RENUNGAN 2 TIMOTIUS 2:22-26 (8 TUGAS TIMOTIUS)

Pdt.Budi Asali, M.Div.

RENUNGAN 2 TIMOTIUS 2:22-26 (8 TUGAS TIMOTIUS)

2 TIMOTIUS 2:1-26(16)

2Timotius 2:22-26(22) Sebab itu jauhilah nafsu orang muda, kejarlah keadilan, kesetiaan, kasih dan damai bersama-sama dengan mereka yang berseru kepada Tuhan dengan hati yang murni. (23) Hindarilah soal-soal yang dicari-cari, yang bodoh dan tidak layak. Engkau tahu bahwa soal-soal itu menimbulkan pertengkaran, (24) sedangkan seorang hamba Tuhan tidak boleh bertengkar, tetapi harus ramah terhadap semua orang. Ia harus cakap mengajar, sabar (25) dan dengan lemah lembut dapat menuntun orang yang suka melawan, sebab mungkin Tuhan memberikan kesempatan kepada mereka untuk bertobat dan memimpin mereka sehingga mereka mengenal kebenaran, (26) dan dengan demikian mereka menjadi sadar kembali, karena terlepas dari jerat Iblis yang telah mengikat mereka pada kehendaknya.”.

2 Timotius 2: 22: “Sebab itu jauhilah nafsu orang muda, kejarlah keadilan, kesetiaan, kasih dan damai bersama-sama dengan mereka yang berseru kepada Tuhan dengan hati yang murni.”.

William HendriksenThe way to cleanse oneself is to become detached from that which is evil and attached to that which is good. Hence, Paul continues: ‘But from the desires of youth flee away, and run after righteousness, faith, love, peace with those who call upon the Lord out of pure hearts.’ (= Cara / jalan untuk membersihkan diri sendiri adalah dengan memisahkan dari apa yang jahat dan melekatkan pada apa yang baik. Maka, Paulus melanjutkan: ‘Tetapi larilah dari keinginan-keinginan orang muda, dan kejarlah kebenaran, kesetiaan, kasih, damai dengan mereka yang memanggil Tuhan dari hati yang murni.’).

1) “Sebab itu jauhilah nafsu orang muda,”.

Kata ‘nafsu’.

KJV/NASB: ‘lusts’ (= nafsu-nafsu).

RSV: ‘passions’ (= nafsu-nafsu / keinginan-keinginan).

NIV: ‘desires’ (= keinginan-keinginan).

Kata ‘jauhilah’.

RSV: ‘shun’ (= hindarilah / jauhilah).

KJV/NIV/NASB/ASV/NKJV: ‘flee’ (= larilah).

Yang terakhir ini menurut saya merupakan terjemahan yang lebih tepat.

Timotius harus menjauhi / lari dari hal-hal yang negatif.

Mengapa Paulus mengatakan ‘nafsu orang muda’?

Calvin: “By this term he does not mean either a propensity to uncleanness, or any of those licentious courses or sinful lusts in which young men frequently indulge, but any impetuous passions to which the excessive warmth of that age is prone. If some debate has arisen, young men more quickly grow warm, are more easily irritated, more frequently blunder through want of experience, and rush forward with greater confidence and rashness, than men of riper age. With good reason, therefore, does Paul advise Timothy, being a young man, to be strictly on his guard against the vices of youth, which otherwise might easily drive him to useless disputes.” (= Dengan istilah ini ia tidak memaksudkan atau suatu kecenderungan pada kenajisan, atau apapun dari jalan-jalan yang tidak mempedulikan hukum atau nafsu-nafsu yang berdosa, dalam mana orang-orang muda sering memuaskan diri, tetapi nafsu / keinginan yang tergesa-gesa / tak sabar pada mana kehangatan yang berlebihan dari usia itu condong. Jika suatu perdebatan muncul, orang-orang muda menjadi panas dengan lebih cepat, lebih mudah jengkel, lebih sering melakukan blunder karena kurangnya pengalaman, dan maju dengan gegabah dengan keyakinan yang lebih besar dan kegegabahan, dari pada orang dengan usia yang lebih matang. Karena itu, dengan alasan yang baik Paulus menasihati Timotius, yang adalah seorang muda, untuk secara ketat berjaga-jaga terhadap kejahatan-kejahatan dari orang muda, yang kalau tidak, bisa dengan mudah mendorong dia pada pertengkaran yang sia-sia.).

Saya meragukan penafsiran Calvin tentang hal ini. Alasan saya, kalau hanya untuk hal seperti itu, mengapa Paulus menggunakan istilah yang begitu keras, yaitu ‘flee’ (= larilah)? Bandingkan dengan komentar-komentar Albert Barnes di bawah ini.

Barnes’ Notes: “‘Flee also youthful lusts.’ Such passions as youth are subject to. On the word ‘flee,’ and the pertinency of its use in such a connection, see the notes at 1 Cor 6:18. Paul felt that Timothy, then a young man, was subject to the same passions as other young men; and hence, his repeated cautions to him to avoid all those things, arising from his youth, which might be the occasion of scandal; ... It is to be remembered that this Epistle is applicable to other ministers, as well as to Timothy; and, to a young man in the ministry, no counsel could be more appropriate than to ‘FLEE from youthful lusts;’ not to indulge for a moment in those corrupt passions to which youth are subject,” (= ‘Larilah juga dari nafsu-nafsu orang muda’. Nafsu-nafsu seperti itu terhadap mana orang muda condong. Tentang kata ‘larilah’, dan kecocokan dari penggunaannya dalam hubungan seperti itu, lihat catatan pada 1Kor 6:18. Paulus merasa bahwa Timotius, yang pada saat itu adalah seorang muda, condong pada nafsu-nafsu yang sama seperti orang-orang muda yang lain; dan karena itu ia memberinya peringatan berulang-ulang untuk menghindari semua hal-hal itu, yang muncul dari kemudaannya, yang bisa menjadi penyebab dari skandal; ... Harus diingat bahwa Surat ini berlaku untuk pendeta-pendeta lain, maupun untuk Timotius; dan bagi seorang muda dalam pelayanan, tak ada nasehat yang bisa lebih cocok dari pada untuk ‘LARI dari nafsu-nafsu orang muda’; tidak memuaskan diri sesaatpun dalam nafsu-nafsu yang rusak / jahat itu pada mana orang muda condong,).

Barnes’ Notes (tentang 1Kor 6:18): “There is force and emphasis in the word ‘flee’ ‎FEUGATE‎. Man should ESCAPE from it; he should not stay to REASON about it; to debate the matter; or even to CONTEND with his propensities, and to try the strength of his virtue. There are some sins which a man can RESIST; some about which he can reason without danger of pollution. But this is a sin where a man is SAFE only when he flies; free from pollution only when he refuses to entertain a thought of it; secure when he seeks a victory by flight, and a conquest by retreat. Let a man turn away from it without reflection on it and he is safe. Let him think, and reason, and he may be ruined.” (= Ada kekuatan dan penekanan dalam kata ‘larilah’ FEUGATE. Orang harus LOLOS darinya; ia tidak boleh tinggal untuk BERARGUMENTASI tentangnya; memperdebatkan persoalan itu; atau bahkan menentang / melawannya dengan kecondongan-kecondongannya, dan mencoba / menguji kekuatan dari kebaikannya. Ada beberapa dosa-dosa yang orang bisa TAHAN; beberapa tentang mana ia bisa berargumentasi tanpa bahaya dari polusi. Tetapi ada suatu dosa dimana seseorang AMAN hanya kalau ia terbang / lari; bebas dari polusi hanya kalau ia menolak untuk mengenangnya; aman kalau ia mencari suatu kemenangan dengan lari, dan suatu penaklukan dengan mundur. Biarlah seseorang berbalik darinya tanpa pemikiran tentangnya dan ia aman. Biarlah ia berpikir, dan berargumentasi, dan ia bisa / mungkin dihancurkan.).

Bdk. Kejadian 39:7-12 - “(7) Selang beberapa waktu isteri tuannya memandang Yusuf dengan berahi, lalu katanya: ‘Marilah tidur dengan aku.’ (8) Tetapi Yusuf menolak dan berkata kepada isteri tuannya itu: ‘Dengan bantuanku tuanku itu tidak lagi mengatur apa yang ada di rumah ini dan ia telah menyerahkan segala miliknya pada kekuasaanku, (9) bahkan di rumah ini ia tidak lebih besar kuasanya dari padaku, dan tiada yang tidak diserahkannya kepadaku selain dari pada engkau, sebab engkau isterinya. Bagaimanakah mungkin aku melakukan kejahatan yang besar ini dan berbuat dosa terhadap Allah?’ (10) Walaupun dari hari ke hari perempuan itu membujuk Yusuf, Yusuf tidak mendengarkan bujukannya itu untuk tidur di sisinya dan bersetubuh dengan dia. (11) Pada suatu hari masuklah Yusuf ke dalam rumah untuk melakukan pekerjaannya, sedang dari seisi rumah itu seorangpun tidak ada di rumah. (12) Lalu perempuan itu memegang baju Yusuf sambil berkata: ‘Marilah tidur dengan aku.’ Tetapi Yusuf meninggalkan bajunya di tangan perempuan itu dan lari ke luar.”.

