EKSPOSISI YAKOBUS 1:12-15 (BERTAHAN DALAM PENCOBAAN)

Yakobus 1:12-15 TB Berbahagialah orang yang bertahan dalam pencobaan, sebab apabila ia sudah tahan uji, ia akan menerima mahkota kehidupan yang dijanjikan Allah kepada barangsiapa yang mengasihi Dia. Apabila seorang dicobai, janganlah ia berkata: ”Pencobaan ini datang dari Allah!” Sebab Allah tidak dapat dicobai oleh yang jahat, dan Ia sendiri tidak mencobai siapa pun. Tetapi tiap-tiap orang dicobai oleh keinginannya sendiri, karena ia diseret dan dipikat olehnya. Dan apabila keinginan itu telah dibuahi, ia melahirkan dosa; dan apabila dosa itu sudah matang, ia melahirkan maut.
EKSPOSISI YAKOBUS 1:12-15 (BERTAHAN DALAM PENCOBAAN)
otomotif, gadget, bisnis
I. Eksposisi

Yakobus 1:12 diawali dengan kata berbahagialah sehingga ini menunjukkan sebuah konklusi yang dituliskan oleh Yakobus kepada jemaatnya yang bertahan, tabah, yang setia kepada Tuhannya. Dalam bertahan, orang itu sendiri mengalami kebahagiaan tersendiri di dalam jiwanya. (Widjana 1995). 

Yakobus menyatakan, Berbahagialah orang yang tahan uji (Yakobus 1:12). Artinya pencobaan itu tidak harus berujung pada dosa. Ada pencobaan yang berujung pada mahkota kehidupan. Ini terjadi jika orang bertahan dan menolak daya tarik kejahatan. Mahkota kehidupan diberikan Allah sebagai bukti bahwa orang tersebut setia mengasihi Allah. Pemberian makhkota kehidupan adalah berdasarkan dua hal dalam ayat ini, yaitu bertahan dan mengasihi Allah. (Gunning 2009)

Selanjutnya dikatakan bertahan atau tahan uji dalam pencobaan. Ujian di sini maksudnya berbagai macam kesulitan dari luar. Pencobaan‖ (Yakobus 1:13-15) yang berasal dari dalam diri sendiri untuk melakukan perbuatan jahat, yang berarti bahwa di sini lebih ditekankan manusia yang dicobai daripada pencobaan yang mencobai (Wiersbe, 1999).

Pencobaan dalam ayat ini mengacu kepada berbagai masalah atau peristiwa atau keadaan yang Tuhan izinkan terjadi dengan hendak menguji iman seseorang sehingga diperteguh kerohaniannya serta bertumbuh menuju kesempurnaan.

Yakobus 1:13, Yakobus dinyatakan bahwa dalam setiap ujian orang percaya mungkin saja bisa gagal. Namun Yakobus dengan tegas menyatakan bahwa pencobaan bukan berasal dari Allah. Jadi pencobaan ini berasal berasal dari diri sendiri dan terus menerus ada. Sebagaimana sudah dijelaskan bahwa pencobaan merupakan berbagai masalah, kejadian atau keadaan yang Tuhan izinkan terjadi dengan maksud hendak menguji iman seseorang. Tetapi pencobaan dapat juga merupakan godaan dari iblis yang di dukung oleh keinginan yang pada dasarnya sudah di cemar oleh dosa. (Scheunemman 2013).

Datangnya godaan tidak langsung mendatangkan berkat. Pengalaman digoda sebenarnya mengandung resiko. Namun demikian, jika seorang bertahan (bandingkan dengan ketahanan, ayat 3), maka ia menjadi orang yang tahan uji. (Susanto 2009). Dengan pembuktian bahwa Allah sendiri tidak dapat di cobai oleh yang jahat sebab Allah juga tidak dapat mencobai siapa pun. Pencobaan tidak pernah datang dari Allah karena Dia senantiasa memikirkan, memberikan, dan menganugerahkan yang terbaik bagi setiap manusia

Yakobus 1: 14 mengandung arti keinginan atau nafsu. Pemicunya adalah keinginan diri yang terseret dan terpikat hingga berujung pada dosa. Sesuatu menjadi godaan bagi seseorang apabila dia diseret dan dipikat oleh keinginan atau hawa nafsunya sehingga menjadi keinginan berdosa dalam diri setiap manusia. Yang dimaksud dengan keinginan di sini adalah keinginan yang berada di luar kehendak Tuhan. 

