EKSPOSISI KITAB KEJADIAN PASAL 49-50

 Pdt. Budi Asali, M.Div.

EKSPOSISI KITAB KEJADIAN PASAL 49-50

KEJADIAN 49:1-7


Pada saat ini Yakub memberkati anak-anaknya, tetapi berkat itu pada saat yang sama juga merupakan nubuat tentang keturunan anak-anaknya (suku-suku Israel). Ini sekaligus berfungsi untuk menguatkan iman anak-anak Yakub yang saat itu ada dalam pengungsian di Mesir.


I) Nubuat tentang Ruben (Kejadian 49: 3-4).


Kejadian 49:3 menunjukkan Ruben yang seharusnya. Ia adalah anak sulung, dan seharusnya menjadi yang terutama.

Kejadian 49: 4 menunjukkan Ruben akan menjadi apa gara-gara dosanya.


1) Dosa Ruben.

Ay 4b menunjukkan bahwa dosanya ialah melakukan incest (= perzinahan dalam keluarga) dengan Bilha (bdk. 35:22a).

Kata-kata ‘membual seperti air’ (ay 4a) diartikan bermacam-macam. Ada yang mengatakan bahwa ini menggambarkan air mendidih yang berge-jolak, dan digunakan untuk menggambarkan nafsu sex Ruben yang tidak terkendali. Tetapi ada juga yang menganggap bahwa ini menunjuk pada hukuman bagi Ruben dimana suku Ruben akan menjadi tidak stabil dan lemah seperti air


Penerapan: Pada waktu Tuhan memberikan hukuman / hajaran kepada Ruben, Ia menunjukkan kesalahan dari Ruben. Hal yang sama terjadi dalam kasus Simeon dan Lewi dalam ay 5-7. Ini harus kita perhatikan dan tiru. Kalau saudara adalah seorang boss, jangan menggeser / memecat pegawai yang salah tanpa memberi tahu kesalahannya. Hukuman seperti ini menyebabkan orangnya tidak bisa bertobat atau memperbaiki kesa-lahannya.


2) Hukuman / akibat dosa Ruben.

Ini menyebabkan Ruben diturunkan dari tempat yang terutama, sehingga dikatakan ‘tidak lagi engkau yang terutama’ (ay 4a).

Orang-orang Yahudi kuno berkata: Karena Ruben adalah anak sulung, ia seharusnya menerima 3 hal, yaitu hak kesulungan, keimaman, dan ke-rajaan. Tetapi karena ia berdosa maka hak kesulungan diberikan kepada Yusuf (1Taw 5:1), keimaman kepada Lewi (Kel 32), dan kerajaan kepada Yehuda (ay 8-10).


3) Ingat bahwa hukuman ini bukan datang dari Yakub yang mendendam kepada Ruben yang telah berzinah dengan Bilha, tetapi datang dari Tuhan. Ini sama seperti Nuh yang mengutuk Ham (Kej 9:24-27).


4) Pada waktu Musa memberkati suku-suku Israel dalam Ul 33, maka ia memberkati Ruben sesuai dengan berkat Yakub di sini, karena Musa berkata: “Biarlah Ruben hidup dan jangan mati, tetapi biarlah orang-orangnya sedikit jumlahnya” (Ul 33:6).


II) Nubuat tentang Simeon dan Lewi (Kejadian 49: 5-7).


Kejadian 49: 5-6 menunjukkan dosa Simeon dan Lewi, dan ay 7 menunjukkan hukum-an Tuhan bagi mereka.


1) Dosa Simeon dan Lewi (ay 5-6).


a) ‘Simeon dan Lewi bersaudara’ (ay 5a).

Mungkin ini bukan hanya menunjuk pada pertalian darah di antara mereka, tetapi juga menunjuk pada kesamaan / kesepakatan mereka dalam kejahatan. Bandingkan ini dengan Amsal 18:9 yang berbunyi “Orang yang bermalas-malas dalam pekerjaannya sudah menjadi sau-dara dari si perusak”, dimana kata ‘saudara’ juga digunakan dalam arti seperti itu.

Penerapan:

Ini merupakan pelajaran bagi kita untuk tidak bersepakat dalam mela-kukan dosa. Seharusnya kalau ada orang mengusulkan untuk berbuat dosa, saudara bukan hanya tidak boleh sepakat dengan dia, tetapi juga harus menegur dia supaya bertobat dari rencana jahatnya itu!


b) Ay 6b: Ini jelas menunjuk pada pembantaian yang mereka lakukan da-lam Kej 34.


c) ‘Memotong urat keting lembu’ (ay 6 akhir).

Ini sama dengan terjemahan dari RSV, NIV, NASB. Tetapi KJV menterjemahkan: ‘they digged down a wall (= mereka merobohkan tembok). Perbedaan ini muncul karena ada yang membaca kata Ibra-ninya sebagai SHUR (= a wall / tembok), dan ada yang membacanya sebagai SHOR (= an ox / lembu). Adam Clarke bahkan membacanya SAR yang berarti prince / pangeran (Catatan: ingat bahwa dalam tulisan bahasa Ibrani tidak ada huruf hidup. Yang ada hanya huruf mati, sedangkan huruf hidup harus diperkirakan sendiri).


Calvin memilih ‘tembok’ dan mengartikan bahwa dalam kemarahannya Simeon dan Lewi bahkan menghancurkan bangunan-bangunan.

Yang mengambil arti ‘lembu’ menafsirkan secara berbeda:

  • ada yang menafsirkan secara hurufiah.

Jadi sekalipun dalam Kej 34:28 hanya dikatakan bahwa mereka menjarah ternak, tetapi di sini dikatakan bahwa mereka memotong urat keting lembu. Kedua bagian ini bukan bertentangan tetapi saling melengkapi.

  • ada yang menafsirkan secara simbolis.

‘Lembu’ dianggap menunjuk kepada pahlawan / pangeran / orang-orang dari Sikhem yang dibunuh oleh Simeon dan Lewi.


2) Yakub tidak ikut campur dalam dosa Simeon dan Lewi (ay 6a).

Ini sikap yang benar (bdk. Maz 1:1  1Kor 15:33).


3) Hukuman / akibat dosa Simeon dan Lewi (ay 7).


a) Yakub mengutuk dosa mereka (ay 7a).

Pada waktu membahas tentang kutukan Yakub kepada dosa Simeon dan Lewi dalam ay 7 ini, Calvin berkata:

“However, it will not suffice to preserve our hands pure, unless we are far removed from all association with crime. For though it may not always be in our power to repress unjust violence; yet that concealment of it is culpable, which approaches to the appearance of consent” (= Tetapi, tidak cukup untuk menjaga tangan kita murni, kecuali kita dijauhkan dari semua persekutuan dengan kejahatan. Karena sekalipun kita tidak selalu mempunyai kuasa untuk menekan kekerasan yang tidak adil; tetapi penyembunyian hal itu merupakan sesuatu yang patut dicela, yang mirip dengan suatu persetujuan).


