EKSPOSISI AYUB 5:1-27

Pdt.Budi Asali, M.Div.
EKSPOSISI AYUB 5:1-27
Ayub 5:1-27 - “(1) Berserulah - adakah orang yang menjawab engkau? Dan kepada siapa di antara orang-orang yang kudus engkau akan berpaling? (2) Sesungguhnya, orang bodoh dibunuh oleh sakit hati, dan orang bebal dimatikan oleh iri hati. (3) Aku sendiri pernah melihat orang bodoh berakar, tetapi serta-merta kukutuki tempat kediamannya. (4) Anak-anaknya selalu tidak tertolong, mereka diinjak-injak di pintu gerbang tanpa ada orang yang melepaskannya. (5) Apa yang dituainya, dimakan habis oleh orang yang lapar, bahkan dirampas dari tengah-tengah duri, dan orang-orang yang dahaga mengingini kekayaannya. (6) Karena bukan dari debu terbit bencana dan bukan dari tanah tumbuh kesusahan; (7) melainkan manusia menimbulkan kesusahan bagi dirinya, seperti bunga api berjolak tinggi. (8) Tetapi aku, tentu aku akan mencari Allah, dan kepada Allah aku akan mengadukan perkaraku. (9) Ia melakukan perbuatan-perbuatan yang besar dan yang tak terduga, serta keajaiban-keajaiban yang tak terbilang banyaknya; (10) Ia memberi hujan ke atas muka bumi dan menjatuhkan air ke atas ladang; (11) Ia menempatkan orang yang hina pada derajat yang tinggi dan orang yang berdukacita mendapat pertolongan yang kuat; (12) Ia menggagalkan rancangan orang cerdik, sehingga usaha tangan mereka tidak berhasil; (13) Ia menangkap orang berhikmat dalam kecerdikannya sendiri, sehingga rancangan orang yang belat-belit digagalkan. (14) Pada siang hari mereka tertimpa gelap, dan pada tengah hari mereka meraba-raba seperti pada waktu malam. (15) Tetapi Ia menyelamatkan orang-orang miskin dari kedahsyatan mulut mereka, dan dari tangan orang yang kuat. (16) Demikianlah ada harapan bagi orang kecil, dan kecurangan tutup mulut. (17) Sesungguhnya, berbahagialah manusia yang ditegur Allah; sebab itu janganlah engkau menolak didikan Yang Mahakuasa. (18) Karena Dialah yang melukai, tetapi juga yang membebat; Dia yang memukuli, tetapi yang tanganNya menyembuhkan pula. (19) Dari enam macam kesesakan engkau diluputkanNya dan dalam tujuh macam engkau tidak kena malapetaka. (20) Pada masa kelaparan engkau dibebaskanNya dari maut, dan pada masa perang dari kuasa pedang. (21) Dari cemeti lidah engkau terlindung, dan engkau tidak usah takut, bila kemusnahan datang. (22) Kemusnahan dan kelaparan akan kautertawakan dan binatang liar tidak akan kautakuti. (23) Karena antara engkau dan batu-batu di padang akan ada perjanjian, dan binatang liar akan berdamai dengan engkau. (24) Engkau akan mengalami, bahwa kemahmu aman dan apabila engkau memeriksa tempat kediamanmu, engkau tidak akan kehilangan apa-apa. (25) Engkau akan mengalami, bahwa keturunanmu menjadi banyak dan bahwa anak cucumu seperti rumput di tanah. (26) Dalam usia tinggi engkau akan turun ke dalam kubur, seperti berkas gandum dibawa masuk pada waktunya. (27) Sesungguhnya, semuanya itu telah kami selidiki, memang demikianlah adanya; dengarkanlah dan camkanlah itu!’”.

Ingat bahwa Ayub 5 merupakan sambungan dari Ayub 4, dan tetap merupakan kata-kata Elifas.

Ayub 5: 1: “Berserulah - adakah orang yang menjawab engkau? Dan kepada siapa di antara orang-orang yang kudus engkau akan berpaling?”.

1) “Berserulah - adakah orang yang menjawab engkau?”.

KJV: ‘Call now, if there be any that will answer thee’ [= Panggillah sekarang, jika ada siapapun yang akan menjawabmu].

Catatan: ‘to answer’ bisa diartikan ‘menjawab’, tetapi juga bisa diartikan ‘setuju / cocok dengan’.

Matthew Henry mengambil arti ke 2 ini dan mengartikan kata-kata Elifas dalam ay 1a ini sebagai berikut:

a) Tidak ada satupun orang kudus yang menderita seperti engkau. Karena itu, engkau pasti bukan orang kudus. Arti ini pasti salah.

b) Tidak ada orang kudus yang pada saat menderita mengatakan seperti yang engkau katakan (mengutuki hari kelahiran dsb). Arti ini, sekalipun mungkin benar, menurut saya tidak diucapkan pada saat yang tepat. Pada saat seperti itu Ayub membutuhkan penghiburan, bukan celaan.

Penerapan: kata-kata yang benar sekalipun, harus diucapkan pada waktu yang tepat. Kalau diucapkan pada waktu yang salah, bisa menghasilkan sesuatu yang buruk.

Amsal 15:23 - “Seseorang bersukacita karena jawaban yang diberikannya, dan alangkah baiknya perkataan yang tepat pada waktunya!”.

Amsal 25:11 - “Perkataan yang diucapkan tepat pada waktunya adalah seperti buah apel emas di pinggan perak.”.

Saya berpendapat bahwa seluruh penafsiran Matthew Henry ini salah, karena membuat ay 1b tidak lagi sesuai / paralel dengan ay 1a. Jadi, arti yang harus diambil adalah ‘menjawab’ bukan ‘setuju / cocok dengan’.

2) “Dan kepada siapa di antara orang-orang yang kudus engkau akan berpaling?”.

a) Matthew Henry mengatakan bahwa dari sini terlihat bahwa dalam Perjanjian Lamapun orang-orang percaya juga disebut sebagai ‘orang-orang kudus’.

b) Matthew Henry juga mengatakan bahwa kata-kata ini secara implicit menunjukkan bahwa pada saat seseorang kudus menderita, ia harus datang juga kepada orang kudus, bukan kepada seseorang yang bukan orang kudus.

3) Adam Clarke menafsirkan bahwa seluruh ay 1 ini artinya adalah: Tak peduli kepada siapa engkau meminta tolong, siapa yang bisa menolong engkau dari problemmu? Jelas tidak ada!

Kalau yang dimaksud dengan ‘siapapun’ itu adalah makhluk-makhluk lain selain Allah, maka ia mungkin benar. Tetapi jelas bahwa kata ‘siapapun’ tidak bisa ditafsirkan mencakup Allah sendiri! Jadi, dalam penderitaan yang bagaimanapun beratnya, sekalipun tidak ada siapapun yang bisa menolong, Allah tetap bisa menolong. Tetapi Allah menolong pada waktuNya, dan dengan caraNya sendiri. Bisa saja, karena pertimbanganNya yang sering tidak bisa kita mengerti (bdk. Yes 55:8-9), Ia menunda pertolongan tersebut, dan menolong menggunakan cara yang sangat berbeda dengan yang kita inginkan.

