DOSA, HUKUMAN ALLAH DAN PERUBAHAN DUNIA AKIBAT DOSA

Pendahuluan:

Dosa adalah salah satu tema sentral dalam Alkitab yang berdampak besar bagi manusia dan dunia sejak kejatuhan manusia di Taman Eden. Dosa bukan hanya suatu tindakan yang melanggar perintah Allah, tetapi juga suatu kondisi manusia yang terpisah dari Allah.
DOSA, HUKUMAN ALLAH DAN PERUBAHAN DUNIA AKIBAT DOSA
Dalam artikel ini, kita akan membahas pengertian dosa, bagaimana dosa menyebabkan hukuman Allah, serta dampaknya terhadap dunia dan seluruh ciptaan. Kita juga akan melihat bagaimana rencana Allah dalam penebusan membawa harapan dan transformasi.

1. Pengertian Dosa dalam Alkitab

A. Definisi Dosa

Secara etimologis, kata "dosa" dalam bahasa Ibrani adalah "חַטָּאָה" (khata’), yang berarti meleset dari sasaran. Dalam Perjanjian Baru, dosa disebut dengan kata "hamartia" (ἁμαρτία), yang juga bermakna meleset dari tujuan atau standar yang ditetapkan Allah. Dalam konteks teologi, dosa adalah pelanggaran terhadap hukum atau perintah Allah yang sempurna.

Dosa tidak hanya terbatas pada tindakan atau perilaku tertentu, tetapi juga mencakup pikiran, keinginan, dan sikap hati yang salah. Dalam Roma 3:23, dikatakan, "Karena semua orang telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah." Ini berarti setiap manusia secara alami cenderung untuk berdosa, dan dosa menyebabkan kita kehilangan kemuliaan serta hubungan sempurna dengan Allah.

B. Asal Mula Dosa

Dosa pertama kali masuk ke dunia melalui ketidaktaatan Adam dan Hawa di Taman Eden, yang dicatat dalam Kejadian 3. Dalam narasi ini, Hawa tergoda oleh ular (Iblis) untuk melanggar perintah Allah dengan memakan buah dari pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat. Adam juga ikut melanggar perintah Allah dengan memakan buah tersebut. Kejadian ini dikenal sebagai kejatuhan manusia, dan sejak saat itu, dosa memasuki dunia dan memengaruhi seluruh umat manusia.

Dalam Roma 5:12, Paulus menjelaskan, "Sebab itu, sama seperti dosa telah masuk ke dalam dunia oleh satu orang, dan oleh dosa itu juga maut, demikianlah maut itu telah menjalar kepada semua orang, karena semua orang telah berbuat dosa." Dengan kata lain, dosa asal Adam dan Hawa membawa konsekuensi yang serius bagi seluruh umat manusia. Melalui ketidaktaatan mereka, semua orang mewarisi natur berdosa yang membuat kita cenderung memberontak melawan Allah.

C. Macam-Macam Dosa

Dosa dapat dikategorikan dalam berbagai bentuk, baik dalam tindakan, pikiran, atau perkataan. Berikut beberapa kategori dosa yang disebutkan dalam Alkitab:

  1. Dosa Perbuatan: Ini adalah dosa yang dilakukan melalui tindakan yang melanggar perintah Allah, seperti mencuri, membunuh, atau berzinah. Dalam Galatia 5:19-21, Paulus menyebutkan perbuatan daging seperti percabulan, penyembahan berhala, iri hati, amarah, dan lain sebagainya.

  2. Dosa Pikiran: Dosa juga dapat dilakukan dalam pikiran, seperti kebencian, kesombongan, dan keinginan yang jahat. Yesus dalam Matius 5:28 berkata, "Setiap orang yang memandang perempuan serta menginginkannya, sudah berzinah dengan dia di dalam hatinya."

  3. Dosa Perkataan: Perkataan yang tidak benar, seperti kebohongan, fitnah, atau kata-kata kasar, juga termasuk dosa. Yakobus menegaskan bahwa lidah adalah alat yang sulit dikendalikan dan bisa membawa kebinasaan (Yakobus 3:6).

  4. Dosa yang Tidak Disadari: Dosa tidak selalu disadari oleh orang yang melakukannya. Dalam Mazmur 19:13, Daud meminta Tuhan agar ia dibebaskan dari dosa yang tidak ia sadari.

2. Hukuman Allah Terhadap Dosa

A. Konsekuensi Dosa Menurut Alkitab

Dosa tidak hanya merusak hubungan manusia dengan Allah, tetapi juga mendatangkan hukuman yang adil dari Allah. Dalam Alkitab, hukuman Allah terhadap dosa mencakup tiga aspek utama: hukuman spiritual, hukuman fisik, dan hukuman kekal.

  1. Hukuman Spiritual: Kematian Rohani

Kejatuhan manusia menyebabkan terputusnya hubungan langsung antara manusia dan Allah. Kematian rohani adalah kondisi di mana manusia terpisah dari sumber kehidupan sejati, yaitu Allah. Dalam Efesus 2:1, Paulus berkata bahwa kita semua "mati karena pelanggaran-pelanggaran dan dosa-dosa" sebelum diselamatkan oleh Kristus. Kematian rohani berarti bahwa kita tidak lagi memiliki hubungan yang hidup dengan Allah tanpa pertobatan dan iman kepada Kristus.

  1. Hukuman Fisik: Kematian Jasmani

Selain kematian rohani, dosa juga membawa kematian jasmani. Allah memperingatkan Adam bahwa jika dia memakan buah dari pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat, "pasti engkau mati" (Kejadian 2:17). Setelah kejatuhan, tubuh manusia menjadi fana, dan kematian jasmani menjadi bagian tak terhindarkan dari kehidupan manusia.

Dalam Roma 6:23, Paulus menulis, "Sebab upah dosa ialah maut." Ini menegaskan bahwa kematian adalah akibat langsung dari dosa. Kematian jasmani bukanlah hukuman terakhir, tetapi hanya permulaan dari hukuman yang lebih besar bagi mereka yang tetap hidup dalam dosa tanpa bertobat.

