KEJADIAN 6:2 (ANAK-ANAK ALLAH DAN ANAK-ANAK MANUSIA)

Pdt.Budi Asali, M.Div.
KEJADIAN 6:2 (ANAK-ANAK ALLAH DAN ANAK-ANAK MANUSIA)
Kejadian 6:2: “maka anak-anak Allah melihat, bahwa anak-anak perempuan manusia itu cantik-cantik, lalu mereka mengambil istri dari antara perempuan-perempuan itu, siapa saja yang disukai mereka.”.

a) Ada macam-macam penafsiran tentang anak-anak Allah yang mengambil istri anak-anak perempuan manusia dalam ay 2 ini.

1. Istilah ‘anak-anak Allah’ artinya ‘orang-orang yang berkedudukan tinggi’, sedangkan istilah ‘anak-anak perempuan manusia’ artinya ‘orang-orang yang berkedudukan rendah’. Tetapi tidak ada dasar penafsiran seperti itu, karena dalam Kitab Suci memang kata-kata itu tidak pernah diartikan seperti itu.

Calvin: “The opinion also of the Chaldean paraphrase is frigid; namely, that promiscuous marriages between the sons of nobles, and the daughters of plebeians, is condemned.” (= Juga pandangan dari parafrase Kasdim adalah kaku / dingin; yaitu bahwa pernikahan-pernikahan sembarangan antara anak-anak dari orang-orang yang mulia, dan anak-anak perempuan dari orang-orang biasa / rendahan, dikecam.).

2. Istilah ‘anak-anak Allah’ artinya ‘malaikat-malaikat’, sedangkan istilah ‘anak-anak perempuan manusia’ artinya ‘manusia-manusia / orang-orang’. Jadi di sini dianggap terjadi perkawinan antara malaikat dan manusia.

Hal-hal yang dianggap mendukung pandangan ini:

a. Malaikat sering disebut ‘anak Allah’.

Ayub 1:6 - “Pada suatu hari datanglah anak-anak Allah menghadap TUHAN dan di antara mereka datanglah juga Iblis.”.

Ayub 2:1 - “Pada suatu hari datanglah anak-anak Allah menghadap TUHAN dan di antara mereka datang juga Iblis untuk menghadap TUHAN.”.

Ayub 38:7 - “pada waktu bintang-bintang fajar bersorak-sorak bersama-sama, dan semua anak Allah bersorak-sorai?”.

Daniel 3:25,28 - “(25) Katanya: ‘Tetapi ada empat orang kulihat berjalan-jalan dengan bebas di tengah-tengah api itu; mereka tidak terluka, dan yang keempat itu rupanya seperti anak dewa!’ ... (28) Berkatalah Nebukadnezar: ‘Terpujilah Allahnya Sadrakh, Mesakh dan Abednego! Ia telah mengutus malaikatNya dan melepaskan hamba-hambaNya, yang telah menaruh percaya kepadaNya, dan melanggar titah raja, dan yang menyerahkan tubuh mereka, karena mereka tidak mau memuja dan menyembah allah manapun kecuali Allah mereka.”.

Ay 25 (KJV): ‘The Son of God’ (= Anak Allah).

Ay 25 (RSV/NIV/NASB): ‘a son of the gods’ (= seorang anak dari dewa-dewa).

b. 2Pet 2:4 & Yudas 6-7 dianggap menunjuk pada saat ini.

2Petrus 2:4 - “Sebab jikalau Allah tidak menyayangkan malaikat-malaikat yang berbuat dosa tetapi melemparkan mereka ke dalam neraka dan dengan demikian menyerahkannya ke dalam gua-gua yang gelap untuk menyimpan mereka sampai hari penghakiman;”.

Yudas 6-7 - “(6) Dan bahwa Ia menahan malaikat-malaikat yang tidak taat pada batas-batas kekuasaan mereka, tetapi yang meninggalkan tempat kediaman mereka, dengan belenggu abadi di dalam dunia kekelaman sampai penghakiman pada hari besar, (7) sama seperti Sodom dan Gomora dan kota-kota sekitarnya, yang dengan cara yang sama melakukan percabulan dan mengejar kepuasan-kepuasan yang tak wajar, telah menanggung siksaan api kekal sebagai peringatan kepada semua orang.”.

Tetapi saya menganggap bahwa ayat-ayat ini menunjuk pada kejatuhan pertama dari malaikat.

c. Dari perkawinan ini lahir ‘raksasa’ (ay 4).

