EKSPOSISI 1 KORINTUS PASAL 7-11

Pdt.Budi Asali, M.Div.
EKSPOSISI 1 KORINTUS PASAL 7-11
I Korintus 7:1-16

Bagian ini ditulis oleh Paulus untuk menjawab pertanyaan orang Korintus tentang pernikahan.

I) Untuk orang-orang yang belum / tidak menikah (ay 1-9):

Paulus mengatakan bahwa tidak kawin adalah baik (ay 1)! Bandingkan juga dengan ay 7a,8,26-27,37-38,40. Dari ayat-ayat ini kelihatannya Paulus mempunyai pandangan yang rendah tentang pernikahan. Benarkah? Tidak mungkin!

Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan:

1) Kata-kata Paulus bahwa tidak kawin merupakan sesuatu yang baik bukanlah suatu peraturan yang berlaku secara umum.

Dasarnya:

a) Kej 2:18 mengatakan bahwa tidak baik kalau manusia (Adam) seorang diri saja.

b) Kej 1:28 dan Kej 9:1 memerintahkan manusia untuk berkembang biak.

c) Dalam 1Tim 4:3 Paulus sendiri menyerang ajaran yang melarang orang untuk kawin. Juga dalam 1Tim 5:14 Paulus menganjurkan janda-janda untuk kawin lagi (bdk. 1Korintus 7:8!).

d) Dalam Ef 5:22-33 Paulus menggunakan pernikahan untuk menggambarkan hubungan Kristus dengan gereja! Kalau ia menggunakan pernikahan untuk menggambarkan sesuatu yang mulia, sukar bisa dibayangkan bahwa ia merendahkan pernikahan!

e) 1Korintus 7:26,28 jelas menunjukkan bahwa 1Kor 7 ditulis dalam suatu keadaan darurat!

2) Dalam keadaan khusus seperti itupun, tidak kawin hanya baik kalau orangnya mempunyai karunia untuk tidak kawin (I Korintus 7: 7-9)!

Kata-kata Paulus dalam ay 7-9 tidak berarti bahwa Paulus sendiri tidak pernah kawin! Dasar pandangan bahwa Paulus pernah kawin:

a) Ia adalah seorang rabi / guru Yahudi yang taat, sedangkan dalam agama Yahudi, kawin merupakan suatu kewajiban.

b) Dalam Kis 26:10 Paulus ikut memberi suara. Jadi, ia adalah anggota Sanhedrin, dan syarat keanggotaan Sanhedrin adalah ‘sudah kawin’.

Jadi, Paulus pernah kawin, tetapi mungkin istrinya sudah mati, atau istrinya menceraikan dia karena dia menjadi orang kristen, tetapi yang jelas pada saat itu Paulus membujang lagi! Dan ia tidak menikah lagi.

Paulus lalu berkata bahwa ia ingin orang-orang itu seperti dia, tetapi ini hanya berlaku untuk orang-orang yang mempunyai karunia untuk hidup membujang! (ay 7-9 bdk. Mat 19:10-12).

Sedangkan bagi orang-orang yang tidak mempunyai karunia membujang, lebih baik kawin (ay 9), karena:

bahaya percabulan (I Korintus 7: 2).

supaya tidak hangus oleh hawa nafsu (ay 9).

Catatan: ini tentu bukan satu-satunya alasan mengapa harus kawin! Dalam Kej 2 belum ada percabulan, tetapi sudah ada pernikahan.

Tetapi bagaimanapun, sex adalah salah satu tujuan pernikahan, dan karena itu, kalau kawin, harus memenuhi kewajiban terhadap pasangan (ay 3-5)! Puasa sex hanya boleh dilakukan:

dengan persetujuan bersama.

untuk sementara waktu.

ada tujuan, yaitu berdoa. Ini pasti doa yang khusus, bukan doa biasa. Mengapa? Karena orang Kristen harus berdoa senantiasa, sehingga kalau puasa sex ini untuk doa biasa, maka itu berarti puasa terus.

Kesimpulan: dalam keadaan khusus itu:

tidak kawin merupakan sesuatu yang baik bagi orang yang mempunyai karunia membujang.

yang tidak mempunyai karunia membujang, lebih baik kawin!

Tetapi ini tetap bukan perintah (ay 6).

II) Untuk orang-orang yang sudah kawin (ay 10-16).

Ada 2 grup:

1) Orang kristen yang menikah dengan orang kristen (ay 10-11).

Untuk grup ini Paulus berkata:

a) Tidak boleh bercerai (ay 10,11b).

‘bukan aku, tetapi Tuhan’ (ay 10).

Artinya: ada peraturan dari Tuhan Yesus sendiri (bdk. Mat 5:32 Mat 19:6).

Rupa-rupanya Paulus takut bahwa kata-katanya dalam ay 1 (tidak kawin adalah sesuatu yang baik) akan menyebabkan orang-orang yang sudah kawin lalu bercerai, sehingga ia lalu melarang perceraian.

b) Kalau toh terjadi perceraian, maka orang yang bercerai itu:

tidak boleh kawin lagi dengan orang lain.

boleh rujuk dengan suami / istri yang diceraikan.

2) Orang kristen yang menikah dengan orang non kristen (ay 12-16).

Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam ayat-ayat ini:

a) ‘Kepada orang-orang lain’ (ay 12).

Lit: ‘to the rest’ (= kepada sisanya).

Tadi dalam ay 10-11 ia berbicara kepada orang kristen yang menikah dengan orang kristen; sekarang ia berbicara kepada grup yang lain, yaitu orang kristen yang menikah dengan orang non kristen.

b) Ini sama sekali tidak berarti bahwa orang kristen boleh menikah dengan orang non kristen!! Bagian ini ditujukan bukan kepada orang-orang yang akan kawin, tetapi kepada orang-orang yang sudah kawin! Jadi, mungkin waktu menikah, kedua-duanya kafir, lalu salah satu bertobat / menjadi kristen.

Kalau berbicara tentang pernikahan yang akan dilakukan, maka tentu saja orang kristen tidak boleh menikah dengan orang non kristen (bdk. 1Kor 7:39 2Kor 6:14)!!

Gereja / pendeta yang mau melakukan pemberkatan nikah antara orang kristen dengan orang non kristen, apapun alasannya, adalah gereja / pendeta yang tidak menghiraukan otoritas Kitab Suci / Firman Tuhan!

c) ‘Aku, bukan Tuhan’ (ay 12).

Ini tidak berarti bahwa bagian ini bukan Firman Tuhan! Ini kebalikan dari ay 10 tadi, sehingga artinya: untuk bagian ini tidak ada peraturan dari Tuhan Yesus sendiri. Tetapi bagian ini tetap adalah Firman Tuhan (bdk. ay 25)!

Sekarang mari kita perhatikan apa yang Paulus katakan kepada grup yang kedua ini:

1. Kalau yang non kristen mau bercerai, yang kristen tidak terikat (ay 15).

Artinya: yang kristen tidak harus mati-matian mempertahankan pernikahan itu. Juga setelah perceraian, yang kristen boleh menikah lagi.

2. Kalau yang non kristen mau kawin terus, yang kristen tidak boleh bercerai (ay 12-13). Mengapa?

a. Suami / anak dikuduskan oleh istri yang kristen (ay 14).

keinginan cerai dari pihak kristen, mungkin disebabkan ia menganggap bahwa pernikahan itu (khususnya hubungan sex) akan menajiskan dia. Juga anak-anaknya akan najis. Paulus berkata bahwa pandangan ini tidak benar. Justru yang kristen akan menguduskan pasangan yang tidak kristen beserta anak-anaknya.

‘Kudus’ di sini sama sekali tidak berarti ‘selamat’ atau ‘diampuni’ atau ‘disucikan’, dsb. Ingat bahwa kata ‘kudus’ arti sebenarnya adalah ‘berbeda dengan’. Jadi artinya adalah bahwa mereka akan berbeda dengan orang dunia, karena adanya anggota keluarga yang kristen itu. Misalnya:

ikut mendapat perlindungan Tuhan.

adanya doa, pemberitaan Injil, teguran dari pasangan yang kristen.

b. Allah memanggil kita untuk hidup dalam damai (ay 15b).

Jadi, perceraian tidak boleh terjadi karena inisiatif dari pihak kristen.

c. Siapa tahu yang kristen bisa memenangkan jiwa pasangannya? (ay 16 bdk. 1Pet 3:1-2).

Lagi-lagi, ayat ini tidak boleh dipakai sebagai dasar untuk mengijinkan pernikahan dengan non kristen dengan tujuan mendapatkan jiwa!

-AMIN-

I KORINTUS 7:17-24

1) Bagian ini dilatar-belakangi oleh keadaan di Korintus dimana banyak orang kristen meninggalkan kehidupan mereka yang lama, karena mereka menjadi orang kristen. Yang dimaksud dengan kehidupan yang lama, bukanlah dosa-dosa mereka. Kalau ini, tentu harus ditinggalkan! Tetapi, yang dimaksud dengan kehidupan lama di sini ialah segala sesuatu dalam kehidupan mereka sebelum mereka menjadi orang kristen, padahal hal-hal itu bukan dosa, misalnya rumah lama, pekerjaan lama, istri lama dsb. Pokoknya mereka beranggapan bahwa kehidupan seorang kristen berarti suatu kehi-dupan yang serba baru!

Ada beberapa hal yang bisa menyebabkan terjadinya hal itu:

a) Ajaran bahwa orang kristen adalah manusia baru. Ini bisa menyebabkan mereka membuang seluruh kehidupan mereka yang lama.

b) Ajaran bahwa orang kristen adalah tunangan Kristus. Ini bisa menyebab-kan mereka lalu membuang suami / istri mereka yang lama.

c) Ajaran bahwa orang kristen adalah anak Raja, sehingga mereka menjadi malu terhadap rumah lama yang jelek, atau terhadap pekerjaan lama yang tidak sesuai dengan kedudukan seorang anak Raja

d) Ajaran yang mengatakan bahwa Kristus akan segera datang kembali. Mereka menganggap bahwa Kristus akan datang kembali dalam waktu yang sangat dekat, sehingga mereka lalu merasa tidak ada gunanya bekerja dsb.

(Catatan: ingat bahwa ajaran-ajaran di atas adalah ajaran-ajaran yang benar, tetapi mereka terima dengan cara yang salah)

Kita tidak tahu dengan pasti apa sebabnya mereka membuang kehidupan lama mereka, tetapi yang jelas adalah: hal itu terjadi! Itu menyebabkan Paulus menulis bagian ini.

2) Inti / penekanan utama bagian ini ada dalam ay 17,20,24.

Arti:

a) ‘ditentukan Tuhan’ (I Korintus 7: 17).

Ini tidak berhubungan dengan Rencana Allah yang kekal, tetapi sekedar berarti ‘diberikan oleh Tuhan’. Hal ini menjadi jelas kalau kita melihat Kitab Suci bahasa Inggris:

NIV/NASB/RSV: ‘assigned’ (= diberikan / ditempatkan).

KJV: ‘distributed’ (= dibagikan).

‘Diberikan oleh_Tuhan’ secara implicit menunjukkan bahwa itu bukanlah hal yang bersifat dosa!

b) ’dipanggil Allah’ (ay17,20,24).

Ini menunjuk pada Effectual Call (= panggilan effektif), yaitu panggilan Allah yang menyebabkan seseorang bertobat dan menjadi orang kristen.

Jadi, kata-kata ‘dalam keadaan seperti pada waktu ia dipanggil Allah’ (ay 17,20,24) berarti ‘dalam keadaan pada waktu ia menjadi orang kristen’.

Kesimpulan: Arti ay 17,20,24 ialah: Pada saat kita menjadi orang Kristen, kita tidak perlu / tidak harus mengubah kehidupan kita dalam hal-hal yang tidak bersifat dosa. Dalam hal-hal yang bersifat dosa, tentu saja kita harus mengubahnya.

Contoh: pekerjaan yang bersifat dosa, seperti: pelacur, pencuri, jual SDSB, penyelundup dsb. Ini harus dibuang!

pekerjaan yang sebetulnya bukan dosa, tetapi dijalankan dengan cara yang berdosa. Ini harus diubah! Bukan seluruh pekerjaan harus ditinggalkan, tetapi cara yang berdosa itu yang harus dibuang (bdk. Luk 3:12-14 yang menunjukkan bahwa Yohanes Pembaptis tidak menyuruh tentara / pemungut cukai meninggalkan pekerjaannya, tetapi membuang hal-hal berdosa yang mereka lakukan dalam pekerjaan mereka).

3) Bagian ini tidak secara mutlak melarang perubahan hidup!

Kalau seorang pegawai bertobat, lalu ia mau menjadi pedagang, itu tidak dilarang.

Dasar: ay 21: seorang hamba, kalau bisa bebas, boleh bebas.

Jadi, tujuan bagian ini adalah untuk membuang pandangan yang mengharuskan orang Kristen mengubah hidupnya tetapi bagian ini tidak melarang orang kristen mengubah hidupnya

4) Paulus lalu memberi 2 contoh:

Contoh_pertama: tentang sunat (ay 18-19).

a) Bagi yang sunat, jangan menghapus tanda sunat (ay 18a).

Sekalipun tanda sunat tak mungkin dibuang sama sekali, tetapi bahwa ada orang-orang yang berusaha menghapus tanda sunat, bisa terlihat dari kutipan dari kitab Apocrypha ini:

1Makabe 1:14-15: ‘Kemudian orang-orang itu membangun di Yerusalem sebuah gelanggang olah raga menurut adat bangsa-bangsa lain. Merekapun memulihkan kulup mereka pula dan murtadlah mereka dari perjanjian kudus’ (Terjemahan bahasa Inggris untuk kata-kata yang digarisbawahi: ‘and removed the marks of circumcision, and abandoned the holy covenant’).

Catatan:

1Makabe 1:14-15 bukanlah Firman Tuhan!

Peristiwa dalam 1Makabe 1:14-15 tidak terjadi di Korintus.

Paulus melarang untuk menghapus tanda sunat, bukan karena ia menganggap bahwa sunat itu penting! (ay 19).

b) Bagi yang tidak sunat, jangan sunat (ay 18b).

Paulus sering menentang sunat, misalnya dalam Kis 15:1-2 Gal 2:3-5. Tetapi ia menentang sunat, bukan karena ia menganggap sunat itu adalah dosa (bdk. ay 19), tetapi karena orang-orang Yahudi itu menjadikan sunat sebagai syarat untuk selamat (bdk. Kis15:1)

Dalam Kis 16:3, Paulus justru menyuruh menyunatkan Timotius, mungkin untuk menyesuaikan diri dengan orang-orang Yahudi sehingga bisa memberitakan Injil kepada mereka (bdk. IKor 9:19-22).

Dalam 1Kor 7 ini Paulus melarang sunat hanya karena ia menentang keharusan meninggalkan hidup lama pada saat seseorang menjadi orang kristen.

c) Alasan dari a) maupun b): ay 19

Secara implicit, ay 19 ini menunjukkan bahwa sunat bukanlah ketaatan. Jadi, sunat tidak lagi diharuskan dalam jaman Perjanjian Baru.

Ay 19 ini tidak bertentangan dengan Gal 6:15, tetapi menunjukkan bahwa orang yang adalah ciptaan baru (sudah dilahirkan kembali) pasti akan taat. Ini yang penting, bukan sunat!

Contoh_kedua: tentang hamba (ay 21-23).

a) Ay 21a: seorang hamba / budak menjadi orang kristen, tetapi ia tetap adalah budak / hamba. Paulus berkata: ini tidak apa-apa! Alangkah berbedanya ajaran Paulus ini dengan Theologia Kemakmuran!

b) Ay 21b: kesempatan untuk bebas ini tentu bukan didapat dengan cara yang salah seperti lari dari tuannya, membunuh tuannya dsb (KItab Suci selalu menyuruh hamba untuk mentaati tuannya - Ef 6:5 Kol 3:22 1Tim 6:1 Tit 2:9-10 1Pet 2:18). Tetapi kalau jalannya benar, maka tentu saja seorang hamba boleh menggunakan kesempatan itu.

c) Ay 22: kata-kata ‘dalam pelayananNya’ sebetulnya tidak ada!

Tujuan Paulus dalam ayat ini: supaya seorang hamba tidak merasa rendah diri dan sebaliknya supaya orang yang merdeka tidak merasa sombong.

d) Ay 23a: ini memberikan alasan mengapa seorang kristen = hamba Kristus. Alasannya: ia telah dibeli oleh Kristus (bdk. 1Kor 6:19-20 1Pet 1:18-19).

e) Ay 23b: jangan menjadi hamba manusia!

Ini tidak bertentangan dengan ay 21a!

Arti: kalau seorang kristen mempunyai status hamba, itu tidak apa-apa. Tetapi, dalam hal ketaatan, ia harus sadar bahwa Tuhan adalah tuannya yang tertinggi (bdk. Kis 5:29).

Penerapan: Kalau untuk seorang hamba, yang kalau menolak untuk mentaati tuannya bisa kehilangan nyawanya, Kis 5:29 tetap berlaku, apalagi untuk saudara yang adalah seorang bawahan / pegawai! Kalau saudara menolak mentaati perintah boss / atasan saudara, resiko saudara hanya dipecat. Maka Kis 5:29 lebih-lebih harus diberlakukan.

Ini tidak bertentangan dengan Mark 10:43-44!

Mark 10:43-44 menekankan bahwa kita harus rendah hati, membuang ambisi untuk menjadi yang terbesar, dan bahwa kita harus mau menerima pelayanan yang rendah / hina (baca seluruh kontex Mark 10:35-45!).

Tetapi ay 23b mengajarkan bahwa kita tidak boleh taat 100 % kepada manusia, atau menjadikan manusia itu Tuhan dalam hidup kita (bdk. Kis 5:29 Gal 1:10).

Illustrasi: ada orang yang menjual sebidang tanah kepada si A . Tetapi setelah menjual tanah itu kepada si A, ia menjual lagi tanah yang sama itu kepada si B (dengan menggunakan sertifikat palsu). Tentu hal ini akan menimbulkan problem. Apa pandangan saudara tentang orang itu? Bukankah ia = orang yang kurang ajar?

Tetapi coba renungkan diri saudara. Kalau saudara adalah orang kristen, itu berarti bahwa Kristus telah membeli saudara (ay 23). Kalau saudara sekarang memperhambakan diri kepada orang lain, hanya karena orang itu membayar gaji saudara, itu berarti saudara menjual diri saudara lagi kepada orang itu, padahal saudara sudah dibeli oleh Kristus. Apa bedanya saudara dengan orang yang menjual tanah berkali-kali itu? Renungkan hal ini, dan berhentilah menjadi hamba manusia!

I KORINTUS 7:25-40

Ay 25-28:

1) Ay 25:

a) ‘Tak mendapat perintah dari Tuhan’.

Ada 2 penafsiran tentang arti kata-kata ini:

1. Tidak ada kata-kata tertulis dari Tuhan Yesus tentang hal ini (bdk. ay 12). Tetapi bagaimanapun bagian ini adalah Firman Tuhan.

2. Roh Kudus mengilhami Paulus, bukan untuk memerintah, tetapi hanya untuk menasehati.

Saya condong pada arti yang pertama.

b) Ay 25b menunjukkan bahwa bagian ini (ay 25-28) tetap merupakan Firman Tuhan. Jadi, jelaslah bahwa bagian ini tidak bisa disamakan dengan peraturan-peraturan buatan manusia.

2) Ay 26-28:

a) ‘Waktu darurat sekarang’ (bdk. ay 29: ‘waktu telah singkat’).

kita tidak tahu dengan jelas bagaimana situasi saat itu yang ia katakan sebagai ‘waktu darurat’.

Pada waktu menafsirkan 1Kor 7, khususnya pada saat Paulus kelihatannya merendahkan pernikahan, kita perlu ingat bahwa Paulus menuliskan bagian ini pada waktu darurat, sehingga bagian ini tidak berlaku untuk keadaan biasa.

Bagian ini bisa diberlakukan untuk orang-orang kristen tertentu pada saat-saat tertentu (waktu darurat bagi mereka).

b) Ay 26 hampir sama dengan 3 ayat yang menjadi penekanan utama dari ay 17-24, yaitu ay 17,20,24, tetapi ay 26 punya tambahan, yaitu adanya kata-kata ‘mengingat waktu darurat sekarang’. Jadi, jelaslah bahwa ay 17-24 berlaku umum, tetapi ay 25-28 hanya berlaku untuk keadaan darurat.

c) ‘Tetap dalam keadaannya’ (ay 26) berarti tidak kawin (Ingat bahwa ay 25 menunjukkan bahwa bagian ini ditujukan kepada para gadis, sehingga ‘tetap dalam keadaannya’ jelas berarti ‘tidak kawin’). Nasehat untuk tidak kawin ini diulangi lagi dalam ay 27b. Ingat bahwa ini berlaku untuk keadaan darurat! (bdk. Yer 16:1-4).

d) Paulus tidak mau orang-orang Korintus itu mengextrimkan kata-katanya, sehingga ia lalu menambahkan:

Yang sudah kawin, jangan cerai (ay 27a).

Kalau toh mau kawin, itu bukan dosa (ay 28a). Tetapi Paulus sekaligus memberikan peringatan (ay 28b).

Ay 29-31:

Penekanan bagian ini adalah: kita harus mengabaikan perkara-perkara duniawi (dalam keadaan darurat!). Kita harus hidup seakan-akan sebentar lagi kita mati, atau seakan-akan kita sedang ada dalam medan perang sehingga tidak memikirkan apa-apa yang lain kecuali perang. Lalu Paulus memberikan 3 contoh:

1) Kita harus mengabaikan istri (ay 29).

Ini tidak berarti:

istri betul-betul tidak dicintai / tidak dipelihara / tidak digubris.

suami boleh cari perempuan lain.

Arti yang benar: perhatian / waktu untuk istri harus diatur sedemikian rupa sehingga tidak menghalangi kewajiban / konsentrasi kepada Tuhan. Sebetulnya, dalam keadaan biasapun, orang kristen harus lebih mengutamakan Tuhan dari pada istri, tetapi dalam keadaan darurat seperti itu, hal ini lebih ditekankan lagi!

‘Pengabaian istri’ ini tidak bisa tidak, memang menyebabkan waktu / perhatian untuk istri harus dikurangi, sedangkan konsentrasi kepada Tuhan ditambah.

Penerapan: apakah istri / suami saudara sering menjadi ‘penghalang’ dalam saudara mengikuti / melayani Tuhan? Apakah saudara selalu / sering ‘menyerah’ kalau dihalangi dalam melakukan kewajiban saudara untuk Tuhan? Mungkin saudara perlu belajar untuk ‘mengabaikan’ istri / suami! Kalau saudara tidak mau melakukan hal itu, itu berarti saudara mengabaikan Tuhan!

Istri harus mau mengerti / mau menerima kalau suami ‘mengabaikan’ dirinya dalam keadaan darurat itu!

Kalau dalam keadaan darurat, istripun harus ‘diabaikan’, maka lebih-lebih lagi anggota keluarga yang lain, seperti orang tua / anak (Kej 2:24 menunjukkan bahwa ikatan suami-istri harus lebih kuat / dekat dari pada orang tua-anak!).

2) Kita harus mengabaikan perasaan (ay 30a).

