orang yang religius, dan lalu murtad).
Mat 12:43-45 - “(43) ‘Apabila roh jahat keluar dari manusia, iapun mengembara ke tempat-tempat yang tandus mencari perhentian. Tetapi ia tidak mendapatnya. (44) Lalu ia berkata: Aku akan kembali ke rumah yang telah kutinggalkan itu. Maka pergilah ia dan mendapati rumah itu kosong, bersih tersapu dan rapih teratur. (45) Lalu ia keluar dan mengajak tujuh roh lain yang lebih jahat dari padanya dan mereka masuk dan berdiam di situ. Maka akhirnya keadaan orang itu lebih buruk dari pada keadaannya semula. Demikian juga akan berlaku atas angkatan yang jahat ini.’”.
Calvin: “It would have been better for them, he says, not to have known the way of righteousness; for though there is no excuse for ignorance, yet the servant who knowingly and wilfully despises the commands of his lord, deserves a twofold punishment” (= Adalah lebih baik bagi mereka, ia katakan, seandainya mereka tidak pernah mengenal jalan kebenaran; karena sekalipun di sana tidak ada alasan untuk ketidak-tahuan, tetapi pelayan yang secara sadar dan sengaja memandang rendah perintah-perintah / hukum-hukum dari Tuhannya, layak mendapat penghukuman ganda).
Matthew Henry: “When men are once entangled, they are easily overcome; therefore should Christians keep close to the word of God, and watch against those who seek to perplex and bewilder them, and that because, if men who have once escaped are again entangled, the latter end is worse with them than the beginning” (= Pada waktu orang-orang sekali dijerat, mereka dengan mudah bisa ditanggulangi; karena itu orang-orang Kristen harus tetap dekat dengan firman Allah, dan berjaga-jaga terhadap mereka yang berusaha untuk membingungkan mereka, dan bahwa karena, jika orang-orang yang sekali pernah lolos terjerat lagi, akhirnya adalah lebih buruk bagi mereka dari pada yang semula).
c) ‘Tuhan dan Juruselamat kita, Yesus Kristus’.
Kata-kata ‘Tuhan dan Juruselamat kita, Yesus Kristus’ lagi-lagi memenuhi hukum bahasa Yunani yang sudah dibahas dalam 2Pet 1:1 di atas. Kata-kata ini tidak menunjuk kepada 2 pribadi, tetapi kepada 1 pribadi. Karena itu kata-kata ini menunjukkan Yesus sebagai Juruselamat dan sebagai Tuhan!
2) “Karena itu bagi mereka adalah lebih baik, jika mereka tidak pernah mengenal Jalan Kebenaran dari pada mengenalnya, tetapi kemudian berbalik dari perintah kudus yang disampaikan kepada mereka”.
Matthew Henry: “The apostle, in the last two verses of the chapter, sets himself to prove that a state of apostasy is worse than a state of ignorance; for it is a condemning of the way of righteousness, after they have had some knowledge of it, and expressed some liking to it” (= Sang rasul, dalam dua ayat terakhir dari pasal ini, membuktikan bahwa keadaan kemurtadan adalah lebih buruk dari pada keadaan ketidak-tahuan / kebodohan; karena itu merupakan suatu pengecaman terhadap jalan kebenaran, setelah mereka mempunyai pengetahuan tertentu tentangnya, dan menyatakan kesenangan tertentu terhadapnya).
Matthew Henry: “The devil more narrowly watches and more closely confines those whom he has recovered, after they had once gone off from him and professed to be the followers of the Lord Jesus Christ (Mt. 12:45); they are kept under a stronger guard” [= Iblis dengan lebih seksama menjaga dan dengan lebih teliti membatasi mereka yang telah ia dapatkan kembali, setelah mereka pernah ‘meninggalkan’ dia dan mengaku sebagai pengikut-pengikut Tuhan Yesus Kristus (Mat 12:45); mereka dijaga dibawah penjagaan yang lebih kuat].
Tetapi sekalipun seseorang menjadi orang Kristen yang sungguh-sungguh, bukankah ia masih berbuat dosa? Lalu, apa bedanya itu dengan murtad? Calvin menjawab dengan kata-kata di bawah ini.
Calvin: “he declares that they who make themselves slaves again to the pollutions of the world fall away from the gospel. The faithful also do indeed sin; but as they allow not dominion to sin, they do not fall away from the grace of God, ... For they are not to be deemed conquered, while they strenuously resist the flesh and its lusts” (= ia menyatakan bahwa mereka yang membuat diri mereka sendiri budak-budak lagi pada polusi / kecemaran dunia murtad dari injil. Orang-orang setia / beriman memang juga berbuat dosa; tetapi karena mereka tidak mengijinkan penguasaan dosa, mereka tidak murtad dari kasih karunia Allah, ... Karena mereka tidak dianggap sebagai dikalahkan, pada waktu mereka dengan kuat menahan daging dan nafsu-nafsunya).
3) “Bagi mereka cocok apa yang dikatakan peribahasa yang benar ini: ‘Anjing kembali lagi ke muntahnya, dan babi yang mandi kembali lagi ke kubangannya.’”.
Bdk. Amsal 26:11- “Seperti anjing kembali ke muntahnya, demikianlah orang bebal yang mengulangi kebodohannya”.
Adam Clarke: “Here is a sad proof of the possibility of falling from grace, and from very high degrees of it too” (= Di sini ada suatu bukti yang menyedihkan tentang kemungkinan dari jatuh dari kasih karunia / murtad, dan dari tingkat yang sangat tinggi darinya juga).
Komentar / tanggapan saya tentang kata-kata Clarke ini:
Ini tidak terlalu berbeda dengan orang-orang yang menggunakan Mat 7:21-23 sebagai dasar bahwa orang-orang Kristen yang sejati, bahkan hamba-hamba Tuhan yang sejati, bisa murtad. Kontext dari Mat 7:21-23 adalah Mat 7:15-23, dan dari Mat 7:15-20 terlihat dengan jelas bahwa yang dibicarakan adalah nabi-nabi palsu.
Juga seluruh kontext dalam 2Pet 2 ini membicarakan nabi palsu. Jadi, bagaimana mungkin kita menganggap mereka ini sebagai orang kristen yang sejati, apalagi hamba Tuhan yang sejati, yang lalu murtad dan kehilangan keselamatan mereka? Dan sangat perlu diperhatikan bahwa dalam bagian ini Petrus tetap menyebut mereka sebagai ‘babi’ dan ‘anjing’. Jadi, bagaimana mungkin ia memaksudkan orang kristen yang sejati / hamba Tuhan yang sejati? Bandingkan dengan beberapa komentar tentang ‘babi dan anjing’ di bawah ini.
Calvin: “there are many dogs who swallow again what they have vomited to their own ruin; ... there are many swine who, immediately after washing, roll themselves again in the mud. At the same time the godly are reminded to take heed to themselves, except they wish to be deemed dogs or swine” (= ada banyak anjing yang menelan lagi apa yang telah mereka muntahkan yang menyebabkan kehancuran mereka; ... ada banyak babi yang, segera setelah mandi / dicuci, mengguling-gulingkan diri mereka sendiri lagi dalam lumpur. Pada saat yang sama orang-orang saleh diingatkan untuk memperhatikan / mewaspadai diri mereka sendiri, kecuali mereka ingin untuk dianggap sebagai anjing atau babi).
Bible Knowledge Commentary: “Jews considered both dogs and pigs among the lowest of creatures (cf. Matt 7:6) so Peter chose these animals to describe people who knew the truth and turned away from it. The first proverb, ‘A dog returns to its vomit,’ is taken from Prov 26:11. The second proverb, ‘A sow that is washed goes back to her wallowing in the mud,’ was presumably commonly known by Jews in the first century. The underlying principle of both is the same: these apostates (whether false teachers, their victims, or both) never were what they seemed to be and returned to what they had been all along. Dogs and pigs can be scrubbed but not kept clean, for it is in their very nature to return to unclean living. Such apostates are in a tighter bondage, they are farther from the truth, and they are deeper in spiritual filth than ever before” [= Orang-orang Yahudi menganggap baik anjing dan babi di antara makhluk-makhluk ciptaan yang paling rendah / hina (bdk. Mat 7:6), maka Petrus memilih binatang-binatang ini untuk menggambarkan orang-orang yang pernah tahu kebenaran dan lalu berbalik darinya. Pepatah pertama, ‘Anjing kembali lagi ke muntahnya’, diambil dari Amsal 26:11. Pepatah yang kedua, ‘Babi yang mandi / yang telah dicuci kembali ke kubangannya dalam lumpur’, rupanya dikenal secara umum oleh orang-orang Yahudi pada abad pertama. Prinsip yang mendasari dari kedua pepatah itu adalah sama: orang-orang murtad ini (apakah guru-guru palsu, korban-korban mereka, atau keduanya) tidak pernah adalah seperti mereka kelihatannya dan kembali pada apa adanya mereka selama ini. Anjing dan babi bisa digosok / disikat tetapi tidak bisa dijaga tetap bersih, karena merupakan sifat dasar / alamiah mereka untuk kembali pada kehidupan yang najis / kotor. Orang-orang murtad seperti itu ada dalam perbudakan yang lebih ketat, mereka lebih jauh dari kebenaran, dan mereka lebih dalam dalam kotoran rohani dari pada sebelumnya].
Mat 7:6 - “‘Jangan kamu memberikan barang yang kudus kepada anjing dan jangan kamu melemparkan mutiaramu kepada babi, supaya jangan diinjak-injaknya dengan kakinya, lalu ia berbalik mengoyak kamu.’”.
Barnes’ Notes: “Under all the appearances of reformation, still their evil nature remained, as really as that of the dog or the swine, and that nature finally prevailed. There was no thorough internal change, any more than there is in the swine when it is washed, or in the dog. This passage, therefore, would seem to demonstrate that there never had been any real change of heart, and of course there had been no falling away from true religion. It should not, therefore, he quoted to prove that true Christians may fall from grace and perish. The dog and the swine had never been anything else than the dog and the swine, and these persons had never been anything else than sinners” (= Dibawah semua penampilan reformasi, sifat dasar mereka yang jahat tetap, seperti sifat dasar dari anjing dan babi, dan sifat dasar itu akhirnya menang. Tidak pernah ada perubahan di dalam yang menyeluruh, lebih dari perubahan di dalam yang ada dalam babi yang dicuci, atau dalam anjing. Karena itu, text ini kelihatannya menunjukkan bahwa disana tidak pernah ada perubahan hati yang sungguh-sungguh, dan tentu saja tidak ada kemurtadan dari agama. Karena itu, ini tidak boleh dikutip untuk membuktikan bahwa orang-orang kristen yang sejati bisa jatuh dari kasih karunia dan binasa. Anjing dan babi tidak pernah menjadi apapun yang lain dari pada anjing dan babi, dan orang-orang ini tidak pernah menjadi apapun yang lain dari pada orang-orang berdosa).
Barnes’ Notes: “No matter how clean the swine is made by washing, this would not prevent it, in the slightest degree, from rolling in filth again. ... So it is with the sinner. No external reformation will certainly prevent his returning to his former habits; and when he does return, we can only say that he is acting according to his real nature - a nature which has never been changed, any more than the nature of the dog or the swine. ... This passage is often quoted to prove ‘the possibility of falling from grace, and from a very high degree of it too.’ But it is one of the last passages in the Bible that should be adduced to prove that doctrine. The true point of this passage is to show that the persons referred to never ‘were changed;’ that whatever external reformation might have occurred, their nature remained the same; and that when they apostatized from their outward profession, they merely acted out their nature, and showed that in fact there had been ‘no’ real change. This passage will prove - what (that?) there are abundant facts to confirm - that persons may reform externally, and then return again to their former corrupt habits; it can never be made to prove that one TRUE Christian will fall away and perish. It will also prove that we should rely on no mere external reformation, no outward cleansing, as certain evidence of piety. Thousands who have been externally reformed have ultimately shown that they had no religion, and there is nothing in mere outward reformation that can suit us for heaven. God looks upon the heart; and it is only the religion that has its seat there, that can secure our final salvation” (= Tak peduli betapa bersih babi dibuat oleh pemandian, ini tidak mencegahnya, dalam tingkat yang terendah, untuk berguling-guling dalam kotoran lagi. ... Demikianlah dengan orang berdosa. Tak ada reformasi luar / lahiriah akan dengan pasti mencegah kembalinya ia pada kebiasaan lamanya; dan pada waktu ia kembali, kita hanya bisa mengatakan bahwa ia sedang bertindak sesuai dengan sifat dasarnya yang sesungguhnya - suatu sifat dasar yang tidak pernah diubah, sama seperti sifat dasar dari anjing dan babi. ... Text ini sering dikutip untuk membuktikan ‘kemungkinan jatuh dari kasih karunia / murtad, dan dari tempat yang sangat tinggi juga’. Tetapi ini adalah salah satu dari text yang terakhir dalam Alkitab yang harus dikemukakan untuk membuktikan doktrin itu. Point sebenarnya dari text ini adalah untuk menunjukkan bahwa orang-orang yang ditunjuk tidak pernah ‘diubahkan’; bahwa reformasi luar / lahirah apapun yang bisa terjadi, sifat dasar mereka tetap sama; dan bahwa pada waktu mereka murtad dari pengakuan lahiriah mereka, mereka hanya bertindak dari sifat dasar mereka, dan menunjukkan bahwa sebetulnya di sana ‘tidak ada’ perubahan yang sejati. Text ini akan membuktikan - bahwa ada banyak fakta untuk menegaskan - bahwa orang-orang bisa direformasi secara lahiriah, dan lalu kembali lagi pada kebiasaan jahat yang lama; itu tidak pernah bisa dipakai untuk membuktikan bahwa satu orang Kristen SEJATI akan murtad dan binasa. Itu juga akan membuktikan bahwa kita harus bersandar bukan semata-mata pada reformasi luar / lahiriah, bukan pembersihan luar, sebagai bukti pasti dari kesalehan. Ribuan orang yang telah direformasi secara lahiriah akhirnya menunjukkan bahwa mereka tidak mempunyai agama, dan tidak ada apapun dalam semata-mata reformasi lahiriah yang bisa menyesuaikan kita untuk surga. Allah melihat hati; dan hanyalah agama yang mempunyai kedudukannya di sana, yang bisa memastikan keselamatan akhir kita).
Catatan: pada bagian yang saya garis-bawahi, kelihatannya Barnes mengutip kata-kata Adam Clarke di atas.
The Bible Exposition Commentary: New Testament: “To use Peter’s vivid images, the pig was washed on the outside, but remained a pig; the dog was ‘cleaned up’ on the inside, but remained a dog. The pig looked better and the dog felt better, but neither one had been changed. They each had the same old nature, not a new one. This explains why both animals returned to the old life: it was part of their nature. A pig can stay clean only a short time and then must head for the nearest mud hole. ... Certainly the dog feels better after emptying his stomach, but it is still a dog. ... It is a disgusting picture, but that is exactly the response Peter wanted to produce” [= Menggunakan gambaran yang hidup dari Petrus, babi dicuci pada bagian luarnya, tetapi tetap adalah babi; anjing ‘dibersihkan’ pada bagian dalamnya, tetapi tetap adalah anjing. Babi itu kelihatan lebih baik, dan anjing itu merasa lebih baik, tetapi yang manapun dari mereka tidak / belum diubahkan. Mereka masing-masing mempunyai sifat dasar lama yang sama, bukan sifat dasar yang baru. Ini menjelaskan mengapa kedua binatang kembali pada hidup yang lama: itu adalah bagian dari hakekat / sifat dasar mereka. Seekor babi bisa tetap bersih hanya untuk sementara waktu dan lalu harus menuju ke lubang lumpur yang terdekat. ... Pastilah anjing merasa lebih baik setelah mengosongkan perutnya, tetapi ia tetap adalah anjing. ... Ini merupakan penggambaran yang menjijikkan, tetapi itu adalah tanggapan persis seperti yang Petrus ingin hasilkan].
II Petrus 3:1-18(1
2Pet 3:1-18 - “(1) Saudara-saudara yang kekasih, ini sudah surat yang kedua, yang kutulis kepadamu. Di dalam kedua surat itu aku berusaha menghidupkan pengertian yang murni oleh peringatan-peringatan, (2) supaya kamu mengingat akan perkataan yang dahulu telah diucapkan oleh nabi-nabi kudus dan mengingat akan perintah Tuhan dan Juruselamat yang telah disampaikan oleh rasul-rasulmu kepadamu. (3) Yang terutama harus kamu ketahui ialah, bahwa pada hari-hari zaman akhir akan tampil pengejek-pengejek dengan ejekan-ejekannya, yaitu orang-orang yang hidup menuruti hawa nafsunya. (4) Kata mereka: ‘Di manakah janji tentang kedatanganNya itu? Sebab sejak bapa-bapa leluhur kita meninggal, segala sesuatu tetap seperti semula, pada waktu dunia diciptakan.’ (5) Mereka sengaja tidak mau tahu, bahwa oleh firman Allah langit telah ada sejak dahulu, dan juga bumi yang berasal dari air dan oleh air, (6) dan bahwa oleh air itu, bumi yang dahulu telah binasa, dimusnahkan oleh air bah. (7) Tetapi oleh firman itu juga langit dan bumi yang sekarang terpelihara dari api dan disimpan untuk hari penghakiman dan kebinasaan orang-orang fasik. (8) Akan tetapi, saudara-saudaraku yang kekasih, yang satu ini tidak boleh kamu lupakan, yaitu, bahwa di hadapan Tuhan satu hari sama seperti seribu tahun dan seribu tahun sama seperti satu hari. (9) Tuhan tidak lalai menepati janjiNya, sekalipun ada orang yang menganggapnya sebagai kelalaian, tetapi Ia sabar terhadap kamu, karena Ia menghendaki supaya jangan ada yang binasa, melainkan supaya semua orang berbalik dan bertobat. (10) Tetapi hari Tuhan akan tiba seperti pencuri. Pada hari itu langit akan lenyap dengan gemuruh yang dahsyat dan unsur-unsur dunia akan hangus dalam nyala api, dan bumi dan segala yang ada di atasnya akan hilang lenyap. (11) Jadi, jika segala sesuatu ini akan hancur secara demikian, betapa suci dan salehnya kamu harus hidup (12) yaitu kamu yang menantikan dan mempercepat kedatangan hari Allah. Pada hari itu langit akan binasa dalam api dan unsur-unsur dunia akan hancur karena nyalanya. (13) Tetapi sesuai dengan janjiNya, kita menantikan langit yang baru dan bumi yang baru, di mana terdapat kebenaran. (14) Sebab itu, saudara-saudaraku yang kekasih, sambil menantikan semuanya ini, kamu harus berusaha, supaya kamu kedapatan tak bercacat dan tak bernoda di hadapanNya, dalam perdamaian dengan Dia. (15) Anggaplah kesabaran Tuhan kita sebagai kesempatan bagimu untuk beroleh selamat, seperti juga Paulus, saudara kita yang kekasih, telah menulis kepadamu menurut hikmat yang dikaruniakan kepadanya. (16) Hal itu dibuatnya dalam semua suratnya, apabila ia berbicara tentang perkara-perkara ini. Dalam surat-suratnya itu ada hal-hal yang sukar difahami, sehingga orang-orang yang tidak memahaminya dan yang tidak teguh imannya, memutarbalikkannya menjadi kebinasaan mereka sendiri, sama seperti yang juga mereka buat dengan tulisan-tulisan yang lain. (17) Tetapi kamu, saudara-saudaraku yang kekasih, kamu telah mengetahui hal ini sebelumnya. Karena itu waspadalah, supaya kamu jangan terseret ke dalam kesesatan orang-orang yang tak mengenal hukum, dan jangan kehilangan peganganmu yang teguh. (18) Tetapi bertumbuhlah dalam kasih karunia dan dalam pengenalan akan Tuhan dan Juruselamat kita, Yesus Kristus. BagiNya kemuliaan, sekarang dan sampai selama-lamanya”.
Ay 1-2: “(1) Saudara-saudara yang kekasih, ini sudah surat yang kedua, yang kutulis kepadamu. Di dalam kedua surat itu aku berusaha menghidupkan pengertian yang murni oleh peringatan-peringatan, (2) supaya kamu mengingat akan perkataan yang dahulu telah diucapkan oleh nabi-nabi kudus dan mengingat akan perintah Tuhan dan Juruselamat yang telah disampaikan oleh rasul-rasulmu kepadamu”.
1) “Saudara-saudara yang kekasih, ini sudah surat yang kedua, yang kutulis kepadamu. Di dalam kedua surat itu aku berusaha menghidupkan pengertian yang murni oleh peringatan-peringatan”.
Petrus menuliskan 2 buah surat kepada para pembacanya untuk menghidupkan ‘pengertian yang murni’.
Bible Knowledge Commentary: “The phrase eilikrine dianoian (‘wholesome thinking’) may also be rendered ‘sincere mind’ or ‘pure disposition.’ (Eilikrines occurs elsewhere in the NT only in Phil 1:10, where it is trans. ‘pure.’) The English ‘sincere’ is from the Latin words sine cera, ‘without wax.’ Some pottery salesmen would use wax to cover cracks and weak places in pottery. Such a cover-up could be detected only by holding the jug up to the sun to see if any weaknesses were visible. Such a vase was ‘sun-judged’ (the lit. meaning of the Gr. eilikrines). God wants His people to have sun-judged minds, not those in which their sin spots have been covered over” [= Ungkapan eilikrine dianoian (‘pemikiran yang sehat’) juga bisa diterjemahkan ‘pikiran yang sungguh-sungguh / tulus’ atau ‘kecondongan yang murni’. (Eilikrines muncul di tempat lain dalam PB hanya dalam Fil 1:10, dimana itu diterjemahkan ‘murni / suci’). Kata bahasa Inggris ‘sincere’ (= sungguh-sungguh / tulus) berasal dari kata-kata bahasa Latin SINE CERA, ‘tanpa lilin’. Sebagian penjual-penjual barang-barang pecah belah / dari tanah liat, menggunakan lilin untuk menutupi retakan-retakan dan tempat-tempat lemah dalam barang-barang itu. Penutupan seperti itu bisa dideteksi hanya dengan memegang barang itu ke arah matahari untuk melihat apakah ada kelemahan-kelemahan yang bisa terlihat. Barang seperti itu ‘dinilai dengan matahari’ (arti hurufiah dari kata Yunani eilikrines). Allah ingin umatNya mempunyai pikiran-pikiran yang ‘dinilai oleh matahari’, bukan pikiran-pikiran dalam mana noda-noda dosa mereka telah ditutupi].
William Barclay: “The word he uses for ‘pure’ is EILIKRINES, which may have either of two meanings. It may mean that which is sifted until there is no admixture of chaff left; or it may mean that which is so flawless that it may be held up to the light of the sun. Plato uses this same phrase - EILIKRINES DIANOIA - in the sense of ‘pure reason,’ reason which is unaffected by the seductive influence of the senses. By using this phrase Peter appeals to his people as having minds uncontaminated by heresy. It is as if he said to them: ‘You really are fine people - if you would only remember it.’ The approach of the preacher should so often be that his hearers are not wretched creatures who deserve to be damned but splendid creatures who must be saved. They are not so much like rubbish fit to be burned as like jewels to be rescued from the mud into which they have fallen” (= Kata yang ia gunakan untuk ‘murni’ adalah EILIKRINES, yang bisa mempunyai salah satu dari dua arti. Itu bisa berarti segala sesuatu yang ditampi sampai di sana tidak ada campuran sekam yang tertinggal; atau itu bisa berarti sesuatu yang begitu tidak bercacat sehingga itu bisa diangkat terhadap sinar dari matahari. Plato menggunakan ungkapan yang sama ini - EILIKRINES DIANOIA - dalam arti dari ‘akal / pikiran yang murni’, akal / pikiran yang tidak dipengaruhi oleh pengaruh akal / pikiran yang membujuk. Dengan menggunakan ungkapan ini Petrus memohon kepada orang-orangnya supaya mempunyai pikiran-pikiran yang tidak terkontaminasi oleh ajaran sesat / bidat. Seakan-akan Petrus berkata kepada mereka: ‘Kamu sungguh-sungguh adalah orang-orang yang sangat baik - jika saja kamu mau mengingatnya’. Pendekatan dari pengkhotbah seringkali haruslah bahwa para pendengarnya bukanlah makhluk-makhluk yang sangat buruk yang layak untuk dihukum tetapi makhluk-makhluk yang sangat baik yang harus diselamatkan. Mereka bukan seperti sampah yang cocok untuk dibakar tetapi seperti permata untuk diselamatkan dari lumpur ke dalam mana mereka telah jatuh) - hal 337.
Ada beberapa hal yang akan saya berikan sebagai komentar tentang kata-kata Barclay yang saya garis-bawahi:
a) Kata-kata Barclay ini menyimpang dari topik pembicaraan. Adalah salah sama sekali kalau dikatakan bahwa Petrus seakan-akan berbicara seperti itu.
b) Kata-kata Barclay ini sangat bertentangan dengan doktrin Calvinisme, yang jelas merupakan ajaran Alkitab, tentang Total Depravity (= Kebejatan Total). Bandingkan dengan kata-kata Loraine Boettner di bawah ini.
Loraine Boettner: “The chief fault of Arminianism is its insufficient recognition of the part that God takes in redemption. It loves to admire the dignity and strength of man; Calvinism loses itself in adoration of the grace and omnipotence of God. Calvinism casts man first into the depths of humiliation and despair in order to lift him on wings of grace to supernatural strength. The one flatters natural pride; the other is a gospel for penitent sinners. As that which exalts man in his own sight and tickles his fancies is more welcome to the natural heart than that which abases him, Arminianism is likely to prove itself more popular. Yet Calvinism is nearer to the facts, however harsh and forbidding those facts may seem. ‘It is not always the most agreeable medicine which is the most healing” (= Kesalahan utama dari Arminianisme adalah pengakuan / pengenalannya yang kurang tentang bagian Allah dalam penebusan. Arminianisme senang mengagumi martabat dan kekuatan manusia; Calvinisme kehilangan dirinya sendiri dalam pemujaan terhadap kasih karunia dan kemahakuasaan Allah. Calvinisme mula-mula membuang manusia ke dalam perendahan dan keputusasaan yang dalam untuk bisa mengangkatnya dengan sayap kasih karunia kepada kekuatan supranatural. Yang satu memuji kesombongan alamiah; yang lain adalah injil untuk orang-orang berdosa yang menyesal. Sebagaimana sesuatu yang meninggikan manusia dalam pandangannya sendiri dan yang menyenangkannya lebih diterima / disambut oleh hati alamiah dari pada sesuatu yang merendahkan dia, Arminianisme mungkin sekali membuktikan dirinya sendiri lebih populer. Tetapi Calvinisme lebih dekat kepada fakta, betapapun kerasnya dan menakutkannya fakta itu terlihat. ‘Tidak selalu obat yang paling menyenangkan adalah yang paling menyembuhkan) - ‘The Reformed Doctrine of Predestination’, hal 44.
Bdk. Ro 3:10-18 - “(10) seperti ada tertulis: ‘Tidak ada yang benar, seorangpun tidak. (11) Tidak ada seorangpun yang berakal budi, tidak ada seorangpun yang mencari Allah. (12) Semua orang telah menyeleweng, mereka semua tidak berguna, tidak ada yang berbuat baik, seorangpun tidak. (13) Kerongkongan mereka seperti kubur yang ternganga, lidah mereka merayu-rayu, bibir mereka mengandung bisa. (14) Mulut mereka penuh dengan sumpah serapah, (15) kaki mereka cepat untuk menumpahkan darah. (16) Keruntuhan dan kebinasaan mereka tinggalkan di jalan mereka, (17) dan jalan damai tidak mereka kenal; (18) rasa takut kepada Allah tidak ada pada orang itu.’”.
c) Kata-kata Barclay itu juga tidak masuk akal, karena kalau manusia adalah orang yang sangat baik, lalu mengapa mereka perlu diselamatkan?
d) Yang benar adalah, sekalipun manusia itu sangat buruk, dan layak untuk dihukum di neraka selama-lamanya, tetapi Allah tetap mengasihi manusia yang tidak layak dikasihi itu, dan memberikan Kristus untuk menebus manusia, sehingga manusia bisa diselamatkan.
Calvin: “the words ought to be thus explained, ‘I stir up your mind that it may be pure and bright.’ For the meaning is, that the minds of the godly become dim, and as it were contract rust, when admonitions cease. But we also hence learn, that men even endued with learning, become, in a manner, drowsy, except they are stirred up by constant warnings” (= kata-kata itu harus dijelaskan seperti ini ‘Aku mengaduk pikiranmu sehingga itu bisa menjadi murni dan terang’. Karena artinya adalah, bahwa pikiran-pikiran dari orang-orang saleh menjadi suram, dan seakan-akan berkarat, pada waktu nasehat / teguran / peringatan berhenti. Tetapi kita juga harus belajar, bahwa bahkan orang-orang yang dibimbing dengan pengetahuan, dengan cara tertentu menjadi mengantuk, kecuali mereka diaduk oleh peringatan-peringatan yang terus menerus).
2) ‘Oleh peringatan-peringatan’.
The Biblical Illustrator (New Testament): “Why are the words of the wise compared to goads (Eccl 3:11) but to show that the best in God’s team need pricking forward?” [= Mengapa kata-kata dari orang bijaksana dibandingkan dengan tongkat / galah (Pkh 3:11) kecuali untuk menunjukkan bahwa orang yang terbaik dalam regu Allah membutuhkan tusukan ke depan?].
Catatan: Pkh 3:11 itu pasti salah, seharusnya Pkh 12:11.
Pkh 12:11 - “Kata-kata orang berhikmat seperti kusa dan kumpulan-kumpulannya seperti paku-paku yang tertancap, diberikan oleh satu gembala”.
KJV/RSV/NIV/NASB: ‘goads’ (= galah / tongkat berujung runcing).
3) “supaya kamu mengingat akan perkataan yang dahulu telah diucapkan oleh nabi-nabi kudus dan mengingat akan perintah Tuhan dan Juruselamat yang telah disampaikan oleh rasul-rasulmu kepadamu”.
a) Mengajarkan dan mengingatkan.
The Biblical Illustrator (New Testament): “This is a just order and method; first, to teach the way of the Lord, then to remind men of walking in it. We are not only called teachers, but remembrancers (Isa 62:6)” [= Ini adalah urut-urutan dan metode yang benar; pertama-tama mengajar jalan Tuhan, lalu mengingatkan orang-orang untuk berjalan di dalamnya. Kita bukan hanya disebut guru-guru / pengajar-pengajar, tetapi juga pengingat-pengingat (Yes 62:6)].
Yes 62:6 - “Di atas tembok-tembokmu, hai Yerusalem, telah Kutempatkan pengintai-pengintai. Sepanjang hari dan sepanjang malam, mereka tidak akan pernah berdiam diri. Hai kamu yang harus mengingatkan TUHAN kepada Sion, janganlah kamu tinggal tenang”.
Catatan: saya berpendapat ayat ini tidak terlalu cocok, karena dalam ayat itu orang-orang itu mengingatkan Tuhan kepada / tentang Sion. Sedangkan yang Petrus bicarakan adalah mengingatkan orang-orang tentang Firman Tuhan.
William Barclay: “He believed in the value of repetition. He knows that it is necessary for a thing to be said over and over again if it is to penetrate the mind. ... there are certain great Christian truths which have to be repeated again and again” (= Ia percaya pada nilai dari pengulangan. Ia tahu bahwa adalah perlu bagi suatu hal untuk dikatakan berulang-ulang jika hal itu diinginkan untuk masuk ke dalam pikiran. ... ada kebenaran-kebenaran Kristen yang besar yang harus diulang-ulang) - hal 336.
William Barclay: “Again and again the New Testament makes it clear that preaching and teaching are so often not the introducing of new truth but the reminding of a man of what he already knows. Moffatt quotes a saying of Dr. Johnson: ‘It is not sufficiently considered that men more frequently require to be reminded than informed.’ The Greeks spoke of ‘time which wipes all things out,’ as if the human mind were a slate and time a sponge which passes across it with a certain erasing quality. We are so often in the position of men whose need is not so much to be taught as to be reminded of what we already knows” (= Berulang-ulang Perjanjian Baru membuatnya jelas bahwa pengajaran dan khotbah begitu sering bukan merupakan suatu perkenalan tentang kebenaran yang baru tetapi pengingatan kepada seseorang tentang apa yang sudah ia ketahui. Moffatt mengutip kata-kata Dr. Johnson: ‘Tidak secara cukup dipertimbangkan / direnungkan bahwa orang-orang lebih sering butuh untuk diingatkan dari pada diberi informasi’. Orang-orang Yunani berkata tentang ‘waktu yang menghapuskan segala sesuatu’, seakan-akan pikiran manusia adalah suatu papan tulis / batu tulis, dan waktu adalah spons yang melewatinya dengan kwalitet penghapusan tertentu. Kita begitu sering ada dalam posisi dari orang-orang yang kebutuhannya bukanlah begitu banyak untuk diajar seperti / dari pada diingatkan tentang apa yang sudah kita ketahui) - hal 336-337.
b) ‘Nabi-nabi dan rasul-rasul’.
The Biblical Illustrator (New Testament): “Neither the prophets without the apostles, nor the apostles without the prophets, but both together. The gospel without the law may lift men up to presumption; the law without the gospel may sink them down to desperation” (= Bukan nabi-nabi tanpa rasul-rasul, ataupun rasul-rasul tanpa nabi-nabi, tetapi keduanya bersama-sama. Injil tanpa hukum Taurat bisa mengangkat manusia pada kesombongan / kelancangan; hukum Taurat tanpa injil bisa menenggelamkan mereka pada keputus-asaan).
Bdk. Ro 7:18-25 - “(18) Sebab aku tahu, bahwa di dalam aku, yaitu di dalam aku sebagai manusia, tidak ada sesuatu yang baik. Sebab kehendak memang ada di dalam aku, tetapi bukan hal berbuat apa yang baik. (19) Sebab bukan apa yang aku kehendaki, yaitu yang baik, yang aku perbuat, melainkan apa yang tidak aku kehendaki, yaitu yang jahat, yang aku perbuat. (20) Jadi jika aku berbuat apa yang tidak aku kehendaki, maka bukan lagi aku yang memperbuatnya, tetapi dosa yang diam di dalam aku. (21) Demikianlah aku dapati hukum ini: jika aku menghendaki berbuat apa yang baik, yang jahat itu ada padaku. (22) Sebab di dalam batinku aku suka akan hukum Allah, (23) tetapi di dalam anggota-anggota tubuhku aku melihat hukum lain yang berjuang melawan hukum akal budiku dan membuat aku menjadi tawanan hukum dosa yang ada di dalam anggota-anggota tubuhku. (24) Aku, manusia celaka! Siapakah yang akan melepaskan aku dari tubuh maut ini? (25) Syukur kepada Allah! oleh Yesus Kristus, Tuhan kita”.
Catatan: seandainya tidak ada injil (ay 25), maka kondisinya betul-betul adalah keputus-asaan total!
Ay 3-4: “(3) Yang terutama harus kamu ketahui ialah, bahwa pada hari-hari zaman akhir akan tampil pengejek-pengejek dengan ejekan-ejekannya, yaitu orang-orang yang hidup menuruti hawa nafsunya. (4) Kata mereka: ‘Di manakah janji tentang kedatanganNya itu? Sebab sejak bapa-bapa leluhur kita meninggal, segala sesuatu tetap seperti semula, pada waktu dunia diciptakan.’”.
1) “Yang terutama harus kamu ketahui ialah, bahwa pada hari-hari zaman akhir akan tampil pengejek-pengejek dengan ejekan-ejekannya, yaitu orang-orang yang hidup menuruti hawa nafsunya”.
The Bible Exposition Commentary: New Testament: “Peter has dealt with the character and conduct of the apostates in 2 Peter 2, and now he deals with their false teaching” (= Petrus telah menangani karakter dan tingkah laku dari orang-orang murtad itu dalam 2Pet 2, dan sekarang ia menangani ajaran palsu / sesat mereka).
Calvin: “The meaning is, that the more God offers himself by the gospel to the world, and the more he invites men to his kingdom, the more audacious on the other hand will ungodly men vomit forth the poison of their impiety” (= Artinya adalah, bahwa makin banyak Allah menawarkan diriNya sendiri oleh injil kepada dunia, dan makin Ia mengundang manusia kepada kerajaanNya, di sisi lain makin berani orang-orang jahat memuntahkan racun dari kejahatan mereka).
The Biblical Illustrator (New Testament): “Scoffing at religion may, in some persons, proceed from a direct hatred of it, occasioned by a prejudice in favour of their vices. This was the case of the scoffers mentioned in the text, who are expressly described as walking after their own lusts. I may safely assert that immorality in the practice is the source of the most invincible prejudices against religion. How natural is it for those, who live as without God in the world, to wish that there was no such Being, that by destroying the first principle of all religion they may justify the want of it in their practice” (= Mengejek / mencemooh pada agama, dalam diri beberapa orang, keluar dari suatu kebencian langsung terhadapnya, disebabkan oleh suatu prasangka demi kepentingan kejahatan-kejahatan mereka. Ini adalah kasus dari pengejek-pengejek yang disebutkan dalam text itu, yang secara jelas digambarkan sebagai berjalan mengikuti nafsu-nafsu mereka sendiri. Saya bisa dengan aman menegaskan bahwa ketidak-bermoralan dalam praktek adalah sumber dari prasangka-prasangka yang paling tak terkalahkan terhadap agama. Betapa alamiah / wajar bagi mereka, yang hidup seakan-akan tanpa Allah dalam dunia ini, untuk mengharapkan bahwa tidak ada Makhluk seperti itu, bahwa dengan menghancurkan prinsip pertama dari semua agama, mereka bisa membenarkan ketiadaan itu dalam praktek mereka).
The Biblical Illustrator (New Testament): “that we may not be imposed on by the scoffers of our own times, let us always take care to distinguish between reasoning and ridicule. We should examine what it is that is really ridiculous: whether it be religion itself, or something of a different nature substituted in the place of it. .. Finally, that we may keep at the utmost distance from this crime, let us employ our reason in defending religion and representing it in a just and amiable light. Let our natural abilities be devoted to this service, and all our studies and improvements made subservient to it” (= supaya kita tidak dijatuhkan oleh pengejek-pengejek dari jaman kita, hendaklah kita selalu berhati-hati untuk membedakan ‘berargumentasi secara logis’ dan ‘mengejek’. Kita harus memeriksa apa yang betul-betul menggelikan: apakah itu agama itu sendiri, atau sesuatu dari hakekat yang berbeda yang menggantikan tempatnya. ... Akhirnya, supaya kita bisa menjaga pada jarak yang terjauh dari kejahatan ini, hendaklah kita menggunakan akal kita dalam mempertahankan agama dan menggambarkannya dalam terang yang adil / benar dan ramah. Hendaklah kemampuan-kemampuan alamiah kita dibaktikan pada pelayanan ini, dan semua pelajaran-pelajaran dan kemajuan-kemajuan kita ditundukkan kepadanya).
The Biblical Illustrator (New Testament): “To deride God and religion is the highest kind of impiety. And men do not usually arrive to this degree of wickedness at first, but they come to it by several steps” (= Mengejek Allah dan agama adalah jenis kejahatan tertinggi. Dan orang-orang biasanya tidak sampai ke tingkat kejahatan ini dari semula, tetapi mereka datang kepadanya oleh beberapa langkah).
The Biblical Illustrator (New Testament): “Inability to attack religion in any other way induces some to assail it with their scorn” (= Ketidak-mampuan untuk menyerang agama dengan cara lain manapun menyebabkan beberapa / sebagian orang menyerangnya dengan cemoohan mereka).
The Biblical Illustrator (New Testament): “It is irrational. Ridicule is neither the test of truth in others nor the way to obtain it for ourselves. ... It is rude and uncivil. A decent respect is due to every man’s convictions on the subject of religion, though they may be erroneous” (= Ini tidak rasionil. Ejekan bukannya tes dari kebenaran dalam diri orang-orang lain dan juga bukan cara untuk mendapatkan kebenaran itu bagi diri kita sendiri. ... Itu adalah sesuatu yang tidak sopan. Suatu rasa hormat yang patut merupakan hak dari setiap keyakinan tentang pokok agama, sekalipun mereka salah).
Catatan: mengejek belum tentu salah. Bdk. 1Raja 18:27 - “Pada waktu tengah hari Elia mulai mengejek mereka, katanya: ‘Panggillah lebih keras, bukankah dia allah? Mungkin ia merenung, mungkin ada urusannya, mungkin ia bepergian; barangkali ia tidur, dan belum terjaga.’”.
Contoh pengejek / pencemooh dalam Alkitab:
1Sam 17:25-26,36 - “(25) Berkatalah orang-orang Israel itu: ‘Sudahkah kamu lihat orang yang maju itu? Sesungguhnya ia maju untuk mencemoohkan orang Israel! Orang yang mengalahkan dia akan dianugerahi raja kekayaan yang besar, raja akan memberikan anaknya yang perempuan kepadanya dan kaum keluarganya akan dibebaskannya dari pajak di Israel.’ (26) Lalu berkatalah Daud kepada orang-orang yang berdiri di dekatnya: ‘Apakah yang akan dilakukan kepada orang yang mengalahkan orang Filistin itu dan yang menghindarkan cemooh dari Israel? Siapakah orang Filistin yang tak bersunat ini, sampai ia berani mencemoohkan barisan dari pada Allah yang hidup?’ ... (36) Baik singa maupun beruang telah dihajar oleh hambamu ini. Dan orang Filistin yang tidak bersunat itu, ia akan sama seperti salah satu dari pada binatang itu, karena ia telah mencemooh barisan dari pada Allah yang hidup.’”.
2Sam 5:6-7 - “(6) Lalu raja dengan orang-orangnya pergi ke Yerusalem, menyerang orang Yebus, penduduk negeri itu. Mereka itu berkata kepada Daud: ‘Engkau tidak sanggup masuk ke mari; orang-orang buta dan orang-orang timpang akan mengenyahkan engkau!’ Maksud mereka: Daud tidak sanggup masuk ke mari. (7) Tetapi Daud merebut kubu pertahanan Sion, yaitu kota Daud”.
2Raja 2:23-24 - “(23) Elisa pergi dari sana ke Betel. Dan sedang ia mendaki, maka keluarlah anak-anak dari kota itu, lalu mencemoohkan dia serta berseru kepadanya: ‘Naiklah botak, naiklah botak!’ (24) Lalu berpalinglah ia ke belakang, dan ketika ia melihat mereka, dikutuknyalah mereka demi nama TUHAN. Maka keluarlah dua ekor beruang dari hutan, lalu mencabik-cabik dari mereka empat puluh dua orang anak”.
2Raja 7:1-2 - “(1) Lalu berkatalah Elisa: ‘Dengarlah firman TUHAN. Beginilah firman TUHAN: Besok kira-kira waktu ini sesukat tepung yang terbaik akan berharga sesyikal dan dua sukat jelai akan berharga sesyikal di pintu gerbang Samaria.’ (2) Tetapi perwira, yang menjadi ajudan raja, menjawab abdi Allah, katanya: ‘Sekalipun TUHAN membuat tingkap-tingkap di langit, masakan hal itu mungkin terjadi?’ Jawab abdi Allah: ‘Sesungguhnya, engkau akan melihatnya dengan matamu sendiri, tetapi tidak akan makan apa-apa dari padanya.’”.
Neh 4:1-3 - “(1) Ketika Sanbalat mendengar, bahwa kami sedang membangun kembali tembok, bangkitlah amarahnya dan ia sangat sakit hati. Ia mengolok-olokkan orang Yahudi (2) dan berkata di hadapan saudara-saudaranya dan tentara Samaria: ‘Apa gerangan yang dilakukan orang-orang Yahudi yang lemah ini? Apakah mereka memperkokoh sesuatu? Apakah mereka hendak membawa persembahan? Apakah mereka akan selesai dalam sehari? Apakah mereka akan menghidupkan kembali batu-batu dari timbunan puing yang sudah terbakar habis seperti ini?’ (3) Lalu berkatalah Tobia, orang Amon itu, yang ada di dekatnya: ‘Sekalipun mereka membangun kembali, kalau seekor anjing hutan meloncat dan menyentuhnya, robohlah tembok batu mereka.’”.
Amsal 3:34 - “Apabila Ia menghadapi pencemooh, maka Iapun mencemooh, tetapi orang yang rendah hati dikasihaniNya”.
Amsal 21:24 - “Orang yang kurang ajar dan sombong pencemooh namanya, ia berlaku dengan keangkuhan yang tak terhingga”.
Yes 29:20 - “Sebab orang yang gagah sombong akan berakhir dan orang pencemooh akan habis, dan semua orang yang berniat jahat akan dilenyapkan,”.