Kejadian 6:4: “Pada waktu itu orang-orang raksasa ada di bumi, dan juga pada waktu sesudahnya, ketika anak-anak Allah menghampiri anak-anak perempuan manusia, dan perempuan-perempuan itu melahirkan anak bagi mereka; inilah orang-orang yang gagah perkasa di zaman purbakala, orang-orang yang kenamaan.”.

Jadi, pernikahan yang tidak wajar antara malaikat dan manusia ini dianggap menghasilkan anak yang juga tidak wajar, yaitu ‘raksasa’.

Tetapi kata-kata ‘orang-orang raksasa’ ini salah penafsiran / terjemahan. Nanti kita bisa melihat penafsiran yang benar tentang ay 4 ini.

Hal-hal yang tidak memungkinkan dari pandangan ini:

a. Alkitab mengatakan bahwa malaikat tidak kawin (Mat 22:30).

Matius 22:30 - “Karena pada waktu kebangkitan orang tidak kawin dan tidak dikawinkan melainkan hidup seperti malaikat di sorga.”.

b. Ay 2 itu mengatakan ‘mengambil istri’, bukan sekedar melakukan hubungan sex.

Kejadian 6: 2: “maka anak-anak Allah melihat, bahwa anak-anak perempuan manusia itu cantik-cantik, lalu mereka mengambil isteri dari antara perempuan-perempuan itu, siapa saja yang disukai mereka.”.

Ini lebih-lebih tidak mungkin dilakukan oleh malaikat.

c. Dalam ay 3,6,7 yang dihukum adalah manusianya saja, malaikatnya tidak.

Kejadian 6:3,6,7: “(3) Berfirmanlah TUHAN: ‘RohKu tidak akan selama-lamanya tinggal di dalam manusia, karena manusia itu adalah daging, tetapi umurnya akan seratus dua puluh tahun saja.’ ... (6) maka menyesallah TUHAN, bahwa Ia telah menjadikan manusia di bumi, dan hal itu memilukan hatiNya. (7) Berfirmanlah TUHAN: ‘Aku akan menghapuskan manusia yang telah Kuciptakan itu dari muka bumi, baik manusia maupun hewan dan binatang-binatang melata dan burung-burung di udara, sebab Aku menyesal, bahwa Aku telah menjadikan mereka.’”.

Calvin: “That ancient figment, concerning the intercourse of angels with women, is abundantly refuted by its own absurdity; and it is surprising that learned men should formerly have been fascinated by ravings so gross and prodigious.” (= Isapan jempol kuno, berkenaan dengan hubungan sex dari malaikat-malaikat dengan perempuan-perempuan, dibantah secara berlimpah-limpah oleh kemustahilannya sendiri; dan merupakan sesuatu yang mengejutkan bahwa orang-orang terpelajar dahulu telah dipesonakan oleh ocehan yang begitu salah dan mengerikan.).

Jamieson, Fausset & Brown: “‎Keil, Faber, and others, have successfully shown that angels are not designated ‘the sons of God’ in any part of the Pentateuch; that there is no reference to angels in this passage; ... Moveover, not to dwell on the impossibility (Matt 22:30; Mark 12:25; Luke 20:36) of angels having such a carnal intercourse as is alluded to, and on the likelihood that Divine Providence would have immediately interposed rather than have deferred the judicial punishment of so enormous a violation of natural order for 120 years, the entire context of this passage refers to men as having corrupted their ways, and being, by the withdrawal of God’s Spirit, doomed to punishment. For these and other reasons, this opinion as to the connection of angels with women is generally opposed by orthodox divines as contrary to all sound notions both of philosophy and religion.” [= Keil, Faber, dan orang-orang lain, telah secara sukses menunjukkan bahwa malaikat-malaikat tidak disebut ‘anak-anak Allah’ dalam bagian manapun dari 5 kitab Musa; bahwa di sana tidak ada referensi kepada malaikat-malaikat dalam text ini; ... Lebih lagi, tanpa perlu berlama-lama pada ketidakmungkinan (Mat 22:30; Markus 12:25; Lukas 20:36) tentang malaikat-malaikat yang melakukan hubungan sex secara daging seperti yang disebutkan, dan pada kemungkinan bahwa Providensia Ilahi akan segera sudah ikut campur dari pada menunda hukuman yang bersifat pengadilan dari pelanggaran yang begitu besar dari keadaan alamiah yang benar untuk 120 tahun, seluruh kontext dari text ini menunjuk kepada orang-orang yang telah merusak jalan kehidupan dan keberadaan mereka, oleh penarikan dari Roh Allah, dipastikan pada penghukuman. Karena alasan-alasan ini dan yang lain-lain, pandangan berkenaan dengan hubungan malaikat-malaikat dengan perempuan-perempuan ini pada umumnya ditentang oleh ahli-ahli theologia ortodox sebagai bertentangan dengan semua pandangan / kepercayaan yang sehat, baik dari filsafat maupun agama.].

