MOMENTUM KEHIDUPAN KRISTEN

Pdt. DR. Stephen Tong.

DARI IMAN KEPADA IMAN (FROM FAITH TO FAITH)

BAB IV : MOMENTUM KEHIDUPAN

Sebab aku mempunyai keyakinan yang kokoh dalam Injil, karena Injil adalah kekuatan Allah yang menyelamatkan setiap orang yang percaya, pertama-tama orang Yahudi, tetapi juga orang Yunani. Sebab di dalamnya nyata kebenaran Allah, yang bertolak dari iman dan memimpin kepada iman, seperti ada tertulis: Orang benar akan hidup oleh iman. (Roma 1:16-17)
MOMENTUM KEHIDUPAN KRISTEN
Dalam seluruh kitab Roma yang penuh dengan rahasia yang dicerahkan kepada kita tentang proses keselamatan Allah dan rencana Allah bagi manusia yang sudah jatuh ke dalam dosa, Paulus memulai dengan suatu pendahuluan yang begitu jelas dan begitu ketat, yang berbeda dari semua prinsip agama, prinsip budaya, dan segala pemikiran filsafat yang pernah berkembang dalam sejarah umat manusia. Prinsip yang sedemikian kokoh, yang begitu dalam, dan yang merupakan sistem yang tak terterobos oleh apa pun, adalah “dari iman kepada iman”.

Kita akan melihat integrasi dari berbagai aspek yang menyatukan iman dengan kehidupan kita di hadapan Tuhan Allah.

[1]. IMAN : KAMBIUM PERTUMBUHAN.

Di sini kita melihat iman kepercayaan yang menuju kepada iman kepercayaan berikutnya dapat dimengerti sebagai suatu peralihan iman. Ini dapat dilihat sebagai pengalihan dari iman kepercayaan yang pertama menuju ke iman keprcayaan yang kedua. Lalu, apakah artinya iman kepercayaan yang pertama itu? 

Hal ini kita mengerti sebagai tindakan Tuhan Allah yang sudah menanamkan semacam iman dasar (iman natural) di dalam diri setiap orang. Namun halitu belumlah cukup. Tuhan ingin agar iman dasar itu menuju kepada iman kepercayaan yang mengaitkan kita dengan anugerah keselamatan dari Tuhan Allah.

Di sepanjang sejarah, sejak dari penciptaan, di dalam diri setiap orang, sudah tertanam suatu iman kepercayaan dasar atau iman kepercayaan natural. Maksudnya, Tuhan Allah sudah memberikan kepada setiap orang yang hidup di dunia ini, tanpa terkecuali, iman natural sebagai kepercayaan dasar yang Tuhan berikan ke dalam dirinya. Dari kalimat ini, kita melihat bahwa kepercayaan bahwa Allah itu ada, merupakan suatu gejala umum yang tidak bisa ditolak oleh siapa pun juga.

Di dalam Roma 1:19-20, kita melihat bagaimana dijelaskan bahwa iman natural ada di dalam diri setiap orang. Jika ada orang yang mengatakan bahwa dia adalah seorang ateis, maka jika ia tidak bohong, pastilah ia seorang yang kurang ajar karena menekan kepercayaan adanya Allah yang sudah di tanam Allah di dalam hatinya. Maksudnya, tidak pernah ada ateis yang jujur dan tidak pernah ada ateis yang sejati, karena Tuhan sudah menanam iman natural ini di dalam hati mereka. 

Karena itu, tidak ada seorang pun yang sebenarnya bisa berdalih ataupun melarikan diri dari iman kepada Allah. Setiap orang harus bertanggung jawab kepada Tuhan karena Tuhan Allah sudah menanamkan iman natural tersebut di dalam hatinya.

Namun, iman natural saja belumlah cukup. Iman demikian tidak bisa mengaitkan mnanusia dengan anugerah Allah selanjutnya. Iman demikian tidak akan menjadikan kita memiliki hubungan pribadi dengan Tuhan. Saya rasa, di Indonesia, mereka yang normal dan tidak mempunyai gangguan jiwa, pasti mengetahui bahwa Bapak Soeharto itu ada, dan bahwa beliau adalah presiden Republik Indonesia.