William Hendriksen: “The word ‘desire’ that is used in the original, whether in a favorable or unfavorable sense, always indicates strong yearning. As the footnote indicates, it is used far more often in an unfavorable than in a favorable sense. In the present passage, it is definitely sinful desire that is meant (‘From the desires of youth flee away’). Such sinful desires, as the footnote also proves, can be classified more or less after the manner of modern psychology (though here these yearnings would hardly be called sinful), as follows: (1). Pleasure, etc., the inordinate craving for the satisfaction of the physical appetites: the ‘lust’ for food and drink, pleasure-madness, uncontrolled sexual desire (Rom. 1:24; Rev. 18:14, etc.) (2). Power, etc., the ungoverned passion to be Number 1, the lust to ‘shine’ or be dominant. This results in envy, quarrelsomeness, etc. This sinful tendency is included prominently in such references as Gal. 5:16, 24; II Peter 2:10, 18; Jude 16, 18. (3). Possessions, etc., uncontrolled yearning for material possessions and for the ‘glory’ that goes with them (see I Tim. 6:9 in its context).” [= Kata ‘keinginan’ yang digunakan dalam bahasa aslinya, apakah dalam arti yang baik atau tidak baik, selalu menunjukkan hasrat yang kuat. Seperti ditunjukkan dalam catatan kaki, itu digunakan jauh lebih sering dalam arti yang tidak baik dari pada dalam arti yang baik. Dalam text saat ini, jelas keinginan berdosa yang dimaksudkan (‘Dari keinginan-keinginan orang muda larilah’). Keinginan-keinginan berdosa seperti itu, seperti juga dibuktikan pada catatan kaki, bisa digolongkan lebih kurang seperti cara dari psikologi modern (sekalipun di sini hasrat-hasrat ini hampir tak bisa disebut berdosa), sebagai berikut: (1.) Kesenangan, dsb., kebutuhan yang sangat banyak untuk pemuasan dari nafsu-nafsu / keinginan-keinginan fisik: ‘nafsu’ untuk makanan dan minuman, kegilaan terhadap kesenangan, keinginan sex yang tak terkontrol (Ro 1:24; Wah 18:14, dsb.) (2.) Kekuasaan, dsb., nafsu / keinginan yang tak terkuasai untuk menjadi yang nomor satu, nafsu untuk ‘bersinar’ atau menjadi dominan. Ini menghasilkan iri hati, kesukaan bertengkar, dsb. Kecenderungan berdosa ini termasuk secara menyolok dalam referensi-referensi seperti Galatia 5:16,24; 2Petrus 2:10,18; Yudas 16,18. (3.) Milik, dsb., hasrat yang tidak terkendali untuk kepemilikan materi dan untuk ‘kemuliaan’ yang berjalan bersama mereka (lihat 1Timotius 1:9 dalam kontextnya).].

Catatan: saya tak mengerti bagian yang saya garis-bawahi, bagaimana mungkin William Hendriksen mengatakan bahwa itu hampir tak bisa disebut berdosa.

Roma 1:24 - “Karena itu Allah menyerahkan mereka kepada keinginan hati mereka akan kecemaran, sehingga mereka saling mencemarkan tubuh mereka.”.

Wahyu 18:14 - “Dan mereka akan berkata: ‘Sudah lenyap buah-buahan yang diingini hatimu, dan segala yang mewah dan indah telah hilang dari padamu, dan tidak akan ditemukan lagi.’”.

Gal 5:16,24 - “(16) Maksudku ialah: hiduplah oleh Roh, maka kamu tidak akan menuruti keinginan daging. ... (24) Barangsiapa menjadi milik Kristus Yesus, ia telah menyalibkan daging dengan segala hawa nafsu dan keinginannya.”.

2Petrus 2:10,18 - “(10) terutama mereka yang menuruti hawa nafsunya karena ingin mencemarkan diri dan yang menghina pemerintahan Allah. Mereka begitu berani dan angkuh, sehingga tidak segan-segan menghujat kemuliaan, ... (18) Sebab mereka mengucapkan kata-kata yang congkak dan hampa dan mempergunakan hawa nafsu cabul untuk memikat orang-orang yang baru saja melepaskan diri dari mereka yang hidup dalam kesesatan.”.

Yudas 16,18 - “(16) Mereka itu orang-orang yang menggerutu dan mengeluh tentang nasibnya, hidup menuruti hawa nafsunya, tetapi mulut mereka mengeluarkan perkataan-perkataan yang bukan-bukan dan mereka menjilat orang untuk mendapat keuntungan. ... (18) Sebab mereka telah mengatakan kepada kamu: ‘Menjelang akhir zaman akan tampil pengejek-pengejek yang akan hidup menuruti hawa nafsu kefasikan mereka.’”.

1Timotius 1:9 - “yakni dengan keinsafan bahwa hukum Taurat itu bukanlah bagi orang yang benar, melainkan bagi orang durhaka dan orang lalim, bagi orang fasik dan orang berdosa, bagi orang duniawi dan yang tak beragama, bagi pembunuh bapa dan pembunuh ibu, bagi pembunuh pada umumnya,”.

Catatan: saya berpendapat 2 ayat pertama di atas tidak cocok untuk dijadikan referensi, dan demikian juga dengan ayat yang terakhir.

William Hendriksen: “Since these inordinate desires often assert themselves more turbulently in youth than in old age - as he grows older a Christian rises above them through the sanctifying grace of the Holy Spirit, bringing him gradually to spiritual maturity -, they are here fittingly called ‘the desires of youth’” [= Karena keinginan-keinginan yang banyak itu sering menyatakan diri mereka sendiri dengan lebih bergolak pada usia muda dari pada pada usia tua - pada waktu ia menjadi lebih tua, seorang Kristen naik di atas mereka melalui kasih karunia yang menguduskan dari Roh Kudus, membawanya secara perlahan-lahan pada kematangan rohani -, mereka di sini secara cocok dikatakan ‘keinginan-keinginan dari orang muda’].

2) “kejarlah keadilan, kesetiaan, kasih dan damai bersama-sama dengan mereka yang berseru kepada Tuhan dengan hati yang murni.”.

KJV/RSV/NIV/NASB: ‘righteousness, faith’ (= kebenaran, iman / kesetiaan).

Calvin: “‘With all that call on the Lord.’ Here, by a figure of speech, in which a part is taken for the whole, ‘calling on God’ is taken generally for worship, if it be not thought preferable to refer it to profession. But this is the chief part of the worship of God, and for that reason ‘calling on God’ often signifies the whole of religion or the worship of God.” (= ‘Bersama dengan semua orang yang berseru kepada Tuhan’. Di sini suatu kiasan, dalam mana sebagian digunakan untuk seluruhnya, ‘berseru kepada Allah’ biasanya digunakan untuk penyembahan / ibadah, jika itu tidak dianggap lebih menunjuk pada pengakuan. Tetapi ini adalah bagian utama dari penyembahan / ibadah kepada Allah, dan untuk alasan itu ‘berseru kepada Allah’ sering berarti seluruh agama atau penyembahan kepada Allah.).

Calvin: “But when he bids him seek ‘peace with all that call upon the Lord,’ it is doubtful whether, on the one hand, he holds out all believers as an example, as if he had said, that he ought to pursue this in common with all the true worshippers of God, or, on the other hand, he enjoins Timothy to cultivate peace with them. The latter meaning appears to be more suitable.” (= Tetapi pada waktu ia meminta mereka mencari ‘damai bersama semua orang yang berseru kepada Tuhan’, merupakan sesuatu yang meragukan apakah, di satu sisi, ia menahan semua orang-orang percaya sebagai suatu contoh, seakan-akan ia berkata, bahwa ia harus mengejar ini bersama-sama dengan semua penyembah-penyembah Allah yang sejati, atau, di sisi lain, ia memerintahkan Timotius untuk mengembangkan damai bersama / dengan mereka. Arti yang belakangan kelihatannya lebih cocok.).

Bible Knowledge Commentary: “While Timothy must oppose the false teachers, he was to be at peace with his brethren who were honest before God. The clear implication is that the false teachers were dishonest before God (cf. 1 Tim 1:5; 4:2; 6:3-5).” [= Sementara Timotius harus menentang guru-guru / pengajar-pengajar palsu, ia harus ada dalam damai dengan saudara-saudaranya yang jujur di hadapan Allah. Kesan yang jelas adalah bahwa guru-guru / pengajar-pengajar palsu tidak jujur di hadapan Allah (bdk. 1Tim 1:5; 4:2; 6:3-5).].

Catatan: penafsir ini mengartikan hati nurani yang murni sebagai jujur. Mungkin tulus lebih cocok.

1Timotius 1:5 - “Tujuan nasihat itu ialah kasih yang timbul dari hati yang suci, dari hati nurani yang murni dan dari iman yang tulus ikhlas.”.

1Timotius 4:2 - “oleh tipu daya pendusta-pendusta yang hati nuraninya memakai cap mereka.”.

1Timotius 6:3-5 - “(3) Jika seorang mengajarkan ajaran lain dan tidak menurut perkataan sehat - yakni perkataan Tuhan kita Yesus Kristus - dan tidak menurut ajaran yang sesuai dengan ibadah kita, (4) ia adalah seorang yang berlagak tahu padahal tidak tahu apa-apa. Penyakitnya ialah mencari-cari soal dan bersilat kata, yang menyebabkan dengki, cidera, fitnah, curiga, (5) percekcokan antara orang-orang yang tidak lagi berpikiran sehat dan yang kehilangan kebenaran, yang mengira ibadah itu adalah suatu sumber keuntungan.”.

Penerapan: karena itu hati-hati dengan nabi-nabi palsu, karena mereka pada umumnya kelihatan penuh dengan kasih, sabar dsb, tetapi mereka tidak jujur / tulus! Dengan kata lain, mereka hanya bersikap munafik!

William Hendriksen: “From the sinful tendencies of youth flee away, and run after (steadily pursue) the following: a. that state of heart and mind which is in harmony with God’s law (‘righteousness’); b. humble and dynamic confidence in God (‘faith’); c. deep personal affection for the brothers, including in your benevolent interest even the enemies (‘love’); and d. undisturbed, perfect understanding (‘peace’) with all Christians (those who in prayer and praise ‘call upon’ the Lord Jesus Christ - cf. Joel 2:32; Rom. 10:12; I Cor. 1:2 - out of pure hearts). The ‘pure hearts’ ... are the inner personalities of those who ‘stand aloof from unrighteousness’ (verse 19) and ‘have effectively cleansed themselves’ (verse 21).” [= Dari kecenderungan-kecenderungan berdosa dari orang-orang muda, larilah, dan kejarlah (kejarlah secara terus menerus) hal-hal yang berikut: a. keadaan hati dan pikiran itu yang sesuai dengan hukum Allah (‘kebenaran’); b. keyakinan yang rendah hati dan dinamis / bersemangat kepada Allah (‘iman’); c. rasa sayang yang dalam dan bersifat pribadi untuk saudara-saudara, termasuk kepedulianmu yang penuh kebajikan bahkan untuk musuh-musuh (‘kasih’); dan, d. persetujuan timbal balik yang tak terganggu, sempurna (‘damai’) dengan semua orang-orang Kristen (mereka yang dalam doa dan pujian ‘berseru kepada’ Tuhan Yesus Kristus - bdk. Yoel 2:32; Ro 10:12; 1Kor 1:2 - dari hati yang murni). ‘Hati yang murni’ ... adalah kepribadian-kepribadian di dalam dari mereka yang ‘berdiri jauh dari ketidak-benaran’ (ayat 19) dan ‘secara efektif telah membersihkan diri mereka sendiri’ (ayat 21).].

