EKSPOSISI 2 TIMOTIUS 4:2-5 (PENGUASAAN DIRI ORANG KRISTEN)

EKSPOSISI 2 TIMOTIUS 4:2-5 (PENGUASAAN DIRI ORANG KRISTEN)
2 Timotius 4:2.Beritakanlah firman, siap sedialah baik atau tidak baik waktunya, nyatakanlah apa yang salah, tegorlah dan nasihatilah dengan segala kesabaran dan pengajaran.3Karena akan datang waktunya, orang tidak dapat lagi menerima ajaran sehat, tetapi mereka akan mengumpulkan guru-guru menurut kehendaknya untuk memuaskan keinginan telinganya.4.Mereka akan memalingkan telinganya dari kebenaran dan membukanya bagi dongeng.5.Tetapi kuasailah dirimu dalam segala hal, sabarlah menderita, lakukanlah pekerjaan pemberita Injil dan tunaikanlah tugas pelayananmu! (2 Timotius 4:2-5)

Pendahuluan

Penguasaan diri seorang Kristen (hamba Tuhan) ialah mampu mengontrol diri untuk tidak dipengaruhi oleh pikiran dan keinginan manusiawi yang negatif dan jahat. Secara harafiah dikatakan bahwa seorang pelayan yang telah menguasai diri di dalam segala hal, merupakan orang yang telah memenangkan sebuah pertandingan. Dalam kehidupan orang Kristen penguasaan diri sangat diperlukan supaya tidak mudah jatuh dalam dosa dan memiliki kedewasaan rohani yang mencerminkan karakter Kristus

Eksposisi 2 Timotius 4:2-5

Dalam bagian ini penulis akan mengeksposisi beberapa kata penting untuk mendapatkan kajian yang mendalam sehingga dapat memahami tentang signifikansi penguasaan diri, berdasarkan 2 Timotius 4:1-8. maka penulis akan mengkaji setiap kata dalam ayat ini, untuk memperdalam kajian teologisnya:

1.Siap Sedia Memberitakan Firman (2 Timotius 4: 2)

Kata Siap Sedia dalam bahasa aslinya menunjukkan kata kerja berupa perintah yang harus dilakukan. Yang mana dilakukan sekali dan berlaku untuk selama-lamanya. Jadi siap sedia dengan demikian artinya dilakukan sekali dan berdampak untuk selama-lamanya dengan keterlibatan secara aktif.

Jadi kasus ini, menunjukkan suatu perintah kepada Timotius untuk terus siap sedia dalam memberitakan Firman yang dilakukan terusmenerus baik atau tidak baik waktunya dan berdampak bagi dirinya dan orang lain.

Jadi Paulus secara tegas mendesak Timotius untuk siap sedia memberitakan Injil baik atau tidak baik waktunya, dan menyatakan apa yang salah, menegur dan menasehati dengan segala kesabaran dalam pengajarannya.

Menurut Friberg kata siap sedia menggunakan kata “be always alert to” yang artinya selalau waspada. Sedangkan Newman mengatakan kata siap sedia menggunakan kata “stand by” yang artinya siaga. Jadi dari semua kata di atas dapat diartikan bahwa dalam penguasaan diri Timotius harus selalu waspada dan siaga memberitakan Firman terhadap dirinya sendiri dalam menghadapi guru-guru palsu yang menyebarkan ajaran sesat, oleh karena itu Timotius harus berani mengungkapkan kesalahan dan menegur mereka yang berbuat kesalahan, menasehati mereka agar kembali kepada jalan yang benar.

Dalam bukunya Barclay mengatakan bahwa Paulus mendorong agar memberitakan firman baik atau tidak baik waktunya. Yang artinya bahwa dimanapun terjadi percakapan dengan dirinya, agar tepat untuk pembicaraan akan segara melintas menuju Kristus walaupun beranggapan bahwa dalam memberitakan Injil diperlukan waktu yang tepat untuk berbircara, harus ada sopan santun, namun demikian dalam pemberitaan Injil tidak memandang tempat atau waktu yang tepat.

Henry mengatakan: Siap sedialah memberitakan firman merupakan perintah Rasul Paulus kepada Timotius untuk memperingatin orang-orang yang ada dibawah tanggung jawabmu untuk berjaga-jaga terhadap dosa, untuk menjalankan kewajiban kereka. Peringatkanlah mereka untuk bertobat, percaya dan hidup kudus, dan lakukanlah ini baik atau tidak baik waktunya. 

Baik atau tidak baik waktunya yaitu ketika mereka sedang merasa senang untuk mendengarkan engkau, atau ketika datang sesuatu kesempatan istimewah yang menguntungkan untuk berbincang-bincang dengan mereka.

Bahkan, lakukanlah itu meskipun tidak baik waktunya, sekalipun tampak tidak ada kemungkinan untuk menanamkan sesuatu pada mereka. Sebab angin bertiup kemana ia mau. Taburlah benih kita pagi-pagi hari, dan janganlah memberi istrahat kepada tangan kangan kita pada petang hari (Pengkhotbah 11:6). Kita harus melakukannya ketika baik waktunya, yaitu harus melakukan meskipun tidak baik waktunya, yaitu kita tidak boleh mengengsampingkan kewajiban dengan alasan waktunya tidak baik.

