9 KHOTBAH TENTANG KEBAKTIAN KEBANGUNAN ROHANI (7)

Pdt.Budi Asali, M.Div.

1).Damai

Matius 11:28-30, Yohanes 14:27

Matius 11:28-30 - “(28) Marilah kepadaKu, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu. (29) Pikullah kuk yang Kupasang dan belajarlah padaKu, karena Aku lemah lembut dan rendah hati dan jiwamu akan mendapat ketenangan. (30) Sebab kuk yang Kupasang itu enak dan bebanKupun ringan.’”.
9 KHOTBAH TENTANG KEBAKTIAN KEBANGUNAN ROHANI (7)
Yohanes 14:27 - “Damai sejahtera Kutinggalkan bagimu. Damai sejahteraKu Kuberikan kepadamu, dan apa yang Kuberikan tidak seperti yang diberikan oleh dunia kepadamu. Janganlah gelisah dan gentar hatimu”.

Ada sesuatu yang diinginkan oleh setiap manusia, dan itu adalah damai dalam hati. Baik tua maupun muda, laki-laki maupun perempuan, kaya maupun miskin, pasti menginginkan untuk memiliki damai dalam hati.

Tetapi adalah suatu fakta bahwa pada umumnya manusia justru tidak memiliki damai dalam hatinya.Yang ada dalam dirinya adalah kekuatiran, kekecewaan, kecemasan, ketakutan, kesumpekan, hati yang kosong, dan sebagainya.

Illustrasi: ada seseorang yang pergi ke dokter dan mengatakan kalau hatinya selalu gelisah dan tidak damai, sehingga ia tidak bisa tidur. Setelah dokter itu memeriksanya, ternyata tidak ada penyakit apa-apa. Dokter itu lalu berkata: ‘Kamu sebetulnya tidak sakit. Saya kira kamu hanya stress saja. Kamu harus mencari hiburan supaya stressmu bisa hilang. Saya dengar bahwa di lapangan sana ada sirkus, dan ada badut yang sangat lucu, dan membuat semua orang ketawa terpingkal-pingkal. Itu baik untuk kamu. Cobalah ke sana dan nonton sirkus dan badut itu’. Orang itu menjawab: ‘Dokter tidak mengerti, sayalah badut itu’. Badut itu bisa membuat orang tertawa, dan dia sendiri kelihatannya senang dan juga tertawa, tetapi ternyata dalam hatinya ia sebetulnya sedih.

Bdk. Amsal 14:13 - “Di dalam tertawapun hati dapat merana, dan kesukaan dapat berakhir dengan kedukaan”.

I) Cara-cara yang banyak ditempuh manusia untuk mencari damai.

Manusia yang tidak memiliki damai itu lalu berusaha untuk mendapatkan damai, dan mereka berusaha dengan bermacam-macam cara, seperti:

1) Manusia berusaha untuk bebas.

Mereka berpendapat bahwa yang menyebabkan mereka tidak bahagia / tidak damai adalah batasan-batasan dalam hidup mereka.

a) Di sekolah, guru-guru / dosen-dosen membatasi.

b) Di rumah, orang tua membatasi.

c) Di tempat kerja, boss / atasan membatasi.

d) Dalam negara, sebagai anggota masyarakat, undang-undang membatasi.

e) Di gereja dan dalam kehidupan sehari-hari, Firman Tuhan membatasi.

Mereka mengira bahwa ini yang menyebabkan hidup mereka tidak enak, tidak bahagia, tidak damai. Mereka mengira bahwa kalau semua batasan itu dibuang, maka hidup menjadi senang, bahagia, dan damai. Jadi, mereka lalu membuang semua batasan-batasan itu. Mereka ingin bebas, dalam segala hal. Hidup semau gue, free sex, dan sebagainya.

Tetapi betulkah hidupnya lalu menjadi enak, senang, bahagia, dan damai? Di negara-negara barat, dimana kebebasan jauh lebih besar dari di Indonesia, justru tambah banyak orang yang sakit jiwa. Seorang dokter mengatakan kepada saya, bahwa tidak ada obat penenang / obat tidur yang tidak laku!

Bdk. Pkh 2:10-11 - “(10) Aku tidak merintangi mataku dari apapun yang dikehendakinya, dan aku tidak menahan hatiku dari sukacita apapun, sebab hatiku bersukacita karena segala jerih payahku. Itulah buah segala jerih payahku. (11) Ketika aku meneliti segala pekerjaan yang telah dilakukan tanganku dan segala usaha yang telah kulakukan untuk itu dengan jerih payah, lihatlah, segala sesuatu adalah kesia-siaan dan usaha menjaring angin; memang tak ada keuntungan di bawah matahari”.

2) Manusia berusaha untuk mengejar kepandaian.

Mereka mengira bahwa yang menyebabkan hidup itu tidak enak, tidak bahagia, tidak damai, adalah karena mereka tidak mempunyai kepandaian. Mereka mengira bahwa kalau mereka pandai, mempunyai banyak pengetahuan / ilmu, maka mereka akan senang, bahagia, dan damai. Lalu mereka belajar / sekolah mati-matian. Apa hasilnya? Mereka menjadi orang-orang yang pinter, yang kepalanya penuh, tetapi hatinya kosong! Saya yakin bahwa saudara mengenal / mengetahui banyak orang-orang yang sangat pinter dan terpelajar, tetapi hidupnya sama sekali tidak bahagia / tidak damai!

Bdk. Pkh 1:17-18 - “(17) Aku telah membulatkan hatiku untuk memahami hikmat dan pengetahuan, kebodohan dan kebebalan. Tetapi aku menyadari bahwa hal inipun adalah usaha menjaring angin, (18) karena di dalam banyak hikmat ada banyak susah hati, dan siapa memperbanyak pengetahuan, memperbanyak kesedihan”.

Catatan: tentu yang dimaksud hikmat dan pengetahuan di sini, adalah hikmat dan pengetahuan duniawi / sekuler.

3) Manusia berusaha untuk menjadi populer / kaya.

Mereka mengira bahwa mereka tidak bahagia / tidak damai, karena mereka tidak terkenal, dan mereka miskin. Bagi orang-orang yang tidak terkenal dan miskin, segala sesuatu repot. Mau sekolah repot, mau cari pacar repot, mau cari kerja repot. Jadi mereka lalu berusaha untuk menjadi terkenal dan kaya. Betulkah setelah menjadi terkenal dan kaya mereka menjadi senang, bahagia dan damai? Saya yakin saudara juga tahu / kenal orang-orang yang terkenal / kaya yang sama sekali tidak bahagia / tidak damai! Contoh:

a) Mohammad Ali, siapa yang lebih terkenal dan kaya dari dia? Apakah dia damai? Dalam suatu percakapan dengan George Foreman, ia pernah mengatakan bahwa ia tidak mempunyai damai, dan Foreman menginjili dia, dengan mengatakan bahwa Ali harus datang kepada Kristus untuk bisa mendapatkannya.

b) Merlyn Monroe, bintang film, sex bom yang paling top pada tahun 1950an. Ia bintang film pertama yang berani main telanjang. Ia cantik, terkenal, dan pasti kaya. Tetapi ia mati bunuh diri!

Bdk. Pkh 2:4-11 - “(4) Aku melakukan pekerjaan-pekerjaan besar, mendirikan bagiku rumah-rumah, menanami bagiku kebun-kebun anggur; (5) aku mengusahakan bagiku kebun-kebun dan taman-taman, dan menanaminya dengan rupa-rupa pohon buah-buahan; (6) aku menggali bagiku kolam-kolam untuk mengairi dari situ tanaman pohon-pohon muda. (7) Aku membeli budak-budak laki-laki dan perempuan, dan ada budak-budak yang lahir di rumahku; aku mempunyai juga banyak sapi dan kambing domba melebihi siapapun yang pernah hidup di Yerusalem sebelum aku. (8) Aku mengumpulkan bagiku juga perak dan emas, harta benda raja-raja dan daerah-daerah. Aku mencari bagiku biduan-biduan dan biduanita-biduanita, dan yang menyenangkan anak-anak manusia, yakni banyak gundik. (9) Dengan demikian aku menjadi besar, bahkan lebih besar dari pada siapapun yang pernah hidup di Yerusalem sebelum aku; dalam pada itu hikmatku tinggal tetap padaku. (10) Aku tidak merintangi mataku dari apapun yang dikehendakinya, dan aku tidak menahan hatiku dari sukacita apapun, sebab hatiku bersukacita karena segala jerih payahku. Itulah buah segala jerih payahku. (11) Ketika aku meneliti segala pekerjaan yang telah dilakukan tanganku dan segala usaha yang telah kulakukan untuk itu dengan jerih payah, lihatlah, segala sesuatu adalah kesia-siaan dan usaha menjaring angin; memang tak ada keuntungan di bawah matahari”.

4) Manusia berusaha untuk mencari kesenangan-kesenangan.

Mereka berpikir bahwa hati yang tidak bahagia / tidak damai ini harus dihibur. Dan itu bisa dilakukan dengan macam-macam hal, seperti: pesta, makan, diskotik, film / bioskop, shopping, jalan-jalan / piknik, sex, dan bahkan dengan narkoba!

Memang pada waktu mereka sedang melakukan hal-hal itu, mungkin hatinya bisa senang, tetapi kesenangan itu hanya kesenangan daging / lahiriah, yang bersifat semu dan sementara! Pada waktu semua itu selesai, ketidak-damaian / kekosongan hati itu kembali lagi.

Bdk. Pkh 2:8,10-11 - “(8) Aku mengumpulkan bagiku juga perak dan emas, harta benda raja-raja dan daerah-daerah. Aku mencari bagiku biduan-biduan dan biduanita-biduanita, dan yang menyenangkan anak-anak manusia, yakni banyak gundik. ... (10) Aku tidak merintangi mataku dari apapun yang dikehendakinya, dan aku tidak menahan hatiku dari sukacita apapun, sebab hatiku bersukacita karena segala jerih payahku. Itulah buah segala jerih payahku. (11) Ketika aku meneliti segala pekerjaan yang telah dilakukan tanganku dan segala usaha yang telah kulakukan untuk itu dengan jerih payah, lihatlah, segala sesuatu adalah kesia-siaan dan usaha menjaring angin; memang tak ada keuntungan di bawah matahari”.

5) Manusia berusaha untuk mencari kesibukan.

Mereka merasakan bahwa kalau mereka sedang menganggur, maka ketidak-damaian, kegelisahan, kesumpekan / kekosongan hati itu makin terasa. Karena itu mereka lalu berpikir untuk mengatasinya dengan terus menerus menyibukkan diri.

Mereka bisa menyibukkan diri dengan macam-macam hal, seperti:

a) Bekerja / sekolah / belajar.

b) Main game.

c) Olah raga.

d) Membaca buku, seperti novel, majalah, buku silat, dan sebagainya.

e) Keluyuran.

f) Dan sebagainya.

Bisakah hal-hal ini memberi kebahagiaan / kedamaian? Tidak, orang Jawa bilang paling-paling mereka ‘keslimur’ untuk sementara. Begitu mereka nganggur, ketidak-damaian dsb itu datang kembali.

Secara sadar atau tidak, setiap manusia pernah melakukan cara-cara tersebut di atas untuk memperoleh damai. Tetapi cara-cara itu tidak mungkin memberikan damai yang sejati. Untuk bisa mendapatkan damai yang sejati, mula-mula kita perlu tahu apa yang menjadi sumber / menyebabkan ketidak-damaian itu.

II) Sumber ketidak-damaian dan pemberesannya.

1) Sumber ketidak-damaian.

Apa sebabnya manusia menjadi tidak damai? Apakah pada saat Allah menciptakan manusia, sudah demikian halnya? Tidak! Allah menciptakan manusia tanpa penderitaan, baik fisik maupun batin.

Kejadian 1:31 - “Maka Allah melihat segala yang dijadikanNya itu, sungguh amat baik. Jadilah petang dan jadilah pagi, itulah hari keenam”.

Jadi, mula-mula semua baik, manusia bahagia dan damai. Tetapi dalam Kej 3, dosa lalu masuk ke dalam dunia, dan lalu apa akibatnya? Mereka putus hubungan dengan Allah, karena Allah yang suci itu tak bisa bersekutu dengan manusia yang berdosa! Dan putusnya hubungan dengan Allah ini menyebabkan mereka lalu mengalami ketakutan, rasa malu, dan segala sesuatu dalam hati yang bersifat negatif! Manusia memang direncanakan untuk hidup bersekutu dengan Allah, dan selama manusia hidup sesuai dengan rencana itu, mereka bahagia dan damai. Tetapi begitu mereka hidup tidak sesuai dengan rencana itu, mereka akan kehilangan damai.

Illustrasi: sepeda motor direncanakan oleh pabriknya menggunakan ban yang diisi angin. Kalau kita menggunakannya sesuai rencana itu, maka akan enak. Tetapi kalau kita menggunakannya tidak sesuai dengan rencana itu, misalnya kita isi dengan semen, supaya tidak bisa gembos, maka tidak akan enak!

Kej 3:6-10 - “(6) Perempuan itu melihat, bahwa buah pohon itu baik untuk dimakan dan sedap kelihatannya, lagipula pohon itu menarik hati karena memberi pengertian. Lalu ia mengambil dari buahnya dan dimakannya dan diberikannya juga kepada suaminya yang bersama-sama dengan dia, dan suaminyapun memakannya. (7) Maka terbukalah mata mereka berdua dan mereka tahu, bahwa mereka telanjang; lalu mereka menyemat daun pohon ara dan membuat cawat. (8) Ketika mereka mendengar bunyi langkah TUHAN Allah, yang berjalan-jalan dalam taman itu pada waktu hari sejuk, bersembunyilah manusia dan isterinya itu terhadap TUHAN Allah di antara pohon-pohonan dalam taman. (9) Tetapi TUHAN Allah memanggil manusia itu dan berfirman kepadanya: ‘Di manakah engkau?’ (10) Ia menjawab: ‘Ketika aku mendengar, bahwa Engkau ada dalam taman ini, aku menjadi takut, karena aku telanjang; sebab itu aku bersembunyi.’”.
Yesaya 48:22 - “‘Tidak ada damai sejahtera bagi orang-orang fasik!’ firman TUHAN”.

Amsal 28:1 - “Orang fasik lari, walaupun tidak ada yang mengejarnya, tetapi orang benar merasa aman seperti singa muda”.

Im 26:14-17,36-37 - “(14) ‘Tetapi jikalau kamu tidak mendengarkan Daku, dan tidak melakukan segala perintah itu, (15) jikalau kamu menolak ketetapanKu dan hatimu muak mendengar peraturanKu, sehingga kamu tidak melakukan segala perintahKu dan kamu mengingkari perjanjianKu, (16) maka Akupun akan berbuat begini kepadamu, yakni Aku akan mendatangkan kekejutan atasmu, batuk kering serta demam, yang membuat mata rusak dan jiwa merana; kamu akan sia-sia menabur benihmu, karena hasilnya akan habis dimakan musuhmu. (17) Aku sendiri akan menentang kamu, sehingga kamu akan dikalahkan oleh musuhmu, dan mereka yang membenci kamu akan menguasai kamu, dan kamu akan lari, sungguhpun tidak ada orang mengejar kamu. ... (36) Dan mengenai mereka yang masih tinggal hidup dari antaramu, Aku akan mendatangkan kecemasan ke dalam hati mereka di dalam negeri-negeri musuh mereka, sehingga bunyi daun yang ditiupkan anginpun akan mengejar mereka, dan mereka akan lari seperti orang lari menjauhi pedang, dan mereka akan rebah, sungguhpun tidak ada orang yang mengejar. (37) Dan mereka akan jatuh tersandung seorang kepada seorang seolah-olah hendak menjauhi pedang, sungguhpun yang mengejar tidak ada, dan kamu tidak akan dapat bertahan di hadapan musuh-musuhmu”.

Ul 28:15,65-67 - “(15) ‘Tetapi jika engkau tidak mendengarkan suara TUHAN, Allahmu, dan tidak melakukan dengan setia segala perintah dan ketetapanNya, yang kusampaikan kepadamu pada hari ini, maka segala kutuk ini akan datang kepadamu dan mencapai engkau: ... (65) Engkau tidak akan mendapat ketenteraman di antara bangsa-bangsa itu dan tidak akan ada tempat berjejak bagi telapak kakimu; TUHAN akan memberikan di sana kepadamu hati yang gelisah, mata yang penuh rindu dan jiwa yang merana. (66) Hidupmu akan terkatung-katung, siang dan malam engkau akan terkejut dan kuatir akan hidupmu. (67) Pada waktu pagi engkau akan berkata: Ah, kalau malam sekarang! dan pada waktu malam engkau akan berkata: Ah, kalau pagi sekarang! karena kejut memenuhi hatimu, dan karena apa yang dilihat matamu”.

Ratapan 1:20 - “Ya, TUHAN, lihatlah, betapa besar ketakutanku, betapa gelisah jiwaku; hatiku terbolak-balik di dalam dadaku, karena sudah melampaui batas aku memberontak; di luar keturunanku dibinasakan oleh pedang, di dalam rumah oleh penyakit sampar”.

2) Usaha membereskan sumber ketidak-damaian itu.

Kalau sekarang kita sudah mengetahui bahwa sumber ketidak-damaian itu adalah dosa, maka kita harus berusaha untuk membereskannya. Selama dosa itu belum beres, maka ketidak-damaian itu tetap ada.

Illustrasi: Ada seorang tuan yang kaya, memiliki rumah besar dan halaman yang luas, dan ia memiliki 2 orang pelayan, yang satu tugas di dalam rumah, dan yang lain tugas di luar rumah (halaman). Pegawai yang tugas luar, katakan saja namanya si A, suatu hari menggiring banyak bebek milik tuannya untuk masuk ke kandangnya. Tetapi satu bebek nakal, dan terus lari. Akhirnya si A marah dan melempar bebek itu dengan batu. Celakanya, batu itu kena kepala bebek itu sehingga bebek itu mati. Si A ketakutan, dan waktu ia lihat kiri dan kanan dan tak ada orang, ia lalu mengubur bebek itu dengan diam-diam. Tetapi tanpa ia sadari pelayan yang tugas di dalam rumah, katakan saja namanya si B, melihat semua perbuatannya. Si B diam saja, tetapi pada waktu ketemu si A, ia lalu berkata: ‘A, kamu harus isi air di bak kamar mandi!’. Si A berkata: ‘Lho itu kan tugasmu, aku tugas di luar, kamu di dalam’. Si B berkata: ‘Kamu tidak mau? Ingat bebek!’. Si A terkejut dan takut. Ternyata si B tahu, dan ia dengan terpaksa harus menuruti perintah si B, kalau tidak, ia takut dilaporkan sang majikan. Tetapi si B lalu menyuruh dia melakukan semua tugas si B, dan setiap kali ia menolak, si B mengancam dengan kata ‘bebek’! Si A mula-mula bertahan dalam keadaan itu, tetapi kala kelamaan ia tidak tahan lagi. Akhirnya ia memutuskan untuk mengakui kesalahannya kepada tuannya. Dan tuannya mengampuninya. Si B, yang tidak tahu akan hal itu, menyuruh si A lagi. Tetapi sekarang, sekalipun diancam dengan kata ‘bebek’, si A tak peduli! Ia sudah diampuni sehingga tak usah takut lagi!

Demikian juga dengan kita. Kita semua adalah orang berdosa. Selama dosa kita belum dibereskan, kita akan terus takut dan tidak mempunyai damai! Lalu, apa yang harus kita lakukan? Sumber ketidak-damaian itu harus dibereskan. Kalau dosa beres, maka hubungan dengan Allah menjadi baik, dan kita akan damai. Tetapi sekarang, persoalannya jadi sukar, karena tidak ada orang yang bisa membereskan dosanya sendiri!

Illustrasi: monyet yang masuk rawa tak bisa mengeluarkan dirinya sendiri, kecuali seseorang di luar menarik dia.

Dosa itu tidak bisa dibereskan dengan:

a) Membenarkan diri / tak mengakui dosa tersebut.

Lihat Adam dan Hawa yang melakukan hal ini. Itu tidak akan membereskan dosa mereka.

Bdk. Mazmur 32:1-5 - “(1) Dari Daud. Nyanyian pengajaran. Berbahagialah orang yang diampuni pelanggarannya, yang dosanya ditutupi! (2) Berbahagialah manusia, yang kesalahannya tidak diperhitungkan TUHAN, dan yang tidak berjiwa penipu! (3) Selama aku berdiam diri, tulang-tulangku menjadi lesu karena aku mengeluh sepanjang hari; (4) sebab siang malam tanganMu menekan aku dengan berat, sumsumku menjadi kering, seperti oleh teriknya musim panas. Sela (5) Dosaku kuberitahukan kepadaMu dan kesalahanku tidaklah kusembunyikan; aku berkata: ‘Aku akan mengaku kepada TUHAN pelanggaran-pelanggaranku,’ dan Engkau mengampuni kesalahan karena dosaku. Sela”.

b) Menutupinya dengan perbuatan baik.

Illustrasi: Menutupi dosa dengan perbuatan baik, bisa diibaratkan seperti orang yang berkeringat, sehingga bau, lalu menutupinya dengan minyak wangi!

c) Menutupinya dengan segala macam kesenangan, kekayaan, kesibukan dan sebagainya.

Jadi, jelaslah bahwa kalau saudara mau memiliki damai dengan cara dan usaha saudara sendiri, maka saudara pasti gagal, karena bagaimanapun juga, saudara tidak akan bisa membereskan dosa saudara sendiri.

III) Cara yang Allah sendiri berikan.

Tetapi puji Tuhan, Dia telah menyediakan cara / jalanNya! Pada Natal yang pertama Allah telah menjadi manusia, yaitu Yesus Kristus, dan Ia telah menderita dan mati di salib untuk menebus / membereskan dosa-dosa kita, yang merupakan penyebab putusnya hubungan kita dengan Allah, dan sekaligus merupakan penyebab ketidak-damaian tersebut.

Di atas kayu salib, Yesus berseru: ‘Sudah selesai’ (Yohanes 19:30), untuk menunjukkan bahwa dosa-dosa kita, semuanya telah dibereskan!

Nah saudara, Yesus sudah melakukan bagianNya, sekarang apa yang harus kita lakukan supaya damai yang telah Dia sediakan itu bisa menjadi milik kita?

1) Kita harus datang / percaya kepada Yesus.

Matius 11:28-30 - “(28) Marilah kepadaKu, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu. (29) Pikullah kuk yang Kupasang dan belajarlah padaKu, karena Aku lemah lembut dan rendah hati dan jiwamu akan mendapat ketenangan. (30) Sebab kuk yang Kupasang itu enak dan bebanKupun ringan.’”.

Perhatikan beberapa hal:

a) Yesus mengundang orang yang letih lesu, dan berbeban berat, orang-orang yang menderita, yang tidak bahagia, yang gelisah, yang tidak damai. ‘Marilah kepadaKu’! Dan Ia berjanji untuk memberikan kelegaan / damai kepada mereka yang mau datang kepadaNya!

b) Ingat bahwa Ia berkata ‘Marilah kepadaKu’. Bukan datang kepada pendeta, penginjil, gereja, baptisan, orang Kristen dsb, tetapi datang kepada Yesus sendiri!

c) Undangan ini berlaku untuk semua orang, karena Yesus mengatakan ‘Marilah kepadaKu, semua yang letih lesu dan berbeban berat’.

Illustrasi: seorang gadis diundang ke pesta dansa, dan waktu mau mengambil rok untuk pesta itu ia bertemu dengan pendetanya, yang lalu memberitakan Injil kepadanya. Ia menjadi marah, dan tetap pergi ke pesta. Selesai pesta ia pulang, tetapi tidak merasakan damai. Kata-kata pendetanya terus mendengung di telinganya. Ia lalu datang kepada pendetanya, dan ia disuruh untuk percaya dan menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamatnya. Ia bertanya: Apa Yesus mau menerima aku, aku terlalu banyak dosa. Pendeta itu berkata: Datanglah sebagaimana adamu, Ia mau menerima kamu.

Ia pulang, lalu berdoa kepada Yesus, dan menerimaNya sebagai Tuhan dan Juruselamatnya, dan ia mendapatkan damai dari Tuhan.

Ia lalu mengambil pena dan kertas dan menulis syair, yang lalu menjadi lagu yang berjudul ‘Just as I am’ / ‘Sebagaimana adaku’.

Saudara yang kekasih, lakukan apa yang dilakukan gadis itu. Datanglah kepada Kristus, dan saudara akan mendapatkan damai yang sejati.

2) Kita harus taat kepada Yesus.

Matius 11:28-30 - “(28) Marilah kepadaKu, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu. (29) Pikullah kuk yang Kupasang dan belajarlah padaKu, karena Aku lemah lembut dan rendah hati dan jiwamu akan mendapat ketenangan. (30) Sebab kuk yang Kupasang itu enak dan bebanKupun ringan.’”.

Perhatikan ay 29nya. Memikul kuk berarti kita harus mentaati Dia! Kalau setelah datang kepada Yesus, kita tidak mau mentaati Dia, maka hubungan dengan Allah, sekalipun tidak putus, tetapi menjadi renggang. Dan ini menyebabkan kita kembali tidak damai!

Yesaya 48:18 - “Sekiranya engkau memperhatikan perintah-perintahKu, maka damai sejahteramu akan seperti sungai yang tidak pernah kering, dan kebahagiaanmu akan terus berlimpah seperti gelombang-gelombang laut yang tidak pernah berhenti”.

Kesaksian: saya dulu sering merasa hati kosong, seperti ada pisau mengiris-iris, padahal kalau dilihat hidup saya seharusnya bahagia. Tetapi setelah saya datang kepada Yesus, saya mempunyai damai!

Maukah saudara datang / percaya kepada Yesus, dan mentaatiNya? Tuhan memberkati saudara.

-AMIN-

2).ROTI HIDUP

Yohanes 6:35

Yoh 6:35 - “Kata Yesus kepada mereka: ‘Akulah roti hidup; barangsiapa datang kepadaKu, ia tidak akan lapar lagi, dan barangsiapa percaya kepadaKu, ia tidak akan haus lagi”.

I) Latar belakang ajaran ini.

Yesus mengajarkan diriNya sebagai Roti Hidup dengan latar belakang pemberian makan 5000 orang menggunakan 5 roti dan 2 ikan, yang diceritakan dalam Yohanes 6:1-15.

Yesus memang sering melakukan sesuatu yang bersifat jasmani, dengan tujuan mengajarkan sesuatu yang bersifat rohani tentang diriNya.

Misalnya:

1) Ia mencelikkan mata orang buta dalam Yoh 9. Tujuannya untuk menunjukkan diriNya sebagai ‘terang dunia’ (Yohanes 9:5).

2) Ia membangkitkan Lazarus dalam Yoh 11. Tujuannya untuk menunjukkan diriNya sebagai ‘Kebangkitan dan Hidup’ (Yohnesa 11:25).

3) Ia menyembuhkan banyak orang yang sakit secara jasmani (Matius 8:16) untuk menunjukkan diriNya sebagai penyembuh dari orang yang sakit secara rohani, sehingga Ia menggenapi Yesaya 53:4 (Matius 8:17).

Matius 8:16-17 - “(16) Menjelang malam dibawalah kepada Yesus banyak orang yang kerasukan setan dan dengan sepatah kata Yesus mengusir roh-roh itu dan menyembuhkan orang-orang yang menderita sakit. (17) Hal itu terjadi supaya genaplah firman yang disampaikan oleh nabi Yesaya: ‘Dialah yang memikul kelemahan kita dan menanggung penyakit kita.’”.

Banyak orang, berdasarkan text ini, lalu menekankan Yesus sebagai penyembuh dari penyakit jasmani. Juga kata-kata ‘oleh bilur-bilurNya kita menjadi sembuh’ (Yes 53:5b) sering diterapkan sedemikian rupa untuk mengatakan bahwa orang Kristen harus sembuh dari sakit.

Tetapi ini tidak mungkin karena kontext dari Yes 53 itu jelas merupakan kontext rohani.

Yesaya 53:4-6 - “(4) Tetapi sesungguhnya, penyakit kitalah yang ditanggungnya, dan kesengsaraan kita yang dipikulnya, padahal kita mengira dia kena tulah, dipukul dan ditindas Allah. (5) Tetapi dia tertikam oleh karena pemberontakan kita, dia diremukkan oleh karena kejahatan kita; ganjaran yang mendatangkan keselamatan bagi kita ditimpakan kepadanya, dan oleh bilur-bilurnya kita menjadi sembuh. (6) Kita sekalian sesat seperti domba, masing-masing kita mengambil jalannya sendiri, tetapi TUHAN telah menimpakan kepadanya kejahatan kita sekalian”.

Jadi, baik ‘penyakit’ maupun ‘sembuh’ dalam text Yes 53 ini harus diartikan secara rohani.

Demikian juga pada waktu Petrus mengutip text Yes 53 itu, ia menerapkannya secara rohani.

1Pet 2:22-25 - “(22) Ia tidak berbuat dosa, dan tipu tidak ada dalam mulutNya. (23) Ketika Ia dicaci maki, Ia tidak membalas dengan mencaci maki; ketika Ia menderita, Ia tidak mengancam, tetapi Ia menyerahkannya kepada Dia, yang menghakimi dengan adil. (24) Ia sendiri telah memikul dosa kita di dalam tubuhNya di kayu salib, supaya kita, yang telah mati terhadap dosa, hidup untuk kebenaran. Oleh bilur-bilurNya kamu telah sembuh. (25) Sebab dahulu kamu sesat seperti domba, tetapi sekarang kamu telah kembali kepada gembala dan pemelihara jiwamu”.

Lalu bagaimana mungkin Matius mengutip Yes 53 itu dan menerapkannya secara jasmani? Satu-satunya penjelasan adalah seperti yang saya katakan di atas. Yesus sering melakukan sesuatu yang bersifat jasmani, dengan tujuan untuk mengajarkan sesuatu yang bersifat rohani tentang diriNya sendiri.

Calvin: “Matthew quotes this prediction, after having related that Christ cured various diseases; though it is certain that he was appointed not to cure bodies, but rather to cure souls; for it is of spiritual disease that the Prophet intends to speak. But in the miracles which Christ performed in curing bodies, he gave a proof of the salvation which he brings to our souls. That healing had therefore a more extensive reference than to bodies, because he was appointed to be the physician of souls; and accordingly Matthew applies to the outward sign what belonged to the truth and reality” (= Matius mengutip ramalan ini, setelah menceritakan bahwa Kristus menyembuhkan bermacam-macam penyakit; sekalipun sudah tentu bahwa Ia ditetapkan bukan untuk menyembuhkan tubuh, tetapi untuk menyembuhkan jiwa; karena adalah penyakit rohanilah yang dibicarakan oleh sang nabi. Tetapi dalam mujijat-mujijat yang dilakukan Kristus dalam menyembuhkan tubuh, Ia memberi suatu bukti tentang keselamatan yang Ia bawa kepada jiwa kita. Karena itu kesembuhan itu mempunyai hubungan yang lebih luas dengan jiwa dari pada tubuh, karena Ia ditetapkan sebagai dokter untuk jiwa; dan sesuai dengan itu Matius menerapkan pada tanda lahiriah apa yang termasuk pada kebenaran dan kenyataan) - hal 115.

Sekarang, kembali pada topik kita tentang Yesus sebagai Roti Hidup. Ia melakukan mujijat dengan melipat-gandakan 5 roti dan 2 ikan sehingga berlebihan untuk memberi makan 5.000 orang lebih (tanpa menghitung wanita dan anak-anak).

II) Yesus adalah ‘roti hidup’.

1) Roti.

Kalau Ia menggunakan 5 roti dan 2 ikan untuk memberi makan 5.000 orang itu, mengapa ia menyatakan diri sebagai ‘Roti Hidup’ dan bukan sebagai ‘ikan hidup’? Karena roti di sana sama seperti nasi di sini. Banyak orang Indonesia merasa belum makan kalau belum makan nasi. Jadi, makan nasi sepertinya merupakan suatu keharusan / kebutuhan yang mutlak. Demikian juga di sana roti merupakan kebutuhan mutlak. Itu makanan pokok. Tetapi ikan tidak demikian. Tentang ikan orang beranggapan, kalau ada baik, tetapi kalau tidak ada ya tidak apa-apa, karena bisa digantikan dengan yang lain. Karena itu, seandainya Yesus menyatakan diri sebagai ‘ikan hidup’, maka akan menimbulkan kesan bahwa Ia bukanlah kebutuhan pokok / kebutuhan mutlak bagi kita. Ada baik, tak ada ya tidak apa-apa. Ia bisa digantikan dengan yang lain.

Tetapi dengan Ia menyatakan diri sebagai ‘Roti Hidup’, maka akan timbul suatu pemikiran bahwa Ia merupakan kebutuhan pokok / kebutuhan mutlak bagi kita! Kita tidak bisa berpikir, ada Yesus baik, tak ada Yesus ya tidak apa-apa! Kebutuhan kita terhadap Dia tidak bisa digantikan oleh apapun / siapapun.

Bdk. Efesus 2:12 - “bahwa waktu itu kamu tanpa Kristus, tidak termasuk kewargaan Israel dan tidak mendapat bagian dalam ketentuan-ketentuan yang dijanjikan, tanpa pengharapan dan tanpa Allah di dalam dunia”.

Yoh 15:5 - “Akulah pokok anggur dan kamulah ranting-rantingnya. Barangsiapa tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia, ia berbuah banyak, sebab di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa”.

KJV: ‘without me ye can do nothing’ (= tanpa Aku kamu tidak bisa berbuat apa-apa).

RSV/NIV/NASB: ‘apart from Me you can do nothing’ (= terpisah dari Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa).

Tanpa Yesus, kita adalah:

a) Ranting pohon anggur tanpa pokoknya.

Yoh 15:4 - “Tinggallah di dalam Aku dan Aku di dalam kamu. Sama seperti ranting tidak dapat berbuah dari dirinya sendiri, kalau ia tidak tinggal pada pokok anggur, demikian juga kamu tidak berbuah, jikalau kamu tidak tinggal di dalam Aku”.

b) Domba tanpa gembala.

Bil 27:17 - “yang mengepalai mereka waktu keluar dan masuk, dan membawa mereka keluar dan masuk, supaya umat TUHAN jangan hendaknya seperti domba-domba yang tidak mempunyai gembala.’”.

1Raja 22:17 - “Lalu jawabnya: ‘Telah kulihat seluruh Israel bercerai-berai di gunung-gunung seperti domba-domba yang tidak mempunyai gembala, sebab itu TUHAN berfirman: Mereka ini tidak punya tuan; baiklah masing-masing pulang ke rumahnya dengan selamat.’”.

Yes 13:14 - “Seperti kijang yang dikejar-kejar dan seperti domba yang tidak digembalakan, demikianlah mereka akan berpaling, masing-masing kepada bangsanya, dan melarikan diri, masing-masing ke negerinya”.

Mat 9:36 - “Melihat orang banyak itu, tergeraklah hati Yesus oleh belas kasihan kepada mereka, karena mereka lelah dan terlantar seperti domba yang tidak bergembala”.

c) Orang berdosa tanpa Penebus / Juruselamat.

Ibr 9:22 - “Dan hampir segala sesuatu disucikan menurut hukum Taurat dengan darah, dan tanpa penumpahan darah tidak ada pengampunan”.

d) Orang buta tanpa terang.

e) Orang sakit tanpa dokter / tabib.

f) Murid tanpa guru.

Bdk. Fil 4:13 - “Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku”. Ini terjemahannya kurang tepat.

KJV: ‘I can do all things through Christ which strengtheneth me’ (= Aku bisa melakukan segala sesuatu melalui Kristus yang menguatkan aku).

2) Hidup.

Kata ‘hidup’ ini ditambahkan untuk lebih menunjukkan akibat / hasil yang terjadi kalau orang memakan roti itu.

Yoh 6:33-35,48-51,58 - “(33) Karena roti yang dari Allah ialah roti yang turun dari sorga dan yang memberi hidup kepada dunia.’ (34) Maka kata mereka kepadaNya: ‘Tuhan, berikanlah kami roti itu senantiasa.’ (35) Kata Yesus kepada mereka: ‘Akulah roti hidup; barangsiapa datang kepadaKu, ia tidak akan lapar lagi, dan barangsiapa percaya kepadaKu, ia tidak akan haus lagi. ... (48) Akulah roti hidup. (49) Nenek moyangmu telah makan manna di padang gurun dan mereka telah mati. (50) Inilah roti yang turun dari sorga: Barangsiapa makan dari padanya, ia tidak akan mati. (51) Akulah roti hidup yang telah turun dari sorga. Jikalau seorang makan dari roti ini, ia akan hidup selama-lamanya, dan roti yang Kuberikan itu ialah dagingKu, yang akan Kuberikan untuk hidup dunia.’ ... (58) Inilah roti yang telah turun dari sorga, bukan roti seperti yang dimakan nenek moyangmu dan mereka telah mati. Barangsiapa makan roti ini, ia akan hidup selama-lamanya.’”.

Yang saya beri garis bawah tunggal merupakan akibat / hasil yang terjadi kalau seseorang makan Roti Hidup itu. Orang itu:

a) ‘tidak akan lapar lagi dan tidak akan haus lagi’ (ay 35b).

1. ‘tidak akan lapar / haus lagi’ artinya ‘dipuaskan’.

2. Dalam bahasa Yunaninya, kata-kata ‘tidak akan’ yang muncul 2 x itu kedua-duanya menggunakan double negatives (= dua kali kata ‘tidak’), dan ini menunjukkan suatu penekanan.

b) ‘ia akan hidup selama-lamanya’ (ay 51,58).

Ada beberapa hal yang akan saya soroti / jelaskan:

1. Orang yang makan Roti Hidup mendapatkan hidup kekal.

a. Ada kontras antara mereka yang makan manna dan mereka yang makan Roti Hidup:

· Yang makan manna telah mati.

Perhatikan bagian yang saya beri garis bawah ganda yang menunjukkan bahwa mereka yang makan manna semuanya telah mati (ay 49,58a).

· Yang makan Roti Hidup akan hidup.

Siapa yang makan Roti Hidup ini tidak akan mati, tetapi akan hidup selama-lamanya (ay 50,51,58), atau akan mendapatkan hidup kekal!

b. Makan Roti Hidup berarti percaya kepada Yesus.

Ay 35: “Kata Yesus kepada mereka: ‘Akulah roti hidup; barangsiapa datang kepadaKu, ia tidak akan lapar lagi, dan barangsiapa percaya kepadaKu, ia tidak akan haus lagi”.

Jadi, makan roti hidup itu berarti bahwa kita harus datang dan percaya kepada Kristus.

2 hal ini, yaitu ‘datang’ dan ‘percaya’ kepada Yesus, sebetulnya tidak perlu dibedakan. ‘Datang kepada Yesus’ sebetulnya sama saja dengan ‘percaya kepada Yesus’.

Jadi, siapapun yang datang / percaya kepada Yesus mendapatkan hidup kekal.

c. Janji hidup kekal itu menunjukkan bahwa keselamatan tidak bisa hilang!

Janji bahwa orang yang memakan Roti Hidup itu akan mendapat hidup selama-lamanya / hidup kekal itu, menunjukkan bahwa Yesus / Kitab Suci mempercayai bahwa keselamatan tidak bisa hilang! Dari mana bisa ditafsirkan demikian? Karena orang yang makan Roti Hidup, bukan diberi ‘hidup bersyarat’, atau ‘hidup sementara’, tetapi ‘hidup yang kekal’. Kalau karena dosa atau godaan setan seseorang yang sudah diselamatkan bisa murtad dan akhirnya terhilang / binasa (seperti yang diajarkan oleh Arminianisme), maka itu berarti pada waktu ia percaya, kepada dia hanya diberikan ‘hidup bersyarat / sementara’, bukan ‘hidup yang kekal’!

