SERANGAN TERHADAP TOTAL DEPRAVITY DAN JAWABANNYA
Pdt.Budi Asali, M.Div.
I) Arti Total Depravity (Kebejatan total)
Seluruh manusia sudah dikotori / dirusak / dipengaruhi secara negatif oleh dosa. Kata ‘seluruh manusia’ bukannya menunjuk kepada semua manusia di dunia ini, tetapi menunjuk kepada ‘seluruh diri manusia’, baik tubuh, pikiran / pengertian, perasaan, hati / hati nurani, kemauan / kehendak. Jadi dalam diri seorang manusia tidak ada satu bagianpun yang tidak dirusak oleh dosa (Yeremia 17:9 Titus 1:15 Matius 15:19).
Yeremia 17:9 berbunyi: "Betapa liciknya hati, lebih licik dari pada segala sesuatu, hatinya sudah membatu: siapakah yang dapat mengetahuinya?".otomotif, business |
Dalam terjemahan NIV bunyinya adalah:
"The heart is deceitful above all things and beyond cure. Who can understand it?" (= hati itu lebih licik / bersifat menipu dari pada segala sesuatu dan sudah tidak bisa diobati / disembuhkan. Siapa yang bisa mengertinya?).
Ayat ini jelas menunjukkan bahwa hati manusia sudah sangat rusak.
Titus 1:15 berbunyi: "Bagi orang suci semuanya suci; tetapi bagi orang najis dan orang tidak beriman suatupun tidak ada yang suci, karena baik akal maupun suara hati mereka najis".
Ayat ini secara explicit menunjukkan bahwa bukan hanya akal dan suara hati manusia itu najis, tetapi bahwa dalam diri manusia suatupun tidak ada yang suci. Jelas bahwa seluruh manusia sudah dikotori oleh dosa.
1. Pikiran / pengertian yang rusak.
Kalau dikatakan bahwa pikiran manusia itu sudah rusak / dirusak oleh dosa, itu tidak berarti bahwa manusia itu tidak bisa berpikir lagi. Dalam hal jasmani / duniawi, pikirannya masih berjalan dengan baik, dan karena itu tidak perlu heran kalau melihat ada orang dunia yang luar biasa pandainya. Tetapi dalam hal rohani, pikirannya sangat bodoh dan terus mengarah kepada dosa (Maz 10:4b).
Maz 10:4b (NIV): "in all his thoughts there is no room for God" (= dalam seluruh pikirannya tidak ada tempat bagi Allah).
Mazmur 10:4 (KJV): "God is not in all his thoughts" (= Allah tidak ada dalam seluruh pikirannya).
Contoh-contoh pikiran yang bodoh dan mengarah kepada dosa:
anggapan bahwa surga / neraka itu tidak ada, atau sikap yang meremehkan keberadaan surga / neraka.
anggapan bahwa Kitab Suci / Firman Tuhan itu tidak penting.
anggapan bahwa manusia bisa menyelamatkan dirinya sendiri tanpa pengorbanan / penebusan Yesus Kristus.
anggapan bahwa dosa itu adalah hal yang remeh.
kepercayaan terhadap takhyul atau kepercayaan-kepercayaan lain yang salah.
dsb.
2. Perasaan yang rusak.
Ini wujudnya bermacam-macam, seperti:
tidak adanya sukacita dan damai (Yesaya 48:22).
perasaaan ragu-ragu / tidak yakin terhadap kebenaran, baik tentang Allah, Yesus, Kitab Suci, surga / neraka, dsb.
perasaan iri hati, benci, tidak kasih, sombong, dsb.
perasaan tidak enak, seperti sumpek dsb, justru pada waktu mela-kukan hal yang benar (misalnya memarahi / mendisiplin anak yang salah).
perasaan enak justru setelah melakukan dosa. Misalnya merasa lega setelah membalas kejahatan seseorang.
3. Kehendak yang rusak (Efesus 2:3 - ‘kehendak daging dan pikiran kami yang jahat’).
Ini ditunjukkan dengan selalu terarahnya kehendak manusia itu pada hal-hal yang jahat.
4. Hati nurani yang rusak (Tit 1:15).
Ini menyebabkan hati nurani itu tidak lagi bisa dijadikan standard yang sempurna untuk menentukan baik atau jahat.
5. Tubuh yang digunakan untuk hal-hal yang berdosa.
Karena 4 hal di atas semuanya rusak, maka secara otomatis tubuh juga akan digunakan untuk hal-hal yang berdosa (Roma 6:12-13,19).
Sekarang mari kita memperhatikan apa yang Kitab Suci katakan tentang manusia yang sudah jatuh ke dalam dosa itu:
1) Manusia berdosa itu tidak bisa berbuat baik.
Ini dinyatakan secara jelas oleh Kitab Suci (Kejadian 6:5 Kej 8:21 Mazmur 58:4 Yesaya 64:6 Yeremia 4:22 Yer 13:23 Matius 7:16-18 Yoh 8:34 Yohanes 15:4-5 Ro 6:16-17,20-21 Roma 7:18-19 Ro 8:7-8 Tit 1:15).
Kej 6:5 - "Ketika dilihat TUHAN bahwa kejahatan manusia besar di bumi dan bahwa segala kecenderungan hatinya selalu membuahkan kejahatan semata-mata, ...".
Kej 8:21b - "Aku takkan mengutuk bumi ini lagi karena manusia, sekalipun yang ditimbulkan hatinya adalah jahat dari sejak kecilnya".
Mazmur 58:4 - "Sejak lahir orang-orang fasik telah menyimpang, sejak dari kandungan pendusta-pendusta telah sesat".
Yes 64:6a - "Demikianlah kami sekalian seperti seorang najis dan segala kesalehan kami seperti kain kotor".
Perhatikan bahwa Yesaya tidak berkata ’segala kejahatan kami seperti kain kotor’ ataupun ‘sebagian kesalehan kami seperti kain kotor’, tetapi ‘segala kesalehan kami seperti kain kotor’!
Yer 4:22 - "Sungguh, bodohlah umatKu itu, mereka tidak mengenal Aku! Mereka adalah anak-anak tolol, dan tidak mempunyai penger-tian! Mereka pintar untuk berbuat jahat, tetapi untuk berbuat baik mereka tidak tahu".
Perhatikan bahwa Yesaya tidak berkata ’segala kejahatan kami seperti kain kotor’ ataupun ‘sebagian kesalehan kami seperti kain kotor’, tetapi ‘segala kesalehan kami seperti kain kotor’!
Yer 4:22 - "Sungguh, bodohlah umatKu itu, mereka tidak mengenal Aku! Mereka adalah anak-anak tolol, dan tidak mempunyai penger-tian! Mereka pintar untuk berbuat jahat, tetapi untuk berbuat baik mereka tidak tahu".
Yeremia 13:23 - "Dapatkah orang Etiopia mengganti kulitnya atau macan tutul mengubah belangnya? Masakan kamu dapat berbuat baik, hai orang-orang yang membiasakan diri berbuat jahat?".
Mat 7:16-18 menunjukkan bahwa pohon yang tidak baik tidak bisa menghasilkan buah yang baik. Gara-gara dosa Adam, maka se-mua manusia lahir sebagai orang berdosa (pohon yang tidak baik), dan karena itu jelas bahwa tidak ada orang yang bisa meng-hasilkan buah yang baik / perbuatan baik.
Yoh 8:34b - "setiap orang yang berbuat dosa adalah hamba dosa".
Istilah ‘hamba’ perlu ditekankan di sini. Dengan manusia dinyata-kan sebagai ‘hamba dosa’, itu jelas menunjukkan bahwa ia selalu / terus menerus menuruti dosa, dan tidak bisa berbuat baik. Ini dinyatakan secara lebih jelas oleh Ro 6:16-17,20-21. Perhatikan khususnya Ro 6:20 yang berbunyi: "Sebab waktu kamu hamba dosa, kamu bebas dari kebenaran". Istilah ‘bebas dari kebenaran’ itu jelas menunjukkan bahwa manusia berdosa itu tidak bisa berbuat apapun yang benar!
Yoh 8:34b - "setiap orang yang berbuat dosa adalah hamba dosa".
Istilah ‘hamba’ perlu ditekankan di sini. Dengan manusia dinyata-kan sebagai ‘hamba dosa’, itu jelas menunjukkan bahwa ia selalu / terus menerus menuruti dosa, dan tidak bisa berbuat baik. Ini dinyatakan secara lebih jelas oleh Ro 6:16-17,20-21. Perhatikan khususnya Ro 6:20 yang berbunyi: "Sebab waktu kamu hamba dosa, kamu bebas dari kebenaran". Istilah ‘bebas dari kebenaran’ itu jelas menunjukkan bahwa manusia berdosa itu tidak bisa berbuat apapun yang benar!
Yohanes 15:4-5 - "Tinggallah di dalam Aku dan Aku di dalam kamu. Sama seperti ranting tidak dapat berbuah dari dirinya sendiri, kalau ia tidak tinggal pada pokok anggur, demikian juga kamu tidak berbuah, jikalau kamu tidak tinggal di dalam Aku. Akulah pokok anggur dan kamulah ranting-rantingnya. Barangsiapa tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia, ia berbuah banyak, sebab di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa".
Ini jelas menunjukkan bahwa sama seperti ranting anggur tidak bisa berbuah kalau tidak melekat pada pokok anggur, demikian juga manusia di luar Kristus sama sekali tidak bisa berbuat apapun yang baik.
Ini jelas menunjukkan bahwa sama seperti ranting anggur tidak bisa berbuah kalau tidak melekat pada pokok anggur, demikian juga manusia di luar Kristus sama sekali tidak bisa berbuat apapun yang baik.