Yes 55:8-9 - “(8) Sebab rancanganKu bukanlah rancanganmu, dan jalanmu bukanlah jalanKu, demikianlah firman TUHAN. (9) Seperti tingginya langit dari bumi, demikianlah tingginya jalanKu dari jalanmu dan rancanganKu dari rancanganmu.”.

Catatan: semua Alkitab bahasa Inggris menterjemahkan ‘rancangan’ dengan kata ‘thoughts’ [= pemikiran-pemikiran].

4) Francis I. Andersen (Tyndale, hal 116,117) mengatakan bahwa penekanan dari ay 1 ini adalah: kalaupun Ayub ingin mencari seorang pengantara untuk menghubungkan dia dengan Allah, itu tidak akan ada gunanya. Kalau Allahnya tidak berkenan kepada Ayub, maka tidak ada gunanya mencari pengantara. Tidak ada pengantara yang bisa melakukan negosiasi dengan Allah kalau Allahnya memang tidak berkenan kepada Ayub.

Bandingkan ini dengan ajaran dari Gereja Roma Katolik yang menganggap bahwa kalau Allah / Yesus tidak mau menjawab doa seseorang, maka orang itu bisa mencari pengantaraan Maria!

Ayub 5: 2: “Sesungguhnya, orang bodoh dibunuh oleh sakit hati, dan orang bebal dimatikan oleh iri hati.”.

KJV: ‘For wrath killeth the foolish man, and envy slayeth the silly one’ [= Karena murka membunuh orang bodoh, dan iri hati membantai orang tolol].

1) Kata-kata ‘orang bodoh’ dan ‘orang bebal’ jelas menunjuk kepada orang-orang yang jahat.

2) Kata-kata ‘wrath’ / ‘sakit hati’ dan ‘envy’ / ‘iri hati’ ditafsirkan secara berbeda:

a) Albert Barnes menganggap ini merupakan murka dan iri hati (atau ‘kecemburuan’) dari Allah.

b) Jamieson, Fausset & Brown mengatakan ini adalah perasaan-perasaan yang salah dari orang jahat itu sendiri. Jadi, kata-kata ‘sakit hati’ / ‘murka’ dan ‘iri hati’ menunjuk pada perasaan-perasaan yang salah dalam diri Ayub pada waktu ia mengalami bencana ini. Dan dalam hal ini jelas Elifas mencakup Ayub dalam kelompok ‘orang bodoh’ / ‘orang bebal’ itu. Semua perasaan-perasaan salah itu hanya akan membunuh Ayub sendiri.

Saya lebih setuju dengan pandangan dari Jamieson, Fausset & Brown. Dan memang, pada saat menderita, perasaan-perasaan yang salah sangat merugikan diri kita sendiri. Bandingkan dengan ayat-ayat di bawah ini:

1. Amsal 14:30 - “Hati yang tenang menyegarkan tubuh, tetapi iri hati membusukkan tulang.”.

2. Amsal 24:10 - “Jika engkau tawar hati pada masa kesesakan, kecillah kekuatanmu.”.

Ayub 5: 3-5: “(3) Aku sendiri pernah melihat orang bodoh berakar, tetapi serta-merta kukutuki tempat kediamannya. (4) Anak-anaknya selalu tidak tertolong, mereka diinjak-injak di pintu gerbang tanpa ada orang yang melepaskannya. (5) Apa yang dituainya, dimakan habis oleh orang yang lapar, bahkan dirampas dari tengah-tengah duri, dan orang-orang yang dahaga mengingini kekayaannya.”.

Dari ay 3-5 ini terlihat bahwa Elifas juga berpendapat bahwa orang-orang jahat itu bisa sukses, tetapi hanya sebentar. Dan setelah itu datanglah bencana baginya. Ini memang benar, dan didukung oleh beberapa ayat dalam Kitab Suci, seperti:

1. Yer 12:1-2 - “(1) Engkau memang benar, ya TUHAN, bilamana aku berbantah dengan Engkau! Tetapi aku mau berbicara dengan Engkau tentang keadilan: Mengapakah mujur hidup orang-orang fasik, sentosa semua orang yang berlaku tidak setia? (2) Engkau membuat mereka tumbuh, dan merekapun juga berakar, mereka tumbuh subur dan menghasilkan buah juga. Memang selalu Engkau di mulut mereka, tetapi jauh dari hati mereka.”.

2. Maz 37:35-36 - “(35) Aku melihat seorang fasik yang gagah sombong, yang tumbuh mekar seperti pohon aras Libanon; (36) ketika aku lewat, lenyaplah ia, aku mencarinya, tetapi tidak ditemui.”.

3. Maz 73:17-18 - “(17) sampai aku masuk ke dalam tempat kudus Allah, dan memperhatikan kesudahan mereka. (18) Sesungguhnya di tempat-tempat licin Kautaruh mereka, Kaujatuhkan mereka sehingga hancur.”.

Catatan: kalau mau lebih jelas, baca Maz 73 ini dari awal.

Karena itu, kalau pada waktu yang lalu Ayub hidup enak / sukses, itu tidak menunjukkan bahwa ia adalah orang beriman / saleh. Sekarang bencana yang hebat datang, dan itu menunjukkan bahwa ia bukan orang saleh.

Kata-kata dalam Ayub 5: 4 dianggap oleh para penafsir sebagai menunjuk kepada anak-anak Ayub, karena semua anak-anak Ayub mati (Ayub 1:18-19). Francis I. Andersen mengatakan (hal 118) bahwa kata-kata ‘pintu gerbang’ dalam ay 4 bisa dibaca ‘tempest’ [= angin badai]. Ingat bahwa bahasa Ibrani ditulis tanpa huruf hidup, sehingga bunyi huruf hidupnya harus ‘ditebak’. Pemberian huruf hidup yang berbeda bisa menghasilkan arti yang sangat berbeda. Kalau kata-kata Andersen ini benar, maka lebih jelas lagi bahwa pembicaraan ini mengarah pada kematian anak-anak Ayub dalam Ayub 1:18-19. Dan kalau ini benar, ini lagi-lagi merupakan suatu kritikan yang sangat kejam!

Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan:

1) Perlu diingat juga bahwa ‘sukses yang hanya sebentar’ itu bisa berlangsung seumur hidup mereka. Bandingkan dengan orang kaya dalam cerita Lazarus dan orang kaya, dan juga dengan cerita tentang orang kaya yang bodoh.

2) Elifas tidak menyatakan kebalikannya. Kalau orang jahat bisa sukses untuk sementara, seharusnya ini diimbangi dengan pandangan bahwa orang benar bisa menderita untuk sementara.

Catatan: juga di sini ‘sebentar’ itu bisa berlangsung seumur hidup.

Kalau saja ia mempunyai pandangan seperti ini, maka ia bisa menganggap Ayub sebagai orang benar sekalipun ia saat itu sedang mengalami penderitaan yang hebat.

Jadi, sekalipun Elifas mengatakan hal yang benar, atau sekalipun ada kebenaran dalam kata-kata Elifas, tetapi kebenarannya kurang lengkap, dan ia menerapkannya secara salah.

Ayub 5: 5: “Apa yang dituainya, dimakan habis oleh orang yang lapar, bahkan dirampas dari tengah-tengah duri, dan orang-orang yang dahaga mengingini kekayaannya.”.