Pada waktu Adam dan Hawa diciptakan, maka mereka memang hanya mempunyai hidup bersyarat, yaitu: mereka tetap hidup asalkan / selama mereka tidak makan buah terlarang itu (Kej 2:16-17). Kalau mereka memakan buah itu mereka akan mati. Jelas bahwa mereka tidak mempunyai ‘hidup kekal’ tetapi hanya mempunyai ‘hidup bersyarat’. Tetapi kepada kita makan Roti Hidup, tidak diberikan hidup bersyarat seperti itu, melainkan hidup kekal. Karena itu jelas bahwa keselamatan itu tidak bisa hilang!

Hal-hal lain dalam kontext ini yang menunjukkan bahwa keselamatan tidak bisa hilang adalah apa yang dikatakan Yesus dalam ay 39-40: “(39) Dan Inilah kehendak Dia yang telah mengutus Aku, yaitu supaya dari semua yang telah diberikanNya kepadaKu jangan ada yang hilang, tetapi supaya Kubangkitkan pada akhir zaman. (40) Sebab inilah kehendak BapaKu, yaitu supaya setiap orang, yang melihat Anak dan yang percaya kepadaNya beroleh hidup yang kekal, dan supaya Aku membangkitkannya pada akhir zaman.’”.

Mula-mula Yesus menyatakan doktrin ini secara negatif, dimana Ia mengatakan bahwa Bapa menghendaki supaya orang yang sudah diberikanNya kepada Yesus tidak ada yang hilang (ay 39). Lalu Yesus menyatakan doktrin ini secara positif, dimana Ia mengatakan bahwa Bapa menghendaki supaya setiap orang yang percaya kepada Yesus beroleh hidup yang kekal dan dibangkit­kan pada akhir zaman (ay 40).

Catatan: dalam Kitab Suci ada banyak sekali ayat yang mendukung doktrin keselamatan tidak bisa hilang ini, seperti:

· Yoh 10:28-29 - “(28) dan Aku memberikan hidup yang kekal kepada mereka dan mereka pasti tidak akan binasa sampai selama-lamanya dan seorangpun tidak akan merebut mereka dari tanganKu. (29) BapaKu, yang memberikan mereka kepadaKu, lebih besar dari pada siapapun, dan seorangpun tidak dapat merebut mereka dari tangan Bapa”.

· Ro 5:9-10 - “(9) Lebih-lebih, karena kita sekarang telah dibenarkan oleh darahNya, kita pasti akan diselamatkan dari murka Allah. (10) Sebab jikalau kita, ketika masih seteru, diperdamaikan dengan Allah oleh kematian AnakNya, lebih-lebih kita, yang sekarang telah diperdamaikan, pasti akan diselamatkan oleh hidupNya!”.

· Ro 8:29-30 - “(29) Sebab semua orang yang dipilihNya dari semula, mereka juga ditentukanNya dari semula untuk menjadi serupa dengan gambaran AnakNya, supaya Ia, AnakNya itu, menjadi yang sulung di antara banyak saudara. (30) Dan mereka yang ditentukanNya dari semula, mereka itu juga dipanggilNya. Dan mereka yang dipanggilNya, mereka itu juga dibenarkanNya. Dan mereka yang dibenarkanNya, mereka itu juga dimuliakanNya”.

· Ro 8:38-39 - “(38) Sebab aku yakin, bahwa baik maut, maupun hidup, baik malaikat-malaikat, maupun pemerintah-pemerintah, baik yang ada sekarang, maupun yang akan datang, (39) atau kuasa-kuasa, baik yang di atas, maupun yang di bawah, ataupun sesuatu makhluk lain, tidak akan dapat memisahkan kita dari kasih Allah, yang ada dalam Kristus Yesus, Tuhan kita”.

· 1Kor 1:8-9 - “(8) Ia juga akan meneguhkan kamu sampai kepada kesudahannya, sehingga kamu tak bercacat pada hari Tuhan kita Yesus Kristus. (9) Allah, yang memanggil kamu kepada persekutuan dengan AnakNya Yesus Kristus, Tuhan kita, adalah setia”.

· Fil 1:6 - “Akan hal ini aku yakin sepenuhnya, yaitu Ia, yang memulai pekerjaan yang baik di antara kamu, akan meneruskannya sampai pada akhirnya pada hari Kristus Yesus”.

· 1Pet 1:4-5 - “(4) untuk menerima suatu bagian yang tidak dapat binasa, yang tidak dapat cemar dan yang tidak dapat layu, yang tersimpan di sorga bagi kamu. (5) Yaitu kamu, yang dipelihara dalam kekuatan Allah karena imanmu sementara kamu menantikan keselamatan yang telah tersedia untuk dinyatakan pada zaman akhir”.

· 1Yoh 2:18-19 - “(18) Anak-anakku, waktu ini adalah waktu yang terakhir, dan seperti yang telah kamu dengar, seorang antikristus akan datang, sekarang telah bangkit banyak antikristus. Itulah tandanya, bahwa waktu ini benar-benar adalah waktu yang terakhir. (19) Memang mereka berasal dari antara kita, tetapi mereka tidak sungguh-sungguh termasuk pada kita; sebab jika mereka sungguh-sungguh termasuk pada kita, niscaya mereka tetap bersama-sama dengan kita. Tetapi hal itu terjadi, supaya menjadi nyata, bahwa tidak semua mereka sungguh-sungguh termasuk pada kita”.

· Yudas 24-25 - “(24) Bagi Dia, yang berkuasa menjaga supaya jangan kamu tersandung dan yang membawa kamu dengan tak bernoda dan penuh kegembiraan di hadapan kemuliaanNya, (25) Allah yang esa, Juruselamat kita oleh Yesus Kristus, Tuhan kita, bagi Dia adalah kemuliaan, kebesaran, kekuatan dan kuasa sebelum segala abad dan sekarang dan sampai selama-lamanya. Amin”.

2. Iman / kepercayaan kepada Yesus harus berhubungan dengan / mencakup penebusanNya di kayu salib untuk dosa-dosa kita.

Ay 51,53-56: “(51) Akulah roti hidup yang telah turun dari sorga. Jikalau seorang makan dari roti ini, ia akan hidup selama-lamanya, dan roti yang Kuberikan itu ialah dagingKu, yang akan Kuberikan untuk hidup dunia.’ ... (53) Maka kata Yesus kepada mereka: ‘Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jikalau kamu tidak makan daging Anak Manusia dan minum darahNya, kamu tidak mempunyai hidup di dalam dirimu. (54) Barangsiapa makan dagingKu dan minum darahKu, ia mempunyai hidup yang kekal dan Aku akan membangkitkan dia pada akhir zaman. (55) Sebab dagingKu adalah benar-benar makanan dan darahKu adalah benar-benar minuman. (56) Barangsiapa makan dagingKu dan minum darahKu, ia tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia”.

Dalam ay 51 ini Yesus mengatakan bahwa roti yang Ia berikan adalah dagingNya yang akan Ia berikan untuk hidup dunia, dan dalam ay 53-56 Ia berbicara tentang ‘makan dagingNya dan minum darahNya’. Ini jelas merupakan sesuatu yang bersifat simbolis, bukan hurufiah. Simbol tentang apa? Jelas bahwa di sini Ia berbicara tentang salib yang akan terjadi, karena pada saat itulah tubuh / dagingNya dihancurkan dan darahNya dicurahkan untuk menebus dosa-dosa kita. Dengan cara itulah Ia bisa menjadi Roti Hidup yang memberi hidup kepada dunia. Dengan kata-kata ini Yesus menunjukkan bahwa kepercayaan kepadaNya harus berhubungan dengan penebusan di kayu salib, dan kalau tidak itu bukanlah iman yang sejati.

William Hendriksen: “To believe in Christ means to accept him as the Crucified One. Apart from that voluntary sacrifice, Christ ceases to be bread for us in any sense” (= Percaya kepada Kristus berarti menerima Dia sebagai Orang yang tersalib. Terpisah dari pengorbanan sukarela itu, Kristus berhenti menjadi roti bagi kita dalam arti apapun).

Penerapan:

a. Jangan hanya percaya kepada Yesus sebagai pemberi berkat, pelaku mujijat, penyembuh penyakit, dsb. Yang terutama saudara harus percaya kepada Dia sebagai Juruselamat / Pene­bus dosa yang sudah mati menggantikan saudara.

b. Dalam penginjilan, khususnya kepada orang yang selalu menekankan Yesus sebagai pemberi berkat, pelaku mujijat, penyem­buh dsb, hal ini harus saudara tekankan! Desak mereka untuk percaya dan menerima Yesus sebagai Juruselamat, bukan sekedar sebagai dokter, pelaku mujijat, pemberi kekayaan, dsb.

Bdk. 1Kor 15:19 - “Jikalau kita hanya dalam hidup ini saja menaruh pengharapan pada Kristus, maka kita adalah orang-orang yang paling malang dari segala manusia”.

3. Yesus mengajarkan bahwa keselamatan hanya ada di dalam Dia (Yesus adalah satu-satunya jalan keselamatan).

Hal ini Ia ajarkan:

a. Secara positif.

Ia mengatakan bahwa orang yang memakan Dia / memakan roti hidup / memakan dagingNya dan meminum darahNya, mendapat hidup yang kekal.

Ay 50,51,54,57b,58b: “(50) Inilah roti yang turun dari sorga: Barangsiapa makan dari padanya, ia tidak akan mati. (51) Akulah roti hidup yang telah turun dari sorga. Jikalau seorang makan dari roti ini, ia akan hidup selama-lamanya, dan roti yang Kuberikan itu ialah dagingKu, yang akan Kuberikan untuk hidup dunia.’ ... (54) Barangsiapa makan dagingKu dan minum darahKu, ia mempunyai hidup yang kekal dan Aku akan membangkitkan dia pada akhir zaman. ... (57) Sama seperti Bapa yang hidup mengutus Aku dan Aku hidup oleh Bapa, demikian juga barangsiapa yang memakan Aku, akan hidup oleh Aku. (58) Inilah roti yang telah turun dari sorga, bukan roti seperti yang dimakan nenek moyangmu dan mereka telah mati. Barangsiapa makan roti ini, ia akan hidup selama-lamanya.’”.

Ini menjamin bahwa orang yang percaya kepada Yesus pasti mendapatkan hidup kekal.

b. Secara negatif.

· Ia mengatakan bahwa siapa yang tidak makan dagingNya dan minum darahNya tidak mempunyai hidup yang kekal.

Ay 53: “Maka kata Yesus kepada mereka: ‘Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jikalau kamu tidak makan daging Anak Manusia dan minum darahNya, kamu tidak mempunyai hidup di dalam dirimu”.

Ini menjamin bahwa orang yang tidak percaya kepada Yesus pasti binasa / masuk neraka!

· Ia mengatakan bahwa yang makan manna (berarti tidak makan Roti Hidup) telah mati.

Perhatikan bahwa manna itu bukannya beracun, dan karena itu tidak bisa secara aktif membunuh mereka. Tetapi karena manna itu tidak bisa memberikan hidup kekal, maka akhirnya mereka yang memakannya akan mati.

Illustrasi: kalau ada penyakit yang mematikan yang hanya bisa disembuhkan dengan obat A, maka orang yang makan apapun yang lain, selain obat A itu, biarpun apa yang ia makan itu tidak beracun, tetap akan mati.

Penerapan: Apapun yang saudara lakukan, kalau itu tidak memberikan hidup kekal kepada saudara, pada dasarnya, dan pada akhirnya, itu akan membunuh saudara. Ini berlaku baik pada waktu saudara:

* hanya menekankan hal-hal duniawi / jasmani saja.

* ikut agama-agama yang tidak bisa memberikan hidup kekal kepada saudara.

* ikut gereja-gereja Kristen yang tidak memberitakan Injil, tetapi hanya mengajarkan ajaran moral dan etika. Ini sebetulnya tidak berbeda dengan ikut agama-agama lain.

* ikut gereja yang injili tanpa percaya Yesus.

Bdk. ay 27: “Bekerjalah, bukan untuk makanan yang akan dapat binasa, melainkan untuk makanan yang bertahan sampai kepada hidup yang kekal, yang akan diberikan Anak Manusia kepadamu; sebab Dialah yang disahkan oleh Bapa, Allah, dengan meteraiNya.’”.

Penerapan:

Kalau saudara memberitakan Injil, tidak sukar mem­beritakan ajaran positifnya, tetapi apakah saudara juga member­itakan ajaran negatifnya?

III) Tanggapan kita.

1) Kita bisa memberikan tanggapan negatif, yaitu dengan tidak percaya pada apa yang Yesus janjikan / katakan.

Perhatikan reaksi / tanggapan orang-orang Yahudi tentang claim Yesus sebagai Roti Hidup yang bisa memberikan hidup kekal itu.

Ay 41-42: “(41) Maka bersungut-sungutlah orang Yahudi tentang Dia, karena Ia telah mengatakan: ‘Akulah roti yang telah turun dari sorga." (42) Kata mereka: ‘Bukankah Ia ini Yesus, anak Yusuf, yang ibu bapanya kita kenal? Bagaimana Ia dapat berkata: Aku telah turun dari sorga?’”.

Mereka tidak bisa menerima claim Yesus yang menyatakan bahwa diriNya bisa memberikan hidup yang kekal, karena mereka meninjau / melihat Yesus secara jasmani, dan secara jasmani Yesus tidak mempunyai sesuatu yang istimewa, sebaliknya berasal dari keluarga miskin.

Bdk. Mat 13:54-57 - “(54) Setibanya di tempat asalNya, Yesus mengajar orang-orang di situ di rumah ibadat mereka. Maka takjublah mereka dan berkata: ‘Dari mana diperolehNya hikmat itu dan kuasa untuk mengadakan mujizat-mujizat itu? (55) Bukankah Ia ini anak tukang kayu? Bukankah ibuNya bernama Maria dan saudara-saudaraNya: Yakobus, Yusuf, Simon dan Yudas? (56) Dan bukankah saudara-saudaraNya perempuan semuanya ada bersama kita? Jadi dari mana diperolehNya semuanya itu?’ (57a) Lalu mereka kecewa dan menolak Dia”.

Ini menggenapi nubuat firman Tuhan dalam Yes 53:2b-3 - “(2b) Ia tidak tampan dan semaraknyapun tidak ada sehingga kita memandang dia, dan rupapun tidak, sehingga kita menginginkannya. (3) Ia dihina dan dihindari orang, seorang yang penuh kesengsaraan dan yang biasa menderita kesakitan; ia sangat dihina, sehingga orang menutup mukanya terhadap dia dan bagi kitapun dia tidak masuk hitungan”.

Penerapan: Hati-hatilah supaya saudara tidak menilai gereja, hamba Tuhan, buku rohani, orang kristen, secara jasmani! Ada banyak gereja, hamba Tuhan, buku rohani, orang kristen yang penampilan luarnya hebat, tetapi sebetulnya brengsek. Sebaliknya ada banyak gereja, hamba Tuhan, buku rohani, orang kristen yang penampilan luarnya jelek, tetapi sebetulnya bagus.

2) Kita bisa memberikan tanggapan yang positif, yaitu dengan percaya pada kata-kata Yesus, dan mau ‘memakan Roti Hidup’ itu.

Ay 28-29: “(28) Lalu kata mereka kepadaNya: ‘Apakah yang harus kami perbuat, supaya kami mengerjakan pekerjaan yang dikehendaki Allah?’ (29) Jawab Yesus kepada mereka: ‘Inilah pekerjaan yang dikehendaki Allah, yaitu hendaklah kamu percaya kepada Dia yang telah diutus Allah.’”.

a) Kata ‘pekerjaan’ dalam ay 28 ada dalam bentuk jamak (ERGA = works), tetapi kata ‘pekerjaan’ dalam ay 29 ada dalam bentuk tunggal (ERGON = work). Jadi, Yesus memaksudkan: hanya satu hal yang Allah kehendaki untuk kamu lakukan, yaitu percaya kepada Dia (Yesus)!

b) Calvin berkata bahwa pada waktu Yesus menyebut iman sebagai work / pekerjaan, Ia tidak berbicara dengan akurasi yang ketat. Tentu bukan maksud Calvin untuk mengatakan bahwa Yesus salah bicara! Maksudnya ia menggunakan kata itu bukan dalam arti theologis yang ketat.

Alasan Calvin adalah: Ro 3:27-28 mengatakan bahwa iman tidak termasuk sebagai work / pekerjaan.

Ro 3:27-28 - “(27) Jika demikian, apakah dasarnya untuk bermegah? Tidak ada! Berdasarkan apa? Berdasarkan perbuatan? Tidak, melainkan berdasarkan iman! (28) Karena kami yakin, bahwa manusia dibenarkan karena iman, dan bukan karena ia melakukan hukum Taurat”.

Bdk. Ro 11:6 - “Tetapi jika hal itu terjadi karena kasih karunia, maka bukan lagi karena perbuatan, sebab jika tidak demikian, maka kasih karunia itu bukan lagi kasih karunia”.

Catatan: sebetulnya, dengan membandingkan pertanyaan dalam ay 28 (dimana kata ‘pekerjaan’ menggunakan bentuk jamak) dengan jawaban dari Yesus dalam ay 29 (dimana untuk kata ‘pekerjaan’ Ia menggunakan bentuk tunggal, sudah jelas bahwa Yesus membedakan kedua hal itu.

Kekristenan yang benar sangat menekankan ‘keselamatan karena iman’, dan ini tidak bisa disamakan dengan ‘keselamatan karena pekerjaan / perbuatan baik’ karena iman bukan merupakan pekerjaan.

Penutup / kesimpulan.

Yesus telah menjadi Roti Hidup dengan mengorbankan tubuh / daging dan darahNya di kayu salib. Hanya kalau saudara mau percaya kepada Dia sebagai penebus / Juruselamat saudara, maka saudara mendapatkan hidup kekal. Kalau tidak, saudara akan masuk ke neraka selama-lamanya. Maukah saudara percaya dengan sungguh-sungguh kepada Yesus?

-AMIN-

3).Keselamatan dan Pelayanan

II Korintus 5:15-21

2 Korintus 5:15-21 - “(15) Dan Kristus telah mati untuk semua orang, supaya mereka yang hidup, tidak lagi hidup untuk dirinya sendiri, tetapi untuk Dia, yang telah mati dan telah dibangkitkan untuk mereka. (16) Sebab itu kami tidak lagi menilai seorang jugapun menurut ukuran manusia. Dan jika kami pernah menilai Kristus menurut ukuran manusia, sekarang kami tidak lagi menilaiNya demikian. (17) Jadi siapa yang ada di dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru: yang lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang. (18) Dan semuanya ini dari Allah, yang dengan perantaraan Kristus telah mendamaikan kita dengan diriNya dan yang telah mempercayakan pelayanan pendamaian itu kepada kami. (19) Sebab Allah mendamaikan dunia dengan diriNya oleh Kristus dengan tidak memperhitungkan pelanggaran mereka. Ia telah mempercayakan berita pendamaian itu kepada kami. (20) Jadi kami ini adalah utusan-utusan Kristus, seakan-akan Allah menasihati kamu dengan perantaraan kami; dalam nama Kristus kami meminta kepadamu: berilah dirimu didamaikan dengan Allah. (21) Dia yang tidak mengenal dosa telah dibuatNya menjadi dosa karena kita, supaya dalam Dia kita dibenarkan oleh Allah”.

I) Keadaan manusia di luar Kristus.

1) Musuh Allah.

Ay 18-20: “(18) Dan semuanya ini dari Allah, yang dengan perantaraan Kristus telah mendamaikan kita dengan diriNya dan yang telah mempercayakan pelayanan pendamaian itu kepada kami. (19) Sebab Allah mendamaikan dunia dengan diriNya oleh Kristus dengan tidak memperhitungkan pelanggaran mereka. Ia telah mempercayakan berita pendamaian itu kepada kami. (20) Jadi kami ini adalah utusan-utusan Kristus, seakan-akan Allah menasihati kamu dengan perantaraan kami; dalam nama Kristus kami meminta kepadamu: berilah dirimu didamaikan dengan Allah”.

Istilah ‘mendamaikan’ / ‘didamaikan’ (ay 18,19,20) menunjukkan adanya permusuhan antara manusia dengan Allah.

Bdk. Ro 5:10 - “Sebab jikalau kita, ketika masih seteru, diperdamaikan dengan Allah oleh kematian AnakNya, lebih-lebih kita, yang sekarang telah diperdamaikan, pasti akan diselamatkan oleh hidupNya!”.

Bandingkan dengan juga dengan ayat-ayat ini:

a) Mat 12:30a - “Siapa tidak bersama Aku, ia melawan Aku”.

b) Kolose 1:21 - “Juga kamu yang dahulu hidup jauh dari Allah dan yang memusuhiNya dalam hati dan pikiran seperti yang nyata dari perbuatanmu yang jahat”.

c) Mazmur 37:20 - “Sesungguhnya, orang-orang fasik akan binasa; musuh TUHAN seperti keindahan padang rumput: mereka habis lenyap, habis lenyap bagaikan asap”.

d) Mat 22:44 - “Tuhan telah berfirman kepada Tuanku: duduklah di sebelah kananKu, sampai musuh-musuhMu Kutaruh di bawah kakiMu”.

Jangan menganggap bahwa kalau saudara sudah ada dalam gereja, sudah dibaptis, dsb, maka saudara pasti bukan lagi musuh Allah / Kristus. Perhatikan ayat di bawah ini.

Fil 3:18 - “Karena, seperti yang telah kerap kali kukatakan kepadamu, dan yang kunyatakan pula sekarang sambil menangis, banyak orang yang hidup sebagai seteru salib Kristus”.

Dalam ayat ini Paulus tidak berbicara tentang orang-orang non kristen / orang kafir, tetapi tentang orang-orang kristen yang hidup secara daging, dan karena itu ia sebut sebagai ‘seteru salib Kristus’.

2) Melanggar.

Ay 19a: “Sebab Allah mendamaikan dunia dengan diriNya oleh Kristus dengan tidak memperhitungkan pelanggaran mereka”.

Bandingkan dengan:

a) 1Yoh 3:4 - “Setiap orang yang berbuat dosa, melanggar juga hukum Allah, sebab dosa ialah pelanggaran hukum Allah”.

b) Yak 2:11 - “Sebab Ia yang mengatakan: ‘Jangan berzinah’, Ia mengatakan juga: ‘Jangan membunuh’. Jadi jika kamu tidak berzinah tetapi membunuh, maka kamu menjadi pelanggar hukum juga”.

3) Tidak benar.

Ay 21: “Dia yang tidak mengenal dosa telah dibuatNya menjadi dosa karena kita, supaya dalam Dia kita dibenarkan oleh Allah”.

Kata ‘dibenarkan’ (ay 21) menunjukkan bahwa kita adalah manusia yang tidak benar, atau dengan kata lain, kita adalah manusia berdosa.

Bandingkan dengan ayat-ayat ini:

a) 1Pet 3:18a - “Sebab juga Kristus telah mati sekali untuk segala dosa kita, Ia yang benar untuk orang-orang yang tidak benar, supaya Ia membawa kita kepada Allah”.

b) Ro 3:10-12 - “(10) seperti ada tertulis: ‘Tidak ada yang benar, seorangpun tidak. (11) Tidak ada seorangpun yang berakal budi, tidak ada seorangpun yang mencari Allah. (12) Semua orang telah menyeleweng, mereka semua tidak berguna, tidak ada yang berbuat baik, seorangpun tidak”.

c) 1Kor 6:1 - “Apakah ada seorang di antara kamu, yang jika berselisih dengan orang lain, berani mencari keadilan pada orang-orang yang tidak benar, dan bukan pada orang-orang kudus?”.

Dalam ayat di atas ini, kata-kata ‘orang-orang yang tidak benar’ jelas dikontraskan dengan ‘orang-orang kudus’ (= orang-orang kristen), dan karena itu jelas menunjuk kepada ‘orang-orang non kristen’.

Apakah saudara sadar bahwa diri saudara adalah orang yang berdosa, bahkan sangat berdosa? Kalau saudara harus menggambarkan kehidupan saudara, bagaimana saudara menggambarkannya? Seperti kertas yang putih bersih, atau kertas putih dengan bintik-bintik hitam, atau kertas abu-abu? Atau seperti kertas yang hitam legam?

II) Apa yang harus dialami oleh manusia.

1) Mati secara jasmani.

Ay 1,8: “(1) Karena kami tahu, bahwa jika kemah tempat kediaman kita di bumi ini dibongkar, Allah telah menyediakan suatu tempat kediaman di sorga bagi kita, suatu tempat kediaman yang kekal, yang tidak dibuat oleh tangan manusia. ... (8) tetapi hati kami tabah, dan terlebih suka kami beralih dari tubuh ini untuk menetap pada Tuhan”.

Kata-kata ‘kemah tempat kediaman kita di bumi ini dibongkar’ maupun kata-kata ‘beralih dari tubuh ini’ artinya sama, yaitu ‘mati’. Itu terlihat dengan membandingkannya dengan ayat-ayat di bawah ini:

a) Yes 38:9-12 - “(9) Karangan Hizkia, raja Yehuda, sesudah ia sakit dan sembuh dari penyakitnya: (10) Aku ini berkata: Dalam pertengahan umurku aku harus pergi, ke pintu gerbang dunia orang mati aku dipanggil untuk selebihnya dari hidupku. (11) Aku berkata: aku tidak akan melihat TUHAN lagi di negeri orang-orang yang hidup; aku tidak akan melihat seorangpun lagi di antara penduduk dunia. (12) Pondok kediamanku dibongkar dan dibuka seperti kemah gembala; seperti tukang tenun menggulung tenunannya aku mengakhiri hidupku; TUHAN memutus nyawaku dari benang hidup”.

b) 2Pet 1:13-15 - “(13) Aku menganggap sebagai kewajibanku untuk tetap mengingatkan kamu akan semuanya itu selama aku belum menanggalkan kemah tubuhku ini. (14) Sebab aku tahu, bahwa aku akan segera menanggalkan kemah tubuhku ini, sebagaimana yang telah diberitahukan kepadaku oleh Yesus Kristus, Tuhan kita. (15) Tetapi aku akan berusaha, supaya juga sesudah kepergianku itu kamu selalu mengingat semuanya itu”.

Kematian ini bisa datang setiap saat, dan tidak akan bisa dihindari. Setiap kali saya memimpin kebaktian penghiburan, saya selalu meniru kata-kata yang diucapkan pendeta saya sebagai berikut: ‘Sekarang ini kita mengelilingi si A yang sudah dipanggil Tuhan, tetapi akan datang saatnya dimana kita yang berbaring dalam peti dan kita yang dikelilingi orang banyak’. Kematian pasti terjadi, dan kalau memang sudah saatnya, kematian tidak bisa dihindari!

Illustrasi: ada dongeng kuno tentang seorang pedagang di Bagdad. Suatu hari ia suruh pelayannya pergi ke pasar. Pelayan itu kembali dengan muka pucat ketakutan. Tuannya bertanya: ‘Ada apa?’. Pelayan itu menjawab: ‘Tuan, aku bertemu dengan maut. Maut itu melihat aku, lalu menggerak-gerakkan tangannya secara menakutkan. Tuan, aku takut sekali, tolong pinjami aku kuda, supaya aku bisa lari’. Tuan itu bertanya: ‘Kamu mau lari kemana?’. ‘Aku mau lari ke kota Samarra’. Tuan itu kasihan dan lalu meminjamkan kudanya dan pelayan itu lari ke kota Samarra. Tuan itu lalu merasa penasaran, dan ia lalu pergi ke kota untuk mencari maut itu. Waktu bertemu dengan maut, ia lalu bertanya: ‘Hai maut, mengapa kamu menakut-nakuti pelayanku?’. Maut menjawab: ‘Aku tidak menakut-nakuti dia. Aku hanya heran melihat dia di pasar di kota Bagdad ini, karena aku mempunyai perjanjian untuk bertemu dengan dia malam ini di kota Samarra’.

Kalau kematian datang pada saudara malam ini, siapkah saudara?

2) Menghadap takhta pengadilan Kristus.

Ay 10: “Sebab kita semua harus menghadap takhta pengadilan Kristus, supaya setiap orang memperoleh apa yang patut diterimanya, sesuai dengan yang dilakukannya dalam hidupnya ini, baik ataupun jahat”.

Kedua hal di atas ini tercakup dalam 1 ayat, yaitu Ibr 9:27 - “Dan sama seperti manusia ditetapkan untuk mati hanya satu kali saja, dan sesudah itu dihakimi”.

Jadi, yang ada di depan kita bukan hanya kematian. Seandainya yang ada di depan kita hanya kematian, dan setelah itu tidak ada apa-apa lagi, maka mungkin kita tak perlu takut. Tetapi Kitab Suci mengatakan bahwa setelah kematian, ada penghakiman. Semua kita harus menghadap takhta pengadilan Kristus!

Kalau kita punya hubungan yang baik dengan Allah, atau kalau kita adalah orang suci, benar dsb, maka kita tak perlu takut terhadap penghakiman Kristus ini. Tetapi tadi telah kita lihat bahwa bukan demikian keadaan kita. Kita adalah musuh Allah, orang-orang yang tidak benar, pelanggar hukum, dan sebagainya. Ini membuat kita semua seharusnya akan masuk neraka! Jangan anggap enteng / remeh neraka; itu adalah tempat yang sangat mengerikan!

Wah 21:8 - “Tetapi orang-orang penakut, orang-orang yang tidak percaya, orang-orang keji, orang-orang pembunuh, orang-orang sundal, tukang-tukang sihir, penyembah-penyembah berhala dan semua pendusta, mereka akan mendapat bagian mereka di dalam lautan yang menyala-nyala oleh api dan belerang; inilah kematian yang kedua.’”.

Siapa dari kita yang tidak termasuk dalam daftar di atas? Kalaupun kita tidak pernah membunuh secara fisik, Kitab Suci mengatakan bahwa membenci adalah membunuh (1Yoh 3:15), dan demikian juga dengan marah / mencaci maki (Mat 5:21-22). Kalaupun kita tidak pernah berzinah secara fisik, kita pasti sering berzinah dalam hati / pikiran (Mat 5:28). Dan semua kita pasti pernah berdusta. Jadi, tidak mungkin ada satupun dari kita yang terhindar dari daftar orang-orang yang akan masuk ke neraka ini!

Selanjutnya Kitab Suci menggambarkan neraka sebagai lautan yang menyala-nyala dengan api dan belerang. Ini menunjukkan bahwa masuk neraka pasti merupakan suatu penderitaan yang hebat!

Bdk. Luk 16:23-25 - “(23) Orang kaya itu juga mati, lalu dikubur. Dan sementara ia menderita sengsara di alam maut ia memandang ke atas, dan dari jauh dilihatnya Abraham, dan Lazarus duduk di pangkuannya. (24) Lalu ia berseru, katanya: Bapa Abraham, kasihanilah aku. Suruhlah Lazarus, supaya ia mencelupkan ujung jarinya ke dalam air dan menyejukkan lidahku, sebab aku sangat kesakitan dalam nyala api ini. (25) Tetapi Abraham berkata: Anak, ingatlah, bahwa engkau telah menerima segala yang baik sewaktu hidupmu, sedangkan Lazarus segala yang buruk. Sekarang ia mendapat hiburan dan engkau sangat menderita”.

Wah 14:11 - “Maka asap api yang menyiksa mereka itu naik ke atas sampai selama-lamanya, dan siang malam mereka tidak henti-hentinya disiksa, yaitu mereka yang menyembah binatang serta patungnya itu, dan barangsiapa yang telah menerima tanda namanya”.

Bdk. Mark 9:43-48 - “(43) Dan jika tanganmu menyesatkan engkau, penggallah, karena lebih baik engkau masuk ke dalam hidup dengan tangan kudung dari pada dengan utuh kedua tanganmu dibuang ke dalam neraka, ke dalam api yang tak terpadamkan; (44) [di tempat itu ulatnya tidak akan mati, dan apinya tidak akan padam.] (45) Dan jika kakimu menyesatkan engkau, penggallah, karena lebih baik engkau masuk ke dalam hidup dengan timpang, dari pada dengan utuh kedua kakimu dicampakkan ke dalam neraka; (46) [di tempat itu ulatnya tidak akan mati, dan apinya tidak akan padam.] (47) Dan jika matamu menyesatkan engkau, cungkillah, karena lebih baik engkau masuk ke dalam Kerajaan Allah dengan berma­ta satu dari pada dengan bermata dua dicampakkan ke dalam neraka, (48) dimana ulat-ulat bangkai tidak mati dan api tidak padam”.

Catatan: Perhatikan bahwa sekalipun Mark 9:44,46 ada dalam tanda kurung, yang menunjukkan bahwa ayat-ayat itu diperdebatkan keaslian­nya, tetapi Mark 9:48 tidak ada dalam tanda kurung. Bandingkan juga dengan Yes 66:24.

2Tes 1:9 - “Mereka ini akan menjalani hukuman kebinasaan selama-lamanya, dijauhkan dari hadirat Tuhan dan dari kemuliaan kekuatan­Nya”.

III) Apa yang Allah lakukan bagi manusia.

1) Memberikan Kristus sebagai Penebus kita, menggantikan kita.

a) Mati untuk semua orang.

Ay 14-15: “(14) Sebab kasih Kristus yang menguasai kami, karena kami telah mengerti, bahwa jika satu orang sudah mati untuk semua orang, maka mereka semua sudah mati. (15) Dan Kristus telah mati untuk semua orang, supaya mereka yang hidup, tidak lagi hidup untuk dirinya sendiri, tetapi untuk Dia, yang telah mati dan telah dibangkitkan untuk mereka”.

Kata yang diterjemahkan ‘untuk’ adalah HUPER, yang artinya adalah ‘instead of’ (= sebagai ganti) atau ‘for the sake of’ (= demi). Ini menunjukkan Kristus sebagai substitute / pengganti kita. Ia menderita dan mati bukan sebagai tindakan solidaritas, seperti yang banyak diajarkan oleh orang-orang Liberal! Ia menderita dan mati sebagai pengganti kita!

Kristus mati, supaya kita bisa hidup. Perhatikan bagian yang saya cetak miring dari ay 15 di atas. Juga bandingkan dengan Yoh 10:10b - “Aku datang, supaya mereka mempunyai hidup, dan mempunyainya dalam segala kelimpahan”.

b) Menjadi dosa karena kita.

Ay 21: “Dia yang tidak mengenal dosa telah dibuatNya menjadi dosa karena kita, supaya dalam Dia kita dibenarkan oleh Allah”

Ini untuk menangani kondisi manusia yang berdosa / melanggar dan tidak benar. Seharusnya manusia itu dihukum, tetapi Allah memberikan Kristus sebagai pengganti kita.

2) Mengutus orang untuk memberitakan Injil kepada kita supaya kita bisa didamaikan dengan Dia oleh Kristus.

Mengapa? Karena tanpa ada orang yang diutus untuk memberitakan Injil, tak ada orang yang bisa mendengar Injil, dan tanpa mendengar Injil, tak ada orang yang bisa percaya.

Bdk. Ro 10:13-15 - “(13) Sebab, barangsiapa yang berseru kepada nama Tuhan, akan diselamatkan. (14) Tetapi bagaimana mereka dapat berseru kepadaNya, jika mereka tidak percaya kepada Dia? Bagaimana mereka dapat percaya kepada Dia, jika mereka tidak mendengar tentang Dia. Bagaimana mereka mendengar tentang Dia, jika tidak ada yang memberitakanNya? (15) Dan bagaimana mereka dapat memberitakanNya, jika mereka tidak diutus? Seperti ada tertulis: ‘Betapa indahnya kedatangan mereka yang membawa kabar baik!’”.

IV) Apa tanggapan kita seharusnya.

1) Ada 2 macam tanggapan terhadap diri Kristus dan apa yang telah Ia lakukan.

a) Tidak percaya kepada Kristus / mengabaikan Kristus dan bahkan menentang Kristus.

Kalau saudara tidak percaya, apa yang Kristus telah lakukan tidak ada gunanya sama sekali bagi saudara. Saudara tetap akan menjadi musuh Allah, dan karena itu saudara akan masuk ke neraka selama-lamanya.

Luk 19:11-27 - “(11) Untuk mereka yang mendengarkan Dia di situ, Yesus melanjutkan perkataanNya dengan suatu perumpamaan, sebab Ia sudah dekat Yerusalem dan mereka menyangka, bahwa Kerajaan Allah akan segera kelihatan. (12) Maka Ia berkata: ‘Ada seorang bangsawan berangkat ke sebuah negeri yang jauh untuk dinobatkan menjadi raja di situ dan setelah itu baru kembali. (13) Ia memanggil sepuluh orang hambanya dan memberikan sepuluh mina kepada mereka, katanya: Pakailah ini untuk berdagang sampai aku datang kembali. (14) Akan tetapi orang-orang sebangsanya membenci dia, lalu mengirimkan utusan menyusul dia untuk mengatakan: Kami tidak mau orang ini menjadi raja atas kami. (15) Dan terjadilah, ketika ia kembali, setelah ia dinobatkan menjadi raja, ia menyuruh memanggil hamba-hambanya, yang telah diberinya uang itu, untuk mengetahui berapa hasil dagang mereka masing-masing. (16) Orang yang pertama datang dan berkata: Tuan, mina tuan yang satu itu telah menghasilkan sepuluh mina. (17) Katanya kepada orang itu: Baik sekali perbuatanmu itu, hai hamba yang baik; engkau telah setia dalam perkara kecil, karena itu terimalah kekuasaan atas sepuluh kota. (18) Datanglah yang kedua dan berkata: Tuan, mina tuan telah menghasilkan lima mina. (19) Katanya kepada orang itu: Dan engkau, kuasailah lima kota. (20) Dan hamba yang ketiga datang dan berkata: Tuan, inilah mina tuan, aku telah menyimpannya dalam sapu tangan. (21) Sebab aku takut akan tuan, karena tuan adalah manusia yang keras; tuan mengambil apa yang tidak pernah tuan taruh dan tuan menuai apa yang tidak tuan tabur. (22) Katanya kepada orang itu: Hai hamba yang jahat, aku akan menghakimi engkau menurut perkataanmu sendiri. Engkau sudah tahu bahwa aku adalah orang yang keras, yang mengambil apa yang tidak pernah aku taruh dan menuai apa yang tidak aku tabur. (23) Jika demikian, mengapa uangku itu tidak kauberikan kepada orang yang menjalankan uang? Maka sekembaliku aku dapat mengambilnya serta dengan bunganya. (24) Lalu katanya kepada orang-orang yang berdiri di situ: Ambillah mina yang satu itu dari padanya dan berikanlah kepada orang yang mempunyai sepuluh mina itu. (25) Kata mereka kepadanya: Tuan, ia sudah mempunyai sepuluh mina. (26) Jawabnya: Aku berkata kepadamu: Setiap orang yang mempunyai, kepadanya akan diberi, tetapi siapa yang tidak mempunyai, dari padanya akan diambil, juga apa yang ada padanya. (27) Akan tetapi semua seteruku ini, yang tidak suka aku menjadi rajanya, bawalah mereka ke mari dan bunuhlah mereka di depan mataku.’”.

Yoh 8:24 - “Karena itu tadi Aku berkata kepadamu, bahwa kamu akan mati dalam dosamu; sebab jikalau kamu tidak percaya, bahwa Akulah Dia, kamu akan mati dalam dosamu.’”.