Penulis sependapat dengan Matthew Henry bahwa firman Tuhan harus diberitakan baik atau tidak baik wakunya walaupun mereka tidak menerima. Dan hal itu merupakan tanggung jawab seorang kristen untuk membawa mereka supaya bertobat, percaya dan hidup kudus. 

Sedangkan Arichea mengatakan bahwa siap sedia baik atau tidak baik waktunya ia memberikan arti “terus giat” melakukan kegiatan meskipun ada perlawanan tantangan.

Jadi timotius dianjurkan untuk tetap gigih memberitakan Injil karena sudah menjadi tugasnya sebagai pemberita.

Jadi dapat disimpulkan bahwa mengabarkan berita Allah itu dilakukan terus menerus supaya orang mendengarkan Injil. Juga hendaknya meyakinkan orang untuk menunjukkan kesalahan dan memberi dorongan kepada mereka dan memiki sikap mengajar orang dengan sesabar mungkin.

2.Mengajar Firman Dengan Sabar (2 Timotius 4:2b)

Kesabaran, dalam bukunya Friberg memiliki arti as a state of emotional quietness, artinya menenangkan emosional diwajah.

Hal ini menunjukkan bahwa rasul Paulus menasehati Timotius untuk tetap meredakan hatinya dengan tidak dipengaruhi pikiran yang jahat dalam memberitakan firman Tuhan serta dalam menyatakan yang salah dan dengan ketekunan.

Dalam hal ini Rasul Paulus menasehati Timotius supaya ia sungguh-sungguh dalam memberitakan firman Tuhan dan menyatakan yang salah. Hauspei dalam bukunya kata μακροθυμια (makrothumia) memiliki arti endurance yang artinya daya tahan. Dalam hal ini Timotius seharusnya memiliki kekuatan dalam memberi pengajaran di dalam menghadapi ajaran sesat.

Henry mengartikan kata kesabaran yaitu tidak menyerah. Jadi kata sabarlah menunjukan sikap seseorang di dalam menghadapi sesuatu hal, baik dalam kondisi senang maupun dalam kondisi yang buruk tidak mudah menyerah. Dari eksposisi di atas dapat diartikan bahwa kesabaran merupakan sikap yang harus dimiliki sesorang di dalam menghadapi sesuatu hal dengan tidak pernah menyerah. 

Jadi Rasul Paulus memberi nasihat kepada Tomotius di dalam pelayannya supaya ia lebih sungguhsungguh dan meredahkan hati supaya ia bisa mengendalikan emosinya di dalam memberitakan firman Tuhan dan dalam menyatakan kesalahan dengan tidak pernah menyerah

3.Mengajar Firman Dengan Benar (2 Timotius 4: 4)

Disisni Rasul Paulus menegaskan agar hendaknya mereka berhenti mendengarkan ajaran sesat yang ada pada saat itu. Oleh karena itu Paulus menekankan kepada Timotius supaya tetap mengajarkan pengajaran dengan benar.

Henry mengatakan bahwa orang-orang yang membuka diri bagi dongeng-dongeng pertama-tama memalingkan telinga mereka dari kebenaran, sebab mereka tidak dapat mendengar. Allah dengan adil membiarkan orang membuka dongeng dan jika mereka jenuh dengan kebenaran, dan mereka membiarkan mereka disesatkan dari kebenaran oleh dongeng.

Penulis menyimpulkan bahwa pada waktu itu orang-orang lebih mendengarkan dongeng-dongeng dari pada kebenaran yang benar, oleh karena itu jika sudah jenuh maka mereka akan disesatkan oleh diri mereka sendiri, oleh karena itu Paulus sangat menegaskan Timotius supaya mengajar firman dengan benar agar mereka dapat memalingkan telinga mereka kepada pengajaran yang benar.

4.Sabarlah menderita (2 Timotius 4: 5b)

Kata Sabarlah dalam bahasa aslinya memakai kata "kakopahteson" artinya kesukaran. Jadi dapat disimpulkan bahwa dalam kesabaran akan menimbulkan kesukaran dalam hati untuk menguji setiap kesabaran muncul dalam permukaan di seseorang.

Kata "kakopahteson" menggunakan kasus dalam bentuk verb imperative aorist active 2nd person singular from. “Imperative” menunjukkan kata kerja berupa perintah yang harus dilakukan. Kata Aorist menunjukkan keterangan waktu dimana dilakukan sekali dan berlaku untuk selama-lamanya. Dengan demikian kesabaran artinya dilakukan sekali dan betampak untuk selama-lamanya. active menunjukkan keterlibatan secara aktif. Kata 2nd person singuler menunjukkan pribadi yaitu orang kedua tunggal (kamu).

Dari kasus ini, merupakan perintah Paulus kepada Timotius bagaimana ia menunjukkan sifatnya untuk terus sabar dalam memberitakan Firman yang dilakukan sekali untuk selama-lamanya. Juga untuk sabar menanggung penderitaan.