Keinginan atau hawa nafsu itu mengandung arti dibuahi oleh satu hal yang memikatnya; sebagai akibatnya lahirlah dosa. Kalau dosa sudah itu sudah dewasa atau matang, ia melahirkan maut (bnd. 1 Korintus 15:56; Roma 7:5-12; Matius 18:7-9). (Scheunemman 2013). Kata dibuahi berarti dibiarkan melangkah lebih lanjut, tidak dikekang atau dikendalikan tetapi dituruti sehingga terjadilah perbuatan dosa yang melahirkan maut

Yakobus 1:15 artinya dosa melahirkan atau menjadikan maut sebab dosa itu sudah matang atau dewasa. Ketika dosa sudah matang ia dapat tidak dilawan lagi karena manusia yang berdosa sudah senang dengan dosa itu, sudah menyerahkan diri sepenuhnya kepada maut (lih. Roma 6:23; 7:5). Bila keadaannya seperti itu, tentu saja dosa-dosa itu mendatangkan kebinasaan ―Sebab upah dosa adalah maut. Maut di sini mengandung arti terpisah dari Allah untuk selama-lamanya.

II. Pembahasan:

1. Penyebab Pencobaan

Godaan dan ujian yang dihadapi orang percaya merupakan kesempatan untuk pencobaan dan bukan penyebab dari pencobaan. Ujian dan godaan yang datang dari luar (ekstern) dapat menjadi penyebab pencobaan dalam diri manusia (Scheunemann 2013). Maksudnya pencobaan tidak datang dari Allah, tetapi pencobaan datang dari diri manusia sendiri karena sudah dipikat oleh keinginannya. Seseorang berani menghadapi pencobaan ketika melihat pencobaan sebagai alat yang akan menunjukkan ketahanan iman. 

Di sini dalam proses pertumbuhan iman setiap orang percaya, peran cobaan dan ujian sangat penting yaitu untuk mengukur bagaimana ketahanan dan kesabaran seseorang dalam menghadapi setiap cobaan dan ujian yang datang dari luar. Namun perlu diperhatikan bahwa bukanlah Allah di balik setiap cobaan dan ujian yang di hadapi setiap orang beriman

Allah Bukan Penyebab Pencobaan Allah yang kudus bukan sumber dari setiap pencobaan dan masalah yang hadapi oleh semua manusia. Dengan tegas Yakobus berkata ―Apabila seorang dicobai, janganlah ia berkata: "Pencobaan ini datang dari Allah!" Sebab Allah tidak dapat dicobai oleh yang jahat, dan Ia sendiri tidak mencobai siapapun (Yakobus 1:13). Anggapan manusia bahwa Allah mencobai manusia untuk kejahatan merupakan bentuk penghujatan terhadap Allah. (Scheunemman 2013).

Yakobus mulai dengan menentukan bahwa pencobaan itu pasti tidak berasal dari Allah melainkan dari dalam diri manusia karena sudah diseret oleh keinginannya sendiri. Tetapi Tuhan menghendaki supaya setiap orang percaya dapat bertahan dalam pencobaan dan melihat pencobaan sebagai ujian untuk dapat mendewasakan kerohaniannya. Pencobaan adalah sarana yang disediakan Allah bagi setiap manusia untuk menyempurnakan dan mendewasakan iman seseorang. Hal ini menegaskan bahwa Allah bukan penyebab dari pencobaan dan ujian iman bagi seseorang karena Allah tidak dapat di cobai oleh sesuatu yang jahat.

