MAKNA PERINTAH KEDUA JANGAN MEMBUAT PATUNG (KELUARAN 20:4)
Pdt. Yakub Tri Handoko.
Kita perlu memiliki konsep yang benar tentang Allah. Tetapi memiliki konsep yang benar saja tidaklah cukup jika tidak disertai dengan ibadah yang benar atau tindakan yang benar. Itulah yang akan kita pelajari hari ini. Kita akan belajar tentang perintah yang kedua dari Sepuluh Perintah Allah.
Kita pasti masih ingat perintah yang pertama: “Jangan ada padamu Allah lain di hadapan-Ku.” Lalu diikuti dengan perintah yang kedua: Jangan membuat bagimu patung yang menyerupai apa pun yang ada di langit di atas, atau yang ada di bumi di bawah, atau yang ada di dalam air di bawah bumi. (Keluaran 20:4).
Dengan kata lain, perintah pertama berbicara tentang konsep dan pengakuan yang benar bahwa tidak ada Allah selain TUHAN dan perintah yang kedua berbicara tentang ibadah yang benar. Di sinilah letak makna dari perintah yang kedua, yaitu bahwa Allah menuntut kita bukan hanya memiliki konsep dan pengakuan yang benar, tetapi juga cara ibadah yang benar. Ini bukan hanya tentang bagaimana kita memahami Dia tetapi bagaimana kita memperlakukan Dia.
Baca Juga: 2 Alasan Dibalik Larangan Perintah Kedua (Keluaran 20:5)
gadget, bisnis, otomotif |
Kita pasti masih ingat perintah yang pertama: “Jangan ada padamu Allah lain di hadapan-Ku.” Lalu diikuti dengan perintah yang kedua: Jangan membuat bagimu patung yang menyerupai apa pun yang ada di langit di atas, atau yang ada di bumi di bawah, atau yang ada di dalam air di bawah bumi. (Keluaran 20:4).
Dengan kata lain, perintah pertama berbicara tentang konsep dan pengakuan yang benar bahwa tidak ada Allah selain TUHAN dan perintah yang kedua berbicara tentang ibadah yang benar. Di sinilah letak makna dari perintah yang kedua, yaitu bahwa Allah menuntut kita bukan hanya memiliki konsep dan pengakuan yang benar, tetapi juga cara ibadah yang benar. Ini bukan hanya tentang bagaimana kita memahami Dia tetapi bagaimana kita memperlakukan Dia.
Baca Juga: 2 Alasan Dibalik Larangan Perintah Kedua (Keluaran 20:5)
Segala macam penggunaan patung atau gambar di dalam ibadah berkali-kali ditentang oleh Alkitab. Para penulis Alkitab tidak jemu-jemu memberikan peringatan, kecaman dan teguran kepada bangsa Israel ketika mereka mencoba mewakilkan Allah dengan gambar-gambar semacam itu dalam ibadah mereka. Penggunaan patung, gambar atau apa pun juga untuk merepresentasikan Allah merupakan tindakan yang keliru.
Perintah Kedua bukan hanya berbicara tentang penggunaan patung atau gambar, tetapi penggunaan hal-hal lain di dalam ibadah yang tidak sesuai dengan Alkitab merupakan sebuah kesalahan. Salah satu ayat yang menarik adalah di dalam Ulangan 12.
Setelah Musa memberikan peringatan kepada bangsa Israel untuk tidak hidup seperti bangsa-bangsa lain yang menyembah banyak dewa, maka Musa menutup pasal itu dengan sebuah peringatan: Apa saja yang Allah sudah perintahkan, bangsa Israel harus memeliharanya dan melakukannya dengan setia. Lalu ada tambahannya: Mereka dilarang untuk menambahkan maupun mengurangi apa yang sudah disampaikan oleh Allah. Apa yang disampaikan oleh Allah di dalam segala hal, terutama dalam ibadah, tidak boleh diubah-ubah.
Baca Juga: 3 Bentuk Berhala Yang Perlu Diwaspadai
Perintah Kedua bukan hanya berbicara tentang penggunaan patung atau gambar, tetapi penggunaan hal-hal lain di dalam ibadah yang tidak sesuai dengan Alkitab merupakan sebuah kesalahan. Salah satu ayat yang menarik adalah di dalam Ulangan 12.
Setelah Musa memberikan peringatan kepada bangsa Israel untuk tidak hidup seperti bangsa-bangsa lain yang menyembah banyak dewa, maka Musa menutup pasal itu dengan sebuah peringatan: Apa saja yang Allah sudah perintahkan, bangsa Israel harus memeliharanya dan melakukannya dengan setia. Lalu ada tambahannya: Mereka dilarang untuk menambahkan maupun mengurangi apa yang sudah disampaikan oleh Allah. Apa yang disampaikan oleh Allah di dalam segala hal, terutama dalam ibadah, tidak boleh diubah-ubah.
Baca Juga: 3 Bentuk Berhala Yang Perlu Diwaspadai
Apa yang diwajibkan oleh Alkitab harus kita lakukan. Apa yang diperintahkan oleh Alkitab harus kita laksanakan dan apa yang dilarang oleh Alkitab tidak boleh kita lakukan. Meski dengan motivasi yang terbaik sekalipun, tetap kita dilarang untuk memberikan ibadah yang tidak benar kepada Allah. Allah bukan hanya menuntut kita untuk mengetahui dan mengakui Dia di dalam sebuah konsep yang benar tetapi juga di dalam ibadah yang benar.