1) Jamieson, Fausset & Brown menafsirkan kata-kata ‘dari tengah-tengah duri’ menunjuk pada gandum yang tumbuh di tengah-tengah semak duri (bdk. Mat 13:7). Dan ada penafsir lain yang menganggap duri itu merupakan semacam pagar untuk ladang gandum. Jadi, bagian yang seperti inipun tidak luput dari perampokan oleh orang-orang yang lapar.

2) Bagian yang saya garis bawahi dari ay 5 di atas, diterjemahkan secara berbeda oleh KJV.

KJV: ‘the robber swalloweth up their substance’ [= perampok menelan kekayaannya / hartanya].

Catatan: NIV menterjemahkan seperti Kitab Suci Indonesia.

Kelihatannya kata Ibraninya memang memungkinkan 2 pembacaan, seperti KJV atau seperti LAI / NIV.

Kebanyakan penafsir setuju dengan terjemahan LAI / NIV karena ‘orang-orang yang dahaga’ dalam ay 5b sesuai dengan ‘orang yang lapar’ dalam ay 5a.

3) Kata-kata dalam ay 5 ini lagi-lagi merupakan kata-kata yang secara jelas menyerang Ayub, karena harta Ayub semua habis dirampok (Ayub 1:13-17).

Ayub 5: 6-7: “(6) Karena bukan dari debu terbit bencana dan bukan dari tanah tumbuh kesusahan; (7) melainkan manusia menimbulkan kesusahan bagi dirinya, seperti bunga api berjolak tinggi.”.

1) Bagian yang saya garis-bawahi oleh KJV diterjemahkan agak berbeda.

KJV: ‘Yet man is born unto trouble’ [= Tetapi manusia dilahirkan pada / bagi kesukaran].

Semua Alkitab bahasa Inggris menterjemahkan seperti KJV.

2) Arti bagian ini.

Ayub 5: 6 menunjukkan bahwa penderitaan-penderitaan tidak terjadi secara kebetulan. Penderitaan bukan seperti semak duri / tumbuhan yang muncul dari bumi / tanah yang tidak mempunyai kesadaran. Penderitaan mempunyai penyebab, dan ada di bawah pengarahan dari Allah.

Dan dalam ay 7 Elifas mengatakan bahwa manusia memang dilahirkan untuk hal ini, dan karena itu hal ini tidak bisa dihindarkan.

Tujuan Elifas mengatakan ini adalah untuk mengarahkan Ayub kepada Allah yang melakukan semua ini (bdk. ay 8-dst).

Ayub 5: 8: “Tetapi aku, tentu aku akan mencari Allah, dan kepada Allah aku akan mengadukan perkaraku.”.

Dengan kata-kata ini Elifas memaksudkan: seandainya aku menjadi engkau, aku pasti akan mencari Allah / berdoa kepada Allah. Di sini juga tersirat suatu teguran kepada Ayub, yang ia anggap bukannya mencari Allah / berdoa kepada Allah, tetapi marah kepada Allah.

Sekalipun kata-kata ini benar, tetapi juga mengandung kesombongan tertentu, dan kata-kata yang tersirat itu mengandung penghakiman yang tidak pada tempatnya.

Matthew Henry: “It is easy to say what we would do if we were in such a one’s case; but when it comes to the trial, perhaps it will be found not so easy to do as we say.” [= Adalah mudah untuk mengatakan apa yang akan kita lakukan seandainya kita ada dalam kasus dari orang lain; tetapi pada waktu sampai pada ujian, mungkin akan kita dapatkan bahwa tidak terlalu mudah untuk melakukan seperti yang kita katakan.].

Penerapan: jangan terlalu mudah mengecam seseorang yang jatuh ke dalam dosa pada saat mengalami penderitaan yang hebat, atau seseorang yang menghadapi penderitaan yang hebat dengan cara yang salah. Mengetahui cara yang benar dalam menghadapi penderitaan yang hebat, sangat berbeda dengan mampu melaksanakannya pada waktu kita betul-betul mengalami penderitaan yang hebat itu.

Lalu mulai ay 9-15 Elifas menjelaskan bagaimana Allah itu, atau apa yang dilakukan oleh Allah.

Ayub 9-10: “(9) Ia melakukan perbuatan-perbuatan yang besar dan yang tak terduga, serta keajaiban-keajaiban yang tak terbilang banyaknya; (10) Ia memberi hujan ke atas muka bumi dan menjatuhkan air ke atas ladang;”.

1) Kata-kata ‘yang tak terduga’ dalam KJV diterjemahkan ‘unsearchable’ [= tak terselidiki].

Maksud dari kata-kata ini adalah bahwa Allah melakukan banyak hal-hal yang besar dan tak terduga / tak bisa diselidiki / tak bisa dimengerti oleh manusia. Kata-kata Elifas di sini memang benar.

Bdk. Ro 11:33-35 - “(33) O, alangkah dalamnya kekayaan, hikmat dan pengetahuan Allah! Sungguh tak terselidiki keputusan-keputusanNya dan sungguh tak terselami jalan-jalanNya! (34) Sebab, siapakah yang mengetahui pikiran Tuhan? Atau siapakah yang pernah menjadi penasihatNya? (35) Atau siapakah yang pernah memberikan sesuatu kepadaNya, sehingga Ia harus menggantikannya?”.

2) Sebetulnya, kalau Elifas memang menganggap bahwa Allah sering melakukan perbuatan yang tak terduga / tak dapat dimengerti, seharusnya ia tahu bahwa adalah mungkin bagi Allah untuk mengijinkan orang benar / anakNya menderita, bahkan sangat menderita.

Kalau ay 9 dihubungkan dengan ay 10nya (yang jelas menunjuk pada hal-hal yang baik bagi kita / berkat bagi kita), maka mungkin Elifas mengartikan hal-hal besar / tak terduga itu sebagai hal-hal yang baik bagi kita.

Kalau ini benar, maka jelas bahwa pengertian Elifas salah. Hal tak terduga yang dilakukan oleh Allah itu bukan hanya dalam arti yang baik dalam pandangan kita, tetapi juga dalam arti yang buruk dalam pandangan kita. Ini yang membuat hidup mengikut Tuhan itu menjadi sukar, dan seringkali sangat membingungkan.

Ayub 5: 11-16: “(11) Ia menempatkan orang yang hina pada derajat yang tinggi dan orang yang berdukacita mendapat pertolongan yang kuat; (12) Ia menggagalkan rancangan orang cerdik, sehingga usaha tangan mereka tidak berhasil; (13) Ia menangkap orang berhikmat dalam kecerdikannya sendiri, sehingga rancangan orang yang belat-belit digagalkan. (14) Pada siang hari mereka tertimpa gelap, dan pada tengah hari mereka meraba-raba seperti pada waktu malam. (15) Tetapi Ia menyelamatkan orang-orang miskin dari kedahsyatan mulut mereka, dan dari tangan orang yang kuat. (16) Demikianlah ada harapan bagi orang kecil, dan kecurangan tutup mulut.”.