  1. Hukuman Kekal: Pemisahan Selamanya dari Allah

Hukuman terakhir untuk dosa yang tidak diampuni adalah pemisahan kekal dari Allah, yang dikenal sebagai neraka. Yesus sering berbicara tentang tempat ini sebagai tempat penderitaan kekal (Matius 25:41-46). Mereka yang menolak kasih karunia Allah melalui Yesus Kristus akan menghadapi hukuman kekal, terpisah dari hadirat Allah untuk selama-lamanya.

B. Keadilan dan Kasih Allah dalam Hukuman

Penting untuk dipahami bahwa hukuman atas dosa bukanlah tindakan sewenang-wenang dari Allah, tetapi adalah konsekuensi dari keadilan-Nya yang sempurna. Allah adalah kudus dan adil, sehingga Dia tidak bisa membiarkan dosa tanpa hukuman. Pada saat yang sama, Allah juga adalah kasih, dan melalui kasih-Nya, Dia menyediakan jalan keluar dari hukuman dosa melalui pengorbanan Yesus Kristus di kayu salib.

Dalam Roma 5:8, tertulis, "Akan tetapi Allah menunjukkan kasih-Nya kepada kita, oleh karena Kristus telah mati untuk kita, ketika kita masih berdosa." Pengorbanan Kristus adalah manifestasi sempurna dari kasih Allah, yang memungkinkan kita untuk bebas dari hukuman dosa jika kita menerima Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat.

3. Perubahan Dunia Akibat Dosa

A. Dosa dan Kerusakan Alam

Ketika Adam dan Hawa jatuh ke dalam dosa, bukan hanya manusia yang terkena dampaknya, tetapi seluruh ciptaan ikut mengalami kerusakan. Allah mengutuk tanah karena dosa mereka (Kejadian 3:17-18), dan sejak saat itu dunia ini mengalami penderitaan, penyakit, bencana alam, dan kematian. Dalam Roma 8:20-22, Paulus menulis bahwa seluruh ciptaan "tertunduk kepada kesia-siaan" dan "merintih" menantikan pembebasan dari dosa dan maut.

Kerusakan alam semesta akibat dosa juga terlihat dalam ketidakseimbangan ekosistem, kelaparan, dan penyakit yang melanda dunia. Alam yang seharusnya menjadi tempat yang sempurna untuk kehidupan manusia sekarang menjadi tempat yang penuh dengan pergumulan dan penderitaan.

B. Dosa dan Hubungan Manusia

Dosa tidak hanya memengaruhi hubungan manusia dengan Allah, tetapi juga merusak hubungan antar manusia. Sejak kejatuhan manusia, dosa seperti kebencian, iri hati, perselisihan, dan kekerasan mulai mewarnai hubungan antar manusia. Contoh pertama adalah pembunuhan Habel oleh Kain yang dicatat dalam Kejadian 4.

Konflik, perang, ketidakadilan sosial, diskriminasi, dan perpecahan keluarga adalah contoh-contoh nyata bagaimana dosa merusak tatanan sosial dan hubungan manusia. Dosa mengakibatkan manusia cenderung untuk mengejar kepentingan pribadi dan mendominasi orang lain, yang akhirnya menyebabkan ketidakadilan dan penindasan di masyarakat.

C. Dosa dan Pengaruh Budaya

Selain itu, dosa juga merusak budaya manusia. Kebudayaan yang seharusnya menjadi sarana untuk memuliakan Allah justru sering kali mencerminkan kejatuhan manusia. Dalam dunia modern, kita dapat melihat bagaimana dosa mempengaruhi seni, hiburan, politik, dan teknologi, yang sering kali digunakan untuk mempromosikan nilai-nilai yang bertentangan dengan kehendak Allah.

Budaya yang terpengaruh oleh dosa mendorong sikap individualisme, hedonisme, materialisme, dan relativisme moral, di mana kebenaran dan moralitas ditentukan oleh preferensi pribadi, bukan oleh standar yang ditetapkan Allah dalam firman-Nya.

4. Harapan dan Penebusan Melalui Kristus

A. Penebusan dari Dosa

Meskipun dosa membawa dampak yang sangat besar bagi manusia dan dunia, Allah menyediakan jalan keluar melalui Yesus Kristus. Melalui kematian dan kebangkitan-Nya, Yesus menanggung hukuman dosa yang seharusnya kita tanggung. Dalam 2 Korintus 5:21, dikatakan, "Dia yang tidak mengenal dosa telah dibuat-Nya menjadi dosa karena kita, supaya dalam Dia kita dibenarkan oleh Allah."

Penebusan melalui Kristus adalah anugerah Allah yang memberikan harapan kepada seluruh umat manusia. Kita dapat dilepaskan dari perbudakan dosa dan maut jika kita bertobat dan percaya kepada Kristus. Yohanes 3:16 mengatakan, "Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal."

B. Kehidupan Baru di Dalam Kristus

Melalui penebusan Kristus, manusia tidak hanya dibebaskan dari hukuman dosa, tetapi juga diberikan kehidupan baru di dalam Dia. Dalam 2 Korintus 5:17 dikatakan, "Jadi siapa yang ada di dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru: yang lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang."

Kehidupan baru di dalam Kristus berarti kita dipulihkan untuk hidup sesuai dengan tujuan Allah, yaitu memuliakan-Nya dan hidup dalam kekudusan. Dengan bimbingan Roh Kudus, orang percaya dimampukan untuk melawan dosa dan hidup dalam ketaatan kepada Allah.

C. Pemulihan Dunia pada Kedatangan Kristus yang Kedua

Alkitab mengajarkan bahwa meskipun dunia saat ini berada dalam kerusakan akibat dosa, akan ada pemulihan penuh pada saat kedatangan Kristus yang kedua. Dalam Wahyu 21:1, Yohanes melihat "langit yang baru dan bumi yang baru," di mana tidak ada lagi dosa, penderitaan, atau kematian.

