EKSPOSISI 1 KORINTUS 3:1-9 (POLA PENYELESAIAN PERSELISIHAN)

Eksposisi Surat 1 Korintus 3:1-9 .

Jemaat di Korintus tidak hanya berselisih karena mengidolakan siapa pemimpinnya, melainkan ada beberapa masalah yang membuat mereka terpecah belah. Adapun masalah tersebut dicatat oleh John dkk dalam sebuah buku bahwa “mereka terpecah karena soal kepimpinan (1 Korintus 1:12), karena standar moral (1 Korintus 5:1-8), karena kasus pendakwa dan terdakwa (1 Korintus 6:1-8), karena kasus orang Kristen yang lemah dan yang kuat (1 Korintus 8:7-12), mereka terpecah antara yang kaya dan yang miskin (1 Korintus 11;17-22), dan karena karunia Roh (1 Korintus 12:12-26).”

Dalam bagian ini akan mengeksposisi kata-kata penting untuk mendapatkan kajian yang mendalam sehingga dapat memahami pola Rasul Paulus dalam menyelesaikan perselisihan.

Penyebab Perselisihan

Perselisihan kerap kali terjadi baik di dalam diri seseorang maupun di dalam komunitas atau lingkungan. Perselisihan terjadi karena ada penyebab yang mengakibatkan terjadinya perselisihan. Perselisihan yang terjadi di dalam jemaat Korintus dikarenakan oleh ketidakmampuan mereka untuk menghidupi panggilan mereka sebagai orang yang sudah dimerdekakan oleh Kristus sehingga jemaat Korintus masih menghidupi manusia duniawinya.
EKSPOSISI 1 KORINTUS 3:1-9 (POLA PENYELESAIAN PERSELISIHAN)
bisnis, gadget, otomotif
Manusia Duniawi

Manusia duniawi dalam bahasa aslinya memakai kata ζαπκινορ (sarkinos) asal kata dari ζαπξ sarx yang berarti daging, bagian dari dunia ini; tidak di bawah kuasa Roh Kudus; manusiawi. Sutanto mengatakan “itu menunjukan sifat dari manusia.” dengan kasus adjective dative masculine plural no degree. Itu berarti pada waktu itu Paulus mengeluarkan sifat manusia duniawinya di mana ia tidak bisa lagi membicarakan hal-hal yang rohani untuk jemaat Korintus.

Pfitzne mengatakan bahwa “mereka adalah manusia duniawi, tidak rohani (1 Korintus 2:14), duniawi dalam sifat dan pemikirannya, tidak tersentuh dan tidak terdidik oleh roh Allah, dan masih di bawah kuasa dosa (Roma 7:14).”  Itu berarti bahwa jemaat Korintus hidup di dalam ke dagingan mereka di mana sifat dan pemikirannya masih dipengaruhi oleh keinginan-keinginan dagingnya sehingga belum dapat menerima asupan rohani yang Paulus berikan.

Dalam hal ini penulis menarik sebuah kesimpulan kecil bahwa penyebab terjadinya perselisihan di dalam jemaat Korintus adalah ketidakmampun mereka akan perbedaan kehidupan manusia rohani dan kehidupan manusia duniawinya. Mereka tidak menghidupi manusia rohani tetapi lebih menghidupi manusia duniawinya. Sifat duniawi yang mereka hidupi terlihat dalam hidup mereka yang belum dewasa, masih iri hati, dan mengalami suatu perselisihan.

Belum Dewasa:

Frase “belum dewasa” dalam bahasa aslinya memakai kata “νηπιορ nepios” asal kata dari επορ (epos) anak kecil, bayi, balita; belum dewasa. dengan kasus adjective normal dative masculine plural no degree. Suatu sifat normal yang dimiliki oleh orang Korintus sebagai objek yang seharusnya tidak mereka lakukan. Kata “nepios" ini juga di pakai dalam Galatia 4:1. Jemaat di Korintus dikatakan nepios atau anak kecil, bayi, balita dan belum dewasa karena mereka masih belum bisa mencerna pengajaran-pengajaran kekristenan yang mendalam di dalam kehidupan mereka pada saat itu.

Hal ini juga di catat oleh Paulus dalam 1 Korintus 14:20 “saudara-saudara janganlah seperti anak-anak dalam pikiranmu”. Di sini sangat jelas bahwa Paulus memberikan suatu arahan agar jemaat di Korintus berpikir dewasa untuk menyikapi segala sesuatu, karena dari situlah dapat di lihat pertumbuhan seseorang di dalam Kristus. Ketidakdewasaan menunjukkan ketidakmampuan seseorang untuk bertumbuh di dalam Kristus. 