Roma 7:18-19 - "Sebab aku tahu bahwa di dalam aku sebagai manusia, tidak ada sesuatu yang baik. Sebab kehendak memang ada di dalam aku, tetapi bukan hal berbuat apa yang baik. Sebab bukan apa yang aku kehendaki, yaitu yang baik, yang aku perbuat, melainkan apa yang tidak aku kehendaki, yaitu yang jahat, yang aku perbuat".
Dari ayat ini kelihatan sepintas bahwa dalam diri manusia ada kehendak yang baik. Tetapi jelas bahwa ayat ini tidak boleh ditaf-sirkan bahwa dalam diri manusia berdosa di luar Kristus itu sendiri bisa ada kehendak yang baik, karena:
o penafsiran ini akan bertentangan dengan Roma 7:18nya yang mengatakan ‘tidak ada sesuatu yang baik’.
o penafsiran ini juga akan bertentangan dengan Filipi 2:13 yang berbunyi:
Fil 2:13 berbunyi: "karena Allahlah yang mengerjakan di dalam kamu baik kemauan maupun pekerjaan menurut kerelaanNya".
Ini terjemahannya kurang jelas. Perhatikan terjemahan-terje-mahan Kitab Suci bahasa Inggris di bawah ini:
KJV: "For it is God which worketh in you both to will and to do of his good pleasure" (= Karena Allahlah yang bekerja dalam kamu baik untuk menghendaki maupun untuk melakukan kehendakNya yang baik).
RSV: "for God is at work in you, both to will and to work for his good pleasure" (= karena Allah bekerja dalam kamu, baik untuk menghendaki maupun untuk mengerjakan untuk kehendakNya yang baik).
NASB: "for it is God who is at work in you, both to will and to work for His good pleasure" (= karena Allahlah yang bekerja dalam ka-mu, baik untuk menghendaki maupun untuk mengerjakan untuk kehendakNya yang baik).
NIV: "for it is God who works in you to will and to act according to his good purpose" (= karena Allahlah yang bekerja dalam kamu untuk menghendaki dan untuk berbuat menurut rencanaNya yang baik).
Ini menunjukkan bahwa baik keinginan maupun kemampuan untuk melakukan apa yang baik itu datang dari Tuhan.
Jadi, Ro 7:18-19 ini bukan menggambarkan Paulus pada waktu belum kristen, tetapi sesudah ia menjadi kristen (perhatikan bahwa ayat itu menggunakan present tense, bukan past tense). Karena itu ia sudah mempunyai kemauan / kehendak yang baik (dari Roh Kudus), tetapi bagaimanapun apa yang ia capai / lakukan jauh lebih rendah dari apa yang ia kehendaki, dan berdasarkan penga-laman itu ia menuliskan ayat itu.
Dari ayat ini kelihatan sepintas bahwa dalam diri manusia ada kehendak yang baik. Tetapi jelas bahwa ayat ini tidak boleh ditaf-sirkan bahwa dalam diri manusia berdosa di luar Kristus itu sendiri bisa ada kehendak yang baik, karena:
o penafsiran ini akan bertentangan dengan Roma 7:18nya yang mengatakan ‘tidak ada sesuatu yang baik’.
o penafsiran ini juga akan bertentangan dengan Filipi 2:13 yang berbunyi:
Fil 2:13 berbunyi: "karena Allahlah yang mengerjakan di dalam kamu baik kemauan maupun pekerjaan menurut kerelaanNya".
Ini terjemahannya kurang jelas. Perhatikan terjemahan-terje-mahan Kitab Suci bahasa Inggris di bawah ini:
KJV: "For it is God which worketh in you both to will and to do of his good pleasure" (= Karena Allahlah yang bekerja dalam kamu baik untuk menghendaki maupun untuk melakukan kehendakNya yang baik).
RSV: "for God is at work in you, both to will and to work for his good pleasure" (= karena Allah bekerja dalam kamu, baik untuk menghendaki maupun untuk mengerjakan untuk kehendakNya yang baik).
NASB: "for it is God who is at work in you, both to will and to work for His good pleasure" (= karena Allahlah yang bekerja dalam ka-mu, baik untuk menghendaki maupun untuk mengerjakan untuk kehendakNya yang baik).
NIV: "for it is God who works in you to will and to act according to his good purpose" (= karena Allahlah yang bekerja dalam kamu untuk menghendaki dan untuk berbuat menurut rencanaNya yang baik).
Ini menunjukkan bahwa baik keinginan maupun kemampuan untuk melakukan apa yang baik itu datang dari Tuhan.
Jadi, Ro 7:18-19 ini bukan menggambarkan Paulus pada waktu belum kristen, tetapi sesudah ia menjadi kristen (perhatikan bahwa ayat itu menggunakan present tense, bukan past tense). Karena itu ia sudah mempunyai kemauan / kehendak yang baik (dari Roh Kudus), tetapi bagaimanapun apa yang ia capai / lakukan jauh lebih rendah dari apa yang ia kehendaki, dan berdasarkan penga-laman itu ia menuliskan ayat itu.
Roma 8:7-8 - "Sebab keinginan daging adalah perseteruan terhadap Allah, karena ia tidak takluk kepada hukum Allah; hal ini memang tidak mungkin baginya. Mereka yang hidup dalam daging, tidak mungkin berkenan kepada Allah".
Tit 1:15 - "Bagi orang suci semuanya suci; tetapi bagi orang najis dan orang tidak beriman suatupun tidak ada yang suci, karena baik akal maupun suara hati mereka najis".
Catatan: memang dari ayat-ayat di atas ada yang bisa ditafsirkan hanya berlaku untuk orang-orang tertentu saja (misalnya Yer 4:22 di atas), tetapi pada umumnya, bahkan sebetulnya mungkin bisa dikata-kan semuanya, adalah ayat-ayat yang berlaku umum (untuk semua manusia berdosa di luar Kristus).
Memang, seperti telah dikatakan di atas, manusia bisa melakukan kebaikan-kebaikan sosial / lahiriah, misalnya pada waktu melihat orang miskin / menderita lalu menolongnya, bahkan tanpa pamrih. Tetapi apakah itu bisa disebut sebagai perbuatan baik di hadapan Allah? Tidak! Mengapa? Karena dalam pandangan Tuhan, supaya suatu perbuatan bisa disebut baik, maka harus dipenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
a) Perbuatan baik itu harus timbul dari iman (Roma 14:23 Ibrani 11:6).
o Ro 14:23b - "Dan segala sesuatu yang tidak berdasarkan iman, adalah dosa".
o Ibr 11:6a - "Tetapi tanpa iman tidak mungkin orang berkenan kepada Allah".
Perlu ditekankan di sini bahwa dalam kontex Kitab Suci, ‘iman’ artinya adalah iman kepada Kristus sebagai Tuhan dan Juru-selamat. Jadi, ‘iman’ di sini tidak bisa diartikan ‘iman dalam agama lain’, ataupun ‘iman kepada Kristus sebagai dokter, penyembuh, pemberi berkat, dsb’.
b) Perbuatan baik itu harus dilakukan untuk kemuliaan Allah (1Korintus 10:31).
1Kor 10:31 berbunyi: "Jika engkau makan atau jika engkau minum, atau jika engkau melakukan sesuatu yang lain, lakukanlah semuanya itu untuk kemuliaan Allah".
c) Perbuatan baik itu harus dilakukan karena cinta kepada Allah (Yoh 14:15).
Yohanes 14:15 - "Jikalau kamu mengasihi Aku, kamu akan menuruti segala perintahKu".
Loraine Boettner menggunakan 1Kor 13:1-3 untuk menunjukkan bahwa tanpa kasih, segala perbuatan baik kita sia-sia. Tetapi dalam hal ini saya tidak setuju dengan Loraine Boettner, karena yang dipersoalkan dalam 1Kor 13:1-3 adalah kasih terhadap se-sama manusia, bukan kasih terhadap Allah. Jadi saya berpendapat bahwa Yoh 14:15 adalah dasar yang lebih tepat.
Semua ini tidak mungkin bisa dilakukan oleh orang yang ada di luar Kristus! Bdk. Ro 3:10,11,18 yang menunjukkan bahwa orang berdosa itu semuanya tidak berakal budi, tidak mencari Allah dan tidak mempunyai rasa takut kepada Allah.
Kalau syarat-syarat di atas ini (point a-c) tidak dipenuhi, maka bisalah dikatakan bahwa pada waktu orang itu melakukan ‘perbuatan baik’, ia melakukannya tanpa mempedulikan Allah! Bisakah ‘perbuatan baik’ seperti itu disebut baik?
Penerapan:
Kalau saudara percaya bahwa seseorang bisa selamat / masuk surga karena berbuat baik, maka renungkan bagian ini, dan ber-tobatlah dari doktrin / kepercayaan sesat itu! Manusia tidak bisa berbuat baik, dan karena itu membutuhkan Kristus sebagai Juru-selamatnya untuk bisa selamat / masuk surga!
Masihkah saudara percaya bahwa semua agama lain (yang meng-andalkan perbuatan baik manusia) bisa memberikan keselamatan?
Seorang yang bernama Cynddylan Jones mengomentari Efesus 2:8-9 de-ngan kata-kata sebagai berikut:
"You might as well try to cross the Atlantic in a paper boat as to get to heaven by your own good works" (= Kamu bisa mencoba menyeberangi Lautan Atlantik dalam sebuah perahu kertas sama seperti kamu mau ke surga dengan perbuatan-perbuatan baikmu sendiri).
Dr. D. James Kennedy mengutip kata-kata Martin Luther yang ber-bunyi sebagai berikut:
"The most damnable and pernicious heresy that has ever plagued the mind of men was the idea that somehow he could make himself good enough to deserve to live with an all-holy God" (= Ajaran sesat yang paling terkutuk dan jahat / merusak yang pernah menggoda pikiran manusia adalah gagasan bahwa entah bagaimana ia bisa membuat dirinya sendiri cukup baik sehingga layak untuk hidup dengan Allah yang mahasuci) - Dr. D. James Kennedy, ‘Evangelism Explosion’, hal 31-32.