Wah 21:8 - “Tetapi orang-orang penakut, orang-orang yang tidak percaya, orang-orang keji, orang-orang pembunuh, orang-orang sundal, tukang-tukang sihir, penyembah-penyembah berhala dan semua pendusta, mereka akan mendapat bagian mereka di dalam lautan yang menyala-nyala oleh api dan belerang; inilah kematian yang kedua.’”.

b) Percaya kepada Kristus.

‘Menilai Kristus menurut ukuran manusia’ (ay 16). Apa artinya? Ada 2 penafsiran yang memungkinkan tentang ayat ini:

1. ‘Menilai Kristus menurut daging’ artinya menilainya sesuai dengan pengertian agama Yahudi pada jaman itu, dimana Mesias dianggap sebagai raja duniawi yang akan membebaskan mereka dari penjajahan Romawi. Sebaliknya menilai Kristus secara rohani, berarti menerima / mempercayai Dia sebagai Raja dan Juruselamat secara rohani.

2. ‘Menilai Kristus menurut daging’ artinya menganggap Dia hanya sebagai manusia saja. Sedangkan menilai Kristus secara rohani artinya menilaiNya sesuai dengan ajaran Kitab Suci, yang menyatakan Kristus bukan hanya sebagai manusia tetapi juga sebagai Allah, Juruselamat, Mesias, dsb.

Apa yang terjadi kalau kita percaya?

1. Kita diperdamaikan dengan Allah.

Ay 18-20: “(18) Dan semuanya ini dari Allah, yang dengan perantaraan Kristus telah mendamaikan kita dengan diriNya dan yang telah mempercayakan pelayanan pendamaian itu kepada kami. (19) Sebab Allah mendamaikan dunia dengan diriNya oleh Kristus dengan tidak memperhitungkan pelanggaran mereka. Ia telah mempercayakan berita pendamaian itu kepada kami. (20) Jadi kami ini adalah utusan-utusan Kristus, seakan-akan Allah menasihati kamu dengan perantaraan kami; dalam nama Kristus kami meminta kepadamu: berilah dirimu didamaikan dengan Allah”.

Ro 5:1 - “Sebab itu, kita yang dibenarkan karena iman, kita hidup dalam damai sejahtera dengan Allah oleh karena Tuhan kita, Yesus Kristus”.

Ef 2:13-18 - “(13) Tetapi sekarang di dalam Kristus Yesus kamu, yang dahulu ‘jauh’, sudah menjadi ‘dekat’ oleh darah Kristus. (14) Karena Dialah damai sejahtera kita, yang telah mempersatukan kedua pihak dan yang telah merubuhkan tembok pemisah, yaitu perseteruan, (15) sebab dengan matiNya sebagai manusia Ia telah membatalkan hukum Taurat dengan segala perintah dan ketentuannya, untuk menciptakan keduanya menjadi satu manusia baru di dalam diriNya, dan dengan itu mengadakan damai sejahtera, (16) dan untuk memperdamaikan keduanya, di dalam satu tubuh, dengan Allah oleh salib, dengan melenyapkan perseteruan pada salib itu. (17) Ia datang dan memberitakan damai sejahtera kepada kamu yang ‘jauh’ dan damai sejahtera kepada mereka yang ‘dekat’, (18) karena oleh Dia kita kedua pihak dalam satu Roh beroleh jalan masuk kepada Bapa”.

Damai dengan Allah ini yang menyebabkan adanya damai / sukacita yang sejati dalam hati.

2. Pelanggaran kita tidak diperhitungkan.

Ay 19a: “Sebab Allah mendamaikan dunia dengan diriNya oleh Kristus dengan tidak memperhitungkan pelanggaran mereka”.

Maz 32:1,2,5 - “(1) Dari Daud. Nyanyian pengajaran. Berbahagialah orang yang diampuni pelanggarannya, yang dosanya ditutupi! (2) Berbahagialah manusia, yang kesalahannya tidak diperhitungkan TUHAN, dan yang tidak berjiwa penipu! ... (5) Dosaku kuberitahukan kepadaMu dan kesalahanku tidaklah kusembunyikan; aku berkata: ‘Aku akan mengaku kepada TUHAN pelanggaran-pelanggaranku,’ dan Engkau mengampuni kesalahan karena dosaku. Sela”.

Ro 4:4-8 - “(4) Kalau ada orang yang bekerja, upahnya tidak diperhitungkan sebagai hadiah, tetapi sebagai haknya. (5) Tetapi kalau ada orang yang tidak bekerja, namun percaya kepada Dia yang membenarkan orang durhaka, imannya diperhitungkan menjadi kebenaran. (6) Seperti juga Daud menyebut berbahagia orang yang dibenarkan Allah bukan berdasarkan perbuatannya: (7) ‘Berbahagialah orang yang diampuni pelanggaran-pelanggarannya, dan yang ditutupi dosa-dosanya; (8) berbahagialah manusia yang kesalahannya tidak diperhitungkan Tuhan kepadanya.’”.

3. Dibenarkan oleh Allah.

Ay 21: “Dia yang tidak mengenal dosa telah dibuatNya menjadi dosa karena kita, supaya dalam Dia kita dibenarkan oleh Allah”.

Ro 4:1-5 - “(1) Jadi apakah akan kita katakan tentang Abraham, bapa leluhur jasmani kita? (2) Sebab jikalau Abraham dibenarkan karena perbuatannya, maka ia beroleh dasar untuk bermegah, tetapi tidak di hadapan Allah. (3) Sebab apakah dikatakan nas Kitab Suci? ‘Lalu percayalah Abraham kepada Tuhan, dan Tuhan memperhitungkan hal itu kepadanya sebagai kebenaran.’ (4) Kalau ada orang yang bekerja, upahnya tidak diperhitungkan sebagai hadiah, tetapi sebagai haknya. (5) Tetapi kalau ada orang yang tidak bekerja, namun percaya kepada Dia yang membenarkan orang durhaka, imannya diperhitungkan menjadi kebenaran”.

Ro 5:1 - “Sebab itu, kita yang dibenarkan karena iman, kita hidup dalam damai sejahtera dengan Allah oleh karena Tuhan kita, Yesus Kristus”.

Ro 9:30-10:3 - “(9:30) Jika demikian, apakah yang hendak kita katakan? Ini: bahwa bangsa-bangsa lain yang tidak mengejar kebenaran, telah beroleh kebenaran, yaitu kebenaran karena iman. (9:31) Tetapi: bahwa Israel, sungguhpun mengejar hukum yang akan mendatangkan kebenaran, tidaklah sampai kepada hukum itu. (9:32) Mengapa tidak? Karena Israel mengejarnya bukan karena iman, tetapi karena perbuatan. Mereka tersandung pada batu sandungan, (9:33) seperti ada tertulis: ‘Sesungguhnya, Aku meletakkan di Sion sebuah batu sentuhan dan sebuah batu sandungan, dan siapa yang percaya kepadaNya, tidak akan dipermalukan.’ (10:1) Saudara-saudara, keinginan hatiku dan doaku kepada Tuhan ialah, supaya mereka diselamatkan. (10:2) Sebab aku dapat memberi kesaksian tentang mereka, bahwa mereka sungguh-sungguh giat untuk Allah, tetapi tanpa pengertian yang benar. (10:3) Sebab, oleh karena mereka tidak mengenal kebenaran Allah dan oleh karena mereka berusaha untuk mendirikan kebenaran mereka sendiri, maka mereka tidak takluk kepada kebenaran Allah”.

Yak 2:23 - “Dengan jalan demikian genaplah nas yang mengatakan: ‘Lalu percayalah Abraham kepada Allah, maka Allah memperhitungkan hal itu kepadanya sebagai kebenaran.’ Karena itu Abraham disebut: ‘Sahabat Allah.’”.

Yes 61:10 - “Aku bersukaria di dalam TUHAN, jiwaku bersorak-sorai di dalam Allahku, sebab Ia mengenakan pakaian keselamatan kepadaku dan menyelubungi aku dengan jubah kebenaran, seperti pengantin laki-laki yang mengenakan perhiasan kepala dan seperti pengantin perempuan yang memakai perhiasannya”.

4. Kita dipastikan masuk surga.

a. Ay 1: “Karena kami tahu, bahwa jika kemah tempat kediaman kita di bumi ini dibongkar, Allah telah menyediakan suatu tempat kediaman di sorga bagi kita, suatu tempat kediaman yang kekal, yang tidak dibuat oleh tangan manusia”.

NIV/NASB: ‘we have a building from God’.

Perhatikan kata ‘have’ yang ada dalam ‘present tense’ (= bentuk sekarang), bukan ‘future tense’ (= bentuk yang akan datang). Ini menunjukkan bahwa begitu kita mati, kita langsung mendapatkan rumah itu.

Charles Hodge: “The present tense, EKHOMEN, is used because the one event immediately follows the other; there is no perceptible interval between the dissolution of the earthly tabernacle and entering on the heavenly house. As soon as the soul leaves the body it is in heaven. ... The soul therefore at death enters a house whose builder is God” (= Present tense, EKHOMEN, digunakan karena peristiwa yang satu langsung mengikuti yang lain; di sana tidak ada selang waktu yang terlihat di antara hancurnya kemah duniawi dan masuknya ke rumah surgawi. Begitu jiwa meninggalkan tubuh, jiwa itu ada di surga. ... Karena itu pada saat mati, jiwa memasuki rumah yang pembangunnya adalah Allah) - hal 489.

b. Ay 8b: ‘terlebih suka kami beralih dari tubuh ini untuk menetap pada Tuhan’.

NASB: ‘to be at home with the Lord’ (= ada di rumah bersama Tuhan).

NIV: ‘at home with the Lord’ (= di rumah bersama Tuhan).

Literal / hurufiah: ‘to come home to the Lord’ (= pulang ke rumah kepada Tuhan).

Ini menunjukkan bahwa bagi Paulus ‘mati’ sama dengan ‘pulang ke rumah Bapa’ dan ini menunjukkan bahwa begitu seorang kristen mati ia langsung masuk surga.

Bdk. Yoh 14:2-3 - “(2) Di rumah BapaKu banyak tempat tinggal. Jika tidak demikian, tentu Aku mengatakannya kepadamu. Sebab Aku pergi ke situ untuk menyediakan tempat bagimu. (3) Dan apabila Aku telah pergi ke situ dan telah menyediakan tempat bagimu, Aku akan datang kembali dan membawa kamu ke tempatKu, supaya di tempat di mana Aku berada, kamupun berada”.

2) Ada 2 macam tanggapan berkenaan dengan bagaimana kita, sebagai orang Kristen, hidup .

a) Hidup untuk diri sendiri.

b) Hidup untuk Kristus.

Ay 15: “Dan Kristus telah mati untuk semua orang, supaya mereka yang hidup, tidak lagi hidup untuk dirinya sendiri, tetapi untuk Dia, yang telah mati dan telah dibangkitkan untuk mereka”.

Ro 14:7-8 - “(7) Sebab tidak ada seorangpun di antara kita yang hidup untuk dirinya sendiri, dan tidak ada seorangpun yang mati untuk dirinya sendiri. (8) Sebab jika kita hidup, kita hidup untuk Tuhan, dan jika kita mati, kita mati untuk Tuhan. Jadi baik hidup atau mati, kita adalah milik Tuhan”.

1Pet 2:24 - “Ia sendiri telah memikul dosa kita di dalam tubuhNya di kayu salib, supaya kita, yang telah mati terhadap dosa, hidup untuk kebenaran. Oleh bilur-bilurNya kamu telah sembuh”.

Ro 6:10-13 - “(10) Sebab kematianNya adalah kematian terhadap dosa, satu kali dan untuk selama-lamanya, dan kehidupanNya adalah kehidupan bagi Allah. (11) Demikianlah hendaknya kamu memandangnya: bahwa kamu telah mati bagi dosa, tetapi kamu hidup bagi Allah dalam Kristus Yesus. (12) Sebab itu hendaklah dosa jangan berkuasa lagi di dalam tubuhmu yang fana, supaya kamu jangan lagi menuruti keinginannya. (13) Dan janganlah kamu menyerahkan anggota-anggota tubuhmu kepada dosa untuk dipakai sebagai senjata kelaliman, tetapi serahkanlah dirimu kepada Allah sebagai orang-orang, yang dahulu mati, tetapi yang sekarang hidup. Dan serahkanlah anggota-anggota tubuhmu kepada Allah untuk menjadi senjata-senjata kebenaran”.

Kalau saudara memang mau hidup untuk Kristus, jelas bahwa saudara harus mentaati Dia, dan melayani Dia, dan menggunakan segala sesuatu yang ada pada saudara untuk menyenangkan dan memuliakan Dia.

Kesimpulan / penutup.

Bagaimana tanggapan saudara? Maukah saudara percaya kepada Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat saudara, dan maukah saudara hidup, bukan untuk diri saudara sendiri, tetapi untuk Kristus, yang telah mati dan bangkit untuk saudara?

-AMIN-

4).Came to die (= datang untuk mati)

(Yoh 12:20-36)

Yohanes 12:20-36 - “(20) Di antara mereka yang berangkat untuk beribadah pada hari raya itu, terdapat beberapa orang Yunani. (21) Orang-orang itu pergi kepada Filipus, yang berasal dari Betsaida di Galilea, lalu berkata kepadanya: ‘Tuan, kami ingin bertemu dengan Yesus.’ (22) Filipus pergi memberitahukannya kepada Andreas; Andreas dan Filipus menyampaikannya pula kepada Yesus. (23) Tetapi Yesus menjawab mereka, kataNya: ‘Telah tiba saatnya Anak Manusia dimuliakan. (24) Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya jikalau biji gandum tidak jatuh ke dalam tanah dan mati, ia tetap satu biji saja; tetapi jika ia mati, ia akan menghasilkan banyak buah. (25) Barangsiapa mencintai nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya, tetapi barangsiapa tidak mencintai nyawanya di dunia ini, ia akan memeliharanya untuk hidup yang kekal. (26) Barangsiapa melayani Aku, ia harus mengikut Aku dan di mana Aku berada, di situpun pelayanKu akan berada. Barangsiapa melayani Aku, ia akan dihormati Bapa. (27) Sekarang jiwaKu terharu dan apakah yang akan Kukatakan? Bapa, selamatkanlah Aku dari saat ini? Tidak, sebab untuk itulah Aku datang ke dalam saat ini. (28) Bapa, muliakanlah namaMu!’ Maka terdengarlah suara dari sorga: ‘Aku telah memuliakanNya, dan Aku akan memuliakanNya lagi!’ (29) Orang banyak yang berdiri di situ dan mendengarkannya berkata, bahwa itu bunyi guntur. Ada pula yang berkata: ‘Seorang malaikat telah berbicara dengan Dia.’ (30) Jawab Yesus: ‘Suara itu telah terdengar bukan oleh karena Aku, melainkan oleh karena kamu. (31) Sekarang berlangsung penghakiman atas dunia ini: sekarang juga penguasa dunia ini akan dilemparkan ke luar; (32) dan Aku, apabila Aku ditinggikan dari bumi, Aku akan menarik semua orang datang kepadaKu.’ (33) Ini dikatakanNya untuk menyatakan bagaimana caranya Ia akan mati. (34) Lalu jawab orang banyak itu: ‘Kami telah mendengar dari hukum Taurat, bahwa Mesias tetap hidup selama-lamanya; bagaimana mungkin Engkau mengatakan, bahwa Anak Manusia harus ditinggikan? Siapakah Anak Manusia itu?’ (35) Kata Yesus kepada mereka: ‘Hanya sedikit waktu lagi terang ada di antara kamu. Selama terang itu ada padamu, percayalah kepadanya, supaya kegelapan jangan menguasai kamu; barangsiapa berjalan dalam kegelapan, ia tidak tahu ke mana ia pergi. (36) Percayalah kepada terang itu, selama terang itu ada padamu, supaya kamu menjadi anak-anak terang.’ Sesudah berkata demikian, Yesus pergi bersembunyi dari antara mereka”.

I) Upah dosa adalah maut.

Kej 2:16-17 - “(16) Lalu TUHAN Allah memberi perintah ini kepada manusia: ‘Semua pohon dalam taman ini boleh kaumakan buahnya dengan bebas, (17) tetapi pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat itu, janganlah kaumakan buahnya, sebab pada hari engkau memakannya, pastilah engkau mati.’”.

Kejadian 3:19 - “dengan berpeluh engkau akan mencari makananmu, sampai engkau kembali lagi menjadi tanah, karena dari situlah engkau diambil; sebab engkau debu dan engkau akan kembali menjadi debu.’”.

Ro 6:23a - “Sebab upah dosa ialah maut”.

Yeh 18:4b - “Dan orang yang berbuat dosa, itu yang harus mati”.

Kalau Allah mau memikul upah dosa / hukuman dosa ini maka Allah harus mati. Tetapi sebagai Allah Ia tidak bisa menderita ataupun mati. Karena itu, Ia harus lebih dulu menjadi manusia, supaya Ia bisa menderita dan mati untuk memikul hukuman dosa manusia.

II) Yesus datang untuk mati.

1) Aku datang.

Yohanes 12: 27: “Sekarang jiwaKu terharu dan apakah yang akan Kukatakan? Bapa, selamatkanlah Aku dari saat ini? Tidak, sebab untuk itulah Aku datang ke dalam saat ini”.

Kata-kata ‘Aku datang’ berulangkali keluar dari mulut Yesus, dan menunjuk pada inkarnasiNya pada saat Ia menjadi manusia. Inkarnasi berbeda dengan kelahiran karena:

a) Inkarnasi menunjukkan tindakan aktif, sedangkan kelahiran menunjukkan pada tindakan pasif.

Karena itu Yesus selalu berkata ‘Aku datang’ (misalnya: Luk 19:10 Yoh 9:39 Yoh 10:10 dsb) - yang menunjukkan tindakan aktif, bukannya ‘Aku dilahirkan’ - yang menunjukkan tindakan pasif. Memang dalam Yoh 18:37b Yesus berkata: ‘Untuk itulah Aku lahir’, tetapi Ia langsung menyambung dengan kata-kata ‘dan untuk itulah Aku datang ke dalam dunia ini’.

Ini menunjukkan bahwa Yesus bukan sekedar manusia biasa, tetapi juga adalah Allah sendiri, karena tidak ada orang biasa yang kelahirannya merupakan tindakan aktif.

b) Inkarnasi menunjukkan bahwa Yesus mempunyai Pre-existence / keberadaan sebelumnya (Yoh 1:1 6:38 8:58 2Kor 8:9 Fil 2:6-7).

Kalau sekedar dikatakan bahwa Yesus dilahirkan, maka itu menunjukkan bahwa sebelum Ia dilahirkan, Ia tidak ada. Tetapi kalau dikatakan bahwa Yesus berinkarnasi, karena inkarnasi merupakan tindakan aktif, maka itu menunjukkan bahwa Ia sudah ada sebelum saat itu.

Ini lagi-lagi menunjukkan bahwa Yesus bukan hanya sekedar manusia biasa, tetapi juga adalah Allah sendiri.

2) Aku datang untuk mati.

Dalam dongeng-dongeng sering diceritakan tentang dewa yang menjadi manusia. Apa tujuannya? Biasanya tujuannya bersifat egois, yaitu demi kesenangan mereka sendiri. Tetapi bagaimana dengan Kristus? Ia adalah Allah yang menjadi manusia. Apa tujuannya?

Sebetulnya ada banyak tujuan dari kedatangan Yesus, seperti:

a) Memberitakan Injil (Mark 1:38).

b) Memberi kesaksian tentang kebenaran (Yoh 18:37).

c) Supaya Ia bisa menjadi teladan bagi manusia (Mat 11:29 Yoh 13:14-15 Fil 2:5-8 Ibr 12:2-4 1Pet 2:21).

Kalau Ia tetap sebagai Allah, maka bagaimanapun sucinya Ia hidup, Ia tidak bisa menjadi teladan bagi manusia, karena manusia tidak bisa melihat Dia. Tetapi dengan Ia sudah menjadi manusia, maka manusia bisa melihat kehidupanNya yang suci dan meneladaninya.

d) Supaya Ia bisa merasakan pencobaan dan penderitaan yang dialami oleh manusia. Dengan demikian Ia bisa bersimpati terhadap manusia yang menderita dan dicobai dan bisa meno­long mereka (Ibr 2:17-18 Ibr 4:15).

Tetapi tujuan utama Yesus datang ke dunia adalah untuk mati. Benarkah demikian? Mari kita perhatikan ayat-ayat di bawah ini dengan penjelasannya.

1. Ay 23-24: “(23) Tetapi Yesus menjawab mereka, kataNya: ‘Telah tiba saatnya Anak Manusia dimuliakan. (24) Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya jikalau biji gandum tidak jatuh ke dalam tanah dan mati, ia tetap satu biji saja; tetapi jika ia mati, ia akan menghasilkan banyak buah.”.

Dalam ay 23 Ia berbicara tentang ‘dimuliakan’, dan dalam ay 24 Ia berbicara tentang kematian. Jadi jelas bahwa Yesus memaksudkan ‘dimuliakan melalui salib / kematian’.

William Barclay (tentang Yoh 3:14-15): “There was a double lifting up in Jesus’s life - the lifting on the Cross and the lifting into glory. And the two are inextricably connected. The one could not have happened without the other. For Jesus the Cross was the way to glory; had he refused it, had he evaded it, had he taken steps to escape it, as he might so easily have done, there would have been no glory for him” (= Ada peninggian dobel dalam kehidupan Yesus - peninggian pada salib dan peninggian ke dalam kemuliaan. Dan keduanya berhubungan secara tak bisa dilepas­kan. Yang satu tidak akan bisa terjadi tanpa yang lain. Untuk Yesus, salib adalah jalan menuju kemuliaan; andaikata Ia menolak­nya, andaikata ia mengambil langkah untuk menghindarinya, yang dengan mudah bisa Ia lakukan, maka tidak akan ada kemuliaan bagi Dia).

Bdk. Fil 2:5-11 - “(5) Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus, (6) yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, (7) melainkan telah mengosongkan diriNya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia. (8) Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diriNya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib. (9) Itulah sebabnya Allah sangat meninggikan Dia dan mengaruniakan kepadaNya nama di atas segala nama, (10) supaya dalam nama Yesus bertekuk lutut segala yang ada di langit dan yang ada di atas bumi dan yang ada di bawah bumi, (11) dan segala lidah mengaku: ‘Yesus Kristus adalah Tuhan,’ bagi kemuliaan Allah, Bapa!”.

Catatan: hati-hati dengan teori yang disebut teori Kenosis / teori pengosongan diri, yang didasarkan pada penafsiran yang salah dari text ini. Teori itu mengatakan bahwa dalam pengosongan diri itu Yesus yang adalah Allah, mengesampingkan sebagian / seluruh sifat-sifat ilahinya untuk bisa menjadi manusia yang terbatas. Ini salah / sesat, karena Allah tidak bisa mengesampingkan sebagian / seluruh sifat-sifatNya. Itu akan membuat Ia berhenti menjadi Allah, dan Allah tidak bisa berhenti menjadi Allah.

Tetapi penekanan saya dengan kutipan dari Fil 2 ini adalah bahwa text ini menunjukkan bahwa Yesus merendahkan diri menjadi manusia dengan tujuan untuk mati, dan melalui kematian itu Ia dimuliakan!

2. Ay 27: “Sekarang jiwaKu terharu dan apakah yang akan Kukatakan? Bapa, selamatkanlah Aku dari saat ini? Tidak, sebab untuk itulah Aku datang ke dalam saat ini”.

a. ‘Apakah yang akan Kukatakan? Bapa selamatkanlah Aku dari saat ini?’.

Bagian ini menunjukkan pergumulan Yesus, mirip dengan yang terjadi di Taman Getsemani (Mat 26:39-42). Ia bergumul apakah harus meminta supaya Bapa menyelamatkan Dia dari kematian yang harus segera terjadi.

b. ‘Tidak, sebab untuk itulah Aku datang ke dalam saat ini’.

Kata ‘tidak’ sebetulnya tidak ada. Terjemahan yang benar adalah ‘Tetapi untuk itulah Aku datang ke dalam saat ini’.

Jadi ay 27 ini menunjukkan bahwa sekalipun Kristus mengalami pergumulan, tetapi akhirnya Kristus berserah pada kehendak BapaNya.

Kata-kata ini menunjukkan bahwa Yesus datang untuk mati! Ini tujuan utama kedatangan Yesus pada Natal!

Bdk. Mat 20:28 - “Anak manusia datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawaNya menjadi tebusan bagi banyak orang”.

Ada orang yang mengatakan:

· “Anak Allah menjadi manusia, supaya manusia bisa menjadi anak Allah”.

· “Yesus mati supaya kita bisa hidup”.

Jadi, Yesus datang ke dunia pada Natal yang pertama itu dengan tujuan utama untuk mati. Untuk manusia yang lain: karena lahir, maka mereka harus mati. Untuk Yesus: karena mau mati, maka Ia harus lahir. Natal harus ada supaya Jum’at Agung bisa ada. Natal dan Jum’at Agung memang tidak terpisahkan.

3) Cara kematian Yesus.

Ay 32-33: “(32) dan Aku, apabila Aku ditinggikan dari bumi, Aku akan menarik semua orang datang kepadaKu.’ (33) Ini dikatakanNya untuk menyatakan bagaimana caranya Ia akan mati.”.

Text ini jelas menunjukkan bahwa istilah ‘ditinggikan dari bumi’ menunjuk pada salib. Dan ay 32 menunjukkan bahwa melalui cara itulah Yesus menarik semua orang datang kepadaNya.

Dalam Mat 4:8-10 Yesus menolak cara mudah (dengan menyembah setan) yang ditawarkan setan untuk mendapatkan seluruh dunia, tetapi sekarang Ia memilih cara yang sukar (melalui kematian di salib), melalui mana Ia akan menarik semua orang datang kepadaNya.

4) Tujuan kematian Kristus.

Ay 24: Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya jikalau biji gandum tidak jatuh ke dalam tanah dan mati, ia tetap satu biji saja; tetapi jika ia mati, ia akan menghasilkan banyak buah.”.

Ay 24 ini menunjuk kepada Kristus sendiri. Ia harus mati, supaya bisa menghasilkan banyak buah (orang yang diselamatkan). Ini menunjukkan bahwa kematian Yesus merupakan satu-satunya jalan melalui mana Yesus bisa menyelamatkan kita, karena tanpa itu Ia akan tetap sendirian saja (tidak berbuah).

Pulpit Commentary: “Over and over again our Lord has declared himself to be ‘the Life’ and ‘the Source of life’ for men; but he here lays down the principle that this life-giving power of his is conditioned by his death” (= Berulangkali Tuhan kita menyatakan diriNya sebagai ‘Hidup’ dan ‘Sumber kehidupan’ untuk manusia; tetapi di sini Ia memberikan suatu prinsip bahwa kuasa memberi hidupNya ini disyaratkan oleh kematianNya).

Bdk. Yoh 10:10b - “Aku datang, supaya mereka mempunyai hidup, dan mempunyainya dalam segala kelimpahan”.

III) Tanggapan kita.

1) Datang kepada Yesus / percaya kepada Yesus.

Ay 35-36: “(35) Kata Yesus kepada mereka: ‘Hanya sedikit waktu lagi terang ada di antara kamu. Selama terang itu ada padamu, percayalah kepadanya, supaya kegelapan jangan menguasai kamu; barangsiapa berjalan dalam kegelapan, ia tidak tahu ke mana ia pergi. (36) Percayalah kepada terang itu, selama terang itu ada padamu, supaya kamu menjadi anak-anak terang.’ Sesudah berkata demikian, Yesus pergi bersembunyi dari antara mereka”.

Catatan: ay 35 salah terjemahan. Seharusnya dalam ay 35 itu terjemahannya bukan ‘percayalah kepadanya’ tetapi ‘berjalanlah’. NIV: ‘Walk, while you have the light, before the darkness overtakes you’ (= Berjalanlah, sementara kamu mempunyai terang, sebelum kegelapan itu menguasaimu).

a) Kata ‘percayalah’ (ay 36a) ada dalam bentuk present imperative (= kata perintah bentuk present), dan menunjukkan bahwa kita harus terus menerus percaya. Tetapi kata ‘menjadi’ (ay 36b) ada dalam bentuk aorist / lampau dan menunjukkan kejadian sesaat.

Leon Morris (NICNT): “‘Believe’ in the present tense gives the thought of a continuous belief, whereas ‘become’ in the aorist points us to a once-for all becoming sons of light. While faith is an activity to be practised without ceasing one does not become a son of light by degrees. One passes decisively out of death into life (5:24)” [= ‘Percayalah’ dalam bentuk present memberikan pemikiran tentang kepercayaan yang terus-menerus, sedangkan ‘menjadi’ dalam bentuk lampau menunjukkan kita pada saat menjadi anak terang yang terjadi sekali untuk selamanya. Sekalipun iman adalah suatu aktifitas untuk dipraktekkan tanpa henti-hentinya, seseorang tidak menjadi anak terang secara bertahap. Seseorang berpindah secara tegas dari maut ke dalam hidup (5:24)].

b) Ay 35-36 ini menunjukkan bahwa percaya kepada Yesus bukanlah sesuatu yang bisa ditunda-tunda (bdk. Yes 55:6).

Ay 35-36: “(35) Kata Yesus kepada mereka: ‘Hanya sedikit waktu lagi terang ada di antara kamu. Selama terang itu ada padamu, percayalah kepadanya, supaya kegelapan jangan menguasai kamu; barangsiapa berjalan dalam kegelapan, ia tidak tahu ke mana ia pergi. (36) Percayalah kepada terang itu, selama terang itu ada padamu, supaya kamu menjadi anak-anak terang.’ Sesudah berkata demikian, Yesus pergi bersembunyi dari antara mereka”.

Bdk. Yes 55:6 - “Carilah TUHAN selama Ia berkenan ditemui; berserulah kepadaNya selama Ia dekat!”.

Leon Morris (NICNT): “The light is there only for ‘little while’. This applies primarily to Jesus’ presence. He is about to be taken from the earth. But it also points to the timeless truth that if we do not use the light we lose it” (= Terang itu ada di sana hanya untuk ‘sedikit waktu’. Ini terutama menunjuk pada kehadiran Yesus. Ia akan diambil dari dunia. Tetapi ini juga menunjuk pada kebenaran kekal bahwa kalau kita tidak menggunakan terang itu kita kehilangan terang itu).

William Barclay: “... this is an eternal truth. It is a statistical fact that there is a steep rise in the number of conversion up to the age of seventeen and an equally steep fall afterwards. The more a man lets himself become fixed in his ways the harder it is to jerk himself out of them” (= ... ini adalah kebenaran yang kekal. Merupakan fakta statistik bahwa ada kenaikan yang curam dalam jumlah orang yang bertobat sampai pada usia 17 tahun dan lalu turun dengan kecuraman yang sama setelah itu. Makin seseorang membiarkan dirinya menetap / menancap dalam jalannya makin sukar untuk menarik ia keluar dari situ).

Kalau kita mau datang kepada Kristus dan percaya kepadaNya, maka kita bukan hanya akan hidup, tetapi kita akan hidup selama-lamanya.

Ro 6:23 - “Sebab upah dosa ialah maut; tetapi karunia Allah ialah hidup yang kekal dalam Kristus Yesus, Tuhan kita”.

Yoh 11:25-26 - “(25) Jawab Yesus: ‘Akulah kebangkitan dan hidup; barangsiapa percaya kepadaKu, ia akan hidup walaupun ia sudah mati, (26) dan setiap orang yang hidup dan yang percaya kepadaKu, tidak akan mati selama-lamanya. Percayakah engkau akan hal ini?’”.

Yoh 6:40,48-50,53-58 - “(40) Sebab inilah kehendak BapaKu, yaitu supaya setiap orang, yang melihat Anak dan yang percaya kepadaNya beroleh hidup yang kekal, dan supaya Aku membangkitkannya pada akhir zaman.’ ... (48) Akulah roti hidup. (49) Nenek moyangmu telah makan manna di padang gurun dan mereka telah mati. (50) Inilah roti yang turun dari sorga: Barangsiapa makan dari padanya, ia tidak akan mati. ... (53) Maka kata Yesus kepada mereka: ‘Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jikalau kamu tidak makan daging Anak Manusia dan minum darahNya, kamu tidak mempunyai hidup di dalam dirimu. (54) Barangsiapa makan dagingKu dan minum darahKu, ia mempunyai hidup yang kekal dan Aku akan membangkitkan dia pada akhir zaman. (55) Sebab dagingKu adalah benar-benar makanan dan darahKu adalah benar-benar minuman. (56) Barangsiapa makan dagingKu dan minum darahKu, ia tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia. (57) Sama seperti Bapa yang hidup mengutus Aku dan Aku hidup oleh Bapa, demikian juga barangsiapa yang memakan Aku, akan hidup oleh Aku. (58) Inilah roti yang telah turun dari sorga, bukan roti seperti yang dimakan nenek moyangmu dan mereka telah mati. Barangsiapa makan roti ini, ia akan hidup selama-lamanya.’”.

2) Meneladani Yesus yang rela menderita dan mati.

Ay 24-25: “(24) Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya jikalau biji gandum tidak jatuh ke dalam tanah dan mati, ia tetap satu biji saja; tetapi jika ia mati, ia akan menghasilkan banyak buah. (25) Barangsiapa mencintai nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya, tetapi barangsiapa tidak mencintai nyawanya di dunia ini, ia akan memeliharanya untuk hidup yang kekal”.

a) Tanpa salib tidak ada makhkota.

Tadi saya katakan bahwa ay 24 itu menunjuk kepada Kristus sendiri. Tetapi dari ay 25-26 terlihat bahwa ay 24 ini juga bisa diberlakukan untuk orang Kristen.

Saya ingin mengulangi kata kata-kata William Barclay tadi, tetapi saya beri sambungannya: “There was a double lifting up in Jesus’s life - the lifting on the Cross and the lifting into glory. And the two are inextricably connected. The one could not have happened without the other. For Jesus the Cross was the way to glory; had he refused it, had he evaded it, had he taken steps to escape it, as he might so easily have done, there would have been no glory for him. It is the same for us. We can, if we like, choose the easy way; we can, if we like, refuse the cross that every Christian is called to bear; but if we do, we lose the glory. It is an unalterable law of life that if there is no cross, there is no crown” (= Ada peninggian dobel dalam kehidupan Yesus - peninggian pada salib dan peninggian ke dalam kemuliaan. Dan keduanya berhubungan secara tak bisa dilepas­kan. Yang satu tidak akan bisa terjadi tanpa yang lain. Untuk Yesus, salib adalah jalan menuju kemuliaan; andaikata Ia menolak­nya, andaikata ia mengambil langkah untuk menghindarinya, yang dengan mudah bisa Ia lakukan, maka tidak akan ada kemuliaan bagi Dia. Sama halnya dengan kita. Kita bisa, kalau kita mau, memilih jalan yang mudah; kita bisa, kalau kita mau, menolak salib yang harus dipikul oleh setiap orang kristen; tetapi kalau kita melaku­kan hal itu, kita kehilangan kemuliaan. Merupakan suatu hukum kehidupan yang tidak bisa berubah bahwa kalau tidak ada salib, tidak ada mahkota).

Penerapan: Adakah salib yang seharusnya saudara pikul, tetapi saudara hindari? Misalnya harus menderita karena bekerja secara jujur, atau harus menderita karena memberitakan Injil kepada orang kafir. Ingat bahwa kalau tidak ada salib, tidak ada mahkota!

b) Kematian orang Kristen bagi dirinya sendiri membuat dirinya bisa berguna bagi Tuhan.

Pulpit Commentary menghubungkan ay 25 dengan ay 24, dan lalu mengatakan: Jika hidup dianggap sebagai tujuan akhir, jika orang tidak mau berkorban, jika orang takut mati untuk Tuhan, jika orang mati-matian melindungi hidupnya, dan hidup itu menjadi berhala, maka hidup / nyawa itu akan sendirian saja. Tetapi sebaliknya jika orangnya mau berkorban untuk Tuhan, dan bahkan mau mati, maka hidup itu tidak akan sendirian, tetapi akan berbuah banyak.

Pulpit Commentary: “The only true enrichment is through giving, the only true gain is through loss, the only true victory is through suffering and humiliation, the only true life is through death” (= Satu-satunya pengayaan yang sejati adalah melalui memberi, satu-satunya keuntungan yang sejati adalah melalui kerugian / kehilangan, satu-satunya kemenangan yang sejati adalah melalui penderitaan dan perendahan, satu-satunya kehidupan yang sejati adalah melalui kematian).

William Barclay: “It was by the death of the martyrs that the Church grew. ... But it becomes more personal than that. It is sometimes only when a man buries his personal aims and ambitions that he begins to be of real use to God. ... By the death of personal desire and personal ambition a man becomes a servant of God” (= Oleh kematian dari para martirlah Gereja bertumbuh. ... Tetapi hal itu menjadi bersifat lebih pribadi dari itu. Kadang-kadang hanya pada saat seseorang mengubur tujuan dan ambisi pribadinya barulah ia mulai betul-betul berguna bagi Allah. ... Melalui kematian dari keinginan pribadi dan ambisi pribadi seseorang menjadi seorang pelayan Allah).

Penerapan: Tujuan / keinginan / ambisi pribadi apa yang ada dalam diri saudara? Untuk menjadi kaya / terkenal / berkedudukan tinggi? Untuk dikagumi banyak orang? Untuk menjadi juara di kelas / sekolah? Untuk selalu menjadi yang nomor satu dalam segala hal? Selama semua itu tidak saudara kuburkan, saudara tidak bisa berbuah / berguna bagi Tuhan.

Penutup.

Maukah saudara percaya kepada Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat saudara? Maukah saudara mati bagi diri saudara sendiri dan hidup untuk Tuhan? Tuhan memberkati saudara.

-AMIN-

5).Jubah kebenaran

Zakharia 3:1-10

Zakh 3:1-10 - “(1) Kemudian ia memperlihatkan kepadaku imam besar Yosua berdiri di hadapan Malaikat TUHAN sedang Iblis berdiri di sebelah kanannya untuk mendakwa dia. (2) Lalu berkatalah Malaikat TUHAN kepada Iblis itu: ‘TUHAN kiranya menghardik engkau, hai Iblis! TUHAN, yang memilih Yerusalem, kiranya menghardik engkau! Bukankah dia ini puntung yang telah ditarik dari api?’ (3) Adapun Yosua mengenakan pakaian yang kotor, waktu dia berdiri di hadapan Malaikat itu, (4) yang memberikan perintah kepada orang-orang yang melayaninya: ‘Tanggalkanlah pakaian yang kotor itu dari padanya.’ Dan kepada Yosua ia berkata: ‘Lihat, dengan ini aku telah menjauhkan kesalahanmu dari padamu! Aku akan mengenakan kepadamu pakaian pesta.’ (5) Kemudian ia berkata: ‘Taruhlah serban tahir pada kepalanya!’ Maka mereka menaruh serban tahir pada kepalanya dan mengenakan pakaian kepadanya, sedang Malaikat TUHAN berdiri di situ. (6) Lalu Malaikat TUHAN itu memberi jaminan kepada Yosua, katanya: (7) ‘Beginilah firman TUHAN semesta alam: Apabila engkau hidup menurut jalan yang Kutunjukkan dan melakukan tugas yang Kuberikan kepadamu, maka engkau akan memerintah rumahKu dan mengurus pelataranKu, dan Aku akan mengizinkan engkau masuk ke antara mereka yang berdiri melayani di sini. (8) Dengarkanlah, hai imam besar Yosua! Engkau dan teman-temanmu yang duduk di hadapanmu - sungguh kamu merupakan suatu lambang. Sebab, sesungguhnya Aku akan mendatangkan hambaKu, yakni Sang Tunas. (9) Sebab sesungguhnya permata yang telah Kuserahkan kepada Yosua - satu permata yang bermata tujuh - sesungguhnya Aku akan mengukirkan ukiran di atasnya, demikianlah firman TUHAN semesta alam, dan Aku akan menghapuskan kesalahan negeri ini dalam satu hari saja. (10) Pada hari itu, demikianlah firman TUHAN semesta alam, setiap orang dari padamu akan mengundang temannya duduk di bawah pohon anggur dan di bawah pohon ara.’”.