Mat 27:27-31,39-43,49 - “(27) Kemudian serdadu-serdadu wali negeri membawa Yesus ke gedung pengadilan, lalu memanggil seluruh pasukan berkumpul sekeliling Yesus. (28) Mereka menanggalkan pakaianNya dan mengenakan jubah ungu kepadaNya. (29) Mereka menganyam sebuah mahkota duri dan menaruhnya di atas kepalaNya, lalu memberikan Dia sebatang buluh di tangan kananNya. Kemudian mereka berlutut di hadapanNya dan mengolok-olokkan Dia, katanya: ‘Salam, hai Raja orang Yahudi!’ (30) Mereka meludahiNya dan mengambil buluh itu dan memukulkannya ke kepalaNya. (31) Sesudah mengolok-olokkan Dia mereka menanggalkan jubah itu dari padaNya dan mengenakan pula pakaianNya kepadaNya. Kemudian mereka membawa Dia ke luar untuk disalibkan. ... (39) Orang-orang yang lewat di sana menghujat Dia dan sambil menggelengkan kepala, (40) mereka berkata: ‘Hai Engkau yang mau merubuhkan Bait Suci dan mau membangunnya kembali dalam tiga hari, selamatkanlah diriMu jikalau Engkau Anak Allah, turunlah dari salib itu!’ (41) Demikian juga imam-imam kepala bersama-sama ahli-ahli Taurat dan tua-tua mengolok-olokkan Dia dan mereka berkata: (42) ‘Orang lain Ia selamatkan, tetapi diriNya sendiri tidak dapat Ia selamatkan! Ia Raja Israel? Baiklah Ia turun dari salib itu dan kami akan percaya kepadaNya. (43) Ia menaruh harapanNya pada Allah: baiklah Allah menyelamatkan Dia, jikalau Allah berkenan kepadaNya! Karena Ia telah berkata: Aku adalah Anak Allah.’ ... (49) Tetapi orang-orang lain berkata: ‘Jangan, baiklah kita lihat, apakah Elia datang untuk menyelamatkan Dia.’”.
Luk 23:39 - “Seorang dari penjahat yang di gantung itu menghujat Dia, katanya: ‘Bukankah Engkau adalah Kristus? Selamatkanlah diriMu dan kami!’”.
Bdk. 1Kor 2:14 - “Tetapi manusia duniawi tidak menerima apa yang berasal dari Roh Allah, karena hal itu baginya adalah suatu kebodohan; dan ia tidak dapat memahaminya, sebab hal itu hanya dapat dinilai secara rohani”.
2) “Kata mereka: ‘Di manakah janji tentang kedatanganNya itu? Sebab sejak bapa-bapa leluhur kita meninggal, segala sesuatu tetap seperti semula, pada waktu dunia diciptakan.’”.
The Bible Exposition Commentary: New Testament: “Peter affirmed the certainty of Christ’s coming in glory (2 Peter 1:16ff), a truth that the apostates questioned and denied. In fact, they were scoffing at the very idea of the return of the Lord, the judgment of the world, and the establishment of a glorious kingdom” [= Petrus meneguhkan kepastian dari kedatangan Kristus dalam kemuliaan (2Pet 1:16-dst), suatu kebenaran yang para orang murtad itu pertanyakan dan sangkal. Dalam faktanya, mereka sedang mencemooh / mengejek terhadap gagasan tentang kedatangan kembali dari Tuhan, penghakiman dunia, dan penegakan suatu kerajaan yang mulia].
Catatan: saya kira pandangan dari penafsir ini (bagian akhir kutipan ini) merupakan pandangan Dispensationalisme.
Calvin: “It was a dangerous scoff when they insinuated a doubt as to the last resurrection; for when that is taken away, there is no gospel any longer, the power of Christ is brought to nothing, the whole of religion is gone. Then Satan aims directly at the throat of the Church, when he destroys faith in the coming of Christ. For why did Christ die and rise again, except that he may some time gather to himself the redeemed from death, and give them eternal life? All religion is wholly subverted, except faith in the resurrection remains firm and immovable. Hence, on this point Satan assails us most fiercely” (= Merupakan suatu cemoohan / ejekan yang berbahaya pada waktu mengusulkan secara tak langsung suatu keraguan berkenaan dengan kebangkitan terakhir; karena pada waktu hal itu diambil / dibuang, di sana tidak ada injil lagi, kuasa Kristus dibawa menjadi nol / tak ada, seluruh agama hilang. Maka Iblis mengarah secara langsung pada tenggorokan dari Gereja, pada waktu ia menghancurkan iman kepada kedatangan Kristus. Karena mengapa Kristus mati dan bangkit kembali, kecuali supaya Ia pada suatu waktu bisa mengumpulkan kepada diriNya sendiri orang-orang yang ditebus dari kematian, dan memberikan mereka hidup yang kekal? Seluruh agama sepenuhnya ditumbangkan, kecuali iman kepada kebangkitan tetap teguh dan tidak tergoyangkan).
Catatan: memang dalam ay 4 itu yang diejek adalah kedatangan Kristus yang keduakalinya, tetapi kedatangan Kristus yang keduakalinya jelas berhubungan langsung dengan kebangkitan orang mati pada akhir jaman.
The Biblical Illustrator (New Testament): “Much unhallowed ridicule is thrown by some on what are considered by us as the most sublime and important doctrines of revelation - I mean the trinity of persons in the Godhead, and the atonement of our Lord” (= Banyak ejekan yang tidak kudus dilontarkan oleh sebagian orang pada apa yang kita anggap sebagai ajaran dari wahyu yang paling mulia / agung dan penting - saya maksudkan tritunggal dari pribadi-pribadi dalam diri Allah, dan penebusan dari Tuhan kita).
3) Sikap orang Kristen terhadap pengejek / pencemooh.
a) Jangan memberitakan Injil kepada para pengejek / pencemooh itu.
Mat 7:6 - “‘Jangan kamu memberikan barang yang kudus kepada anjing dan jangan kamu melemparkan mutiaramu kepada babi, supaya jangan diinjak-injaknya dengan kakinya, lalu ia berbalik mengoyak kamu.’”.
Amsal 9:7-8 - “(7) Siapa mendidik seorang pencemooh, mendatangkan cemooh kepada dirinya sendiri, dan siapa mengecam orang fasik, mendapat cela. (8) Janganlah mengecam seorang pencemooh, supaya engkau jangan dibencinya, kecamlah orang bijak, maka engkau akan dikasihinya”.
Amsal 26:4-5 - “(4) Jangan menjawab orang bebal menurut kebodohannya, supaya jangan engkau sendiri menjadi sama dengan dia. (5) Jawablah orang bebal menurut kebodohannya, supaya jangan ia menganggap dirinya bijak”.
Catatan: Amsal 26:4 kelihatannya bertentangan dengan Amsal 26:5, tetapi sebetulnya bisa diharmoniskan dengan menafsirkan bahwa kadang-kadang kita harus melakukan ay 5, tetapi kadang-kadang kita harus melakukan ay 4.
b) Jangan bergaul dengan pencemooh.
Maz 1:1 - “Berbahagialah orang yang tidak berjalan menurut nasihat orang fasik, yang tidak berdiri di jalan orang berdosa, dan yang tidak duduk dalam kumpulan pencemooh”.
II Petrus 3:1-18(2)
Ay 5-6: “(5) Mereka sengaja tidak mau tahu, bahwa oleh firman Allah langit telah ada sejak dahulu, dan juga bumi yang berasal dari air dan oleh air, (6) dan bahwa oleh air itu, bumi yang dahulu telah binasa, dimusnahkan oleh air bah”.
1) “Mereka sengaja tidak mau tahu”.
Matthew Henry: “Though they might have known it, and ought to have known it, yet ‘this they willingly are ignorant of’ (v. 5), they choose to pass it over in silence, as if they had never heard or known any thing of it; if they knew it, they did not like to retain it in their knowledge; they did not receive this truth in the love of it, neither did they care to own it. Note, It is hard to persuade men to believe what they are not willing to find true; they are ignorant, in many cases, because they are willing to be ignorant, and they do not know because they do not care to know. But let not sinners think that such ignorance as this will be admitted as an excuse for whatever sin it may betray them into. Those who crucified Christ did not know who he was; for ‘had they known they would not have crucified the Lord of glory’ (1 Cor 2:8); but, though ignorant, they were not therefore innocent; their ignorance itself was a sin, willing and wilful ignorance, and one sin can be no excuse for another” [= Sekalipun mereka bisa mengetahuinya, dan seharusnya telah mengetahuinya, tetapi ‘mereka sengaja tidak mau tahu’ (ay 5), mereka memilih untuk melewatinya dalam ke-diam-an, seakan-akan mereka tidak pernah mendengar atau mengetahui apapun tentangnya; seandainya mereka mengetahuinya, mereka tidak suka mempertahankan pengetahuan itu; mereka tidak menerima kebenaran ini dalam kasih terhadapnya, juga mereka tidak peduli / tidak mau untuk mempunyai kebenaran itu. Perhatikan, Adalah sukar untuk membujuk / meyakinkan orang-orang untuk percaya apa yang mereka tidak mau mendapatinya sebagai kebenaran; mereka bodoh, dalam banyak kasus, karena mereka mau bodoh, dan mereka tidak tahu karena mereka tidak peduli / tidak mau untuk tahu. Tetapi hendaklah orang-orang berdosa tidak memikirkan bahwa kebodohan / ketidaktahuan seperti ini akan diterima sebagai suatu alasan / dalih untuk dosa apapun ke dalam mana mereka dibukakan. Mereka yang menyalibkan Kristus tidak tahu siapa Dia; karena ‘sekiranya mereka mengenalnya, mereka tidak menyalibkan Tuhan yang mulia’ (1Kor 2:8); tetapi, sekalipun tidak tahu, hal ini tidak menyebabkan mereka tidak bersalah; ketidak-tahuan mereka itu sendiri adalah suatu dosa, ketidaktahuan yang dikehendaki dan disengaja, dan satu dosa tidak bisa menjadi alasan / dalih bagi dosa yang lain].
Contoh: seseorang tadi telpon saya untuk bertanya dimana tempatnya Saksi Yehuwa di Jakarta. Saya jawab saya tidak tahu, dan saya nasehati untuk tidak ke sana, karena mereka sesat, dan saya nasehati untuk mempelajari buku saya di web. Tetapi tidak menanyakan alamat webnya, dan ini menunjukkan dia memang ‘tidak mau tahu’ tentang yang mana yang benar (Saksi Yehuwa atau Kristen), dan saya biarkan saja.
Ini bukan hanya berlaku dalam pengertian theologia, tetapi juga tentang kebenaran-kebenaran sehari-hari.
2) “bahwa oleh firman Allah langit telah ada sejak dahulu, dan juga bumi yang berasal dari air dan oleh air”.
a) Kata ‘langit’ di sini diartikan sebagai atmosfir oleh Calvin. Tetapi Barnes kelihatannya punya pandangan yang berbeda.
Barnes’ Notes: “The word ‘heaven’ in the Scriptures sometimes refers to the atmosphere, sometimes to the starry worlds as they appear above us, and sometimes to the exalted place where God dwells. Here it is used, doubtless, in the popular signification, as denoting the heavens as they ‘appear,’ embracing the sun, moon, and stars” (= Kata ‘surga / langit’ dalam Kitab Suci kadang-kadang menunjuk pada atmosfir, kadang-kadang pada dunia / alam semesta penuh bintang seperti kelihatannya ada di atas kita, dan kadang-kadang pada tempat yang ditinggikan dimana Allah tinggal. Di sini kata itu digunakan, tak diragukan, dalam arti yang populer, sebagai menunjuk pada surga sebagai kelihatannya, mencakup matahari, bulan, dan bintang-bintang).
Baik bahasa Ibrani maupun bahasa Yunani tidak membedakan kata ‘surga’ dan kata ‘langit’. Kata itu bisa menunjuk pada:
1. Atmosfir.
Yeh 31:8-10 - “(8) Pohon-pohon aras di dalam taman Allah tidak akan dapat menyainginya, juga pohon sanobar tidak akan dapat menyamai ranting-rantingnya, dan pohon berangan tidak dapat dibandingkan dengan cabang-cabangnya. Segala pohon-pohon yang di taman Allah tiada yang dapat disamakan dengan dia mengenai keelokannya. (9) Aku membuat dia sungguh-sungguh elok dengan cabang-cabangnya yang sangat rapat. Di taman Eden, di taman Allah segala pohon cemburu padanya. (10) Oleh sebab itu beginilah firman Tuhan ALLAH: Oleh karena ia tumbuh tinggi dan puncaknya menjulang sampai ke langit dan ia menjadi sombong karena ketinggiannya”.
2. Tempat bintang-bintang dan benda-benda langit ada.
Kej 15:5 - “Lalu TUHAN membawa Abram ke luar serta berfirman: ‘Coba lihat ke langit, hitunglah bintang-bintang, jika engkau dapat menghitungnya.’ Maka firmanNya kepadanya: ‘Demikianlah banyaknya nanti keturunanmu.’”.
3. Tempat tinggal Allah.
Yes 66:1 - “Beginilah firman TUHAN: Langit adalah takhtaKu dan bumi adalah tumpuan kakiKu; rumah apakah yang akan kamu dirikan bagiKu, dan tempat apakah yang akan menjadi perhentianKu?”.
Mat 5:34 - “Tetapi Aku berkata kepadamu: Janganlah sekali-kali bersumpah, baik demi langit, karena langit adalah takhta Allah”.
Rasanya saya lebih condong pada pandangan dari Barnes, dari pada pandangan Calvin, tetapi yang jelas tidak mungkin kata ‘langit’ diartikan dalam arti ke 3.
b) Kata-kata “dan juga bumi yang berasal dari air dan oleh air” kelihatannya menunjuk pada Kej 1:6-10 - “(6) Berfirmanlah Allah: ‘Jadilah cakrawala di tengah segala air untuk memisahkan air dari air.’ (7) Maka Allah menjadikan cakrawala dan Ia memisahkan air yang ada di bawah cakrawala itu dari air yang ada di atasnya. Dan jadilah demikian. (8) Lalu Allah menamai cakrawala itu langit. Jadilah petang dan jadilah pagi, itulah hari kedua. (9) Berfirmanlah Allah: ‘Hendaklah segala air yang di bawah langit berkumpul pada satu tempat, sehingga kelihatan yang kering.’ Dan jadilah demikian. (10) Lalu Allah menamai yang kering itu darat, dan kumpulan air itu dinamaiNya laut. Allah melihat bahwa semuanya itu baik”.
c) Kata-kata “oleh firman Allah” menunjuk pada penciptaan langit dan bumi yang dilakukan oleh Allah hanya dengan firmanNya (Kej 1 Ibr 11:3).
Bandingkan dengan:
Maz 33:6-7,9 - “(6) Oleh firman TUHAN langit telah dijadikan, oleh nafas dari mulutNya segala tentaranya. (7) Ia mengumpulkan air laut seperti dalam bendungan, Ia menaruh samudera raya ke dalam wadah. ... (9) Sebab Dia berfirman, maka semuanya jadi; Dia memberi perintah, maka semuanya ada”.
Ibr 11:3 - “Karena iman kita mengerti, bahwa alam semesta telah dijadikan oleh firman Allah, sehingga apa yang kita lihat telah terjadi dari apa yang tidak dapat kita lihat”.
3) “dan bahwa oleh air itu, bumi yang dahulu telah binasa, dimusnahkan oleh air bah”.
Ini jelas menunjuk pada penghancuran dunia oleh air bah pada jaman Nuh (Kej 6-8).
Penghancuran dunia pada jaman Nuh ini menunjukkan bahwa kata-kata para pengejek dalam ay 4 bahwa “sejak bapa-bapa leluhur kita meninggal, segala sesuatu tetap seperti semula, pada waktu dunia diciptakan” adalah salah. Segala sesuatu TIDAK tetap seperti semula, karena pernah terjadinya penghukuman Allah melalui air bah pada jaman Nuh.
Ay 7: “Tetapi oleh firman itu juga langit dan bumi yang sekarang terpelihara dari api dan disimpan untuk hari penghakiman dan kebinasaan orang-orang fasik”.
1) Terjemahan yang kacau dari Kitab Suci Indonesia.
a) Kata ‘sekarang’ bukan menunjuk pada kata ‘terpelihara’, tetapi pada ‘langit dan bumi’ (dikontraskan dengan ‘langit dan bumi yang baru’ dalam ay 13).
b) Kata-kata “terpelihara dari api dan disimpan untuk hari penghakiman ...” terjemahannya kacau.
Bandingkan dengan terjemahan dari Kitab Suci bahasa Inggris.
KJV: ‘But the heavens and the earth, which are now, by the same word are kept in store, reserved unto fire against the day of judgment and perdition of ungodly men’ (= Tetapi langit dan bumi, yang ada sekarang, oleh firman yang sama dipelihara, disimpan / dicadangkan untuk api pada hari penghakiman dan kebinasaan orang-orang fasik).
RSV: ‘But by the same word the heavens and earth that now exist have been stored up for fire, being kept until the day of judgment and destruction of ungodly men’ (= Tetapi oleh firman yang sama langit dan bumi yang sekarang ada telah disimpan untuk api, disimpan sampai hari penghakiman dan penghancuran dari orang-orang fasik).
NIV: ‘By the same word the present heavens and earth are reserved for fire, being kept for the day of judgment and destruction of ungodly men’ (= Oleh firman yang sama langit dan bumi yang sekarang ini disimpan / dicadangkan untuk api, dijaga untuk hari penghakiman dan penghancuran dari orang-orang fasik). NASB ≈ NIV.
Pulpit Commentary: “The ‘now’ does not refer, as some think, to any change wrought by the Flood, but distinguishes the present heavens and earth from the new heavens and new earth, which Christians are to look for (verse 13)” [= Kata ‘sekarang’ tidak menunjuk, seperti sebagian orang mengira, pada perubahan apapun yang dibuat oleh air bah, tetapi membedakan langit dan bumi yang sekarang ini dengan langit dan bumi yang baru, yang harus dicari oleh orang-orang Kristen (ay 13)].
2) ‘dipelihara’.
Barnes’ Notes: “‘Are kept in store.’ Greek, ‘Are treasured up.’ The allusion in the Greek word is to anything that is treasured up, or reserved for future use. The apostle does not say that this is the only purpose for which the heavens and the earth are preserved, but that this is one object, or this is one aspect in which the subject may be viewed. They are like treasure reserved for future use” [= ‘dipelihara’. Yunani, ‘disimpan / ditabung’. Kiasannya dalam kata Yunaninya adalah pada apapun yang disimpan / ditabung, atau dicadangkan untuk penggunaan di masa yang akan datang. Sang rasul tidak mengatakan bahwa ini adalah satu-satunya tujuan untuk mana langit dan bumi disimpan / dicadangkan, tetapi ini adalah salah satu tujuan, atau, ini adalah satu aspek dalam mana pokok ini bisa disoroti. Mereka (langit dan bumi yang sekarang ini) adalah seperti harta yang disimpan untuk penggunaan di masa yang akan datang].
Ay 7 ini menunjukkan bahwa terpeliharanya langit dan bumi yang sekarang ini juga terjadi oleh firman, dan ini sesuai dengan Ibr 1:3a - “Ia adalah cahaya kemuliaan Allah dan gambar wujud Allah dan menopang segala yang ada dengan firmanNya yang penuh kekuasaan”.
Ini menunjukkan betapa tergantungnya kita kepada Allah!
Bdk. Kis 17:28a - “Sebab di dalam Dia kita hidup, kita bergerak, kita ada”.
3) Langit dan bumi ini dijaga dan disimpan / dicadangkan untuk api pada hari penghakiman.
Adam Clarke: “the earth, etc., which were then formed, had perished by the flood; and that the present earth, etc., which were formed out of the preceding, should, at the day of judgment, perish by the fire of God’s wrath” (= bumi, dll, yang pada saat itu dibentuk, telah dihancurkan / binasa oleh air bah; dan bahwa bumi dll yang sekarang ini, yang dibentuk dari yang sebelumnya, harus, pada hari penghakiman, binasa / hancur oleh api murka Allah).
Barclay: “It is Peter’s conviction that, as the ancient world was destroyed by water, the present world will be destroyed by fire” (= Merupakan keyakinan Petrus bahwa, sebagaimana dunia kuno dihancurkan oleh air, dunia sekarang ini akan dihancurkan oleh api) - hal 341.
Barclay lalu memberikan ayat-ayat Perjanjian Lama sebagai dasar dari keyakinan Petrus.
Yoel 2:30 - “Aku akan mengadakan mujizat-mujizat di langit dan di bumi: darah dan api dan gumpalan-gumpalan asap”.
Maz 50:3 - “Allah kita datang dan tidak akan berdiam diri, di hadapanNya api menjilat, sekelilingNya bertiup badai yang dahsyat”.
Yes 29:6 - “engkau akan melihat kedatangan TUHAN semesta alam dalam guntur, gempa dan suara hebat, dalam puting beliung dan badai dan dalam nyala api yang memakan habis”.
Yes 30:30 - “Dan TUHAN akan memperdengarkan suaraNya yang mulia, akan memperlihatkan tanganNya yang turun menimpa dengan murka yang hebat dan nyala api yang memakan habis, dengan hujan lebat, angin ribut dan hujan batu”.
Yes 66:15-16 - “(15) Sebab sesungguhnya, TUHAN akan datang dengan api, dan kereta-keretaNya akan seperti puting beliung, untuk melampiaskan murkaNya dengan kepanasan dan hardikNya dengan nyala api. (16) Sebab TUHAN akan menghukum segala yang hidup dengan api dan dengan pedangNya, dan orang-orang yang mati terbunuh oleh TUHAN akan banyak jumlahnya”.
Nahum 1:5-6 - “(5) Gunung-gunung gemetar terhadap Dia, dan bukit-bukit mencair. Bumi menjadi sunyi sepi di hadapanNya, dunia serta seluruh penduduknya. (6) Siapakah yang tahan berdiri menghadapi geramNya? Dan siapakah yang tahan tegak terhadap murkaNya yang bernyala-nyala? Kehangatan amarahNya tercurah seperti api, dan gunung-gunung batu menjadi roboh di hadapanNya”.
Mal 4:1 - “Bahwa sesungguhnya hari itu datang, menyala seperti perapian, maka semua orang gegabah dan setiap orang yang berbuat fasik menjadi seperti jerami dan akan terbakar oleh hari yang datang itu, firman TUHAN semesta alam, sampai tidak ditinggalkannya akar dan cabang mereka”.
Ay 8: “Akan tetapi, saudara-saudaraku yang kekasih, yang satu ini tidak boleh kamu lupakan, yaitu, bahwa di hadapan Tuhan satu hari sama seperti seribu tahun dan seribu tahun sama seperti satu hari”.
Ayat ini tidak boleh ditafsirkan secara hurufiah bahwa satu hari adalah 1000 tahun, karena anak kalimat selanjutnya mengatakan sebaliknya. Jadi, artinya hanyalah bahwa Allah tidak terbatas oleh waktu. Ia ada di atas waktu. Ini sesuatu yang tidak bisa kita bayangkan. Karena Allah ada di atas waktu, maka belum terjadinya janji kedatangan Kristus yang keduakalinya itu tidak berarti bahwa Allah lalai menepati janjiNya. Bagi manusia sudah lama, tetapi bagi Allah, waktu yang lama itu tidak ada artinya.
Allah memang ada di atas waktu, tetapi mengatakan bahwa dalam kekekalan tak ada lagi waktu, menurut saya merupakan sesuatu yang tidak berdasar, dan salah.
William Hendriksen mengatakan dalam bukunya yang berjudul ‘The Bible on the Life Hereafter’, hal 72, mengatakan bahwa banyak orang, termasuk seorang ahli theologia Reformed bernama Kuyper mengatakan bahwa dalam kekekalan nanti tidak ada lagi waktu. Pandangan ini didasarkan pada Wah 10:6 (KJV): ‘And sware by him that liveth for ever and ever, who created heaven, and the things that therein are, and the earth, and the things that therein are, and the sea, and the things which are therein, that there should be time no longer’ (= Dan bersumpah demi Dia yang hidup selama-lamanya, yang telah menciptakan langit dan segala isinya, dan bumi dan segala isinya, dan laut dan segala isinya, bahwa di sana tidak akan ada waktu lagi).
Tetapi baik Kitab Suci Indonesia maupun Kitab Suci bahasa Inggris yang lain menterjemahkan ‘delay’ / ‘penundaan’ bukan ‘waktu’!
Kitab Suci Indonesia: “dan ia bersumpah demi Dia yang hidup sampai selama-lamanya, yang telah menciptakan langit dan segala isinya, dan bumi dan segala isinya, dan laut dan segala isinya, katanya: ‘Tidak akan ada penundaan lagi!”.
RSV: ‘there should be no more delay’ (= di sana tidak ada penundaan lagi).
NIV: ‘There will be no more delay’ (= Di sana tidak ada penundaan lagi).
NASB: ‘that there will be delay no longer’ (= bahwa di sana tidak ada penundaan lagi).
Dan dalam buku yang sama hal 73 William Hendriksen memberikan dua kutipan dari 2 orang ahli theologia Reformed, yaitu Vos dan Bavinck, yang akan saya berikan di bawah ini:
Kutipan dari Vos: “Paul nowhere affirms that to the life of man, after the close of this aeon, no more duration, no more divisibility in time-units shall exist. Life so conceived is plainly the prerogative by nature of the Creator: to externalize the inhabitants of the coming aeoon in this sense would be equivalent to deifying them, a thought whose place is in a pagan type of speculation but not within the range of biblical religion” (= Paulus tidak menegaskan dimanapun bahwa bagi hidup manusia, setelah akhir dari jaman ini, tidak ada lagi masa / durasi, tidak ada lagi ke-dapat-dibagi-an dalam unit-unit waktu akan ada. Kehidupan yang dimengerti seperti itu dengan jelas merupakan hak istimewa secara alamiah dari sang Pencipta: mengekalkan / menjadikan kekal penghuni-penghuni dari jaman yang akan datang dalam arti ini adalah sama dengan mendewakan mereka / menjadikan mereka Allah, suatu pemikiran yang tempatnya adalah dalam suatu type spekulasi kafir tetapi bukan dalam jenis / kelas dari agama yang Alkitabiah) - ‘The Bible on the Life Hereafter’, hal 73.
Kutipan dari Bavinck: “Those who have died remain finite and limited beings and cannot exist in any other way than in space and time. The measurement of space and the computation of time, to be sure, will be entirely different on the other side of the grave than they are here, where miles and hours are our standard of measurement. But even the souls that dwell there will not become eternal and omnipresent like God ... They are not raised above every form of time, that is, above time in the sense of succession of moments” (= Mereka yang telah mati tetap adalah makhluk-makhluk yang terbatas dan tidak bisa berada dengan cara lain apapun dari pada dalam ruang dan waktu. Ukuran ruang dan perhitungan waktu jelas akan berbeda pada sisi lain dari kubur dari pada mereka di sini, dimana mil-mil dan jam-jam adalah standard ukuran kita. Tetapi bahkan jiwa-jiwa yang tinggal di sana tidak akan menjadi kekal dan maha hadir / maha ada seperti Allah ... Mereka tidak diangkat mengatasi setiap bentuk dari waktu, artinya, di atas waktu dalam arti penggantian / urut-urutan dari saat-saat) - ‘The Bible on the Life Hereafter’, hal 73.
William Hendriksen: “So, when the question is asked, ‘Is there time in heaven?’ namely, in the sense of movement from the past, into the present, into the future - call it duration or succession of movements -, the answer must be, ‘Yes.’ When the further question is asked, ‘Will it in every respect be time as we now know it (that is, will it be measured by our present earthly standards?), the answer will have to be ‘No.’” [= Jadi, pada waktu suatu pertanyaan ditanyakan, ‘Apakah ada waktu di surga?’ yaitu, dalam arti dari pergerakan / perpindahan dari lampau, ke dalam saat ini / present, ke dalam yang akan datang- sebutlah itu masa / durasi atau penggantian / urut-urutan dari pergerakan / perpindahan -, jawabannya haruslah ‘Ya’. Pada waktu pertanyaan selanjutnya ditanyakan, ‘Apakah itu dalam setiap hal adalah waktu yang kita kenal sekarang ini (yaitu, apakah waktu itu akan diukur oleh standard duniawi kita sekarang ini?), jawabannya harus adalah ‘Tidak’.] - ‘The Bible on the Life Hereafter’, hal 73-74.
II Petrus 3:1-18(3)
Ay 9: “Tuhan tidak lalai menepati janjiNya, sekalipun ada orang yang menganggapnya sebagai kelalaian, tetapi Ia sabar terhadap kamu, karena Ia menghendaki supaya jangan ada yang binasa, melainkan supaya semua orang berbalik dan bertobat”.
1) Ayat ini menunjukkan alasan yang sebenarnya mengapa Yesus belum datang kembali, dan bukannya seperti yang dikatakan pengejek-pengejek dalam ay 4.
The Bible Exposition Commentary: New Testament: “As you review Peter’s arguments, you can see that his evidence is irrefutable. He pointed out that the scoffers willfully rejected evidence in order that they might continue in their sins and scoffing. He proved from the Scriptures that God has intervened in past history, and that He has the power to do it today. He showed that the scoffers had a very low view of God’s character because they thought He delayed in keeping His promises just as men do. Finally, he explained that God does not live in the realm of human time, and that His so-called ‘delay’ only gives more opportunity for lost sinners to repent and be saved” (= Pada waktu kamu meninjau lagi argumentasi-argumentasi Petrus, kamu bisa melihat bahwa buktinya tidak bisa disangkal. Ia telah menunjukkan bahwa pengejek-pengejek itu dengan sengaja menolak bukti supaya mereka bisa terus ada dalam dosa-dosa dan ejekan-ejekan mereka. Ia membuktikan dari Kitab Suci bahwa Allah telah ikut campur dalam sejarah yang lalu, dan bahwa Ia mempunyai kuasa untuk melakukannya sekarang. Ia telah menunjukkan bahwa pengejek-pengejek itu mempunyai suatu pandangan yang sangat rendah tentang karakter Allah karena mereka menganggap bahwa Ia menunda untuk menepati janjiNya sama seperti yang manusia lakukan. Terakhir, ia menjelaskan bahwa Allah tidak hidup dalam alam waktu dari manusia, dan bahwa apa yang disebut penundaanNya hanya memberikan lebih banyak kesempatan bagi orang-orang berdosa yang terhilang untuk bertobat dan diselamatkan).
The Biblical Illustrator (New Testament): “It is remarkable, however, that the long-suffering of God has, in many instances, just the contrary effect. ‘Because sentence is not speedily executed against an evil work, therefore the hearts of the sons of men are fully set within them to do evil.’” (= Tetapi merupakan sesuatu yang luar biasa bahwa kesabaran Allah, dalam banyak contoh, justru mempunyai hasil yang bertentangan. ‘Oleh karena hukuman terhadap perbuatan jahat tidak segera dilaksanakan, maka hati manusia penuh niat untuk berbuat jahat’).
Pkh 8:11 - “Oleh karena hukuman terhadap perbuatan jahat tidak segera dilaksanakan, maka hati manusia penuh niat untuk berbuat jahat”.
Bdk. Ro 2:4-8 - “(4) Maukah engkau menganggap sepi kekayaan kemurahanNya, kesabaranNya dan kelapangan hatiNya? Tidakkah engkau tahu, bahwa maksud kemurahan Allah ialah menuntun engkau kepada pertobatan? (5) Tetapi oleh kekerasan hatimu yang tidak mau bertobat, engkau menimbun murka atas dirimu sendiri pada hari waktu mana murka dan hukuman Allah yang adil akan dinyatakan. (6) Ia akan membalas setiap orang menurut perbuatannya, (7) yaitu hidup kekal kepada mereka yang dengan tekun berbuat baik, mencari kemuliaan, kehormatan dan ketidakbinasaan, (8) tetapi murka dan geram kepada mereka yang mencari kepentingan sendiri, yang tidak taat kepada kebenaran, melainkan taat kepada kelaliman”.
2) Kesabaran Allah.
The Biblical Illustrator (New Testament): “We shall probably arrive at right apprehensions of God’s long-suffering as connected with God’s other attributes, if we carefully review two simple facts. The first is that God can punish every sin; the second, that God can pardon every sin. It is essential to the long-suffering of God that each of these assertions should, in the largest sense, hold good. Unless there be the power of punishing, there can be no long-suffering; for long-suffering necessarily presupposes that the Being, who might on the instant take vengeance, passes over for a while the iniquity. On the other hand, unless God can pardon every sin, what is there in His long-suffering?” (= Kita mungkin akan sampai pada pengertian yang benar tentang kesabaran Allah dalam hubungannya dengan sifat-sifat Allah yang lain, jika kita dengan seksama meninjau dua fakta yang sederhana. Yang pertama adalah bahwa Allah bisa menghukum setiap dosa; yang kedua, bahwa Allah bisa mengampuni setiap dosa. Merupakan sesuatu yang hakiki bagi kesabaran Allah bahwa setiap dari pernyataan yang tegas ini harus, dalam arti terluas, tetap berlaku. Kecuali disana ada kuasa untuk menghukum, disana tidak bisa ada kesabaran; karena kesabaran harus mensyaratkan bahwa Allah, yang bisa pada saat itu juga melakukan pembalasan, melewati kejahatan itu untuk sementara waktu. Di sisi yang lain, kecuali Allah bisa mengampuni setiap dosa, apa gunanya kesabaranNya?).
3) Konfrontasi Calvinisme / Reformed vs Arminianisme tentang ayat ini.
a) Ayat ini banyak dipakai oleh orang Arminian untuk menyerang doktrin tentang predestinasi.
Adam Clarke: “As God is not willing that any should perish, and as he is willing that all should come to repentance, consequently he has never devised nor decreed the damnation of any man, nor has he rendered it impossible for any soul to be saved, either by necessitating him to do evil, that he might die for it, or refusing him the means of recovery, without which he could not be saved” (= Karena Allah tidak menghendaki bahwa ada siapapun yang binasa, dan karena Ia menghendaki bahwa semua orang datang pada pertobatan, akibatnya adalah Ia tidak pernah merencanakan atau menetapkan penghukuman dari siapapun, juga Ia tidak membuatnya mustahil untuk jiwa yang manapun untuk diselamatkan, atau dengan mengharuskannya untuk melakukan kejahatan, supaya ia bisa mati untuk hal itu, atau dengan tidak memberinya cara-cara pemulihan, tanpa mana ia tidak bisa diselamatkan).
Pdt. Jusuf B. S. mengatakan bahwa Allah menghendaki semua orang selamat, dan karena itu tidak mungkin Ia menetapkan sebagian manusia untuk binasa.
Ia berpendapat bahwa Predestinasi “bertentangan dengan rencana dan kehendak Allah sendiri yang ingin semua orang selamat (2Pet 3:9 / 1Tim 2:4)” - ‘Keselamatan Tidak Bisa Hilang?’, hal 41.
2Pet 3:9 - “Tuhan tidak lalai menepati janjiNya, sekalipun ada orang yang menganggapnya sebagai kelalaian, tetapi Ia sabar terhadap kamu, karena Ia menghendaki supaya jangan ada yang binasa, melainkan supaya semua orang berbalik dan bertobat”.
1Tim 2:3-4 - “(3) Itulah yang baik dan yang berkenan kepada Allah, Juruselamat kita, (4) yang menghendaki supaya semua orang diselamatkan dan memperoleh pengetahuan akan kebenaran”.
Pdt. Jusuf B. S. juga berkata:
“Ia tidak ingin seorangpun binasa, termasuk juga orang fasik yang jahat. Tuhan masih mengharapkannya untuk bertobat kembali dan diselamatkan” - ‘Keselamatan Tidak Bisa Hilang?’, hal 15.
Dan ia lalu mengutip Yeh 18:23 dan Yeh 33:11.
Yeh 18:23 - “Apakah Aku berkenan kepada kematian orang fasik? demikianlah firman Tuhan ALLAH. Bukankah kepada pertobatannya supaya ia hidup?”.
Yeh 33:11 - “Katakanlah kepada mereka: Demi Aku yang hidup, demikianlah firman Tuhan ALLAH, Aku tidak berkenan kepada kematian orang fasik, melainkan Aku berkenan kepada pertobatan orang fasik itu dari kelakuannya supaya ia hidup. Bertobatlah, bertobatlah dari hidupmu yang jahat itu! Mengapakah kamu akan mati, hai kaum Israel?”.
b) Penafsiran Calvinisme / Reformed tentang ayat ini.
Perhatikan kata ‘menghendaki’ dalam 2Pet 3:9 dan 1Tim 2:4, dan juga kata ‘berkenan’ dalam Yeh 18:23 dan Yeh 33:11. Ini menunjuk pada kehendak Allah, tetapi kehendak Allah dalam arti apa? Kalau membahas tentang ‘kehendak Allah’ maka perlu diingat bahwa ada beberapa ‘kehendak Allah’, yaitu:
1. Kehendak Allah yang menunjuk pada prinsip-prinsip kehidupan yang Ia berikan kepada manusia, dan ini mencakup baik perintah-perintah maupun larangan-larangan dari Allah untuk manusia.
Contoh:
Ef 5:17 - “Sebab itu janganlah kamu bodoh, tetapi usahakanlah supaya kamu mengerti kehendak Tuhan”.
Kol 1:9 - “Sebab itu sejak waktu kami mendengarnya, kami tiada berhenti-henti berdoa untuk kamu. Kami meminta, supaya kamu menerima segala hikmat dan pengertian yang benar, untuk mengetahui kehendak Tuhan dengan sempurna”.
Kehendak Allah yang ini sering tidak terjadi, karena manusianya tidak taat pada Firman Tuhan.
2. Kehendak Allah yang menunjuk pada hal yang menyenangkan Allah kalau hal itu terjadi.
Kehendak Allah yang ini juga sering tidak terjadi.
3. Kehendak Allah yang menunjuk pada RencanaNya / KetetapanNya yang telah Ia tetapkan dalam kekekalan.
Kehendak yang ini pasti terlaksana dan tidak mungkin digagalkan oleh apapun / siapapun juga. Ini terlihat dari banyak ayat seperti ayat-ayat di bawah ini:
a. Ayub 23:13-14 - “(13) Tetapi Ia tidak pernah berubah - siapa dapat menghalangi Dia? Apa yang dikehendakiNya, dilaksanakanNya juga. (14) Karena Ia akan menyelesaikan apa yang ditetapkan atasku, dan banyak lagi hal yang serupa itu dimaksudkanNya”.
b. Ayub 42:1-2 - “(1) Maka jawab Ayub kepada TUHAN: (2) ‘Aku tahu, bahwa Engkau sanggup melakukan segala sesuatu, dan tidak ada rencanaMu yang gagal’”.
c. Maz 33:10-11 - “(10) TUHAN menggagalkan rencana bangsa-bangsa; Ia meniadakan rancangan suku-suku bangsa; (11) tetapi rencana TUHAN tetap selama-lamanya, rancangan hatiNya turun-temurun”.
d. Yes 14:24-27 - “(24) TUHAN semesta alam telah bersumpah, firmanNya: ‘Sesungguhnya seperti yang Kumaksud, demikianlah akan terjadi, dan seperti yang Kurancang, demikianlah akan terlaksana: (25) Aku akan membinasakan orang Asyur dalam negeriKu dan menginjak-injak mereka di atas gunungKu; kuk yang diletakkan mereka atas umatKu akan terbuang dan demikian juga beban yang ditimpakan mereka atas bahunya.’ (26) Itulah rancangan yang telah dibuat mengenai seluruh bumi, dan itulah tangan yang teracung terhadap segala bangsa. (27) TUHAN semesta alam telah merancang, siapakah yang dapat menggagalkannya? TanganNya telah teracung, siapakah yang dapat membuatnya ditarik kembali?”.
e. Yes 46:10-11 - “(10) yang memberitahukan dari mulanya hal yang kemudian dan dari zaman purbakala apa yang belum terlaksana, yang berkata: KeputusanKu akan sampai, dan segala kehendakKu akan Kulaksanakan, (11) yang memanggil burung buas dari timur, dan orang yang melaksanakan putusanKu dari negeri yang jauh. Aku telah mengatakannya, maka Aku hendak melangsungkannya, Aku telah merencanakannya, maka Aku hendak melaksanakannya”.
Pembedaan ‘kehendak Allah’ seperti ini memang harus ada karena kalau tidak, akan terjadi kontradiksi dalam Kitab Suci. Dalam 5 text Kitab Suci yang baru saya sebutkan, terlihat dengan sangat jelas bahwa kehendak Allah pasti terjadi / tidak mungkin gagal. Kalau ini dianggap membicarakan ‘kehendak Allah‘ yang sama dengan yang dibicarakan dalam 2Pet 3:9 1Tim 2:3-4 Yeh 33:11 Yeh 18:23, maka kita harus menyimpulkan bahwa semua manusia pasti akan selamat (Universalisme), dan ini jelas adalah ajaran sesat! Herannya, tetap ada yang percaya seperti itu!
Barclay: “Ever and ever again there shines in Scripture the glint of the larger hope. We are not forbidden to believe that somehow and some time the God who loves the world will bring the whole world to himself” (= Lagi-lagi disana bersinar dalam Kitab Suci suatu kilatan tentang pengharapan yang lebih besar. Kita tidak dilarang untuk percaya bahwa entah bagaimana dan pada suatu waktu Allah yang mengasihi dunia akan membawa seluruh dunia kepada diriNya sendiri) - hal 343.
Bagaimana Barclay bisa mempercayai ajaran Universalisme yang sesat ini merupakan sesuatu yang melampaui akal saya. Ia pasti harus mengabaikan ayat-ayat yang secara jelas menunjukkan adanya orang yang akan, bahkan sudah, masuk neraka. Contoh:
· cerita Lazarus dan orang kaya.
· Yudas 1:7 - “sama seperti Sodom dan Gomora dan kota-kota sekitarnya, yang dengan cara yang sama melakukan percabulan dan mengejar kepuasan-kepuasan yang tak wajar, telah menanggung siksaan api kekal sebagai peringatan kepada semua orang”.
· Mat 11:20-24 - “(20) Lalu Yesus mulai mengecam kota-kota yang tidak bertobat, sekalipun di situ Ia paling banyak melakukan mujizat-mujizatNya: (21) ‘Celakalah engkau Khorazim! Celakalah engkau Betsaida! Karena jika di Tirus dan di Sidon terjadi mujizat-mujizat yang telah terjadi di tengah-tengah kamu, sudah lama mereka bertobat dan berkabung. (22) Tetapi Aku berkata kepadamu: Pada hari penghakiman, tanggungan Tirus dan Sidon akan lebih ringan dari pada tanggunganmu. (23) Dan engkau Kapernaum, apakah engkau akan dinaikkan sampai ke langit? Tidak, engkau akan diturunkan sampai ke dunia orang mati! Karena jika di Sodom terjadi mujizat-mujizat yang telah terjadi di tengah-tengah kamu, kota itu tentu masih berdiri sampai hari ini. (24) Tetapi Aku berkata kepadamu: Pada hari penghakiman, tanggungan negeri Sodom akan lebih ringan dari pada tanggunganmu.’”.
· Yoh 17:12 - “Selama Aku bersama mereka, Aku memelihara mereka dalam namaMu, yaitu namaMu yang telah Engkau berikan kepadaKu; Aku telah menjaga mereka dan tidak ada seorangpun dari mereka yang binasa selain dari pada dia yang telah ditentukan untuk binasa, supaya genaplah yang tertulis dalam Kitab Suci”.
· Mat 26:24 - “Anak Manusia memang akan pergi sesuai dengan yang ada tertulis tentang Dia, akan tetapi celakalah orang yang olehnya Anak Manusia itu diserahkan. Adalah lebih baik bagi orang itu sekiranya ia tidak dilahirkan.’”.
Ayat-ayat yang dipakai oleh Pdt. Jusuf B. S. di atas, yaitu 2Pet 3:9 1Tim 2:3-4 Yeh 33:11 Yeh 18:23, menunjuk pada kehendak Allah yang nomor 2, yaitu sesuatu yang kalau terjadi akan menyenangkan Allah, tetapi bukan menunjuk pada Rencana / Ketetapan kekal dari Allah, dan karena itu bisa tidak terjadi. Sebaliknya Predestinasi / pemilihan, yang dipercaya oleh Calvinisme / Reformed, menunjuk pada Rencana / Ketetapan Allah, dan karenanya pasti terjadi.
Calvin: “But it may be asked, If God wishes none to perish, why is it that so many do perish? To this my answer is, that no mention is here made of the hidden purpose of God, according to which the reprobate are doomed to their own ruin, but only of his will as made known to us in the gospel. For God there stretches forth his hand without a difference to all, but lays hold only of those, to lead them to himself, whom he has chosen before the foundation of the world” (= Tetapi bisa dipertanyakan, Jika Allah tak menghendaki seorangpun binasa, mengapa begitu banyak yang binasa? Terhadap ini jawaban saya adalah, bahwa di sini tidak disebutkan tentang rencana yang tersembunyi dari Allah, menurut mana orang-orang yang ditentukan untuk binasa ditakdirkan pada kehancuran diri mereka sendiri, tetapi hanya tentang kehendakNya sebagaimana dinyatakan kepada kita dalam injil. Karena Allah mengulurkan tanganNya tanpa pembedaan kepada semua orang, tetapi hanya memegang mereka, untuk membimbing mereka kepada diriNya sendiri, yang telah Ia pilih sebelum penciptaan dunia).
Barnes’ Notes: “‘Not willing that any should perish.’ That is, He does not DESIRE it or WISH it. ... The passage should not be adduced to prove that God has no PURPOSE, and has formed no PLAN, in regard to the destruction of the wicked” (= ‘Tidak menghendaki siapapun binasa’. Artinya, Ia tidak menginginkannya atau mengharapkannya. ... Text ini tidak boleh dikemukakan untuk membuktikan bahwa Allah tidak mempunyai tujuan, dan tidak membentuk rencana, berkenaan dengan penghancuran orang-orang jahat).
c) Cara penafsiran yang lain.
