5 KONSEP SAKRAMEN PERJAMUAN KUDUS

Dalam sepanjang sejarah gereja telah banyak diperdebatkan tentang sakramen Perjamuan Kudus, di mana seluruh persoalannya dapat diringkaskan dalam pertanyaan: apakah makna perkataan-perkataan Tuhan Yesus ketika Ia berkata: “Inilah TubuhKu dan “Inilah DarahKu” dan “Cawan ini adalah perjanjian baru yang dimeteraikan oleh DarahKu”. (Matius 26:26-28)
5 KONSEP SAKRAMEN PERJAMUAN KUDUS
otomotif, gadget
Berdasarkan pertanyaan tersebut maka lahirlah setidaknya 5 konsep teologis Perjamuan Kudus yaitu teologi Katolik (transubstansiasi), teologi Luther konsubstansiasi), teologi Swingli (memorial), teologi Calvin (simbol dan tanda kehadiran Kristus) dan teologi Pentakosta (salah satu alat anugrah Allah).

1. Teologi Katolik: Trans-Substansiasi

Konsep teologi Trasubstansiasi pertama kali di sebut oleh Hildebert dari Tours yang membela pandangan Uskup Hembertus pada tahun 1089 yang mengatakan bahwa: “tubuh Kristus itu sesungguhnya dipegang dalam tangan imam, dihancurkan dan dikunyah oleh gigi orang percaya.” 

Konsep teologi ini berawal dari makalah yang terbit pada tahun 818 ditulis oleh seorang rahib dari biara terkenal di sebelah utara kota Paris di Corbie bernama Paschasius Radbertus, yang menyatakan bahwa unsur-unsur itu diubah menjadi darah dan tubuh Kristus sesungguhnya. 

Paschasius menyatakan bahwa sekalipun ujud unsur-unsur tidak berubah, suatu mukjizat terjadi ketika imam-imam mengucapkan berkat – anggur dan roti betul-betul menjadi tubuh Kristus yang Historis. Teologi ini akhirnya disahkan dalam konsili Lateran yang keempat pada tahun 1225.

Konsep tersebut diatas yang menjadi dasar teologi Perjamuan Kudus dari Gereja Katolik Roma di mana mereka memahami sakramen sebagai saluran anugerah Allah yang mana perjamuan kudus memiliki arti sebagai sarana keselamatan bagi umat. Tidak cukup hanya kesetiaan terhadap Gereja saja melainkan mengikuti sakramen juga untuk selamat. 

Gereja Roma Katolik pada saat itu memercayai ajaran Perjamuan Kudus bahwa waktu imam yang melayani Perjamuan Malam mengucapkan kata-kata penetapan – “Inilah tubuhku… Inilah darah-Ku…” – substansi roti dan anggur (secara otomatis) berubah menjadi tubuh dan darah Kristus. 

Jadi Gereja Katolik mengatakan bahwa roti dan anggur telah berubah menjadi tubuh dan darah Kristus (transsubstansiasi) pada saat ditahbiskan (konsekrasi) dalam pelaksanaan Perjamuan Kudus. Setiap Perjamuan Kudus dilakukan diyakini bahwa setiap kali Yesus mengorbankan ulang tubuh dan darah-Nya untuk keselamatan manusia berdosa.

2. Teologi Luther: Konsubstansiasi

Martin Luther menolak teologi transubstansiasi Katolik dan memiliki keyakinan bahwa kehadiran Kristus tidak perlu digantikan dengan kehadiran roti dan anggur, tetapi ditambahkan pada roti dan anggur. Luther tetap mempertahankan bahwa tubuh dan darah Kristus hadir di dalam, dibawah dan melalui unsur-unsur roti dan anggur. 

Pandangan Luther ini disebut Consubstansiasi dengan alasan subtansi dari tubuh dan darah Kristus hadir dengan (con) substansi dari roti dan anggur. Istilah tersebut ditolak oleh para teolog Lutheran karena istilah ini dianggap terlalu dekat dengan teologi transubstansiasi Roma Katolik.

Lutheran meyakini bahwa Tubuh dan Darah Kristus benar-benar hadir dalam kenyataan yang sebenarnya, dan disalurkan bagi mereka yang makan dan minum roti dan anggur Perjamuan Tuhan. Luther juga mengadopsi doktrin atribut komunikasi, yaitu di mana atribut ilahi yaitu kemahahadiran Allah dikomunikasikan kepada natur kemanusiaan Kristus, maka hal itu memungkinkan tubuh dan darah-Nya untuk hadir lebih dari satu tempat pada saat yang sama.