Yoel 2:32 - “Dan barangsiapa yang berseru kepada nama TUHAN akan diselamatkan, sebab di gunung Sion dan di Yerusalem akan ada keselamatan, seperti yang telah difirmankan TUHAN; dan setiap orang yang dipanggil TUHAN akan termasuk orang-orang yang terlepas.’”.

Roma 10:12 - “Sebab tidak ada perbedaan antara orang Yahudi dan orang Yunani. Karena, Allah yang satu itu adalah Tuhan dari semua orang, kaya bagi semua orang yang berseru kepadaNya.”.

1Korintus 1:2 - “kepada jemaat Allah di Korintus, yaitu mereka yang dikuduskan dalam Kristus Yesus dan yang dipanggil menjadi orang-orang kudus, dengan semua orang di segala tempat, yang berseru kepada nama Tuhan kita Yesus Kristus, yaitu Tuhan mereka dan Tuhan kita.”.

Ay 19,21: “(19) Tetapi dasar yang diletakkan Allah itu teguh dan meterainya ialah: ‘Tuhan mengenal siapa kepunyaanNya’ dan ‘Setiap orang yang menyebut nama Tuhan hendaklah meninggalkan kejahatan.’ ... (21) Jika seorang menyucikan dirinya dari hal-hal yang jahat, ia akan menjadi perabot rumah untuk maksud yang mulia, ia dikuduskan, dipandang layak untuk dipakai tuannya dan disediakan untuk setiap pekerjaan yang mulia.”.

Kekristenan memang bukan hanya mengharuskan kita untuk meninggalkan hal-hal yang buruk, tetapi pada saat yang sama juga mengharuskan kita untuk mengejar / mengusahakan hal-hal yang baik.

Kalau yang pertama bersifat negatif, maka yang kedua bersifat positif. Kedua bagian dari sanctification (= pengudusan) ini tidak dilakukan secara berurutan, tetapi secara berbarengan.

Louis BerkhofThe two parts of sanctification are represented in Scripture as: a. The mortification of the old man, the body of sin. ... b. The quickening of the new man, created in Christ Jesus unto good works. While the former part of sanctification is negative in character, this is positive. ... The old structure of sin is gradually torn down, and a new structure of God is reared in its stead. These two parts of sanctification are not successive but contemporaneous. Thank God, the gradual erection of the new building need not wait until the old one is completely demolished. If it had to wait for that, it could never begin in this life. With the gradual dissolution of the old the new makes its appearance.” (= Kedua bagian dari pengudusan yang digambarkan dalam Kitab Suci sebagai: a. Pematian / tindakan mematikan manusia lama, tubuh dosa. ... b. Tindakan menghidupkan manusia baru, diciptakan dalam Kristus Yesus pada perbuatan-perbuatan baik. Sementara bagian terdahulu dari pengudusan bersifat negatif, yang ini bersifat positif. ... Struktur lama dari dosa perlahan-lahan dirobohkan, dan suatu struktur yang baru dari Allah dibangun di tempatnya. Kedua bagian dari pengudusan ini tidak berurutan / berturut-turut tetapi ada / terjadi secara bersamaan. Syukur kepada Allah, pembangunan perlahan-lahan dari bangunan yang baru tidak perlu menunggu sampai bangunan yang lama dihancurkan secara total. Seandainya itu harus menunggu hal itu, itu tidak pernah bisa dimulai dalam hidup ini. Bersama dengan penghancuran perlahan-lahan dari yang lama, yang baru muncul / menampilkan diri.) - ‘Systematic Theology’, hal 533.

2 Timotius 2: 23: “Hindarilah soal-soal yang dicari-cari, yang bodoh dan tidak layak. Engkau tahu bahwa soal-soal itu menimbulkan pertengkaran,”.

Dalam terjemahan Kitab Suci Indonesia digunakan 3 kata sifat, padahal seharusnya hanya ada 2. Entah dari mana muncul kata-kata ‘yang dicari-cari’ itu. Juga kata ‘tidak layak’ salah terjemahan.

KJV: ‘But foolish and unlearned questions avoid, knowing that they do gender strifes.’ (= Tetapi hindarilah pertanyaan-pertanyaan yang tolol dan bodoh / tidak terpelajar, mengetahui bahwa mereka menimbulkan pertengkaran.).

RSV: ‘Have nothing to do with stupidsenseless controversies; you know that they breed quarrels.’ (= Jangan berurusan dengan kontroversi-kontroversi yang bodoh dan tolol; kamu tahu bahwa mereka membiakkan pertengkaran.).

NIV: ‘Don’t have anything to do with foolish and stupid arguments, because you know they produce quarrels.’ (= Jangan berurusan dengan argumentasi-argumentasi yang bodoh dan tolol, karena kamu tahu mereka menghasilkan pertengkaran.).

NASB: ‘But refuse foolish and ignorant speculations, knowing that they produce quarrels.’ (= Tetapi tolaklah spekulasi-spekulasi yang tolol dan bodoh, mengetahui bahwa mereka menghasilkan pertengkaran-pertengkaran.).

Penjelasan tentang dua kata sifat ini:

1) Kata yang pertama.

Kata ‘bodoh’ / ‘foolish’ diterjemahkan dari kata Yunani MORAS, yang berasal dari MOROS. Bandingkan dengan kata bahasa Inggris ‘moron’ (= dungu).

2) Kata yang kedua.

Barnes’ Notes: “The word ‘unlearned,’ here, means ‘trifling; that which does not tend to edification; stupid.’ The Greeks and the Hebrews were greatly given to controversies of various kinds, and many of the questions discussed pertained to points which could not be settled, or which, IF settled, were of no importance.” (= Kata ‘bodoh / tidak terpelajar’ di sini berarti ‘remeh; hal yang tidak punya kecenderungan pada pendidikan; tolol’. Orang-orang Yunani dan Ibrani sangat diserahkan pada kontroversi-kontroversi dari bermacam-macam jenis, dan banyak dari pertanyaan-pertanyaan berkenaan dengan hal-hal yang tidak bisa dijawab / diselesaikan, atau yang, JIKA dijawab / diselesaikan, merupakan sesuatu yang tidak penting.).

William HendriksenNot only must Timothy refrain from waging thoroughly useless word-battles (verse 14), but he should even refuse, politely but definitely, to bother with the well-known ... enquiries that would result in such word-battles. Such enquiries are foolish. They are senseless, the kind of investigations which one associates with morons. They are ignorant, ‘uneducated’ or ‘uninstructed’; that is, they are the work and the mark of ignorant men. The person who has been properly educated in God’s redemptive truth is able to distinguish between the worth-while and the worthless, and does not conduct such worse than useless enquiries (into genealogical and other Jewish-tradition lore). [= Timotius bukan hanya harus menahan diri dari berperang dalam pertempuran kata yang sama sekali tak berguna (ayat 14), tetapi ia bahkan harus menolak, dengan sopan tetapi pasti, untuk menghiraukan penyelidikan-penyelidikan yang terkenal akan menghasilkan pertempuran kata seperti itu. Penyelidikan-penyelidikan seperti itu tolol. Penyelidikan-penyelidikan itu bodoh, jenis penyelidikan yang orang hubungkan dengan orang-orang dungu. Penyelidikan-penyelidikan itu bodoh, ‘tak terpelajar’ atau ‘tak diajar / diperintahkan’; artinya, mereka adalah pekerjaan dan tanda dari orang bodoh. Orang yang telah dididik secara benar dalam kebenaran yang bersifat menebus dari Allah bisa membedakan antara penyelidikan yang berharga / bermanfaat dan yang tak berharga / tak bermanfaat, dan tidak mengadakan penyelidikan-penyelidikan yang lebih-buruk-dari-tak-berguna seperti itu (ke dalam silsilah-silsilah dan adat tradisi-Yahudi yang lain).].

Catatan:

a) Tentu tidak semua pelajaran tentang silsilah dan adat Yahudi itu salah. Menyelidiki silsilah yang ada dalam Alkitab, dan menyelidiki tradisi Yahudi yang berhubungan dengan pengertian suatu ayat Alkitab, tentu merupakan sesuatu yang perlu.

b) Juga menurut saya tidak selalu kita tidak boleh menjawab serangan yang bodoh. Bandingkan dengan text di bawah ini:

Amsal 26:4-5 - “(4) Jangan menjawab orang bebal menurut kebodohannya, supaya jangan engkau sendiri menjadi sama dengan dia. (5) Jawablah orang bebal menurut kebodohannya, supaya jangan ia menganggap dirinya bijak.”.

Dua ayat ini bukan bertentangan. Kadang-kadang kita harus memilih ay 4, kadang-kadang ay 5. Mintalah pimpinan Tuhan saudara harus melakukan yang mana.

Bible Knowledge CommentaryTimothy must refuse to get caught up in foolish and stupid arguments (‎ZETESEIS‎, ‘debates’; cf. 1 Tim 6:4; Titus 3:9) which only produce quarrels. [= Timotius harus menolak untuk tergoda dalam argumentasi-argumentasi yang bodoh dan tolol (ZETESEIS, ‘debat-debat’; bdk. 1Tim 6:4; Tit 3:9) yang hanya menghasilkan pertengkaran-pertengkaran.].