Ay 9: “Tuhan tidak lalai menepati janjiNya, sekalipun ada orang yang menganggapnya sebagai kelalaian, tetapi Ia sabar terhadap kamu, karena Ia menghendaki supaya jangan ada yang binasa, melainkan supaya semua orang berbalik dan bertobat”.
KJV: ‘to us-ward’ (= kepada / terhadap kita).
NKJV: ‘toward us’ (= kepada terhadap kita).
ASV: ‘to you-ward’ (= kepada / terhadap kamu).
RSV/NASB: ‘toward you’ (= terhadap kamu).
NIV: ‘with you’ (= dengan kamu).
The Bible Exposition Commentary: New Testament: “If God is long-suffering toward lost sinners, why did Peter write, ‘The Lord ... is longsuffering to us-ward’? Who is meant by ‘usward’? It would appear that God is long-suffering to His own people! Perhaps Peter was using the word ‘us’ in a general way, meaning ‘mankind.’ But it is more likely that he was referring to his readers as the elect of God (1Peter 1:2; 2 Peter 1:10). God is long-suffering toward lost sinners because some of them will believe and become a part of God’s elect people. We do not know who God’s elect are among the unsaved people of the world, nor are we supposed to know. Our task is to make our own ‘calling and election sure’ (2Peter 1:10; cf. Luke 13:23-30). The fact that God has His elect people is an encouragement to us to share the Good News and seek to win others to Christ” [= Jika Allah sabar terhadap orang-orang berdosa yang terhilang, mengapa Petrus menuliskan, ‘Tuhan ... sabar terhadap kita’? Siapa yang dimaksudkan dengan ‘kita’? Kelihatannya Allah sabar terhadap umatNya sendiri! Mungkin Petrus menggunakan kata ‘kita’ dalam arti umum, berarti ‘umat manusia’. Tetapi lebih memungkinkan bahwa ia sedang menunjuk kepada para pembacanya sebagai orang-orang pilihan Allah (1Pet 1:2; 2Pet 1:10). Allah sabar terhadap orang-orang berdosa yang terhilang karena sebagian dari mereka akan percaya dan menjadi sebagian dari orang-orang pilihan Allah. Kita tidak tahu siapa yang adalah orang-orang pilihan Allah di antara orang-orang dunia yang belum selamat, juga kita tidak diharapkan untuk tahu. Tugas kita adalah untuk membuat ‘panggilan dan pilihan kita pasti’ (2Pet 1:10; bdk. Luk 13:23-30). Fakta bahwa Allah mempunyai orang-orang pilihanNya merupakan suatu dorongan bagi kita untuk membagikan Kabar Baik dan berusaha memenangkan orang-orang lain kepada Kristus].
Catatan: saya tidak tahu dari mana KJV/NKJV mendapatkan kata ‘us’ (= kita). Kitab Suci bahasa Inggris yang lain menterjemahkan ‘kamu’ seperti Kitab Suci Indonesia.
Sekarang mari kita memperhatikan seluruh kontext yang kita pelajari, dan menyoroti kata-kata tertentu.
2Pet 3:1-18 - “(1) Saudara-saudara yang kekasih, ini sudah surat yang kedua, yang kutulis kepadamu. Di dalam kedua surat itu aku berusaha menghidupkan pengertian yang murni oleh peringatan-peringatan, (2) supaya kamu mengingat akan perkataan yang dahulu telah diucapkan oleh nabi-nabi kudus dan mengingat akan perintah Tuhan dan Juruselamat yang telah disampaikan oleh rasul-rasulmu kepadamu. (3) Yang terutama harus kamu ketahui ialah, bahwa pada hari-hari zaman akhir akan tampil pengejek-pengejek dengan ejekan-ejekannya, yaitu orang-orang yang hidup menuruti hawa nafsunya. (4) Kata mereka: ‘Di manakah janji tentang kedatanganNya itu? Sebab sejak bapa-bapa leluhur kita meninggal, segala sesuatu tetap seperti semula, pada waktu dunia diciptakan.’ (5) Mereka sengaja tidak mau tahu, bahwa oleh firman Allah langit telah ada sejak dahulu, dan juga bumi yang berasal dari air dan oleh air, (6) dan bahwa oleh air itu, bumi yang dahulu telah binasa, dimusnahkan oleh air bah. (7) Tetapi oleh firman itu juga langit dan bumi yang sekarang terpelihara dari api dan disimpan untuk hari penghakiman dan kebinasaan orang-orang fasik. (8) Akan tetapi, saudara-saudaraku yang kekasih, yang satu ini tidak boleh kamu lupakan, yaitu, bahwa di hadapan Tuhan satu hari sama seperti seribu tahun dan seribu tahun sama seperti satu hari. (9) Tuhan tidak lalai menepati janjiNya, sekalipun ada orang yang menganggapnya sebagai kelalaian, tetapi Ia sabar terhadap kamu, karena Ia menghendaki supaya jangan ada yang binasa, melainkan supaya semua orang berbalik dan bertobat. (10) Tetapi hari Tuhan akan tiba seperti pencuri. Pada hari itu langit akan lenyap dengan gemuruh yang dahsyat dan unsur-unsur dunia akan hangus dalam nyala api, dan bumi dan segala yang ada di atasnya akan hilang lenyap. (11) Jadi, jika segala sesuatu ini akan hancur secara demikian, betapa suci dan salehnya kamu harus hidup (12) yaitu kamu yang menantikan dan mempercepat kedatangan hari Allah. Pada hari itu langit akan binasa dalam api dan unsur-unsur dunia akan hancur karena nyalanya. (13) Tetapi sesuai dengan janjiNya, kita menantikan langit yang baru dan bumi yang baru, di mana terdapat kebenaran. (14) Sebab itu, saudara-saudaraku yang kekasih, sambil menantikan semuanya ini, kamu harus berusaha, supaya kamu kedapatan tak bercacat dan tak bernoda di hadapanNya, dalam perdamaian dengan Dia. (15) Anggaplah kesabaran Tuhan kita sebagai kesempatan bagimu untuk beroleh selamat, seperti juga Paulus, saudara kita yang kekasih, telah menulis kepadamu menurut hikmat yang dikaruniakan kepadanya. (16) Hal itu dibuatnya dalam semua suratnya, apabila ia berbicara tentang perkara-perkara ini. Dalam surat-suratnya itu ada hal-hal yang sukar difahami, sehingga orang-orang yang tidak memahaminya dan yang tidak teguh imannya, memutarbalikkannya menjadi kebinasaan mereka sendiri, sama seperti yang juga mereka buat dengan tulisan-tulisan yang lain. (17) Tetapi kamu, saudara-saudaraku yang kekasih, kamu telah mengetahui hal ini sebelumnya. Karena itu waspadalah, supaya kamu jangan terseret ke dalam kesesatan orang-orang yang tak mengenal hukum, dan jangan kehilangan peganganmu yang teguh. (18) Tetapi bertumbuhlah dalam kasih karunia dan dalam pengenalan akan Tuhan dan Juruselamat kita, Yesus Kristus. BagiNya kemuliaan, sekarang dan sampai selama-lamanya”.
Kalau kita memperhatikan seluruh kontext, maka orang-orang yang tidak beriman, seperti para pengejek dalam ay 3, dan orang-orang yang tidak memahami dan tidak teguh imannya dalam ay 16, selalu disebut dengan kata ganti orang ‘mereka’ (ay 4,5,16), sedangkan untuk orang-orang percaya yang ia sebut ‘saudara-saudaraku yang kekasih’ (ay 1,8,14,17) ia selalu menggunakan kata ganti orang ‘mu’ atau ‘kamu’ (ay 1,2,3,8,9,11,12,14,15,17), atau kadang-kadang ‘kita’ (ay 13,15,18), berarti mencakup ‘kamu’ dan diri Petrus sendiri.
Jadi, kalau dalam ay 9 digunakan ‘kamu’, itu sangat memungkinkan untuk menunjuk bukan kepada seadanya orang di dunia ini, tetapi hanya kepada umat Tuhan / orang-orang pilihan saja!
John Owen: “The text is clear, that it is all and only the elect whom he would not have to perish” (= Textnya jelas, bahwa adalah semua dan hanya orang pilihan yang tidak Ia kehendaki untuk binasa) - ‘The Works of John Owen’, vol 10, hal 349.
II Petrus 3:1-18(4)
Ay 10-14: “(10) Tetapi hari Tuhan akan tiba seperti pencuri. Pada hari itu langit akan lenyap dengan gemuruh yang dahsyat dan unsur-unsur dunia akan hangus dalam nyala api, dan bumi dan segala yang ada di atasnya akan hilang lenyap. (11) Jadi, jika segala sesuatu ini akan hancur secara demikian, betapa suci dan salehnya kamu harus hidup (12) yaitu kamu yang menantikan dan mempercepat kedatangan hari Allah. Pada hari itu langit akan binasa dalam api dan unsur-unsur dunia akan hancur karena nyalanya. (13) Tetapi sesuai dengan janjiNya, kita menantikan langit yang baru dan bumi yang baru, di mana terdapat kebenaran. (14) Sebab itu, saudara-saudaraku yang kekasih, sambil menantikan semuanya ini, kamu harus berusaha, supaya kamu kedapatan tak bercacat dan tak bernoda di hadapanNya, dalam perdamaian dengan Dia”.
1) “Tetapi hari Tuhan akan tiba seperti pencuri” (ay 10a).
Bagian ini tidak menyamakan Yesus dengan pencuri, tetapi hanya menyamakan / mengibaratkan kedatanganNya seperti kedatangan seorang pencuri, yaitu tidak terduga, mendadak, dan tanpa pemberitahuan.
Ini menyebabkan kita harus siap setiap saat menghadapi kedatanganNya.
2) Langit dan bumi akan dimusnahkan dan lalu diciptakan yang baru, atau hanya diperbaharui?
Ay 10-13: “(10) Tetapi hari Tuhan akan tiba seperti pencuri. Pada hari itu langit akan lenyap dengan gemuruh yang dahsyat dan unsur-unsur dunia akan hangus dalam nyala api, dan bumi dan segala yang ada di atasnya akan hilang lenyap. (11) Jadi, jika segala sesuatu ini akan hancur secara demikian, betapa suci dan salehnya kamu harus hidup (12) yaitu kamu yang menantikan dan mempercepat kedatangan hari Allah. Pada hari itu langit akan binasa dalam api dan unsur-unsur dunia akan hancur karena nyalanya. (13) Tetapi sesuai dengan janjiNya, kita menantikan langit yang baru dan bumi yang baru, di mana terdapat kebenaran”.
Ada pro kontra yang luar biasa hebatnya tentang pandangan bahwa langit dan bumi (alam semesta) ini akan dimusnahkan, lalu diciptakan yang baru, atau bahwa langit dan bumi (alam semesta) ini hanya akan diperbaharui / dimurnikan. Mengingat hebatnya, rumitnya dan banyaknya argumentasi-argumentasi yang pro maupun yang kontra tentang bagian ini, saya meletakkkan pembahasan tentang hal ini di bagian akhir dari pembahasan 2Petrus ini (setelah pembahasan ay 18).
3) “betapa suci dan salehnya kamu harus hidup” (ay 11b).
Bdk. ay 14: “Sebab itu, saudara-saudaraku yang kekasih, sambil menantikan semuanya ini, kamu harus berusaha, supaya kamu kedapatan tak bercacat dan tak bernoda di hadapanNya, dalam perdamaian dengan Dia”.
Saya kira ini sebetulnya lebih penting dari pada pembahasan apakah alam semesta ini akan dihancurkan dan lalu diciptakan yang baru, atau hanya sekedar dimurnikan. Kalaupun kita mau mengambil pandangan kedua, harus diingat bahwa pemurnian itu tetap dilakukan dengan api (ay 10,12b), sehingga nanti semua hal-hal duniawi yang kita dapatkan, tidak ada gunanya lagi, karena semua akan dibakar / dihancurkan.
Bible Knowledge Commentary: “Scoffers, questioning the Lord’s coming with its ensuing judgment on them, lead ungodly lives (2:7,10,12-15,18-20; 3:3). By contrast, Jesus’ followers, anticipating His return, are to be godly (v. 14; cf. Titus 2:12-14; 1 John 3:3)” [= Pengejek-pengejek, yang mempertanyakan kedatangan Tuhan dengan penghakiman yang terjadi terhadap mereka, menjalani kehidupan yang jahat (2:7,10,12-15,18-20; 3:3). Sebagai kontrasnya, pengikut-pengikut Yesus, yang mengantisipasi kembalinya Dia, harus menjadi saleh (v. 14; bdk. Titus 2:12-14; 1Yoh 3:3)].
1Yoh 3:2-3 - “(2) Saudara-saudaraku yang kekasih, sekarang kita adalah anak-anak Allah, tetapi belum nyata apa keadaan kita kelak; akan tetapi kita tahu, bahwa apabila Kristus menyatakan diriNya, kita akan menjadi sama seperti Dia, sebab kita akan melihat Dia dalam keadaanNya yang sebenarnya. (3) Setiap orang yang menaruh pengharapan itu kepadaNya, menyucikan diri sama seperti Dia yang adalah suci”.
Calvin: “This has been added, that the faithful might be always watching, and not promise tomorrow to themselves. For we all labor under two very different evils - too much haste, and slothfulness. We are seized with impatience for the day of Christ already expected; at the same time we securely regard it as afar off. As, then, the Apostle has before reproved an unreasonable ardor, so he now shakes off our sleepiness, so that we may attentively expect Christ at all times, lest we should become idle and negligent, as it is usually the case. For whence is it that flesh indulges itself except that there is no thought of the near coming of Christ?” (= Bagian ini telah ditambahkan, supaya orang-orang yang setia / beriman bisa selalu berjaga-jaga, dan tidak menjanjikan hari esok kepada diri mereka sendiri. Karena kita semua bekerja / berjerih payah di bawah dua kejahatan yang sangat berbeda - terlalu tergesa-gesa, dan kemalasan. Kita dicengkeram dengan ketidak-sabaran untuk hari Kristus yang telah diharapkan; pada saat yang sama kita dengan aman menganggapnya sebagai masih jauh. Karena sebelumnya sang Rasul telah mencela / memarahi suatu semangat yang tidak masuk akal, maka sekarang ia melepaskan / menghilangkan rasa mengantuk kita, sehingga kita bisa dengan penuh perhatian mengharapkan Kristus pada setiap saat, supaya jangan kita menjadi malas dan lalai / sembrono, seperti yang biasanya terjadi. Karena dari mana daging itu menuruti nafsunya sendiri kecuali bahwa di sana tidak ada pemikiran tentang kedatangan yang dekat dari Kristus?).
Matthew Henry: “And now who can but observe what a difference there will be between the first coming of Christ and the second! Yet that is called the great and dreadful day of the Lord, Mal. 4:5. How much more dreadful must this coming to judgment be! May we be so wise as to prepare for it, that it may not be a day of vengeance and destruction unto us. O! what will become of us, if we set our affections on this earth, and make it our portion, seeing all these things shall be burnt up? Look out therefore, and make sure of a happiness beyond this visible world, which must all be melted down” (= Dan sekarang siapa yang bisa tidak memperhatikan perbedaan apa yang akan ada di sana antara kedatangan pertama dari Kristus dan kedatangan yang kedua! Tetapi itu disebut hari Tuhan yang besar dan menakutkan, Mal 4:5. Betapa pasti lebih menakutkannya kedatangan untuk penghakiman ini! Kiranya kita menjadi begitu bijaksana sehingga mempersiapkan untuk itu, sehingga itu tidak menjadi suatu hari pembalasan dan penghancuran bagi kita. Oh! apa yang akan terjadi dengan kita jika kita mengarahkan kasih kita kepada bumi / dunia ini, dan membuatnya sebagai bagian kita, mengingat bahwa semua hal-hal ini akan dibakar? Karena itu berhati-hatilah, dan pastikanlah tentang suatu kebahagiaan yang melampaui dunia yang kelihatan ini, yang semuanya harus mencair / meleleh).
Mal 4:5 - “Sesungguhnya Aku akan mengutus nabi Elia kepadamu menjelang datangnya hari TUHAN yang besar dan dahsyat itu”.
Bdk. Wah 6:15-17 - “(15) Dan raja-raja di bumi dan pembesar-pembesar serta perwira-perwira, dan orang-orang kaya serta orang-orang berkuasa, dan semua budak serta orang merdeka bersembunyi ke dalam gua-gua dan celah-celah batu karang di gunung. (16) Dan mereka berkata kepada gunung-gunung dan kepada batu-batu karang itu: ‘Runtuhlah menimpa kami dan sembunyikanlah kami terhadap Dia, yang duduk di atas takhta dan terhadap murka Anak Domba itu.’ (17) Sebab sudah tiba hari besar murka mereka dan siapakah yang dapat bertahan?”.
Matthew Henry: “Seeing all these things must be dissolved, how holy should we be, that are assured of it, departing from and dying to sin, that has so corrupted and defiled all the visible creation that there is an absolute need of its dissolution! All that was made for man’s use is subject to vanity by man’s sin: and if the sin of man has brought the visible heavens, and the elements and earth, under a curse, from which they cannot be freed without being dissolved, what an abominable evil is sin, and how much to be hated by us! And, inasmuch as this dissolution is in order to their being restored to their primitive beauty and excellency, how pure and holy should we be, in order to our being fit for the new heaven and new earth, wherein dwelleth righteousness!” (= Mengingat bahwa semua hal-hal ini harus hilang / musnah, betapa kita, yang yakin tentangnya, harus kudus, memisahkan diri dari dan mati terhadap dosa, yang telah begitu merusak dan mengotori / menodai seluruh ciptaan sehingga di sana ada suatu kebutuhan mutlak untuk mengakhirinya! Semua yang dibuat untuk penggunaan manusia tunduk pada kesia-siaan oleh dosa manusia: dan jika dosa manusia telah membawa langit yang kelihatan, dan elemen-elemen dan bumi, di bawah suatu kutuk, dari mana mereka tidak bisa dibebaskan tanpa dihilangkan / dimusnahkan, maka dosa betul-betul merupakan kejahatan yang menjijikkan, dan betapa kita harus membencinya! Dan, karena penghancuran ini adalah untuk pemulihan mereka pada keindahan dan kebaikan, betapa kita harus murni dan kudus, supaya keberadaan kita cocok untuk langit dan bumi yang baru, dimana terdapat kebenaran!).
The Bible Exposition Commentary: New Testament: “Of course, this great explosion and conflagration will not touch the ‘heaven of heavens’ where God dwells. It will destroy the earth and the atmospheric heavens around it, the universe as we know it; this will make room for the new heavens and earth (2 Peter 3:13; Rev 21:1ff). Man’s great works will also be burned up! All of the things that man boasts about - his great cities, his great buildings, his inventions, his achievements - will be destroyed in a moment of time. When sinners stand before the throne of God, they will have nothing to point to as evidence of their greatness. It will all be gone. This is certainly a solemn truth, and we dare not study it in cavalier fashion. In the remaining verses of his letter, Peter will apply this truth to our daily living. But it would be wise for us to pause now and consider: where will I be when God destroys the world? Is what I am living for only destined to go up in an atomic cloud, to vanish forever? Or am I doing the will of God so that my works will glorify Him forever? Make your decision now - before it is too late” [= Tentu saja, ledakan yang besar ini, dan kebakaran besar itu, tidak akan menyentuh ‘langit dari langit’ dimana Allah tinggal. Itu akan menghancurkan bumi dan atmosfir di sekitarnya, alam semesta seperti yang kita kenal; ini akan menyediakan tempat untuk langit dan bumi yang baru (2Pet 3:13; Wah 21:1-dst). Pekerjaan-pekerjaan yang besar dari manusia juga akan terbakar! Semua hal-hal yang dibanggakan oleh manusia - kota-kotanya yang besar, bangunan-bangunannya yang besar, penemuan-penemuannya, pencapaian-pencapaiannya - akan dihancurkan dalam waktu yang singkat. Pada waktu orang-orang berdosa berdiri di hadapan takhta Allah, mereka tidak akan mempunyai apa-apa untuk ditunjuk sebagai bukti dari kebesaran mereka. Itu semua akan hilang / musnah. Ini pasti adalah kebenaran yang kudus, dan kita tidak berani mempelajarinya dengan cara yang sombong. Dalam ayat-ayat yang tersisa dalam suratnya, Petrus menerapkan kebenaran ini kepada kehidupan kita sehari-hari. Tetapi adalah bijaksana bagi kita untuk berhenti sebentar sekarang dan merenungkan: dimana aku akan ada pada saat Allah menghancurkan dunia? Apakah hal-hal untuk apa aku hidup hanya ditakdirkan untuk naik ke atas dalam suatu awan atom, untuk hilang selama-lamanya? Atau apakah aku sedang melakukan kehendak Allah sehingga pekerjaan-pekerjaanku akan memuliakan Dia selama-lamanya? Buatlah keputusanmu sekarang - sebelum terlambat].
Catatan: ingat bahwa dalam Alkitab ada bermacam-macam arti untuk kata ‘langit’. ‘Langit’ yang dihancurkan itu memang tidak menunjuk pada surga, tempat dimana Allah tinggal, tetapi menunjuk pada atmosfir dan tempat benda-benda langit. Jadi, ‘langit dan bumi’ yang dihancurkan harus diartikan sebagai ‘alam semesta’.
The Bible Exposition Commentary: New Testament: “This expectant attitude ought to make a difference in our personal conduct (2 Peter 3:11). The word translated ‘manner’ literally means ‘exotic, out of this world, foreign.’ Because we have ‘escaped the corruption that is in the world’ (2 Peter 1:4), we must live differently from the people in the world. To them, we should behave like ‘foreigners.’ Why? Because this world is not our home! We are ‘strangers and pilgrims’ (1 Peter 2:11) headed for a better world, the eternal city of God. Christians should be different, not odd. When you are different, you attract people; when you are odd, you repel them” [= Sikap mengharapkan ini harus membuat suatu perbedaan dalam tingkah laku pribadi kita (2Pet 3:11). Kata yang diterjemahkan ‘manner’ (= jenis) secara hurufiah berarti ‘aneh / luar biasa, di luar dari dunia ini, asing’. Karena kita telah lolos dari kerusakan / kejahatan yang ada dalam dunia ini’ (2Pet 1:4), kita harus hidup secara berbeda dari orang-orang dalam dunia. Bagi mereka kita harus menjadi ‘orang-orang asing’. Mengapa? Karena dunia ini bukanlah rumah kita! Kita adalah ‘orang-orang asing dan peziarah’ (1Pet 2:11) yang menuju suatu dunia yang lebih baik, kota yang kekal dari Allah. Orang-orang Kristen harus berbeda, bukan aneh. Pada waktu kamu berbeda, kamu menarik orang-orang; pada waktu kamu aneh, kamu menolak mereka].
Catatan: kata ‘manner’ merupakan terjemahan dari KJV.
2Pet 3:11 - “Jadi, jika segala sesuatu ini akan hancur secara demikian, betapa suci dan salehnya kamu harus hidup”.
KJV: ‘Seeing then that all these things shall be dissolved, what manner of persons ought ye to be in all holy conversation and godliness’ (= Maka, mengingat bahwa semua hal-hal ini akan dihancurkan, kamu harus menjadi jenis orang yang bagaimana, dalam semua tingkah laku kudus dan kesalehan).
2Pet 1:4 - “Dengan jalan itu Ia telah menganugerahkan kepada kita janji-janji yang berharga dan yang sangat besar, supaya olehnya kamu boleh mengambil bagian dalam kodrat ilahi, dan luput dari hawa nafsu duniawi yang membinasakan dunia”.
1Pet 2:11 - “Saudara-saudaraku yang kekasih, aku menasihati kamu, supaya sebagai pendatang dan perantau, kamu menjauhkan diri dari keinginan-keinginan daging yang berjuang melawan jiwa”.
Bdk. Ro 12:2 - “Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna”.
Calvin: “He, then, who waits for new heavens, must begin with renewal as to himself, and diligently aspire after it; but they who cleave to their own filth, think nothing, it is certain, of God’s kingdom, and have no taste for anything but for this corrupt world” (= Maka, ia yang menunggu langit yang baru, harus mulai dengan pembaharuan berkenaan dengan dirinya sendiri, dan dengan rajin menginginkannya; tetapi adalah pasti bahwa mereka yang bepegang erat-erat pada kekotoran mereka, tidak memikirkan apa-apa tentang kerajaan Allah, dan tidak mencicipi apapun kecuali dunia yang rusak / jahat ini).
Barnes’ Notes: “In holy conduct and piety. That is, this fact ought to be allowed to exert a deep and abiding influence on us, to induce us to lead holy lives. We should feel that there is nothing permanent on the earth; that this is not our abiding home; and that our great interests are in another world. We should be serious, humble, and prayerful; and should make it our great object to be prepared for the solemn scenes through which we are soon to pass. An habitual contemplation of the truth, that all that we see is soon to pass away, would produce a most salutary effect on the mind. It would make us serious. It would repress ambition. It would lead us not to desire to accumulate what must so soon be destroyed. It would prompt us to lay up our treasures in heaven” (= Dalam tingkah laku yang kudus dan kesalehan. Artinya, fakta ini seharusnya diijinkan untuk mengerahkan suatu pengaruh yang dalam dan menetap kepada diri kita, untuk menyebabkan kita menjalani kehidupan yang kudus. Kita harus merasa bahwa tidak ada yang permanen / kekal di bumi; bahwa ini bukanlah rumah kita yang kekal; dan bahwa kepentingan kita yang besar ada di dunia yang lain. Kita harus serius, rendah hati, dan banyak berdoa; dan harus membuatnya sebagai tujuan kita yang besar untuk disiapkan bagi suasana yang keramat / kudus melalui mana kita akan segera lewat. Suatu kebiasaan perenungan tentang kebenaran, bahwa semua yang kita lihat akan segera hilang / mati, akan menghasilkan suatu pengaruh yang paling menyehatkan / bermanfaat pada pikiran. Itu akan membuat kita menjadi serius. Itu akan menekan ambisi. Itu akan membimbing kita untuk tidak menginginkan untuk menimbun apa yang pasti akan segera dihancurkan. Itu akan mendorong kita untuk menimbun harta kita di surga).
Bdk. Mat 6:19-21 - “(19) ‘Janganlah kamu mengumpulkan harta di bumi; di bumi ngengat dan karat merusakkannya dan pencuri membongkar serta mencurinya. (20) Tetapi kumpulkanlah bagimu harta di sorga; di sorga ngengat dan karat tidak merusakkannya dan pencuri tidak membongkar serta mencurinya. (21) Karena di mana hartamu berada, di situ juga hatimu berada”.
Pulpit Commentary (bagian ‘homiletics’): “Christians should look for the city that hath foundations. The cities of this world have no sure foundation, for the earth on which they are built must pass away; it has within itself the element which is to cause its dissolution; the germs of that dissolution are working even now. Then wise men must not lay up for themselves treasures upon earth; they must not live as if this changeful, dying world was to be their home for ever; they must set their affections on things above; they must remember that Christian men are citizens of the heavenly country, fellow-citizens with the saints. Therefore they must adopt the modes of life which are characteristic of that heavenly country; their conduct as they move about among men must be holy in all the relations of life; they must live in the habitual pursuit of godliness in all its aspects. These things are of true, lasting moment. The prizes of this world, even those which seem to us the greatest and most to be desired, are but vanity, vanity of vanities, compared with the great realities of the spiritual life” (= Orang-orang Kristen harus mencari kota yang mempunyai dasar. Kota-kota dari dunia ini tidak mempunyai dasar yang pasti, karena bumi dimana mereka dibangun harus hilang; itu mempunyai dalam dirinya sendiri elemen yang merupakan penyebab dari penghancurannya; benih dari penghancuran itu sedang bekerja bahkan pada saat ini. Karena itu orang-orang yang bijaksana tidak boleh menimbun bagi diri mereka sendiri harta di bumi; mereka tidak boleh hidup seakan-akan dunia yang terus berubah dan sekarat ini akan menjadi rumah mereka selama-lamanya; mereka harus meletakkan kasih mereka pada hal-hal di atas; mereka harus ingat bahwa orang-orang Kristen adalah warga negara dari negeri surgawi; sesama warga negara dengan orang-orang kudus. Karena itu mereka harus mengadopsi cara kehidupan yang merupakan ciri khas dari negeri surgawi itu; tingkah laku mereka pada waktu mereka bergerak di antara orang-orang harus kudus dalam semua hubungan-hubungan dari kehidupan; mereka harus hidup dalam kebiasaan mengejar kesalehan dalam semua aspeknya. Hal-hal ini adalah dari kepentingan yang benar dan kekal. Hadiah-hadiah dari dunia ini, bahkan mereka yang bagi kita kelihatannya adalah yang terbesar dan paling diinginkan, adalah kesia-siaan, kesia-siaan dari kesia-siaan, dibandingkan dengan realita-realita besar dari kehidupan rohani) - hal 74-75.
UBS New Testament Handbook Series (tentang ay 14): “‘Be zealous’ is the same verb translated ‘hastening’ in verse 12. It may also be ‘do your best’ (TEV), ‘make every effort,’ ‘do your utmost,’ ‘make certain,’ ‘strive,’ ‘be diligent.’ The word speaks of intense effort” [= ‘Bersemangatlah’ (ay 14) adalah kata kerja yang sama yang diterjemahkan ‘mempercepat’ dalam ay 12. Itu juga bisa diartikan ‘lakukanlah yang terbaik’ (TEV), ‘lakukanlah semua usaha’, ‘lakukanlah sampai pada tingkat yang tertinggi’, ‘buatlah pasti’, ‘berusahalah / berjuanglah’, ‘rajinlah’. Kata itu berbicara tentang usaha yang hebat / bersemangat.].
Calvin: “It may be asked, how any one can be found blameless by Christ, when we all labor under so many deficiencies. But Peter here only points out the mark at which the faithful ought all to aim, though they cannot reach it, until having put off their flesh they become wholly united to Christ” (= Bisa dipertanyakan, bagaimana siapapun bisa didapati tak bercacat oleh Kristus, pada waktu kita semua berjerih payah di bawah begitu banyak kekurangan-kekurangan. Tetapi di sini Petrus hanya menunjukkan sasaran yang harus dituju oleh semua orang yang setia / percaya, sekalipun mereka tidak bisa mencapainya, sampai setelah melepaskan daging mereka mereka menjadi sepenuhnya dipersatukan dengan Kristus).
4) “yaitu kamu yang menantikan dan mempercepat kedatangan hari Allah” (ay 12a).
UBS New Testament Handbook Series: “‘Hastening’ can also be ‘earnestly desiring’ (RSV footnote), ‘striving for,’ ‘looking for,’ ‘waiting for.’ ... The main question here is whether Christians can cause the day of the Lord to come more quickly by their actions (in this case, by living godly and holy lives), or whether this is solely in the hands of God, and the only thing that Christians can do is to longingly expect it. The verb allows for either possibility; background literature, however, favors the interpretation hastening. In Rabbinic literature there are references attesting to the belief that repentance does bring in the end. A passage from 2 Clement (12:6) cites a statement from Jesus to the effect that when Christians live godly lives and refrain from sexual impurities, then the kingdom of God will come. Connected with this, of course, is the delay of the Parousia, which is motivated by God’s desire for people to repent; in the light of this, repentance may be said to ultimately affect the eventual return of the Lord. Most translations prefer this second possibility” [= ‘Mempercepat’ juga bisa berarti ‘menginginkan dengan sungguh-sungguh’ (catatan kaki RSV), ‘berusaha / berjuang untuk’, ‘mencari’, ‘menantikan’. ... Pertanyaan utama di sini adalah, apakah orang-orang Kristen bisa menyebabkan hari Tuhan datang dengan lebih cepat oleh tindakan-tindakan mereka (dalam kasus ini, oleh hidup yang saleh dan kehidupan yang kudus), atau apakah ini semata-mata terletak di tangan Allah, dan satu-satunya hal yang bisa dilakukan orang-orang Kristen adalah mengharapkannya dengan kerinduan. Kata kerjanya mengijinkan kemungkinan yang manapun; tetapi latar belakang pustaka, menyokong penafsiran ‘mempercepat’. Dalam literatur rabi-rabi ada referensi-referensi yang menyokong kepercayaan bahwa pertobatan memang menghasilkan akhir. Sebuah text dari 2 Clement (12:6) mengutip suatu pernyataan dari Yesus yang berarti bahwa pada waktu orang-orang Kristen menjalani kehidupan yang kudus dan menahan dari kekotoran sexual, maka kerajaan Allah akan datang. Berhubungan dengan ini, tentu saja, adalah penundaan dari PAROUSIA (= kedatangan), yang disebabkan oleh keinginan Allah supaya orang-orang bertobat; dalam terang dari hal ini, pertobatan bisa dikatakan akhirnya mempengaruhi kembalinya Tuhan. Kebanyakan terjemahan lebih memilih kemungkinan kedua ini].
Catatan:
a) Penafsir ini menggunakan literatur rabi-rabi dan surat 2 Clement (ini termasuk tulisan Apocrypha yang dianggap berasal dari Clement, seorang uskup dari Roma pada akhir abad pertama Masehi) sebagai dasar! Ini sama sekali tidak Alkitabiah!
b) Memang kebanyakan terjemahan memilih terjemahan ini (‘mempercepat’) tetapi tidak berarti harus diartikan seperti itu. Hari Tuhan sudah ditetapkan oleh Tuhan, dan dalam arti sesungguhnya tidak bisa diubah / dipercepat oleh apapun.
Bdk. Kis 17:31 - “Karena Ia telah menetapkan suatu hari, pada waktu mana Ia dengan adil akan menghakimi dunia oleh seorang yang telah ditentukanNya, sesudah Ia memberikan kepada semua orang suatu bukti tentang hal itu dengan membangkitkan Dia dari antara orang mati.’”.
Jamieson, Fausset & Brown: “not that God’s time is changeable, but God appoints us as instruments of accomplishing those events which must be first before the day can come. By praying for His coming, furthering the preaching of the Gospel for a witness to all nations, and bringing in those whom ‘the long-suffering of God’ waits to save, we hasten the coming of the day of God” (= bukan bahwa waktu Allah itu bisa diubah, tetapi Allah menetapkan kita sebagai alat-alat untuk mencapai peristiwa-peristiwa itu, yang harus terjadi dahulu sebelum hari itu bisa datang. Dengan berdoa untuk kedatanganNya, melanjutkan pemberitaan Injil sebagai suatu kesaksian bagi semua bangsa-bangsa, dan membawa masuk mereka yang ‘kepanjang-sabaran Allah’ tunggu untuk menyelamatkan, kita ‘mempercepat’ kedatangan hari Allah).
Lebih jelas lagi, kata ‘mempercepat’ ini hanya berdasarkan sudut pandang manusia. Dari sudut pandang Allah tidak mungkin hari itu dipercepat.
Hal yang sama terjadi dengan ayat-ayat yang seolah-olah menunjukkan bahwa umur manusia bisa bertambah panjang / pendek karena ia melakukan hal-hal tertentu. Misalnya:
Kel 20:12 - “Hormatilah ayahmu dan ibumu, supaya lanjut umurmu di tanah yang diberikan TUHAN, Allahmu, kepadamu”.
Amsal 3:1-2 - “(1) Hai anakku, janganlah engkau melupakan ajaranku, dan biarlah hatimu memelihara perintahku, (2) karena panjang umur dan lanjut usia serta sejahtera akan ditambahkannya kepadamu”.
Pkh 8:13 - “Tetapi orang yang fasik tidak akan beroleh kebahagiaan dan seperti bayang-bayang ia tidak akan panjang umur, karena ia tidak takut terhadap hadirat Allah”.
Padahal dalam ayat-ayat yang lain jelas dikatakan bahwa umur manusia sudah ditentukan oleh Allah, misalnya:
Maz 39:5-6 - “(5) ‘Ya TUHAN, beritahukanlah kepadaku ajalku, dan apa batas umurku, supaya aku mengetahui betapa fananya aku! (6) Sungguh, hanya beberapa telempap saja Kautentukan umurku; bagiMu hidupku seperti sesuatu yang hampa. Ya, setiap manusia hanyalah kesia-siaan! Sela”.
Mat 6:27 - “Siapakah di antara kamu yang karena kekuatirannya dapat menambahkan sehasta saja pada jalan hidupnya?”.
Jadi, inipun hanya bisa ditafsirkan dari sudut pandang manusia saja. Kalau seseorang berbuat jahat, dan Allah lalu menghukum dia dengan hukuman mati, maka seolah-olah kejahatannya memperpendek umurnya, dan sebaliknya. Tetapi dari sudut Tuhan, segala sesuatu sudah ditetapkan dan pasti terjadi seperti hal-hal itu ditetapkan. Rencana Allah tidak bisa gagal.
Ayub 42:1-2 - “(1) Maka jawab Ayub kepada TUHAN: (2) ‘Aku tahu, bahwa Engkau sanggup melakukan segala sesuatu, dan tidak ada rencanaMu yang gagal”.
II Petrus 3:1-18(5)
Ay 15: “Anggaplah kesabaran Tuhan kita sebagai kesempatan bagimu untuk beroleh selamat, seperti juga Paulus, saudara kita yang kekasih, telah menulis kepadamu menurut hikmat yang dikaruniakan kepadanya”.
1) “Anggaplah kesabaran Tuhan kita sebagai kesempatan bagimu untuk beroleh selamat”.
Pulpit Commentary: “The apostle is referring to verse 9. Scoffers count the delay of the judgment slackness; the Christian should count it salvation; it is for the salvation of the elect that the judgment tarrieth” (= Sang rasul menunjuk pada ay 9. Pengejek-pengejek menganggap penundaan itu sebagai kelambatan / kelalaian penghakiman; orang Kristen harus menganggapnya sebagai keselamatan; adalah untuk keselamatan dari orang-orang pilihan maka penghakiman berlambat-lambat).
Bdk. Ro 2:4-5 - “(4) Maukah engkau menganggap sepi kekayaan kemurahanNya, kesabaranNya dan kelapangan hatiNya? Tidakkah engkau tahu, bahwa maksud kemurahan Allah ialah menuntun engkau kepada pertobatan? (5) Tetapi oleh kekerasan hatimu yang tidak mau bertobat, engkau menimbun murka atas dirimu sendiri pada hari waktu mana murka dan hukuman Allah yang adil akan dinyatakan”.
Tetapi dalam faktanya, yang sering terjadi bukanlah pertobatan tetapi justru kejahatan yang bertambah!
Bdk. Pkh 8:11 - “Oleh karena hukuman terhadap perbuatan jahat tidak segera dilaksanakan, maka hati manusia penuh niat untuk berbuat jahat”.
2) “seperti juga Paulus, saudara kita yang kekasih, telah menulis kepadamu menurut hikmat yang dikaruniakan kepadanya”.
Bible Knowledge Commentary: “Interestingly Peter called Paul ‘our dear (agapetos, ‘beloved’; cf. vv. 1,8,14,17) brother’. Years before Paul had severely rebuked Peter (Gal 2:11-14), but this did not sever their love and respect for each other” [= Merupakan sesuatu yang menarik bahwa Petrus menyebut Paulus ‘saudara kita yang kekasih’ (AGAPETOS, ‘kekasih’; bdk. ay 1,8,14,17). Bertahun-tahun sebelumnya Paulus telah menegur Petrus dengan keras (Gal 2:11-14), tetapi ini tidak memutuskan kasih dan hormat mereka satu terhadap yang lain].
Gal 2:11-14 - “(11) Tetapi waktu Kefas datang ke Antiokhia, aku berterang-terang menentangnya, sebab ia salah. (12) Karena sebelum beberapa orang dari kalangan Yakobus datang, ia makan sehidangan dengan saudara-saudara yang tidak bersunat, tetapi setelah mereka datang, ia mengundurkan diri dan menjauhi mereka karena takut akan saudara-saudara yang bersunat. (13) Dan orang-orang Yahudi yang lainpun turut berlaku munafik dengan dia, sehingga Barnabas sendiri turut terseret oleh kemunafikan mereka. (14) Tetapi waktu kulihat, bahwa kelakuan mereka itu tidak sesuai dengan kebenaran Injil, aku berkata kepada Kefas di hadapan mereka semua: ‘Jika engkau, seorang Yahudi, hidup secara kafir dan bukan secara Yahudi, bagaimanakah engkau dapat memaksa saudara-saudara yang tidak bersunat untuk hidup secara Yahudi?’”.
Matthew Henry: “(1.) He calls him brother, ... (2.) He calls him beloved; ... (3.) He mentions Paul as one who had an uncommon measure of wisdom given unto him. ... How desirable is it that those who preach the same gospel should treat one another according to the pattern Peter here sets them! It is surely their duty to endeavour, by proper methods, to prevent or remove all prejudices that hinder ministers’ usefulness, and to beget and improve the esteem and respect in the minds of people towards their ministers that may promote the success of their labours” [= (1.) Ia menyebutnya saudara, ... (2.) Ia menyebutnya kekasih; ... (3.) Ia menyebut Paulus sebagai seseorang yang mempunyai takaran hikmat yang luar biasa yang diberikan kepadanya. ... Alangkah diinginkannya bahwa mereka yang memberitakan / mengkhotbahkan injil yang sama memperlakukan satu sama lain sesuai dengan pola yang dibuat di sini oleh Petrus! Jelas merupakan kewajiban mereka untuk berusaha, dengan metode-metode yang benar, untuk mencegah atau menghilangkan semua prasangka-prasangka yang menghalangi kebergunaan pendeta-pendeta / pelayan-pelayan, dan untuk menghasilkan dan meningkatkan penghargaan dan hormat dalam pikiran orang-orang terhadap pendeta / pelayan mereka sehingga bisa meningkatkan sukses dari pekerjaan / jerih payah mereka].
Matthew Henry: “The excellent wisdom that was in Paul is said to be given him. The understanding and knowledge that qualify men to preach the gospel are the gift of God. We must seek for knowledge, and labour to get understanding, in hopes that it shall be given us from above, while we are diligent in using proper means to attain it” (= Hikmat yang sangat bagus yang ada dalam diri Paulus dikatakan sebagai ‘dikaruniakan kepadanya’. Pengertian dan pengetahuan yang menyebabkan orang-orang memenuhi syarat untuk memberitakan Injil merupakan karunia dari Allah. Kita harus mencari pengetahuan, dan berjerih payah untuk mendapat pengertian, dalam pengharapan bahwa itu akan dikaruniakan kepada kita dari atas, sementara kita rajin dalam menggunakan cara-cara yang benar untuk mencapainya).
Penerapan: orang-orang Kristen harus berusaha untuk mendapatkan pengertian tentang Firman Tuhan. Tak ada jalan pintas! Harus berusaha dengan rajin dan tekun! Harus mau mencarinya di luar gereja mereka, kalau gereja mereka sendiri ternyata tidak memberikan pelajaran Firman Tuhan yang baik!
Kalau orang Kristen awam harus demikian, apalagi pendeta-pendeta! Tetapi mayoritas pendeta-pendeta jaman sekarang, adalah pendeta-pendeta yang tidak belajar! Mereka hanya mendongeng, melawak, memenuhi khotbah dengan lelucon, tetapi nyaris atau betul-betul tidak ada Firman Tuhan di dalam khotbah-khotbah mereka! Mengapa? Karena mereka tidak belajar! Ada juga yang terus mencari contekan di internet, sehingga mereka tidak perlu berjerih payah dalam belajar! Pada suatu hari kelak, pelayan-pelayan Tuhan yang malas seperti ini harus memberikan pertanggung-jawaban kepada Tuhan!
Ay 16: “Hal itu dibuatnya dalam semua suratnya, apabila ia berbicara tentang perkara-perkara ini. Dalam surat-suratnya itu ada hal-hal yang sukar difahami, sehingga orang-orang yang tidak memahaminya dan yang tidak teguh imannya, memutarbalikkannya menjadi kebinasaan mereka sendiri, sama seperti yang juga mereka buat dengan tulisan-tulisan yang lain”.
1) “Hal itu dibuatnya dalam semua suratnya, apabila ia berbicara tentang perkara-perkara ini. Dalam surat-suratnya itu ada hal-hal yang sukar difahami”.
Barnes’ Notes: “With what propriety can the pretended successor of Peter - the pope - undertake to expound those difficult doctrines in the writings of Paul, when even Peter himself did not undertake it, and when he did not profess to be able to comprehend them? Is the Pope more skilled in the knowledge of divine things than the apostle Peter? Is he better qualified to interpret the sacred writings than an inspired apostle was?” (= Dengan kecocokan apa / yang bagaimana orang-orang yang berpura-pura menjadi pengganti-pengganti dari Petrus - sang Paus - berusaha untuk menjelaskan ajaran-ajaran yang sukar dalam tulisan-tulisan Paulus itu, pada waktu bahkan Petrus sendiri tidak mengusahakannya, dan pada waktu ia tidak mengaku bisa mengertinya? Apakah Paus lebih ahli dalam pengetahuan tentang hal-hal ilahi dari pada rasul Petrus? Apakah ia lebih memenuhi syarat untuk menafsirkan tulisan-tulisan kudus dari pada seorang rasul yang diilhami?).
Catatan: ay 16 ini tidak mengatakan bahwa Petrus tidak berusaha mengerti tulisan-tulisan Paulus. Juga tidak mengatakan bahwa Petrus tidak mengertinya. Petrus, dalam ay 16 ini, hanya mengatakan bahwa dalam tulisan-tulisan Paulus ada hal-hal yang sukar difahami. Tetapi memang merupakan sesuatu yang menggelikan kalau Petrus sendiri mengatakan adanya hal-hal yang sukar difahami dalam surat-surat Paulus sementara Gereja Roma Katolik menganggap / menyatakan diri sebagai penafsir-penafsir yang tidak bisa salah dari seluruh Firman Tuhan!
