2 Arti Bapa Kami Yang Ada Di sorga
Pdt. Yakub Tri Handoko
Dalam Doa Bapa Kami, Tuhan Yesus mengajarkan kita menyapa Allah dengan sebutan “Bapa kami yang ada di sorga”. Sapaan yang terlihat sederhana sekali, tapi mengandung pengajaran teologis yang sangat mendalam. Apa yang kita bisa pelajari dari sapaan “Bapa Kami yang ada di sorga”?
Pertama, tentang transendensi dan imanensi Allah.
Ada keseimbangan antara transendensi dan imanensi Allah. Transendensi berbicara tentang kebesaran dan kemuliaan Allah serta hal-hal yang memisahkan Allah dari kita sebagai ciptaan. Dia adalah pencipta, sedangkan kita ciptaan. Dia tidak terbatas, kita sangat terbatas. Allah itu transenden namun pada saat yang sama Dia juga adalah Allah yang imanen atau yang dekat dengan kita. Sapaan “Bapa” menunjukkan relasi yang dekat, sedangkan “yang ada di sorga” menunjukkan adanya jarak yang jauh. Menjaga keseimbangan semacam ini merupakan keunikan kekristenan.
Ada beberapa keyakinan agama yang lain, yang mengajarkan bahwa Allah itu transenden, maha besar, maha tinggi dan mahamulia, tapi relasi dengan ciptaan-Nya itu tidak begitu dekat. Allah mengawasi ciptaan hanya untuk melihat perbuatan baik dan perbuatan jahatnya saja; Allah terlihat begitu jauh. Ada juga agama/keyakinan yang lain yang mengajarkan bahwa pencipta dan ciptaan itu bisa menjadi satu dan bisa menjadi identik.
otomotif, gadget |
Pertama, tentang transendensi dan imanensi Allah.
Ada keseimbangan antara transendensi dan imanensi Allah. Transendensi berbicara tentang kebesaran dan kemuliaan Allah serta hal-hal yang memisahkan Allah dari kita sebagai ciptaan. Dia adalah pencipta, sedangkan kita ciptaan. Dia tidak terbatas, kita sangat terbatas. Allah itu transenden namun pada saat yang sama Dia juga adalah Allah yang imanen atau yang dekat dengan kita. Sapaan “Bapa” menunjukkan relasi yang dekat, sedangkan “yang ada di sorga” menunjukkan adanya jarak yang jauh. Menjaga keseimbangan semacam ini merupakan keunikan kekristenan.
Ada beberapa keyakinan agama yang lain, yang mengajarkan bahwa Allah itu transenden, maha besar, maha tinggi dan mahamulia, tapi relasi dengan ciptaan-Nya itu tidak begitu dekat. Allah mengawasi ciptaan hanya untuk melihat perbuatan baik dan perbuatan jahatnya saja; Allah terlihat begitu jauh. Ada juga agama/keyakinan yang lain yang mengajarkan bahwa pencipta dan ciptaan itu bisa menjadi satu dan bisa menjadi identik.
Tidak ada perbedaan antara pencipta dan ciptaan. Dua macam ekstrem ini sering ditemui di sepanjang sejarah kebudayaan manusia. Tetapi kekristenan mengajarkan kepada kita bahwa ada keseimbangan antara transendensi dengan imanensi. Allah memang adalah Allah yang mulia dan besar, tetapi Dia juga adalah Allah yang dekat dengan kita yaitu Allah yang bisa kita sentuh. Dia sangat mengasihi dan beserta dengan kita. Itu adalah poin pertama yang kita bisa pelajari dari pendahuluan Doa Bapa Kami.
Kedua, sifat komunal dari orang-orang percaya.
Ketika Tuhan Yesus berdoa, Dia menyapa Allah dengan sebutan “Bapa-Ku”. Dia adalah Anak Allah secara natur atau secara hakikat. Sejak kekekalan memang Dia diperanakkan dari Allah secara kekal. Jadi Tuhan Yesus itu kekal dari sejak dulu dan Dia adalah Anak Allah dalam arti yang khusus. Tidak ada yang lain, yang memiliki status Anak Allah seperti Dia. Dia diperanakkan bukan secara biologis, tetapi dikandung oleh kuasa Roh Kudus. Dia adalah Roh yang berasal dari Roh, Allah yang berasal dari Allah. Dia bukan ciptaan.
Hal tersebut berbeda dengan kita yang memanggil Allah dengan sebutan “Bapa kami”. Kita disebut anak-anak Allah setelah ditebus dan dibasuh oleh darah Kristus Yesus. Kita disebut anak-anak Allah sesudah kita percaya kepada Yesus Kristus. Yohanes 1:12-13 jelas mengajar bahwa barang siapa yang percaya di dalam nama Tuhan Yesus, diberi otoritas atau kuasa untuk menjadi anak-anak Allah. Kita semua adalah anak-anak Allah oleh karena kurban Kristus di atas kayu salib bagi kita, sehingga kita adalah saudara di dalam Tuhan.
Baca Juga: 3 Hal Yang Diajarkan Dalam Penutup Doa Bapa Kami
Kedua, sifat komunal dari orang-orang percaya.
Ketika Tuhan Yesus berdoa, Dia menyapa Allah dengan sebutan “Bapa-Ku”. Dia adalah Anak Allah secara natur atau secara hakikat. Sejak kekekalan memang Dia diperanakkan dari Allah secara kekal. Jadi Tuhan Yesus itu kekal dari sejak dulu dan Dia adalah Anak Allah dalam arti yang khusus. Tidak ada yang lain, yang memiliki status Anak Allah seperti Dia. Dia diperanakkan bukan secara biologis, tetapi dikandung oleh kuasa Roh Kudus. Dia adalah Roh yang berasal dari Roh, Allah yang berasal dari Allah. Dia bukan ciptaan.
Hal tersebut berbeda dengan kita yang memanggil Allah dengan sebutan “Bapa kami”. Kita disebut anak-anak Allah setelah ditebus dan dibasuh oleh darah Kristus Yesus. Kita disebut anak-anak Allah sesudah kita percaya kepada Yesus Kristus. Yohanes 1:12-13 jelas mengajar bahwa barang siapa yang percaya di dalam nama Tuhan Yesus, diberi otoritas atau kuasa untuk menjadi anak-anak Allah. Kita semua adalah anak-anak Allah oleh karena kurban Kristus di atas kayu salib bagi kita, sehingga kita adalah saudara di dalam Tuhan.
Baca Juga: 3 Hal Yang Diajarkan Dalam Penutup Doa Bapa Kami
Ketika menghadap Allah, kita menyapa-Nya dengan sebutan “Bapa kami”. Kata “kami” di sini menunjukkan adanya unsur komunal. Setiap kali kita berdoa bersama-sama dengan mengatakan “Bapa kami” kita diingatkan untuk bukan hanya berdoa bagi diri dan hidup kita saja, tetapi juga mengingat orang-orang yang ada di sekeliling kita.
Kita diingatkan untuk mendoakan komunitas orang percaya lainnya, karena kita tidak hidup sendirian. Kita adalah bagian dari komunitas orang percaya. Itulah yang Tuhan rancangkan untuk kita. Kiranya Tuhan memberkati kita!