Jadi ada beberapa argumentasi yang diberikan oleh Jamieson, Fausset & Brown untuk menentang pandangan bahwa text ini menunjukkan adanya hubungan sex antara malaikat-malaikat dengan perempuan-perempuan, yaitu:

· malaikat tidak pernah disebut ‘anak Allah’ dalam 5 kitab Musa (Kej - Ul).

· Matius 22:30 dan ayat-ayat paralelnya dalam Markus dan Lukas menunjukkan kemustahilan hubungan sex tersebut.

· seandainya hubungan sex seperti itu terjadi, Allah pasti segera ikut campur dalam urusan yang merusak keadaan alamiah yang benar itu, dan bukannya menunda hukuman selama 120 tahun!

· Kontext dari ayat itu membicarakan orang-orang pada saat itu yang telah menjadi rusak, bukan membicarakan malaikat-malaikat.

Karena itu, bahwa Pdt. Yakub Tri, yang mengambil pandangan dari James M. Boice, mempercayai dan mengajarkan bahwa ayat ini membicarakan adanya hubungan sex antara malaikat-malaikat dan perempuan-perempuan, merupakan sesuatu yang tidak bisa saya mengerti!

3. Istilah ‘anak-anak Allah’ menunjuk kepada ‘orang-orang percaya’ (keturunan Set), sedangkan istilah ‘anak-anak perempuan manusia’ menunjuk kepada ‘orang-orang yang tidak percaya’ (keturunan Kain / orang-orang diluar keturunan Set).

Calvin: “Moses, then, does not distinguish the sons of God from the daughters of men, because they were of dissimilar nature, or of different origin; but because they were the sons of God by adoption, whom he had set apart for himself; while the rest remained in their original condition.” (= Maka, Musa tidak membedakan anak-anak Allah dari anak-anak perempuan manusia, karena mereka mempunyai hakekat / sifat dasar yang berbeda, atau berasal dari asal usul yang berbeda; tetapi karena mereka adalah anak-anak Allah oleh adopsi, yang telah Ia pisahkan bagi diriNya sendiri; sedangkan sisanya tetap ada dalam keadaan mereka yang orisinil.).

Calvin: “It was, therefore, base ingratitude in the posterity of Seth, to mingle themselves with the children of Cain, and with other profane races; because they voluntarily deprived themselves of the inestimable grace of God. For it was an intolerable profanation, to pervert, and to confound, the order appointed by God. It seems at first sight frivolous, that the sons of God should be so severely condemned, for having chosen for themselves beautiful wives from the daughters of men.” (= Karena itu, merupakan rasa tidak tahu terima kasih yang jelek / hina dalam keturunan dari Set, untuk mencampurkan diri mereka sendiri dengan anak-anak / keturunan dari Kain, dan dengan bangsa-bangsa duniawi yang lain; karena mereka dengan sukarela membuang diri mereka sendiri dari kasih karunia yang tidak ternilai dari Allah. Karena merupakan suatu penduniawian yang tidak bisa ditoleransi untuk menyeleweng / merusak dan mengacaukan perintah / tata tertib yang ditetapkan oleh Allah. Mula-mula itu kelihatannya konyol, bahwa anak-anak Allah harus dihukum dengan begitu keras, karena telah memilih bagi diri mereka sendiri istri-istri yang cantik dari anak-anak perempuan manusia.).