Pada saat itu, Allah akan memulihkan seluruh ciptaan, dan umat-Nya akan hidup dalam hubungan yang sempurna dengan Dia tanpa adanya dosa. Ini adalah pengharapan yang pasti bagi semua orang percaya, bahwa pada akhirnya, dunia yang rusak oleh dosa akan diperbarui sepenuhnya oleh kuasa Allah.

Kesimpulan

Dosa membawa dampak yang luas dan mendalam terhadap manusia dan dunia. Melalui dosa, manusia terpisah dari Allah, mengalami kematian rohani dan jasmani, serta hidup di dunia yang rusak oleh dosa. Namun, melalui kasih karunia Allah dalam Yesus Kristus, kita dapat memperoleh pengampunan, pemulihan, dan kehidupan baru. Pada akhirnya, ada pengharapan akan pemulihan dunia sepenuhnya pada saat kedatangan Kristus yang kedua. Marilah kita hidup dalam pengharapan dan memuliakan Allah dengan hidup kudus di dalam Kristus, sambil menantikan pemulihan dunia yang akan datang.

------------
Pdt. Tumpal H. Hutahaean, M.Th.
Kita akan membahas beberapa ayat yang berbicara tentang dosa, hukuman Allah, dan perubahan dunia. Kejadian 1:26-27, Yesaya 43:7 (Tuhan memberikan tujuan bagi keberadaan kita), Roma 3:23 dan Roma 6:23 (pada 3:23, frasa ‘kehilangan kemuliaan Allah’ sebenarnya lebih tepat adalah ‘kekurangan kemuliaan Allah’), dan Yesaya 59:1-2 (ada jurang pemisah antara Allah yang suci dengan kita sebagai manusia berdosa).
DOSA, HUKUMAN ALLAH DAN PERUBAHAN DUNIA AKIBAT DOSA
gadget, bisnis, otomotif

PENDAHULUAN: DOSA, HUKUMAN ALLAH DAN PERUBAHAN DUNIA AKIBAT DOSA

Apa masalah yang terbesar dari dunia? Ketika manusia tidak sadar dirinya berdosa dan tidak membutuhkan pengampunan dosa. Jadi masalah terbesar bukan masalah ekonomi, kesejahteraan, penyakit, peperangan, atau ancaman orang jahat. Manusia tidak sadar dirinya sudah berdosa sehingga tidak merasa membutuhkan pengampunan dosa. 

Kejadian apa yang manusia tidak bisa prediksi dan tidak siap hadapi? Hukuman Allah dan akibatnya (perubahan dunia). Tidak ada yang bisa memprediksi hukuman Allah karena dosa di dalam kedaulatan-Nya. Manusia pun tidak bisa memprediksi akibat-akibatnya. Akhir dari masa pandemi ini pun tidak bisa diprediksi oleh siapa pun. Hanya Allah dalam kedaulatan-Nya yang tahu. Apakah semua kejahatan, penyakit, penderitaan, atau kesengsaraan manusia adalah ciptaan Tuhan? Ada yang menyatakan bahwa Covid-19 adalah ciptaan Tuhan. Kita akan membahas bagian ini.

PEMBAHASAN

1) Apa kata Alkitab tentang manusia dan kedudukannya di dunia?

Allah menciptakan malaikat, namun sebagian dari mereka memberontak. Mereka adalah kelompok Iblis dan Setan. Kemudian Allah juga menciptakan alam (Kejadian 1-2). Tuhan tidak pertama-tama menciptakan manusia sebagai image of God. Dikatakan bahwa semuanya baik (Kejadian 1:31). Setelah itu Tuhan kemudian menciptakan manusia yang harus menyembah dan melayani Tuhan. Manusia adalah ciptaan yang paling kompleks karena merupakan gambar Allah. Alam yang sempurna itu diciptakan untuk dinikmati, dikelola, dan dipelihara oleh manusia. 

Manusia tidak boleh takut terhadap alam karena alam berada di bawah sedangkan manusia berada di atas. Namun setelah kejatuhan dalam dosa, ini bisa menjadi berbeda. Mengapa manusia menjadi pusat dalam ciptaan? Ini karena manusia adalah image of God. Manusia diberikan mandat untuk taat dan bekerja. Alam harus dikuasai dan dikelola oleh manusia. Ini adalah mandat budaya. Jadi kedudukan kita memiliki arti di mata Tuhan. Kita seperti biji mata Tuhan. Ini artinya kita dekat dengan Tuhan dan berharga di mata Tuhan.

Manusia sebagai image of God memiliki keunikan yaitu kita memiliki pikiran (mind). Melalui pikiran kita diajak untuk bisa mengerti pengetahuan Tuhan sehingga kita bisa tahu mana yang benar dan mana yang jahat. Pikiran ini membedakan kita dari ciptaan-ciptaan lain. Kedua, kita diberikan kebenaran (righteousness). Di dalamnya kita bisa mengerti keadilan dan kebijakan. Ketiga, kita diberikan kesucian (holiness). Keagungan manusia adalah bisa menyadari kehadiran Tuhan dan menyatakan kesucian melalui ibadah. Di dalam kesucian itu ada nilai takut akan Tuhan. Jadi inilah keunikan kita. Semua ini hanya ada dalam manusia di antara semua ciptaan. 

Berikutnya, kita diberikan aspek moralitas yang terkandung dalam karakter Kristus. Pola yang Tuhan berikan adalah kita harus serupa dengan Kristus. Jadi manusia itu begitu berbeda dan khusus di mata Tuhan. Namun setelah manusia jatuh dalam dosa, semua kandungan image of God menjadi rusak total – total depravity (Kejadian 3:19; Roma 3:23, 5:12, 6:23). 

Jadi pikiran, kebenaran, dan kesucian kita rusak total. Ada beberapa teolog mengatakan bahwa pikiran manusia tidak rusak. Namun Alkitab dengan jelas berkata bahwa tidak ada manusia yang berakal budi (Roma 3:11). Jika ada orang-orang yang menyatakan bahwa manusia bisa mengenal Tuhan melalui alam, maka itu tidak benar. Alkitab sudah menyatakan bahwa pikiran kita juga sudah rusak.

