4 PENTINGNYA SALIB BAGI KEHIDUPAN MANUSIA
Menurut Leon Moris, Paulus adalah satu-satunya penulis Perjanjian Baru yang menyebut soal salib secara berulang-ulang (I Korintus 1:17:18, Galatia 5:11; 6:12, 14, Efesus 2:16, Filipi 2:8; 3:18, Kolose 1:20, 2:14).40 Bahkan Pauluslah yang paling sering berbicara tentang peristiwa penyaliban (I Korintus 1:23; 2:2,8, II Korintus 13:4, Galatia 2:20) dan kematian Kristus.
Baca Juga: 4 Makna Karya Salib Kristus Bagi Kita
gadget, otomotif, bisnis |
Dengan demikian jelaslah bahwa, bagi Paulus, salib merupakan hal yang sangat penting karena merupakan inti berita Injil. Selain itu, bagi Paulus salib juga merupakan titik peralihan bagi situasi manusia. Teologi salib merupakan inti dari solusi atas persoalan manusia. Pada bagian berikut akan dipaparkan pentingnya salib bagi kehidupan manusia dalam perspektif Teologi Paulus.
1. Salib adalah Kekuatan Allah
Di dalam teologi Paulus, salib dipandang sebagai kekuatan Allah (1 Korintus 1:17-18). Pandangan ini bertolak belakang dengan cara pandang masyarakat pada masa itu. Terlebih, yang tersalib adalah Yesus yang diyakini oleh Paulus sebagai Mesias. Ketika Paulus memberitakan Yesus yang tersalib, hal itu dianggap sebagai kebodohan.
1. Salib adalah Kekuatan Allah
Di dalam teologi Paulus, salib dipandang sebagai kekuatan Allah (1 Korintus 1:17-18). Pandangan ini bertolak belakang dengan cara pandang masyarakat pada masa itu. Terlebih, yang tersalib adalah Yesus yang diyakini oleh Paulus sebagai Mesias. Ketika Paulus memberitakan Yesus yang tersalib, hal itu dianggap sebagai kebodohan.
Bagi orang Yahudi di Korintus, sosok Mesias yang diharapkan bukanlah seorang yang mati tidak berdaya di atas kayu salib, melainkan sosok pembebas secara politis yang akan mengembalikan bangsa Israel pada zaman keemasan. Kematian sang juru selamat adalah sandungan bagi mereka. Sedangkan bagi orang-orang Yunani yang telah mahir dalam mengembangkan seni dan ilmu pengetahuan, berita salib tidak dapat memuaskan ras ingin tahu.
Pengajaran tersebut bertolak belakang dengan pemikiran mereka. Mana mungkin sang juru selamat harus mati tanpa mampu menyelamatkan diri-Nya sendiri? Hal Ini adalah kebodohan. Namun demikian Paulus tidak malu memberitakan salib. Bahkan dia menjadikan berita salib sebagai inti berita Injil. Sehingga ketika sampai di Korintus, dia memutuskan untuk tidak mengetahui apa-apa selain Yesus Kristus yang tersalib (1 Korintus 2:2). Chamblin menegaskan bahwa salib terletak di pusat euangelion Paulus
Inti berita Injil ini diingatkan kembali oleh Paulus kepada jemaat di Korintus (I Korintus 15:1-4). Paulus mengingatkan bahwa melalui Injil tersebut jemat Korintus diselamatkan (1 Korintus 15:2).
Inti berita Injil ini diingatkan kembali oleh Paulus kepada jemaat di Korintus (I Korintus 15:1-4). Paulus mengingatkan bahwa melalui Injil tersebut jemat Korintus diselamatkan (1 Korintus 15:2).