[Pembahasan ini dikhotbahkan oleh Pdt. DR. Stephen Tong pada bulan April 1993].

Tetapi percaya bahwa ada Presiden Soeharto tidaksama dengan mengenal presiden Soeharto secara pribadi. Mengetahui ada Allah dan percaya bahwa Dia adalah Allah, tidak menjadikan Saudara memiliki hubungan pribadi dengan Allah. Tetapi iman kepercayaan yang menjadikan kita mempunyai hubungan pribadi dengan Allah, bukanlah iman kepercayaan natural. 

Itu bukan suatu pengalaman dasar yang Tuhan berikan ketika Ia menciptakan kita masing-masing. Itu merupakan suatu karunia yang lebih besar, tahapan yang lebih lanjut, dan iman kepercayaan yang lebih sempurna, di mana manusia dialihkan dari wilayah yang pertama menuju ke wilayah yang kedua.

Banyak orang menyadari bahwa di dalam hati mereka, mereka percaya bahwa Tuhan Allah itu ada, tetapi hidup mereka belum menjadi hidup yang takut akan Dia. Mereka tahu Allah ada, tetapi mereka bersikap seolah-olah Allah itu tidak pernah menggubris mereka. Allah itu dipandang sebagai Allah yang tidak mungkin menghakimi mereka. Mereka beranggapan di dalam kepercayaan natural mereka, Allah itu adalah Allah yang mungkin sedang tertidur, atau Allah yang sedemikian jauh dari keberadaan mereka, sehingga tidak dimungkinkan adanya relasi pribadi dengan mereka. 

Allah dalam kepercayaan mereka adalah Allah yang tidak lagi hadir di dalam kehidupan mereka. Kehidupan seperti ini mungkin mengakui bahwa Allah itu ada, namun keberadaan Allah yang diakuinya itu, tidak pernah mempengaruhi tingkah laku mereka. Maka, hanya percaya bahwa Allah itu ada, tidaklah cukup. Percaya bahwa ada Allah, tidak berarti memiliki hubungan pribadi dengan Tuhan Allah.

Jika kita membaca Kitab Suci, kita akan menemukan bahwa setan-setan pun percaya bahwa Allah itu ada. Di dalam Yakobus 2:19 terungkap jelas bahwa setan-setan itu tidak ateis. Iblis menciptakan ateisme untuk menipu orang-orang yang bisa ia tipu, sementara ia sendiri tidak pernah menjadi ateis. Iblis percaya Allah ada. Iblis bukan saja ‘teis’ (percaya ada Allah), ia bahkan monoteis. Ia percaya bahwa Allah itu esa adanya. 

Iblis bukan sekadar percaya Allah yang esa, tetapi ia juga gentar. Iblis tahu bahwa Allah akan menghakimi dia. Namun, sekalipun Iblis itu ateis, ia tidak mendapat bagian dalam anugerah Tuhan Allah. Iman natural tidaklah cukup, sama seperti pencerahan natural di dalam rasio dan filsafat juga tidak cukup. Itu sebabnya, kita perlu masuk ke dalam wilayah kedua yang dikenal sebagai iman yang menyelamatkan (the saving faith).

Iman yang menyelamatkan adalah iman di dalam Yesus Kristus. Sebagaimana anugerah umum tidak menyelamatkan manusia, kecuali juga memiliki anugerah khusus, yaitu anugerah yang menyelamatkan. Demikian juga iman natural tidak bisa menyelamatkan, kecuali juga memiliki iman yang menyelamatkan. Di sini kita melihat anugerah yang diberikan di dalam Kristus Yesus kepada kita, merupakan suatu wilayah di mana kita harus menunjukkan iman kepercayaan kepada Yesus Kristus juga.