Calvin: “It may, however, be asked, Whence is this obscurity, for the Scripture shines to us like a lamp, and guides our steps? To this I reply, that it is nothing to be wondered at, if Peter ascribed obscurity to the mysteries of Christ’s kingdom, and especially if we consider how hidden they are to the perception of the flesh. However the mode of teaching which God has adopted, has been so regulated, that all who refuse not to follow the Holy Spirit as their guide, find in the Scripture a clear light. At the same time, many are blind who stumble at mid-day; others are proud, who, wandering through devious paths, and flying over the roughest places, rush headlong into ruin” (= Tetapi bisa ditanyakan, dari mana kekaburan / ketidak-jelasan ini, karena Kitab Suci bersinar bagi / kepada kita seperti sebuah lampu, dan membimbing langkah-langkah kita? Terhadap ini saya menjawab, bahwa tidak ada yang perlu diherankan, jika Petrus menganggap kekaburan / ketidak-jelasan sebagai milik dari misteri dari kerajaan Kristus, dan khususnya jika kita mempertimbangkan betapa tersembunyinya mereka dari pengertian daging. Tetapi cara pengajaran yang telah diambil / dipakai oleh Allah telah diatur sedemikian rupa, sehingga semua yang tidak menolak untuk mengikuti Roh Kudus sebagai pembimbing mereka, menemukan dalam Kitab Suci suatu terang yang jelas. Pada saat yang sama, banyak orang buta yang tersandung pada tengah hari; orang-orang lain bangga / sombong, yang mengembara melalui jalan-jalan yang berliku-liku, dan terbang melalui tempat-tempat yang paling berat / sukar, terburu-buru menuju ke dalam kehancuran).
Bandingkan dengan ayat-ayat di bawah ini:
Luk 24:45 - “Lalu Ia membuka pikiran mereka, sehingga mereka mengerti Kitab Suci”.
Kis 16:14 - “Seorang dari perempuan-perempuan itu yang bernama Lidia turut mendengarkan. Ia seorang penjual kain ungu dari kota Tiatira, yang beribadah kepada Allah. Tuhan membuka hatinya, sehingga ia memperhatikan apa yang dikatakan oleh Paulus”.
Ef 1:16b-17 - “(16b) Dan aku selalu mengingat kamu dalam doaku, (17) dan meminta kepada Allah Tuhan kita Yesus Kristus, yaitu Bapa yang mulia itu, supaya Ia memberikan kepadamu Roh hikmat dan wahyu untuk mengenal Dia dengan benar”.
Kol 1:9-10 - “(9) Sebab itu sejak waktu kami mendengarnya, kami tiada berhenti-henti berdoa untuk kamu. Kami meminta, supaya kamu menerima segala hikmat dan pengertian yang benar, untuk mengetahui kehendak Tuhan dengan sempurna, (10) sehingga hidupmu layak di hadapanNya serta berkenan kepadaNya dalam segala hal, dan kamu memberi buah dalam segala pekerjaan yang baik dan bertumbuh dalam pengetahuan yang benar tentang Allah”.
Maz 119:18,27,33,34,66,135 - “(18) Singkapkanlah mataku, supaya aku memandang keajaiban-keajaiban dari TauratMu. ... (27) Buatlah aku mengerti petunjuk titah-titahMu, supaya aku merenungkan perbuatan-perbuatanMu yang ajaib. ... (33) Perlihatkanlah kepadaku, ya TUHAN, petunjuk ketetapan-ketetapanMu, aku hendak memegangnya sampai saat terakhir. (34) Buatlah aku mengerti, maka aku akan memegang TauratMu; aku hendak memeliharanya dengan segenap hati. ... (66) Ajarkanlah kepadaku kebijaksanaan dan pengetahuan yang baik, sebab aku percaya kepada perintah-perintahMu. ... (135) Sinarilah hambaMu dengan wajahMu, dan ajarkanlah ketetapan-ketetapanMu kepadaku.”.
Penerapan: setiap kali saudara mau membaca / mendengar / belajar Firman Tuhan, jangan lupa berdoa untuk meminta pencerahan dari Roh Kudus, dan tak peduli betapa sering saudara menaikkan doa seperti itu, jangan berdoa secara asal-asalan / sambil lalu saja tetapi berdoalah dengan sungguh-sungguh.
2) “sehingga orang-orang yang tidak memahaminya dan yang tidak teguh imannya”.
KJV: ‘which they that are unlearned and unstable’ (= yang mereka yang adalah orang-orang yang bodoh / tidak belajar / tidak terpelajar dan tidak stabil).
RSV: ‘which the ignorant and unstable’ (= yang orang-orang yang bodoh dan tidak stabil).
NIV: ‘which ignorant and unstable people’ (= yang orang-orang bodoh dan tidak stabil).
NASB: ‘which the untaught and unstable’ (= yang orang-orang yang tidak diajar dan tidak stabil).
Kata-kata ‘tidak teguh imannya’ dalam Kitab Suci Indonesia seolah-olah menunjuk kepada orang-orang yang sungguh-sungguh beriman, hanya saja imannya tidak teguh. Tetapi bukan itu yang dimaksudkan oleh Petrus. Seluruh anak kalimat ini menunjuk kepada orang-orang yang tidak belajar dengan baik, bodoh dalam hal rohani. Kata-kata ‘tidak stabil’ dalam terjemahan Kitab Suci bahasa Inggris menunjuk kepada orang-orang yang terombang-ambing.
Bdk. Ef 4:11-16 - “(11) Dan Ialah yang memberikan baik rasul-rasul maupun nabi-nabi, baik pemberita-pemberita Injil maupun gembala-gembala dan pengajar-pengajar, (12) untuk memperlengkapi orang-orang kudus bagi pekerjaan pelayanan, bagi pembangunan tubuh Kristus, (13) sampai kita semua telah mencapai kesatuan iman dan pengetahuan yang benar tentang Anak Allah, kedewasaan penuh, dan tingkat pertumbuhan yang sesuai dengan kepenuhan Kristus, (14) sehingga kita bukan lagi anak-anak, yang diombang-ambingkan oleh rupa-rupa angin pengajaran, oleh permainan palsu manusia dalam kelicikan mereka yang menyesatkan, (16) tetapi dengan teguh berpegang kepada kebenaran di dalam kasih kita bertumbuh di dalam segala hal ke arah Dia, Kristus, yang adalah Kepala”.
Barnes’ Notes: “‘Which they that are unlearned.’ The evil here adverted to is that which arises in cases where those without competent knowledge undertake to become expounders of the word of God. ... the danger is, that without proper views of interpretation, of language, and of ancient customs, they might be in danger of perverting and abusing certain portions of the writings of Paul” (= ‘Yang mereka yang adalah orang-orang yang tidak belajar / terpelajar’. Kejahatan yang ditunjuk di sini adalah kejahatan yang muncul dalam kasus-kasus dimana mereka yang tidak mempunyai pengetahuan yang memenuhi syarat berusaha untuk menjadi orang-orang yang menjelaskan firman Allah. ... bahayanya adalah, bahwa tanpa pandangan-pandangan yang benar tentang penafsiran, tentang bahasa, dan tentang kebiasaan-kebiasaan / tradisi-tradisi kuno, mereka bisa ada dalam bahaya menyimpangkan dan menyalah-gunakan bagian-bagian tertentu dari tulisan-tulisan Paulus).
Jamieson, Fausset & Brown: “‘Unlearned’. - not those wanting human learning, but lacking the learning imparted by the Spirit. The humanly learned have been often deficient in spiritual learning, and originated most heresies” (= ‘bodoh / tidak belajar’. - bukan mereka yang kekurangan pelajaran manusia, tetapi kekurangan pelajaran yang diberikan oleh Roh. Orang-orang yang terpelajar secara manusia sering kurang dalam pelajaran rohani, dan yang memulai kebanyakan bidat / ajaran sesat).
Barnes’ Notes: “‘And unstable.’ Who have no settled principles and views. The evil here adverted to is that which arises where those undertake to interpret the Bible who have no established principles. .... They have no stability in their character, and of course nothing can be regarded as settled in their methods of interpreting the Bible. They are under the control of feeling and emotion, and are liable to embrace one opinion to-day, and another directly opposite to-morrow. But the way to prevent THIS evil is not by attempting to give to a community an authoritative interpretation of the Bible; it is to diffuse abroad just principles, that men may obtain from the Bible an intelligent view of what it means” (= ‘Dan orang yang tidak stabil’. Yang tidak mempunyai prinsip-prinsip dan pandangan-pandangan yang tetap / teguh. Kejahatan yang ditunjuk di sini adalah kejahatan yang muncul dimana mereka yang berusaha untuk menafsirkan Alkitab tidak mempunyai prinsip-prinsip yang tetap / teguh. ... Mereka tidak stabil dalam karakter mereka, dan jelas tak ada apapun yang bisa dianggap sebagai tetap / teguh dalam metode-metode penafsiran Alkitab mereka. Mereka ada di bawah kendali dari perasaan dan emosi, dan besar kemungkinannya untuk memeluk / mempercayai satu pandangan hari ini, dan pandangan lain yang bertentangan frontal besok. Tetapi jalan untuk menghindari kejahatan ini bukanlah dengan berusaha untuk memberikan kepada suatu komunitas suatu penafsiran Alkitab yang berotoritas, tetapi dengan menyebarkan prinsip-prinsip yang benar, supaya orang-orang bisa mendapatkan dari Alkitab suatu pandangan yang cerdas tentang arti Alkitab).
3) “memutarbalikkannya”.
Barnes’ Notes: “‘Wrest.’ Pervert - streblousin. The word here used occurs nowhere else in the New Testament. It is derived from a word meaning a windlass, winch, instrument of torture (streblee), and means to roll or wind on a windlass; then to wrench, or turn away, as by the force of a windlass; and then to wrest or pervert. It implies a turning out of the way by the application of force. Here the meaning is, that they apply those portions of the Bible to a purpose for which they were never intended. It is doubtless true that this may occur. Men may abuse and pervert anything that is good” [= ‘membengkokkan / memutar’. Menyimpangkan / menyesatkan / menyelewengkan - streblousin. Kata yang digunakan di sini tidak muncul di tempat lain manapun dalam Perjanjian Baru. Kata itu diturunkan dari suatu kata yang berarti mesin kerek, mesin derek, alat penyiksaan (streblee), dan berarti menggulung atau memutar suatu mesin kerek; lalu memuntir, atau memutar, seperti dengan kekuatan dari suatu mesin kerek; dan lalu membengkokkan atau menyimpangkan / menyesatkan / menyelewengkan. Ini secara tak langsung menunjuk pada suatu tindakan mengusir dari jalan / mengeluarkan dari jalan dengan penggunaan kekuatan / paksaan. Di sini artinya adalah, bahwa mereka menerapkan bagian-bagian dari Alkitab itu pada suatu maksud / tujuan untuk mana bagian-bagian itu tidak pernah dimaksudkan. Tak diragukan bahwa ini bisa terjadi. Orang-orang bisa menyalah-gunakan dan membengkokkan / menyelewengkan apapun yang baik].
Alexander Nisbet: “To wrest Scriptures is to endeavour to force them to speak contrary to the intent of the Spirit that indited them, in defence of vile errors or profane practices; for there is a metaphor in the word which is translated ‘wrest,’ taken from those who by tortures labour to compel the innocent to speak against their mind” (= Membengkokkan Kitab Suci artinya berusaha untuk memaksa mereka untuk berbicara bertentangan dengan maksud dari Roh yang menyatakannya kepada mereka, untuk mempertahankan / membela kesalahan-kesalahan yang buruk atau praktek-praktek yang kotor / duniawi; karena disana ada suatu kiasan dalam kata yang diterjemahkan ‘membengkokkan’, yang diambil dari mereka, yang dengan menggunakan penyiksaan-penyiksaan, bekerja keras untuk memaksa orang-orang yang tak bersalah untuk berbicara bertentangan dengan pikiran mereka) - hal 296.
The Bible Exposition Commentary: New Testament: “Most heresies are the perversion of some fundamental doctrine of the Bible. False teachers take verses out of context, twist the Scriptures, and manufacture doctrines that are contrary to the Word of God. Peter probably had the false teachers in mind, but the warning is good for all of us. We must accept the teaching of the Scriptures and not try to make them say what we want them to say” (= Kebanyakan bidat merupakan penyimpangan-penyimpangan dari beberapa / sebagian doktrin dasar dari Alkitab. Guru-guru palsu mengambil ayat keluar dari kontextnya, membengkokkan Kitab Suci, dan menghasilkan doktrin-doktrin / ajaran-ajaran yang bertentangan dengan Firman Allah. Petrus mungkin mempunyai guru-guru palsu dalam pikirannya, tetapi peringatan ini baik / bagus untuk kita semua. Kita harus menerima ajaran dari Kitab Suci dan tidak membuat / memaksa mereka mengatakan apa yang kita ingin mereka katakan).
The Biblical Illustrator (New Testament): “though controversy has its evils, it has also its uses. It is not the stagnant water which is generally the purest. We hold that heresies have been of vast service to the Church, in that they have caused truth to be more thoroughly scanned, and all its bearings and boundaries explored with a most painstaking industry. It is astonishing how apt men are to rest in general and ill-defined notions. If never called to defend the truth the Church would comparatively lose sight of what truth is” (= sekalipun kontroversi mempunyai kejahatan-kejahatannya, tetapi itu juga mempunyai kegunaan. Bukan air yang tetap diam / tak bergerak yang biasanya merupakan air yang paling murni. Kita menganggap / percaya bahwa bidat-bidat telah menjadi / memberikan pelayanan yang sangat luas / banyak bagi Gereja, dalam hal dimana mereka telah menyebabkan kebenaran makin ditinjau / diamati dengan lebih seksama / teliti, dan semua hubungan-hubungannya dan batasan-batasannya diselidiki / diperiksa dengan kerajinan yang paling sungguh-sungguh / seksama. Merupakan sesuatu yang mengherankan betapa orang-orang condong untuk berhenti / bersandar pada ide / gagasan / pikiran yang bersifat umum dan didefinisikan dengan buruk. Jika tidak pernah dipanggil untuk mempertahankan kebenaran, maka Gereja secara relatif akan kehilangan pandangan tentang apa kebenaran itu).
Matthew Henry: “Among the variety of subjects treated of in scripture, some are not easy to be understood ... And here the unlearned and unstable make wretched work; for they wrest and torture the scriptures, to make them speak what the Holy Ghost did not intend. Those who are not well instructed and well established in the truth are in great danger of perverting the word of God. Those who have heard and learned of the Father are best secured from misunderstanding and misapplying any part of the word of God; and, where there is a divine power to establish as well as to instruct men in divine truth, persons are effectually secured from falling into errors. ... Let us therefore earnestly pray for the Spirit of God to instruct us in the truth, that we may know it as it is in Jesus, and have our hearts established with grace, that we may stand firm and unshaken, even in the most stormy times, when others are tossed to and fro with every wind of doctrine” (= Di antara bermacam-macam pokok yang dibahas dalam Kitab Suci, beberapa / sebagian tidak mudah untuk dimengerti. ... Dan disini orang-orang yang tidak belajar / terpelajar dan tidak stabil melakukan pekerjaan yang buruk; karena mereka memuntir dan menyelewengkan / menyimpangkan firman Allah. Mereka yang telah mendengar dan belajar dari Bapa adalah yang paling aman dari kesalah-mengertian dan kesalah-penerapan dari bagian manapun dari firman Allah; dan dimana di sana ada kuasa ilahi untuk meneguhkan maupun mengajar manusia dalam kebenaran ilahi, orang-orang sepenuhnya aman dari kejatuhan ke dalam kesalahan-kesalahan. ... Karena itu, hendaklah kita berdoa dengan sungguh-sungguh supaya Roh Allah mengajar kita dalam kebenaran, sehingga kita bisa mengetahui / mengenalnya sebagaimana kebenaran itu ada dalam Yesus, dan hati kita diteguhkan dengan kasih karunia, sehingga kita bisa berdiri teguh dan tak tergoyahkan, bahkan dalam saat-saat yang paling berangin keras, pada saat orang-orang lain terombang-ambing oleh setiap angin pengajaran).
Pulpit Commentary: “False teachers distort the meaning of Holy Scripture; they wander far from the truth; they are self-willed, lawless, disobedient to the Law of God written in the heart, revealed in his Word. Therefore Christians must be on their guard; they must ‘not believe every spirit, but try the spirits, whether they be of God: because many false prophets are gone out into the world.’” (= Guru-guru palsu menyimpangkan arti dari Kitab Suci yang Kudus; mereka mengembara / tersesat jauh dari kebenaran; mereka semaunya sendiri, tak peduli hukum, tidak taat pada hukum Allah yang tertulis dalam hati, dinyatakan dalam FirmanNya. Karena itu orang-orang Kristen harus berjaga-jaga; mereka ‘tidak boleh percaya kepada setiap roh, tetapi menguji roh-roh itu, apakah mereka datang dari Allah: karena banyak nabi-nabi palsu telah pergi ke dalam dunia’).
1Yoh 4:1 - “Saudara-saudaraku yang kekasih, janganlah percaya akan setiap roh, tetapi ujilah roh-roh itu, apakah mereka berasal dari Allah; sebab banyak nabi-nabi palsu yang telah muncul dan pergi ke seluruh dunia”.
4) “menjadi kebinasaan mereka sendiri”.
Barnes’ Notes: “‘Unto their own destruction.’ By embracing false doctrines. Error destroys the soul; and it is very possible for a man so to read the Bible as only to confirm himself in error. He may find passages which, by a perverted interpretation, shall seem to sustain his own views; and, instead of embracing the truth, may live always under delusion, and perish at last. It is not to be inferred that every man who reads the Bible, or even every one who undertakes to be its public expounder, will certainly be saved” (= ‘menjadi kebinasaan mereka sendiri’. Dengan memeluk / mempercayai doktrin-doktrin yang salah. Kesalahan menghancurkan jiwa; dan adalah sangat mungkin bagi seseorang untuk membaca Alkitab sedemikian rupa hanya untuk meneguhkan dirinya sendiri dalam kesalahan. Ia bisa mendapatkan text-text yang, oleh suatu penafsiran yang dibengkokkan / diselewengkan, akan terlihat mendukung pandangan-pandangannya; dan, bukannya memeluk / mempercayai kebenaran, tetapi bisa hidup di bawah suatu khayalan, dan akhirnya binasa. Tidak boleh diduga / disimpulkan bahwa setiap orang yang membaca Alkitab, atau bahkan setiap orang yang berusaha untuk menjadi orang yang menjelaskan Alkitab secara umum, akan pasti diselamatkan).
Pulpit Commentary: “The written Word is a most precious gift; but no outward privilege can save us. Nay, awful as it seems, men may wrest it, and do wrest it, to their own destruction. Receive it in simplicity and faith, and it will save the soul. God reveals its deep holy meaning to babes in Christ. But if men with perverse ingenuity will use it as the weapon of party strife, and twist its sacred words to suit their selfish purposes, then it may - alas! that it should be so - increase their condemnation” (= Firman tertulis adalah pemberian yang paling berharga; tetapi tidak ada hak lahiriah yang bisa menyelamatkan kita. Tidak, sekalipun kelihatannya mengerikan / sangat buruk, manusia bisa memuntirnya, dan memang memuntirnya, menjadi kebinasaan mereka sendiri. Terimalah itu dengan kesederhanaan dan iman, dan itu akan menyelamatkan jiwa. Allah menyatakan artinya yang kudus dan dalam kepada bayi-bayi dalam Kristus. Tetapi jika orang-orang dengan akal bulus / kelicikan yang jahat menggunakannya sebagai senjata dari percekcokan antar golongan, dan memuntir kata-kata firman kudus untuk menyesuaikan dengan tujuan-tujuan egois mereka, maka itu bisa - astaga! bahwa itu harus demikian - menambah penghukuman mereka).
5) “sama seperti yang juga mereka buat dengan tulisan-tulisan yang lain”.
KJV/RSV/NIV/NASB: ‘the other scriptures’ (= Kitab Suci - Kitab Suci yang lain).
Ini menunjuk pada bagian-bagian lain dari Kitab Suci (selain tulisan-tulisan dari Paulus).
a) Ini menunjukkan bahwa Petrus menganggap tulisan-tulisan Paulus sebagai Kitab Suci / Firman Tuhan, yang setingkat dengan Perjanjian Lama.
Barnes’ Notes: “‘As they do also the other scriptures.’ This is an unequivocal declaration of Peter that he regarded the writings of Paul as a part of the holy Scriptures, and of course that he considered him as inspired. The word ‘Scriptures,’ as used by a Jew, had a technical signification - meaning the inspired writings, and was the common word which was applied to the sacred writings of the Old Testament. As Peter uses this language, it implies that he regarded the writings of Paul as on a level with the Old Testament” (= ‘Seperti yang juga mereka buat dengan Kitab Suci - Kitab Suci yang lain’. Ini merupakan suatu pernyataan jelas dari Petrus bahwa ia menganggap tulisan-tulisan Paulus sebagai suatu bagian dari Kitab Suci yang kudus, dan tentu ia menganggapnya sebagai diilhami. Kata ‘Kitab Suci’, seperti yang digunakan oleh seorang Yahudi, mempunyai suatu arti tehnis - berarti tulisan-tulisan yang diilhamkan, dan merupakan kata yang umum yang diterapkan pada tulisan-tulisan kudus Perjanjian Lama. Karena Petrus menggunakan bahasa / kata ini, itu secara implicit menunjukkan bahwa ia menganggap tulisan-tulisan Paulus sebagai setingkat dengan Perjanjian Lama).
b) Sebagaimana mereka memuntir tulisan-tulisan Paulus sehingga menjadi ajaran sesat, maka mereka juga memuntir bagian-bagian lain dari Kitab Suci.
Alexander Nisbet: “They that wrest one place of Scripture will readily wrest many more, there being a conncetion between one error and another, as there is between one truth and another” (= Mereka yang memuntir satu tempat dari Kitab Suci akan dengan siap memuntir lebih banyak lagi, karena ada suatu hubungan antara satu kesalahan dengan kesalahan yang lain, seperti ada hubungan antara satu kebenaran dengan kebenaran yang lain) - hal 296.
Kalau kita memaksakan suatu pandangan ke dalam Kitab Suci, maka kita harus memuntir ayat-ayat yang menentang pandangan tersebut, dan setelah kita memuntir suatu ayat, maka akan ada ayat-ayat lain yang akan menentang ayat yang telah kita puntir tadi, sehingga ayat-ayat lain itu harus kita puntir juga. Ini menyebabkan kita menjadi makin lama makin jauh dari kebenaran, atau makin lama makin sesat!
Karena itu, biasanya yang terjadi adalah: sekali seseorang benar, maka makin lama ia akan menjadi makin benar; dan sebaliknya, sekali seseorang salah / sesat, maka ia akan menjadi makin lama makin salah / sesat. Hukum yang terakhir ini khususnya berlaku untuk orang-orang yang tegar tengkuk, tidak tulus dalam belajar Kitab Suci, tetap mempertahankan pandangannya yang salah / sesat sekalipun sudah dibuktikan secara jelas dari Kitab Suci bahwa pandangannya salah / sesat!
Bdk. 2Tim 3:13 - “sedangkan orang jahat dan penipu akan bertambah jahat, mereka menyesatkan dan disesatkan”.
c) Bagian ini bukan alasan untuk melarang orang Kristen awam untuk membaca Kitab Suci.
Adam Clarke: “We find, lastly, that those who wrest such portions, are those who wrest the other scriptures to their destruction; therefore they are no patterns, nor can such form any precedent for withholding the Scriptures from the common people, most of whom, instead of wresting them to their destruction, would become wise unto salvation by reading them. We may defy the Romish church to adduce a single instance of any soul that was perverted, destroyed, or damned, by reading of the Bible; and the insinuation that they may is blasphemous. I may just add that the verb streblooo, which the apostle uses here, signifies to distort, to put to the rack, to torture, to overstretch and dislocate the limbs; and hence, the persons here intended are those who proceed according to no fair plan of interpretation, but force unnatural and sophistical meanings on the word of God: a practice which the common simple Christian is in no danger of following” (= Akhirnya, kita mendapati bahwa mereka yang memuntir bagian-bagian seperti itu, adalah mereka yang memuntir Kitab Suci - Kitab Suci yang lain menjadi kebinasaan / kehancuran mereka sendiri; karena itu mereka bukanlah pola-pola, juga kata-kata seperti itu tidak bisa membentuk suatu alasan untuk menahan Kitab Suci dari orang-orang umum / awam, kebanyakan dari siapa, bukannya memuntir mereka menjadi kehancuran / kebinasaan mereka sendiri, tetapi menjadi bijaksana kepada / menunju keselamatan dengan membacanya. Kita bisa menantang gereja Roma untuk mengemukakan satu contoh dari jiwa manapun yang disimpangkan, dihancurkan, atau dihukum / dikutuk, oleh pembacaan Alkitab; dan tuduhan bahwa mereka yang membaca Alkitab bisa sesat merupakan tuduhan yang bersifat menghujat. Saya bisa menambahkan bahwa kata kerja SREBLOOO, yang digunakan sang rasul di sini, berarti mengubah / menyimpangkan, menyiksa dengan menariknya, menyiksa / membengkokkan, menarik / merentangkan kelewat batas dan membuat anggota-anggota badan terkilir; dan karena itu, orang-orang yang dimaksudkan di sini adalah mereka yang maju / berjalan tanpa kesesuaian dengan rencana penafsiran yang adil / jujur, tetapi memaksakan arti-arti yang tidak wajar dan pandai tetapi tidak sehat pada firman Allah; suatu praktek yang orang Kristen umum yang sederhana / tulus tidak berada dalam bahaya untuk mengikuti).
Catatan: dulu Gereja Roma Katolik memang melarang orang awam memiliki, apalagi membaca, Alkitab.
Calvin: “But we must observe, that we are not forbidden to read Paul’s Epistles, because they contain some things hard and difficult to be understood, but that, on the contrary, they are commended to us, provided we bring a calm and teachable mind. For Peter condemns men who are trifling and volatile, who strangely turn to their own ruin what is useful to all. Nay, he says that this is commonly done as to all the Scripture: and yet he does not hence conclude, that we are not to read it, but only shews, that those vices ought to be corrected which prevent improvement, and not only so, but render deadly to us what God has appointed for our salvation” (= Tetapi kita harus memperhatikan, bahwa kita tidak dilarang untuk membaca surat-surat Paulus, karena mereka mengandung hal-hal yang keras dan sukar untuk dimengerti, tetapi bahwa sebaliknya, surat-surat itu dipercayakan kepada kita, asal kita membawa pikiran yang tenang dan bisa diajar. Karena Petrus mengecam orang-orang yang dangkal dan plin plan / mudah berubah, yang secara aneh membelokkan pada kehancuran mereka sendiri apa yang berguna bagi semua. Tidak, ia berkata bahwa ini dilakukan secara umum seperti pada seluruh Kitab Suci: tetapi ia tidak menyimpulkan karena hal itu, bahwa kita tidak boleh membacanya, tetapi hanya menunjukkan, bahwa keburukan / kejahatan yang mencegah kemajuan itu seharusnya dikoreksi, dan bukan hanya demikian, tetapi menterjemahkan secara mematikan bagi kita apa yang Allah telah tetapkan bagi keselamatan kita).
6) Supaya kita tidak meniru orang-orang sesat ini dalam memuntir Kitab Suci sehingga menjadi kebinasaan bagi diri mereka sendiri, apa yang harus kita lakukan dalam membaca / mempelajari Kitab Suci? Perhatikan beberapa hal ini:
a) Jadikan Roh Kudus sebagai pembimbing dalam mengerti Kitab Suci.
The Biblical Illustrator (New Testament): “The chief means, most assuredly, of avoiding such a guilt as this, is to pray for the Spirit as our Guide and Interpreter in reading His own Book” (= Jelas bahwa cara yang terutama untuk menghindari kesalahan seperti ini adalah berdoa untuk mendapatkan Roh sebagai Pembimbing / Pemimpin dan Penafsir kita dalam membaca BukuNya sendiri).
b) Buang semua prasangka.
The Biblical Illustrator (New Testament): “it is a great point to study Holy Scripture in simplicity of mind without any prejudice or bias” (= merupakan suatu hal yang besar untuk mempelajari Kitab Suci yang Kudus dalam kesederhanaan pikiran tanpa prasangka atau sikap memihak apapun).
c) Datanglah pada Kitab Suci dengan kerendahan hati, dan sikap mau / bisa diajar.
Barnes’ Notes: “the humble inquirer after truth may find enough in the Bible to guide his feet in the paths of salvation. No one ever approached the sacred Scriptures with a teachable heart, who did not find them ‘ABLE to make him wise unto salvation.’” (= orang-orang yang dengan rendah hati menyelidiki / menanyakan tentang kebenaran bisa mendapatkan cukup dalam Alkitab untuk membimbing kakinya dalam jalan keselamatan. Tak seorangpun pernah mendekati Kitab Suci kudus dengan hati yang bisa diajar, yang tidak mendapatkan bahwa Kitab Suci itu ‘BISA membuatnya bijaksana untuk keselamatan’).
Bdk. 2Tim 3:15 - “Ingatlah juga bahwa dari kecil engkau sudah mengenal Kitab Suci yang dapat memberi hikmat kepadamu dan menuntun engkau kepada keselamatan oleh iman kepada Kristus Yesus”.
Penerapan: jangan belajar Alkitab, mendengar khotbah, membaca buku rohani dengan pemikiran ‘aku sudah tahu’. Kesombongan seperti itu menyebabkan saudara tidak akan mendapatkan apa-apa! Kerendahan hati, dan kebersandaran kepada Tuhan untuk bisa mengerti Alkitab, merupakan hal-hal yang mutlak perlu dalam belajar Alkitab!
II Petrus 3:1-18(6)
Ay 17: “Tetapi kamu, saudara-saudaraku yang kekasih, kamu telah mengetahui hal ini sebelumnya. Karena itu waspadalah, supaya kamu jangan terseret ke dalam kesesatan orang-orang yang tak mengenal hukum, dan jangan kehilangan peganganmu yang teguh”.
1) “Tetapi kamu, saudara-saudaraku yang kekasih, kamu telah mengetahui hal ini sebelumnya.”.
a) Kata ‘kamu’ ditekankan.
Pulpit Commentary: “The pronoun ‘ye’ is emphatic; others have gone astray; ‘continue ye faithful.’” (= Kata ganti orang ‘kamu’ ditekankan; orang-orang lain telah sesat; ‘kamu teruslah setia’).
Penerapan: jaman ini, makin banyak ajaran sesat, dan selalu ada banyak orang yang mau mengikutinya, tak peduli bagaimanapun gilanya ajaran itu, dan betapapun bertentangannya ajaran itu dengan Firman Tuhan / Alkitab! Jangan kita mengikuti orang-orang itu
b) Apa yang dimaksud dengan ‘hal ini’
1. Kata-kata ‘hal ini’ sebetulnya tidak ada.
Dalam terjemahan KJV diterjemahkan ‘these things’ (= hal-hal ini), dan dicetak dengan huruf miring, untuk menunjukkan bahwa sebetulnya kata-kata itu tidak ada, dan kata-kata itu ditambahkan hanya untuk memperjelas kalimat.
Pulpit Commentary: “The construction is participial, and there is no expressed object; literally, ‘knowing before,’ i.e., that false teachers will arise” (= Konstruksi / susunannya bersifat participle, dan di sana tidak ada obyek yang dinyatakan / jelas; secara hurufiah, ‘mengetahui sebelumnya’, yaitu bahwa guru-guru palsu akan muncul).
Catatan: ‘participle’ merupakan bentuk ‘kata kerja + ing’, seperti ‘preaching’, ‘going’, ‘walking’, dan sebagainya.
2. Kata-kata itu bisa menunjuk pada kedatangan Kristus yang keduakalinya, penghancuran / pembaharuan langit dan bumi dan sebagainya, yang telah ia bicarakan dalam ay 10-13 (penafsiran Pulpit Commentary di bawah), tetapi bisa juga menunjuk pada apa yang baru dibicarakan oleh Petrus dalam ay 15-16, tentang orang-orang yang memutar-balikkan tulisan-tulisan Paulus dan bagian-bagian Alkitab yang lain, sehingga menyesatkan dan menghancurkan diri mereka sendiri (penafsiran Albert Barnes di bawah).
Pulpit Commentary: “‘Ye therefore, beloved, knowing these things beforehand, beware lest, being carried away with the error of the wicked, ye fall from your own steadfastness.’ What they knew beforehand was what Paul and Peter said about the second coming. The conclusion of the verse points especially to the foretold appearance of errorists before the coming. These were condemned by their lawless conduct. Let them not, then, as they valued his love in the gospel, be carried away with their error” (= ‘Karena itu, kamu saudara-saudara yang kekasih, mengetahui hal-hal ini sebelumnya, waspadalah supaya jangan, diseret oleh kesalahan dari orang-orang jahat, kamu jatuh dari kesetiaanmu sendiri’. Apa yang mereka ketahui sebelumnya adalah apa yang Paulus dan Petrus katakan tentang kedatangan yang keduakalinya. Kesimpulan dari ayat ini menunjuk khususnya pada pemunculan yang diramalkan tentang orang-orang yang salah / sesat sebelum kedatangan itu. Orang-orang ini dikecam / dikutuk oleh tingkah laku mereka yang tak peduli hukum. Maka, karena mereka menghargai kasihnya dalam / kepada injil, janganlah kiranya mereka diseret oleh kesalahan / kesesatan mereka).
Barnes’ Notes: “‘Seeing that ye know these things before.’ Being aware of this danger, and knowing that such results may follow. People should read the Bible with the feeling that it is POSSIBLE that they may fall into error, and be deceived at last. This apprehension will do much to make them diligent, and candid, and prayerful, in studying the Word of God” (= ‘Melihat / mengetahui bahwa kamu tahu hal-hal ini sebelumnya’. Sadar akan bahaya ini, dan tahu bahwa hasil-hasil seperti itu akan menyusul. Orang-orang harus membaca Alkitab dengan perasaan bahwa adalah MUNGKIN bahwa mereka bisa jatuh ke dalam kesalahan, dan ditipu pada akhirnya. Pengertian ini akan melakukan banyak hal untuk membuat mereka rajin / tekun, dan jujur / tidak memihak, dan banyak berdoa, dalam mempelajari Firman Allah).
Penerapan: memang kesombongan, dalam hal merasa diri sudah tahu / mengerti Firman Tuhan, apalagi dalam hal merasa diri tidak mungkin bisa salah dalam mengerti / mengajarkan Firman Tuhan, justru akan membawa kita pada kejatuhan (pengertian yang salah / sesat).
Bandingkan dengan ayat-ayat di bawah ini:
· 1Kor 10:12 - “Sebab itu siapa yang menyangka, bahwa ia teguh berdiri, hati-hatilah supaya ia jangan jatuh!”.
· Amsal 16:18 - “Kecongkakan mendahului kehancuran, dan tinggi hati mendahului kejatuhan”.
2) “Karena itu waspadalah, supaya kamu jangan terseret ke dalam kesesatan orang-orang yang tak mengenal hukum, dan jangan kehilangan peganganmu yang teguh”.
KJV: ‘beware lest ye also, being led away with the error of the wicked, fall from your own stedfastness’ (= waspadalah supaya jangan kamu juga, karena diseret oleh kesalahan / kesesatan dari orang-orang jahat, jatuh dari kesetiaanmu sendiri).
a) “Karena itu waspadalah, supaya kamu jangan terseret”.
Pulpit Commentary: “Beware lest ye also, being led away with the error of the wicked, fall from your own steadfastness; ... It is interesting to notice that the word rendered ‘led or carried away’ is used by St. Paul, in Gal 2:13, of St. Barnabas, who, along with St. Peter himself, was then ‘carried away’ with the dissimulation of the Judaizers” (= ‘waspadalah supaya jangan kamu juga, karena diseret oleh kesalahan / kesesatan dari orang-orang jahat, jatuh dari kesetiaanmu sendiri’; ... Adalah menarik untuk memperhatikan bahwa kata yang diterjemahkan ‘diseret’ digunakan oleh Santo Paulus, dalam Gal 2:13, tentang Santo Barnabas, yang bersama-sama dengan Santo Petrus sendiri, pada saat itu ‘diseret’ oleh kemunafikan dari orang-orang Yudaisme).
Gal 2:11-14 - “(11) Tetapi waktu Kefas datang ke Antiokhia, aku berterang-terang menentangnya, sebab ia salah. (12) Karena sebelum beberapa orang dari kalangan Yakobus datang, ia makan sehidangan dengan saudara-saudara yang tidak bersunat (orang-orang non Yahudi), tetapi setelah mereka datang, ia mengundurkan diri dan menjauhi mereka karena takut akan saudara-saudara yang bersunat (orang-orang Yahudi). (13) Dan orang-orang Yahudi yang lainpun turut berlaku munafik dengan dia, sehingga Barnabas sendiri turut terseret oleh kemunafikan mereka. (14) Tetapi waktu kulihat, bahwa kelakuan mereka itu tidak sesuai dengan kebenaran Injil, aku berkata kepada Kefas di hadapan mereka semua: ‘Jika engkau, seorang Yahudi, hidup secara kafir dan bukan secara Yahudi, bagaimanakah engkau dapat memaksa saudara-saudara yang tidak bersunat untuk hidup secara Yahudi?’”.
Saya berpendapat bahwa Petrus sebetulnya tidak terseret. Orang-orang Yahudi memang mempunyai pandangan bahwa mereka tak boleh bergaul dengan orang-orang non Yahudi. Itu menyebabkan Petrus, yang tadinya mau bergaul dengan orang-orang non Yahudi (yang telah menjadi Kristen), menjadi takut ketika orang-orang Yahudi datang, dan ia lalu menjauhi orang-orang non Yahudi Kristen itu. Kesalahan, atau kemunafikan, dari Petrus inilah yang menyeret Barnabas dan orang-orang Yahudi yang lain, sehingga ikut-ikutan menjauhi orang-orang non Yahudi Kristen itu.
Text ini memberi suatu pelajaran yang sangat penting. Jangan ikut-ikutan pandangan atau tingkah laku orang lain, tak peduli siapa orang itu. Juga kalau orang seperti Barnabas bisa terseret oleh kesalahan Petrus, maka itu menunjukkan bahwa orang sehebat, serohani dan sesaleh apapun, bisa terseret oleh kesalahan orang lain.
b) “ke dalam kesesatan orang-orang yang tak mengenal hukum, dan jangan kehilangan peganganmu yang teguh”.
KJV: ‘with the error of the wicked, fall from your own stedfastness’ (= oleh kesalahan / kesesatan dari orang-orang jahat, jatuh dari kesetiaanmu sendiri).
Pulpit Commentary: “The word rendered ‘wicked,’ rather ‘lawless,’ is used elsewhere in the New Testament only in chapter 2:7. The word for ‘steadfastness’ (sthrigmo/$) occurs only here” (= Kata yang diterjemahkan ‘jahat’, lebih tepat ‘tak peduli hukum’, digunakan di tempat lain dalam Perjanjian Baru hanya dalam pasal 2:7. Kata untuk ‘kesetiaan’ (sthrigmo/$ / STERIGMOS) muncul hanya di sini].
2Petrus 2:7 - “tetapi Ia menyelamatkan Lot, orang yang benar, yang terus-menerus menderita oleh cara hidup orang-orang yang tak mengenal hukum dan yang hanya mengikuti hawa nafsu mereka saja”.
Ay 18: “Tetapi bertumbuhlah dalam kasih karunia dan dalam pengenalan akan Tuhan dan Juruselamat kita, Yesus Kristus. BagiNya kemuliaan, sekarang dan sampai selama-lamanya”.
1) “Tetapi bertumbuhlah dalam kasih karunia”.
a) Apa artinya bertumbuh dalam kasih karunia?
The Biblical Illustrator (New Testament): “GRACE, in its strict sense, is the free favour of God to the unworthy. The grace of God toward men produces piety; grace is the cause, piety the effect. 1. To grow in grace is to grow in virtue, faith, meekness, gentleness, patience, a spirit of forgiveness, usefulness. 2. In this growth of all right principles there will be going on at the same time in the soul the weakening and decay of all wrong principles” (= KASIH KARUNIA, dalam arti yang ketat, adalah kebaikan cuma-cuma / gratis dari Allah bagi orang yang tak berlayak. Kasih karunia Allah kepada / terhadap manusia menghasilkan kesalehan; kasih karunia adalah penyebabnya, kesalehan adalah akibat / hasilnya. 1. Bertumbuh dalam kasih karunia berarti bertumbuh dalam kebaikan / sifat baik, iman, kelembutan, kelemah-lembutan / keramahan, kesabaran, suatu roh pengampunan, kebergunaan. 2. Dalam pertumbuhan dari semua elemen penting yang benar ini pada saat yang sama akan berlangsung dalam jiwa pelemahan dan pembusukan dari semua elemen yang salah).
Penerapan: perhatikan bagian akhir dari kutipan di atas ini! Tidak mungkin ada pertumbuhan dalam hal-hal yang baik tanpa disertai dengan pengurangan dari hal-hal yang buruk. Sebaliknya juga berlaku!
The Biblical Illustrator (New Testament): “WHAT IS MEANT BY GROWING IN GRACE? To grow in grace is to increase in a spirit of conformity to the will of God, and to govern our conduct more and more by the same principles that God does” (= Apa yang dimaksudkan dengan bertumbuh dalam kasih karunia? Bertumbuh dalam kasih karunia berarti bertambah dalam suatu roh / kecondongan untuk menyesuaikan dengan kehendak Allah, dan untuk makin memerintah tingkah laku kita oleh prinsip-prinsip yang sama seperti yang Allah lakukan).
The Bible Exposition Commentary: New Testament: “To grow in grace means to become more like the Lord Jesus Christ, from whom we receive all the grace that we need (John 1:16)” [= Bertumbuh dalam kasih karunia berarti menjadi lebih mirip dengan Tuhan Yesus Kristus, dari mana kita menerima semua kasih karunia yang kita butuhkan (Yoh 1:16)].
Yoh 1:16 - “Karena dari kepenuhanNya kita semua telah menerima kasih karunia demi kasih karunia”.
b) Seseorang harus hidup secara rohani, baru bisa bertumbuh dalam kasih karunia.
The Biblical Illustrator (New Testament): “‘Grow in grace.’ What is this? It must be in the outset implied that we have been quickened by grace. Dead things cannot grow. Growth shall prove your life” (= ‘Bertumbuhlah dalam kasih karunia’. Apa artinya ini? Ditunjukkan secara implicit, mula-mula haruslah bahwa kita telah dihidupkan oleh kasih karunia. Hal-hal yang mati tidak bisa bertumbuh. Pertumbuhan membuktikan kehidupanmu).
The Biblical Illustrator (New Testament): “The foundation must be laid before the building can rise. No digging about and enriching, no ever so auspicious alternation of sun and shower can bring forward a plant which has no life in it. Yet in morals this is what some are endeavouring to do; they would feed death and cultivate sterility. The sinner must pass from the state of nature to that of grace before he can grow in grace” (= Fondasi harus diletakkan sebelum bangunan bisa berdiri. Tak ada penggalian di sekeliling dan penyuburan, tak pernah ada pergantian yang menguntungkan dari matahari dan hujan bisa menumbuhkan suatu tanaman yang tidak mempunyai kehidupan di dalamnya. Tetapi dalam hal moral ini adalah apa yang sebagian orang berusaha untuk melakukannya; mereka memberi makan kematian dan mengolah tanah yang mandul. Orang berdosa harus pindah dari keadaan alamiah pada keadaan dari kasih karunia sebelum mereka bisa bertumbuh dalam kasih karunia).
Penerapan: bagian ini perlu diperhatikan oleh:
1. Para pimpinan gereja / persekutuan / lembaga Kristen apapun. Kita harus tahu bagaimana keadaan rohani dari ‘jemaat’ kita. Kalau mereka belum percaya, jangan memberikan bahan-bahan untuk menumbuhkan mereka, tetapi berikan Injil kepada mereka!
2. Orang-orang Kristen yang mendapat berkat dari pelajaran-pelajaran tingkat tinggi seperti Allah Tritunggal, predestinasi, dan sebagainya. Jangan berikan / ajarkan itu kepada orang-orang lain yang belum Kristen, bahkan jangan kepada orang-orang Kristen bayi! Kepada orang-orang yang belum Kristen, apakah mereka kafir atau orang kristen KTP, beritakanlah Injil. Sedangkan kepada orang-orang Kristen bayi, berikan susu, bukan makanan keras!
Bdk. 1Kor 2:1-2 - “(1) Demikianlah pula, ketika aku datang kepadamu, saudara-saudara, aku tidak datang dengan kata-kata yang indah atau dengan hikmat untuk menyampaikan kesaksian Allah kepada kamu. (2) Sebab aku telah memutuskan untuk tidak mengetahui apa-apa di antara kamu selain Yesus Kristus, yaitu Dia yang disalibkan”.
1Kor 1:22-23 - “(22) Orang-orang Yahudi menghendaki tanda dan orang-orang Yunani mencari hikmat, (23) tetapi kami memberitakan Kristus yang disalibkan: untuk orang-orang Yahudi suatu batu sandungan dan untuk orang-orang bukan Yahudi suatu kebodohan”.
