GEREJA PERSPEKTIF PARA REFORMATOR
Martin Luther
Gereja yang reformatoris dimulai dengan Martin Luther. Luther memandang tentang gereja serta penyusunannya langsung berhubungan dengan ajarannya tentang pembenaran (yustifikasi) hanya oleh iman. Sejarah gereja mencatat bahwa pada tanggal 31 Oktober 1517 Luther menempelkan kertas dengan 95 dalil di pintu gedung gereja Wittenberg.
Gereja yang reformatoris dimulai dengan Martin Luther. Luther memandang tentang gereja serta penyusunannya langsung berhubungan dengan ajarannya tentang pembenaran (yustifikasi) hanya oleh iman. Sejarah gereja mencatat bahwa pada tanggal 31 Oktober 1517 Luther menempelkan kertas dengan 95 dalil di pintu gedung gereja Wittenberg.
Ini dikarenakan, gereja yang pada waktu itu adalah gereja Roma Katolik memakai otoritas gerejawinya untuk mendapatkan lebih banyak harta, kekuasaan, serta membela kaum bangsawan. Gereja Roma Katolik kemudian mengadakan surat jual-beli keselamatan yang dikenal dengan istilah indulgensia demi untuk mendapatkan dana yang banyak (Abineno, 2015, p. 58).
Dalam dalil-dalil itu Luther berusaha untuk mengajar orang-orang percaya untuk berpikir secara benar tentang pertobatan yang sejati dan hukuman. Gereja bagi Luther adalah kumpulan setiap orang percaya yang dibenarkan. Luther memberikan suatu hal utama dan tetap bagi gereja yang reformatoris yaitu pemberitaan atau pewartaan firman tentang anugerah Allah.
Dalam dalil-dalil itu Luther berusaha untuk mengajar orang-orang percaya untuk berpikir secara benar tentang pertobatan yang sejati dan hukuman. Gereja bagi Luther adalah kumpulan setiap orang percaya yang dibenarkan. Luther memberikan suatu hal utama dan tetap bagi gereja yang reformatoris yaitu pemberitaan atau pewartaan firman tentang anugerah Allah.
Baginya, kabar mengenai Firman Allah atau Injil adalah sesuatu yang sangat penting berkaitan dengan identitas gereja itu sendiri, dikarenakan jikalau firman tersebut diberitakan, maka di sana terdapat iman orang percaya sebagai suatu tanggapan atas anugerah. Di mana iman itu ada pasti di sana terdapat pemberitaan Firman Allah yang murni dan tidak boleh ada komunitas manusia yang dapat mengklaim menjadi “gereja Tuhan” itu sendiri kecuali persekutuan gereja tersebut dilandaskan di atas Injil Kristus (McGrath, 2018, pp. 248-249).
Ulrich Zwingli
Pandangan gereja menurut Zwingli agak berbeda dengan pandangan Martin Luther. Pandangannya lebih mirip dengan pandangan Bucer dan juga Calvin. Jikalau Luther menyatakan bahwa gereja sebagai kerajaan Kristus adalah gereja yang seluruhnya batiniah. Zwingli sebaliknya berpendapat bahwa kerajaan Kristus Yesus bukan hanya batiniah tetapi juga lahiriah. Zwingli sangat erat menghubungkan gereja dan negara.
Ulrich Zwingli
Pandangan gereja menurut Zwingli agak berbeda dengan pandangan Martin Luther. Pandangannya lebih mirip dengan pandangan Bucer dan juga Calvin. Jikalau Luther menyatakan bahwa gereja sebagai kerajaan Kristus adalah gereja yang seluruhnya batiniah. Zwingli sebaliknya berpendapat bahwa kerajaan Kristus Yesus bukan hanya batiniah tetapi juga lahiriah. Zwingli sangat erat menghubungkan gereja dan negara.
Menurutnya, Setiap orang Kristen tidak lain merupakan warga sipil yang baik serta setia dan juga kota yang bercorak Kristen juga dapat mencerminkan gereja Kristen yang baik. Selanjutnya, Zwingli berpendapat bahwa setiap gereja Kristen dan pemerintah sangat dibutuhkan serta diperlukan, dan juga pemerintah yang menjalankan jabatan yang profetis juga sangat penting. (Abineno, 2015, p.65).
Zwingli juga memberi penekanan pada hal-hal penting yang diatur oleh pemerintah dan gereja, yang pada zaman Zwingli yang juga relevan dewasa ini yaitu: disiplin dan penerapannya yang menurut Zwingli adalah tugas gereja. “Ekskomunikasi” (pengucilan) adalah hak gereja. Usul Zwingli, yang ia ajukan pada tahun 1525 tentang hal itu kepada pemerintah, tidak mau dibicarakan oleh Dewan Kota (Abineno, 2015, p. 67).
John Calvin
Calvin memikirkan bahwa kesetiaan kepada Kitab Suci dan kasih Kristus terhadap gereja-Nya adalah suatu fondasi kuat, kaya bagi gereja karena Kristus sendiri yang memimpin karena Dialah kepalanya yang telah meneladankan hidup yang taat kepada kehendak Allah Bapa-Nya sekalipun untuk itu Ia mengalami penderitaan. Calvin memandang bahwa, gereja yang sehat adalah gereja yang biblikal.
John Calvin
Calvin memikirkan bahwa kesetiaan kepada Kitab Suci dan kasih Kristus terhadap gereja-Nya adalah suatu fondasi kuat, kaya bagi gereja karena Kristus sendiri yang memimpin karena Dialah kepalanya yang telah meneladankan hidup yang taat kepada kehendak Allah Bapa-Nya sekalipun untuk itu Ia mengalami penderitaan. Calvin memandang bahwa, gereja yang sehat adalah gereja yang biblikal.
Di dalamnya pasti dengan setia terus memberitakan Firman Allah yang murni kepada umat-Nya, yang berdampak pada pembentukan serta penguatan otot-otot gereja itu sendiri dalam kesatuan dan kesetiaan. Ia selalu merujuk dan menekankan pada pemberitaan Firman Tuhan yang murni sebagai sarana utama untuk merealisasikan kehormatan Allah dan kesejahteraan gereja (Hall & Lillback, 2009, p. 449).
Baca Juga: Gereja Dalam Perspektif Alkitab
Baca Juga: Gereja Dalam Perspektif Alkitab
Dalam Institutio, dijelaskan bahwa jikalau kita mengaku dalam pengakuan iman rasuli percaya kepada gereja, maka yang dimaksudkan bukan hanya gereja yang kelihatan, yang kita bicarakan sekarang, tetapi juga semua orang pilihan Allah.
Gereja itu dinamakan “Katolik” atau “Am”, serta bersifat kudus sebab tidak mungkin didapati ada dua atau tiga gereja tanpa membuat Kristus itu sendiri terbagi yang berarti sangat mustahil. Adalah sangat penting bagi umat Tuhan bahwa kita percaya gereja, yang menjadi anggota di dalamnya berdampak pada manusia bertumpu atau bersandar pada fondasi yang kokoh sehingga tidak mungkin jatuh dan roboh, sekalipun seluruh bangunan dunia tergoyahkan (Calvin, 2015, p. 226).