MARKUS 6:45-52 (EGO EIMI ABSOLUT DALAM INJIL SINOPTIK)

Deky Hidnas Yan Nggadas.

Pendahuluan 
MARKUS 6:45-52 (EGO EIMI ABSOLUT DALAM INJIL SINOPTIK)
bisnis, tutorial
Banyak orang berpikir bahwa Injil Yohanes secara jelas bicara tentang ketuhanan Yesus, sedangkan Injil Sinoptik lebih bicara tentang kemanusiaan Yesus. Salah satu argumen mereka adalah bahwa Yohanes memuat tujuh perkataan ego eimi dari Yesus sedangkan Injil Sinoptik tidak memuat perkataan-perkataan tersebut.

Anggapan di atas sepenuhnya salah. Injil Sinoptik berbicara sama jelasnya dengan Injil Yohanes mengenai ketuhanan Yesus. Injil Yohanes pun bicara sama jelasnya mengenai kemanusiaan Yesus seperti halnya Injil Sinoptik. Pun, anggapan tersebut tidak benar karena seperti halnya Injil Yohanes, Injil Sinoptik pun memuat setidaknya tiga kali penggunaan perkataan ego eimi secara absolut.

A. Tiga ego eimi Absolut 

Penggunaan ego eimi tanpa predikatif muncul sebanyak tiga kali dalam Injil Sinoptik:

1. “Tetapi segera Yesus berkata kepada mereka: ‘Tenanglah! Aku ini, jangan takut!’” (Matius 14:27).

2. “sebab mereka semua melihat Dia dan mereka pun sangat terkejut. Tetapi segera Ia berkata kepada mereka: ‘Tenanglah! Aku ini, jangan takut!’” (Markus 6:50)

3. “Jawab Yesus: ‘Akulah Dia, dan kamu akan melihat Anak Manusia duduk di sebelah kanan Yang Mahakuasa dan datang di tengah-tengah awan-awan di langit.’” (Markus 14:62).

Dari ketiga kemunculan ego eimi absolut di atas, dua di antaranya paralel (Matius 14:27; Markus 6:50). Data ini juga muncul dalam Yohanes 6:16-20). Sedangkan yang terakhir (Markus 14:62) justru tidak muncul dalam Injil Yohanes. Karena itu, saya akan membahas ketiga penggunaan ego eimi absolut tersebut dalam dua kelompok pembahasan.

B. Konteks dan Intertekstualitas 

Pembahasan seri pertama ini akan difokuskan penggunaan ego eimi absolut dalam Markus 6:50. Selain ulasan konteksnya, saya akan memperlihatkan relasi intertekstualnya sekaligus menggarisbawahi kaitannya dengan tema the divine warrior dalam Injil Markus.

Siapa yang Berjalan di Atas Laut? (Markus 6:45-52) 

Dalam bagian ini kita sedang membaca tentang sebuah epifani yang sebenarnya belum cukup kuat diketahui oleh mayoritas pembaca non-spesialis Injil Markus. Yesus mendatangi murid-murid-Nya saat mereka sedang kesulitan mendayung karena angin sakal saat menyeberangi “laut” (Markus 6:47- 48; LAI-ITB: “danau”; ). Di dalam konteks inilah Yesus menggunakan ego eimi absolut: “Tenanglah! Aku ini, jangan takut!” (Markus 6:50)

Karena itu, kita perlu memperhatikan elemen-elemen penting dalam konteks naratifnya dalam terang relasi intertekstualnya kemudian mempertimbangkannya secara akumulatif untuk membuat kesimpulan mengenai signifikansi dari penggunaan ego eimi absolut dalam Markus 6:50.

Pertama, Yesus mendatangi mereka dengan cara “berjalan di atas air” (Markus 6:49). Elemen ini sangat penting karena di dalam PL, ada satu teks yang menyatakan bahwa hanya Yahweh yang dapat berjalan di atas air tanpa indikasi bahwa Ia mengalami kesulitan atau bahwa Ia mendapatkan bantuan eksternal untuk melakukan demikian. Di dalam Ayub 9:8, dikatakan bahwa hanya Allah “yang seorang diri membentangkan langit, dan melangkah di atas gelombang-gelombang laut.”

Kedua, sebelumnya, di Markus 6:48, saat Yesus melihat mereka kepayahan mendayung, “…Ia datang kepada mereka berjalan di atas air dan Ia hendak melewati mereka.” Kata “melewati” (to pass by) tidak muncul dalam paralelnya, Matius dan Yohanes. Itulah sebabnya, menurut Robert H. Stein:

Pernyataan bahwa Yesus ‘hendak melewati mereka’ tidak memiliki paralel dalam dua Injil yang lain dan membingungkan. Jika Yesus mendatangi para murid karena melihat mereka kepayahan, mengapa sekarang Ia hendak ‘melewati mereka’ (Matius 6:48d)?