Penerapan: kata-kata Calvin ini patut direnungkan dan dicamkan, khususnya kalau terjadi kesalahan / skandal dalam lingkungan kita yang kita banggakan, seperti dalam gereja kita, dalam sekolah / alma mater kita, dalam keluarga kita, dsb. Biasanya orang lalu menyembu-nyikan kesalahan itu supaya tidak memalukan diri sendiri. Tetapi Calvin berkata bahwa menyembunyikan kesalahan seperti itu mirip dengan menyetujui kesalahan itu. Kita harus meniru Yakub, yang berani mencela / mengutuk kesalahan / skandal, sekalipun itu terjadi dalam keluarganya sendiri


Mengingat bahwa yang menulis kitab Kejadian ini adalah Musa, yang berasal dari suku Lewi, Calvin berkata:

“This also is highly worthy to be remembered, that Moses, in publishing the infamy of his own people, acts as the herald of God: and not only does he proclaim a disgrace common to the whole nation, but brands with infamy, the special tribe from which he sprung. Whence it plainly appears, that he paid no respect to his own flesh and blood; nor was he to be induced, by favour or hatred, to give a false colour to anything, or to decline from historical fidelity: but, as a chosen minister and witness of the Lord, he was mindful of his calling, which was that he should declare the truth of God sincerely and confidently. A comparison is here made not only between the sons of Jacob personally; but also between the tribes which descended from them. This certainly was a specially opportune occasion for Moses to defend the nobility of his own people. But so far is he from heaping encomiums upon them, that he frankly stamps the progenitor of his own tribe with an everlasting dishonour, which should redound to his whole family” (= Ini juga sangat berharga untuk diingat, bahwa Musa, dalam mengumumkan kekejian / keburukan bangsanya sendiri, bertindak sebagai utusan Allah: dan ia bukan hanya mengumumkan sesuatu yang memalukan untuk seluruh bangsa, tetapi mencap sukunya sendiri dengan suatu kekejian / keburukan. Dari sini tampak dengan jelas bahwa ia tidak menghargai daging dan darahnya sendiri; juga ia tidak dipengaruhi oleh rasa senang atau benci sehingga memberi warna yang salah pada suatu apapun, atau untuk menurunkan kebenaran yang bersifat sejarah: tetapi sebagai se-orang pelayan dan saksi Tuhan, ia sadar akan panggilannya yang mengharuskannya untuk menyatakan kebenaran Allah dengan tulus dan yakin. Di sini dibuat suatu perbandingan bukan hanya antara anak-anak Yakub tetapi juga antara suku-suku yang diturunkan dari mereka. Ini tentu merupakan suatu kesempatan bagi Musa untuk mempertahankan kemuliaan sukunya. Tetapi ia bukannya memberikan lagu pujian bagi mereka, tetapi sebaliknya mencap nenek moyang sukunya sendiri dengan ketidakhormatan kekal, yang akan meluap kepada seluruh keluarganya).


Pulpit Commentary:

“He pronounces a solemn curse upon their sin. Not upon themselves, it is noticeable, but upon their deed, meaning that while God might mercifully pardon transgressors such as they had been, he could not do otherwise than reveal his wrath against appalling wickedness like theirs” (= Ia menya-takan suatu kutukan yang serius atas dosa mereka. Bukan atas diri mereka sendiri, itu terlihat dengan jelas, tetapi atas perbuatan mereka, berarti bahwa sekalipun Allah dengan penuh belas kasihan bisa meng-ampuni pelanggar seperti mereka, tetapi Ia tidak bisa berbuat lain selain menyatakan kemurkaanNya terhadap kejahatan yang mengerikan seper-ti dosa mereka).


b) Suku Simeon dan Lewi akan terserak di antara suku-suku yang lain (ay 7b).

Matthew Poole:

“Note here how suitable their punishment was to their crime. They sinned by conspiracy and confederation in the counsel and action, and they are punished with division and separation, not only of the two brethren and their tribes, but of the children and families of several tribes, one from another” (= Perhatikan di sini betapa cocoknya hukuman mereka dengan kejahatan mereka. Mereka berdosa oleh persekongkolan dan perseku-tuan dalam rencana dan tindakan, dan mereka dihukum dengan perpe-cahan dan perpisahan, bukan hanya kedua saudara dan suku mereka, tetapi juga anak-anak dan keluarga-keluarga dari beberapa suku, satu dari lainnya).

Bandingkan juga dengan peristiwa menara Babel (Kej 11:1-9).


4) Pengenapan nubuat ay 7b.


a) Suku Simeon memang akhirnya tidak mendapat daerah tertentu di Kanaan, tetapi mereka hanya mendapat kota-kota di daerah suku Yehuda (Yos 19:1-9  bdk. Yos 15:26-32 & Neh 11:25-28). Sebagian dari mereka lalu pergi ke Gedor dan sebagian lagi ke gunung Seir setelah mengusir Amalek (1Taw 4:39-43).

Disamping itu, dalam berkat Musa kepada suku-suku Israel dalam Ul 33, suku Simeon dilewati sama sekali, dan dalam sensus dalam Bil 26, terlihat bahwa suku Simeon menjadi suku terkecil.


b) Suku Lewi juga akan disebarkan di antara suku-suku Israel lainnya (Yos 21:1,40), tetapi karena ketaataan mereka dimana dalam peris-tiwa penyembahan anak lembu emas mereka tidak ikut menyembah anak lembu emas itu (Kel 32), maka penyebaran ini akhirnya berubah menjadi berkat, karena mereka menjadi suku yang melayani Tuhan di antara suku-suku Israel (bdk. Ul 33:8-11).

Ada 2 hal yang bisa didapatkan dari hal ini:

  • Rencana Allah terjadi baik karena dosa maupun karena ketaatan Lewi / suku Lewi.

  • Akibat negatif dari dosa bisa dibalik menjadi berkat kalau orangnya taat. Awas, ini tidak berarti bahwa perbuatan baik bisa menghapus dosa! Penghapusan dosanya tetap terjadi karena penebusan Kristus yang berlaku surut bagi mereka!


Penerapan: karena itu kalau saudara salah jalan (misalnya menikah dengan orang yang tidak seiman / tidak cocok) dan lalu mendapat akibat negatif dari hal itu, jangan putus asa. Tetaplah ikut dan taat kepada Tuhan, maka Tuhan bisa membalik akibat negatif itu menjadi berkat.

Tetapi jangan menyalahgunakan kebaikan Tuhan ini dengan berpikir bahwa saudara boleh berbuat dosa, dan nanti kalau ada akibat negatif, maka saudara akan taat supaya akibat negatifnya berubah menjadi berkat! Ingat bahwa Gal 6:7 berbunyi: “Jangan sesat! Allah tidak membiarkan diriNya dipermainkan. Karena apa yang ditabur orang, itu juga yang akan dituainya”.


Penutup:


Kalau Ruben jatuh karena pelanggaran terhadap hukum ke 7 (dosa sex), maka Simeon dan Lewi jatuh karena pelanggaran terhadap hukum ke 6. Karena itu kita harus hati-hati terhadap kedua dosa ini.

-

KEJADIAN 49:8-10

I) Arti nubuat ini.


1) Kejadian 49: 8-10a jelas menunjukkan bahwa Yehuda akan menurunkan raja-raja.


Ay 8b: ‘tanganmu akan menekan tengkuk musuhmu’.

Ini menunjukkan bahwa musuh itu ada, tetapi Yehuda akan menang.


Ay 8c: ‘kepadamu akan sujud anak-anak ayahmu’.

Ini tidak dimaksudkan untuk Yehuda dan saudara-saudaranya, tetapi untuk keturunan mereka. Jadi maksudnya: keturunan saudara-saudara Yehuda akan sujud kepada suku Yehuda.