Pada saat Paulus pertama datang ke Korintus, ia berhadapan dengan orang-orang Korintus, yang adalah orang-orang kafir. Karena itu, ia tidak mau tahu apa-apa selain Yesus Kristus. Dengan kata lain, ia tidak mau memberitakan apapun yang lain selain Injil! Dan tidak peduli berita apa yang diinginkan oleh para pendengarnya, ia bukan memberitakan apa yang mereka inginkan, tetapi apa yang mereka butuhkan, yaitu Injil!
c) Kita bukan hanya / sekedar harus tetap dalam kasih karunia, tetapi kita harus bertumbuh dalam kasih karunia.
Pulpit Commentary: “The Apostle Paul is recorded to have enjoined his converts to ‘continue in the grace of God.’ And this is necessary to the Christian life, but it is not all that is necessary. To abide is not to be stationary. The Apostle Peter here instructs us that it is required of Christians that they not only continue in grace, but grow in grace” (= Rasul Paulus dicatat telah memerintahkan petobat-petobatnya untuk ‘tetap / terus dalam kasih karunia Allah’. Dan ini perlu bagi kehidupan orang Kristen, tetapi ini bukanlah semua yang perlu. ‘Tinggal’ bukanlah menjadi diam / tak bergerak / tak berubah. Rasul Petrus di sini menginstruksikan kita bahwa diwajibkan / diharuskan untuk orang-orang Kristen bahwa mereka bukan hanya tetap / terus dalam kasih karunia, tetapi bertumbuh dalam kasih karunia).
Bdk. Kis 13:43 - “Setelah selesai ibadah, banyak orang Yahudi dan penganut-penganut agama Yahudi yang takut akan Allah, mengikuti Paulus dan Barnabas; kedua rasul itu mengajar mereka dan menasihati supaya mereka tetap hidup di dalam kasih karunia Allah”.
KJV: ‘to continue in the grace of God’ (= untuk tetap / terus ada di dalam kasih karunia Allah).
d) Mengapa kita harus bertumbuh dalam kasih karunia?
The Biblical Illustrator (New Testament): “There is no such thing as standing still in religion” (= Tidak ada hal seperti berdiri diam dalam agama).
Pulpit Commentary: “Growth is necessary for steadfastness; we cannot persevere unless we continually advance in faith (comp. 1 Peter 1:5-7; 2:2). ... St. Peter insists on the knowledge of Christ as essential for growth in grace, at the beginning, as at the end, of this Epistle” [= Pertumbuhan adalah perlu untuk kesetiaan; kita tidak bisa bertekun kecuali kita terus menerus maju dalam iman (bdk. 1Pet 1:5-7; 2:2). ... Santo Petrus berkeras tentang pengetahuan / pengenalan tentang Kristus sebagai sesuatu yang penting / hakiki untuk pertumbuhan dalam kasih karunia, pada awal, seperti pada akhir, dari surat ini].
Catatan: saya kira ada salah cetak di sini, mungkin sekali yang dimaksudkan bukan 1Pet 1:5-7 tetapi 2Pet 1:5-7. Dan perintah untuk bertumbuh dalam kasih karunia pada akhir dari surat 2Petrus ini, memang jelas sangat berhubungan dengan perintah untuk bertumbuh dalam 2Pet 1:5-7 yang ada pada awal dari surat 2Petrus ini.
2Pet 1:5-7 - “(5) Justru karena itu kamu harus dengan sungguh-sungguh berusaha untuk menambahkan kepada imanmu kebajikan, dan kepada kebajikan pengetahuan, (6) dan kepada pengetahuan penguasaan diri, kepada penguasaan diri ketekunan, dan kepada ketekunan kesalehan, (7) dan kepada kesalehan kasih akan saudara-saudara, dan kepada kasih akan saudara-saudara kasih akan semua orang”.
1Pet 2:2 - “Dan jadilah sama seperti bayi yang baru lahir, yang selalu ingin akan air susu yang murni dan yang rohani, supaya olehnya kamu bertumbuh dan beroleh keselamatan”.
The Biblical Illustrator (New Testament): “Lastly, WHAT HAPPENS TO US IF WE DO NOT GROW? My text begins with a ‘but,’ and that throws us back to what goes before. The connection which is thus established is very noteworthy and monitory. ‘Beware lest ye also... fall from your own steadfastness; but grow.’ So, then, the only way to prevent falling is growth; and if you are not growing, you are certainly falling” (= Yang terakhir, apa yang terjadi pada kita jika kita tidak bertumbuh? Text saya mulai dengan suatu kata ‘tetapi’, dan kata itu melemparkan kita kembali pada apa yang ada di depan. Hubungan yang dibuat / ditegakkan sangat perlu diperhatikan dan bersifat memperingatkan. ‘Waspadalah supaya jangan kamu juga ... jatuh dari kesetiaanmu sendiri; tetapi bertumbuhlah’. Maka, satu-satunya jalan untuk mencegah kejatuhan adalah pertumbuhan; dan jika engkau tidak sedang bertumbuh, engkau pasti sedang jatuh).
Bdk. 2Pet 1:8-11 - “(8) Sebab apabila semuanya itu ada padamu dengan berlimpah-limpah, kamu akan dibuatnya menjadi giat dan berhasil dalam pengenalanmu akan Yesus Kristus, Tuhan kita. (9) Tetapi barangsiapa tidak memiliki semuanya itu, ia menjadi buta dan picik, karena ia lupa, bahwa dosa-dosanya yang dahulu telah dihapuskan. (10) Karena itu, saudara-saudaraku, berusahalah sungguh-sungguh, supaya panggilan dan pilihanmu makin teguh. Sebab jikalau kamu melakukannya, kamu tidak akan pernah tersandung. (11) Dengan demikian kepada kamu akan dikaruniakan hak penuh untuk memasuki Kerajaan kekal, yaitu Kerajaan Tuhan dan Juruselamat kita, Yesus Kristus”.
The Biblical Illustrator (New Testament): “The growth of grace will hinder the growth of corruption” (= Pertumbuhan kasih karunia akan menghalangi pertumbuhan kejahatan).
e) Kita harus selalu / terus menerus bertumbuh.
Bible Knowledge Commentary: “The verb ‘grow’ is a present imperative, which could be rendered ‘be continually growing.’” (= Kata kerja ‘bertumbuhlah’ merupakan kata perintah bentuk present, yang bisa diterjemahkan ‘selalulah bertumbuh’).
The Biblical Illustrator (New Testament): “Such as do not grow in grace, decay in grace. ‘Not to advance in the path of life is to return.’” (= Orang-orang yang tidak bertumbuh dalam kasih karunia, membusuk dalam kasih karunia. ‘Tidak maju dalam jalan kehidupan berarti kembali / mundur’).
Dalam faktanya kita tidak selalu bertumbuh. Pada saat kita sedang sakit secara rohani, pertumbuhan bisa terhenti, bahkan bisa saja terjadi kemunduran.
Catatan: merupakan sesuatu yang diperdebatkan apakah orang kristen yang sejati bisa mengalami kemunduran (back sliding). Orang Reformed tak percaya hal itu, berdasarkan Ro 8:28. Tetapi saya beranggapan ini tergantung dari sudut pandang siapa kita melihat hal itu. Dari sudut pandang Tuhan memang tidak bisa. Kalau Ia memang melakukan segala sesuatu bagi kebaikan kita, seperti yang dikatakan dalam Ro 8:28, bagaimana mungkin kita bisa mundur? Tetapi dari sudut pandang manusia, jelas kemunduran ini, apalagi hanya sekedar ketidak-majuan, bisa terjadi.
The Biblical Illustrator (New Testament): “But do ye inquire why and wherefore we should thus grow in grace? Let us say that if we do not advance in grace it is a sorrowful sign. It is a mark of unhealthiness. It is an unhealthy child that grows not, a cankered tree that sends forth no fresh shoots” (= Tetapi apakah kamu bertanya mengapa dan untuk apa kita harus bertumbuh dalam kasih karunia? Biarlah kita katakan bahwa jika kita tidak maju dalam kasih karunia itu merupakan suatu tanda yang menyedihkan. Itu adalah tanda dari ketidak-sehatan. Merupakan anak yang tidak sehat jika ia tidak bertumbuh, suatu pohon yang membusuk yang tidak mengeluarkan tunas yang baru).
The Biblical Illustrator (New Testament): “When I say that every true believer grows in grace, it is not meant that he doth so every moment or every hour of his life. As it is in the natural body, there may be some disease or malady that will retard the growth for a time” (= Ketika saya berkata bahwa setiap orang percaya yang sejati bertumbuh dalam kasih karunia, itu tidak berarti bahwa ia melakukan itu setiap saat atau setiap jam dari hidupnya. Seperti halnya dalam tubuh alamiah / jasmani, bisa ada beberapa penyakit yang akan menghambat pertumbuhan untuk sementara waktu).
II Petrus 3:1-18(7)
g) Cara untuk bertumbuh.
1. Orangnya harus sungguh-sungguh ingin bertumbuh dan sungguh-sungguh berjuang dengan rajin untuk bertumbuh.
Bdk. 2Petrus 1:5-7 - “(5) Justru karena itu kamu harus dengan sungguh-sungguh berusaha untuk menambahkan kepada imanmu kebajikan, dan kepada kebajikan pengetahuan, (6) dan kepada pengetahuan penguasaan diri, kepada penguasaan diri ketekunan, dan kepada ketekunan kesalehan, (7) dan kepada kesalehan kasih akan saudara-saudara, dan kepada kasih akan saudara-saudara kasih akan semua orang”.
The Biblical Illustrator (New Testament): “GROWTH DEMANDS EARNESTNESS. No one grows who does not mean to grow” (= Pertumbuhan menuntut kesungguhan / ketekunan. Tak seorangpun bertumbuh yang tidak bermaksud / bersungguh-sungguh untuk bertumbuh).
Pulpit Commentary: “These thoughts, he says, enforce upon us the necessity of diligence in the religious life. Men who really believe that after death cometh the judgment cannot live listlessly and idly. Many professing Christians, alas! live careless lives; but that carelessness evinces a practical unbelief. The momentous issues of the great day must stir the believer to earnest effort. St. Peter had urged the necessity of diligence in the first chapter; he urges it again in the last” (= Pikiran-pikiran ini, katanya, mendesakkan kepada kita kebutuhan tentang kerajinan dalam kehidupan agamawi. Orang-orang yang sungguh-sungguh percaya bahwa setelah kematian datang penghakiman, tidak bisa hidup lesu / tanpa gairah dan malas. Banyak orang-orang yang mengaku Kristen, astaga, menjalani kehidupan yang ceroboh; tetapi kecerobohan itu menunjukkan dengan jelas suatu ketidak-percayaan praktis. Persoalan penting tentang hari yang besar itu harus mengobarkan orang percaya pada usaha yang sungguh-sungguh. Santo Petrus telah mendesakkan kebutuhan tentang kerajinan dalam pasal yang pertama; ia mendesakkan lagi dalam pasal yang terakhir).
Pulpit Commentary: “Carelessness in the prospect of the judgment is nothing short of madness. Those whose faith is real must be diligent” (= Kecerobohan dalam prospek dari penghakiman adalah kegilaan. Mereka yang imannya sungguh-sungguh harus rajin).
Pulpit Commentary: “God will reveal the truth to the babes in Christ. He will not leave the humble, faithful soul in darkness and perplexity. Only let a man earnestly pray for the grace of God; only let him strive daily to draw nearer to Christ, and to gain that inner knowledge of Christ Jesus the Lord, in comparison with which all things else are dross; and the light of the presence of Christ will surely dawn upon him, and in that light he will find a Guide to bring him to eternal life” (= Allah akan menyatakan kebenaran kepada bayi-bayi dalam Kristus. Ia tidak akan meninggalkan jiwa yang rendah hati, setia, dalam kegelapan dan kebingungan. Hanya hendaklah orang berdoa dengan sungguh-sungguh untuk kasih karunia Allah; hanya hendaklah ia berjuang setiap hari untuk makin dekat dengan Kristus, dan untuk mendapatkan pengenalan di dalam tentang Kristus Yesus Tuhan, dibandingkan dengan siapa segala sesuatu yang lain adalah sampah; dan terang dari kehadiran Kristus pasti akan menyingsing kepada dia, dan dalam terang itu ia akan menemukan seorang Pembimbing untuk membawanya kepada kehidupan yang kekal).
Bdk. Fil 3:7-8 - “(7) Tetapi apa yang dahulu merupakan keuntungan bagiku, sekarang kuanggap rugi karena Kristus. (8) Malahan segala sesuatu kuanggap rugi, karena pengenalan akan Kristus Yesus, Tuhanku, lebih mulia dari pada semuanya. Oleh karena Dialah aku telah melepaskan semuanya itu dan menganggapnya sampah, supaya aku memperoleh Kristus”.
Barnes’ Notes: “Religion is as susceptible of cultivation and of growth as any other virtue of the soul. It is feeble in its beginnings, like the grain of mustard seed, or like the germ or blade of the plant, and it increases as it is cultivated. There is no piety in the world which is not the result of cultivation, and which cannot be measured by the degree of care and attention bestowed upon it. No one becomes eminently pious, any more than one becomes eminently learned or rich, who does not intend to; and ordinarily men in religion are what they design to be” (= Agama sama sensitifnya / mudah terpengaruhnya terhadap pengolahan dan pertumbuhan seperti sifat baik lain manapun dari jiwa. Itu mula-mula lemah, seperti bulir dari benih sesawi, atau seperti kuncup / semi atau daun / bunga dari tanaman, dan ia bertumbuh pada waktu diolah / diusahakan. Tidak ada kesalehan dalam dunia yang bukan merupakan hasil dari pengolahan, dan yang tidak bisa diukur oleh tingkat dari pemeliharaan dan perhatian yang diberikan kepadanya. Tak seorangpun menjadi saleh secara menonjol, sama seperti tak seorangpun menjadi terpelajar atau kaya secara menonjol, yang tidak memaksudkannya; dan biasanya orang-orang dalam agama adalah apa yang mereka rancangkan untuk diri mereka).
2. Belajar / mencari Firman Tuhan, berdoa, melayani.
The Biblical Illustrator (New Testament): “Now truth is the nutriment of the soul, and it must be taken, or the soul will not grow, and in a little while will cease to live. They say it is no matter what a man believes, or whether he believes anything, so he but practises aright, which is as if one would say, it is immaterial what a man eats or whether he eat at all, so he but lives. Can he live without eating, and eating wholesome food? If error is not injurious, poison is not; and if ignorance is not hurtful, starvation is harmless. The man who is indifferent to the interests of truth is also to those of virtue. It is impossible to love the one without loving the other. Truth is the principle and pabulum of virtue. The Word of God must be understood, believed and meditated on, and especially its testimony concerning Christ, otherwise there can be no growth in grace” (= Kebenaran adalah makanan dari jiwa, dan itu harus diambil, atau jiwa tidak akan bertumbuh, dan dalam waktu singkat akan berhenti untuk hidup. Mereka mengatakan tak jadi soal apa yang seseorang percaya, atau apakah ia percaya apapun, asal ia mempraktekkan apa yang benar, yang merupakan hal yang sama dengan kalau seseorang mengatakan, merupakan sesuatu yang tidak penting apa yang seseorang makan atau apakah ia makan apapun, asal ia hidup. Bisakah ia hidup tanpa makan, dan makan makanan yang sehat / bermanfaat? Jika kesalahan tidak melukai / membahayakan, racun juga demikian; dan jika ketidak-tahuan / kebodohan tidak merugikan, maka kelaparan yang menjurus pada kematian juga tidak membahayakan. Orang yang acuh tak acuh pada kepentingan kebenaran juga demikian pada kepentingan dari kebaikan. Adalah mustahil untuk mengasihi yang satu tanpa mengasihi yang lain. Kebenaran adalah penyebab dan makanan dari kebaikan. Firman Allah harus dimengerti, dipercaya dan direnungkan, dan khususnya kesaksiannya tentang Kristus, atau tidak akan bisa ada pertumbuhan dalam kasih karunia).
Pulpit Commentary: “The study of God’s Word, the diligent attendance upon Church ordinances, constancy in prayer, faithfulness in work, - these are acknowledged ‘means of grace.’” (= Pembelajaran Firman Allah, kehadiran yang rajin pada upacara Gereja, kekonstanan dalam doa, kesetiaan dalam pekerjaan, - hal-hal ini diakui sebagai ‘jalan / cara kasih karunia’).
3. Membuang halangan dari pertumbuhan.
The Biblical Illustrator (New Testament): “Take heed of that which will hinder its growth (of grace) - the love of any sin” [= Perhatikanlah / waspadailah hal-hal yang akan menghalangi pertumbuhannya (pertumbuhan dari kasih karunia) - cinta kepada dosa apapun].
4. Berusaha untuk bertumbuh dalam segala hal dalam kasih karunia.
The Biblical Illustrator (New Testament): “Another direction for growing in grace is, take care to exercise all the Christian graces. Exercise yourself especially in those things where you find yourself most deficient. If you are exposed to a particular sin, guard there. If you are deficient in a particular grace, exercise that” (= Pengarahan yang lain untuk bertumbuh dalam kasih karunia adalah, jagalah untuk menjalankan / melatih semua kasih karunia Kristen. Latihlah dirimu sendiri khususnya dalam hal-hal itu dimana engkau mendapati dirimu sendiri paling kurang / tidak sempurna. Jika engkau terbuka terhadap suatu dosa tertentu / khusus, berjagalah di sana. Jika engkau kurang / tidak sempurna dalam suatu kasih karunia tertentu / khusus, latihlah itu).
h) Tanda-tanda dari orang yang bertumbuh dan yang tidak bertumbuh.
The Biblical Illustrator (New Testament): “HOW MAY WE COMFORT SUCH AS COMPLAIN THEY DO NOT GROW IN GRACE? They may mistake; they may grow when they think they do not. The sight Christians have of their defects in grace, and their thirst after greater measures of grace, makes them think they do not grow when they do” (= Bagaimana kita bisa menghibur orang-orang yang mengeluh karena mereka tidak bertumbuh dalam kasih karunia? Mereka bisa salah; mereka bisa bertumbuh pada waktu mereka mengira mereka tidak bertumbuh. Pandangan orang-orang Kristen mempunyai cacat-cacat mereka dalam kasih karunia, dan kehausan mereka akan takaran yang lebih besar tentang kasih karunia, membuat mereka mengira bahwa mereka tidak bertumbuh padahal mereka bertumbuh).
Catatan: tetapi tentu saja mereka juga bisa benar, dan dalam hal ini kita harus memeriksa apakah mereka sudah sungguh-sungguh bertobat / percaya Yesus atau tidak. Kalau belum, kita harus memberitakan Injil kepada mereka. Tetapi kalau sudah, kita harus mendorong mereka untuk melakukan hal-hal yang menumbuhkan mereka, yang sudah saya bahas di atas.
The Biblical Illustrator (New Testament): “Remember this also, that grace may grow insensibly sometimes; it may increase, but you may not perceive it” (= Ingatlah ini juga, bahwa kasih karunia kadang-kadang bisa bertumbuh tanpa dirasakan; itu bisa bertambah, tetapi engkau tidak merasakannya).
The Biblical Illustrator (New Testament): “THERE ARE MARKS BY WHICH GROWTH IN GRACE MAY BE KNOWN. 1. One mark is increased humility. 2. Another mark is increased faith and love towards our Lord Jesus Christ. 3. Another mark is increased holiness of life and conversation. 4. Another mark is increased spirituality of taste and mind. 5. Another mark is increased of charity. 6. One more mark is increased zeal and diligence in trying to do good to souls” (= Ada tanda-tanda oleh mana pertumbuhan dalam kasih karunia bisa diketahui / dikenali. 1. Satu tanda adalah kerendahan-hati yang bertambah. 2. Tanda yang lain adalah bertambahnya iman dan kasih terhadap / kepada Tuhan kita Yesus Kristus. 3. Tanda yang lain adalah pertambahan kekudusan kehidupan dan percakapan / tingkah laku. 4. Tanda yang lain adalah pertambahan kerohanian dari selera dan pikiran. 5. Tanda yang lain adalah pertambahan dari kasih / kemurahan hati. 6. Satu tanda lagi adalah pertambahan dari semangat dan kerajinan dalam berusaha untuk melakukan hal yang baik kepada jiwa-jiwa).
Catatan: tanda-tanda ini membutuhkan perenungan satu per satu. Introspeksilah diri saudara: apakah tanda-tanda ini ada dalam hidup saudara?
The Biblical Illustrator (New Testament): “He that truly grows in grace hath a greater sense of his defects and failings than ever he had before. First, a greater sense of the shallowness of his understanding. Secondly, of the sinfulness of his life. ... if we grow in grace, we shall have every day a greater sight and sense of our sins” (= Ia yang betul-betul / sungguh-sungguh bertumbuh dalam kasih karunia mempunyai pengertian / perasaan yang lebih besar tentang cacat-cacat dan kegagalan-kegagalan dari pada yang pernah ia miliki sebelumnya. Pertama, suatu pengertian tentang kedangkalan dari pengertiannya. Kedua, tentang keberdosaan kehidupannya. ... jika kita bertumbuh dalam kasih karunia, setiap hari kita akan mempunyai pandangan dan pengertian / perasaan yang lebih besar tentang dosa-dosa kita).
The Biblical Illustrator (New Testament): “SOME THINGS THAT ARE NOT EVIDENCES OF GROWTH IN GRACE ALTHOUGH THEY ARE SOMETIMES SUPPOSED TO BE SUCH. 1. It is not certain evidence that an individual grows in grace because he grows in gifts. We naturally increase in that in which we exercise ourselves. We may pray ever so engagedly, and increase in fluency and apparent pathos, and yet have no grace. 2. Growing in knowledge is not evidence of a growth in grace. In hell no doubt they grow in knowledge, but never in grace. 3. It is not evidence that a person grows in grace because he thinks he is doing so. A person may be favourably impressed with regard to his progress in religion, when it is evident to others that he is in fact declining” (= Beberapa hal yang bukan merupakan bukti-bukti dari pertumbuhan dalam kasih karunia, sekalipun kadang-kadang dianggap sebagai bukti-bukti. 1. Bukan bukti yang pasti bahwa seseorang bertumbuh dalam kasih karunia karena ia bertumbuh dalam karunia-karunia. Kita secara alamiah bertambah dalam hal dimana kita melatih diri kita sendiri. Kita bisa dengan begitu sibuk berdoa, dan bertambah dalam kefasihan dan kelihatannya juga dalam perasaan, tetapi tidak mempunyai kasih karunia. 2. Bertumbuh dalam pengetahuan bukanlah bukti dari pertumbuhan dalam kasih karunia. Di neraka tak diragukan mereka bertumbuh dalam pengetahuan, tetapi tidak pernah dalam kasih karunia. 3. Bukanlah bukti bahwa seseorang bertumbuh dalam kasih karunia karena ia berpikir / menganggap demikian. Seseorang bisa terkesan dengan baik berkenaan dengan kemajuannya dalam agama, pada saat adalah jelas bagi orang-orang lain bahwa dalam faktanya ia sedang menurun).
Catatan:
1. Tentang doa, kalau orang itu lebih banyak berdoa secara benar, saya yakin itu menendakan pertumbuhan dalam kasih karunia. Tetapi kalau sekedar lebih banyak berdoa karena tuntutan kedudukan / jabatan, dan lebih fasih dalam berdoa karena lebih sering dilatih, memang itu belum tentu menunjukkan bahwa ada pertumbuhan dalam kasih karunia. Apalagi kalau doa itu adalah doa dalam bahasa Roh, yang banyak terdapat pada jaman sekarang. Menurut saya, itu malah menunjukkan penurunan dalam kasih karunia!
2. Saya berpendapat bahwa tak ada dasar untuk mengatakan bahwa di neraka kita bertumbuh dalam pengetahuan. Mungkin yang dimaksudkan adalah pada saat ia masuk neraka ia bertumbuh dalam pengetahuan. Memang pada saat itu ia akan mempunyai pengetahuan yang tadinya tidak ia miliki pada saat hidup di dunia, misalnya bahwa injil itu ternyata benar, dan jalan yang ia tempuh di dunia ternyata salah, sebagainya. Tetapi setelah ia ada di neraka saya tidak yakin bisa ada pertumbuhan pengetahuan.
3. Kalimat terakhir dari kutipan di atas (bagian yang saya garis-bawahi) merupakan kebalikan dari apa yang sudah kita bahas di atas. Kalau tadi kita melihat adanya orang-orang yang merasa tidak bertumbuh, padahal sesungguhnya mereka bertumbuh, maka sekarang kita melihat adanya orang-orang yang merasa diri mereka bertumbuh padahal sesungguhnya mereka sedang menurun! Contoh: orang-orang yang terkena Toronto Blessing, tumbang dalam roh, bicara bahasa Roh yang tidak karuan dan menganggap dirinya maju dalam iman, orang-orang yang ikut gerakan pria sejati, dan macam-macam ajaran sesat lainnya.
The Biblical Illustrator (New Testament): “SOME THINGS THAT ARE EVIDENCES OF A GROWTH IN GRACE. 1. When an individual finds he has more singleness of heart, and more purity of motive in his conduct, it is evidence that he is growing in grace. 2. An individual who grows in grace is more and more actuated by principle, and less and less by emotion or feeling. By principle, in contradistinction from feeling or emotion, I mean a controlling determination in the mind to do right. 3. Another important evidence of growth in grace is more love to God. By this I do not mean that there will be in all cases a conscious increase of emotions of love to God, but that there will be a strengthening of real attachment to God’s character and government. And this increased attachment will evince itself in a growing veneration for all the institutions of religion, and for all the commands of God. 4. Another evidence of growth in grace is when a person increases in love to men as well as love to God. 5. Those who grow in grace feel more and more self-loathing. This is the natural result of having a clear view of God. It makes a person sink down in self-abasement. 6. An increased abhorrence of sin is another mark of growth in grace. When a person feels, day by day, less and less disposed to compromise with any sin, in himself, or in others, it is a sign that he is growing in grace. 7. He who grows in grace has less relish for the world. He has less and less desire for its wealth, its honours, its pleasures. 8. Increasing delight in the fellowship of the saints is another evidence of growth in grace. 9. He who grows in grace finds it more and more easy to exercise a forgiving spirit, and to pray for his enemies. 10. Growing more charitable is an evidence of growth in grace. But he is mere (more?) ready to ascribe a person’s apparently wrong conduct to mistake, or misapprehension, or some other cause, than to direct evil intention. 11. Having less and less anxiety about worldly things is an evidence of growth in grace. 12. Becoming more ready to bestow property is a sign of growth in grace. 13. He feels less and less as if he had any separate interest. It is a great thing, in regard to growth in grace, to feel that all you have is Christ’s, and that you have absolutely no separate interest in living, or in dying, or in holding property, or children, or character. 14. It is an evidence of growth in grace when a person becomes more willing to confess faults to men. 15. Growing in grace raises a person more and more above the world. The growing saint regards less and less either the good or ill opinions of men. He feels that it is of little importance, only as it may affect his usefulness” (= Beberapa hal yang merupakan bukti-bukti dari pertumbuhan dalam kasih karunia. 1. Pada waktu seseorang mendapati bahwa ia lebih mempunyai kejujuran / ketulusan hati, dan kelebih-murnian dari motivasi dalam tingkah lakunya, itu merupakan bukti bahwa ia sedang bertumbuh dalam kasih karunia. 2. Seseorang yang bertumbuh dalam kasih karunia makin lama makin digerakkan oleh prinsip, dan makin lama makin kurang oleh emosi atau perasaan. Oleh prinsip, dalam pertentangan dengan perasaan atau emosi, saya maksudkan suatu ketetapan hati yang mengendalikan dalam pikiran untuk melakukan dengan / yang benar. 3. Bukti penting yang lain tentang pertumbuhan dalam kasih karunia adalah kasih yang lebih besar kepada Allah. Dengan ini saya tidak memaksudkan bahwa akan ada dalam semua kasus suatu peningkatan yang disadari tentang emosi dari kasih kepada Allah, tetapi bahwa di sana akan ada suatu penguatan dari kasih yang sungguh-sungguh pada karakter dan pemerintahan dari Allah. Dan peningkatan kasih ini akan membuktikan dirinya sendiri dalam suatu pemujaan yang bertumbuh untuk semua lembaga agama, dan untuk semua perintah / hukum Allah. 4. Bukti lain dari pertumbuhan dalam kasih karunia adalah pada waktu seseorang bertambah dalam kasih kepada manusia maupun kasih kepada Allah. 5. Mereka yang bertumbuh dalam kasih karunia makin lama makin merasa muak terhadap diri sendiri. Ini merupakan hasil alamiah / wajar dari kepemilikan suatu pandangan yang jelas tentang Allah. Ini membuat seseorang tenggelam dalam perendahan diri sendiri. 6. Suatu pertambahan kejijikan terhadap dosa adalah tanda yang lain tentang pertumbuhan dalam kasih karunia. Pada waktu seseorang merasa, hari demi hari, makin lama makin kurang ingin / condong untuk berkompromi dengan dosa apapun, dalam dirinya sendiri atau dalam diri orang lain, itu merupakan tanda bahwa ia sedang bertumbuh dalam kasih karunia. 7. Ia yang bertumbuh dalam kasih karunia mempunyai kesukaan hati yang berkurang untuk dunia. Ia mempunyai keinginan yang makin lama makin kurang untuk kekayaan, kehormatan, kesenangannya. 8. Kesenangan yang bertambah dalam persekutuan dengan orang-orang kudus merupakan bukti yang lain dari pertumbuhan dalam kasih karunia. 9. Ia yang bertumbuh dalam kasih karunia mendapati makin lama makin mudah untuk melatih / menjalankan suatu roh / kecenderungan pengampunan, dan untuk berdoa bagi musuh-musuhnya. 10. Bertumbuh lebih murah hati / lebih toleran merupakan suatu bukti tentang pertumbuhan dalam kasih karunia. Tetapi ia lebih siap untuk menganggap tindakan yang sepertinya salah dalam diri seseorang, berasal dari kesalahan, atau salah pengertian, atau penyebab-penyebab lain, dari pada maksud jahat langsung. 11. Mempunyai makin lama makin kurang kekuatiran tentang hal-hal duniawi. 12. Menjadi lebih siap untuk memberikan milik / harta merupakan suatu tanda dari pertumbuhan dalam kasih karunia. 13. Ia makin lama makin kurang merasa seakan-akan ia mempunyai minat apapun yang terpisah. Merupakan suatu hal yang besar, berkenaan dengan pertumbuhan dalam kasih karunia, untuk merasa bahwa semua yang engkau miliki adalah milik Kristus, dan engkau secara mutlak tak mempunyai minat yang terpisah dalam kehidupan, atau dalam kematian, atau dalam memegang / mempertahankan milik / harta, atau anak-anak, atau karakter. 14. Merupakan bukti dari pertumbuhan dalam kasih karunia pada saat seseorang menjadi makin mau untuk mengakui kesalahan kepada manusia. 15. Pertumbuhan dalam kasih karunia menaikkan seseorang makin lama makin di atas dunia. Orang kudus yang bertumbuh makin lama makin kurang menganggap / mempedulikan atau pandangan yang baik atau pandangan yang buruk dari manusia. Ia merasa bahwa itu merupakan kepentingan yang kecil, hanya karena itu bisa mempengaruhi kebergunaannya).
Jelas bahwa semua pengudusan termasuk dalam pertumbuhan dalam kasih karunia. Dan karena itu, jelas bahwa tidak dalam semua hal seseorang bertumbuh secara sama, karena semua orang mempunyai kelemahannya masing-masing.
The Biblical Illustrator (New Testament): “All graces grow not alike in the same person” (= Tidak semua kasih karunia bertumbuh secara sama dalam diri satu orang yang sama).
II Petrus 3:1-18(8)
i) Hal-hal yang perlu diperhatikan berkenaan dengan pertumbuhan.
1. Pertumbuhan yang ideal / bagus.
The Biblical Illustrator (New Testament): “The true growth of a Christian is proportionable and uniform; by which I mean that he is one who grows in all his parts. The new man is not monstrous in its accretion” (= Pertumbuhan yang benar dari seorang Kristen adalah seimbang dan seragam / merata; dengan mana saya memaksudkan bahwa ia adalah seseorang yang bertumbuh dalam semua bagian-bagiannya. Orang yang baru tidaklah bersifat aneh / abnormal / seperti monster dalam pertumbuhannya).
Catatan: menurut saya, yang ideal seperti ini jarang ada, atau mungkin, bahkan tidak pernah ada.
Pulpit Commentary: “We are to grow in self-abasement, in power of work, in power of concentrating the mind on the truth, in power to bear hardships and injuries. We are to grow especially in that in which we find ourselves to be deficient” (= Kita harus bertumbuh dalam perendahan diri sendiri, dalam kuasa dari pekerjaan, dalam kuasa tentang mengkonsentrasikan pikiran pada kebenaran, dalam kuasa untuk memikul kesukaran / penderitaan dan kerugian / ketidak-adilan. Kita harus bertumbuh khususnya dalam hal dimana kita mendapati diri kita sendiri kurang / tidak sempurna).
2. Peringatan untuk orang yang mau / ingin bertumbuh.
The Biblical Illustrator (New Testament): “He who will grow in grace must be READY TO SUFFER. The natural life in us dies not without some species of internal agony. For one Christian God has one form of trial; for another, another form” (= Ia yang mau bertumbuh dalam kasih karunia harus SIAP untuk menderita. Kehidupan alamiah di dalam kita tidak akan mati tanpa sejenis penderitaan di dalam / batin. Untuk satu orang Kristen, Allah mempunyai satu bentuk ujian; untuk orang Kristen yang lain, bentuk yang lain).
The Bible Exposition Commentary: New Testament: “Growing in grace often means experiencing trials and even suffering. We never really experience the grace of God until we are at the end of our own resources. The lessons learned in the ‘school of grace’ are always costly lessons, but they are worth it” (= Bertumbuh dalam kasih karunia sering berarti mengalami ujian-ujian dan bahkan penderitaan. Kita tidak pernah sungguh-sungguh mengalami kasih karunia Allah sampai kita berada pada akhir dari sumber-sumber kita sendiri. Pelajaran yang dipelajari dalam ‘sekolah dari kasih karunia’ selalu merupakan pelajaran yang mahal, tetapi mereka memang sepadan untuk itu).
3. Sifat-sifat / ciri-ciri dari pertumbuhan.
The Biblical Illustrator (New Testament): “THE CHARACTERISTICS OF GROWTH. 1. The first characteristic of growth that we would notice is its silence. It is of all things the most calm, the most quiet, the most dignified. Whatever else may give rise to agitation and commotion and excitement, it is not spiritual growth. ... 2. A second characteristic of growth is, that it is a gradual process. People sometimes feel discouraged by the littleness of their attainments in the Christian life and the tardiness of their spiritual growth, and too often there is cause for humiliation on this score; but, for my part, I would prefer the slowest rate of progress that is compatible with growth to that unnatural rapidity of development that is sure to fall into rapid consumption. ... 3. There are many other characteristics of growth, but of these we shall mention only one, and that is the tendency of growth whenever found to develop in a definite direction. ... Spiritual growth is in a definite direction. It tends to a perfect type. It advances in the direction of Christ” (= Ciri-ciri dari pertumbuhan. 1. Ciri pertama dari pertumbuhan yang akan kita perhatikan adalah ke-diam-annya. Dari semua hal itu adalah yang paling tenang, paling diam, paling bermartabat. Apapun yang lain yang meningkatkan pergolakan dan keributan / huru hara dan kegemparan / kehebohan, itu bukanlah pertumbuhan rohani. ... 2. Ciri kedua dari pertumbuhan adalah, bahwa itu merupakan suatu proses perlahan-lahan. Orang-orang kadang-kadang merasa kecil hati oleh kecilnya pencapaian-pencapaian mereka dalam kehidupan Kristen dan kelambatan dari pertumbuhan rohani mereka, dan terlalu sering ini menyebabkan perendahan dari penilaian ini; tetapi, untuk saya sendiri, saya lebih memilih kemajuan yang paling lambat yang cocok dengan pertumbuhan dari pada kecepatan yang tidak alamiah / tidak wajar dari perkembangan yang pasti jatuh pada penghancuran yang cepat. ... 3. Ada banyak ciri lain dari pertumbuhan, tetapi tentang hal-hal ini kita hanya akan menyebutkan satu saja, dan itu merupakan kecenderungan dari pertumbuhan dimanapun itu ditemukan, untuk berkembang ke arah yang tertentu. ... Pertumbuhan rohani ada dalam arah tertentu. Itu cenderung pada type yang sempurna. Itu maju ke arah Kristus).
Catatan:
a. Untuk point pertama, saya kira perlu diwaspadai untuk tidak salah paham dalam hal ke-diam-annya. Yang dipersoalkan oleh penafsir ini adalah pertumbuhan rohani di dalam diri seseorang. Kalau pertumbuhan gereja, maka sering ada pergolakan. Perhatikan pelayanan dari Yesus sendiri, ataupun dari Paulus, yang sering menimbulkan pergolakan, karena adanya banyak orang yang menentang! Demikian juga kalau kita melihat pada Reformasi oleh Martin Luther pada tahun 1517.
b. Untuk point kedua, bandingkan dengan praktek penengkingan segala macam roh (roh dusta, roh zinah dsb) dalam kalangan Kharismatik. Kalau ini memungkinkan, itu bukan proses perlahan-lahan tetapi suatu proses mendadak / seketika. Tidak ada pertumbuhan seperti itu!
c. Untuk point ketiga, bandingkan dengan Ef 4:11-15 - “(11) Dan Ialah yang memberikan baik rasul-rasul maupun nabi-nabi, baik pemberita-pemberita Injil maupun gembala-gembala dan pengajar-pengajar, (12) untuk memperlengkapi orang-orang kudus bagi pekerjaan pelayanan, bagi pembangunan tubuh Kristus, (13) sampai kita semua telah mencapai kesatuan iman dan pengetahuan yang benar tentang Anak Allah, kedewasaan penuh, dan tingkat pertumbuhan yang sesuai dengan kepenuhan Kristus, (14) sehingga kita bukan lagi anak-anak, yang diombang-ambingkan oleh rupa-rupa angin pengajaran, oleh permainan palsu manusia dalam kelicikan mereka yang menyesatkan, (15) tetapi dengan teguh berpegang kepada kebenaran di dalam kasih kita bertumbuh di dalam segala hal ke arah Dia, Kristus, yang adalah Kepala”.
4. Pendeta harus bertumbuh, supaya gereja bisa bertumbuh.
The Biblical Illustrator (New Testament): “Unless ministers grow in grace it is impossible for the Church to grow. ‘Like priest like people’ is a maxim founded on principles of correct philosophy” (= Kecuali pendeta-pendeta / pelayan-pelayan bertumbuh dalam kasih karunia adalah mustahil bagi Gereja untuk bertumbuh. ‘Umat / jemaat akan seperti imamnya’ merupakan suatu pepatah yang didasarkan pada prinsip-prinsip filsafat yang benar).
2) “dan dalam pengenalan akan Tuhan dan Juruselamat kita, Yesus Kristus”.
The Biblical Illustrator (New Testament): “Grow in the knowledge of Christ, then. And do ye ask me why? Oh! if ye have ever known Him you will not ask that question. He that longs not to know more of Christ, knows nothing of Him yet” (= Maka, bertumbuhlah dalam pengenalan akan Kristus. Dan apakah engkau bertanya kepadaku mengapa? Oh! jika engkau pernah mengenalNya, engkau tidak akan menanyakan pertanyaan itu. Ia yang tidak rindu untuk lebih mengenal Kristus, belum mengenalNya).
Bdk. Fil 3:7-11 - “(7) Tetapi apa yang dahulu merupakan keuntungan bagiku, sekarang kuanggap rugi karena Kristus. (8) Malahan segala sesuatu kuanggap rugi, karena pengenalan akan Kristus Yesus, Tuhanku, lebih mulia dari pada semuanya. Oleh karena Dialah aku telah melepaskan semuanya itu dan menganggapnya sampah, supaya aku memperoleh Kristus, (9) dan berada dalam Dia bukan dengan kebenaranku sendiri karena mentaati hukum Taurat, melainkan dengan kebenaran karena kepercayaan kepada Kristus, yaitu kebenaran yang Allah anugerahkan berdasarkan kepercayaan. (10) Yang kukehendaki ialah mengenal Dia dan kuasa kebangkitanNya dan persekutuan dalam penderitaanNya, di mana aku menjadi serupa dengan Dia dalam kematianNya, (11) supaya aku akhirnya beroleh kebangkitan dari antara orang mati”.
The Biblical Illustrator (New Testament): “If knowledge be necessary to promote the growth of grace, then the most instructive preaching must be the most profitable” (= Jika pengenalan / pengetahuan adalah perlu untuk memajukan pertumbuhan dari kasih karunia, maka khotbah yang paling mengandung pelajaran pastilah yang paling berguna).
Catatan: bandingkan kata-kata ini dengan khotbah-khotbah jaman sekarang, yang pada umumnya tidak ada isinya, dan dipenuhi hanya dengan lelucon, cerita, kesaksian dan sebagainya. Pengkhotbah yang tidak banyak belajar tidak mungkin bisa memberikan khotbah yang banyak mengandung pelajaran! Karena itu setiap pengkhotbah harus mendisiplinkan dirinya untuk belajar Firman Tuhan!
The Bible Exposition Commentary: New Testament: “We must also grow in knowledge. How easy it is to grow in knowledge but not in grace! All of us know far more of the Bible than we really live. Knowledge without grace is a terrible weapon, and grace without knowledge can be very shallow. But when we combine grace and knowledge, we have a marvelous tool for building our lives and for building the church. But note that we are challenged to grow, not just in knowledge of the Bible, as good as that is, but ‘in the knowledge of our Lord and Saviour Jesus Christ.’ It is one thing to ‘know the Bible,’ and quite another thing to know the Son of God, the central theme of the Bible. The better we know Christ through the Word, the more we grow in grace; the more we grow in grace, the better we understand the Word of God” (= Kita juga harus bertumbuh dalam pengetahuan. Alangkah mudahnya untuk bertumbuh dalam pengetahuan tetapi tidak dalam kasih karunia! Semua kita tahu jauh lebih banyak dari Alkitab dari pada yang sungguh-sungguh kita jalani. Pengetahuan tanpa kasih karunia merupakan suatu senjata yang mengerikan / dahsyat, dan kasih karunia tanpa pengetahuan bisa sangat dangkal. Tetapi pada waktu kita menggabungkan kasih karunia dan pengetahuan, kita mempunyai suatu alat yang sangat bagus untuk membangun kehidupan kita dan untuk membangun gereja kita. Tetapi perhatikan bahwa kita ditantang untuk bertumbuh, bukan hanya dalam pengetahuan Alkitab, betatapun baiknya hal itu, tetapi ‘dalam pengenalan akan Tuhan dan Juruselamat kita Yesus Kristus’. Mengetahui Alkitab sangat berbeda dengan mengenal Anak Allah, thema pokok dari Alkitab. Makin baik kita mengenal Kristus melalui Firman, makin kita bertumbuh dalam kasih karunia; makin kita bertumbuh dalam kasih karunia, makin baik kita mengerti Firman Allah).
Catatan: dalam bahasa Inggris, kata ‘know’ bisa diterjemahkan ‘tahu’ atau ‘kenal’, sedangkan kata ‘knowledge’ bisa diterjemahkan ‘pengetahuan’ atau ‘pengenalan’. Dalam bahasa Indonesia kedua hal ini berbeda. Kita tidak bisa mempunyai pengenalan tanpa pengetahuan, tetapi kalau kita mempunyai pengetahuan, kita belum tentu mempunyai pengenalan. Ini merupakan sesuatu yang harus sangat diwaspadai oleh orang-orang Kristen yang mempunyai intelek yang tinggi, supaya jangan bertumbuh hanya dalam pengetahuan, tetapi tidak dalam pengenalan!
Pulpit Commentary: “In the knowledge of the Lord Jesus Christ. Paul prayed, on behalf of the Colossians, that they might increase in the knowledge of God. And our Lord himself deemed this knowledge so important that he made it a petition of his great intercessory prayer that his disciples might ‘know the only true God, and Jesus Christ whom he had sent.’ Now, all human knowledge is susceptible of increase; and the Lord and Saviour in whom we trust is a theme, an object of knowledge, so vast as to be inexhaustible” (= Dalam pengenalan akan Tuhan Yesus Kristus. Paulus berdoa untuk jemaat Kolose supaya mereka bisa bertambah dalam pengenalan akan Allah. Dan Tuhan kita sendiri menganggap pengenalan ini begitu penting sehingga Ia membuatnya sebagai suatu permohonan dari doa syafaatNya yang agung supaya murid-muridNya bisa ‘mengenal satu-satunya Allah yang benar, dan Yesus Kristus yang telah Ia utus’. Semua pengetahuan / pengenalan manusia memungkinkan pertambahan; dan Tuhan dan Juruselamat, kepada siapa kita percaya, adalah suatu thema, suatu tujuan dari pengetahuan / pengenalan, begitu luas sehingga menjadi tidak habis-habisnya).