Brill dalam bukunya mengatakan istilah “belum Dewasa” dalam ayat ini bukan berarti “mereka belum bertobat dan percaya kepada Yesus Kristus, ataupun baru diselamatkan, melainkan mereka tidak bertumbuh atau tidak maju di dalam Kristus.” dari sisi inilah jemaat di Korintus di nilai belum dewasa oleh rasul Paulus.

Iri Hati:

Iri hati dalam bahasa aslinya memakai kata ζηλορ (zelos) yang berarti cemburu. Dalam terjemahan New English Translation “jealousy” dan dalam King James Verson “envying”. Sedangkan dalam Terjemahan Lama “ada dengki” . Jadi dapat diartikan bahwa ketidakdewasaan jemaat Korintus terlihat dalam tingkah laku mereka yang masih iri hati terhadap yang lainnya. Kecemburuan terjadi menunjukkan adanya dengki terhadap orang lain.

Jika kita melihat dalam Galatia 5:20 bahwa iri hati ini adalah bagian dari perbuatan daging, dan di dalam Roma 13:13; Yakobus 3:14 Paulus kembali menegaskan bahwa perselisihan dan iri hati jangan sampai terjadi di dalam kehidupan orang percaya. Bahkan dalam 2 Korintus 12:20 Paulus mengkhawatirkan hal ini terjadi di dalam kehidupan jemaat. 

Hale mengatakan dalam bukunya bahwa “jealousy and quarreling does not occur among mature spiritual christians (kecemburuan dan pertengkaran seharusnya tidak terjadi di antara kekristenan yang dewasa rohani.)”

Perselisihan:

Kata perselisihan dalam bahasa aslinya memakai kata επιρ (eris) yang berarti percekcokan, persaingan. Dengan bentuk noun nominative feminine singular.  Kata benda yang di pakai untuk pengganti orang pertama. Dalam terjemahan Firman Allah Yang Hidup “berpecah-pecah menjadi kelompok-kelompok yang saling bertentangan.” 

Dalam terjemahan American Version “strife” (perselisihan/percecokan). Dalam Terjemahan Sederhana Indonesia “bertengkar”. Itu berarti bahwa perselisihan ini merupakan sesuatu yang sangat berbahaya bagi setiap perkumpulan. Kelompok akan terpecah karena perbedaan pendapat sehingga dapat menimbulkan suatu pertengkaran.

Dalam Titus 3:9 “Tetapi hindarilah persoalan yang dicari-cari dan yang bodoh, persoalan silsilah, percekcokan dan pertengkaran mengenai hukum Taurat, karena semua itu tidak berguna dan sia-sia belaka” Paulus memberi nasehat bahwa perselisihan dan pertengkaran harus di jauhkan dari kehidupan orang percaya.

Dalam hal ini Daulay mengatakan dalam bahwa “Orang Kristen di Korintus bercekcok dan bertengkar. mereka semua ingin mempertahankan kelompok kecil beserta pemimpin kesayangan mereka masing-masing.”31 Adalah lebih baik untuk menghindari terjadinya perselisihan di dalam gereja adalah jemaat yang mau bertumbuh atau mau mengenakan manusia rohaninya.

Manusia Rohani

Kata “Rohani” dalam bahasa aslinya memakai kata πνεςμαηικορ (pneumatikos) adjective dative masculine plural no degree, asal kata dari πνεςμα pneuma yang berarti Roh. Suatu sifat yang di miliki oleh Paulus yaitu Roh yang sama yang dimiliki oleh orang jemaat Korintus juga. Peneumatikos adalah suatu sifat yang ada pada diri orang percaya yang didalam-Nya ada kepekaan terhadap Roh dan ia senantiasa dipimpin oleh Roh. Dalam teks ini Paulus tidak dapat berbicara dengan manusia rohani dikarenakan kondisi kerohanian Jemaat Korintus yang bisa dikatakan belum bertumbuh.

Disamping itu Pfitzne juga berpendapat bahwa “Paulus tidak dapat berbicara dengan orang-orang Korintus sebagai manusia rohani, sebagai orang-orang yang dengan segera memahami pesannya.” Hal ini menunjukkan bahwa pesan rohani tidak dapat disampaikan kepada mereka yang belum dapat menerimanya.