Ay 9: penterjemah dari Calvin’Commentary untuk Kitab Kejadian menga-takan bahwa di sini ada 3 istilah untuk singa:

  1. GUR = anak singa. Ini suku Yehuda mula-mula.

  1. ARYAH = singa dewasa. Ini suku Yehuda pada jaman Daud.

  1. LABI = singa betina tua. Ini suku Yehuda pada jaman setelahnya.


Ay 10a: ‘tongkat kerajaan tidak akan beranjak dari Yehuda ataupun lam-bang pemerintahan dari antara kakinya’.

Ini jelas menunjukkan bahwa Yehuda akan menurunkan raja-raja.


Keil & Delitzsch:

“The sceptre is the symbol of regal command, and in its earliest form it was a long staff, which the king held in his hand when speaking in public assemblies; and when he sat upon his throne he rested it between his feet, inclining towards himself” (= Tongkat kerajaan adalah simbol dari perintah raja, dan bentuk-nya yang mula-mula adalah sebuah tongkat yang panjang, yang dipegang oleh raja di tangannya pada waktu berbicara di depan kumpulan banyak orang; dan pada waktu ia duduk di tahtanya diletakkan di antara kakinya, bersandar pada dirinya sendiri).


Sekarang perhatikan ay 10b: ‘sampai dia datang yang berhak atasnya’.

KJV: ‘until SHILOH come’ (= sampai SHILOH datang).

NASB: ‘until SHILOH comes’ (= sampai SHILOH datang).


Keil & Delitzsch:

“Judah - this is the idea - was to rule, to have chieftainship, till Shiloh came, i.e. for ever. It is evident that the coming of Shiloh is not to be regarded as terminating the rule of Judah, from the last clause of the verse, according to which it was only then that it would attain to dominion over the nations” (= artinya adalah: Yehuda akan memerintah, mengepalai semua suku, sampai Shiloh datang, yaitu selamanya. Dari anak kalimat terakhir dari ayat itu, jelas bahwa datangnya Shiloh tidak dianggap sebagai berakhirnya pemerin-tahan Yehuda, karena menurut bagian itu pada saat itulah Yehuda akan berkuasa atas bangsa-bangsa).

Catatan: tentang ‘sampai Shiloh datang’ perhatikan penjelasannya pada point no 2) di bawah.


Tetapi mengapa Yehuda akhirnya dikalahkan dan dibuang ke dalam pembuangan Babilonia?


Calvin:

“... although the royal majesty did not shine brightly from David until Christ, yet some pre-eminence remained in the tribe of Judah, and thus the oracle was fulfilled” (= ... sekalipun keagungan kerajaan tidak bersinar terang dari Daud sampai Kristus, tetapi beberapa keunggulan tetap ada dalam suku Yehuda, dan dengan demikian sabda ilahi itu tergenapi).


Bdk. Yeh 21:24-27 yang menubuatkan kejatuhan Kerajaan Daud, tetapi juga menyatakan bahwa ini tidak berlangsung kekal, tetapi hanya ‘sampai ia datang yang berhak atasnya’ (Yeh 21:27  bdk. Kej 49:10!).


Calvin menyimpulkan dari Yeh 21:26 dan Amos 9:11 sebagai berikut:

“Whence we infer, that the kingdom was not so confirmed as always to shine with equal brightness; but that, though, for a time, it might lie fallen and defaced, it should afterwards recover its lost splendour” (= dari mana kami menyimpulkan bahwa kerajaan itu tidaklah diteguhkan sedemikian rupa seakan-akan terus bersinar dengan terang yang sama; tetapi bahwa sekalipun untuk seketika kerajaan itu bisa jatuh dan rusak, setelah itu kerajaan itu pasti pulih / mendapatkan kembali kemegahannya yang hilang).


Keil & Delitzsch:

“Jacob’s prophecy of the sceptre not passing from Judah till Shiloh came, did not preclude a temporary loss of power” (= nubuat Yakub tentang tongkat kerajaan yang tidak akan beranjak dari Yehuda sampai datangnya Shiloh, tidak menghalangi kehilangan kekuasaan untuk sementara).


Penterjemah dari Calvin’s Commentary untuk Kitab Kejadian memberikan penafsiran yang agak berbeda. Ia berkata:

“... the term rendered ‘sceptre’ means also ‘rod’, and sometimes is translated ‘tribe’; perhaps because each of the twelve tribes had its rod laid up in the tabernacle and temple. Hence it may be inferred that the expression, ‘The sceptre shall not depart from Judah,’ means that Judah alone should continue in its integrity, as a tribe, till the coming of the Messiah. This renders it unnecessary to attempt any proof of the retention of regal power and authority in the tribe” (= ... istilah yang diterjemahkan ‘tongkat kerajaan’ juga berarti ‘tongkat’, dan kadang-kadang diterjemahkan ‘suku’; mungkin karena setiap suku dari 12 suku itu mempunyai tongkat yang diletakkan di Kemah Suci dan Bait Allah. Jadi bisa disimpulkan bahwa ungkapan ‘Tongkat kerajaan tidak akan beranjak dari Yehuda’ berarti bahwa hanya Yehuda saja yang akan terus utuh sebagai suatu suku, sampai kedatangan Mesias. Ini mem-buat kita tidak perlu membuktikan tetap adanya kuasa dan otoritas kera-jaan dalam suku Yehuda).


2) Ay 10b: ini ayat sukar yang terjemahannya berbeda-beda.

KS Indonesia: ‘sampai dia datang yang berhak atasnya’.

NIV/RSV: ‘until he comes to whom it belongs’ (= sampai dia yang mem-punyainya datang).

KJV: ‘until SHILOH come’ (= sampai SHILOH datang).

NASB: ‘until SHILOH comes’ (= sampai SHILOH datang).


Rupanya KS Indonesia, RSV, NIV menterjemahkan dari suatu manuscript yang berbeda yang berbunyi ‘until SELLOH comes’ [Derek Kidner (Tyndale)], yang bisa berarti:

  • ‘till what is his comes’ (= sampai miliknya datang).

Ini seperti Septuaginta / LXX yang menterjemahkan: ‘till Judah’s full heritage appears’ (= sampai warisan penuh dari Yehuda muncul).

  • ‘until he comes, to whom it belongs’ (= sampai dia yang mempunyai-nya datang).

Ini seperti terjemahan KS Indonesia, NIV, RSV.


Tetapi kebanyakan penafsir mempertahankan terjemahan KJV/NASB: ‘until SHILOH comes’ (= sampai SHILOH datang).

Sekarang, apa artinya SHILOH? Macam-macam arti:

  • SHILOH = Tranquility (= ketenangan / kesentosaan).

  • SHILOH = The Peaceable One (= Orang yang suka damai).

  • SHILOH = The Pacifier (= Pembawa damai / perdamaian).


Keil & Delitzsch:

Kata SHILOH diturunkan dari kata SHALAH, yang berarti to be quiet (= tenang), to enjoy rest (= menikmati ketenangan), security (= keamanan). SHILOH tidak harus menunjuk pada tempat (a place of rest) tetapi bisa menunjuk kepada orang, yaitu ‘the man of rest’ (= manusia damai) atau ‘the bearer of rest’ (= pembawa damai). SHILOH adalah gelar untuk Mesias.


