Hukum Kasih dalam Perspektif Kristen

Hukum Kasih dalam Perspektif Kristen
gadget, bisnis, otomotif

Istilah Hukum Kasih yang dimaksud dalam kajian ini adalah hukum yang paling utama dan terutama di dalam kehidupan etis orang Kristen, yaitu “"Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap kekuatanmu dan dengan segenap akal budimu, dan kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri." (Lukas 10:27). 

Ada hubungan erat yang terkait dari hukum ini, orang yang mengasihi Tuhan pasti mengasihi sesama manusia. Seperti yang dikatakan rasul Yohanes, “Jikalau seorang berkata: "Aku mengasihi Allah," dan ia membenci saudaranya, maka ia adalah pendusta, karena barang siapa tidak mengasihi saudaranya yang dilihatnya, tidak mungkin mengasihi Allah, yang tidak dilihatnya” (1Yohanes 4:20). Seperti yang dikatakan oleh Drs. Henk Ten Napel bahwa orang yang telah mengasihi manusia, dianggap telah mengasihi Allah (Matius 25:31-46).

Kasih di dalam kajian ini bukanlah tentang perasaan kasih sayang emosional belaka, tetapi satu sikap pro-aktif untuk melakukan satu kebaikan kepada orang lain. Josh Mc Dowell mengatakan bahwa jika seseorang mengasihi sesama manusia dengan kasih sejati, orang itu tidak akan membunuhnya atau mencuri barang miliknya, bahkan tidak akan berzinah dengannya (Roma 13:9). Artinya kasih itu jauh dari sikap mementingkan diri sendiri dan dapat d praktekkan secara spontan, tanpa aturan baku. Bultmann mengatakan bahwa ciri khas kasih muncul di dalam kebebasan dan spontanitas, tidak diatur secara kekal

Alkitab menjelaskan tentang hal ini dalam Injil Markus, ketika Yesus menyembuhkan orang pada hari Sabat, hari yang dikhususkan untuk orang Israel tidak melakukan kegiatan apapun. Aturan menguduskan hari Sabat, termasuk menyembuhkan orang sakit, membuat kasih kepada sesama yang kehilangan kebebasannya. 

Tetapi Yesus berkata, “Manakah yang diperbolehkan pada hari Sabat, berbuat baik atau berbuat jahat, menyelamatkan nyawa orang atau membunuh orang?” (Markus 3:4). Dari pernyataan ini, Yesus memberikan prinsip yang paling utama yaitu bahwa nyawa manusia lebih penting daripada soal mengindahkan peraturan hari Sabat. Yang disorot dalam kasus ini bukan memilih antara aturan ibadah atau etika, tetapi memilih antara hidup atau mati

Baca Juga: Matius 22:37-40 (Hukum Yang Terutama)

Perumpamaan Orang Samaria yang baik hati adalah pengajaran Yesus tentang bagaimana cara menerapkan hukum kasih kepada sesama manusia. Peristiwa yang terjadi dalam Lukas 10:25-37 sangat mirip dengan peristiwa yang dicatat dalam Markus 12:28-34, walaupun berada dalam dua situasi yang berbeda. Ketika diamati, pertanyaan yang diajukan kepada Yesus dalam dua catatan Injil tersebut merujuk kepada hal yang sama, yaitu tentang hukum kasih. Berarti hal ini menggambarkan satu situasi yang terjadi dalam masyarakat Yahudi pada masa itu yaitu kurangnya mengasihi sesama. Tetapi hanya Lukas yang menceritakan kisah terkenal tentang "Orang Samaria yang baik hati"

Penutup

Mempraktekkan hukum kasih adalah bentuk perjuangan yang paling berat terutama karena seseorang dituntut untuk bersedia mengalami kesulitan bahkan ancaman kematian, tanpa membalasnya dengan kekerasan, dan karena orang itu menolak semua bentuk kepentingan pribadi. Dalam pengertian yang sebenarnya, orang-orang yang mempraktekkan hukum kasih tidak berjuang demi kepentingan sendiri atau kepentingan kelompok tertentu, tetapi mereka melakukannya karena kebenaran objektif yang dipercayainya, dan untuk semua manusia. Thomas Merton meringkaskan bahwa mempraktekkan hukum kasih tidak diperuntukkan demi terjadinya pertobatan dari kejahatan pada kebaikan, tetapi demi perbaikan hubungan dan rekonsiliasi.

Kasih adalah karakter Allah. Sudah seharusnya manusia yang adalah ciptaan-Nya mempraktekkan karakter Allah untuk saling mengasihi sesama manusia. Setiap orang dari suku, agama dan ras manapun yang membutuhkan pertolongan adalah sesama manusia yang dimaksud oleh perumpamaan ini. Bantuan seorang terhadap yang lain seharusnya seluas kasih Allah.

Next Post Previous Post