Jadi seorang kristen harus sabar bahwa penderitaan-penderitaan pasti akan datang ketika ia menjalakan kewajibannya dengan setia. Dalam bukunya Newman kata kesukaran memiliki arti “endure” artinya bertahan atau memikul.

Jadi dapat disimpulkan dalam setiap penderitaan untuk tidak menyerah namun tetap berpegang teguh dan bertahan sampai pada akhirnya. Dan berani membawa penderitaan.Yang dimaksud dengan berani membawa penderitaan ialah apapun yang menimpa dirinya ia harus membayar harga tanpa menggerutu dan menyesal.

Jadi penulis menyimpulkan bahwa Rasul Paulus dengan sangat khidmat dan sungguh-sungguh menekankan Timotius untuk melakukan pekerjaan dan tugas sebagai pemberita Injil dengan tekun dan penuh kesabaran, berani menghadapi kesulitan yang ada dan tetap berpegang teguh atau bertahan dalam penderitaan dan setia dalam pelayanan dengan memenuhi semua bagiannya dengan pekerjaan yang mestinya. Dan perintah yang diberikan kepada Timotius ini harus dipandang oleh semua pelayan Injil sebagai perintah kepada diri sendiri.

Henry mengatakan dalam bukunya bertahan dengan sabar, janganlah berkecil hati akibat kesulitan-kesulitan yang engkau hadapi, tetapi tanggunglah itu dengan lapang, biasakanlah dirimu untuk menghadapi kesulitan. Dan ia harus menanggung penderitaan-penderitaan itu dengan sabar, seperti seorang pahlawan Kristen.

Yancey juga mengatakan bahwa ikutlah menderita sebagai prajurit yang baik dari kristus. Kesimpulannya bahwa hamba Tuhan adalah prajurit yang terus berjuang meskipun harus menderita, agar semua orang dapat menyaksikan kasih karunia Allah yang diberikan kepada setiap orang yang percaya kepada-Nya.

Hamba hendaklah tetap setia dan tulus,serta melakukan pelayanan dengan baik. Sanders menambahkan bahwa keberanian seorang pemimpin dinyatakan dengan kerelaannya menghadapi kenyataan dan kondisi yang tidak menyenangkan, kemudian bertindak tanpa keraguan menghadapi semua itu, sekalipun itu membuat dirinya semakin tidak disukai. Keberanian bukanlah untuk sesaat, melainkan terus ada hingga tugasnya selesai dikerjakan. Jadi penulis menyimpulkan para pemimpin diharapkan menunjukkan keberanian dalam menghadapi penderitaan.

5.Melakukan Pekerjaan Injil (2 Timotius 4: 5c)

Kata lakukanlah dalam bahasa aslinya artinya berusaha, melakukan yang menunjukkan perintah yang harus dilakukan dengan waktu dimana dilakukan sekali dan berlaku untuk selama-lamanya dan dengan keterlibatan secara aktif.

Jadi dapat disimpulkan bahwa dalam memberitakan Injil tidak hanya sekedar melakukan akan tetapi juga mempunyai usaha agar Injil dapat didengar oleh semua orang yang belum percaya pada saat itu.

Menurut Newman Kata berusaha memberi arti Act benevolently artinya bertindak dengan ramah atau murah hati. Jadi dapat disimpulkan bahwa dalam melakukan pemberitakan Injil memiliki sikap ramah atau murah hati sehingga orang dapat mendengarnya. Friberg menyimpulkan kata berusaha memiliki arti bring aobut artinya menyempurnakan. 

Secara harafiah bahwa seseorang yang telah dipanggil untuk memberitakan Injil haruslah ia melakukan tindakan, usaha yang sempurna. Namun demikian disetiap tindakan dan usaha yang dilakukan dalam memberitakn Injil tidak lepas dari kuasa Allah dan doa sehingga Injil yang di sampaikan sempurna.

Dalam bukunya Henry mengatakan bahwa Pekerjaan pemberita Injil adalah sebagai wakil para rasul, menyirami jemaatjemaat yang sudah ditanamkan oleh para rasul. Mereka bukanlah gembala yang nemetap, tetapi hanya sementara waktu tinggal, dan memimpin, di jemaat-jemaat yang sudah di tanamkan oleh para rasul, sampai mereka mendapat pelayanan yang tetap. Inilah pekerjaan Timotius.

Penulis setuju apa yang dikatakan oleh Henry bahwa Injil adalah tugas orang kristen untuk memimpin dan menanamkan kepada orang-orang supaya mereka dapat mengenal Allah dan mendapatkan pelayanan. Melakukan pekerjaan Injil merupakan pekerjaan yang harus dilaksanakan oleh Timotius sebagai seorang percaya yang telah diselamatkan oleh kasih karunia Allah, dan harus mengerjakan pekerjaan itu sampai akhir.

Abieno mengatakan dalam bukunya: Rasul Paulus mengingatkan Timotius bahwa dalam mengerjakan pekerjaan Injil, Roh Kudus akan menolong dan memampukan. Keselamatan adalah pekerjaan dan Anugerah Allah sebagai orang percaya tidak boleh angkuh, tidak boleh menggap dirinya utama dari orang lain, tetapi sebaliknya harus merendahkan diri.