Anugerah Allah yang umum diberikan kepada semua orang secara cuma-cuma. Kita menerima oksigen dengan gratis, kita menanam dan menuai padi dengan gratis. Untuk membeli beras, kita memang membayar sejumlah uang kepada toko beras, tetapi kita tidak membayar kepada Allah. Allah memberikan anugerah umum (common grace) kepada seluruh manusia. Itulah sebabnya Tuhan Yesus berkata bahwa hujan turun bagi orang berdosa dan juga bagi orang baik. Matahari menyinari mereka yang suci dan juga menyinari mereka yang najis. 

Semua manusia sudah menerima anugerah umum Allah secara cuma-cuma. Anugerah umum diberikan tanpa tuntutan pembayaran. Namun, anugerah umum tidak menuntun manusia kembali kepada Allah dan berdamai dengan Allah. Anugerah umum tidak membuka hati manusia dan membersihkan dosa di dalam hidup kita. Anugerah umum tidak memberikan hidup yang baru kepada seseorang untuk hidup suci di hadapan Allah. Maka anugerah umum tidaklah cukup, sama seperti iman natural tidaklah cukup. Iman natural harus memberikan kesadaran di dalam hati kita yang terdalam bahwa Allah itu ada.

Anugerah umum ataupun iman natural tidak bisa menyelamatkan manusia dan tidak bisa membawa kita pada hubungan yang hidup dan komunikasi kasih dengan Sumber Hidup. Anugerah umum dan iman manusia tidak pernah bisa menjangkau wilayah kekekalan dan spiritual. Maka kita membutuhklan pengalihan dari iman natural menuju iman kepercayaan di dalam Kristus. Inilah yangdikatakan “dari iman kepada iman”.

Kita perlu kembali menegakkan kebenaran iman yang dimulai dari firman Tuhan. Saya menegakkan mimbar yang membahas firman Tuhan dengan ketat, komprehensif, dan terintegrasi, lebih banyak dari gereja lain. Karena saya percaya bahwa hanya dengan pengertian firman yang sungguh-sungguh, barulah iman yang sejati bisa ditegakkan. Setiap mimbar gereja seharusnya menegakkan iman yangkembali kepada firman. 

Hamba-hamba Tuhan seharusnya setia memberitakan firman, bukan bersuara keras dan berbicara banyak demi mendapatkan lebih banyak uang, atau memakai variasi-variasi penyanyi atau pengkhotbah yang bisa menyenangkan jemaat, karena semua cara seperti itu tidak bisa menumbuhkan iman kita. 

Kita harus mengkhotbahkan dan memberitakan firman dengan teratur. Firman Tuhan adalah bibit untuk membentuk tenunan-tenunan yang rumit. Sesuai dan kembali kepada rencana Allah, yang membuat kita beriman dan terbentuk menjadi manusia rohani di hadapan Tuhan Allah.

Maka dari itu kita perlu rendah hati di hadapan Tuhan. Saya meminta Saudara untuk sabar dalam mempelajari firman Tuhan. Saat ini di Indonesia begitu banyak orang yang tidak mau mendengarkan pengajaran dan tidak mau sabar belajar firman Tuhan, tetapi mau cepat-cepat naik mimbar dan menonjolkan diri. Ada orang yang berpikir bahwa setelah ia menerima Tuhan, ia sudah boleh langsung menjadi hamba Tuhan dan cepat-cepar berkhotbah berkobar-kobar, yang pada akhirnya menyesatkan satu zaman. 

Orang-orang yang tidak mengerti merasa saya terlalu banyak mengkritik, tetapi marilah kita mengerti mengapa keadaan Kekristenan bisa menjadi sedemikian jauh dari firman dan iman yang benar. Saya mengungkapkan semua ini dengan beban yang sangat berat dalam hati saya, bukan karena suka menegur Saudara, tetapi mau mengoreksi dan mencerahkan kembali seluruh zaman di mana kita masih hidup di dalamnya, supaya kita boleh diperkenan oleh Tuhan.

Pengalihan iman ini hanya dimungkinkan oleh pekerjaan Roh Kudus. Tidaklah benar orang yang beranggapan bahwa orang-orang Reformed Injili tidak percaya dan tidak mementingkan Roh Kudus. Kita justru mengetahui dan percaya penuh bahwa adanya Alkitab adalah akibat pekerjaan Roh Kudus yang menurunkannya dari sorga ke bumi. 