I) Pengadilan / persidangan.

Ay 1: “Kemudian ia memperlihatkan kepadaku imam besar Yosua berdiri di hadapan Malaikat TUHAN sedang Iblis berdiri di sebelah kanannya untuk mendakwa dia”.

Ada berapa ‘orang’ yang hadir dalam persidangan ini.

1) Yosua, imam besar, sebagai terdakwa yang bersalah.

Jamieson, Fausset & Brown: “Joshua as high priest (Hag. 1:1) represents ‘Jerusalem’ (Zech. 3:2), or the elect people, put on its trial” [= Yosua imam besar (Hag 1:1) mewakili ‘Yerusalem’ (Zakh 3:2), atau orang-orang pilihan, yang disidang].

2) Iblis, sebagai pendakwa.

Ay 1 mengatakan bahwa Iblis berdiri di sebelah kanan terdakwa / Yosua. Pendakwa memang biasanya berdiri di sebelah kanan terdakwa (bdk. Maz 109:6). ‘Mendakwa’ memang merupakan aktivitas Iblis.

Wah 12:10 - “Dan aku mendengar suara yang nyaring di sorga berkata: ‘Sekarang telah tiba keselamatan dan kuasa dan pemerintahan Allah kita, dan kekuasaan Dia yang diurapiNya, karena telah dilemparkan ke bawah pendakwa saudara-saudara kita, yang mendakwa mereka siang dan malam di hadapan Allah kita”.

3) Malaikat Tuhan / Allah sendiri, yang membela / membenarkan terdakwa.

Ay 2: “Lalu berkatalah Malaikat TUHAN kepada Iblis itu: ‘TUHAN kiranya menghardik engkau, hai Iblis! TUHAN, yang memilih Yerusalem, kiranya menghardik engkau! Bukankah dia ini puntung yang telah ditarik dari api?’”.

a) Kata-kata ‘Malaikat TUHAN’ di awal ay 2 ini salah; seharusnya tak ada kata ‘Malaikat’, jadi yang ada hanya ‘TUHAN’. Bandingkan dengan terjemahan-terjemahan Kitab Suci bahasa Inggris di bawah ini.

KJV: ‘And the LORD said unto Satan’ (= Dan TUHAN berkata kepada Iblis).

RSV/NASB: ‘And the LORD said to Satan’ (= Dan TUHAN berkata kepada Iblis).

NIV: ‘The LORD said to Satan’ (= TUHAN berkata kepada Iblis).

1. Jadi, dalam ay 1 Ia disebut sebagai ‘Malaikat TUHAN’, tetapi dalam ay 2 ini Ia disebut sebagai ‘TUHAN’. Ini menunjukkan bahwa kata-kata ‘Malaikat TUHAN’ dan ‘TUHAN’ digunakan secara interchangeable (= bisa dibolak-balik), dan ini menunjukkan bahwa ‘Malaikat TUHAN’ itu adalah ‘TUHAN’ sendiri.

2. Juga ay 2 ini kelihatannya menunjukkan bahwa ada lebih dari 1 TUHAN.

Ay 2: “Lalu berkatalah Malaikat TUHAN kepada Iblis itu: ‘TUHAN kiranya menghardik engkau, hai Iblis! TUHAN, yang memilih Yerusalem, kiranya menghardik engkau! Bukankah dia ini puntung yang telah ditarik dari api?’”.

b) Pembelaan TUHAN terhadap Yosua.

1. Ay 2a: “Lalu berkatalah Malaikat TUHAN kepada Iblis itu: ‘TUHAN kiranya menghardik engkau, hai Iblis! TUHAN, yang memilih Yerusalem, kiranya menghardik engkau!”.

Wycliffe Bible Commentary: “‘The Lord that hath chosen Jerusalem.’ Messiah called down the rebuke of the Father on Satan, not because Israel was righteous, not because Satan had exaggerated his claims, not because the nation had already suffered in the fire of exile, but because God had made an eternal and immutable choice of Israel out of love for her (cf. Rom 9:16; 11:5). A brand plucked out of the fire. The figure is used of Israel, because, although she had been under God’s hand of chastening, he still had future purposes of blessing for the world through her” [= ‘TUHAN, yang memilih Yerusalem’. Mesias memanggil turun hardikan dari Bapa kepada Iblis, bukan karena Israel benar, bukan karena Iblis melebih-lebihkan tuntutan / tuduhannya, bukan karena bangsa itu telah menderita dalam api pembuangan, tetapi karena Allah telah membuat pemilihan yang kekal dan tak berubah terhadap Israel karena kasihNya kepadanya (bdk. Ro 9:16; 11:5)].

Ro 9:16 - “Jadi hal itu tidak tergantung pada kehendak orang atau usaha orang, tetapi kepada kemurahan hati Allah”.

Ro 11:5 - “Demikian juga pada waktu ini ada tinggal suatu sisa, menurut pilihan kasih karunia”.

2. Ay 2b: “Bukankah dia ini puntung yang telah ditarik dari api?’”.

Wycliffe Bible Commentary: “‘A brand plucked out of the fire.’ The figure is used of Israel, because, although she had been under God’s hand of chastening, he still had future purposes of blessing for the world through her” (= ‘Puntung yang telah ditarik dari api’. Gambaran ini digunakan tentang Israel, karena sekalipun ia telah mengalami tangan Allah yang menghajar, ia tetap mempunyai tujuan-tujuan berkat yang akan datang bagi dunia melaluinya).

Matthew Henry: “Note, those that belong to Christ have him ready to appear vigorously for them when Satan appears most vehement against them” (= Perhatikan, mereka yang adalah milik Kristus mempunyai Dia sebagai seseorang yang siap untuk muncul dengan penuh semangat untuk mereka pada waktu Iblis tampil secara paling berapi-api menentang mereka).

Bdk. 1Yoh 2:1-2 - “(1) Anak-anakku, hal-hal ini kutuliskan kepada kamu, supaya kamu jangan berbuat dosa, namun jika seorang berbuat dosa, kita mempunyai seorang pengantara pada Bapa, yaitu Yesus Kristus, yang adil. (2) Dan Ia adalah pendamaian untuk segala dosa kita, dan bukan untuk dosa kita saja, tetapi juga untuk dosa seluruh dunia”.

Barnes’ Notes: “Joshua then is acquitted, not because the accusation of Satan was false, but out of the free love of God for His people and for Joshua in it and as its representative. ‘Who shall lay anything to the charge of God’s elect? It is God that justifieth. Who is he that condemneth?’ (Rom. 8:33-34)” [= Jadi, Yosua dibebaskan, bukan karena tuduhan Iblis itu salah, tetapi dari kasih yang cuma-cuma dari Allah bagi umatNya dan bagi Yosua di dalamnya dan sebagai wakilnya. ‘Siapa yang akan menggugat orang-orang pilihan Allah? Allahlah yang membenarkan. Siapa dia yang mengecam / menghukum?’ (Ro 8:33-34)].

Roma 8:33-34 - “(33) Siapakah yang akan menggugat orang-orang pilihan Allah? Allah, yang membenarkan mereka? Siapakah yang akan menghukum mereka? (34) Kristus Yesus, yang telah mati? Bahkan lebih lagi: yang telah bangkit, yang juga duduk di sebelah kanan Allah, yang malah menjadi Pembela bagi kita?”.

Catatan: bagian yang saya garis bawahi seharusnya tidak berbentuk suatu pertanyaan, tetapi suatu pernyataan. Bandingkan dengan terjemahan KJV di bawah ini.

KJV: ‘(33) Who shall lay any thing to the charge of God's elect? It is God that justifieth. (34) Who is he that condemneth? It is Christ that died, yea rather, that is risen again, who is even at the right hand of God, who also maketh intercession for us’ (= Siapa yang menggugat orang-orang pilihan Allah? Allahlah yang membenarkan. Siapakah yang akan menghukum mereka? Kristuslah yang telah mati, bahkan, yang telah bangkit kembali, yang bahkan ada di sebelah kanan Allah, yang juga melakukan syafaat bagi kita).

II) Yosua dibela / dibenarkan.

Ay 3-5: “(3) Adapun Yosua mengenakan pakaian yang kotor, waktu dia berdiri di hadapan Malaikat itu, (4) yang memberikan perintah kepada orang-orang yang melayaninya: ‘Tanggalkanlah pakaian yang kotor itu dari padanya.’ Dan kepada Yosua ia berkata: ‘Lihat, dengan ini aku telah menjauhkan kesalahanmu dari padamu! Aku akan mengenakan kepadamu pakaian pesta.’ (5) Kemudian ia berkata: ‘Taruhlah serban tahir pada kepalanya!’ Maka mereka menaruh serban tahir pada kepalanya dan mengenakan pakaian kepadanya, sedang Malaikat TUHAN berdiri di situ”.

1) Pakaian yang kotor merupakan simbol dari dosa.

Barnes’ Notes: “The ‘filthy garment,’ as defilement generally, is, in Scripture, the symbol of sin” (= Pakaian kotor, seperti kotoran / kecemaran pada umumnya, dalam Kitab Suci merupakan simbol dari dosa).

Bdk. Yes 64:6 - “Demikianlah kami sekalian seperti seorang najis dan segala kesalehan kami seperti kain kotor; kami sekalian menjadi layu seperti daun dan kami lenyap oleh kejahatan kami seperti daun dilenyapkan oleh angin”.

Jamieson, Fausset & Brown: “‘Now Joshua was clothed with filthy garments.’ - symbol of sin (Prov. 30:12; Isa. 4:4; 64:6); proving that it is not on the ground of His people’s righteousness that He accepts them” [= Yosua berpakaian pakaian kotor, yang merupakan simbol dari dosa (Amsal 30:12; Yes 4:4; 64:6); membuktikan bahwa bukanlah berdasarkan kebenaran umatNya Ia menerima mereka].

Bandingkan dengan:

a) Ro 9:30-10:3 - “(9:30) Jika demikian, apakah yang hendak kita katakan? Ini: bahwa bangsa-bangsa lain yang tidak mengejar kebenaran, telah beroleh kebenaran, yaitu kebenaran karena iman. (9:31) Tetapi: bahwa Israel, sungguhpun mengejar hukum yang akan mendatangkan kebenaran, tidaklah sampai kepada hukum itu. (9:32) Mengapa tidak? Karena Israel mengejarnya bukan karena iman, tetapi karena perbuatan. Mereka tersandung pada batu sandungan, (9:33) seperti ada tertulis: ‘Sesungguhnya, Aku meletakkan di Sion sebuah batu sentuhan dan sebuah batu sandungan, dan siapa yang percaya kepadaNya, tidak akan dipermalukan.’ (10:1) Saudara-saudara, keinginan hatiku dan doaku kepada Tuhan ialah, supaya mereka diselamatkan. (10:2) Sebab aku dapat memberi kesaksian tentang mereka, bahwa mereka sungguh-sungguh giat untuk Allah, tetapi tanpa pengertian yang benar. (10:3) Sebab, oleh karena mereka tidak mengenal kebenaran Allah dan oleh karena mereka berusaha untuk mendirikan kebenaran mereka sendiri, maka mereka tidak takluk kepada kebenaran Allah”.

b) Gal 2:16 - “Kamu tahu, bahwa tidak seorangpun yang dibenarkan oleh karena melakukan hukum Taurat, tetapi hanya oleh karena iman dalam Kristus Yesus. Sebab itu kamipun telah percaya kepada Kristus Yesus, supaya kami dibenarkan oleh karena iman dalam Kristus dan bukan oleh karena melakukan hukum Taurat. Sebab: ‘tidak ada seorangpun yang dibenarkan’ oleh karena melakukan hukum Taurat”.

c) Fil 3:8-9 - “(8) Malahan segala sesuatu kuanggap rugi, karena pengenalan akan Kristus Yesus, Tuhanku, lebih mulia dari pada semuanya. Oleh karena Dialah aku telah melepaskan semuanya itu dan menganggapnya sampah, supaya aku memperoleh Kristus, (9) dan berada dalam Dia bukan dengan kebenaranku sendiri karena mentaati hukum Taurat, melainkan dengan kebenaran karena kepercayaan kepada Kristus, yaitu kebenaran yang Allah anugerahkan berdasarkan kepercayaan”.

Bandingkan dengan kata-kata Yesaya Pariadji di bawah ini:

1. Pdt. Drs. Yesaya Pariadji: “tangan Tuhan Yesus menunjuk suatu buku yang sangat besar, ... saya mendengar kalimat, suaraNya: Pariadji, lihat ... namamu tercacat di Sorga sebagai warga Kerajaan Sorga ... Satu halaman dengan istrimu, Etty Darniaty ... Mengapa nama saya dan nama istri saya tercatat sebagai warga Kerajaan Sorga? Kalimat yang kedua, Tuhan Yesus berkata kepada saya: Karena kamu bisa menjadi seorang imam yang kudus di dalam rumah tanggamu” - ‘Majalah Tiberias’, Edisi II / Tahun I, hal 8.

2. Pdt. Drs. Yesaya Pariadji: “Saya dan istri memang tercatat sebagai warga Kerajaan Sorga. Kami memperoleh janji yang sangat indah, kami dijanjikan akan diundang ke Sorga, karena kami berjanji hidup yang suci di dalam rumah tangga kami” - ‘Majalah Tiberias’, Edisi IV / Tahun II, hal 6.

2) Yosua tak bisa berbuat apa-apa untuk membereskan keadaan tersebut.

Wycliffe Bible Commentary: “‘Take away the filthy garments.’ Joshua was powerless to remedy the condition; he could do nothing to cleanse himself” (= ‘Tanggalkanlah pakaian yang kotor itu dari padanya’. Yosua tak berdaya untuk memperbaiki keadaan itu; ia tidak bisa melakukan apa-apa untuk membersihkan dirinya sendiri).

Ini merupakan sesuatu yang harus dicamkan. Seandainya Allah tidak melakukan apa-apa berkenaan dengan dosa kita, kita tidak berdaya melakukan apapun untuk memperbaiki keadaan kita yang berdosa!

3) Allah yang bertindak untuk membela / membenarkan Yosua.

Ay 4: “yang memberikan perintah kepada orang-orang yang melayaninya: ‘Tanggalkanlah pakaian yang kotor itu dari padanya.’ Dan kepada Yosua ia berkata: ‘Lihat, dengan ini aku telah menjauhkan kesalahanmu dari padamu! Aku akan mengenakan kepadamu pakaian pesta.’”.

Adam Clarke: “they were sinful, and the priesthood defiled by idolatry; and nothing but the mercy of God could save them” (= mereka berdosa, dan keimaman dikotori oleh penyembahan berhala; dan tidak ada apapun kecuali belas kasihan Allah yang bisa menyelamatkan mereka).

Matthew Henry: “Joshua presented himself before the Lord in his filthy garments, ... Christ loathed the filthiness of Joshua’s garments, yet did not put him away, but put them away” (= Yosua menampilkan dirinya sendiri di hadapan TUHAN dengan pakaian kotor, ... Kristus jijik / benci terhadap kekotoran pakaian Yosua, tetapi ia tidak membuang Yosua melainkan pakaiannya).

Ada 2 hal yang dilakukan Kristus terhadap imam besar Yosua:

a) Pakaian kotor itu dibuang. Ini menunjuk pada dosa yang diampuni.

b) Ia diberi pakaian baru / pesta yang bersih. Ini kebenaran Kristus yang diberlakukan kepadanya.

Bandingkan dengan ayat-ayat ini:

1. Yes 61:10 - “Aku bersukaria di dalam TUHAN, jiwaku bersorak-sorai di dalam Allahku, sebab Ia mengenakan pakaian keselamatan kepadaku dan menyelubungi aku dengan jubah kebenaran, seperti pengantin laki-laki yang mengenakan perhiasan kepala dan seperti pengantin perempuan yang memakai perhiasannya”.

2. Wah 3:17-18 - “(17) Karena engkau berkata: Aku kaya dan aku telah memperkayakan diriku dan aku tidak kekurangan apa-apa, dan karena engkau tidak tahu, bahwa engkau melarat, dan malang, miskin, buta dan telanjang, (18) maka Aku menasihatkan engkau, supaya engkau membeli dari padaKu emas yang telah dimurnikan dalam api, agar engkau menjadi kaya, dan juga pakaian putih, supaya engkau memakainya, agar jangan kelihatan ketelanjanganmu yang memalukan; dan lagi minyak untuk melumas matamu, supaya engkau dapat melihat”.

Jadi, ada dua hal yang terjadi pada orang yang percaya kepada Kristus:

a. Dosa-dosanya disucikan / diampuni semuanya oleh darah Kristus.

b. Kebenaran hidup Kristus diberlakukan kepadanya, sehingga di hadapan Allah ia dianggap sebagai orang benar.

4) Yosua dikembalikan pada jabatan imam besar.

Adam Clarke mengatakan bahwa pemberian serban menunjukkan bahwa Allah telah memperbaharui Yosua untuk jabatan imam, karena serban ini merupakan salah satu dari pakaian imam besar pada waktu ia masuk ke Ruang Suci / Maha Suci.

Kel 28:4 - “Inilah pakaian yang harus dibuat mereka: tutup dada, baju efod, gamis, kemeja yang ada raginya, serban dan ikat pinggang. Demikianlah mereka harus membuat pakaian kudus bagi Harun, abangmu, dan bagi anak-anaknya, supaya ia memegang jabatan imam bagiKu”.

Bdk. ay 6-7: “(6) Lalu Malaikat TUHAN itu memberi jaminan kepada Yosua, katanya: (7) ‘Beginilah firman TUHAN semesta alam: Apabila engkau hidup menurut jalan yang Kutunjukkan dan melakukan tugas yang Kuberikan kepadamu, maka engkau akan memerintah rumahKu dan mengurus pelataranKu, dan Aku akan mengizinkan engkau masuk ke antara mereka yang berdiri melayani di sini”.

III) Dasar dari pembenaran / pemberian jubah kebenaran.

Ay 8-10: “(8) Dengarkanlah, hai imam besar Yosua! Engkau dan teman-temanmu yang duduk di hadapanmu - sungguh kamu merupakan suatu lambang. Sebab, sesungguhnya Aku akan mendatangkan hambaKu, yakni Sang Tunas. (9) Sebab sesungguhnya permata yang telah Kuserahkan kepada Yosua - satu permata yang bermata tujuh - sesungguhnya Aku akan mengukirkan ukiran di atasnya, demikianlah firman TUHAN semesta alam, dan Aku akan menghapuskan kesalahan negeri ini dalam satu hari saja. (10) Pada hari itu, demikianlah firman TUHAN semesta alam, setiap orang dari padamu akan mengundang temannya duduk di bawah pohon anggur dan di bawah pohon ara.’”.

1) Mesias / Kristus.

a) Ia disebut ‘hamba’, dan ‘tunas / cabang’ (ay 8b).

Wycliffe Bible Commentary: “Both Servant and Branch are designations in the OT for the Messiah. See Isa 42:1; 52:13; Ezek 34:23-24; Isa 4:2; Jer 23:5. The humanity and humility of the Messiah are emphasized” (= Baik ‘Hamba’ maupun ‘cabang’ merupakan gelar-gelar PL bagi Mesias. Lihat Yes 42:1; 52:13; Yeh 34:23-24; Yes 4:2; Yer 23:5. Kemanusiaan dan kerendahan hati dari Mesias ditekankan).

Yes 42:1 - “Lihat, itu hambaKu yang Kupegang, orang pilihanKu, yang kepadanya Aku berkenan. Aku telah menaruh RohKu ke atasnya, supaya ia menyatakan hukum kepada bangsa-bangsa”.

Yes 52:13 - “Sesungguhnya, hambaKu akan berhasil, ia akan ditinggikan, disanjung dan dimuliakan”.

Yes 4:2 - “Pada waktu itu tunas yang ditumbuhkan TUHAN akan menjadi kepermaian dan kemuliaan, dan hasil tanah menjadi kebanggaan dan kehormatan bagi orang-orang Israel yang terluput”.

Yes 11:1 - “Suatu tunas akan keluar dari tunggul Isai, dan taruk yang akan tumbuh dari pangkalnya akan berbuah”.

Yer 23:5-6 - “(5) Sesungguhnya, waktunya akan datang, demikianlah firman TUHAN, bahwa Aku akan menumbuhkan Tunas adil bagi Daud. Ia akan memerintah sebagai raja yang bijaksana dan akan melakukan keadilan dan kebenaran di negeri. (6) Dalam zamannya Yehuda akan dibebaskan, dan Israel akan hidup dengan tenteram; dan inilah namanya yang diberikan orang kepadanya: TUHAN - keadilan kita”.

Matthew Henry: “He is God’s servant, employed in his work, obedient to his will, and entirely devoted to his honour and glory. ... He is the branch from which all our fruit must be gathered” (= Ia adalah pelayan / hamba Allah, mengerjakan pekerjaanNya, taat pada kehendakNya, dan sepenuhnya dibaktikan bagi kehormatan dan kemuliaanNya. ... Ia adalah cabang dari mana semua buah kita harus dikumpulkan).

b) Ia juga disebut ‘batu’.

Kata ‘permata’ dalam Kitab Suci Indonesia (ay 9), seharusnya adalah ‘stone’ (= batu).

Wycliffe Bible Commentary: “‘The stone.’ This is a third name of Messiah (cf. Ps 118:22; Mt 21:42; 1 Pet 2:6)” [= ‘Batu’. Ini merupakan nama ketiga dari Mesias (bdk. Maz 118:22; Mat 21:42; 1Pet 2:6)].

Maz 118:22 - “Batu yang dibuang oleh tukang-tukang bangunan telah menjadi batu penjuru”.

Mat 21:42 - “Kata Yesus kepada mereka: ‘Belum pernahkah kamu baca dalam Kitab Suci: Batu yang dibuang oleh tukang-tukang bangunan telah menjadi batu penjuru: hal itu terjadi dari pihak Tuhan, suatu perbuatan ajaib di mata kita”.

1Pet 2:6 - “Sebab ada tertulis dalam Kitab Suci: ‘Sesungguhnya, Aku meletakkan di Sion sebuah batu yang terpilih, sebuah batu penjuru yang mahal, dan siapa yang percaya kepadaNya, tidak akan dipermalukan.’”.

Adam Clarke: “This means Christ, and none other; on him his whole church rests, as a building does on its foundation” (= Ini berarti Kristus, dan tidak ada yang lain; pada Dia seluruh Gereja bersandar / terletak, seperti sebuah bangunan bersandar / terletak pada fondasinya).

2) Allah menghapuskan dosa melalui Mesias / Kristus.

Ay 9: “Sebab sesungguhnya permata yang telah Kuserahkan kepada Yosua - satu permata yang bermata tujuh - sesungguhnya Aku akan mengukirkan ukiran di atasnya, demikianlah firman TUHAN semesta alam, dan Aku akan menghapuskan kesalahan negeri ini dalam satu hari saja”.

Adam Clarke: “what was this engraving? Was it not the following words? ‘I will remove the iniquity of that land in one day;’ and was not this when Jesus Christ expired upon the cross?” (= apakah pengukiran ini? Bukankah itu adalah kata-kata selanjutnya? ‘Aku akan menghapuskan kesalahan negeri ini dalam satu hari saja’; dan bukankah ini terjadi pada waktu Yesus Kristus mati di kayu salib?).

Barnes’ Notes: “‘And I will remove the iniquity of the land in one day.’ On ‘one day’ in the year was the typical atonement; in one day absolutely, God Himself would make the iniquity of that land to depart. ... Year by year came the day of atonement: its yearly repetition showed that nothing lasting was effected. On ‘one day’ that removal should be, which needed no renewal ... A Jewish writer confessed the mystery, while he said, (Rashi), ‘One day; I know not what that day is.’ Ask any Christian child, ‘On what day was iniquity removed, not from the land only, but from all lands?’ he would say, ‘On the day when Jesus died.’” [= ‘Dan Aku akan menghapuskan kesalahan negeri ini dalam satu hari saja’. Pada ‘satu hari’ dalam 1 tahun merupakan TYPE dari penebusan; dalam satu hari secara mutlak, Allah sendiri akan membuat kesalahan dari negeri itu hilang. ... Tahun demi tahun tibalah hari raya penebusan: pengulangan tahunan itu menunjukkan bahwa tak ada hasil yang menetap. Pada ‘satu hari’ penyingkiran itu harus terjadi, yang tidak membutuhkan pengulangan ... Seorang penulis Yahudi mengakui hal itu sebagai suatu misteri pada waktu ia (Rashi) berkata: ‘Satu hari; aku tidak tahu hari apa itu’. Tanyakan kepada anak Kristen yang manapun, ‘Pada hari mana kesalahan disingkirkan, bukan hanya dari negeri itu, tetapi dari semua negeri?’ maka ia akan mengatakan: ‘Pada hari pada waktu Yesus mati’.].

Bandingkan dengan:

a) Ibr 9:24-26 - “(24) Sebab Kristus bukan masuk ke dalam tempat kudus buatan tangan manusia yang hanya merupakan gambaran saja dari yang sebenarnya, tetapi ke dalam sorga sendiri untuk menghadap hadirat Allah guna kepentingan kita. (25) Dan Ia bukan masuk untuk berulang-ulang mempersembahkan diriNya sendiri, sebagaimana Imam Besar setiap tahun masuk ke dalam tempat kudus dengan darah yang bukan darahnya sendiri. (26) Sebab jika demikian Ia harus berulang-ulang menderita sejak dunia ini dijadikan. Tetapi sekarang Ia hanya satu kali saja menyatakan diriNya, pada zaman akhir untuk menghapuskan dosa oleh korbanNya”.

b) Ibr 10:1-4,10-14 - “(1) Di dalam hukum Taurat hanya terdapat bayangan saja dari keselamatan yang akan datang, dan bukan hakekat dari keselamatan itu sendiri. Karena itu dengan korban yang sama, yang setiap tahun terus-menerus dipersembahkan, hukum Taurat tidak mungkin menyempurnakan mereka yang datang mengambil bagian di dalamnya. (2) Sebab jika hal itu mungkin, pasti orang tidak mempersembahkan korban lagi, sebab mereka yang melakukan ibadah itu tidak sadar lagi akan dosa setelah disucikan sekali untuk selama-lamanya. (3) Tetapi justru oleh korban-korban itu setiap tahun orang diperingatkan akan adanya dosa. (4) Sebab tidak mungkin darah lembu jantan atau darah domba jantan menghapuskan dosa. ... (10) Dan karena kehendakNya inilah kita telah dikuduskan satu kali untuk selama-lamanya oleh persembahan tubuh Yesus Kristus. (11) Selanjutnya setiap imam melakukan tiap-tiap hari pelayanannya dan berulang-ulang mempersembahkan korban yang sama, yang sama sekali tidak dapat menghapuskan dosa. (12) Tetapi Ia, setelah mempersembahkan hanya satu korban saja karena dosa, Ia duduk untuk selama-lamanya di sebelah kanan Allah, (13) dan sekarang Ia hanya menantikan saatnya, di mana musuh-musuhNya akan dijadikan tumpuan kakiNya. (14) Sebab oleh satu korban saja Ia telah menyempurnakan untuk selama-lamanya mereka yang Ia kuduskan”.

3) Umat Tuhan.

Ay 10: “Pada hari itu, demikianlah firman TUHAN semesta alam, setiap orang dari padamu akan mengundang temannya duduk di bawah pohon anggur dan di bawah pohon ara.’”.

a) Ini menunjukkan damai, keamanan dan kemakmuran.

Jamieson, Fausset & Brown: “Undisturbed peace, security, and prosperity, are the final fruits of Messiah’s work of redemption (Zech. 3:10). Already the believer has inward peace, even in the midst of outward troubles. At last the universal Church in the new heavens and the new earth shall enjoy outward as well as inward peace and blessedness” [= Damai yang tak terganggu, keamanan, dan kemakmuran, merupakan buah-buah akhir dari pekerjaan penebusan Mesias (Zakh 3:10). Orang percaya sudah mempunyai damai dalam hati bahkan di tengah-tengah kesukaran-kesukaran luar. Pada akhirnya Gereja universal di langit dan bumi yang baru akan menikmati damai dan berkat di dalam dan di luar].

Renungkan: apakah saudara sudah mempunyai damai karena percaya kepada Yesus?

b) Kata ‘mengundang’ menunjuk pada penginjilan.

Adam Clarke: “‘Shall ye call every man his neighbour.’ ... Everyone shall be inviting and encouraging another to believe on the Lord Jesus Christ; and thus taste and see that God is good” (= ‘setiap orang dari padamu akan mengundang temannya’. ... Setiap orang akan mengundang dan mendorong yang lain untuk percaya kepada Tuhan Yesus Kristus; dan dengan demikian merasakan dan melihat bahwa Allah itu baik).

Penerapan: apakah saudara memberitakan Injil? Maukah melakukannya?

-AMIN-

6).Roti, manna, dan roti hidup

Yohanes 6:1-15,25-35

Yoh 6:1-15,25-35 - “(1) Sesudah itu Yesus berangkat ke seberang danau Galilea, yaitu danau Tiberias. (2) Orang banyak berbondong-bondong mengikuti Dia, karena mereka melihat mujizat-mujizat penyembuhan, yang diadakanNya terhadap orang-orang sakit. (3) Dan Yesus naik ke atas gunung dan duduk di situ dengan murid-muridNya. (4) Dan Paskah, hari raya orang Yahudi, sudah dekat. (5) Ketika Yesus memandang sekelilingNya dan melihat, bahwa orang banyak berbondong-bondong datang kepadaNya, berkatalah Ia kepada Filipus: ‘Di manakah kita akan membeli roti, supaya mereka ini dapat makan?’ (6) Hal itu dikatakanNya untuk mencobai dia, sebab Ia sendiri tahu, apa yang hendak dilakukanNya. (7) Jawab Filipus kepadaNya: ‘Roti seharga dua ratus dinar tidak akan cukup untuk mereka ini, sekalipun masing-masing mendapat sepotong kecil saja.’ (8) Seorang dari murid-muridNya, yaitu Andreas, saudara Simon Petrus, berkata kepadaNya: (9) ‘Di sini ada seorang anak, yang mempunyai lima roti jelai dan dua ikan; tetapi apakah artinya itu untuk orang sebanyak ini?’ (10) Kata Yesus: ‘Suruhlah orang-orang itu duduk.’ Adapun di tempat itu banyak rumput. Maka duduklah orang-orang itu, kira-kira lima ribu laki-laki banyaknya. (11) Lalu Yesus mengambil roti itu, mengucap syukur dan membagi-bagikannya kepada mereka yang duduk di situ, demikian juga dibuatNya dengan ikan-ikan itu, sebanyak yang mereka kehendaki. (12) Dan setelah mereka kenyang Ia berkata kepada murid-muridNya: ‘Kumpulkanlah potongan-potongan yang lebih supaya tidak ada yang terbuang.’ (13) Maka merekapun mengumpulkannya, dan mengisi dua belas bakul penuh dengan potongan-potongan dari kelima roti jelai yang lebih setelah orang makan. (14) Ketika orang-orang itu melihat mujizat yang telah diadakanNya, mereka berkata: ‘Dia ini adalah benar-benar nabi yang akan datang ke dalam dunia.’ (15) Karena Yesus tahu, bahwa mereka hendak datang dan hendak membawa Dia dengan paksa untuk menjadikan Dia raja, Ia menyingkir pula ke gunung, seorang diri. ... (25) Ketika orang banyak menemukan Yesus di seberang laut itu, mereka berkata kepadaNya: ‘Rabi, bilamana Engkau tiba di sini?’ (26) Yesus menjawab mereka: ‘Aku berkata kepadamu, sesungguhnya kamu mencari Aku, bukan karena kamu telah melihat tanda-tanda, melainkan karena kamu telah makan roti itu dan kamu kenyang. (27) Bekerjalah, bukan untuk makanan yang akan dapat binasa, melainkan untuk makanan yang bertahan sampai kepada hidup yang kekal, yang akan diberikan Anak Manusia kepadamu; sebab Dialah yang disahkan oleh Bapa, Allah, dengan meteraiNya.’ (28) Lalu kata mereka kepadaNya: ‘Apakah yang harus kami perbuat, supaya kami mengerjakan pekerjaan yang dikehendaki Allah?’ (29) Jawab Yesus kepada mereka: ‘Inilah pekerjaan yang dikehendaki Allah, yaitu hendaklah kamu percaya kepada Dia yang telah diutus Allah.’ (30) Maka kata mereka kepadaNya: ‘Tanda apakah yang Engkau perbuat, supaya dapat kami melihatnya dan percaya kepadaMu? Pekerjaan apakah yang Engkau lakukan? (31) Nenek moyang kami telah makan manna di padang gurun, seperti ada tertulis: Mereka diberiNya makan roti dari sorga.’ (32) Maka kata Yesus kepada mereka: ‘Aku berkata kepadamu, sesungguhnya bukan Musa yang memberikan kamu roti dari sorga, melainkan BapaKu yang memberikan kamu roti yang benar dari sorga. (33) Karena roti yang dari Allah ialah roti yang turun dari sorga dan yang memberi hidup kepada dunia.’ (34) Maka kata mereka kepadaNya: ‘Tuhan, berikanlah kami roti itu senantiasa.’ (35) Kata Yesus kepada mereka: ‘Akulah roti hidup; barangsiapa datang kepadaKu, ia tidak akan lapar lagi, dan barangsiapa percaya kepadaKu, ia tidak akan haus lagi”.

I) Roti.

Yoh 6 ini dimulai dengan cerita tentang mujijat pelipat-gandaan 5 roti dan 2 ikan untuk lebih dari 5.000 orang.

1) Dari ay 2 terlihat bahwa orang banyak itu mengikut Yesus dengan motivasi yang salah.

Ay 2: “Orang banyak berbondong-bondong mengikuti Dia, karena mereka melihat mujizat-mujizat penyembuhan, yang diadakanNya terhadap orang-orang sakit”.

2) Ada beberapa hal yang ingin saya bahas tentang ‘roti’:

a) Di sana, roti merupakan makanan utama (sama seperti nasi di Indonesia), sedangkan makanan lain hanya merupakan makanan tambahan / extra.

b) Kata-kata ‘lima roti jelai’ (ay 9,13), dalam KJV diterjemahkan ‘five barley loaves’.

1. Kata ‘barley’ (= jelai) menunjukkan bahan dari mana roti itu dibuat.

Roti yang bagus dibuat dari ‘wheat’ (= gandum), sedangkan roti yang kasar / murah dibuat dari barley (= jelai) - Unger’s Bible Dictionary.

Dari Wah 6:6 bisa dilihat bahwa harga jelai hanya 1/3 dari harga gandum.

Wahyu 6:6 - “Dan aku mendengar seperti ada suara di tengah-tengah keempat makhluk itu berkata: ‘Secupak gandum sedinar, dan tiga cupak jelai sedinar. Tetapi janganlah rusakkan minyak dan anggur itu.’”.

Dari sini terlihat bahwa Yesus tidak memberi mereka makanan yang mewah, tetapi makanan yang sederhana. Ini menunjukkan gaya hidup sederhana dari Yesus dan murid-muridNya.

Tetapi dari Yoh 2:1-11 yang menceritakan bahwa pada saat Yesus mengubah air menjadi anggur, ternyata anggur yang dihasilkan adalah anggur yang sangat baik, Matthew Henry menduga bahwa di sini juga terjadi hal yang sama. Biarpun bahan awalnya adalah 5 roti jelai, yang merupakan makanan kasar / sederhana, tetapi mujijat Yesus membuatnya menjadi makanan yang sangat enak. Mungkin karena itu, orang banyak itu terus mencarinya (ay 26).

2. Kata ‘loaves’ dalam bahasa Inggris menunjuk pada bentuk roti di sini yang bentuknya seperti mobil station. Ini memberikan pengertian yang salah, karena roti di sana sama sekali tidak berbentuk seperti itu.

International Standard Bible Encyclopedia mengatakan bahwa roti di sana berbentuk bundar dan tipis, dengan diameter sekitar 7 inci, dan ketebalan antara ½ sampai 1 inci.

3. Juga roti di sana tidak flexible / lembek seperti roti di sini, dan karena itu tidak pernah dipotong / diiris, tetapi selalu dipecah-pecahkan (Unger’s Bible Dictionary).

c) Dengan hanya 5 roti seperti ini dan 2 ikan, Yesus memberi makan lebih dari 5.000 orang.

Matthew Henry: “He that could make one man chase a thousand could make one loaf feed a thousand” (= Ia yang bisa membuat satu orang mengejar 1000 orang, bisa membuat satu roti untuk memberi makan 1000 orang).

Bdk. Yos 23:10 - “Satu orang saja dari pada kamu dapat mengejar seribu orang, sebab TUHAN Allahmu, Dialah yang berperang bagi kamu, seperti yang dijanjikanNya kepadamu”.

3) Setelah orang banyak itu makan dan kenyang, Yesus menyuruh mengumpulkan sisanya, dan ternyata didapatkan 12 bakul.

Ay 12-13: “(12) Dan setelah mereka kenyang Ia berkata kepada murid-muridNya: ‘Kumpulkanlah potongan-potongan yang lebih supaya tidak ada yang terbuang.’ (13) Maka merekapun mengumpulkannya, dan mengisi dua belas bakul penuh dengan potongan-potongan dari kelima roti jelai yang lebih setelah orang makan”.

Di sini Yesus mengajar kita untuk tidak membuang-buang makanan. Sekalipun Ia mempunyai kuasa untuk melakukan mujijat, tetapi tak berarti hasil mujijatNya itu boleh dibuang-buang.

Penerapan:

a) Dalam pesta makan, atau pada saat acara makan keluarga biasa, ajar anak saudara untuk tidak membuang-buang makanan, misalnya dengan mengambil banyak, tetapi tidak menghabiskan.

b) Kalau roti / makanan jasmani saja tak boleh dibuang-buang, apalagi makanan rohani.

4) Tanggapan yang salah terhadap mujijat tentang roti ini.

a) Mereka tahu bahwa Yesus adalah nabi yang akan datang / Mesias.

Ay 14: “Ketika orang-orang itu melihat mujizat yang telah diadakanNya, mereka berkata: ‘Dia ini adalah benar-benar nabi yang akan datang ke dalam dunia.’”.

Bdk. Ul 18:15-19 - “(15) Seorang nabi dari tengah-tengahmu, dari antara saudara-saudaramu, sama seperti aku, akan dibangkitkan bagimu oleh TUHAN, Allahmu; dialah yang harus kamu dengarkan. (16) Tepat seperti yang kamu minta dahulu kepada TUHAN, Allahmu, di gunung Horeb, pada hari perkumpulan, dengan berkata: Tidak mau aku mendengar lagi suara TUHAN, Allahku, dan api yang besar ini tidak mau aku melihatnya lagi, supaya jangan aku mati. (17) Lalu berkatalah TUHAN kepadaku: Apa yang dikatakan mereka itu baik; (18) seorang nabi akan Kubangkitkan bagi mereka dari antara saudara mereka, seperti engkau ini; Aku akan menaruh firmanKu dalam mulutnya, dan ia akan mengatakan kepada mereka segala yang Kuperintahkan kepadanya. (19) Orang yang tidak mendengarkan segala firmanKu yang akan diucapkan nabi itu demi namaKu, dari padanya akan Kutuntut pertanggungjawaban”.