Selain mengingatkan tentang kekuatan Injil yang menyelamatkan, dia juga menjelaskan kembali tentang inti dari berita Injil yaitu karya Allah untuk menyelamatkan manusia melalui Yesus Kristus Anak-Nya yang telah mati, dikubur, dan bangkitkan pada hari yang ke tiga. Meskipun bagi mereka yang tidak percaya, salib merupakan kebodohan belaka., namun bagi Paulus, berita salib merupakan kekuatan Allah yang menyelamatkan setiap orang percaya pertama-tama orang Yahudi , tetapi juga orang Yunani (Roma 1:16).
2. Salib adalah tempat pertukaran
Paulus menunjukkan fakta rohani pada diri orang berdosa sebagai berikut: pertama, semua manusia telah berbuat dosa. Paulus menegaskan keadaan setiap manusia dengan mengutip tulisan pemazmur sebagai berikut: “seperti ada tertulis: "Tidak ada yang benar, seorang pun tidak. Tidak ada seorang pun yang berakal budi, tidak ada seorang pun yang mencari Allah. Semua orang telah menyeleweng, mereka semua tidak berguna, tidak ada yang berbuat baik, seorang pun tidak
Selanjutnya rasul Paulus tanpa ragu-ragu menyimpulkan bahwa semua orang telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah”. Akibat dari keberdosaan tersebut maka manusia mendapatkan upahnya yaitu maut (Roma 3:23). Maut dalam teks tersebut berarti neraka, yaitu tempat dimana manusia mendapatkan penghukuman kekal akibat keberdosaanya.
2. Salib adalah tempat pertukaran
Paulus menunjukkan fakta rohani pada diri orang berdosa sebagai berikut: pertama, semua manusia telah berbuat dosa. Paulus menegaskan keadaan setiap manusia dengan mengutip tulisan pemazmur sebagai berikut: “seperti ada tertulis: "Tidak ada yang benar, seorang pun tidak. Tidak ada seorang pun yang berakal budi, tidak ada seorang pun yang mencari Allah. Semua orang telah menyeleweng, mereka semua tidak berguna, tidak ada yang berbuat baik, seorang pun tidak
Selanjutnya rasul Paulus tanpa ragu-ragu menyimpulkan bahwa semua orang telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah”. Akibat dari keberdosaan tersebut maka manusia mendapatkan upahnya yaitu maut (Roma 3:23). Maut dalam teks tersebut berarti neraka, yaitu tempat dimana manusia mendapatkan penghukuman kekal akibat keberdosaanya.
Namun demikian pasti ada sebagian dari orang bertanya, “Dari manakah kondisi keberdosaan semua manusia ini berasal?” Rasul Paulus menjelaskan imputasi dosa di dalam Roma 5:12.51 Akibat kejatuhan Adam maka dosa masuk ke dalam dunia oleh karena dia. Dan oleh dosa itu pula maka maut menjalar kepada kepada semua orang.
Demikianlah kondisi keberdosaan manusia itu terjadi. Lalu bagimanakah proses keberdosaan manusia ini terjadi? Partisipasi semua manusia di dalam dosa Adam dapat digambarkan seperti contoh sebagaimana Lewi (meskipun belum dilahirkan) membayar perpuluhan kepada Melkisedek melalui Abraham di mana Lewi telah hadir sebelumnya di dalam Abraham (Ibrani 7:9-10), dengan cara yang sama, semua manusia telah secara keturunan hadir dalam Adam pada waktu dia berdosa dan karena itu semua manusia berperan serta dalam dosa itu
Rasul Paulus kemudian menunjukkan fakta rohani yang kedua yaitu bahwa keberdosaan manusia itu menjadikan segala usaha yang dilakukannya untuk melepaskan diri dari dosa adalah kesia-kesian belaka. Keberdosaan manusia telah membuatnya terpisah dari Allah sehingga kehidupan yang dijalani bukanlah kehidupan yang dikehendaki oleh Sang Penciptanya.