2) Manusia berdosa itu tidak mencari Allah.
Roma 3:11 - "Tidak ada seorangpun yang berakal budi, tidak ada seorang-pun yang mencari Allah".
Dalam Kitab Suci memang ada orang-orang yang mencari Allah, tetapi ini hanya bisa terjadi karena Allah sudah lebih dulu bekerja di dalam diri orang itu dan melahirbarukannya. Tanpa pekerjaan Allah, maka berlaku Ro 3:11 ini, yaitu tidak ada seorangpun yang mencari Allah!
Orang yang beragama, yang taat / sungguh-sungguh sekalipun, sebe-tulnya tidak mencari Allah. Mereka mungkin hanya berjuang untuk agamanya / golongannya, atau mencari keselamatan / surga, damai / sukacita, dan berkat-berkat lain, atau mereka mencari jalan untuk bebas dari murka / hukuman Allah, tetapi diri Allah sendiri tidaklah mereka cari!
3) Manusia tidak bisa memperkenan Allah.
Ibr 11:6 menyatakan bahwa tanpa iman manusia tidak bisa memper-kenan Allah, dan Fil 1:29 menyatakan bahwa iman adalah karunia / pemberian Allah! Ini jelas menunjukkan bahwa dari dirinya sendiri (tanpa pekerjaan / karunia Allah) manusia tidak mungkin bisa mem-perkenan Allah.
4) Manusia berdosa itu tidak bisa mengerti / menghargai Injil / Firman Tuhan.
Sebagai dasar dari pernyataan ini perhatikanlah ayat-ayat sebagai berikut:
1Kor 1:18 - "Sebab pemberitaan tentang salib memang adalah kebodohan bagi mereka yang akan binasa, tetapi bagi kita yang diselamatkan pemberitaan itu adalah kekuatan Allah".
1Kor 1:23 - "tetapi kami memberitakan Kristus yang disalibkan: untuk orang-orang Yahudi suatu batu sandungan dan untuk orang-orang bukan Yahudi suatu kebodohan".
1Kor 2:14 - "Tetapi manusia duniawi tidak menerima apa yang berasal dari Roh Allah, karena hal itu baginya adalah suatu kebodohan; dan ia tidak dapat memahaminya, sebab hal itu hanya dapat dinilai secara rohani".
Dalam Kis 16:14 Lidia memperhatikan Injil setelah Allah membuka hatinya. Andaikata tidak ada pekerjaan Allah ini, pasti iapun tidak akan mempedulikan Injil / Firman Tuhan yang diberitakan oleh Paulus.
Calvin: "Man’s disposition voluntarily so inclines to falsehood that he more quickly derives error from one word than truth from a wordy discourse" (= Manusia dengan sukarela begitu condong kepada kepalsuan sehingga ia lebih cepat mendapatkan kesalahan dari satu kata dari pada kebenaran dari suatu pelajaran yang panjang) - ‘Institutes of the Christian Religion’, Book II, Chapter II, no 7).
5) Manusia berdosa itu tidak bisa datang kepada Yesus / percaya kepada Yesus.
Sebagai dasar lihatlah pembahasan ayat-ayat di bawah ini:
a) Dalam Matius 16:16-17, pada waktu Petrus menyatakan imannya kepada Kristus sebagai Mesias / Kristus dan Anak Allah, maka Yesus berkata: "... bukan manusia yang menyatakan itu kepadamu melainkan Bapamu yang di sorga".
Kata ‘menyatakan’ dalam terjemahan dari KJV/RSV/NIV/NASB di-terjemahkan ‘reveal’ (= menyingkapkan sesuatu yang tadinya ter-tutup / tersembunyi). Ini menunjukkan bahwa andaikata tidak ada pekerjaan Bapa yang menyingkapkan hal yang tertutup / tersem-bunyi itu, maka jelas bahwa hati / pikiran Petrus akan terus buta terhadap keMesiasan / keilahian Yesus.
b) Yoh 6:37 berbunyi: "Semua yang diberikan Bapa kepadaKu akan datang kepadaKu, dan barangsiapa datang kepadaKu, ia tidak akan Kubuang".
Ini menunjukkan bahwa orang tidak datang kepada Kristus karena kehendak mereka sendiri, tetapi karena Bapa memberikan mereka kepada Kristus.
Calvin mengomentari bagian ini dengan berkata: "Faith is not a thing which depends on the will of men" (= iman bukanlah sesuatu yang tergantung pada kehendak manusia).
c) Yohanes 6:44,65.
Yoh 6:44 - "Tidak ada seorangpun yang dapat datang kepadaKu, jikalau ia tidak ditarik oleh Bapa yang mengutus Aku".
Yoh 6:65b - "Tidak ada seorangpun dapat datang kepadaKu, kalau Bapa tidak mengaruniakannya kepadanya".
Kedua ayat ini menunjukkan secara explicit bahwa manusia yang ada dalam dosa itu tidak mampu datang kepada Yesus. Ia hanya bisa datang kepada Yesus karena pekerjaan Bapa.
Orang-orang Arminian keberatan terhadap penafsiran ini, dan mereka berkata bahwa kata-kata ‘tidak dapat’ dalam Yoh 6:44,65 itu harus diartikan ‘tidak mau’. Ini seperti kata-kata ‘tidak dapat’ dalam Kej 37:4b yang juga diartikan ‘tidak mau’.
Kej 37:4 (NIV/Lit): ‘they hated him and could not speak a kind word to him’ (= mereka membencinya dan tidak dapat mengucapkan kata yang ramah kepadanya).
Jawaban terhadap pandangan ini:
o belum tentu bahwa kata-kata ‘tidak dapat’ dalam Kej 37:4 harus diartikan ‘tidak mau’. Bukan hanya NIV, tetapi juga KJV, NKJV, RSV, NASB, ASV, dan bahkan Living Bible, menterjemahkan ‘could not’ (= tidak dapat). Hanya Good News Bible yang menterjemahkan ‘would not’ (= tidak mau).
Terjemahan ‘tidak dapat’ ini bukan hanya sesuai dengan arti hurufiahnya, tetapi juga sangat masuk akal. Karena ayat itu membicarakan saudara-saudara Yusuf, yang karena kebencian mereka terhadap Yusuf, lalu tidak dapat berbicara secara ra-mah terhadap Yusuf. Kalau saudara sangat membenci sese-orang, bukankah memang tidak mudah untuk bisa berbicara secara ramah kepada dia?
o kalaupun dalam Kejadian 37:4 kata-kata ‘tidak dapat’ diartikan ‘tidak mau’, itu tidak berarti bahwa dalam Yoh 6:44,65 ini juga harus diartikan seperti itu.
Doktrin Reformed tentang Total Depravity / Total Inability meng-ajarkan bahwa manusia yang masih ada di dalam dosa bukan hanya tidak mau, tetapi juga tidak dapat melakukan apapun yang baik. Jadi, manusia berdosa itu tidak mempunyai kemau-an maupun kemampuan dalam hal berbuat baik. Ini terlihat dari Fil 2:13 yang berbunyi: "karena Allahlah yang mengerjakan di dalam kamu baik kemauan maupun pekerjaan menurut kerelaan-Nya".
Ini terjemahannya kurang jelas. Perhatikan terjemahan-terje-mahan Kitab Suci bahasa Inggris di bawah ini:
KJV: "For it is God which worketh in you both to will and to do of his good pleasure" (= Karena Allahlah yang bekerja dalam kamu baik untuk menghendaki maupun untuk melakukan kehendakNya yang baik).
RSV: "for God is at work in you, both to will and to work for his good pleasure" (= karena Allah bekerja dalam kamu, baik untuk menghendaki maupun untuk mengerjakan untuk kehendakNya yang baik).
NASB: "for it is God who is at work in you, both to will and to work for His good pleasure" (= karena Allahlah yang bekerja dalam kamu, baik untuk menghendaki maupun untuk mengerjakan untuk kehendakNya yang baik).
NIV: "for it is God who works in you to will and to act according to his good purpose" (= karena Allahlah yang bekerja dalam kamu untuk menghendaki dan untuk berbuat menurut rencanaNya yang baik).
Disamping itu, doktrin ini didukung oleh banyak ayat Kitab Suci yang secara explicit menggunakan kata-kata ‘tidak dapat / tidak mungkin’ (seperti Yeremia 13:23 Mat 7:17-18 Yohanes 15:4-5 Ro 8:7-8 1Kor 2:14). Bacalah semua ayat-ayat ini, dan saudara bisa melihat bahwa akan terasa sangat aneh kalau semua kata-kata ‘tidak dapat’ dalam ayat-ayat itu harus diartikan ‘tidak mau’. Dan khususnya dalam Ro 8:7-8, apakah kata-kata ‘tidak mung-kin’ di sana juga harus diartikan ‘tidak mau’?
Doktrin ini juga didukung oleh ayat-ayat Kitab Suci yang lain yang sekalipun menyatakan hal itu secara implicit tetapi menya-takannya secara sangat kuat (seperti Kejadian 6:5 Kej 8:21 Yesaya 64:6 Yeremia 4:22 Yoh 8:34 Roma 3:12 Roma 6:20 Roma 7:18-19).
d) Filipi 1:29 - "Sebab kepada kamu dikaruniakan bukan saja untuk per-caya kepada Kristus, melainkan juga untuk menderita untuk Dia".
Ini menunjukkan secara jelas bahwa iman adalah karunia dari Allah. Kalau Allah tidak mengaruniakan iman kepada seseorang, maka orang itu tidak mungkin akan percaya kepada Yesus.
e) Kis 11:18b - "Jadi kepada bangsa-bangsa lain juga Allah mengaru-niakan pertobatan yang memimpin kepada hidup".