Saya akan memberikan 2 (dua) contoh yang jelas sekali bagaimana sebuah ibadah kepada Allah harus dilakukan dengan cara yang benar.
Contoh pertama adalah tentang Uza.
Kita tahu bersama bahwa Uza terlibat di dalam proses ritual pengangkutan tabut Allah kembali ke Yerusalem (2Samuel 6:3-8). Pada saat rombongan para imam mengantar tabut perjanjian terjadi sebuah masalah, yaitu lembu-lembu yang mengangkut tabut Allah itu tergelincir sehingga tabut Allah akan jatuh ke tanah yang kotor. Uza dengan motivasi yang benar secara spontan menahan tabut Allah itu supaya tidak jatuh ke tanah; dia memegang tabut Allah itu.
Tetapi ini adalah sebuah keteledoran dan untuk itu Uza harus membayar mahal, yaitu dia dihukum mati oleh Tuhan. Apakah motivasi Uza benar? Jelas kali, motivasinya benar. Apakah Uza memiliki posisi yang tepat untuk mengantar tabut Allah? Benar, karena dia adalah salah satu imam. Tetapi apa yang dilakukan oleh Uza tidak sesuai dengan yang sudah diatur di dalam Alkitab.
Contoh kedua adalah penyembahan kepada anak lembu emas.
Harun memimpin bangsa Israel untuk membuat patung anak lembu emas yang melambangkan Dewa Apis dari Mesir (itu yang dipercayai oleh banyak penafsir Alkitab). Harun memimpin ibadah kepada anak lembu emas itu. Hal yang menarik adalah pada saat ibadah itu dilakukan, Harun mengatakan kepada bangsa Israel: “Hai Israel, inilah Allahmu, yang telah menuntun engkau keluar dari tanah Mesir!” (Keluaran 32:4).
Baca Juga: Hukum 2: Jangan Membuat Dan Menyembah Patung Berhala (Keluaran 20:4-6)
Saya akan memberikan 2 (dua) contoh yang jelas sekali bagaimana sebuah ibadah kepada Allah harus dilakukan dengan cara yang benar.
Contoh pertama adalah tentang Uza.
Kita tahu bersama bahwa Uza terlibat di dalam proses ritual pengangkutan tabut Allah kembali ke Yerusalem (2Samuel 6:3-8). Pada saat rombongan para imam mengantar tabut perjanjian terjadi sebuah masalah, yaitu lembu-lembu yang mengangkut tabut Allah itu tergelincir sehingga tabut Allah akan jatuh ke tanah yang kotor. Uza dengan motivasi yang benar secara spontan menahan tabut Allah itu supaya tidak jatuh ke tanah; dia memegang tabut Allah itu.
Tetapi ini adalah sebuah keteledoran dan untuk itu Uza harus membayar mahal, yaitu dia dihukum mati oleh Tuhan. Apakah motivasi Uza benar? Jelas kali, motivasinya benar. Apakah Uza memiliki posisi yang tepat untuk mengantar tabut Allah? Benar, karena dia adalah salah satu imam. Tetapi apa yang dilakukan oleh Uza tidak sesuai dengan yang sudah diatur di dalam Alkitab.
Contoh kedua adalah penyembahan kepada anak lembu emas.
Harun memimpin bangsa Israel untuk membuat patung anak lembu emas yang melambangkan Dewa Apis dari Mesir (itu yang dipercayai oleh banyak penafsir Alkitab). Harun memimpin ibadah kepada anak lembu emas itu. Hal yang menarik adalah pada saat ibadah itu dilakukan, Harun mengatakan kepada bangsa Israel: “Hai Israel, inilah Allahmu, yang telah menuntun engkau keluar dari tanah Mesir!” (Keluaran 32:4).
Baca Juga: Hukum 2: Jangan Membuat Dan Menyembah Patung Berhala (Keluaran 20:4-6)
Di mata Harun dan di mata bangsa Israel, mereka tetap menyembah dan mengakui Tuhan (YHWH) sebagai Allah yang membebaskan mereka dari tanah Mesir. Tetapi kesalahan mereka adalah mereka beribadah kepada Allah yang benar bukan dengan cara yang benar seperti yang diharapkan oleh Allah yang benar itu. Maka Tuhan menulahi mereka dan ribuan orang Israel meninggal pada hari itu.
Jadi sekali lagi, konsep dan pengakuan yang benar tentang Allah tidaklah cukup; perlu ada ibadah yang benar kepada Allah. Sudahkah ibadah kita kepada Allah -baik secara pribadi maupun bersama-sama- kita lakukan dengan benar? Sudahkah ibadah kita kepada Tuhan, kita lakukan dengan sungguh-sungguh? Tuhan memberkati!. MAKNA PERINTAH KEDUA (KELUARAN 20:4)
Jadi sekali lagi, konsep dan pengakuan yang benar tentang Allah tidaklah cukup; perlu ada ibadah yang benar kepada Allah. Sudahkah ibadah kita kepada Allah -baik secara pribadi maupun bersama-sama- kita lakukan dengan benar? Sudahkah ibadah kita kepada Tuhan, kita lakukan dengan sungguh-sungguh? Tuhan memberkati!. MAKNA PERINTAH KEDUA (KELUARAN 20:4)