2. Pencobaan Berasal Dari Keinginan Diri Sendiri

Pencobaan bukan berasal dari Allah, karena Allah tidak dapat di cobai oleh siapapun dan Allah tidak mencobai siapapun. Allah adalah sumber dari segala sesuatu yang dapat mengubah pencobaan menjadi kebahagiaan. Yakobus menjelaskan dalam Yakobus 1:14 bahwa ―tiap-tiap orang dicobai oleh keinginannya sendiri‖. Pencobaan berasal dari keinginan diri manusia sendiri karena diseret dan dipikat oleh keinginan. Manusia jatuh ke dalam dosa dan pencobaan karena keinginan jahat yang disertai dengan perilaku, karena menuruti keinginan sendiri tidak menuruti kehendak Allah sehingga akibatnya adalah kematian. (Wiersbe 2008)

Setiap orang percaya harus memahami bahwa Allah adalah kasih. Karena kasih-Nya, Allah menciptakan manusia supaya Dia dapat berbagi kasih kepada ciptaan-Nya, juga agar manusia dapat mengagumkan Dia. Ia menghendaki manusia tetap di dalam hati dan kasih-Nya. Namun seringkali oleh karena pencobaan yang dialaminya menjadikan manusia itu menjauh dari Allah. (Ware 1986). Akibatnya manusia menganggap bahwa Allah ada di balik pencobaan.

Dengan demikian seperti di jelaskan oleh Matthew Henry bahwa manusia tidak dapat menyalahkan Allah jika dia mengalami pencobaan. Jangan sampai manusia berkata, ketika dia mengalami pencobaan atau godaan penyebabnya dari Allah sebab Allah tidak dapat dicobai dengan kejahatan. (Henry 2016).

Sebab hal-hal yang berasal dari Allah pastilah memiliki terang kehidupan. Sebaliknya semua yang ada di dalam dunia yakni keinginan daging, keinginan mata dan keangkuhan hidup berasal dari dunia bukan berasal dari Allah (1 Yohanes 2:16). Hawa nafsu itu memiliki daya yang kuat untuk menyeret dan memikat manusia (Yakobus 1:14) dan jikalau manusia terseret dan terpikat oleh keinginan sendiri akan melahirkan dosa. (Hendi 2018).

3. Pencobaan Mengakibatkan Dosa yang Melahirkan Kematian

Scheunemann menjelaskan bahwa reaksi berantai akan terjadi dalam diri manusia ketika ia menanggapi godaan yang ada. Reaksi ini akan sulit dihentikan. (Scheunemann 2013). Yakobus menjelaskan hal ini dalam Yakobus 1:15 dengan kata ζπιιαβνῦζα, yang artinya mengandung. Seperti seorang perempuan yang mengandung bayi di dalam rahimnya. Ia terlebih dahulu menerima proses pembuahan lalu janin tumbuh dalam rahimnya karena mendapatkan makanan, hingga akhirnya lahir ke dalam dunia.

Demikian pula halnya dosa. Ketika seseorang terseret, terpikat, dan menerima dosa ke dalam pikiran dan hatinya, memberinya makan, dan mendorongnya sehingga menjadi keinginan yang memperbudak, hingga akhirnya melahirkan dosa yang mendatangkan kematian. (Gulo 2017).

Sementara Coniaris menjelaskan proses lahirnya dosa sebagai berikut:

Pertama, pikiran menerima saran atau stimulasi. Jika pikiran penuh perhatian, ia akan melihat provokasi dan akan menutup pintu padanya.

Kedua, Jiwa akan berbicara dengan saran dan memberikan persetujuannya (seperti yang dilakukan Hawa dengan ular), yang kemudian menjadi berdosa karena menyetujui pikiran dengan senang hati.

Ketiga, Ada penyatuan atau penggabungan dengan pemikiran di mana pikiran menyerahkan diri pada saran dan mulai memikirkannya.

Keempat, Pikiran menjadi tawanan oleh pemikiran itu karena berulang kali. Kelima, Akhirnya manusia jatuh sepenuhnya sehingga tidak lagi bebas untuk menolaknya sehingga sudah menjadi sebuah keinginan manusia dan memperbudak dirinya sendiri (Coniaris 1998, 96).

Pikiran yang jahat ini akan memunculkan keinginan atau nafsu (lust; passion; epithumia) yang jahat dan jika keinginan itu dibuahi, maka akan melahirkan dosa (Yakobus 1:14-15). Artinya jika keinginan jahat itu di turuti, maka akan melahirkan dosa. (Hendi 2018).

