EkSPOSISI KITAB KEJADIAN PASAL 39-42
Pdt.Budi Asali, M.Div.
KEJADIAN 39:1-23
I) Yusuf di rumah Potifar (Kejadian 39:1-6a).
1) Dari kehidupan di rumah ayahnya (Yakub) dimana ia menjadi anak emas (Kejadian 37), Yusuf sekarang dijual sebagai budak kepada Potifar! ‘Kejatuhan’ ini jelas merupakan hal yang sangat berat bagi Yusuf.
2) Diperkirakan bahwa Yusuf ada di rumah Potifar selama lebih kurang 10 tahun. Ini berguna bagi Yusuf, sehingga ia bisa mengenal kehidupan orang Mesir. Dan pengenalan tentang kehidupan orang Mesir ini berguna bagi dia, pada waktu nanti ia menjadi orang kedua setelah Firaun di seluruh Mesir. Di samping itu, ini juga berguna untuk membuat ia menjadi rendah hati, sehingga nanti pada waktu menjadi orang berkuasa ia tidak sombong. Bdk. Roma 8:28.
3) Di rumah Potifar, sekalipun menderita tetapi Yusuf disertai oleh Tuhan (Kejadian 39: 2). Ini menyebabkan ada step-step kemajuan dalam hidup Yusuf di rumah Potifar:
a) Segala yang diperbuatnya berhasil (ay 2b).
Calvin mengatakan bahwa seseorang bisa sukses, hanya karena penyertaan / berkat Tuhan, tidak peduli ia orang kristen atau kafir!
b) Ia tinggal di rumah Potifar (ay 2c). Mungkin tadinya ia tinggal di rumah budak bersama budak-budak yang lain.
c) Potifar bisa melihat bahwa Tuhan membuat pekerjaan Yusuf berhasil (ay 3a), dan ini menyebabkan Potifar mengijinkan Yusuf melayani dia (ay 4a).
Bahwa Potifar sampai bisa melihat bahwa Yusuf sukses dalam pe-kerjaannya karena Tuhan yang membuatnya berhasil, menunjuk-kan bahwa Tuhan menyertai / memberkati Yusuf dengan cara yang luar biasa.
Tuhan memberkati, tetapi Yusuf bekerja! Ini terlihat dari kata-kata ‘pekerjaannya’ (ay 2), ‘dikerjakannya’ (Kejadian 39: 3), ‘melayani dia’ (ay 4). Tuhan tak akan memberkati orang malas yang tidak mau bekerja!
d) Potifar menyerahkan segala miliknya dalam kuasa Yusuf, sehingga dengan bantuan Yusuf ia tidak perlu mengurus apa-apa lagi kecuali makanannya sendiri (ay 4b-6).
Kecuali makanannya sendiri.
Mengapa Potifar tetap mengurus makanannya sendiri? Dalam Kejadian 43:32 dikatakan bahwa orang Mesir tak boleh makan dengan orang Ibrani, karena bagi mereka itu adalah ‘kekejian’.
NIV: detestable (= menjijikkan).
KJV/RSV: abomination (= sesuatu yang sangat dibenci).
NASB: loathsome (= menjijikkan / memuakkan).
Jadi rupanya ada gap yang besar antara orang Mesir dan orang Ibrani, khususnya dalam hal makanan, sehingga Potifar tidak mau makanannya diurus oleh Yusuf.
Penyerahan segala sesuatu ke dalam tangan Yusuf ini menyebab-kan Potifar diberkati oleh Tuhan (ay 5b).
Sama seperti Laban diberkati karena Yakub (Kejadian 30:27), seka-rang Potifar diberkati karena Yusuf. Orang yang dekat dengan anak Tuhan memang bisa kecipratan berkatnya! Tetapi bisa juga kecipratan serangan setannya!
Pulpit Commentary: “He with whom the Lord abides is a blessing to others” (= Ia dengan siapa Tuhan tinggal merupakan berkat bagi yang lain).
Jadi, kalau saudara mau menjadi berkat bagi orang lain, usahakanlah supaya Tuhan menyertai / dekat dengan sau-dara. Kalau Tuhan tidak beserta / dekat dengan saudara, saudara tidak bisa menjadi berkat bagi orang lain!
Berbuat / bersikap baik kepada anak Tuhan menyebabkan diberkati oleh Tuhan.
Sekalipun tindakan Potifar ini baik, tetapi sebetulnya masih kurang baik. Seharusnya ia bertanya kepada Yusuf tentang Tuhan yang membuat Yusuf berhasil itu! Tetapi ia tidak melakukan hal itu, dan Yusufpun rupanya tidak memberitakan Injil seperti anak gadis yang menjadi budak Naaman dalam 2Raja-raja 5! Karena itu betapapun baik dan salehnya Yusuf hidup, tetap tidak membuat Potifar me-ngenal Tuhan.
Hal ini perlu ditekankan untuk menghadapi ajaran dari golong-an liberal yang menyatakan bahwa kita tidak perlu melakukan pekabaran Injil. Asal kita hidup saleh maka kita bisa menarik orang datang kepada Tuhan. Ini adalah omong kosong, kare-na tanpa kita memberitakan Injil, bagaimanapun salehnya kita hidup, itu tetap tak membuat orang di sekitar kita mengenal Kristus! Bdk. Ro 10:13-15.
4) Pulpit Commentary:
“An appointed lot. As everything on earth is, so was Joseph’s sad and sorrowful estate assigned him by Heaven; and the recognition of this doubtless it was by Joseph that prevented him from murmuring, and apparently inspired him with a cheerful confidence, even in the darkest times” (= Nasib yang ditetapkan. Sebagaimana segala sesuatu di bumi, demikian juga dengan nasib Yusuf ditetapkan oleh Surga; dan tidak diragukan lagi bahwa pengenalan akan hal ini oleh Yusuf mencegah dia dari bersungut-sungut, dan mengilhami dia dengan keyakinan yang penuh sukacita, bahkan pada masa-masa yang paling gelap).
II) Godaan istri Potifar (Kejadian 39: 6b-18).
1) Yusuf itu manis sikapnya dan elok parasnya (ay 6b).
NIV: well built and handsome (= bentuk tubuhnya bagus dan ganteng).
NASB: handsome in form and appearance (= ganteng dalam bentuk dan rupa).
Istilah Ibrani yang sama digunakan terhadap Rahel (hanya gendernya / jenis kelaminnya berbeda) dalam Kej 29:17.
2) Istri Potifar tertarik kepada Yusuf dan mengajak Yusuf untuk melakukan hubungan sex (ay 7).
a) Ay 7 berkata bahwa hal itu terjadi setelah ‘selang beberapa waktu’. Ini terjadi sekitar 10 tahun setelah Yusuf dijual oleh saudara-saudaranya (Bdk. Kej 37:2 41:1 41:46).
Jadi, kenggantengan Yusuf tidak menyebabkan istri Potifar lang-sung tertarik. Kalau saudari sudah menikah dan langsung tertarik pada waktu melihat orang ngganteng, saudari lebih brengsek dari istri Potifar!
Ini menunjukkan kehebatan Yusuf. Selama 10 tahun hidup di ka-langan orang kafir, kerohaniannya bisa tetap terjaga dengan baik.
b) ‘memandang Yusuf dengan berahi’ (Kejadian 39: 7).
Kata-kata ‘dengan berahi’ sebetulnya tidak ada. Bagian ini sebetulnya hanya menunjukkan bahwa istri Potifar melihat / mengamati Yusuf. Tetapi ajakan mengadakan hubungan sex dalam ay 7b jelas menun-jukkan bahwa hal ini berkembang menjadi keinginan sex.
Jelas bahwa keinginan berzinah istri Potifar datang melalui matanya, dan jelas bahwa orang perempuan juga bisa melanggar Mat 5:28 (sekalipun tidak sesering laki-laki).
Bandingkan dengan Ayub 31:1 yang menunjukkan bahwa salah satu kesalehan Ayub adalah menguasai matanya terhadap cewek!
c) Setan banyak menggunakan godaan sex untuk menghancurkan orang kristen / hamba Tuhan!
Pada waktu saya sekolah Theologia, seorang dosen saya pernah bertanya: apa yang paling kamu hargai? Teman-teman saya men-jawab: jabatan / pekerjaan, nama baik, istri dan anak, gereja, perni-kahan, orang tua, dsb. Dosen itu lalu berkata: setan menawarkan untuk mengambil semua itu dan menukarnya dengan hubungan sex selama 15 menit dengan seorang perempuan! Setiap kali saudara digoda setan menggunakan dosa sex, ingatlah baik-baik hal ini!
d) Dalam persoalan ini sebetulnya Potifar juga salah / tidak bijaksana. Ia membiarkan Yusuf yang ngganteng tinggal di rumahnya, dan nanti bahkan meninggalkan Yusuf sendirian dengan istrinya (ay 11).
3) Penolakan Yusuf (ay 8-9).
a) Yusuf menolak dengan alasan:
Kepercayaan dan kebaikan Potifar kepadanya tidak layak dibalas dengan pengkhianatan dengan melakukan hubungan sex dengan istrinya (ay 8-9).
Itu adalah ‘kejahatan / dosa yang besar’ (ay 9b).