3. Teologi Swingli: Memorial

Zwingli tidak setuju dengan pengertian sakramen yang dijelaskan Luther. Menurut Zwingli, sakramen bukanlah sesuatu yang suci, yang membebaskan hati nurani manusia dari dosa oleh karena kuasa sakramen. Ia mengingatkan bahwa sakramen berarti jaminan, atau janji, atau sumpah. Sakramen tidak pernah mempunyai arti, yang mengandung sesuatu yang suci atau sakral. Sakramen lebih banyak mengandung arti “kewajiban”. Siapa yang menerima sakramen, mewajibkan dirinya untuk melayani.

Bagi Zwingli, Perjamuan Kudus adalah “perjamuan-peringatan” yang gembira dan pengucapan syukur umum atas segala pemberian yang Kristus berikan kepada kita. Bagian Alkitab yang Zwingli gunakan sebagai dasar dari ajarannya ialah Yohanes 6. Ia mengatakan bahwa Kristus adalah keselamatan kita, bukan karena Ia dilahirkan oleh anak dara Maria, tetapi karena Ia turun dari surga dan karena Ia adalah Allah. 

Karena itu “roti” dipahaminya sebagai Injil, dan “makan” dipahami sebagai percaya. Jadi yang penting dalam Perjamuan Kudus ialah bukan Yesus yang dilahirkan sebagai manusia, tetapi Kristus yang disalibkan.

Zwingli menyatakan bahwa tubuh Kristus tidak hadir dalam bentuk substansi aktual pada Perjamuan Kudus. Perjamuan Kudus hanya merupakan peringatan, di mana kehadiran Kristus tidak berbeda dengan kehadiran-Nya yang biasa melalui Roh Kudus.

4. Teologi Calvin: Simbol Dan Tanda Kehadiran Kristus

Menurut Calvin, sakramen dan janji Allah erat hubungannya. Sakramen adalah tanda yang ditetapkan oleh Allah untuk memeteraikan janji-Nya kepada kita. Sakramen adalah apendiks, tambahan dari janji itu. Ia diberikan kepada kita untuk menguatkan iman kita yang lemah dan penguatan itu dilakukan oleh Roh Kudus. 

Jadi, pemikiran yang penting tentang sakramen bagi Calvin adalah tanda dan meterai yang menguatkan atau mengokohkan, tanda dan meterai yang menjamin dan menyaksikan. Dibanding dengan firman, sakramen adalah apendiksnya. Lebih daripada itu, bagi Calvin, sakramen itu bukan saja tanda dan meterai yang kognitif saja, tetapi lebih. Dalam sakramen anugerah Allah bukan hanya ditandai dan dilukiskan, di situ anugerah diberikan kepada kita.

Jadi, Calvin menekankan kepada Gereja Katolik bahwa kehadiran Kristus ini bukanlah sekedar kehadiran fisik atau badaniah, tetapi kehadiran oleh Roh Kudus. Kristus tidak dapat dikurung dalam sakramen. Sama seperti Zwingli, Calvin menolak kehadiran Kristus secara fisik dalam Perjamuan Kudus.Namun Calvin tidak mau penolakan itu dibawa kepada anggapan simbolis yang kosong. Karena itu, dengan kuat ia menekankan kehadiran Kristus oleh Roh Kudus, dan kehadiran itu adalah sungguh.

Sama seperti Luther, Calvin mengajar bahwa Kristus benar-benar hadir dalam Perjamuan Kudus. Melalui roti dan anggur dalam Perjamuan Kudus, Kristus sungguh-sungguh hadir. Sekalipun demikian, kita tidak bisa mengatakan bahwa roti itu adalah “tubuh Kristus.”Namun Calvin tidak menerima pandangan kehadiran fisik dari Kristus seperti halnya dengan Luther. 

Bagi Calvin, kehadiran fisik Kristus tidak diperlukan. Namun, juga bukan berarti kehadiran Kristus cuma sekedar simbol seperti dikatakan oleh Zwingli. Calvin menekankan bahwa tubuh Kristus ada di sorga, di sebelah kanan Allah Bapa. 

Maksud Calvin adalah bahwa dalam Perjamuan Kudus Kristus tidak turun dari sorga dan datang kepada kita dibumi tetapi Ia hadir oleh Roh Kudus. Kehadiran-Nya oleh Roh Kudus ini bukanlah sesuatu yang pasif tetapi aktif, kehadiran sebagai suatu perbuatan anugerah yaitu Kristus memberi diri-Nya sendiri sehingga kita menjadi satu dengan Dia.