Perasaan sedih (karena kematian, putus cinta, pertengkaran dengan keluarga dll) maupun perasaan senang (karena HUT, pernikahan, lulus ujian dll) bisa menjadi penghalang dalam hidup bagi Tuhan. Karena itu dalam keadaan darurat, kita harus mengabaikan perasaan-perasaan seperti itu, demikian juga perasaan-perasaan lain seperti sentimen / marah / benci, iri hati / cemburu, cinta dsb.

3) Kita harus mengabaikan barang-barang duniawi (ay 30b-31).

Barang-barang duniawi juga bisa menjadi penghalang dalam hidup bagi Tuhan. Contoh:

TV / parabola / video / CD / LD bisa menyebabkan kita membuang banyak waktu.

mobil bisa menyebabkan kita terus bepergian.

buku-buku duniawi bisa menyebabkan kita melupakan Tuhan.

villa bisa menyebabkan kita meninggalkan gereja / Tuhan.

Karena itu, dalam keadaan darurat, kita harus mengabaikan hal-hal ini!

Contoh-contoh lain yang juga harus ‘diabaikan’ dalam keadaan darurat: pekerjaan, study, hobby, kebutuhan hidup sekunder dll.

Ay 32-35:

1) Ay 32a: ‘kekuatiran’. Ini terjemahan yang tidak tepat.

RSV: anxieties (= kekuatiran). Ini juga tidak tepat.

KJV: carefulness (= kekuatiran).

NIV/NASB: concern (= perhatian).

Artinya: Paulus ingin kita hidup tanpa terpecah perhatiannya sehingga sepenuhnya bisa berkonsentrasi kepada Tuhan.

2) Ay 32b-35 jelas menunjukkan tujuan hidup celibat (tidak kawin), yaitu supaya bisa berkonsentrasi kepada Tuhan.

Bagian ini dijadikan dasar oleh gereja Roma Katolik untuk mengajarkan bahwa hamba Tuhan tidak boleh kawin.

Keberatan terhadap ajaran ini (keharusan celibat bagi hamba Tuhan):

1Kor 7 hanya berlaku untuk keadaan darurat, tetapi gereja Katolik menggunakannya untuk keadaan biasa.

1Kor 7 ditujukan untuk jemaat biasa, tetapi gereja Katolik menujukannya untuk hamba Tuhan saja.

Bagian ini hanya merupakan nasehat (ay 35,26-28), tetapi gereja Katolik mengharuskan secara mutlak.

3) Ay 34:

Kata ‘kudus’ di sini tidak berarti suci, tetapi berarti ‘dipersembahkan kepada Tuhan’.

Kata ‘tubuh dan jiwa’ seharusnya adalah ‘tubuh dan roh’. Ini jelas menunjuk pada seluruh manusia, tetapi Paulus toh mengatakan ‘tubuh dan roh’. Ini membuktikan bahwa Kitab Suci mengajarkan Dichotomy dan bukannya Trichotomy! Kalau saudara mau mempelajari argumentasi dari Dichotomy, bacalah buku saya yang berjudul Anthropology.

Ay 36-38:

Bagian ini ditujukan kepada siapa? Ada 2 pandangan:

1) Kepada ayah si gadis.

2) Kepada tunangan si gadis.

Terjemahan-terjemahan Kitab Suci, baik dalam bahasa Inggris maupun bahasa Indonesia, ada yang pro kepada pandangan 1 dan ada yang pro kepada pandangan 2.

Ay 36: ‘gadisnya’.

RSV: his betrothed (= tunangannya). Ini sesuai dengan pandangan 2.

NIV: ‘the virgin he is engaged to’ (= perawan / gadis dengan siapa ia bertunangan). Ini sesuai dengan pandangan 2.

ASV/NASB: ‘his virgin daughter’ (= anak gadisnya). Ini sesuai dengan pandangan 1.

Lit/KJV: ‘his virgin’ (= gadisnya). Ini bisa sesuai dengan pandangan 1 atau 2.


Ay 37: ‘tidak kawin dengan gadisnya’. Ini sesuai dengan pandangan 2.

NIV: ‘not to marry the virgin’ (= tidak menikahi sang gadis). Ini sesuai dengan pandangan 2.

NASB: ‘to keep his own virgin daughter’ (= menyimpan / menahan anak gadisnya). Ini sesuai dengan pandangan 1.

Lit: ‘to keep his own virgin’ (= menyimpan / menahan gadisnya sendiri). Ini bisa sesuai dengan pandangan 1 atau 2.

Ay 38: ‘kawin dengan gadisnya ... tidak kawin dengan gadisnya’. Ini sesuai dengan pandangan 2.

NIV: ‘So then he who marries the virgin does right but he who does not marry her does even better’ (= Jadi ia yang menikahi sang gadis berbuat benar tetapi ia yang tidak menikahinya berbuat lebih benar). Ini sesuai dengan pandangan 2.

NASB: ‘So then both he who gives his own virgin daughter in marriage does well, and he who does not give her in marriage will do better’ (= Jadi ia yang menyerahkan anak gadisnya ke dalam pernikahan berbuat baik, dan ia yang tidak menyerahkannya ke dalam pernikahan berbuat lebih baik). Ini sesuai dengan pandangan 1.

Tetapi ada hal-hal yang menyebabkan saya memilih pandangan ke 2 sebagai pandangan yang benar:

a) Karena disebutkan ‘his virgin’ (= gadisnya) bukan ‘his daughter’ (= anak gadisnya).

b) Ay 36: ‘... mereka harus kawin, baiklah mereka kawin’.

NASB menterjemahkan ‘let her marry’ (= biarlah ia kawin). Tetapi ini salah! Seharusnya adalah: ‘let them marry’ (= biarlah mereka kawin).

Kalau bagian ini ditujukan kepada ayah si gadis, sedangkan kata ‘mereka’ dalam ay 36 diartikan ‘si gadis & tunangannya’, maka kalimatnya terasa aneh. Kalimatnya akan lebih enak kalau bagian ini ditujukan kepada tunangan si gadis, dan kata ‘mereka’ dalam ay 36 diartikan ‘si gadis dan tunangannya’.

c) Ay 37: ‘menguasai kemauannya’.

Ini jelas tidak cocok untuk ayah si gadis tetapi cocok untuk tunangan si gadis.

Ay 39-40:

1) Ay 39 jelas bertentangan dengan polygamy (bdk. Roma 7:2-3).

2) Ay 39 menunjukkan bahwa pernikahan ke dua sama sekali bukanlah sesuatu yang negatif, asalkan dilakukan setelah pasangannya meninggal.

3) Ay 39 memberikan syarat: ‘asal orang itu adalah seorang yang percaya’.

NIV: ‘he must belong to the Lord’ (= ia haruslah milik Tuhan).

NASB/KJV/RSV/Lit: ‘only in the Lord’ (= hanya di dalam Tuhan).

Ada 2 penafsiran:

a) Pernikahan itu harus dilakukan secara rohani dan dengan takut akan Tuhan.

b) Pernikahan itu harus dilakukan dengan sesama orang kristen (bdk. 2Kor 6:14).

Saya lebih setuju pada pandangan yang kedua ini.

4) Ay 40a: ini lagi-lagi hanya berlaku untuk keadaan darurat! Dalam keadaan biasa lihat 1Tim 5:14!

5) Ay 40b: mungkin ada musuh-musuh Paulus yang mengatakan bahwa mereka mempunyai Roh Kudus, tetapi Paulus tidak. Dalam ayat ini Paulus memberikan pembelaan diri dengan mengatakan bahwa iapun mempunyai Roh Kudus. Ini menunjukkan bahwa seorang hamba Tuhanpun boleh membela diri pada saat menerima kritik / fitnah yang tidak benar, khususnya kalau kritik / fitnah yang tidak benar itu bisa mempunyai pengaruh negatif terhadap gereja / pelayanan.

I KORINTUS 8:1-13

Dari ay 1a,4 bisa kita ketahui bahwa rupa-rupanya orang Korintus mempunyai persoalan tentang boleh tidaknya orang kristen makan daging persembahan berhala. Mereka lalu menanyakan hal itu kepada Paulus dan dalam pertanyaan mereka ada suatu argumentasi untuk mendukung pandangan bahwa orang kristen boleh makan daging persembahan berhala dengan bebas. Argumentasi itu kira-kira berbunyi: orang kristen boleh makan daging persembahan berhala, karena dalam dunia / alam semesta ini hanya ada 1 Allah saja dan semua dewa-dewa / berhala-berhala itu bukan Allah sehingga jelas tidak bisa mempengaruhi orang kristen.

Jawaban Paulus:

I KORINTUS 8: 1-3:

1) Ada 2 macam pengetahuan:

a) Pengetahuan tanpa kasih.

Pengetahuan seperti ini:

membuat orang menjadi sombong (ay 1b).

menyandungi orang lain (ay 10-11).

hanya bersifat intelek saja dan sebetulnya bersifat semu (ay 2).

b) Pengetahuan dengan kasih.

Pengetahuan seperti ini membangun orang lain (ay 1b: kata-kata ‘kasih membangun’ harus diartikan ‘pengetahuan yang disertai kasih, memba-ngun’).

Komentar Charles Hodge tentang ‘love / kasih’:

“It does not terminate on itself, as knowledge does, but goes out of itself, and seeks happiness in another, and lives and acts for others” (= Kasih tidak berakhir pada dirinya sendiri, seperti yang dilakukan oleh pengetahuan, tetapi keluar dari dirinya, dan mencari kebahagiaan dalam diri orang lain, dan hidup dan bertindak untuk orang lain).

Penerapan: bagaimana dengan saudara? Apakah saudara mempunyai pengetahuan tanpa kasih, atau pengetahuan dengan kasih? Kalau sau-dara ingin memeriksanya, maka saudara bisa merenungkan hal-hal ini:

Apakah pengetahuan saya membuat saya menjadi sombong?

Apakah pengetahuan itu berhenti pada diri saya sendiri?

Apakah pengetahuan itu membuat saya membangun orang lain?

2) Sekalipun ‘pengetahuan tanpa kasih’ adalah sesuatu yang salah, tetapi ‘pe-ngetahuan’ itu sendiri, asal itu adalah pengetahuan yang benar, tidak salah!

Ada orang yang beranggapan: karena pengetahuan membuat orang menjadi sombong, maka lebih baik kita tak belajar!

Tetapi Calvin berkata: “Nothing is so arrogant as ignorance” (= tidak ada yang sesombong ketidaktahuan / kebodohan).

Memang orang yang tidak tahu atau orang yang bodoh (dalam hal rohani / Kitab Suci) biasanya sombong dan bahkan berani mengajari orang yang lebih mengerti!

Karena itu, bagaimanapun juga, jangan berhenti mencari pengetahuan Kitab Suci! Kalau saudara ternyata mempunyai pengetahuan tanpa kasih, maka bukan pengetahuan yang dibuang atau dihentikan dalam pencariannya, tetapi kasihnyalah yang harus diusahakan. Ini bisa saudara lakukan dengan memintanya dari Tuhan yang adalah kasih, dan juga dengan banyak bersekutu dengan Dia!

3) Ada hal-hal yang boleh atau tidaknya untuk dilakukan, bukan hanya ditinjau dari pengetahuan Kitab Suci, tetapi juga dari kasih. Khususnya kalau saudara mau melakukan tindakan-tindakan netral (yang tidak dilarang maupun diperintahkan oleh Tuhan / Kitab Suci), maka saudara harus me-ninjaunya berdasarkan kasih. Ini bisa saudara lakukan dengan memper-tanyakan hal ini: apakah tindakan ini merugikan / menjatuhkan orang lain? Kalau ya, janganlah lakukan tindakan itu, sekalipun tindakan itu tak dilarang oleh Kitab Suci.

Ay 4-6:

Sekarang, Paulus menjelaskan tentang ‘pengetahuan’ yang ia maksudkan dalam ay 1, yaitu bahwa berhala / dewa itu bukan apa-apa, dan bahwa sebetulnya hanya ada 1 Allah saja.

Dari sini bisa disimpulkan bahwa sebetulnya makan makanan yang sudah dipersembahkan kepada berhala, tidak bisa mencemarkan kita. Tindakan itu sendiri sebetulnya tidak dosa (ay 8,9).

I KORINTUS 8: 7-13:

1) Tidak semua orang mempunyai pengetahuan itu (ay 7).

a) Ada orang-orang yang sekalipun sudah menjadi orang kristen, tetapi tidak diajar dengan baik, sehingga masih kurang mempunyai pengertian. Mereka ini menganggap bahwa makan makanan yang sudah dipersembahkan kepada berhala adalah dosa / najis, sehingga kalau mereka makan makanan itu mereka akan merasa bersalah (ini yang dimaksud dengan ‘hati nurani mereka itu dinodai olehnya’ dalam ay 10).

b) Tindakan memakan makanan persembahan berhala itu tidak salah bagi orang yang mengerti / tahu. Tetapi bagi mereka yang tidak mengerti dan yang menganggap tindakan itu berdosa, maka mereka betul-betul berdosa kalau mereka memakannya (Roma 14:14,23). Mengapa begitu? Karena kalau mereka menganggap tindakan itu berdosa, dan mereka tetap melakukannya, ini jelas menunjukkan ketidakpedulian terhadap Firman Tuhan maupun terhadap Allah sendiri.

Jadi jelas bahwa ada tindakan-tindakan tertentu, yang tidak salah bagi satu orang, tetapi salah bagi orang lain!

c) Dalam hidup kita, kita tak boleh melakukan sesuatu hanya berdasarkan pengetahuan kita, tetapi juga berdasarkan ketidaktahuan orang lain.

Seorang penafsir berkata:

“You have knowledge; they are ignorant. Your actions ought to be regulated not merely according to your knowledge, but also according to their ignorance” (= Kamu mempunyai pengetahuan, mereka tidak tahu. Tindakanmu harus diatur bukan semata-mata sesuai dengan pengetahuanmu, tetapi juga sesuai ketidaktahuan mereka).

2) Makan makanan yang sudah dipersembahkan kepada berhala, sebetulnya memang tidak dosa. Ay 8 menunjukkan bahwa ini termasuk tindakan netral! Dan ay 9 menyebut ‘kebebasan’, yang jelas menunjukkan bahwa tindakan tersebut sebetulnya tidak dosa.

3) Tetapi, karena tindakan itu bisa menjatuhkan orang lain, maka tindakan itu tidak boleh kita lakukan (ay 9-13).

Ay 9: kita harus hati-hati supaya tidak menjatuhkan orang yang lemah!

Ay 10: Paulus memberi contoh bagaimana orang yang lemah bisa jatuh karena orang yang kuat memakan makanan yang sudah dipersembahkan kepada berhala.

‘Mereka lemah hati nuraninya’ artinya: mereka menganggap bahwa hal itu dosa, atau mereka ragu-ragu apakah hal itu diperbolehkan.

Tetapi melihat orang yang punya pengetahuan ternyata makan, maka itu mendorong mereka untuk ikut makan. Ini menyebabkan:

mereka merasa bersalah (‘hati nurani mereka dinodai’).

mereka bukan sekedar merasa berdosa, tetapi mereka betul-betul berdosa (Roma 14:14,23).

Ay 11:

1) Ayat ini dianggap sebagai ayat yang bertentangan dengan 2 doktrin Reformed / Calvinisme, yaitu:

doktrin Perseverance of the Saints (= Ketekunan orang kudus) yang menyatakan bahwa orang kristen yang sungguh-sungguh, tidak mungkin kehilangan keselamatannya. Tapi ay 11 itu menunjukkan bahwa orang kristen bisa binasa, berarti kehilangan keselamatannya.

doktrin Limited Atonement (= Penebusan terbatas) yang menyatakan bahwa Kristus mati hanya untuk menebus orang-orang pilihan saja. Tetapi ay 11 itu mengatakan bahwa orang, untuk siapa Kristus sudah mati, ternyata akhirnya binasa. Jadi, Kristus juga mati untuk orang-orang yang akan masuk neraka (bukan pilihan)

Jawaban terhadap serangan itu:

Ada beberapa kemungkinan untuk menafsirkan ay 11 ini:

a) Kata-kata ‘saudaramu, yang untuknya Kristus telah mati’ diartikan sebagai ‘orang kristen yang sejati’. Tetapi kata ‘binasa’ tidak diartikan ‘masuk ke neraka’, tetapi diartikan ‘jatuh ke dalam dosa’.

Keberatan terhadap penafsiran ini: Kata Yunani yang diterjemahkan ‘binasa’ adalah APOLLUTAI yang bisa diterjemahkan sebagai:

membunuh (Mat 2:13 1Kor 10:9-10).

membinasakan dalam neraka (Mat 10:28 Yoh 3:16).

terhilang / kehilangan (Mat 10:6,42).

hancur / terbuang (Mark 2:22).

Kata APOLLUTAI tidak pernah punya arti / diterjemahkan sebagai ‘jatuh dalam dosa’.

Jawaban terhadap keberatan ini: Bagaimanapun juga, saya berpendapat bahwa ini adalah penafsiran yang mempunyai kemungkinan benar, karena kontex dari ay 11 ini cocok dengan arti tersebut. Perhatikan kata-kata ‘hati nurani mereka dinodai’ dalam ay 7, dan juga ‘batu sandungan’ dalam ay 9,13, dan juga ‘melukai hati nurani mereka’ dalam ay 12. Disamping itu, agak aneh kalau tindakan seseorang untuk makan makanan persembahan berhala itu, membawa seseorang lain ke dalam neraka!

Kalau kita menerima penafsiran bahwa ‘binasa’ berarti ‘jatuh ke dalam dosa’, maka jelas sekali bahwa ay 11 ini tidak bertentangan dengan 2 doktrin Reformed tersebut di atas!

b) Kata ‘binasa’ diartikan ‘masuk ke neraka’, tetapi kata-kata ‘saudaramu, yang untuknya Kristus telah mati’ diartikan sebagai ‘orang kristen KTP’.

Kalau kita menafsirkan seperti ini, maka jelaslah bahwa ay 11 ini tidak menentang 2 doktrin Reformed tersebut di atas.

Penafsiran ini mungkin saja benar, karena penulis-penulis Kitab Suci sering menggambarkan seseorang sesuai dengan pengakuan orang itu. Jadi, orang yang mengaku sebagai orang kristen, digambarkan betul-betul sebagai orang kristen, sekalipun sebetulnya ia hanya kristen KTP saja! Contoh:

Kis 8:13 mengatakan bahwa Simon Magus ‘menjadi percaya’, tetapi dari sikap Simon Magus selanjutnya dan juga dari kata-kata Petrus kepadanya (Kis 8:14-24), jelas terlihat bahwa ia bukan orang kristen yang sungguh-sungguh!

Yoh 6:66 menunjukkan adanya banyak ‘murid’ Tuhan Yesus yang meninggalkan Yesus. Ini juga jelas menunjukkan bahwa mereka bukan orang yang sungguh-sungguh percaya kepada Yesus (bandingkan dengan 1Yoh 2:18-19)

2Pet 2:1 bahkan menggambarkan orang-orang itu sebagai orang yang ditebus oleh Yesus. Tetapi mereka ternyata menyangkal Penguasa (Yesus), dan mereka adalah nabi-nabi palsu!

c) Kata ‘binasa’ diartikan ‘masuk ke neraka’, dan kata-kata ‘saudaramu, yang untuknya Kristus telah mati’ diartikan orang kristen sejati. Tetapi ay 11 ini ditafsirkan bukan sebagai sesuatu yang betul-betul terjadi / sesuatu yang betul-betul bisa terjadi, tetapi sekedar sebagai suatu peringatan, justru supaya hal itu tidak terjadi!

Contoh dari Kitab Suci: Kis 27:21-25 Paulus yakin bahwa semua pasti selamat, karena itu dijanjikan oleh Tuhan. Tetapi Kis 27:26-34 menunjukkan bahwa mereka tetap harus berusaha supaya selamat. Dalam Kis 27:31, Paulus bahkan memberikan peringatan dengan berkata: “Jika mereka tidak tinggal di kapal, kamu tidak mungkin selamat”. Paulus jelas bukannya bertentangan dengan dirinya sendiri! Semua ini hanya menunjukkan, bahwa sekalipun keselamatan itu dijamin oleh Tuhan, mereka tetap punya tanggung jawab untuk berusaha supaya selamat!

Kita bisa menafsirkan 1Kor 8:11 ini dengan cara yang sama. Orang yang sungguh-sungguh kristen, sudah selamat dan tidak akan kehilangan keselamatannya. Tetapi manusia tetap mempunyai tanggung jawab. Orang yang mempunyai pengetahuan, harus hidup sedemikian rupa sehingga tidak menghancurkan keselamatan orang-orang yang lemah. Jadi, ini hanya suatu peringatan saja!

Kalau ditafsirkan seperti ini, maka jelas bahwa ay 11 ini tidak menentang 2 doktrin Reformed tersebut di atas!

2) Ay 11 ini juga menunjukkan bahwa kalau kita melihat orang yang lemah, kita harus menyadari bahwa Kristus mati bagi dia! Itu berarti bahwa Kristus mengasihi dia! Karena itu, kita juga harus mengasihi dia (bukannya jengkel terhadap dia!), dan kita harus berusaha untuk tidak menjatuhkan dia!

Ay 12: Dosa yang dilakukan terhadap mereka (orang-orang yang lemah) sama halnya seakan-akan dosa itu dilakukan terhadap Kristus sendiri. Mengapa?

a) Karena Kristus satu dengan mereka.

b) Karena Kristus menyuruh mengasihi mereka (Mat 22:39).
Ay 13: Paulus rela berkorban bagi saudara seiman. Kita juga harus seperti itu!

I KORINTUS 9:1-18

Pendahuluan:

Kalau kita melihat sepintas lalu maka 1Kor 9 kelihatannya sama sekali tidak ada hubungannya dengan 1Kor 8. Tetapi kalau kita mempelajarinya dengan teliti, maka kita akan melihat hubungan antara 1Kor 8 dengan 1Kor 9.

Dalam 1Kor 8, Paulus menghadapi orang-orang Korintus yang menganggap bahwa sebagai orang kristen mereka mempunyai kebebasan / hak untuk memakan makanan yang sudah dipersembahkan kepada berhala. Dan mereka betul-betul melakukan hal itu, tanpa mempedulikan bahwa tindakan mereka itu menyebabkan orang-orang kristen yang lemah imannya tersandung dan jatuh ke dalam dosa. Lalu Paulus mengatakan bahwa sekalipun suatu tindakan itu sebetulnya bukan dosa, dan karena itu orang kristen mempunyai hak untuk melakukannya, tetapi kalau tindakan itu bisa menyebabkan orang lain tersandung dan jatuh ke dalam dosa, maka tindakan itu tidak boleh dilakukan!

Dalam 1Kor 9 ini, Paulus menunjukkan bahwa dalam kehidupannya sendiri, iapun rela membuang hak-haknya demi kepentingan orang lain. Jadi, 1Kor 9 ini merupakan praktek (dalam hidup Paulus) dari apa yang Paulus ajarkan dalam 1Kor 8!

I KORINTUS 9: 1-2:

1) Ay 1a: ‘Bukankah aku rasul? Bukankah aku orang bebas?’.

Dalam KJV urut-urutannya sama seperti dalam Kitab Suci Indonesia, tetapi dalam NIV/NASB/RSV urut-urutannya terbalik, yaitu: “Am I not free? Am I not an apostle?” (= Bukankah aku bebas? Bukankah aku adalah seorang rasul?). Perbedaan ini mungkin terjadi karena ada perbedaan manuscript.