II) Penggenapan nubuat ini.


  1. Pada jaman Musa, Yehuda sudah menduduki tempat terutama di antara semua suku (Bil 2:2-3  Bil 7:12  Bil 10:14).


  1. Setelah Yosua mati, Yehuda yang pertama menyerang orang Kanaan yang tersisa (Hak 1:1-2).


  1. Dalam jaman hakim-hakim, hakim pertama berasal dari suku Yehuda, yaitu Otniel (Hak 3:9  bdk. Yos 15:1-12,13-19,20-63).


  1. Dalam perang saudara antara suku-suku Israel melawan suku Benyamin, suku Yehuda yang maju dahulu (Hak 20:18).


  1. Raja Daud berasal dari suku Yehuda (bdk. 1Taw 28:4).

Tetapi mengapa raja pertama, yaitu Saul, bukan dari suku Yehuda, tetapi dari suku Benyamin? Calvin berkata: karena sekalipun Allah mau ada raja, tetapi Israel minta terlalu cepat dan minta dengan motivasi yang salah, sehingga Allah memberi raja yang salah, yaitu Saul.


  1. Raja Salomo (Ibrani: SHELOMOH), arti namanya adalah the peaceful one (= orang yang penuh damai). Baca 1Taw 22:9-10!


  1. Puncak penggenapan adalah dalam diri Yesus / Mesias.

Adalah sesuatu yang luar biasa bahwa pada jaman Yakub, sekitar 2000 tahun sebelum kelahiran Kristus, sudah dinubuatkan bahwa:


a) Yesus / Mesias akan datang dari suku Yehuda.

Ini tergenapi dengan tepat, karena baik Yusuf (Mat 1:20  Luk 1:27  Luk 2:4) maupun Maria (Luk 1:32,69) adalah dari suku Yehuda.

Catatan: sebetulnya Yusuf memang tidak ada hubungan darah dengan Yesus, tetapi secara hukum ia adalah ayah Yesus.


b) KepadaNya akan takluk bangsa-bangsa (ay 10 akhir).

Bahwa ini tergenapi, terlihat dari Kisah Rasul maupun dari sejarah dan fakta jaman ini dimana kekristenan tersebar di seluruh dunia.


c) Kristus adalah Raja Damai.

Jadi bangsa-bangsa bukan ditaklukkan dengan kekerasan! Bdk. Yoh 14:27  Mat 20:25-28  Mat 11:28-30  Ro 5:1.


Apakah Raja Damai itu, melalui kasih dan pengorbananNya di atas kayu salib, telah menaklukkan saudara? Takluklah sekarang, karena kalau tidak, nanti pada akhir jaman saudara akan terpaksa takluk (bdk. Fil 2:10-11), tetapi tanpa guna


III) Yesus sebagai Pembawa Damai.


Bahwa Yesus adalah SHILOH / Pembawa Damai, terlihat dari:


1) Nubuat-nubuat Perjanjian Lama yang lain:


a) Yes 9:5-6a (KS Inggris Yes 9:6-7a) menyebutNya The Prince of Peace / Raja Damai.

Kata Ibrani untuk peace / damai adalah SHALOM.


b) Mikha 5:1-4 jelas merupakan nubuat tentang kelahiran Mesias, dan dalam ay 4nya dikatakan: ‘dia menjadi damai sejahtera (SHALOM)’ [NIV: he will be their peace (= ia akan menjadi damai mereka)].


2) Melkizedek, yang adalah TYPE dari Kristus, adalah raja Salem (Kej 14:18). Kata SALEM berarti peaceful (= penuh damai).


3) Pada Natal yang pertama, para gembala di padang melihat sejumlah malaikat menyanyi memuji Allah: “Kemuliaan bagi Allah di tempat yang maha tinggi dan damai sejahtera di bumi di antara manusia yang berkenan kepadaNya” (Luk 2:14).


4) Mat 11:28-30 - “Marilah kepadaKu, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu. Pikullah kuk yang Kupasang dan belajarlah kepadaKu, karena Aku lemah lembut dan rendah hati dan jiwamu akan mendapat ketenangan. Sebab kuk yang Kupasang itu enak dan bebanKupun ringan”.


5) Yoh 14:27 - Damai sejahtera Kutinggalkan bagimu. Damai sejahteraKu Kuberikan kepadamu, dan apa yang Kuberikan tidak seperti yang diberikan oleh dunia kepadamu”.


6) 2Kor 5:18a,19a - “... Allah, yang dengan perantaraan Kristus telah mendamaikan kita dengan diriNya ... Sebab Allah telah mendamaikan dunia dengan diriNya oleh Kristus dengan tidak memperhitungkan pelanggaran mereka”.


7) Ef 2:11-18 - bacalah text ini dalam Alkitab saudara!


Dari ayat-ayat di atas terlihat bahwa ada 3 macam damai yang menjadi tujuan Kristus datang ke dalam dunia:


1. Damai antara manusia berdosa dengan Allah (Ef 5:11-18  2Kor 5:18-19).

Ini hanya bisa tercapai melalui iman kepada Yesus (Ro 5:1 - “Sebab itu, kita yang dibenarkan karena iman, kita hidup dalam damai sejahtera dengan Allah oleh karena Tuhan kita Yesus Kristus”).


Yesus datang pada Natal yang pertama dengan tujuan utama untuk mendamaikan manusia berdosa dengan Allah. Untuk itu Ia mati disalib menebus dosa manusia. Sekarang, kalau saudara mau ber-damai dengan Allah, saudara hanya perlu percaya kepada Yesus sebagai Juruselamat dan Tuhan saudara! Maukah saudara?


2. Damai dalam hati (Mat 11:28-30  Yoh 14:27).


Rusaknya atau tidak adanya hubungan dengan Allah menyebabkan manusia tidak mempunyai damai (bdk. Kej 3). Sebaliknya yang ada hanyalah kegelisahan, kekosongan, kekuatiran, ketakutan, kesum-pekan, dsb. Ada banyak orang yang berusaha mendapatkan damai dengan mencari kekayaan, kesenangan, hiburan dsb. Tetapi semua itu paling banyak hanya bisa memberikan kesenangan semu yang bersifat lahiriah / di luar, dan yang tahan hanya sebentar saja! Tetapi kalau saudara mau datang kepada Yesus dan diperdamaikan dengan Allah, maka saudara akan mendapat damai di hati yang berbeda dengan damai yang semu dan lahiriah itu.


Yoh 14:27 - “Damai sejahtera Kutinggalkan bagimu. Damai sejahteraKu Kuberikan kepadamu, dan apa yang Kuberikan tidak seperti yang diberikan oleh dunia kepadamu”.


3. Damai antara manusia dengan manusia (Ef 2:14-16).


Yesus pernah mengucapkan kata-kata yang mengejutkan dan sangat membingungkan banyak orang, yaitu dalam Mat 10:34-36 yang berbunyi:

“Jangan kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk membawa damai di atas bumi; Aku datang bukan untuk membawa damai, melainkan pedang. Sebab Aku datang untuk memisahkan orang dari ayahnya, anak perempuan dari ibunya, menantu perempuan dari ibu mertuanya, dan musuh orang ialah orang-orang seisi rumahnya”.