Calvin“But avoid foolish and uninstructive questions. He calls them foolish, because they are uninstructive; that is, they contribute nothing to godliness, whatever show of acuteness they may hold out. When we are wise in a useful manner, then alone are we truly wise.” (= Tetapi hindarilah pertanyaan-pertanyaan yang bodoh dan tak mengandung pelajaran. Ia menyebutnya bodoh, karena mereka tak mengandung pelajaran; artinya mereka tidak memberi sumbangsih pada kesalehan, pertunjukan ketajaman pikiran apapun yang mereka tawarkan. Pada waktu kita bijaksana dalam suatu cara yang berguna, maka hanya pada saat itu kita benar-benar adalah bijaksana.).

BarclayChristian leaders must not get involved in senseless controversies which are the curse of the Church. In the modern Church, Christian arguments are usually particularly senseless, for they are seldom about great matters of life and doctrine and faith, but almost always about unimportant and trivial things. (= Pemimpin-pemimpin Kristen tidak boleh terlibat dalam kontroversi-kontroversi yang bodoh, yang merupakan kutuk dari Gereja. Dalam Gereja modern, argumentasi-argumentasi Kristen biasanya adalah luar biasa bodoh, karena argumentasi-argumentasi itu jarang berkenaan dengan persoalan-persoalan besar tentang kehidupan dan doktrin dan iman, tetapi hampir selalu tentang hal-hal yang tidak penting dan remeh.).

Bandingkan dengan:

1Tim 6:4 - “ia adalah seorang yang berlagak tahu padahal tidak tahu apa-apa. Penyakitnya ialah mencari-cari soal dan bersilat kata, yang menyebabkan dengki, cidera, fitnah, curiga,”.

Tit 3:9 - “Tetapi hindarilah persoalan yang dicari-cari dan yang bodoh, persoalan silsilah, percekcokan dan pertengkaran mengenai hukum Taurat, karena semua itu tidak berguna dan sia-sia belaka.”.

1Tim 1:4 - “ataupun sibuk dengan dongeng dan silsilah yang tiada putus-putusnya, yang hanya menghasilkan persoalan belaka, dan bukan tertib hidup keselamatan yang diberikan Allah dalam iman.”.

2 TIMOTIUS 2:1-26(17)

2 Timotius 2: 24: “sedangkan seorang hamba Tuhan tidak boleh bertengkar, tetapi harus ramah terhadap semua orang. Ia harus cakap mengajar, sabar.

KJV: ‘strive ... gentle ... patient’ (= bertengkar ... lemah lembut ... sabar).

RSV: ‘quarrelsome ... kindly ... forbearing’ (= suka bertengkar ... penyayang / murah hati ... sabar).

NIV: ‘quarrel ... kind ... not resentful’ (= bertengkar ... baik ... tidak mudah marah / tersinggung).

NASB: ‘quarrelsome ... kind ... patient when wronged’ (= suka bertengkar ... baik ... sabar pada waktu disalahi / dilukai / diperlakukan secara tak adil).

Bible Knowledge CommentaryFalse teaching will always be divisive, but the Lord’s servant should not be a fighter but a promoter of unity, by being kind (‘gentle’) to everyone (cf. 1 Thess 2:7), able or ready to teach (cf. 1 Tim 3:2) those who are willing to learn, and forbearing in the face of differences (‎ANEXIKAKON‎, lit., ‘ready to bear evil treatment without resentment’; used only here in the NT). [= Ajaran sesat akan selalu bersifat memecah belah, tetapi pelayan Tuhan tidak boleh adalah seorang pejuang / tukang berkelahi tetapi seorang promotor / penganjur kesatuan, dengan menjadi baik (‘lemah lembut’) kepada setiap orang (bdk. 1Tes 2:7), bisa atau siap untuk mengajar (bdk. 1Tim 3:2) mereka yang mau belajar, dan menahan diri / bersabar hati dalam menghadapi perbedaan-perbedaan (ANEXIKAKON, secara hurufiah, ‘siap untuk menanggung perlakuan jahat tanpa kebencian’; digunakan hanya di sini dalam PB).].

Calvin“The servant of God must stand aloof from contentions; but foolish questions are contentions; therefore whoever desires to be a servant of God, and to be accounted such, ought to shun them.” (= Pelayan / hamba Allah harus menjauhkan diri dari pertengkaran-pertengkaran; tetapi pertanyaan-pertanyaan tolol adalah pertengkaran-pertengkaran; karena itu siapapun menginginkan untuk menjadi seorang pelayan / hamba Allah, dan dianggap sebagai orang seperti itu, harus menghindarinya.).

Barnes’ Notes“‘Must not strive.’ He may calmly inquire after truth; he may discuss points of morals, or theology, if he will do it with a proper spirit; he may ‘contend earnestly for the faith once delivered to the saints’ (Jude 3); but he may NOT do that which is here mentioned as STRIFE. The Greek word - ‎MACHESTHAI ‎- commonly denotes, ‘to fight, to make war, to contend.’ ... The meaning is, that the servant of Christ should be a man of peace. He should not indulge in the feelings which commonly give rise to contention, and which commonly characterize it. He should not struggle for mere victory, even when endeavoring to maintain truth; but should do this, in all cases, with a kind spirit, and a mild temper; with entire candor; with nothing designed to provoke and irritate an adversary; and so that, whatever may be the result of the discussion, ‘the bond of peace’ may, if possible, be preserved; [= ‘Tidak boleh bertengkar’. Ia boleh dengan tenang menyelidiki kebenaran; ia boleh mendiskusikan pokok-pokok tentang moral, theologia, jika ia mau melakukannya dengan roh / semangat yang benar; ia boleh ‘berjuang untuk mempertahankan / berargumentasi dengan sungguh-sungguh untuk iman yang sekali pernah diberikan kepada orang-orang kudus’ (Yudas 3); tetapi ia TIDAK boleh melakukan hal itu yang di sini disebutkan sebagai PERCEKCOKAN. Kata Yunaninya - MAKHESTAI - biasanya menunjukkan, ‘berkelahi, berperang, berjuang’. ... Artinya adalah, bahwa pelayan / hamba Kristus harus adalah orang damai. Ia tidak boleh berjuang semata-mata untuk kemenangan, bahkan pada waktu berusaha untuk mempertahankan kebenaran; tetapi harus melakukan ini, dalam semua kasus, dengan roh yang baik, dan temperamen yang lembut; dengan kejujuran sepenuhnya; tanpa apapun yang dirancang untuk memprovokasi dan menjengkelkan seorang lawan; sehingga apapun hasil dari diskusi, jika memungkinkan, ‘ikatan damai’ bisa dijaga / dipelihara;].

Calvin“‘But gentle towards all, qualified for teaching.’ When he bids the servant of Christ be ‘gentle,’ he demands a virtue which is opposite to the disease of contentions. (= ‘Tetapi lembut terhadap semua orang, memenuhi syarat untuk mengajar’. Pada waktu ia meminta pelayan / hamba Kristus untuk menjadi ‘lembut / ramah’, ia menuntut suatu kebaikan / sifat baik yang bertentangan dengan penyakit pertengkaran.).

Barnes’ NotesThe word rendered ‘gentle,’ does not occur elsewhere in the New Testament. It means that the Christian minister is to be meek and mild toward all, not disputatious and quarrelsome. (= Kata yang diterjemahkan ‘lembut / ramah’ tidak muncul di tempat lain dalam Perjanjian Baru. Itu berarti bahwa pelayan / pendeta Kristen harus lembut dan halus terhadap semua orang, bukan suka bercekcok dan suka bertengkar.).
Catatan:

1.   Kata yang diterjemahkan ‘ramah’ [KJV: ‘gentle’ (= lemah lembut)] adalah EPIOS, berbeda dengan kata PRAUS / PRAOTES yang digunakan pada umumnya (ay 25).

2.   Albert Barnes mengatakan bahwa kata EPIOS ini hanya muncul di sini dalam Perjanjian Baru, tetapi ini salah, karena kata itu juga muncul dalam 1Tes 2:7, tetapi di sana kata itu diperdebatkan, karena adanya manuscript-manuscript yang berbeda. Adam Clarke dan William Hendriksen memastikan bahwa EPIOS dalam 1Tes 2:7 adalah pembacaan yang benar. Lihat komentar William Hendriksen di bawah.

Calvin“To the same purpose is what immediately follows, that he be didaktiko>v, ‘qualified for teaching.’ There will be no room for instruction, if he have not moderation and some equability of temper.” (= Kata-kata berikutnya mempunyai tujuan yang sama, supaya ia adalah DIDAKTIKOS, ‘memenuhi syarat untuk mengajar’. Di sana tidak ada kesempatan untuk instruksi, jika ia tidak mempunyai sikap tenang / lembut / tak berlebih-lebihan dan temperamen yang tenang.).

William HendriksenTrue, the Lord’s servant - the term and the admonition apply not only to Timothy but to every ‘minister’ - must be an excellent soldier (see verses 3 and 4 above), but he must not be a quarreller, a mere quibbler about farcical questions regarding family-trees and rabbinical law-interpretations. ... The Lord’s servant, then, must be gentle (this is the best reading, both here and in I Thess. 2:7, the only New Testament occurrences), that is, affable, easy to speak to, approachable in his demeanor; not irritable, intolerant, sarcastic, or scornful, not even toward those who err. He must try to win them. Hence, he must be gentle to all! [= Benar, pelayan / hamba Tuhan - istilah dan nasehat ini berlaku bukan hanya bagi Timotius tetapi bagi setiap ‘pelayan / pendeta’ - harus menjadi seorang tentara yang sangat bagus (lihat ayat 3 dan 4 di atas), tetapi ia tidak boleh merupakan tukang bertengkar, semata-mata seorang tukang bercekcok tentang pertanyaan-pertanyaan yang menggelikan / konyol berkenaan dengan silsilah keluarga dan penafsiran-penafsiran hukum-hukum rabi. ... Maka, pelayan / hamba Tuhan harus lembut (ini adalah pembacaan yang terbaik, baik di sini maupun dalam 1Tes 2:7, satu-satunya pemunculan-pemunculan dalam Perjanjian Baru), artinya, ramah / sopan / baik, mudah diajak bicara, mudah didekati dalam sikapnya, TIDAK mudah marah, tak bertoleransi, sarkastik, atau suka mencemooh / memaki, bahkan tidak terhadap mereka yang salah. Ia harus berusaha untuk memenangkan mereka. Jadi, ia harus lembut terhadap semua orang!].