Sekalipun perbedaan ini tidak terlalu berarti, tetapi terjemahan dari NIV/NASB/RSV lebih cocok dengan kontex, karena kata-kata ‘bukankah aku rasul?’ langsung disambung dengan pembuktian bahwa ia memang adalah rasul.

2) Ay 1a: ‘Bukankah aku orang bebas?’.

Bagian ini mungkin sekali berhubungan dengan ay 19-23, dimana Paulus menyatakan bahwa sekalipun ia adalah orang bebas, tetapi ia rela membuang haknya sebagai orang bebas, dan ia rela menjadi hamba semua orang, supaya ia bisa memenangkan jiwa mereka.

3) Karena ada orang-orang Korintus yang meragukan kerasulan Paulus, maka sebelum Paulus berbicara tentang hak-hak seorang rasul / hamba Tuhan (ay 4-6), maka ia lebih dulu memberikan bukti-bukti bahwa ia betul-betul adalah seorang rasul (ay 1-2). Bukti-bukti itu adalah:

a) Ia telah melihat Yesus (ay 1).

Kalau kita melihat Kis 1:22 2:32 3:15 4:33, maka bisa kita simpulkan bahwa syarat seorang rasul adalah: ia harus pernah melihat Yesus, khususnya setelah Yesus bangkit dari antara orang mati.

Karena itulah maka Paulus mengatakan bahwa iapun pernah melihat Yesus (bdk. Kis 9:3-6), dan karena itu, iapun memenuhi syarat seorang rasul.

Dalam ay 1, Paulus berkata: ‘Bukankah aku telah melihat Yesus, Tuhan kita?’. Ini adalah sesuatu yang cukup aneh, karena dalam surat-surat Paulus, Paulus jarang sekali menyebut ‘Yesus’ tanpa embel-embel ‘Kristus’. Ia selalu menyebut ‘Yesus Kristus’ atau ‘Kristus Yesus’. Karena itu, ada orang yang menafsirkan bahwa di sini ia hanya menyebut ‘Yesus’ karena ia menekankan kemanusiaan Yesus. Jadi, ia menekankan bahwa ia bukan sekedar mendapat penglihatan tentang Yesus, tetapi ia betul-betul melihat Yesus sebagai manusia.

b) Orang Korintus adalah buah pekerjaan Paulus (ay 1b), dan kehidupan mereka dalam Tuhan adalah meterai kerasulan Paulus (ay 2b).

Bagaimana mungkin pertobatan orang Korintus ini bisa membuktikan kerasulan Paulus? Ini disebabkan karena dalam pelayanannya di Korintus (dan juga di tempat-tempat lain), Paulus mengaku diri sebagai seorang rasul. Tetapi kenyataannya pelayanannya membuahkan hasil, dan itu membuktikan bahwa Tuhan menyertai / memberkati Paulus dalam pelayanannya, dan ini membuktikan bahwa Tuhan menyetujui pengakuan Paulus bahwa ia adalah seorang rasul.

Dalam ay 2 Paulus sekaligus ‘menyerang’ orang-orang Korintus. Mereka seharusnya menjadi orang-orang yang terakhir yang meragukan kera-sulan Paulus. Orang lain boleh tidak percaya, tetapi mereka harus per-caya. Mengapa? Karena mereka bertobat gara-gara pelayanan Paulus!

Ay 3:

1) ‘Inilah pembelaanku ...’ (ay 3).

Ditinjau dari sudut bahasa Yunaninya, kata ‘ini’ bisa menunjuk baik pada ay 1-2, maupun pada ay 4 dst.

NASB: “My defense to those who examine me is this:” (= Pembelaanku terhadap mereka yang memeriksaku adalah ini:).

KJV: “Mine answer to them that do examine me is this,” (= Jawabanku kepada mereka yang memeriksaku adalah ini,).

Terjemahan NASB/KJV jelas menunjukkan bahwa kata ‘this’ menunjuk pada ay 4 dst.

NIV: “This is my defense to those who sit in judgment on me” (= Ini adalah pembelaanku kepada mereka yang duduk menghakimi aku).

RSV: “This is my defence to those who would examine me” (= Ini adalah pembelaanku kepada mereka yang mau memeriksaku).

Kalau dilihat terjemahan NIV/RSV ini, maka kata ‘this’ bisa menunjuk baik pada ay 1-2, maupun pada ay 4 dst.

Saya berpendapat bahwa kata ‘ini / this’ dalam ay 3 ini menunjuk pada ay 1-2, karena dalam ay 1-2 itulah Paulus membuktikan kerasulannya, yang jelas merupakan pembelaannya terhadap ‘serangan’ orang-orang Korintus yang mengatakan bahwa ia bukan rasul.

2) ‘mengkritik’ (ay 3). Ini salah terjemahan!

NIV: ‘sit in judgment’ (= duduk menghakimi).

NASB/KJV/RSV: ‘examine’ (= memeriksa).

Kata bahasa Yunaninya adalah ANAKRINOUSIN yang berasal dari kata dasar ANAKRINO yang berarti to examine / investigate (= memeriksa / menyelidiki). Kata ini merupakan suatu istilah pengadilan dan digunakan untuk menggambarkan seorang hakim yang memeriksa seorang terdakwa dalam pengadilan.

Jadi, dari arti kata itu dalam bahasa Yunaninya, kita bisa tahu apa yang dilakukan oleh orang-orang Korintus itu terhadap Paulus. Mereka bukan sekedar ‘mengkritik’! Tetapi mereka ‘menaruh Paulus di bawah mikroskop’ dan menghakimi Paulus, dan menyatakan bahwa Paulus bukanlah seorang rasul. Padahal, mereka bertobat karena pelayanan Paulus!

Penerapan:

Jangan sembarangan menghakimi seorang hamba Tuhan (bdk. 1Tim 5:19). Memang kita harus menilai apakah seorang yang mengaku sebagai hamba Tuhan itu betul-betul adalah hamba Tuhan atau nabi palsu (1Yoh 4:1-3). Tetapi kalau ada seorang hamba Tuhan yang betul-betul memberitakan Injil dan mengajarkan Firman Tuhan, dan saudara sudah merasakan banyak berkat dari pelayanannya, bahkan saudara bertobat karena pelayanannya, dan lalu saudara menilai dia sebagai nabi palsu hanya karena ada gossip / fitnah tentang dia, maka itu betul-betul keterlaluan.

3) Kata ‘pembelaan’ (ay 3), dalam bahasa Yunaninya adalah APOLOGIA. Dari kata inilah muncul kata Apologetics, yaitu suatu pertahanan / pembelaan terhadap ajaran-ajaran dalam kekristenan.

Dari ay 3 ini, lagi-lagi terlihat bahwa Paulus membela diri! Mengapa? Karena tuduhan bahwa Paulus itu bukan rasul, bukan sekedar merugikan diri Paulus sendiri, tetapi juga merugikan seluruh pelayanan Paulus, dan bisa merusak banyak gereja-gereja yang dilayani / didirikan oleh Paulus.

Memang seorang hamba Tuhan tidak perlu membela diri demi dirinya sendiri. Tetapi kalau ia melihat bahwa serangan yang dilancarkan kepada dirinya itu ternyata bisa merugikan seluruh gereja / kekristenan, maka ia bukan saja boleh, tetapi bahkan harus membela diri!

I KORINTUS 9: 4-15a:

1) Hak-hak Paulus / hamba Tuhan (ay 4-6):

a) Ay 4: hak untuk makan dan minum.

Yang dimaksud di sini adalah: Paulus / hamba Tuhan berhak makan dan minum atas biaya gereja. Atau dengan kata lain, gereja harus mencukupi kebutuhan makan / minum seorang hamba Tuhan. Tentu saja ini tidak boleh diartikan bahwa hamba Tuhan itu berhak untuk makan secara mewah / berfoya-foya dalam hal makan!

b) Ay 5: hak untuk membawa istri dalam perjalanan.

Lagi-lagi yang dimaksud di sini adalah: Paulus / hamba Tuhan berhak membawa istrinya dalam perjalanan / pelayanan atas biaya gereja.

‘saudara-saudara Tuhan’. Ada 2 penafsiran tentang bagian ini:

Yohanes dan Yakobus, yaitu 2 dari 12 murid Yesus yang merupakan saudara sepupu Tuhan Yesus.

Yakobus dan Yudas, yaitu saudara tiri Tuhan Yesus, anak-anak dari Maria dan Yusuf (Mat 13:55). Jelas bahwa pandangan kedua inilah yang benar, dan ini membuktikan bahwa Maria bukan perawan yang abadi karena ia mempunyai anak-anak lain setelah Yesus!

‘Kefas’. Yang dimaksud dengan Kefas adalah Petrus (Yoh 1:42). Ini menunjukkan bahwa Petrus mempunyai istri (bdk. Mat 8:14 yang mengatakan bahwa Petrus mempunyai ibu mertua). Karena itu adalah sesuatu yang aneh dan tidak alkitabiah bahwa gereja Roma Katolik percaya / mengajarkan bahwa Petrus adalah Paus I, tetapi gereja itu melarang hamba Tuhan / Paus untuk menikah.

‘istri kristen’. KJV memberikan terjemahan hurufiah: ‘a sister, a wife’ yang artinya adalah: seorang istri yang adalah saudara perempuan / orang percaya. Ini lagi-lagi menekankan bahwa orang kristen harus menikah dengan orang yang seiman! (bdk. 2Kor 6:14).

Penerapan: dalam pelayanan ke luar kota, Camp / Retreat gereja harus mengijinkan hamba Tuhan untuk membawa istri atas biaya gereja!

c) Ay 6: hak untuk bebas dari pekerjaan tangan / kerja untuk mencari nafkah. Gereja harus mencukupi biaya hidup hamba Tuhan sehingga ia tidak perlu bekerja di luar untuk mencukupi kebutuhan hidupnya.

2) Paulus berkata bahwa hamba Tuhan tidak perlu bekerja dan harus diberi biaya hidup oleh gereja. Untuk ini ia memberi banyak argumentasi:

a) Ay 7: ia memberikan 3 buah contoh / illustrasi yang menunjukkan bahwa hal itu adalah sesuatu yang logis / umum:

tentang tentara (ay 7a).

tentang penanam kebun anggur (ay 7b).

tentang gembala domba (ay 7c).

Semua orang-orang ini hidup dari pekerjaan yang mereka lakukan. Jadi, jelaslah bahwa hal itu adalah sesuatu yang logis / umum. Dan karena itu hamba Tuhan juga harus demikian!

b) I KORINTUS 9: 8-10:

Ay 8:

Tadi dalam ay 7 ia memberikan argumentasi menurut logika manusia. Sekarang ia mengatakan bahwa ia tidak mau hanya memakai logika manusia saja! Dan ia lalu memberi dasar Firman Tuhan!

Penerapan:

Ini sangat penting baik bagi pendeta, penginjil, guru sekolah minggu, orang kristen pada waktu berdebat / menyatakan pendapat, dsb. Kita tidak boleh mengajar / menyatakan pendapat yang hanya didasarkan pada logika manusia, kesaksian / pengalaman, cerita / dongeng dsb. Kita harus bisa memberikan dasar Kitab Sucinya!

Juga, jangan saudara mau menerima pandangan / ajaran yang sekalipun logis / masuk akal, tetapi tidak mempunyai dasar Kitab Suci!

Ay 9: ini merupakan kutipan dari Ul 25:4.

Ada 2 penafsiran, yaitu:

Ul 25:4 itu terletak dalam kontex yang berbicara tentang manusia. Dan karena itu Ul 25:4 itu pasti berbicara tentang manusia. Jadi, Ul 25:4 itu menggunakan bahasa figurative / kiasan. Yang dimaksud bukan sungguh-sungguh lembu tetapi ‘hamba Tuhan’.

Ul 25:4 itu memang berbicara tentang lembu. Tetapi kalau Allah memperhatikan lembu, apalagi manusia / hamba Tuhan. Jadi, Ul 25:4 juga berlaku untuk hamba Tuhan.

Yang manapun yang benar, jelas bahwa Paulus tidak mengallegorikan Ul 25:4.

Ay 10: pembajak / pengirik adalah hamba Tuhan.

Dikatakan dalam ayat tersebut bahwa mereka harus berharap! Jadi, tidak salah bagi seorang hamba Tuhan kalau ia berharap supaya hidupnya dicukupi. Itu bukan mata duitan / sifat duniawi / tidak mau menyangkal diri dsb.

c) Ay 11-12a:

Ay 11: bdk. Ro 15:25-27 Gal 6:6.

Letak argumentasi Paulus adalah: Hal rohani jauh lebih berharga dari pada hal duniawi. Jadi, kalau seorang hamba Tuhan memberikan sesuatu yang bersifat rohani kepada saudara, maka adalah sesuatu yang wajar kalau ia mendapatkan sesuatu yang bersifat jasmani / duniawi dari saudara.

Disamping itu, Guru, dokter, pengacara, insinyur, montir, koki, pelayan, toko, dsb memberikan kepada saudara sesuatu yang jasmani / duniawi dan saudara rela orang-orang tersebut menuai uang saudara. Adalah sesuatu yang aneh, kalau hamba Tuhan memberi kepada saudara sesuatu yang rohani, lalu saudara tidak rela kalau hamba Tuhan itu menuai sesuatu yang duniawi dari saudara!

Ay 12a: Yang dimaksud dengan ‘orang lain’ di sini adalah guru / pengajar Firman Tuhan yang lain. Paulus lebih berhak, karena ia yang mempertobatkan orang Korintus / mendirikan gereja Korintus.

d) Ay 13: Dalam Yudaisme / Bait Allah / Perjanjian Lama juga begitu.

Bdk. Bil 18:8-13 Ul 18:1-8.

e) Ay 14: Yang dimaksud dengan ‘Tuhan’ di sini adalah Tuhan Yesus. Memang Tuhan Yesus sendiri mengajarkan demikian dalam Luk 10:7 & Mat 10:10b.

Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dari ay 14:

1. Ay 14 ini tidak mengatakan bahwa seorang hamba Tuhan ‘harus kaya dari pemberitaan Injil’, tetapi bahwa seorang hamba Tuhan ‘harus hidup dari pemberitaan Injil itu’.

Jadi, kewajiban gereja adalah mencukupi kehidupan seorang hamba Tuhan, dan bukan menjadikannya kaya. Sekalipun gerejanya berkembang menjadi besar dan kaya, itu tidak berarti bahwa gereja harus memberi hamba Tuhan itu ‘HR’ yang makin lama makin besar sehingga menjadikannya kaya (bdk. Mat 6:21).

2. Kata-kata ‘harus hidup’ dalam ay 14 itu menunjukkan bahwa gereja harus memberikan biaya hidup kepada hamba Tuhan. Jadi istilah yang benar sebetulnya adalah biaya hidup, bukan bayaran / upah / gaji / HR dsb.

Perbedaan antara biaya hidup dengan HR / gaji / bayaran / upah:

HR / gaji / bayaran / upah adalah uang yang diberikan sebagai imbalan atas pekerjaan seeorang. Karena itu, ini diberikan pada akhir bulan (setelah orang itu melakukan pekerjaannya).

Tetapi biaya hidup adalah uang yang diberikan kepada seseorang supaya orang itu bisa hidup. Karena itu, biaya hidup harus diberikan pada awal bulan!

HR / gaji / bayaran / upah lebih bersifat tetap, dalam arti: tidak naik turun sesuai dengan kebutuhan. Karena itu, kalau seseorang mempunyai seorang pegawai, ia tidak wajib menaikkan gaji pegawainya pada saat pegawai itu menikah, punya anak dsb.

Tetapi biaya hidup, sesuai dengan namanya, harus naik turun sesuai dengan kebutuhan orang itu.

Misalnya: kalau hamba Tuhan menikah, punya anak, atau sakit sehingga masuk rumah sakit dsb, maka jelas biaya hidup harus dinaikkan. Sebaliknya, kalau anaknya sudah besar dan sudah bekerja sendiri, maka jelas biaya hidup harus diturunkan.

Karena itu, majelis tidak boleh bersikap acuh tak acuh terhadap kebutuhan-kebutuhan hamba Tuhan, apalagi menganggap bahwa hal itu bukanlah urusannya. Sebaliknya, majelis harus memperhatikan kebutuhan-kebutuhan dari hamba Tuhan! Hal-hal yang harus diperhitungkan pada waktu memberi biaya hidup seorang hamba Tuhan:

istri (bdk. ay 5).

anak & pendidikan anak.

rumah / tempat tinggal.

transportasi (mobil / sepeda motor).

kesehatan hamba Tuhan + istri & anak-anaknya.

kebutuhan pokok sekeluarga (makanan & pakaian).

buku-buku rohani / theologia untuk pelayanan!

3. Gereja tidak wajib, bahkan tidak boleh mencukupi kehidupan seadanya orang yang mengaku sebagai hamba Tuhan! Mengapa? Karena hal ini akan menyebabkan banyak orang lalu menjadi hamba Tuhan, hanya supaya hidup mereka dicukupi (sebagai profesi)! Dengan kata lain, hal ini akan menarik banyak hamba Tuhan yang palsu! Gereja hanya wajib mencukupi kebutuhan hidup seorang hamba Tuhan yang sejati dan yang sungguh-sungguh bekerja bagi Tuhan.

Ay 14 menunjukkan bahwa orang-orang yang harus dicukupi hidupnya adalah ‘mereka yang memberitakan Injil’! Bandingkan juga dengan 1Tim 5:17-18.

Karena itu, gereja / majelis harus berusaha membedakan antara hamba Tuhan yang sejati dan nabi palsu. Hal ini bisa dilakukan dengan meneliti kehidupan, kepercayaan, ajaran dan pelayanan dari orang yang mengaku sebagai hamba Tuhan itu.

Tetapi, juga perlu diingat bahwa ada hamba Tuhan yang sungguh-sungguh, tetapi yang karunianya tidak terlalu besar. Gereja tidak boleh secara sembarangan menganggap bahwa orang itu bukanlah hamba Tuhan!

4. Ay 14 ini adalah suatu perintah, dan karena itu, hal ini adalah sesuatu yang harus dilakukan! Tetapi, bagaimana kalau gerejanya adalah gereja yang kecil dan miskin?

dari sudut hamba Tuhannya: ia harus punya kerelaan untuk berkorban, misalnya dengan hidup sangat irit, dan bahkan kalau terpaksa, bekerja mencari nafkah seperti yang dilakukan oleh Paulus
dari sudut gereja:

Harus diingat bahwa kalau gereja tidak mencukupi hamba Tuhan, maka gereja / jemaat sendirilah yang akan rugi. Hamba Tuhan yang harus mengurusi kebutuhan hidupnya sendiri, apalagi yang harus bekerja mencari nafkah sendiri, pasti akan sukar berkonsentrasi pada pelayanan / pemberitaan Firman Tuhan! (bdk. Neh 13:10-13).

Karena itu adalah perintah Tuhan, maka gereja / majelis tidak boleh takut di dalam mentaatinya. Mungkin sekali, justru karena gereja / majelis takut dalam mentaati perintah ini, maka Tuhan justru tak memberkati gereja tersebut dalam hal keuangan. Sebaliknya, kalau gereja / majelis dengan iman mentaati perintah ini, Tuhan pasti akan memberkati / mencukupi gereja itu dalam hal keuangan.

Analogi: dalam hal persembahan persepuluhan, orang juga sering takut untuk mentaati Tuhan. Tetapi, orang yang lalu tidak mau memberi persembahan persepuluhan karena takut, bisa-bisa hidupnya malah tidak cukup, karena Tuhan tidak memberkati dia. Sebaliknya, orang yang dengan iman mau memberikan persembahan persepuluhan, malah menjadi cukup karena diberkati Tuhan.

3) Paulus tidak menggunakan haknya (ay 6,12b,15a), dan untuk mencukupi kebutuhannya, ia bekerja sendiri (bdk. 1Kor 4:12 Kis 18:3). Bukan hanya di Korintus saja ia melakukan hal itu, tetapi juga di Efesus (Kis 20:33-34), dan di Tesalonika (1Tes 2:9 2Tes 3:7-9). Di Korintus ini, ia tidak mau menggunakan haknya karena ia tidak mau pemberitaan Injil yang ia lakukan terhalang (ay 12b). Mungkin sekali, akibat gossip yang dilancarkan oleh orang-orang tertentu, banyak orang Korintus menganggap Paulus memberitakan Injil demi uang. Hal ini jelas bisa menjadi penghalang dalam pemberitaan Injilnya. Dengan Paulus membuang haknya untuk menerima biaya hidup, gossip itu terbukti tidak benar, dan penghalang dalam pemberitaan Injil tersebut bisa dibuang. Jadi, dengan ini ia menunjukkan bahwa ia sendiri mempraktekkan apa yang ia ajarkan dalam 1Kor 8, yaitu harus mau menyangkal hak demi orang lain.

Catatan:

Paulus menolak menerima biaya hidup hanya dalam keadaan khusus. Tidak selalu Paulus bersikap demikian! Ay 15a: kata ‘pernah’ sebetulnya tidak ada! Dalam 2Kor 11:7-9 dan Fil 4:15-18, terlihat dengan jelas bahwa dari jemaat-jemaat tertentu, Paulus mau menerima biaya hidup!

Gereja / jemaat / majelis tidak boleh memakai bagian ini untuk menuntut hamba Tuhan supaya bersikap seperti Paulus!

Ay 15-18:

Dalam ay 15 Paulus mengatakan bahwa ia menulis semua ini (ajaran bahwa hamba Tuhan harus diberi biaya hidup), bukan supaya ia diberi biaya hidup. Jadi, Paulus ingin tetap melayani jemaat Korintus tanpa diberi biaya hidup! Mengapa?

1) Pemberitaan Injil adalah suatu keharusan, dan karena itu kalau ia memberitakan Injil, itu bukanlah sesuatu yang bisa dibanggakan.

a) Pemberitaan Injil adalah suatu keharusan (bdk. Mat 28:19).

Ay 16b: karena itu ia merasa celaka kalau ia tidak melakukan.

Ay 17 tidak berarti bahwa Paulus memberitakan Injil dengan terpaksa (bdk. Ro 1:5 11:13 15:15-16 Gal 1:15-16 Ef 3:8 yang menunjukkan bahwa Paulus menganggap pelayanan sebagai kasih karunia).

Jadi, kita tidak boleh mengartikan bahwa kata-kata ‘melakukan menurut kehendakku’ berarti ‘melakukan dengan sukarela’, dan kata-kata ‘melakukan bukan menurut kehendakku’ berarti ‘melakukan dengan terpaksa’.

Arti yang benar: kata-kata ‘melakukan menurut kehendakku’ berarti ‘ia melakukan hal itu sekalipun Tuhan tidak memerintahkannya’. Dan kata-kata ‘melakukan bukan menurut kehendakku’ berarti ‘ia melakukan hal itu karena Tuhan memerintahkannya’

Dalam hal Pemberitaan Injil, jelas ada perintah dari Tuhan. Dan karena itu, Paulus berkata bahwa ia melakukannya bukan menurut kehendaknya

b) Karena Pemberitaan Injil adalah suatu keharusan, maka kalau ia memberitakan Injil, hal itu bukanlah sesuatu yang bisa dibanggakan.