Salah satu cara menghindari dosa adalah dengan menyebut dosa sebagai dosa. Dengan kata lain kita harus menyebut dosa dengan nama sebenarnya. Kalau saudara menyebut dosa sebagai ‘kele-mahan’ atau ‘sesuatu yang kurang baik’, atau menyebut dusta se-bagai ‘kebijaksanaan’, atau menyebut perzinahan sebagai ‘meng-ikuti mode’, maka jauh lebih mudah untuk jatuh ke dalamnya!
Itu adalah dosa terhadap Allah.
Ini bukan sekedar dosa terhadap Potifar, tetapi terhadap Allah (bdk. Maz 51:6).
Potifar bisa tidak tahu, tetapi Allah pasti tahu! Karena itu ia tetap menolak sekalipun mereka sedang sendirian (ay 11-12).
Hal yang penting diperhatikan adalah bahwa Yusuf tidak menolak dengan alasan yang dibuat-buat seperti lelah, sakit, dsb.
Penerapan: Banyak orang kristen yang diajak temannya berzinah, tetapi tidak berani menolaknya dengan mengatakan bahwa itu adalah dosa. Mungkin karena tidak mau ‘menyerang’ si pengajak, atau mungkin karena takut bakal ditertawakan oleh si pengajak, yang tahu bahwa ia dulu sering berzinah. Sebaliknya mereka memberi banyak alasan yang dibuat-buat seperti tidak punya uang, sedang tidak enak badan, sedang repot dsb. Ini merupakan cara penolakan yang salah, bukan hanya karena ini adalah dusta, tetapi juga karena penolakan seperti ini memberi kesan bahwa mereka sebetulnya mau, andaikata punya uang, sedang tidak repot, sedang sehat dsb! Ini menyebabkan lain kali si pengajak akan mengajak lagi, pada waktu dia melihat bah-wa saudara punya uang, tidak sedang sakit, sedang tidak ada pekerjaan dsb.
Karena itu, belajarlah menolak dengan penolakan yang dilakukan oleh Yusuf. Kalaupun si pengajak tahu bahwa dulu saudara sering ber-zinah, tetaplah berani menolak dengan cara Yusuf, sambil menam-bahkan bahwa saudara sudah bertobat dari dosa itu dan tidak mau melakukannya lagi.
b) Yusuf menolak sekalipun ia tahu bahwa menolak perintah boss bisa berbahaya! Ingat bahwa ia bukan pegawai tetapi budak yang bisa diperlakukan semaunya oleh bossnya! Jadi ia jelas tahu bahwa peno-lakan ini mengandung resiko tinggi!
Penerapan: Apakah saudara berani menolak perintah / ajakan boss yang bertentangan Firman Tuhan? Kalau ajakan berzinah mungkin saudara berani menolak, tetapi bagaimana kalau disuruh menghibur tamu dengan mengajaknya ke pelacuran / mencarikan pelacur?
c) Kalau Yusuf yang adalah seorang pemuda yang belum menikah bisa menolak godaan sex, maka tidak ada alasan bagi saudara yang adalah pemuda yang belum menikah untuk menyerah pada godaan sex. Lebih-lebih bagi saudara yang sudah setengah tua untuk menye-rah pada godaan sex.
4) Istri Potifar tekun mengajak, tetapi Yusuf tekun menolak (ay 10)!
a) Istri Potifar mengajak terus ‘dari hari ke hari’! Betul-betul luar biasa bahwa Yusuf bisa tekun dalam menolaknya.
Illustrasi: Seorang pendeta naik kereta api, dan duduk berhadapan dengan cewek yang cantik, sexy, dan berpakaian minim. Ia terus berdoa supaya Tuhan menolong dia menghadapi pencobaan itu. Tetapi suatu kali kereta api mengerem, dan cewek itu terlempar ke pangkuan di pendeta. Pendeta itu memeluk cewek itu sambil berkata: ‘Ya Tuhan jadilah kehendakMu!’.
Ini contoh orang yang tidak tekun dalam menolak godaan! Tetapi lebih gawat lagi adalah orang yang tekun dalam tidak menolak go-daan! Maukah saudara meniru Yusuf yang tekun dalam menolak godaan?
b) Lebih dari itu, Yusuf tidak mau bersama-sama dengan dia.
NIV: he refused to go to bed with her or even be with her (= ia me-nolak untuk tidur dengan dia, atau bahkan bersama dengan dia).
KJV, RSV, NASB juga mempunyai kata-kata ‘be with her’ (= ada / ber-sama dengan dia).
Yusuf tidak mau dekat-dekat dengan pencobaan, dan ini adalah se-suatu yang penting dalam mengalahkan godaan jenis ini (bdk. Amsal 5:8 - jauhilah perempuan jalang; juga 1Kor 6:18a).
Renungkan: ada orang yang sekalipun berusaha untuk tidak berbuat dosa, tetapi tetap ingin sedekat mungkin dengan dosa itu. Ini menun-jukkan kecintaannya pada dosa itu. Dan dengan sikap seperti ini mustahil kita bisa terhindar dari dosa.
5) Istri Potifar memaksa, Yusuf tetap menolak, bahkan lari (ay 11-12).
Ada godaan yang tidak boleh ditinggal lari tetapi harus dihadapi. Misal-nya: problem study, problem uang. Kalau hal-hal seperti ini kita tinggal lari, misalnya dengan tidur / pergi piknik, maka problem seperti ini bisa makin hebat. Tetapi ada godaan yang justru tidak boleh dihadapi tetapi harus ditinggal lari, misalnya godaan perzinahan. Di sini Yusuf melakukan hal yang benar! Ia lari, bukan kepada istri Potifar, tetapi ke luar!
6) Fitnahan istri Potifar (ay 13-18).
Ada beberapa alasan mengapa istri Potifar memfitnah Yusuf:
a) Jengkel / merasa terhina karena ajakannya ditolak.
b) Mungkin ketika Yusuf lari ke luar ada budak-budak lain yang melihat-nya dan lalu masuk dan melihat istri Potifar dengan jubah Yusuf di tangannya. Dari pada dia yang dicurigai, ia lalu memfitnah Yusuf seakan-akan Yusuf berusaha memperkosanya.
Perhatikan juga cara istri Potifar memfitnah Yusuf:
ia menyebut Yusuf sebagai ‘orang Ibrani’.
Semua keturunan Eber (Kej 11:16) disebut sebagai ‘orang Ibrani’.
ia menyebut Yusuf sebagai orang Ibrani karena orang Mesir punya perasaan anti Ibrani (Kej 43:32).
Ia tidak berkata ‘mempermainkan saya’ tetapi ‘mempermainkan kita’ (ay 14). Ini jelas cari bolo / teman!
Catatan: kata ‘mempermainkan’ dalam bahasa Ibraninya mengguna-kan kata yang sama seperti dalam Kej 26:8 (diterjemahkan ‘bercumbu-cumbuan’).
Ia sengaja menyalahkan Potifar dan ini terlihat dari:
ay 14 - lihat dibawanya kemari ...
ay 17 - kaubawa kemari ...
Tujuannya supaya Potifar menjadi marah dan menghukum Yusuf.
III) Yusuf dalam penjara (ay 19-23).
1) Potifar menjadi marah (ay 19).
Kelihatannya ia percaya begitu saja fitnahan istrinya. Tetapi ada banyak penafsir yang meragukan bahwa Potifar menghukum Yusuf karena ia per-caya begitu saja cerita istrinya.
Alasannya:
a) Ay 19 mengatakan Potifar ‘bangkit amarahnya’ tetapi tidak dikatakan bahwa kemarahan itu ditujukan kepada Yusuf. Mungkin sekali kema-rahan itu justru ditujukan kepada istrinya.
b) Ada hal-hal yang tidak masuk akal dalam cerita / fitnahan istri Potifar ini, seperti:
Kalau ia memang berteriak-teriak, mengapa tidak ada orang yang dengar?
Kalau Yusuf berusaha memperkosanya maka lebih cocok kalau pakaian istri Potifar yang ada di tangan Yusuf, dan bukannya pakaian Yusuf yang ada di tangan istri Potifar.
Kalau Potifar bukan orang yang sangat bodoh mestinya ia bisa melihat hal-hal ini dan mencurigai cerita istrinya.
c) Yusuf hanya dihukum penjara, padahal kalau memang Potifar percaya bahwa Yusuf berusaha memperkosa istrinya, tidak mungkin ia meng-hukum Yusuf dengan hukuman seringan itu!
Tetapi kalau Potifar tidak percaya kepada istrinya, mengapa ia meng-hukum Yusuf? Karena:
ia tak bisa membuktikan ketidak-benaran kata-kata istrinya.
lebih mempercayai kata-kata budak dari pada istri adalah sesuatu yang tidak mungkin ia lakukan.
ia tidak mau mempermalukan dirinya sendiri.
Tetapi tentu saja ini adalah sikap yang salah!
2) Yusuf masuk penjara (ay 20).
Maz 105:18 menggambarkan dengan lebih jelas keadaan Yusuf saat itu, dimana leher dan kakinya di belenggu. Ini jelas merupakan suatu penderitaan.