Adam Clarke: “‘This is of a truth that prophet.’ Spoken of, Deut; 18:15, namely, the Messiah. How near were these people at this time to the kingdom of heaven!” (= ‘Dia ini adalah benar-benar nabi itu’. Yang dibicarakan dalam Ul 18:15, yaitu sang Mesias. Alangkah dekatnya orang-orang ini pada saat itu dengan kerajaan surga!).

b) Mereka mau menjadikan Yesus sebagai raja duniawi.

Ay 15: “Karena Yesus tahu, bahwa mereka hendak datang dan hendak membawa Dia dengan paksa untuk menjadikan Dia raja, Ia menyingkir pula ke gunung, seorang diri”.

Seharusnya, setelah mereka melihat mujijat itu, dan mengetahui bahwa Yesus adalah betul-betul seorang hamba Allah, bahkan Mesias itu sendiri, mereka melanjutkannya dengan mendengar ajaranNya dan lalu mempercayaiNya. Tetapi ternyata bukan itu yang terjadi! Mereka berpikir secara egois dan duniawi! Mereka beranggapan bahwa kalau Yesus mempunyai kuasa seperti itu, dan Yesus menjadi raja mereka, maka mereka bukan saja akan bebas dari penjajahan Romawi, tetapi juga bahwa mereka pasti tidak akan kekurangan makanan. Ini membuat mereka mau memaksa Yesus menjadi raja (duniawi) atas mereka. Tetapi Yesus menolak, dan Ia menyiingkir. Bandingkan ini dengan adanya hamba-hamba Tuhan / pendeta-pendeta yang berhenti dari pelayanan untuk menjadi tokoh politik!

Ada seseorang yang berkata: “If God calls you to be a preacher, do not stoop down to be a king!” (= Jika Allah memanggilmu menjadi seorang pengkhotbah, janganlah merendahkan diri dengan menjadi seorang raja!).

c) Mereka mencari Yesus demi roti / makanan!

Ay 25-26: “(25) Ketika orang banyak menemukan Yesus di seberang laut itu, mereka berkata kepadaNya: ‘Rabi, bilamana Engkau tiba di sini?’ (26) Yesus menjawab mereka: ‘Aku berkata kepadamu, sesungguhnya kamu mencari Aku, bukan karena kamu telah melihat tanda-tanda, melainkan karena kamu telah makan roti itu dan kamu kenyang”.

Yesus tak menjawab pertanyaan mereka, tetapi Ia menjawab dengan suatu teguran karena Ia tahu akan motivasi mereka yang salah / buruk.

Sudah cukup buruk kalau mereka mencariNya hanya karena mujijat-mujijat yang Ia lakukan (ay 2), tetapi lebih buruk lagi kalau mereka mencariNya hanya karena Ia bisa mengenyangkan mereka (ay 26)!

Leon Morris (NICNT): “They were moved not by full hearts, but by full bellies” (= Mereka digerakkan bukan oleh hati yang penuh, tetapi oleh perut yang kenyang) - hal 358.

Kata ‘kenyang’ pada ay 26 itu dalam bahasa Yunaninya adalah EKHORTASTHETE. Ini sebetulnya menunjukkan kenyangnya seekor hewan yang makan rumput (bandingkan kata Yunani itu dengan kata bahasa Yunani KHORTOS, yang artinya adalah ‘rumput’). Memang kata itu juga digunakan untuk kenyangnya manusia (Mat 14:20), tetapi dalam Yoh 6:12 (paralel dari Mat 14:20) tidak digunakan kata itu. Mendadak dalam Yoh 6:26 lalu digunakan kata itu. Perubahan ini menunjukkan adanya kemungkinan sindiran dalam ay 26 ini. Orang yang ikut Yesus karena makanan, sebetulnya tidak beda dengan binatang, yang mau ikut kalau diberi makan.

Penerapan: Dalam kebanyakan gereja, hanya sedikit sekali orang yang datang dalam acara Pemahaman Alkitab. Tetapi anehnya, kalau ada acara pesta, seperti perayaan HUT gereja / pesta Natal / Tahun Baru, banyak sekali yang datang. Apakah mereka datang karena ada makanannya?

Ingat, saya tidak melarang saudara makan di pesta nanti, tetapi yang saya tekankan adalah: jangan datang ke gereja hanya demi makanan!

Perhatikan ayat-ayat yang berkenaan dengan makanan di bawah ini:

· Ro 16:18 - “Sebab orang-orang demikian tidak melayani Kristus, Tuhan kita, tetapi melayani perut mereka sendiri. Dan dengan kata-kata mereka yang muluk-muluk dan bahasa mereka yang manis mereka menipu orang-orang yang tulus hatinya”.

· 1Kor 6:13a - “Makanan adalah untuk perut dan perut untuk makanan: tetapi kedua-duanya akan dibinasakan Allah”.

· Fil 3:19 - “Kesudahan mereka ialah kebinasaan, Tuhan mereka ialah perut mereka, kemuliaan mereka ialah aib mereka, pikiran mereka semata-mata tertuju kepada perkara duniawi”.

· 1Kor 10:31 - “Aku menjawab: Jika engkau makan atau jika engkau minum, atau jika engkau melakukan sesuatu yang lain, lakukanlah semuanya itu untuk kemuliaan Allah”.

· 1Kor 11:20-22 - “(20) Apabila kamu berkumpul, kamu bukanlah berkumpul untuk makan perjamuan Tuhan. (21) Sebab pada perjamuan itu tiap-tiap orang memakan dahulu makanannya sendiri, sehingga yang seorang lapar dan yang lain mabuk. (22) Apakah kamu tidak mempunyai rumah sendiri untuk makan dan minum? Atau maukah kamu menghinakan Jemaat Allah dan memalukan orang-orang yang tidak mempunyai apa-apa? Apakah yang kukatakan kepada kamu? Memuji kamu? Dalam hal ini aku tidak memuji”.

Tentang text terakhir ini ada beberapa hal yang perlu dijelaskan:

1. Latar belakang dari semua ini adalah: orang-orang kristen di Korintus itu menggabungkan Perjamuan Kudus dengan AGAPAE / ‘love feast’ (= perjamuan kasih - bdk. Yudas 12). Perjamuan kasih ini adalah suatu pesta makan dimana tiap-tiap orang harus membawa makanan ke gereja.

2. Mula-mula tujuan mereka mengadakan perjamuan kasih itu baik, yaitu supaya si miskin bisa ikut makan. Tetapi dalam faktanya yang terjadi adalah:

a. Tiap orang makan makanannya sendiri.

Karena itu, si kaya yang membawa banyak, menjadi mabuk, dan si miskin yang membawa sedikit / tidak membawa apa-apa, tetap lapar.

b. Mereka tidak mulai makan bersama-sama / yang seorang tidak menunggu yang lain (ay 21 bdk. ay 33: “Karena itu, saudara-saudaraku, jika kamu berkumpul untuk makan, nantikanlah olehmu seorang akan yang lain”).

Inilah wujud perpecahan yang Paulus katakan dalam ay 18! Dan ini terjadi dalam acara Perjamuan Kudus, dimana satu roti menggambarkan kesatuan tubuh Kristus / gereja (bdk. 1Kor 10:17)!

3. Paulus mengatakan bahwa mereka berkumpul bukan untuk melakukan Perjamuan Tuhan / Perjamuan Kudus (ay 20), karena praktek dan motivasi mereka salah!

II) Manna.

Ay 30-33: “(29) Jawab Yesus kepada mereka: ‘Inilah pekerjaan yang dikehendaki Allah, yaitu hendaklah kamu percaya kepada Dia yang telah diutus Allah.’ (30) Maka kata mereka kepadaNya: ‘Tanda apakah yang Engkau perbuat, supaya dapat kami melihatnya dan percaya kepadaMu? Pekerjaan apakah yang Engkau lakukan? (31) Nenek moyang kami telah makan manna di padang gurun, seperti ada tertulis: Mereka diberiNya makan roti dari sorga.’ (32) Maka kata Yesus kepada mereka: ‘Aku berkata kepadamu, sesungguhnya bukan Musa yang memberikan kamu roti dari sorga, melainkan BapaKu yang memberikan kamu roti yang benar dari sorga. (33) Karena roti yang dari Allah ialah roti yang turun dari sorga dan yang memberi hidup kepada dunia.’”.

1) Dalam ay 29 Yesus mengatakan bahwa mereka harus percaya kepada Dia. Ini sama dengan suatu claim (= tuntutan / pernyataan / penegasan) sebagai Mesias. Karena itu orang-orang Yahudi itu lalu meminta tanda lagi (ay 30-31). Mereka betul-betul sangat tidak konsisten. Tadi mereka yakin bahwa Yesus adalah Mesias karena adanya tanda dalam Yoh 6:1-15; tetapi sekarang mereka tidak percaya dan minta tanda lagi. Mengapa? Karena Kristus tidak menuruti keinginan mereka (keinginan untuk menjadikan Kristus sebagai raja dunia dalam ay 15, dan juga keinginan mereka akan roti dalam ay 26).

Calvin: “As soon as Christ does not grant their prayers, he is no longer their master” (= Begitu Kristus tidak mengabulkan doa-doa mereka, Ia bukan lagi tuan mereka).

Penerapan: Apakah saudara juga sering menjadi jengkel kepada Tuhan dan tidak mau menjadikanNya sebagai Tuhan dalam hidup saudara, kalau Ia tidak mengabulkan doa / keinginan saudara?

2) Tanda yang mereka minta ini berhubungan dengan Musa dan manna (ay 31-32).

Dalam pikiran mereka ada beberapa keunggulan Musa atas Yesus:

a) Yesus memberi makan hanya sekitar 5000 orang, sedangkan Musa memberi makan sekitar 2-3 juta orang.

b) Yesus memberi makan hanya 1 x, sedangkan Musa memberi makan selama 40 tahun.

c) Yesus melakukan mujijat itu dengan adanya 5 roti dan 2 ikan, sedangkan Musa tanpa menggunakan apa-apa.

d) Yesus memberi mereka makan roti biasa, sedangkan Musa memberi mereka makan manna / roti dari surga.

Adalah suatu ketololan yang luar biasa untuk berpikir bahwa ada manusia yang bisa lebih hebat / unggul dari Yesus, yang adalah Allah sendiri!

3) Jawaban Yesus dalam ay 32-33.

Ay 32-33: “(32) Maka kata Yesus kepada mereka: ‘Aku berkata kepadamu, sesungguhnya bukan Musa yang memberikan kamu roti dari sorga, melainkan BapaKu yang memberikan kamu roti yang benar dari sorga. (33) Karena roti yang dari Allah ialah roti yang turun dari sorga dan yang memberi hidup kepada dunia.’”.

a) Ada 2 penafsiran tentang kata-kata Yesus dalam ay 32:

1. Yang memberikan manna itu bukan Musa tetapi Allah.

2. Musa hanya memberimu manna, bukan roti dari surga / roti yang benar. Yang terakhir ini hanya Allah yang bisa memberikannya kepadamu.

b) Dalam ay 32-33, Yesus mengkontraskan manna dengan:

1. ‘roti yang benar dari sorga dan yang memberi hidup kepada dunia’.

2. ‘roti yang dari Allah’.

3. ‘roti yang turun dari sorga dan yang memberi hidup kepada dunia’.

Pengkontrasan ini menunjukkan bahwa sekalipun manna itu turun dari sorga, tetapi itu tetap merupakan makanan jasmani belaka, dan tidak bisa memberikan hidup yang kekal. Ini berbeda dengan ‘roti yang benar yang turun dari sorga’, karena yang ini bisa memberi hidup (rohani dan kekal) kepada dunia.

Bdk. Yoh 6:58 - “Inilah roti yang telah turun dari sorga, bukan roti seperti yang dimakan nenek moyangmu dan mereka telah mati. Barangsiapa makan roti ini, ia akan hidup selama-lamanya.’”.

III) Roti hidup.

Yesus menekankan keselamatan / hidup kekal, dan Ia lalu menyatakan diriNya sebagai Roti Hidup

Ay 27-29,35: “(27) Bekerjalah, bukan untuk makanan yang akan dapat binasa, melainkan untuk makanan yang bertahan sampai kepada hidup yang kekal, yang akan diberikan Anak Manusia kepadamu; sebab Dialah yang disahkan oleh Bapa, Allah, dengan meteraiNya.’ (28) Lalu kata mereka kepadaNya: ‘Apakah yang harus kami perbuat, supaya kami mengerjakan pekerjaan yang dikehendaki Allah?’ (29) Jawab Yesus kepada mereka: ‘Inilah pekerjaan yang dikehendaki Allah, yaitu hendaklah kamu percaya kepada Dia yang telah diutus Allah.’ ... (35) Kata Yesus kepada mereka: ‘Akulah roti hidup; barangsiapa datang kepadaKu, ia tidak akan lapar lagi, dan barangsiapa percaya kepadaKu, ia tidak akan haus lagi”.

Mari kita membahas ayat-ayat ini:

1) Ay 27: “Bekerjalah, bukan untuk makanan yang akan dapat binasa, melainkan untuk makanan yang bertahan sampai kepada hidup yang kekal, yang akan diberikan Anak Manusia kepadamu; sebab Dialah yang disahkan oleh Bapa, Allah, dengan meteraiNya.’”.

a) ‘makanan yang akan dapat binasa’ vs ‘makanan yang bertahan sampai kepada hidup yang kekal’.

Baik roti maupun manna termasuk dalam kelompok ‘makanan yang akan dapat binasa’. Ini tidak boleh diartikan:

1. Seakan-akan makanan jasmani sama sekali tidak berguna. Makanan jasmani ada gunanya, tetapi hanya dalam hidup ini, kontras dengan makanan rohani (= Yesus) yang bertahan sampai pada hidup yang kekal.

2. Bahwa kita dilarang bekerja untuk mencari makan, karena kalau ditafsirkan begitu akan bertentangan dengan ayat-ayat seperti Kej 3:17-19 Amsal 6:6-11 1Tim 5:8 2Tes 3:10.

Arti yang benar: jangan hanya mencari makanan yang bisa binasa. Kita memang harus bekerja untuk mencari makanan jasmani, tetapi kita harus lebih mengutamakan hal-hal untuk rohani / jiwa kita. Bahkan kalau kita mencari makanan jasmani, semua itu harus ditujukan untuk kepentingan rohani. Tujuan utama dan akhir adalah rohani / jiwa kita!

b) Kata ‘bekerjalah’ dalam bahasa Yunaninya ada dalam bentuk present imperative (kata perintah yang ada dalam bentuk present). Berbeda dengan aorist imperative (= kata perintah yang ada dalam bentuk lampau) yang berarti bahwa perintah itu hanya perlu dilakukan 1 x saja, maka present imperative ini adalah perintah yang harus dilakukan terus menerus.

Penerapan: Kalau kadang-kadang kita mengutamakan makanan yang bisa binasa, dan kadang-kadang menekankan makanan yang bertahan sampai pada hidup yang kekal, maka itu tetap salah! Kita harus terus menerus mengutamakan makanan yang bertahan sampai pada hidup yang kekal.

c) ‘melainkan untuk makanan yang bertahan sampai kepada hidup yang kekal, yang akan diberikan Anak Manusia kepadamu; sebab Dialah yang disahkan oleh Bapa, Allah, dengan meteraiNya.’

Adam Clarke: “He who labours not, in the work of his salvation, is never likely to enter into the kingdom of God. Though our labour cannot purchase it, either in whole or in part, yet it is the way in which God chooses to give salvation; and he that will have heaven must strive for it. Everything that can be possessed, except the salvation of God, is a perishing thing: this is its essential character: it can last to us no longer than the body lasts. But, when the earth and its produce are burnt up, this bread of Christ, his grace and salvation, will be found remaining unto eternal life. This is the portion after which an immortal spirit should seek” (= Ia yang tidak bekerja dalam pekerjaan keselamatannya ini, rasanya tidak akan pernah masuk ke dalam kerajaan Allah. Sekalipun pekerjaan kita tidak bisa membelinya, baik seluruhnya atau sebagian, tetapi itu merupakan jalan / cara dalam mana Allah memilih untuk memberikan keselamatan; dan ia yang ingin mendapatkan surga harus berjuang untuknya. Segala sesuatu yang bisa dimiliki, kecuali keselamatan dari Allah, adalah hal-hal yang sedang binasa: ini adalah karakternya yang hakiki: itu tidak bisa bertahan lebih lama dari bertahannya tubuh. Tetapi pada saat bumi dan semua hasilnya terbakar habis, roti Kristus ini, kasih karunia dan keselamatanNya, akan didapati tetap tinggal sampai hidup yang kekal. Inilah bagian yang harus dicari oleh roh yang tidak bisa mati).

2) Ay 28: “Lalu kata mereka kepadaNya: ‘Apakah yang harus kami perbuat, supaya kami mengerjakan pekerjaan yang dikehendaki Allah?’”.

a) Karena Yesus berbicara tentang ‘bekerja / work’ (ay 27), maka orang-orang Yahudi itu langsung berpikir tentang ‘good works’ (= ketaatan / perbuatan-perbuatan baik).

Ini memang cukup logis dan natural, tetapi ini tetap menunjukkan ketidak-mengertian mereka tentang konsep Yesus bahwa keselamatan / hidup kekal adalah suatu free gift (= pemberian cuma-cuma / gra­tis).

Bandingkan dengan: Ro 3:24 - “dan oleh kasih karunia telah dibenarkan dengan cuma-cuma karena penebusan dalam Kristus Yesus”. (bdk. Yes 55:1-2).

b) Selamat karena perbuatan baik / ketaatan adalah suatu doktrin yang dipercaya oleh sebagian besar manusia di bumi ini, dan juga diajarkan oleh semua agama di luar kristen. Tetapi ini jelas tidak bisa terjadi, karena:

1. Manusia berdosa (di luar Kristus) tidak bisa berbuat baik (Tit 1:15).

2. Kebaikan tidak bisa menutupi / menghapus dosa (Gal 2:16,21).

Martin Luther: “The most damnable and pernicious heresy that has ever plagued the mind of man was the idea that somehow he could make himself good enough to deserve to live with an all-holy God” (= Ajaran sesat yang paling terkutuk dan jahat / merusak yang pernah mengganggu pikiran manusia adalah gagasan bahwa dengan cara tertentu ia bisa membuat dirinya sendiri cukup baik sehingga layak untuk hidup dengan Allah yang maha suci).

3) Ay 29: “Jawab Yesus kepada mereka: ‘Inilah pekerjaan yang dikehendaki Allah, yaitu hendaklah kamu percaya kepada Dia yang telah diutus Allah.’”.

a) Kata ‘pekerjaan’ dalam ay 28 ada dalam bentuk jamak (ERGA = works), tetapi kata ‘pekerjaan’ dalam ay 29 ada dalam bentuk tunggal (ERGON = work). Jadi, Yesus memaksudkan: hanya satu hal yang Allah kehendaki untuk kamu lakukan, yaitu percaya kepada Yesus!

b) Calvin berkata bahwa pada waktu Yesus menyebut iman sebagai work / pekerjaan, Ia tidak berbicara dengan akurasi yang ketat. Tentu bukan maksud Calvin untuk mengatakan bahwa Yesus salah bicara! Maksudnya ia menggunakan kata itu bukan dalam arti teologis yang ketat.

Alasan Calvin adalah: Ro 3:27-28 mengatakan bahwa iman tidak termasuk sebagai work / pekerjaan.

Ro 3:27-28 - “(27) Jika demikian, apakah dasarnya untuk bermegah? Tidak ada! Berdasarkan apa? Berdasarkan perbuatan? Tidak, melainkan berdasarkan iman! (28) Karena kami yakin, bahwa manusia dibenarkan karena iman, dan bukan karena ia melakukan hukum Taurat”.

Dengan demikian, kalau kristen menekankan ‘keselamatan karena iman’, maka ini tidak bisa disamakan dengan ‘keselamatan karena pekerjaan / perbuatan baik’ dengan alasan bahwa iman merupakan pekerjaan.

Perlu juga diingat bahwa iman kita juga adalah pemberian Allah (Fil 1:29 Kis 11:18 Yoh 6:65 Yer 24:7 1Kor 12:3), sehingga keselamatan tetap bukan hasil usaha kita tetapi pemberian cuma-cuma dalam Yesus Kristus (Ef 2:8-9 Ro 3:24).

4) Ay 35: “Kata Yesus kepada mereka: ‘Akulah roti hidup; barangsiapa datang kepadaKu, ia tidak akan lapar lagi, dan barangsiapa percaya kepadaKu, ia tidak akan haus lagi”.

Bdk. Yoh 4:13-14 - “(13) Jawab Yesus kepadanya: ‘Barangsiapa minum air ini, ia akan haus lagi, (14) tetapi barangsiapa minum air yang akan Kuberikan kepadanya, ia tidak akan haus untuk selama-lamanya. Sebaliknya air yang akan Kuberikan kepadanya, akan menjadi mata air di dalam dirinya, yang terus-menerus memancar sampai kepada hidup yang kekal.’”.

a) Penekanan semua ini adalah: makanan / minuman / hal-hal jasmani / duniawi tidak akan memberikan kepuasan, atau hanya akan memberikan kepuasan sementara dan semu. Hanya Yesus yang bisa memberikan kepuasan sejati dan kekal!

b) Bdk. ay 33: “Karena roti yang dari Allah ialah roti yang turun dari sorga dan yang memberi hidup kepada dunia.’”.

Roti yang memberi hidup itu dikatakan ‘turun dari sorga’ (ay 33).

Ini menunjukkan bahwa untuk bisa mendapatkan hidup yang kekal, manusia tidak perlu bersusah payah / mencari jauh-jauh (Ro 10:6-8 Ul 30:12-13). Kristus tahu bahwa tidak ada orang yang bisa naik ke atas untuk mendapatkan hidup kekal itu, dan karenanya Ia telah turun dari surga, sehingga sekarang manusia dengan mudah bisa mendapatkan hidup yang kekal dengan percaya kepada Dia.

c) Yesus menyatakan diriNya sebagai roti hidup, dan untuk bisa mendapatkan roti hidup itu, kita harus datang dan percaya kepada Kristus (ay 35).

Perhatikan beberapa hal ini:

1. Yesus baru melipat-gandakan 5 roti dan 2 ikan, tetapi Ia tidak menyatakan diriNya sebagai ‘ikan hidup’, tetapi sebagai ‘roti hidup’. Mengapa? Ingat, bahwa roti itu yang merupakan kebutuhan pokok, sedangkan ikan tidak. Jadi, dengan ini terlihat bahwa Yesus adalah kebutuhan pokok kita!

2. Ay 35 berbicara tentang ‘datang’ dan ‘percaya’ kepada Yesus. Kedua hal ini sebetulnya tidak perlu dibedakan. Datang kepada Kristus sebetulnya sama saja dengan percaya kepada Kristus. Kalau saudara melakukan ini, saudara akan diselamatkan / mendapatkan hidup kekal.

3. Kalau seseorang melakukan ini, Yesus berkata bahwa orang itu ‘tidak akan lapar lagi dan tidak akan haus lagi’ (ay 35b). Artinya: mereka akan dipuaskan.

-AMIN-

7).Penghakiman akhir jaman

Wahyu 20:11-15

Wah 20:11-15 - “(11) Lalu aku melihat suatu takhta putih yang besar dan Dia, yang duduk di atasnya. Dari hadapanNya lenyaplah bumi dan langit dan tidak ditemukan lagi tempatnya. (12) Dan aku melihat orang-orang mati, besar dan kecil, berdiri di depan takhta itu. Lalu dibuka semua kitab. Dan dibuka juga sebuah kitab lain, yaitu kitab kehidupan. Dan orang-orang mati dihakimi menurut perbuatan mereka, berdasarkan apa yang ada tertulis di dalam kitab-kitab itu. (13) Maka laut menyerahkan orang-orang mati yang ada di dalamnya, dan maut dan kerajaan maut menyerahkan orang-orang mati yang ada di dalamnya, dan mereka dihakimi masing-masing menurut perbuatannya. (14) Lalu maut dan kerajaan maut itu dilemparkanlah ke dalam lautan api. Itulah kematian yang kedua: lautan api. (15) Dan setiap orang yang tidak ditemukan namanya tertulis di dalam kitab kehidupan itu, ia dilemparkan ke dalam lautan api itu”.

I) Yang menghakimi.

Wahyu 20: 11-12: “(11) Lalu aku melihat suatu takhta putih yang besar dan Dia, yang duduk di atasnya. Dari hadapanNya lenyaplah bumi dan langit dan tidak ditemukan lagi tempatnya. (12) Dan aku melihat orang-orang mati, besar dan kecil, berdiri di depan takhta itu. Lalu dibuka semua kitab. Dan dibuka juga sebuah kitab lain, yaitu kitab kehidupan. Dan orang-orang mati dihakimi menurut perbuatan mereka, berdasarkan apa yang ada tertulis di dalam kitab-kitab itu”.

1) Ada suatu takhta putih besar.

a) Takhta.

The Bible Illustrator (NT): “‘I saw a throne.’ There is a throne now, but men do not see it. There is a real government now, but it will be a visible one then. You know the sceptic has doubts, because he cannot see. He says, ‘Where is God, and whom is the throne? I have never seen it.’ Did you ever see the throne of England? I never did - but you know there is one; you know there is a government. I never saw the Queen, and I dare say many of you have not seen her, but you know there is a Queen. I never saw the great King, but He is here. He reigns; and by and by His throne will become visible, and faith and doubt will be lost in sight, and the believer will say, ‘It is He’; and the infidel will say, ‘It is He’; and there will be no more doubting and no more believing - it will be sight” (= ‘Aku melihat suatu takhta’. Di sana ada sebuah takhta sekarang, tetapi manusia tidak melihatnya. Di sana ada suatu pemerintahan yang nyata sekarang, tetapi itu akan merupakan suatu pemerintahan yang kelihatan pada saat itu. Engkau tahu orang-orang yang skeptik / suka ragu-ragu mempunyai keraguan, karena ia tidak bisa melihat. Ia berkata: ‘Dimanakah Allah, dan siapakah takhta itu? Aku tak pernah melihatnya’. Apakah engkau pernah melihat takhta Inggris? Aku tidak pernah melihatnya - tetapi engkau tahu takhta itu ada; engkau tahu di sana ada suatu pemerintahan. Aku tak pernah melihat sang Ratu, dan aku berani mengatakan banyak dari kalian yang tidak pernah melihatnya, tetapi engkau tahu di sana ada seorang Ratu. Aku tidak pernah melihat sang Raja yang besar / agung, tetapi Ia ada di sini. Ia bertakhta; dan segera takhtaNya akan menjadi kelihatan, dan iman dan keraguan akan hilang dalam penglihatan, dan orang percaya akan berkata: ‘Itu adalah Dia’; dan orang kafir akan berkata: ‘Itu adalah Dia’; dan di sana tidak akan ada lagi keraguan dan kepercayaan / iman - yang ada adalah penglihatan).

Tetapi kalau saudara baru ‘percaya’ pada saat itu, karena saudara sudah melihat, itu bukan iman, dan itu tidak akan menyelamatkan saudara! Jadi, percayalah sekarang, dan jangan menunda!

b) Takhta itu besar dan berwarna putih.

Jamieson, Fausset & Brown: “‘Great.’ - in contrast to the ‘thrones’ (Rev. 20:4). ‘White’ - emblem of purity and justice” [= ‘Besar’ - dikontraskan dengan ‘takhta-takhta’ (Wah 20:4). ‘Putih’ - simbol dari kemurnian dan keadilan].

Wiersbe: “It is white because it represents the unchanging holiness of God; He is not a respecter of persons” (= Takhta itu putih karena itu mewakili kekudusan yang tidak berubah dari Allah; Ia bukanlah seorang yang suka pilih kasih).

2) Siapa yang duduk di atas takhta itu?

Ada yang menganggap bahwa yang menghakimi ini adalah Allah (Bapa).

Ay 12: “Dan aku melihat orang-orang mati, besar dan kecil, berdiri di depan takhta itu. Lalu dibuka semua kitab. Dan dibuka juga sebuah kitab lain, yaitu kitab kehidupan. Dan orang-orang mati dihakimi menurut perbuatan mereka, berdasarkan apa yang ada tertulis di dalam kitab-kitab itu”.

KJV: ‘stand before God’ (= berdiri di depan Allah).

RSV/NIV/NASB: ‘standing before the throne’ (= berdiri di depan takhta itu).

Tentang apakah yang duduk itu Allah (Bapa) atau Kristus, tidak menjadi masalah.

Barclay: “the unity of the Father and the Son is such that there is no difficulty in ascribing the action of the one to the other” (= kesatuan Bapa dan Anak adalah sedemikian rupa sehingga tidak ada kesukaran untuk menganggap tindakan dari yang satu sebagai tindakan dari yang lain) - hal 195.

Homer Hailey: “The idea that God judges, and yet Christ judges, should present no problem; for Jesus taught that He and the Father are one - one in Godhood, purpose, and work (John 10:30; 14:10). Later Paul taught that God’s judgment would be carried out through Jesus Christ (Acts 17:31; Rom. 2:16)” [= Gagasan bahwa Allah menghakimi, tetapi Kristus menghakimi, tidak perlu memberikan problem; karena Yesus mengajar bahwa Ia dan Bapa adalah satu - satu dalam keAllahan, tujuan / rencana, dan pekerjaan (Yoh 10:30; 14:10). Belakangan Paulus mengajarkan bahwa penghakiman Allah akan dilaksanakan melalui Yesus Kristus (Kis 17:31; Ro 2:16)] - ‘Revelation’, hal 400.

Kis 17:31 - “Karena Ia telah menetapkan suatu hari, pada waktu mana Ia dengan adil akan menghakimi dunia oleh seorang yang telah ditentukanNya, sesudah Ia memberikan kepada semua orang suatu bukti tentang hal itu dengan membangkitkan Dia dari antara orang mati.’”.

Ro 2:16 - “Hal itu akan nampak pada hari, bilamana Allah, sesuai dengan Injil yang kuberitakan, akan menghakimi segala sesuatu yang tersembunyi dalam hati manusia, oleh Kristus Yesus”.

Tetapi tetap, secara strict / ketat, saya berpendapat bahwa yang duduk untuk menghakimi di sini harus adalah Kristus.

Jamieson, Fausset & Brown: “‘Him that sat on it.’ - the Son, to whom ‘the Father hath committed all judgment.’ God in Christ, i. e., the Father represented by the Son, before whose judgment-seat we must all stand” (= ‘Dia, yang duduk di atasnya’. - sang Anak, kepada siapa ‘Bapa telah menyerahkan penghakiman itu seluruhnya’. Allah dalam Kristus, yaitu sang Bapa diwakili oleh sang Anak, di depan takhta penghakiman siapa kita semua harus berdiri).

Bdk. Yoh 5:22-23,27 - “(22) Bapa tidak menghakimi siapapun, melainkan telah menyerahkan penghakiman itu seluruhnya kepada Anak, (23) supaya semua orang menghormati Anak sama seperti mereka menghormati Bapa. Barangsiapa tidak menghormati Anak, ia juga tidak menghormati Bapa, yang mengutus Dia. ... (27) Dan Ia telah memberikan kuasa kepadaNya untuk menghakimi, karena Ia adalah Anak Manusia”.

2Tim 4:1 - “Di hadapan Allah dan Kristus Yesus yang akan menghakimi orang yang hidup dan yang mati, aku berpesan dengan sungguh-sungguh kepadamu demi penyataanNya dan demi KerajaanNya”.

Bdk. Mat 25:31-46.

Barnes’ Notes: “‘Stand before God.’ That is, they appear thus to be judged. The word ‘God’ here must naturally refer to the final Judge on the throne, and there can be no doubt (see Matt. 25:31) that this is the Lord Jesus. Compare 2 Cor. 5:10. None can judge the secrets of the heart; none can pronounce on the moral character of all mankind, of all countries and ages, and determine their everlasting allotment, but he who is divine” [= ‘Berdiri di depan Allah’. Artinya, mereka hadir / muncul seperti itu untuk dihakimi. Kata ‘Allah’ di sini tentu saja harus menunjuk kepada Hakim terakhir pada takhta, dan tidak ada keraguan (lihat Mat 25:31) bahwa ini adalah Tuhan Yesus. Bdk. 2Kor 5:10. Tidak ada yang bisa menghakimi rahasia-rahasia dari hati; tidak ada yang bisa menyatakan karakter moral dari umat manusia, dari semua negara dan jaman, dan menentukan bagian kekal mereka, kecuali Ia yang adalah Ilahi / Allah].

2Kor 5:10 - “Sebab kita semua harus menghadap takhta pengadilan Kristus, supaya setiap orang memperoleh apa yang patut diterimanya, sesuai dengan yang dilakukannya dalam hidupnya ini, baik ataupun jahat”.

Charles Hodge: “As Christ is to be the judge, as all men are to appear before him, as the secrets of the hearts are to be the grounds of judgment, it is obvious that the sacred writers believed Christ to be a divine person, for nothing less than omniscience could qualify any one for the office here ascribed to our Lord” (= Karena Kristus akan menjadi Hakim, karena semua orang akan menghadap di hadapanNya, karena rahasia dari hati adalah dasar penghakiman, jelaslah bahwa penulis-penulis sakral / kudus percaya bahwa Kristus adalah Pribadi ilahi, karena hanya kemahatahuan yang bisa memenuhi syarat bagi siapapun untuk jabatan / tugas yang di sini dianggap sebagai milik Tuhan kita) - ‘I & II Corinthians’, hal 501.

II) Yang dihakimi.

1) Semua orang akan dihakimi.

Ay 13: “Maka laut menyerahkan orang-orang mati yang ada di dalamnya, dan maut dan kerajaan maut menyerahkan orang-orang mati yang ada di dalamnya, dan mereka dihakimi masing-masing menurut perbuatannya”.

a) Tidak ada tempat untuk bersembunyi dan lolos dari penghakiman ini karena langit dan bumi akan lenyap.

1. Lenyapnya langit dan bumi.

Ay 11b: “Dari hadapanNya lenyaplah bumi dan langit dan tidak ditemukan lagi tempatnya”.

Ay 11b ini sesuai dengan 2Pet 3:10,12b - “(10) Tetapi hari Tuhan akan tiba seperti pencuri. Pada hari itu langit akan lenyap dengan gemuruh yang dahsyat dan unsur-unsur dunia akan hangus dalam nyala api, dan bumi dan segala yang ada di atasnya akan hilang lenyap. ... (12b) Pada hari itu langit akan binasa dalam api dan unsur-unsur dunia akan hancur karena nyalanya”.

Hilang-lenyapnya langit dan bumi juga dinyatakan dalam banyak ayat lain seperti Maz 102:26-28 Yes 51:6 Mat 24:35 / Mark 13:31 / Luk 21:33 Luk 16:17 Wah 21:1. Karena itu saya menganggap aneh bahwa ternyata ada banyak penafsir yang mengatakan bahwa langit dan bumi itu bukannya dimusnahkan tetapi diperbaharui.

Istilah ‘langit dan bumi yang baru’ dalam Wah 21:1 tidak berarti bahwa langit dan bumi yang lama diperbaharui. Yang lama dihancurkan, dan Allah menciptakan yang baru.

Bible Knowledge Commentary: “The new heaven and new earth described in chapter 21 has no similarity to the present earth and heaven” (= Langit dan bumi yang baru yang digambarkan dalam pasal 21 tidak mempunyai kemiripan dengan langit dan bumi yang sekarang ini).

2. Lenyapnya langit dan bumi yang sekarang ini menyebabkan tidak mungkin ada siapapun yang bisa bersembunyi dan lolos dari penghakiman ini.

Wiersbe: “Heaven and earth flee away; there is no place for the lost sinner to hide! The Judge on the throne is Jesus Christ (John 5:22-23). Today He is the Savior of the world; on that day, He will be the righteous Judge” [= Langit dan bumi akan hilang; di sana tidak ada tempat bagi orang berdosa yang terhilang untuk bersembunyi! Sang Hakim pada takhta adalah Yesus Kristus (Yoh 5:22-23). Sekarang Ia adalah Juruselamat dunia; pada hari itu, Ia akan menjadi Hakim yang benar / adil].

Bdk. Wah 6:12-17 - “(12) Maka aku melihat, ketika Anak Domba itu membuka meterai yang keenam, sesungguhnya terjadilah gempa bumi yang dahsyat dan matahari menjadi hitam bagaikan karung rambut dan bulan menjadi merah seluruhnya bagaikan darah. (13) Dan bintang-bintang di langit berjatuhan ke atas bumi bagaikan pohon ara menggugurkan buah-buahnya yang mentah, apabila ia digoncang angin yang kencang. (14) Maka menyusutlah langit bagaikan gulungan kitab yang digulung dan tergeserlah gunung-gunung dan pulau-pulau dari tempatnya. (15) Dan raja-raja di bumi dan pembesar-pembesar serta perwira-perwira, dan orang-orang kaya serta orang-orang berkuasa, dan semua budak serta orang merdeka bersembunyi ke dalam gua-gua dan celah-celah batu karang di gunung. (16) Dan mereka berkata kepada gunung-gunung dan kepada batu-batu karang itu: ‘Runtuhlah menimpa kami dan sembunyikanlah kami terhadap Dia, yang duduk di atas takhta dan terhadap murka Anak Domba itu.’ (17) Sebab sudah tiba hari besar murka mereka dan siapakah yang dapat bertahan?”.

Perhatikan khususnya Wah 6:16 itu, yang menunjukkan bahwa mereka kelihatannya ingin menyembunyikan diri terhadap murka Anak Domba (Yesus) itu, tetapi ini semua tidak mungkin terjadi. Bukan hanya gunung-gunung atau batu-batu karang yang mereka harapkan bisa menyembunyikan diri mereka, tetapi bahkan dunia inipun akan musnah. Karena itu, tidak bisa ada yang bersembunyi, semua harus menghadap takhta penghakiman Kristus!

b) Orang-orang besar atau kecil akan dihakimi.

Ay 12: “Dan aku melihat orang-orang mati, besar dan kecil, berdiri di depan takhta itu. Lalu dibuka semua kitab. Dan dibuka juga sebuah kitab lain, yaitu kitab kehidupan. Dan orang-orang mati dihakimi menurut perbuatan mereka, berdasarkan apa yang ada tertulis di dalam kitab-kitab itu”.

Kata-kata ‘besar dan kecil’ mewakili semua orang, tanpa kecuali. Kalau di dunia, apalagi di Indonesia, maka orang kecil saja yang pasti diadili, sedangkan orang besar bisa lolos. Tetapi dalam penghakiman akhir jaman, tak ada yang lolos. Kaya atau miskin, tua atau muda, laki-laki atau perempuan, berkedudukan tinggi atau rendah, dari bangsa atau suku bangsa apapun, semua akan dihakimi!

Wycliffe Bible Commentary: “From the judgment for crime exercised by the State, thousands escape every year; in fact, many crimes are not even known to those in authority. But no one will be able to escape this judgment” (= Dari penghakiman untuk kejahatan yang dilakukan oleh Negara, ribuan orang lolos setiap tahun, dalam faktanya, banyak kejahatan bahkan tidak diketahui oleh mereka yang mempunyai otoritas. Tetapi tidak seorangpun akan bisa lolos dari penghakiman ini).