2) Mengapa manusia bisa jatuh di dalam dosa?

Jika Allah menciptakan manusia dalam keadaan yang unik dan khusus, maka mengapa manusia bisa jatuh di dalam dosa? Jika kita adalah makhluk yang mulia, mengapa Allah dalam kedaulatan-Nya tidak menjaga kita dari pengaruh Iblis? Manusia diciptakan dengan kebebasan. Di taman Eden, Allah menguji manusia untuk bisa menyatakan ketaatannya. Iblis diizinkan ada pada saat itu. Iblis memakai ular untuk menggoda dan mencobai Adam dan Hawa. 

Pada akhirnya mereka jatuh dalam dosa. Iblis memiliki kebebasan yang tidak netral. Ini artinya Iblis tidak mungkin bisa berpihak pada Tuhan dan anak-anak-Nya. Jadi ia mau menggagalkan rencana Allah dengan menjatuhkan manusia. Iblis adalah bapa penipu (Yohanes 8:44, Roma 16:20, 2 Korintus 11:3, dan Wahyu 12:9). Ia senantiasa mencobai siapa pun juga untuk menghancurkan karakter manusia sebagai image of God. Ia akan menghancurkan damai, sukacita, dan kehendak Tuhan. Jadi kita tidak boleh bermain-main dengan Iblis.

Dalam doa Bapa kami dituliskan: janganlah membawa kami ke dalam pencobaan (Matius 6:13). Allah tidak mencobai siapa pun juga. Iblis mencobai kita dan kita bisa jatuh karena keinginan kita yang berbuah menjadi kejahatan. Bagaimana ia mencobai Adam dan Hawa? Ia menanamkan kecurigaan dan janji-janji yang semu. Mereka dijanjikan pengetahuan. Manusia digoda untuk melawan perintah ‘Semua pohon dalam taman ini boleh kaumakan buahnya dengan bebas, tetapi pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat itu, janganlah kaumakan buahnya, sebab pada hari engkau memakannya, pastilah engkau mati’ (Kejadian 2:16-17). 

Jadi manusia punya kebebasan yang terbatas. Iblis berkata bahwa Adam dan Hawa tidak akan mati jika memakan buah itu, namun Allah sudah dengan jelas menyatakan bahwa mereka pasti mati jika memakan buah itu.

Kebebasan Iblis tidak netral, namun kebebasan manusia itu netral. Jadi manusia bisa dicobai. Iblis memakai ular sebagai alat. Ular itu bukanlah hewan yang khusus dimiliki oleh Setan. Ular merupakan ciptaan Tuhan. Di taman Eden, ular hanya diperalat. Dalam kebebasan manusia yang netral, Tuhan sedang menguji Adam dan Hawa. Dalam kebebasan itu, manusia bisa membuat pilihannya sendiri. Iblis menggunakan kesempatan itu. Dalam intelek, makan buah menyingkapkan ketidakpercayaan dan kesombongan. Allah sudah memberikan perintah dengan jelas kepada Adam dan Adam sudah menyampaikan perintah itu kepada Hawa. 

Mereka seharusnya tidak kompromi terhadap perintah itu. Ternyata Hawa kurang memahami perintah Tuhan dan kemudian ia membuka kesempatan untuk berbicara dengan Iblis. Pengetahuan kita harus dibangun di atas dasar Firman Tuhan. Penyesatan pertama terjadi pada Adam dan Hawa yang mau diajak untuk mempertanyakan kedaulatan Tuhan. Kita diciptakan sebagai makhluk yang berpikir. 

Jadi dalam menghadapi setiap cobaan, kita harus menggunakan pikiran kita yang selaras dengan pikiran Tuhan. Semua harus diuji berdasarkan Firman Tuhan. Setiap suara harus diuji. Kita harus tahu mana yang benar dan yang tidak benar. Ketika iman kita bertumbuh ke arah Kristus, maka kecerdasan kita pun ikut bertumbuh. Kita harus cerdas iman supaya kita bisa membedakan mana ajaran yang benar dan yang tidak benar. Kita harus dewasa iman dan dekat dengan hati Tuhan.

Dalam kehendak, makan buah adalah keinginan untuk menjadi sama seperti Allah. Dalam cobaan Iblis tampak satu tujuan yaitu untuk menjadi sama seperti Allah. jadi Setan menggarap cara berpikir kita terlebih dahulu. Ia menanamkan titik-titik kelemahan dalam paradigma kita. Ia mengubah pikiran kita dan menanamkan kehendak dan keberanian untuk melawan Allah. Ketiga, manusia memiliki perasaan dan manusia bisa menanggapi segala hal yang terjadi. Kita memiliki empati dan emosi. Di dalam afeksi, memakan buah terlarang itu berarti mencari kepuasan yang tidak suci. Segala hal yang instan dan cepat bukanlah program Tuhan tetapi program Iblis. 

Tuhan memberikan proses yang di mana kita harus berjuang, bertekun, dan dibentuk. Semua tokoh dalam Alkitab harus mengalami proses. Daud tidak langsung menjadi raja tetapi melalui proses. Ia menjadi gembala kambing domba terlebih dahulu. Yusuf tidak langsung menjadi pemimpin di Mesir tetapi mengalami proses terlebih dahulu. Ia dipisahkan dari keluarganya dan dijadikan budak serta tahanan. Semua yang dikerjakan Yusuf selalu berhasil karena kehadiran Tuhan. 

Daud pun demikian. Proses itu indah, jadi kita tidak boleh mempercepat dan memperlambat waktu Tuhan. Kita harus peka dalam hal ini. semua yang cepat dan instan bisa datang dari Setan. Keinginan untuk menjadi cepat sukses itu terlihat wajar bagi dunia, namun kita harus berhati-hati terhadap hal ini. Di dalamnya mungkin ada kesombongan.