Rasul Paulus kemudian menunjukkan fakta rohani yang kedua yaitu bahwa keberdosaan manusia itu menjadikan segala usaha yang dilakukannya untuk melepaskan diri dari dosa adalah kesia-kesian belaka. Keberdosaan manusia telah membuatnya terpisah dari Allah sehingga kehidupan yang dijalani bukanlah kehidupan yang dikehendaki oleh Sang Penciptanya.
Setiap usaha yang dilakukannya untuk terlepas dari kondisi tersebut sia-sia adanya. Keinginan untuk selamat dari penghukuman kekal tak dapat terpenuhi bila diusahakan dengan caranya sendiri. Karena pada dasarnya adalah pemberian Allah. Paulus menjelaskan hal itu di dalam surat Efesus 2:8-9 sebagai berikut, “Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, Itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan diri
Kasih Karuni Allah tersebut diwujudkan melalui kematian anak-Nya yang tunggal disalib. Paulus memandang bahwa kematian Kristus disalib telah menggantikan hukuman orang-orang berdosa. Paulus mengatakan, “Dia yang tidak mengenal dosa telah dibuat-Nya menjadi dosa karena kita, supaya dalam Dia kita dibenarkan oleh Allah”.
Moris mengartikan ayat tersebut sebagai berikut, “Arti ayat ini rupanya sebagai berikut: Kristus menggantikan orang-orang berdosa dan menanggung apa yang seharusnya mereka tanggung. Pada akhirnya kita harus mengakui adanya unsur misteri di dalamnya, namun rasanya cukup jelas fakta bahwa Kristus menanggung apa yang seharusnya ditanggung oleh orang-orang berdosa”
Paulus memandang salib sebagai tempat pertukaran (II Korintus 5:21). Henry menjelaskan pertukaran tersebut sebagai berikut, “Kemurnian Sang Pengantara: Dia tidak mengenal dosa telah dibuat menjadi dosa. Maksud dan rancangan dari semuanya ini: supaya dalam Dia kita dibenarkan oleh Allah, dibenarkan dengan cuma-cuma oleh anugerah Allah melalui penebusan di dalam Kristus Yesus.
Kasih Karuni Allah tersebut diwujudkan melalui kematian anak-Nya yang tunggal disalib. Paulus memandang bahwa kematian Kristus disalib telah menggantikan hukuman orang-orang berdosa. Paulus mengatakan, “Dia yang tidak mengenal dosa telah dibuat-Nya menjadi dosa karena kita, supaya dalam Dia kita dibenarkan oleh Allah”.
Moris mengartikan ayat tersebut sebagai berikut, “Arti ayat ini rupanya sebagai berikut: Kristus menggantikan orang-orang berdosa dan menanggung apa yang seharusnya mereka tanggung. Pada akhirnya kita harus mengakui adanya unsur misteri di dalamnya, namun rasanya cukup jelas fakta bahwa Kristus menanggung apa yang seharusnya ditanggung oleh orang-orang berdosa”
Paulus memandang salib sebagai tempat pertukaran (II Korintus 5:21). Henry menjelaskan pertukaran tersebut sebagai berikut, “Kemurnian Sang Pengantara: Dia tidak mengenal dosa telah dibuat menjadi dosa. Maksud dan rancangan dari semuanya ini: supaya dalam Dia kita dibenarkan oleh Allah, dibenarkan dengan cuma-cuma oleh anugerah Allah melalui penebusan di dalam Kristus Yesus.