Kesimpulannya bahwa dalam mengerjakan pekerjaan Injil tidak perlu takut sebab Roh Kudus akan menolong dan memampukan. Saputra memberikan dorongan bahwa dimanapun dan apapun pekerjaan kita, harus bersikap profesional dan harus memberikan pekerjaan baik. Karena itu jadilah pribadi yang manis. Penulis menyimpulkan bahwa sebagai seorang pengajar harus mampu memberikan dorongan kepada jemaat yang menngajarkan Injil dan juga memiliki sikap bukan pemarah akan tetepi menjadi pribadi yang manis.

Brownlle mengatakan: Pekabaran Injil adalah pemberitaan kabar gembira tentang Tuhan dengan maksud supaya orang yang mendengar berita itu mengambil keputusan untuk bertobat kepada Kritus. Pekabaran Injil ditunjukkan kepada orang-orang yang bukan Kristen dan kepada segi-segi yang tidak Kristen dalam kehidupan orang-orang Kristen, dengan maksud supaya semua orang itu menyerahkan kehidupannya secara penuh kepada Tuhan.

Penulis sependapat dengan apa yang dikatakan oleh Brownlle bahwa Injil untuk orang-orang yang belum percaya dan supaya Injil dapat di di beritakan agar setiap orang yang belum percaya dapat menerima Yesus sebagai Juruselamat. Melakukan pekerjaan pemberitaan Injil, serta melaksanakan tugas pelayanan yang dipercayakan kepadanya dengan tulus dan bertanggung jawab. Dengan begitu, ia pun mampu memberi bukti nyata di hadapan banyak orang, baik tentang kualitas seorang pengikut Yesus maupun kualitas seorang pemimpin Kirsten. Timotius diminta untuk meneladani kesetiaan dan ketabahan Rasul Paulus dalam melayani Kristus apa pun yang terjadi.

6.Menyelesaikan Pelayanan Sampai Akhir (2 Timotius 4: 5)

Kata “tunaikanlah” merupakan bentuk kata perintah yang harus dilakukan yang dilakukan sekali untuk selama-lamanya. Perintah ini untuk menunaikan tugas pelayanan ditunjukkan kepada orang ke dua tunggal yaitu kamu (Timotius). Dan Timotius harus mewujudkan hasil dari pelayanan.

Menyelesaikan tugas pelayanan Henry mengatakan bahwa ini merupakan suatu kepercayaan yang besar yang diberikan kepadanya, dan karena itu ia harus memenuhinya, dan menjalankan semua bagian dari pekerjaannya dengan tekun dan penuh perhatian. Arichea mengatakan bahwa Timotius harus berbuat semua hal yang perlu dalam menjalankan tugasnya sebagai yang mengabdi kepada Allah. Dan mengerjakan semua pekerjaan yang telah ia perintahkan kepadanya.

Wijanarko mengatakan dalam bukunya: tunaikanlah tugas pelayananmu” bukan melayani dengan terpaksa, didorongdorong, doa harus diabsen, pertemuan diabsen, semua serba diharuskan, menjadi semacam “Kuk” yang menekan. Namun melayani dengan benar dengan antusiame, semangat, pengapdian, kerinduan akan Tuhan, kerinduan dan hasrat akan hadirat-Nya dan kesetiaan.

Penulis setuju dengan pernyataan Wijanarko bahwa tugas pelayanan itu bukan unsur keterpaksaan atau didorong-dorong, namun melayani dalam kasih dan memiliki kerinduan kepada Allah dalam pemberitakan Injil. 

Budiman lebih mengatakan bahwa lakukanlah tugas pelayananmu sepenuhnya tanpa kuatir akan penderitaan yang ada. Jadi dapat disimpulkan bahwa dalam melakukan pekerjaan Injil hendaklah untuk tidak kuatir akan penderitaan yang ada namun bagaiman pekerjaan itu di selesaikan dengan akhir. Jadi, dari semua kata di atas penulis menyimpulkan bahwa rasul Paulus memerintahkan Timotius untuk memenuhi dan menyelesaikan tugas pelayanan yang telah dipercayakan kepadanya.

PENERAPAN

Berdasarkan hasil kajian yang telah diuraikan di atas maka dalam hal ini penulis akan memaparkan PENERAPAN  dari kajian eksegetis tentang: Kuasailah dirimu, dalam segala hal, sabarlah menderita, lakukanlah pekerjaan baik, dan tunaikanlah tugas pelayananmu.

I.Orang Kristen dan Tanggung jawab Terhadap Firman

1.Siap Sedia Memberitakan Injil

Memberitakan Firman merupakan tugas setiap orang kristen dalam pelayanan agar semua orang dapat mendengarkan firman dan Iman mereka teguh didalam Tuhan. Dalam 2 Timotius 4: 2 Timotius dituntut untuk siap sedia memberitakan Firman Allah pada waktunya bahkan rela menderita bila situasi menuntut. 

Sebagai seorang orang kristen ia harus tetap setia kepada Tuhan dan memiliki kedisiplinan diri untuk menjalankan tugasnya. Seperti Timotius yang masih muda ia memberikan dirinya dalam memberitakan Firman meskipun banyak tantangan yang akan dihadapinya kedepan, namun tidak menjadi alasan bagi Timotius untuk tidak memberitakan Injil. 