Saya heran melihat adanya penafsir-penafsir yang berbicara / memberi komentar seakan-akan pertengkaran itu MUTLAK tidak diijinkan. Bagi saya, kalau sikap sabar, lembut, tak boleh bertengkar ini dimutlakkan, ini jelas merupakan suatu kesalahan penafsiran! Saya ingin menekankan 2 komentar di bawah ini sebagai keseimbangan terhadap pandangan-pandangan yang memutlakkan seperti itu.

John Stott (tentang ay 23-24)What, then, is being prohibited to Timothy, and through him to all the Lord’s servants and ministers today? We cannot conclude that this is a prohibition of all controversy. For when the truth of the gospel was at stake Paul himself had been an ardent controversialist, even to the extent of opposing the apostle Peter to his face in public (Gal. 2:11–14). Besides, in these very Pastoral Epistles he is urging Timothy and Titus to guard the sacred deposit of the truth and contend for it. Every Christian must in some sense ‘fight the good fight of the faith’ (1 Tim. 6:12; 2 Tim. 4:7), seeking to defend and preserve itWhat is forbidden us is controversies which in themselves are ‘stupid and senseless’ and in their effect ‘breed quarrels’. They are ‘stupid’ or ‘futile’ (JB) because they are speculative. For the same reason they are ‘senseless’ (APAIDEUTOS), literally ‘uninstructed’ or even ‘undisciplined’, because they go beyond Scripture and do not submit to the intellectual discipline which Scripture should impose upon us. They also inevitably ‘breed quarrels’ because when people forsake revelation for speculation, they have no agreed authority and no impartial court of appeal. They lapse into pure subjectivism and so into profitless argument in which one man’s opinion is as good (or bad) as another’s. If only the church had heeded this warning! The combination of unbiblical speculations and uncharitable polemics has done great damage to the cause of Christ. [= Lalu apa yang dilarang bagi Timotius, dan melalui dia bagi semua pelayan-pelayan Tuhan dan pendeta-pendeta jaman sekarang? Kita tidak bisa menyimpulkan bahwa ini merupakan suatu larangan tentang semua kontroversi / perdebatan. Karena pada waktu kebenaran injil dipertaruhkan Paulus sendiri adalah seorang tukang debat, bahkan sampai pada tingkat menentang rasul Petrus di mukanya di depan umum (Gal 2:11-14). Disamping, dalam Surat-surat Penggembalaan ini ia sedang mendesak Timotius dan Titus untuk menjaga deposit yang keramat dari kebenaran dan berjuang untuknya. Setiap orang Kristen dalam arti tertentu harus ‘berjuang dalam perjuangan yang baik dari iman’ (1Tim 6:12; 2Tim 4:7), berusaha untuk mempertahankan dan menjaga / memeliharanyaApa yang dilarang bagi kita adalah perdebatan-perdebatan yang dalam dirinya sendiri adalah ‘bodoh dan tolol’ dan sebetulnya ‘membiakkan pertengkaran-pertengkaran’. Mereka adalah ‘bodoh’ atau ‘sia-sia’ (JB) karena mereka bersifat spekulasi / dugaan. Untuk alasan yang sama mereka adalah ‘tolol’ (APAIDEUTOS), secara hurufiah ‘tak diajar’ atau bahkan ‘tak didisiplin’, karena mereka melampaui Kitab Suci dan tidak tunduk pada disiplin intelektual yang Kitab Suci harus beri pengaruh kepada kita. Mereka juga secara tak terhindarkan ‘membiakkan pertengkaran-pertengkaran’ karena pada saat orang-orang meninggalkan wahyu demi spekulasi / dugaan, mereka tidak mempunyai otoritas yang disetujui dan sidang yang adil untuk naik banding. Mereka tergelincir ke dalam subyektivisme yang murni dan dengan demikian ke dalam argumentasi yang tak berguna dalam mana pandangan satu orang sama baiknya (atau buruknya) seperti pandangan orang lain. Seandainya saja gereja memperhatikan peringatan ini! Kombinasi dari spekulasi-spekulasi yang tidak Alkitabiah dan polemik-polemik / perdebatan-perdebatan yang tidak kasih / tidak toleran telah melakukan kerusakan yang besar pada perkara Kristus.].

Gal 2:11-14 - “(11) Tetapi waktu Kefas datang ke Antiokhia, aku berterang-terang menentangnya, sebab ia salah. (12) Karena sebelum beberapa orang dari kalangan Yakobus datang, ia makan sehidangan dengan saudara-saudara yang tidak bersunat, tetapi setelah mereka datang, ia mengundurkan diri dan menjauhi mereka karena takut akan saudara-saudara yang bersunat. (13) Dan orang-orang Yahudi yang lainpun turut berlaku munafik dengan dia, sehingga Barnabas sendiri turut terseret oleh kemunafikan mereka. (14) Tetapi waktu kulihat, bahwa kelakuan mereka itu tidak sesuai dengan kebenaran Injil, aku berkata kepada Kefas di hadapan mereka semua: ‘Jika engkau, seorang Yahudi, hidup secara kafir dan bukan secara Yahudi, bagaimanakah engkau dapat memaksa saudara-saudara yang tidak bersunat untuk hidup secara Yahudi?’”.

LenskiThis is, indeed, a picture of a true slave of the Lord in all his work for the church. But one should not strain these words and make a soft jellyfish out of the Lord’s slave, a man who could not preach Matt. 23:13-39 or any of the stern texts found in the prophets. To wield the law is to strike with a hammer and no less. [= Ini memang merupakan suatu gambaran dari hamba yang sejati dari Tuhan dalam semua pekerjaannya bagi gereja. Tetapi seseorang tidak boleh menarik / memaksakan kata-kata ini dan membuat hamba Tuhan menjadi ubur-ubur yang lunak, seseorang yang tidak bisa mengkhotbahkan Mat 23:13-39 atau text-text keras manapun yang ditemukan dalam kitab nabi-nabi. Memegang / menggunakan hukum adalah memukul dengan palu dan tidak kurang dari itu.].

Matius 23:13-39 - “(13) Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, hai kamu orang-orang munafik, karena kamu menutup pintu-pintu Kerajaan Sorga di depan orang. Sebab kamu sendiri tidak masuk dan kamu merintangi mereka yang berusaha untuk masuk. (14) [Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, hai kamu orang-orang munafik, sebab kamu menelan rumah janda-janda sedang kamu mengelabui mata orang dengan doa yang panjang-panjang. Sebab itu kamu pasti akan menerima hukuman yang lebih berat.] (15) Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, hai kamu orang-orang munafik, sebab kamu mengarungi lautan dan menjelajah daratan, untuk mentobatkan satu orang saja menjadi penganut agamamu dan sesudah ia bertobat, kamu menjadikan dia orang neraka, yang dua kali lebih jahat dari pada kamu sendiri. (16) Celakalah kamu, hai pemimpin-pemimpin buta, yang berkata: Bersumpah demi Bait Suci, sumpah itu tidak sah; tetapi bersumpah demi emas Bait Suci, sumpah itu mengikat. (17) Hai kamu orang-orang bodoh dan orang-orang buta, apakah yang lebih penting, emas atau Bait Suci yang menguduskan emas itu? (18) Bersumpah demi mezbah, sumpah itu tidak sah; tetapi bersumpah demi persembahan yang ada di atasnya, sumpah itu mengikat. (19) Hai kamu orang-orang buta, apakah yang lebih penting, persembahan atau mezbah yang menguduskan persembahan itu? (20) Karena itu barangsiapa bersumpah demi mezbah, ia bersumpah demi mezbah dan juga demi segala sesuatu yang terletak di atasnya. (21) Dan barangsiapa bersumpah demi Bait Suci, ia bersumpah demi Bait Suci dan juga demi Dia, yang diam di situ. (22) Dan barangsiapa bersumpah demi sorga, ia bersumpah demi takhta Allah dan juga demi Dia, yang bersemayam di atasnya. (23) Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, hai kamu orang-orang munafik, sebab persepuluhan dari selasih, adas manis dan jintan kamu bayar, tetapi yang terpenting dalam hukum Taurat kamu abaikan, yaitu: keadilan dan belas kasihan dan kesetiaan. Yang satu harus dilakukan dan yang lain jangan diabaikan. (24) Hai kamu pemimpin-pemimpin buta, nyamuk kamu tapiskan dari dalam minumanmu, tetapi unta yang di dalamnya kamu telan. (25) Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, hai kamu orang-orang munafik, sebab cawan dan pinggan kamu bersihkan sebelah luarnya, tetapi sebelah dalamnya penuh rampasan dan kerakusan. (26) Hai orang Farisi yang buta, bersihkanlah dahulu sebelah dalam cawan itu, maka sebelah luarnya juga akan bersih. (27) Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, hai kamu orang-orang munafik, sebab kamu sama seperti kuburan yang dilabur putih, yang sebelah luarnya memang bersih tampaknya, tetapi yang sebelah dalamnya penuh tulang belulang dan pelbagai jenis kotoran. (28) Demikian jugalah kamu, di sebelah luar kamu tampaknya benar di mata orang, tetapi di sebelah dalam kamu penuh kemunafikan dan kedurjanaan. (29) Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, hai kamu orang-orang munafik, sebab kamu membangun makam nabi-nabi dan memperindah tugu orang-orang saleh (30) dan berkata: Jika kami hidup di zaman nenek moyang kita, tentulah kami tidak ikut dengan mereka dalam pembunuhan nabi-nabi itu. (31) Tetapi dengan demikian kamu bersaksi terhadap diri kamu sendiri, bahwa kamu adalah keturunan pembunuh nabi-nabi itu. (32) Jadi, penuhilah juga takaran nenek moyangmu! (33) Hai kamu ular-ular, hai kamu keturunan ular beludak! Bagaimanakah mungkin kamu dapat meluputkan diri dari hukuman neraka? (34) Sebab itu, lihatlah, Aku mengutus kepadamu nabi-nabi, orang-orang bijaksana dan ahli-ahli Taurat: separuh di antara mereka akan kamu bunuh dan kamu salibkan, yang lain akan kamu sesah di rumah-rumah ibadatmu dan kamu aniaya dari kota ke kota, (35) supaya kamu menanggung akibat penumpahan darah orang yang tidak bersalah mulai dari Habel, orang benar itu, sampai kepada Zakharia anak Berekhya, yang kamu bunuh di antara tempat kudus dan mezbah. (36) Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya semuanya ini akan ditanggung angkatan ini!’ (37) ‘Yerusalem, Yerusalem, engkau yang membunuh nabi-nabi dan melempari dengan batu orang-orang yang diutus kepadamu! Berkali-kali Aku rindu mengumpulkan anak-anakmu, sama seperti induk ayam mengumpulkan anak-anaknya di bawah sayapnya, tetapi kamu tidak mau. (38) Lihatlah rumahmu ini akan ditinggalkan dan menjadi sunyi. (39) Dan Aku berkata kepadamu: Mulai sekarang kamu tidak akan melihat Aku lagi, hingga kamu berkata: Diberkatilah Dia yang datang dalam nama Tuhan!’”.