Bahwa Yusuf yang saleh bisa masuk penjara karena menolak ajakan berzinah, menunjukkan bahwa orang yang hidup saleh bisa menerima upah yang sangat tidak sesuai / tidak adil! Bdk. 1Pet 4:14-16 Mat 5:10.
Yusuf masuk ‘jurang’ lagi.
Tadinya dari kedudukan sebagai anak emas Yakub, ia menjadi budak. Setelah kedudukannya menanjak, tahu-tahu ia difitnah dan masuk penjara.
Disela-sela ‘jurang’ ada masa enak. Calvin berpendapat bahwa ini tujuannya adalah:
supaya pencobaan tidak lebih dari kekuatan Yusuf.
supaya pada saat itu ia bisa memulihkan kekuatan sehingga kuat menghadapi jurang yang akan datang!
Karena itu, kalau saudara sedang dalam masa enak, gunakan saat itu dengan bijaksana dengan memperkuat rohani saudara! Dengan demikian pada waktu saudara mengalami ‘jurang’ maka saudara kuat menanggungnya!
3) Yusuf masuk penjara, tetapi Tuhan menyertai Yusuf.
Apa yang terjadi dalam ay 1-6, terjadi lagi dalam ay 21-23! Tuhan me-nyertai Yusuf dalam penjara dan menyebabkan ia disukai kepala penjara.
lagi-lagi naiknya step by step (= langkah demi langkah)!
Tuhan yang membuat Potifar maupun kepala penjara senang terha-dap Yusuf. Tuhan yang membuat orang senang (Hak 14:1-4), dan Tu-han juga yang membuat orang benci / tidak senang (bdk. 1Raja 11:14,23 Maz 105:25). Memang hati manusia ada dalam tangan Tu-han dan Ia bisa mengarahkannya kemanapun Ia kehendaki (Amsal 21:1).
Kesimpulan / penutup:
Dalam keadaan yang paling gelap / tidak enak, tetaplah mentaati Tuhan. Keadaan bisa bahkan memburuk, tetapi Tuhan tetap beserta saudara, dan ia bisa mengubah keadaan itu sehingga makin membaik secara bertahap!
KEJADIAN 40:1-23
I) Kebaikan Yusuf kepada juru minuman dan juru roti.
1) Juru minuman dan juru roti Firaun berbuat kesalahan dan dimasukkan ke penjara bersama Yusuf, dan Yusuf harus melayani mereka (Kejadian 40:1-4). Mereka berdua sama-sama bermimpi pada malam yang sama (ay 5).
2) Mimpi itu menyebabkan mereka menjadi sedih, dan Yusuf yang melihat kesedihan mereka lalu menanyakan mengapa mereka menjadi sedih (Kejadian 40: 6-7).
a) Yusuf mempunyai alasan untuk tidak peduli pada penderitaan mereka:
tugas Yusuf sebetulnya adalah untuk melayani mereka (ay 4), bu-kan untuk mempedulikan kesedihan mereka atau untuk menghibur mereka dsb.
Penerapan: dalam pelayanan atau dalam pekerjaan, maukah sau-dara melakukan hal-hal yang lebih dari tugas saudara seharus-nya? Atau saudara adalah orang yang suka ‘ijir’?
Mereka adalah orang Mesir, sebangsa dengan istri Potifar yang memfitnahnya, dan dengan Potifar yang memenjarakannya.
Yusuf sendiri masih sedang menderita di penjara, sehingga pen-deritaannya belum berlalu. Banyak orang yang kalau dirinya sendiri sedang menderita, justru menjadi sangat egois dan tidak mempedulikan penderitaan orang lain. Untuk apa mempedulikan penderitaan orang lain, sementara diri sendiri sudah terlalu banyak penderitaan? Kalau saudara adalah orang seperti ini, turutilah teladan Yusuf, dan juga teladan Tuhan Yesus, yang sekalipun sedang tersalib tetapi tetap memperhatikan:
penjahat yang bertobat (Luk 23:43).
Maria (Yoh 19:26-27).
orang-orang yang baru saja menyalibkannya (Lukas 23:34).
b) Tetapi Yusuf tetap peduli pada kesedihan / penderitaan mereka dan menanyakan hal itu kepada mereka. Mengapa Yusuf bisa bersikap begitu? Karena Yusuf sendiri sudah pernah merasakan kesedihan / penderitaan orang di penjara, sehingga ia ingin menolong orang yang mengalami penderitaan / kesedihan yang sama.
Calvin berkata: “common sufferings generate sympathy” (= penderitaan yang sama membangkitkan simpati).
Jadi, memang ada 2 golongan orang. Golongan pertama, karena dirinya sendiri mengalami penderitaan, lalu menjadi egois dan tidak peduli pada penderitaan orang lain. Atau lalu berpikir: ‘Dulu aku bisa menahan penderitaan seperti itu, jadi dia juga pasti bisa menahannya, dan karena itu aku tidak perlu menolongnya’. Tetapi ada golongan kedua yang karena pernah mengalami penderitaan, lalu justru menjadi bersimpati terhadap orang yang menderita, khususnya kalau orang itu mengalami penderitaan yang sama dengan dirinya sendiri. Saudara termasuk yang mana?
3) Kedua orang itu mengatakan: kami bermimpi dan tidak ada orang yang dapat menafsirkan mimpi itu (ay 8a). Yusuf lalu berkata: “Bukankah Allah yang menerangkan arti mimpi? Ceritakanlah kiranya mimpimu itu kepa-daku” (ay 8b).
Di sini kita melihat sikap yang seimbang. Ia mengatakan bahwa hanya Allah yang bisa memberikan arti mimpi dan itu berarti bahwa ia tidak bisa menafsirkan mimpi. Ini menunjukkan kerendahan hati dan ini kontras dengan banyak orang yang merasa yakin akan kemampuannya sendiri, baik dalam pelajaran sekolah, pekerjaan, belajar Firman Tuhan, pela-yanan, dsb.
Tetapi Yusuf lalu menyambung kata-katanya dan meminta supaya mereka berdua menceritakan mimpi itu kepada dia. Secara implicit ini menunjukkan suatu keyakinan bahwa Allah akan memberi dia kemam-puan untuk bisa menafsirkan mimpi itu. Ini kontras dengan banyak orang kristen yang selalu menolak pelayanan dengan alasan ‘tidak bisa’, padahal belum dicoba. Kalau sudah dicoba dan ternyata memang tidak bisa karena tidak berkarunia, maka ini adalah ‘tidak bisa’ yang sah. Tetapi kalau tanpa dicoba sudah berkata ‘tidak bisa’, ini merupakan sikap rendah diri yang tidak beriman!
4) Akhirnya kedua orang itu menceritakan mimpinya kepada Yusuf dan Yusuf, dengan pertolongan Tuhan, memberikan arti mimpi itu kepada mereka (ay 9-13,16-19). Akhirnya terbukti bahwa penafsiran Yusuf itu benar (ay 20-22).
Ay 22: ‘seperti yang ditakbirkan Yusuf kepada mereka’.
NIV: ‘just as Joseph had said to them’ (= seperti yang telah dikatakan oleh Yusuf kepada mereka).
NASB/Lit: ‘just as Joseph had interpreted to them’ (= seperti yang telah ditafsirkan oleh Yusuf kepada mereka).
Ada beberapa hal yang bisa kita bahas dari bagian ini:
a) Yusuf menceritakan arti mimpi itu dengan yakin, bukan dengan ragu-ragu, bukan dengan menggunakan kata ‘mungkin’, ‘barangkali’, dsb. Dan akhirnya terbukti ia benar. Bagaimana mungkin ia bisa melakukan semua ini? Menggunakan kepandaiannya / logikanya, atau perasaan-nya, atau indera ke enamnya? Tidak mungkin! Jelas bahwa di sini ada sesuatu yang bersifat supranatural. Ada hal yang bersifat supranatural dan datang dari setan, seperti sulap tertentu di TV, reklame buku hipnotis di TV, dsb. Tetapi yang ini tentu merupakan hal supranatural yang berasal dari Tuhan, dimana Tuhan memberikan wahyu kepada Yusuf dan memimpinnya dalam mengatakannya (ini mirip dengan ilham, tetapi bukan untuk menuliskan, hanya untuk mengatakannya secara infallible & inerrant) sehingga ia bisa menafsirkan mimpi mereka dengan meyakinkan dan tepat.
Bandingkan ini dengan orang Liberal yang menghapus semua yang supranatural dalam penulisan Kitab Suci. Ini terlihat dari:
buku / majalah GKI Jawa Barat yang berjudul ‘Penuntun‘ (vol 2, no 6, Januari - Maret 1996), yang salah satu artikelnya berjudul ‘Keselamatan dalam pandangan Yesus’ (komentar saya: alangkah injilinya judulnya, tetapi alangkah sesat dan terkutuknya isinya!) yang ditulis oleh Pdt. Jahja Sunarya, S.Th., yang pada hal 181 berbunyi sebagai berikut:
“Jelas betapa berartinya peranan penulis (maksudnya penulis Kitab Suci) dalam menampilkan Yesus. Jika demikian, apakah tidak mungkin penulis telah menambahi atau mengurangi, bahkan keliru dalam menafsirkan / mengerti, pengajaran Yesus? Jawabnya tentu saja mungkin. Sebab ternyata injil yang tertua, yaitu injil karangan Markus (perhatikan bahwa ia tidak mengatakan ‘tulisan Markus’, tetapi ‘karangan Markus’, yang menunjukkan bahwa ini betul-betul merupakan hasil karya Markus sendiri), ditulis sekitar tahun 60. Itu berarti bahwa Injil itu ditulis setelah sekitar tahun 30 (tigapuluh) saat peristiwa Yesus terjadi. Kita dapat membayangkan kesulitan Markus ketika menyusun Injilnya. Ia harus memilah-milah kisah-kisah lisan yang ada dan ingatan-ingatan yang tidak beraturan untuk menyaji-kannya dalam wujud tulisan yang memiliki alur logika yang jelas dan teratur”.