Iblis adalah bapa segala dusta. Ia memiliki pengetahuan namun ia tidak mahatahu. Ia bisa bekerja 24 jam sehari. Ia tahu titik kelemahan Adam dan Hawa, juga kita. Maka dari itu kita harus berhati-hati. Surat Efesus mengingatkan kita untuk terus memiliki jiwa peperangan. Kita harus memiliki perjuangan iman untuk menggenapkan kehendak Tuhan. Iblis menggarap intelek, kehendak, dan afeksi untuk menjatuhkan manusia. Adam tidak peka dan tidak berhasil mengajarkan teologi yang benar kepada istrinya sehingga akhirnya mereka jatuh.

3) Mengapa semua manusia juga berdosa?

Adam dan Hawa jatuh ke dalam dosa yang mengakibatkan semua manusia jatuh ke dalam dosa. Dalam teologi Reformed ada konsep representatif yang menjelaskan hal ini. ketika manusia berdosa, alam pun menjadi rusak. Manusia diberikan mandat kerja untuk menggarap alam, sehingga keberdosaan itu membuat alam juga menjadi rusak. Dosa Adam juga merupakan pelanggaran hukum kasih (lawlessness, 1 Yohanes 3:4). Dalam hal ini ada perlawanan dan pemberontakan terhadap perjanjian kerja (Hosea 6:7). Spirit pemberontakan adalah spirit untuk berdosa. 

Mengapa manusia yang lahir setelah kejatuhan Adam dan Hawa disebut sebagai orang berdosa? Ini disebut sebagai dosa universal. Perbuatan dosa adalah sikap yang aktif melakukan buah dosa: percabulan, kecemaran, berhala, perselisihan, iri hati, amarah, egois, percideraan, roh pemecah, dengki, mabuk, pesta pora, dan lainnya (Galatia 5:19-21, lihat juga Efesus 2:1-3). Pelanggaran pertama dikerjakan oleh Adam, lalu natur berdosa itu diturunkan kepada semua manusia. Setelah itu manusia senantiasa berbuat dosa. Roma 3 sudah menjelaskan hal tersebut. 

Keinginan daging membuat kita menghasilkan buah dosa tanpa perlu diajarkan untuk berdosa. Jadi kita berdosa karena membawa natur Adam dan Hawa. Perbuatan dosa juga adalah sikap yang pasif karena tidak melakukan yang seharusnya dilakukan. Kita bisa mengetahui apa yang baik, suci, dan mulia dalam standar Tuhan, namun kita bisa tidak melakukan itu. Ini pun juga dosa. Jadi ada dosa aktif dan dosa pasif. 

Orang yang kelihatan diam dan baik bisa saja berdosa dalam pikiran. Dalam perumpamaan anak yang hilang (Lukas 15:11-32) dosa aktif dilakukan oleh anak bungsu sedangkan dosa pasif dilakukan oleh anak sulung. Ketika anak bungsu itu pulang, bapanya menyambut dengan kasih, namun kakaknya malah kecewa. Dosa pasif dalam waktu bisa menjadi dosa aktif.

Dosa universal juga merupakan keinginan berbuat melalui pikiran – perasaan yang melampaui standar alami, cukup, dan berguna, seperti dosa mata (Matius 5:27-30, 6:22-23), dosa makan (Matius 6:25, 1 Timotius 4:4-5), kemalasan (2 Tesalonika 3:10, Amsal 6:9), dan lainnya. Segala hal yang berlebihan dari standar alami bisa membuat kita menjadi berdosa. Dosa dimulai dari pikiran, jadi yang disebut dosa itu bukan hanya perbuatan. Jadi konsep dosa dalam kekristenan tidaklah seperti agama lain yang menyatakan bahwa dosa itu hanya mencakup perbuatan. 

Orang yang terus hidup dalam dosa bukanlah anak Tuhan. Dalam proses waktu, anak-anak Tuhan tidak akan terus menerus berbuat dosa. Tubuh, pikiran, dan perasaan kita diciptakan oleh Tuhan. Semua itu punya nilai untuk memuliakan Tuhan. Namun dalam keberdosaan, apa yang Tuhan ciptakan bisa dipakai untuk dosa. Maka Paulus menulis: ‘Dan janganlah kamu menyerahkan anggota-anggota tubuhmu kepada dosa untuk dipakai sebagai senjata kelaliman, tetapi serahkanlah dirimu kepada Allah sebagai orang-orang, yang dahulu mati, tetapi yang sekarang hidup. Dan serahkanlah anggota-anggota tubuhmu kepada Allah untuk menjadi senjata-senjata kebenaran’ (Roma 6:13).

Setiap dari kita memiliki hati nurani. Itu adalah gabungan dari pikiran dan perasaan yang menggerakkan kehendak kita. Namun setelah kejatuhan dalam dosa, hati nurani pun menjadi berdosa. Manusia bisa jatuh dalam dosa mata, apalagi dalam zaman teknologi seperti sekarang. Manusia bisa jatuh juga dalam dosa makan. Orang-orang bisa berkelahi karena makanan. Jadi manusia bisa diperbudak oleh keinginan. 

Kita harus menaklukkan keinginan yang tidak suci di bawah keinginan Tuhan. Karena semua yang diciptakan Allah itu baik dan suatu pun tidak ada yang haram, jika diterima dengan ucapan syukur (1 Timotius 4:4). Kita harus berdoa sebelum makan dan tidur. Jika kita tidak menjalankan rutinitas itu, maka kita menjadi berdosa. Menurut 2 Tesalonika 3:10, kita harus bekerja dengan rajin. Pemalas dilarang untuk makan oleh Paulus. Dalam kemalasan, manusia mau semuanya enak dan mudah. Jadi dari dosa satu orang akhirnya dosa universal itu ada dalam semua manusia.