Catatan:
a) Mungkin ayat yang dimaksudkan adalah Kol 1:9-10 - “(9) Sebab itu sejak waktu kami mendengarnya, kami tiada berhenti-henti berdoa untuk kamu. Kami meminta, supaya kamu menerima segala hikmat dan pengertian yang benar, untuk mengetahui kehendak Tuhan dengan sempurna, (10) sehingga hidupmu layak di hadapanNya serta berkenan kepadaNya dalam segala hal, dan kamu memberi buah dalam segala pekerjaan yang baik dan bertumbuh dalam pengetahuan yang benar tentang Allah”.
b) Sedangkan tentang doa syafaat Yesus ada dalam Yoh 17:3 - “Inilah hidup yang kekal itu, yaitu bahwa mereka mengenal Engkau, satu-satunya Allah yang benar, dan mengenal Yesus Kristus yang telah Engkau utus”, tetapi kelihatannya ini bukan merupakan suatu permohonan.
The Bible Exposition Commentary: New Testament: “So, the separated Christian must constantly be guarding himself, lest he be led away into error; he also must be constantly growing in grace and knowledge. This requires diligence! It demands discipline and priorities. Nobody automatically drifts into spiritual growth and stability, but anybody can drift out of dedication and growth. ‘For this reason we must pay much closer attention to what we have heard, lest we drift away from it’ (Heb 2:1, NASB). Just as the boat needs the anchor, so the Christian needs the Word of God” [= Maka, orang-orang Kristen masing-masing harus terus menerus menjaga dirinya sendiri, supaya jangan ia disimpangkan pada kesalahan; ia juga harus terus menerus bertumbuh dalam kasih karunia dan pengetahuan. Ini membutuhkan kerajinan! Ini menuntut disiplin dan prioritas. Tak seorangpun secara otomatis hanyut ke dalam pertumbuhan dan kestabilan rohani, tetapi siapapun bisa hanyut dan meninggalkan dedikasi dan pertumbuhan. ‘Karena itu harus lebih teliti kita memperhatikan apa yang telah kita dengar, supaya kita jangan hanyut dibawa arus’ (Ibr 2:1). Sama seperti perahu membutuhkan jangkar, demikian juga orang Kristen membutuhkan Firman Allah].
Matthew Henry: “That we may the better avoid being led away, the apostle directs us what to do, v. 18. And, (1.) We must grow in grace. He had in the beginning of the epistle exhorted us to add one grace to another, and here he advises us to grow in all grace, in faith, and virtue, and knowledge. ... (2.) We must grow in the knowledge of our Lord Jesus Christ. ... Such a knowledge of Christ as conforms us more to him, and endears him more to us, must needs be of great use to us, to preserve us from falling off in times of general apostasy” [= Supaya kita bisa makin baik menghindari penyimpangan / penyesatan, sang rasul menunjukkan kita apa yang harus kita lakukan, ay 18. Dan, (1) Kita harus bertumbuh dalam kasih karunia. Ia, pada awal dari surat ini, telah mendesak kita untuk menambahkan satu kasih karunia pada kasih karunia yang lain, dan di sini ia menasehati kita untuk bertumbuh dalam semua kasih karunia, dalam iman, dan kebaikan, dan pengetahuan. ... (2) Kita harus bertumbuh dalam pengenalan akan Tuhan kita Yesus Kristus. ... Pengenalan seperti itu tentang Kristus lebih menyesuaikan kita dengan Dia, dan membuat kita lebih menyayangi Dia, pasti sangat bermanfaat bagi kita, untuk menjaga kita dari jatuh pada masa penyesatan umum].
Adam Clarke: “The life of a Christian is a growth; he is at first born of God, and is a little child; becomes a young man, and a father in Christ. Every father was once an infant; and had he not grown, he would have never been a man. Those who content themselves with the grace they received when converted to God, are, at best, in a continual state of infancy: but we find, in the order of nature, that the infant that does not grow, and grow daily, too, is sickly and soon dies; so, in the order of grace, those who do not grow up into Jesus Christ are sickly, and will soon die, die to all sense and influence of heavenly things. There are many who boast of the grace of their conversion; persons who were never more than babes, and have long since lost even that grace, because they did not grow in it” (= Kehidupan dari seorang Kristen adalah suatu pertumbuhan; ia mula dilahirkan dari Allah, dan adalah seorang anak kecil; menjadi seorang muda, dan seorang bapa dalam Kristus. Setiap bapa dulu pernah adalah seorang bayi; dan seandainya ia tidak bertumbuh, ia tidak akan pernah menjadi seorang manusia dewasa. Mereka yang puas dengan kasih karunia yang mereka terima pada waktu bertobat kepada Allah, paling-paling terus ada dalam kondisi bayi: tetapi kita mendapati, dalam pengaturan alam, bahwa bayi yang tidak bertumbuh, dan juga bertumbuh setiap hari, adalah sakit dan segera mati; demikian juga dalam pengaturan kasih karunia, mereka yang tidak bertumbuh kepada Yesus Kristus adalah sakit, dan akan segara mati, mati terhadap semua pengertian / perasaan dan pengaruh dari hal-hal surgawi. Ada banyak orang yang membanggakan kasih karunia dari pertobatan mereka; orang-orang yang tidak pernah lebih dari bayi-bayi, dan sudah sejak lama kehilangan, bahkan kasih karunia itu, karena mereka tidak bertumbuh di dalamnya).
Catatan: Adam Clarke, yang memang adalah orang Arminian ini, menggunakan seadanya ayat untuk menekankan bahwa keselamatan bisa hilang! Tidak perlu diragukan bahwa ada banyak orang yang kelihatannya kristen, dan kelihatannya sungguh-sungguh sudah bertobat dan percaya kepada Yesus, yang akhirnya terhilang. Tetapi siapa yang bisa tahu apakah mereka sungguh-sungguh Kristen / percaya kepada Yesus? Menurut pandangan Reformed, semua orang yang tadinya kelihatannya percaya, tetapi lalu terhilang, sebetulnya tadinya hanya orang kristen KTP, dan tidak pernah menjadi orang Kristen yang sejati! Ia bukannya kehilangan kasih karunia ataupun keselamatannya, tetapi ia tidak pernah betul-betul ada dalam kasih karunia itu / tidak pernah sungguh-sungguh selamat!
Bandingkan dengan:
1Yoh 2:18-19 - “(18) Anak-anakku, waktu ini adalah waktu yang terakhir, dan seperti yang telah kamu dengar, seorang antikristus akan datang, sekarang telah bangkit banyak antikristus. Itulah tandanya, bahwa waktu ini benar-benar adalah waktu yang terakhir. (19) Memang mereka berasal dari antara kita, tetapi mereka tidak sungguh-sungguh termasuk pada kita; sebab jika mereka sungguh-sungguh termasuk pada kita, niscaya mereka tetap bersama-sama dengan kita. Tetapi hal itu terjadi, supaya menjadi nyata, bahwa tidak semua mereka sungguh-sungguh termasuk pada kita”.
Yoh 8:31 - “Maka kataNya kepada orang-orang Yahudi yang percaya kepadaNya: ‘Jikalau kamu tetap dalam firmanKu, kamu benar-benar adalah muridKu”.
2Yoh 9 - “Setiap orang yang tidak tinggal di dalam ajaran Kristus, tetapi yang melangkah keluar dari situ, tidak memiliki Allah. Barangsiapa tinggal di dalam ajaran itu, ia memiliki Bapa maupun Anak”.
3) “BagiNya kemuliaan, sekarang dan sampai selama-lamanya”.
KJV/NIV: ‘To him be glory both now and forever! Amen’ (= BagiNyalah kemuliaan baik sekarang dan selama-lamanya! Amin).
RSV/NASB: ‘To him be the glory both now and to the day of eternity. Amen.’ (= BagiNyalah kemuliaan baik sekarang dan sampai pada hari dari kekekalan. Amin).
a) Semua terjemahan Kitab Suci bahasa Inggris mengakhiri ay 18 dengan kata ‘Amin’. Entah mengapa dalam Kitab Suci Indonesia kata ini dihapuskan.
b) Kata-kata ini ditujukan kepada Kristus, dan ini membuktikan keilahianNya.
Ay 18: “Tetapi bertumbuhlah dalam kasih karunia dan dalam pengenalan akan Tuhan dan Juruselamat kita, Yesus Kristus. BagiNya kemuliaan, sekarang dan sampai selama-lamanya”.
Yang terakhir dibicarakan / disebutkan pada kalimat sebelumnya adalah ‘Tuhan dan Juruselamat kita, Yesus Kristus’. Jadi, kata ‘Nya’ yang saya beri garis bawah ganda itu pasti menunjuk kepada Yesus. Dan kalau doxology ini ditujukan kepada Yesus, maka jelas bahwa Ia haruslah Allah sendiri.
Calvin: “‘To him be glory.’ This is a remarkable passage to prove the divinity of Christ; for what is said cannot belong to any but to God alone” (= ‘BagiNyalah kemuliaan’. Ini merupakan text yang hebat / luar biasa untuk membuktikan keilahian Kristus; karena apa yang dikatakan tidak bisa menjadi milik siapapun kecuali Allah saja).
c) ‘selama-lamanya’.
Terjemahan hurufiahnya adalah seperti dalam RSV/NASB: ‘to the day of eternity’ (= sampai hari dari kekekalan).
1. Banyak penafsir yang menafsirkan bahwa ungkapan ini menunjukkan bahwa dalam kekekalan nanti ‘waktu’ tidak ada lagi.
Adam Clarke: “and forever, eis heemeran aioonos, ‘to the day of eternity,’ that in which death, and misery, and trial, and darkness, and change, and time itself, are to the righteous forever at an end: it is eternity; and this eternity is one unalterable, interminable, unclouded, and unchangeable DAY!” (= ‘dan selama-lamanya’. eis heemeran aioonos, ‘sampai hari dari kekekalan’, yaitu hari dimana kematian, dan kesengsaraan, dan ujian / pencobaan, dan kegelapan, dan perubahan, dan waktu itu sendiri, ada pada akhirnya bagi orang-orang benar: itu adalah kekekalan, dan kekekalan ini adalah satu HARI yang tak berubah, tidak berkesudahan, tidak ada keredupan / kegelapan, tidak bisa berubah!).
Pulpit Commentary: “‘For ever’ is, literally, ‘for the day of the age or of eternity (ei)$ h(mera\n ai)w=no$).’ This remarkable expression is found only here, and is variously interpreted. ... Huther as, ‘the day on which eternity begins as contrasted with time, but which day is likewise all eternity itself.’ Fronmuller quotes St. Augustine: ‘It is only one day, but an everlasting day, without yesterday to precede it, and without tomorrow to follow it; not brought forth by the natural sun, which shall exist no more, but by Christ, the Sun of Righteousness.’” [= ‘Selama-lamanya’, secara hurufiah adalah ‘untuk hari dari jaman atau dari kekekalan (ei)$ h(mera\n ai)w=no$ / EIS HEMERAN AIONOS)’. Ungkapan yang luar biasa ini hanya ditemukan di sini, dan ditafsirkan secara bervariasi. ... Huther menafsirkan sebagai, ‘hari dimana kekekalan dimulai pada saat dikontraskan dengan waktu, tetapi hari itu adalah seperti seluruh kekekalan itu sendiri’. Fronmuller mengutip Agustinus: ‘Itu hanyalah satu hari, tetapi suatu hari yang kekal, tanpa kemarin yang mendahuluinya, dan tanpa besok yang mengikutinya; tidak dilahirkan oleh matahari alamiah, yang tidak mempunyai keberadaan lagi, tetapi oleh Kristus, Matahari dari Kebenaran’].
Pulpit Commentary: “To him be glory for ever, literally, ‘to the day of the age’ - the day on which eternity, as contrasted with time, begins, and which is never to be broken up, but is to be one long day” (= BagiNyalah kemuliaan selama-lamanya, secara hurufiah, ‘sampai hari dari jaman’ - hari dimana kekekalan, dikontraskan dengan waktu, mulai, dan yang tidak pernah terputus, tetapi akan merupakan satu hari yang panjang).
2. Saya tak percaya bahwa dalam kekekalan nanti (di surga) maka tidak ada lagi waktu. Ini sudah saya bahas secara mendetail dalam pembahasan tentang 2Pet 3:8 di depan, dan akan saya ulangi di sini, dalam seluruh bagian yang ada dalam kotak di bawah ini.
William Hendriksen mengatakan dalam bukunya yang berjudul ‘The Bible on the Life Hereafter’, hal 72, mengatakan bahwa banyak orang, termasuk seorang ahli theologia Reformed bernama Kuyper mengatakan bahwa dalam kekekalan nanti tidak ada lagi waktu. Pandangan ini didasarkan pada Wah 10:6 (KJV): ‘And sware by him that liveth for ever and ever, who created heaven, and the things that therein are, and the earth, and the things that therein are, and the sea, and the things which are therein, that there should be time no longer’ (= Dan bersumpah demi Dia yang hidup selama-lamanya, yang telah menciptakan langit dan segala isinya, dan bumi dan segala isinya, dan laut dan segala isinya, bahwa di sana tidak akan ada waktu lagi).
Tetapi baik Kitab Suci Indonesia maupun Kitab Suci bahasa Inggris yang lain menterjemahkan ‘delay’ / ‘penundaan’ bukan ‘waktu’!
Kitab Suci Indonesia: “dan ia bersumpah demi Dia yang hidup sampai selama-lamanya, yang telah menciptakan langit dan segala isinya, dan bumi dan segala isinya, dan laut dan segala isinya, katanya: ‘Tidak akan ada penundaan lagi!”.
RSV: ‘there should be no more delay’ (= di sana tidak ada penundaan lagi).
NIV: ‘There will be no more delay’ (= Di sana tidak ada penundaan lagi).
NASB: ‘that there will be delay no longer’ (= bahwa di sana tidak ada penundaan lagi).
Dan dalam buku yang sama hal 73 William Hendriksen memberikan dua kutipan dari 2 orang ahli theologia Reformed, yaitu Vos dan Bavinck, yang akan saya berikan di bawah ini:
Kutipan dari Vos: “Paul nowhere affirms that to the life of man, after the close of this aeon, no more duration, no more divisibility in time-units shall exist. Life so conceived is plainly the prerogative by nature of the Creator: to externalize the inhabitants of the coming aeoon in this sense would be equivalent to deifying them, a thought whose place is in a pagan type of speculation but not within the range of biblical religion” (= Paulus tidak menegaskan dimanapun bahwa bagi hidup manusia, setelah akhir dari jaman ini, tidak ada lagi masa / durasi, tidak ada lagi ke-dapat-dibagi-an dalam unit-unit waktu akan ada. Kehidupan yang dimengerti seperti itu dengan jelas merupakan hak istimewa secara alamiah dari sang Pencipta: mengekalkan / menjadikan kekal penghuni-penghuni dari jaman yang akan datang dalam arti ini adalah sama dengan mendewakan mereka / menjadikan mereka Allah, suatu pemikiran yang tempatnya adalah dalam suatu type spekulasi kafir tetapi bukan dalam jenis / kelas dari agama yang Alkitabiah) - ‘The Bible on the Life Hereafter’, hal 73.
Kutipan dari Bavinck: “Those who have died remain finite and limited beings and cannot exist in any other way than in space and time. The measurement of space and the computation of time, to be sure, will be entirely different on the other side of the grave than they are here, where miles and hours are our standard of measurement. But even the souls that dwell there will not become eternal and omnipresent like God ... They are not raised above every form of time, that is, above time in the sense of succession of moments” (= Mereka yang telah mati tetap adalah makhluk-makhluk yang terbatas dan tidak bisa berada dengan cara lain apapun dari pada dalam ruang dan waktu. Ukuran ruang dan perhitungan waktu jelas akan berbeda pada sisi lain dari kubur dari pada mereka di sini, dimana mil-mil dan jam-jam adalah standard ukuran kita. Tetapi bahkan jiwa-jiwa yang tinggal di sana tidak akan menjadi kekal dan maha hadir / maha ada seperti Allah ... Mereka tidak diangkat mengatasi setiap bentuk dari waktu, artinya, di atas waktu dalam arti penggantian / urut-urutan dari saat-saat) - ‘The Bible on the Life Hereafter’, hal 73.
William Hendriksen: “So, when the question is asked, ‘Is there time in heaven?’ namely, in the sense of movement from the past, into the present, into the future - call it duration or succession of movements -, the answer must be, ‘Yes.’ When the further question is asked, ‘Will it in every respect be time as we now know it (that is, will it be measured by our present earthly standards?), the answer will have to be ‘No.’” [= Jadi, pada waktu suatu pertanyaan ditanyakan, ‘Apakah ada waktu di surga?’ yaitu, dalam arti dari pergerakan / perpindahan dari lampau, ke dalam saat ini / present, ke dalam yang akan datang- sebutlah itu masa / durasi atau penggantian / urut-urutan dari pergerakan / perpindahan -, jawabannya haruslah ‘Ya’. Pada waktu pertanyaan selanjutnya ditanyakan, ‘Apakah itu dalam setiap hal adalah waktu yang kita kenal sekarang ini (yaitu, apakah waktu itu akan diukur oleh standard duniawi kita sekarang ini?), jawabannya harus adalah ‘Tidak’.] - ‘The Bible on the Life Hereafter’, hal 73-74.
Karena itu, saya lebih memilih penafsiran di bawah ini.
A. T. Robertson: “One of the various ways of expressing eternity by the use of aioon” [= Salah satu dari bermacam-macam cara untuk menyatakan kekekalan dengan penggunaan dari AION (= age / jaman)].
Dengan kata lain, artinya hanyalah sekedar ‘kekal’ atau ‘selama-lamanya’.
Penutup.
Sebagai penutup, ada sedikit komentar dari Adam Clarke tentang kedua surat Petrus dan ajaran Gereja Roma Katolik.
Adam Clarke: “We have now passed over all the canonical writings of Peter that are extant; and it is worthy of remark that, in no place of the two letters already examined, nor in any of this apostle’s sayings in any other parts of the sacred writings do we find any of the peculiar tenets of the Romish church: not one word of his or (of?) the pope’s supremacy; not one word of those who affect to be his successors; nothing of the infallibility claimed by those pretended successors; nothing of purgatory, penances, pilgrimages, auricular confession, power of the keys, indulgences, extreme unction, masses, and prayers for the dead; and not one word on the most essential doctrine of the Romish church, transubstantiation. Now, as all these things have been considered by themselves most essential to the being of that church; is it not strange that he, from whom they profess to derive all their power, authority, and influence, in spiritual and secular matters, should have said nothing of these most necessary things? Is it not a proof that they are all false and forged; that the holy apostle knew nothing of them; that they are no part of the doctrine of God; and, although they distinguish the church of Rome, do not belong to the church of Christ? It is no wonder that the rulers of this church endeavour to keep the Scriptures from the common people; for, were they permitted to consult these, the imposture would be detected, and the solemn, destructive cheat at once exposed” [= Kita sekarang telah melewati semua tulisan kanonik dari Petrus yang masih ada; dan adalah layak untuk diperhatikan bahwa, tidak ada tempat manapun dari kedua surat yang sudah diperiksa, ataupun dalam perkataan manapun dari rasul ini di bagian-bagian lain manapun dari tulisan-tulisan kudus, kita menemukan ajaran khas dari Gereja Roma (Katolik): tidak satu katapun darinya atau (tentang?) keunggulan dari paus; tak satu katapun tentang mereka yang berpura-pura menjadi pengganti-penggantinya; tak ada apapun tentang ketidak-bisa-bersalahan yang diclaim oleh mereka yang berpura-pura menjadi pengganti-penggantinya; tak ada apapun tentang api penyucian, pengakuan dosa, perjalanan ziarah, pengakuan yang diucapkan langsung ke telinga, kuasa tentang kunci-kunci, pengampunan dosa (indulgence), sakramen perminyakan, misa, dan doa-doa untuk orang mati; dan tidak satu katapun tentang doktrin yang paling penting dari Gereja Roma, transubstantiation (= a change of substance / perubahan zat). Sekarang, karena semua hal-hal ini telah dianggap oleh mereka sendiri sebagai hal-hal yang paling penting bagi keberadaan dari gereja itu; tidakkah aneh bahwa ia, dari siapa mereka mengaku mendapat semua kuasa, otoritas, dan pengaruh, dalam persoalan-persoalan rohani dan sekuler, tidak mengatakan apa-apa tentang hal-hal yang paling perlu itu? Tidakkah ini merupakan suatu bukti bahwa hal-hal itu dusta dan dipalsukan; bahwa sang rasul yang kudus tak tahu apapun tentang hal-hal itu; bahwa mereka bukanlah bagian dari doktrin / ajaran dari Allah; dan, sekalipun mereka membedakan gereja Roma, tidak termasuk dalam gereja Kristus? Tidak heran bahwa penguasa-penguasa gereja ini berusaha untuk menjaga / mencegah Kitab Suci dari orang-orang biasa / awam; karena, pada waktu mereka diijinkan untuk mencari keterangan dari Kitab Suci, penipuan itu akan terdeteksi, dan penipuan yang kudus dan bersifat merusak itu segera terbuka].
Catatan: pada jaman dahulu, memang orang Katolik dilarang membaca, atau bahkan sekedar mempunyai Alkitab. Tetapi sekarang itu sudah berubah, dan mereka malah dianjurkan untuk membaca Alkitab. Ada dua hal yang perlu diperhatikan berkenaan dengan hal ini. Pertama, itu menunjukkan bahwa ajaran yang mereka claim sebagai tidak bisa salah, ternyata bisa salah. Dan kalau bisa salah dalam hal yang satu ini, mengapa tidak bisa salah dalam hal-hal yang lain? Kedua, setelah diijinkan, dan bahkan dianjurkan, untuk membaca Alkitab, saya tidak melihat ada protes dari orang-orang Katolik bahwa ajaran gereja mereka tidak sesuai, dan bahkan bertentangan, dengan Alkitab. Mengapa? Karena mereka memang tidak dididik untuk tunduk pada otoritas Alkitab / Firman Tuhan, tetapi dididik untuk lebih tunduk pada gereja, Sidang Gereja, keputusan Paus dan sebagainya.
Langit dan bumi akan dimusnahkan dan lalu diciptakan yang baru, atau hanya diperbaharui?
Ay 10-13: “(10) Tetapi hari Tuhan akan tiba seperti pencuri. Pada hari itu langit akan lenyap dengan gemuruh yang dahsyat dan unsur-unsur dunia akan hangus dalam nyala api, dan bumi dan segala yang ada di atasnya akan hilang lenyap. (11) Jadi, jika segala sesuatu ini akan hancur secara demikian, betapa suci dan salehnya kamu harus hidup (12) yaitu kamu yang menantikan dan mempercepat kedatangan hari Allah. Pada hari itu langit akan binasa dalam api dan unsur-unsur dunia akan hancur karena nyalanya. (13) Tetapi sesuai dengan janjiNya, kita menantikan langit yang baru dan bumi yang baru, di mana terdapat kebenaran”.
1) Arti dari ‘langit’ dan ‘bumi’ (ay 10).
Tentang arti dari kata ‘bumi’ tak ada masalah. Artinya memang adalah ‘bumi’, mungkin mencakup segala sesuatu yang ada di dalamnya / di atasnya.
Tetapi apa arti dari kata ‘langit’? Perlu diketahui bahwa berbeda dengan bahasa Indonesia dan bahasa Inggris dimana ada perbedaan antara kata langit / sky dengan kata surga / heaven, maka baik dalam bahasa Ibrani maupun dalam bahasa Yunani kedua kata itu adalah sama. Dalam bahasa Ibrani digunakan kata Syamayim, dan dalam bahasa Yunani digunakan kata OURANOS, untuk menyatakan kedua kata itu (‘langit’ dan ‘surga’). Jadi dalam menterjemahkan kata-kata Ibrani dan Yunani itu ke dalam bahasa Inggris atau bahasa Indonesia, kontext harus menentukan apakah kita harus memilih langit / sky atau surga / heaven.
Dalam 2Petrus 3:10-13 ini kata ‘langit’ berasal dari kata Yunani OURANOS, dan jelas tidak boleh diartikan heaven / surga, tetapi harus diartikan sky / langit!
Bible Knowledge Commentary: “‘the heavens’ (the earth’s atmosphere and the starry sky, not God’s abode)” [= ‘Surga’ (atmosfir dari bumi dan langit dengan bintang-bintang, bukan tempat tinggal Allah)].
Barnes’ Notes: “‘In the which the heavens shall pass away with a great noise.’ That is, what seems to US to be the heavens. It cannot mean that the holy home where God dwells will pass away” (= ‘Pada hari itu langit akan lenyap dengan gemuruh yang dahsyat’. Yaitu, apa yang kelihatan bagi KITA sebagai surga. Itu tidak bisa berarti bahwa rumah kudus dimana Allah tinggal akan berlalu).
Anthony A. Hoekema: “The expression ‘heaven and earth’ should be understood as a biblical way of designating the entire universe” (= Ungkapan ‘langit dan bumi’ harus dimengerti sebagai suatu cara Alkitabiah untuk menunjuk pada seluruh alam semesta) - ‘The Bible and The Future’, hal 279.
Kalau dilihat sepintas dari kata-kata dalam ay 10-13 di atas, maka jelas bahwa langit dan bumi yang sekarang ini akan dimusnahkan. Tetapi kalau kita membaca buku-buku tafsiran, ternyata bagian ini menimbulkan suatu perdebatan yang luar biasa hebatnya, dan sangat membingungkan.
Ada 4 kelompok penafsir berkenaan dengan hal ini:
a) Penafsir-penafsir yang secara meyakinkan berpandangan bahwa langit dan bumi tidak dimusnahkan, tetapi hanya diperbaharui.
Dasar Alkitab yang digunakan kelompok ini:
1. Membandingkan ay 10-13 dengan ay 6.
Ay 6,10-13 - “(6) dan bahwa oleh air itu, bumi yang dahulu telah binasa, dimusnahkan oleh air bah. .... (10) Tetapi hari Tuhan akan tiba seperti pencuri. Pada hari itu langit akan lenyap dengan gemuruh yang dahsyat dan unsur-unsur dunia akan hangus dalam nyala api, dan bumi dan segala yang ada di atasnya akan hilang lenyap. (11) Jadi, jika segala sesuatu ini akan hancur secara demikian, betapa suci dan salehnya kamu harus hidup (12) yaitu kamu yang menantikan dan mempercepat kedatangan hari Allah. Pada hari itu langit akan binasa dalam api dan unsur-unsur dunia akan hancur karena nyalanya. (13) Tetapi sesuai dengan janjiNya, kita menantikan langit yang baru dan bumi yang baru, di mana terdapat kebenaran”.
Dalam ay 6, yang membicarakan penghancuran dunia pada jaman Nuh, kata ‘binasa’ tidak berarti ‘musnah’, tetapi hanya diperbaharui. Maka dalam ay 10-13 juga harus diartikan demikian.
Jawab:
a. Kalau dalam ay 6 artinya ‘diperbaharui’, tidak berarti dalam ay 10-13 artinya juga harus demikian.
b. Kata Yunani yang digunakan dalam ay 6 (yang diterjemahkan ‘binasa’ maupun ‘dimusnahkan’) tidak muncul dalam ay 10-13. Dalam ay 10-13 digunakan kata-kata Yunani yang berbeda.
2. Kis 3:21 - “Kristus itu harus tinggal di sorga sampai waktu pemulihan segala sesuatu, seperti yang difirmankan Allah dengan perantaraan nabi-nabiNya yang kudus di zaman dahulu”.
Ayat ini jelas menunjuk pada kedatangan Kristus yang keduakalinya, dan menyebutnya sebagai ‘waktu pemulihan segala sesuatu’. Kata ‘pemulihan’ jelas menunjuk pada pembaharuan, bukan pemusnahan yang lalu disusul oleh penciptaan kembali.
Jawab: Apa arti dari ‘segala sesuatu’? Apakah betul-betul segala sesuatu dalam arti yang mutlak? Calvin dan Adam Clarke sama-sama mengarahkan ini hanya pada pengudusan manusia yang berdosa (yang percaya). Kalau kata-kata ‘segala sesuatu’ mau diartikan secara mutlak, harus dipertanyakan: kalau begitu ungkapan itu di sini juga mencakup Iblis dan setan-setan? Mustahil, bukan? Bahkan orang-orang yang tidak percaya juga tidak diperbaharui, apalagi Iblis dan setan-setan.
Kalau kata-kata ‘segala sesuatu’ hanya mencakup manusia yang percaya, maka jelas ayat ini tak bisa digunakan untuk menunjuk pada pemulihan alam semesta.
3. Ro 8:19-23 - “(19) Sebab dengan sangat rindu seluruh makhluk menantikan saat anak-anak Allah dinyatakan. (20) Karena seluruh makhluk telah ditaklukkan kepada kesia-siaan, bukan oleh kehendaknya sendiri, tetapi oleh kehendak Dia, yang telah menaklukkannya, (21) tetapi dalam pengharapan, karena makhluk itu sendiri juga akan dimerdekakan dari perbudakan kebinasaan dan masuk ke dalam kemerdekaan kemuliaan anak-anak Allah. (22) Sebab kita tahu, bahwa sampai sekarang segala makhluk sama-sama mengeluh dan sama-sama merasa sakit bersalin. (23) Dan bukan hanya mereka saja, tetapi kita yang telah menerima karunia sulung Roh, kita juga mengeluh dalam hati kita sambil menantikan pengangkatan sebagai anak, yaitu pembebasan tubuh kita”.
Catatan: dalam ay 19,20,21 KJV menterjemahkan ‘the creature’ (= makhluk ciptaan), tetapi RSV/NIV/NASB/ASV/NKJV menterjemahkan ‘the creation’ (= ciptaan). Tetapi dalam ay 22 semuanya menterjemahkan ‘the whole creation’ (= seluruh ciptaan).
Inti dari penggunaan text ini oleh kelompok ini adalah sebagai berikut: Text ini menunjukkan bahwa karena kejatuhan manusia ke dalam dosa, maka bukan hanya manusia yang menjadi rusak, tetapi semua ciptaan yang lain juga mengalami efek negatif dari jatuhnya manusia ke dalam dosa. Dan text ini juga menunjukkan bahwa sama seperti orang-orang percaya / anak-anak Allah menderita dan menantikan pembaharuan, demikian juga dengan semua makhluk ciptaan yang lain. Jadi, kalau manusia (yang percaya) akan diperbaharui, demikian juga semua ciptaan yang lain, termasuk alam semesta.
Calvin (tentang Ro 8:21): “It is then indeed meet for us to consider what a dreadful curse we have deserved, since all created things in themselves blameless, both on earth and in the visible heaven, undergo punishment for our sins; for it has not happened through their own fault, that they are liable to corruption. Thus the condemnation of mankind is imprinted on the heavens, and on the earth, and on all creatures. It hence also appears to what excelling glory the sons of God shall be exalted; for all creatures shall be renewed in order to amplify it, and to render it illustrious” (= Maka merupakan hal yang pantas bagi kita untuk mempertimbangkan / merenungkan kutuk menakutkan yang bagaimana yang kita layak dapatkan, karena semua hal-hal / benda-benda ciptaan yang dalam dirinya sendiri tidak bersalah, baik di bumi dan di surga / langit yang kelihatan, mengalami hukuman untuk dosa-dosa kita; karena itu tidak terjadi melalui kesalahan mereka sendiri, sehingga mereka menjadi dapat terkena kerusakan. Demikianlah hukuman / kutukan umat manusia ditandai di surga / langit, dan di bumi, dan di semua makhluk ciptaan. Maka juga terlihat pada kemuliaan unggul yang bagaimana anak-anak Allah akan ditinggikan; karena semua makhluk ciptaan akan diperbaharui untuk memperkuat / memperjelasnya, dan membuatnya sangat jelas).
Jawab:
Text ini adalah text yang sangat sukar, dan memungkinkan bermacam-macam penafsiran.
Matthew Henry: “This observation in these verses has some difficulty in it, which puzzles interpreters a little; and the more because it is a remark not made in any other scripture, with which it might be compared” (= Pengamatan / pandangan ini dalam ayat-ayat ini mempunyai beberapa kesukaran di dalamnya, yang agak membingungkan para penafsir; dan yang makin menyukarkan adalah karena itu merupakan suatu kata-kata yang tidak digunakan di bagian lain manapun dari Kitab Suci, dengan mana itu bisa dibandingkan).
Catatan: bandingkan kata-kata ini dengan kata-kata Adam Clarke di bawah nanti yang mengutip kata-kata Dr. Lightfoot, yang menunjukkan kesukaran dalam penafsiran text ini.
Adam Clarke memberikan penafsirannya dan juga penafsiran dari Dr. Lightfoot yang menunjukkan bahwa text ini ternyata ditafsirkan secara sangat beraneka ragam (khususnya berkenaan dengan kata-kata ‘seluruh makhluk’).
Adam Clarke (tentang Ro 8:19): “‘For the earnest expectation of the creature.’ There is considerable difficulty in this and the four following verses: and the difficulty lies chiefly in the meaning of the word hee ktisis, which we translate ‘the creature,’ and ‘creation.’ Some think that by it the brute creation is meant; others apply it to the Jewish people; others to the godly; others to the Gentiles; others to the good angels; and others to the fallen spirits, both angelic and human. Dissertations without end have been written on it; and it does not appear that the Christian world are come to any general agreement on the subject. Dr. Lightfoot’s mode of explanation appears to me to be the best, on the whole. ‘There is,’ says he, ‘a twofold key hanging at this place, which may unlock the whole, and make the sense plain and easy, 1. The first is the phrase, pasa hee ktisis, which we render ‘the whole creation,’ Rom 8:22, and with which we meet twice elsewhere in the New Testament. Mark 16:15: ‘Preach the Gospel,’ pasee tee ktisei, ‘to every creature’; and Col 1:23: ‘The Gospel was preached,’ en pasee tee ktisei, ‘to every creature.’ Now it is sufficiently apparent what is meant by pasa ktisis in both of these places, namely, ‘all nations,’ or ‘the pagan world.’ For that which in Mark is, ‘preach the Gospel to every creature,’ is, in Matt 28:19, ‘go and teach,’ panta ta ethnee, ‘all nations.’ And this very phrase in this place lays claim to that very interpretation. And the Hebrew kol haberiyowt, which corresponds to the Greek phrase, pasa hee ktisis, ‘every creature,’ is applied by the Jews to the Gentiles, and that by way of opposition to Israel” (= ‘Sebab dengan sangat rindu seluruh makhluk menantikan’. Ada banyak kesukaran dalam ayat ini dan 4 ayat berikutnya: dan kesukarannya terletak terutama dalam arti dari kata HEE KTISIS, yang kita terjemahkan ‘makhluk ciptaan’ dan ‘ciptaan’. Sebagian orang menganggap itu berarti ciptaan yang tak berakal; yang lain menerapkannya kepada orang-orang Yahudi; yang lain pada orang-orang saleh; yang lain kepada orang-orang non Yahudi; yang lain kepada malaikat-malaikat yang baik; dan yang lain kepada roh-roh yang jatuh, baik malaikat dan manusia. Disertasi tanpa akhir telah ditulis tentangnya; dan tak terlihat bahwa dunia Kristen akan mencapai persetujuan umum apapun tentang pokok ini. Secara keseluruhan, cara penjelasan Dr. Lightfoot bagi saya kelihatan sebagai yang terbaik. Katanya, “Ada 2 kunci tergantung pada tempat ini, yang bisa membuka seluruhnya, dan membuat artinya jelas / sederhana dan mudah, 1. Yang pertama adalah ungkapan, pasa hee ktisis, yang kita terjemahkan ‘seluruh ciptaan’, Ro 8:22, dan dengan mana kita bertemu 2 x di tempat lain dalam Perjanjian Baru. Mark 16:15: ‘Beritakanlah Injil, pasee tee ktisei, ‘kepada setiap makhluk’; dan Kol 1:23: ‘Injil diberitakan,’ en pasee tee ktisei, ‘kepada setiap makhluk.’ Adalah cukup jelas apa yang dimaksudkan dengan pasa ktisis di kedua tempat ini, yaitu ‘semua bangsa’, atau ‘dunia orang kafir’. Karena apa yang dalam Markus adalah ‘beritakanlah Injil kepada setiap makhluk’ dalam Mat 28:19 adalah ‘pergilah dan ajarkanlah’, panta ta ethnee, ‘semua bangsa’. Dan ungkapan ini di tempat ini memberikan tuntutan pada penafsiran itu. Dan kata-kata Ibrani kol haberiyowt, yang sesuai dengan ungkapan Yunani, pasa hee ktisis, ‘setiap makhluk’, diterapkan oleh orang-orang Yahudi kepada orang-orang non Yahudi, dan itu dengan cara mempertentangkannya dengan Israel).
Barnes’ Notes (tentang Ro 8:19): “‘Of the creature tees ktiseoos’ Perhaps there is not a passage in the New Testament that has been deemed more difficult of interpretation than this (Rom 8:19-23); and after all the labors bestowed on it by critics, still there is no explanation proposed which is perfectly satisfactory, or in which commentators concur” [= ‘Tentang makhluk ciptaan TEES KTISEOOS’. Mungkin tak ada text dalam Perjanjian Baru yang dianggap lebih sukar dari penafsiran text ini (Ro 8:19-23); dan setelah semua jerih payah yang diberikan pada text ini oleh para pengkritik, tetap di sana tidak ada penjelasan yang diusulkan yang memuaskan dengan sempurna, atau dalam mana para penafsir setuju].
Karena sukarnya text ini, dan adanya bermacam-macam penafsiran tentangnya, penggunaan text ini sebagai dasar dari pembaharuan alam semesta, merupakan sesuatu yang sangat meragukan.
4. Tak pernah ada apapun yang Allah ciptakan, yang dihancurkan / dimusnahkan.
Charles Hodge: “There is no evidence, either from Scripture or experience, that any substance has ever been annihilated. If force be motion, it may cease; but cessation of motion is not annihilation, and the common idea in our day, among men of science, is that no force is ever lost; it is, as they say, only transformed. However this may be, it is a purely gratuitous assumption that any substance has ever passed out of existence. In all the endless and complicated changes which have been going on, from the beginning, in our earth and throughout the universe, nothing, so far as known, has ever ceased to be. Of course He who creates can destroy; the question, however, concerns the purpose, and not the power of God; and He has never, either in his word or in his works, revealed his purpose to destroy anything He has once created” (= Tidak ada bukti, atau dari Kitab Suci atau pengalaman, bahwa ada zat apapun yang pernah dimusnahkan. Jika kekuatan itu adalah gerakan, maka itu bisa berhenti; tetapi perhentian dari gerakan bukanlah pemusnahan, dan gagasan umum pada jaman kita, di antara orang-orang dari ilmu pengetahuan, adalah bahwa kekuatan tidak pernah hilang; itu hanya, seperti kata mereka, diubah. Bagaimanapun adanya, merupakan sesuatu yang semata-mata merupakan anggapan yang sembrono / tak beralasan bahwa zat apapun pernah hilang keberadaannya. Dalam semua perubahan yang tak ada akhirnya dan rumit yang telah terjadi sampai saat ini, dari semula, dalam bumi kita dan di seluruh alam semesta, tidak ada, sepanjang yang diketahui, pernah hilang keberadaannya. Tentu saja Ia yang menciptakan, bisa menghancurkan / memusnahkan; tetapi pertanyaannya berkenaan dengan tujuan, dan bukan dengan kuasa Allah; dan Ia tidak pernah, apakah dalam firmanNya atau dalam pekerjaanNya, menyatakan tujuanNya untuk menghancurkan sesuatu yang pernah Ia ciptakan) - ‘Systematic Theology’, vol 3, hal 852.
Jawab:
a. Menurut saya ini merupakan suatu argumentasi yang tidak Alkitabiah, karena memang tidak punya dasar Alkitab sama sekali. Bahwa sampai saat ini Allah tidak pernah memusnahkan sesuatu, tetapi hanya mengubahnya menjadi sesuatu yang lain, tidak berarti bahwa pada akhir jaman Ia juga tidak mungkin memusnahkan, dan hanya mungkin memperbaharui. Yang digunakan oleh Hodge dan Barnes, menurut saya hanya merupakan ‘argument from silence’ (= argumentasi dari ke-diam-an), yang tidak mempunyai kekuatan.
b. Bahwa dalam firman / Kitab Suci tidak pernah ada pemusnahan apapun yang Allah ciptakan, itu kalau bagian ini (2Petrus 3:10-13) diartikan menurut pandangan pertama. Kalau diartikan menurut pandangan kedua maka jelas Kitab Suci mengajarkan adanya pemusnahan.
Dan sebetulnya ada ayat yang menunjukkan hal itu, yaitu Ibr 1:10-12, tetapi itu akan saya bahas pada waktu membahas pandangan kedua.
c. Kalau memang tidak ada apapun yang dimusnahkan, lalu bagaimana dengan binatang, tumbuh-tumbuhan, dan benda-benda? Apakah semuanya tidak ada yang dimusnahkan pada akhir jaman? Sampai saat ini saya berpandangan bahwa semua itu akan dimusnahkan; tetapi mari kita bandingkan dengan pandangan dari beberapa penafsir di bawah ini.
Anthony A. Hoekema: “Earlier we looked at a number of Old Testament prophecies which speak of a glorious future for the earth. ... They tell us that on that earth the wolf and the lamb shall feed together” (= Di depan kita melihat pada sejumlah nubuat-nubuat Perjanjian Lama yang berbicara tentang suatu masa depan yang mulia untuk bumi. ... Nubuat-nubuat itu memberitahu kita bahwa di bumi serigala dan domba akan makan bersama-sama) - ‘The Bible and The Future’, hal 275.
Bandingkan dengan:
· Yes 11:6-8 - “(6) Serigala akan tinggal bersama domba dan macan tutul akan berbaring di samping kambing. Anak lembu dan anak singa akan makan rumput bersama-sama, dan seorang anak kecil akan menggiringnya. (7) Lembu dan beruang akan sama-sama makan rumput dan anaknya akan sama-sama berbaring, sedang singa akan makan jerami seperti lembu. (8) Anak yang menyusu akan bermain-main dekat liang ular tedung dan anak yang cerai susu akan mengulurkan tangannya ke sarang ular beludak”.
· Yes 65:25 - “Serigala dan anak domba akan bersama-sama makan rumput, singa akan makan jerami seperti lembu dan ular akan hidup dari debu. Tidak ada yang akan berbuat jahat atau yang berlaku busuk di segenap gunungKu yang kudus,’ firman TUHAN”.
Tetapi agak belakangan Anthony A. Hoekema sendiri mengatakan: “Whether they are all to be literally fulfilled is open to question; surely details about wolves and lambs, ..., are to be understood not in a crassly literal way but as figurative descriptions of what the new earth will be like” (= Apakah nubuat-nubuat itu semua harus digenapi secara hurufiah terbuka terhadap pertanyaan; jelas bahwa detail-detail tentang serigala dan domba, ..., harus dimengerti bukan dalam cara hurufiah yang kasar / bodoh tetapi sebagai penggambaran-penggambaran yang bersifat kiasan tentang akan seperti apa bumi yang baru itu) - ‘The Bible and The Future’, hal 276.
Jamieson, Fausset & Brown (tentang Yes 11:6): “These may be figures for men of corresponding animal-like characters (Ezek 22:27; 38:13; Jer 5:6; 13:23; Matt 7:15; Luke 10:3). Still a literal change in the relations of animals to man and each other, restoring the state in Eden, is a more likely interpretation” [= Ini bisa merupakan kiasan-kiasan untuk manusia dengan karakter / sifat yang seperti binatang (Yeh 22:27; 38:13; Yer 5:6; 13:23; Mat 7:15; Luk 10:3). Tetap suatu perubahan yang hurufiah dalam hubungan binatang-binatang dengan manusia dan mereka satu sama lain, memulihkan keadaan di Eden, adalah penafsiran yang lebih memungkinkan].
Barnes secara pasti tidak menganggap Yes 11:6-8 harus ditafsirkan secara hurufiah. Ia memberikan beberapa alasan yaitu: seluruh text memang bersifat puisi, dan penafsiran yang bersifat kiasan memang merupakan sesuatu yang umum bagi text-text yang sifatnya puisi. Juga ia menganggap bahwa injil mengubah manusia, bukan binatang. Dan selanjutnya, ia juga menganggap bahwa membutuhkan mujijat-mujijat yang terjadi terus menerus untuk membuat binatang-binatang pemakan daging menjadi pemakan rumput, dan membuat ular berbisa menjadi tidak berbahaya. Dan dalam Alkitab tak pernah dijanjikan mujijat-mujijat yang terjadi terus menerus seperti itu. Bagi dia ini menggambarkan orang-orang yang dulunya bertengkar dan menindas satu sama lain, yang lalu hidup dalam damai pada masa pemerintahan Mesias. Tentang kapan masa yang ditunjuk oleh text ini ada bermacam-macam pandangan. Ada yang menganggap masa itu terjadi setelah kedatangan Yesus yang pertama, karena Injil yang diterima oleh orang-orang membuat mereka damai satu dengan yang lainnya. Orang lain menafsirkan bahwa ini menunjuk pada damai yang terjadi pada masa kerajaan 1000 tahun. Orang lain lagi menganggap ini sebagai damai yang terjadi di bumi yang baru setelah kedatangan Kristus yang keduakalinya.
Catatan: kalau Barnes memang menganggap bahwa binatang-binatang ini hanya kiasan-kiasan, lalu binatang-binatang pergi kemana? Musnah? Kalau tidak kemana? Bukankah aneh kalau ia menganggap bahwa tak ada ciptaan Allah yang dimusnahkan?