Proses lahirnya dosa adalah sebuah dorongan seperti seorang penjual mengetuk di pintu rumah. Jika seseorang membiarkannya masuk, dia mulai berbicara menawarkan tentang penjualan dagangannya, dan sulit untuk menyingkirkannya bahkan jika seseorang mengamati bahwa dagangannya tidak baik. Dengan demikian harus mengikuti persetujuan dan akhirnya membeli, seringkali bertentangan dengan kehendak sendiri. (Coniaris, 1998).

Dengan demikian, dosa bekerja dengan cara memberikan stimulasi ke dalam pikiran seseorang hingga orang itu menjadi tawanannya. Kemudian pikiran orang tersebut akan diperbudak sehingga ia tidak bisa lagi menolak keinginan dosa. Rasul Paulus menuliskan bahwa upah dosa adalah maut. (Roma 6:23). Artinya dosa itu hanya layak mendapatkan kematian karena dosa memisahkan manusia dari Allah sumber kehidupan sejati. (Hendi 2017).

Dosa merupakan sebuah tragedi, di mana umat manusia mengabaikan relasi dengan Allah dan berbalik pada dirinya sendiri, menjadikan dirinya pusat dan berusaha memperoleh penebusan yang terpisah dari rencana keselamatan Allah. (Layantara 2018). Sebab itu seperti diserukan Nicodemos, hendaknya orang percaya menjaga semua indera yang disebut sebagai pintu gerbang menuju dosa. Begitu dia masuk melalui salah satu indera seseorang karena kurangnya kewaspadaan seseorang, maka dia menyerang seseorang lebih jauh dengan panahnya sendiri (Coniaris 1998)

4. Pencobaan Mendatangkan Kehidupan Sempurna dan Kudus

Pencobaan dapat mendatangkan kehidupan yang semakin kudus, apabila manusia dapat bertahan dalam cobaan dan ujian iman. Dalam ayat 12 dijelaskan bahwa orang yang mengasihi Allah akan tahan uji. Kepada mereka akan diberikan mahkota kehidupan. Seseorang yang tahan uji memberi kesempatan baginya untuk memperoleh kehidupan kekal di masa yang akan datang. (Wall 1997). Kata ―mahkota kehidupan‖ merupakan kiasan dari kehidupan kekal yang diberikan sebagai anugerah semata-mata dari Allah kepada mereka yang tahan uji (Wiersbe 1999)


Tahan uji dalam pencobaan juga akan membawa seseorang ke dalam hidup yang kudus. Ia akan terus berjuang menjauhi dosa, berada dalam kekudusan, menyenangkan dan memuliakan Allah. (Coniaris 1998). Ia akan berupaya dan berlatih untuk tetap berkenan di hadapan Allah yang Maha kudus. Semua tindakannya sesuai dengan kekudusan. Ia membuang semua yang menghalangi kekudusan. Ia menjaga kekudusan dan bergantung penuh kepada Allah. (Hakh 2014). Untuk mencapai kekudusan seseorang akan melewati suatu proses pemurnian jiwa (Roma 12:2) dan tubuh (Roma 2:1)

KESIMPULAN

Menurut Yakobus 1:12-15, pencobaan tidak berasal dari Allah tetapi dari diri sendiri karena terseret oleh keinginan diri sendiri. Akibat lebih menuruti keinginan diri sendiri dari pada kehendak Allah manusia akan masuk ke dalam dosa yang melahirkan kematian. Namun pencobaan juga dapat membuat seseorang bertahan dan berpengharapan di dalam Allah sehingga semakin dewasa dalam iman serta mendatang kehidupan kudus di hadapan Allah apabila terus bertahan dan bersabar dalam pencobaan.

Dengan demikian dalam menghadapi pencobaan orang percaya dituntun untuk selalu waspada dan berjaga-jaga dalam setiap cobaan yang datang sehingga tidak membiarkan dirinya terpikat dan terseret oleh pekerjaan si iblis. Berjaga-jaga dengan berdoa serta membaca firman Allah akan mendatangkan iman yang teguh dalam melawan dosa. -Hiskia Gulo
Next Post Previous Post