Itulah sebabnya Paulus mau memakai Timotius sebagai pelayan yang akan meneruskan pelayanan gereja di masa depan. Sekalipun masih muda Timotius bahwa dia tidak menolak pelayanan itu, akan tetapi Timotius menerima pelayanan itu dengan baik. Namun demikian Paulus tidak membiarkan Timotius begitu saja, Paulus memberikan dorongan kepada Timotius untuk tetap teguh dalam Iman dan pengharapn kepada Yesus Kristus didalam doa dalam menghadapi setiap masalah dan ajaran-ajaran sesat. Tuntutan yang diberikan Paulus kepada Timotius agar mampu menyatakan apa yang salah, menegor dan menasehati dengan kesabaran dalam pengajarannya.

Memberitakan Firman merupakan tugas penting, seorang kristen, sebagaimana yang dilakukan oleh Paulus (1 Korintus 15:1-11, dan Lukas 5:5;8:11).Brill menegaskan bahwa “beritakanlah Injil dengan berani, sebagai suatu ikrar yang benar sama seperti pengakuan Yesus Yesus di hadapan Pilatus. Setiap seorang percaya wajib mengabarkan Injil dengan tidak bercacat dan tidak bercela sehingga pada saat Tuhan Yesus Kristus menyatakan diri-Nya.

Jadi penulis menyimpulkan bahwa tugas memberitakan firman merupakan tanggung seorang kristen Tuhan sekalipun kondisinya memungkinkan atau tidak. Dalam memberitakan firman juga diperlukan kesiapan diri,baik dalam doa dan Firman setiap waktu, sehingga tidak menimbulkan rasa takut untuk memberitakan Injil.

Memang secara manusia rasa takut itu pasti ada dikarenakan usia yang masih muda atau tidak pandai berbicara akan tetapi sebagai pemimpin rohani tidak perlu takut menghadapi orang lain atau menghadapi bahaya-bahaya dalam perjalanan pemberitaan Injil melainkan memberikan teladan bagi semua orang karena Tuhan akan memberikan kekuatan dan keberanian dalam memberitakan Injil, dalam 1Timotius 4:12 “jangan seorangpun menganggap engkau rendah karena engkau muda. Jadilah teladan bagi orangorang percaya, dalam perkataanmu, dalam kesetiaanmu, dan dalam kesucianmu”.

Keberanian yang diberikan Tuhan kapada setiap orang kristen merupakan kekuatan terbesar, sebab demi Dia yang Mahakuasa, yang mempunyai segala kuasa baik di dalam sorga maupun di dunia ini. Di samping itu, hanya Kuasa Tuhan Yesuslah yang dapat memberikan kuasa kepada orang percaya supaya dapat menguasai diri sendiri. Dan janganlah takut, karena justru kuasa Tuhan disempurnakan di dalam kelemahan.

Tuhan telah menetapkan Paulus sebagai rasul, pengabar Injil dan guru. Amanat yang telah diberikan kepada seorang Hamba berasal dari Allah. Seorang hamba dipanggil dan ditetapkan dalam pekerjaan pengabaran Injil oleh Tuhan Yesus. Paulus memberikan teladan kepada Timotius dan untuk tiap-tiap orang kristen dalam pelayanan agar menjadi pemberita Injil Kristen kepada orang-orang yang percaya. Sama dengan Paulus walaupun hidupnya dalam ancaman, akan tetapi dirinya tidak merasa malu kerena 

Injil dan juga tidak malu dipenjarakan karena Kristus. Paulus mengingatkan dan menyadarkan Timotius bahwa panggilannya adalah panggilan yang suci sebagai pemberita Injil. Oleh karena itu Hamba juga menyadari bahwa panggilanya bukan panggilan yang tidak berarti akan tetapi panggilan itu adalah panggilan yang paling mulia. 

Perlu di sadari bahwa Tuhan akan melengkapi setiap Hambanya agar kuat dan teguh dalam menghadapi penderitaan karena kebenaran. Seorang Kristen tidak perlu malu karena Injil sebab Injil adalah kebenaran, seorang kristen tidak perlu malu karena Injil sebab Injil adalah pertaruhan yang dipertaruhkan kepadah Hamba oleh Allah sendiri.

2.Mengajar Firman Dengan Sabar

Kemampuan untuk bersabar merupakan suatu tindakan yang dilakukan oleh seorang kristen dalam pelayanan, sehingga apa yang menjadi targetnya dapat tercapai. Kemampuan terletak pada kemauan, kesanggupan, kecakapan dalam diri Timotius untuk mengerjakan sesuatu. Sebagai seorang hamba Tuhan Paulus menasehati Timotius untuk dapat mengendalikan dirinya dalam segala aspek. Paulus ingin agar Timotius mampu mengendalikan dirinya baik dalam pikiran, perkataan dan juga tindakannya sebagai seorang pepimpin jemaat, sehingga ia menjadi teladan yang baik untuk jemaat (1 Timotius 4:12).