Alkitab adalah pewahyuan yang dikerjakan oleh Roh Kudus melalui para nabi dalam Perjanjian Lama dan melalui para rasul dalam Perjanjian Baru. Kita mengetahui dan mengalami kelahiran baru, yang juga merupakan pekerjaan Roh Kudus dalam hidup kita secara pribadi. 

Dan ini terjadi melalui firman, yang didalamnya terkandung berita tentang kematian dan kebangkitan Kristus,yang menjadi inti Injil yang dipakai Allah untuk memperanakkan kita, sehingga kita mendapatkan hidup baru dan berdamai dengan Allah. Kita percaya bahwa semua hal di atas adalah pekerjaan Roh Kudus. Tetapi kita tidak mempercayai interpretasi (penafsiran) tentang pekerjaan Roh Kudus yang tidak sesuai dengan Kitab Suci, yang membingungkan dan yang mengacaukan umat Kristen di zaman akhir ini. Inilah perbedaan kita dengan beberapa pendeta saat ini.

“Dari iman kepada iman”, dikerjakan oleh Roh Kudus. Tetapi bagaimana Roh Kudus membawa manusia dari iman natural menuju kepada iman yang menyelamatkan? Pada saat kita sudah percaya bahwa Allah itu ada, kita mempunyai ketakutan dan mempunyai perasaan keseriusan hidup yang di dalamnya terkandung pertanggung-jawaban kepada Dia. Tetapi pada saat seperti itu, belum tentu kita memiliki kesempatan mendengarkan Injil. 

Itu alasan mengapa kita harus berdoa supaya Roh Kudus memberikan kesempatan kepada lebih banyak orang untuk mendengarkan Injil dan mendorong kita untuk tidak menjadi orang Kristen yang egois. Kita tidak hanya mempertahankan keselamatan kita dan menyimpannya dalam hidup kita sendiri tanpa mempedulikan keselamatan orang lain. 

Kita perlu menyadari bahwa banyak kaum pilihan Tuhan yang masih “indekos” di luar. Banyak anak-anak Allah yang untuk sementara masih belum kembali ke dalam gereja, dan sebaliknya, banyak anak-anak Iblis yang masih “indekos” di dalam gereja.

Kita mengetahui bahwa ada orang-orang pilihan Tuhan, yang untuk suatu saat masih belum masuk ke dalam gereja. Itu sebabnya. Tuhan mau kita menjadi orang Kristen yang Injili, menjadi orang Kristen yang berapi-api dengan cinta kasih Ilahi untuk menjangkau mereka, supaya mereka menyatakan diri sebagai anak-anak Tuhan dari tengah-tengah masyarakat dan dari dunia ini.

Ada orang yang sudah mendengar khotbah saya dan bertobat sejak tiga puluh tahun yang lalu, tetapi juga ada orang yang baru tahun lalu atau bahkan minggu lalu bertobat dan dilahirkan kembali. Berarti dalam proses ini, Roh Kudus terus bekerja mengalihkan manusia dari iman natiral menuju kepada iman yang menyelamatkan; dari iman yang umum menuju kepada iman dalam Kristus yang menyelamatkan. 

Dan dalam pengalihan ini tidak ada metode yang lebih sehat dan lebih tepat selain daripada apa yang telah ditetapkan oleh Tuhan Allah di dalam Alkitab, yaitu: mendengar firman. Banyak orang yang setelah mendengarkan khotbah baru menyadari bahwa inilah kebenaran yang telah bertahun-tahuin ia tunggu. Pada saat mereka mendengar firman, Roh Kudus menggarap hati mereka. Dan benih yang ditanam dalam hati mereka itu akhirnya memungkinkan bertumbuhnya iman yang membawa mereka percaya kepada Tuhan Yesus Kristus.

