TUJUAN PERNIKAHAN MENURUT ALKITAB

TUJUAN PERNIKAHAN MENURUT ALKITAB
II. TUJUAN PERNIKAHAN

Apakah yang menjadi alasan dan tujuan pernikahan? Ada banyak jawaban yang dapat kita temukan, diantaranya:

A. Macam-macam Alasan Pernikahan

1. Pernikahan adalah wujud kasih yang dijalani saat berpacaran dan akhirnya direalisasikan dalam pernikahan.

2. Pernikahan karena orang tua dan lingkungan yang menuntut pernikahan menjadi suatu keharusan, dan seseorang yang tidak menikah dianggap "kurang normal," sehingga pernikahan harus dilaksanakan.

3. Pernikahan sebagai suatu jalan keluar untuk "lari" dari lingkungan keluarga /rumah yang keadaannya sudah tidak menyenangkan.

4. Pernikahan sebagai jalan untuk memenuhi kebutuhan biologis/ seksual.

5. Pernikahan sebagai cara lari dari rasa kesunyian dan kebutuhan, karena ada yang memberi perhatian.

6. Pernikahan sebagai akibat ketertarikan secara fisik dan tidak terkendalinya nafsu seksual yang mengakibatkan kehamilan. Sebagai rasa tanggung jawab maka pernikahanlah jawabannya.

B. Tujuan Pernikahan menurut Alkitab

1. Tujuan pernikahan adalah prokreasi dan pemeliharaan yang sesuai dengan kehendak Allah

Allah yang telah menciptakan manusia menurut gambar dan rupa-Nya, memberikan perintah supaya manusia melalui pernikahan itu beranak cucu dan bertambah banyak memenuhi bumi dan menaklukkannya (Kejadian 1:28).

Melalui pernikahan ini diharapkan anak-anak dari manusia dilahirkan ke dalam dunia ini. Mazmur 127:3-5 mengajarkan bahwa ”anak laki-laki adalah milik pusaka dari Tuhan... seperti anak-anak panah di tangan pahlawan...berbahagialah orang yang telah membuat penuh tabung panahnya dengan semuanya itu.” Artinya anak-anak yang Tuhan percayakan itu haruslah mendapat pendidikan orang tua, dipersiapkan untuk dapat menghadapi hari depannya. ”Didiklah orang muda menurut jalan yang patut baginya, maka pada masa tuanya pun ia tidak akan menyimpang daripada jalan itu” (Amsal 22:6; bdk. Ulangan 6).

2. Tujuan pernikahan adalah persahabatan

Allah menciptakan manusia dengan hakikatnya yaitu kebutuhan persekutuan dengan diri-Nya dan sesamanya; dan Allah merancang perni kahan untuk persahabatan. Persahabatan dinilai begitu luar biasa, ketika suami-istri yang menjadi tua dan aktivitas seksual semakin menurun, bahkan berhenti sekalipun, maka dalam persahabatan tidak akan pernah berhenti karena usia.

Hidup dalam persahabatan yang terdalam akan menolong manusia dari rasa kesepian. Allah memandang rasa kesepian manusia sebagai hal yang tidak baik (Kejadian 2:18). Manusia membutuhkan sesamanya, bahkan khususnya mereka boleh saling mempercayai dan memberi rasa aman saat di dekatnya, bisa berbicara dari hati ke hati tanpa perlu menyembunyikan kekurangan atau kelemahannya masing-masing. Mereka dapat menjadi dirinya sendiri, saling menghibur untuk menguatkan, saling menegur dan saling koreksi yang membangun, teman berbagi dalam suka dan duka, teman doa, dan membangun iman dalam Kristus.

3. Tujuan pernikahan adalah untuk saling melengkapi

Tidak ada manusia yang sempurna, oleh sebab itu tidak ada satupun pernikahan yang sempurna, artinya tidak akan pernah kita menemukan pasangan hidup yang sempurna. Justru dalam ketidaksempurnaan pasangan hidup, kita saling melengkapi. Allah merancangkan pernikahan dimana wanita menjadi penolong yang sepadan (Kejadian 2:18), artinya wanita menolong pria dengan cara membuat hidup pria dan hidupnya sendiri utuh, ia mengisi ruang yang kosong. Ia membagi hidupnya, membuat pria semakin mengenal dirinya dan bersentuhan dengan bidang yang lebih luas.

Dalam hubungan pernikahan, masing-masing pribadi benar - benar menggenapkan tujuan Allah dalam hidup dalam hal kepenuhan dan keutuhan hidup. Setiap pria dan wanita harus meninggalkan orang tuanya dan keduanya menjadi satu (Kejadian 2:24). Pernikahan menjadi perpaduan dari dua pribadi yang berbeda, yang sepadan, dan sebagai tim dalam menghadapi setiap persoalan yang perlu diselesaikan dalam menempuh bahtera kehidupan sebagai suami-istri.

4. Tujuan pernikahan adalah mengekspresikan kasih dan menerima seks sebagai anugerah Tuhan

Prokreasi dimungkinkan Allah dengan cara mengaruniakan kehidupan seksual sebagai suatu kebutuhan biologis manusia (Kejadian 3:16; 1Korintus 7:2-6). Melalui hal itu Allah mendemonstrasikan aktivitas kreatifnya dalam pembuahan pribadi yang baru, melalui tindakan/ persatuan intim dalam hubungan suami-istri; dimana setiap anak yang dilahirkan seharusnya ada dalam pemeliharaan kasih dari suami-istri yang telah mengikat diri satu dengan lain dengan tali kasih, dimana cinta mereka selalu dihangatkan dengan aktivitas seksual yang dikaruniakan Tuhan yang patut disyukuri. Hubungan suami-istri yang erat dan indah dinyatakan oleh Rasul Paulus dalam suratnya kepada jemaat di Efesus, seperti hubungan Kristus dengan jemaat-Nya (Efesus 5:22-33).

Baca Juga: Pernikahan Kristen: Komitmen, keistimewaan Dan Tujuan

Tuhan menghendaki pernikahan sebagai suatu persekutuan hidup yaitu meliputi seluruh aspek kehidupannya. Tuhan menghendaki yang dua itu menjadi satu, satu di dalam kasih Tuhan, satu dalam kasih mengasihi, satu dalam kepatuhan, satu dalam menghayati kemanusiaan mereka, satu dalam memikul pernikahan, satu dalam menghayati berkat pernikahan, satu dalam menunjukkan perhatian kepada pekerjaan masing-masing, satu dalam pengabdian kepada Tuhan dan rencana-Nya. Pernikahan adalah satu kesatuan dan persekutuan yang sejati, yang berlangsung terus sampai maut memisahkan. 
Next Post Previous Post