Ini menunjukkan bahwa pertobatan merupakan karunia / pemberi-an Allah. Kalau melihat kontex Kis 10-11 (khususnya Kis 10:43), maka jelas yang dimaksud dengan ‘pertobatan’ di sini adalah ‘datangnya / berimannya seseorang kepada Yesus’.
f) 1Kor 12:3b berbunyi: "tidak ada seorangpun, yang dapat mengaku: ‘Yesus adalah Tuhan,’ selain oleh Roh Kudus".
Ini secara explicit mengatakan bahwa tidak ada seorangpun bisa mengaku bahwa Yesus adalah Tuhan, kalau bukan karena Roh Kudus. Kalau cuma mengaku-ngaku di mulut, tentu bisa (bdk. Mat 7:21-23 Luk 6:46). Tetapi kalau mengaku Yesus sebagai Tuhan dengan hati yang betul-betul percaya, maka ini hanya bisa terjadi karena pekerjaan Roh Kudus dalam diri orang itu
Bagian ini menyebabkan orang yang percaya pada doktrin Total Depravity akan dengan mudah percaya pada doktrin tentang Predes-tinasi. Perhatikan logikanya! Kita, sebagai orang berdosa, tidak bisa percaya / datang kepada Kristus. Tetapi kita toh percaya kepada Kristus. Mengapa? Karena Allah melahirbarukan kita dan lalu memberi kita iman. Mengapa Allah melahirbarukan kita dan memberi iman kepada kita tetapi tidak kepada orang-orang lain? Karena Allah telah memilih kita untuk diselamatkan.
Bagian ini juga seharusnya menyebabkan kita sabar (bukan putus asa!) kalau kita memberitakan Injil dan ditolak, bahkan diejek / diben-ci. Ingat bahwa tanpa pekerjaan Allah, orang yang kita injili itu me-mang tidak akan bisa percaya dan datang kepada Yesus!
6) Manusia berdosa itu mati dalam dosa / mati secara rohani.
Hal ini terlihat dari ayat-ayat di bawah ini:
a) Yoh 10:10b - "Aku datang supaya mereka mempunyai hidup, dan mempunyainya dalam segala kelimpahan".
Bahwa Yesus datang dengan tujuan supaya mereka / manusia ber-dosa mempunyai hidup, jelas menunjukkan bahwa manusia itu mati (secara rohani).
b) Efesus 2:1-3 - "Kamu dahulu sudah mati karena pelanggaran-pelanggaran dan dosa-dosamu. Kamu hidup di dalamnya, karena kamu mengikuti jalan dunia ini, karena kamu mentaati penguasa kerajaan angkasa, yaitu roh yang sekarang sedang bekerja di antara orang-orang durhaka. Sebenarnya dahulu kami semua juga terhitung di antara mereka, ketika kami hidup di dalam hawa nafsu daging dan menuruti kehendak daging dan pikiran kami yang jahat. Pada dasarnya kami adalah orang-orang yang harus dimurkai, sama seperti mereka yang lain".
Mati secara rohani / mati dalam dosa artinya adalah:
Ia aktif berbuat dosa.
Ini terlihat dari Efesus 2:1-3 di atas, yang sekalipun dalam ay 1nya me-nunjukkan bahwa manusia itu mati dalam dosa, tetapi menunjuk-kan dalam ay 2-3nya bahwa itu adalah kehidupan yang berdosa.
Jadi, kalau di atas telah kita lihat bahwa manusia berdosa itu tidak bisa berbuat baik, maka sekarang kita lihat bahwa manusia ber-dosa itu aktif / terus menerus berbuat dosa.
Calvin: "For our nature is not only destitute and empty of good, but so fertile and fruitful of every evil that it cannot be idle" [= Karena kita bukan hanya miskin / melarat dan kosong dalam hal baik, tetapi begitu subur dan banyak berbuah dalam setiap kejahatan sehingga kita tidak bisa malas / menganggur (dalam hal berbuat jahat)] - ‘Institutes of the Christian Religion’, Book II, Chapter I, no 8.
Ia tidak peduli pada hal-hal rohani, baik dosanya maupun Allah, Firman Tuhan / Injil, dsb.
Sehubungan dengan hal ini, ada 2 illustrasi yang populer tetapi salah yang sering dipakai dalam penginjilan:
a. Kita digambarkan seperti orang yang sakit keras, dan Allah mem-beri kita obat. Karena itu kalau kita mau disembuhkan, kita mesti mau membuka mulut kita untuk meminum obat itu.
Illustrasi ini adalah illustrasi Arminian, dan illustrasi ini salah kare-na Kitab Suci tidak menggambarkan orang berdosa sebagai orang yang sakit tetapi sebagai orang yang mati.
Memang Yesus sendiri menggambarkan diriNya sebagai ‘tabib’, dan orang berdosa sebagai ‘orang sakit’ (Mat 9:12-13), tetapi ba-gian ini sama sekali tidak ditujukan untuk mengajar tentang Total Depravity. Ia mengatakan perumpamaan dalam Matius 9:12-13 hanya untuk membela diri terhadap serangan orang-orang Farisi yang melarangNya bergaul dengan orang jahat.
b. Kita hampir tenggelam, dan Allah melemparkan tali, dan kita harus mau memegang tali itu kalau kita mau selamat.
Ini juga salah, karena seharusnya kita adalah orang yang sudah tenggelam dan sudah mati! Untuk menyelamatkan kita, Allah me-nyelam, mengangkat kita lalu menghidupkan kita kembali!
7) Manusia sudah bejad sejak lahir, bahkan sejak dalam kandungan.
Ini terlihat dari:
Kej 8:21b - "Aku takkan mengutuk bumi ini lagi karena manusia, se-kalipun yang ditimbulkan hatinya adalah jahat dari sejak kecilnya".
Tit 1:15 - "Bagi orang suci semuanya suci; tetapi bagi orang najis dan orang tidak beriman suatupun tidak ada yang suci, karena baik akal maupun suara hati mereka najis".
Catatan: memang dari ayat-ayat di atas ada yang bisa ditafsirkan hanya berlaku untuk orang-orang tertentu saja (misalnya Yer 4:22 di atas), tetapi pada umumnya, bahkan sebetulnya mungkin bisa dikata-kan semuanya, adalah ayat-ayat yang berlaku umum (untuk semua manusia berdosa di luar Kristus).
Memang, seperti telah dikatakan di atas, manusia bisa melakukan kebaikan-kebaikan sosial / lahiriah, misalnya pada waktu melihat orang miskin / menderita lalu menolongnya, bahkan tanpa pamrih. Tetapi apakah itu bisa disebut sebagai perbuatan baik di hadapan Allah? Tidak! Mengapa? Karena dalam pandangan Tuhan, supaya suatu perbuatan bisa disebut baik, maka harus dipenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
a) Perbuatan baik itu harus timbul dari iman (Roma 14:23 Ibrani 11:6).
o Ro 14:23b - "Dan segala sesuatu yang tidak berdasarkan iman, adalah dosa".
o Ibr 11:6a - "Tetapi tanpa iman tidak mungkin orang berkenan kepada Allah".
Perlu ditekankan di sini bahwa dalam kontex Kitab Suci, ‘iman’ artinya adalah iman kepada Kristus sebagai Tuhan dan Juru-selamat. Jadi, ‘iman’ di sini tidak bisa diartikan ‘iman dalam agama lain’, ataupun ‘iman kepada Kristus sebagai dokter, penyembuh, pemberi berkat, dsb’.
b) Perbuatan baik itu harus dilakukan untuk kemuliaan Allah (1Korintus 10:31).
1Kor 10:31 berbunyi: "Jika engkau makan atau jika engkau minum, atau jika engkau melakukan sesuatu yang lain, lakukanlah semuanya itu untuk kemuliaan Allah".
c) Perbuatan baik itu harus dilakukan karena cinta kepada Allah (Yoh 14:15).
Yohanes 14:15 - "Jikalau kamu mengasihi Aku, kamu akan menuruti segala perintahKu".
Loraine Boettner menggunakan 1Kor 13:1-3 untuk menunjukkan bahwa tanpa kasih, segala perbuatan baik kita sia-sia. Tetapi dalam hal ini saya tidak setuju dengan Loraine Boettner, karena yang dipersoalkan dalam 1Kor 13:1-3 adalah kasih terhadap se-sama manusia, bukan kasih terhadap Allah. Jadi saya berpendapat bahwa Yoh 14:15 adalah dasar yang lebih tepat.
Semua ini tidak mungkin bisa dilakukan oleh orang yang ada di luar Kristus! Bdk. Ro 3:10,11,18 yang menunjukkan bahwa orang berdosa itu semuanya tidak berakal budi, tidak mencari Allah dan tidak mempunyai rasa takut kepada Allah.
Kalau syarat-syarat di atas ini (point a-c) tidak dipenuhi, maka bisalah dikatakan bahwa pada waktu orang itu melakukan ‘perbuatan baik’, ia melakukannya tanpa mempedulikan Allah! Bisakah ‘perbuatan baik’ seperti itu disebut baik?
Penerapan:
Kalau saudara percaya bahwa seseorang bisa selamat / masuk surga karena berbuat baik, maka renungkan bagian ini, dan ber-tobatlah dari doktrin / kepercayaan sesat itu! Manusia tidak bisa berbuat baik, dan karena itu membutuhkan Kristus sebagai Juru-selamatnya untuk bisa selamat / masuk surga!
Masihkah saudara percaya bahwa semua agama lain (yang meng-andalkan perbuatan baik manusia) bisa memberikan keselamatan?