The Bible Illustrator (NT): “We often marvel at the contrast exhibited in the present life, between the circumstances or conditions in which mankind are placed. From the extreme of affluence to the extreme of destitution there are endless varieties of condition, yet, in certain respects, all are equal; the noble and the mean; the richest and the poorest. Surely it ought to make the wealthy set loose to their riches, and the poor think lightly of their poverty, when it is remembered how soon the small and the great will stand alike before God, to be judged according, not to their respective conditions on earth, but each according to his works” (= Kita sering heran melihat kontras yang ditunjukkan dalam kehidupan sekarang ini, antara keadaan-keadaan atau kondisi-kondisi dalam mana umat manusia ditempatkan. Dari kekayaan / kemakmuran yang extrim sampai kemiskinan yang extrim ada variasi kondisi yang tak ada akhirnya, tetapi dalam hal tertentu semua sama; orang-orang yang mulia dan yang hina; orang-orang yang terkaya dan yang termiskin. Ini seharusnya membuat orang kaya melepaskan kekayaan mereka, dan orang miskin meremehkan kemiskinan mereka, pada waktu diingat betapa segera orang kecil dan orang besar akan berdiri secara sama di depan Allah, untuk dihakimi bukan menurut kondisi mereka masing-masing di bumi, tetapi masing-masing menurut perbuatannya).

c) Orang-orang yang sudah mati maupun yang masih hidup akan dihakimi.

Matthew Henry: “not only those that are found alive at the coming of Christ, but all who have died before” (= bukan hanya mereka yang ditemukan hidup pada kedatangan Kristus, tetapi semua yang telah mati sebelumnya).

Bahwa yang akan dihakimi nanti bukan orang mati saja, tetapi juga orang yang masih hidup, terlihat dari ayat-ayat ini:

2Tim 4:1 - “Di hadapan Allah dan Kristus Yesus yang akan menghakimi orang yang hidup dan yang mati, aku berpesan dengan sungguh-sungguh kepadamu demi penyataanNya dan demi KerajaanNya”.

1Pet 4:5 - “Tetapi mereka harus memberi pertanggungan jawab kepada Dia, yang telah siap sedia menghakimi orang yang hidup dan yang mati”.

d) Semua orang mati dibangkitkan, tak peduli dimanapun dan bagaimana keadaan mayat mereka, dan lalu dihakimi.

Ay 12-13: “(12) Dan aku melihat orang-orang mati, besar dan kecil, berdiri di depan takhta itu. Lalu dibuka semua kitab. Dan dibuka juga sebuah kitab lain, yaitu kitab kehidupan. Dan orang-orang mati dihakimi menurut perbuatan mereka, berdasarkan apa yang ada tertulis di dalam kitab-kitab itu. (13) Maka laut menyerahkan orang-orang mati yang ada di dalamnya, dan maut dan kerajaan maut menyerahkan orang-orang mati yang ada di dalamnya, dan mereka dihakimi masing-masing menurut perbuatannya”.

Mayat-mayat dari orang-orang mati ini ada di tempat-tempat yang beraneka ragam, tetapi semua akan dibangkitkan.

1. Kuburan akan menyerahkan orang-orang yang ada di dalamnya.

Yoh 5:28-29 - “(28) Janganlah kamu heran akan hal itu, sebab saatnya akan tiba, bahwa semua orang yang di dalam kuburan akan mendengar suaraNya, (29) dan mereka yang telah berbuat baik akan keluar dan bangkit untuk hidup yang kekal, tetapi mereka yang telah berbuat jahat akan bangkit untuk dihukum”.

Bdk. Kis 24:15 - “Aku menaruh pengharapan kepada Allah, sama seperti mereka juga, bahwa akan ada kebangkitan semua orang mati, baik orang-orang yang benar maupun orang-orang yang tidak benar”.

2. Laut akan menyerahkan orang-orang yang ada di dalamnya (ay 13a).

Barnes’ Notes: “‘And the sea gave up the dead which were in it.’ All that had been buried in the depths of ocean. This number in the aggregate will be great. If we include all who were swept off by the flood, and all who have perished by shipwreck, and all who have been killed in naval battles and buried in the sea, and all who have been swept away by inundations of the ocean, and all who have peacefully died at sea, as sailors, or in the pursuits of commerce or benevolence, the number in the aggregate will be immense - a number so vast that it was proper to notice them particularly in the account of the general resurrection and the last judgment” (= ‘Dan laut menyerahkan orang mati yang ada di dalamnya’. Semua yang telah dikubur dalam kedalaman lautan. Jumlah orang-orang ini secara keseluruhannya akan besar. Jika kita mencakup semua yang disapu oleh air bah, dan semua yang binasa karena kecelakaan kapal / kapal tenggelam, dan semua yang telah dibunuh dalam perang di laut dan dikubur di laut, dan semua yang telah disapu oleh banjir lautan / meluapnya lautan, dan semua yang mati dengan damai di laut, seperti pelaut-pelaut, atau dalam pengejaran perdagangan atau perbuatan baik, jumlah keseluruhannya akan sangat besar - suatu jumlah yang begitu banyak sehingga adalah benar untuk memperhatikan mereka secara khusus dalam cerita tentang kebangkitan umum dan penghakiman terakhir).

3. Maut akan menyerahkan orang-orang yang ada di dalamnya (ay 13b).

Adam Clarke: “‘And death.’ All who died by any kind of disease. Death is here personified, and represented as a keeper of defunct human beings; probably no more than earth or the grave is meant, as properly belonging to the empire of death” (= ‘Dan kematian / maut’. Semua yang mati oleh jenis penyakit apapun. Kematian di sini dipersonifikasikan, dan digambarkan sebagai seorang penjaga dari orang mati; mungkin yang dimaksudkan tidak lebih dari bumi atau kubur, karena secara benar merupakan milik dari kekaisaran kematian).

Saya berpendapat bahwa yang dimaksudkan bukan hanya orang yang mati karena penyakit apapun, tetapi juga orang yang mati karena sebab lain apapun, seperti dibunuh, bunuh diri, kecelakaan, serangan teroris, dan sebagainya.

4. HADES (kerajaan maut) akan menyerahkan orang-orang yang di dalamnya.

Ay 13b: “dan maut dan kerajaan maut (Yunani: HADES) menyerahkan orang-orang mati yang ada di dalamnya”.

KJV: ‘and death and hell delivered up the dead which were in them’ (= dan maut dan neraka menyerahkan orang mati yang ada di dalamnya).

Kata Yunani yang dipakai adalah HADES, dan sekalipun kadang-kadang bisa diterjemahkan sebagai ‘neraka’, seperti dalam Luk 16:23, tetapi saya berpendapat bahwa di sini tidak mungkin diterjemahkan seperti itu.

a. Ada yang menganggap bahwa Hades adalah tempat dari roh-roh orang mati.

Adam Clarke: “‘And hell.’ Hadees, Hades, the place of separate spirits. The sea and death have the bodies of all human beings; hades has their spirits. That they may be judged, and punished or rewarded according to their works, their bodies and souls must be reunited; hades, therefore, gives up the spirits; and the sea and the earth give up the bodies” (= ‘Dan neraka’. HADES, Hades, tempat dari roh-roh yang terpisah. Laut dan maut / kematian mempunyai tubuh-tubuh dari semua manusia; Hades mempunyai roh-roh mereka. Supaya mereka bisa dihakimi, dan dihukum atau diberi pahala sesuai dengan perbuatan mereka, tubuh-tubuh dan jiwa-jiwa mereka harus dipersatukan kembali; karena itu, Hades menyerahkan roh-roh; dan laut dan bumi menyerahkan tubuh-tubuh).

Catatan: perhatikan bahwa ay 13b TIDAK mengatakan bahwa Hades menyerahkan ‘roh-roh’, tetapi menyerahkan ‘orang-orang mati’! Disamping itu, dalam sepanjang Kitab Suci, kata Hades / Sheol tidak pernah menunjuk pada tempat roh-roh orang mati. Karena itu, saya tidak setuju dengan penafsiran Adam Clarke ini.

b. Hades dianggap sebagai ‘keadaan kematian’.

William Hendriksen: “It is evident that the term ‘Hades’ as used here cannot mean hell or grave. It signifies the state of disembodied existence. It refers to the state of death which results when life ceases and when body and soul separate. Thus Hades always follows death (Rev. 6:8)” [= Adalah jelas bahwa istilah ‘Hades’ seperti yang digunakan di sini tidak bisa berarti ‘neraka’ atau ‘kuburan’. Itu menunjuk pada keadaan keberadaan tanpa tubuh. Itu menunjuk pada keadaan kematian yang terjadi pada waktu kehidupan berhenti dan pada waktu tubuh dan jiwa terpisah. Karena itu, Hades selalu mengikuti maut / kematian (Wah 6:8)] - ‘More Than Conquerors’, hal 57.

Wah 6:8 - “Dan aku melihat: sesungguhnya, ada seekor kuda hijau kuning dan orang yang menungganginya bernama Maut dan kerajaan maut mengikutinya. Dan kepada mereka diberikan kuasa atas seperempat dari bumi untuk membunuh dengan pedang, dan dengan kelaparan dan sampar, dan dengan binatang-binatang buas yang di bumi”.

Catatan: saya tidak mengerti mengapa William Hendriksen menganggap bahwa Hades di sini tidak mungkin menunjuk pada ‘kuburan’. Menurut saya, kata Hades di sini bisa menunjuk pada ‘keadaan kematian’ atau pada ‘kuburan’.

e) Orang-orang percaya maupun tidak percaya akan dihakimi.

Pkh 3:17 - “Berkatalah aku dalam hati: ‘Allah akan mengadili baik orang yang benar maupun yang tidak adil, karena untuk segala hal dan segala pekerjaan ada waktunya.’”.

2Kor 5:10 - “Sebab kita semua harus menghadap takhta pengadilan Kristus, supaya setiap orang memperoleh apa yang patut diterimanya, sesuai dengan yang dilakukannya dalam hidupnya ini, baik ataupun jahat”.

Bdk. Mat 25:31-46.

Jadi, ini merupakan suatu penghakiman yang dilakukan, baik terhadap orang percaya maupun orang yang tidak percaya. Ini bertentangan dengan ajaran Premilleniarisme, yang mengatakan bahwa orang-orang benar akan bangkit dulu, dihakimi, dan setelah 1000 tahun baru ada kebangkitan dari orang-orang jahat, dan penghakiman atas diri mereka.

Tetapi kalau orang-orang percaya juga dihakimi, maka muncul suatu problem, karena kelihatannya ini bertentangan dengan Yoh 5:24.

Yoh 5:24 - “Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa mendengar perkataanKu dan percaya kepada Dia yang mengutus Aku, ia mempunyai hidup yang kekal dan tidak turut dihukum, sebab ia sudah pindah dari dalam maut ke dalam hidup”.

KJV: ‘shall not come into condemnation’ (= tidak akan dihukum).

RSV/NASB: ‘does not come into judgment’ (= tidak akan dihakimi).

NIV: ‘will not be condemned’ (= tidak akan dihukum).

Sebetulnya, yang hurufiah adalah terjemahan dari RSV/NASB, karena kata Yunani yang digunakan di sini berasal dari kata dasar yang sama dengan kata ‘dihakimi’ yang digunakan dalam Wah 20:12,13.

Jadi, bagaimana pengharmonisan dari 2 bagian yang kelihatannya kontradiksi ini?

Pulpit Commentary: “We read in John 5:24 that he that believeth shall not come into judgment; and yet we read elsewhere, ‘We must all stand before the judgment seat of Christ:’ how is this? Reply: Believers, with others, will be made manifest before the judgment seat of Christ; but their manifestation will be that of pardoned and of sanctified men, whose guilt is cancelled and whose sin is removed. Surely, when this is taken into account, the difficulty ceases. There will be no such judgment as involves condemnation” [= Kita membaca dalam Yoh 5:24 bahwa ia yang percaya tidak akan dihakimi; tetapi kita membaca di tempat lain, ‘kita semua harus menghadap takhta pengadilan Kristus’ (2Kor 5:10); bagaimana ini? Jawab: Orang-orang percaya, bersama dengan orang-orang lain, akan dihadirkan di depan takhta pengadilan Kristus; tetapi mereka dihadirkan sebagai orang-orang yang diampuni dan dikuduskan, yang kesalahannya sudah dihapuskan dan yang dosanya dibersihkan. Pasti, pada waktu hal ini diperhatikan, kesukarannya berhenti / hilang. Di sana tidak akan ada penghakiman yang melibatkan penghukuman] - hal 491.

III) Dasar penghakiman.

1) Pembukaan semua kitab, dan juga kitab kehidupan.

Ay 12: “Dan aku melihat orang-orang mati, besar dan kecil, berdiri di depan takhta itu. Lalu dibuka semua kitab. Dan dibuka juga sebuah kitab lain, yaitu kitab kehidupan. Dan orang-orang mati dihakimi menurut perbuatan mereka, berdasarkan apa yang ada tertulis di dalam kitab-kitab itu”.

Bdk. Dan 7:10 - “suatu sungai api timbul dan mengalir dari hadapanNya; seribu kali beribu-ribu melayani Dia, dan selaksa kali berlaksa-laksa berdiri di hadapanNya. Lalu duduklah Majelis Pengadilan dan dibukalah Kitab-kitab”.

a) Jelas bahwa ‘semua kitab’ maupun ‘kitab kehidupan’ bukan merupakan istilah yang bersifat hurufiah, tetapi simbolis. Alasannya: Allah itu maha tahu dan tidak pikun, sehingga jelas Ia tidak membutuhkan catatan dalam kitab apapun untuk mengingat apapun.


Homer Hailey: “These are not literal books ... The books sybolizes the divine record of the lives and deeds of all who have lived. Pieters has well expressed it: ‘The books evidently stand for the omniscience of God the Judge, to whom nothing is unknown, and by whom nothing is forgotten’ (p 313), except what He wills to forget (Heb. 8:12)” [= Ini bukan betul-betul kitab-kitab secara hurufiah ... Kitab-kitab ini menyimbolkan catatan ilahi tentang kehidupan-kehidupan dan tindakan-tindakan dari semua orang yang pernah hidup. Pieters telah menyatakan dengan baik hal ini: ‘Kitab-kitab itu dengan jelas mewakili kemahatahuan Allah sang Hakim, bagi siapa tidak ada yang tak diketahui, dan oleh siapa tak ada yang dilupakan’ (hal 313), kecuali apa yang Ia kehendaki untuk dilupakan (Ibr 8:12)] - ‘Revelation’, hal 401.

Ibrani 8:12 - “Sebab Aku akan menaruh belas kasihan terhadap kesalahan mereka dan tidak lagi mengingat dosa-dosa mereka.’”.

b) Kitab apa saja yang dimaksud dengan ‘semua kitab’?

1. Yang jelas ay 12b mengatakan bahwa kitab-kitab itu mencatat perbuatan manusia, yang akan dijadikan dasar penghakiman.

Kitab yang mencatat dosa-dosa kita selama ini tetap ditutup, dan baru dibuka pada akhir jaman itu. Tidak heran jaman sekarang belum ada keadilan yang sempurna!

a. Semua perbuatan, kata-kata, pikiran / hal-hal yang tersembunyi, tercatat dari hari ke hari.

The Bible Illustrator (NT): “Nothing escapes its watchful eye. Every sin is duly marked, every corrupt imagination, every wrong principle, indulged in or professed. Every idle word, every unhallowed thought, goes to swell the score. Even if our sins were as frequent as our breathing, the account goes on day after day; pages are filled till the last awful hour has come, when the sinner beholds the magnitude of his transgressions” (= Tidak ada yang lolos dari mata yang mengawasi. Setiap dosa diperhatikan / ditandai dengan seharusnya, setiap khayalan yang jahat, setiap prinsip yang salah, yang dituruti sesuka hatinya atau yang diakui. Setiap kata yang sia-sia / tak berarti, setiap pikiran yang tidak kudus, membuat angka membengkak. Bahkan jika dosa-dosa kita sama seringnya dengan nafas kita, penghitungan berjalan terus dari hari ke hari; halaman-halaman dipenuhi sampai saat terakhir yang mengerikan telah tiba, pada saat orang berdosa melihat besarnya pelanggaran-pelanggarannya).

b. Semua yang tercatat itu akan dihakimi.

Pulpit Commentary: “WE ARE ALSO TOLD WHAT WILL BE JUDGED. 1. Deeds (2 Cor 5:10). 2. Words (Matt 12:36,37). 3. Thoughts (1 Cor 4:3-5). 4. Secret things (Rom 2:16). 5. ‘Every secret thing’ (Eccl 12:14). ‘There is nothing covered, that shall not be revealed; and hid, that shall not be known.’” [= Kita juga diberitahu apa yang akan dihakimi. 1. Tindakan-tindakan (2Kor 5:10). 2. Kata-kata (Mat 12:36,37). 3. Pikiran-pikiran (1Kor 4:3-5). 4. Hal-hal yang rahasia / tersembunyi (Ro 2:16). 5. ‘Setiap hal yang rahasia / tersembunyi’ (Pkh 12:14). ‘Karena tidak ada sesuatupun yang tertutup yang tidak akan dibuka dan tidak ada sesuatupun yang tersembunyi yang tidak akan diketahui’] - hal 489.

2Kor 5:10 - “Sebab kita semua harus menghadap takhta pengadilan Kristus, supaya setiap orang memperoleh apa yang patut diterimanya, sesuai dengan yang dilakukannya dalam hidupnya ini, baik ataupun jahat”.

Mat 12:36-37 - “(36) Tetapi Aku berkata kepadamu: Setiap kata sia-sia yang diucapkan orang harus dipertanggungjawabkannya pada hari penghakiman. (37) Karena menurut ucapanmu engkau akan dibenarkan, dan menurut ucapanmu pula engkau akan dihukum.’”.

1Kor 4:5 - “Karena itu, janganlah menghakimi sebelum waktunya, yaitu sebelum Tuhan datang. Ia akan menerangi, juga apa yang tersembunyi dalam kegelapan, dan Ia akan memperlihatkan apa yang direncanakan di dalam hati. Maka tiap-tiap orang akan menerima pujian dari Allah”.

Ro 2:16 - “Hal itu akan nampak pada hari, bilamana Allah, sesuai dengan Injil yang kuberitakan, akan menghakimi segala sesuatu yang tersembunyi dalam hati manusia, oleh Kristus Yesus”.

Pkh 12:14 - “Karena Allah akan membawa setiap perbuatan ke pengadilan yang berlaku atas segala sesuatu yang tersembunyi, entah itu baik, entah itu jahat”.

Bagian akhir dari kutipan di atas mengutip Mat 10:26 - “Jadi janganlah kamu takut terhadap mereka, karena tidak ada sesuatupun yang tertutup yang tidak akan dibuka dan tidak ada sesuatupun yang tersembunyi yang tidak akan diketahui”.

Bdk. Ibr 4:13 - “Dan tidak ada suatu makhlukpun yang tersembunyi di hadapanNya, sebab segala sesuatu telanjang dan terbuka di depan mata Dia, yang kepadaNya kita harus memberikan pertanggungan jawab”.

c. Ini seharusnya menyebabkan kita mengekang diri terhadap dosa, dan didorong pada ketataan.

The Bible Illustrator (NT): “when we hear of the books to be opened at the judgment, and of men being judged out of those things which are written in the books, we are, in effect, reminded that the actions which we day by day commit, the very words we speak and the thoughts we indulge, contribute the materials for a final reckoning, upon the issue of which will be suspended eternal joy or eternal shame. This regard to the inevitable connection between conduct in this life and our portion in eternity, would serve alike to restrain from iniquity and impel to obedience” (= pada waktu kita mendengar tentang kitab-kitab yang akan dibuka pada penghakiman, dan tentang orang-orang yang dihakimi dengan hal-hal yang tertulis dalam kitab-kitab itu, sebenarnya kita diingatkan bahwa tindakan-tindakan yang kita lakukan hari demi hari, kata-kata yang kita katakan dan pikiran-pikiran yang turuti sesuka hati kita, menyumbangkan bahan-bahan untuk suatu perhitungan akhir, pada hasil mana tergantung sukacita yang kekal atau rasa malu yang kekal. Hubungan yang tak terhindarkan antara tingkah laku dalam kehidupan ini dan bagian kita dalam kekekalan, akan berfungsi secara sama untuk mengekang dari kejahatan dan mendorong pada ketaatan).

d. Banyak kitab-kitab versus satu kitab kehidupan.

The Bible Illustrator (NT): “It must not be overlooked, however, that while mention is made of books of several volumes of account - out of which the dead will be judged, ALLUSION IS MADE TO BUT ONE BOOK OF LIFE, containing the names of those who would be saved. Possibly an intimation is hereby conveyed as to the comparative fewness of the saved. Yet another interpretation of the difference is, that, whereas there are many different methods by which men may go to perdition, there is but one way of life. It is not alone the heathen, who never heard of a Redeemer; nor the infidel, who professed to disbelieve the existence of God or a revelation; nor the heretic, who corrupted the truth and turned the grace of God into lasciviousness; not alone the scoffer, the profligate, the profane, who will be excluded from heaven; but the impenitent, the unbelieving, the unconverted, the ungodly - all who have refused to lay hold of the salvation which is offered in the gospel” (= Tetapi tidak boleh diabaikan, bahwa sekalipun disebutkan beberapa kitab laporan / catatan - dengan mana orang-orang mati akan dihakimi, hanya dibuat kiasan tentang satu kitab kehidupan, yang berisikan nama-nama dari mereka yang akan diselamatkan. Mungkin di sini ada suatu petunjuk / isyarat yang diberikan berkenaan dengan relatif sedikitnya orang yang selamat. Tetapi penafsiran yang lain tentang perbedaan ini adalah bahwa sekalipun ada banyak metode yang berbeda-beda dengan mana orang-orang bisa pergi ke neraka / penghukuman, tetapi hanya ada satu jalan kehidupan. Bukan hanya orang-orang kafir, yang tidak pernah mendengar tentang seorang Penebus; ataupun orang yang tidak beragama, yang mengaku tidak percaya terhadap keberadaan Allah atau suatu wahyu; atau orang sesat, yang merusak kebenaran dan membalikkan kasih karunia Allah menjadi nafsu; bukan hanya pengejek-pengejek, orang yang jahat / boros, orang yang duniawi / najis, yang akan tidak masuk surga; tetapi juga orang-orang yang tidak menyesal, orang-orang yang tidak percaya, orang yang tidak bertobat, orang yang jahat / tidak religius - semua yang telah menolak untuk memperoleh keselamatan yang ditawarkan dalam Injil).

e. Penghakiman juga memperhitungkan iman kita.

Adam Clarke: “‘According to their works.’ And according to their faith also, for their works would be the proof whether their faith were true or false; but faith exclusively could be no rule in such a procedure” (= ‘Menurut perbuatan mereka’. Dan menurut iman mereka juga, karena perbuatan mereka akan menjadi bukti apakah iman mereka benar atau salah; tetapi iman secara exklusif tidak bisa menjadi standard dalam prosedur seperti itu).

Saya berpendapat bahwa bagian terakhir (yang saya garis-bawahi) itu salah. Iman menjadi standard yang exklusif untuk menentukan apakah seseorang masuk surga atau neraka. Bahwa hal ini memang benar, terbukti dengan dibukanya kitab kehidupan. Orang yang namanya tercantum di sana adalah orang yang sungguh-sungguh beriman, dan hanya mereka yang akan masuk surga. Jadi, jelas bahwa iman memang dijadikan standard untuk menentukan apakah seseorang masuk surga atau tidak. Sedangkan perbuatan, atau diperhitungkan sebagai bukti iman, atau sebagai standard untuk menentukan tingkat pahala di surga maupun tingkat hukuman di neraka.

f. Bagaimana dengan dosa-dosa dari orang-orang percaya?

Semua dosa dari orang-orang percaya sudah dihapuskan oleh darah Kristus, dan tidak akan diingat-ingat lagi oleh Allah sampai selama-lamanya.

Bandingkan dengan ayat-ayat di bawah ini:

· Yes 43:25 - “Aku, Akulah Dia yang menghapus dosa pemberontakanmu oleh karena Aku sendiri, dan Aku tidak mengingat-ingat dosamu”.

· Yer 31:34 - “Dan tidak usah lagi orang mengajar sesamanya atau mengajar saudaranya dengan mengatakan: Kenallah TUHAN! Sebab mereka semua, besar kecil, akan mengenal Aku, demikianlah firman TUHAN, sebab Aku akan mengampuni kesalahan mereka dan tidak lagi mengingat dosa mereka.’”.

· Yeh 18:21-22 - “(21) Tetapi jikalau orang fasik bertobat dari segala dosa yang dilakukannya dan berpegang pada segala ketetapanKu serta melakukan keadilan dan kebenaran, ia pasti hidup, ia tidak akan mati. (22) Segala durhaka yang dibuatnya tidak akan diingat-ingat lagi terhadap dia; ia akan hidup karena kebenaran yang dilakukannya”.

· Mikha 7:19 - “Biarlah Ia kembali menyayangi kita, menghapuskan kesalahan-kesalahan kita dan melemparkan segala dosa kita ke dalam tubir-tubir laut”.

· Ibr 8:12 - “Sebab Aku akan menaruh belas kasihan terhadap kesalahan mereka dan tidak lagi mengingat dosa-dosa mereka.’”.

Seiss’ Apocalypse: “There is not an ill thought, a mean act, a scene of wrong in all your history, a dirty transaction, a filthiness of speech, or a base feeling that ever found entertainment in your heart, but is there described in bold hand, by its true name, and set down to your account, to be then brought forth for final settlement, if not clean blotted out through faith in Christ’s blood before this present life of yours is ended” (= Tidak ada suatu pikiran buruk, suatu tindakan jahat, suatu adegan yang salah dalam seluruh sejarahmu, suatu transaksi yang kotor, suatu ucapan yang kotor, atau suatu perasaan yang jelek / hina yang menyenangkan yang pernah ditemukan dalam hatimu, yang tidak digambarkan di sana dengan tangan yang berani, dengan sebutan yang sebenarnya, dan dimasukkan dalam tanggunganmu, untuk nanti diajukan untuk penyelesaian akhir, jika tidak dihapuskan melalui iman pada darah Kristus sebelum hidupmu yang sekarang ini berakhir).

The Bible Illustrator (NT): “I remark that there will be a book of unforgiven sins. The iniquities of the righteous will all have been pardoned, and so will not be mentioned. But the sins of the unpardoned will on that day be announced” (= Saya menyatakan bahwa di sana akan ada suatu kitab tentang dosa-dosa yang tidak diampuni. Kejahatan-kejahatan dari orang-orang benar semuanya akan diampuni, dan dengan demikian tidak akan disebutkan. Tetapi dosa-dosa dari orang yang tidak diampuni akan diumumkan pada hari itu).

IVP Bible Background Commentary: New Testament: “All would be judged according to their works (Ps 62:12; Prov 24:12; Jer 17:10; 32:19; Ezek 18:30), but former sinful works canceled by true repentance would not count against the righteous (Ezek 18:21-22)” [= Semua orang akan dihakimi menurut perbuatan mereka (Maz 62:13; Amsal 24:12; Yer 17:10; 32:19; Yeh 19:30), tetapi perbuatan-perbuatan berdosa yang lalu yang dibatalkan oleh pertobatan yang sejati tidak akan diperhitungkan terhadap orang-orang benar (Yeh 18:21-22)].

Maz 62:13 - “dan dari padaMu juga kasih setia, ya Tuhan; sebab Engkau membalas setiap orang menurut perbuatannya”.

Amsal 24:12 - “Kalau engkau berkata: ‘Sungguh, kami tidak tahu hal itu!’ Apakah Dia yang menguji hati tidak tahu yang sebenarnya? Apakah Dia yang menjaga jiwamu tidak mengetahuinya, dan membalas manusia menurut perbuatannya?”.

Yer 17:10 - “Aku, TUHAN, yang menyelidiki hati, yang menguji batin, untuk memberi balasan kepada setiap orang setimpal dengan tingkah langkahnya, setimpal dengan hasil perbuatannya.’”.

Yer 32:19 - “besar dalam rancanganMu dan agung dalam perbuatanMu; mataMu terbuka terhadap segala tingkah langkah anak-anak manusia dengan mengganjar setiap orang sesuai dengan tingkah langkahnya dan sesuai dengan buah perbuatannya”.

Yeh 18:30 - “Oleh karena itu Aku akan menghukum kamu masing-masing menurut tindakannya, hai kaum Israel, demikianlah firman Tuhan ALLAH. Bertobatlah dan berpalinglah dari segala durhakamu, supaya itu jangan bagimu menjadi batu sandungan, yang menjatuhkan kamu ke dalam kesalahan”.

Lenski (hal 606) juga mengatakan bahwa dalam kitab itu hanya tercatat dosa-dosa dari orang-orang yang tidak percaya, sedangkan untuk orang-orang percaya, yang tercatat hanya perbuatan baiknya saja, bahkan yang sudah disempurnakan oleh kebenaran Kristus. Mengapa? Karena dosa mereka sudah dihapuskan oleh darah Kristus (1Yoh 1:7).

1Yoh 1:7 - “Tetapi jika kita hidup di dalam terang sama seperti Dia ada di dalam terang, maka kita beroleh persekutuan seorang dengan yang lain, dan darah Yesus, AnakNya itu, menyucikan kita dari pada segala dosa”.

Jadi, biarpun orang-orang percaya juga dihakimi perbuatannya (2Kor 5:10), tetapi tidak ada perbuatannya yang jahat / dosa yang dihakimi, karena semua sudah dihapuskan, dan tidak lagi diingat-ingat oleh Allah. Yang dihakimi dalam diri mereka hanyalah perbuatan baiknya saja, untuk menentukan pahala mereka.

2Kor 5:10 - “Sebab kita semua harus menghadap takhta pengadilan Kristus, supaya setiap orang memperoleh apa yang patut diterimanya, sesuai dengan yang dilakukannya dalam hidupnya ini, baik ataupun jahat”. Bdk. Mat 25:31-46.

Pkh 12:14 - “Karena Allah akan membawa setiap perbuatan ke pengadilan yang berlaku atas segala sesuatu yang tersembunyi, entah itu baik, entah itu jahat”.

2. Kitab Suci / Alkitab juga termasuk dalam ‘semua kitab’ itu.

Wiersbe: “What books are involved in this final judgment? The Bible will be there, according to John 12:48. The very Word that sinners hear and reject today will judge them on the last day” (= Kitab-kitab apa yang terlibat dalam penghakiman akhir ini? Alkitab akan ada di sana, menurut Yoh 12:48. Firman itu sendiri, yang didengar dan ditolak oleh orang-orang berdosa pada saat ini, akan menghakimi mereka pada hari terakhir).

Yoh 12:48 - “Barangsiapa menolak Aku, dan tidak menerima perkataanKu, ia sudah ada hakimnya, yaitu firman yang telah Kukatakan, itulah yang akan menjadi hakimnya pada akhir zaman”.

Jadi, kalau Alkitab kita termasuk dalam ‘semua kitab’ itu sangat masuk akal dan Alkitabiah, karena ada dasar Kitab Sucinya, yaitu Yoh 12:48.

Tetapi ada yang menafsirkan secara sangat gila bahwa kata-kata ‘semua kitab’ dalam Wah 20:12 itu menunjuk pada seadanya Kitab Suci dari semua agama. Orang-orang Liberal senang dengan tafsiran gila yang sama sekali tidak berdasar ini. Tetapi kebenarannya adalah: Tuhan hanya mempunyai 1 Kitab Suci yang betul-betul merupakan FirmanNya, dan ini saja yang akan Dia jadikan dasar penghakiman, bukan semua Kitab Suci lain, yang bukan merupakan FirmanNya!

Matthew Henry: “‘The books were opened.’ What books? The books of God’s omniscience, who is greater than our consciences, and knows all things (there is a book of remembrance with him both for good and bad); and the book of the sinner’s conscience, which, though formerly secret, will now be opened. And another book shall be opened - the book of the scriptures, the statute-book of heaven, the rule of life. This book is opened as containing the law, the touchstone by which the hearts and lives of men are to be tried. This book determines matter of right; the other books give evidence of matters of fact” [= ‘Kitab-kitab dibuka’. Kitab-kitab apa? Kitab kemaha-tahuan Allah, yang lebih besar dari hati nurani kita, dan mengetahui segala sesuatu (ada suatu kitab ingatan dengan Dia untuk yang baik dan yang jahat); dan kitab dari hati nurani orang berdosa, yang sekalipun dulunya tersembunyi, sekarang akan dibuka. Dan kitab lain yang akan dibuka adalah Kitab Suci, kitab undang-undang surga, peraturan / standard dari kehidupan. Kitab ini dibuka karena berisikan hukum, batu penguji dengan mana hati dan kehidupan manusia diuji. Kitab ini menentukan hal yang benar; kitab-kitab yang lain memberikan bukti tentang faktanya].

The Bible Exposition Commentary (NT): “Jesus Christ will judge these unsaved people on the basis of what is written ‘in the books.’ What books? For one thing, God’s Word will be there. The Word that I have spoken, the same shall judge him in the last day’ (John 12:48). Every sinner will be held accountable for the truth he or she has heard in this life. There will also be a book containing the works of the sinners being judged, though this does not suggest that a person can do good works sufficient to enter heaven (Eph 2:8-9; Titus 3:5). Why, then, will Jesus Christ consider the works, good and bad, of the people before the White Throne? To determine the degree of punishment they will endure in hell. All of these people will be cast into hell. Their personal rejection of Jesus Christ has already determined their destiny. But Jesus Christ is a righteous Judge, and He will assign each sinner the place that he deserves” [= Yesus Kristus akan menghakimi orang-orang yang tidak selamat berdasarkan apa yang tertulis ‘dalam kitab-kitab itu’. Kitab-kitab apa? Yang pertama, Firman Allah akan ada di sana. Firman yang telah Aku katakan, Firman yang sama akan menghakimi dia pada hari terakhir (Yoh 12:48). Setiap orang berdosa akan dianggap bertanggung jawab untuk kebenaran yang telah ia dengar dalam kehidupan ini. Di sana juga akan ada kitab berisikan perbuatan-perbuatan dari orang-orang berdosa yang dihakimi, sekalipun ini tidak berarti bahwa seseorang bisa berbuat baik secara cukup untuk masuk surga (Ef 2:8-9; Titus 3:5). Lalu, mengapa Yesus Kristus akan mempertimbangkan perbuatan, baik dan jahat, dari orang-orang di depan Takhta Putih? Untuk menentukan tingkat hukuman yang akan mereka tanggung di neraka. Semua orang-orang ini akan dilemparkan ke neraka. Penolakan pribadi mereka terhadap Yesus Kristus telah menentukan nasib mereka. Tetapi Yesus Kristus adalah seorang Hakim yang benar / adil, dan Ia akan memberikan setiap orang berdosa tempat yang layak ia dapatkan].

Ef 2:8-9 - “(8) Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, (9) itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan diri”.

Tit 3:5 - “pada waktu itu Dia telah menyelamatkan kita, bukan karena perbuatan baik yang telah kita lakukan, tetapi karena rahmatNya oleh permandian kelahiran kembali dan oleh pembaharuan yang dikerjakan oleh Roh Kudus”.

c) Kitab kehidupan juga dibuka pada saat itu.

1. Kalau kitab kehidupan baru dibuka pada saat itu, bagaimana Yesaya Pariadji bisa berkata bahwa ia melihat namanya dan istrinya dalam satu halaman di dalam kitab kehidupan itu?

Pdt. Drs. Yesaya Pariadji: “tangan Tuhan Yesus menunjuk suatu buku yang sangat besar, ... saya mendengar kalimat, suaraNya: Pariadji, lihat ... namamu tercacat di Sorga sebagai warga Kerajaan Sorga ... Satu halaman dengan istrimu, Etty Darniaty ... Mengapa nama saya dan nama istri saya tercatat sebagai warga Kerajaan Sorga? Kalimat yang kedua, Tuhan Yesus berkata kepada saya: Karena kamu bisa menjadi seorang imam yang kudus di dalam rumah tanggamu” - ‘Majalah Tiberias’, Edisi II / Tahun I, hal 8.

Pdt. Drs. Yesaya Pariadji: “Saya dan istri memang tercatat sebagai warga Kerajaan Sorga. Kami memperoleh janji yang sangat indah, kami dijanjikan akan diundang ke Sorga, karena kami berjanji hidup yang suci di dalam rumah tangga kami” - ‘Majalah Tiberias’, Edisi IV / Tahun II, hal 6.

Kesalahan / kesesatannya bukan hanya karena ia mengatakan telah melihat namanya dan nama istrinya dalam satu halaman, tetapi juga karena hal itu ia dasarkan pada perbuatan baiknya, bukan pada imannya kepada Kristus.

2. Hanya orang yang namanya tertulis dalam kitab kehidupan itu yang masuk surga.

Luk 10:20 - “Namun demikian janganlah bersukacita karena roh-roh itu takluk kepadamu, tetapi bersukacitalah karena namamu ada terdaftar di sorga.’”.

Fil 4:3 - “Bahkan, kuminta kepadamu juga, Sunsugos, temanku yang setia: tolonglah mereka. Karena mereka telah berjuang dengan aku dalam pekabaran Injil, bersama-sama dengan Klemens dan kawan-kawanku sekerja yang lain, yang nama-namanya tercantum dalam kitab kehidupan”.

Catatan: Paulus tahu bahwa nama-nama mereka tercantum dalam kitab kehidupan bukan karena ia melihat kitab kehidupan itu, tetapi karena orang-orang yang ia sebutkan adalah orang-orang percaya, dan karena itu pasti nama mereka tercantum dalam kitab kehidupan. Jadi, ini sangat berbeda dengan Yesaya Pariadji, yang mengaku melihat sendiri namanya dan nama istrinya ada dalam satu halaman dalam kitab kehidupan.

Wah 21:27 - “Tetapi tidak akan masuk ke dalamnya sesuatu yang najis, atau orang yang melakukan kekejian atau dusta, tetapi hanya mereka yang namanya tertulis di dalam kitab kehidupan Anak Domba itu”.

John Stott: “One day the books will be opened, and the dead will be judged by what is written in the books, and everyone whose name is not found written in the Book of Life will be ‘thrown into the lake of fire’ (Rev. 20:11-15). Is your name written in the Lamb’s book of life? You can have a name among men for being alive (like the Church of Sardis) and still have no entry in God’s book of the living. ... Jesus told His disciples to rejoice that their names were ‘written in heaven’ (Lk. 10:20; cf. Heb. 12:23). Can you rejoice like that today?” [= Suatu hari kitab-kitab ini akan dibuka, dan orang mati akan dihakimi berdasarkan apa yang tertulis dalam kitab-kitab ini, dan setiap orang yang namanya tidak ditemukan tertulis dalam Kitab Kehidupan akan ‘dilemparkan ke dalam lautan api’ (Wah 20:11-15). Apakah namamu tertulis dalam kitab kehidupan Anak Domba? Di antara manusia kamu bisa terkenal sebagai orang yang hidup (seperti Gereja Sardis) tetapi tetap tidak masuk dalam kitab orang hidup dari Allah. ... Yesus menyuruh murid-muridNya untuk bersukacita bahwa nama mereka ‘tertulis di surga’ (Luk 10:20; bdk. Ibr 12:23). Bisakah engkau bersukacita seperti itu hari ini?] - hal 97.

Ibr 12:23 - “dan kepada jemaat anak-anak sulung, yang namanya terdaftar di sorga, dan kepada Allah, yang menghakimi semua orang, dan kepada roh-roh orang-orang benar yang telah menjadi sempurna”.

Wah 3:1 - “‘Dan tuliskanlah kepada malaikat jemaat di Sardis: Inilah firman Dia, yang memiliki ketujuh Roh Allah dan ketujuh bintang itu: Aku tahu segala pekerjaanmu: engkau dikatakan hidup, padahal engkau mati!”.