Wijanarko mengatakan bahwa “Paulus sudah menjadi teladan bagi Timotius dan para murid yang lain dan menasihatkan Timotius untuk menjadi teladan bagi para murid dan jemaat. Melayani adalah proses bagimana menjadi teladan bagi orang lain”. 

Wijaya juga mengatakan dalam bukunya bahwa Paulus mengingatkan Timotius agar ia menjadi teladan dalam perilakunya, serta bertekun dalam belajar, mengajar dan membangun orang lain, serta menggunakan karunia-karunianya.  Tujuannya agar jemaat dapat melihat keteladanan hidup Timotius. Kehidupan Timotius harus selaras dalam pengajarannya, berita Injil yang disampaikan akan menjadi teguh dan tanpa keselarasan perkataan dan perbuatan, seorang pengajar akan menjadi batu sandungan bagi Injil.

Paulus menambahkan, dalam segala aspek, jadikanlah dirimu sendiri suatu teladan dalam berbuat baik. Hendaklah engkau jujur dan bersungguh-sungguh dalam pengajaranmu, sehat dan tidak bercela dalam pemberitaan sehingga lawan menjadi malu, karena tidak ada hal-hal yang buruk yang dapat mereka sebarkan.

Penulis setuju dengan pernyataan di atas bahwa sebagai orang kristen harus selaras dengan tindakannya, baik dalam perkataan tindakannya sebagai pengajar. Timotius dalam pelayanannya terus memberikan teladan yang baik dalam emosinya dalam menghadapi pengaajran yang tidak selaras dengan firman. Iman yang merupakan wujub buktinya Timotius dalam pelayanan.

Dalam keteladanan Timotius ia harus mampu untuk bersabar dalam menghadapi jemaat yang ia layanani. Unsur yang di kendalikan dan harus dijauhkan dalam pelayanan yaitu kemampuan untuk menunjukkan sikap moral untuk tidak emosi atau marah. Dan jika penguasaan diri menjadi kasar dan liar serta terutama akan jatuh dalam dosa. 

Jadi, dapat disimpulkan bahwa seorang kristen sangat penting untuk mengusai dirinya agar tidak emosi atau marah dalam kondisi apapun yang dihadapi dalam pelayanan, namun tetap menjadi teladan dalam pengajaranya dan dirinya sendiri agar tidak jatuh dalam dosa.

II.Intergitas Orang Kristen

1.Bertahan Dalam Kesulitan

Untuk mengubah kesulitan menjadi kemungkinan, memerlukan usaha yang melampaui standar, pendetakatan, dan pemecahan secara khusus. Hadapi kesulitan dengan tabah. Jadi, ungkapan ini mengandung pengertian bahwa kesulitan dan penderitaan justru semakin menguatkan fisik dan mental seorang hamba Tuhan jika di selesaikan dengan baik. 

Wyclife memberikan kunci bahwa hadapilah kesulitan itu dengan tegar. Dan menghindar kesulitan tidak akan menyelesaikan masalah, namun apapun itu hadapilah dengan baik”.

Barclay mengatakan dalam bukunya: Bila sesorang bermaksud menerima serangkaian standar nilai yang berbeda sama sekali dengan standar dunia, ia mau tidak mau akan menghadapi kesulitan. Dan bila seseorang bermaksud menerapkan kesetiaan yang melebihi segala kesetiaan menjadi pertentangan. 

Penganiayaan dan kesulitan akan terjadi, tetapi Paulus menyakini dua hal: 
Pertama, ia yakin bahwa Allah akan menolong orang yang menaruh Iman kepada-Nya. 
Kedua, ia yakin bahwa orang-orang yang tidak beriman akan menuju kehancuran dan secara harafiah mereka tidak memiliki masa depan.

Penulis menyimpulkan bahwa sebagai seorang orang percaya pasti akan menghadapi kesulitan yang tidak dapat dihindari, meskipun demikan orang kristen yakin bahwa Tuhan akan menolong dan memberikan kekuatan yang penuh kemenangan. “Allah akan membuat berbahagia orang yang tahan menghadapi berbagai kesulitan (dan tetap percaya). Sebab, ketika dia terbukti berhasil, Allah akan memberikan hadiah kepadanya berupa kehidupan yang kekal. Allah telah berjanji untuk memberikan kepada orang-orang yang mengasihi Dia.”

Winarto mengatakan bahwa Paulus menguatkan Timotius agar jangan berdiam diri, melainkan terus maju dan senantiasa berjuang untuk menjadi teladan.

Dalam kutipan di atas, penulis setuju bahwa seorang pemimpin tidak boleh diam di tempat saja, namun seorang pemimpin gereja hamba Tuhan agar terus maju dan menjadi teladan bagi semua orang.

2. Setia Sampai Akhir

Kata setia adalah berpegang teguh, patuh dan taat bagimanapun berat tugas yang harus di jalankan oleh setiap orang percaya. Setiap orang percaya yang taat sampai akhir berhak mendapatkan mahkota kehidupan sebagaimana dijanjikan oleh Tuhan.