Artinya: kalau ada suatu keluarga atau kelompok mendengar tentang Ye-sus, dan lalu sebagian menolak Yesus tetapi sebagian menerima Yesus, maka orang-orang yang menolak Yesus itu bisa menjauhi, memusuhi, menganiaya, dan bahkan membunuh orang-orang yang menerima Yesus. Contoh: Yoh 7:43  Yoh 9:16  Kis 14:1-4.

Tentu saja kalau hal ini terjadi, itu bukanlah salah dari orang-orang yang menerima Yesus, dan lebih-lebih bukan salahnya Yesus, tetapi salahnya orang-orang yang menolak Yesus.


Tetapi bisa juga terjadi sebaliknya, dimana dua kelompok yang dulunya bermusuhan, setelah kedua kelompok itu sama-sama percaya kepada Yesus, lalu bersatu / berdamai. Misalnya: masuknya orang Samaria ke dalam gereja Yahudi (Kis 8), atau bersatunya orang Yahudi dan non Yahudi dalam Kristus (Ef 2:14-16). Dalam arti inilah dikatakan bahwa Yesus membawa damai antara manusia dengan manusia.


Perlu diingat bahwa Ketiga damai di atas dipengaruhi oleh dosa! Kalau kita berbuat dosa, apalagi dengan sengaja, maka:

  • sekalipun kita tidak kembali menjadi musuh Allah, tetapi hubungan / persekutuan dengan Allah merenggang.

  • damai dalam hati bisa hancur dan berubah menjadi kegelisahan, kesum-pekan dsb.

  • damai dengan sesama, bahkan dengan sesama saudara seiman, tentu juga bisa hancur, dan berubah menjadi perpecahan, permusuhan dsb.


Kesimpulan / penutup:


Untuk saudara-saudara yang belum sungguh-sungguh percaya kepada Yesus, berilah diri saudara diperdamaikan dengan Allah melalui iman kepada Kristus! Mungkin saudara tidak merasa perlu berdamai dengan Allah, karena saudara tidak pernah merasa bermusuhan dengan Allah. Tetapi ingat bahwa:

1) Sejak Adam jatuh ke dalam dosa, semua kita lahir dalam keadaan berdosa (dosa asal), dan ini menyebabkan sejak kita lahir, kita sudah ada di bawah murka Allah (Ef 2:1-3).

2) Setiap dosa yang kita lakukan, besar atau kecil, sengaja atau tidak, melalui kata-kata, hati pikiran atau tingkah laku kita, menyakiti Allah yang maha suci.

Karena itulah maka semua manusia membutuhkan perdamaian dengan Allah melalui Yesus Kristus ini! Maukah saudara?


Untuk saudara-saudara yang sudah percaya, punyailah suatu tekad untuk membuang semua dosa, supaya damai dengan Allah, damai dalam hati, dan damai dengan sesama bisa makin ditingkatkan. Maukah saudara? Kiranya Tuhan memberkati saudara.


Catatan: sisa nubuat Yakub untuk anak-anaknya (Kej 49:11-28), tidak saya bahas, karena tidak ada hal yang terlalu penting yang bisa saya dapatkan dari sana.


KEJADIAN 49:29-50:26


I) Pesan dan kematian Yakub.


1) Pesan Yakub (Kejadian 49:29-32).

Tempo hari dalam Kej 47:29-31 Yakub sudah berpesan kepada Yusuf untuk menguburkan mayatnya di Kanaan, dan sekarang ia berpesan ke-pada semua anak-anaknya supaya mereka bisa dengan sehati melaku-kan pesannya itu.


Penerapan:

Kesehatian sangat penting dalam gereja. Karena itu kalau saudara me-rasa bahwa saudara tidak sehati, atau saudara merasa dekat di mata tetapi jauh di hati, dengan saudara seiman yang lain dalam gereja, maka berusahalah untuk membereskan hal itu. Mungkin dengan mendekati saudara seiman itu, dan / atau dengan membawa persoalan itu ke ha-dapan Tuhan.


2) Kematian Yakub (Kejadian 49:33).

49:33 - ‘meninggallah ia, maka ia dikumpulkan kepada kaum leluhurnya’.

NIV: ‘breathed his last and was gathered to his people’ (= menghembus-kan nafas yang terakhir dan dikumpulkan dengan kaumnya).

Perhatikan kata-kata ‘dikumpulkan kepada / dengan kaum (leluhur)nya’. Ini jelas tidak berbicara tentang tubuh Yakub, karena tubuh Yakub tidak dikumpulkan dengan kaum leluhurnya pada saat ia mati, tetapi baru pada 50:13. Jadi jelas bahwa yang dimaksud oleh Kej 49:33 itu adalah jiwa / roh Yakub. Dengan demikian ini menunjukkan bahwa jiwa / roh masih tetap ada setelah kematian.


Adam Clarke:

“The testimony that this place bears to the immortality of the soul, and to its existence separate from the body, should not be lightly regarded. ... It is certain that his body was not then gathered to his people, nor till seven weeks after; ... I cannot help therefore considering this an additional evidence for the immateriality of the soul, and that it was intended by the Holy Spirit to convey this grand and consolatory sentiment, that when a holy man ceases to live among his fellows, his soul becomes an inhabitant of another world, and is joined to the spirits of just men made perfect” (= Kesaksian yang diberikan oleh tempat ini terhadap tidak-bisa-binasa-nya jiwa, dan keberadaannya terpisah dari tubuh, tidak boleh diremehkan. ... Jelas bahwa tubuhnya tidak dikumpulkan dengan leluhurnya pada saat itu, tidak sampai 7 minggu sete-lahnya; ... Karena itu saya harus menganggap ini sebagai bukti tambahan tentang keadaan tanpa materi dari jiwa, dan bahwa merupakan maksud dari Roh Kudus untuk menyampaikan pemikiran / pandangan yang hebat / agung dan bersifat menghibur ini, bahwa pada saat seorang kudus berhenti hidup di tengah-tengah sesamanya, jiwanya menjadi penghuni dari dunia yang lain, dan digabungkan dengan roh-roh orang benar yang telah disem-purnakan) - hal 273-274.

Catatan: saya kira seharusnya bukan 7 minggu tetapi 10 atau bahkan 11 minggu; lihat ay 3b (70 hari) dan ay 10b (7 hari).


Dalam 1Kor 15:32 Paulus berkata: “Kalau hanya berdasarkan pertimbang-an-pertimbangan manusia saja aku telah berjuang melawan binatang buas di Efesus, apakah gunanya hal itu bagiku? Jika orang mati tidak dibang-kitkan, maka ‘marilah kita makan dan minum, sebab besok kita mati’”.


Memang, jika hidup setelah kematian itu tidak ada, maka tidak ada gunanya kita percaya kepada Kristus, berjuang / menderita bagi Tuhan, melayani Tuhan, dsb. Juga tidak ada gunanya kita menahan diri dari dosa. Sebaiknya kita justru memuaskan segala keinginan kita, berpesta pora, melakukan semua kesenangan tanpa peduli itu dosa atau tidak, mumpung kita masih hidup.