Saya kira kita tidak perlu kebingungan. Sebab kata itu juga muncul dalam konteks Ayub 9:4-11 yang sudah dikutip di atas:

Dalam konteksnya, gagasan mengenai Allah yang berjalan di atas air dikombinasikan dengan metafora “melewati” untuk menandaskan bukan hanya Kemahakuasaan Allah dan transendensiNya, melainkan juga sekaligus menegaskan ketidakmampuan manusia untuk memahami kebesaran kuasa-Nya. Dan gagasan ini pun terdapat di dalam konteks narasi Yesus Berjalan di atas Air. Ketika Yesus sudah naik ke atas perahu itu, Markus mencatat: “mereka sangat tercengang dan bingung” (Markus 6:51).

Jadi sekarang, kita mendapatkan kaitan intertekstual yang kuat dari Narasi Yesus Berjalan di Atas Air (Markus 6:45-52) pada dua elemen, yaitu gagasan mengenai Yahweh berjalan di atas laut dan gagasan “melewati” yang ada juga dalam Ayub 9:4-11.

Tetapi, yang ketiga, ada dua teks lagi di dalam PL yang juga menggunakan kata melewati dalam konteks teofani yaitu: Keluaran 33:17-23 dan Keluaran 34:5-7.

Kata Bahasa Yunani pare ,rcomai yang sama dalam Ayub 9:11 (LXX); Markus 6:48 digunakan juga dalam Keluaran 33:18, 22; dan Keluaran 34:6 (LXX).

Jadi kombinasi antara motif “berjalan di atas air” dan “melewati” baik dalam Markus 6:45-52; Ayub 9:4-11; Keluaran 33:17-23; dan 34:5-7 mengharuskan kesimpulan mengenai adanya relasi intertekstual di antara teks-teks ini.

Dan itu berarti, penggunaan ego eimi secara absolut dalam Markus 6:50 harus dimengerti sebagai sebuah penyingkapan diri Yesus sebagai Yahweh yang sudah diperkenalkan di dalam Perjanjian Lama.

Motif The Divine Warrior (Pejuang / Pahlawan Ilahi)

Narasi Yesus Berjalan di atas Air (Markus 6:45-52) merupakan narasi kedua setelah Markus 4:35-41) yang bicara tentang kuasa Yesus untuk menangani gejolak kekuatan air khaotik. Narasi terdahulunya (Markus 4:35-41) fokus pada hardikan Yesus yang sedemikian berkuasa meredakan gejolak taufan itu. Narasi kedua (Markus 6:45-52) melibatkan keseluruhan diri Yesus yang mampu berjalan tanpa mengalami celaka di atas gelombang-gelombang laut.

Untuk melihat kaitan itu, saya akan kembali kepada elemen sebelumnya ketika Markus menggunakan kata “danau,” namun arti literalnya adalah “laut” (Markus 6:47). Laut itu digambarkan sedang bergejolak melalui frasa (angin sakal) yang mengakibatkan mereka kepayahan mendayung. Ini adalah sebuah gambaran standar yang bicara tentang amukan kekuatan jahat di laut: “Berkatalah Daniel, demikian: "Pada malam hari aku mendapat penglihatan, tampak keempat angin dari langit mengguncangkan laut besar” (Daniel 7:2; bnd. Testament of Judah 21:7,9).

Elemen di atas jika dikaitkan kembali dengan konteks original dari Ayub 9:4-11, kita akan melihat lagi motif combat atau peperangan yang menandai motif the divine warrior dalam Injil Markus. Profesor Tremper Longman III ketika mengomentari mengenai Allah melangkah di atas gelombanggelombang laut (Ayub. 9:8), menyatakan:

…kata Bahasa Ibrani yam di sini dapat merupakan sebuah rujukan kepada dewa antipenciptaan dalam mitologi Ugaritik, Yam, yang ditaklukan oleh Baal untuk menciptakan kosmos. Dengan demikian, laut di sini mewakili khaos, dan fakta bahwa Allah melangkah melintasi gelombang-gelombang laut memperlihatkan kontrol-Nya atas kejahatan.

Mengingat relasi intertekstual di atas, Markus tidak sekadar menggambarkan tentang kondisi menyusahkan yang dialami para murid, melainkan sedang menggambarkan suatu suasana khaotik di laut yang latar belakangnya ada dalam kontinuasi motif Yahweh sebagai the Divine Warior dalam PL.

Gambaran itu bahkan bisa dipertegas dengan memperhatikan catatan Markus: “…Ia datang kepada mereka berjalan di atas air dan Ia hendak melewati mereka.” (Markus 6:48). Kata “berjalan,” merupakan kata yang membentuk sebuah motif yang menggambarkan Yahweh mengalahkan kekuatan-kekuatan jahat.