Calvin: “Should any one object, that they who had shamefully departed from the faith, and the obedience which God required, were unworthy to be accounted the sons of God; the answer is easy, that the honor is not ascribed to them, but to the grace of God, which had hitherto been conspicuous in their families. For when Scripture speaks of the sons of God, sometimes it has respect to eternal election, which extends only to the lawful heirs; sometimes to external vocations according to which many wolves are within the fold; and though, in fact, they are strangers, yet they obtain the name of sons, until the Lord shall disown them. Yea, even by giving them a title so honorable, Moses reproves their ingratitude, because, leaving their heavenly Father, they prostituted themselves as deserters.” (= Kalau ada siapapun yang keberatan, bahwa mereka yang dengan memalukan telah menyimpang dari iman, dan ketaatan yang dituntut Allah, adalah tidak layak untuk dianggap sebagai anak-anak Allah; jawabannya mudah, bahwa kehormatan itu tidak diberikan kepada mereka, tetapi pada kasih karunia Allah, yang sampai saat itu telah ada secara menyolok dalam keluarga mereka. Karena pada waktu Kitab Suci berbicara tentang anak-anak Allah, kadang-kadang itu berkenaan dengan pemilihan kekal, yang meluas hanya kepada pewaris-pewaris yang sah; kadang-kadang berkenaan dengan panggilan luar menurut mana banyak serigala ada di dalam kandang; dan sekalipun, dalam faktanya, mereka adalah orang-orang asing, tetapi mereka mendapatkan sebutan anak-anak sampai Tuhan menyangkal / tidak mengakui mereka. Ya, bahkan dengan memberikan mereka suatu gelar yang begitu terhormat, Musa mencela rasa tidak tahu terima kasih mereka, karena dengan meninggalkan Bapa surgawi mereka, mereka melacurkan diri mereka sendiri sebagai desertir / pembelot).

Matthew Henry: “Mixed marriages (v. 2): ‘The sons of God’ (that is, the professors of religion, who were called by the name of the Lord, and called upon that name), ‘married the daughters of men,’ that is, those that were profane, and strangers to God and godliness. The posterity of Seth did not keep by themselves, as they ought to have done, both for the preservation of their own purity and in detestation of the apostasy. They intermingled themselves with the excommunicated race of Cain:” [= Pernikahan campuran (ay 2): ‘Anak-anak Allah’ (yaitu pengaku-pengaku dari agama, yang disebut / dipanggil dengan nama Tuhan, dan dipanggil dengan nama itu), ‘menikahi anak-anak perempuan manusia’, artinya, mereka yang adalah duniawi, dan orang-orang asing bagi Allah dan kesalehan. Keturunan Set tidak menjaga diri mereka sendiri, seperti yang seharusnya mereka lakukan, baik untuk penjagaan / pemeliharaan kemurnian mereka sendiri dan kebencian terhadap kemurtadan. Mereka mencampurkan diri mereka sendiri dengan bangsa / keturunan Kain yang dikucilkan:].
KEJADIAN 6:2 (ANAK-ANAK ALLAH DAN ANAK-ANAK MANUSIA)
Adam Clarke: “As there is a distinction made here between men and those called the sons of God, it is generally supposed that the immediate posterity of Cain and that of Seth are intended. The first were mere men, such as fallen nature may produce, degenerate sons of a degenerate father, governed by the desire of the flesh, the desire of the eye, and the pride of life. The others were sons of God, not angels, as some have dreamed, but such as were, according to our Lord’s doctrine, born again, born from above, John 3:3,5-6, etc., and made children of God by the influence of the Holy Spirit, Gal 5:6. The former were apostates from the true religion, the latter were those among whom it was preserved and cultivated.” (= Karena disana ada suatu pembedaan yang dibuat di sini antara manusia dan mereka yang disebut anak-anak Allah, pada umumnya dianggap bahwa keturunan langsung dari Kain dan keturunan langsung dari Set yang dimaksudkan. Yang pertama adalah semata-mata manusia, seperti yang bisa dihasilkan oleh manusia yang sudah jatuh, anak-anak yang memburuk dari seorang bapa yang memburuk, diperintah oleh keinginan daging, keinginan dari mata, dan kesombongan kehidupan. Yang lain adalah anak-anak Allah, bukan malaikat-malaikat, seperti sebagian orang mimpikan, tetapi orang-orang itu adalah, sesuai dengan ajaran Tuhan kita, dilahirkan kembali, dilahirkan dari atas, Yoh 3:3,5-6, dsb., dan dijadikan anak-anak Allah oleh pengaruh dari Roh Kudus, Gal 5:6. Yang terdahulu adalah orang-orang yang murtad dari agama yang benar, yang belakangan adalah mereka di antara siapa agama yang benar dijaga / dipelihara dan ditumbuhkan / dikembangkan).

Catatan: saya kira Galatia 5:6 itu salah cetak karena sama sekali tidak cocok.