5. Teologi Pentakosta: Salah Satu Alat Anugrah Allah

Perjamuan Kudus, yang terdiri dari unsur roti dan air buah anggur , adalah lambang yang mengungkapkan keikutsertaan di dalam kodrat ilahi dari Tuhan Yesus, pengenangan atas penderitaan dan kematian-Nya dan nubuat atas kedatangan kedua kali, persekutuan orang percaya dengan Allah serta sesama, kesembuhan bisa terjadi sewaktu orang percaya mengambil bagian dalam perjamuan kudus dimana Allah yang menyembuhkannya, dan sakramen Perjamuan Kudus sebagai salah satu alat anugerah Allah bagi orang percaya. 

Dengan Perjamuan Kudus maka anugerah dan karya Allah lewat korban Yesus di kayu salib akan lebih kita kenang dan hayati, sehingga pengaktualisasian iman kepada Allah akan lebih berarti.

Penutup

A. Kesimpulan.

Setelah memaparkan berbagai pandangan teologis Sakramen Perjamuan Kudus, penulis menyimpulkan bahwa:

1. Sakramen Perjamuan Kudus merupakan salah satu bagian dari liturgi gereja baik Katolik maupun Kristen yang mana praktik tersebut telah dilaksanakan sepanjang sejarah gereja.

2. Pelaksanaan Sakramen Perjamuan Kudus telah dilakukan semenjak dari Perjamuan yang diadakan Tuhan Yesus beserta murid-murid-Nya pada malam sebelum Ia ditangkap untuk disalibkan (1 Korintus 11:23; Markus 14:22; Matius 26:26; Lukas 22:14).

3. Perjamuan Kudus memiliki beberapa nama, diantaranya perjamuan Tuhan (I Korintus 11:20), memecahkan roti (kis. 2:42), komuni (Yun.: Koinonia “koinonia” I Korintus 10:6) dan ekaristi yang merupakan istilah Yunani untuk pengucapan syukur. Upacara ini selalu dilakukan dalam gereja mula-mula yang dihubungkan dengan tiga kegiatan gereja lainnya yaitu: pengajaran doktrin, persekutuan dan doa (Kisah Para Rasul 2:42).

4. Dalam pelaksanaan-nya, di sepanjang sejarah gereja terdapat berbagai konsep teologi perjamuan Kudus dalam gereja Katolik dan Protestan. Perbedaan konsep teologi Perjamuan Kudus ini menjadi salah satu penyebab terjadinya perpecahan dalam gereja.

Baca Juga: Pengertian Dan Dasar Sakramen Perjamuan Kudus

5. Perbedaan yang pertama adalah mengenai konsep tentang Sakramen, yang mana dalam Gereja Katolik mengakui adanya 7 (tujuh Sakramen) yaitu: baptisan, konfirmasi (peneguhan), ekaristi, penebusan dosa, pengurapan orang sakit, penahbisan dan pernikahan. Pandangan inilah yang ditolak oleh para reformator, di mana mereka memercayai bahwa hanya ada dua sakramen saja dalam gereja yaitu sakramen baptisan dan Perjamuan Kudus dengan alasan masing-masing.

6. Sakramen Perjamuan Kudus memiliki arti yang penting bagi gereja, diantaranya:

a. Merupakan peringatan akan Kristus (I Korintus 11:24)

b. Perjamuan Kudus adalah tanda perjanjian baru (Lukas 22:20)

c. Perjamuan Kudus mengumumkan kematian Kristus (I Korintus 11:26)

d. Perjamuan Kudus adalah nubuat mengenai kedatangan Kristus yang kedua kali (I Korintus 11:26)

e. Perjamuan Kudus adalah persekutuan dengan Kristus dan umat-Nya (I Korintus 10:21), di mana sebelum dilaksanakan perjamuan kudus Tuhan Yesus membasuh kaki para murid (Yohanes 13:14,15).

7. Setidaknya terdapat 5 konsep teologis Perjamuan Kudus yaitu teologi Katolik (transubstansiasi), teologi Luther konsubstansiasi), teologi Swingli (memorial), teologi Calvin (simbol dan tanda kehadiran Kristus) dan teologi Pentakosta (salah satu alat anugerah Allah).

B. Aplikasi

1. Berdasarkan pengalaman sejarah gereja dan fakta yang terdapat dalam kehidupan bergeraja pada saat ini, nampaknya sulit rasanya untuk menyatukan konsep teologis sakramen Perjamuan kudus tersebut. Olehnya berbagai konsep teologis sakramen perjamuan kudus tersebut haruslah dianggap sebagai kekayaan teologi Kristen yang tidak seharusnya dipertentangkan. Dalam pelaksanaannya, biarlah melaksanakan sakramen perjamuan kudus menurut keyakinan teologisnya masing-masing tanpa harus mendeskreditkan keyakinan teologis gereja yang lain. https://teologiareformed.blogspot.com/
Next Post Previous Post