Dosa pertama adalah manusia mau bebas di dalam kebebasannya sehingga manusia mau berbuat sesuatu berdasarkan kehendak dirinya sendiri. Adam dan Hawa mau melampaui kebebasan mereka yang terbatas. Pembunuh masa depan, nilai kerja, citra, dan keluarga kita adalah kebebasan yang tidak diselaraskan dengan kehendak Tuhan. Ketika kebebasan kita dipusatkan pada diri, maka keinginan daging menjadi tuan atas diri kita. 

Daud pernah jatuh dalam hal ini. Di saat kita tidak mau berdoa, pada saat itu juga kita harus berdoa. Di saat kita tidak mau melayani, pada saat itu juga kita harus melayani. Di saat kita tidak mau membaca Alkitab, pada saat itu juga kita harus membaca Alkitab. Itulah terobosan iman. Kebebasan yang dituhankan adalah awal kejatuhan kita. Setelah kita berada di dalam Kristus, kebebasan kita menjadi terbatas dan terikat dalam tanggung jawab rohani yang harus membangun nilai disiplin rohani. Manusia mau melakukan kehendaknya sendiri karena Adam dan Hawa tidak mau melakukan perintah Tuhan.

Kejatuhan manusia di dalam dosa ini membuat manusia bertanggung jawab kepada penghukuman (Roma 3:19, 5:18; Efesus 2:3) dan juga kerusakan yang tidak dapat dipisahkan. Semua manusia bersalah di dalam Adam dan oleh karena itu dilahirkan dengan suatu natur yang rusak (Yeremia 17:9, Yesaya 6:5, Roma 8:5-8, Efesus 4:17-19). Ada konsekuensi dari kejatuhan manusia di dalam kedaulatan Tuhan. Setiap dosa kita pasti menimbulkan konsekuensi. Tanpa diajarkan untuk berbuat dosa, manusia pasti bisa berdosa. Jadi setiap manusia membutuhkan penebusan dan keselamatan dari Tuhan Yesus Kristus.

4) Bagaimana keberadaan manusia setelah jatuh dalam dosa?

Ada murka dan hukuman Tuhan setelah kejatuhan manusia. 

a) Semua orang dilahirkan sebagai pendosa (Roma 5:19). 

b) Semua orang adalah budak dosa (Yohanes 8:34 dan Roma 3:9, 6:16-17), budak Setan (Kisah Para Rasul 26:18; Kolose 1:3; 1 Yohanes 5:19), dan budak dunia yang mana manusia itu sendiri merupakan bagiannya (Yohanes 15:19). Hidup manusia sepenuhnya dikuasai oleh penguasa yang jahat (Efesus 2:1-3). Kita dahulu adalah orang-orang yang mati rohani. Dahulu kita hidup dalam dosa dan taat kepada dosa. Kita dahulu menjadi pengikut Setan secara tidak langsung. 

c) Semua orang mati secara rohani atau mati secara relasi terhadap Allah dan perkara-perkara dari Allah (Efesus 2:1, 4:18; Roma 1:21-23, 3:11; 1 Korintus 2:9, 14). Di pihak lain, manusia hidup terhadap dosa, Setan, dan dunia (Efesus 2:2-3). Manusia berdosa tidak bisa berelasi dengan Allah dalam kesucian, sukacita, dan damai. Ada jurang pemisah yaitu dosa. Dosa itu harus dibereskan oleh Tuhan Yesus sebelum kita bisa mencapai damai yang sejati. 

Anak yang terhilang itu putus relasi dengan bapanya. Namun orang berdosa yang telah putus relasi itu tidak merasa kehilangan sesuatu. Ketika kita sebagai anak-anak Tuhan putus relasi dengan Allah, maka seharusnya kita peka bahwa ada yang terhilang. Anak yang sulung itu terus ada bersama dengan bapanya, namun ia mengalami putus komunikasi. Jadi ia tidak mengerti kehendak Tuhan. Orang yang sudah diserahkan kepada kecemaran itu akan senang berbuat dosa. Ia pasti menerima hukuman. Ia tidak bisa membedakan antara yang baik dan yang jahat. Hati nurani yang suci tidak ada dalam dirinya untuk memperjuangkan kesucian.

d) Semua manusia terhilang dari hadapan Allah (Lukas 19:10; Roma 3:9-18; 2 Korintus 4:3). Ini berarti manusia tidak lagi ada sebagaimana ia diciptakan Allah. gambar Allah dalam diri manusia sudah rusak. 

e) Semua orang pasti berdosa melalui perbuatannya (Efesus 2:3; Roma 1:21-32). Ini karena setiap manusia memiliki natur berdosa. Sejak dari kandungan pun manusia sudah berada di dalam dosa. Itulah mengapa dari sejak dini anak-anak harus diajarkan tentang Tuhan dan perintah-Nya. Apa yang kita tanam dalam diri anak-anak akan berbuah di masa depan. 

f) Semua orang berhutang kepada Allah atas dosa-dosanya (Kejadian 2:17, Yehezkiel 18:4, Roma 6:23). Kita semua diciptakan dalam keindahan, namun akhirnya jatuh karena dosa. Kita semua berhutang kepada Allah. Di dalam dosa, manusia lebih memilih kebebasan dalam kematian. Masalah manusia berdosa adalah ia tidak merasa berhutang kepada Allah. Ia malah merasa Allah telah berhutang kepadanya. 

g) Semua manusia ada di bawah kutuk dan hukuman Allah (Yohanes 3:18). Manusia bisa mencoba memprediksi ekonomi masa depan, namun tidak ada yang benar-benar tahu akan masa depan siapapun kecuali Tuhan. Kedatangan masa pandemi ini dan akibatnya tidak diketahui oleh siapapun sampai semuanya terjadi. Butir 1-7 di atas mengantar manusia pada kondisi bersalah dan dimurkai Allah sehingga manusia harus dihukum dalam api neraka (Lukas 13:28). 