Tetapi kehidupan setelah kematian itu ada, dan kehidupan yang sekarang menentukan apakah nanti kita akan masuk surga atau neraka, dan juga menentukan berapa besar pahala / hukuman kita. Karena itu dalam hidup sekarang ini kita harus percaya kepada Kristus, ikut Dia sungguh-sungguh, melayani Dia, menguduskan diri dsb. Jadi sekalipun sekarang saudara mengalami masa krisis eko-nomi, atau penderitaan-penderitaan yang lain, janganlah hal itu me-nyebabkan saudara mengarahkan seluruh pandangan dan hidup saudara hanya untuk hidup yang sekarang ini! Baca cerita tentang orang kaya yang bodoh dalam Luk 12:16-21!


II) Perkabungan dan penguburan.


1) Dukacita / perkabungan.


a) Secara umum, kesedihan dan tangisan yang terjadi pada saat ada orang mati, tidak salah.

Bdk. 1Tes 4:13 - “Selanjutnya kami tidak mau, saudara-saudara, bahwa kamu tidak mengetahui tentang mereka yang meninggal, supaya kamu jangan berdukacita seperti orang-orang lain yang tidak mempunyai pengharapan”.

Maksud ayat ini bukanlah: jangan berdukacita pada waktu ada orang mati, itu seperti orang yang tidak mempunyai pengharapan.

Ayat ini tidak mengatakan supaya jangan berdukacita sama sekali, tetapi supaya kamu jangan berdukacita seperti orang lain yang tidak mempunyai pengharapan. Jadi ayat ini membayangkan adanya dua macam dukacita, yaitu dukacita orang non kristen / yang tidak ber-pengharapan, dan dukacita orang kristen / yang berpengharapan. Kita tidak boleh berdukacita dengan dukacita orang yang tidak berpeng-harapan, tetapi kita boleh berdukacita dengan dukacita orang yang berpengharapan.

Yang jadi persoalan adalah kalau yang mati bukan kristen. Tetapi sebetulnya dalam kasus inipun kita harus ingat bahwa dukacita yang berlarut-larut toh tidak ada gunanya.


b) Tetapi perkabungan di sini, yaitu selama 70 hari (50:3b) + 7 hari (50:10b) jelas terlalu banyak / terlalu lama.


c) Yusuf sungguh-sungguh menangis (50:1), tetapi orang Mesir mena-ngis (50:3b) hanya untuk menghormati Yusuf.

Kemunafikan orang Mesir ini tidak seharusnya ditiru.


2) Mayat Yakub dijadikan mumi.

Apa yang dilakukan dalam 50:2-3 merupakan proses untuk menjadikan mumi. Sekalipun tidak ada larangan explicit tentang hal seperti ini, tetapi perlu diingat bahwa semua ini menghabiskan uang, tenaga, dan waktu yang begitu banyak untuk hal yang tidak berguna! Bandingkan dengan 2 ayat di bawah ini.

1Kor 6:12 - “Segala sesuatu halal bagiku, tetapi bukan semuanya berguna. Segala sesuatu halal bagiku, tetapi aku tidak membiarkan diriku diper-hamba oleh suatu apapun”.

1Kor 10:23 - “Segala sesuatu diperbolehkan. Benar, tetapi bukan segala sesuatu berguna. Segala sesuatu diperbolehkan. Benar, tetapi bukan segala sesuatu membangun”.

Jadi pada waktu kita mau melakukan sesuatu, sekalipun hal itu tidak dila-rang secara explicit oleh Kitab Suci, tetapi kita masih perlu memperta-nyakan: apakah hal ini ada gunanya? Apakah hal ini membangun diri saya / gereja / orang lain?

Contoh: banyak orang kristen merokok dengan alasan bahwa Kitab Suci tidak memberikan larangan merokok. Tetapi merokok bukan saja tidak berguna tetapi bahkan merugikan diri sendiri maupun orang lain di seki-tarnya, dan juga memperhamba orang yang merokok, dan karena itu me-rokok jelas dilarang oleh kedua ayat  di atas.


3) Penguburan di Kanaan.


a) Penguburan di Kanaan ada gunanya.

Berbeda dengan perkabungan yang begitu lama dan proses penjadian mumi, yang saya anggap tidak ada gunanya, maka penguburan di Kanaan ada gunanya, yaitu supaya keturunannya selalu mengingat janji Tuhan yang menyatakan akan memberikan tanah Kanaan kepada mereka.


b) Yusuf memohon ijin kepada Firaun untuk menguburkan ayahnya di Kanaan (50:4-5).

Ini bisa dianggap sebagai penghinaan bagi orang Mesir, seakan-akan tanah mereka tidak layak untuk kuburan Yakub. Karena itu Yusuf merasa perlu minta ijin Firaun. Dan Yusuf menjelaskan bahwa:

  • Yakublah yang meminta hal itu (50:5a).

  • kubur Yakub sudah dipersiapkan sebelum Yakub pergi ke Mesir (50:5b), jadi jelas bahwa ia meminta hal itu bukan karena ia meng-anggap bahwa tanah Mesir tidak layak bagi kuburannya.

Ini adalah sesuatu yang bijaksana dari Yusuf untuk menghindarkan kesalahfahaman orang Mesir.


Penerapan:

Sekalipun saudara melakukan apa yang benar, sedapat mungkin atur-lah supaya tidak menyinggung / disalah mengerti oleh orang lain.


III) Setelah penguburan.


1) Mereka kembali ke Mesir (Kejadian 50:14).

Mengapa mereka tidak menetap saja di Kanaan? Mungkin karena Allah menyuruh mereka kembali ke Mesir, atau karena penduduk Kanaan tidak mengijinkan mereka tinggal di sana. Dengan demikian tergenapilah Kej 15:13 yang menubuatkan bahwa mereka baru akan kembali ke Kanaan pada keturunan keempat.


2) Rasa takut saudara-saudara Yusuf (Kejadian 50:15-18).


a) Calvin memberikan beberapa komentar tentang rasa takut dari sau-dara-saudara Yusuf ini.


  • “And whence this fear, but because they form their judgment of him according to their own disposition?” (= Dan dari mana rasa takut ini, kecuali karena mereka membentuk penilaian mereka tentang dia sesuai dengan kecenderungan mereka sendiri?) - hal 482.

Memang orang jahat biasanya menganggap orang lain juga jahat; pendusta selalu curiga orang lain akan mendustai dirinya, pem-fitnah selalu akan mengira orang lain akan mejelek-jelekkan diri-nya. Karena itu kalau saudara adalah orang yang selalu curiga terhadap orang lain, maka besar kemungkinannya saudara adalah orang brengsek!


  • “an evil conscience is its own tormentor” (= hati kecil yang jahat adalah penyiksa dirinya sendiri) - hal 483.

Bdk. Amsal 28:1  Im 26:14,36  1Raja 8:38b.


  • “Nothing is more desirable than a tranquil mind. While God deprives the wicked of this singular benefit, which is desired by all, he invites us to cultivate integrity” (= Tidak ada yang lebih diinginkan dari pikiran yang tenang. Sementara Allah tidak memberikan orang jahat ke-untungan ini, yang diinginkan oleh semua orang, Ia mengundang kita untuk mengusahakan ketulusan / kejujuran) - hal 483.


  • “let none of us yield to self indulgence; but let each diligently examine himself, lest hypocrisy should inwardly cherish the secret stings of the wrath of God; and may that happy peace, which can find no place in a double heart, shine within our thoroughly purified breasts” (= Jangan ada seorangpun di antara kita yang menyerah pada pemuasan diri sendiri; tetapi biarlah setiap orang dengan rajin / tekun memeriksa dirinya sendiri, supaya jangan kemunafikan memegang erat-erat se-ngatan rahasia dari murka Allah; dan kiranya damai yang menye-nangkan, yang tidak bisa mendapat tempat dalam hati yang ber-cabang, bersinar di dalam dada kita yang dimurnikan seluruhnya) - hal 483.