Basuki mengatakan dalam bukunya: Jangan takut terhadap apa yang harus engkau derita. Sesungguhnya Iblis melemparkan beberapa dari antaramu ke dalam penjara supaya kamu dicobai dan kamu akan beroleh kesusahan selama sepuluh hari. Hendaklah engkau setia sampai mati, dan aku akan mengaruniakan kepadamu mahkota kehidupan, (Wahyu 2:10).

Penulis menyimpulkan bahwa setiap orang kristen yang setia dan taat tidak akan dibiarkan dicobai oleh jerat iblis namun Tuhan akan memberikan kekuatan dan karunia untuk mendapatkan mahkota kehidupan. Setia sampai akhir menjadi pesan Paulus kepada Timotius, walaupun Paulus membiarkan Timotius mengetahui bahwa tugas tersebut tidak mudah, namun Paulus tetap mendorong Timotius supaya berhasil. Dan keberhasilan itu diperlukan kedisplinan layaknya tentara, visi seorang olahragawan, dan kesabaran seorang petani. Karena Paulus tahu Timotius akan menghadapi cobaan kemalasan, kejenuhan, dan bertindak gegabah.

Kristus menghendaki bahwa hamba yang sudah di panggil agar setia sampai akhir, tidak menyimpang ke kanan atau kekiri, melainkan tetap fokus pada tujuan.

Drecher mengatakan: Kesetiaan merupakan kualitas yang andal, dapat dipercayai, yang membuat seseorang itu dapat diandalkan dan kata-katanya teguh. Philip menerjemahkan arti buah kesetiaan dengan ketaatan. 

Barclay menggunakan istilah “kesetiaan” dan Wescott menuliskan “seseorang disebut setia” jika setelah diberhentikan dari tugas ia mampu menunjutkan suatu sifat yang tampak dari luar dan pada saat tersebut dia dapat dipercaya. Dalam hal kesetiaan sesuai penilaian dari mereka yang mengandalkannya.

Penulis menyimpulkan, kesetiaan tidak terlepas dari ketaatan dan kesetiaan itu akan teruji pada penghujung atau akhir yang menentukan bentuk kesetiaan. Wong mengatakan bahwa “setiap pelayan memiliki tujuan yang harus dijalani dan diselesaikan, sebuah pelayanan untuk orang percaya jalani dan genapi”. Artinya hidup akan sangat berarti jika seorang pelayan Tuhan, dapat menyelesaikan tugas yang telah Tuhan percayakan kepadanya. Kesetiaan adalah kasih yang sanggup bertahan dalam segala sesuatu. 

Timotius tetap melakukan penginjilan dengan pengajaran yang ia tahu, dan tidak menghiraukan dengan orang-orang yang tidak mau menerima ajaran yang disampaikan Timotius, namun Timotius tetap meneruskan pekerjaannya dengan setia. Dalam kesetiaan Timotius sangat terbukti dimana Timotius tidak menghindar dari tugasnya yang dipercayakan kepadanya, bahkan Timotius tidak menghiraukan kondisi dan situasi yang diperhadapkan kepadanya walaupun berat, namun ia tetap setia dan taat (Yohanes 14:23).

Penulis menyimpulkan, kesetiaan tidak terlepas dari ketaatan dan biasanya kesetiaan itu akan teruji pada penghujung atau akhir yang menentukan bentuk kesetiaannya. Kesetiaan berbicara tentang ketahanan, keteguhan, untuk mencapai tujuan, khususnya ketika berada dalam bahaya dan bencana. Hal ini menjelaskan kesetiaan dalam melaksanakan tugas dan pengabdian tanpa pamrih pada orang tertentu dan prinsip-prinsip yang dipegang. Kesetiaan adalah kasih yang sanggup bertahan pada segala sesuatu.

3.Awasilah Dirimu dan Ajaranmu

Awasilah dirimu terhadap ajaranmu, merupakan nasihat Paulus kepada anak rohaninya Timotius dalam pelayanan yang bertanggung jawab sebagai gembala jemaat, dan mewaspadai terhadap bahaya penyesatan dan menekankan agar Timotius dapat memelihara kehidupan rohani dan mengawasi dirinya sendiri.

Tafsiran Timotius 4:16 mengatakan: “awasailah dirimu dan ajaran” bertekunlah dalam semua itu, karena dengan berbuat demikian engkau akan menyelamatkan dirimu dan semua orang yang mendengar engkau” artinya Timotius tidak boleh lengah sedikitpun karena dalam hal ini diungkapkan dengan kalimat karena engkau berbuat demikian engkau akan menyelamatkan dirimu sendiri dan semua orang akan mendengarkan engkau. Merupakan ajaran sehat dan tingkah laku yang baik Timotius yang dapat menjadi saksi Kristus dan membawa orang lain kepada-Nya. Timotius dituntut untuk dapat menjaga pengajaran yang disampaikan.

Kittel mengatakan bahwa nasehat yang diberikan kepada Timotius sangat sulit diikuti oleh siapapun. Namun, itulah salah satu nasihat yang dapat di berikan. Ia harus membungkam kritik dengan tingkah lakunya yang menjadi teladan dan pengajar yang memberikan suatu kebenaran Firman dalam pengajarannya dan menjadi saksi Kristus.