Majalah Kairos, Mei 1994, hal 5 - surat pembaca. Pdt. Robert Setio, B.D., Ph.D. mengatakan sebagai berikut:
“Liputan Kairos tentang proses pembuatan Alkitab dalam edisi bulan Maret yang baru lalu merupakan sumbangan yang berharga bagi umat Kristen di Indonesia (GKI) yang, dalam bayangan saya, jarang atau bahkan tidak pernah sama sekali mendengar 'rahasia' tersebut. Liputan tersebut sekaligus juga merupakan peringatan bagi golongan tertentu yang begitu saja menyamakan Firman Allah dengan Alkitab. Bukankah proses terjadinya Alkitab itu rumit dan melalui seleksi serta penafsiran yang bisa jadi memiliki motif politik / ideologis?”.
Bandingkan kedua kutipan di atas ini dengan nubuat / penafsiran mimpi oleh Yusuf itu, dan juga dengan 2Pet 1:20-21 versi NIV yang berbunyi sebagai berikut:
“Above all, you must understand that no prophecy of Scripture came about by the prophet’s own interpretation. For prophecy never had its origin in the will of man, but men spoke from God as they were carried along by the Holy Spirit” (= Yang terutama, harus kamu mengerti bahwa tidak ada nubuat Kitab Suci yang terjadi oleh penafsiran nabinya sendiri. Karena nubuat tidak pernah berasal dari kehendak manusia, tetapi orang-orang berbicara dari Allah pada waktu mereka dibawa / didorong oleh Roh Kudus).
b) Yusuf mau memberitakan hal yang enak, dimana ia memberitakan bahwa juru minuman itu akan dibebaskan dan dikembalikan pada jabatannya yang semula (ay 12-13), tetapi ia juga tidak segan-segan memberitakan hal yang tidak enak, dimana ia memberitakan bahwa juru roti akan digantung (ay 18-19).
Memang tugas hamba Tuhan yang sejati adalah memberitakan seluruh Firman Tuhan, apakah itu enak atau tidak enak. Salah satu ciri nabi palsu adalah: selalu memberitakan yang enak, dan tidak mau memberitakan yang tidak enak (bdk. Yer 23:16-17 1Raja 22:5-23,28).
Penerapan:
kalau saudara menjadi pemberita Firman (pengkhotbah, guru sekolah minggu, dsb), jangan takut memberitakan yang tidak enak. Tetapi juga jangan extrim ke sebelah satunya dengan terus memberitakan yang tidak enak, dan tidak pernah memberikan penghiburan, tidak pernah memberitakan kasih Allah, pengam-punan Allah dsb.
Kalau saudara berani memberitakan hal yang tidak enak, jangan kaget / mundur kalau tahu-tahu saudara lalu kehilangan peminat! Perlu saudara ketahui bahwa manusia pada umumnya hanya senang mendengar hal yang enak, lebih-lebih pada akhir jaman ini (bdk. 2Tim 4:3-4).
Perhatikan juga bahwa pada waktu Yusuf sudah memberitakan penafsiran dari mimpi juru minuman dan ternyata itu merupakan hal yang enak, maka juru roti lalu berkata: ‘Akupun bermimpi juga ...’. Ia langsung juga ingin mendengarkan Yusuf dengan harapan iapun akan mendapatkan hal yang enak. Saya tidak bisa mem-bayangkan bagaimana sikapnya setelah Yusuf memberitakan hal yang tidak enak kepadanya!
hati-hati terhadap pendeta / pengkhotbah yang selalu memberita-kan hal yang enak-enak. Misalnya:
tidak berani menegur dosa, atau keadilan, penghukuman, murka Allah, neraka. dsb.
terus memberitakan kasih, kesabaran, belas kasihan, kasih karunia Allah, dsb.
mengajarkan bahwa ikut Yesus bakal kaya, semua problem akan beres, semua penyakit pasti sembuh, dsb.
mengajarkan bahwa nanti akan ada masa kesukaran besar (the great tribulation), tetapi pada saat itu kita orang kristen sudah diangkat ke surga (mengalami rapture). Ini bertentangan de-ngan Wah 7:14!
Saudara sebagai jemaat perlu memberikan dorongan / semangat supaya pendeta / pengkhotbah berani memberitakan hal yang tidak enak, seperti teguran dosa dsb. Perlu saudara ketahui bahwa sikap jemaat yang pada umumnya mencari pengkhotbah yang memberitakan hal yang enak (bdk. 2Tim 4:3 Yes 30:9-11) inilah yang menyebabkan munculnya nabi palsu yang menuruti keingin-an mereka. Bukan hanya dalam dunia jasmani produsen berusaha memenuhi permintaan pasar tanpa mempedulikan effek negatif yang ditimbulkannya (seperti instructor aerobic yang memberikan musik terlalu keras karena itulah keinginan anggota, padahal itu bisa merusak pendengaran); dalam dunia rohani juga banyak nabi palsu yang melakukan hal yang sama, supaya mereka disenangi. Karena itu jemaat perlu berterima kasih kepada pengkhotbah bukan hanya kalau mereka dihiburkan / dikuatkan, tetapi juga kalau mereka ditegur habis-habisan. Dengan demikian saudara tidak memotivasi seorang pemberita Firman untuk menjadi nabi palsu, tetapi untuk menjadi nabi asli yang berani memberitakan hal yang tidak enak!
II) Balasan juru minuman.
1) Setelah menafsirkan mimpi juru minuman, Yusuf memberikan suatu permohonan kepada juru minuman yang akan dibebaskan itu, yaitu untuk menceritakan persoalannya kepada Firaun (ay 14-15).
a) Ay 14: ‘tunjukkanlah terima kasihmu kepadaku’. Kata ‘terima kasih’ ini salah terjemahan.
KJV/RSV/NIV/NASB: kindness (= kebaikan).
b) Mungkin Yusuf mengira bahwa inilah cara Allah menjawab doanya (sekalipun tidak pernah diceritakan bahwa Yusuf berdoa, tetapi tidak mungkin ia tidak berdoa) dan mengeluarkan dia dari penjara / pen-deritaan itu.
2) Setelah juru minuman dibebaskan dan kembali kepada jabatannya yang semula, ternyata ia melupakan Yusuf dan permintaannya (ay 23).
a) Perlu diketahui bahwa jabatan juru minuman itu tinggi. Kalau itu adalah jabatan rendah seperti pelayan, maka tentu pelayan itu akan takut meminta sesuatu kepada raja. Tetapi jabatan juru minuman ini adalah jabatan yang tinggi, dimana orangnya harus dipercaya oleh raja. Ini sama dengan jabatan Nehemia (Neh 2:1), dan Nehemia diperhatikan oleh raja, dan dikabulkan keinginan / permintaannya oleh raja (Neh 2:1-8).
b) Sebetulnya tidak terlalu jelas apakah juru minuman ini sengaja melupakan atau tidak. Tetapi Calvin beranggapan bahwa ia sengaja melupakan. Kalau ini benar, maka orang ini betul-betul keterlaluan, karena ia membalas kebaikan dengan kejahatan.
c) Tidak peduli apakah juru minuman itu sengaja atau tidak, jelas bahwa Allah bekerja dan mengatur segala sesuatu (Providence of God) untuk menunda keluarnya Yusuf dari penjara selama 2 tahun (41:1). Dengan demikian, Yusuf bisa menafsirkan mimpi Firaun, sehingga lalu menjadi orang kedua di seluruh Mesir. Memang penundaan dari Tuhan pasti mempunyai tujuan baik (bdk. Yoh 11). Perbuatan baik Yusuf ternyata membuahkan hasil, sekalipun tertunda selama 2 tahun.
Kesimpulan / Penutup:
Sekalipun seringkali berbuat baik itu kelihatan sia-sia, tetapi akhirnya toh bermanfaat! Karena itu janganlah jemu-jemu berbuat apa yang baik (belajar Firman Tuhan, berdoa, melayani, menjadi guru sekolah minggu, menolong orang, mengampuni orang, memberitakan Injil / Firman Tuhan dsb), karena pada waktunya engkau akan menuai hasilnya! Gal 6:9-10 2Tes 3:13.
KEJADIAN 41:1-57
I) 2 tahun yang gelap.
Ini betul-betul saat yang berat bagi Yusuf, karena titik terang yang tadi ia harapkan (Kej 40:14-15) ternyata hilang.