Lihat ay 16a!

Juga ay 17! Maksudnya: andaikata Pemberitaan Injil itu tidak diperintahkan oleh Tuhan, maka kalau ia memberitakan Injil, ia berhak dapat upah. Artinya: hal itu bisa ia banggakan. Tetapi, Pemberitaan Injil jelas adalah keharusan, dan karena itu kalau ia memberitakan Injil, ia tak mendapat upah / tidak mendapat sesuatu yang bisa dibanggakan (bdk. Luk 17:10).

Karena itulah maka Paulus ingin melakukan sesuatu yang lebih dari sekedar memberitakan Injil, sesuatu yang bisa dibanggakan!

2) Memberitakan Injil tanpa dibayar bukanlah suatu keharusan, dan karena itu hal itu adalah sesuatu yang bisa dibanggakan!

a) Pemberitaan Injil tanpa dibayar, jelas bukan keharusan. Tuhan tak pernah memerintahkan hamba Tuhan untuk menolak pemberian biaya hidup. Sebaliknya, Tuhan bahkan memerintahkan gereja untuk mencukupi kebutuhan hidup dari hamba Tuhan.

b) Karena Pemberitaan Injil tanpa dibayar bukanlah suatu keharusan, maka kalau ia melakukan hal itu, hal itu bisa ia banggakan.

Ay 17: kalau ia melakukan menurut kehendaknya sendiri (arti: melakukan sekalipun tidak diperintah oleh Tuhan), maka ia memperoleh upah (arti: mendapat sesuatu yang bisa dibanggakan).

Ay 18: dalam terjemahan Indonesia ada 3 x kata ‘upah’. Kata ‘upah’ yang pertama dan kedua, harus diartikan sama seperti pada ay 17, yaitu ‘sesuatu yang bisa dibanggakan’. Kata ‘upah’ yang ketiga, artinya adalah ‘biaya hidup’. Bandingkan dengan ay 18 versi NIV: “What then is my reward? Just this: that in preaching the gospel I may offer it free of charge, and so not to make use of my rights in preaching it” (= belum diterjemahkan).

Jadi, arti ay 18 adalah: Paulus merasa bangga kalau ia bisa memberitakan Injil tanpa menerima biaya hidup!

3) Paulus tidak mau hal yang bisa ia banggakan itu lalu dihapuskan. Ia bahkan lebih suka mati dari pada kalau hal itu terjadi (ay 15b).

Ay 15b: terjemahan Indonesia berupa kalimat yang terputus!

Dalam KJV / RSV / NIV / NASB tidak ada kalimat terputus seperti itu.

NIV: “I would rather die than have anyone deprive me of this boast” (= belum diterjemahkan).

Tetapi ada penafsir yang beranggapan bahwa bahasa Yunaninya memang berupa kalimat yang terputus.

Yang manapun yang benar, tidak terlalu jadi soal. Yang jelas, Paulus tidak mau kemegahannya hilang, dan karena itu ia mau tetap melayani orang Korintus tanpa menerima biaya hidup!

Catatan: Paulus tak mau kehilangan hal yang bisa ia banggakan itu, tentu bukan demi kebanggaan pribadi! Tetapi karena ia tahu bahwa hal itu bisa menjadi senjata bagi dia untuk menangkis gossip-gossip yang dilancarkan musuh-musuhnya!

I KORINTUS 9:19-27

I KORINTUS 9: 19-23:

1) Dalam 1Kor 9:1-18, kita sudah melihat bahwa Paulus menunjukkan bahwa dalam hidupnya, ia rela membuang haknya demi kepentingan orang lain.

Di sini, ia kembali memberi contoh dimana ia rela membuang haknya demi orang lain:

a) Ay 19: Paulus adalah orang bebas (bdk. ay 1), tetapi ia mau menjadi hamba bagi semua orang. Tetapi, ay 19 ini harus ditafsirkan dengan memperhatikan 1Kor 7:23b dimana ia melarang untuk menjadi hamba manusia. Jadi, kalau dalam ay 19 ia berkata bahwa ia rela menjadi hamba semua orang, itu tidak berarti ia betul-betul mau tunduk secara mutlak kepada semua manusia, tetapi sekedar bahwa ia mau merendahkan dirinya untuk melayani orang lain dalam pelayanan yang bagaimanapun hinanya / rendahnya.

Penerapan: Kalau saudara adalah orang kaya / berkedudukan, maukah saudara menyangkal diri / hak saudara dan melayani orang lain dalam pelayanan yang rendah?

b) Ay 20:

orang-orang Yahudi adalah orang-orang yang hidup di bawah hukum Taurat.

Yang dimaksud dengan hukum Taurat di sini adalah ceremonial law / hukum-hukum yang berhubungan dengan upacara keagamaan. Orang kristen memang tidak lagi hidup di bawah hukum Taurat / ceremonial law (bdk. Ro 6:14 Ro 10:4 - “Christ is the end of the law”), karena sejak kematian / kebangkitan Kristus, maka ceremonial law ini dihapuskan (Ef 2:15).

Tetapi Paulus, yang adalah orang kristen, yang seharusnya berhak untuk mengabaikan hukum Taurat / ceremonial law, ternyata mau menyangkal haknya dan mau hidup seperti orang Yahudi / orang yang hidup di bawah hukum Taurat. Contoh: Kis 16:1-3 Kis 21:17-26.

c) Ay 21:

terjemahan hurufiahnya adalah “to the ones without law” (= kepada orang-orang tanpa hukum Taurat). Yang dimaksud di sini adalah orang bukan Yahudi.

Yang dimaksud dengan hukum Taurat di sini adalah sama seperti dalam ay 20, yaitu ceremonial law. Jadi, terhadap orang-orang non Yahudi, maka Paulus juga tidak menuruti ceremonial law, dan iapun tidak menyuruh orang-orang non Yahudi itu untuk menuruti ceremonial law, karena hal itu merupakan suatu beban yang berat yang akan menjadi penghalang dalam Pemberitaan Injil (bdk. Kis 15, khususnya Kis 15:10).

Yang dimaksud dengan Hukum Allah di sini adalah moral law (= hukum moral), sedangkan Hukum Kristus jelas tidak berarti bahwa Kristus memberi satu set hukum untuk menggantikan Hukum Taurat yang telah dihapuskan. Mungkin bisa diartikan bahwa orang-orang yang ada di dalam Kristus harus membuktikan imannya dengan perbuatan baik / ketaatan.

Jadi, ay 21b memberikan batas dalam penyesuaian diri dengan orang-orang yang tidak punya Hukum Taurat! Kita tidak boleh menyesuaikan diri dalam hal yang bersifat dosa! Misalnya:

ikut ke pelacuran.

ikut ke tempat penyembahan berhala.

ikut merokok dsb.

d) Ay 22a.

Yang dimaksud dengan orang lemah di sini, adalah sama dengan orang lemah dalam 1Kor 8, yaitu orang-orang yang pandangan / pengertiannya kurang baik.

e) Ay22b: ini secara umum.

Ia mau menjadi segala-galanya supaya dapat memenangkan orang lain.

2) Tujuan Paulus membuang hak:

a) Untuk memenangkan sebanyak mungkin orang.

Ini tertulis sebanyak 6 x! (ay 19b,20a,20b,21b,22b,22c). Ini menunjukkan betapa Injilinya Paulus! Ia menggunakan seluruh hidupnya untuk bisa memenangkan jiwa bagi Tuhan. Bagaimana dengan saudara? Apa yang saudara lakukan supaya saudara bisa memenangkan banyak jiwa bagi Tuhan?

b) Ay 23: ‘karena Injil’.

Artinya: demi kemajuan Injil. Jadi, artinya tidak terlalu berbeda dengan point a) di atas.

c) Ay 23: ‘Supaya aku mendapat bagian di dalamnya’.

Sukar untuk memastikan arti dari bagian ini, tetapi yang jelas artinya bukanlah ‘supaya selamat’, karena kalau diartikan demikian, akan menimbulkan ajaran ‘Salvation by works’ (= Keselamatan karena perbuatan baik)!

Calvin mengartikan “To receive the fruit of it” (= supaya menerima buah dari Injil).

NIV menterjemahkan: “that I may share in its blessings”.

3) Dalam ay 20-22, Paulus membicarakan sikapnya / caranya di dalam menghadapi orang-orang Yahudi, orang-orang bukan Yahudi, dan orang-orang yang lemah.

Paulus pasti mempunyai perbedaan pandangan dengan mereka. Tetapi ia tidak mau memperdebatkan hal-hal itu (kecuali kalau hal itu berhubungan dengan Injil). Ia bahkan menyesuaikan diri untuk bisa memberitakan Injil! Ini merupakan sesuatu yang penting dan harus ditiru. Contoh:

Kalau kita berhadapan dengan orang kharismatik yang belum sungguh-sungguh percaya, kita tidak usah mempersoalkan / berdebat tentang bahasa roh. Tetapi kita harus berusaha memberitakan Injil dulu!

Kalau kita berhadapan dengan orang Arminian yang belum percaya, maka kita tidak usah berbicara tentang Predestinasi! Kita harus berusaha untuk memberitakan Injil dulu!

Kalau kita berhadapan dengan orang Katolik, kita tidak usah berbicara tentang Paus, sakramen, Deutrokanonika dsb. Kita harus berusaha untuk memberitakan Injil dulu!

Demikian juga kalau kita berhadapan dengan orang yang beragama lain, kita tidak perlu mempersoalkan / memperdebatkan hal-hal yang bertentangan antara kekristenan dengan agama mereka (kecuali kalau hal itu berhubungan langsung / erat dengan Injil)! Kita harus berusaha untuk memberitakan Injil dulu kepada mereka!

4) Paulus selalu menyesuaikan diri dengan orang yang diinjili.

Kita juga harus melakukan hal yang sama kalau kita mau memberitakan Injil!

Contoh:

Kalau kita menghadapi orang miskin, kita juga berpakaian sederhana. Dan sebaliknya, kalau kita menghadapi oreang kaya, setidaknya kita berpakaian yang rapi.

Kalau kita menghadapi orang yang bodoh / tidak berpendidikan, maka kita tidak perlu menggunakan istilah-istilah bahasa asing yang sukar. Kita harus menjelaskan secara sederhana dan gamblang, memberikan banyak contoh dan illustrasi untuk membantu ia mengerti. Sebaliknya, kalau kita menghadapi orang yang pandai / terpelajar, maka kita tidak boleh menjelaskan seperti kita mengajar anak SD (terlalu diulang-ulang dsb)

Kita harus bersikap serius terhadap orang serius, dan bersikap ‘sinting’ terhadap orang yang ‘sinting’.

5) Paulus menyesuaikan diri / membuang haknya hanya dalam hal-hal yang tidak dosa (bdk. ay 21) / bukan prinsip (bdk. Kis 15:1-2 Gal 2:3-5). Jadi, bagian ini tidak mengajarkan untuk berkompromi dalam hal-hal yang bersifat dosa ataupun hal-hal yang merupakan prinsip dalam kekristenan!
Ay 24-27:

Bagian ini tetap berhubungan erat dengan bagian di atas. Tadi Paulus menekankan bahwa orang Kristen harus rela membuang hak. Mungkin ada orang yang menganggap Paulus keterlaluan, atau bahwa hal itu terlalu berat. Karena itu Paulus lalu memberikan ay 24-27, yang merupakan suatu desakan untuk mau menyangkal diri / berusaha mati-matian.

1) Hidup Kristen diumpamakan sebagai pertandingan lari.

Karena ini adalah suatu perumpamaan, maka antara hidup kristen dan pertandingan lari, ada persamaan-persamaan tertentu, tetapi juga ada perbedaan-perbedaan tertentu

Persamaannya:

a) Baik orang kristen, maupun seorang atlet dalam pertandingan lari, harus berusaha mati-matian, dan harus melakukannya dengan tekun sampai akhir (ay 24).

Penerapan: apakah saudara berusaha mati-matian dan tekun dalam belajar Firman Tuhan, berdoa, berusaha membuang dosa / menyucikan diri, melayani / memberitakan Injil, memberi persembahan, dsb?

b) Baik orang kristen maupun seorang atlet dalam pertandingan lari, harus bisa menguasai diri dalam segala hal (ay 25,27a).

Ay 27a (NIV): “No,I beat my body and make it my slave” (= belum diterjemahkan).

Bandingkan juga dengan Ro 13:14b!

Penerapan: penguasaan diri diperlukan, bukan hanya dalam hal yang bersifat dosa, tetapi juga dalam hal yang tidak bersifat dosa tetapi yang menghalangi Pemberitaan Injil.

c) Ay 26 (NIV): “I do not fight like a man beating the air”.

Ada 2 kemungkinan arti:

Harus ada tujuan, tidak sembarangan. Lari mempunyai tujuan yaitu garis finish. Hidup Kristen mempunyai tujuan, yaitu untuk memuliakan Tuhan.

Harus ada gunanya.

Kalau “speaking into the air” dalam 1Kor 14:9 artinya adalah berbicara tanpa ada gunanya, maka mungkin sekali “beating the air” dalam ay 26 ini artinya adalah memukul tanpa ada gunanya.

Penerapan: jangan asal melakukan pelayanan / aktivitas dalam hidup kekristenan saudara! Lakukanlah pelayanan yang ada gunanya!

Perbedaannya:

a) Dalam lari, hanya satu orang yang bisa juara / menang (ay 24). Dalam hidup Kristen, banyak yang bisa menang.

b) Dalam pertandingan lari, pelari yang lain adalah saingan (ay 24). Dalam hidup Kristen, orang kristen lain bukanlah saingan, karena sama-sama bisa menang.

Penerapan: kalau ada gereja baru yang berdiri, dan lalu banyak jemaat gereja saudara yang pindah ke gereja baru itu, bagaimana sikap saudara terhadap gereja baru itu? Apakah saudara menganggapnya sebagai saingan? Kalau ada orang kristen lain yang bisa melayani Tuhan dengan cara yang lebih baik dari saudara, bagaimana sikap saudara terhadapnya? Apakah saudara menganggapnya sebagai saingan? Kalau saudara menganggap gereja / orang kristen itu sebagai saingan, maka jelas bahwa saudara bukan hidup bagi kemuliaan Tuhan, tetapi bagi kemuliaan gereja saudara atau diri saudara sendiri!

c) Dalam pertandingan lari, pemenangnya mendapat mahkota yang fana. Dalam kehidupan Kristen, kita akan mendapat mahkota yang kekal (ay 25b).

Perbedaan ini menyebabkan orang Kristen harus lebih mati-matian / tekun daripada pelari!

2) Ay 27b.

Ada orang yang menganggap bahwa ayat ini menunjukkan bahwa Paulus takut kehilangan keselamatannya, dan karena itu, jelaslah bahwa keselamatan bisa hilang!

Tetapi pandangan seperti itu salah, karena ayat ini terletak dalam kontex yang berbicara tentang pertandingan lari, hadiah / mahkota / pahala. Karena itu, yang ditakutkan oleh Paulus dalam ayat ini bukanlah kehilangan keselamatannya, tetapi kehilangan pahalanya!

NIV: “... I myself will not be disqualified for the prize” (= ... aku tidak didiskwalifikasi untuk hadiahnya).

Harus diakui bahwa dalam bahasa aslinya, kata-kata ‘for the prize’ itu tidak ada. Tetapi, kontexnya membenarkan penafsiran seperti itu!

Bandingkan ayat ini dengan 1Kor 3:11-15!

I KORINTUS 10:1-13

Hubungan 1Kor 9 dengan 1Kor 10.

Sepintas lalu kelihatannya, 1Kor 10 tidak ada hubungannya dengan 1Kor 9, tetapi sebetulnya 2 bagian ini tetap berhubungan. Pada akhir dari 1Kor 9, yaitu ay 24-27, Paulus menekankan perlunya penguasaan diri dan usaha yang keras untuk mendapatkan mahkota kehidupan. Sekarang, dalam 1Kor 10, Paulus menunjukkan apa yang dialami oleh bangsa Israel karena tidak adanya penguasaan diri.

I KORINTUS 10: 1-5:

1) Ay 1:

a) Ay 1 ini terjemahannya kurang tepat.

NIV: ‘I don’t want you to be ignorant’ (= aku tidak mau engkau tidak tahu).

Ini menunjukkan bahwa Paulus tidak senang kalau orang kristen tidak tahu / tidak mengerti apa-apa tentang Kitab Suci / sejarah Suci! Karena itu, kalau sampai saat ini saudara termasuk orang yang tidak tahu / tidak mengerti, berusahalah untuk lebih banyak belajar Kitab Suci!

b) Ay1: ‘nenek moyang’.

Kata bahasa Yunaninya adalah HOI PATERES, yang sebetulnya berarti ‘the fathers’ (= bapa-bapa).

1. Dalam Kitab Suci:

kata ‘anak’ bisa berarti ‘keturunan’.

kata ‘memperanakkan’ bisa berarti ‘menurunkan’.

kata ‘bapa’ bisa berarti ‘nenek moyang’.

Pengertian seperti ini penting, karena kalau kita tidak tahu hal ini, kita bisa menganggap ada bagian-bagian Kitab Suci yang bertentangan, padahal sebetulnya tidak.

Contoh:

Bandingkan Mat 1:8 dengan 2Raja 8:24-25 11:2 14:1 15:1. [catatan: Uzia (Yunani) = Azarya (Ibrani)].

Bandingkan Mat 1:11 dengan 2Raja 23:24 24:6 [catatan: Yekhonya (Yunani) = Yoyakhin (Ibrani)].

Dalam Kej 46:16-18, 3 generasi disebut sebagai ‘sons of Zilpah’ / ‘anak-anak Zilpa’ (KJV).

Dalam 2Taw 28:1 disebutkan ‘David his father’ / ‘Daud bapanya’ (NIV), padahal kata ‘his’ / ‘nya’ menunjuk kepada Ahaz yang bukanlah anak, tetapi keturunan dari Daud.

2. Paulus menyebut orang-orang Israel jaman Perjanjian Lama dengan sebutan ‘fathers’ / ‘bapa-bapa’, karena:

ia sendiri adalah orang Yahudi.

orang-orang Israel itu adalah bapa / nenek moyang rohani bagi orang kristen / gereja.

2) Ay 2:

Terjemahan Kitab Suci Indonesia bukan terjemahan hurufiah; penafsiran sudah masuk kedalamnya!

NIV: ‘they were all baptized into Moses in the cloud and in the sea’ (= mereka semua dibaptis ke dalam Musa dalam awan dan dalam laut).

a) Kata ‘baptisan’ bisa menunjuk pada 2 hal:

pemberian air kepada seseorang dalam suatu upacara agama.

penyerahan seseorang ke bawah orang yang lain untuk mengikuti / mentaati orang itu.

Dalam ayat ini, jelas bahwa hal kedualah yang dimaksudkan!

Jadi, peristiwa awan dan laut membawa orang Israel ke bawah Musa, untuk mengikuti dan mantaati dia (bdk. Kel 14:31 menunjukkan bahwa peristiwa awan / laut menyebabkan mereka percaya kepada Musa sebagai hamba Tuhan).

Jadi, penggunaan kata ‘baptisan / dibaptis’ di sini maksudnya adalah: sama seperti baptisan membawa orang kristen ke bawah Kristus untuk mengikuti / mentaati Dia, maka peristiwa awan dan laut membawa orang Israel ke bawah Musa untuk mengikuti dan mentaatinya.

Charles Hodge: “The cloud and the sea did for them in reference to Moses, what baptism does for us in reference to Christ” (= Awan dan laut berbuat pada mereka dalam hubungannya dengan Musa, apa yang baptisan perbuat pada kita dalam hubungannya dengan Kristus).

b) Ayat ini sering dijadikan dasar baptisan selam!

Alasannya:

orang-orang itu ‘direndam’ di laut.

awan memberi hujan sehingga mereka basah kuyup.

Sanggahan:

1. Ayat ini tidak berbicara tentang baptisan sebagai suatu upacara agama (lihat no 1 di atas), apalagi tentang cara baptisan!

2. Kalau ayat ini toh mau dihubungkan dengan baptisan sebagai upacara agama, maka perlu diperhatikan bahwa:

awan di sini dimaksudkan untuk melindungi / memimpin bangsa Israel, dan sama sekali bukan merupakan awan pemberi hujan, karena memang tidak dimaksudkan untuk memberi hujan! Kalau awan ini memang memberi hujan, maka Israel tidak akan pernah kekurangan air, dan tidak akan pernah ada peristiwa batu yang mengeluarkan air.

kalaupun awan itu memberi hujan, maka ini lebih cocok untuk menunjuk pada baptisan percik dari pada baptisan selam. Istilah ‘direndam / dicelup dalam hujan’, jelas merupakan suatu istilah yang sama sekali tidak masuk akal!

laut juga tidak membasahkan, apalagi merendam / mencelup orang Israel (Kel 14:21-22). Orang-orang yang terendam oleh laut itu hanyalah pasukan Mesir yang mengejar orang-orang Israel!

3. Serangan untuk baptisan selam!

Orang-orang yang pro baptisan selam selalu mengatakan bahwa kata bahasa Yunani BAPTIZO artinya adalah mencelup / merendam, dan karena itu maka baptisan harus dilakukan dengan jalan diselam.

Tetapi, kata-kata ‘dibaptis dalam awan/laut’ dalam ay 2 ini jelas tidak menunjukkan bahwa orang-orang Israel itu dicelup / direndam dalam awan / laut, karena baik awan maupun air laut tidak menyentuh mereka!

Jadi, bisalah disimpulkan bahwa sekalipun BAPTIZO bisa diartikan direndam / dicelup, tetapi tidak selalu harus diartikan direndam / dicelup!

Dengan demikian, maka jelaslah juga bahwa cara baptisan tidaklah mutlak harus menggunakan baptisan selam!

Barnes’ Notes: “This passage is a very important one to prove that the word baptism does not necessarily mean entire immersion in water. It is perfectly clear that neither the cloud nor the waters touch them” (= ini adalah suatu text yang sangat penting untuk membuktikan bahwa kata baptisan tidak harus berarti pencelupan seluruhnya dalam air. Jelas sekali bahwa baik awan maupun air laut tidaklah menyentuh mereka).

Kalau memang BAPTIZO harus selalu diartikan mencelup / merendam, dan baptisan selam adalah satu-satunya baptisan yang benar, mengapa Paulus menggunakan kata BAPTIZO dalam ay 2 ini dimana kata itu tidak mungkin diartikan mencelup / merendam?

3) Ay 3-4:

a) ‘makanan dan minuman rohani’ (ay 3-4).

Mengapa disebut ‘rohani’?

1. Calvin: karena berguna bukan hanya untuk tubuh, tetapi juga untuk jiwa / roh (ditafsirkan seperti sakramen).

2. Karena merupakan TYPE dari Kristus (bdk. Yoh 6:31,33,48).

3. Charles Hodge:

ia tidak setuju dengan Calvin, dan beranggapan bahwa manna / air yang keluar dari batu itu adalah makanan / minuman biasa (bdk. Neh 9:15 Yoh 6:49).

arti dari ‘rohani / spiritual’ adalah ‘diberikan oleh Roh’ melalui suatu mujijat. Alasan:

karunia-karunia rohani (spiritual gifts) adalah karunia-karunia yang diberikan oleh Roh.