Perhatikanlah. Sebagaimana Kristus, yang tidak mengenal dosa apapun dalam diri-Nya sendiri, telah dijadikan dosa untuk kita, demikian pula kita, yang tidak mempunyai kebenran apapun dalam diri kita sendiri, dibenarkan oleh Allah di dalam Dia. Pendamian kita dengan Allah hanya melalui Yesus Kristus, dan oleh karena jasa-Nya
Berdasarkan penjelasan Henry di atas maka jelaslah bahwa di atas salib telah terjadi pertukaran antara Kristus Yesus dengan manusia berdosa. Melalui Dia pendamaian antara orang berdosa dengan Allah terjadi. Salib seharusnya menjadi tempat dimana setiap orang berdosa dihukum, namun karena anugerah-Nya mereka dibenarkan. Inilah Teologi Paulus tentang salib yaitu merupakan tempat pertukaran hukuman atas orang berdosa yang ditimpakan kepada Yesus, agar mereka yang percaya tidak menerima hukuman melainkan diselamatkan oleh Allah
3. Salib merupakan jaminan kebebasan dari Kutuk
Paulus secara tegas menyatakan bahwa melalui salib, Kristus telah menebus orang percaya dari kutuk hukum Taurat (Galatia 3:13). Di dalam ayat tersebut Paulus juga mengutip ayat dalam PL yaitu Ulangan 21:23, dimana kutuk yang dimaksud di dalam ayat tersebut adalah pelanggaran terhadap hukum Allah (Ulangan 27:26). Akibat pelanggaran tersebut, manusia menjadi terkutuk dan layak dihukum.
Kondisi ini dijelaskan oleh Paulus dalam surat Efesus 2:1-3 sebagai kondisi yang hidup tetapi mati, durhaka dan dimurkai oleh Allah. Setiawan menjelakan hal tersebut sebagai berikut, “Berdasarkan teks di atas, Paulus menunjukkan keadaan manusia berdosa yaitu:
Berdasarkan penjelasan Henry di atas maka jelaslah bahwa di atas salib telah terjadi pertukaran antara Kristus Yesus dengan manusia berdosa. Melalui Dia pendamaian antara orang berdosa dengan Allah terjadi. Salib seharusnya menjadi tempat dimana setiap orang berdosa dihukum, namun karena anugerah-Nya mereka dibenarkan. Inilah Teologi Paulus tentang salib yaitu merupakan tempat pertukaran hukuman atas orang berdosa yang ditimpakan kepada Yesus, agar mereka yang percaya tidak menerima hukuman melainkan diselamatkan oleh Allah
3. Salib merupakan jaminan kebebasan dari Kutuk
Paulus secara tegas menyatakan bahwa melalui salib, Kristus telah menebus orang percaya dari kutuk hukum Taurat (Galatia 3:13). Di dalam ayat tersebut Paulus juga mengutip ayat dalam PL yaitu Ulangan 21:23, dimana kutuk yang dimaksud di dalam ayat tersebut adalah pelanggaran terhadap hukum Allah (Ulangan 27:26). Akibat pelanggaran tersebut, manusia menjadi terkutuk dan layak dihukum.
Kondisi ini dijelaskan oleh Paulus dalam surat Efesus 2:1-3 sebagai kondisi yang hidup tetapi mati, durhaka dan dimurkai oleh Allah. Setiawan menjelakan hal tersebut sebagai berikut, “Berdasarkan teks di atas, Paulus menunjukkan keadaan manusia berdosa yaitu:
Pertama, hidup tetapi mati. Meskipun mereka secara jasmani hidup dan dapat melakukan sesuatu, namun pada dasarnya mati secara rohani karena dosa.
Kedua, durhaka. Manusia berdosa hidup dalam segala macam kejahatan dan berprilaku jahat.
Ketiga, dimurkai. Akibat dari keberdosaannya, mereka hidup dalam murka Allah. Ketiga keadaan tersebut membuat manusia berdosa mustahil untuk berubah dengan sendirinya. Mereka hanya patut dihukum oleh Allah
Kondisi manusia berdosa tersebut di atas telah terjadi semenjak di dalam kandungan. Ini adalah kabar buruk yang harus didengar oleh setiap manusia. Packer menjelaskan hal ini sebagai berikut, “Kabar buruk tersebut adalah bahwa seluruh ras manusia, semenjak pembentukan janin dalam kandungan, sudah melawan Allah”. Perlawanan manusia semenjak di dalam kandungan terhadap Allah merupakan kutuk yang harus dilepaskan.