  • “there is no other method which can free us from disquietude, but that of returning into favour with God. Whosoever shall despise this remedy, shall be afraid not only of man, but also of a shadow, or a breath of wind” (= tidak ada metode lain yang bisa membebaskan kita dari ke-tidaktenangan, kecuali kita kembali berdamai dengan Allah. Siapa-pun yang menghina obat ini, akan merasa takut bukan hanya terha-dap manusia, tetapi juga terhadap bayangan, atau hembusan angin) - hal 483.


b) Apakah kata-kata mereka dalam 50:16-17 itu dusta atau bukan?

Ada banyak penafsir yang menganggap ini bukan dusta. Jadi mereka beranggapan Yakub memang berpesan seperti itu kepada Yusuf me-lalui saudara-saudaranya. Tetapi Calvin berkata: kalau memang sebe-lum mati Yakub mencurigai bahwa Yusuf akan membalas dendam, mengapa ia tidak mengatakan pesan ini sendiri / secara langsung kepada Yusuf? Saya setuju dengan Calvin, dan saya menganggap ini hanyalah cerita dusta yang mereka karang sendiri. Ini bukan hanya dusta, tetapi juga adalah dusta yang bodoh.

Disamping itu, mereka juga tega menggunakan nama Yakub dan bahkan nama Allah sendiri, untuk dusta ini.


3) Jawaban Yusuf (Kejadian 50:19-21).


a) Dalam 50:17b, Yusuf menangis, karena:

  • tersinggung / sakit hati.

  • kasihan kepada saudara-saudaranya (Calvin).


b) Dalam 50:19 Yusuf berkata: ‘Jangan takut, sebab aku inikah peng-ganti Allah?’.

Ini menunjukkan bahwa Yusuf tidak mau membalas dendam / meng-hakimi (bdk. 1Tes 5:15), karena itu adalah hak Allah (Ro 12:19-21).


c) Dalam 50:20 Yusuf berkata: “Memang kamu telah mereka-rekakan yang jahat terhadap aku, tetapi Allah telah mereka-rekakannya untuk kebaikan, dengan maksud melakukan seperti yang terjadi sekarang ini, yakni memelihara hidup suatu bangsa yang besar”.


  • Ini menunjukkan bahwa penjualan Yusuf ke Mesir, yang jelas me-rupakan suatu dosa, adalah rencana Allah.

Calvin:

“The selling of Joseph was a crime detestable for its cruelty and perfidy; yet he was not sold except by the decree of heaven. For neither did God merely remain at rest, and by conniving for a time, let loose the reins of human malice, in order that afterwards he might make use of this occasion; but, at his own will, he appointed the order of acting which he intended to be fixed and certain. Thus we may say with truth and propriety, that Joseph was sold by the wicked consent of his brethren, and by the secret providence of God” (= Penjualan terhadap Yusuf adalah suatu kejahatan yang menjijikkan karena kekejaman dan pengkhianatannya; tetapi ia tidak dijual kecuali oleh ketetapan dari surga. Karena Allah bukannya semata-mata berdiam diri, dan sambil menutup mata / pura-pura tidak melihat untuk sementara waktu, melepaskan kendali terhadap keinginan jahat manusia, supaya sete-lah itu Ia bisa menggunakan kejadian ini; tetapi, pada kehendakNya sendiri, Ia menetapkan urut-urutan tindakan yang Ia maksudkan untuk menjadi tetap dan tertentu. Jadi kita bisa berkata dengan benar dan tepat, bahwa Yusuf dijual oleh persetujuan jahat dari sau-dara-saudaranya, dan oleh providensia rahasia dari Allah) - hal 487.


Saya heran melihat banyak orang (yang mengaku dirinya Reformed / Calvinist) bisa mengatakan bahwa ajaran yang mempercayai adanya penetapan dosa adalah ajaran Hyper-Calvinisme. Kalau ini benar, maka jelas bahwa Calvin sendiri adalah penganut Hyper-Calvinisme!


Kalau saudara mau tahu apa itu Hyper-Calvinisme, maka bacalah kata-kata Edwin H. Palmer di bawah ini.


Edwin H. Palmer:

“Hyper-Calvinism. Diametrically opposite to the Arminian is the hyper-Calvinist. He looks at both sets of facts - the sovereignty of God and the freedom of man - and, like the Arminian, says he cannot reconcile the two apparently contradictory forces. Like the Arminian, he solves the problem in a rationalistic way by denying one side of the problem. Whereas the Arminian denies the sovereignty of God, the hyper-Calvinist denies the responsibility of man. He sees the clear Biblical statements concerning God’s foreordination and holds firmly to that. But being logically unable to reconcile it with man’s responsibility, he denies the latter. Thus the Arminian and the hyper-Calvinist, although poles apart, are really very close together in their rationalism” (= Hyper-Calvinisme. Bertentangan frontal dengan orang Arminian ada-lah orang yang hyper-Calvinist. Ia melihat pada kedua fakta - ke-daulatan Allah dan kebebasan manusia - dan, seperti orang Armi-nian, ia mengatakan bahwa ia tidak dapat mendamaikan kedua kekuatan yang tampaknya bertentangan itu. Seperti orang Arminian, ia memecahkan problem itu dengan cara yang logis dengan menyang-kal satu sisi dari problem itu. Sementara orang Arminian menyangkal kedaulatan Allah, maka penganut Hyper Calvinisme meninggalkan fakta tanggung jawab manusia. Ia melihat pernyataan yang jelas dari Alkitab mengenai penentuan lebih dulu dari Allah dan memegang hal itu dengan teguh. Tetapi karena tidak mampu mendamaikannya seca-ra logis dengan tanggung jawab manusia, ia menyangkal tanggung jawab manusia itu. Jadi orang Arminian dan orang hyper-Calvinist, sekalipun merupakan kutub-kutub yang bertentangan, sebetulnya sangat dekat dalam cara berpikirnya) - ‘The Five Points of Calvin-ism’, hal 84.


  • Sekalipun saudara-saudara Yusuf ‘melaksanakan’ rencana Allah, mereka tetap berdosa.

Dalam Kej 45:8 Yusuf masih menutup-nutupi kesalahan saudara-saudaranya dengan berkata ‘bukan kamu’, maka sekarang dalam Kej 50:20 ia lebih jujur / terang-terangan dengan berkata ‘memang kamu’. Jelas bahwa sekalipun mereka ‘melaksanakan’ rencana Allah, mereka bukannya dianggap berjasa, tetapi tetap dianggap berdosa.