Seorang yang bernama Cynddylan Jones mengomentari Efesus 2:8-9 de-ngan kata-kata sebagai berikut:
"You might as well try to cross the Atlantic in a paper boat as to get to heaven by your own good works" (= Kamu bisa mencoba menyeberangi Lautan Atlantik dalam sebuah perahu kertas sama seperti kamu mau ke surga dengan perbuatan-perbuatan baikmu sendiri).
Dr. D. James Kennedy mengutip kata-kata Martin Luther yang ber-bunyi sebagai berikut:
"The most damnable and pernicious heresy that has ever plagued the mind of men was the idea that somehow he could make himself good enough to deserve to live with an all-holy God" (= Ajaran sesat yang paling terkutuk dan jahat / merusak yang pernah menggoda pikiran manusia adalah gagasan bahwa entah bagaimana ia bisa membuat dirinya sendiri cukup baik sehingga layak untuk hidup dengan Allah yang mahasuci) - Dr. D. James Kennedy, ‘Evangelism Explosion’, hal 31-32.
2) Manusia berdosa itu tidak mencari Allah.
Roma 3:11 - "Tidak ada seorangpun yang berakal budi, tidak ada seorang-pun yang mencari Allah".
Dalam Kitab Suci memang ada orang-orang yang mencari Allah, tetapi ini hanya bisa terjadi karena Allah sudah lebih dulu bekerja di dalam diri orang itu dan melahirbarukannya. Tanpa pekerjaan Allah, maka berlaku Ro 3:11 ini, yaitu tidak ada seorangpun yang mencari Allah!
Orang yang beragama, yang taat / sungguh-sungguh sekalipun, sebe-tulnya tidak mencari Allah. Mereka mungkin hanya berjuang untuk agamanya / golongannya, atau mencari keselamatan / surga, damai / sukacita, dan berkat-berkat lain, atau mereka mencari jalan untuk bebas dari murka / hukuman Allah, tetapi diri Allah sendiri tidaklah mereka cari!
3) Manusia tidak bisa memperkenan Allah.
Ibr 11:6 menyatakan bahwa tanpa iman manusia tidak bisa memper-kenan Allah, dan Fil 1:29 menyatakan bahwa iman adalah karunia / pemberian Allah! Ini jelas menunjukkan bahwa dari dirinya sendiri (tanpa pekerjaan / karunia Allah) manusia tidak mungkin bisa mem-perkenan Allah.
4) Manusia berdosa itu tidak bisa mengerti / menghargai Injil / Firman Tuhan.
Sebagai dasar dari pernyataan ini perhatikanlah ayat-ayat sebagai berikut:
1Kor 1:18 - "Sebab pemberitaan tentang salib memang adalah kebodohan bagi mereka yang akan binasa, tetapi bagi kita yang diselamatkan pemberitaan itu adalah kekuatan Allah".
1Kor 1:23 - "tetapi kami memberitakan Kristus yang disalibkan: untuk orang-orang Yahudi suatu batu sandungan dan untuk orang-orang bukan Yahudi suatu kebodohan".
1Kor 2:14 - "Tetapi manusia duniawi tidak menerima apa yang berasal dari Roh Allah, karena hal itu baginya adalah suatu kebodohan; dan ia tidak dapat memahaminya, sebab hal itu hanya dapat dinilai secara rohani".
Dalam Kis 16:14 Lidia memperhatikan Injil setelah Allah membuka hatinya. Andaikata tidak ada pekerjaan Allah ini, pasti iapun tidak akan mempedulikan Injil / Firman Tuhan yang diberitakan oleh Paulus.
Calvin: "Man’s disposition voluntarily so inclines to falsehood that he more quickly derives error from one word than truth from a wordy discourse" (= Manusia dengan sukarela begitu condong kepada kepalsuan sehingga ia lebih cepat mendapatkan kesalahan dari satu kata dari pada kebenaran dari suatu pelajaran yang panjang) - ‘Institutes of the Christian Religion’, Book II, Chapter II, no 7).
5) Manusia berdosa itu tidak bisa datang kepada Yesus / percaya kepada Yesus.
Sebagai dasar lihatlah pembahasan ayat-ayat di bawah ini:
a) Dalam Matius 16:16-17, pada waktu Petrus menyatakan imannya kepada Kristus sebagai Mesias / Kristus dan Anak Allah, maka Yesus berkata: "... bukan manusia yang menyatakan itu kepadamu melainkan Bapamu yang di sorga".
Kata ‘menyatakan’ dalam terjemahan dari KJV/RSV/NIV/NASB di-terjemahkan ‘reveal’ (= menyingkapkan sesuatu yang tadinya ter-tutup / tersembunyi). Ini menunjukkan bahwa andaikata tidak ada pekerjaan Bapa yang menyingkapkan hal yang tertutup / tersem-bunyi itu, maka jelas bahwa hati / pikiran Petrus akan terus buta terhadap keMesiasan / keilahian Yesus.
b) Yoh 6:37 berbunyi: "Semua yang diberikan Bapa kepadaKu akan datang kepadaKu, dan barangsiapa datang kepadaKu, ia tidak akan Kubuang".
Ini menunjukkan bahwa orang tidak datang kepada Kristus karena kehendak mereka sendiri, tetapi karena Bapa memberikan mereka kepada Kristus.
Calvin mengomentari bagian ini dengan berkata: "Faith is not a thing which depends on the will of men" (= iman bukanlah sesuatu yang tergantung pada kehendak manusia).
c) Yohanes 6:44,65.
Yoh 6:44 - "Tidak ada seorangpun yang dapat datang kepadaKu, jikalau ia tidak ditarik oleh Bapa yang mengutus Aku".
Yoh 6:65b - "Tidak ada seorangpun dapat datang kepadaKu, kalau Bapa tidak mengaruniakannya kepadanya".
Kedua ayat ini menunjukkan secara explicit bahwa manusia yang ada dalam dosa itu tidak mampu datang kepada Yesus. Ia hanya bisa datang kepada Yesus karena pekerjaan Bapa.
Orang-orang Arminian keberatan terhadap penafsiran ini, dan mereka berkata bahwa kata-kata ‘tidak dapat’ dalam Yoh 6:44,65 itu harus diartikan ‘tidak mau’. Ini seperti kata-kata ‘tidak dapat’ dalam Kej 37:4b yang juga diartikan ‘tidak mau’.
Kej 37:4 (NIV/Lit): ‘they hated him and could not speak a kind word to him’ (= mereka membencinya dan tidak dapat mengucapkan kata yang ramah kepadanya).
Jawaban terhadap pandangan ini:
o belum tentu bahwa kata-kata ‘tidak dapat’ dalam Kej 37:4 harus diartikan ‘tidak mau’. Bukan hanya NIV, tetapi juga KJV, NKJV, RSV, NASB, ASV, dan bahkan Living Bible, menterjemahkan ‘could not’ (= tidak dapat). Hanya Good News Bible yang menterjemahkan ‘would not’ (= tidak mau).
Terjemahan ‘tidak dapat’ ini bukan hanya sesuai dengan arti hurufiahnya, tetapi juga sangat masuk akal. Karena ayat itu membicarakan saudara-saudara Yusuf, yang karena kebencian mereka terhadap Yusuf, lalu tidak dapat berbicara secara ra-mah terhadap Yusuf. Kalau saudara sangat membenci sese-orang, bukankah memang tidak mudah untuk bisa berbicara secara ramah kepada dia?
o kalaupun dalam Kejadian 37:4 kata-kata ‘tidak dapat’ diartikan ‘tidak mau’, itu tidak berarti bahwa dalam Yoh 6:44,65 ini juga harus diartikan seperti itu.
Doktrin Reformed tentang Total Depravity / Total Inability meng-ajarkan bahwa manusia yang masih ada di dalam dosa bukan hanya tidak mau, tetapi juga tidak dapat melakukan apapun yang baik. Jadi, manusia berdosa itu tidak mempunyai kemau-an maupun kemampuan dalam hal berbuat baik. Ini terlihat dari Fil 2:13 yang berbunyi: "karena Allahlah yang mengerjakan di dalam kamu baik kemauan maupun pekerjaan menurut kerelaan-Nya".
Ini terjemahannya kurang jelas. Perhatikan terjemahan-terje-mahan Kitab Suci bahasa Inggris di bawah ini:
KJV: "For it is God which worketh in you both to will and to do of his good pleasure" (= Karena Allahlah yang bekerja dalam kamu baik untuk menghendaki maupun untuk melakukan kehendakNya yang baik).
RSV: "for God is at work in you, both to will and to work for his good pleasure" (= karena Allah bekerja dalam kamu, baik untuk menghendaki maupun untuk mengerjakan untuk kehendakNya yang baik).
NASB: "for it is God who is at work in you, both to will and to work for His good pleasure" (= karena Allahlah yang bekerja dalam kamu, baik untuk menghendaki maupun untuk mengerjakan untuk kehendakNya yang baik).
NIV: "for it is God who works in you to will and to act according to his good purpose" (= karena Allahlah yang bekerja dalam kamu untuk menghendaki dan untuk berbuat menurut rencanaNya yang baik).
Disamping itu, doktrin ini didukung oleh banyak ayat Kitab Suci yang secara explicit menggunakan kata-kata ‘tidak dapat / tidak mungkin’ (seperti Yeremia 13:23 Mat 7:17-18 Yohanes 15:4-5 Ro 8:7-8 1Kor 2:14). Bacalah semua ayat-ayat ini, dan saudara bisa melihat bahwa akan terasa sangat aneh kalau semua kata-kata ‘tidak dapat’ dalam ayat-ayat itu harus diartikan ‘tidak mau’. Dan khususnya dalam Ro 8:7-8, apakah kata-kata ‘tidak mung-kin’ di sana juga harus diartikan ‘tidak mau’?