Jamieson, Fausset & Brown: “‘Book of life.’ ... Besides the general book of all, there is a special book for believers, in which their names are written, not for their works, but for Christ’s work for, and in, them: ‘the Lamb’s book of life.’ Electing grace has singled them out from the mass” (= ‘Kitab kehidupan’ ... Disamping kitab yang umum tentang semua, di sana ada kitab yang khusus untuk orang-orang percaya, dalam mana nama-nama mereka dituliskan, bukan karena perbuatan mereka, tetapi karena pekerjaan Kristus bagi, dan di dalam, mereka: ‘kitab kehidupan Anak Domba’. Kasih karunia yang memilih telah memilih mereka dari orang banyak).

Barnes’ Notes: “‘And another book was opened, which is the book of life.’ The book containing the record of the names of all who shall enter into life, or into heaven. ... The meaning here is, that John saw not only the general books opened containing the records of the deeds of people, but that he had a distinct view of the list or roll of those who were the followers of the Lamb. It would seem that in regard to the multitudes of the impenitent and the wicked, the judgment will proceed ‘on their deeds’ in general; in regard to the righteous, it will turn on the fact that their names had been enrolled in the book of life. That will be sufficient to determine the nature of the sentence that is to be passed on them. He will be safe whose name is found in the book of life; no one will be safe who is to have his eternal destiny determined by his own deeds” (= ‘Dan dibuka juga sebuah kitab lain, yaitu kitab kehidupan’. Kitab ini berisikan catatan dari nama-nama dari semua orang yang akan masuk ke dalam hidup, atau ke dalam surga. ... Artinya di sini adalah, bahwa Yohanes tidak hanya melihat kitab-kitab umum berisikan catatan dari perbuatan-perbuatan orang-orang dibuka, tetapi bahwa ia mempunyai pandangan yang berbeda / nyata tentang suatu daftar dari mereka yang adalah pengikut-pengikut dari Anak Domba itu. Kelihatannya berkenaan dengan orang banyak yang tidak bertobat dan orang-orang jahat, penghakiman akan dilakukan berdasarkan perbuatan mereka secara umum; tetapi berkenaan dengan orang-orang benar, itu akan bergantung pada fakta bahwa nama-nama mereka telah terdaftar dalam kitab kehidupan. Itu akan cukup untuk menentukan sifat dari hukuman / vonis yang akan diberikan kepada mereka. Ia yang namanya ditemukan dalam kitab kehidupan akan selamat; tak seorangpun yang nasib kekalnya ditentukan oleh perbuatan-perbuatannya sendiri akan selamat).

Barnes’ Notes: “‘According to their works.’ ... The fact that the name of anyone was found in the book of life would seem, as above remarked, to determine the ‘certainty’ of salvation; but the amount of reward would be in proportion to the service rendered to the Redeemer, and the attainments made in piety” (= ‘Menurut perbuatan mereka’. ... Fakta bahwa nama dari siapapun ditemukan dalam kitab kehidupan kelihatannya, seperti dikatakan di atas, menentukan kepastian keselamatan; tetapi jumlah pahala akan sebanding dengan pelayanan yang diberikan kepada sang Penebus, dan pencapaian yang dibuat dalam kesalehan).

Kesimpulan dari bagian ini: Orang-orang percaya namanya tercantum dalam kitab kehidupan. Hanya mereka yang akan masuk surga. Orang-orang yang tidak percaya akan dihakimi berdasarkan perbuatan mereka, dan mereka tidak mungkin bisa selamat. Tidak ada dosa dari orang-orang percaya yang akan dinyatakan pada hari pengakiman itu, karena semuanya telah dihapuskan oleh darah Kristus. Yang ada hanya perbuatan-perbuatan baik dari orang-orang percaya, dan itu dijadikan dasar untuk menentukan pahala orang-orang percaya itu di surga.

IV) Keadaan akhir.

Ay 14-15: “(14) Lalu maut dan kerajaan maut itu dilemparkanlah ke dalam lautan api. Itulah kematian yang kedua: lautan api. (15) Dan setiap orang yang tidak ditemukan namanya tertulis di dalam kitab kehidupan itu, ia dilemparkan ke dalam lautan api itu”.

1) Maut dan kerajaan maut (Hades) dilemparkan ke neraka.

Ay 14: “Lalu mautan kerajaan maut itu dilemparkanlah ke dalam lautan api. Itulah kematian yang kedua: lautan api”.

Barnes’ Notes: “‘And death and hell were cast into the lake of fire.’ ... The idea is, that death, considered as the separation of soul and body, with all the attendant woes, will exist no more. The righteous will live forever, and the wicked will linger on in a state never to be terminated by death. The reign of Death and Hades, as such, would come to an end, and a new order of things would commence where this would be unknown. ... There would be ‘death’ still, but a ‘second death differs from the first, in the fact that it is not a separation of the soul and body, but a state of continual agony like what the first death inflicts - like that in intensity, but not in kind’ (Prof. Stuart)” [= ‘Lalu maut dan kerajaan maut itu dilemparkanlah ke dalam lautan api’. ... Gagasannya adalah, bahwa maut, dianggap sebagai perpisahan jiwa dan tubuh, dengan semua kesengsaraan yang melayaninya, tidak akan ada lagi. Orang benar akan hidup selama-lamanya, dan orang jahat akan tetap hidup dalam suatu keadaan yang tidak akan pernah diakhiri oleh kematian. Pemerintahan dari Maut dan Hades yang seperti itu akan berakhir, dan suatu susunan baru dari hal-hal akan mulai dimana ini tidak akan dikenal. ... Memang tetap akan ada ‘maut / kematian’, tetapi itu adalah ‘kematian kedua yang berbeda dengan kematian pertama, dalam fakta bahwa itu bukanlah perpisahan dari jiwa dan tubuh, tetapi suatu keadaan dari kesengsaraan yang terus menerus, seperti yang diberikan oleh kematian pertama - seperti itu dalam intensitas, tetapi bukan dalam jenisnya’ (Prof. Stuart)].

2) Orang-orang yang tidak percaya juga dilemparkan ke neraka.

Ay 15: “Dan setiap orang yang tidak ditemukan namanya tertulis di dalam kitab kehidupan itu, ia dilemparkan ke dalam lautan api itu”.

Bdk. Wah 21:8 - “Tetapi orang-orang penakut, orang-orang yang tidak percaya, orang-orang keji, orang-orang pembunuh, orang-orang sundal, tukang-tukang sihir, penyembah-penyembah berhala dan semua pendusta, mereka akan mendapat bagian mereka di dalam lautan yang menyala-nyala oleh api dan belerang; inilah kematian yang kedua.’”.

a) Hubungan kematian pertama dan kematian kedua.

Barnes’ Notes: “when it is said that ‘death and hell were cast into the lake of fire,’ it cannot be meant that all punishment will cease forever, and that all will be saved, for the writer goes on to describe what he calls ‘the second death’ as still existing. ... John describes this as the second death, not because it in all respects resembles the first death, but because it has so many points of resemblance that it may be properly called ‘death.’ Death, in any form, is the penalty of law; it is attended with pain; it cuts off from hope, from friends, from enjoyment; it subjects him who dies to a much-dreaded condition, and in all these respects it was proper to call the final condition of the wicked ‘death’ - though it would still be true that the soul would live. There is no evidence that John meant to affirm that the second death would imply an extinction of ‘existence.’ Death never does that; the word does not naturally and properly convey that idea” (= pada waktu dikatakan bahwa ‘maut dan kerajaan maut itu dilemparkanlah ke dalam lautan api’, itu tidak bisa diartikan bahwa semua hukuman akan berakhir selama-lamanya, dan bahwa semua akan diselamatkan, karena sang penulis melanjutkan dengan menggambarkan apa yang ia sebut ‘kematian yang kedua’ sebagai tetap ada. ... Yohanes menggambarkan ini sebagai kematian kedua, bukan karena itu dalam segala hal menyerupai kematian pertama, tetapi karena itu mempunyai begitu banyak point kemiripan sehingga itu bisa secara benar disebut ‘kematian’. Kematian, dalam bentuk apapun, merupakan hukuman dari hukum; itu disertai dengan rasa sakit; itu memotong kita dari pengharapan, dari teman-teman, dari penikmatan; itu membuat orang yang mati sebagai sasaran dari kondisi yang sangat ditakuti, dan dalam semua hal-hal ini adalah benar untuk menyebut kondisi akhir dari orang-orang jahat sebagai ‘kematian’ - sekalipun adalah tetap benar bahwa jiwa akan hidup. Tidak ada bukti bahwa Yohanes bermaksud untuk menegaskan bahwa kematian kedua ini secara implicit menunjuk pada pemusnahan keberadaan. Kematian tidak pernah melakukan hal itu; secara wajar dan benar kata itu tidak menyampaikan gagasan / pengertian itu).

Barnes’ Notes: “the wicked will be destroyed, in what may be properly called the ‘second’ death. ... It does not mean that they will be ‘annihilated,’ for ‘death’ never implies that. The meaning is, that this will be a cutting off from what is properly called ‘life,’ from hope, from happiness, and from peace, and a subjection to pain and agony, which it will be proper to call ‘death’ - death in the most fearful form; death that will continue for ever. No statements in the Bible are more clear than those which are made on this point; no affirmation of the eternal punishment of the wicked could be more explicit than those which occur in the sacred Scriptures” (= orang-orang jahat akan dihancurkan, dalam apa yang secara benar disebut ‘kematian yang kedua’. ... Itu tak berarti bahwa mereka akan dimusnahkan, karena ‘kematian’ tidak pernah mempunyai arti seperti itu. Artinya adalah, bahwa ini merupakan suatu pemotongan dari apa yang secara benar disebut ‘hidup’, dari pengharapan, dari kebahagiaan, dan dari damai, dan suatu ketundukan pada rasa sakit dan penderitaan, yang menyebabkan benar untuk menyebutnya ‘kematian’ - kematian dalam bentuknya yang paling menakutkan; kematian yang akan berlangsung selama-lamanya. Tidak ada pernyataan dalam Alkitab yang lebih jelas dari hal-hal yang dibuat tentang hal ini; tidak ada penegasan tentang hukuman kekal dari orang-orang jahat yang bisa lebih explicit dari itu yang ada dalam Kitab Suci yang kudus).

Adam Clarke: “‘This is the second death.’ The first death consisted in the separation of the soul from the body for a season; the second death in the separation of body and soul from God forever. The first death is that from which there may be a resurrection; the second death is that from which there can be no recovery. By the first the body is destroyed during time; by the second, body and soul are destroyed through eternity” (= ‘Inilah kematian yang kedua’. Kematian yang pertama terdiri dari pemisahan dari jiwa dari tubuh untuk sementara; kematian kedua terdiri dari pemisahan dari tubuh dan jiwa dari Allah untuk selama-lamanya. Kematian pertama adalah itu dari mana bisa ada suatu kebangkitan; kematian kedua adalah itu dari mana tidak bisa ada pemulihan. Oleh kematian yang pertama tubuh dihancurkan dalam waktu; oleh kematian yang kedua tubuh dan jiwa dihancurkan dalam sepanjang kekekalan).

b) Jelas bahwa neraka / lautan api itu merupakan suatu tempat, dan itu adalah tempat penyiksaan.

Seiss’ Apocalypse: “What that ‘lake of fire’ is I cannot tell, I do not know, and I pray God that I may never find out. That it is a place, everything said about it proves. People in corporeal life, as these condemned ones are, must needs have locality. That it is a place of woe, pain, and dreadful torment, is specifically stated, and is the chief idea in every image of the description” (= Apa ‘lautan api’ itu saya tidak bisa memberi tahu, saya tidak tahu, dan saya berdoa kepada Allah supaya saya tidak pernah bisa tahu. Bahwa itu adalah suatu tempat, segala sesuatu yang mengatakan tentangnya membuktikannya. Orang-orang dalam hidup badaniah, seperti orang-orang yang dihukum ini, pasti membutuhkan tempat. Bahwa itu adalah suatu tempat kesengsaraan, rasa sakit, dan siksaan yang mengerikan, dinyatakan secara khusus, dan merupakan gagasan utama dalam setiap bayangan penggambaran).

Newell: “The very brevity of this verse is one of the elements of its awfulness. ... It is not love, or faithfulness, to avoid them because they are such terrible facts” [= Singkatnya ayat ini (Wah 20:15), adalah salah satu elemen dari sifat mengerikannya. ... Bukanlah kasih, atau kesetiaan, untuk menghindari mereka karena mereka adalah fakta-fakta yang begitu mengerikan] - hal 334.

Seiss’ Apocalypse: “But judgment is given as the works have been. There is just gradation in the sorrows of the lost, as well as in the rewards of the righteous. ... Though all the finally condemned go into one place, they do not all alike feel the same pains, or sink to the same depths in those dreadful flames. But the mildest hell is nevertheless HELL, and quite too intolerable for any sane being to be content to make experiment of it” (= Tetapi penghakiman diberikan sesuai dengan perbuatan-perbuatannya. Ada tingkatan-tingkatan yang adil dalam kesedihan / penderitaan dari orang-orang yang terhilang, maupun dalam pahala dari orang-orang benar. ... Sekalipun semua pada akhirnya dihukum dengan pergi ke satu tempat, tetapi mereka semua tidak merasakan rasa sakit yang sama, atau tenggelam pada kedalaman yang sama dalam nyala api yang mengerikan itu. Tetapi neraka yang paling ringan / sejuk tetap adalah neraka, dan terlalu tidak tertahankan untuk setiap orang waras yang mau mencobanya).

c) ‘Orang-orang kristen’ yang keberatan dengan doktrin hukuman kekal di neraka.

Th Bible Exposition Commentary (NT): “When the judgment is finished, all of the lost will be cast into hell, the lake of fire, the second death. Many people reject the biblical doctrine of hell as being ‘unchristian,’ and yet Jesus clearly taught its reality (Matt 18:8; 23:15,33; 25:46; Mark 9:46). A sentimental kind of humanistic religion will not face the reality of judgment but teaches a God who loves everyone into heaven and sends no one to hell” [= Pada waktu penghakiman selesai, semua orang-orang yang terhilang akan dilemparkan ke neraka, lautan api, kematian yang kedua. Banyak orang menolak doktrin Alkitabiah tentang neraka sebagai ‘tidak kristen’, tetapi Yesus dengan jelas mengajar kenyataan tentang hal ini (Mat 18:8; 23:15,33; 25:46; Mark 9:46). Suatu jenis agama yang sentimentil yang bersifat humanisme tidak akan menghadapi kenyataan dari penghakiman tetapi mengajarkan seorang Allah yang mengasihi setiap orang ke dalam surga dan tidak mengirimkan siapapun ke neraka].

Catatan: humanisme adalah ajaran yang menekankan kepentingan manusia.

Bible Knowledge Commentary: “The lake of fire is the second death, the final destination of the wicked. The doctrine of eternal punishment has always been a problem to Christians who enjoy the grace of God and salvation in Christ. The Bible is clear, however, that the punishment of the wicked is eternal. ... Though many have attempted to find some scriptural way to avoid the doctrine of eternal punishment, as far as biblical revelation is concerned there are only two destinies for human souls; one is to be with the Lord and the other is to be forever separated from God in the lake of fire. This solemn fact is motivation for carrying the gospel to the ends of the earth whatever the cost, and doing everything possible to inform and challenge people to receive Christ before it is too late” (= Lautan api adalah kematian yang kedua, tujuan akhir dari orang-orang jahat. Doktrin dari hukuman kekal selalu menjadi problem bagi orang-orang kristen yang menikmati kasih karunia Allah dan keselamatan dalam Kristus. Tetapi Alkitab adalah jelas, bahwa hukuman dari orang jahat itu kekal. ... Sekalipun banyak orang telah mencoba untuk menemukan beberapa jalan yang Alkitabiah untuk menghindari doktrin hukuman kekal, sejauh menyangkut wahyu yang Alkitabiah, hanya ada 2 tujuan / nasib bagi jiwa-jiwa manusia; yang satu adalah bersama dengan Tuhan, dan yang lain adalah terpisah dari Allah untuk selama-lamanya dalam lautan api. Fakta yang khidmat ini merupakan motivasi / pendorong untuk membawa Injil ke ujung-ujung bumi tak peduli berapapun ongkosnya, dan melakukan apapun yang mungkin untuk memberi tahu dan menantang orang-orang untuk menerima Kristus sebelum terlambat).

d) Orang-orang Kristen yang mempunyai pandangan yang ‘bijaksana’ dan juga orang Kristen yang mempercayai adanya ‘second chance’ (= kesempatan yang kedua).

Pulpit Commentary: “MEN WILL BE JUDGED ACCORDING TO THE LIGHT THEY HAD; i.e. according to the use they made of the light God had granted them (Rom 2:11-15; Matt 10:15; 11:21-24; Luke 11:31,32; 12:47,48; Acts 10:34,35). The principles here laid down are those of most manifest equity, and we are quite sure that there will be nothing contrary thereto in the sentence of God. The late Dr. Lawson, of Selkirk, was once asked by a flippant young man how he could think that any, such as Plato and Socrates, would be lost because they had not heard of Jesus Christ. He replied, ‘If it please God in his mercy, and through faith in his Son, to take you and me to heaven, and that we shall find there Socrates and Plato, I am sure we shall be glad indeed to meet them; but if we shall not find them in heaven, I am also sure that the Judge of all the earth will be able to assign a good reason for their absence, and that none in heaven will be either able or willing to dispute either the justice or the wisdom of his sovereign arrangements.’ We may also add that Scripture not obscurely intimates that every soul will, before the dread day comes, be brought into contact with the Lord Jesus for acceptance or rejection; and those who followed conscientiously the dimmer light will surely accept joyfully the clearer. Certainly the Judge of all the earth will do right” [= Orang-orang akan dihakimi menurut terang yang mereka miliki; yaitu menurut bagaimana mereka menggunakan terang yang Allah telah berikan kepada mereka (Ro 2:11-15; Mat 10:15; 11:21-24; Luk 11:31,32; 12:47,48; Kis 10:34,35). Prinsip-prinsip yang diletakkan di sini adalah prinsip-prinsip yang paling menyatakan keadilan, dan kami cukup yakin bahwa di sana tidak akan ada apapun yang bertentangan dengannya dalam hukuman / vonis dari Allah. Almarhum Dr. Lawson, dari Selkirk, pernah ditanya oleh seorang muda yang bermulut usil, bagaimana ia bisa berpikir bahwa siapapun, seperti Plato dan Socrates, akan terhilang karena mereka tidak pernah mendengar tentang Yesus Kristus. Ia menjawab: ‘Jika itu menyenangkan Allah dalam belas kasihanNya, dan melalui iman kepada AnakNya, untuk membawa engkau dan aku ke surga, dan bahwa kita bertemu dengan mereka di surga, aku yakin bahwa kita akan gembira bertemu dengan mereka; tetapi jika kita tidak bertemu dengan mereka di surga, aku juga yakin bahwa Hakim dari seluruh bumi akan bisa memberikan alasan yang baik untuk absennya mereka, dan bahwa tidak ada orang di surga akan bisa atau mau mempertengkarkan keadilan atau hikmat dari pengaturanNya yang berdaulat’. Kami juga bisa menambahkan bahwa Kitab Suci tidak secara samar-samar menunjukkan bahwa setiap jiwa akan, sebelum hari yang menakutkan itu tiba, dipertemukan dengan Tuhan Yesus untuk penerimaan atau penolakan; dan mereka yang dengan sungguh-sungguh telah mengikuti terang yang lebih suram, pasti akan menerima dengan sukacita terang yang lebih besar. Pasti Hakim dari seluruh bumi akan melakukan hal yang benar] - hal 489-490.

Ada 2 hal yang perlu dibahas tentang kutipan dari Pulpit Commentary di atas ini:

1. Saya berpendapat, kata-kata dari Dr. Lawson itu, yang mungkin oleh banyak orang akan dianggap sebagai kata-kata yang ‘bijaksana’, sudah berbau ketidak-yakinan bahwa Yesus adalah satu-satunya jalan. Mungkin sekali orang-orang seperti Dr. Lawson itu berkata seperti itu, karena rasa hormat dan kekaguman yang luar biasa terhadap orang-orang seperti Plato dan Socrates, yang memang merupakan ahli-ahli filsafat yang luar biasa. Tetapi kekaguman kepada siapapun (misalnya Lady Di, Mother Theresa, dsb) tetap mengharuskan kita untuk bersikap obyektif dan hanya berdasarkan pada Firman Tuhan tentang keselamatan orang tersebut. Stephen Tong juga membuka kemungkinan akan selamatnya / masuk surganya orang seperti Kong Hu Cu.

Catatan: Encyclopedia Britannica 2007 mengatakan bahwa Plato adalah ahli filsafat Yunani yang dilahirkan tahun 428 / 427 SM, dan mati pada tahun 348 / 347 SM. Sedangkan Socrates juga adalah ahli filsafat Yunani, yang lahir pada tahun 470 SM, dan mati pada tahun 399 SM. Jadi, keduanya hidup pada jaman sebelum Kristus, dan untuk mereka yang hidup sebelum Kristus, yang bisa diselamatkan hanyalah dari kalangan bangsa Israel / Yahudi, atau orang non Israel yang masuk agama Yahudi / diyahudikan.

Bdk. Ro 2:12 - “Sebab semua orang yang berdosa tanpa hukum Taurat akan binasa tanpa hukum Taurat; dan semua orang yang berdosa di bawah hukum Taurat akan dihakimi oleh hukum Taurat”.

2. Dan tambahan bagian terakhir yang diberikan oleh penafsir dari Pulpit Commentary itu (bagian yang saya garis-bawahi), jelas-jelas juga merupakan ajaran sesat, yang menunjukkan bahwa setelah kematianpun seseorang bisa bertobat / percaya kepada Kristus dan diselamatkan!

Bandingkan kata-kata itu dengan komentar di bawah ini.

Pulpit Commentary: “That the final state of every soul will depend on its attitude to the Lord Jesus Christ. ... That for those who reject Jesus Christ in this life there will be no such thing as making up lost time, and that they will never attain to the blessedness they would have reached if they had received Christ in this, the accepted time. Their time once lost is lost forever, and the corresponding loss of blessedness will never be retrieved” (= Bahwa keadaan akhir dari setiap jiwa / orang akan tergantung pada sikapnya terhadap Tuhan Yesus Kristus. ... Bahwa untuk mereka yang menolak Yesus Kristus dalam hidup ini di sana tidak akan ada apa yang disebut mengejar / menebus waktu yang hilang, dan bahwa mereka tidak akan pernah mencapai keadaan diberkati yang akan sudah mereka capai, seandainya mereka telah menerima Kristus dalam waktu ini, waktu yang diterima ini. Waktu mereka yang sekali hilang, hilang selama-lamanya, dan kehilangan berkat yang sesuai tidak akan pernah didapatkan kembali) - hal 494.

Catatan: jangan heran kalau Pulpit Commentary di sini memberikan kata-kata yang bertentangan dengan kata-kata dari Pulpit Commentary di atas. Buku tafsiran ini berisikan komentar-komentar dan khotbah-khotbah dari banyak orang, sehingga bisa saja terjadi pertentangan di antara mereka.

e) Siapapun orang yang namanya tak tertulis dalam kitab kehidupan itu, akan dilemparkan ke dalam lautan api / neraka.

Seiss’ Apocalypse: “Ho, ye unbelieving people - ye dishonest people - ye profane people - ye lewd men and women - ye slaves of lust and appetite - ye scoffers at the truth of God - ‘How can ye escape the damnation of hell?’ (Matt 23:33). Ye people of business - ye whose souls are absorbed with the pursuit of gain - ye people of wealth without riches toward God - ye passengers on the voyage of life, without prayer, without Church relations, without concern for your immortal good, your God, or the eternity before you hear: ‘Hell hath enlarged herself, and opened her mouth without measure, and your glory, and your multitude, and your pomp, and your rejoicing, shall descend into it!’ (Isa 5:14). Ye almost Christians, lingering these many years on the margin of the Kingdom, looking in through the gates, but never quite ready to enter them, intending but never performing, often wishing but still postponing, hoping but without right to hope - the appeal is to you: ‘How shall ye escape if ye neglect so great salvation?’ (Heb 2:2-4). And ye who call yourselves Christians but have forgotten your covenant promises - ye Terahs and Lot’s wives, who have started out of the place of sin and death but hesitate halfway, and stay to look back - ye baptized Elymases, and Judases, and Balaams, who, through covetousness and feigned words make merchandise of the grace of God - see ye not that ‘your judgment now of a long time lingereth not, and your damnation slumbereth not!’ (2 Peter 2:3). And if there be anyone oblivious or indifferent toward these great matters - asleep amidst the dashing waves of coming retribution - the message is to you: ‘What meanest thou, O sleeper? Arise, call upon thy God, if so be that God shall think upon thee, that thou perish not!’ (Jonah 1:6). For if anyone be not found written in the Book of Life, he must be swallowed up by the Lake of Fire” [= Hai kamu orang-orang yang tidak percaya - kamu orang-orang yang tidak jujur - kamu orang-orang yang duniawi - kamu laki-laki dan perempuan yang cabul - kamu hamba-hamba dari nafsu dan nafsu makan - kamu pengejek-pengejek kebenaran Allah - ‘Bagaimanakah mungkin kamu dapat meluputkan diri dari hukuman neraka?’ (Mat 23:33). Kamu orang-orang bisnis - kamu yang jiwanya telah diasyikkan dengan pengejaran keuntungan - kamu orang-orang kaya tanpa kekayaan terhadap Allah - kamu penumpang-penumpang pada perjalanan kehidupan, tanpa doa, tanpa hubungan Gereja, tanpa kepedulian untuk kebaikan kekalmu, Allahmu, atau kekekalan di depanmu mendengar: ‘neraka telah memperbesar / memperluas dirinya sendiri, dan membuka mulutnya tanpa ukuran, dan kemuliaanmu, dan barang-barangmu yang banyak, dan kemegahanmu, dan kesukacitaanmu, akan turun ke dalamnya!’ (Yes 5:14). Kamu orang-orang yang hampir Kristen, berlambat-lambat selama banyak tahun pada tepi dari Kerajaan, melihat ke dalam melalui pintu-pintu gerbang, tetapi tidak pernah cukup siap untuk memasukinya, bermaksud tetapi tidak pernah melaksanakan, sering menginginkan tetapi tetap menunda, berharap tetapi tanpa hak untuk berharap - seruan ini adalah untukmu: ‘Bagaimanakah kamu akan luput jikalau kamu menyia-nyiakan keselamatan yang sebesar itu?’ (Ibr 2:2-4). Dan kamu yang menyebut dirimu sendiri orang-orang Kristen tetapi telah melupakan janji-janji perjanjianmu - kamu Terah-Terah dan istri-istri Lot, yang telah mulai / berangkat dari tempat dosa dan kematian tetapi ragu-ragu di tengah jalan, dan tinggal diam untuk menoleh ke belakang - kamu Elymas-Elymas yang telah dibaptis, dan Yudas-Yudas, dan Bileam-Bileam, yang melalui ketamakan dan kata-kata yang pura-pura membuat kasih karunia Allah sebagai barang dagangan - tidakkah kamu lihat bahwa ‘penghakimanmu / hukumanmu telah lama tersedia dan kebinasaanmu tidak akan tertunda!’ (2Pet 2:3). Dan jika di sana ada siapapun terlupa atau acuh tak acuh terhadap hal-hal besar ini - tidur di tengah-tengah gelombang pembalasan yang mendekat - pesan ini adalah untukmu: ‘Apa maksudmu, hai tukang tidur? Bangunlah, berserulah kepada Allahmu, barangkali Allah itu akan mengindahkanmu, sehingga kamu tidak binasa!’ (Yunus 1:6). Karena jika siapapun tidak ditemukan tertulis dalam kitab kehidupan, ia harus ditelan oleh Lautan Api].

Newell: “Let us mark certain facts here: 1. It is not the absence of good works in the book that doom a person. It is the absence of his name. Only names, not works, are in that book! 2. It is not the fact of evil works. Many of earth’s greatest sinners have their names in the Book of Life. 3. All whose names do not appear in the Book, are cast into the lake of fire. 4. All names there found in that day, will have been written before that day. There is no record of anyone’s name being written into the Book of Life upon that day, but rather the opposite: ‘If any was not found written.’ How overwhelmingly solemn is this!” (= Marilah kita memperhatikan beberapa fakta di sini: 1. Bukanlah absennya perbuatan baik dalam kitab, yang menghukum seseorang, tetapi absennya namanya. Hanya nama-nama, bukan perbuatan-perbuatan baik, ada dalam kitab itu! 2. Itu bukan fakta dari perbuatan-perbuatan jahat. Banyak orang-orang yang paling berdosa di bumi yang mempunyai nama mereka dalam kitab kehidupan itu. 3. Semua orang yang namanya tidak muncul dalam Kitab itu, dilemparkan ke dalam lautan api. 4. Semua nama yang ditemukan di sana pada hari itu, telah dituliskan sebelum hari itu. Tak ada catatan tentang nama siapapun yang dituliskan ke dalam kitab kehidupan pada hari itu, tetapi sebaliknya: ‘Dan setiap orang yang tidak ditemukan namanya tertulis’. Betapa sangat khidmatnya hal ini!) - hal 334.

f) Hanya orang yang percaya kepada Yesus yang namanya tertulis dalam kitab kehidupan itu.

The Bible Exposition Commentary (NT): “In light of Calvary, no lost sinner can condemn God for casting him into hell. God has provided a way of escape, patiently waiting for sinners to repent. He will not lower His standards or alter His requirements. He has ordained that faith in His Son is the only way of salvation” (= Dalam terang dari Kalvari, tidak ada orang berdosa yang terhilang bisa mengecam / menyalahkan Allah karena melemparkannya ke dalam neraka. Allah telah menyediakan suatu jalan untuk lolos, dengan sabar menunggu orang-orang berdosa untuk bertobat. Ia tidak akan menurunkan standardNya atau mengubah tuntutanNya. Ia telah menentukan bahwa iman kepada AnakNya adalah satu-satunya jalan keselamatan).

Bdk. Ro 3:25a - “Kristus Yesus telah ditentukan Allah menjadi jalan pendamaian karena iman, dalam darahNya”.

Penutup.

Saudara tak perlu menjadi orang yang sangat jahat untuk bisa masuk neraka. Asal saudara adalah orang yang tidak sungguh-sungguh percaya kepada Kristus, tak peduli saudara adalah orang yang hampir percaya, atau hampir menjadi Kristen, maka saudara akan masuk ke neraka selama-lamanya. Karena itu, percayalah sekarang juga kepada Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat saudara, dan saudara tak perlu takut pada penghakiman akhir jaman, neraka dan sebagainya!

-AMIN-

8).“The greatest gift” (pemberian / hadiah terbesar)

Yohanes 3:16 - “Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan AnakNya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepadaNya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal”.

KJV: “For God so loved the world, that he gave his only begotten Son, that whosoever believeth in him should not perish, but have everlasting life” (= Karena Allah begitu mengasihi dunia ini, sehingga Ia memberikan AnakNya yang Tunggal, supaya siapapun yang percaya kepadaNya tidak binasa, tetapi mempunyai hidup yang kekal).

Ada orang yang menambahinya dengan kata-kata tertentu sehingga menjadi seperti ini:

“For God so loved the world, that he gave his only begotten Son, as a Christmas gift to every one, that whosoever believeth in him should not perish, but have everlasting life” (= Karena Allah begitu mengasihi dunia ini, sehingga Ia memberikan AnakNya yang Tunggal, sebagai hadiah Natal bagi setiap orang, supaya siapapun yang percaya kepadaNya tidak binasa, tetapi mempunyai hidup yang kekal).

Streams in the Desert, vol 2, January 15:

“God (the greatest lover) so loved (the greatest degree) the world (the greatest number) that He gave (the greatest act) His only begotten Son (the greatest gift) that whosoever (the greatest invitation) believeth (the greatest simplicity) in Him (the greatest person) should not perish (the greatest deliverance), but (the greatest difference) have (the greatest certainty) everlasting life (the greatest possession)” [= Allah (pecinta terbesar) begitu mengasihi (tingkat terbesar) dunia (jumlah terbesar) sehingga Ia memberikan (tindakan terbesar) AnakNya yang tunggal (pemberian / hadiah terbesar) supaya barangsiapa (undangan terbesar) percaya (kesederhanaan terbesar) kepada Dia (pribadi terbesar) tidak binasa (pembebasan terbesar), tetapi (perbedaan terbesar) mempunyai (kepastian terbesar) hidup yang kekal (milik yang terbesar)] - John 3:16.

I) Allah memberikan AnakNya yang Tunggal.

1) Allah (pecinta terbesar / pribadi dengan cinta yang terbesar).

Semua kita tentu lebih senang dicintai dari pada dicuekin apalagi dibenci. Tetapi siapa orang yang mencintai itu jelas juga penting. Kalau kita dicintai oleh walikota, kita pasti akan bangga sekali. Apalagi kalau yang mencintai itu gubernur atau presiden. Tetapi ayat ini tidak mengatakan bahwa walikota / gubernur / presiden mencintai kita. Ayat ini mengatakan bahwa Allah mencintai kita! Walikota / gubernur / presiden itu orang besar, tetapi semua mereka tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan Allah, yang adalah Pencipta / pemilik seluruh alam semesta dengan segala isinya!

2) Bukti bahwa Allah adalah pecinta terbesar adalah bahwa Ia memberikan AnakNya yang Tunggal.

a) Anak Allah.

Jangan berpikir mula-mula ada Allah, lalu suatu waktu Dia beranak, dan muncul Anak Allah. Kalau diartikan demikian, Anak Allah itu tidak kekal, dan Dia bukan Allah.

Kita harus menafsirkan istilah ‘Anak Allah’ itu sesuai dengan pengertian orang-orang di sana pada jaman itu, dan itu bisa terlihat dari ayat-ayat di bawah ini:

Yoh 5:18 - “Sebab itu orang-orang Yahudi lebih berusaha lagi untuk membunuhNya, bukan saja karena Ia meniadakan hari Sabat, tetapi juga karena Ia mengatakan bahwa Allah adalah BapaNya sendiri dan dengan demikian menyamakan diriNya (seharusnya ‘menyetarakan diriNya’) dengan Allah”.

Karena itu, tidak salah menyebut Yesus sebagai ‘the greatest person’ (= pribadi yang terbesar).

b) Tunggal.

Ini ditambahkan untuk membedakan istilah ‘Anak Allah’ yang digunakan terhadap Yesus, dan istilah ‘anak Allah’ pada waktu itu diterapkan kepada kita. Kalau kita percaya kepada Yesus, kita juga disebut ‘anak Allah’ (Yoh 1:12), tetapi itu tidak berarti bahwa kita setara dengan Allah! Mengapa? Karena Yesus adalah Anak Allah yang sesungguhnya / kekal, sedangkan kita menjadi anak Allah karena diadopsi. Yang seperti Yesus itu hanya satu, dan karena itu lalu ditambahkan kata ‘Tunggal’ / ‘satu-satunya’.

c) Allah memberikan / mengaruniakan AnakNya yang Tunggal.

Ini dilakukan dengan mengutus AnakNya datang ke dalam dunia, menjadi manusia sama seperti kita (kecuali dalam hal dosa), menderita dan mati disalib untuk memikul hukuman dosa kita. Jadi, ada hubungan yang sangat erat / tak bisa dipisahkan antara Natal dan Jum’at Agung. Natal harus ada supaya Jum’at Agung bisa ada!

Yesus dilahirkan pada Natal, supaya bisa menderita dan mati pada Jum’at Agung. Menderita dan mati dengan cara bagaimana? Dengan cara yang paling mengerikan, menyakitkan, hina, dan terkutuk. Penyaliban, yang didahului dengan pencambukan!

Bagi saudara yang mempunyai banyak anak, saya tanya: bolehkah saya minta anak saudara untuk disembelih lalu disate? Sekalipun saudara mempunyai banyak anak, saudara tidak akan ijinkan anak saudara disembelih lalu disate, apalagi kalau punya anak tunggal!

Sebetulnya jangankan anak, tetapi bahkan kalau saudara punya banyak anjing, saya minta satu saja untuk dibuat RW, saudara pasti akan menolak! Tetapi Allah, yang hanya mempunyai satu Anak, rela memberikanNya untuk kita.

Ini membuat Dia memang layak disebut sebagai ‘the greatest lover’ (= pecinta yang terbesar)! KasihNya layak dianggap kasih yang mempunyai ‘the greatest degree’ (= tingkat terbesar), dan tindakanNya dalam memberikan AnakNya itu disebut sebagai ‘the greatest act’ (= tindakan terbesar). Dan ini juga menyebabkan hadiahNya itu layak disebut sebagai ‘the greatest gift’ (= hadiah terbesar)!

II) Allah memberikanNya kepada ‘dunia’.

1) Siapa yang disebut dengan istilah ‘dunia’ di sini?

Tentu bukan dunia dalam arti alam semesta atau bumi ini, tetapi manusianya. Tetapi manusia yang mana? Yahudi saja? Terus terang, dulu orang-orang Yahudi mempunyai pandangan bahwa yang bisa selamat itu hanya orang-orang Yahudi saja, dan Allah menciptakan orang-orang non Yahudi hanya untuk menjadi bahan bakar di neraka. Karena itu, ada yang mengatakan bahwa kata ‘dunia’ ini digunakan dalam Yoh 3:16 ini untuk menentang pandangan Yahudi bahwa hanya orang-orang Yahudi saja yang bisa selamat. Jadi, kata ‘dunia’ ini diartikan sebagai ‘Yahudi + non Yahudi’! Dengan kata lain, ‘segala bangsa’!

Mari kita bandingkan dengan ayat-ayat Kitab Suci yang lain:

a) Mat 28:19 - “Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa muridKu dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus”.

b) Luk 24:47 - “dan lagi: dalam namaNya berita tentang pertobatan dan pengampunan dosa harus disampaikan kepada segala bangsa, mulai dari Yerusalem”.

c) Kis 1:8 - “Tetapi kamu akan menerima kuasa, kalau Roh Kudus turun ke atas kamu, dan kamu akan menjadi saksiKu di Yerusalem dan di seluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke ujung bumi.’”.

d) Dalam Injil Lukas yang datang kepada Yesus pada Natal adalah para gembala (Luk 2:8-20). Ini adalah orang-orang Yahudi. Tetapi dalam Injil Matius yang datang kepada Yesus dalam Natal adalah orang-orang Majus (Mat 2:1-12), yang adalah orang-orang non Yahudi! Apakah yang terakhir ini ditolak? Tidak mungkin ditolak, karena Allah sendiri yang memimpin mereka dengan menggunakan petunjuk bintang!

Catatan: Awas, ini bukan dasar untuk menyetujui / mempercayai horoscope! Bintang dalam Mat 2 itu bersifat mujijat!

Dari semua ini jelas bahwa Yesus adalah hadiah Natal dari Allah kepada segala bangsa, termasuk saudara dan saya, tidak peduli dari bangsa atau suku bangsa apapun kita berasal! Ini cocok disebut sebagai ‘the greatest number’ (= jumlah terbesar).

Dan kebalikannya juga berlaku, yaitu: segala bangsa / suku bangsa hanya mempunyai satu Juruselamat / Penebus, yaitu Yesus Kristus!

2) Dunia ini adalah dunia yang berdosa.

Sekarang bagaimana keadaan manusia-manusia di dunia ini kok Allah tahu-tahu mau memberikan AnakNya yang Tunggal kepada dunia? Apakah dunia ini begitu baik, suci, mengasihi Allah, selalu menyenangkan dan memuliakan Dia, sehingga Dia lalu mau memberikan AnakNya yang Tunggal kepada dunia?