Pengkultusan Individu

Dalam ayat 4 ini kita bisa melihat bahwa jemaat di Korintus sedang mengalami perbedaan pendapat tentang pemimpin mereka. Frase aku dari golongan Paulus dan aku dari golongan Apolos itu berarti sebagian jemaat memihak kepada Paulus dan sebagiannya lagi memihak kepada Apolos. Siapakah Paulus dan siapakah Apolos sehingga mereka menggolongkan diri menurut kedua tokoh ini.

Penyebab terjadinya perselisihan ialah ke tidak dewasaan jemaat. Paulus menyimpulkan bahwa penyebab perselisihan di Korintus adalah karena ke tidak dewasaan orang-orang Kristen di Korintus. Jadi penyebab terjadinya perselisihan dikarenakan jemaat Korintus yang masih hidup dalam keduniawian. Mereka masih belum bisa membedakan mana kehidupan manusia rohani dan mana kehidupan duniawi sehingga mereka belum mengalami kedewasaan iman. Ke tidak dewasaan iman ini juga menimbulkan iri hati terhadap satu dengan yang lain sehingga ada perselisihan dan pengelompokan individu

Pola Penyelesaian Perselisihan

Dalam bagian ini penulis akan memaparkan tentang pola penyelesaian perselisihan yang dikemukakan oleh Rasul Paulus kepada jemaat Korintus. Adapun pola penyelesaiannya sebagai berikut.

Memahami Firman

Pemahaman akan Firman merupakan bagian dari kehidupan tiap orang percaya. Karena hanya dengan memahami Firman orang percaya akan memiliki suatu kesadaran akan sumber pertumbuhan iman. Paulus dengan jelas menegaskan bahwa hanya Allah sumber pertumbuhan orang percaya.

Allah Sumber Pertumbuhan

Kata “pertumbuhan” dalam bahasa aslinya memakai kata “αυξανω (auxano)” yang berarti berkembang, bertambah, bertambah besar. Dalam terjemahan New English Translation “but God caused it to grow” (tetapi Allah penyebab untuk bertumbuh). Sedangkan dalam terjemahan Firman Allah Yang Hidup “tetapi Allah, dan bukan kami, yang menumbuhkannya”. Dalam terjemahan AV “but God gave the increase” (tetapi Allah yang memberi peningkatan).

Allah yang memberikan pertumbuhan, kita dapat melihatnya dalam Mazmur 92:13- 15; Yesaya 55:5; Yohanes 15:5; Yeremia 2:21; 11:17. Di sini menjelaskan bahwa pertumbuhan itu datangnya dari Allah, Allah adalah sumber dari pertumbuhan orang percaya. Oleh sebab itu Paulus menegaskan bahwa Allah yang memberi pertumbuhan, mereka hanyalah pekerja Allah yang akan menerima upah yang sesuai dengan perkerjaannya (1 Korintus 3:9).

Pertumbuhan iman yang benar adalah pertumbuhan iman yang terletak pada dasar yang benar. Jadi untuk menghindari suatu perselisihan haruslah memahami Firman Tuhan, karena pemahaman akan Firman Tuhan akan menyadarkan tiap-tiap orang akan keberadaannya sebagai manusia berdosa, dan akan memfokuskan dirinya kepada Tuhan sehingga tidak memikirkan hal-hal yang bersifat duniawi, dan mempersoalkan hal-hal yang duniawi.

Memahami Peranan Pemimpin

Pentingnya memahami peranan tiap-tiap pemimpin karena adanya perbedaan dari keberadaan mereka dan tugas-tugas mereka. Seperti yang ditegaskan oleh Rasul Paulus bahwa pemimpin memiliki masing-masing peranan dalam melayani Tuhan. Paulus sebagai penanam dan Apolos sebagai penyiram

Aku menanam

Kata “menanam” dalam bahasa aslinya memakai kata θςηεςω (phuteuo) yang artinya membuka, dengan kasus verb indicative aorist active 1st person singular. Yang menyatakan suatu perkerjaan orang pertama tunggal terjadi sekali berdampak terus-menerus. Dalam terjemahan America Verson frase “aku menanam” memakai frase “I have planted” . Sedangkan dalam Firman Allah Yang Hidup “Pekerjaan saya ialah menanam benih dalam hati Saudara”. Frase ini menunjukkan bahwa Paulus menegaskan bahwa ia yang memulai pelayanan di Korintus. “aku menanam” tersirat dalam Kisah Para Rasul 18:4-11; 1 Korintus 4:15; 9:1; 15:1 di sini kita dapat melihat bahwa Paulus menyatakan dirinya sebagai pemberita Firman Tuhan, itu berarti bahwa ia menanam benih Firman pada orang-orang yang ia layani pada saat itu.