Kitab Suci mengatakan bahwa Ishak ‘diperanakkan menurut Roh’ (Gal 4:29), karena ia merupakan hasil intervensi khusus dari Allah (mujijat).

b) ‘batu karang rohani yang mengikuti mereka dan batu karang itu ialah Kristus’ (ay 4).

1. Arti: ada macam-macam tafsiran:

Tradisi Yahudi mengartikan bagian ini secara hurufiah. Jadi, batu itu dianggap betul-betul menggelinding mengikuti bangsa Israel dan setiap kali mereka membutuhkan air, maka mereka menyanyikan lagu dengan kata-kata seperti pada Bil 21:17, dan batu itu akan mengeluarkan air.

air yang keluar dari batu itu begitu banyak sehingga menjadi sungai (Maz 105:41), dan sungai itulah yang mengikuti mereka.

air yang keluar dari batu itu mereka bawa dalam perjalanan mereka.

yang mengikuti mereka bukanlah batu itu, tetapi Kristus sendiri (yang disimbolisir oleh batu) dan Kristus menyuplai mereka dengan air pada saat mereka membutuhkan.

Ini adalah tafsiran yang saya terima.

2. Dalam Perjanjian Lama, Allah sering digambarkan sebagai batu karang (Ul 32:4,15,18 1Sam 2:2 Maz 18:3 Maz 28:1).

Sekarang, Kristus digambarkan sebagai batu karang. Ini menunjukkan bahwa Kristus adalah Allah sendiri!

4) Ay 5:

Dalam ay 1-4, Paulus menunjukkan bahwa bangsa Israel mengalami perlindungan, pimpinan, berkat, mujijat, dan kecukupan jasmani dari Tuhan. Ini meletakkan bangsa Israel itu dalam posisi yang sama dengan orang Korintus sebagai orang Kristen. Tetapi, dalam ay 5 ini Paulus lalu mengatakan bahwa mayoritas dari mereka tidak berkenan kepada Allah sehingga mereka ditewaskan di gurun [literal: ‘they were scattered in the desert’ (= mereka disebarkan di gurun)].

Orang-orang yang berusia 20 tahun ke atas, kecuali Kaleb dan Yosua, semua mati di gurun (Bil 14:29-33).

Tujuan Paulus: supaya orang-orang Korintus sadar bahwa kalau orang Israel, yang adalah umat Tuhan sama seperti mereka, bisa dihukum, maka merekapun pasti juga bisa dihukum (bdk. Ro 11:20-22). Karena itu mereka harus berusaha keras dan menguasai diri!

I KORINTUS 10: 6-10:

Bagian ini memberi contoh dosa-dosa yang harus dihindari.

1) Ay 6: menginginkan hal-hal yang jahat.

Ini menunjuk pada peristiwa yang terjadi dalam Bil 11:4 dimana mereka menghina manna yang diberikan oleh Tuhan dan mereka menginginkan daging seperti di Mesir.

Ini mengajar kita untuk tidak merendahkan pemberian Tuhan dan meng-inginkan sesuatu yang lain. Perhatikan bahwa ay 6 mengatakan bahwa keinginan seperti itu adalah ‘jahat’!

Penerapan: ini berlaku dalam segala hal seperti: dalam hal uang, rumah, mobil / kendaraan, TV / video, pakaian, dan barang-barang yang lain. Juga dalam hal wajah, bentuk tubuh, mata, hidung, rambut, warna kulit, bakat, kepandaian, karunia-karunia dll.

2) Ay 7: menyembah berhala.

Sekalipun ada banyak peristiwa dimana bangsa Israel jatuh ke dalam penyembahan berhala, tetapi ay 7 ini jelas menunjuk pada peristiwa dalam Kel 32 dimana mereka menyembah patung anak lembu emas. Alasannya: ay 7b itu merupakan kutipan dari Kel 32:6.

Peringatan tentang penyembahan berhala ini penting bagi orang Korintus, yang dengan santai ikut makan daging persembahan berhala bersama-sama dengan orang kafir yang menyembah berhala!

Penerapan: jangan menaruh rasa hormat, atau berdoa dengan menghadap, pada patung / gambar Yesus, salib dsb! Itu jelas merupakan penyembahan berhala!

3) Ay 8: percabulan.

Ini menunjuk pada peristiwa dalam Bil 25:1-9, dimana bangsa Israel berzinah dengan perempuan-perempuan Moab.

Tetapi, dalam ay 8 dikatakan 23.000 orang tewas, sedangkan dalam Bil 25:9 dikatakan 24.000 orang tewas.

Pengharmonisan: bilangan yang sebenarnya adalah antara 23.000 dan 24.000. Musa membulatkan ke atas, sedangkan Paulus membulatkan ke bawah.

Peringatan tentang percabulan ini juga sangat penting untuk orang Korintus, karena agama-agama kafir di sana mencampur agama dengan pelacuran. Seorang penafsir mengatakan bahwa setiap kuil di Korintus menyediakan 1000 orang pelacur!

Penerapan: berhati-hatilah dengan perzinahan / percabulan, baik perzinahan yang sungguh-sungguh, maupun yang ada dalam pikiran. Jauhi juga buku, film, pembicaraan yang porno yang bisa menyebabkan saudara betul-betul jatuh ke dalam perzinahan / percabulan! Bahkan jauhilah orang yang mengajak saudara melakukan perzinahan!

4) Ay 9: mencobai Tuhan.

a) Mencobai manusia, berarti berusaha mempengaruhi seorang manusia supaya jatuh ke dalam dosa. Dalam arti seperti ini, mencobai Allah / Tuhan adalah sesuatu yang tidak mungkin (bdk. Yak 1:13), karena Allah itu maha suci dan tidak mungkin bisa berbuat dosa.

‘Mencobai Tuhan’ di sini artinya adalah: mencoba kesabaran Tuhan.

b) Ay 9 ini menunjuk pada peristiwa dalam Bil 21:4-9.

c) Di sini dikatakan ‘mencobai Tuhan’.

Tetapi KJV mengatakan: ‘neither let us tempt Christ’ (= juga janganlah kita mencobai Kristus).

Bahkan ada manuscript yang mengatakan ‘mencobai Allah’.

Kebanyakan penafsir beranggapan bahwa yang benar adalah ‘mencobai Kristus’.

Kalau ini benar, maka ayat ini menunjukkan bahwa Yesus adalah Tuhan / Allah, karena dalam Bil 21:4-9, yang dicobai adalah Tuhan / Allah!

5) Ay 10: bersungut-sungut.

a) Bersungut-sungut berarti mengeluh dengan suatu sikap memberontak terhadap Tuhan.

b) Ini bisa menunjuk pada beberapa peristiwa seperti:

Bilangan 14:2-4.

Bil 16:1-3 (perhatikan 16:11).

Bil 16:41-42.

c) Malaikat maut.

Literal: ‘the destroyer’ (= si penghancur). Ini dianggap menunjuk kepada malaikat yang dipakai oleh Tuhan untuk memberikan hukuman.

I KORINTUS 10: 11-13:

1) Ay 11: ‘contoh’ (sama dengan ay 6).

Kata Yunaninya adalah TUPOS, dan bisa diartikan 2 macam:


TYPE [seperti dalam Ro 5:14 (kata ‘gambaran’ dalam bahasa Yunaninya adalah TUPOS)].

contoh / teladan (seperti dalam Fil 3:17).

Pada umumnya arti ke 2 yang diambil! Jadi, cerita-cerita Perjanjian Lama itu merupakan contoh bagi kita!

2) Ay 12:

a) Ada orang-orang yang mengajar bahwa ayat ini menunjukkan bahwa orang kristen tidak boleh mempunyai keyakinan keselamatan! Tetapi ini jelas merupakan ajaran yang salah! Calvin mengatakan bahwa ada 2 macam keyakinan:

keyakinan yang didasarkan pada janji Tuhan. Ini adalah keyakinan yang benar, dan harus dimiliki oleh setiap orang kristen. Jadi, orang kristen harus punya keyakinan keselamatan, karena Firman Tuhan memang memberikan janji keselamatan.

keyakinan yang timbul karena kesombongan, rasa percaya diri sendiri dsb. Ini menyebabkan seseorang jadi sombong, lalai, tidak berhati-hati dsb.

Ay 12 jelas melarang keyakinan yang kedua, bukan yang pertama! Dan peringatan seperti ini memang penting bagi orang Korintus, yang memang sombong (bdk. 1Kor 8:1-2).

b) Ayat ini menunjukkan bahwa kemajuan rohani yang bagaimanapun juga, tidak boleh menyebabkan kita hidup sembrono / tidak berhati-hati, karena kita selalu bisa jatuh!

3) Ay 13:

a) Ini merupakan penghiburan / penguatan (= encouragement).

Dalam 9:24-27, Paulus menekankan bahwa hidup itu adalah seperti perlombaan. Dalam 10:1-12, Paulus menunjukkan bahwa mayoritas orang Israel gagal. Supaya mereka tidak kecil hati / putus asa, maka Paulus memberikan ay 13.

Catatan: ay 1-12 dan ay 13 harus sama-sama ditekankan! Kalau hanya ay 1-12 yang ditekankan, maka kita bisa menjadi orang kristen yang terus kuatir / takut. Tetapi kalau hanya ay 13 yang ditekankan, kita menjadi orang kristen yang hidup secara sembrono!

b) Allah menolong kita dengan:

membatasi pencobaan, sehingga pencobaan itu tidak lebih dari kekuatan kita.

memberi jalan keluar dari pencobaan.

c) Karena Allah membatasi pencobaan, maka:

orang kristen yang sejati tidak mungkin terhilang (kehilangan keselamatannya).

Bandingkan dengan Mat 24:22 (baca mulai ay 15)!

orang kristen sejati tak mungkin gila, dirasuk setan, atau mati bunuh diri.

I KORINTUS 10:14-22

Ay 14:

1) Dalam ay 13 Paulus baru saja memberi jaminan bahwa:

Allah itu setia.

pencobaan tidak akan melebihi kekuatan kita.


Allah akan memberi jalan keluar pada waktu kita dicobai.

kita akan dapat menanggung pencobaan.

Sekarang, dalam ay 14 ia berkata: ‘jauhilah penyembahan berhala!’

Semua ini menunjukkan bahwa sekalipun ada jaminan-jaminan yang boleh membuat orang kristen merasa aman, tetapi itu sama sekali tidak berarti bahwa kita boleh hidup sembrono atau bermain-main dengan pencobaan!

Renungkan: apakah keyakinan keselamatan dalam Kristus membuat saudara meremehkan dosa / berani berbuat dosa?

2) ‘jauhilah’.

Inggris / literal: ‘Flee!’ (= larikanlah dirimu!)

Kata ini menunjukkan beberapa hal:

a) Kita harus cepat-cepat meninggalkan hal itu.

Ini jelas berlaku bukan hanya untuk penyembahan berhala, tetapi untuk segala macam dosa!

Penerapan: adakah dosa-dosa yang begitu saudara cintai sehingga sau-dara berlambat-lambat, atau bahkan menunda-nunda, dalam meninggal-kannya?

b) Kita harus meninggalkannya sejauh mungkin!

Ini jelas juga berlaku pada waktu kita meninggalkan segala macam dosa!

Banyak orang yang berusaha hidup sedekat mungkin dengan dosa (per-sis pada garis batas antara dosa dan tidak dosa). Ini salah dan berbaha-ya, karena mudah sekali menyebabkan kita jatuh ke dalam dosa itu lagi!

Meninggalkan dosa sejauh mungkin juga berarti bahwa kita harus me-ninggalkan hal-hal / situasi-situasi / orang-orang yang memberikan pen-cobaan untuk jatuh ke dalam dosa itu.

Misalnya:

ex perokok jangan kumpul dengan perokok!

jangan bergaul dengan orang yang mengajak saudara berzinah, khususnya kalau itu merupakan kelemahan saudara!

c) Kita harus selalu menjauhi penyembahan berhala / dosa.

Hal ini hanya bisa terlihat dari tata bahasa (grammar) bahasa Yunaninya.

Dalam bahasa Yunani ada 2 macam imperative / kata perintah:

aorist imperative: yang menunjukkan bahwa perintah itu hanya perlu dilakukan 1 x saja.

present imperative: yang menunjukkan bahwa perintah itu harus dilakukan terus-menerus.

Kata ‘jauhilah’ itu ada dalam bentuk present imperative, dan karena itu jelas menunjukkan bahwa kita harus terus-menerus / selalu menjauhi penyembahan berhala / dosa!

Penerapan: pada saat saudara sedang sumpek, atau pada saat saudara sedang mengalami banyak kesukaran, apakah pertahanan saudara terhadap dosa lalu menjadi rapuh? Kalau ya, itu berarti saudara belum selalu berusaha menjauhi dosa!

Ay 15:

1) ‘orang bijaksana’.

NIV: ‘sensible’ (= berpikiran sehat).

Ini menunjuk kepada orang-orang Korintus, bukan kepada Paulus sendiri.

2) Ayat ini menunjukkan bahwa orang yang bijaksana akan mempertimbangkan / memperhatikan Firman Tuhan! (bdk. Amsal 1:7,22-23 12:1 15:12,32 17:10 18:2).

I KORINTUS 10: 16-17:

1) ‘cawan pengucapan syukur’.

NIV: ‘the cup of thanksgiving’ (= cawan pengucapan syukur).

NASB: ‘the cup of blessing’ (= cawan berkat).

Calvin memilih terjemahan ‘blessing’ (= berkat), dari pada ‘thanksgiving’ (= syukur), dengan alasan bahwa cawan berisi anggur itu diberkati sehingga:

menjadi simbol darah Kristus.

anggur itu dikuduskan, sehingga bukan lagi merupakan minuman biasa, tetapi bisa memberikan makanan rohani kepada jiwa kita.

Memang kata Yunaninya sebetulnya artinya adalah ‘blessing’ dan bukan ‘thanksgiving’.

Tetapi, coba perhatikan bagian-bagian Kitab Suci tentang Perjamuan Kudus di bawah ini:

Mat 26:26 / Mark 14:22 - mengucap berkat.

Mat 26:27 / Mark 14:23 - mengucap syukur.

Luk 22:17,19 - dua-duanya mengucap syukur!

1Kor 11:24 - mengucap syukur.

Kesimpulannya: atau Yesus mengucap berkat dan syukur, atau 2 istilah ini boleh dibolak balik (interchangeable) dan tidak perlu dibedakan (hanya dalam hal ini).

2) Perhatikan 2 bagian di bawah ini:

‘roti yang kita pecah-pecahkan’ (ay 16).

Bandingkan dengan Mat 26:26 & 1Kor 11:24 dimana terlihat dengan jelas bahwa pemecahan roti dilakukan oleh Yesus di depan murid-muridNya (peserta Perjamuan Kudus).

‘roti adalah satu, maka kita, sekalipun banyak, adalah satu tubuh, karena kita semua mendapat bagian dalam roti yang satu itu’ (ay 17).

Dari dua bagian ini, bisa disimpulkan bahwa dalam Perjamuan Kudus:

a) Roti yang digunakan harus 1 buah!

Ini sesuatu yang penting, karena itu merupakan simbol dari satu tubuh Kristus dan kesatuan jemaat / gereja / orang kristen!

b) Pemecahan roti harus dilakukan di depan peserta Perjamuan Kudus.

Ini juga merupakan sesuatu yang penting dan berarti, karena ini merupa-kan simbol dari dihancurkannya tubuh Kristus untuk kita.

c) Penggunaan hosti, sekalipun merupakan sesuatu yang praktis, jelas adalah sesuatu yang salah! Apa sebabnya? Karena simbol dari kesatuan jemaat / tubuh Kristus, dan juga simbol dari penghancuran tubuh Kristus, menjadi hilang dengan penggunaan hosti!

Charles Hodge: “The custom, therefore, of using a wafer placed unbroken in the mouth of the communicant, leaves out an important significant element in this sacrament” [= Karena itu, kebiasaan / tradisi menggunakan hosti (biskuit kecil & tipis), yang diletakkan secara utuh di dalam mulut dari peserta Perjamuan Kudus, menghapuskan suatu elemen berarti yang penting dalam sakramen ini].

3) Minum anggur adalah persekutuan dengan darah Kristus (ay 16a).

Makan roti adalah persekutuan dengan tubuh Kristus (ay 16b).

Ada 2 kemungkinan arti:

a) Persekutuan dengan darah / tubuh Kristus berarti mendapatkan manfaat dari darah Kristus / penghancuran tubuh Kristus, yaitu pengampunan dosa.

b) Persekutuan dengan darah dan tubuh Kristus artinya adalah persekutuan dengan Kristus.

Saya lebih setuju dengan arti ke 2 ini, karena lebih sesuai dengan kontex [dalam kontex ini Paulus ingin menunjukkan analogi antara makan persembahan berhala dan makan / minum dalam perjamuan kudus. Kalau makan / minum dalam Perjamuan Kudus berarti bersekutu dengan Kristus, maka makan daging persembahan berhala berarti bersekutu dengan roh jahat (ay 20-21)].

Dengan demikian, maka jelaslah bahwa Perjamuan Kudus, bukanlah sekedar suatu peringatan akan kematian Kristus. Dalam Perjamuan Kudus itu, terjadi persekutuan antara kita dengan Kristus!

4) Analogi antara persembahan berhala dan perjamuan kudus, bukan terletak pada pengorbanan / sacrifice!

Perjamuan Kudus bukanlah suatu pengorbanan / sacrifice! (Catatan: Gereja Roma Katolik menganggap bahwa dalam Perjamuan Kudus, Kristus betul-betul dikorbankan lagi).

Analoginya terletak pada persekutuan! Jadi, pada saat makan persembahan berhala, terjadi persekutuan dengan roh jahat, sedangkan pada waktu makan / minum perjamuan kudus, terjadi persekutuan dengan Kristus.

Ay 18:

1) ‘Bangsa Israel menurut daging’ menunjuk kepada bangsa Israel dalam Perjanjian Lama.

Disebut demikian untuk membedakan dengan ‘Israel menurut Roh’ / ‘spiritual Israel’, yang menunjuk kepada gereja / orang kristen.

2) Ayat ini mengatakan bahwa orang Israel yang makan daging persembahan kepada Allah, ‘mendapat bagian dalam pelayanan mezbah’, artinya: mendapat persekutuan dengan Allah.

3) Ini merupakan suatu analogi yang lain.

Kalau tadi Paulus sudah mengatakan bahwa orang yang makan / minum dalam perjamuan kudus mendapat persekutuan dengan Kristus, maka sekarang ia menunjukkan bahwa orang Israel dalam Perjanjian Lama yang makan persembahan kepada Allah mendapat persekutuan dengan Allah. Kedua analogi ini tujuannya untuk menunjukkan bahwa orang yang makan persembahan berhala mendapat persekutuan dengan roh jahat (ay 20-21).

I KORINTUS 10: 19-22:

1) Paulus tak mau mereka menyimpulkan ajarannya secara keliru. Karena mereka mungkin saja akan berpikir: Kristus / Allah mempersekutukan diriNya dengan kita pada saat kita makan perjamuan kudus / persembahan mezbah. Kalau dewa-dewa itu juga demikian, berarti dewa-dewa itu memang ada!

Dalam 1Kor 8:4 Paulus sudah mengatakan bahwa berhala / dewa itu tak ada (NIV: ‘an idol is nothing at all’). Sekarang, supaya mereka tidak menarik kesimpulan yang keliru, ia menegaskan sekali lagi bahwa berhala itu tidak ada / nothing (ay 19-20a).

2) Karena berhala / dewa-dewa itu tidak ada / nothing, maka memberi persembahan kepada dewa-dewa, dan makan persembahan itu, sama dengan memberi persembahan kepada roh-roh jahat / bersekutu dengan roh-roh jahat (ay 20).

Memang, pada waktu mereka memberi persembahan, mereka tidak mempunyai maksud untuk memberikannya kepada roh-roh jahat. Tetapi karena mereka tidak menyembah Allah yang benar (ay 20 - ‘bukan kepada Allah’), maka pada hakekatnya mereka tetap menyembah dan bersekutu dengan roh-roh jahat (bandingkan dengan Ul 32:17).

Calvin: “They do not find that ‘middle place’ that they are in search of, but Satan straightway presents himself to them, as an object of adoration, whenever they have turned their back upon the true God” (= Mereka tidak menemukan ‘tempat netral / tempat di tengah’ yang mereka cari, tetapi Setan dengan segera memberikan dirinya sendiri kepada mereka sebagai suatu object penyembahan, begitu mereka membelakangi Allah yang benar).

3) ‘roh jahat’ (NIV: ‘demons’).

Kata Yunaninya adalah DAIMONION, yang bisa diartikan bermacam-macam:


allah kelas 2, yang menjadi pengantara allah dan manusia.

allah / dewa (bdk. Kis 17:18,22).

roh jahat (kata ‘roh jahat’ dalam Ul 32:17, oleh Septuaginta / LXX diterjemahkan DAIMONION).

Di sini, arti yang ketigalah yang harus diambil!

4) Setelah memberikan 2 buah analogi dalam ay 16-18, maka sekarang Paulus mengatakan kepada mereka bahwa kalau mereka makan persembahan berhala, maka mereka bersekutu dengan roh jahat (ay 20-21).

Karena itu, Paulus melarang mereka untuk makan persembahan berhala dalam upacara agama orang kafir.

Penerapan: orang kristen jelas juga dilarang ikut slametan.

5) Ay 21 jelas menentang syncretisme (penggabungan 2 agama atau lebih).

Orang yang betul-betul percaya dan ikut Kristus, dilarang untuk tetap memegang agamanya yang lama!

Orang yang mengaku percaya kepada Kristus, tetapi masih mau memegangi agamanya yang lama, menunjukkan bahwa ia merasa kurang aman kalau hanya percaya / ikut Yesus. Ia merasa lebih aman kalau ia percaya / ikut Yesus + agamanya yang lama. Ini jelas menunjukkan bahwa ia tidak sungguh-sungguh beriman kepada Yesus!

6) Dasar dari semua larangan ini adalah: Allah itu adalah Allah yang cemburu (ay 22)!

kecemburuan ini = pertanda cinta!

kecemburuan ini menyebabkan Allah ingin dinomorsatukan dan Ia tak ingin mempunyai saingan dalam hidup kita (bdk. Kel 20:3 - ‘jangan ada allah lain di hadapanKu’).

Kita perlu selalu menyadari bahwa Allah yang kita sembah adalah Allah yang cemburu. Ini akan mencegah kita dari banyak tindakan yang bersifat kompromi, misalnya: tidak ke gereja karena keluarga mengajak piknik / ada undangan pernikahan.

7) Ay 21: ‘cawan roh-roh jahat’.

Barnes’ Notes: “The custom of drinking toast at feasts and celebrations arose from this practice of pouring out wine, or drinking in honour of the heathen gods; and is a practice that partakes still of the nature of heathenism. It was one of the abominations of heathenism to suppose that their gods would be pleased with the intoxicating draught. Such a pouring out of a libation was usually accompanied with a prayer to the idol god, that he would accept the offering; that he would be propitious; and that he would grant the desire of the worshipper. From that custom the habit of expressing a sentiment or proposing a toast, uttered in drinking wine, has been derived. The toast or sentiment which now usually accompanies the drinking of a glass in this manner, if it mean anything, is now also a prayer: but to whom? to the god of wine? to a heathen deity? Can it be supposed that it is a prayer offered to the true God - the God of purity? Has Jehovah directed that prayer should be offered to him in such a manner? Can it be acceptable to him? Either the sentiment is unmeaning, or it is a prayer offered to a heathen god, or it is a mocking of Jehovah; and in either case it is improper and wicked” (= Belum diterjemahkan).