1) Pasti yang dimaksud dengan ‘orang yang hina’ (ay 11) dan ‘orang yang berdukacita’ (ay 11) dan juga ‘orang-orang miskin’ (ay 15) dan ‘orang kecil’ (ay 16) adalah orang-orang yang benar / anak-anak Allah.

Kalau Theologia Kemakmuran itu memang benar, maka merupakan sesuatu yang sangat aneh bahwa Kitab Suci menggunakan istilah-istilah seperti ini untuk menggambarkan anak-anak Allah!

Orang-orang yang seperti ini akan ditolong oleh Allah.

Bdk. Maz 12:6 - “Oleh karena penindasan terhadap orang-orang yang lemah, oleh karena keluhan orang-orang miskin, sekarang juga Aku bangkit, firman TUHAN; Aku memberi keselamatan kepada orang yang menghauskannya.”.

2) Sebaliknya, yang ia maksudkan dengan ‘orang cerdik’ (ay 12), ‘orang berhikmat’ (ay 13), ‘orang yang belat-belit’ (ay 13), dan ‘orang yang kuat’ (ay 15) pasti adalah orang-orang jahat / tak beriman.

Kata-kata ‘cerdik’ dan ‘berhikmat’ harus diartikan dalam arti negatif, yaitu ‘licik’.

Kata-kata ‘belat-belit’ kelihatannya merupakan terjemahan yang salah.

KJV: ‘the froward’ [= orang yang keras kepala / tegar tengkuk].

NIV: ‘wily’ [= cerdik, lihai].

Kata-kata ‘dari kedahsyatan mulut mereka, dan dari tangan orang yang kuat’ dalam ay 15 menunjukkan bahwa orang-orang jahat itu menyerang bukan hanya dengan tangan / kekuatan mereka, tetapi juga dengan mulut / lidah mereka (dalam bentuk tipu daya, dusta, fitnah, dsb).

Orang-orang yang seperti ini akan dihancurkan oleh Allah.

Matthew Henry: “There is a supreme power that manages and overrules men who think themselves free and absolute, and fulfils its own purposes in spite of their projects. ... The froward, that walk contrary to God and the interests of his kingdom, are often very crafty; for they are the seed of the old serpent that was noted for his subtlety. They think themselves wise, but, at the end, will be fools.” [= Ada suatu kuasa yang tertinggi yang mengatur dan melindas / mengesampingkan orang-orang yang mengira diri mereka bebas dan mutlak, dan menggenapi tujuan / rencananya sendiri sekalipun orang-orang itu mempunyai rencana mereka sendiri. ... Orang yang keras kepala, yang berjalan / hidup bertentangan dengan Allah dan kepentingan-kepentingan dari kerajaanNya, seringkali sangat ahli / cerdik; karena mereka adalah benih dari ular tua yang terkenal karena kelicikannya. Mereka mengira diri mereka sendiri bijaksana, tetapi pada akhirnya, akan menjadi orang-orang bodoh / tolol.].

Matthew Henry lalu memberi contoh tentang orang-orang cerdik / licik seperti itu, yaitu Ahitofel, Sanbalat, dan Haman. Juga negara-negara / bangsa-bangsa yang berkomplot melawan Israel dalam jaman Perjanjian Lama. Mereka mula-mula kelihatannya menang, tetapi pada akhirnya dihancurkan.

Matthew Henry: “That which enemies have designed for the ruin of the church has often turned to their own ruin (v. 13): He takes the wise in their own craftiness, and snares them in the work of their own hands, Ps. 7:15-16; 9:15-16. This is quoted by the apostle (1 Cor. 3:19) to show how the learned men of the heathen were befooled by their own vain philosophy.” [= Apa yang direncanakan oleh musuh-musuh bagi kehancuran gereja sering telah berbalik bagi kehancuran mereka sendiri (ay 13): Ia menangkap orang-orang berhikmat dalam kecerdikannya, dan menjerat mereka dalam pekerjaan tangan mereka sendiri, Maz 7:16-17; 9:16-17. Ini dikutip oleh sang rasul (1Kor 3:19) untuk menunjukkan bagaimana orang-orang kafir yang terpelajar ditipu oleh filsafat sia-sia mereka sendiri.].

Maz 7:16-17 - “(16) Ia membuat lobang dan menggalinya, tetapi ia sendiri jatuh ke dalam pelubang yang dibuatnya. (17) Kelaliman yang dilakukannya kembali menimpa kepalanya, dan kekerasannya turun menimpa batu kepalanya.”.

Maz 9:16-17 - “(16) Bangsa-bangsa terbenam dalam pelubang yang dibuatnya, kakinya tertangkap dalam jaring yang dipasangnya sendiri. (17) TUHAN telah memperkenalkan diriNya, Ia menjalankan penghakiman; orang fasik terjerat dalam perbuatan tangannya sendiri. Higayon. Sela”.

1Kor 3:19 - “Karena hikmat dunia ini adalah kebodohan bagi Allah. Sebab ada tertulis: ‘Ia yang menangkap orang berhikmat dalam kecerdikannya.’”.

3) Ay 14 menunjukkan penghakiman Allah yang menyebabkan orang-orang jahat itu kebingungan / terhilang, bahkan dalam hal yang mudah dan jelas.

Ayub 5: 14: “Pada siang hari mereka tertimpa gelap, dan pada tengah hari mereka meraba-raba seperti pada waktu malam.”.

Jamieson, Fausset & Brown: “Judicial blindness often is sent upon keen men of the world” [= Kebutaan yang merupakan penghukuman sering dikirimkan kepada orang-orang yang hebat / tajam dari dunia ini].

Jamieson, Fausset & Brown lalu memberikan beberapa ayat di bawah ini:

a) Ul 28:28-29 - “(28) TUHAN akan menghajar engkau dengan kegilaan, kebutaan dan kehilangan akal, (29) sehingga engkau meraba-raba pada waktu tengah hari, seperti seorang buta meraba-raba di dalam gelap; perjalananmu tidak akan beruntung, tetapi engkau selalu diperas dan dirampasi, dengan tidak ada seorang yang datang menolong.”.

b) Yes 59:10 - “Kami meraba-raba dinding seperti orang buta, dan meraba-raba seolah-olah tidak punya mata; kami tersandung di waktu tengah hari seperti di waktu senja, duduk di tempat gelap seperti orang mati.”.

c) Yoh 9:39 - “Kata Yesus: ‘Aku datang ke dalam dunia untuk menghakimi, supaya barangsiapa yang tidak melihat, dapat melihat, dan supaya barangsiapa yang dapat melihat, menjadi buta.’”.

4) Kata-kata yang benar, tetapi diterapkan secara salah.

Jamieson, Fausset & Brown: “Paul (1 Cor. 3:19) quoted this clause with the formula establishing its inspiration, ‘It is written.’” [= Paulus (1Kor 3:19) mengutip anak kalimat ini dengan formula yang meneguhkan pengilhamannya ‘Ada tertulis’.].

Bahwa kata-kata itu dikutip oleh Paulus dengan embel-embel ‘ada tertulis’, jelas menunjukkan bahwa kata-kata Elifas ini benar. Tetapi ia menerapkannya secara salah. Ayub yang seharusnya termasuk golongan 1, dianggap termasuk golongan 2. Ini menyebabkan, secara keseluruhan ‘khotbah’nya menjadi kacau!