Doktrin ini juga didukung oleh ayat-ayat Kitab Suci yang lain yang sekalipun menyatakan hal itu secara implicit tetapi menya-takannya secara sangat kuat (seperti Kejadian 6:5 Kej 8:21 Yesaya 64:6 Yeremia 4:22 Yoh 8:34 Roma 3:12 Roma 6:20 Roma 7:18-19).
d) Filipi 1:29 - "Sebab kepada kamu dikaruniakan bukan saja untuk per-caya kepada Kristus, melainkan juga untuk menderita untuk Dia".
Ini menunjukkan secara jelas bahwa iman adalah karunia dari Allah. Kalau Allah tidak mengaruniakan iman kepada seseorang, maka orang itu tidak mungkin akan percaya kepada Yesus.
e) Kis 11:18b - "Jadi kepada bangsa-bangsa lain juga Allah mengaru-niakan pertobatan yang memimpin kepada hidup".
Ini menunjukkan bahwa pertobatan merupakan karunia / pemberi-an Allah. Kalau melihat kontex Kis 10-11 (khususnya Kis 10:43), maka jelas yang dimaksud dengan ‘pertobatan’ di sini adalah ‘datangnya / berimannya seseorang kepada Yesus’.
f) 1Kor 12:3b berbunyi: "tidak ada seorangpun, yang dapat mengaku: ‘Yesus adalah Tuhan,’ selain oleh Roh Kudus".
Ini secara explicit mengatakan bahwa tidak ada seorangpun bisa mengaku bahwa Yesus adalah Tuhan, kalau bukan karena Roh Kudus. Kalau cuma mengaku-ngaku di mulut, tentu bisa (bdk. Mat 7:21-23 Luk 6:46). Tetapi kalau mengaku Yesus sebagai Tuhan dengan hati yang betul-betul percaya, maka ini hanya bisa terjadi karena pekerjaan Roh Kudus dalam diri orang itu
Bagian ini menyebabkan orang yang percaya pada doktrin Total Depravity akan dengan mudah percaya pada doktrin tentang Predes-tinasi. Perhatikan logikanya! Kita, sebagai orang berdosa, tidak bisa percaya / datang kepada Kristus. Tetapi kita toh percaya kepada Kristus. Mengapa? Karena Allah melahirbarukan kita dan lalu memberi kita iman. Mengapa Allah melahirbarukan kita dan memberi iman kepada kita tetapi tidak kepada orang-orang lain? Karena Allah telah memilih kita untuk diselamatkan.
Bagian ini juga seharusnya menyebabkan kita sabar (bukan putus asa!) kalau kita memberitakan Injil dan ditolak, bahkan diejek / diben-ci. Ingat bahwa tanpa pekerjaan Allah, orang yang kita injili itu me-mang tidak akan bisa percaya dan datang kepada Yesus!
6) Manusia berdosa itu mati dalam dosa / mati secara rohani.
Hal ini terlihat dari ayat-ayat di bawah ini:
a) Yoh 10:10b - "Aku datang supaya mereka mempunyai hidup, dan mempunyainya dalam segala kelimpahan".
Bahwa Yesus datang dengan tujuan supaya mereka / manusia ber-dosa mempunyai hidup, jelas menunjukkan bahwa manusia itu mati (secara rohani).
b) Efesus 2:1-3 - "Kamu dahulu sudah mati karena pelanggaran-pelanggaran dan dosa-dosamu. Kamu hidup di dalamnya, karena kamu mengikuti jalan dunia ini, karena kamu mentaati penguasa kerajaan angkasa, yaitu roh yang sekarang sedang bekerja di antara orang-orang durhaka. Sebenarnya dahulu kami semua juga terhitung di antara mereka, ketika kami hidup di dalam hawa nafsu daging dan menuruti kehendak daging dan pikiran kami yang jahat. Pada dasarnya kami adalah orang-orang yang harus dimurkai, sama seperti mereka yang lain".
Mati secara rohani / mati dalam dosa artinya adalah:
Ia aktif berbuat dosa.
Ini terlihat dari Efesus 2:1-3 di atas, yang sekalipun dalam ay 1nya me-nunjukkan bahwa manusia itu mati dalam dosa, tetapi menunjuk-kan dalam ay 2-3nya bahwa itu adalah kehidupan yang berdosa.
Jadi, kalau di atas telah kita lihat bahwa manusia berdosa itu tidak bisa berbuat baik, maka sekarang kita lihat bahwa manusia ber-dosa itu aktif / terus menerus berbuat dosa.
Calvin: "For our nature is not only destitute and empty of good, but so fertile and fruitful of every evil that it cannot be idle" [= Karena kita bukan hanya miskin / melarat dan kosong dalam hal baik, tetapi begitu subur dan banyak berbuah dalam setiap kejahatan sehingga kita tidak bisa malas / menganggur (dalam hal berbuat jahat)] - ‘Institutes of the Christian Religion’, Book II, Chapter I, no 8.
Ia tidak peduli pada hal-hal rohani, baik dosanya maupun Allah, Firman Tuhan / Injil, dsb.
Sehubungan dengan hal ini, ada 2 illustrasi yang populer tetapi salah yang sering dipakai dalam penginjilan:
a. Kita digambarkan seperti orang yang sakit keras, dan Allah mem-beri kita obat. Karena itu kalau kita mau disembuhkan, kita mesti mau membuka mulut kita untuk meminum obat itu.
Illustrasi ini adalah illustrasi Arminian, dan illustrasi ini salah kare-na Kitab Suci tidak menggambarkan orang berdosa sebagai orang yang sakit tetapi sebagai orang yang mati.
Memang Yesus sendiri menggambarkan diriNya sebagai ‘tabib’, dan orang berdosa sebagai ‘orang sakit’ (Mat 9:12-13), tetapi ba-gian ini sama sekali tidak ditujukan untuk mengajar tentang Total Depravity. Ia mengatakan perumpamaan dalam Matius 9:12-13 hanya untuk membela diri terhadap serangan orang-orang Farisi yang melarangNya bergaul dengan orang jahat.
b. Kita hampir tenggelam, dan Allah melemparkan tali, dan kita harus mau memegang tali itu kalau kita mau selamat.
Ini juga salah, karena seharusnya kita adalah orang yang sudah tenggelam dan sudah mati! Untuk menyelamatkan kita, Allah me-nyelam, mengangkat kita lalu menghidupkan kita kembali!
7) Manusia sudah bejad sejak lahir, bahkan sejak dalam kandungan.
Ini terlihat dari:
Kej 8:21b - "Aku takkan mengutuk bumi ini lagi karena manusia, se-kalipun yang ditimbulkan hatinya adalah jahat dari sejak kecilnya".
BACA JUGA: BUKU LIMA POKOK CALVINISME (G.J.BAAN)
Mazmur 51:7 - "Sesungguhnya, dalam kesalahan aku diperanakkan, da-lam dosa aku dikandung ibuku".
Mazmur 58:4 - "Sejak lahir orang-orang fasik telah menyimpang, sejak dari kandungan pendusta-pendusta telah sesat".
Pengkhotbah 9:3b - "Hati anak-anak manusiapun penuh dengan kejahatan, dan kebebalan ada dalam hati mereka seumur hidup, dan kemudian mereka menuju alam orang mati".
Calvin:
"... even infants themselves, while they carry their condemnation along with them from the mother’s womb, are guilty not of another’s fault but of their own. For even though the fruits of their iniquity have not yet come forth, they have the seed enclosed within them. Indeed, their whole nature is a seed of sin; hence it can be only hateful and abhorrent to God" (= ... bahkan bayi-bayi, sementara mereka membawa penghukuman mereka bersama-sama dengan diri mereka dari kandungan, bersalah bukan karena kesalahan orang lain tetapi dari diri mereka sendiri. Karena seka-lipun buah dari kejahatan mereka belum muncul, mereka mempunyai benih terbungkus dalam diri mereka. Memang, seluruh diri mereka adalah benih dosa; dan karenanya mereka hanya bisa membenci dan jijik terhadap Allah) - ‘Institutes of the Christian Religion’, Book II, Chapter I, no 8.
II) Serangan terhadap Total Depravity dan jawabannya.
1) Adanya perintah Allah menunjukkan adanya kemampuan manusia untuk bisa melaksanakannya. Allah tidak mungkin memberi perintah kepada orang yang tidak mampu melakukannya, sama seperti saudara tidak mungkin menyuruh anak saudara yang berusia 3 tahun untuk mengang-kat sekarung beras.
Jawab:
a) Sebelum Adam jatuh ke dalam dosa, memang manusia mempunyai kemampuan taat pada perintah Allah. Tetapi setelah manusia jatuh ke dalam dosa, manusia dikuasai / diperhamba oleh dosa sehingga tidak lagi bisa taat kepada perintah Allah. Ini bukan salahnya Allah, tetapi salahnya manusia.
b) Pada waktu manusia jatuh ke dalam dosa sehingga tidak mampu lagi melakukan perintah Allah, Allah tidak menurunkan tuntutanNya kepa-da manusia. Mengapa? Karena tuntutan Allah / hukum-hukum Allah menunjukkan kesucian Allah. Kalau itu diturunkan, maka itu juga akan menurunkan kesucian Allah. Misalnya saja kalau Allah mengijinkan / menghalalkan perzinahan, maka tentu saja kita akan bertanya-tanya: ‘Allah apa ini gerangan yang mengijinkan hal itu? Tentu Ia adalah Allah yang tidak terlalu nggenah!’
c) John Murray menjawab serangan ini dengan berkata:
"If obligation presupposes ability, then we shall have to go the whole way and predicate total ability of man, that is, to adopt the Pelagian position" (= Jika kewajiban menunjukkan adanya kemampuan, maka kita akan harus meneruskan dan menyatakan kemampuan total pada manusia, yaitu, menerima pandangan Pelagianisme) - ‘Collected Writings of John Murray’, vol II, hal 86.