Jadi, dalam kutipan itu penulis itu mengatakan bahwa:

a) Dalam upacara penyembahan berhala, orang-orang kafir itu biasanya meminum anggur sambil mengucapkan suatu doa kepada dewa mereka.

b) Dari kebiasaan itulah tradisi untuk mengadakan toast diturunkan.

c) Keinginan / wish yang diucapkan pada saat mengadakan toast itu, kalau memang ada artinya, juga merupakan suatu doa. Tetapi doa kepada siapa? Kepada dewa? Kepada Tuhan? Tuhan tidak pernah menyuruh berdoa dengan cara seperti itu! Jadi, keinginan / wish tersebut, mempunyai beberapa kemungkinan:

itu tak ada artinya.

itu adalah doa kepada dewa kafir.

itu adalah suatu ejekan bagi Tuhan.

Yang manapun dari kemungkinan di atas yang benar, itu tetap merupakan sesuatu yang salah dan jahat.

Saya mengutip kutipan ini untuk menunjukkan bahwa kebiasaan mengada-kan toast, berasal dari kebiasaan orang kafir pada waktu menyembah berhala!

Bahwa saya mengutip kutipan ini, tidak berarti bahwa saya menyetujui sepenuhnya apa yang dikatakan oleh penulis itu!

Saya tidak berani mengatakan bahwa mengadakan toast adalah sesuatu yang salah dan jahat! Saya hanya beranggapan bahwa itu adalah sesuatu yang sia-sia / tak berguna, dan sebaiknya dibuang (bdk. ay 23!).

-o0o-

I KORINTUS 10:23-11:1

Ay 23-24:

1) I KORINTUS 10: 23:

a) Yang dimaksud dengan ‘segala sesuatu’ dalam ayat ini bukanlah sung-guh-sungguh segala hal, tetapi hal-hal yang tidak diperintahkan maupun dilarang oleh Tuhan.

Kalau sesuatu diperintahkan oleh Tuhan, sekalipun hal itu bisa merugi-kan, menjengkelkan, atau menjadi batu sandungan bagi orang lain, kita tetap harus melakukannya. Misalnya: kita harus tetap ke gereja kalau diajak piknik pada hari minggu, sekalipun hal ini bisa menjengkelkan orang yang mengajak piknik.

Sebaliknya, kalau hal itu dilarang oleh Tuhan, maka sekalipun hal itu menyenangkan, menolong, atau membangun orang lain, kita tetap tidak boleh melakukannya! Misalnya: kita tidak boleh mencontohi seseorang pada waktu ujian sekalipun hal itu menyenangkan dia.

Jadi, jelaslah bahwa kata-kata ‘segala sesuatu diperbolehkan’ tidak bisa diartikan bahwa kita boleh melakukan semua hal, bahkan yang dilarang oleh Tuhan / Firman Tuhan.

b) Kata-kata ‘segala sesuatu diperbolehkan’ mungkin sekali dikutip oleh Paulus dari kata-kata orang Korintus sendiri, dan karena itulah maka dalam Kitab Suci Indonesia, maupun NIV, kata-kata itu diletakkan dalam tanda petik.

Ini menunjukkan bahwa orang-orang Korintus beranggapan bahwa kalau sesuatu itu tidak diperintahkan maupun dilarang oleh Tuhan, maka hal itu boleh dilakukan.

c) Tetapi Paulus mengajar bahwa kalau kita mau melakukan sesuatu yang tidak diperintahkan maupun dilarang oleh Tuhan, ada syarat yang harus dipenuhi, yaitu hal itu harus berguna / membangun!

Apakah sesuatu itu berguna / membangun atau tidak, harus dianalisa secara cermat, karena bisa saja sesuatu itu kelihatannya berguna / membangun, tetapi sebetulnya merugikan. Atau sesuatu itu berguna / membangun seseorang, tetapi merugikan banyak orang yang lain.

Dilihat dari kontexnya (bdk. ay 24), maka kata ‘berguna / membangun’ dalam ay 23, lebih ditekankan pada orang lain (berguna / membangun orang lain). Kalau kita mau memegang prinsip ini dalam hidup kita, maka akan sukar bagi kita untuk bisa hidup sia-sia!

Penerapan: orang yang merokok sering beranggapan bahwa Kitab Suci tidak pernah melarang orang merokok. Tetapi, berdasarkan ay 23 ini, maka merokok itu jelas tidak boleh dilakukan, karena merokok itu bukan saja tidak berguna, tetapi bahkan merusak / merugikan kesehatan si perokok maupun orang-orang yang di sekitarnya!

2) Ay 24:

a) ‘keuntungan orang lain’.

KJV: ‘another’s wealth’ (= kekayaan orang lain). Ini jelas salah terjemah-an!

NIV: ‘the good of others’ (= kebaikan orang lain).

Lit: ‘the thing of others’ (= hal orang lain).

b) Karena kontex ini berhubungan dengan makan daging yang sudah dipersembahkan kepada berhala, maka arti ay 24 ini adalah: pada waktu memutuskan makan atau tidak, jangan hanya mempertimbangkan diri sendiri (misalnya: makanan itu enak atau tidak bagi saya; kalau saya makan maka tuan rumah akan senang pada saya dan sebaliknya kalau saya tidak makan maka ia akan membenci saya dsb), tetapi harus mempertimbangkan orang lain (misalnya: adakah orang yang bakal tersandung kalau saya makan?).

Jadi, ini lagi-lagi merupakan suatu ajaran tentang penyangkalan diri / mati bagi diri sendiri, dan hidup bagi orang lain!

Renungkan: sampai sejauh mana saudara sudah hidup untuk kebaikan orang lain?

I KORINTUS 10: 25-26:

1) Paulus membicarakan tentang daging di pasar (ay 25).

Kalau seseorang memberikan persembahan binatang untuk dewa, maka sebagian dari binatang itu dibakar (diberikan kepada dewa), sebagian lagi untuk orang yang membawa persembahan itu, dan sebagian lagi untuk imamnya. Karena orang yang memberi persembahan ada banyak, maka para imam menerima banyak sekali, sehingga tidak mungkin mereka habiskan dan karena itu lalu mereka jual di pasar daging. Karena itu, pada saat seseorang membeli daging di pasar, ada kemungkinan yang cukup besar bahwa ia akan membeli daging yang sudah dipersembahkan kepada dewa / berhala. Orang-orang Yahudi pada saat itu beranggapan bahwa daging yang seperti itu tidak boleh dimakan.

Tetapi, dalam ay 25 ini Paulus mengijinkan untuk membeli dan memakan daging seperti itu, tanpa perlu bertanya-tanya apakah itu bekas persembah-an berhala atau tidak. Alasan Paulus adalah: segala sesuatu, termasuk daging itu, adalah milik Tuhan (ay 26). Sekalipun daging itu sudah dipersembahkan kepada berhala, daging itu tetap adalah milik Tuhan (bdk. 1Tim 4:3-5).

2) Jadi, daging persembahan kepada berhala itu hanya dilarang untuk dimakan di dalam upacara / pesta keagamaan para penyembah berhala itu, karena hal itu dianggap sebagai penyembahan berhala dan merupakan persekutuan dengan roh-roh jahat (ay 20-21).

Catatan: Sebagian binatang yang dikembalikan kepada orang yang memberi persembahan itu, lalu dibuat pesta. Orang-orang kafir itu mempunyai kepercayaan bahwa dalam pesta itu dewa yang bersangkutan itu hadir, bahkan ada di dalam daging tersebut, sehingga pada saat daging itu dimakan, dewa itu masuk ke dalam diri orang yang memakannya dan terjadilah persekutuan antara orang itu dengan si dewa.

Tetapi kalau bukan dalam upacara / pesta keagamaan, maka karena berhala / dewa itu tidak ada / nothing (ay 19-20a), dan segala sesuatu adalah milik Tuhan (ay 26), maka daging itu boleh kita makan.

Charles Hodge: “the sacrifices lost their religious character when sold in the market” (= korban-korban itu kehilangan sifat agama mereka pada saat dijual di pasar).

Analogi: setelah kebaktian perjamuan kudus selesai, maka roti / anggur, yang tadinya kudus dan bisa memberi manfaat rohani kepada kita, kembali menjadi roti / anggur biasa!

1 Korintus 10:27-11:1:

1) Undangan makan dalam ay 27 ini adalah undangan makan biasa. Karena itu kasusnya dianggap sama seperti membeli daging di pasar (ay 25), dan kita boleh memakannya tanpa memikirkan / menanyakan apakah makanan itu bekas persembahan kepada berhala atau tidak.

2) Tetapi kalau ada seseorang yang memberitahu bahwa makanan itu merupakan bekas persembahan berhala, maka kita tidak boleh memakannya (ay 28). Kita tidak boleh memakannya, bukan karena ada sesuatu yang salah dengan makanan itu sendiri, tetapi:

karena dia yang menyatakan hal itu kepadamu (ay 28b).

karena keberatan hati nurani dari orang yang memberitahu (ay 28c,29).

(bandingkan dengan 1Kor 8:7-13).

Jadi, ay 28-29 ini merupakan penerapan dari ay 23-24, dimana Paulus mengajar untuk menyangkal diri / mati bagi diri sendiri dan hidup bagi orang lain.

3) Dalam KJV, ay 28 diakhiri dengan kata-kata ‘for the earth is the Lord’s and the fulness thereof’ (= ay 26).

Ada penafsir yang menerima bagian ini, dan menafsirkan: tidak makanpun kita tidak usah kuatir, karena bumi dan segala isinya adalah milik Tuhan, dan Ia pasti bisa memberi kita makan.

Keberatan:

tambahan ini hanya ada pada manuscript-manuscript tertentu.

sama seperti dengan pada ay 26, bagian ini dikutip dari Maz 24:1. Tetapi, dalam ay 26 bagian ini dikutip untuk mengijinkan seseorang makan. Akan sangat aneh kalau dalam ay 28, Maz 24:1 itu dikutip justru untuk me-larang orang makan!

Kesimpulan: bagian ini merupakan suatu penambahan, dan seharusnya dibuang!

4) I KORINTUS 10: 29b-30:

kata-kata ‘mungkin ada orang yang berkata’ dalam ay 29b, seharusnya tidak ada.

‘mengapa orang berkata jahat tentang aku’ (ay 30).

KJV: ‘why am I evil spoken of’ (= mengapa aku dibicarakan secara jahat).

NASB: ‘why am I slandered’ (= mengapa aku difitnah).

NIV/RSV: ‘why am I denounced’ (= mengapa aku dicela).

Kata Yunaninya adalah BLASPHEMOMAI yang berasal dari kata BLAS-PHEMEO, yang berarti: to blaspheme (= menghujat), to speak against (= berbicara menentang), to slander (= memfitnah), to insult (= menghina).

Kalau dilihat dari arti kata Yunaninya, dan juga dilihat dari kontexnya, maka saya paling setuju dengan terjemahan dari NIV/RSV.

ay 29b-30 ini adalah keberatan yang mungkin akan timbul dalam diri orang Korintus, pada waktu mereka mendengar ajaran Paulus dalam ay 28-29a.

5) Ay 31:

a) Ini adalah jawaban I terhadap keberatan dalam ay 29b-30.

Jadi, kebebasan kita memang harus ditentukan oleh keberatan-keberatan hati nurani orang lain, karena tujuan kita dalam hidup ini adalah memuliakan Allah.

b) ‘makan / minum’ merupakan hal yang rutin dan bersifat jasmani, dan karena itu biasanya kita lakukan secara otomatis, tanpa memikirkan kemuliaan Tuhan. Tetapi Paulus berkata bahwa hal-hal seperti inipun harus dilakukan untuk kemuliaan Tuhan!

Penerapan: kalau saudara makan makanan dan minum minuman yang tidak baik untuk kesehatan saudara, maka saudara pasti tidak makan / minum untuk kemuliaan Tuhan. Sekalipun saudara selalu memilih makanan dan minuman yang berguna untuk kesehatan saudara, tetapi kalau pemikiran saudara berhenti pada kesehatan saja dan saudara tidak memikirkan kemuliaan Tuhan, maka dalam hal inipun saudara belum mentaati ay 31 ini! Tetapi kalau saudara memilih makanan dan minuman yang berguna untuk kesehatan saudara dengan suatu pemikiran bahwa dengan tubuh yang sehat saudara bisa lebih memuliakan Tuhan, maka barulah saudara mentaati ay 31 ini!

c) ‘sesuatu yang lain’ menunjukkan bahwa seluruh kehidupan kita, tanpa ada yang dikecualikan, haruslah ditujukan untuk kemuliaan Tuhan.

Penerapan:

di dalam saudara bekerja, janganlah saudara bekerja hanya semata-mata untuk mencukupi kebutuhan hidup saudara. Bekerjalah dengan tujuan untuk memuliakan Tuhan:

di dalam pekerjaan itu sendiri.

melalui uang yang saudara hasilkan dari pekerjaan itu.

kalau saudara belajar, janganlah sekedar belajar demi nilai, ilmu, gelar dsb. Belajarlah dengan tujuan untuk memuliakan Tuhan melalui ilmu, nilai dan gelar yang saudara dapatkan itu!

kalau saudara pergi ke gereja, janganlah saudara sekedar mencari Firman Tuhan sehingga saudara bisa merasakan sukacita / berkat Tuhan. Pergilah ke gereja dengan tujuan untuk memuliakan Tuhan!

d) Allah dimuliakan kalau:

lebih banyak orang yang percaya kepada Yesus.

orang-orang Kristen bertumbuh dalam iman dan kesucian.

orang-orang Kristen lebih bersukacita, bersyukur dan memuji Tuhan.

6) Ay 32:

a) ‘Jangan menimbulkan syak’. Ini terjemahan yang salah!

NASB: ‘give no offense’ (= jangan memberikan sandungan).

KJV / RSV ≈ NASB.

NIV: ‘Do not cause anyone to stumble’ (= Jangan menyebabkan siapapun tersandung).

Jadi, arti sebetulnya adalah: janganlah menjadi batu sandungan.

b) Paulus berkata bahwa mereka tidak boleh menyandungi:

orang Yahudi. Golongan ini benci / jijik pada penyembahan berhala maupun pada makanan yang telah dipersembahkan kepada berhala / dewa. Kalau orang kristen makan persembahan berhala, maka mereka tidak mungkin bisa mendekati dan memberitakan Injil kepada orang Yahudi.

orang Yunani. Golongan ini masih terikat kepada berhala. Kalau orang kristen makan persembahan berhala, maka tindakan itu bisa mengu-atkan kepercayaan orang-orang Yunani itu kepada berhala.

gereja / jemaat. Banyak orang kristen yang lemah imannya dan tidak mengerti Kitab Suci. Mereka ini bisa tersandung kalau melihat orang kristen yang kuat makan persembahan berhala (bdk. 1Kor 8:7-13).

c) Ini adalah jawaban II terhadap keberatan dalam ay 29b-30.

7) Ay 33: teladan Paulus.

kata-kata ‘menyenangkan hati semua orang dalam segala hal’ tidak boleh diartikan secara mutlak! Ini tentu tidak berlaku kalau berhubungan dengan hal-hal yang bertentangan dengan Firman Tuhan.

kata-kata ‘bukan untuk kepentingan diriku, tetapi untuk kepentingan orang banyak’ lagi-lagi menunjukkan bahwa Paulus tidak hidup untuik dirinya sendiri, tetapi untuk orang lain.

tujuan Paulus: supaya mereka beroleh selamat!

Ini menunjukkan jiwa injili yang begitu luar biasa dari Paulus! Hal yang selalu ia pikirkan ialah: bagaimana ia bisa membawa orang yang belum percaya kepada Yesus sehingga mereka bisa diselamatkan.

Penerapan: berapa sering saudara memikirkan untuk membawa orang yang belum percaya kepada Yesus?

8) 1Korintus 11:1:

a) Ayat ini sebetulnya termasuk dalam pasal 10!

Dalam 10:33, Paulus menunjukkan apa yang ia lakukan.

Dalam 11:1, Paulus menyuruh mereka untuk meniru dia.


b) Dari ayat ini jelaslah bahwa kita hanya boleh meniru seseorang, kalau orang itu meniru Kristus! Jadi, jangan meniru orang secara sembarangan.

-o0o-

I KORINTUS 11:2-16

Ay 2:

1) Dalam ay 2 ini Paulus memuji jemaat Korintus. Mengapa?


a) Ada yang menganggap bahwa ini adalah irony (= ejekan), karena orang Korintus tidak ada bagusnya.

Keberatan: kontrasnya ay 17 dengan ay 2, menunjukkan bahwa pujian dalam ay 2 itu sungguh-sungguh merupakan pujian.

b) Calvin mengatakan bahwa sekalipun ada orang-orang brengsek dalam gereja Korintus, tetapi secara umum mereka memang tetap mengingat Paulus dan memegang ajaran Paulus dan karena itulah maka mereka dipuji.

Penerapan: kita tidak boleh memukul rata dengan menganggap seluruh gereja brengsek, hanya karena kita pernah bertemu dengan beberapa orang jemaatnya yang brengsek

Juga, kalau saudara adalah seorang hamba Tuhan yang memimpin sebuah jemaat, atau saudara adalah seorang guru sekolah minggu / guru agama yang memimpin sekelompok murid, maka janganlah menganggap bahwa pelayanan saudara sama sekali tidak berhasil, hanya karena saudara menjumpai adanya beberapa jemaat / murid yang brengsek!

2) ‘Ajaran’.

NASB/RSV/Lit: ‘traditions’ (= tradisi).

Dalam Kitab Suci kata tradisi sering digunakan untuk menunjuk pada ajaran manusia yang bukan dari Tuhan (bdk. Gal 1:14 Kol 2:8 Mat 15:3 - di sini diterjemahkan ‘adat istiadat’ / ‘ajaran turun temurun’, tetapi sebetulnya menggunakan kata Yunani yang sama).

Tetapi di sini, kata tradisi menunjuk pada pengajaran lisan yang diberikan oleh Paulus (dalam 2Tes 2:15 dikatakan bahwa Paulus memberikan penga-jaran baik secara tertulis maupun secara lisan).

Ay 3:

1) ‘Kepala’.

Dalam 11:2-6 ini, kata ‘kepala’ kadang-kadang mempunyai arti hurufiah, kadang-kadang mempunyai arti simbolis. Dalam ay 3 ini jelas bahwa kata ‘kepala’ mempunyai arti simbolis.

Untuk bisa mengetahui artinya, kita bisa membandingkannya dengan Ef 5:22-24. Di sini dikatakan bahwa istri harus tunduk kepada suami, karena suami adalah kepala istri, dan jemaat harus tunduk kepada Kristus, karena Kristus adalah kepala jemaat. Jadi, yang disebut ‘kepala’ mempunyai otoritas, dan berhak menerima ketundukan.

Dalam ay 3 ini, kata ‘kepala’ juga mempunyai arti seperti itu.

2) Dalam ay 3 ini dikatakan bahwa ‘kepala dari perempuan ialah laki-laki’, dan itu berarti bahwa laki-lakilah yang memegang otoritas, dan perempuan harus tunduk kepada laki-laki. Tetapi, bagaimana dengan Gal 3:28 yang mengatakan bahwa di dalam Kristus tidak ada laki-laki atau perempuan?

Gal 3:28 meninjau nilai manusia secara hakiki. Dalam hal ini maka tidak ada perbedaan antara laki-laki dan perempuan, bahkan tidak ada perbedaan antara orang tua dan anak. Jadi, perempuan tidak lebih hina dari pada laki-laki, dan laki-laki tidak lebih mulia dari pada perempuan. Dan baik laki-laki maupun perempuan, kalau ia percaya Yesus, ia menjadi anak Allah dan ia diselamatkan. Laki-laki dan perempuan boleh berbakti bersama-sama dalam kebaktian (tak seperti dalam Yudaisme dimana mereka dipisahkan).

Tetapi demi keteraturan, maka baik dalam gereja maupun dalam keluarga, Tuhan menetapkan bahwa laki-laki adalah pemegang otoritas, dan perempuan harus tunduk kepada laki-laki.

3) Sekalipun dikatakan bahwa ‘kepala dari perempuan ialah laki-laki’, tetapi juga ditambahkan bahwa ‘kepala dari tiap-tiap laki-laki ialah Kristus’, dan ‘kepala dari Kristus ialah Allah’. Ini menunjukkan bahwa perempuan harus menyadari bahwa sekalipun mereka harus tunduk kepada laki-laki, tetapi di atas laki-laki masih ada Kristus dan Allah! Jadi, mereka harus tunduk kepada Kristus / Allah lebih dari pada kepada laki-laki!

Penerapan:

Apakah saudara, yang adalah istri, tunduk kepada suami lebih dari pada kepada Tuhan? Dan apakah saudara, yang adalah suami, menuntut istri saudara tunduk kepada saudara lebih dari pada kepada Tuhan? Marahkah saudara kalau istri saudara lebih tunduk kepada saudara dari pada kepada Tuhan?

4) ‘Kepala dari Kristus ialah Allah’.

Apakah ini berarti bahwa Kristus lebih rendah dari pada Allah? Kalau kita meninjau Yesus sebagai Allah, maka jelas bahwa Ia setingkat dengan BapaNya (Yoh 10:30 Yoh 14:7,9,10). Tetapi di sini, Kristus tidak ditinjau sebagai pribadi ke 2 dari Allah Tritunggal, tetapi sebagai Pengantara antara Allah dan manusia, atau sebagai Allah yang telah berinkarnasi menjadi manusia. Karena itulah maka Ia lebih rendah dari pada Allah, dan Ia tunduk kepada Allah.

Calvin: “God, then, occupies the first place: Christ holds the second place. How so? Inasmuch as he has in our flesh made himself subject to the Father, for, apart from this, being of one essence with the Father, he is equal. et us, therefore, bear it in mind, that this is spoken of Christ as mediator” (= ) - hal 353.

5) Ayat ini tidak berarti bahwa: ketundukan perempuan kepada laki-laki = ketundukan laki-laki kepada Kristus = ketundukan Kristus kepada Allah. Ketundukan perempuan kepada laki-laki adalah ketundukan bersyarat (kalau perintah laki-laki sesuai atau tidak bertentangan Firman Tuhan), dan tidak mungkin sempurna. Ketundukan laki-laki kepada Kristus adalah ketundukan mutlak / tanpa syarat, tetapi jelas tidak mungkin bisa sempurna. Sedangkan ketundukan Kristus kepada Allah, merupakan ketundukan yang sempurna.

I KORINTUS 11: 4-5:

Ay 4-5: “(4) Tiap-tiap laki-laki yang berdoa atau bernubuat dengan kepala yang bertudung, menghina kepalanya. (5) Tetapi tiap-tiap perempuan yang berdoa atau bernubuat dengan kepala yang tidak bertudung, menghina kepalanya, sebab ia sama dengan perempuan yang dicukur rambutnya”.

1) Di tempat itu, tudung merupakan simbol kesopanan dan ketundukan (bdk. Kej 24:65). Membuang tudung berarti tidak menghormati otoritas suami.