Paulus memandang bahwa kelepasan terhadap kutuk di atas hanya dapat terjadi melalui salib. Teologi Paulus tentang salib sangatlah jelas bahwa melalui penumpahan darah Yesus Kristus, kekudusan Allah telah dipuaskan dan murka Allah telah dialihkan. Salib adalah jaminan bahwa kutuk tersebut telah disingkirkan.
Kondisi manusia berdosa tersebut di atas telah terjadi semenjak di dalam kandungan. Ini adalah kabar buruk yang harus didengar oleh setiap manusia. Packer menjelaskan hal ini sebagai berikut, “Kabar buruk tersebut adalah bahwa seluruh ras manusia, semenjak pembentukan janin dalam kandungan, sudah melawan Allah”. Perlawanan manusia semenjak di dalam kandungan terhadap Allah merupakan kutuk yang harus dilepaskan.
Paulus memandang bahwa kelepasan terhadap kutuk di atas hanya dapat terjadi melalui salib. Teologi Paulus tentang salib sangatlah jelas bahwa melalui penumpahan darah Yesus Kristus, kekudusan Allah telah dipuaskan dan murka Allah telah dialihkan. Salib adalah jaminan bahwa kutuk tersebut telah disingkirkan.
Hal ini selaras dengan penjelasan Barclay sebagai berikut, “Namun Firman Allah berkata pula, bahwa setiap orang yang tergantung di tiang gantungan terkutuk adanya (Ulangan 21:23). Dan itulah sebabnya Yesus sendiri menjadi yang terkutuk untuk membebaskan kita semua dari kutukan hukum Taurat itu”. Bagi orang percaya kutuk sudah tidak berlaku lagi karena kematian Kristus di atas kayu salib telah menyingkirkannya secara efektif
4. Salib Adalah tempat Pendamaian
Bagi Paulus, tempat terbaik untuk meruntuhkan permusuhan antara Allah dengan manusia adalah salib. Di atas kayu salib, permusuhan itu berhenti. Menurut Roma 5:10 ketika manusia masih menjadi seteru Allah, Kristus mati demi pendamaian tersebut.
4. Salib Adalah tempat Pendamaian
Bagi Paulus, tempat terbaik untuk meruntuhkan permusuhan antara Allah dengan manusia adalah salib. Di atas kayu salib, permusuhan itu berhenti. Menurut Roma 5:10 ketika manusia masih menjadi seteru Allah, Kristus mati demi pendamaian tersebut.
Henry menjelaskan dampak pendamian berdasarkan Roma 5:10 sebagai berikut, “Dosa diampuni, oranng berdosa diterima sebagai orang benar, perselisihan didamaikan, permusuhan disingkirkan, kejahatan diakhiri, dan kebenaran yang kekal dibawa masuk”. Selanjutnya, Paulus menyebut bahwa karya pendamaian itu terjadi oleh salib. Dan hasil dari pendamaian tersebut adalah terbukanya jalan masuk kepada Bapa dalam satu Roh (Efesus 2:18).
Stott menjelaskan frasa jalan masuk pada ayat 18 sebagai berikut, “Kata Yunani Prosagoge -jalan masuk atau akses-mengacu pada ruang tamu di istana, di ruang mana raja bersedia membahas suatu masalah dan menerima para bawahan yang diperkenalkan kepadanya. Tapi jalan masuk yang tersedia bagi kita adalah menuju hadirat Allah yang Bapa kita-rahmani dan pengampun, bukan raja atau penguasa lalim.