2 Timotius 2: 25: “dan dengan lemah lembut dapat menuntun orang yang suka melawan, sebab mungkin Tuhan memberikan kesempatan kepada mereka untuk bertobat dan memimpin mereka sehingga mereka mengenal kebenaran,”.

1) “dan dengan lemah lembut dapat menuntun orang yang suka melawan”.

KJV: ‘those that oppose themselves’ (= mereka yang menentang diri mereka sendiri).

RSV: ‘his opponents’ (= penentang-penentangnya).

NIV: ‘Those who oppose him’ (= Mereka yang menentangnya).

NASB: ‘those who are in opposition’ (= mereka yang ada dalam oposisi).

Calvin: “‘Patient to the bad.’ The importunity of some men may sometimes produce either irritation or weariness; and for that reason he adds, ‘bearing with them,’ at the same time pointing out the reason why it is necessary; namely, because a godly teacher ought even to try whether it be possible for him to bring back to the right path obstinate and rebellious persons, which cannot be done without the exercise of gentleness.” (= ‘Sabar terhadap orang jahat / buruk’. Gangguan dari beberapa orang kadang-kadang bisa menghasilkan atau kejengkelan atau kebosanan; dan karena itu ia menambahkan, ‘sabar terhadap mereka’, pada saat yang sama menunjukkan alasan mengapa hal ini perlu; yaitu, karena seorang guru / pengajar yang saleh bahkan harus mencoba apakah memungkinkan baginya untuk membawa kembali ke jalan yang benar orang-orang yang tegar tengkuk dan bersifat memberontak, yang tidak bisa dilakukan tanpa pelaksanaan dari kelembutan.).

Catatan: sebetulnya ini komentar tentang bagian akhir dari ay 24, tetapi berlanjut sampai bagian awal dari ay 25.

Ay 24-25: “(24) sedangkan seorang hamba Tuhan tidak boleh bertengkar, tetapi harus ramah terhadap semua orang. Ia harus cakap mengajar, sabar (25) dan dengan lemah lembut dapat menuntun orang yang suka melawan, sebab mungkin Tuhan memberikan kesempatan kepada mereka untuk bertobat dan memimpin mereka sehingga mereka mengenal kebenaran,”.

Barnes’ Notes: “‘In meekness instructing those that oppose themselves.’ That is, those who embrace error, and array themselves against the truth. We are not to become angry with such persons, and denounce them at once as heretics. We are not to hold them up to public reproach and scorn; but we are to set about the business of patiently ‘instructing them.’ Their grand difficulty, it is supposed in this direction, is, that they are ignorant of the truth. Our business with them is, ‘calmly to show them what the truth is.’ If THEY are angry, WE are not to be. If they oppose the truth, we are still calmly to state it to them. If they are slow to see it, we are not to become weary or impatient. Nor, if they do not embrace it at all, are we to become angry with them, and denounce them. We may pity them, but we need not use hard words. This is the apostolic precept about the way of treating those who are in error; and can any one fail to see its beauty and propriety? Let it be remembered, also, that this is not only beautiful and proper in itself; it is the WISEST course, if we would bring others over to our opinions. You are not likely to convince a man that you are right, and that he is wrong, if you first make him angry; nor are you very likely to do it, if you enter into harsh contention. You then put him on his guard; you make him a party, and, from self-respect, or pride, or anger, he will endeavor to defend his own opinions, and will NOT yield to yours. ‘Meekness’ and ‘gentleness’ are the very best things, if you wish to convince another that he is wrong. With his HEART first, and then modestly and kindly show him ‘what the truth is,’ in as few words, and with as unassuming a spirit, as possible, ‘and you have him.’” (= ‘Dalam kelembutan mengajar mereka yang menentang diri mereka sendiri’. Artinya, mereka yang memeluk / menerima kesalahan, dan mengatur diri mereka sendiri menentang kebenaran. Kita tidak boleh menjadi marah dengan orang-orang seperti itu, dan segera mencela mereka sebagai orang-orang sesat. Kita tidak boleh mengangkat mereka pada celaan dan cemoohan umum; tetapi kita harus memulai urusan itu dengan mengajar mereka dengan sabar. Kesukaran besar mereka, dianggap dalam arah ini, adalah bahwa mereka tidak tahu tentang kebenaran. Urusan kita dengan mereka adalah dengan tenang menunjukkan kepada mereka apa kebenaran itu. Jika MEREKA marah, KITA tidak boleh marah. Jika mereka menentang kebenaran, kita harus dengan tetap tenang menyatakannya kepada mereka. Jika mereka lamban untuk melihatnya, kita tidak boleh menjadi bosan atau tidak sabar. Atau, jika mereka tidak memeluk kebenaran itu sama sekali, kita tidak boleh menjadi marah dengan mereka, dan mencela mereka. Kita bisa berbelas kasihan kepada mereka, tetapi kita tidak perlu menggunakan kata-kata yang keras / kasar. Ini adalah perintah rasuli tentang cara menangani mereka yang ada dalam kesalahan; dan bisakah siapapun gagal untuk melihat keindahan dan kepatutannya? Hendaklah diingat juga, bahwa ini bukan hanya indah dan tepat dalam dirinya sendiri; ini adalah jalan yang paling bijaksana, jika kita mau membawa orang-orang lain kepada pandangan kita sendiri. Kamu tidak akan mungkin untuk meyakinkan seseorang bahwa kamu benar dan bahwa ia salah, jika kamu pertama-tama membuat dia marah; juga kamu tidak akan melakukan itu, jika kamu masuk dalam perdebatan yang keras / kasar. Maka kamu membuat dia berjaga-jaga; kamu membuat dia suatu kelompok, dan dari rasa hormat kepada diri sendiri, atau kesombongan, atau kemarahan, ia akan berusaha untuk membela pandangan-pandangannya sendiri, dan TIDAK akan menyerah pada pandangan-pandanganmu. ‘Kelembutan’ adalah hal-hal yang terbaik, jika kamu ingin meyakinkan orang lain bahwa ia salah. Pertama-tama dengan HATInya, dan lalu dengan sopan dan dengan baik tunjukkan dia ‘apa kebenaran itu’, dengan sesedikit kata-kata dan dengan suatu roh / semangat yang sesederhana mungkin, ‘dan kamu mendapatkan dia’.).

Catatan: saya menyetujui kata-kata Albert Barnes ini, kalau kita:

a) Bukan berhadapan dengan nabi palsu, tetapi dengan orang awam yang salah / sesat.

b) Perdebatan bukan di depan umum, tetapi secara pribadi.

Kalau di depan umum, maka menurut saya kita harus menyatakan bahwa dia sesat, bukan karena marah / benci kepadanya, tetapi demi para pendengar yang lain, supaya mereka lebih berhati-hati dan jangan disesatkan.

Bahkan pada saat melakukan debat pribadi, ada saat dimana kita harus menyatakan kepada orang itu bahwa ia sesat (kalau ia memang sesat), bukan dengan kebencian / kemarahan tetapi dengan kasih. Kalau kita tidak pernah memberitahunya tentang hal itu, itu sama seperti seorang dokter yang tidak mau memberitahu pasiennya bahwa ia terkena kanker. Kelembutan seperti itu, justru akan membunuh orang itu.

Pada waktu membaca ayat-ayat seperti yang sedang kita bahas ini kita juga harus mempertimbangkan ayat-ayat lain, selain ayat-ayat yang sudah kita baca di atas (Mat 23 Gal 2:11-14), juga ayat-ayat seperti:

1. Matius 10:14-15 - “(14) Dan apabila seorang tidak menerima kamu dan tidak mendengar perkataanmu, keluarlah dan tinggalkanlah rumah atau kota itu dan kebaskanlah debunya dari kakimu. (15) Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya pada hari penghakiman tanah Sodom dan Gomora akan lebih ringan tanggungannya dari pada kota itu.’”.

Bandingkan dengan:

a. Kis 13:51 - “Akan tetapi Paulus dan Barnabas mengebaskan debu kaki mereka sebagai peringatan bagi orang-orang itu, lalu pergi ke Ikonium.”.

b. Kis 18:6 - “Tetapi ketika orang-orang itu memusuhi dia dan menghujat, ia mengebaskan debu dari pakaiannya dan berkata kepada mereka: ‘Biarlah darahmu tertumpah ke atas kepalamu sendiri; aku bersih, tidak bersalah. Mulai dari sekarang aku akan pergi kepada bangsa-bangsa lain.’”.