Sehubungan dengan itu Knight mencatat bahwa “Gereja di Korintus, adalah hasil perkabaran Injil Paulus sendiri.” Simanjuntak juga mengatakan “aku menanam menunjukkan bahwa Paulus adalah penginjil pertama di Korintus (bnd Roma 15:20).”  Jadi istilah sebutan Paulus tentang aku menanam mengandung arti bahwa Paulus adalah pemberita Firman.

Apolos menyiram

Frase “Apolos Menyiram” dalam bahasa aslinya memakai kata “ποτιζω (potizo)” yang berarti “mengairi”, dalam bentuk verb indicative aorist active 3rd person singular. Yang menyatakan suatu perkerjaan orang ketiga tunggal terjadi sekali berdampak terus-menerus Dalam terjemahan AV “Apollos watered”. Kata ini merupakan penegasan bahwa Apolos yang merawat apa yang sudah ditanam Paulus. Itu berarti bahwa Apolos melanjutkan pelayanan Paulus di Korintus.

Pfitzner dalam bukunya mengatakan bahwa “Paulus yang menanam benih firman, sementara apolos yang datang kemudian menyiram benih yang sedang tumbuh, atau dari cerita yang kedua membangun dasar yang telah diletakan Paulus (9).”  Itu berarti bahwa Apolos adalah orang kedua yang melayani jemaat Korintus setelah Paulus, dengan kata lain ia melanjutkan pelayanan Paulus.

Memahami Pengajaran

Pentingnya memahami pengajaran juga berdampak dalam kepribadian seseorang. Pribadi seseorang akan membaik jika ia sendiri dengan baik menerima atau memahami tiap-tiap pengajaran yang dapatkan, begitu pun sebaliknya pribadinya akan tidak baik jika ia tidak memahami pengajaran dengan baik. Dalam teks ini Paulus menjabarkan ada beberapa pengajaran yang harus dipahami oleh jemaat, di antaranya:

Kawan Sekerja Allah

Frase “kawan sekerja” dalam bahasa aslinya memakai kata ζςνεπγορ (sunergos) yang berarti “bekerja bersama”, dengan kasus adjective nominative masculine plural no degree. Kata ini dipakai untuk penganti orang jamak yang menunjukkan tidak sederajat. Dalam terjemahan BIS “Kami adalah orang-orang yang sama-sama bekerja untuk Allah”. Dalam terjemahan AV “For we are labourers together with God”. Dalam terjemahan TL “Karena kami orang bekerja bersama-sama dengan Allah”.

Kawan sekerja Allah berarti mereka yang bersama-sama menjadi pelayan untuk pemberita Firman dan perkerjaan mereka adalah perkerjaan untuk kemuliaan bagi nama Tuhan. Hal ini dapat di lihat dalam: Markus 16:20; 2 Korintus 6:1; 1 Tesalonika 3:2.

Menurut sembiring ada dua cara untuk memahami bagian pertama ayat ini. “pertama: kalimat Yunaninya di sini dapat berarti “kami adalah rekan sekerja Allah, yaitu kami bekerja bersama Allah”. Atau kedua: “kami merupakan rekan kerja dalam pelayanan Allah (atau melayani Allah)”. Ada juga yang menerjemahkan “kami bekerja bersama-sama dan kami bekerja bagi Allah”.

Jadi Paulus dan Apolos merupakan alat yang dipakai Tuhan untuk mengerjakan apa yang telah dipercayakan Tuhan kepada mereka, oleh sebab kita Paulus menyatakan diri mereka sebagai pekerja Tuhan yang bekerja di ladang Tuhan.

Ladang Allah

Kata “ladang” dalam bahasa aslinya memakai kata γεωπγιον (georgion) yang berarti “ladang” dengan kasus noun nominative neuter singular common. Dalam terjemahan FAYH ” Saudara sekalian adalah kebun Allah, bukan kebun kami”. ye are God’s husbandry. Dalam Yesaya 61:3 dijelaskan bahwa orang percaya adalah tanaman Tuhan untuk memperlihatkan keagungan-Nya. 

Howard mengatakan dalam bukunya “Allah menanam Israel di tanah perjanjian-Nya sehingga umat menjadi keadilan Tuhan.”  Jadi orang percaya adalah milik Allah.