Pulpit Commentary:
“It is one thing to acknowledge the doctrine of God’s providence, and quite another to feel it under pressure of trouble” (= Mengakui doktrin tentang Providence of God dan merasakannya di bawah tekanan kesukaran adalah dua hal yang ber-beda).
II) Yusuf menafsirkan mimpi Firaun.
1) Firaun bermimpi dan tidak ada yang bisa menafsirkannya (ay 1-8):
a) Biasanya Tuhan tidak menyatakan kehendakNya kepada orang kafir / orang yang bukan anak Tuhan. Tetapi di sini, dan juga dalam Kej 40:5-19 (kepada juru minuman dan juru roti), Ia menyatakan kehen-dakNya. Mengapa?
Calvin:
“Although God designs his word especially for the Church, yet it ought not to be deemed absurd that he sometimes admits even aliens into his school, though for an inferior end” (= Sekalipun Allah merencanakan firmanNya khususnya untuk Gereja, tetapi tidak perlu dianggap mustahil kalau Ia kadang-kadang menerima orang asing dalam sekolahNya, sekalipun un-tuk tujuan yang lebih rendah).
Jadi, Allah menyatakan kehendakNya kepada Firaun sebetulnya bukanlah demi Firaun, tetapi:
Supaya Yusuf keluar dari penjara.
Supaya Gereja (Yakub dan keluarga) bisa terpelihara dalam 7 tahun kelaparan).
b) Firaun diberi mimpi 2 x berturut-turut.
Tujuannya supaya ia lebih memperhatikannya dan mencari artinya.
Ini tentu tidak berarti bahwa kalau kita diberi petunjuk hanya 1 x lalu kita boleh tidak memperhatikannya!
Dan mimpi yang kedua, sekalipun artinya sama dengan mimpi yang pertama, tetapi lebih jelas, karena mimpi pertama berbicara tentang sapi, sedangkan mimpi kedua tentang gandum, yang lebih dekat dengan kelimpahan / kekurangan hasil bumi.
c) Firaun menjadi gelisah hatinya (ay 8a), karena ia tahu mimpi itu ada artinya tetapi ia tidak tahu apa arti mimpinya itu.
d) Ia lalu menanyakan arti mimpinya kepada ahli / orang berilmu Mesir NIV/NASB: magicians and wise men (= tukang sihir dan orang bijak-sana).
Tetapi semua ahli / orang berilmu Mesir tidak dapat menjelaskan arti mimpinya itu.
Ada beberapa hal yang bisa dipelajari dari sini:
Ada sesuatu yang bagus dalam diri Firaun, yaitu ia berusaha untuk mengetahui arti mimpinya itu.
Penerapan: kalau saudara sebagai orang kristen tidak mengerti Kitab Suci, tetapi tidak ingin tahu / mencari tahu artinya, maka saudara lebih brengsek dari Firaun! Karena itu datanglah dalam Pemahaman Alkitab, dan maulah belajar buku-buku rohani!
Kesalahan Firaun di sini adalah: Ia mendapat mimpi dari Tuhan, tetapi ia mencari penafsir yang sesat. Ini seperti banyak orang kristen jaman sekarang, yang mendapat Kitab Suci dari Tuhan, tetapi mencari guru yang sesat.
Setan tidak bisa menggunakan para ahli Mesir itu untuk menyesatkan Firaun, karena Tuhan yang mengatur semuanya. Dalam banyak kasus yang lain setan bisa melakukan penyesatan dengan menggunakan guru-guru sesat, tetapi di sini tidak. Ini menunjukkan bahwa kalau Tuhan mau meluruskan, maka setan tidak bisa membengkokkan / menyesatkan! Karena itu, kalau kita tidak sesat, itu pasti karena pekerjaan Tuhan. Bersyukurlah dan pujilah Tuhan untuk itu!
2) Juru minuman menceritakan tentang Yusuf (ay 9-13):
a) Ada 2 penafsiran tentang ‘kesalahanku’:
Kesalahan yang ia maksudkan ialah kesalahan karena melupakan Yusuf selama 2 tahun.
Kesalahan yang ia maksudkan ialah kesalahan yang menyebab-kan ia dipenjara (Kej 40:1-4).
Kata-katanya dalam ay 10 yang berbunyi: ‘Waktu itu tuanku Firaun murka kepada pegawai-pegawainya, dan menahan aku ...’ menun-jukkan bahwa penafsiran ke 2 inilah yang benar.
b) Juru minuman lalu menceritakan tentang Yusuf kepada Firaun (ay 10-13).
Jadi kalau tadi, pada saat ‘waktu Tuhan’ belum sampai, juru minuman itu lupa / melupakan Yusuf, maka sekarang pada saat ‘waktu Tuhan’ sudah sampai, Tuhan mengatur dengan memberi mimpi kepada Firaun dsb, sehingga Yusuf bisa menghadap Firaun, dan dibebaskan.
3) Yusuf menafsirkan mimpi Firaun & memberikan nasehat (ay 14-36):
a) Kata-kata Yusuf dalam ay 16 menunjukkan bahwa Yusuf tidak mau meninggikan / memuliakan dirinya sendiri, tetapi meninggikan / memuliakan Allah.
b) Yusuf lalu menafsirkan mimpi Firaun, dimana ia berkata bahwa akan datang 7 tahun kelimpahan yang akan disusul oleh 7 tahun kelaparan (ay 25-32).
Suatu buku Saat Teduh mengomentari mimpi Firaun ini dengan me-ngatakan sebagai berikut:
“There is a warning for us in that dream, just as it stands. It is possible for the best years of our life, the best experience, the best victories won, the best service rendered, to be swallowed up by times of failure, defeat, dishonor, uselessness in the kingdom. Some men’s lives of rare promise and rare achievement have ended so. It is awful to think of, but it is true. Yet it is never necessary. S. D. Gordon has said that the only assurance of safety against this tragedy is ‘fresh touch with God,’ daily, hourly. The blessed, fruitful, victorious experience of yesterday are not only of no value to me today, but they will actually be eaten up or reversed by today’s failures, unless they serve as incentives to still better, richer experiences today. ‘Fresh touch with God,‘ by abiding in Christ, alone will keep the lean kine and the ill favored grain out of my life” (= Ada peringatan bagi kita dalam mimpi itu. Adalah mungkin bahwa tahun-tahun terbaik dari hidup kita, pengalaman terbaik, kemenangan terbaik, pelayanan terbaik, ditelan habis oleh saat-saat kegagalan, kekalahan, kehinaan, ketidakbergunaan dalam kerajaan. Beberapa orang yang hidupnya menjanjikan dan mengalami pencapaian yang jarang terjadi berakhir seperti itu. Ini sesuatu yang mengerikan untuk dipikirkan, tetapi ini benar. Tetapi ini tidak perlu / tidak harus terjadi. S. D. Gordon berkata bahwa satu-satunya jaminan terhadap tragedi ini adalah ‘sentuhan segar dengan Allah’ setiap hari, setiap jam / saat. Pengalaman yang diberkati, berbuah dan penuh kemenangan dari kemarin bukan hanya tidak ada harganya bagiku hari ini, tetapi mereka akan betul-betul dimakan habis atau dibalikkan oleh kegagalan hari ini, kecuali mereka berfungsi sebagai pendorong bagi pengalaman hari ini yang lebih baik dan lebih kaya. Hanya ‘sentuhan segar dengan Allah’, dengan berada dalam Kristus, yang akan menjaga lembu kurus dan gandum jelek di luar hidupku) - ‘Streams in the Desert’, vol I, tgl 30 April.
Ini jelas mengharuskan setiap orang kristen, khususnya setiap pela-yan / hamba Tuhan, menjaga Saat Teduh pribadinya dengan sebaik-baiknya. Apakah saudara melakukan hal ini?
c) Setelah itu Yusuf lalu memberikan usul / nasehat untuk menghadapi 7 tahun kelaparan itu (ay 33-36).
Ay 34: 1/5 bagian ini merupakan semacam pajak. Biasanya pajak tentu dibawah 1/5, tetapi karena ini adalah sikon khusus maka pajak itu dinaikkan. Dan karena hal itu terjadi pada masa kelim-pahan, maka itu tidak memberatkan.
mengapa pajaknya hanya 1/5 dan bukannya 1/2? Bagaimana bisa mencukupi pada masa kekurangan nanti? Jawab: Bisa cukup ka-rena:
Dalam masa kelaparan, orang cenderung mengirit bahan ma-kanan.
Rakyat Mesir juga menimbun / menyimpan bahan makanan sendiri.
1/5 bagian pada masa kelimpahan mungkin mendekati 1/2 pada masa biasa.
Menimbun / menyimpan pada masa kelimpahan tidak gampang, karena kelimpahan biasanya menyebabkan orang jadi malas / santai.
Calvin: “abundance is commonly the mother of idleness” (= kelim-pahan biasanya adalah ibu dari kemalasan).
Kesimpulan dari usul Yusuf ini: ada 2 hal yang perlu diperhatikan:
Kelimpahan tidak boleh menyebabkan malas.
Kelimpahan tidak boleh menyebabkan boros.