Jika kita amati alasan hukuman itu maka kita akan menemukan berdasarkan butir a-g: (i) Manusia harus dihukum karena keberadaan atau kondisi (butir 1-5, Roma 5:18). (ii) Manusia harus dihukum karena perbuatan dosanya sendiri (Roma 3:9-19). Kita tidak boleh menyalahkan kondisi atau situasi karena kita semua sudah berdosa. (iii) penghakiman yang akan datang itu berkenaan dengan tanggung jawab manusia akan hidupnya serta berkenaan dengan hukuman apa yang akan diterimanya (Wahyu 20:11-15, Roma 5:18). Tidak akan ada satu pun manusia yang bisa lolos dari keadilan Tuhan. Darah Yesus menyucikan kita sehingga tidak ada satu pun yang bisa mendakwa kita.

5) Hukuman Tuhan

Kita adalah pendosa, budak dosa, budak dunia, budak Setan, mati rohani, terhilang, berhutang, dan tidak berdaya. Upaya manusia apa pun tidak akan dapat menyelamatkan. Dari keberdosaan manusia, muncul perbuatan dosa seperti berbohong, menipu, membunuh, berzina, berpikir kotor, membenci, memfitnah, dan lainnya. Di dalam murka-Nya, Tuhan bisa membiarkan manusia sehingga terus berdosa dan hidup dalam kecemaran. Ini adalah hal yang menakutkan. Orang yang bukan anak Tuhan akan dibiarkan, namun anak Tuhan tidak akan ditinggalkan oleh Tuhan. Orang yang umat Allah akan mati dalam dosa, namun kita yang percaya mati terhadap dosa.

6) Perubahan dunia yang total dan radikal setelah jatuh dalam dosa

Masa pandemi ini benar-benar mengubah dunia. Kita pun harus berubah. Tuhan menciptakan segala sesuatu indah dan baik adanya, namun kejatuhan dalam dosa itu mengubah segala sesuatu. Mutasi DNA yang menghasilkan virus yang mematikan bisa terjadi dalam kedaulatan Tuhan. Tuhan tidak menciptakan virus itu tetapi membiarkannya sehingga virus itu bisa ada dan mematikan manusia. Perubahan dunia yang total dan radikal setelah jatuh dalam dosa adalah 

a) perubahan manusia. 

(i) Hubungan dengan Allah menjadi rusak. Allah tidak dapat lagi bersekutu dengan manusia dan manusia mulai takut dengan kehadiran Allah. Adam takut kepada Allah setelah ia memakan buah itu. (ii) Hubungan dengan sesama menjadi rusak (Kejadian 3:12). Adam menyalahkan Hawa setelah memakan buah itu. Kain membunuh Habel.
(iii) Hubungan dengan ciptaan lain rusak, manusia mulai menggunakan ciptaan lain dengan cara-cara yang merusak (Kejadian 3:17-19). 
(iv) Imoralitas dan kejahatan bertambah-tambah (Kejadian 4:8). Manusia yang dibiarkan oleh Allah bisa melakukan hubungan yang tidak wajar. Kita melihat bahwa pada zaman ini ada kaum LGBT yang mengumbar dosa. Dalam masa pandemi ini manusia bisa diperbudak oleh keinginannya dalam kemalasan. 
(v) Umur manusia menjadi pendek dari 1000 tahun menjadi 120 tahun, kemudian (vi) pemazmur mengatakan hanya 70 tahun. (vii) manusia harus bekerja keras dan memiliki kelemahan tubuh.

BACA JUGA: YESUS MEMIKUL HUKUMAN DOSA: EKSPOSISI MATIUS 27:46

b) Perubahan lingkungan juga terjadi. (i) Semak duri dan rumput duri tumbuh. Ada perubahan DNA yang merugikan manusia. Semua itu dibiarkan oleh Tuhan karena dosa. (ii) Bencana alam. Tuhan bisa memakai tulah untuk menghukum Firaun dan menyatakan kuasa-Nya. (iii) Hewan-hewan hutan menjadi liar. Akhirnya manusia menjadi takut terhadap hewan-hewan tertentu. (iv) Tanah sulit diusahakan. Tanah bisa menjadi keras dan tidak subur karena hukuman Tuhan. (v) Polusi, pencemaran, dan perusakan lingkungan. Melalui pandemi Covid-19 ini banyak sekali lingkungan yang pulih secara alami dalam pemeliharaan Tuhan. Jadi tetap ada kebaikan dalam masa pandemi ini.

c) Perubahan budaya juga terjadi. (i) Budaya tunggal menjadi budaya pluralis di daerah Mesopotamia yang dibatasi oleh dua buah sungai, yakni sungai Efrat dan sungai Tigris. Sesudah peristiwa menara Babel, budaya manusia telah diserakkan dan mengalami perubahan kepada pluralisme budaya. (ii) Budaya Ibrani (umat Israel). Budaya Israel lahir ketika umat Israel keluar dari perbudakan Mesir. Identitas budaya ini lebih jelas lagi ketika hukum Taurat itu diberikan di gunung Sinai. (iii) Budaya ini kemudian berkembang menjadi budaya campuran antara budaya Ibrani dan budaya bangsa-bangsa lain, terutama di pembuangan, dan seterusnya. Saat ini perubahan budaya terus terjadi. Jadi ada perkembangan terus menerus.

d) Perubahan masyarakat sosial juga terjadi. (i) Mulai dari peasant, kinship (kekeluargaan), tribal (kelompok suku), pleasure, media sosial. Banyak orang sekarang berkumpul demi kenikmatan. Keinginan dijadikan tuan. Media sosial juga memengaruhi hal ini. Jadi semua ini harus ditebus agar dipakai untuk kemuliaan Tuhan. (ii) Nilai tukar juga mengalami perubahan dari sistem barter ke sistem mata uang dan sekarang e-money, dan lainnya.

e) Perubahan pendekatan dengan Allah. (i) Penampilan pendekatan dengan Allah juga mengalami perubahan. Tujuan perubahan ini adalah agar Allah dapat bertemu dengan manusia dalam konteksnya. (ii) Contoh perubahan dalam penampilan Allah antara lain: Allah Tritunggal, tiga orang yang dilihat Abraham, Malaikat Tuhan, Panglima Balatentara Allah, kehadiran Allah dalam tiang awan dan tiang api, dan lainnya. Namun dalam Perjanjian Baru, ini berubah lagi. Kita sekarang bertemu dengan Tuhan melalui Firman Tuhan.