Bangunan Allah

Kata “bangunan” dalam bahasa aslinya memakai kata οικοδομη (oikodome) yang berarti “suatu tempat kediaman”. Dalam terjemahan FAYH ” Saudara adalah rumah Allah, bukan rumah kami”. Paulus katakan bahwa jemaat Korintus adalah bangunan Allah, itu berarti orang percaya adalah bait Allah tempat kediaman Allah. Hal ini juga bisa di lihat dalam Efesus 2:20-22 dan 1 Petrus 2:5 yang menjelaskan bahwa orang percaya adalah bangunan Allah yang di bangun di atas dasar batu penjuru, yaitu Yesus Kristus. Jadi gereja adalah bangunan Allah di mana jemaat dibangun-Nya untuk kediama-Nya sendiri.

KESIMPULAN

Gereja tidak hanya berbicara fisik atau gedung tetapi lebih dari itu gereja adalah pribadi orang percaya. Gereja merupakan tubuh Kristus yang tidak dapat dipisahkan, Kristus memanggil orang percaya dari kegelapan menuju terang-Nya yang ajaib dengan satu tujuan yaitu untuk masuk dalam persekutuan dengan Allah. Kristus sendiri adalah kepala di dalam gereja tersebut dan bukan hanya itu saja Kristus juga adalah dasar dari bangunan gereja (1 Korintus 3:10-11; 1 Petrus 2:6; Matius 16:18).

Masalah yang kerap kali terjadi di dalam tubuh Kristus itu sendiri adalah masalah perselisihan. Perselisihan merupakan suatu masalah yang kerap kali terjadi baik di dalam diri seseorang maupun antar kelompok yang menyebabkan ketidakselarasan, bahkan berdampak kepada perpecahan jemaat maupun gereja. Perselisihan kerap kali terjadi di dalam kehidupan orang percaya oleh karena ke tidak dewasaan iman jemaat dan para pelayan Tuhan yang masih mementingkan hal-hal duniawi sehingga hati dan pikirannya di kuasai oleh roh pemecah. Seperti halnya yang terjadi di dalam jemaat Korintus yang mengalami perselisihan akan penggolongan tiap-tiap individu.

Sebagai misionaris Paulus mendirikan jemaat di Korintus pada perjalanan misinya yang kedua. Surat 1 Korintus ditulis oleh Rasul Paulus pada saat ia berada di Efesus tahun 55 M, surat ini ia tulis sebelum hari raya Pentakosta. Surat ini di latar belakangi oleh adanya permasalahan yang terjadi di dalam jemaat Korintus, khususnya dalam pasal 3:1-9 permasalahan yang terjadi adalah adanya perselisihan di mana ada jemaat yang beranggapan bahwa “aku dari golongan Paulus, aku dari golongan Apolos”.

Baca Juga: Eksposisi 1 Korintus 9:24-27 (Membangun Disiplin Rohani)

Dengan adanya permasalahan ini maka Paulus memberikan suatu nasehat untuk menyelesaikan permasalahan perselisihan ini. Cara atau pola yang Paulus gunakan dalam menyelesaikan perselisihan adalah

(1). Memahami Firman, dengan menyadarkan mereka akan dasar dari pertumbuhan. Paulus mengungkapkan bahwa bukan yang menanam atau yang menyiram yang memberikan pertumbuhan melainkan Allah sendirilah yang memberikan pertumbuhan.

(2). Memahami peranan pemimpin, di sini Paulus menjelaskan bahwa setiap pemimpin yang melayani terdapat perbedaan dalam tanggung jawab pelayanan. Paulus sebagai penabur Firman yaitu dialah yang memulai pelayanan di Korintus, sedangkan Apolos menyiram, itu berarti Apolos melanjutkan dari pelayanan yang sudah dilakukan Paulus, di samping itu Paulus juga mengatakan bahwa mereka adalah pekerja biasa yang di pakai Tuhan untuk menumbuhkan iman jemaat dalam kata lain Allah sumber pertumbuhan.

(3). Memahami pengajaran, dalam hal ini Paulus menekankan akan posisi antara pekerja Allah dengan ladang dan bangunan Allah. Paulus dan Apolos bekerja sama untuk melakukan tugas yang dipercayakan Allah kepada mereka untuk melayani jemaat Korintus, sedangkan jemaat Korintus sendiri adalah milik Allah dan tempat kediaman Allah.

Dengan ketiga pola ini yaitu: memahami Firman, memahami peranan pemimpin, dan memahami pengajaran. Paulus menyadarkan jemaat Korintus bahwa mereka adalah milik Tuhan yang seharusnya bertumbuh berdasarkan sumber pertumbuhan itu yaitu Allah, bukan untuk menggolongkan diri menurut siapa pemimpinnya
--
Ikuti saya di google news untuk membaca artikel lainnya :

Next Post Previous Post