Jamieson, Fausset & Brown: “The most correct, and now the most prevalent, view of this passage - the view supported by Chrysostom and Augustine in ancient, and by Luther, Calvin, Hengstenberg, Keil, Faber, etc., in modern times - is that by ‘the sons of God,’ are meant the Sethites principally, but including also those other descendants of Adam who professed the same religious views and feelings: ... And by ‘the daughters of men,’ women of Cainite descent, including such as might have joined their degenerate society from other branches of the Adamic family.” (= Pandangan yang paling benar, dan sekarang paling lazim, tentang text ini - pandangan yang didukung oleh Chrysostom dan Agustinus pada jaman dulu, dan oleh Luther, Calvin, Hengstenberg, Keil, Faber, dsb., dalam jaman modern - adalah bahwa dengan ‘anak-anak Allah’ dimaksudkan terutama keturunan Set, tetapi juga mencakup keturunan yang lain dari Adam yang mengakui pandangan dan perasaan agamawi yang sama: ... Dan dengan ‘anak-anak perempuan manusia’, perempuan-perempuan dari keturunan Kain, mencakup orang-orang lain yang telah bergabung dengan masyarakat mereka yang memburuk dari cabang-cabang lain dari keluarga Adam).

Hal-hal yang mendukung pandangan ini:

a. Orang percaya memang selalu disebut ‘anak Allah’.

Ulangan 14:1 - “‘Kamulah anak-anak TUHAN, Allahmu; janganlah kamu menoreh-noreh dirimu ataupun menggundul rambut di atas dahimu karena kematian seseorang;”.

Ulangan 32:5,6 - “(5) Berlaku busuk terhadap Dia, mereka yang bukan lagi anak-anakNya, yang merupakan noda, suatu angkatan yang bengkok dan belat-belit. (6) Demikianlah engkau mengadakan pembalasan terhadap TUHAN, hai bangsa yang bebal dan tidak bijaksana? Bukankah Ia Bapamu yang mencipta engkau, yang menjadikan dan menegakkan engkau?”.

Yesaya 1:2,3 - “(2) Dengarlah, hai langit, dan perhatikanlah, hai bumi, sebab TUHAN berfirman: ‘Aku membesarkan anak-anak dan mengasuhnya, tetapi mereka memberontak terhadap Aku. (3) Lembu mengenal pemiliknya, tetapi Israel tidak; keledai mengenal palungan yang disediakan tuannya, tetapi umatKu tidak memahaminya.’”.


Hosea 1:10 - “Tetapi kelak, jumlah orang Israel akan seperti pasir laut, yang tidak dapat ditakar dan tidak dapat dihitung. Dan di tempat di mana dikatakan kepada mereka: ‘Kamu ini bukanlah umatKu,’ akan dikatakan kepada mereka: ‘Anak-anak Allah yang hidup.’”.

Mal 1:6 - “Seorang anak menghormati bapanya dan seorang hamba menghormati tuannya. Jika Aku ini bapa, di manakah hormat yang kepadaKu itu? Jika Aku ini tuan, di manakah takut yang kepadaKu itu? firman TUHAN semesta alam kepada kamu, hai para imam yang menghina namaKu. Tetapi kamu berkata: ‘Dengan cara bagaimanakah kami menghina namaMu?’”.

Yohanes 1:12 - “Tetapi semua orang yang menerimaNya diberiNya kuasa supaya menjadi anak-anak Allah, yaitu mereka yang percaya dalam namaNya;”.

1Yohanes 3:1 - “Lihatlah, betapa besarnya kasih yang dikaruniakan Bapa kepada kita, sehingga kita disebut anak-anak Allah, dan memang kita adalah anak-anak Allah. Karena itu dunia tidak mengenal kita, sebab dunia tidak mengenal Dia.”.

b. Penafsiran ini lebih cocok dengan kontext. Manusia mula-mula satu kesatuan, lalu memecah menjadi dua yaitu keturunan Kain (Kej 4) dan keturunan Set (Kej 5), tetapi sekarang dalam Kej 6 membaur lagi.

c. Keturunan Set disebut ‘anak Allah’; ini sesuai dengan kata-kata Hawa waktu Set dilahirkan (Kej 4:25).

Kejadian 4:25 - “Adam bersetubuh pula dengan isterinya, lalu perempuan itu melahirkan seorang anak laki-laki dan menamainya Set, sebab katanya: ‘Allah telah mengaruniakan kepadaku anak yang lain sebagai ganti Habel; sebab Kain telah membunuhnya.’”.

Catatan: saya menganggap argumentasi / ayat ini tak cocok.

Saya percaya pada pandangan yang ke 3 ini.

Next Post Previous Post