Untuk bisa mengerti kata-kata John Murray ini, kita perlu melihat perbandingan dari 3 ajaran seperti yang diajarkan oleh Charles Hodge di bawah ini.
Charles Hodge berkata ada 3 pandangan dalam persoalan ini (‘Syste-matic Theology’, vol II, hal 257):
1. Pandangan Pelagianisme, yang mengatakan bahwa manusia yang sudah jatuh ke dalam dosapun tetap mempunyai kemampuan untuk melakukan apapun yang Allah perintahkan kepadanya [total ability (= kemampuan total)].
2. Pandangan Semi-Pelagianisme (= Arminianisme), yang mengata-kan bahwa sekalipun kejatuhan ke dalam dosa melemahkan ke-mampuan manusia, tetapi manusia tidak kehilangan seluruh ke-mampuannya untuk mentaati Tuhan [partial ability / partial inability (= kemampuan sebagian / ketidakmampuan sebagian)].
3. Pandangan Augustinianisme / Calvinisme, yang mengatakan bah-wa manusia, setelah kejatuhan ke dalam dosa, sama sekali tidak mampu untuk kembali kepada Tuhan atau melakukan apapun yang betul-betul baik di hadapan Allah [total inability / total depravity (= ketidakmampuan total / kebejadan total)].
Calvinisme Arminianisme Pelagianisme
Ketidakmampuan total Kemampuan sebagian Kemampuan total
Kalau adanya perintah Allah / kewajiban dari Allah dijadikan dasar untuk mengatakan bahwa manusia pasti mampu mentaati perintah Allah itu, maka konsekwensinya kita bukan harus meninggalkan Augustinianisme / Calvinisme (ketidakmampuan total) dan berpindah kepada Semi-Pelagianisme / Arminianisme (kemampuan / ketidak-mampuan sebagian), tetapi kepada Pelagianisme (kemampuan total), yang jelas-jelas merupakan ajaran sesat!
2) Doktrin ini menyebabkan orang putus asa.
Jawab:
a) Harus diakui bahwa memang memungkinkan seseorang menanggapi doktrin ini dengan cara yang salah, sehingga menjadi putus asa. Tetapi adanya tanggapan yang salah terhadap suatu ajaran, tidak menunjukkan bahwa ajarannya salah!
John Murray:
"But perversion does not refute the truth of the doctrine perverted" (= Tetapi penyimpangan tidak menyangkal / membuktikan salah kebenaran dari doktrin yang disimpangkan itu) - ‘Collected Writings of John Murray’, vol II, hal 87.
b) Sebetulnya doktrin ini tidak menyebabkan orang putus asa. Bahkan doktrin ini menjadi landasan yang sangat penting supaya orang mau menerima Injil kasih karunia dan beriman kepada Kristus.
John Murray:
"The gospel is one of grace and therefore rests upon despair of human resources and potency" (= Injil adalah injil kasih karunia dan karena itu berdasarkan pada keputusasaan terhadap sumber dan potensi manusia) - ‘Collected Writings of John Murray’, vol II, hal 88.
Sebaliknya doktrin yang menentang doktrin Total Depravity inilah yang akhirnya membuat orang putus asa.
"Nothing is more soul-destructive than self-righteousness. And it is self-righteousness that is fostered by the doctrine that man is naturally able to do what is good and well-pleasing to God. To encourage any such conviction is to plunge men into self-deception and delusion and such is indeed the counsel of despair" (= Tidak ada yang lebih menghancurkan jiwa dari pada sikap membenarkan diri sendiri. Dan adalah sikap mem-benarkan diri sendiri ini yang dipungut oleh doktrin yang mengatakan bahwa manusia secara alamiah bisa melakukan apa yang baik dan berkenan kepada Allah. Menganjurkan keyakinan semacam itu adalah menjerumuskan manusia ke dalam penipuan diri sendiri dan khayalan dan hal itulah yang sebenarnya merupakan nasehat keputusasaan) - John Murray, ‘Collected Writings of John Murray’, vol II, hal 87.
c) Orang yang sadar bahwa dirinya penuh dosa dan tidak bisa berbuat baik, sama sekali tidak perlu berputus asa. Mengapa? Karena Kitab Suci justru menyatakan mereka sebagai ‘orang berbahagia’ dan ‘pemilik Kerajaan Sorga’ (Mat 5:3), dan karena itu jelas bahwa Kitab Suci menganggap orang seperti ini memiliki masa depan yang cerah.
Sekarang mari kita meninjau Mat 5:3 yang dalam Kitab Suci Indonesia berbunyi: "Berbahagialah orang yang miskin di hadapan Allah, karena merekalah yang empunya Kerajaan Sorga".
Terjemahan ‘miskin di hadapan Allah’ dalam Kitab Suci Indonesia ini sebetulnya adalah terjemahan yang salah. Terjemahan yang benar adalah ‘miskin dalam roh’. Apa artinya? Artinya adalah bahwa orang itu sadar ia penuh dengan dosa.
Sesuatu yang menarik adalah: kata ‘miskin’ di sini diterjemahkan dari kata bahasa Yunani PTOCHOS, yang artinya ‘miskin dalam arti sama sekali tidak punya apa-apa’. Kata PTOCHOS ini digunakan dalam Kitab Suci untuk menggambarkan Lazarus (Lukas 16:20 - kata ‘penge-mis’ sebetulnya adalah ‘orang miskin yang sama sekali tidak punya apa-apa’), dan juga untuk menggambarkan janda miskin setelah ia memberikan uangnya yang hanya 2 peser (Lukas 21:3).
Dalam bahasa Yunani ada kata lain untuk ‘miskin’, yaitu PENES atau PENICHROS, yang menunjukkan ‘miskin tetapi masih punya sedikit uang’. Dalam Kitab Suci kata PENICHROS ini digunakan untuk meng-gambarkan janda miskin sebelum ia mempersembahkan uangnya yang hanya 2 peser itu (Lukas 21:2).
Karena kata ‘miskin’ dalam Matius 5:3 itu diterjemahkan dari kata bahasa Yunani PTOCHOS, maka itu jelas menunjukkan bahwa Mat 5:3 me-nyatakan bahwa seseorang itu baru dianggap berbahagia dan meru-pakan pemilik Kerajaan Sorga kalau ia sadar bahwa dirinya penuh dengan dosa, hitam legam, bukan abu-abu atau putih berbintik-bintik, dsb.
Arminianisme memang percaya bahwa semua manusia berdosa, tetapi karena mereka berpendapat bahwa manusia masih bisa berbuat baik dan mereka tidak percaya pada doktrin Total Depravity, itu menunjukkan bahwa mereka cuma miskin dalam arti kata PENES atau PENICHROS, bukan dalam arti kata PTOCHOS. Ini menyebabkan mereka sebetulnya belum memenuhi syarat untuk dianggap sebagai orang yang berbahagia dan pemilik Kerajaan Sorga.
BACA JUGA: KERUSAKAN TOTAL/TOTAL DEPRAVITY, SANGGAHAN DAN JAWABAN
Calvin:
"... even infants themselves, while they carry their condemnation along with them from the mother’s womb, are guilty not of another’s fault but of their own. For even though the fruits of their iniquity have not yet come forth, they have the seed enclosed within them. Indeed, their whole nature is a seed of sin; hence it can be only hateful and abhorrent to God" (= ... bahkan bayi-bayi, sementara mereka membawa penghukuman mereka bersama-sama dengan diri mereka dari kandungan, bersalah bukan karena kesalahan orang lain tetapi dari diri mereka sendiri. Karena seka-lipun buah dari kejahatan mereka belum muncul, mereka mempunyai benih terbungkus dalam diri mereka. Memang, seluruh diri mereka adalah benih dosa; dan karenanya mereka hanya bisa membenci dan jijik terhadap Allah) - ‘Institutes of the Christian Religion’, Book II, Chapter I, no 8.
II) Serangan terhadap Total Depravity dan jawabannya.
1) Adanya perintah Allah menunjukkan adanya kemampuan manusia untuk bisa melaksanakannya. Allah tidak mungkin memberi perintah kepada orang yang tidak mampu melakukannya, sama seperti saudara tidak mungkin menyuruh anak saudara yang berusia 3 tahun untuk mengang-kat sekarung beras.
Jawab:
a) Sebelum Adam jatuh ke dalam dosa, memang manusia mempunyai kemampuan taat pada perintah Allah. Tetapi setelah manusia jatuh ke dalam dosa, manusia dikuasai / diperhamba oleh dosa sehingga tidak lagi bisa taat kepada perintah Allah. Ini bukan salahnya Allah, tetapi salahnya manusia.
b) Pada waktu manusia jatuh ke dalam dosa sehingga tidak mampu lagi melakukan perintah Allah, Allah tidak menurunkan tuntutanNya kepa-da manusia. Mengapa? Karena tuntutan Allah / hukum-hukum Allah menunjukkan kesucian Allah. Kalau itu diturunkan, maka itu juga akan menurunkan kesucian Allah. Misalnya saja kalau Allah mengijinkan / menghalalkan perzinahan, maka tentu saja kita akan bertanya-tanya: ‘Allah apa ini gerangan yang mengijinkan hal itu? Tentu Ia adalah Allah yang tidak terlalu nggenah!’
c) John Murray menjawab serangan ini dengan berkata:
"If obligation presupposes ability, then we shall have to go the whole way and predicate total ability of man, that is, to adopt the Pelagian position" (= Jika kewajiban menunjukkan adanya kemampuan, maka kita akan harus meneruskan dan menyatakan kemampuan total pada manusia, yaitu, menerima pandangan Pelagianisme) - ‘Collected Writings of John Murray’, vol II, hal 86.