Karena ini adalah tradisi setempat, maka di tempat lain, dimana tradisinya berbeda, maka tentu saja bagian ini tidak bisa diterapkan secara persis.

Calvin: “The ‘covering,’ as we shall see ere long, is an emblem of authority intermediate and interposed” (= ) - hal 355.

Calvin berpendapat, ini cuma masalah kesopanan.

Calvin: “in this matter the error is merely in so far as decorum (= kesopanan) is violated, and the distinction of rank which God has established, is broken in upon. ... we must not be so scrupulous as to look upon it as a criminal thing for a teacher to have a cap on hid head, when addressing the people from the pulpit” (= ) - hal 355.

2) Yang dimaksud dengan ‘berdoa’ adalah: memimpin jemaat dalam doa.

Sedang tentang arti dari kata ‘bernubuat’, ada 2 pandangan:

a) Berkhotbah / mengajar biasa.

b) Menyampaikan Firman Tuhan di bawah ilham ilahi.

Saya agak condong pada pandangan b).

Calvin: “‘Prophesying’ I take here to mean - declaring the mysteries of God for the edification of the hearers, (as afterwards in chapter 14)” (= ) - hal 355.

Calvin: “‘praying’ means preparing a form of prayer, and taking the lead, as it were, of all the people - which is the part of the public teacher, for Paul is not arguing here as to every kind of prayer, but as to solemn prayer in public” (= ) - hal 355.

3) Karena laki-laki adalah pemegang otoritas, maka kalau ia berdoa / bernubuat dengan memakai tudung (simbol ketundukan!), ia ‘menghina kepalanya’.

Sebaliknya, karena perempuan ada di bawah otoritas laki-laki, maka kalau ia berdoa / bernubuat tanpa tudung, ia ‘menghina kepalanya’.

Tentang kata-kata ‘menghina kepalanya’:

a) Ada yang menafsirkan kata ‘kepala’ secara hurufiah, sehingga artinya ialah: menghina dirinya sendiri.

b) Ada yang menafsirkan kata ‘kepala’ secara simbolis, sehingga artinya ialah:

menghina Kristus (ay 4).

menghina suami (ay 5).

4) Ajaran Paulus ini bertentangan dengan ajaran / praktek dari:

a) Orang Yahudi, dimana laki-laki berdoa dengan tudung.

b) Orang Yunani, dimana perempuan berdoa tanpa tudung.

Jelas bahwa dalam Paulus mengajar, ia tidak takut menentang ajaran / praktek yang umum.

5) Dalam bernubuatpun ada aturannya, yaitu perempuan harus memakai tu-dung, dan laki-laki harus tanpa tudung! Padahal bernubuat adalah menyam-paikan Firman Tuhan di bawah ilham ilahi!

Dari sini jelaslah bahwa orang yang betul-betul dipimpin oleh Roh Kuduspun harus tetap memegang peraturan dan sopan santun, dan tidak boleh semau gue! (bdk. 1Kor 14:26-33).

Karena itu, janganlah menggunakan kata-kata ‘saya dipimpin oleh Tuhan / Roh Kudus’ sebagai suatu alasan untuk melanggar peraturan, kesopanan dsb!

Contoh:

ada Pendeta yang membuang khotbah dalam kebaktian, karena ia ‘dipimpin oleh Tuhan’ untuk mengadakan acara kesembuhan! Ini jelas omong kosong!

orang berdoa / memberi kesaksian terlalu panjang dalam kebaktian, dengan alasan bahwa ia ‘dipimpin Tuhan’. Ingat bahwa Tuhan tidak mungkin memimpin orang sehingga merusak seluruh kebaktian / acara pemberitaan Firman Tuhan.

6) Tentang kata-kata ‘perempuan ... bernubuat’ dalam ay 5, ada 2 pandangan:

a) Golongan yang pro pengkhotbah perempuan menganggap bagian ini sebagai salah satu dasar untuk memperbolehkan perempuan berkhotbah.

b) Golongan yang anti pengkhotbah perempuan menafsirkan bahwa ini tetap bukan alasan untuk memperbolehkan perempuan berkhotbah. Tafsiran mereka tentang bagian ini:

di sini Paulus membahas tentang boleh tidaknya perempuan bernu-buat tanpa tudung. Sedangkan tentang boleh tidaknya perempuan memberitakan Firman Tuhan / mengajar / bernubuat, dibahas dalam 1Kor 14:34-35 & 1Tim 2:11-12.

Saya merasa ini tidak masuk akal! Kalau memang perempuan sama sekali tidak boleh bernubuat / mengajar, untuk apa Paulus mempersoalkan boleh tidaknya perempuan bernubuat tanpa tudung?

perempuan boleh bernubuat (karena itu adalah ilham / pimpinan dari Tuhan), tetapi perempuan tetap tidak boleh mengajar / berkhotbah secara biasa.

Saya merasa ini juga tak masuk akal, karena kalau memang Tuhan sama sekali tidak menghendaki perempuan mengajar / berkhotbah biasa, mengapa Ia menggunakan perempuan dalam bernubuat?

7) Mengomentari ay 5-6 yang menekankan keharusan perempuan memakai tudung, seseorang mengatakan:

“God did not form woman out of the head lest she should become proud; nor out of the eye lest she should lust; nor out of the ear lest she should be curious; nor out of the mouth lest she should be talkative; nor out of the heart lest she should be jealous; not out of the hand lest she should be covetous; nor out of the foot lest she should be a wandering busybody; but out of a rib which was always covered; therefore modesty should be her primary quality” (= Allah tidak membentuk perempuan dari kepala supaya ia tidak menjadi sombong; juga tidak dari mata supaya ia tidak bernafsu; juga tidak dari telinga supaya ia tidak menjadi orang yang selalu ingin tahu; juga tidak dari mulut supaya ia tidak banyak bicara; juga tidak dari hati supaya ia tidak cemburu; juga tidak dari tangan supaya ia tidak tamak; juga tidak dari kaki supaya ia tidak suka pergi kemana-mana untuk mencampuri urusan orang lain; tetapi dari sebuah rusuk yang selalu tertutup; karena itu kesopanan / kesederhanaan harus selalu menjadi kwalitet-nya yang utama).

I KORINTUS 11: 6-7:

1) Arti dari ay 6: kalau perempuan tidak mau pakai tudung, itu berarti bahwa ia senang berada dalam keadaan hina. Kalau mau konsekwen, gundul saja sekalian, itu juga hina. Sebaliknya, kalau tidak mau gundul / hina, maka harus memakai tudung.

2) ‘Tidak perlu’ (ay 7). Ini salah terjemahan!

KJV / RSV / NIV / NASB: ‘ought not’ (= tidak seharusnya / tidak boleh).

3) Dalam ay 7, hanya laki-laki yang ditekankan sebagai gambar Allah, karena gambar Allah hanya disoroti dari 1 sudut, yaitu dalam hal adanya otoritas.

4) Dalam ay 7 seharusnya tidak ada kata ‘menyinari’.

NIV: ‘he is the image and glory of God ... the woman is the glory of man’ (= ia adalah gambar dan kemuliaan Allah).

Jadi, laki-laki adalah kemuliaan Allah, dan perempuan adalah kemuliaan laki-laki. Ini lagi-lagi menunjukkan superiornya laki-laki terhadap perempuan.

Ay 8-9:

Dua alasan mengapa laki-laki ada di atas perempuan:

1) Dari sudut asal mulanya, perempuan berasal dari laki-laki (ay 8).

2) Dari sudut tujuan penciptaan, perempuan dicipta karena / demi laki-laki (ay 9 bdk. Kej 2:18).

Seorang penafsir mengatakan:

“The man is the beginning of the woman and the end for which she was made” (= laki-laki adalah permulaan dari perempuan dan tujuan untuk mana perempuan diciptakan).

Penerapan:

Apakah saudarai sebagai orang perempuan sering merasa jengkel karena Tuhan memberikan otoritas kepada laki-laki? Apakah saudarai sering merasa diperlakukan tidak adil? Apapun alasannya yang menyebabkan saudarai mempunyai pemikiran semacam itu, sadarilah bahwa itu adalah pemikiran yang tidak Alki-tabiah dan saudarai harus bertobat dari pemikiran seperti itu!

Calvin:

“All women are born, that they may acknowledge themselves inferior in consequence of the superiority of the male sex” (= Semua perempuan dilahirkan supaya mereka bisa mengakui diri mereka sendiri lebih rendah sebagai akibat dari kesuperioran laki-laki).

Ay 10:

1) Ini adalah ayat yang begitu sukar, sehingga Charles Hodge memberikan komentar sebagai berikut: “After all that has been written, it remains just as obscure as ever” [= setelah semua yang telah ditulis (tentang ayat ini), ayat ini tetap sama kaburnya dengan dulu].

2) ‘Tanda wibawa’.

Lit: ‘sign of authority’ (= tanda otoritas).

Ada macam-macam penafsiran tentang bagian ini:

a) Artinya adalah: tanda ketundukan.

Diartikan demikian, karena kontexnya menuntut penafsiran seperti itu.

b) Artinya adalah: tanda dengan mana perempuan menyatakan dirinya di bawah otoritas laki-laki.

c) Artinya adalah: tanda otoritas / martabat perempuan itu sendiri, karena tanpa tudung perempuan itu dianggap amoral / pelacur.

3) ‘Oleh karena para malaikat’.

Bagian ini membingungkan semua penafsir, sehingga muncul banyak penaf-siran tentang bagian ini. Tetapi arti yang paling banyak diterima adalah: ‘demi para malaikat yang hadir dalam kebaktian’.

Jadi, karena para malaikat itu hadir sebagai saksi dalam kebaktian, maka perempuan harus tunduk pada otoritas laki-laki.

Ay 11-12:

1) Kata-kata ‘dalam Tuhan’ (ay 11) artinya adalah ‘kehendak Tuhan’. Jadi ada-lah merupakan kehendak Tuhan bahwa laki-laki tergantung pada perempuan dan sebaliknya.

2) Bagian ini menunjukkan kesatuan laki-laki dan perempuan sehingga yang satu tidak bisa hidup tanpa yang lain.

3) Bagian ini ditambahkan:

a) Supaya laki-laki tidak menjadi sombong dan menghina perempuan.

b) Untuk menghibur perempuan.

4) Kata-kata ‘segala sesuatu berasal dari Allah’ (ay 12) menunjukkan bahwa Allah ada di atas laki-laki dan perempuan.

Ay 13-15:

1) Ada yang mengartikan ‘alam’ sebagai ‘kebiasaan setempat’.

Kalau ini benar, maka semua ini memang bersifat kultural, sehingga tidak berlaku di tempat yang mempunyai tradisi / kebudayaan yang berbeda.

2) Bagi orang-orang Yahudi, adalah sesuatu yang memalukan kalau laki-laki berambut panjang, kecuali kalau ia adalah seorang nazir Allah (bdk. Bil 6:1-5 Hak 13:5 Hak 16:17 1Sam 1:11).

Perkecualian: Absalom (2Sam 14:26).

3) Ay 15b tidak mungkin diartikan: rambut panjang sudah cukup bagi perem-puan sehingga tak perlu memakai tudung lagi. Mengapa? Karena kalau ditafsirkan seperti itu, akan bertentangan dengan apa yang Paulus ajarkan dalam sepanjang kontex ini.

Artinya justru adalah: adanya ‘tudung’ alamiah (yaitu rambut panjang), me-nunjukkan bahwa perempuan membutuhkan tudung yang lain, yaitu tudung yang sungguh-sungguh

Ay 16:

Ada 2 pandangan tentang arti dari kata ‘kebiasaan’ dalam ayat ini:

1) Calvin: kata ‘kebiasaan’ itu menunjuk pada kebiasaan debat kusir.

2) Mayoritas penafsir: kata ‘kebiasaan’ itu menunjuk pada kebiasaan perempuan berdoa / bernubuat tanpa tudung.

-o0o-

I KORINTUS 11:17-22

Ay 17:

1) ‘tidak dapat memuji kamu’ (bdk. ay 22b).

Paulus bukan orang yang munafik. Kalau memang ada hal yang baik, maka ia memuji (ay 2), tetapi kalau ada yang jelek, ia mencela (ay 17,22b)

Penerapan: Bagaimana saudara menaikkan doa tanggapan terhadap khotbah yang jelek? Apakah dalam doa itu saudara bersyukur kepada Tuhan atas ‘Firman Tuhan yang begitu indah’? Ini sama saja dengan memuji pengkhotbahnya dengan pujian yang munafik!

2) ‘pertemuan-pertemuanmu tidak mendatangkan kebaikan, tetapi mendatangkan keburukan’.

Ada 2 hal yang bisa kita pelajari di sini:

a) Pertemuan yang tidak mendatangkan kebaikan (bagi diri sendiri / orang lain), adalah sesuatu yang salah!

Calvin: “There ought never to be a coming together without some fruit” (= Tidak pernah boleh ada suatu pertemuan tanpa buah).

Penerapan:

adakah kebaikan yang saudara terima kalau saudara pergi ke gereja? Ada banyak orang kristen yang karena setiap kali pergi ke gereja tidak menerima apa-apa, lalu menganggap itu sebagai hal yang biasa saja! Tetapi ini jelas salah! Kalau pertemuan saudara tidak memberikan apa-apa kepada saudara, sebaiknya saudara mencari pertemuan lain, yang memberikan kebaikan kepada saudara!

adakah kebaikan yang saudara berikan kepada orang lain, kalau saudara pergi ke gereja? Ingat bahwa kalau semua orang bersikap egois dengan hanya mau menerima dan tidak mau memberi, maka akhirnya tidak akan ada yang menerima apa-apa. Ada banyak hal yang bisa saudara lakukan untuk memberi sesuatu kepada orang lain, seperti:

memberi perhatian kepada orang yang baru.

melayani sebagai chairman, organist, koor, guru sekolah minggu, dan semua pelayanan yang lain.

memberitakan Injil kepada jemaat yang kristen KTP!

sharing kepada saudara seiman.

b) Suatu pertemuan bisa mendatangkan keburukan! Misalnya:

kalau ajarannya salah / sesat!

kalau gereja itu mempraktekkan hal-hal yang salah.

kalau ada gossip / fitnah.

Karena itu jangan sembarangan dalam pergi ke gereja!

Ay 18:

1) ‘aku mendengar ... sedikit banyak aku percaya’.

NIV: ‘to some extent I believe it’ (= sampai pada taraf tertentu aku mempercayainya).

NASB: ‘in part, I believe it’ (= sebagian, aku mempercayainya).

Jelas bahwa Paulus bukanlah orang yang sembarangan saja mempercayai berita yang menceritakan kejelekan orang lain!

Bagaimana dengan saudara? Ingat bahwa orang yang suka menyebarkan gossip / fitnah bisa menjadi suatu senjata yang ampuh bagi setan dalam memecah belah gereja, hanya kalau ada telinga-telinga yang dengan mudah mempercayai berita-berita yang mereka sebarkan!

2) ‘ada perpecahan di antara kamu’.

Kata yang diterjemahkan ‘perpecahan’, dalam bahasa Yunaninya adalah SCHISMATA, dan dari kata ini diturunkan kata bahasa Inggris ‘schism’ (= perpecahan / keretakan).

Seharusnya dalam gereja ada kasih, dan kesatuan hati / pikiran, tetapi ternyata yang ada justru adalah perpecahan!

Ay 19:

1) Di sini Paulus agak menyimpang dari jalur pembicaraan, dan pada ay 20 ia kembali lagi pada pembicaraan dalam ay 18.

2) Kata ‘perpecahan’ di sini diterjemahkan dari kata bahasa Yunani yang berbeda dengan pada ay 18 di atas. Kata Yunani yang dipakai di sini adalah HAIRESEIS, dan dari kata ini diturunkan kata bahasa Inggris ‘heresy’ (= sekte / bidat).

KJV memberikan terjemahan yang hurufiah yaitu ‘heresies’ (= bidat-bidat / sekte-sekte).

Arti yang sebenarnya dari kata ini adalah ‘an act of choice’ (= tindakan memilih). Artinya lalu berkembang menjadi ‘a chosen way of life’ (= jalan hidup yang dipilih). Artinya lalu berkembang lagi menjadi ‘suatu sekte / partai, tetapi tidak selalu menunjuk pada arti yang jelek’.

Di sini, sama seperti dalam Gal 5:20, kata itu seharusnya diterjemahkan ‘perselisihan’ [Catatan: dalam Gal 5:20 itu, kata Yunani yang sama dengan di sini, oleh Kitab Suci Indonesia diterjemahkan ‘roh pemecah’, tetapi oleh NIV/NASB diterjemahkan ‘factions’ (= perselisihan)].

Ay 18 dan ay 19 menggunakan kata Yunani yang berbeda, karena ay 19 menunjuk pada perpecahan yang lebih hebat.

Calvin menganggap bahwa ay 18 hanya menunjuk pada ketidak-senangan yang ada di hati, tetapi ay 19 menunjuk pada permusuhan yang terbuka.

3) ‘harus ada perpecahan’ (bdk. Mat 18:7).

Adanya kata ‘harus’ ini menunjukkan bahwa hal ini tidak terjadi secara kebetulan saja, tetapi karena telah ditentukan oleh Allah, dan diatur oleh Allah sehingga terjadi!

Calvin: “For the cause is the secret counsel of God” (= karena penyebabnya adalah rencana Allah yang rahasia).

4) ‘supaya nyata nanti siapa di antara kamu yang tahan uji’ [Lit: ‘the approved ones’ (= orang-orang yang direstui / diakui / disetujui)].

a) Sekalipun perpecahan itu sendiri bukanlah sesuatu yang baik, tetapi Tuhan bisa memakainya sehingga menghasilkan sesuatu yang baik, yaitu untuk membedakan orang kristen yang baik dan yang brengsek (bdk. 1Yoh 2:19)!

Mengapa bisa demikian? Karena kalau terjadi perpecahan, maka akan terlihat hal-hal seperti:

adanya orang-orang yang begitu kecewa melihat perpecahan itu, sehingga berhenti ikut Tuhan.

adanya orang yang memfitnah / percaya pada fitnahan.

orang yang tidak mempedulikan kebenaran / Firman Tuhan, tapi hanya berjuang untuk kemenangan pihaknya dalam perpecahan itu.

adanya orang yang secara membuta (tanpa peduli pada kebenaran) memihak pada salah satu pihak.

Padahal, andaikata perpecahan itu tidak terjadi, semua kebodohan dan kebrengsekan ini tidak terlihat!

b) Ini secara tidak langsung memberi kita suatu peringatan: kalau terjadi perpecahan, itu adalah ujian Tuhan! Karena itu, harus tetap teguh ikut Kristus, supaya bisa menunjukkan diri sebagai orang yang tahan uji.

Ay 20-22:

1) Sekarang Paulus kembali pada pembicaraan dalam ay 18, dan ia membicarakan wujud dari perpecahan dalam ay 18 itu.

2) Latar belakang dari semua ini adalah: orang-orang kristen di Korintus itu menggabungkan / mencampuradukkan Perjamuan Kudus dengan AGAPAE / ‘love feast’ (= perjamuan kasih - bdk. Yudas 12). Perjamuan kasih ini adalah suatu pesta makan dimana tiap-tiap orang harus membawa makanan ke gereja.

Ada 2 kemungkinan yang menyebabkan mereka mencampur-adukkan Perjamuan Kudus dengan perjamuan kasih itu:

a) Pelaksanaan Perjamuan Kudus yang pertama juga dilakukan setelah perjamuan Paskah. Bandingkan dengan Mat 26, dimana dalam ay 17-20 dilakukan perjamuan Paskah dan dalam ay 26-dst dilakukan Perjamuan Kudus.

Kalau ini memang merupakan asal mulanya, maka jelas itu adalah sesuatu yang salah! Ingat bahwa Perjamuan Kudus (sakramen yang ke 2 dalam Perjanjian Baru) tidak dimaksudkan untuk digabungkan dengan Perjamuan Paskah, tetapi untuk menggantikan Perjamuan Paskah (sakra-men yang ke 2 dalam Perjanjian Lama).

b) Dari tradisi kafir.

Dalam kebaktian kafir, sudah biasa terjadi pencampur-adukkan kebaktian dan pesta. Mungkin orang-orang kafir yang bertobat lalu membawa kebiasaan itu ke dalam gereja.

3) Mula-mula tujuan mereka mengadakan perjamuan kasih itu baik, yaitu supaya si miskin bisa ikut makan. Tetapi akhirnya:

tiap orang makan makanannya sendiri.

Karena itu, si kaya yang membawa banyak, menjadi mabuk, dan si miskin yang membawa sedikit / tidak membawa apa-apa, tetap lapar.

mereka tidak mulai makan bersama-sama / yang seorang tidak menunggu yang lain (ay 21 bdk. ay 33).

Inilah wujud perpecahan yang Paulus katakan dalam ay 18! Dan ini terjadi dalam acara Perjamuan Kudus, dimana satu roti menggambarkan kesatuan tubuh Kristus / gereja (bdk. 1Kor 10:17)!

4) Paulus mengatakan bahwa mereka berkumpul bukan untuk melakukan Perjamuan Tuhan / Perjamuan Kudus (ay 20), karena praktek dan motivasi mereka salah!

Memang, cara dan motivasi yang salah bisa menyebabkan:

orang yang berdoa sebetulnya tidak berdoa.

orang yang memberitakan Firman Tuhan sebetulnya tidak memberitakan Firman Tuhan.

orang yang melayani sebetulnya tidak melayani.

orang yang mempersembahkan sebetulnya tidak mempersembahkan.

orang yang berbakti sebetulnya tidak berbakti.

orang yang memuji Tuhan sebetulnya tidak memuji Tuhan.

Karena itu, hati-hatilah dalam melakukan segala sesuatu, baik dalam caranya maupun motivasinya!

5) Ay 20: ‘perjamuan Tuhan’.

Lit: ‘Lord’s supper’ (= makan malam Tuhan).

Istilah ‘supper / makan malam’, dan juga fakta bahwa Perjamuan Kudus yang pertama diadakan pada malam hari (bdk. ay 23 - ‘Tuhan Yesus, pada malam waktu Ia diserahkan’), menyebabkan adanya orang-orang yang menganggap bahwa Perjamuan Kudus harus dilakukan pada malam hari, bukan pada siang / pagi hari.

Barnes’ Notes: “It is called ‘supper’ (DEIPNON) because the word denotes the evening repast. It was instituted in the evening; and it is evidently most proper that it should be observed in the after part of the day. With most churches the time is improperly changed to the morning - a custom which has no sanction in the New Testament; and which is a departure from the very idea of a supper” [= itu disebut ‘makan malam’ (DEIPNON) karena kata itu menunjukkan jamuan makan malam. Itu ditetapkan pada malam hari; dan jelas bahwa hal yang terbaik adalah kalau hal itu dilakukan pada malam hari. Dalam kebanyakan gereja, waktunya secara salah dipindahkan ke pagi hari - suatu kebiasaan yang tidak mempunyai dukungan / persetujuan dalam Perjanjian Baru; dan yang merupakan penyimpangan dari gagasan makan malam].

Keberatan / sanggahan:

a) Tidak semua hal yang dilakukan Yesus dan rasul-rasul dalam Perjamuan Kudus (dan juga dalam hal-hal yang lain) harus kita tiru! Tetapi hanya hal-hal yang diperintahkan / mempunyai arti saja!