Stott menjelaskan frasa jalan masuk pada ayat 18 sebagai berikut, “Kata Yunani Prosagoge -jalan masuk atau akses-mengacu pada ruang tamu di istana, di ruang mana raja bersedia membahas suatu masalah dan menerima para bawahan yang diperkenalkan kepadanya. Tapi jalan masuk yang tersedia bagi kita adalah menuju hadirat Allah yang Bapa kita-rahmani dan pengampun, bukan raja atau penguasa lalim.
Hal itu adalah mungkin karena di dalam Dia (Kristus) kita beroleh keberanian dan jalan masuk kepada Allah (Petrus Yunianto) dengan penuh kepercayaan…Jadi karya agung Kristus selanjutnya ialah tersedianya jalan masuk kepada Allah Bapa melalui diri-Nya sendiri, sehingga Yahudi dan non-Yahudi dalam satu Roh beroleh keberanian mendekati Allah
Berdasarkan penjelasan Stott di atas tampak bahwa Paulus sedang menunjukkan dampak ajaib dari karya pendamaian Allah di dalam Kristus, yaitu menghancurkan tembok yang memisahkan antara Allah dengan manusia sehingga terbangunlah relasi yang intim diantara mereka.
Dalam teologi Paulus, peristiwa salib merupakan momentum yang sangat penting bagi Allah dan manusia. Sebab melalui peristiwa tersebut pendamian antara Allah dan manusia terjadi.
Hal ini selaras dengan komentar Niftrik atas Roma 5:9 berikut, “Kristus benar-benar telah mengorbankan diri-Nya sebagai ganti kita. Dia sendirilah Korban itu sebagai ganti kita. Maka di dalam Kristus, kita kembali menjadi milik Allah. Allah sendiri telah memulihkan hubungan yang seharusnya antara Dia dengan manusia”
Dari penjelaan Niftrik di atas tampak jelas bahwa di atas salib Yesus menjadi korban pengganti. Melalui pengorbanan-Nya yang sempurna itu orang berdosa kembali didamaikan dengan Allah bahkan kembali menjadi milik Allah.
Selanjutnya Gutrie menjelaskan bahwa penggunaan kata kerja katalasso (memperdamaikan) dan kata benda katallage (pendamian) oleh Paulus dalam Roma 5:8-11 menunjukkan dua ciri penting sehubungan dengan karya Kristus dalam pendamian, yaitu pertama, pendamaian dikontraskan dengan perseteruan, dan kedua, pendamian dianggap sebagai realitas yang benar-benar dikerjakan oleh kematian Kristus.
Berdasarkan penjelasan Stott di atas tampak bahwa Paulus sedang menunjukkan dampak ajaib dari karya pendamaian Allah di dalam Kristus, yaitu menghancurkan tembok yang memisahkan antara Allah dengan manusia sehingga terbangunlah relasi yang intim diantara mereka.
Dalam teologi Paulus, peristiwa salib merupakan momentum yang sangat penting bagi Allah dan manusia. Sebab melalui peristiwa tersebut pendamian antara Allah dan manusia terjadi.
Hal ini selaras dengan komentar Niftrik atas Roma 5:9 berikut, “Kristus benar-benar telah mengorbankan diri-Nya sebagai ganti kita. Dia sendirilah Korban itu sebagai ganti kita. Maka di dalam Kristus, kita kembali menjadi milik Allah. Allah sendiri telah memulihkan hubungan yang seharusnya antara Dia dengan manusia”
Dari penjelaan Niftrik di atas tampak jelas bahwa di atas salib Yesus menjadi korban pengganti. Melalui pengorbanan-Nya yang sempurna itu orang berdosa kembali didamaikan dengan Allah bahkan kembali menjadi milik Allah.
Selanjutnya Gutrie menjelaskan bahwa penggunaan kata kerja katalasso (memperdamaikan) dan kata benda katallage (pendamian) oleh Paulus dalam Roma 5:8-11 menunjukkan dua ciri penting sehubungan dengan karya Kristus dalam pendamian, yaitu pertama, pendamaian dikontraskan dengan perseteruan, dan kedua, pendamian dianggap sebagai realitas yang benar-benar dikerjakan oleh kematian Kristus.