5) Dari Ayub 5: 11-16 dimana Elifas menunjukkan bahwa Allah berpihak pada orang yang lemah / benar, tetapi menentang orang jahat, maka lagi-lagi kita melihat bahwa tujuan dari semua penggambarannya tentang Allah ini adalah untuk menghakimi Ayub. Bahwa Ayub mengalami penderitaan seperti itu menunjukkan bahwa Allah menentang dia, dan itu berarti dia termasuk orang jahat.

Ayub 5: 17-18: “(17) Sesungguhnya, berbahagialah manusia yang ditegur Allah; sebab itu janganlah engkau menolak didikan Yang Mahakuasa. (18) Karena Dialah yang melukai, tetapi juga yang membebat; Dia yang memukuli, tetapi yang tanganNya menyembuhkan pula.”.

1) Francis I. Andersen mengatakan (hal 121) bahwa penekanan dari Ayub 5:17-27 ini adalah bahwa orang yang menghadapi penderitaan dengan cara / hati / sikap yang benar akan berbahagia.

2) Kata-kata Elifas dalam ay 17-18 ini jelas benar, dan sesuai dengan banyak ayat Kitab Suci lain, seperti:

a) Ul 32:39 - “Lihatlah sekarang, bahwa Aku, Akulah Dia. Tidak ada Allah kecuali Aku. Akulah yang mematikan dan yang menghidupkan, Aku telah meremukkan, tetapi Akulah yang menyembuhkan, dan seorangpun tidak ada yang dapat melepaskan dari tanganKu.”.

b) Amsal 3:11-12 - “(11) Hai anakku, janganlah engkau menolak didikan TUHAN, dan janganlah engkau bosan akan peringatanNya. (12) Karena TUHAN memberi ajaran kepada yang dikasihiNya, seperti seorang ayah kepada anak yang disayangi.”.

Catatan: kata ‘ajaran’ dalam ay 12 seharusnya diterjemahkan ‘hajaran’. NIV: ‘discipline’ [= disiplin].

c) Hos 6:1 - “‘Mari, kita akan berbalik kepada TUHAN, sebab Dialah yang telah menerkam dan yang akan menyembuhkan kita, yang telah memukul dan yang akan membalut kita.”.

d) Ibr 12:5-11 - “(5) Dan sudah lupakah kamu akan nasihat yang berbicara kepada kamu seperti kepada anak-anak: ‘Hai anakku, janganlah anggap enteng didikan Tuhan, dan janganlah putus asa apabila engkau diperingatkanNya; (6) karena Tuhan menghajar orang yang dikasihiNya, dan Ia menyesah orang yang diakuiNya sebagai anak.’ (7) Jika kamu harus menanggung ganjaran; Allah memperlakukan kamu seperti anak. Di manakah terdapat anak yang tidak dihajar oleh ayahnya? (8) Tetapi, jikalau kamu bebas dari ganjaran, yang harus diderita setiap orang, maka kamu bukanlah anak, tetapi anak-anak gampang. (9) Selanjutnya: dari ayah kita yang sebenarnya kita beroleh ganjaran, dan mereka kita hormati; kalau demikian bukankah kita harus lebih taat kepada Bapa segala roh, supaya kita boleh hidup? (10) Sebab mereka mendidik kita dalam waktu yang pendek sesuai dengan apa yang mereka anggap baik, tetapi Dia menghajar kita untuk kebaikan kita, supaya kita beroleh bagian dalam kekudusanNya. (11) Memang tiap-tiap ganjaran pada waktu ia diberikan tidak mendatangkan sukacita, tetapi dukacita. Tetapi kemudian ia menghasilkan buah kebenaran yang memberikan damai kepada mereka yang dilatih olehnya.”.

Matthew Henry: “though he wounds, yet his hands make whole in due time; ... God’s usual method is first to wound and then to heal, first to convince and then to comfort, first to humble and then to exalt; and (as Mr. Caryl observes) he never makes a wound too great, too deep, for his own cure.” [= sekalipun Ia melukai, tetapi tanganNya mengutuhkan / menyembuhkan pada waktunya; ... metode Allah yang umum adalah mula-mula melukai dan lalu menyembuhkan, mula-mula meyakinkan / menyadarkan dan lalu menghibur, mula-mula merendahkan dan lalu meninggikan; dan (seperti diperhatikan oleh Mr. Caryl) Ia tidak pernah membuat luka yang terlalu besar, terlalu dalam, bagi penyembuhanNya sendiri.].

Perlu dicamkan bahwa kata-kata “berbahagialah manusia yang ditegur Allah; ... dst”, tidak berarti bahwa saat kita dilukai oleh Allah itu merupakan saat yang menyenangkan. Tetapi artinya adalah, bahwa akibat / hasil dari semua itu akan menyenangkan / menguntungkan kita. Ini sesuai dengan kata-kata dari Ibr 12:11 - “Memang tiap-tiap ganjaran pada waktu ia diberikan tidak mendatangkan sukacita, tetapi dukacita. Tetapi kemudian ia menghasilkan buah kebenaran yang memberikan damai kepada mereka yang dilatih olehnya.”.

3) Ayub 5: 18: “Karena Dialah yang melukai, tetapi juga yang membebat; Dia yang memukuli, tetapi yang tanganNya menyembuhkan pula.”.

Norman C. Habel: “Israelite theology in general leaves no room for a dualism in which the god of death or evil is distinct from the god of life and good. Yahweh, not Satan or some other figure, was ultimately responsible for calamities and sickness. Job, therefore, had to come to terms with God and why he had crushed him.” [= Theologia Israel secara umum tidak memberi tempat bagi dualisme dalam mana allah dari kematian atau bencana / kejahatan berbeda dengan allah dari kehidupan dan kebaikan. Yahweh, bukan Iblis atau makhluk lain manapun, pada akhirnya / ujung terakhir adalah penanggung jawab dari bencana dan penyakit. Karena itu, Ayub harus mencapai kata sepakat dengan Allah dan mengapa Ia telah meremukkannya.] - hal 36.

Catatan: Ini sangat berbeda dengan pandangan populer saat ini, yang mengatakan bahwa semua hal-hal yang baik berasal dari Allah, sedangkan hal-hal yang jelek / jahat berasal dari setan.

Bandingkan dengan ayat-ayat di bawah ini:

a) Ayub 1:21 - “katanya: ‘Dengan telanjang aku keluar dari kandungan ibuku, dengan telanjang juga aku akan kembali ke dalamnya. TUHAN yang memberi, TUHAN yang mengambil, terpujilah nama TUHAN!’”.

b) Maz 75:7-8 - “(7) Sebab bukan dari timur atau dari barat dan bukan dari padang gurun datangnya peninggian itu, (8) tetapi Allah adalah Hakim: direndahkanNya yang satu dan ditinggikanNya yang lain.”.

c) Amsal 22:2 - “Orang kaya dan orang miskin bertemu; yang membuat mereka semua ialah TUHAN.”.