f) Perubahan kepemimpinan Allah. (i) Allah yang memelihara dan menghukum manusia untuk keturunan Adam dan Nuh. (ii) Allah sebagai yang memanggil, memelihara, membela bagi Abraham, Ishak, dan Yakub. (iii) Allah sebagai pembebas bagi umat di perbudakan Mesir. (iv) Allah sebagai pemelihara dan pemberi hukum di padang gurun (hukum Taurat). (v) Allah sebagai panji-panji, untuk umat di tanah Kanaan. (vi) Allah sebagai yang memerintah di zaman Hakim-Hakim dan Raja-Raja. Allah mengontrol agar imoralitas tidak berkembang melalui para hakim dan raja. (vii) Allah sebagai Juru selamat dan pembebas di pembuangan Babel bagi umat-Nya.

BACA JUGA: PANDANGAN ALKITAB TENTANG DOSA ASAL (ORIGINAL SIN)

g) Perubahan perjanjian Allah. (i) perjanjian Adam (ii) perjanjian Nuh (iii) perjanjian Abraham (iv) perjanjian Musa (v) perjanjian Daud (vi) Perjanjian Baru. Jadi ada enam perubahan pokok.

h) Perubahan kepemimpinan manusia. (i) Kepemimpinan tradisional (kepala suku) (ii) kepemimpinan teokrasi (raja, imam, dan nabi) (iii) kepemimpinan demokrasi (iv) kepemimpinan otoriter (v) dan lainnya. Melalui masa pandemi ini para pemimpin diuji. Kabar-kabar konspirasi bermunculan dan diuji kebenarannya. Kepemimpinan manusia selalu berubah, namun kepemimpinan yang benar adalah kepemimpinan yang menyatakan kebesaran Tuhan.

KESIMPULAN

Kita diciptakan oleh Tuhan itu baik adanya. Tuhan tidak menciptakan dosa dan penyakit. Semua itu ada karena Tuhan membiarkan atau mengizinkan. Tuhan bisa memakai 10 tulah untuk menghukum Firaun menyatakan kebesaran Tuhan. Adam dan Hawa jatuh setelah dibujuk Iblis. Manusia menjadi terpisah dari Allah karena ada jurang yang memisahkan yaitu dosa. Solusi dari semua itu adalah pekerjaan Kristus di kayu salib. Di sana ada nilai penebusan. Allah menyediakan blueprint bagi manusia dan dunia. Allah punya program dalam sejarah. Tuhan Yesus Kristus datang dalam waktu Allah agar kita yang percaya mendapat penebusan. Allah memberikan kairos dan kronos. Pada akhirnya Yesus akan datang kembali untuk membawa kita.

Apa yang Alkitab katakan tentang citra diri? 1) Tidak ada yang benar, seorang pun tidak (Roma 3:10), 2) tidak ada seorang pun yang berakal budi (Roma 3:11a), 3) tidak ada seorang pun yang mencari Allah (Roma 3:11b), 4) semua orang telah menyeleweng, mereka semua tidak berguna (Roma 3:12a), 5) tidak ada berbuat baik, seorang pun tidak (Roma 3:12b). Mengapa keberadaan manusia seperti ini? Karena semua orang telah berbuat dosa dan kekurangan kemuliaan Allah (Roma 3:23). 

Bagaimana nasib orang berdosa di tangan Tuhan yang adil? Dalam takhta pengadilan Allah (Bersama Kristus), kita pasti dihukum. Kecuali kita ditebus oleh Tuhan Yesus Kristus, maka kita akan menerima hidup kekal bersama dengan Dia di surga. Apakah manusia dapat terbebas dari takhta pengadilan Allah? Bisa, dengan penebusan melalui substitusi. Kita harus mengerti tentang proses pembaruan citra diri (Roma 12:2 dan 8:28). Kita harus meraih hidup baru agar ada arah yang baru dalam pikiran dan perasaan. Kita harus mendapat kesucian sehingga kita takut berbuat dosa. Kita harus memiliki pengharapan baru untuk mengerjakan perintah Tuhan. Kemudian kita harus memiliki buah yang baru di dalam Tuhan.

Q & A

Q. Dalam teologi Reformed semua manusia berdosa. Setidaknya orang berdosa sejak dari kandungan karena ada original sin. Original sin akan menjadi actual sin. Apakah original sin membuat manusia kehilangan kemuliaan Allah?

A. Original sin membuat kita mengalami kerusakan total. Jadi bukan ‘kehilangan’. Pikiran, perasaan, dan kesucian kita menjadi rusak. Ada kelompok-kelompok yang menyatakan bahwa manusia tidak rusak total, tetapi Reformed menyatakan bahwa manusia rusak total. Jadi semua manusia membutuhkan Kristus untuk dibarui.

Q. Apakah kematian Kristus menyelesaikan original sin pada semua manusia? Apakah dasar keselamatan bayi yang mati? Karena saya mendengar ada kaitannya dengan baptisan anak.

A. Bayi pun berdosa. Makanan bisa dikuduskan melalui doa. Suami yang tidak mengenal Tuhan bisa dikuduskan melalui doa seorang istri. Dalam konsep Reformed, bayi dari orang tua Kristen jika meninggal, maka akan meninggal di dalam Tuhan. Ini karena iman orang tua. Pada saat Kristus datang kembali, bayi-bayi ini akan mencapai kesempurnaan. Semua orang yang percaya akan mendapatkan tubuh yang baik. Baptisan tidak menyelamatkan, namun baptisan adalah konfirmasi iman orang tua untuk mendidik anak agar ia mengenal Tuhan.

Q. Jika original sin tidak diturunkan secara konkupisensi, bagaimana dosa asal diturunkan?

A. Dosa asal diturunkan dalam nilai natur. Natur ini akan terus terbawa secara alami. Kita semua adalah keturunan Adam.
Next Post Previous Post