Ro 3:10-18 - “(10) seperti ada tertulis: ‘Tidak ada yang benar, seorangpun tidak. (11) Tidak ada seorangpun yang berakal budi, tidak ada seorangpun yang mencari Allah. (12) Semua orang telah menyeleweng, mereka semua tidak berguna, tidak ada yang berbuat baik, seorangpun tidak. (13) Kerongkongan mereka seperti kubur yang ternganga, lidah mereka merayu-rayu, bibir mereka mengandung bisa. (14) Mulut mereka penuh dengan sumpah serapah, (15) kaki mereka cepat untuk menumpahkan darah. (16) Keruntuhan dan kebinasaan mereka tinggalkan di jalan mereka, (17) dan jalan damai tidak mereka kenal; (18) rasa takut kepada Allah tidak ada pada orang itu.’”.

Melihat dunia yang seperti ini, lalu Allah itu masih mau memberikan AnakNya yang Tunggal kepada dunia, itu betul-betul luar biasa! Tak terbayangkan! Itu sebabnya Ia memang layak disebut sebagai Pecinta terbesar! Bandingkan dengan ayat-ayat ini:

a) Ro 8:32 - “Ia, yang tidak menyayangkan AnakNya sendiri, tetapi yang menyerahkanNya bagi kita semua, bagaimanakah mungkin Ia tidak mengaruniakan segala sesuatu kepada kita bersama-sama dengan Dia?”.

b) 1Yoh 4:10 - “Inilah kasih itu: Bukan kita yang telah mengasihi Allah, tetapi Allah yang telah mengasihi kita dan yang telah mengutus AnakNya sebagai pendamaian bagi dosa-dosa kita”.

c) Ro 5:6-8 - “(6) Karena waktu kita masih lemah, Kristus telah mati untuk kita orang-orang durhaka pada waktu yang ditentukan oleh Allah. (7) Sebab tidak mudah seorang mau mati untuk orang yang benar - tetapi mungkin untuk orang yang baik ada orang yang berani mati -. (8) Akan tetapi Allah menunjukkan kasihNya kepada kita, oleh karena Kristus telah mati untuk kita, ketika kita masih berdosa”.

Kata-kata ‘tidak mudah’ oleh KJV diterjemahkan ‘scarcely’, oleh NIV diterjemahkan ‘rarely’, dan oleh RSV/NASB diterjemahkan ‘hardly’. Semua artinya kurang lebih sama, yaitu ‘jarang’ atau ‘sangat jarang’.

III) Mengapa Allah memberikan hadiah itu kepada kita?

Dengan kata lain, mengapa Allah mengutus Yesus datang ke dalam dunia pada Natal, lalu menderita dan mati pada Jum’at Agung? Jawabannya: Yoh 3:16b - “... supaya setiap orang yang percaya kepadaNya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal”.

Jadi, Ia memberikan AnakNya yang Tunggal itu supaya kita tidak binasa, atau, untuk menyelamatkan / memberikan hidup kekal kepada kita!

Mungkin ada orang yang bertanya: Tidak bisakah Allah menggunakan cara lain untuk menyelamatkan manusia? Jawabannya: tidak ada! Kalau memang ada, Dia akan pakai cara itu, bukan dengan memberikan AnakNya yang Tunggal!

Mengapa tidak bisa? Karena Allah itu adil. Ini menyebabkan Ia HARUS menghukum setiap orang atas setiap dosa yang diperbuatnya. Kalau Allah tak menghukum apakah Ia baik?

Untuk menjawab ini, mari kita pikirkan suatu analogi: kalau saudara ditangkap polisi karena melanggar peraturan lalu lintas, lalu saudara merayu-rayu polisi itu, dan akhirnya polisi itu membebaskan saudara, apakah polisi itu baik? Bagaimana kalau ada pencopet tertangkap, lalu merayu polisi itu dan lalu dibebaskan? Apakah polisi itu baik? Bagaimana kalau penjual narkoba, perampok, pembunuh, pemerkosa, dsb?

Sekarang kita terapkan kepada Tuhan / Allah sendiri. Kalau Ia tidak menghukum manusia berdosa, Ia bukan Allah yang suci, benar ataupun adil! Kalau ada satu dosa saja, bagaimanapun kecilnya, tidak dihukum selama-lamanya oleh Allah, maka Allah kehilangan keadilanNya! Yang bisa Ia lakukan, adalah menyediakan seorang pengganti untuk memikul hukuman dosa itu. Karena itu, Ia mengutus Yesus menjadi manusia pada Natal pertama, lalu mengorbankanNya pada Jum’at Agung, untuk memikul hukuman dosa umat manusia. Dengan demikian Yesus menjadi pengganti bagi kita.

Yes 53:4-6 - “(4) Tetapi sesungguhnya, penyakit kitalah yang ditanggungnya, dan kesengsaraan kita yang dipikulnya, padahal kita mengira dia kena tulah, dipukul dan ditindas Allah. (5) Tetapi dia tertikam oleh karena pemberontakan kita, dia diremukkan oleh karena kejahatan kita; ganjaran yang mendatangkan keselamatan bagi kita ditimpakan kepadanya, dan oleh bilur-bilurnya kita menjadi sembuh. (6) Kita sekalian sesat seperti domba, masing-masing kita mengambil jalannya sendiri, tetapi TUHAN telah menimpakan kepadanya kejahatan kita sekalian”.

2Kor 5:15 - “Dan Kristus telah mati untuk semua orang, supaya mereka yang hidup, tidak lagi hidup untuk dirinya sendiri, tetapi untuk Dia, yang telah mati dan telah dibangkitkan untuk mereka”.

Setelah Yesus menderita dan mati untuk menggantikan kita, maka tersedia jalan keselamatan bagi kita. Ingat: seandainya Yesus tidak lahir, menderita dan mati bagi kita, maka tidak ada jalan keselamatan bagi manusia, dan semua manusia mulai Adam dan Hawa sampai kiamat, termasuk saudara dan saya, akan masuk ke neraka selama-lamanya!

Tetapi faktanya adalah Yesus sudah lahir pada Natal yang pertama, lalu menderita dan mati untuk menebus dosa kita, dan sekarang telah tersedia jalan untuk selamat bagi kita.

Ingat hal ini sekali lagi: Ia adalah hadiah untuk seluruh dunia / segala bangsa, dan bagi seluruh dunia / segala bangsa hanya ada satu hadiah ini. Tidak ada banyak hadiah, tidak ada banyak Penebus / Juruselamat, hanya satu, yaitu Yesus Kristus!

Kis 4:12 - “Dan keselamatan tidak ada di dalam siapapun juga selain di dalam Dia, sebab di bawah kolong langit ini tidak ada nama lain yang diberikan kepada manusia yang olehnya kita dapat diselamatkan.’”.

1Yoh 5:11-12 - “(11) Dan inilah kesaksian itu: Allah telah mengaruniakan hidup yang kekal kepada kita dan hidup itu ada di dalam AnakNya. (12) Barangsiapa memiliki Anak, ia memiliki hidup; barangsiapa tidak memiliki Anak, ia tidak memiliki hidup”.

Yoh 14:6 - “Kata Yesus kepadanya: ‘Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku”.

Calvin: “our salvation must not be sought any where else than in Christ” (= keselamatan kita tidak boleh dicari di tempat lain manapun juga selain dalam Kristus).

Calvin juga mengatakan kebalikannya: “not the least drop of salvation can be found out of Christ” (= tidak satu tetes terkecilpun dari keselamatan bisa ditemukan di luar Kristus).

IV) Apa yang harus kita lakukan?

Terimalah hadiah itu, dengan menerima / percaya kepada Kristus. Maka saudara tidak akan binasa, tetapi memiliki hidup kekal

“God (the greatest lover) so loved (the greatest degree) the world (the greatest number) that He gave (the greatest act) His only begotten Son (the greatest gift) that whosoever (the greatest invitation) believeth (the greatest simplicity) in Him (the greatest person) should not perish (the greatest deliverance), but (the greatest difference) have (the greatest certainty) everlasting life (the greatest possession)” [= Allah (pecinta terbesar) begitu mengasihi (tingkat terbesar) dunia (jumlah terbesar) sehingga Ia memberikan (tindakan terbesar) AnakNya yang tunggal (pemberian / hadiah terbesar) supaya barangsiapa (undangan terbesar) percaya (kesederhanaan terbesar) kepada Dia (pribadi terbesar) tidak binasa (pembebasan terbesar), tetapi (perbedaan terbesar) mempunyai (kepastian terbesar) hidup yang kekal (milik yang terbesar)] - John 3:16.

1) Tidak binasa.

Kata ‘binasa’ bukan hanya menunjuk pada kematian, tetapi pada perpisahan kekal dengan Allah dan pada hukuman kekal di neraka.

2Tes 1:9 - “Mereka ini akan menjalani hukuman kebinasaan selama-lamanya, dijauhkan dari hadirat Tuhan dan dari kemuliaan kekuatanNya”.

Wah 21:8 - “Tetapi orang-orang penakut, orang-orang yang tidak percaya, orang-orang keji, orang-orang pembunuh, orang-orang sundal, tukang-tukang sihir, penyembah-penyembah berhala dan semua pendusta, mereka akan mendapat bagian mereka di dalam lautan yang menyala-nyala oleh api dan belerang; inilah kematian yang kedua.’”.

‘Tidak binasa’ disebut sebagai ‘the greatest deliverance’ (= pembebasan terbesar)! Memang kalau kita dibebaskan dari problem, penyakit dsb, kita senang juga. Tetapi apa gunanya kaya, sehat, hidup tanpa problem di dunia ini, kalau nanti harus masuk neraka selama-lamanya? Kalau harus memilih, enak jadi Lazarus atau orang kayanya? Jadi, ‘tidak binasa’ ini yang terpenting; ini adalah pembebasan terbesar!

2) Hidup yang kekal.

a) Kata ‘hidup’ kontras dengan ‘binasa’, dan kontras itu juga ditunjukkan oleh kata ‘tetapi’.

Dan kata ‘tetapi’ ini mengkontraskan sedemikian rupa sehingga disebut sebagai ‘the greatest difference’ (= perbedaan terbesar).

Pada saat mereka masih hidup di dunia, maka ada kontras yang besar antara Lazarus dan orang kaya. Tetapi setelah mereka mati, keadaan terbalik, dan kontrasnya jauh lebih besar lagi. Memang antara surga dan neraka ada perbedaan yang layak disebut sebagai ‘the greatest difference’ (= perbedaan terbesar).

b) Kata ‘kekal’ berarti selama-lamanya. Kalau bisa berhenti / hilang itu namanya tidak kekal.

Bdk. Yoh 10:28-29 - “(28) dan Aku memberikan hidup yang kekal kepada mereka dan mereka pasti tidak akan binasa sampai selama-lamanya dan seorangpun tidak akan merebut mereka dari tanganKu. (29) BapaKu, yang memberikan mereka kepadaKu, lebih besar dari pada siapapun, dan seorangpun tidak dapat merebut mereka dari tangan Bapa”.

Ini jelas menunjukkan bahwa keselamatan tidak bisa hilang!

c) Ini disebut sebagai ‘the greatest possession’ (= milik yang terbesar).

Lenski: “Not to perish is to have; not to have is to perish” [= Tidak binasa artinya mempunyai (hidup kekal); tidak mempunyai (hidup kekal) artinya binasa] - hal 265.

Apapun yang saudara punyai, itu tidak ada artinya sama sekali kalau saudara tidak mempunyai hidup yang kekal ini!

Mat 16:26 - “Apa gunanya seorang memperoleh seluruh dunia tetapi kehilangan nyawanya? Dan apakah yang dapat diberikannya sebagai ganti nyawanya?”.

d) Siapapun yang percaya kepada Yesus dikatakan ‘mempunyai’ hidup yang kekal.

Ini disebut ‘the greatest certainty’ (= kepastian terbesar). Jadi, keselamatan / hidup kekal itu bukan hanya mungkin / kemungkinan besar diterima, tetapi pasti diterima!

3) Percaya kepada Dia (Yesus Kristus).

Cara / jalan supaya tidak binasa tetapi beroleh hidup kekal adalah dengan percaya kepada Yesus Kristus.

Karena sudah adanya korban Yesus Kristus, maka jalan untuk selamat itu menjadi begitui sederhana dan mudah, yaitu hanya dengan percaya kepada Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat. Cara / jalan ini disebut sebagai ‘the greatest simplicity’ (= kesederhanaan terbesar).

Kita tidak mempercayai keselamatan karena perbuatan baik ataupun karena iman + perbuatan baik! Ini merupakan cara / jalan yang ruwet! Semboyan Reformasi adalah SOLA FIDE (= hanya iman).

Ef 2:8-9 - “(8) Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, (9) itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan diri”.

Tetapi karena begitu sederhana, banyak orang lalu meremehkan cara / jalan ini. Tetapi kalau saudara tidak mau jalan yang sederhana ini, tidak ada jalan untuk selamat!


Dan satu hal lagi: ini ditawarkan kepada ‘whosoever’ (= siapapun). Dan ini disebut sebagai ‘the greatest invitation’ (= tawaran / undangan yang terbesar). Jangan sia-siakan undangan ini! Mari kita merayakan Natal tahun ini dengan menerima hadiah terbesar dari Allah itu, dengan percaya dan menerima Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat kita, dan bahkan dengan membagikannya / menceritakannya kepada orang-orang lain. Maukah saudara? Selamat hari Natal, Tuhan memberkati saudara semua.

-AMIN-

9).Fokus dari natal

Lukas 2:1-20 Matius 2:1-12

Luk 2:1-20 - “(1) Pada waktu itu Kaisar Agustus mengeluarkan suatu perintah, menyuruh mendaftarkan semua orang di seluruh dunia. (2) Inilah pendaftaran yang pertama kali diadakan sewaktu Kirenius menjadi wali negeri di Siria. (3) Maka pergilah semua orang mendaftarkan diri, masing-masing di kotanya sendiri. (4) Demikian juga Yusuf pergi dari kota Nazaret di Galilea ke Yudea, ke kota Daud yang bernama Betlehem, - karena ia berasal dari keluarga dan keturunan Daud - (5) supaya didaftarkan bersama-sama dengan Maria, tunangannya, yang sedang mengandung. (6) Ketika mereka di situ tibalah waktunya bagi Maria untuk bersalin, (7) dan ia melahirkan seorang anak laki-laki, anaknya yang sulung, lalu dibungkusnya dengan lampin dan dibaringkannya di dalam palungan, karena tidak ada tempat bagi mereka di rumah penginapan. (8) Di daerah itu ada gembala-gembala yang tinggal di padang menjaga kawanan ternak mereka pada waktu malam. (9) Tiba-tiba berdirilah seorang malaikat Tuhan di dekat mereka dan kemuliaan Tuhan bersinar meliputi mereka dan mereka sangat ketakutan. (10) Lalu kata malaikat itu kepada mereka: ‘Jangan takut, sebab sesungguhnya aku memberitakan kepadamu kesukaan besar untuk seluruh bangsa: (11) Hari ini telah lahir bagimu Juruselamat, yaitu Kristus, Tuhan, di kota Daud. (12) Dan inilah tandanya bagimu: Kamu akan menjumpai seorang bayi dibungkus dengan lampin dan terbaring di dalam palungan.’ (13) Dan tiba-tiba tampaklah bersama-sama dengan malaikat itu sejumlah besar bala tentara sorga yang memuji Allah, katanya: (14) ‘Kemuliaan bagi Allah di tempat yang mahatinggi dan damai sejahtera di bumi di antara manusia yang berkenan kepadaNya.’ (15) Setelah malaikat-malaikat itu meninggalkan mereka dan kembali ke sorga, gembala-gembala itu berkata seorang kepada yang lain: ‘Marilah kita pergi ke Betlehem untuk melihat apa yang terjadi di sana, seperti yang diberitahukan Tuhan kepada kita.’ (16) Lalu mereka cepat-cepat berangkat dan menjumpai Maria dan Yusuf dan bayi itu, yang sedang berbaring di dalam palungan. (17) Dan ketika mereka melihatNya, mereka memberitahukan apa yang telah dikatakan kepada mereka tentang Anak itu. (18) Dan semua orang yang mendengarnya heran tentang apa yang dikatakan gembala-gembala itu kepada mereka. (19) Tetapi Maria menyimpan segala perkara itu di dalam hatinya dan merenungkannya. (20) Maka kembalilah gembala-gembala itu sambil memuji dan memuliakan Allah karena segala sesuatu yang mereka dengar dan mereka lihat, semuanya sesuai dengan apa yang telah dikatakan kepada mereka”.

Mat 2:1-12 - “(1) Sesudah Yesus dilahirkan di Betlehem di tanah Yudea pada zaman raja Herodes, datanglah orang-orang majus dari Timur ke Yerusalem (2) dan bertanya-tanya: ‘Di manakah Dia, raja orang Yahudi yang baru dilahirkan itu? Kami telah melihat bintangNya di Timur dan kami datang untuk menyembah Dia.’ (3) Ketika raja Herodes mendengar hal itu terkejutlah ia beserta seluruh Yerusalem. (4) Maka dikumpulkannya semua imam kepala dan ahli Taurat bangsa Yahudi, lalu dimintanya keterangan dari mereka, di mana Mesias akan dilahirkan. (5) Mereka berkata kepadanya: ‘Di Betlehem di tanah Yudea, karena demikianlah ada tertulis dalam kitab nabi: (6) Dan engkau Betlehem, tanah Yehuda, engkau sekali-kali bukanlah yang terkecil di antara mereka yang memerintah Yehuda, karena dari padamulah akan bangkit seorang pemimpin, yang akan menggembalakan umatKu Israel.’ (7) Lalu dengan diam-diam Herodes memanggil orang-orang majus itu dan dengan teliti bertanya kepada mereka, bilamana bintang itu nampak. (8) Kemudian ia menyuruh mereka ke Betlehem, katanya: ‘Pergi dan selidikilah dengan seksama hal-hal mengenai Anak itu dan segera sesudah kamu menemukan Dia, kabarkanlah kepadaku supaya akupun datang menyembah Dia.’ (9) Setelah mendengar kata-kata raja itu, berangkatlah mereka. Dan lihatlah, bintang yang mereka lihat di Timur itu mendahului mereka hingga tiba dan berhenti di atas tempat, di mana Anak itu berada. (10) Ketika mereka melihat bintang itu, sangat bersukacitalah mereka. (11) Maka masuklah mereka ke dalam rumah itu dan melihat Anak itu bersama Maria, ibuNya, lalu sujud menyembah Dia. Merekapun membuka tempat harta bendanya dan mempersembahkan persembahan kepadaNya, yaitu emas, kemenyan dan mur. (12) Dan karena diperingatkan dalam mimpi, supaya jangan kembali kepada Herodes, maka pulanglah mereka ke negerinya melalui jalan lain”.

I) Fokus yang salah dari Natal.

Dalam Gereja Roma Katolik kita melihat bahwa seluruh fokus kekristenan sudah bergeser. Yang mestinya adalah Yesus Kristus lalu bergeser kepada Maria. Maria dijadikan pengantara, doa dinaikkan kepada Maria, dsb.

Tetapi dalam perayaan Natal, baik Katolik, Protestan, maupun Pentakosta / Kharismatik, juga menggeser fokus Natal, dari Yesus Kristus kepada hal-hal lain, khususnya kepada pohon Natal.

Mari kita membahas pohon Natal itu sebentar.

Seorang penulis internet mengatakan:

1. “Ide untuk menggunakan pohon Natal juga masuk ke Inggris dari kepercayaan orang-orang Eropa sebelum mereka menjadi Kristen. Suku bangsa Celtic dan Teutonic menghormati pohon-pohon ini pada perayaan musim dingin sebagai simbol kehidupan kekal. Pohon ini disembah sebagai janji akan kembalinya sang matahari … Beberapa orang terpelajar mengangkat pohon ini, yang merupakan lambang kehidupan bagi para penyembah berhala, menjadi lambang Juru Selamat dan dengan demikian menjadi bagian yang tak terpisahkan dengan perayaan hari kelahiranNya”.

2. “Kita MENGIRA bahwa pohon Natal melambangkan hidup kekal dari Kristus”.

3. “Tetapi jika Alkitab diam mengenai perayaan Natal, sesungguhnya Alkitab TIDAK DIAM mengenai adat kebiasaan bangsa kafir dalam mendirikan sebuah pohon – adat kebiasaan yang sama YANG TELAH MENJADI POHON NATAL! Hal ini akan mengejutkan banyak orang. Tetapi ini dia: Dengarlah firman yang disampaikan TUHAN kepadamu, hai kaum Israel! Beginilah firman TUHAN: ‘Janganlah biasakan dirimu dengan tingkah langkah bangsa-bangsa, janganlah gentar terhadap tanda-tanda di langit, sekalipun bangsa-bangsa gentar terhadapnya. Sebab yang disegani bangsa-bangsa adalah kesia-siaan. Bukankah berhala itu pohon kayu yang ditebang orang di hutan, yang dikerjakan dengan pahat oleh tangan tukang kayu? Orang memperindahnya dengan emas dan perak; orang memperkuatnya dengan paku dan palu, supaya jangan goyang. Berhala itu sama seperti orang-orangan di kebun mentimun, tidak dapat berbicara; orang harus mengangkatnya, sebab tidak dapat melangkah. Janganlah takut kepadanya …’ (Yer. 10:1-5)”.

Encyclopedia Britannica 2000 dengan topik ‘Christmas tree’:

“an evergreen, usually a balsam or douglas fir, decorated with lights and ornaments as a part of Christmas festivities. The use of evergreen trees, wreaths, and garlands as a SYMBOL OF ETERNAL LIFE was an ancient custom of the Egyptians, Chinese, and Hebrews. Tree worship, common among the pagan Europeans, survived after their conversion to Christianity in the Scandinavian customs of decorating the house and barn with evergreens at the New Year to scare away the devil and of setting up a tree for the birds during Christmastime; it survived further in the custom, also observed in Germany, of placing a Yule tree at an entrance or inside the house in the midwinter holidays. THE MODERN CHRISTMAS TREE, THOUGH, ORIGINATED IN WESTERN GERMANY. The main prop of a popular medieval play about Adam and Eve was a fir tree hung with apples (paradise tree) representing the Garden of Eden. The Germans set up a paradise tree in their homes on December 24, the religious feast day of Adam and Eve. They hung wafers on it (symbolizing the host, the Christian sign of redemption); in a later tradition, the wafers were replaced by cookies of various shapes. Candles, too, were often added as the symbol of Christ. In the same room, during the Christmas season, was the Christmas pyramid, a triangular construction of wood, with shelves to hold Christmas figurines, decorated with evergreens, candles, and a star. By the 16th century, the Christmas pyramid and paradise tree had merged, becoming the Christmas tree. The custom was widespread among the German Lutherans by the 18th century, but it was not until the following century that the Christmas tree became a deep-rooted German tradition. Introduced into England in the early 19th century, the Christmas tree was popularized in the mid-19th century by the German Prince Albert, husband of Queen Victoria. The Victorian tree was decorated with candles, candies, and fancy cakes hung from the branches by ribbon and by paper chains. Brought to North America by German settlers as early as the 17th century, Christmas trees were the height of fashion by the 19th century. They were also popular in Austria, Switzerland, Poland, and The Netherlands. In China and Japan, Christmas trees, introduced by western missionaries in the 19th and 20th centuries, were decorated with intricate paper designs”.

Sekalipun tuduhan penulis internet di atas banyak yang merupakan tuduhan seenaknya sendiri, tetapi memang ada kemungkinan bahwa asal usul pohon Natal berbau kekafiran. Tetapi Encyclopedia Britannica yang saya kutip di atas membedakan pohon Natal kuno dan yang modern. Pohon Natal modern dikatakannya berasal dari Jerman Barat, dan tidak berurusan dengan penyembahan berhala atau kekafiran, tetapi berhubungan dengan pohon di Taman Eden, dan digunakan pada tanggal 24 Desember, yang merupakan hari raya untuk memperingati Adam dan Hawa. Penggunaan pohon yang terus menerus hijau / tidak terpengaruh oleh musim dingin, seperti cemara, dimaksudkan sebagai simbol dari kehidupan yang kekal. Kalau ini benar, maka pohon Natal modern tidak bersumber pada kekafiran / penyembahan berhala.

Tetapi tetap ada hal-hal yang negatif tentang pohon Natal, yaitu:

1) Hiasan Santa Claus. Ini menurut saya harus dibuang.

2) Hiasan yang tidak sesuai dengan fakta. Dengan memberikan salju-saljuan, maka itu menunjukkan bahwa seolah-olah Natal terjadi pada musim dingin. Padahal boleh dikatakan tidak mungkin bahwa Natal terjadi pada musim dingin, mengingat bahwa para gembala berada di luar / di padang pada malam hari, pada saat mereka mendapat berita Natal dari malaikat-malaikat. Jadi mungkin hiasan salju-saljuan itu harus dibuang, untuk lebih menyesuaikan dengan fakta. Juga lagu seperti ‘White Christmas’.

3) Penekanan yang saya anggap berlebihan terhadap pohon Natal. Mengapa saya katakan berlebihan? Karena bagi banyak orang, pohon Natal menjadi sesuatu yang mutlak harus ada. Kalau tidak ada pohon Natal maka seolah-olah itu bukan Natal. Dengan demikian bagi banyak orang kristen, pohon Natal menjadi hakekat dari Natal, padahal sebetulnya, kalau mau berbicara secara strict, maka Natal sama sekali tidak berurusan dengan pohon Natal.

Apa bahayanya kalau pohon Natal itu menjadi terlalu penting? Semua hal dalam kekristenan yang menjadi terlalu penting, bisa menggeser apa yang seharusnya merupakan hal terpenting dalam Natal, yaitu Yesus Kristus sendiri.

Earl Riney: “The Christmas tree has taken the place of the altar in too much of our modern Christmas observance” (= Pohon Natal telah mengambil tempat di altar dalam terlalu banyak dari perayaan Natal modern kita) - ‘The Encyclopedia of Religious Quotations’, hal 113-114.

Illustrasi: round girl (gadis yang membawa papan penunjuk ronde dalam pertandingan tinju) yang terlalu cantik dan sexy menyebabkan penonton tidak memperhatikan papan bertuliskan ronde ke berapa yang sedang ia bawakan. Demikian juga kalau pohon Natal terlalu ditonjolkan itu bisa menyebabkan orang-orang tidak lagi melihat kepada Kristus, tetapi kepada pohon Natal itu.

Saya tidak mengharuskan untuk membuang pohon Natal secara total; itu rasanya tidak mungkin. Tetapi setidaknya kita harus mengurangi penekanan yang berlebihan pada pohon Natal ini, supaya jangan pohon Natal, yang sebetulnya tidak ada hubungannya dengan Natal, mengaburkan / menggeser fokus yang sebenarnya dari Natal.

II) Fokus yang benar dari Natal.

Kalau kita membaca cerita Natal yang sesungguhnya dalam Kitab Suci (Luk 2:1-20 Mat 2:1-12), maka jelas bahwa fokus yang sebenarnya dari Natal adalah diri dari Yesus Kristus. Dia yang dilahirkan pada Natal. Dia yang dicari dan akhirnya disembah dan diberi hadiah / persembahan oleh orang-orang Majus. Dia juga yang diberitakan oleh malaikat-malaikat kepada para gembala di padang.

Karena itu mari kita kembali kepada fokus yang sebenarnya dari Natal, dengan mempelajari tentang Yesus Kristus yang diberitakan pada Natal ini.

Lukas 2:11 - “Hari ini telah lahir bagimu Juruselamat, yaitu Kristus, Tuhan, di kota Daud”.

Ada 4 kata yang ingin saya soroti, yaitu ‘Tuhan’, ‘lahir’, ‘Kristus’, dan ‘Juruselamat’.

1) Kata ‘Tuhan’ harus diartikan dalam arti setinggi-tingginya, dan jelas menunjukkan Yesus sebagai Allah sendiri.

Bayi yang kelihatan lemah / tak berdaya, yang lahir pada Natal yang pertama ini, juga adalah Allah sendiri. Hal ini juga ditunjukkan oleh:

a) Ayat-ayat seperti:

1. Roma 9:5 - “Mereka adalah keturunan bapa-bapa leluhur, yang menurunkan Mesias dalam keadaanNya sebagai manusia, yang ada di atas segala sesuatu. Ia adalah Allah yang harus dipuji sampai selama-lamanya. Amin!”.

2. 1Yohanes 5:20 - “Akan tetapi kita tahu, bahwa Anak Allah telah datang dan telah mengaruniakan pengertian kepada kita, supaya kita mengenal Yang Benar; dan kita ada di dalam Yang Benar, di dalam AnakNya Yesus Kristus. Dia adalah Allah yang benar dan hidup yang kekal”.

b) Penyembahan yang dilakukan oleh orang-orang Majus kepada Dia.

Mat 2:11 - “Maka masuklah mereka ke dalam rumah itu dan melihat Anak itu bersama Maria, ibuNya, lalu sujud menyembah Dia. Merekapun membuka tempat harta bendanya dan mempersembahkan persembahan kepadaNya, yaitu emas, kemenyan dan mur”.

Orang-orang Majus itu bukan menyembah Maria, atau Yesus dan Maria, tetapi hanya menyembah Yesus. Ini terlihat dari kata ‘Dia’ yang merupakan kata ganti orang ketiga tunggal laki-laki.

C. H. Spurgeon:

The old Reformers used to say, “Here is a bone that sticks in the throat of the Romanists, and they can neither get it up nor down, for it does not say, ‘They saw Mary and the young child’, the young child is put first, they came to see him; and it does not say that ‘they fell down and worshipped them’” If ever there was an opportunity for Mariolatry, surely this was the one, when the child was as yet newly-born, and depended so much upon his mother. Why did not the magi say “Ave Maria!” and commence at once their Mariolatry? Ay, but these were wise men; they were not priests from Rome, else might they have done it [= Tokoh-tokoh Reformasi kuno sering berkata: “Ini adalah tulang yang menyangkut di tenggorokan orang Roma (Katolik), dan mereka tidak dapat mengeluarkannya ataupun menelannya, karena ayat itu tidak berkata: ‘Mereka melihat Maria dan bayi itu’, bayi itu disebut lebih dulu, mereka datang untuk melihat dia; dan ayat itu tidak berkata bahwa ‘mereka tersungkur dan menyembah mereka’”. Kalau ada kesempatan untuk melakukan penyembahan terhadap Maria, maka sebetulnya inilah kesempatannya, dimana bayi itu baru dilahirkan, dan sangat bergantung kepada ibuNya. Mengapa orang-orang Majus itu tidak berkata ‘Salam Maria!’ dan lang­sung memulai penyembahan terhadap Maria? Ah, tetapi mereka ini adalah orang-orang yang bijaksana; mereka bukan pastor-pastor dari Roma, karena kalau demikian mereka mungkin sudah melakukannya] - ‘Spurgeon’s Expository Encyclopedia’ , vol 3, hal 34.

Catatan: Perlu saudara ketahui bahwa dalam terjemahan KJV kata-kata ‘orang-orang majus’ dalam Mat 2:1 diterjemahkan ‘wise men’ (= orang-orang yang bijaksana).

Siapapun yang tidak mempercayai Yesus sebagai Allah, dan hidup sesuai dengan kepercayaan tersebut (menjadikan Dia Tuhan dalam kehidupan saudara), bukan orang kristen yang sejati.

Bdk. Fil 2:9-11 - “(9) Itulah sebabnya Allah sangat meninggikan Dia dan mengaruniakan kepadaNya nama di atas segala nama, (10) supaya dalam nama Yesus bertekuk lutut segala yang ada di langit dan yang ada di atas bumi dan yang ada di bawah bumi, (11) dan segala lidah mengaku: ‘Yesus Kristus adalah Tuhan,’ bagi kemuliaan Allah, Bapa!”.

Ini merupakan suatu nubuat yang akan digenapi pada akhir jaman / kedatangan Yesus yang keduakalinya. Kalau saat ini saudara tidak mau menyembah Yesus dan mengakuiNya sebagai Tuhan / Allah, maka nanti pada akhir jaman saudara akan melakukan itu dengan terpaksa, dan tanpa ada gunanya. Dari pada mengalami hal itu pada akhir jaman, lakukan hal itu sekarang dengan sukarela!

2) Kata ‘lahir’ menunjukkan bahwa Yesus yang adalah Allah itu telah menjadi manusia, dan ini yang kita peringati dalam Natal.

Ia menjadi manusia yang sama dengan kita kecuali dalam hal dosa. Kalau tadi pada saat berbicara tentang keilahianNya, saya menyatakan bahwa Ia betul-betul adalah Allah, maka sekarang pada saat membicarakan kemanusiaanNya, saya menyatakan bahwa Ia betul-betul adalah manusia. Jadi, sejak Yesus berinkarnasi, maka Ia adalah sungguh-sungguh Allah dan sungguh-sungguh manusia.

Hampir semua ayat Natal membicarakan keilahian dan kemanusiaan Yesus. Bandingkan dengan:

a) Yes 9:5 - “Sebab seorang anak telah lahir untuk kita, seorang putera telah diberikan untuk kita; lambang pemerintahan ada di atas bahunya, dan namanya disebutkan orang: Penasihat Ajaib, Allah yang Perkasa, Bapa yang Kekal, Raja Damai”.

b) Yer 23:5-6 - “(5) Sesungguhnya, waktunya akan datang, demikianlah firman TUHAN, bahwa Aku akan menumbuhkan Tunas adil bagi Daud. Ia akan memerintah sebagai raja yang bijaksana dan akan melakukan keadilan dan kebenaran di negeri. (6) Dalam zamannya Yehuda akan dibebaskan, dan Israel akan hidup dengan tenteram; dan inilah namanya yang diberikan orang kepadanya: TUHAN-keadilan kita”.

c) Mikha 5:1 - “Tetapi engkau, hai Betlehem Efrata, hai yang terkecil di antara kaum-kaum Yehuda, dari padamu akan bangkit bagiKu seorang yang akan memerintah Israel, yang permulaannya sudah sejak purbakala, sejak dahulu kala”.

d) Matius 1:23 - “‘Sesungguhnya, anak dara itu akan mengandung dan melahirkan seorang anak laki-laki, dan mereka akan menamakan Dia Imanuel’ - yang berarti: Allah menyertai kita”.

e) Yoh 1:1,14 - “(1) Pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah. ... (14) Firman itu telah menjadi manusia, dan diam di antara kita, dan kita telah melihat kemuliaanNya, yaitu kemuliaan yang diberikan kepadaNya sebagai Anak Tunggal Bapa, penuh kasih karunia dan kebenaran”.

f) Filipi 2:5-7 - “(5) Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus, (6) yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, (7) melainkan telah mengosongkan diriNya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia”.

3) Kata ‘Kristus’ artinya sama dengan ‘Mesias’, yaitu ‘yang diurapi’.

Yesus datang ke dalam dunia untuk menggenapi janji Allah tentang Mesias, yang sudah ditunggu-tunggu selama ribuan tahun oleh bangsa Yahudi. Sebetulnya janji tentang Yesus sudah ada dalam Kej 3:15 pada saat Adam dan Hawa baru jatuh ke dalam dosa.

Kej 3:15 - “Aku akan mengadakan permusuhan antara engkau dan perempuan ini, antara keturunanmu dan keturunannya; keturunannya akan meremukkan kepalamu, dan engkau akan meremukkan tumitnya.’”.

Tetapi janji yang betul-betul menyolok tentang Mesias baru ada pada jaman Abraham, yaitu dalam Kej 12:3 - “Aku akan memberkati orang-orang yang memberkati engkau, dan mengutuk orang-orang yang mengutuk engkau, dan olehmu semua kaum di muka bumi akan mendapat berkat.’”.

4) Kata ‘Juruselamat’.

KelahiranNya terjadi memang dengan tujuan utama untuk menggenapi rencana Allah berkenaan dengan penyelamatan umat manusia yang telah jatuh dalam dosa.

Yohanes 12:27 - “Sekarang jiwaKu terharu dan apakah yang akan Kukatakan? Bapa, selamatkanlah Aku dari saat ini? Tidak, sebab untuk itulah Aku datang ke dalam saat ini”.

Ini pergumulan yang mirip dengan yang di taman Getsemani, dan ini menunjukkan bahwa tujuan kedatangan Yesus ke dunia menjadi manusia adalah: mati disalib untuk menebus dosa kita. Natal tidak boleh dipisahkan dari Jum’at Agung.

Manusia biasa, karena sudah lahir, maka nanti harus mati. Tetapi untuk Kristus terbalik. Karena Ia mau mati, maka Ia harus lahir. Sebagai Allah Ia tidak bisa menderita ataupun mati. Tetapi setelah Ia menjadi manusia, Ia bisa menderita dan mati untuk menebus dosa kita.

Setiap saudara adalah manusia berdosa, bahkan manusia yang sangat berdosa, dan setiap saudara membutuhkan Yesus sebagai Juruselamat / Penebus dosa saudara!

Subhadra Bhikshu (a Buddhist Catechism): “No one can be redeemed by another. No God and no saint is able to shield a man from conseqeunces of his evil doings. Every one of us must become his own redeemer” (= Tidak seorangpun bisa ditebus oleh orang lain. Tidak ada Allah dan tidak ada orang suci yang bisa melindungi seorang manusia dari konsekwensi-konsekwensi dari tindakan-tindakan jahatnya. Setiap orang dari kita harus menjadi penebusnya sendiri) - ‘The Encyclopedia of Religious Quotations’, hal 590.


Ini ajaran agama lain. Kitab Suci kita mengajarkan sebaliknya, yaitu bahwa tidak ada orang yang bisa menebus / membenarkan dirinya sendiri.

Gal 2:16,21 - “(16) Kamu tahu, bahwa tidak seorangpun yang dibenarkan oleh karena melakukan hukum Taurat, tetapi hanya oleh karena iman dalam Kristus Yesus. Sebab itu kamipun telah percaya kepada Kristus Yesus, supaya kami dibenarkan oleh karena iman dalam Kristus dan bukan oleh karena melakukan hukum Taurat. Sebab: ‘tidak ada seorangpun yang dibenarkan’ oleh karena melakukan hukum Taurat. ... (21) Aku tidak menolak kasih karunia Allah. Sebab sekiranya ada kebenaran oleh hukum Taurat, maka sia-sialah kematian Kristus”.

Johann Hieronymus Schroeder: “It has been the cross which has revealed to good men that their goodness has not been good enough” (= Saliblah yang telah menyatakan kepada orang-orang yang baik bahwa kebaikan mereka tidaklah cukup baik) - ‘The Encyclopedia of Religious Quotations’, hal 145.

Yesus sudah datang dan sudah menderita dan mati untuk menebus dosa kita. Ini inti dan makna dari Natal. Tetapi itu tidak ada gunanya bagi saudara, jika saudara mengabaikan / tidak mau percaya dan menerima Kristus sebagai Juruselamat / Penebus dosa saudara.

Seseorang mengatakan: “Christmas began in the heart of God. It is complete only when it reaches the heart of man” (= Natal dimulai dalam hati Allah. Natal lengkap hanya pada saat Natal mencapai hati manusia) - ‘The Encyclopedia of Religious Quotations’, hal 113.

Kesimpulan / penutup.

Jangan menggeser fokus dari Natal. Kristus adalah fokus dari Natal. Saudara yang belum percaya kepadaNya, cepatlah percaya sebelum terlambat. Saudara yang sudah percaya, teruslah hidup untuk Dia, makin tinggikan Dia sebagai Tuhan dalam hidup saudara, dan beritakanlah Dia kepada orang-orang yang belum percaya. Tuhan memberkati saudara.https://teologiareformed.blogspot.com/


Catatan: Pdt. Budi Asali, M.Div:  meraih gelar Master of Divinity (M.Div) dari Reformed Theological Seminary (RTS), Jackson, Mississippi, United States of America
-AMIN-
Next Post Previous Post