2. Lukas 4:21-28 - “(21) Lalu Ia memulai mengajar mereka, kataNya: ‘Pada hari ini genaplah nas ini sewaktu kamu mendengarnya.’ (22) Dan semua orang itu membenarkan Dia dan mereka heran akan kata-kata yang indah yang diucapkanNya, lalu kata mereka: ‘Bukankah Ia ini anak Yusuf?’ (23) Maka berkatalah Ia kepada mereka: ‘Tentu kamu akan mengatakan pepatah ini kepadaKu: Hai tabib, sembuhkanlah diriMu sendiri. Perbuatlah di sini juga, di tempat asalMu ini, segala yang kami dengar yang telah terjadi di Kapernaum!’ (24) Dan kataNya lagi: ‘Aku berkata kepadamu, sesungguhnya tidak ada nabi yang dihargai di tempat asalnya. (25) Dan Aku berkata kepadamu, dan kataKu ini benar: Pada zaman Elia terdapat banyak perempuan janda di Israel ketika langit tertutup selama tiga tahun dan enam bulan dan ketika bahaya kelaparan yang hebat menimpa seluruh negeri. (26) Tetapi Elia diutus bukan kepada salah seorang dari mereka, melainkan kepada seorang perempuan janda di Sarfat, di tanah Sidon. (27) Dan pada zaman nabi Elisa banyak orang kusta di Israel dan tidak ada seorangpun dari mereka yang ditahirkan, selain dari pada Naaman, orang Siria itu.’ (28) Mendengar itu sangat marahlah semua orang yang di rumah ibadat itu.”.

3. Mat 21:31-32 - “(31) Siapakah di antara kedua orang itu yang melakukan kehendak ayahnya?’ Jawab mereka: ‘Yang terakhir.’ Kata Yesus kepada mereka: ‘Aku berkata kepadamu, sesungguhnya pemungut-pemungut cukai dan perempuan-perempuan sundal akan mendahului kamu masuk ke dalam Kerajaan Allah. (32) Sebab Yohanes datang untuk menunjukkan jalan kebenaran kepadamu, dan kamu tidak percaya kepadanya. Tetapi pemungut-pemungut cukai dan perempuan-perempuan sundal percaya kepadanya. Dan meskipun kamu melihatnya, tetapi kemudian kamu tidak menyesal dan kamu tidak juga percaya kepadanya.’”.

4. Mat 21:42-46 - “(42) Kata Yesus kepada mereka: ‘Belum pernahkah kamu baca dalam Kitab Suci: Batu yang dibuang oleh tukang-tukang bangunan telah menjadi batu penjuru: hal itu terjadi dari pihak Tuhan, suatu perbuatan ajaib di mata kita. (43) Sebab itu, Aku berkata kepadamu, bahwa Kerajaan Allah akan diambil dari padamu dan akan diberikan kepada suatu bangsa yang akan menghasilkan buah Kerajaan itu. (44) [Dan barangsiapa jatuh ke atas batu itu, ia akan hancur dan barangsiapa ditimpa batu itu, ia akan remuk.]’ (45) Ketika imam-imam kepala dan orang-orang Farisi mendengar perumpamaan-perumpamaan Yesus, mereka mengerti, bahwa merekalah yang dimaksudkanNya. (46) Dan mereka berusaha untuk menangkap Dia, tetapi mereka takut kepada orang banyak, karena orang banyak itu menganggap Dia nabi.”.

5. Kis 7:51-53 - “(51) Hai orang-orang yang keras kepala dan yang tidak bersunat hati dan telinga, kamu selalu menentang Roh Kudus, sama seperti nenek moyangmu, demikian juga kamu. (52) Siapakah dari nabi-nabi yang tidak dianiaya oleh nenek moyangmu? Bahkan mereka membunuh orang-orang yang lebih dahulu memberitakan tentang kedatangan Orang Benar, yang sekarang telah kamu khianati dan kamu bunuh. (53) Kamu telah menerima hukum Taurat yang disampaikan oleh malaikat-malaikat, akan tetapi kamu tidak menurutinya.’”.

6. Kis 13:6-12 - “(6) Mereka mengelilingi seluruh pulau itu sampai ke Pafos. Di situ mereka bertemu dengan seorang Yahudi bernama Baryesus. Ia seorang tukang sihir dan nabi palsu. (7) Ia adalah kawan gubernur pulau itu, Sergius Paulus, yang adalah orang cerdas. Gubernur itu memanggil Barnabas dan Saulus, karena ia ingin mendengar firman Allah. (8) Tetapi Elimas - demikianlah namanya dalam bahasa Yunani -, tukang sihir itu, menghalang-halangi mereka dan berusaha membelokkan gubernur itu dari imannya. (9) Tetapi Saulus, juga disebut Paulus, yang penuh dengan Roh Kudus, menatap dia, (10) dan berkata: ‘Hai anak Iblis, engkau penuh dengan rupa-rupa tipu muslihat dan kejahatan, engkau musuh segala kebenaran, tidakkah engkau akan berhenti membelokkan Jalan Tuhan yang lurus itu? (11) Sekarang, lihatlah, tangan Tuhan datang menimpa engkau, dan engkau menjadi buta, beberapa hari lamanya engkau tidak dapat melihat matahari.’ Dan seketika itu juga orang itu merasa diliputi kabut dan gelap, dan sambil meraba-raba ia harus mencari orang untuk menuntun dia. (12) Melihat apa yang telah terjadi itu, percayalah gubernur itu; ia takjub oleh ajaran Tuhan.”.

7. 2Kor 11:4 - “Sebab kamu sabar saja, jika ada seorang datang memberitakan Yesus yang lain dari pada yang telah kami beritakan, atau memberikan kepada kamu roh yang lain dari pada yang telah kamu terima atau Injil yang lain dari pada yang telah kamu terima.”.

8. Wah 2:2 - “Aku tahu segala pekerjaanmu: baik jerih payahmu maupun ketekunanmu. Aku tahu, bahwa engkau tidak dapat sabar terhadap orang-orang jahat, bahwa engkau telah mencobai mereka yang menyebut dirinya rasul, tetapi yang sebenarnya tidak demikian, bahwa engkau telah mendapati mereka pendusta.”.

Tetapi sebaliknya, kita juga tak boleh hanya memperhatikan ayat-ayat di atas ini, dan mengabaikan kata-kata Paulus dalam 2Timotius 2:24-25 ini!

2) “sebab mungkin Tuhan memberikan kesempatan kepada mereka untuk bertobat”.

a) Entah dari mana kata ‘Tuhan’ itu, karena semua terjemahan menterjemahkan ‘God’ (= Allah).

b) Kata ‘kesempatan’ sebetulnya tidak ada.

KJV: ‘if God peradventure will give them repentance’ (= jika Allah mungkin akan memberi mereka pertobatan).

NIV: ‘in the hope that God will grant them repentance’ (= dalam pengharapan bahwa Allah akan memberi mereka pertobatan).

NASB: ‘if perhaps God may grant them repentance’ (= jika mungkin Allah bisa memberi mereka pertobatan).

Ini lagi-lagi menunjukkan bahwa pertobatan adalah pemberian Tuhan.

Matthew Henry: “Repentance is God’s gift.” (= Pertobatan adalah karunia / pemberian Allah.).

Adam Clarke tak memberi komentar tentang bagian ini.

Lenski: “The thought is not that God ever withholds repentance, but that men so often refuse to accept it.” (= Pemikirannya bukanlah bahwa Allah pernah menahan pertobatan, tetapi bahwa manusia begitu sering menolak untuk menerimanya.).

Ini tafsiran konyol, yang melenceng sama sekali dari bunyi ayatnya.

Barnes’ Notes: “‘If God peradventure will give them repentance, ...’ ... After all our care in teaching others the truth, our only dependence is on God for its success. We cannot be absolutely certain that they will see their error; we cannot rely certainly on any power which argument will have; we can only hope that GOD may show them their error, and enable them to see and embrace the truth; compare Acts 11:18.” (= Jika Allah mungkin akan memberi mereka pertobatan, ...’ ... Setelah semua perhatian kita dalam mengajar orang-orang lain kebenaran, satu-satunya kebergantungan kita adalah kepada Allah untuk kesuksesannya. Kita tidak bisa pasti / yakin secara mutlak bahwa mereka akan melihat kesalahan mereka; kita tidak bisa bersandar dengan pasti pada kuasa apapun yang dipunyai oleh argumentasi; kita hanya bisa berharap bahwa ALLAH menunjukkan mereka kesalahan mereka, dan memampukan mereka untuk melihat dan memeluk kebenaran; bandingkan dengan Kis 11:18.).

Kis 11:18 - “Ketika mereka mendengar hal itu, mereka menjadi tenang, lalu memuliakan Allah, katanya: ‘Jadi kepada bangsa-bangsa lain juga Allah mengaruniakan pertobatan yang memimpin kepada hidup.’”.

Calvin: “‘If sometime God grant to them repentance.’ This expression, ‘If sometime,’ or ‘If perhaps,’ points out the difficulty of the case, as being nearly desperate or beyond hope. Paul therefore means that even towards the most unworthy we must exercise meekness; and although at first there be no appearance of having gained advantage, still we must make the attempt. For the same reason he mentions that ‘God will grant it.’ Since the conversion of a man is in the hand of God, who knows whether they who today appear to be unteachable shall be suddenly changed by the power of God, into other men? Thus, whoever shall consider that repentance is the gift and work of God, will cherish more earnest hope, and, encouraged by this confidence, will bestow more toil and exertion for the instruction of rebels.” (= ‘Jika kadang-kadang Allah memberi kepada mereka pertobatan’. Ungkapan ini, ‘Jika kadang-kadang’, atau ‘Jika mungkin’, menunjukkan kesukaran dari kasus itu, sebagai dekat dengan keputus-asaan atau melampaui pengharapan. Karena itu, Paulus memaksudkan bahwa bahkan terhadap orang-orang yang paling tidak layak kita harus melaksanakan kelembutan; dan sekalipun pertama-tama di sana tidak kelihatan bahwa kita telah mendapatkan keuntungan, tetap kita harus mengusahakan. Untuk alasan yang sama ia menyebutkan bahwa ‘Allah akan memberinya’. Karena pertobatan dari seseorang ada dalam tangan Allah, siapa tahu apakah mereka yang hari ini terlihat sebagai tak bisa diajar, secara mendadak akan diubah oleh kuasa Allah menjadi orang-orang yang lain / berbeda? Jadi, siapapun menganggap bahwa pertobatan adalah karunia / pemberian dan pekerjaan Allah, akan mengharapkan pengharapan yang paling sungguh-sungguh, dan dibesarkan hatinya oleh keyakinan ini, akan memberikan lebih banyak jerih payah dan pengerahan tenaga untuk pengajaran para pemberontak.).