Penerapan:
kalau saudara mengalami masa kelimpahan, janganlah mem-boroskannya!
kalau dalam masa kelimpahan jasmani kita harus menimbun / menyimpan, maka demikian juga dalam masa kelimpahan roha-ni / Firman Tuhan! Janganlah malas, dan timbunlah Firman Tuhan dalam hati saudara! Dengan demikian kalau nanti terjadi masa kekurangan Firman Tuhan, setidaknya saudara sudah mempunyai banyak Firman dalam hati saudara!
III) Peninggian Yusuf.
1) Firaun bukan hanya menyetujui usul Yusuf (ay 37), tetapi bahkan:
a) Mengangkat Yusuf untuk menjadi orang kedua diseluruh tanah Mesir (ay 40-44).
b) Mengangkat Yusuf menjadi pelaksana usulnya sendiri (ay 38-39). Dan Yusuf menerima tugas itu (ay 46-49).
Penerapan: ini kontras dengan rapat gereja, dimana banyak usul, tetapi tidak ada yang mau melaksanakan, termasuk orang yang mem-berikan usul.
Sesuatu yang juga perlu diperhatikan adalah: setelah Yusuf menerima tugas itu, Firaun tidak mau ikut mengurusi hal yang sudah ditugaskan kepada Yusuf itu (ay 55).
Penerapan: kalau majelis mengangkat panitia / komisi, maka majelis harus memberikan mandat, dan tidak boleh ikut campur kecuali terjadi hal-hal yang sangat salah. Jangan menjadi majelis / pendeta / pe-mimpin gereja yang bersifat diktator dan yang terus melakukan inter-vensi / veto dsb!
c) Memberikan istri kepada Yusuf, sehingga Yusuf mendapatkan dua anak yang dinamakan Manasye dan Efraim.
2) Saat itu Yusuf berusia 30 tahun (ay 46).
Dari sini ada 2 hal yang bisa kita dapatkan:
a) Yusuf menderita selama 13 tahun (bdk. Kej 37:2).
b) Setelah ini Yusuf berbahagia / hidup enak selama 80 tahun (bdk. Kej 50:22).
Ini menunjukkan:
jalan hidup orang kristen selalu melalui salib (dan ini bisa sangat lama!), baru ada kebangkitan dan pemuliaan.
kebenaran dari Ro 8:28.
Pada saat mengalami penderitaan, kita sering tidak mengerti, me-ngapa harus mengalami semua itu. Mungkin sekali Yusuf juga tidak mengerti mengapa ia harus menderita selama 13 tahun dan menyia-nyiakan masa remajanya dalam perbudakan dan penjara, tetapi akhirnya ia mengerti dan berbahagia. Karena itu, sekalipun saat ini kita tidak mengerti, kita harus tetap beriman pada janji Tuhan dalam Ro 8:28.
Kebahagiaan yang Tuhan berikan mengatasi penderitaan yang dialami oleh Yusuf. Ini mirip dengan cerita tentang Ayub (bdk. Ayub 42:10-17). Memang kedua cerita ini hanya bersifat descriptive, dan tidak boleh dijadikan rumus / norma. Karenanya bisa saja seseorang dalam sepanjang hidupnya terus menderita dan baru berbahagia di surga. Contoh: Lazarus (Luk 16:19-31). Tetapi sebetulnya untuk Laza-rus sekalipun berlaku bahwa kebahagiaan yang Tuhan berikan meng-atasi semua penderitaan yang telah dialami, hanya saja kebahagiaan itu baru diberikan di surga (bdk. Ro 8:18 2Kor 4:17).
Ro 8:18 - “Sebab aku yakin, bahwa penderitaan zaman sekarang ini tidak dapat dibandingkan dengan kemuliaan yang akan dinyatakan kepada kita”.
2Kor 4:17 - “Sebab penderitaan ringan yang sekarang ini, mengerjakan bagi kami kemuliaan kekal yang melebihi segala-galanya, jauh lebih besar dari pada penderitaan kami”.
Dan ingat, dua ayat ini bukan bersifat descriptive, tetapi didactic!
Karena itu, kalau saat ini saudara menderita, tetaplah setia dalam mengikut Tuhan. Maka kebahagiaan yang jauh melebihi penderitaan saudara akan saudara alami, atau di dunia ini, atau di surga.
KEJADIAN 42:1-38
I) Saudara-saudara Yusuf pergi ke Mesir (Kejadian 42: 1-5).
1) Kanaan terkena kelaparan.
Dalam Kej 41:56-57 dikatakan bahwa kelaparan itu menimpa ‘seluruh bumi’. Tidak jelas apa yang dimaksud dengan ‘seluruh bumi’ ini, karena istilah ‘seluruh bumi’ tidak harus betul-betul diartikan seluruh bumi (bdk. Luk 2:1 dimana ‘seluruh dunia’ jelas hanya berarti wilayah kekaisaran Romawi). Yang jelas adalah: bukan hanya Mesir yang terkena kelaparan, tetapi juga daerah sekitarnya, termasuk Kanaan (ay 5), tempat Yakub dan keluarganya tinggal.
Jadi bahaya kelaparan itu tidak hanya menimpa orang kafir / tak beriman, tetapi juga menimpa orang beriman. Mengapa? Bukankah Tuhan bisa memberikan bencana hanya kepada orang kafir / tak beriman, dan mengecualikan orang beriman? Tentu saja Ia bisa, dan itu sering Ia lakukan, seperti yang Ia lakukan pada waktu memberikan 10 tulah di Mesir, dimana tulah-tulah itu sama sekali tidak menimpa orang Israel. Kalau demikian, mengapa Ia membiarkan Yakub dan keluarganya (‘gereja’ pada saat itu) juga terkena bahaya kelaparan? Jelas karena Ia mempunyai rencana yang baik terhadap mereka. Rencana apa?
a) Untuk mempertemukan kembali Yakub dengan Yusuf, dan mempersatukan kembali Yusuf dengan keluarganya (karena mereka harus membentuk 12 suku Israel).
b) Untuk menggenapi nubuatNya kepada Abraham dalam Kej 15:13-16.
Penerapan: Kalau ada bencana menimpa baik orang kafir maupun beriman, apakah itu krisis moneter, bencana alam (banjir, gempa bumi, gunung meletus, dsb), kebakaran, perusakan oleh massa, dsb, sebagai orang beriman kita harus tetap percaya bahwa kalau Allah tidak mengecualikan kita dari bencana itu, Ia pasti mempunyai maksud yang baik untuk kita. Bdk. Ro 8:28 - “Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah”.
2) Menghadapi bencana itu saudara-saudara Yusuf hanya berpandang-pandangan saja (ay 1b).
Mungkin ini menunjukkan sikap kehabisan akal / putus asa. Ini adalah sikap yang salah dalam menghadapi problem, kesukaran, dan penderitaan.
Amsal 17:22 - “Hati yang gembira adalah obat yang manjur, tetapi semangat yang patah mengeringkan tulang”.
Amsal 18:14 - “Orang yang bersemangat dapat menanggung penderitaannya, tetapi siapa yang akan memulihkan semangat yang patah?”.
Karena itu kalau saudara mengalami penderitaan / problem besar, maka tetaplah berharap kepada Allah. Baca dan renungkanlah ayat-ayat di bawah ini:
Maz 42:6 - “Mengapa engkau tertekan, hai jiwaku, dan gelisah di dalam diriku? Berharaplah kepada Allah! Sebab aku akan bersyukur lagi kepadaNya, penolongku dan Allahku!”.
Yes 40:27-31 - “(27) Mengapakah engkau berkata demikian, hai Yakub, dan berkata begini, hai Israel: ‘Hidupku tersembunyi dari TUHAN, dan hakku tidak diperhatikan Allahku?’ (28) Tidakkah kautahu, dan tidakkah kaudengar? TUHAN ialah Allah kekal yang menciptakan bumi dari ujung ke ujung; Ia tidak menjadi lelah dan tidak menjadi lesu, tidak terduga pengertianNya. (29) Dia memberi kekuatan kepada yang lelah dan menambah semangat kepada yang tiada berdaya. (30) Orang-orang muda menjadi lelah dan lesu dan teruna-teruna jatuh tersandung, (31) tetapi orang-orang yang menanti-nantikan TUHAN mendapat kekuatan baru: mereka seumpama rajawali yang naik terbang dengan kekuatan sayapnya; mereka berlari dan tidak menjadi lesu, mereka berjalan dan tidak menjadi lelah”.