Gutrie memaparkan ciri pertama sebagai berikut “Kita pertama-tama mencatat dalam nats ini pendamaian dikontraskan dengan perseteruan, perseteruan yang dimaksud bukan hanya perseteruan manusia terhadap Allah, tetapi mencakup juga perseteruan tentang murka Allah terhadap dosa. Hal ini didukung oleh adanya pernyataan-pernyataan tentang murka Allah dalam Roma 1:18; 2:5,8; 3:5; 4:15… Ini berarti bahwa karya pendamaian Kristus adalah mutlak penting. Tiada orang yang dapat menghadapi murka itu kecuali jika Allah sendiri campur tangan”
Ciri kedua sehubungan dengan karya Kristus dalam pendamian menurut Roma 5:8-11 dijelaskan oleh Gutrie sebagai berikut, “Ciri kedua dari nats ini ialah pendamian dianggap sebagai suatu realitas yang benar-benar dikerjakan oleh kematian Kristus. Itu bukan sekedar perubahan sikap dari orang berdosa. Seandainya artinya demikian, maka kematian Kristus tidak diperlukan.
Ciri kedua sehubungan dengan karya Kristus dalam pendamian menurut Roma 5:8-11 dijelaskan oleh Gutrie sebagai berikut, “Ciri kedua dari nats ini ialah pendamian dianggap sebagai suatu realitas yang benar-benar dikerjakan oleh kematian Kristus. Itu bukan sekedar perubahan sikap dari orang berdosa. Seandainya artinya demikian, maka kematian Kristus tidak diperlukan.
Sama sekali tidak ada dikatakan bahwa dalam PB kematian Kristus demikian sangat mengesankan musuh-musuh-Nya sehingga mereka menghilangkan rasa perseteruan mereka. Menurut ayat 10 ‘kita diperdamaikan’, artinya pendamian itu sudah dikerjakan, entah manusia menerimanya atau tidak, namun yang pasti Allah sendiri didamaikan dengan manusia melalui kematian Kristus. Tindakan mendamaikan ini sudah selesai (kata kerja dalam bentuk aoris)”
Baca Juga: 4 Makna Karya Salib Kristus Bagi Kita
Berdasarkan penjelasan Gutrie di atas tampak bahwa Paulus memandang salib sebagai tempat yang tepat untuk mendamaikan perseteruan Allah dengan manusia akibat dosa. Di atas salib pendamian itu telah terjadi bagi seluruh manusia.
Simpulan
Signifikansi Salib di dalam bagi kehidupan manusia dalam teologi Paulus sangat jelas. Adapun salib di dalam teologi Paulus adalah sebagai berikut:
Simpulan
Signifikansi Salib di dalam bagi kehidupan manusia dalam teologi Paulus sangat jelas. Adapun salib di dalam teologi Paulus adalah sebagai berikut:
Pertama, Salib adalah Kekuatan Allah yang menyelamatkan setiap orang percaya pertama-tama orang Yahudi , tetapi juga orang Yunani (1 Korintus 1:17-18; Roma 1:16).
Kedua, Salib adalah tempat pertukaran, dimana hukuman atas manusia berdosa ditimpakan kepada Yesus, agar mereka yang percaya tidak menerima hukuman melainkan dibenarkan oleh Allah (2 Korintus 5:21).
Ketiga, Salib merupakan jaminan kebebasan dari kutuk (Galatia 3:13). Setiap orang yang percaya kepada-Nya akan dibebaskan dari kutuk yaitu perlawana terhadap Allah dan murka-Nya.
Keempat, Salib adalah tempat Pendamian (Roma 5:10; Efesus 2:18). Mereka yang percaya didamaikan dengan Allah melalui Kristus. -David Eko Setiawan, Dwiati Yulianingsih