Catatan: sebagai keseimbangan untuk bertekun dalam melayani orang sesat, lihat perhatikan ayat-ayat ini:

1. Titus 3:10-11 - “(10) Seorang bidat yang sudah satu dua kali kaunasihati, hendaklah engkau jauhi. (11) Engkau tahu bahwa orang yang semacam itu benar-benar sesat dan dengan dosanya menghukum dirinya sendiri.”.

2. Matius 7:6 - “‘Jangan kamu memberikan barang yang kudus kepada anjing dan jangan kamu melemparkan mutiaramu kepada babi, supaya jangan diinjak-injaknya dengan kakinya, lalu ia berbalik mengoyak kamu.’”.

2 Timotius 2: 26: “dan dengan demikian mereka menjadi sadar kembali, karena terlepas dari jerat Iblis yang telah mengikat mereka pada kehendaknya.”.

KJV: ‘And that they may recover themselves out of the snare of the devil, who are taken captive by him at his will.’ (= Dan supaya mereka bisa memulihkan diri mereka sendiri dari jerat Iblis, yang ditawan olehnya pada kehendaknya.).

NIV: ‘and that they will come to their senses and escape from the trap of the devil, who has taken them captive to do his will.’ (= dan supaya mereka sadar dan lolos dari jerat Iblis, yang telah menawan mereka untuk melakukan kehendaknya.).

NASB: ‘and they may come to their senses and escape from the snare of the devil, having been held captive by him to do his will.’ (= dan supaya mereka sadar dan lolos dari jerat Iblis, setelah ditawan olehnya untuk melakukan kehendaknya.).

Barnes’ Notes“‘And that they may recover themselves.’ Margin, ‘awake.’ The word which is rendered ‘recover’ in the text, and ‘awake’ in the margin - ‎ANANEEPSOOSIN - occurs nowhere else in the New Testament. It properly means, to become sober again, as from inebriation; to awake from a deep sleep, and then, to come to a right mind, as one does who is aroused from a state of inebriety, or from sleep. The representation in this part of the verse implies that, while under the influence of error, they were like a man intoxicated, or like one in deep slumber. From this state they were to be roused as one is from sleep, or as a man is recovered from the stupor and dullness of intoxication. (= ‘Dan supaya mereka bisa memulihkan diri mereka sendiri’. Catatan tepi, ‘sadar’. Kata yang diterjemahkan ‘memulihkan’ dalam text itu, dan ‘sadar’ dalam catatan tepi - ANANEEPSOOSIN - tidak muncul di tempat lain dalam Perjanjian Baru. Itu secara benar berarti, menjadi sadar kembali, seperti dari kemabukan; bangun dari suatu tidur yang dalam, dan lalu, datang pada pikiran yang benar, seperti seseorang lakukan yang dibangunkan dari suatu keadaan mabuk, atau dari tidur. Gambaran dalam bagian ini dari ayat itu secara implicit menunjukkan bahwa, sementara di bawah pengaruh dari kesalahan, mereka seperti seseorang yang mabuk, atau seperti seseorang yang tidur nyenyak. Dari keadaan ini mereka harus dibangunkan seperti seseorang dari tidur, atau sebagai seseorang dipulihkan dari pingsan dan ketumpulan dari kemabukan.).

Barnes’ Notes“‘Out of the snare of the devil.’ ... In one part of the verse, the influence of error is represented as producing sleep, or stupor; in the other, as being taken in a snare, or net; and, in both, the idea is, that an effort was to be made that they might be rescued from this perilous condition. (= ‘Dari jerat Iblis’. ... Dalam satu bagian dari ayat ini, pengaruh dari kesalahan digambarkan sebagai menghasilkan tidur, atau pingsan; dalam bagian yang lain, sebagai ditangkap dalam sebuah jerat, atau jaring; dan dalam keduanya, gagasannya adalah, bahwa suatu usaha harus dilakukan supaya mereka bisa diselamatkan dari keadaan yang membahayakan ini.).

Pengertian kita akan keadaan dari orang-orang jahat itu, apalagi kalau ditambah dengan pengertian kita akan doktrin Total Depravity (= Kebejatan Total), seharusnya menyebabkan kita kasihan kepada orang-orang jahat itu, dan memudahkan kita untuk menangani mereka dengan sabar / lembut / kasih.

RENUNGAN 2 TIMOTIUS 2:22-26 (8 TUGAS TIMOTIUS)
Barnes’ Notes“‘Who are taken captive by him at his will.’ Margin, ‘alive.’ The Greek word means, properly, to take alive; and then, to take captive, to win over (Luke 5:10); and then, to ensnare, or seduce. Here it means that they had been ensnared by the arts of Satan ‘unto (‎EIS) his will;’ that is, they were so influenced by him, that they complied with his will. [= ‘Yang ditawan olehnya pada kehendaknya’. Catatan tepi, ‘hidup’. Kata Yunaninya secara tepat berarti ‘ditangkap hidup-hidup’; dan lalu, ditawan, dimenangkan (Luk 5:10); dan lalu, menjerat, atau menggoda / membujuk. Di sini itu berarti bahwa mereka telah dijerat oleh keahlian setan ‘ke dalam (EIS) kehendaknya’; artinya, mereka begitu dipengaruhi olehnya, sehingga mereka menuruti kehendaknya.].

BACA JUGA: 1 SAMUEL 14:47-52 (KELUARGA SAUL DAN MUSUHNYA)

Lukas 5:10 - “demikian juga Yakobus dan Yohanes, anak-anak Zebedeus, yang menjadi teman Simon. Kata Yesus kepada Simon: ‘Jangan takut, mulai dari sekarang engkau akan menjala manusia.’”.

KJV/RSV/NIV/NASB: ‘catch’ (= menangkap).

Kata Yunani yang digunakan di sini sama dengan yang diterjemahkan ‘mengikat / menawan’ dalam 2Tim 2:26 ini.

Calvin“‘By whom they are held captive.’ A truly shocking condition, when the devil has so great power over us, that he drags us, as captive slaves, here and there at his pleasure. Yet such is the condition of all those whom the pride of their heart draws away from subjection to God. And this tyrannical dominion of Satan we see plainly, every day, in the reprobate; for they would not rush with such fury and with brutal violence into every kind of base and disgraceful crimes, if they were not drawn by the unseen power of Satan. That is what we saw at Ephesians 2:2, that, Satan exerts his energy in unbelievers. Such examples admonish us to keep ourselves carefully under the yoke of Christ, and to yield ourselves to be governed by his Holy Spirit. And yet a captivity of this nature does not excuse wicked men, so that they do not sin, because it is by the instigation of Satan that they sin; for, although their being carried along so resistlessly to that which is evil proceeds from the dominion of Satan, yet they do nothing by constraint, but are inclined with their whole heart to that to which Satan drives them. The result is, that their captivity is voluntary.” (= ‘Oleh siapa mereka ditawan’. Suatu keadaan yang benar-benar mengejutkan, pada waktu Iblis mempunyai kuasa yang begitu besar atas kita, sehingga ia menyeret kita, seperti budak-budak tawanan, ke sini dan ke sana sesuai dengan kesenangannya. Tetapi itulah keadaan dari semua mereka yang kesombongan dari hatinya menarik mereka dari ketundukan kepada Allah. Dan penguasaan setan yang bersifat tiran ini kita lihat dengan jelas, setiap hari, dalam diri orang-orang yang ditentukan untuk binasa; karena mereka tidak akan terburu-buru dengan kemarahan dan kekerasan brutal seperti itu ke dalam setiap jenis kejahatan-kejahatan yang hina dan memalukan, seandainya mereka tidak ditarik oleh kuasa yang tak terlihat dari setan. Itulah yang kami lihat di Ef 2:2, bahwa setan mengerahkan tenaganya dalam orang-orang yang tidak percaya. Contoh-contoh seperti itu menasehati kita untuk menjaga diri kita dengan hati-hati di bawah kuk dari Kristus, dan menyerahkan diri kita untuk dikuasai / diperintah oleh Roh KudusNya. Tetapi suatu penawanan seperti ini tidak memaafkan orang-orang jahat, sehingga mereka tidak berdosa, karena adalah oleh dorongan setan bahwa mereka berdosa; karena, sekalipun dibawanya mereka dengan begitu tak bisa ditahan kepada apa yang jahat keluar dari penguasaan setan, tetapi mereka tak melakukan apa-apa oleh pemaksaan, tetapi condong dengan seluruh hati mereka pada hal pada mana setan mendorong mereka. Hasilnya adalah, bahwa penawanan mereka bersifat sukarela.).

Efesus 2:2 - “Kamu hidup di dalamnya, karena kamu mengikuti jalan dunia ini, karena kamu mentaati penguasa kerajaan angkasa, yaitu roh yang sekarang sedang bekerja di antara orang-orang durhaka.”.

Kalau kata-kata Albert Barnes tadi bisa membuat kita kasihan kepada orang-orang jahat itu, dan dengan demikian memungkinkan / memudahkan kita untuk melayani mereka dengan sabar / lembut, maka kata-kata Calvin ini, khususnya pada bagian akhir, membatasi rasa kasihan itu, supaya jangan karena kasihan, kita lalu menganggap orang-orang itu tidak bersalah.  RENUNGAN 2 TIMOTIUS 2:22-26 (8 TUGAS TIMOTIUS)-o0o-https://teologiareformed.blogspot.com/


Next Post Previous Post