NIV: ‘Rich and poor have this in common: The LORD is the Maker of them all’ [= Orang kaya dan miskin mempunyai persamaan dalam hal ini: TUHAN adalah Pembuat / Pencipta mereka semua].

d) Pkh 7:14 - “Pada hari mujur bergembiralah, tetapi pada hari malang ingatlah, bahwa hari malang inipun dijadikan Allah seperti juga hari mujur, supaya manusia tidak dapat menemukan sesuatu mengenai masa depannya.”.

e) Yes 45:6b-7 - “(6b) Akulah TUHAN dan tidak ada yang lain, (7) yang menjadikan terang dan menciptakan gelap, yang menjadikan nasib mujur dan menciptakan nasib malang; Akulah TUHAN yang membuat semuanya ini.”.

f) Rat 3:37-38 - “(37) Siapa berfirman, maka semuanya jadi? Bukankah Tuhan yang memerintahkannya? (38) Bukankah dari mulut Yang Mahatinggi keluar apa yang buruk dan apa yang baik?”.

g) Amos 3:6 - “Adakah sangkakala ditiup di suatu kota, dan orang-orang tidak gemetar? Adakah terjadi malapetaka di suatu kota, dan TUHAN tidak melakukannya?”.

Ayub 5: 19-20: “(19) Dari enam macam kesesakan engkau diluputkanNya dan dalam tujuh macam engkau tidak kena malapetaka. (20) Pada masa kelaparan engkau dibebaskanNya dari maut, dan pada masa perang dari kuasa pedang.”.

1) Kata-kata ‘enam ... tujuh’ merupakan ungkapan yang berarti ‘berulang-kali’ atau ‘banyak kali’ (Adam Clarke dan Norman C. Habel).

2) Ini menunjukkan bahwa akan ada banyak bencana, tetapi juga banyak pembebasan / pertolongan dari Allah.

Matthew Henry: “it is here promised that as afflictions and troubles recur supports and deliverances shall be graciously repeated, ... This intimates that, as long as we are here in this world, we must expect a succession of troubles, that the clouds will return after the rain. After six troubles may come a seventh; after many, look for more; but out of them all will God deliver those that are his, 2 Tim. 3:11; Ps. 34:19. Former deliverances are not, as among men, excuses from further deliverances, but earnests of them, Prov. 19:19.” [= di sini dijanjikan bahwa sebagaimana penderitaan dan kesukaran berulang, bantuan dan pembebasan juga akan berulang dengan penuh kemurahan, ... Ini menunjukkan bahwa, selama kita ada di dunia ini, kita harus mengharapkan suatu rangkaian kesukaran berturut-turut, dan bahwa awan akan kembali setelah hujan. Setelah 6 kesukaran, akan datang yang ke 7; setelah banyak kesukaran, lihatlah / carilah lebih banyak lagi; karena dari semua itu Allah akan membebaskan mereka yang adalah milikNya, 2Tim 3:11; Maz 34:20. Pembebasan yang dulu bukanlah, seperti di antara manusia, merupakan alasan untuk tidak adanya pembebasan selanjutnya, tetapi jaminan tentang adanya mereka, Amsal 19:19.].

2Tim 3:11 - “Engkau telah ikut menderita penganiayaan dan sengsara seperti yang telah kuderita di Antiokhia dan di Ikonium dan di Listra. Semua penganiayaan itu kuderita dan Tuhan telah melepaskan aku dari padanya.”.

Maz 34:20 - “Kemalangan orang benar banyak, tetapi TUHAN melepaskan dia dari semuanya itu;”.

Amsal 19:19 - “Orang yang sangat cepat marah akan kena denda, karena jika engkau hendak menolongnya, engkau hanya menambah marahnya.”.

KJV menterjemahkan secara sangat berbeda.

KJV: “A man of great wrath shall suffer punishment: for if thou deliver him, yet thou must do it again.” [= seorang dari kemarahan yang besar akan mengalami hukuman: karena jika engkau membebaskannya / menyelamatkannya, akhirnya engkau harus melakukannya lagi.].

Semua Alkitab bahasa Inggris menterjemahkan seperti KJV.

Catatan: kata ‘thou’ [= engkau] di sini tidak menunjuk kepada Tuhan, sehingga saya menganggap ayat ini sama sekali tidak cocok!

Bandingkan juga dengan ayat-ayat ini:

a) Maz 33:18-19 - “(18) Sesungguhnya, mata TUHAN tertuju kepada mereka yang takut akan Dia, kepada mereka yang berharap akan kasih setiaNya, (19) untuk melepaskan jiwa mereka dari pada maut dan memelihara hidup mereka pada masa kelaparan.”.

b) Maz 37:18-19 - “(18) TUHAN mengetahui hari-hari orang yang saleh, dan milik pusaka mereka akan tetap selama-lamanya; (19) mereka tidak akan mendapat malu pada waktu kecelakaan, dan mereka akan menjadi kenyang pada hari-hari kelaparan.”.

3) Bencana / kesukaran bisa menimpa orang saleh, tetapi bukan bencana / kesukaran yang betul-betul merugikan / menghancurkan.

Matthew Henry: “whatever troubles good men may be in, there shall no evil touch them; they shall do them no real harm; the malignity of them, the sting, shall be taken out; they may hiss, but they cannot hurt, Ps. 91:10.” [= kesukaran-kesukaran apapun yang dialami oleh orang-orang yang saleh, tidak akan ada bencana yang menyentuh mereka; hal-hal itu tidak akan menyebabkan kerugian yang sungguh-sungguh pada diri mereka, bahaya dari hal-hal itu, sengatnya, akan dikeluarkan; mereka bisa mendesis, tetapi tidak bisa melukai, Maz 91:10.].

Maz 91:10 - “malapetaka tidak akan menimpa kamu, dan tulah tidak akan mendekat kepada kemahmu;”.

Ayub 5: 21: “Dari cemeti lidah engkau terlindung, dan engkau tidak usah takut, bila kemusnahan datang.”.

Barnes’ Notes: “‘Thou shalt be hid from the scourge of the tongue.’ ... The word rendered ‘scourge’ - SHOWT - means properly ‘a whip.’ ... Here it is used to denote a slanderous tongue, as being that which inflicts a severe wound upon the reputation and peace of an individual. The idea is, that God would guard the reputation of those who commit themselves to him, and that they shall be secure from slander,” [= ‘Engkau akan tersembunyi dari sesahan / cambukan lidah’. ... Kata yang diterjemahkan ‘sesahan’ - SHOWT - arti sebenarnya memang adalah ‘suatu cambuk’. ... Di sini itu digunakan untuk menunjuk pada suatu lidah yang memfitnah, karena itu bisa memberikan luka yang parah pada reputasi dan damai dari seorang individu. Gagasannya adalah, bahwa Allah akan menjaga reputasi dari mereka yang menyerahkan diri mereka sendiri kepadaNya, dan bahwa mereka akan aman dari fitnahan,].

Bahwa Tuhan akan melindungi orang itu dari fitnahan, tidak berarti bahwa orang Kristen tidak bisa difitnah. Tuhan Yesus sendiri difitnah (Mat 26:60 Yoh 18:30), dan Ia mengatakan bahwa seorang murid tidak akan lebih dari Gurunya.

Mat 10:24-25 - “(24) Seorang murid tidak lebih dari pada gurunya, atau seorang hamba dari pada tuannya. (25) Cukuplah bagi seorang murid jika ia menjadi sama seperti gurunya dan bagi seorang hamba jika ia menjadi sama seperti tuannya. Jika tuan rumah disebut Beelzebul, apalagi seisi rumahnya.”.