Yes 41:8-16 - “(8) Tetapi engkau, hai Israel, hambaKu, hai Yakub, yang telah Kupilih, keturunan Abraham, yang Kukasihi; (9) engkau yang telah Kuambil dari ujung-ujung bumi dan yang telah Kupanggil dari penjuru-penjurunya, Aku berkata kepadamu: ‘Engkau hambaKu, Aku telah memilih engkau dan tidak menolak engkau’; (10) janganlah takut, sebab Aku menyertai engkau, janganlah bimbang, sebab Aku ini Allahmu; Aku akan meneguhkan, bahkan akan menolong engkau; Aku akan memegang engkau dengan tangan kananKu yang membawa kemenangan. (11) Sesungguhnya, semua orang yang bangkit amarahnya terhadap engkau akan mendapat malu dan kena noda; orang-orang yang membantah engkau akan seperti tidak ada dan akan binasa; (12) engkau akan mencari orang-orang yang berkelahi dengan engkau, tetapi tidak akan menemui mereka; orang-orang yang berperang melawan engkau akan seperti tidak ada dan hampa. (13) Sebab Aku ini, TUHAN, Allahmu, memegang tangan kananmu dan berkata kepadamu: ‘Janganlah takut, Akulah yang menolong engkau.’ (14) Janganlah takut, hai si cacing Yakub, hai si ulat Israel! Akulah yang menolong engkau, demikianlah firman TUHAN, dan yang menebus engkau ialah Yang Mahakudus, Allah Israel. (15) Sesungguhnya, Aku membuat engkau menjadi papan pengirik yang tajam dan baru, dengan gigi dua jajar; engkau akan mengirik gunung-gunung dan menghancurkannya, dan bukit-bukitpun akan kaubuat seperti sekam. (16) Engkau akan menampi mereka, lalu angin akan menerbangkan mereka, dan badai akan menyerakkan mereka. Tetapi engkau ini akan bersorak-sorak di dalam TUHAN dan bermegah di dalam Yang Mahakudus, Allah Israel”.
3) Yakub mendengar kabar bahwa di Mesir ada gandum, dan ia menyuruh anak-anaknya pergi ke Mesir untuk membeli gandum (ay 1-2).
a) Dalam buku Saat Teduhnya, Charles Haddon Spurgeon memberikan renungan tentang hal ini sebagai berikut:
“Famine pinched all the nations, and it seemed inevitable that Jacob and his family should suffer great want; but the God of providence, who never forgets the objects of electing love, had stored a granary for His people by giving the Egyptians warning of the scarcity, and leading them to store up the grain in the years of plenty. Little did Jacob expect deliverance from Egypt, but there was the corn in store for him. Believer, though all things are apparently against you, rest assured that God has made a reservation on your behalf; in the roll of your griefs there is a saving clause. Somehow He will deliver you, and somewhere He will provide for you. The quarter from which your rescue arises may be a very unexpected one, but help will assuredly come in your extremity, and you will magnify the name of the Lord. If men do not feed you, ravens will; and if earth yield no wheat, heaven will drop with manna. Therefore be of good courage, and rest quietly in the Lord. God can make the sun rise in the west if He pleases, and make the source of distress the channel of delight” (= Kelaparan menjepit semua bangsa, dan kelihatannya tak terhindarkan bahwa Yakub dan keluarganya harus menderita kekurangan yang hebat; tetapi Allah dari providensia, yang tidak pernah melupakan obyek dari kasihNya yang memilih, telah menyimpan sebuah lumbung untuk umatNya dengan memberikan orang Mesir peringatan tentang masa kekurangan, dan memimpin mereka untuk menimbun gandum pada masa kelimpahan. Yakub tidak mengharapkan pertolongan dari Mesir, tetapi di sana ada jagung tersimpan untuknya. Orang percaya, sekalipun segala sesuatu kelihatannya menentangmu, tetaplah yakin bahwa Allah telah membuat persediaan demi kepentinganmu; dalam gulungan kesedihanmu ada ketentuan / persediaan keselamatan. Dengan cara tertentu Ia akan membebaskan / menolongmu, dan entah dimana, dan di suatu tempat tertentu Ia akan menyediakan bagimu. Pertolonganmu mungkin akan muncul dari sudut yang tidak diharapkan, tetapi pertolongan pasti akan datang dalam kebutuhanmu yang sangat hebat, dan engkau akan membesarkan nama Tuhan. Jika manusia tidak memberi engkau makan, burung-burung gagak akan melakukannya; dan jika bumi tidak mengeluarkan gandum, langit akan menurunkan manna. Karena itu teguhkanlah hatimu, dan beristirahatlah dengan tenang di dalam Tuhan. Allah bisa membuat matahari terbit dari Barat jika Ia menghendakinya, dan membuat sumber kesukaran sebagai saluran kesenangan / kesukaan) - ‘Morning and Evening’, May 21, evening.
b) Yakub melakukan hal yang benar, dimana ia bukan hanya beriman dan berdoa, tetapi juga berusaha. Padahal Tuhan pernah berjanji kepada Yakub bahwa ia akan menjadi bangsa yang besar (Kej 28:14). Janji ini pasti terjadi, sehingga tidak mungkin Yakub dan keluarganya mati dalam bahaya kelaparan itu. Tetapi toh Yakub tidak hanya beriman pada janji Tuhan dan lalu tidak melakukan apa-apa di tengah-tengah bahaya kelaparan itu! Adanya rencana Allah / janji Allah tidak membuang tanggung jawab manusia!
Penerapan: Sekalipun sebagai orang beriman kita harus percaya kepada Allah, berdoa dan berharap kepada Allah pada waktu menghadapi kesukaran, itu tidak berarti bahwa kita tidak perlu melakukan apa-apa. Kita harus berusaha semaximal mungkin.
4) Yakub tidak mengijinkan Benyamin ikut (ay 4).
Yakub masih trauma karena ‘kematian’ Yusuf, sehingga ia melindungi Benyamin secara berlebihan. Benyamin sudah dewasa, dan tidak ada bahaya yang terlihat dengan mengirimkannya ke Mesir bersama 10 saudaranya, sehingga tidak pada tempatnya kalau Benyamin dilindungi seperti itu. Ini menunjukkan bahwa Yakub kurang beriman dan berserah kepada Tuhan.
Penerapan: kita memang perlu berhati-hati, karena ‘tidak berhati-hati’ sama dengan mencobai Tuhan. Tetapi ‘terlalu berhati-hati’ menunjukkan kurangnya iman dan penyerahan. Yang sukar adalah menentukan batas antara ‘tidak berhati-hati / mencobai Tuhan’ dengan ‘terlalu berhati-hati’. Mintalah hikmat dan pimpinan Tuhan dalam hal ini!
5) Akhirnya hanya 10 saudara laki-laki Yusuf yang pergi ke Mesir (ay 3,5).
Mengapa 10 orang yang diutus? Mengapa tidak hanya 2 orang saja dengan banyak keledai / kuda? Ditinjau dari sudut manusia / logika, ini mungkin disebabkan karena pembelian gandum di Mesir dijatah berdasarkan orangnya, sehingga kalau yang datang hanya sedikit orang maka hanya akan mendapatkan sedikit gandum. Karena itu Yakub mengirimkan sebanyak mungkin anak, kecuali Benyamin. Tetapi bagaimanapun juga dibalik semua ini ada tangan Allah yang mengatur supaya mimpi pertama Yusuf dalam Kej 37:7 (berkas gandum saudara-saudara Yusuf menyembah kepada berkas gandum Yusuf) tergenapi.
II) Pertemuan Yusuf dengan saudara-saudaranya (Kejadian 42: 6-25).
1) Saudara-saudara Yusuf menyembah Yusuf yang adalah mangkubumi [NIV: governor (= gubernur); NASB: ruler (= penguasa)] - ay 6.
a) Hati-hati dengan bagian-bagian Perjanjian Lama yang menunjukkan penyembahan manusia terhadap manusia. Dalam Perjanjian Lama hal seperti itu memang lazim, dan memang diijinkan karena belum adanya kata-kata Yesus dalam Mat 4:10. Sekalipun Mat 4:10 itu dikutip oleh Yesus dari Ul 6:13, tetapi dalam Ul 6:13 tidak ada kata ‘hanya’ [Catatan: dalam Ul 6:13 versi NIV memang ada kata ‘only’ (= hanya / saja), tetapi ini salah]. Dalam Perjanjian Baru setelah adanya kata-kata Yesus dalam Mat 4:10, maka penyembahan kepada manusia maupun malaikat dilarang (bdk. Kis 10:25-26 Kis 14:14-18 Wah 19:10 Wah 22:8-9 Kis 12:20-23). Karena itu, dilarang menyembah Maria, orang-orang suci, roh orang tua, dan bahkan orang tua / kakek nenek yang masih hidup (paikwi / sungkem).
Ada orang yang keberatan dengan larangan ini dengan alasan bahwa paikwi / sungkem bukanlah penyembahan, tetapi penghormatan. Untuk ini perhatikan peristiwa dimana Kornelius menyembah Petrus dalam Kis 10:25. Mungkinkah ia begitu bodoh sehingga menganggap Petrus sebagai Allah / dewa? Rasanya tidak mungkin, karena Kornelius adalah seorang simpatisan Yudaisme (Kis 10:2,22). Jelas bahwa ia sebetulnya bukan menyembah, tetapi hanya menghormat, tetapi ia melakukan penghormatan itu dengan sikap menyembah. Tetapi Petrus tetap menolak penghormatan seperti itu, dan ia berkata: “Bangunlah, aku hanya manusia saja”. Jadi, Petrus beranggapan bahwa penghormatan seperti itu tidak layak baginya karena ia hanya seorang manusia biasa; penghormatan seperti itu hanya layak bagi Allah.
b) Ini merupakan penggenapan mimpi Yusuf dalam Kej 37:7.