Pemazmur menggambarkan Yahweh berjalan di atas atau menginjak “anak-anak singa dan ular naga” (Mazmur 91:13).

Yesaya menggunakan motif berjalan atau jalan sebagai gambaran mengenai pengharapan akan kedatangan kembali Yahweh yang membawa Eksodus Baru bagi umat-Nya:

Terjagalah, terjagalah! Kenakanlah kekuatan, hai tangan TUHAN! Terjagalah seperti pada zaman purbakala, pada zaman keturunan yang dahulu kala! Bukankah Engkau yang meremukkan Rahab, yang menikam naga sampai mati? Bukankah Engkau yang mengeringkan laut, air samudera raya yang hebat? yang membuat laut yang dalam menjadi jalan, supaya orang-orang yang diselamatkan dapat menyeberang? (Yesaya 51:9-10).

Jadi gambaran mengenai Yesus berjalan di atas laut terkait dengan motif Yahweh sebagai the Divine Warrior yang mengalahkan kekuatan-kekuatan jahat. PB juga menggunakan motif ini untuk bicara tentang Yesus mengalahkan setan bahkan orang-orang percaya pun diberi kuasa untuk mengalahkan setan:

24Kemudian tiba kesudahannya, yaitu bilamana Ia menyerahkan Kerajaan kepada Allah Bapa, sesudah Ia membinasakan segala pemerintahan, kekuasaan dan kekuatan. 25Karena Ia harus memegang pemerintahan sebagai Raja sampai Allah meletakkan semua musuh-Nya di bawah kaki-Nya. (1Korintus 14:24-25).

Semoga Allah, sumber damai sejahtera, segera akan menghancurkan Iblis di bawah kakimu. Kasih karunia Yesus, Tuhan kita, menyertai kamu! (Roma 16:20).

C. Beberapa Komentar Ahli

John Paul Heil dalam studinya secara khusus mengenai narasi Yesus Berjalan di atas Air pun menggarisbawahi motif Yahweh sebagai the Divine Warrior yang mengalahkan kekuatan-kekuatan khaotik. Heil menyimpulkan, “Dengan berjalan di atas laut Yesus menyingkapkan diri-Nya sebagai Anak Allah dengan kuasa absolut yang mengatasi kekuatan jahat dari air khaotik tersebut.” 4

William Lane pun melihat relasi intertekstual antara Markus 6:45-52 dengan Ayub 9:8, 11; Keluaran 33:19, 22 (1Raja-Raja 19:11) dan menyatakan,

BACA JUGA: MAKNA AKULAH DIA (YOHANES 8:24)

Bagi Markus, peristiwa ini adalah sebuah teofani, sebuah manifestasi dari Tuhan yang transenden yang akan ‘lewat’ seperti yang telah dilakukan Allah di Sinai di hadapan Musa…. Di dalam kesempatan ini, pemunculan ilahi terjadi dengan tujuan agar terlihat. Dengan suatu peragaan yang indah Yesus memperlihatkan otoritas-Nya di hadapan para murid dan lewat untuk meyakinkan mereka akan kehadiran-Nya.5

Brendan Dempsey menyatakan,

Melihat para murid sangat kepayahan, Yesus mendapati mereka dengan berjalan di atas air (peripaton epi tes thalasses). Dengan suatu tindakan yang luar biasa, Yesus secara literal melangkah pada jejak-jejak langkah Yahweh, yang menginjak laut pada kemenangan agungNya di masa purba.6

Kesimpulan

Narasi Yesus Berjalan di atas Air bukan hanya memandai penyingkapan identitas Yesus sebagai Anak Allah yang Ilahi, Yahweh di dalam PL, melainkan juga merupakan kontinuasi motif Yesus sebagai the Divine Warrior dalam Injil Markus.

Langkah-langkah kaki Yesus di atas laut yang bergejolak itu adalah manifestasi dari langkah-langkah kaki YHWH di dalam PL yang berjalan di atas gelombang-gelombang laut dan mengalahkan kekuatan-kekuatan jahat di laut.

4 John Paul Heil, Jesus Walking on the Sea: Meaning and Gospel Function of Matt. 14:22-33, Markus 6:45-52, and John 6:15b-21 (Analecta Biblica; Rome: Biblical Institute Press, 1981), 108.

5 William Lane, The Gospel of Mark (Epub Version; NICNT; Grand Rapids, Michigan: Eerdmans, 1974), loc., 218/838.

6 Brendan Dempsey, The Combat Myth According to Mark: From Ancient Near Eastern Genre to Apocalyptic Gospel, 143.MARKUS 6:45-52 (EGO EIMI ABSOLUT DALAM INJIL SINOPTIK).https://teologiareformed.blogspot.com/
Next Post Previous Post