Untuk bisa mengerti kata-kata John Murray ini, kita perlu melihat perbandingan dari 3 ajaran seperti yang diajarkan oleh Charles Hodge di bawah ini.
Charles Hodge berkata ada 3 pandangan dalam persoalan ini (‘Syste-matic Theology’, vol II, hal 257):
1. Pandangan Pelagianisme, yang mengatakan bahwa manusia yang sudah jatuh ke dalam dosapun tetap mempunyai kemampuan untuk melakukan apapun yang Allah perintahkan kepadanya [total ability (= kemampuan total)].
2. Pandangan Semi-Pelagianisme (= Arminianisme), yang mengata-kan bahwa sekalipun kejatuhan ke dalam dosa melemahkan ke-mampuan manusia, tetapi manusia tidak kehilangan seluruh ke-mampuannya untuk mentaati Tuhan [partial ability / partial inability (= kemampuan sebagian / ketidakmampuan sebagian)].
3. Pandangan Augustinianisme / Calvinisme, yang mengatakan bah-wa manusia, setelah kejatuhan ke dalam dosa, sama sekali tidak mampu untuk kembali kepada Tuhan atau melakukan apapun yang betul-betul baik di hadapan Allah [total inability / total depravity (= ketidakmampuan total / kebejadan total)].
Calvinisme Arminianisme Pelagianisme
Ketidakmampuan total Kemampuan sebagian Kemampuan total
Kalau adanya perintah Allah / kewajiban dari Allah dijadikan dasar untuk mengatakan bahwa manusia pasti mampu mentaati perintah Allah itu, maka konsekwensinya kita bukan harus meninggalkan Augustinianisme / Calvinisme (ketidakmampuan total) dan berpindah kepada Semi-Pelagianisme / Arminianisme (kemampuan / ketidak-mampuan sebagian), tetapi kepada Pelagianisme (kemampuan total), yang jelas-jelas merupakan ajaran sesat!
2) Doktrin ini menyebabkan orang putus asa.
Jawab:
a) Harus diakui bahwa memang memungkinkan seseorang menanggapi doktrin ini dengan cara yang salah, sehingga menjadi putus asa. Tetapi adanya tanggapan yang salah terhadap suatu ajaran, tidak menunjukkan bahwa ajarannya salah!
John Murray:
"But perversion does not refute the truth of the doctrine perverted" (= Tetapi penyimpangan tidak menyangkal / membuktikan salah kebenaran dari doktrin yang disimpangkan itu) - ‘Collected Writings of John Murray’, vol II, hal 87.
b) Sebetulnya doktrin ini tidak menyebabkan orang putus asa. Bahkan doktrin ini menjadi landasan yang sangat penting supaya orang mau menerima Injil kasih karunia dan beriman kepada Kristus.
John Murray:
"The gospel is one of grace and therefore rests upon despair of human resources and potency" (= Injil adalah injil kasih karunia dan karena itu berdasarkan pada keputusasaan terhadap sumber dan potensi manusia) - ‘Collected Writings of John Murray’, vol II, hal 88.
Sebaliknya doktrin yang menentang doktrin Total Depravity inilah yang akhirnya membuat orang putus asa.
"Nothing is more soul-destructive than self-righteousness. And it is self-righteousness that is fostered by the doctrine that man is naturally able to do what is good and well-pleasing to God. To encourage any such conviction is to plunge men into self-deception and delusion and such is indeed the counsel of despair" (= Tidak ada yang lebih menghancurkan jiwa dari pada sikap membenarkan diri sendiri. Dan adalah sikap mem-benarkan diri sendiri ini yang dipungut oleh doktrin yang mengatakan bahwa manusia secara alamiah bisa melakukan apa yang baik dan berkenan kepada Allah. Menganjurkan keyakinan semacam itu adalah menjerumuskan manusia ke dalam penipuan diri sendiri dan khayalan dan hal itulah yang sebenarnya merupakan nasehat keputusasaan) - John Murray, ‘Collected Writings of John Murray’, vol II, hal 87.
c) Orang yang sadar bahwa dirinya penuh dosa dan tidak bisa berbuat baik, sama sekali tidak perlu berputus asa. Mengapa? Karena Kitab Suci justru menyatakan mereka sebagai ‘orang berbahagia’ dan ‘pemilik Kerajaan Sorga’ (Mat 5:3), dan karena itu jelas bahwa Kitab Suci menganggap orang seperti ini memiliki masa depan yang cerah.
Sekarang mari kita meninjau Mat 5:3 yang dalam Kitab Suci Indonesia berbunyi: "Berbahagialah orang yang miskin di hadapan Allah, karena merekalah yang empunya Kerajaan Sorga".
Terjemahan ‘miskin di hadapan Allah’ dalam Kitab Suci Indonesia ini sebetulnya adalah terjemahan yang salah. Terjemahan yang benar adalah ‘miskin dalam roh’. Apa artinya? Artinya adalah bahwa orang itu sadar ia penuh dengan dosa.
Sesuatu yang menarik adalah: kata ‘miskin’ di sini diterjemahkan dari kata bahasa Yunani PTOCHOS, yang artinya ‘miskin dalam arti sama sekali tidak punya apa-apa’. Kata PTOCHOS ini digunakan dalam Kitab Suci untuk menggambarkan Lazarus (Lukas 16:20 - kata ‘penge-mis’ sebetulnya adalah ‘orang miskin yang sama sekali tidak punya apa-apa’), dan juga untuk menggambarkan janda miskin setelah ia memberikan uangnya yang hanya 2 peser (Lukas 21:3).
Dalam bahasa Yunani ada kata lain untuk ‘miskin’, yaitu PENES atau PENICHROS, yang menunjukkan ‘miskin tetapi masih punya sedikit uang’. Dalam Kitab Suci kata PENICHROS ini digunakan untuk meng-gambarkan janda miskin sebelum ia mempersembahkan uangnya yang hanya 2 peser itu (Lukas 21:2).
Karena kata ‘miskin’ dalam Matius 5:3 itu diterjemahkan dari kata bahasa Yunani PTOCHOS, maka itu jelas menunjukkan bahwa Mat 5:3 me-nyatakan bahwa seseorang itu baru dianggap berbahagia dan meru-pakan pemilik Kerajaan Sorga kalau ia sadar bahwa dirinya penuh dengan dosa, hitam legam, bukan abu-abu atau putih berbintik-bintik, dsb.
Arminianisme memang percaya bahwa semua manusia berdosa, tetapi karena mereka berpendapat bahwa manusia masih bisa berbuat baik dan mereka tidak percaya pada doktrin Total Depravity, itu menunjukkan bahwa mereka cuma miskin dalam arti kata PENES atau PENICHROS, bukan dalam arti kata PTOCHOS. Ini menyebabkan mereka sebetulnya belum memenuhi syarat untuk dianggap sebagai orang yang berbahagia dan pemilik Kerajaan Sorga.
BACA JUGA: KERUSAKAN TOTAL/TOTAL DEPRAVITY, SANGGAHAN DAN JAWABAN
Sebaliknya Calvinisme, yang percaya pada doktrin Totral Depravity, percaya bahwa dalam diri manusia hanya ada dosa, dosa dan dosa! Ini menunjukkan kesadaran orang-orang Calvinist bahwa mereka me-mang adalah PTOCHOS, bukan PENES atau PENICHROS. Dengan demikian Mat 5:3 menyatakan bahwa orang-orang Calvinist ini adalah orang yang berbahagia dan merupakan pemilik Kerajaan Sorga.
3) Tawaran Injil kepada setiap orang menunjukkan bahwa orang bisa per-caya kepada Yesus.
Kata ‘whoever’ (= barangsiapa) dalam ayat-ayat seperti Yoh 3:16 (dalam Kitab Suci Indonesia diterjemahkan ‘setiap orang’) dianggap sebagai dasar bahwa setiap orang bisa percaya kepada Yesus.
Jawab:
Ayat-ayat seperti Yohanes 3:16 hanya menunjukkan bahwa Injil ditawarkan kepada semua orang, dan siapapun yang percaya mendapat hidup kekal. Tetapi ayat-ayat itu sama sekali tidak berbicara tentang kemampuan orang berdosa dalam menanggapi Injil! Sebaliknya Yoh 6:44,65 secara explicit menyatakan tentang ketidakmampuan manusia untuk datang kepada Yesus.
Yohanes 6:44 - "Tidak ada seorangpun yang dapat datang kepadaKu, jikalau ia tidak ditarik oleh Bapa yang mengutus Aku".
Yoh 6:65b - "Tidak ada seorangpun dapat datang kepadaKu, kalau Bapa tidak mengaruniakannya kepadanya".
3) Tawaran Injil kepada setiap orang menunjukkan bahwa orang bisa per-caya kepada Yesus.
Kata ‘whoever’ (= barangsiapa) dalam ayat-ayat seperti Yoh 3:16 (dalam Kitab Suci Indonesia diterjemahkan ‘setiap orang’) dianggap sebagai dasar bahwa setiap orang bisa percaya kepada Yesus.
Jawab:
Ayat-ayat seperti Yohanes 3:16 hanya menunjukkan bahwa Injil ditawarkan kepada semua orang, dan siapapun yang percaya mendapat hidup kekal. Tetapi ayat-ayat itu sama sekali tidak berbicara tentang kemampuan orang berdosa dalam menanggapi Injil! Sebaliknya Yoh 6:44,65 secara explicit menyatakan tentang ketidakmampuan manusia untuk datang kepada Yesus.
Yohanes 6:44 - "Tidak ada seorangpun yang dapat datang kepadaKu, jikalau ia tidak ditarik oleh Bapa yang mengutus Aku".
Yoh 6:65b - "Tidak ada seorangpun dapat datang kepadaKu, kalau Bapa tidak mengaruniakannya kepadanya".
https://teologiareformed.blogspot.com/
-AMIN-
-AMIN-