Dan dalam Kitab Suci memang jelas ada banyak kasus orang percaya yang difitnah, seperti:

1. Nabot dalam 1Raja 21.

2. Stefanus dalam Kis 6:11,13-14.

3. Paulus dalam Kis 24:5.

Jadi, tentu tidak mungkin kita menafsirkan bahwa orang Kristen tidak bisa difitnah. Tentu orang Kristen bisa difitnah, tetapi Tuhan akan menjaga orang Kristen itu dari kehancuran akibat fitnahan tersebut.

Adam Clarke: “Perhaps no evil is more dreadful than the scourge of the tongue: evil-speaking, detraction, backbiting, calumny, slander, tale-bearing, whispering, and scandalizing, are some of the terms which we use when endeavouring to express the baleful influence and effects of that member which is a world of fire, kindled from the nethermost hell. The Scripture abounds with invectives and execrations against it. See Psa. 31:20; 52:2-4; Prov. 12:18; 14:3; James 3:5-8.” [= Mungkin tidak ada kejahatan yang lebih menakutkan dari pada cambukan lidah: membicarakan keburukan orang, merendahkan / mengolok-olok, tindakan menggigit dari belakang, fitnah, pergunjingan, bisikan / desas-desus, dan penceritaan skandal, adalah beberapa istilah yang kami gunakan pada waktu berusaha untuk menyatakan pengaruh dan akibat yang jahat / mematikan dari anggota yang merupakan dunia api, dinyalakan dari neraka yang paling bawah. Kitab Suci dibanjiri dengan cercaan dan kutukan terhadapnya. Lihat Maz 31:21; 52:4-6; Amsal 12:18; 14:3; Yak 3:5-8.].

Maz 31:19,21 - “(19) Biarlah bibir dusta menjadi kelu, yang mencaci maki orang benar dengan kecongkakan dan penghinaan! ... (21) Engkau menyembunyikan mereka dalam naungan wajahMu terhadap persekongkolan orang-orang; Engkau melindungi mereka dalam pondok terhadap perbantahan lidah.”.

Maz 52:4-6 - “(4) Engkau merancangkan penghancuran, lidahmu seperti pisau cukur yang diasah, hai engkau, penipu! (5) Engkau mencintai yang jahat lebih dari pada yang baik, dan dusta lebih dari pada perkataan yang benar. Sela (6) Engkau mencintai segala perkataan yang mengacaukan, hai lidah penipu!”.

Amsal 12:18 - “Ada orang yang lancang mulutnya seperti tikaman pedang, tetapi lidah orang bijak mendatangkan kesembuhan.”.

Amsal 14:3 - “Di dalam mulut orang bodoh ada rotan untuk punggungnya, tetapi orang bijak dipelihara oleh bibirnya.”.

Yak 3:5-8 - “(5) Demikian juga lidah, walaupun suatu anggota kecil dari tubuh, namun dapat memegahkan perkara-perkara yang besar. Lihatlah, betapapun kecilnya api, ia dapat membakar hutan yang besar. (6) Lidahpun adalah api; ia merupakan suatu dunia kejahatan dan mengambil tempat di antara anggota-anggota tubuh kita sebagai sesuatu yang dapat menodai seluruh tubuh dan menyalakan roda kehidupan kita, sedang ia sendiri dinyalakan oleh api neraka. (7) Semua jenis binatang liar, burung-burung, serta binatang-binatang menjalar dan binatang-binatang laut dapat dijinakkan dan telah dijinakkan oleh sifat manusia, (8) tetapi tidak seorangpun yang berkuasa menjinakkan lidah; ia adalah sesuatu yang buas, yang tak terkuasai, dan penuh racun yang mematikan.”.

Ayub 5: 22-23: “(22) Kemusnahan dan kelaparan akan kautertawakan dan binatang liar tidak akan kautakuti. (23) Karena antara engkau dan batu-batu di padang akan ada perjanjian, dan binatang liar akan berdamai dengan engkau.”.

1) Ayub 5: 22 menunjukkan iman, bukan kesombongan! Di tengah-tengah kesukaran dan bencana, orang Kristen itu akan tetap tenang / tidak takut.

Bdk. Mazmur 23:4 - “Sekalipun aku berjalan dalam lembah kekelaman, aku tidak takut bahaya, sebab Engkau besertaku; gadaMu dan tongkatMu, itulah yang menghibur aku.”.

2) Text ini, khususnya ay 23nya, menunjukkan adanya damai antara manusia dengan alam / seluruh ciptaan.

Tetapi jelas bahwa ini hanya berlaku pada saat manusia itu hidup sesuai dengan kehendak Tuhan. Pada waktu manusia itu hidup berdosa, maka akan lain ceritanya. Juga pada waktu manusia itu hidup secara bodoh (ini jelas merupakan kebodohan yang berdosa juga), sehingga menyebabkan terjadinya pemanasan global, maka yang sekarang terjadi adalah sebaliknya, dimana manusia dan alam kelihatannya bermusuhan!

Ayub 5: 24: “Engkau akan mengalami, bahwa kemahmu aman dan apabila engkau memeriksa tempat kediamanmu, engkau tidak akan kehilangan apa-apa.”.

1) Ada 2 terjemahan yang berbeda untuk bagian yang saya garis-bawahi.

RSV/NIV/NASB menterjemahkan seperti Kitab Suci Indonesia, tetapi KJV menterjemahkan secara berbeda.

KJV: ‘and shalt not sin’ [= dan tidak akan berbuat dosa].

Kata bahasa Ibraninya memang bisa diterjemahkan seperti KJV, dan Adam Clarke mengambil penterjemahan ini. Tetapi Albert Barnes menafsirkan secara berbeda, dan juga berbeda dengan arti yang diberikan oleh Kitab Suci Indonesia / RSV / NIV / NASB.

Barnes’ Notes: “‘And not sin.’ This is a very unhappy translation. The true sense is thou shalt not miss thy dwelling; thou shalt not wander away lost, to return no more. The word used here, and which is rendered ‘sin’ in our common version, is CHAATAA’. It is true that it is commonly rendered ‘to sin,’ and that it often has this sense. But it properly means ‘to miss;’ that is, not to hit the mark, spoken of a slinger (Judg. 20:16); then to make a false step, to stumble or fall, Prov. 19:2. It thus accords exactly in sense with the Greek HAMARTANOO. Here the original sense of the Hebrew word should be retained, meaning that he would not miss the way to his dwelling; that is, that he would be permitted to return to it in safety.” [= ‘Dan tidak berbuat dosa’. Ini merupakan suatu terjemahan yang sangat tidak tepat. Arti yang benar adalah ‘engkau tidak akan luput dari tempat tinggalmu; engkau tidak akan tersesat, sehingga tidak kembali lagi’. Kata yang digunakan di sini, dan yang diterjemahkan ‘berbuat dosa’ dalam versi umum kita adalah CHAATAA’. Memang benar bahwa kata itu pada umumnya diterjemahkan ‘berbuat dosa’, dan kata itu sering mempunyai arti ini. Tetapi kata itu seharusnya berarti ‘luput’; yaitu ‘tidak mengenai sasaran’, digunakan tentang seorang pengumban (Hak 20:16); lalu ‘membuat langkah yang salah, tersandung atau jatuh’, Amsal 19:2. Jadi, kata itu cocok persis artinya dengan kata Yunani HAMARTANOO. Di sini arti orisinil dari kata Ibraninya harus dipertahankan, berarti bahwa ia tidak akan luput dari jalan yang menuju tempat tinggalnya; yaitu, bahwa ia akan diijinkan pulang ke tempat tinggalnya dengan aman.].