Pada waktu mimpi itu diberikan, adalah sesuatu yang tidak masuk akal bahwa mimpi itu akan terjadi. Tetapi kenyataannya itu terjadi. Memang Firman Tuhan sering kelihatan tidak masuk akal dan pasti tidak akan terjadi, tetapi pada akhirnya itu pasti terjadi!
2) Yusuf berlaku sebagai orang asing dan menuduh mereka sebagai pengintai (ay 7-14).
Pada saat Yusuf dijual, saudara-saudara Yusuf sudah dewasa, sehingga wajah mereka tidak berubah jauh. Disamping itu, pakaian mereka, jumlah mereka yang 10 orang, dan bahasa mereka, menyebabkan Yusuf langsung bisa mengenali mereka (ay 7-8a), sekalipun sedikitnya 20 tahun berlalu (bdk. Kej 37:2 dengan Kej 41:46,53).
Tetapi saudara-saudara Yusuf tidak mengenal Yusuf (ay 8b), karena:
1. Waktu ia dijual ia baru berusia 17 tahun, sehingga mungkin sekali ia banyak mengalami perubahan.
2. Pakaian Mesir dan bahasa Mesir yang digunakan oleh Yusuf membuat mereka tidak mengenalinya.
3. Pangkat Yusuf yang begitu tinggi menyebabkan mereka tidak menyangka bahwa itu adalah adik mereka yang mereka jual sebagai budak.
c) Yusuf berlaku seolah-olah tidak kenal mereka, dan bahkan menuduh mereka sebagai pengintai. Mengapa ia melakukan ini? Pasti bukan karena ingin membalas dendam. Alasannya:
1. Kalau ingin balas dendam ia bisa melakukan yang jauh lebih hebat.
2. Kej 50:15-21 jelas menunjukkan Yusuf tidak mendendam kepada saudara-saudaranya.
Kalau begitu mengapa ia berlaku demikian?
a. Untuk mengetahui apakah mereka menyesali tindakan mereka atau tidak.
b. Untuk mengetahui keadaan Yakub dan Benyamin.
c. Untuk mengetahui apa yang terjadi selama 20 tahun ini.
Tetapi saya berpendapat bahwa bagaimanapun juga sikap pura-pura seperti ini tidak bisa dibenarkan dalam kekristenan, karena merupakan dusta dengan sikap / perbuatan.
3) Yusuf menahan Simeon sampai mereka membawa Benyamin ke Mesir.
a) Mula-mula Yusuf menahan mereka semua sampai hari yang ketiga (ay 15-16).
Mungkin ini dilakukan untuk memberi mereka waktu luang sehingga bisa merenungkan kejahatan mereka dahulu (Catatan: pada waktu menderita orang sering bertanya-tanya dan melakukan introspeksi dosa apa yang telah mereka lakukan sehingga mengalami semua itu). Tindakan Yusuf ini rupanya berhasil karena kata-kata mereka dalam ay 21 mungkin menunjukkan bahwa dalam tahanan itu mereka menduga-duga bahwa mereka mengalami semua ini karena mereka menjual Yusuf.
b) Lalu Yusuf memanggil mereka dan berbicara kepada mereka (ay 18-25).
1. Yusuf cuma menahan seorang, yaitu Simeon, sampai mereka kembali membawa Benyamin. Mengapa Simeon yang dipilih? Mungkin karena:
a. Kata-kata Ruben dalam ay 22 terdengar oleh Yusuf sehingga ia tahu bahwa Ruben yang adalah saudara tertua tidaklah terlalu salah. Karena itu Yusuf memilih saudara yang kedua, yaitu Simeon.
b. Mungkin Yusuf tahu bahwa dalam peristiwa memasukkan dia ke sumur dan / atau menjualnya sebagai budak, Simeonlah yang paling berperan.
2. Yang lain diperbolehkan kembali sambil membawa gandum.
3. Tanpa sepengetahuan mereka, Yusuf mengembalikan uang mereka dan memasukkannya ke dalam karung gandum masing-masing (ay 25).
III) Saudara-saudara Yusuf kembali ke Kanaan (Kejadian 43: 26-38).
1) Dalam perjalanan seorang dari mereka mendapati bahwa uangnya ada dalam karung gandumnya. Ini membuat mereka jadi takut dan bertanya-tanya: ‘Apakah juga yang diperbuat Allah terhadap kita?’ (ay 27-28).
Mereka benar dalam satu hal, yaitu mereka tahu bahwa ‘God is the First Cause of everything’ (= Allah adalah Penyebab Pertama dari segala sesuatu). Tetapi kesalahan mereka adalah bahwa mereka tidak beriman pada kasih dan kebijaksanaan Allah!
2) Ketika sampai di rumah, mereka menceritakan semuanya kepada Yakub (ay 29-34), lalu membuka karung gandum mereka. Ternyata mereka mendapati semua uang mereka ada di dalam karung gandum masing-masing. Ini membuat mereka lebih takut lagi (ay 35).
3) Yakub menjadi putus asa (ay 36).
Hiburan tolol dari Ruben (ay 37) sama sekali tidak menolong Yakub dari keputus-asaannya, dan ini menyebabkan Yakub, tanpa mempedulikan Simeon, melarang Benyamin pergi ke Mesir (ay 38).
Sekarang mari kita membahas kata-kata Yakub dalam ay 36.
Ay 36: ‘Aku inilah yang menanggung segala-galanya’. Ini salah terjemahan.
NIV: ‘Everything is against me’ (= Segala sesuatu menentang aku).
KJV/NASB: ‘all these things are against me’ (= Semua hal ini menentang aku).
Adam Clarke: “All these things are against me, said poor desponding Jacob; whereas, instead of being against him, all these things were for him” (= Semua hal-hal ini menentang aku, kata Yakub yang putus asa; padahal semua hal-hal itu bukannya menentang dia, tetapi untuk dia).
Matthew Henry: “Jacob gives up Joseph for gone, and Simeon and Benjamin as being in danger; and he concludes, ‘All these things are against me.’ It proved otherwise, that all these were for him, were working together for his good and the good of his family: yet here he thinks them all against him. Note, Through our ignorance and mistake, and the weakness of our faith, we often apprehend that to be against us which is really for us. We are afflicted in body, estate, name, and relations; and we think all these things are against us, whereas these are really working for us the weight of glory” (= Yakub menganggap Yusuf mati, dan Simeon dan Benyamin sebagai ada dalam bahaya; dan ia menyimpulkan, ‘Semua hal-hal ini menentang aku’. Tetapi terbukti sebaliknya, bahwa semua ini adalah untuk dia, bekerja bersama-sama untuk kebaikannya dan kebaikan keluarganya: tetapi ia berpikir semua itu menentang dia. Perhatikan, Melalui ketidak-tahuan dan kesalahan kita, dan kelemahan dari iman kita, kita sering melihat itu sebagai menentang kita apa yang sebetulnya adalah untuk kita. Kita menderita dalam tubuh, milik / kekayaan, nama, dan hubungan; dan kita berpikir bahwa semua hal-hal ini menentang kita, sedangkan ini sebetulnya sedang mengerjakan untuk kita kemuliaan yang besar).
BACA JUGA: EkSPOSISI KITAB KEJADIAN PASAL 43-48
Kalau saudara adalah seorang anak Tuhan yang sungguh-sungguh, maka Tuhan tidak pernah dan tidak akan pernah bekerja menentang saudara. Sebaliknya Ia selalu bekerja untuk saudara!
Bdk. Ro 8:28 (KJV): “... all things work together for good to them that love God” (= ... segala sesuatu bekerja bersama-sama untuk kebaikan bagi mereka yang mengasihi Allah).
Pulpit Commentary:
“So God’s providences are often misinterpreted by his saints” (= Demikianlah providensia Allah sering disalahmengerti / disalahtafsirkan oleh orang-orang kudusNya).
“How often the believer says, ‘All these things are against me.’ when he is already close upon that very stream of events which will carry him out of his distress into the midst of plenty, peace, and joy of a healed heart in its recovered blessedness” (= Betapa sering orang percaya berkata: ‘Semua hal ini menentang aku’ pada saat ia sudah dekat dengan aliran peristiwa-peristiwa yang akan membawanya keluar dari kesukaran / penderitaan ke tengah-tengah kelimpahan, damai dan sukacita dari hati yang disembuhkan dalam keadaan diberkati yang dipulihkan).
Memang, Yakub sebetulnya sudah dekat sekali dengan kebahagiaan yang luar biasa dimana ia bertemu kembali dengan Yusuf, dan semua yang ia alami ini mengarahkan ia kepada pertemuan yang berbahagia itu, tetapi saat ini ia justru menjadi putus asa.
Bagi kita, karena kita mengetahui Kej 43-dst, maka kita bisa melihat betapa bodohnya Yakub. Tetapi bagi Yakubnya sendiri pada saat itu, segalanya terlihat gelap gulita, sehingga ia menjadi putus asa.
Penerapan: kalau saudara adalah anak Allah, dan pada saat ini segalanya kelihatan gelap gulita bagi saudara, jangan putus asa seperti Yakub. Percayalah bahwa Allah mengarahkan semua itu pada kebaikan saudara, dan mungkin sekali, sama seperti Yakub, saudara sudah dekat sekali dengan saat yang akan sangat membahagiakan saudara!