Charles Hodge: “It is not apostolic example which is obligatory, but apostolic precept, whether expressed in words or in examples declared or evinced to be preceptive. The example of Christ in celebrating the Lord’s supper is binding as to everything which enters into the nature and significancy of the institution; for those are the very things which we are commended to do” (= bukan teladan / kehidupan rasul yang merupakan kewajiban, tetapi perintah rasul, baik yang dinyatakan dalam kata-kata atau di dalam contoh / teladan yang dinyatakan atau ditunjukkan secara jelas bahwa itu merupakan perintah. Teladan Kristus dalam merayakan Perjamuan Kudus, mengikat / merupakan keharusan berkenaan dengan semua hal yang termasuk dalam inti / sifat dasar dan hal-hal yang mempunyai arti dari sakramen itu, karena itu adalah hal-hal yang harus kita lakukan) - ‘I & II Corinthians’, hal 223.

Dari kata-kata di atas bisalah kita simpulkan bahwa Hodge berpendapat bahwa tidak semua yang dilakukan oleh Yesus dalam Perjamuan Kudus yang pertama itu harus kita tiru / lakukan.

Yang harus kita tiru / lakukan hanyalah:

hal-hal yang diperintahkan.

hal-hal yang mempunyai arti dalam sakramen itu.

Yesus memang melakukan Perjamuan Kudus yang pertama pada malam hari, tetapi:

Ia tak memerintahkan kita melakukannya pada malam hari.

‘malam’ tidak punya arti dalam Perjamuan Kudus (Yesus bahkan disalibkan pada pagi hari!).

Dan karena itu, jelas bahwa kita tidak harus mengadakan Perjamuan Kudus pada malam hari.

Prinsip di atas bisa kita terapkan pada hal-hal yang lain dari Perjamuan Kudus, seperti:

roti dan anggur. Ini merupakan inti dari Perjamuan Kudus, dan mempunyai arti, yaitu tubuh dan darah Kristus. Karena itu, ini merupakan sesuatu yang mengikat dan tidak boleh digantikan dengan sesuatu yang lain!

jenis dan bentuk roti (kering / basah, beragi atau tidak, bundar atau persegi). Ini tidak diperintahkan (dalam Perjamuan Paskah, memang diperintahkan bahwa rotinya harus tidak beragi, tetapi dalam Perjamuan Kudus tidak ada perintah seperti itu) dan tidak mempunyai arti, dan karena itu ini bukanlah sesuatu yang mengikat.

penggunaan satu roti. Ini punya arti yaitu kesatuan tubuh Kristus / gereja (1Kor 10:17), dan karena itu ini merupakan sesuatu yang mengikat! Dari sini jelaslah bahwa penggunaan hosti adalah sesuatu yang salah!

pemecahan roti. Roti memang harus dipecah-pecahkan, dalam arti, roti yang satu itu harus dijadikan banyak. Ini mempunyai arti, yaitu penghancuran tubuh Kristus untuk menebus dosa-dosa kita, dan karena itu dalam Perjamuan Kudus, pemecahan roti adalah sesuatu yang harus dilakukan di depan jemaat!

Tetapi, apakah pemecahan roti itu dilakukan dengan memotong atau menggunting (untuk roti basah), atau betul-betul dengan memecah (roti kering), adalah sesuatu yang tak punya arti, dan karena itu kita tak perlu meniru apa yang Yesus lakukan saat itu.

cawan juga tidak mempunyai arti apa-apa, karena yang punya arti adalah anggurnya, bukan cawannya. Jadi kita bebas menggunakan cawan, botol, gelas, dsb! Juga perlu diingat bahwa sekalipun roti ditekankan kesatuannya, anggur tidak! Jadi, menggunakan banyak gelas kecil-kecil tidak salah!

Lalu, bagaimana dengan penuangan anggur ke dalam gelas kecil-kecil itu? Apakah harus dilakukan di depan jemaat seperti pada pemecahan roti? Tidak! Karena Yesus sendiri tidak melakukan penuangan anggur!

pelaksanaan Perjamuan Kudus di ruang atas (bdk. Mark 14:15). Ini tidak diperintahkan untuk kita, dan juga tidak mempunyai arti apa-apa. Jadi ini bukanlah sesuatu yang mengikat!

b) Kata DEIPNON tidak hanya menunjukkan makan malam, tetapi juga merupakan makanan utama, yang mengenyangkan!

Kalau dari penggunaan kata DEIPNON (supper / makan malam), kita mau menekankan unsur ‘malam’nya, maka konsekwensinya adalah bahwa unsur ‘kenyang’nya juga harus ditekankan! Dan ini tidak mungkin!

Karena unsur ‘kenyang’ ini tidak ada dalam Perjamuan Kudus, maka jelas bahwa unsur ‘malam’ juga tak harus ditekankan.

6) Apa yang mereka lakukan dalam perjamuan kasih itu, sekalipun tanpa disengaja, tetapi telah menghina / memalukan orang-orang yang miskin (ay 22). Mengapa? Karena mereka yang miskin hanya bisa menonton saja orang-orang kaya memakan makanan yang enak-enak, sedangkan mereka hanya bisa makan sedikit dan tidak enak.

Penerapan: Sikap / kata-kata kita, sekalipun tanpa sengaja, bisa menghina / mempermalukan orang-orang yang miskin. Misalnya: kalau 2 orang kaya dan 1 orang miskin bercakap-cakap dan 2 orang kaya itu berbicara soal laba ratusan juta rupiah yang mereka peroleh, atau tentang makanan yang mahal yang mereka nikmati di restoran yang lux, atau tentang perjalanan keliling dunia yang mereka lakukan, atau tentang emas berlian yang mereka beli. Pikirkan, bagaimana perasaan si miskin mendengar hal itu? Karena itu kita harus hati-hati dalam situasi seperti itu.
-o0o-

I KORINTUS 11:23-34

1 Korintus 11: 23-26:

Dalam bagian ini Paulus mengajarkan tentang Perjamuan Kudus yang benar, baik pelaksanaannya maupun tujuannya.

1) Hal-hal yang berkenaan dengan pelaksanaan Perjamuan Kudus:

a) Ay 23,24: Yesus mengambil roti dan memecah-mecahkannya.

Apakah ini merupakan hal yang mengikat bagi kita / harus kita lakukan? Ya, karena:

1. Hal ini diperintahkan (ay 24: perbuatlah ini!).

2. Hal ini mempunyai arti:

roti = simbol tubuh Kristus.

pemecahan roti = simbol penghancuran tubuh Kristus.

Kesimpulan: dalam Perjamuan Kudus, tidak boleh digunakan hosti, kare-na penggunaan hosti itu menghapuskan pemecahan roti!

Barnes’ Notes:

“It was not a wafer, such as the papists now use; but it was the ordinary bread which was eaten on such occasions” (= itu bukanlah hosti, seperti yang sekarang dipakai oleh para pengikut Paus / orang-orang Roma Katolik, tetapi roti biasa yang dipakai dalam peristiwa-peristiwa seperti itu).

Pulpit Commentary:

“The ‘broken’ is nevertheless involved in the ‘he brake it,’ which was a part of the ceremony as originally illustrated. The breaking of the bread ought not, therefore, to be abandoned, as in the case when ‘wafers’ are used” (= kata ‘broken / dipecahkan’ bagaimanapun sudah termasuk dalam ‘he brake it / Ia memecah-mecahkannya’, yang merupakan sebagian dari upacara aslinya. Karena itu, pemecahan roti tidak seharusnya dibuang, seperti dalam kasus dimana digunakan hosti).

Komentar ini diberikan berdasarkan ay 24 dalam KJV yang berbunyi: “And when he had given thanks, he brake it, and said, Take, eat: this is my body, which is broken for you: this do in remembrance of me” (= dan setelah Ia mengucap syukur, Ia memecah-mecahkannya, dan berkata: Ambillah, makanlah: ini adalah tubuhKu, yang dipecahkan bagi kamu: lakukanlah ini untuk mengingat Aku).

Catatan:

Kata-kata ‘Take, eat’ dan ‘broken’ bisa ada dalam KJV, karena KJV menterjemahkan dari manuscript yang menambahkabn bagian ini. Jadi kata-kata itu sebetulnya tidak ada dalam manuscript aslinya.

Tetapi kata-kata ‘he brake it’ tidak merupakan penambahan!

b) Ada hal-hal yang perlu dipelajari tentang pengucapan syukur yang Yesus lakukan dalam Perjamuan Kudus yang pertama itu:

1. Ay 24: ‘sesudah itu Ia mengucap syukur atasnya’.

NIV: ‘when he had given thanks’ (= setelah Ia mengucap syukur).

Kata-kata ‘he had given thanks’ itu, bahasa Yunaninya adalah EU-CHARISTESAS (= having given thanks). Dari kata Yunani inilah lalu diturunkan kata Eucharist. Dari pengertian tentang asal usul kata itu, maka jelaslah bahwa adalah salah kalau kata Eucharist itu digunakan untuk menunjuk pada seluruh Perjamuan Kudus!

2. Apakah pengucapan syukur yang Yesus lakukan itu mengikat atau tidak? Saya condong untuk berkata: Ya!

Alasannya:

Ada kemungkinan bahwa kata-kata ‘perbuatlah ini’ dalam ay 24, menunjuk bukan hanya pada pemecahan roti, tetapi juga pada pengucapan syukurnya.


hal itu selalu ditonjolkan dalam bagian-bagian yang menceritakan Perjamuan Kudus yang pertama itu (Mat 26:26,27 Mark 14:22-23 Luk 22:17,19 1Kor 11:24,25).

3. Yesus melakukan pengucapan syukur 2 x (sebelum roti maupun anggur).

Ay 25: ‘demikian juga’ (bdk. Luk22:20).

NIV/RSV/NASB: ‘in the same way’ (= dalam cara yang sama).

KJV: ‘after the same manner’ (= menurut cara yang sama).

Artinya: Ia memperlakukan cawan sama seperti Ia memperlakukan roti, yaitu: Ia mengucap berkat / syukur lebih dulu (bdk. Mat 26:26-27).

Kebanyakan gereja menggabungkan kedua pengucapan syukur ini menjadi satu dan dilakukan sebelum makan roti. Tetapi ada juga gereja yang mempertahankan 2 x pengucapan syukur ini.

c) Ay 24: ‘Inilah tubuhKu’.

Yang dimaksud dengan ‘ini’ jelas adalah roti yang sedang Ia pegang. Dari bagian ini, orang Roma Katolik menemukan doktrin Transubstantiation / a change of substance (= perubahan zat). Doktrin ini mengatakan bahwa pada waktu Perjamuan Kudus itu dilakukan, roti & anggur betul-betul berubah menjadi tubuh & darah Kristus, tetapi ‘accidents’nya (warna, rasa, bau, bentuk) tetap sama. Kalau doktrin ini benar, ini berarti bahwa setiap kali diadakan Perjamuan Kudus, Kristus dikorbankan lagi! (bdk. Ibr 9:28).

Orang Lutheran menganggap bahwa roti dan anggur tetap adalah roti dan anggur, tetapi Yesus hadir secara jasmani di dalam, di atas, di bawah, di samping roti dan anggur itu

Orang Calvinist / Reformed menganggap:

1. Roti & anggur hanya merupakan simbol dari tubuh & darah Kristus.

Jadi, pada waktu Yesus berkata ‘Inilah tubuhKu’, maka artinya sama seperti pada waktu Yesus berkata ‘Akulah pintu’, ‘Akulah pokok anggur yang benar’ dsb.

2. Dalam Perjamuan Kudus, Kristus hadir secara rohani, bukan secara jasmani. Tubuh jasmani Kristus ada di surga dan tubuh jasmani Kristus itu tidak maha ada!

d) Ay 25 salah terjemahan! Kata ‘dimeteraikan’ sebetulnya tidak ada. Ay 25 (NIV): “this cup is the new covenant in my blood” (= cawan ini adalah perjanjian baru dalam darahKu).

Ada 2 hal yang penting di sini:

1. Bagian ini berhubungan dengan Kel 24:8 dimana darah dipakai untuk mengesahkan perjanjian. Di sini disebut ‘perjanjian baru’, karena dibandingkan dengan perjanjian dalam Kel 24:8 itu.

2. Sebetulnya, dalam Perjamuan Kudus, yang ditekankan tentu bukan cawannya, tetapi anggurnya! Alasannya:

bdk. Matius 26:27: ‘minumlah dari cawan ini’.

Anggurnyalah, dan bukan cawannya, yang mempunyai arti simbolis sebagai darah Kristus!

Karena itu dalam pelaksanaan Perjamuan Kudus, cawan boleh saja digantikan dengan botol, gelas, dsb.

e) Ay 26: ‘makan roti dan minum cawan’.

Dalam Perjamuan Kudus, kita harus melakukan kedua hal ini!

Gereja Roma Katolik hanya membagikan roti kepada jemaat, sedang anggur / cawannya ditahan untuk pastornya saja. Alasannya adalah: roti yang dibagikan adalah tubuh Kristus, sehingga darah sudah termasuk di dalamnya

Apapun alasannya, jelas ini merupakan sesuatu praktek yang menyim-pang dari Kitab Suci!

2) Tujuan Perjamuan Kudus:

a) Untuk memperingati kematian Kristus untuk kita (ay 24,25).

Mengingat akan kematian Kristus bagi kita adalah sesuatu yang sangat penting. Hal ini bisa menolong kita:


pada saat kita merasa / menganggap bahwa Allah tidak mengasihi kita (bdk. Ro 5:8).


pada saat kita mengutamakan sesuatu / seseorang lebih dari Tuhan.

pada saat kita segan berkorban, menyangkal diri, memikul salib, dsb.

pada saat kita kikir dalam memberi persembahan.

pada saat kita mundur / suam, malas melayani, berdoa, belajar Firman Tuhan, dsb.

pada saat kita kurang berjuang dalam mengalahkan dosa (bdk. Ibrani 12:3-4).

Tetapi Tuhan tahu bahwa kita cenderung untuk melupakan kasih-Nya, dan karena itu, Tuhan menyuruh kita untuk melakukan Perjamuan Kudus supaya melalui Perjamuan Kudus itu, kita selalu ingat akan kematian Kristus bagi kita!

b) Untuk memberitakan kematian Kristus (ay 26).

Tuhan memerintahkan orang Israel dalam Perjanjian Lama untuk merayakan Paskah (hari keluarnya mereka dari Mesir), supaya kalau ada orang asing / kafir atau anak-anak mereka yang bertanya tentang arti dari Perjamuan Paskah itu, maka mereka bisa menceritakan tentang kebaikan Tuhan yang telah mengeluarkan / membebaskan mereka dari Mesir (Keluaran 12:26-27 13:8).

Dalam Perjanjian Baru, Tuhan menyuruh kita mengadakan Perjamuan Kudus, juga dengan tujuan untuk memberitakan sesuatu, tetapi sesuatu itu bukan pembebasan dari Mesir, melainkan kematian Kristus bagi kita! Pasti akan sering muncul pertanyaan dari orang kafir / anak-anak tentang Perjamuan Kudus, dan itu merupakan kesempatan bagi kita untuk mem-beritakan kematian Kristus! Gunakanlah kesempatan itu!

Ay 27-32:

1) Ay 27: ‘dengan cara yang tidak layak’.

NIV/RSV/NASB: ‘in an unworthy manner’ (= dengan cara yang tidak layak).

KJV: ‘unworthily’ (= dengan tidak layak).

Kata ‘tidak layak’ dalam ay 27 ini tidak menunjuk kepada orang yang ikut Perjamuan Kudus itu, tetapi menunjuk pada cara mengikuti / melakukan Perjamuan Kudus!

Kita bisa mengetahui hal itu, karena kata Yunani yang dipakai, yaitu ANAXIOS, adalah suatu adverb / kata kete-rangan (NB: kata keterangan tak mungkin menerangkan kata benda / orang). Karena itu, sekalipun semua terjemahan di atas sebetulnya artinya sama, tetapi yang menterjemahkan secara paling tepat adalah KJV, karena KJV menterjemahkannya dalam bentuk kata keterangan.

Contoh-contoh tentang cara yang tidak layak dalam mengikuti Perjamuan Kudus:

mencampur Perjamuan Kudus dengan Perjamuan Kasih seperti yang dilakukan orang Korintus.

asal ikut (tanpa mengerti tujuannya, tanpa merenungkan kematian Kristus dsb).

tak adanya keseriusan, rasa hormat dan khidmat (membuat roti dan anggur sebagai bahan untuk bergurau, memberikannya kepada anak-anak yang untuk mainan atau sekedar untuk menenangkan anak yang rewel dsb).

tak melakukannya dengan tujuan seperti yang Tuhan kehendaki.

melakukannya dengan cara yang salah, seperti dengan menggunakan hosti, menahan cawan hanya untuk hamba Tuhan, atau dengan menyembah roti dan anggur itu!

Kalau saudara sering melakukan hal-hal ini, baca sekali lagi ay 27 ini! Saudara berdosa terhadap tubuh dan darah Tuhan!

2) Ay 28: ‘menguji diri’.

Kalau ay 27 mempersoalkan cara mengikuti Perjamuan Kudus, maka ay 28 mempersoalkan diri / orang yang mengikuti Perjamuan Kudus itu!

Yang harus diuji adalah:


a) Imannya, yaitu apakah ia betul-betul percaya kepada Yesus (bdk. 2Korintus 13:5).


b) Kehidupannya, yaitu apakah ia secara sadar dan sengaja memegangi dosa tertentu atau tidak! Kalau ya, maka orang itu tidak berhak ikut Perjamuan Kudus!

Mengapa demikian? Ingatlah bahwa Perjamuan Kudus juga merupakan persekutuan antara pengikut Perjamuan Kudus itu dengan Tuhan (1Kor 10:16). Sedangkan dosa yang dipertahankan jelas menghalangi / meru-sak persekutuan itu (bdk. Yesaya 59:1-2)!

Disamping itu, Kitab Suci mengajar bahwa dosa menyebabkan:

doa kita tidak didengar oleh Tuhan (Yes 59:1-2 Mazmur 66:18 Amsal 28:9 Yes 1:15).

persembahan kita tidak diterima oleh Tuhan (Mat 5:23-24 Yesaya 1:10-14).

kita tidak layak datang ke rumah Tuhan (Mazmur 24:3-4 Yesaya 1:12).

Kalau adanya dosa yang dipertahankan menyebabkan seseorang tidak layak untuk berdoa, memberi persembahan, ataupun berbakti / datang ke rumah Tuhan, maka adalah sesuatu yang aneh kalau orang yang mem-pertahankan dosa itu dianggap layak untuk mengikuti Perjamuan Kudus!

c) Baptisan.

Banyak orang mempersoalkan apakah baptisan merupakan persyaratan mengikuti Perjamuan Kudus atau tidak. Memang Kitab Suci tidak secara explicit memberikan persyaratan ini, tetapi pertimbangkanlah hal-hal ini:


baptisan merupakan pengalaman / aktivitas pertama dalam kekris-tenan.

baptisan merupakan sakramen 1 dalam Perjanjian Baru karena bap-tisan menggantikan sunat yang merupakan sakramen 1 dalam Perjan-jian Lama. Sedangkan Perjamuan Kudus merupakan sakramen 2 da-lam Perjanjian Baru, karena Perjamuan Kudus menggantikan Perja-muan Paskah yang merupakan sakramen 2 dalam Perjanjian Lama.

dalam Perjanjian Lama, orang yang belum disunat, dilarang mengikuti Perjamuan Paskah (Kel 12:44,48).

Karena itu, saya mengambil kesimpulan bahwa baptisan harus merupa-kan persyaratan dalam mengikuti Perjamuan Kudus. Dengan kata lain, orang yang belum dibaptis tidak boleh mengikuti Perjamuan Kudus.

3) Ay 29: ‘tanpa mengakui tubuh Tuhan’.

Ada 2 buah tafsiran tentang bagian ini:


a) ‘tubuh Tuhan’ = gereja.

Alasannya: dalam sepanjang kontex ini tubuh dan darah, roti dan anggur, makan dan minum selalu ada bersama-sama

Tetapi di sini, hanya ada istilah ‘tubuh’, dan tak ada istilah ‘darah’. Karena itu, ‘tubuh’ di sini dianggap menunjuk pada gereja

Jadi artinya: orang itu ikut Perjamuan Kudus tanpa menyadari kesatuan gereja!

b) Kitab Suci Indonesia: ‘mengakui’.

NIV: ‘recognizing’ (= mengenali).

RSV/KJV: ‘discerning’ (= mengenali perbedaannya).

NASB: ‘judge ... rightly’ (= menilai dengan benar).

Kata Yunaninya adalah DIAKRINO, yang berarti memisahkan / membeda-kan.

Berdasarkan pengertian ini, lalu ditafsirkan bahwa orang itu ikut Perjamuan Kudus tanpa membedakan roti Perjamuan Kudus dengan makanan biasa (jadi ini menyerang praktek orang Korintus yang mencampur Perjamuan Kudus dengan Perjamuan Kasih).

Baca Juga: Eksposisi 1 Korintus Pasal 12-14

Yang manapun dari 2 tafsiran ini yang benar, ini jelas termasuk mengikuti Perjamuan Kudus dengan cara yang tak layak.

4) Ay 30: ‘meninggal’.

Lit: ‘tidur’.

Ada yang menafsirkan ini berarti:

betul-betul mati.

sekarat.

Kalau orang itu sampai dihukum mati oleh Tuhan, saya berpendapat bahwa orang itu adalah orang Kristen KTP! Karena bagi anak-anakNya, Tuhan men-didik (bdk. ay 32). Dan hukuman mati itu jelas tak mendidik bagi orang itu!

5) Ay 32: ‘kalau kita menerima hukuman’.

a) NIV/NASB: ‘when we are judged’ (= pada waktu kita dihakimi).

Juga ay 29 sebetulnya bukan ‘hukuman’

NIV/NASB: ‘judgment’ (= penghakiman).

b) Bdk. Ibrani 12:5-11.

Tuhan memang sering (tidak selalu, dan pasti tidak untuk selama-lamanya!) membiar-biarkan orang kafir pada saat mereka berbuat dosa / hidup dalam dosa. Tetapi untuk anak-anakNya, Tuhan bersikap lain! Kalau anakNya berbuat dosa, Tuhan menghajar! Karena itu, janganlah berani berbuat dosa hanya karena saudara melihat ada orang lain berbuat dosa dan ‘dibiarkan’ oleh Tuhan!

c) Ayat ini secara tidak langsung menunjukkan bahwa kita (orang kristen yang sejati) tidak mungkin bisa dihukum dengan dunia! Tuhan bekerja sedemikian rupa sehingga kita terhindar dari hal itu! bdk. Roma 8:1.

Ay 33-34:

Ada 2 hal yang Paul nasehatkan:

1) Harus menunggu seorang terhadap yang lain! (ay 33).

2) Pisahkan Perjamuan Kudus dengan makan biasa! (ay 34).
https://teologiareformed.blogspot.com/

Catatan: Pdt. Budi Asali, M.Div:  meraih gelar Master of Divinity (M.Div) dari Reformed Theological Seminary (RTS), Jackson, Mississippi, United States of America
-o0o-
Next Post Previous Post