PENGAJARAN KRISTEN (46): YESUS NAIK KE SURGA

PENGAJARAN KRISTEN (46): YESUS NAIK KE SURGA
gadget, bisnis, keuangan

Pertanyaan. Apa arti naik ke surga menurut Saudara?

Jawaban: Bahwa di depan mata murid-murid-Nya Yesus Kristus terangkat dari bumi naik ke surga (a), dan bahwa Dia berada di sana untuk kebaikan kita (b), sampai Dia datang kembali untuk menghakimi orang yang hidup dan yang mati (c).

(a) Kisah Para Rasul 1:9. (b) Roma 8:34. (c) Kisah Para Rasul 1:11.

Yesus Naik ke surga’.

1).Hal-hal yang terjadi pada waktu Yesus Kristus naik ke surga.

a) Perpindahan tempat.

Tentang ‘ascension’ / ‘kenaikan Yesus Kristus ke surga’, Charles Hodge berkata sebagai berikut:

“It was a local transfer of his person from one place to another; from earth to heaven. Heaven is therefore a place. … If Christ has a true body, it must occupy a definite portion of space. And where Christ is, there is the Christian’s heaven” (= Itu merupakan perpindahan tempat dari pribadiNya dari satu tempat ke tempat lain; dari bumi ke surga. Karena itu, surga adalah suatu tempat. … Jika Kristus mempunyai tubuh yang sungguh-sungguh, tubuh itu harus menempati suatu ruangan / tempat tertentu. Dan dimana Kristus ada, di situlah surga orang kristen) – ‘Systematic Theology’, Vol II, hal 630, 631.

Herman Hoeksema: “This ascension must be conceived as consisting definitely in a change of place. In His human nature Christ departed from the earth and went into heaven both in body and soul. After His ascension He is according to His human nature no longer on earth, but in heaven only. This must be emphasized especially over against the Lutherans, who teach what is called the ubiquity of the human nature of Christ after His resurrection and ascension into heaven” (= Kenaikan ini harus dipahami sebagai perubahan tempat. Dalam hakekat manusiaNya, Kristus meninggalkan bumi dan pergi ke surga baik tubuh dan jiwaNya. Setelah kenaikanNya maka menurut hakekat manusiaNya Ia tidak lagi di bumi tetapi hanya di surga. Ini harus ditekankan khususnya menghadapi golongan Lutheran, yang mengajarkan apa yang disebut kemaha-adaan dari hakekat manusia Kristus setelah kebangkitan dan kenaikanNya ke surga) – ‘Reformed Dogmatics’, hal 420.

Herman Hoeksema: “Heaven is a definite place, and not merely a condition” (= Surga adalah tempat yang tertentu, dan bukan semata-mata merupakan suatu kondisi / keadaan) – ‘Reformed Dogmatics’, hal 422.

b) Perubahan / pemuliaan lebih lanjut pada hakekat manusia Kristus.

Perubahan / pemuliaan itu dimulai pada saat kebangkitanNya dan disempurnakan pada waktu kenaikanNya ke surga.

2)   Yesus naik ke surga secara jasmani 40 hari setelah kebangkitanNya (Kisah Para Rasul 1:9  Lukas 24:51).

3) Fungsi kenaikan Yesus ke surga:

a. Menunjukkan bahwa misinya untuk menebus dosa manusia sudah selesai (Yohanes 17:4-5).

Yesus diutus ke dunia untuk menebus / membereskan dosa manusia. Andaikata pada waktu Ia naik ke surga itu ternyata penebusan itu belum selesai Ia kerjakan, maka pasti Ia disuruh kembali. Bahwa ternyata Ia tidak disuruh kembali dan bahkan diterima untuk duduk di sebelah kanan Bapa menunjukkan bahwa penebusan yang Ia lakukan memang sudah selesai.

Jadi, sama seperti kebangkitan, maka kenaikan Yesus ke surga juga merupakan fakta / faktor yang menjamin kesela­matan orang percaya.

b. Mempersiapkan tempat di surga bagi kita yang percaya (Yohanes 14:2).

c. Menunjukkan bahwa kita yang percaya juga akan naik ke surga (Yohanes 14:2-3,17:24, Efesus 2:6).

Sama seperti kebangkitanNya, demikian juga kenaikanNya ke surga merupakan pola yang akan diikuti oleh semua orang yang percaya kepadaNya

Herman Hoeksema mengomentari Efesus 2:4-6 dengan berkata sebagai berikut:

“We must remember that Christ is our head, both in the juridical and in the organic sense of the word. … His ascension is of central significance. He is the head of the body, the church. As such He represents all the elect. As the head of His own in the forensic sense of the word, He entered into death, bore all our iniquities on the accursed tree, blotted out all our sins, and obtained eternal righteousness. His righteousness is our righteousness; His death is our death; His resurrection is our resurrection. And so in that legal sense of the word His ascension is our ascension. … But He is also the head of the body in the organic sense. We are members of His body; and we can never be separated from Him, our head. That He went to heaven means that centrally we are in heaven. He will not return to us, but He will draw us unto Himself, that we may also be where He is. And so we look up toward heaven by faith in the consciousness of our inseparable union with Christ our head, and confess that we have our flesh in heaven as a sure pledge that He as the head will also take up to Himself us His members” (= Kita harus ingat bahwa Kristus adalah kepala kita, baik dalam arti yuridis / hukum maupun dalam arti organik. … KenaikanNya mempunyai arti yang pokok / utama / dasar. Ia adalah kepala dari tubuh, yaitu gereja. Sebagai kepala Ia mewakili semua orang pilihan. Sebagai kepala dari milikNya dalam arti hukum, Ia mengalami kematian, memikul semua kesalahan kita pada salib yang terkutuk, menghapus semua dosa kita, dan mendapatkan kebenaran kekal. KebenaranNya adalah kebenaran kita; kematianNya adalah kematian kita; kebangkitanNya adalah kebangkitan kita. Dan dengan demikian dalam arti hukum kenaikanNya adalah kenaikan kita. … Tetapi Ia juga adalah kepala dari tubuh dalam arti organik. Kita adalah anggota-anggota dari tubuhNya; dan kita tidak pernah bisa dipisahkan dari Dia, kepala kita. Bahwa Ia pergi ke surga berarti bahwa secara dasari kita ada di surga. Ia tidak akan kembali kepada kita, tetapi Ia akan menarik kita kepada diriNya sendiri, supaya kita bisa berada dimana Ia ada. Dan dengan demikian kita melihat ke atas ke surga dengan iman dalam kesadaran akan kesatuan yang tak terpisahkan antara kita dengan Kristus, kepala kita, dan mengaku bahwa kita mempunyai daging kita di surga sebagai suatu jaminan yang pasti bahwa Ia sebagai kepala juga akan mengumpulkan kita anggota-anggotaNya kepada diriNya sendiri) – ‘Reformed Dogmatics’, hal 425-426.

Calvin: “the Lord by his ascent to heaven opened the way into the Heavenly Kingdom, which had been closed through Adam (John 14:3). Since he entered heaven in our flesh, as if in our name, it follows, as the apostle says, that in a sense we already ‘sit with God in the heavenly places in him’ (Eph. 2:6), so that we do not await heaven with a bare hope, but in our Head already possess it” [= Tuhan oleh kenaikanNya ke surga membuka jalan ke dalam Kerajaan Surgawi, yang telah ditutup melalui Adam (Yohanes 14:3). Karena Ia masuk ke surga dalam daging kita, seakan-akan dalam nama kita, akibatnya, seperti dikatakan oleh sang rasul, bahwa dalam arti tertentu kita sudah ‘duduk dengan Allah dalam tempat-tempat surgawi dalam Dia’ (Efesus 2:6), sehingga kita tidak menantikan surga dengan suatu harapan semata-mata, tetapi sudah memilikinya dalam Kepala kita] – ‘Institutes of the Christian Religion’, Book II, chapter XVI, 16.


Calvin: “Hence arises a wonderful consolation: that we perceive judgment to be in the hands of him who already destined us to share with him the honor of judging (cf. Matt. 19:28)! Far indeed is he from mounting his judgment seat to condemn us! How could our most merciful Ruler destroy his people? How could the Head scatter his own members? How could our Advocate condemn his clients? For if the apostle dares exclaim that with Christ interceding for us there is no one who can come forth to condemn us (Rom. 8:34,33), it is much more true, then, that Christ as Intercessor will not condemn those whom he has received into his charge and protection. No mean assurance, this – that we shall be brought before no other judgment seat than that of our Redeemer, to whom we must look for our salvation!” [= Karenanya muncul suatu penghiburan yang sangat indah: bahwa kita memahami bahwa penghakiman ada di tanganNya yang telah mentakdirkan kita untuk bersama dengan Dia melakukan kehormatan penghakiman (bdk. Matius 19:28)! Jauhlah dari padaNya untuk naik ke kursi penghakimanNya untuk menghukum kita! Bagaimana Pemerintah kita yang paling berbelas-kasihan itu bisa menghancurkan rakyatNya? Bagaimana Kepala bisa menyebarkan / menyemburatkan anggota-anggotaNya sendiri? Bagaimana Pengacara kita bisa menghukum kliennya? Karena jika sang rasul berani menyerukan bahwa dengan Kristus membela kita maka tidak ada orang yang akan menggugat / menghukum kita (Roma 8:34,33), maka lebih benar lagi, bahwa Kristus sebagai Pembela tidak akan menghukum mereka yang telah Ia terima ke dalam tanggung jawab dan perlindunganNya. Ini bukanlah keyakinan yang tak berarti bahwa kita tidak akan dibawa ke depan kursi penghakiman dari siapapun selain kursi penghakiman Penebus kita, kepada siapa kita harus memandang untuk keselamatan kita] – ‘Institutes of the Christian Religion’, Book II, chapter XVI, 18.

d, Supaya Roh Kudus turun (Yohanes 7:39, 16:7).

Yohanes 16:7 – “Namun benar yang Kukatakan ini kepadamu: Adalah lebih berguna bagi kamu, jika Aku pergi. Sebab jikalau Aku tidak pergi, Penghibur itu tidak akan datang kepadamu, tetapi jikalau Aku pergi, Aku akan mengutus Dia kepadamu”.


Jadi, Yesus Kristus tidak lagi menyertai kita secara jasmani, tetapi secara rohani (Matius 26:11 Yohanes 14:16-19). Dengan cara itu Ia bisa menggenapi ayat-ayat seperti Matius 18:20 Matius 28:20b.

4) Kenaikan ke surga adalah tahap kedua dari pemuliaan Yesus Kristus.

Penutup / kesimpulan:

Kristus sudah mati, bangkit dan naik ke surga, dan dengan semua itu menyelesaikan pekerjaan penebusan bagi kita. Kalau sampai sekarang saudara belum percaya kepada Yesus, cepatlah percaya kepadaNya, karena itu menjamin bahwa sama seperti Ia naik ke surga demikian juga saudara akan naik ke surga. Kalau saudara sudah percaya dan sudah diselamatkan, berusahalah untuk lebih banyak mengarahkan mata saudara ke surga.

Next Post Previous Post