5 WUJUD PELANGGARAN HUKUM KESEPULUH (KELUARAN 20:17)
Pdt. Yakub Tri Handoko.
Pertama, tidak puas dengan apa yang kita miliki.
Daud pernah melakukan kesalahan yang fatal (lih. 2Samuel 11-12). Daud berzinah dengan Batsyeba. Nabi Natan memberitahu Daud apa akar dari kesalahannya, yaitu tidak puas dengan berkat Tuhan walaupun dia sudah diberi Tuhan begitu banyak.
Perintah yang kesepuluh mengajarkan kepada kita untuk jangan mengingini harta milik orang lain (Keluaran 20:17). Pertanyaannya: Apakah bentuk pelanggaran terhadap perintah ini?
gadget, asuransi, otomotif |
Daud pernah melakukan kesalahan yang fatal (lih. 2Samuel 11-12). Daud berzinah dengan Batsyeba. Nabi Natan memberitahu Daud apa akar dari kesalahannya, yaitu tidak puas dengan berkat Tuhan walaupun dia sudah diberi Tuhan begitu banyak.
Tuhan sudah memberikan ini dan itu kepada Daud, tetapi dia tidak pernah puas. Bahkan nabi Natan berkata, “jika itu semua belum cukup, maka Tuhan pasti akan menambahkan ini dan itu kepadamu.” Tidak puas dengan berkat Tuhan merupakan pelanggaran terhadap perintah yang kesepuluh.
Kedua, bersungut-sungut.
Kedua, bersungut-sungut.
Dalam 1Korintus 10:10 Paulus mengingatkan jemaat di Korintus tentang peristiwa di padang gurun ketika Tuhan memimpin bangsa Israel menuju ke tanah perjanjian. Dalam perjalanan itu berkali-kali bangsa Israel tidak puas dengan berkat Tuhan. Mereka bersungut-sungut ketika tidak ada makanan dan minuman. Mereka bersungut ketika ada di tempat yang tidak enak. Mereka tidak puas dengan cara Tuhan memperlakukan mereka. Ini adalah pelanggaran terhadap perintah yang kesepuluh.
Ketiga, serakah.
Ketiga, serakah.
Kebanyakan orang yang tidak puas bukan hanya bersungut-sungut, tetapi juga serakah. Di dalam Efesus 5:5 Paulus menyamakan orang-orang serakah dengan penyembah berhala. Mengapa? Karena mereka lebih mengejar berkat-berkat Tuhan daripada Tuhan itu sendiri. Bagi mereka Tuhan tidak pernah cukup. Itu sebabnya Paulus mengatakan bahwa mereka itu pada dasarnya bisa disamakan dengan para penyembah berhala. Orang serakah tidak pernah merasa cukup dan selalu ingin lebih. Ada tekanan sosial yang ingin mereka penuhi dan ada standar dunia yang ingin mereka capai. Hal ini membuat mereka merasa tidak pernah puas.
Keempat, iri hati dengan orang lain.
Keempat, iri hati dengan orang lain.
Bukan hanya bersungut-sungut dan berusaha untuk mencari yang lebih, namun seorang yang tidak puas dengan Tuhan -ketika gagal mendapatkan yang lebih seperti yang dia mau- akan menjadi iri hati dan tidak puas dengan keadaan orang lain.
Dalam Yakobus 3:14 dan pasal 4:1-3, Yakobus menyinggung tentang orang-orang yang saling iri hati. Mereka iri hati ketika melihat orang lain mendapatkan sesuatu dan mereka ingin mendapat lebih daripada yang didapatkan orang lain. Bahkan ada orang yang berdoa dengan tujuan untuk memuaskan hawa nafsunya, yaitu bisa menunjukkan bahwa mereka lebih baik daripada orang lain. Iri hati juga merupakan tindakan menuntut apa yang bukan menjadi haknya.
Kelima, berdukacita dengan kebaikan yang diterima orang lain.
Kelima, berdukacita dengan kebaikan yang diterima orang lain.
Kita mudah untuk terjebak pada kesalahan ini. Dalam Mazmur 73 Asaf mengatakan bahwa dia berusaha untuk hidup baik karena dia percaya bahwa Tuhan itu baik kepada orang yang suci hatinya. Asaf berusaha untuk menjaga hatinya. Tetapi dia pada akhirnya juga iri hati dengan orang-orang fasik.
Asaf melihat banyak orang yang hidupnya fasik tetapi mereka tampak sehat, makmur dan menikmati semua yang disebut sebagai “berkat Tuhan.” Asaf merasa iri dengan mereka. Asaf berkata “Aku cemburu dengan orang-orang fasik”. Asaf, orang yang saleh dan mengasihi Tuhan itu juga bisa terjebak pada kesalahan ini.
Kalau kita melihat di dalam Nehemia 2 kita juga tahu bagaimana Nehemia juga cemburu terhadap orang-orang non-Yehuda, bangsa lain seperti Samaria dan orang-orang dari bangsa lain yang sepertinya lebih baik daripada Nehemia dan bangsa Yehuda. Ketika kita berdukacita melihat orang lain mendapatkan kebaikan Tuhan itu merupakan pelanggaran terhadap perintah yang kesepuluh.
Mari melihat hidup kita, apakah kita sudah puas dengan Tuhan? Karena kalau kita tidak puas dengan Tuhan maka itu akan membawa kita pada kesalahan-kesalahan, seperti: bersungut-sungut, serakah, ingin mendapatkan yang lebih, iri hati dan ingin menunjukkan bahwa kita lebih hebat daripada orang lain. Mari menjaga hati kita dan puas dengan Tuhan.
Tuhan memberkati!
Mari melihat hidup kita, apakah kita sudah puas dengan Tuhan? Karena kalau kita tidak puas dengan Tuhan maka itu akan membawa kita pada kesalahan-kesalahan, seperti: bersungut-sungut, serakah, ingin mendapatkan yang lebih, iri hati dan ingin menunjukkan bahwa kita lebih hebat daripada orang lain. Mari menjaga hati kita dan puas dengan Tuhan.
Tuhan memberkati!