Calvin:

“This truly must be generally agreed, that nothing is done without his will; because he both governs the counsels of men, and sways their wills and turns their efforts at his pleasure, and regulates all events: but if men undertake anything right and just, he so actuates and moves them inwardly by his Spirit, that whatever is good in them, may justly be said to be received from him: but if Satan and ungodly men rage, he acts by their hands in such an inexpressible manner, that the wickedness of the deed belong to them, and the blame of it is imputed to them. For they are not induced to sin, as the faithful are to act aright, by the impulse of the Spirit, but they are the authors of their own evil, and follow Satan as their leader” (= Ini harus disetujui secara umum, bahwa tidak ada apapun dilakukan tanpa kehendakNya; karena Ia memerintah ren-cana manusia, dan mengubah kehendak mereka dan membelokkan usaha mereka sesuai dengan kesenanganNya, dan mengatur semua peristiwa / kejadian: tetapi jika manusia melakukan apapun yang baik dan benar, Ia menjalankan dan menggerakkan mereka dari dalam oleh RohNya, sehingga apapun yang baik dalam mereka, bisa dengan benar dikatakan diterima dari Dia: tetapi jika Setan dan orang-orang jahat marah, Ia bertindak oleh tangan mereka dalam suatu cara yang tak terkatakan, sehingga kejahatan dari tindakan itu hanya menjadi milik mereka, dan kesalahan dari tindakan itu diberi-kan kepada mereka. Karena mereka tidak dibujuk kepada dosa, seperti orang yang setia pada waktu melakukan hal yang benar, oleh dorongan Roh, tetapi mereka adalah pencipta dari kejahatan mereka sendiri, dan mengikuti Setan sebagai pemimpin mereka) - hal 488.


  • ayat ini menunjukkan bahwa Allah bisa membalikkan rencana jahat seseorang sehingga menjadi kebaikan bagi anakNya.


Calvin:

“Let the impious busy themselves as they please, let them rage, let them mingle heaven and earth; yet they shall gain nothing by their ardour; and not only shall their impetuousity prove ineffectual, but shall be turned to an issue the reverse of that which they intended, so that they shall promote our salvation, though they do it reluctantly. So that whatever poison Satan produces, God turns it into medicine for his elect” (= Biarlah orang jahat menyibukkan diri mereka sendiri semau mereka, biarlah mereka marah, biarlah mereka mencampur-adukkan langit dan bumi; tetapi mereka tidak akan mendapatkan keuntungan apapun oleh semangat mereka; dan bukan hanya gerakan mereka terbukti tidak berhasil, tetapi bahkan akan dibelokkan pada suatu hasil yang berlawanan dengan yang mereka maksudkan, sehingga mereka akan memajukan keselamatan kita, sekalipun mereka mela-kukan hal itu dengan segan. Sehingga apapun racun yang dihasilkan oleh Setan, Allah membalikkannya menjadi obat untuk orang pilih-anNya) - hal 488.


Salah satu contoh dimana Allah membalikkan hal yang jahat men-jadi sesuatu yang berguna adalah peristiwa pembunuhan terhadap Kristus.


Pulpit Commentary:

“They succeeded at length in nailing him to the cross. They carried out their evil intentions; but that cross became the throne of the Saviour’s power, the salvation; and the death of Christ became the life of the world” (= Akhirnya mereka berhasil memakukan Dia pada kayu salib. Mereka melaksanakan maksud jahat mereka; tetapi salib itu menjadi tahta dari kuasa Juruselamat, keselamatan; dan kematian Kristus menjadi hidup dari dunia) - hal 542.


Kalau hal-hal yang betul-betul dimaksudkan untuk kejelekan kita bisa dibalik oleh Allah sehingga berguna bagi kita, apalagi hal-hal yang netral (seperti sakit, bank tutup, dsb) atau hal-hal yang secara tak disengaja merugikan kita. Karena itu janganlah kecil hati, kecewa, putus asa, dsb, kalau saudara mengalami hal-hal seperti itu.

  • Pulpit Commentary:

“It is a dangerous thing to scheme against others. Especially is it a dangerous thing when a good man is the object of the attack. It is likely to be checked and to recoil. ‘A greater power than we can contradict may thwart our plans’” (= Merupakan hal yang berbahaya untuk merencanakan sesuatu yang jahat terhadap orang lain. Hal itu ber-bahaya khususnya pada waktu seorang yang baik menjadi obyek serangan itu. Mungkin sekali hal itu akan dicegah / dihentikan dan dibalikkan / dikembalikan. ‘Suatu kuasa yang lebih besar dari yang bisa kita lawan bisa menghalangi / menggagalkan rencana kita’) - hal 541.


  • Bahwa Allah bisa membalikkan tindakan jahat menjadi kebaikan bagi anakNya, tidak berarti bahwa kita boleh berbuat jahat.

Pulpit Commentary:

“That God overrules evil is no license to do evil” (= Bahwa Allah membatalkan / mengesampingkan / melindas kejahatan bukanlah suatu ijin untuk melakukan kejahatan) - hal 542.


  • Calvin:

“If human minds cannot reach these depths, let them rather suppliantly adore the mysteries they do not comprehend, than, as vessels of clay, proudly exalt themselves against their Maker” (= Jika pikiran manusia tidak bisa menjangkau hal-hal yang dalam ini, hendaklah mereka dengan rendah hati memuja misteri yang tidak mereka mengerti, dari pada, sebagai bejana tanah liat, dengan sombong meninggikan diri mereka sendiri terhadap Pencipta mereka) - hal 488.


d) Kejadian 50:21 - Yusuf bukan hanya tidak membalas dendam, tetapi bahkan membalas dengan kebaikan (bdk. Ro 12:21  Lukas 6:27-36).


IV) Kematian Yusuf.


1) Pengarahan mata ke Kanaan.

Biarpun ia hidup enak di Mesir, toh Yusuf mengarahkan matanya ke Kanaan (50:24). Ini kontras dengan bangsa Israel yang dalam perjalanan ke Kanaan, tetapi matanya diarahkan ke Mesir (Kel 16:3  17:3  Bil 11:5  Bil 14:2-4  Bil 20:5).


2) Yusuf berkata: Aku akan mati (50:24), tetapi Allah akan memperhatikan kamu (50:25).

Sekalipun ‘memperhatikan kamu’ itu penekanannya adalah pada ‘pem-bebasan dari Mesir’ tetapi itu tentu juga mencakup ‘pemeliharaan ter-hadap mereka sampai mereka bebas’. Selama ini Allah memelihara mereka melalui Yusuf, tetapi sekarang Yusuf mau mati. Tetapi Allahnya tidak mati; Ia tetap akan memelihara mereka tanpa Yusuf.


Penerapan:

Ini perlu kita renungkan kalau kita kehilangan sumber pemeliharaan seperti orang tua, pekerjaan, dsb. Allah bisa memelihara kita dengan atau tanpa sumber itu!


3) Pesan Yusuf (Kejadian 50:25).


a) Perhatikan bahwa pesan ini diberikan kepada saudara-saudaranya / anak-anak Israel (50:24a,25a). Jadi jelas bahwa Yusuf mati lebih dulu / dalam usia lebih muda dari saudara-saudaranya. Orang saleh / baik tidak selalu mati belakangan dibandingkan dengan orang yang jahat / kurang saleh.


BACA JUGA: EKSPOSISI KITAB KEJADIAN PASAL 1-4


b) Pesan ini menunjukkan iman Yusuf.

Bdk. Ibrani 11:22 - “Karena iman maka Yusuf menjelang matinya mem-beritakan tentang keluarnya orang-orang Israel dan memberi pesan tentang tulang belulangnya”.

Catatan: Pdt. Budi Asali, M.Div:  meraih gelar Master of Divinity (M.Div) dari Reformed Theological Seminary (RTS), Jackson, Mississippi, United States of America
Next Post Previous Post