Matthew Henry: “What becomes of the souls of brutes, that go downwards, none can tell. But it should seem by the scripture that there will be some kind of restoration of them. And if it be objected, What use will they be of to glorified saints? we may suppose them of as much use as they were to Adam in innocency; and if it be only to illustrate the wisdom, power, and goodness of their Creator, that is enough” (= Apa yang terjadi dengan jiwa-jiwa dari binatang-binatang yang tak berakal, yang turun ke bawah, tak seorangpun bisa mengatakan / memberitahu. Tetapi kelihatannya dari Kitab Suci adalah bahwa akan ada semacam pemulihan tentang mereka. Dan kalau ada yang keberatan, Apa gunanya mereka bagi orang-orang kudus yang telah dimuliakan? kita bisa menganggap mereka dengan kegunaan yang sama seperti mereka bagi Adam dalam ketidak-berdosaan; dan jika itu hanya untuk menjelaskan hikmat, kuasa, dan kebaikan dari Pencipta mereka, itu cukup).
Catatan: saya tak setuju dengan kata-kata Matthew Henry di sini. Memang Adam tak boleh makan binatang, tetapi setelah jaman Nuh, binatang boleh dimakan, dan bisa saja untuk kegunaan ini binatang diciptakan. Juga, berbeda dengan orang-orang kudus yang telah dimuliakan, yang tidak lagi membutuhkan tambahan penjelasan tentang kemahakuasaan dan kehebatan Allah dalam penciptaan, maka bagi orang-orang dalam dunia yang sekarang ini, banyaknya macam binatang yang ada dan cara mereka mencari makan dsb, menunjukkan kreativitas yang luar biasa dari sang Pencipta.
Calvin (tentang Ro 8:21): “But he means not that all creatures shall be partakers of the same glory with the sons of God; but that they, according to their nature, shall be participators of a better condition; for God will restore to a perfect state the world, now fallen, together with mankind. But what that perfection will be, as to beasts as well as plants and metals, it is not meet nor right in us to inquire more curiously; for the chief effect of corruption is decay. Some subtle men, but hardly sober-minded, inquire whether all kinds of animals will be immortal; but if reins be given to speculations where will they at length lead us? Let us then be content with this simple doctrine, - that such will be the constitution and the complete order of things, that nothing will be deformed or fading” (= Tetapi ia tidak memaksudkan bahwa semua makhluk ciptaan akan mengambil bagian dari kemuliaan yang sama dengan anak-anak Allah; tetapi bahwa mereka, sesuai dengan sifat dasar mereka, akan menjadi pengambil-pengambil bagian dari suatu kondisi / keadaan yang lebih baik; karena Allah akan memulihkan pada suatu keadaan yang sempurna dunia, yang sekarang jatuh, bersama-sama dengan umat manusia. Tetapi bagaimana kesempurnaan itu, berkenaan dengan binatang-binatang maupun tanaman-tanaman dan logam-logam / zat-zat / materi-materi, tidaklah pantas ataupun benar bagi kita untuk menanyakan dengan keingintahuan yang lebih, karena akibat utama dari kerusakan adalah pembusukan. Sebagian orang-orang yang tajam pikirannya, tetapi hampir tidak berpikiran waras, menanyakan apakah semua jenis binatang-binatang akan menjadi kekal; tetapi jika kendali diberikan kepada spekulasi-spekulasi kemana mereka akhirnya membawa kita? Karena itu hendaklah kita puas dengan doktrin / ajaran yang sederhana ini, - bahwa demikianlah akan terjadi cara pembentukan dan keadaan dari hal-hal / benda-benda, bahwa tidak ada yang akan cacat bentuknya atau layu / memudar / menghilang).
Catatan: saya tak terlalu mengerti bagian yang saya beri garis bawah ganda.
Saya sendiri menganggap bahwa binatang, tumbuh-tumbuhan dan semua benda-benda, tidak mempunyai sifat kekal. Jadi pada saat Yesus datang kedua kalinya, mereka semua akan musnah. Persoalan terbesar, menurut saya, dengan tetap adanya binatang dalam kehidupan yang akan datang, adalah: kemana mereka akan pergi? Ke surga atau ke neraka? Kalau ke neraka, itu rasanya mustahil, pertama karena sebagai makhluk yang tidak bermoral, dimana tidak ada suci atau berdosa, mereka tidak mungkin dihukum. Dan kedua, text-text dalam Yesaya menunjukkan adalah damai antara binatang-binatang buas dengan binatang-binatang lain yang biasanya adalah mangsa mereka, antara ular berbisa dengan anak kecil dan sebagainya. Itu rasanya tidak mungkin menunjuk pada neraka!
Tetapi kalau semua binatang masuk surga, itu berarti jauh lebih enak dan menguntungkan untuk menjadi binatang dari pada menjadi manusia, karena mayoritas manusia akan masuk neraka!
Karena keduanya mustahil, maka saya harus mengambil pandangan bahwa mereka akan dimusnahkan! Tidak ada dasar untuk beranggapan bahwa tidak mungkin Tuhan memusnahkan apapun yang pernah Ia ciptakan!
Dalam pembahasannya tentang 2Sam 12:22-23 Calvin jelas menganggap bahwa berbeda dengan manusia, binatang tidak kekal / tidak mempunyai kehidupan yang akan datang.
2Sam 12:22-23 - “(22) Jawabnya: ‘Selagi anak itu hidup, aku berpuasa dan menangis, karena pikirku: siapa tahu TUHAN mengasihani aku, sehingga anak itu tetap hidup. (23) Tetapi sekarang ia sudah mati, mengapa aku harus berpuasa? Dapatkah aku mengembalikannya lagi? Aku yang akan pergi kepadanya, tetapi ia tidak akan kembali kepadaku.’”.
Calvin: “when he said: ‘He shall not return to me’ but rather ‘I must go to him’, he was showing here the hope that he had of life after death. For people will not say that dumb animals go away to their fathers and mothers or to their children! Why? Because there are creatures who have only a temporal life. It is quite true that we only live in this world for a limited time, and to all outward appearances, one could say, as does Solomon, that it is the same thing that happens with the death of a man as with the death of a horse (Eccles. 3:19). However, let us take into consideration the fact that we are created in the image of God, and that there is a better life for our souls. Thus, David is assuming here that men are not to be like dumb animals” [= pada waktu ia berkata: ‘Ia tidak akan kembali kepadaku’ tetapi ‘Aku harus pergi kepada dia’, ia sedang menunjukkan di sini pengharapan yang ia miliki tentang kehidupan setelah kematian. Karena orang-orang tidak akan berkata bahwa binatang-binatang yang bisu / bodoh pergi kepada bapa dan ibu mereka atau kepada anak-anak mereka! Mengapa? Karena mereka adalah makhluk-makhluk yang hanya mempunyai kehidupan sementara. Adalah benar bahwa kita hanya hidup di dunia untuk waktu yang terbatas, dan dari semua penampilan luar, seseorang bisa mengatakan, seperti dikatakan oleh Salomo, bahwa hal yang sama yang terjadi dengan kematian manusia seperti dengan kematian dari seekor kuda (Pkh 3:19). Tetapi, hendaklah kita mempertimbangkan fakta bahwa kita diciptakan menurut gambar Allah, dan bahwa di sana ada suatu kehidupan yang lebih baik untuk jiwa-jiwa kita. Maka, Daud di sini sedang menganggap bahwa manusia tidaklah seperti binatang-binatang yang bisu / bodoh] - ‘Sermons on 2Samuel’, hal 592.
Calvin: “David clearly knew that although he had life in this world, he had to wait another life, even more certain than this one. Through this knowledge, he preached a strong sermon to us, for we can see that he was always aware that after his death he would without doubt contemplate the glory of God. Let us learn, therefore, that though we are in this world, we should live in it in such a way that we realise that we are invited to another life, which will be permanent, and that God has chosen to separate us from dumb animals by imprinting the mark of his image in us. Let us not be like the profane, who think everything is extinguished at death, but let us realise that it is the passage through which we go to those who have preceded us” (= Daud dengan jelas tahu bahwa sekalipun ia mempunyai kehidupan di dunia ini, ia harus menunggu kehidupan yang lain, yang bahkan lebih pasti dari kehidupan yang ini. Melalui pengetahuan ini, ia mengkhotbahkan suatu khotbah yang kuat bagi kita, karena kita bisa melihat bahwa ia selalu sadar bahwa setelah kematiannya ia tak diragukan akan menatap kemuliaan Allah. Karena itu, hendaklah kita belajar, bahwa sekalipun kita ada dalam dunia ini, kita harus hidup di dalamnya dengan suatu cara sedemikian rupa sehingga kita menyadari bahwa kita diundang pada suatu kehidupan yang lain, yang akan mrpkl kehidupan yang permanen, dan bahwa Allah telah memilih kita untuk memisahkan kita dari binatang-binatang yang bisu / bodoh, dengan mencap / menanamkan tanda dari gambarNya di dalam kita. Hendaklah kita tidak seperti orang-orang biasa / duniawi, yang berpikir bahwa sesuatu dipadamkan / dimatikan pada kematian, tetapi hendaklah kita menyadari bahwa itu merupakan suatu jalan melalui mana kita pergi kepada mereka yang telah mendahului kita) - ‘Sermons on 2Samuel’, hal 592-593.
5. Anthony A. Hoekema menggunakan janji Allah kepada Abraham.
Anthony A. Hoekema (hal 278) mengutip Kej 17:8 - “Kepadamu dan kepada keturunanmu akan Kuberikan negeri ini yang kaudiami sebagai orang asing, yakni seluruh tanah Kanaan akan Kuberikan menjadi milikmu untuk selama-lamanya; dan Aku akan menjadi Allah mereka.’”.
Ia menekankan bahwa janji tentang kepemilikan tanah Kanaan ini diberikan bukan hanya kepada keturunan Abraham tetapi juga kepada Abraham sendiri. Sampai mati Abraham hanya memiliki sedikit sekali / sebagian sangat kecil dari tanah Kanaan. Lalu kapan janji ini digenapi dalam diri Abraham?
Ia lalu mengutip Ibr 11:9-10,13-16 - “(9) Karena iman ia diam di tanah yang dijanjikan itu seolah-olah di suatu tanah asing dan di situ ia tinggal di kemah dengan Ishak dan Yakub, yang turut menjadi ahli waris janji yang satu itu. (10) Sebab ia menanti-nantikan kota yang mempunyai dasar, yang direncanakan dan dibangun oleh Allah. ... (13) Dalam iman mereka semua ini telah mati sebagai orang-orang yang tidak memperoleh apa yang dijanjikan itu, tetapi yang hanya dari jauh melihatnya dan melambai-lambai kepadanya dan yang mengakui, bahwa mereka adalah orang asing dan pendatang di bumi ini. (14) Sebab mereka yang berkata demikian menyatakan, bahwa mereka dengan rindu mencari suatu tanah air. (15) Dan kalau sekiranya dalam hal itu mereka ingat akan tanah asal, yang telah mereka tinggalkan, maka mereka cukup mempunyai kesempatan untuk pulang ke situ. (16) Tetapi sekarang mereka merindukan tanah air yang lebih baik yaitu satu tanah air sorgawi. Sebab itu Allah tidak malu disebut Allah mereka, karena Ia telah mempersiapkan sebuah kota bagi mereka”.
Anthony A. Hoekema menafsirkan bahwa ‘kota yang mempunyai dasar’ menunjuk pada Yerusalem yang baru yang akan ditemukan / didapati di bumi yang baru itu. Inilah penggenapan janji kepada Abraham itu.
Ia juga mengatakan bahwa dari Ibr 4 kita bisa melihat bahwa Kanaan merupakan type dari sabat di surga yang tersisa untuk umat Allah.
Anthony A. Hoekema: “Canaan, therefore, was not an end in itself; it pointed forward to the new earth which was to come. From Galatians 3:29, further, we learn that if we are Christ’s, we are Abraham’s seed, heirs according to promise. All of us, who are united to Christ by faith, therefore, are in this wider sense the seed of Abraham. And the promise of which we are heirs must include the promise of the land. When, in the light of this New Testament expansion of Old Testament thought, we reread Genesis 17:8, we see in it now a promise of the ultimate everlasting possession by all the people of God - all those who are in the widest sense of the word the seed of Abraham - of that new earth of which Canaan was only a type. Thus the promise of the inheritance of the land has meaning for all believers today” [= Karena itu, Kanaan, bukanlah akhir / tujuan dalam dirinya sendiri; itu menunjuk ke depan pada bumi yang baru yang masih akan datang. Selanjutnya, dari Gal 3:29, kita mempelajari bahwa jika kita adalah milik Kristus, kita adalah benih dari Abraham, pewaris-pewaris sesuai dengan janji. Karena itu, semua kita, yang dipersatukan dengan Kristus oleh iman, dalam arti yang lebih luas ini, adalah benih Abraham. Dan janji tentang mana kita adalah pewaris-pewaris harus mencakup janji dari tanah (Kanaan). Pada waktu, dalam terang dari perluasan Perjanjian Baru dari pikiran Perjanjian Lama ini, kita membaca ulang Kej 17:8, sekarang kita melihat di dalamnya suatu janji tentang kepemilikan kekal dan terakhir oleh semua umat Allah - semua mereka yang dalam arti terluas dari kata itu adalah benih Abraham - tentang bumi yang baru tentang mana Kanaan hanya merupakan suatu type. Maka janji tentang warisan tentang tanah (Kanaan) mempunyai arti bagi semua orang percaya jaman ini] - ‘The Bible and The Future’, hal 279.
Gal 3:29 - “Dan jikalau kamu adalah milik Kristus, maka kamu juga adalah keturunan Abraham dan berhak menerima janji Allah”.
Tanggapan saya: menurut saya ini salah sama sekali. Janji itu digenapi bagi Abraham (maupun kita) dengan ia / kita masuk surga! Jadi Abraham (maupun kita) memiliki bukan Kanaan yang hanya merupakan type, tetapi anti type-nya, yaitu surga!
6. Penafsiran ini sesuai dengan ayat-ayat seperti Maz 37:11 / Mat 5:5.
Maz 37:11 - “Tetapi orang-orang yang rendah hati akan mewarisi negeri dan bergembira karena kesejahteraan yang berlimpah-limpah”.
KJV: ‘inherit the earth’ (= mewarisi bumi).
Mat 5:5 - “Berbahagialah orang yang lemah lembut, karena mereka akan memiliki bumi”.
KJV: ‘inherit the earth’ (= mewarisi bumi).
Jawab: ayat-ayat ini bisa ditafsirkan secara berbeda.
Matthew Henry (tentang Mat 5:5): “‘They shall inherit the earth;’ it is quoted from Ps 37:11, ... Or, ‘They shall inherit the land’ (so it may be read), the land of Canaan, a type of heaven. So that all the blessedness of heaven above, and all the blessings of earth beneath, are the portion of the meek” [= ‘Mereka akan mewarisi bumi’; ini dikutip dari Maz 37:11, ... Atau, ‘Mereka akan mewarisi tanah’ (begitulah itu bisa dibaca), tanah Kanaan, suatu type dari surga. Sehingga semua kebahagiaan / keberkatan dari surga di atas, dan semua berkat-berkat dari bumi di bawah, adalah bagian dari orang yang lemah lembut].
Adam Clarke (tentang Mat 5:5): “Canaan was a type of the kingdom of God; and who is so likely to inherit glory as the man in whom the meekness and gentleness of Jesus dwelt?” (= Kanaan adalah suatu type dari kerajaan Allah; dan siapa yang begitu memungkinkan untuk mewarisi kemuliaan seperti manusia dalam siapa kelembutan Yesus ada?).
Barnes’ Notes (tentang Mat 5:5): “‘They shall inherit the earth.’ This might have been translated the land. It is probable that here is a reference to the manner in which the Jews commonly expressed themselves to denote any great blessing. It was promised to them that they should inherit the land of Canaan. For a long time the patriarchs looked forward to this, Gen 15:7-8; Ex 32:13. They regarded it as a great blessing. It was so spoken of in the journey in the wilderness, and their hopes were crowned when they took possession of the promised land, Deut 1:38; 16:20. In the time of our Saviour they were in the constant habit of using the Old Testament, where this promise perpetually occurs, and they used it ‘as a proverbial expression to denote any great blessing, perhaps as the sum of all blessings,’ Ps 37:20; Isa 60:21. Our Saviour used it in this sense, and meant to say, not that the meek would own great property or have many lands, but that they would possess special blessings. The Jews also considered the land of Canaan as a type of heaven, and of the blessings under the Messiah. To inherit the land became, therefore, an expression denoting those blessings. When our Saviour uses this language here, he means that the meek shall be received into his kingdom, and partake of its blessings here, and of the glories of the heavenly Canaan hereafter” (= ‘Mereka akan mewarisi bumi’. Ini bisa diterjemahkan ‘tanah’. Adalah mungkin bahwa di sini ada suatu referensi pada cara dalam mana orang-orang Yahudi biasanya menyatakan diri mereka sendiri untuk menunjuk pada berkat besar apapun. Dijanjikan kepada mereka bahwa mereka akan mewarisi tanah Kanaan. Untuk waktu yang lama nenek moyang mereka memandang ke depan pada hal ini, Kej 15:7-8; Kel 32:13. Mereka menganggapnya sebagai suatu berkat yang besar. Itu dibicarakan demikian dalam perjalanan di padang gurun, dan pengharapan mereka dimahkotai pada waktu mereka merebut tanah perjanjian, Ul 1:38; 16:20. Pada jaman sang Juruselamat kita, mereka selalu terbiasa untuk menggunakan Perjanjian Lama, dimana janji ini terus menerus muncul, dan mereka menggunakannya ‘sebagai suatu ungkapan yang bersifat kiasan untuk menunjuk pada berkat besar apapun, mungkin total / jumlah dari semua berkat’, Maz 37:20; Yes 60:21. Juruselamat kita menggunakannya dalam arti ini, bermaksud untuk mengatakan, bukan bahwa orang yang lemah lembut akan memiliki milik yang besar atau banyak tanah, tetapi bahwa mereka akan memiliki berkat-berkat khusus. Orang-orang Yahudi juga menganggap tanah Kanaan sebagai suatu type dari surga, dan dari berkat-berkat di bawah sang Mesias. Karena itu, ‘mewarisi tanah’ menjadi suatu ungkapan yang menunjuk pada berkat-berkat itu. Pada waktu sang Juruselamat mengunakan bahasa / kata-kata ini di sini, Ia memaksudkan bahwa orang yang lemah lembut akan diterima ke dalam kerajaanNya, dan mengambil bagian dari berkat-berkatnya di sini, dan dari kemuliaan-kemuliaan dari Kanaan surgawi sesudahnya / di alam baka).
7. Mat 19:28 menggunakan kata yang arti sebenarnya adalah ‘regeneration’ (= kelahiran baru). Dalam kelahiran baru, kita tidak diciptakan ulang, tetapi hanya diperbaharui.
Mat 19:28 - “Kata Yesus kepada mereka: ‘Aku berkata kepadamu, sesungguhnya pada waktu penciptaan kembali, apabila Anak Manusia bersemayam di takhta kemuliaanNya, kamu, yang telah mengikut Aku, akan duduk juga di atas dua belas takhta untuk menghakimi kedua belas suku Israel”.
KJV/NASB: ‘in the regeneration’ (= dalam kelahiran kembali).
RSV: ‘in the new world’ (= dalam dunia yang baru).
NIV: ‘at the renewal of all things’ (= pada pembaharuan dari segala sesuatu).
Jawab:
a. Apakah kata ‘regeneration’ / ‘kelahiran baru’, harus disamakan artinya pada waktu kata itu diterapkan pada manusia dan pada waktu kata itu diterapkan pada alam semesta? Menurut saya, belum tentu / tidak ada keharusan seperti itu.
b. Menurut Bible Works 7, kata Yunani yang digunakan di sini memang bisa diartikan sebagai ‘renewal’ (= pembaharuan) seperti dalam NIV, tetapi juga bisa diartikan sebagai ‘recreation’ (= penciptaan kembali) seperti dalam Kitab Suci Indonesia. Kalau diambil arti ke 2 maka justru akan mendukung pandangan kedua, bukan pandangan ini.
8. Kata ‘new’ (= baru) yang digunakan dalam ay 13, dalam bahasa Yunaninya tidak menunjuk pada sesuatu yang baru ada untuk pertama kalinya.
Catatan: Kata Yunani yang diterjemahkan ‘new’ (= baru) adalah KAINOS, bukan NEOS. Apa beda dua kata ini?
Anthony A. Hoekema: “The word NEOS means new in time or origin, whereas the word KAINOS means new in nature or in quality” (= Kata NEOS artinya baru dalam waktu atau asal usul, sedangkan kata KAINOS artinya baru dalam sifat dasar dan kwalitet) - ‘The Bible and The Future’, hal 280.
Jawab:
Saya beranggapan bahwa dari semua argumentasi yang mendukung pandangan pertama ini, yang ini adalah yang paling kuat dan paling sukar dijawab.
Tetapi kalau saya harus menjawabnya, saya akan mengatakan bahwa arti kata dalam bahasa Yunani kadang-kadang digunakan secara menyimpang / tidak seperti seharusnya.
Sebagai contoh, saya pernah mempelajari tentang kata ‘another’ (= yang lain), yang dalam bahasa Yunani ada 2 kata, yaitu ALLOS dan HETEROS.
W. E. Vine dalam bukunya yang berjudul ‘An Expository Dictionary of New Testament Words’ mengatakan sebagai berikut: “ALLOS ... denotes another of the same sort; HETEROS ... denotes another of a different sort” (= ALLOS ... menunjuk pada yang lain dari jenis yang sama; HETEROS ... menunjuk pada yang lain dari jenis yang berbeda).
Illustrasi: Di sini ada 1 gelas Aqua. Kalau saya menginginkan 1 gelas Aqua lagi, yang sama dengan ini, maka saya harus menggunakan kata ALLOS. Tetapi kalau saya menghendaki 1 gelas minuman yang lain, misalnya Coca Cola, maka saya harus menggunakan kata HETEROS, bukan ALLOS.
Arti seperti ini cocok pada waktu diterapkan pada kasus di bawah ini.
Yesus disebut sebagai PARAKLETOS dalam 1Yoh 2:1 - “Anak-anakku, hal-hal ini kutuliskan kepada kamu, supaya kamu jangan berbuat dosa, namun jika seorang berbuat dosa, kita mempunyai seorang pengantara (PARAKLETOS) pada Bapa, yaitu Yesus Kristus, yang adil”.
Lalu Yoh 14:16 menyebut Roh Kudus sebagai PARAKLETOS / Penolong ‘yang lain’.
Yoh 14:16 - “Aku akan minta kepada Bapa, dan Ia akan memberikan kepadamu seorang Penolong yang lain, supaya Ia menyertai kamu selama-lamanya”.
Kata ‘Penolong’ diterjemahkan dari kata Yunani PARAKLETOS, sedangkan kata-kata ‘yang lain’ dari kata Yunani ALLOS.
Mengomentari ini, maka perhatikan kata-kata dari William Hendriksen di bawah ini.
William Hendriksen mengatakan tentang Roh Kudus sebagai berikut: “He is another Helper, not a different Helper. The word another indicates one like myself, who will take my place, do my work. Hence, if Jesus is a person, the Holy Spirit must also be a person” (= Ia adalah Penolong yang lain, bukan Penolong yang berbeda. Kata yang lain menunjukkan seseorang seperti Aku sendiri, yang akan mengambil tempatKu, melakukan pekerjaanKu. Jadi, jika Yesus adalah seorang pribadi, Roh Kudus harus juga adalah seorang pribadi).
William Hendriksen melanjutkan dengan berkata: “For the same reason, if Jesus is divine, the Spirit, too, must be divine” (= Dengan alasan yang sama, jika Yesus bersifat ilahi / adalah Allah, Roh juga harus bersifat ilahi / adalah Allah).
Tetapi apakah perbedaan arti dari ALLOS dan HETEROS itu selalu cocok dalam segala keadaan? Mari kita melihat kasus di bawah ini.
Mat 13:3-8 - “(3) Dan Ia mengucapkan banyak hal dalam perumpamaan kepada mereka. KataNya: ‘Adalah seorang penabur keluar untuk menabur. (4) Pada waktu ia menabur, sebagian benih itu jatuh di pinggir jalan, lalu datanglah burung dan memakannya sampai habis. (5) Sebagian (yang lain) jatuh di tanah yang berbatu-batu, yang tidak banyak tanahnya, lalu benih itupun segera tumbuh, karena tanahnya tipis. (6) Tetapi sesudah matahari terbit, layulah ia dan menjadi kering karena tidak berakar. (7) Sebagian (yang lain) lagi jatuh di tengah semak duri, lalu makin besarlah semak itu dan menghimpitnya sampai mati. (8) Dan sebagian (yang lain) jatuh di tanah yang baik lalu berbuah: ada yang seratus kali lipat, ada yang enam puluh kali lipat, ada yang tiga puluh kali lipat”.
Baik dalam ay 5,7,8, seharusnya ada kata-kata ‘yang lain’, dan untuk itu digunakan kata Yunani ALLOS, dan ini cocok dengan arti dari ALLOS, karena benih itu adalah benih yang berbeda tetapi dari jenis yang sama. Dalam bagian paralelnya dalam Injil Markus, yaitu Mark 4:3-8, maka juga digunakan ALLOS seperti dalam Mat 13:3-8.
Sekarang mari kita perhatikan bagian paralel yang lain lagi dari Mat 13 ini, yaitu Luk 8:5-8a - “(5) ‘Adalah seorang penabur keluar untuk menaburkan benihnya. Pada waktu ia menabur, sebagian benih itu jatuh di pinggir jalan, lalu diinjak orang dan burung-burung di udara memakannya sampai habis. (6) Sebagian (yang lain) jatuh di tanah yang berbatu-batu, dan setelah tumbuh ia menjadi kering karena tidak mendapat air. (7) Sebagian (yang lain) lagi jatuh di tengah semak duri, dan semak itu tumbuh bersama-sama dan menghimpitnya sampai mati. (8a) Dan sebagian (yang lain) jatuh di tanah yang baik, dan setelah tumbuh berbuah seratus kali lipat.’”.
Baik dalam ay 6,7,8, seharusnya ada kata-kata ‘yang lain’, tetapi anehnya dalam bahasa Yunaninya menggunakan kata HETEROS!!
Dan tentang kata ‘new’ / ‘baru’, saya beranggapan juga mungkin seperti itu.
Ef 2:15 - “sebab dengan matiNya sebagai manusia Ia telah membatalkan hukum Taurat dengan segala perintah dan ketentuannya, untuk menciptakan keduanya menjadi satu manusia baru (KAINOS) di dalam diriNya, dan dengan itu mengadakan damai sejahtera”.
Ef 4:24 - “dan mengenakan manusia baru (KAINOS), yang telah diciptakan menurut kehendak Allah di dalam kebenaran dan kekudusan yang sesungguhnya”.
Kol 3:10 - “dan telah mengenakan manusia baru (NEOS) yang terus-menerus diperbaharui untuk memperoleh pengetahuan yang benar menurut gambar Khaliknya”.
Khususnya untuk Ef 4:24 dan Kol 3:20, boleh dikatakan merupakan ayat-ayat yang paralel, dan sama-sama berbicara tentang manusia baru, yang diperbaharui / dikuduskan. Tetapi yang satu menggunakan KAINOS, yang lain menggunakan NEOS.
II Petrus 3:1-18(10)
b) Penafsir-penafsir yang berpandangan bahwa alam semesta yang sekarang ini betul-betul dimusnahkan, dan lalu diciptakan yang baru.
Dasar Alkitab yang digunakan:
1. Yes 65:17 menggunakan kata BARA / mencipta.
Yes 65:17 - “‘Sebab sesungguhnya, Aku menciptakan langit yang baru dan bumi yang baru; hal-hal yang dahulu tidak akan diingat lagi, dan tidak akan timbul lagi dalam hati”.
KJV: ‘For, behold, I create new heavens and a new earth: and the former shall not be remembered, nor come into mind’ (= Karena lihatlah, Aku menciptakan surga / langit yang baru dan bumi yang baru: dan yang lama tidak akan diingat, ataupun masuk ke dalam pikiran).
E. J. Young: “Not without reason does the prophet use the word bara, which had occurred in the first verse of Genesis. In the simple (Qal) stem it is used only with God as the subject; the material employed, if there be any, is never mentioned; the word implies effortlessness, and points to the production of something fundamentally new. What is to be announced is so revolutionary that it is the result of God’s creative activity. That almighty power which was displayed at the original creation is again to be displayed in a new work of creation. Again God creates heaven and earth, and they are new. In that they are new, they will so fully show forth the glory of God their creator, and so completely fulfill every need and desire of man the creature, that the former heavens and earth will no longer be remembered, nor will they even enter upon the heart of man” [= Bukan tanpa alasan sang nabi menggunakan kata BARA, yang telah muncul di ayat pertama dari kitab Kejadian. Dalam bentuk akar kata yang sederhana (Qal), itu digunakan hanya dengan Allah sebagai subyek; materi / bahan yang digunakan, jika ada, tidak pernah disebutkan; kata itu secara implicit menunjukkan tidak adanya usaha (ke-tanpa-usaha-an), dan menunjuk pada pembuatan sesuatu yang pada dasarnya baru. Apa yang akan diumumkan adalah begitu bersifat revolusioner sehingga itu merupakan hasil dari aktivitas yang bersifat mencipta dari Allah. Kuasa yang maha kuasa itu yang telah ditunjukkan pada penciptaan mula-mula akan ditunjukkan lagi dalam pekerjaan penciptaan yang baru. Allah menciptakan lagi surga / langit dan bumi, dan mereka baru. Dalam hal mereka itu baru, mereka akan dengan begitu penuh menunjukkan kemuliaan Allah Pencipta mereka, dan dengan begitu lengkap menggenapi setiap kebutuhan dan keinginan dari manusia, sang makhluk ciptaan, sehingga surga / langit dan bumi yang lama tidak akan diingat lagi, ataupun bahkan masuk ke dalam hati manusia] - ‘The Book of Isaiah’, vol 3, hal 513-514.
Jawab:
Bavinck: “the Hebrew word ‘create’ (בָּרָא, bārāʾ) used with reference to the new heaven and the new earth (Isa. 65:17) certainly does not always mean creating something out of nothing but frequently denotes a divine activity by which God brings forth something new from the old (Isa. 41:20; 43:7; 54:16; 57:18). For that reason it also frequently alternates with planting, laying the foundations of, and making (Isa. 51:16; 66:22). The Lord can say (Isa. 51:16) that he begins the new creation by putting his word in Israel’s mouth and hiding them in the shadow of his hand” [= Kata Ibrani ‘mencipta’ (BARA) yang digunakan berkenaan dengan surga / langit yang baru dan bumi yang baru (Yes 65:17) pasti tidak selalu berarti mencipta sesuatu dari tidak ada (nothing), tetapi sering menunjuk pada aktivitas ilahi dengan mana Allah melahirkan / menimbulkan / menghasilkan sesuatu yang baru dari yang lama (Yes 41:20; 43:7; 54:16; 57:18). Karena alasan itu, kata itu sering ditukar / diganti dengan ‘menanam’, ‘meletakkan fondasi / dasar dari’, dan ‘membuat’ (Yes 51:16; 66:22). Tuhan bisa berkata (Yes 51:16) bahwa Ia memulai penciptaan yang baru dengan meletakkan firmanNya dalam mulut Israel dan menyembunyikan mereka dalam bayang-bayang tanganNya] - ‘Reformed Dogmatics’, vol 4, hal 716-717 (Libronix).
Catatan: Yes 57:18 tidak cocok, saya kira seharusnya adalah Yes 57:19.
Yes 41:19-20 - “(19) Aku akan menanam pohon aras di padang gurun, pohon penaga, pohon murad dan pohon minyak; Aku akan menumbuhkan pohon sanobar di padang belantara dan pohon berangan serta pohon cemara di sampingnya, (20) supaya semua orang melihat dan mengetahui, memperhatikan dan memahami, bahwa tangan TUHAN yang membuat semuanya ini dan Yang Mahakudus, Allah Israel, yang menciptakannya (BARA)”.
Yes 43:7 - “semua orang yang disebutkan dengan namaKu yang Kuciptakan (BARA) untuk kemuliaanKu, yang Kubentuk dan yang juga Kujadikan!’”.
Yes 54:16 - “Sesungguhnya, Akulah yang menciptakan (BARA) tukang besi yang menghembus api dan menghasilkan senjata menurut kecakapannya, tetapi Akulah juga yang menciptakan (BARA) pemusnah untuk merusakkannya”.
Yes 57:19 - “Aku akan menciptakan (BARA) puji-pujian. Damai, damai sejahtera bagi mereka yang jauh dan bagi mereka yang dekat - firman TUHAN - Aku akan menyembuhkan dia!”.
Yes 51:16 - “Aku menaruh firmanKu ke dalam mulutmu dan menyembunyikan engkau dalam naungan tanganKu, supaya Aku kembali membentangkan (KJV/ASV/NKJV: ‘plant’) langit dan meletakkan dasar bumi, dan berkata kepada Sion: Engkau adalah umatKu!”.
Yes 66:22 - “Sebab sama seperti langit yang baru dan bumi yang baru yang akan Kujadikan (KJV: ‘make’) itu, tinggal tetap di hadapanKu, demikianlah firman TUHAN, demikianlah keturunanmu dan namamu akan tinggal tetap”.
Keterangan: kalau biasanya untuk langit dan bumi digunakan kata BARA / mencipta, maka dalam Yes 51:16 kata itu digantikan dengan ‘plant’ (= menanam) dan ‘meletakkan dasar’, dan dalam Yes 66:22, kata itu digantikan dengan ‘make’ (= membuat).
Bisa juga ditambahkan ayat-ayat ini:
a. 2Kor 5:17 - “Jadi siapa yang ada di dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru: yang lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang”.
KJV/NASB: ‘a new creature’ (= suatu makhluk ciptaan yang baru).
RSV/NIV: ‘a new creation’ (= suatu ciptaan yang baru).
Barnes’ Notes (tentang 2Kor 5:17): “It means, evidently, that there is a change produced in the renewed heart of man that is equivalent to the act of creation, and that bears a strong resemblance to it - a change, so to speak, as if the man was made over again, and had become new. ... the phrase implies evidently the following things: (1) That there is an exertion of divine power in the conversion of the sinner as really as in the act of creating the world out of nothing, ... (2) That a change is produced so great as to make it proper to say that he is a new man. He has new views, new motives, new principles, new objects and plans of life. ... There is a change so deep, so clear, so entire, and so abiding, that it is proper to say, here is a new creation of God - a work of the divine power as decided and as glorious as when God created all things out of nothing” (= Jelas bahwa itu berarti bahwa di sana ada suatu perubahan yang dihasilkan dalam hati manusia yang diperbaharui yang setara dengan tindakan penciptaan, dan itu mengandung suatu kemiripan yang kuat dengannya - suatu perubahan, bisa dikatakan, seakan-akan manusia itu dibuat kembali / ulang, dan telah menjadi baru. ... ungkapan ini secara implicit menunjuk pada hal-hal yang berikut ini: 1. Bahwa di sana ada suatu pengerahan / penggunaan dari kuasa ilahi dalam pertobatan dari orang berdosa yang sama sungguh-sungguhnya seperti dalam tindakan penciptaan dunia / alam semesta dari tidak ada / nihil, ... 2. Bahwa suatu perubahan dihasilkan begitu besar sehingga membuatnya tepat untuk mengatakan bahwa ia adalah seseorang yang baru. Ia mempunyai pandangan-pandangan yang baru, motivasi-motivasi yang baru, prinsip-prinsip yang baru, tujuan-tujuan dan rencana-rencana kehidupan yang baru. ... Ada suatu perubahan yang begitu dalam, begitu jelas, begitu menyeluruh, dan begitu menetap, sehingga adalah tepat untuk mengatakan, di sini ada suatu ciptaan baru dari Allah - suatu pekerjaan dari kuasa ilahi yang sama nyata / pastinya dan sama mulianya seperti pada waktu Allah menciptakan segala sesuatu dari tidak ada / nihil).
b. Ef 2:10 - “Karena kita ini buatan Allah, diciptakan dalam Kristus Yesus untuk melakukan pekerjaan baik, yang dipersiapkan Allah sebelumnya. Ia mau, supaya kita hidup di dalamnya”.
KJV/RSV/NIV/NASB: ‘created’ (= diciptakan).
A. T. Robertson (tentang Ef 2:10): “not the original creation as in Col 1:16; Eph 3:9, but the moral and spiritual renewal in Christ, the new birth, as in Eph 2:15; 4:24” (= bukan penciptaan mula-mula seperti dalam Kol 1:16; Ef 3:9, tetapi pembaharuan moral dan rohani dalam Kristus, kelahiran baru, seperti dalam Ef 2:15; 4:24).
c. Gal 6:15 - “Sebab bersunat atau tidak bersunat tidak ada artinya, tetapi menjadi ciptaan baru, itulah yang ada artinya”.
KJV: ‘a new creature’ (= suatu makhluk ciptaan yang baru).
RSV/NIV/NASB: ‘a new creation’ (= suatu ciptaan yang baru).
d. Ef 4:24 - “dan mengenakan manusia baru, yang telah diciptakan menurut kehendak Allah di dalam kebenaran dan kekudusan yang sesungguhnya”.
KJV: ‘is created’ (= diciptakan).
RSV/NIV: ‘created’ (= diciptakan).
NASB: ‘has been created’ (= telah diciptakan).
2. Wah 21:1 - “Lalu aku melihat langit yang baru dan bumi yang baru, sebab langit yang pertama dan bumi yang pertama telah berlalu, dan lautpun tidak ada lagi”.
Bible Knowledge Commentary (tentang Wah 21:1): “That it is a totally new heaven and a new earth, and not the present heaven and earth renovated, is supported by the additional statement, ‘for the first heaven and the first earth had passed away’ (also see comments on Rev 20:11)” [= Bahwa ini adalah suatu surga / langit yang baru dan suatu bumi yang baru secara total / sama sekali, dan bukannya surga / langit dan bumi yang sekarang ini yang telah diperbaharui, didukung oleh pernyataan tambahan, ‘karena surga / langit yang pertama / mula-mula dan bumi yang pertama / mula-mula telah berlalu’ (juga lihat komentar tentang Wah 20:11)].
Wah 20:11 - “Lalu aku melihat suatu takhta putih yang besar dan Dia, yang duduk di atasnya. Dari hadapanNya lenyaplah bumi dan langit dan tidak ditemukan lagi tempatnya”.
Catatan: komentar dari Bible Knowledge Commentary tentang Wah 20:11 saya berikan di bawah, pada no 4. yang memang membahas Wah 20:11 itu.
Jawab:
Sama seperti dalam 2Petrus 3:13, kata ‘baru’ di sini juga menggunakan KAINOS (baru dalam kwalitet), bukan NEOS (baru dalam waktu).
Barnes’ Notes (tentang Wah 21:1): “He does not say that they were created now, or anew; that the old heavens and earth were annihilated; but all that he says is, that there were such changes that they seemed to be new” (= Ia tidak mengatakan bahwa mereka baru diciptakan sekarang, atau diciptakan sekali lagi; bahwa surga / langit dan bumi yang lama dimusnahkan; tetapi semua yang ia katakan adalah, bahwa di sana ada perubahan-perubahan sedemikian rupa sehingga mereka kelihatan seperti baru).
Barnes’ Notes (tentang Wah 21:1): “‘For the first heaven and the first earth were passed away.’ They had passed away by being changed, and a renovated universe had taken their place” (= ‘Karena surga / langit yang pertama / mula-mula dan bumi yang pertama / mula-mula telah berlalu’. Mereka telah berlalu dengan diubahkan, dan suatu alam semesta yang sudah diperbaharui telah mengambil tempat mereka / menggantikan mereka).
Seiss’ Apocalypse (tentang Wah 21:1): “So in those passages which speak of the passing away of the earth and heavens (see Matt 5:18; 24:34-35; Mark 13:30-31; Luke 16:17; 21:33; 2 Peter 3:10; Rev 21:1), the original word is never one which signifies termination of existence, but parerchomai, which is a verb of very wide and general meaning, such as to go or come to a person, place, or point; to pass, as a man through a bath, or a ship through the sea; to pass from one place or condition to another, to arrive at, to go through; to go into, to come forward as if to speak or serve. As to time, it means going into the past, as events or a state of things once present giving place to other events and another state of things. That it implies great changes when applied to the earth and heavens is very evident; but that it ever means annihilation, or the passing of things out of being, there is no clear instance either in the Scriptures or in Classical Greek to prove. The main idea is transition not extinction” [= Maka dalam text-text yang berbicara tentang lewat / lenyapnya bumi dan surga / langit (lihat Mat 5:18; 24:34-35; Mark 13:30-31; Luk 16:17; 21:33; 2Pet 3:10; Wah 21:1), kata aslinya tidak pernah adalah kata yang berarti penghentian dari keberadaan, tetapi parerchomai, yang adalah suatu kata kerja dengan arti yang sangat luas dan umum, seperti pergi atau datang kepada seseorang, tempat, atau titik; lewat, seperti seseorang melalui suatu kamar mandi, atau sebuah kapal melalui laut; berpindah dari suatu tempat atau kondisi ke tempat / kondisi yang lain, sampai di, pergi / berjalan melewati; masuk, tampil ke depan seperti untuk berbicara atau melayani. Berkenaan dengan waktu, itu berarti pergi ke masa lampau, seperti peristiwa-peristiwa atau suatu keadaan dari hal-hal yang pernah ada memberikan tempat kepada peristiwa-peristiwa yang lain dan keadaan yang lain dari hal-hal. Bahwa itu secara implicit menunjuk pada perubahan-perubahan yang besar pada waktu diterapkan pada bumi dan surga / langit adalah sangat jelas; tetapi bahwa itu pernah berarti pemusnahan, atau lewatnya / lenyapnya hal-hal dari keberadaan, tidak ada contoh yang jelas atau dari Kitab Suci atau dalam bahasa Yunani klasik untuk membuktikan. Gagasan utama adalah perubahan bukan pemusnahan].
Catatan: Kata PARERCHOMAI juga digunakan dalam Luk 16:17 dan Luk 21:33, dan kelihatannya menunjuk pada hilangnya existensi.
Luk 16:17 - “Lebih mudah langit dan bumi lenyap (PARERCHOMAI) dari pada satu titik dari hukum Taurat batal”.
Luk 21:33 - “Langit dan bumi akan berlalu (PARERCHOMAI), tetapi perkataanKu tidak akan berlalu (PARERCHOMAI).’”.
Menurut Bible Works 7 kata ‘batal’ dalam Luk 16:17 bisa diterjemahkan hilang / lenyap / musnah / binasa.
3. 1Kor 7:31 - “pendeknya orang-orang yang mempergunakan barang-barang duniawi seolah-olah sama sekali tidak mempergunakannya. Sebab dunia seperti yang kita kenal sekarang akan berlalu”.
A. T. Robertson (tentang 1Kor 7:31): “‘For the fashion of this world passeth away.’ ... Compare 1 John 2:17. Scheema is the habitus, the outward appearance, an old word, in the New Testament only here and Phil 2:7f. Paragei (old word) means ‘passes along’ like a moving panorama (movie show!). Used of Jesus passing by in Jericho (Matt 20:30)” [= ‘Karena cara / kebiasaan / mode / bentuk (‘fashion’) dari dunia / alam semesta ini berlalu’. ... Bandingkan dengan 1Yoh 2:17. SKHEMA adalah HABITUS (= ‘form’ / bentuk), penampilan luar / lahiriah, suatu kata kuno, dalam Perjanjian Baru hanya di sini dan Fil 2:7dst. PARAGEI (kata kuno) berarti ‘berjalan terus’ seperti pemandangan yang bergerak (pertunjukan bioskop!). Digunakan tentang Yesus melewati Yerikho (Mat 20:30)].
1Yoh 2:17 - “Dan dunia ini sedang lenyap (YUNANI: PARAGETAI) dengan keinginannya, tetapi orang yang melakukan kehendak Allah tetap hidup selama-lamanya”.
Matius 20:30 - “Ada dua orang buta yang duduk di pinggir jalan mendengar, bahwa Yesus lewat (Yunani: PARAGEI), lalu mereka berseru: ‘Tuhan, Anak Daud, kasihanilah kami!’”.
Calvin (tentang 1Kor 7:31): “‘For the fashion of this world passeth away.’ By the term here used, the Apostle has elegantly expressed the vanity of the world. ‘There is nothing,’ says he, ‘that is firm or solid; for it is a mere show or outward appearance, as they speak.’ He seems, however, to have had an allusion to theatrical representations, in which, on the curtain being drawn up in a single moment, a new appearance is presented, and those things that held the eyes of the spectators in astonishment, are immediately withdrawn from their view. I do not see why it is that Erasmus has preferred the term habitus (form.) He certainly, in my opinion, obscures Paul’s doctrine; for the term ‘fashion’ is tacitly opposed to ‘substance’” [= ‘Karena cara / kebiasaan / mode / bentuk (‘fashion’) dari dunia ini akan berlalu / lewat’. Dengan istilah yang digunakan di sini, sang Rasul dengan sangat bagus menyatakan kesia-siaan dunia ini. ‘Tidak ada apapun’, katanya, ‘yang teguh atau kokoh / padat; karena ini hanya sekedar suatu pertunjukan atau penampilan luar / lahiriah, seperti mereka katakan’. Bagaimanapun, ia kelihatannya mempunyai suatu kiasan pada gambaran theater, dalam mana, pada saat gorden ditarik dalam suatu saat, suatu penampilan baru ditunjukkan, dan hal-hal itu yang dilihat oleh mata dari para penonton dalam kekaguman, segera ditarik dari pandangan mereka. Saya tidak melihat mengapa Erasmus telah lebih memilih istilah HABITUS (form / bentuk). Dalam pandangan saya, ia pasti mengaburkan ajaran Paulus; karena istilah ‘fashion’ secara implicit bertentangan dengan ‘zat / bahan’].