Hak 20:16 - “Dari segala laskar ini ada tujuh ratus orang pilihan yang kidal, dan setiap orang dari mereka dapat mengumban dengan tidak pernah meleset sampai sehelai rambutpun.”.

Amsal 19:2 - “Tanpa pengetahuan kerajinanpun tidak baik; orang yang tergesa-gesa akan salah langkah.”.

2) Penekanan dari ayat ini adalah bahwa tempat tinggal / rumah, dan juga keluarga dan barang-barang / harta miliknya akan dijaga oleh Tuhan.

Saya berpendapat bahwa di sini lagi-lagi Elifas menyerang Ayub, yang hartanya habis, dan juga anak-anaknya mati semua. Rupanya Elifas menggunakan ini untuk menunjukkan bahwa Ayub bukan orang saleh.

Ayub 5: 25-26: “(25) Engkau akan mengalami, bahwa keturunanmu menjadi banyak dan bahwa anak cucumu seperti rumput di tanah. (26) Dalam usia tinggi engkau akan turun ke dalam kubur, seperti berkas gandum dibawa masuk pada waktunya.”.

1) Mungkin kata-kata ini juga ditujukan untuk mengecam Ayub, yang anak-anaknya mati semua.

H. H. Rowley: “This is characteristic of Eliphaz, whose conventional theology is untouched by human feeling.” [= Ini merupakan ciri dari Elifas, yang mempunyai theologia tradisionil yang tak tersentuh oleh perasaan manusia.] - hal 57.

2) Bahwa orang saleh selalu mati pada usia tua, jelas merupakan sesuatu yang tidak benar!

Ayub 5: 27: “Sesungguhnya, semuanya itu telah kami selidiki, memang demikianlah adanya; dengarkanlah dan camkanlah itu!’”.

1) Yang perlu dipertanyakan adalah: Bagaimana caranya ia menyelidiki? Berdasarkan pengalaman, seperti orang-orang yang mempercayai Theologia Kemakmuran?

Norman C. Habel: “He claimed that he, along with his companions in the wisdom school, has inquired into the teachings he has enunciated and found them to be true, despite the assertion that the great mysteries of God are ultimately ‘unsearchable’ (5:9).” [= Ia mengclaim bahwa ia, bersama-sama dengan teman-temannya dalam sekolah hikmat, telah menyelidiki ajaran-ajaran yang telah ia ucapkan dan mendapati bahwa ajaran-ajaran itu benar, bertentangan dengan penegasan bahwa misteri-misteri yang besar / agung dari Allah ‘tak terduga / terselami’ (5:9).] - hal 37.

2) Beberapa kritikan terhadap Elifas.

Francis I. Andersen mengatakan bahwa sukar menemukan sesuatu yang salah dalam theologia Elifas dalam Ayub 5: 17-27 ini. Dimana kesalahannya? Lalu mengapa ia ditegur oleh Tuhan dalam Ayub 42:7?

Ayub 42:7 - “Setelah TUHAN mengucapkan firman itu kepada Ayub, maka firman TUHAN kepada Elifas, orang Teman: ‘MurkaKu menyala terhadap engkau dan terhadap kedua sahabatmu, karena kamu tidak berkata benar tentang Aku seperti hambaKu Ayub.”.

BACA JUGA: EKSPOSISI AYUB 4:1-6

Francis I. Andersen (Tyndale): “Elifaz’s fault is not that his doctrine is unsound; it is his ineptness as a counsellor. True words may be thin medicine for a man in the depths. ... Hence Eliphaz’s words, far from being a comfort, are a trap. ... Eliphaz has appealed to experience as well as to revelation. But history, certainly Job’s history, does not support his theory that you reap what you sow (4:8).” [= Kesalahan Elifas bukanlah bahwa ajarannya tidak sehat tetapi pada kebodohannya / ketidak-cakapannya sebagai seorang penasehat. Kata-kata yang benar bisa merupakan obat yang tipis / lemah bagi seseorang yang ada di kedalaman. ... Jadi, kata-kata Elifas, bukannya merupakan suatu penghiburan tetapi suatu jerat. ... Elifas telah naik banding kepada pengalaman maupun wahyu / penyataan. Tetapi sejarah, yang pasti sejarah dari Ayub, tidak mendukung teorinya bahwa engkau menuai apa yang engkau tabur (4:8).] - hal 123,124,125.

Ada banyak yang tidak saya setujui dari kata-kata Francis I. Andersen di sini. Menurut saya, jelas ada ajaran-ajaran Elifas yang tidak benar. Dan ajaran yang benarpun ia terapkan secara salah, sehingga tidak membawa kebaikan bagi orang yang menderita seperti Ayub. Juga saya berpendapat bahwa kata-kata ‘orang akan menuai apa yang ia tabur’ merupakan suatu kebenaran yang mutlak. Tetapi tuaiannya tidak selalu sama dengan apa yang ditaburkan, dan menuainya bisa terjadi dalam kehidupan setelah kematian. Juga, dalam kasus orang percaya, karena Kristus telah memikul hukuman dosa-dosanya, maka kasusnya menjadi berbeda.

Bdk. Mazmur 103:10 - “Tidak dilakukanNya kepada kita setimpal dengan dosa kita, dan tidak dibalasNya kepada kita setimpal dengan kesalahan kita,”.

Adam Clarke: “he miserably perverted them in his application of them to Job’s case and character.” [= ia menyimpangkan mereka secara menyedihkan dalam penerapannya pada kasus dan karakter Ayub.].

H. H. Rowley: “Eliphaz ends with a somewhat pontifical observation, sure that he has apprehended the whole truth - a common mark of the closed mind. Strahan describes him as a pedantic theorist, and adds: "No wonder that, as a physician, Eliphaz only irritated the wounds he intended to heal; as a preacher, he offered ‘empty chaff well meant for grain’."” [= Elifas mengakhiri dengan pengamatan yang agak bersifat kesombongan, yakin bahwa ia telah mengerti seluruh kebenaran - suatu tanda umum dari pikiran yang tertutup. Strahan menggambarkan dia sebagai seorang teoretist yang suka memamerkan ilmunya, dan menambahkan: "Tak heran bahwa, sebagai seorang dokter, Elifas hanya memperburuk luka-luka yang ia maksudkan untuk sembuhkan; sebagai seorang pengkhotbah, ia menawarkan ‘sekam yang kosong yang dimaksudkan secara baik sebagai gandum’."] - hal 57-58. EKSPOSISI AYUB 5:1-27.

Catatan: Pdt. Budi Asali, M.Div:  meraih gelar Master of Divinity (M.Div) dari Reformed Theological Seminary (RTS), Jackson, Mississippi, United States of America
Next Post Previous Post