Penulis menyimpulkan bahwa seorang kristen tetap menjaga kemurnian dalam pengajaran yang disampaikan. Dan tetap menjadi teladan bagi semua orang baik dalam perkataan, tingkah laku dan perbuatan. “Awasilah dirimu sendiri dan awasilah ajaranmu” menekankan kepada hal yang sangat penting yang harus dimiliki oleh setiap orang kristen yang baik, yaitu:

Pertama, pengajarannya akan menjadi faedah, apabila seluruh kehidupannya serasi atau sesuai apa yang diajarkan.

Kedua, kesucian dan kemurnian kehidupan tidak cukup kecuali ia menjadi rajin mengajar.” Kesimpulanya bahwa menjadi pengajar dibutuhkan kegigihan untuk terus belajar, dan menjaga kesucian hidup sesuai dengan ajaran Yesus.

Timotius sebagai orang percaya dapat mengatur dirinya sendiri agar ia mendapatkan rasa hormat meskipun ia masih muda, ia harus menegaskan doktrin ajarannya dengan memberikan contoh yang benar, dimana setiap orang yang mengajarkan dengan doktrinya ia juga harus mengajarkan dengan kehidupannya. 


Timotius juga harus memiliki komitmen dalam pelayanan dimana ia harus memberikan dirinya secara penuh terhadap apa yang ia kerjakan serta menunjukkan dengan jelas bahwa ia berkembang dalam pengetahuannya. Moral hidup seorang pelayan atau seorang pengajar sangat perlu, karena ketika melaksanakan pengajaran harus sesuai dengan moralitas hidup seorang pelayan Kristus.

PENUTUP

Penguasaan Diri sangat berperan penting bagi orang kristen, karena tanpa Penguasaan Diri tersebut tidak memiliki kedewasaan rohani dalam Tuhan dan akan diperbudak oleh dosa. Namun penulis percaya bahwa seorang kristen yang telah berhasil, bukan berarti tidak pernah melewati kesulitan proses atau kesulitan dimasa hidupnya. Penguasaan Diri berarti menahan diri dari apa yang ditekahui salah, Penguasaan Diri lebih dari sekedar menjaga diri dari keinginan jahat dan nafsu, Penguasaan Diri juga membantu bagaimana mengorbankan yang lebih kecil untuk mencapai yang lebih tinggi.

Penguasaan Diri yaitu kemampuan orang kristen untuk berani molak hal-hal yang merugikan dirinya dan orang lain dan tetap berdiri teguh pada garis yang sudah di tentukan. Yesus mempunyai kesanggupan yang luar biasa sehingga selama pelayanan-Nya selalu berhasil. Penguasaan Diri dalam segala hal. Sangat ditekankan bagi Timotius bagaimana ia mampu mengendalikan diri dan berpikir, berkata dan bertindak yang benar tanpa harus dipimpin oleh bapak rohaninya Paulus. 

Timotius tidak boleh malu atau takut meskipun dia masih muda, namun itu tetap menjadi tugasnya dalam memberikan teladan kepada semua orang dalam pelayananya. Penguasaan Diri tidak hanya berlaku kepada Timotius saja, namun penguasaan diri juga berlaku kepada semua orang kristen dalam pelayanan, dimana setiap orang kristen harus mampu mengusai diri dari hal-hal yang membuat dirinya jatuh dalam dosa.

Kemampuan seorang pemimpin memang sangat terbatas dalam melakukan setiap pelayanan, namun ketika seorang pemimpin yang terus belajar dalam ajaran maka segala sesuatu yang tidak mungkin akan menjadi kenyataan. Kemampuan itu akan terjadi saat seorang pemimpin tetap bersandar kepada Tuhan, sehingga “Penguasaan Diri Dalam Segala Hal” akan memberkati semua orang. 


Dalam pekabaran selalu waspada dan siaga memberitakan Firman terhadap dirinya sendiri dalam menghadapi guru-guru palsu yang menyebarkan ajaran sesat, oleh karena itu Timotius harus berani mengungkapkan kesalahan dan untuk menegur mereka yang berbuat kesalahan, menasehati mereka agar kembali kepada jalan yang benar. Pelayannya supaya ia lebih sungguh-sungguh dan meredahkan hati supaya ia bisa mengendalikan emosinya di dalam memberitakan firman Tuhan dan dalam menyatakan kesalahan dengan tidak pernah menyerah.

Rasul Paulus menasihatkan dan mendorong Timotius, supaya Timotius dapat menguasai diri dalam menanggadapi tantangan dan ajaran sesat yang tidak percaya akan ajaran sehat. Paulus menasihati Timotius supaya ia mampu menguasai dirinya sebagai hamba Tuhan dalam pelayanan, agar Timotius tidak jatuh ke dalam dosa kenikmatan dunia. 

Penguasaan Diri setiap orang kristen dalam pelayanan sangat berpengaruh dalam pelayanan maupun di dalam kehidupan sehari-hari. Setiap pelayan Tuhan yang tidak menguasai diri mereka seperti kota yang roboh temboknya (Amsal 25:28). Namun setiap orang kristen yang mampu menguasai diri mereka seperti orang memenangkan sebuah pertandingan dan seperti orang merebut kota. 

Next Post Previous Post