Kalau Calvin benar, bahwa yang dimaksudkan secara implicit adalah zat / bahan, maka ini menunjukkan bahwa dunia memang sedang lenyap!
4. Wah 20:11 - “Lalu aku melihat suatu takhta putih yang besar dan Dia, yang duduk di atasnya. Dari hadapanNya lenyaplah bumi dan langit dan tidak ditemukan lagi tempatnya”.
KJV: ‘the earth and the heaven fled away; there was found no place for them’ (= bumi dan surga lari; di sana tidak ditemukan tempat untuk mereka).
RSV: ‘earth and sky fled away, no place was found for them’ (= bumi dan langit lari, tidak ada tempat ditemukan untuk mereka).
NIV: ‘Earth and sky fled ... there was no place for them’ (= Bumi dan langit lari ... di sana tidak ada tempat untuk mereka).
NASB: ‘earth and heaven fled away, no place was found for them’ (= bumi dan surga lari, tidak ada tempat ditemukan untuk mereka).
Barnes’ Notes: “The image expresses, in the most emphatic manner, the idea that they entirely disappeared, and no language could more sublimely represent the majesty of the Judge” (= Gambaran ini menyatakan, dengan cara yang paling menekankan, gagasan bahwa mereka sepenuhnya hilang, dan tak ada bahasa bisa dengan lebih agung menggambarkan keagungan dari sang Hakim).
Bible Knowledge Commentary: “The great white throne apparently differs from the throne mentioned more than 30 times in Revelation beginning with 4:2. It apparently is located neither in heaven nor earth but in space, as suggested by the statement, ‘Earth and sky fled from His presence, and there was no place for them.’ ... The question has been raised as to whether the earth and the starry heavens as they are today will be destroyed at this point in the future or will be simply restored to a new state of purity. Many references in the Bible suggest that the earth and the heavens, as now known, will be destroyed (cf. Matt 24:35; Mark 13:31; Luke 16:17; 21:33; 2 Peter 3:10-13). This is confirmed by the opening statement of Revelation 21, ‘the first heaven and the first earth had passed away.’ The present universe was created like a gigantic clock which is running down, and if left to itself, would ultimately come to a state of complete inactivity. Inasmuch as God created the universe and set it in motion for the purpose of enacting the drama of sin and redemption, it would seem proper to begin anew with a new heaven and a new earth suitable for His eternal purpose and built on a different principle. The new heaven and new earth described in chapter 21 has no similarity to the present earth and heaven.” [= Takhta putih besar kelihatannya berbeda dengan takhta yang disebutkan lebih dari 30 x dalam kitab Wahyu dimulai pada Wah 4:2. Kelihatannya itu terletak bukan di surga ataupun di bumi tetapi dalam ruang / angkasa, seperti dikesankan oleh pernyataan, ‘Bumi dan langit lari dari hadapanNya / kehadiranNya, dan tidak ada tempat untuk mereka’. ... Pertanyaan telah diajukan berkenaan apakah bumi dan surga / langit dengan bintang-bintang seperti mereka ada sekarang akan dihancurkan pada titik ini dalam masa yang akan datang atau sekedar dipulihkan pada suatu keadaan baru dari kemurnian. Banyak referensi-referensi dalam Alkitab memberikan kesan bahwa bumi dan surga / langit, seperti yang dikenal sekarang, akan dihancurkan (bdk. Mat 24:35; Mark 13:31; Luk 16:17; 21:33; 2Pet 3:10-13). Ini diteguhkan oleh pernyataan pembuka dari Wah 21, ‘langit yang pertama dan bumi yang pertama telah berlalu’. Alam semesta yang sekarang diciptakan seperti jam raksasa yang sedang menuju kematian, dan jika dibiarkan sendirian, akhirnya akan sampai pada suatu keadaan non aktif sepenuhnya. Sebagaimana Allah menciptakan alam semesta dan mengaturnya untuk bergerak untuk tujuan dari memainkan / memerankan drama dari dosa dan penebusan, kelihatannya benar / tepat untuk memulai lagi / dari semula dengan suatu surga / langit yang baru dan bumi yang baru yang cocok untuk tujuan kekalNya dan dibangun pada suatu prinsip yang berbeda. Surga / langit yang baru dan bumi yang baru, yang digambarkan dalam pasal 21, tidak mempunyai kemiripan dengan bumi dan surga / langit yang sekarang.].
Mat 24:35 - “Langit dan bumi akan berlalu, tetapi perkataanKu tidak akan berlalu”.
Mark 13:31 - “Langit dan bumi akan berlalu, tetapi perkataanKu tidak akan berlalu”.
Luk 16:17 - “Lebih mudah langit dan bumi lenyap dari pada satu titik dari hukum Taurat batal”.
Luk 21:33 - “Langit dan bumi akan berlalu, tetapi perkataanKu tidak akan berlalu.’”.
Wah 21:1 - “Lalu aku melihat langit yang baru dan bumi yang baru, sebab langit yang pertama dan bumi yang pertama telah berlalu, dan lautpun tidak ada lagi”.
The Bible Exposition Commentary: New Testament: “John described here an awesome scene. Heaven and earth will flee away and no place will be left for sinners to hide! All must face the Judge!” (= Yohanes menggambarkan di sini suatu pemandangan yang mengagumkan / mempesonakan. Surga / langit dan bumi akan lari, dan tidak ada tempat yang akan tertinggal bagi orang-orang berdosa untuk bersembunyi! Semua harus menghadap sang Hakim!).
Pulpit Commentary: “The destruction of the world is complete - ‘no place is found for them;’ they are annihilated. Such an event is nearly always portrayed in the description of the last judgment in the Apocalypse and in the New Testament generally (cf. Rev 16:20)” [= Penghancuran dunia / alam semesta adalah lengkap / sempurna - ‘tak ada tempat ditemukan untuk mereka’; mereka dimusnahkan. Peristiwa seperti itu hampir selalu digambarkan dalam penggambaran dari penghakiman terakhir dalam kitab Wahyu dan dalam Perjanjian Baru secara umum (bdk. Wah 16:20)].
Wah 16:20 - “Dan semua pulau hilang lenyap, dan tidak ditemukan lagi gunung-gunung”.
KJV: ‘And every island fled away, and the mountains were not found’ (= Dan setiap pulau lari, dan gunung-gunung tidak ditemukan).
UBS New Testament Handbook Series: “The statement ‘no place was found for them’ means that they disappeared. They were never seen again” (= Pernyataan ‘tak ada tempat ditemukan untuk mereka’ berarti bahwa mereka hilang. Mereka tidak pernah terlihat lagi).
A. T. Robertson: “‘From whose face the earth and the heaven fled away.’ ... The non-eternity of matter is a common teaching in the Old Testament (Ps 97:5; 102:27; Isa 51:6) as in the New Testament (Mark 13:31; 2 Peter 3:10). ‘Was found’ ... All is now spiritual. Even scientists today are speaking of the non-eternity of the universe” [= ‘Dari hadapan siapa bumi dan surga / langit lari’. ... Ketidak-kekalan dari zat / bahan adalah ajaran umum dalam Perjanjian Lama (Maz 97:5; 102:27; Yes 51:6) seperti dalam Perjanjian Baru (Mark 13:31; 2Pet 3:10). ‘Ditemukan’ ... Semua sekarang adalah bersifat rohani. Bahkan ilmuwan-ilmuwan jaman sekarang berbicara tentang ketidak-kekalan dari alam semesta].
Maz 97:5 - “Gunung-gunung luluh seperti lilin di hadapan TUHAN, di hadapan Tuhan seluruh bumi”.
Maz 102:27 - “Semuanya itu akan binasa, tetapi Engkau tetap ada, dan semuanya itu akan menjadi usang seperti pakaian, seperti jubah Engkau akan mengubah mereka, dan mereka berubah”.
Yes 51:6 - “Arahkanlah matamu ke langit dan lihatlah ke bumi di bawah; sebab langit lenyap seperti asap, bumi memburuk seperti pakaian yang sudah usang dan penduduknya akan mati seperti nyamuk; tetapi kelepasan yang Kuberikan akan tetap untuk selama-lamanya, dan keselamatan yang dari padaKu tidak akan berakhir”.
Mark 13:31 - “Langit dan bumi akan berlalu, tetapi perkataanKu tidak akan berlalu”.
Catatan: untuk pembahasan Wah 20:11 ini kelihatannya tak ada pembelaan yang berarti dari kelompok yang mempercayai bahwa nanti alam semesta hanya diperbaharui, bukannya dimusnahkan lalu diciptakan yang sama sekali baru.
5. Maz 102:26-28 / Ibr 1:10-12.
Maz 102:26-28 - “(26) Dahulu sudah Kauletakkan dasar bumi, dan langit adalah buatan tanganMu. (27) Semuanya itu akan binasa, tetapi Engkau tetap ada, dan semuanya itu akan menjadi usang seperti pakaian, seperti jubah Engkau akan mengubah mereka, dan mereka berubah; (28) tetapi Engkau tetap sama, dan tahun-tahunMu tidak berkesudahan”.
Ibr 1:10-12 - “(10) Dan: ‘Pada mulanya, ya Tuhan, Engkau telah meletakkan dasar bumi, dan langit adalah buatan tanganMu. (11) Semuanya itu akan binasa, tetapi Engkau tetap ada, dan semuanya itu akan menjadi usang seperti pakaian; (12) seperti jubah akan Engkau gulungkan mereka, dan seperti persalinan mereka akan diubah, tetapi Engkau tetap sama, dan tahun-tahunMu tidak berkesudahan.’”.
Ibr 1:10 menunjukkan bahwa Allah / Yesuslah yang menciptakan alam semesta.
Lalu Ibr 1:11b-12 menunjukkan kontras antara alam semesta dan Allah / Yesus, dan kontras itu ditunjukkan oleh munculnya 2 x kata ‘tetapi’ (ay 11,12).
Pengkontrasan yang satu menunjukkan dimana alam semesta mengalami perubahan, sedangkan yang Allah / Yesus tetap sama / tidak berubah (ay 11b-12)! Sedangkan pengkontrasan yang lain menunjukkan bahwa Allah / Yesus ‘tetap ada’ sedangkan alam semesta ‘binasa’ (ay 11a). Pengkontrasan dalam ay 11a ini jelas berurusan dengan existensi / keberadaan, sehingga kalau yang Allah / Yesus itu ‘tetap ada’ atau ‘kekal’, maka alam semesta ‘binasa’, dan ini harus diartikan ‘musnah’ / ‘tak ada lagi’.
John Owen juga mengatakan bahwa kata-kata ‘Semuanya itu akan binasa’ (Maz 102:27 / Ibr 1:11), dalam bahasa Ibraninya adalah WdbeayO / YOVEDU, dan dalam bahasa Yunani adalah avpolou/ntai / APOLOUNTAI, artinya selalu menunjuk pada penghancuran total, dan bukannya pada perubahan, apalagi perubahan menjadi sesuatu yang lebih baik.
Sebagai tambahan, saya berpendapat bahwa kontras seperti itu ditunjukkan dalam banyak ayat-ayat lain, seperti:
Yes 51:6 - “Arahkanlah matamu ke langit dan lihatlah ke bumi di bawah; sebab langit lenyap seperti asap, bumi memburuk seperti pakaian yang sudah usang dan penduduknya akan mati seperti nyamuk; tetapi kelepasan yang Kuberikan akan tetap untuk selama-lamanya, dan keselamatan yang dari padaKu tidak akan berakhir”.
Ay 6a menunjukkan bahwa alam semesta semesta itu akan lenyap dan berubah, TETAPI kelepasan / keselamatan dari Tuhan tetap selama-lamanya dan tidak akan berakhir. ‘Memburuk’ / ‘usang’ dikontraskan dengan ‘tetap selama-lamanya’; sedangkan ‘lenyap’ dikontraskan dengan ‘tidak akan berakhir’. Yang ini jelas berurusan dengan existensi. Dengan demikian kata ‘lenyap’ memang harus diartikan sebagai ‘tidak lagi mempunyai existensi’.
E. J. Young (tentang Yes 51:6): “In Luke 21:33 Jesus Christ sets forth the essential truth of this verse, ‘Heaven and earth will pass away, but my words will not pass away.’ Those who are longing for the coming salvation should lift up their eyes and behold the created universe (cf. the beginning of 40:26). As for the heavens, like smoke they will be dissolved away. The earth for its part will wear out, and its inhabitants likewise will die. The created universe, i.e. heaven and earth, is temporal; as it had a beginning, so does it have an end. The heavens and earth, which seem to endure forever, will one day come to an end and be no more. That there will be a new heaven and earth, while true, is not stated in this particular verse, the purpose of which is to contrast sharply the temporality of the created universe with the eternity of the Lord’s salvation and righteousness. In contrast to the transitory character of creation, God’s salvation will be (i.e. will endure) forever. Likewise, His righteousness will not be broken (i.e. will never cease to be what it is). These will not endure in the abstract but will manifest themselves in men who have received the righteous salvation and who will be in the new heavens and earth wherein dwells righteousness (cf. 2 Pet. 3:13)” (= ) - ‘The Book of Isaiah’, vol 3, hal 310-311.
Saya hanya menterjemahkan bagian yang saya garis-bawahi: “Alam semesta yang diciptakan, yaitu surga / langit dan bumi, adalah bersifat sementara; karena sebagaimana itu mempunyai suatu awal, demikian juga itu mempunyai akhir. Surga / langit dan bumi, yang kelihatannya akan bertahan selama-lamanya, pada suatu hari akan sampai pada akhirnya dan akan tidak ada lagi. Bahwa akan ada surga / langit dan bumi yang baru, sekalipun benar, tetapi tidak dinyatakan dalam ayat ini, yang tujuannya adalah untuk mengkontraskan secara tajam kesementaraan dari alam semesta yang diciptakan ini dengan kekekalan dari keselamatan dan kebenaran dari Tuhan. Kontras dengan karakter yang fana / tidak kekal dari ciptaan, keselamatan dari Allah akan (yaitu akan bertahan) selama-lamanya / kekal”.
Dan pada awal kutipan E. J. Young menggunakan Luk 21:33 - “Langit dan bumi akan berlalu, tetapi perkataanKu tidak akan berlalu.’”.
Ini juga jelas berurusan dengan existensi. Firman Tuhan tidak akan berlalu / bersifat kekal, tetapi alam semesta (langit dan bumi) akan berlalu / tidak kekal. Jadi, akan ada suatu hari dimana alam semesta itu tidak ada lagi.
Bdk. Luk 16:17 - “Lebih mudah langit dan bumi lenyap dari pada satu titik dari hukum Taurat batal”.
Bdk. Mat 24:35 - “Langit dan bumi akan berlalu, tetapi perkataanKu tidak akan berlalu”.
Jawab:
Bavinck: “Old Testament prophecy, while it looks for an extraordinary transformation in all of nature, refrains from teaching the destruction of the present world. The passages that are assumed to teach the latter (Ps. 102:26; Isa. 34:4; 51:6, 16; 65:17; 66:22) do indeed describe in very graphic terms the change that will set in after the day of the Lord, but they do not imply the destruction of the substance of the world. In the first place, the description given in these passages is much too rich in imagery for us to infer from them a reduction to nothing (reductio ad nihilum) of the entire world. Further, the perishing (אָבַד, ʾābad) of heaven and earth (Ps. 102:26), which for one thing by itself never conveys an absolute destruction of substance, is explained by the fact that they will wear out like a garment, be changed like clothing, wither like a leaf on a vine, or vanish like smoke (Ps. 102:26; Isa. 34:4; 51:6)” [= Nubuat Perjanjian Lama, sementara itu mengharapkan suatu perubahan yang luar biasa dalam seluruh alam, menahan dari mengajar penghancuran dari dunia / alam semesta yang sekarang ini. Text-text yang dianggap mengajar yang belakangan ini (Maz 102:27; Yes 34:4; 51:6,16; 65:17; 66:22) memang menggambarkan dalam istilah-istilah yang sangat jelas / hidup perubahan yang akan timbul setelah hari Tuhan, tetapi text-text itu tidak menyatakan penghancuran dari zat / bahan dari dunia / alam semesta. Pertama, penggambaran yang diberikan dalam text-text itu terlalu kaya dalam perumpamaan bagi kami untuk menyimpulkan dari text-text itu suatu penurunan / pengurangan sampai nihil (reductio ad nihilum) dari seluruh dunia / alam semesta. Selanjutnya, binasanya (אָבַד, ʾābad) dari surga / langit dan bumi (Maz 102:27), yang dalam dirinya sendiri tak pernah menyatakan penghancuran mutlak dari zat / bahan, dan dijelaskan oleh fakta bahwa mereka akan usang seperti jubah, diubah seperti pakaian, layu seperti selembar daun pada pokok anggur, atau lenyap seperti asap (Maz 102:27; Yes 34:4; 51:6)] - ‘Reformed Dogmatics’, vol 4, hal 716 (Libronix).
Jawaban balik:
a. Kata Ibrani ABAD / AVAD yang dikatakan oleh Bavinck merupakan kata dasar dari kata YOVEDU yang dibicarakan oleh John Owen. Kalau Bavinck mengatakan kata itu tak pernah menyampaikan arti penghancuran mutlak dari zat / bahan, maka sebaliknya John Owen mengatakan kata itu, juga padan katanya dalam bahasa Yunani, selalu menunjuk pada penghancuran.
Dalam komentarnya berkenaan dengan kata ‘binasa’ dalam Ibr 1:11 itu, A. T. Robertson berkata: “Modern scientists no longer postulate the eternal existence of the heavenly bodies” (= Ilmuwan-ilmuwan modern tidak lagi menerima sebagai dalil keberadaan kekal dari benda-benda langit).
b. Bavinck mengatakan bahwa kata ‘binasa’ (ABAD / AVAD) yang ditujukan pada alam semesta dijelaskan oleh kata usang seperti jubah / pakaian.
Tetapi menurut saya, ini salah. Text itu, baik dalam Maz 102:27-28 maupun Ibr 1:11-12 mengkontraskan 2 hal. Yang pertama adalah keberubahan alam semesta dikontraskan dengan ketidak-berubahan Yesus / Allah. Yang kedua adalah ketidak-kekalan alam semesta dikontraskan dengan kekekalan dari Yesus / Allah.
Kata-kata ‘usang’ dan ‘berubah’ untuk alam semesta dikontraskan dengan kata-kata ‘tetap sama’ untuk Yesus / Allah.
Kata ‘binasa’ untuk alam semesta dikontraskan dengan ‘tetap ada’ dan juga dengan kata-kata ‘tahun-tahunMu tidak berkesudahan’ untuk Yesus / Allah.
Maz 102:26-28 - “(26) Dahulu sudah Kauletakkan dasar bumi, dan langit adalah buatan tanganMu. (27) Semuanya itu akan binasa, tetapi Engkau tetap ada, dan semuanya itu akan menjadi usang seperti pakaian, seperti jubah Engkau akan mengubah mereka, dan mereka berubah; (28) tetapi Engkau tetap sama, dan tahun-tahunMu tidak berkesudahan”.
Ibr 1:10-12 - “(10) Dan: ‘Pada mulanya, ya Tuhan, Engkau telah meletakkan dasar bumi, dan langit adalah buatan tanganMu. (11) Semuanya itu akan binasa, tetapi Engkau tetap ada, dan semuanya itu akan menjadi usang seperti pakaian; (12) seperti jubah akan Engkau gulungkan mereka, dan seperti persalinan mereka akan diubah, tetapi Engkau tetap sama, dan tahun-tahunMu tidak berkesudahan.’”.
Jadi, usangnya pakaian / jubah tidak menjelaskan kata ‘binasa’.
c. Seandainya itu hanya berurusan dengan arti kata-kata yang ada dalam syair, maka kata-kata Bavinck ini mungkin bisa saya terima. Tetapi yang ditekankan oleh John Owen dan E. J. Young di atas bukan sekedar arti katanya tetapi pengkontrasan yang ada dalam text-text itu.
Textnya mengkontraskan yang ‘tetap / tak berubah’ dengan yang ‘berubah; dan juga mengkontraskan yang ‘tetap ada / kekal’ dan yang ‘tidak tetap ada / tidak kekal’. Karena itu, yang terakhir ini harus diartikan sebagai musnah. Kalau tidak pengkontrasan itu hilang. Urusan pengkontrasan ini sama sekali tidak dijawab / dibahas oleh Bavinck.
II Petrus 3:1-18(11)
c) Penafsir-penafsir yang pandangannya plin plan / saling bertabrakan sendiri.
Pulpit Commentary (bagian ‘homiletics’): “That day will be a day of terrors. Because of its presence the visible heavens will be on fire; they shall be dissolved. The earth and the heaven, in the vision of judgment that was revealed to St. John, fled away from the face of him who sat on the great white throne, and there was found no place for them. St. Peter, too, saw the awful scene presented to the eye of his mind - he uses the prophetic present - the elements are melting, wasting away, with fervent heat. ... But there will be a new home for the righteous. St. John heard the voice of him that sat on the throne saying, ‘Behold, I make all things new.’ God had promised this long ago by the mouth of his prophet Isaiah. He will surely fulfill his word. He will not leave his people desolate and homeless. He provided a city of refuge for Lot, when his old abode was destroyed by the fire of the wrath of God. So, out of the appalling conflagration of the dreadful day there will arise a new and blessed home for his elect. We look for new heavens and a new earth; and they shall abide for ever. ... The earth that now is hath been defiled with many sins; it has been stained with blood, devastated by war and cruelty, polluted with sensuality and uncleanness. But the new earth shall be all holy. The refining fires of judgment will work a complete and everlasting change. The Deluge cleansed the old world, but only for a time; sin soon began to reassert itself. The fires of the great day will purely purge away all the dross, and leave only the refined gold. Righteousness shall dwell for ever in that new earth” (= Hari itu adalah suatu hari ketakutan. Karena kehadirannya surga / langit yang kelihatan akan terbakar; mereka akan meleleh / hancur / hilang. Bumi dan surga / langit, dalam penglihatan penghakiman yang dinyatakan kepada Santo Yohanes, lari dari muka / hadapan dari Dia yang duduk di takhta putih besar, dan tidak ditemukan tempat lagi untuk mereka. Santo Petrus, juga melihat pemandangan yang dihadirkan pada mata dari pikirannya - ia menggunakan bentuk present nubuatan - elemen-elemen sedang mencair, sedang dihancurkan, dengan panas yang sangat kuat. ... Tetapi di sana akan ada rumah yang baru untuk orang-orang benar. Santo Yohanes mendengar suara dari Dia yang duduk di takhta berkata, ‘Lihatlah, Aku membuat segala sesuatu baru’. Allah telah menjanjikan ini lama sebelumnya oleh mulut nabiNya, Yesaya. Ia pasti akan menggenapi firmanNya. Ia tidak akan membiarkan umatNya terpencil dan tanpa rumah. Ia menyediakan suatu kota perlindungan untuk Lot, pada waktu tempat tinggalnya yang lama dihancurkan oleh api kemurkaan Allah. Demikianlah, dari kebakaran besar / lautan api yang mengerikan dari hari yang menakutkan itu di sana akan muncul rumah yang baru dan diberkati untuk orang-orang pilihanNya. Kita mencari surga / langit yang baru dan bumi yang baru; dan mereka akan tetap ada selama-lamanya. ... Bumi yang sekarang telah dinajiskan oleh banyak dosa, bumi telah dicemari dengan darah, dihancurkan oleh perang dan kekejaman, dikotori dengan nafsu dan kecemaran. Tetapi bumi yang baru akan kudus seluruhnya. Api yang memurnikan dari penghakiman akan mengerjakan perubahan yang sempurna / lengkap dan kekal. Air bah membersihkan dunia yang lama, tetapi hanya untuk suatu waktu; dosa segera mulai menyatakan / meneguhkan dirinya kembali. Api dari hari yang besar itu akan dengan murni menyucikan semua kekotoran, dan meninggalkan hanya emas yang telah dimurnikan. Kebenaran akan tinggal selama-lamanya di bumi yang baru itu) - hal 75-76.
Matthew Henry: “(1.) ‘The heavens shall pass away with a great noise.’ The visible heavens, as unable to abide when the Lord shall come in his glory, shall pass away; they shall undergo a mighty alteration, and this shall be very sudden, and with such a noise as the breaking and tumbling down of so great a fabric must necessarily occasion. (2.) ‘The elements shall melt with fervent heat.’ At this coming of the Lord it shall not only be very tempestuous round about him, so that the very heavens shall pass away as in a mighty violent storm, but a fire shall go before him, that shall melt the elements of which the creatures are composed. (3.) The earth also, and all the works that are therein, shall be burnt up. ... The earth, and its inhabitants, and all the works, whether of nature or art, shall be destroyed. The stately palaces and gardens, and all the desirable things wherein worldly-minded men seek and place their happiness, all of them shall be burnt up; all sorts of creatures which God has made, and all the works of men, must submit, all must pass through the fire, which shall be a consuming fire to all that sin has brought into the world, though it may be a refining fire to the works of God’s hand, that the glass of the creation being made much brighter the saints may much better discern the glory of the Lord therein. ... All that was made for man’s use is subject to vanity by man’s sin: and if the sin of man has brought the visible heavens, and the elements and earth, under a curse, from which they cannot be freed without being dissolved, what an abominable evil is sin, and how much to be hated by us! And, inasmuch as this dissolution is in order to their being restored to their primitive beauty and excellency, how pure and holy should we be, in order to our being fit for the new heaven and new earth, wherein dwelleth righteousness! ... For though it cannot but terrify and affright the ungodly to see the visible heavens all in a flame, and the elements melting, yet the believer, whose faith is the evidence of things not seen, can rejoice in hope of more glorious heavens after these have been melted and refined by that dreadful fire which shall burn up all the dross of this visible creation. ... As in v. 11 he exhorts to holiness from the consideration that ‘the heavens and the earth shall be dissolved,’ so in v. 14 he resumes his exhortation from the consideration that they shall be again renewed. ‘Seeing you expect the day of God, when our Lord Jesus Christ will appear in his glorious majesty, and these heavens and earth shall be dissolved and melted down, and, being purified and refined, shall be erected and rebuilt, prepare to meet him” [= (1) ‘Surga / langit akan hilang dengan suatu suara yang keras’. Surga / langit yang kelihatan, karena tak bisa ada pada waktu Tuhan akan datang dalam kemuliaanNya, akan hilang; mereka akan mengalami suatu perubahan yang sangat / hebat, dan ini akan terjadi dengan sangat mendadak, dan dengan suara sedemikian rupa karena pecahnya dan ambruknya struktur yang begitu besar pasti menyebabkan hal itu. (2) ‘Elemen-elemen akan meleleh dengan panas yang sangat tinggi’. Pada kedatangan Tuhan ini, itu bukan hanya sangat menggelora di sekitarNya, sehingga surga / langit akan hilang seperti dalam suatu badai yang sangat hebat, tetapi suatu api akan berjalan di depanNya, sehingga akan melelehkan elemen-elemen yang membentuk ciptaan-ciptaan. (3) Bumi juga, dan semua pekerjaan-pekerjaan yang ada di dalamnya, akan terbakar. ... Bumi, dan penduduknya, dan semua pekerjaan-pekerjaan, apakah itu dari alam atau dari seni, akan dihancurkan. Istana-istana yang megah dan kebun-kebun, dan semua hal-hal yang diinginkan, dalam mana orang-orang yang berpikiran duniawi mencari dan menempatkan kebahagiaan mereka, semuanya akan terbakar; semua jenis makhluk yang telah diciptakan / dibuat oleh Allah, dan semua pekerjaan-pekerjaan manusia, semuanya harus melewati api, yang akan merupakan api yang menghabiskan bagi semua yang telah dibawa oleh dosa ke dalam dunia, sekalipun itu bisa adalah suatu api yang memurnikan bagi pekerjaan-pekerjaan dari tangan Allah, sehingga gelas dari ciptaan dibuat jauh lebih terang, orang-orang kudus bisa dengan lebih baik melihat kemuliaan Tuhan di sana. ... Semua yang dibuat bagi penggunaan manusia adalah subyek dari kesia-siaan oleh dosa manusia: dan jika dosa manusia telah membawa surga / langit yang kelihatan, dan elemen-elemen dan bumi, ke bawah suatu kutuk, dari mana mereka tidak dibebaskan tanpa dihancurkan / dihabiskan / dihilangkan, maka betapa dosa itu merupakan suatu kejahatan yang menjijikkan, dan betapa itu harus sangat kita benci! Dan, karena penghancuran ini adalah supaya mereka bisa dipulihkan pada keindahan dan mutu / keunggulan mereka yang asli / mula-mula, betapa kita harus murni dan kudus supaya kita cocok untuk surga / langit yang baru dan bumi yang baru, dimana terdapat kebenaran! ... Karena sekalipun tidak bisa tidak itu menakutkan orang-orang jahat untuk melihat surga / langit yang kelihatan semuanya ada dalam nyala api, dan elemen-elemen meleleh, tetapi orang-orang percaya, yang imannya adalah bukti dari hal-hal tidak kelihatan, bisa bersukacita dalam pengharapan tentang surga / langit yang lebih mulia setelah yang sekarang ini telah dilelehkan dan dimurnikan oleh api yang menakutkan yang akan membakar semua kekotoran dari ciptaan yang kelihatan ini. ... Seperti dalam ay 11 ia mendesak pada kekudusan dari pertimbangan bahwa ‘surga / langit dan bumi akan dihancurkan’, demikian juga dalam ay 14 ia melanjutkan desakannya dari pertimbangan bahwa mereka akan diperbaharui lagi. ‘Melihat bahwa kamu mengharapkan hari Allah, pada waktu Tuhan Yesus Kristus akan muncul dalam keagunganNya yang mulia, dan surga / langit dan bumi ini akan dihancurkan dan dilelehkan, dan setelah dimurnikan dan dibersihkan, akan didirikan dan dibangun kembali, bersiaplah untuk menemui Dia].
Kedua penafsir di atas ini mulai dengan menggunakan kata-kata yang seakan-akan menunjukkan bahwa mereka menganggap bahwa langit dan bumi yang lama akan dimusnahkan sama sekali, dan lalu diciptakan yang sama sekali baru, tetapi pada bagian akhirnya ternyata mereka menganggap bahwa langit dan bumi ini hanya diperbaharui.
d) Penafsir-penafsir yang tidak memberi pandangannya, atau yang berpandangan bahwa kita tidak bisa mempunyai kepastian dalam hal ini.
Pulpit Commentary (tentang ay 13): “But it is impossible to pronounce dogmatically whether the new heavens and earth will be a reproduction of the old in a far more glorious form, through the agency of the refining fire, or an absolutely new creation, as the words of Isaiah seem to imply” (= Tetapi adalah mustahil untuk menyatakan secara dogmatik apakah langit dan bumi yang baru akan merupakan suatu reproduksi dari yang lama dalam suatu bentuk yang jauh lebih mulia, melalui penggunaan api yang memurnikan, atau suatu ciptaan yang baru secara mutlak, seperti yang kelihatannya ditunjukkan secara implicit oleh kata-kata Yesaya).
Sedangkan Louis Berkhof, seorang ahli theologia Reformed, hanya mengatakan bahwa ahli-ahli theologia Lutheran memilih pandangan bahwa langit dan bumi yang lama akan dihancurkan sama sekali, dan lalu diciptakan yang sama sekali baru, sedangkan ahli-ahli theologia Reformed memilih pandangan bahwa langit dan bumi yang sekarang ini hanya akan diperbaharui. Tetapi Louis Berkhof sendiri tidak memberikan pandangannya.
Louis Berkhof: “The question is often raised, whether this will be an entirely new creation, or a renewal of the present creation. Lutheran theologians strongly favor the former position with an appeal to 2 Pet. 3:7–13; Rev. 20:11; and 21:1; while Reformed theologians prefer the latter idea, and find support for it in Ps. 102:26, 27; (Heb. 1:10–12); and Heb. 12:26–28.” [= Pertanyaan sering ditanyakan, apakah ini akan merupakan suatu ciptaan yang baru sama sekali, atau suatu pembaharuan dari ciptaan yang sekarang ini. Ahli-ahli theologia Lutheran dengan kuat menyokong posisi / pandangan yang pertama dengan suatu pertimbangan pada 2Pet 3:7–13; Wah 20:11; dan 21:1; sementara ahli-ahli theologia Reformed lebih memilih gagasan / pandangan yang belakangan, dan mendapatkan dukungan untuk itu dalam Maz 102:27,28; (Ibr 1:10–12); dan Ibrani 12:26–28.] - ‘Systematic Theology’, hal 736-737.
Memang beberapa penafsir dan ahli theologia juga mengatakan hal yang sama. Kelompok Reformed lebih memilih pembaharuan, sedangkan kelompok Lutheran lebih memilih pemusnahan dan penciptaan kembali. Tetapi ini hanya ‘pada umumnya’, karena dari kelompok Lutheran, Lenski justru memilih pandangan bahwa semua hanya akan diperbaharui, sedangkan dari ahli-ahli theologia / penafsir Reformed juga ada yang memilih pandangan bahwa semua akan dihancurkan dan lalu diciptakan yang baru sama sekali, seperti John Owen dan E. J. Young. Dan Alexander Nisbet, yang juga adalah seorang penafsir Reformed, bukan hanya tidak memberikan pandangannya, tetapi ia juga menambahkan bahwa lebih baik kita menggunakan tenaga dan pikiran kita untuk menguduskan diri dari pada untuk mempertanyakan dan menentukan mana yang benar dari kedua pandangan itu.
Alexander Nisbet (tentang ay 10): “As for the question which may be stated here, it is much more safe for us to give time and pains that we may be found of Him in peace at that day, than to be taken up in enquiring and determining whether the visible heavens and the earth, and the rest of the creatures of that kind, shall then be totally and for ever annihilated; or whether there shall be a new edition of them all, or some of them only” (= Berkenaan dengan pertanyaan yang bisa dinyatakan di sini, adalah jauh lebih aman bagi kami / kita untuk memberi waktu dan usaha supaya kita bisa didapati Dia dalam damai pada hari itu, dari pada diambil / diangkat dalam mempertanyakan / menyelidiki dan menentukan apakah surga / langit yang kelihatan dan bumi, dan sisa dari makhluk-makhluk dari jenis itu, pada saat itu akan dimusnahkan secara total dan selama-lamanya; atau apakah di sana akan ada suatu edisi / perbaikan terhadap mereka semua, atau hanya sebagian dari mereka) - hal 285-286.
Sekalipun tidak bisa memastikan 100 %, tetapi setelah menilai argumentasi-argumentasi dari kedua pandangan utama (no 1 dan no 2), maka saya sangat condong pada pandangan kedua, yaitu bahwa langit dan bumi yang sekarang ini akan dimusnahkan sama sekali, lalu diciptakan langit dan bumi yang sama sekali baru, yang tidak mempunyai kemiripan apapun dengan langit dan bumi yang lama.
Sekarang kita masuk pada pembahasan sesuatu yang lain. Apakah seseorang percaya pandangan no 1 atau no 2, tetap ada problem-problem lain yang harus dipecahkan, yaitu:
1. Kalau begitu dalam hidup sesudah kedatangan Kristus yang keduakalinya ada 3 tempat, yaitu surga, neraka dan langit dan bumi yang baru. Apakah demikian?
2. Dimana orang-orang percaya akan tinggal? Di surga atau di langit dan bumi yang baru? Dan kalau dikatakan kita akan tinggal di bumi yang baru, bukankah itu:
a. Bertentangan dengan janji-janji Tuhan bahwa orang-orang percaya akan masuk surga (seperti Yoh 14:1-6 dsb).
b. Mirip dengan pandangan Saksi Yehuwa, yang mengatakan bahwa orang-orang percaya yang tidak kebagian tempat di surga akan tinggal di bumi yang diperbaharui?
Jawaban:
1. Tidak akan ada 3 tempat setelah kedatangan Kristus yang keduakalinya.
Langit dan bumi yang baru akan identik dengan surga, atau menjadi bagian dari surga.
Jadi, orang-orang percaya akan tinggal di bumi yang baru itu, sekaligus tinggal di surga, karena surga dan bumi yang baru akan menjadi satu.
Pulpit Commentary (bagian ‘homiletics’): “Heaven and earth shall then be very near, the one to the other; for the holy city, new Jerusalem, shall come down from God out of heaven; and the tabernacle of God shall be with men, and he will dwell with them. The commonwealth that is in heaven shall be established (so Holy Scripture seems to teach us) upon the new earth. It shall come down from heaven, having the glory of God; the throne of God and of the Lamb shall be in it; there his servants shall serve him. Heaven will come down to earth; and so the new earth will become a part of heaven, very closely joined with heaven. God will dwell there with men, and they shall see him face to face, and live in that new earth the life of heaven; for it is the unveiled presence of God which makes heaven what it is, the abode of joy, and love, and holiness, and entranced contemplation of the Divine beauty. Into that city entereth nothing that defileth; righteousness dwelleth there” [= Pada saat itu surga / langit dan bumi akan sangat dekat satu dengan yang lain; karena kota kudus, Yerusalem yang baru, akan turun dari Allah dari surga; dan Kemah Suci Allah akan ada bersama manusia, dan Ia akan tinggal bersama mereka. Persemakmuran yang ada di surga akan ditegakkan (demikianlah kelihatannya Kitab Suci yang Kudus mengajar kita) di bumi yang baru. Itu akan turun dari surga, dengan kemuliaan Allah; takhta Allah dan Anak Domba akan ada di dalamnya; di sana pelayan-pelayanNya akan melayani Dia. Surga akan turun ke bumi; dan dengan demikian bumi yang baru akan menjadi bagian dari surga, dengan sangat dekat bergabung dengan surga. Allah akan tinggal di sana bersama manusia, dan mereka akan melihatNya muka dengan muka / berhadapan muka, dan menjalani kehidupan surga di bumi yang baru; karena kehadiran Allah yang tidak terselubunglah yang membuat surga sebagai surga, tempat tinggal dari sukacita, dan kasih, dan kekudusan, dan perenungan yang mempesonakan dari keindahan Ilahi. Ke dalam kota itu tidak akan masuk apapun yang najis; kebenaran akan tinggal di sana] - hal 75-76.
Anthony A. Hoekema: “One gets the impression from certain hymns that glorified believers will spend eternity in some ethereal heaven somewhere off in space, far away from the earth. The following lines from the hymn: ‘My Jesus, I Love Thee’ seem to convey that impression: ‘In mansions of glory and endless delight / I’ll ever adore thee in heaven so bright.’ But does such a conception do justice to biblical eschatology? Are we to spend eternity somewhere off in space, wearing white robes, plucking harps, singing songs, and flitting from cloud to cloud while doing so? On the contrary, the Bible assures us that God will create a new earth on which we shall live to God’s praise in glorified, ressurected bodies. On that new earth, therefore, we hope to spend eternity, enjoying its beauties, exploring its resources, and using its treasures to the glory of God. Since God will make the new earth his dwelling place, and since where God dwells there heaven is, we shall then continue to be in heaven while we are on the new earth. For heaven and earth will then no longer be separated, as they are now, but will be one (see Rev 21:1-3)” [= Seseorang mendapatkan kesan dari nyanyian pujian tertentu bahwa orang-orang percaya yang telah dimuliakan akan menghabiskan kekekalan di surga di atas di suatu tempat di angkasa, jauh dari bumi. Yang berikut ini adalah baris-baris dari nyanyian pujian: ‘Yesusku, aku cinta kepadaMu’ kelihatannya memberikan kesan itu: ‘Di rumah-rumah kemuliaan dan kesenangan yang tak ada akhirnya / Aku akan selalu memujaMu di surga yang begitu terang’. Tetapi apakah konsep seperti itu pantas / sesuai dengan eschatology yang alkitabiah? Apakah kita akan menghabiskan kekekalan di suatu tempat di angkasa, memakai jubah puith, memainkan kecapi / harpa, menyanyikan lagu-lagu, dan terbang / melayang dari awan ke awan sambil melakukan hal-hal itu? Sebaliknya, Alkitab meyakinkan kita bahwa Allah akan menciptakan bumi yang baru dimana kita akan hidup bagi pujian Allah dalam tubuh yang telah dibangkitkan dan dimuliakan. Karena itu, di bumi yang baru itu, kita berharap untuk menghabiskan kekekalan, menikmati keindahannya, menyelidiki sumber-sumbernya, dan menggunakan hartanya untuk kemuliaan Allah. Karena Allah akan membuat bumi yang baru tempat tinggalNya, dan karena dimana Allah tinggal di situlah surga, maka kita akan terus ada di surga sementara kita ada di bumi yang baru. Karena pada saat itu, surga dan bumi tidak lagi terpisah, seperti mereka sekarang, tetapi akan menjadi satu (lihat Wah 21:1-3)] - ‘The Bible and The Future’, hal 274.
Catatan: saya meragukan bagian yang saya beri garis bawah tunggal itu; entah dari mana ia mendapatkan hal itu.
Wahyu 21:1-3 - “(1) Lalu aku melihat langit yang baru dan bumi yang baru, sebab langit yang pertama dan bumi yang pertama telah berlalu, dan lautpun tidak ada lagi. (2) Dan aku melihat kota yang kudus, Yerusalem yang baru, turun dari sorga, dari Allah, yang berhias bagaikan pengantin perempuan yang berdandan untuk suaminya. (3) Lalu aku mendengar suara yang nyaring dari takhta itu berkata: ‘Lihatlah, kemah Allah ada di tengah-tengah manusia dan Ia akan diam bersama-sama dengan mereka. Mereka akan menjadi umatNya dan Ia akan menjadi Allah mereka”.
Catatan: seharusnya kalau mau melengkapi pembahasan tentang langit dan bumi yang baru itu, saya juga harus membahas Wah 21:1-dst, tetapi pembahasannya terlalu banyak dan sukar, karena tentang istilah ‘Yerusalem yang baru’ itu ada bermacam-macam pandangan. Karena itu saya kita sebaiknya tentang Wah 21 ini saya bahas di lain.
Anthony A. Hoekema: “From verse 3 we learn that the dwelling place of God will no longer be away from the earth but on the earth. Since where God dwellls, there heaven is, we conclude that in this life to come heaven and earth will no longer be separated, as they are now, but will be merged. Believers will therefore continue to be in heaven as they continue to live on the new earth” [= Dari ay 3 (maksudnya Wah 21:3) kita belajar bahwa tempat tinggal Allah tidak lagi akan jauh dari bumi tetapi di bumi. Karena dimana Allah tinggal, di sana surga ada, kita menyimpulkan bahwa dalam kehidupan yang akan datang ini surga dan bumi tidak akan terpisah lagi, seperti mereka ada sekarang, tetapi akan bergabung. Karena itu, orang-orang percaya akan terus ada di surga seperti / pada waktu mereka terus hidup di bumi yang baru] - ‘The Bible and The Future’, hal 285.
Pulpit Commentary (tentang ay 13): “St. John, like St. Peter, speaks of a new earth, and tells us that that new earth will be the dwelling-place of the blessed. He saw the holy city, new Jerusalem, coming down from God out of heaven; the throne of God and of the Lamb (he tells us) shall be in it: ‘The tabernacle of God is with men, and he will dwell with them.’ The holy city, Jerusalem, which is above, is in heaven now; the commonwealth of which the saints are citizens is in heaven (Phil 3:20). But heaven will come down to earth; the throne of God and of the Lamb shall be there; there his servants shall serve him. The distinction between earth and heaven will be abolished; for where God is, there is heaven” [= Santo Yohanes, seperti Santo Petrus, berbicara tentang suatu bumi yang baru, dan memberitahu kita bahwa bumi baru itu akan menjadi tempat tinggal dari orang-orang yang diberkati. Ia melihat kota kudus, Yerusalem yang baru, turun dari Allah dari surga; takhta dari Allah dan dari Anak Domba (ia memberitahu kita) akan ada di dalamnya: ‘Kemah Allah ada bersama manusia, dan Ia akan tinggal bersama mereka’. Kota kudus, Yerusalem, yang ada di atas, ada di surga sekarang; persemakmuran dimana orang-orang kudus adalah warga negara - warga negara ada di surga (Fil 3:20). Tetapi surga akan turun ke bumi; takhta dari Allah dan dari Anak Domba akan ada di sana; di sana pelayan-pelayanNya akan melayani Dia. Perbedaan antara bumi dan surga akan dihapuskan; karena dimana Allah ada di situlah surga].
Catatan / komentar saya: saya agak bingung dengan kata-kata ‘dimana Allah ada di situlah surga’. Mengapa? Karena Allah maha ada, sehingga kalau demikian, maka surga itu juga akan ada di mana-mana.
2. Pandangan ini berbeda dengan pandangan Saksi Yehuwa yang mengatakan bahwa hanya 144.000 orang (hurufiah) yang akan tinggal di surga, sedangkan sisanya, yang tidak kebagian tempat di surga, akan tinggal di bumi yang telah disempurnakan, yang mereka sebut ‘Firdaus’. Mengapa, dan apa bedanya? Karena mereka tetap membedakan surga dan bumi yang disempurnakan itu, sedangkan para penafsir dan ahli theologia di atas ini mengatakan bahwa keduanya (surga dan bumi yang baru) bergabung menjadi satu. https://teologiareformed.blogspot.com/
-o0o-