Berkali-kali saya melihat pada saat firman diberitakan, Roh Kudus bekerja di dalam hati begitu banyak manusia, menyentuh hati mereka, karena firman itu sendiri mengandung benih iman. Saya tidak percaya Saudara bisa mempunyai iman, kecuali Saudara mendengar firman dengan baik. Saya tidak mengkuatirkan Saudara tidak akan beriman, saya hanya kuatir Saudara tidak suka menyambut firman. 

Janganlah pada saat mendengarkan khotbah, Saudara hanya sibuk menilai apakah orang itu pandai, banyak membaca buku, dan fasih lidah, tetapi tidak memperhatikan firman yang sedang diberitakan. Janganlah ketika mendengar khotbah, Saudara sibuk berpikir bahwa khotbah itu cocok untuk teman lain, yang sayangnya tidak datang pada saat itu, tetapi tidak mengkoreksi diri s endiri. 

Janganlah ketika mendengar khotbah, Saudara hanya berpikir bahwa khotbah itu bagus dan bisa dipakai untuk Saudara khotbahkan di tempat lain. Tetapi pada saat mendengar khotbah, hendaklah Saudara meneduhkan hati Saudara, dan menyalakan hati Saudara digali oleh Roh Kudus agar benih firman itu bisa ditanam dengan baik di dalamnya. Benih ini sudah mengandung iman keselamatan yang akan membawa Saudara kepada keselamatan.

Di dalam setiap firman yang diberitakan, di dalamnya sudah terdapat benih yang mengandung anugerah iman yang menyelamatkan. Janganlah heran ketika mempelajari firman Tuhan dengan tepat dan baik, iman Saudara akan ditumbuhkan. Di dalam firman yang sejati itu timbul iman yang sejati, yang mengkoreksi dan memberikan pertumbuhgan kerohanian dalam kehidupan Saudara. Akibatnya, Saudara akan menjadi lebih matang, lebih mengerti, lebih kuat, dan lebih terarah. Di dalam pemberitaan firman, Roh Kudus bekerja dengan hebat.

Para pemuda-pemudi yang mau menyerahkan diri menjadi hamba Tuhan, harus secara khusus meneliti hal ini. Ketika Saudara setia mempelajari firman dan setia memberitakan firman, Saudara bisa meyakini bahwa pada saat Saudara dengan jujur memberitakannya, tidak mungkin Roh Kudus tidak bekerja. Saudara tidak butuh menunggu lama baru Roh Kudus akan turun, atau berteriak-teriak, seolah-olah dengaj teriakan yang keras Saudara bisa menggerakkan Roh Kudus. Tetapi Saudara harus menjalankan prinsip Alkitab. 

Roh yang sudah mewahyukan dan menurunkan Kitab Suci adalah Roh yang mau menggarap pemberitaan firman Tuhan di dalam hati manusia. Kalau Roh Kudus sudah mewahyukan Kitab Suci ke dalam kertas-kertas yang ada di dalam dunia ini, sehingga bisa menjadi pegangan bagi hidup kita, alih-alih menanamkan firman ke dalam kertas seperti ini, Roh Kudus pasti lebih suka menanamkan firman-Nya ke dalam hati manusia. 

Jiwa kita menjadi lembaran yang ditulisi dengan firman oleh Roh Kudus. Firman akan ditanam di dalam hati kita sampai kita beriman. Itu sebabnya, hal yang harus paling kita takuti dan yang kita kuatirkan adalah sikap tidak mau belajar atau bahkan sengaja membelokkan dan menyelewengkan pemberitaan Kitab Suci demi keuntungan kita.

Ada orang yang bertanya, mengapa saya jarang sekali mengkhotbahkan tentang persembahan, khuisusnya masalah perpuluhan. Jawaban saya ialah karena itu bukan panggilan saya. Bukan berarti kita tidak boleh mengkhotbahkan topik itu. Jika di dalam eksposisi firman yang kita lakukan, kita tiba pada topik pembahasan itu, kita akan membahasnya dengan seketat dan setuntas mungkin. 

Tetapi jika kita mengerti bahwa di dalam Alkitab ada begitu banyak topik yasng perlu kita pelajari dan khotbahkan, lalu setiap kali kita hanya berkhotnbah tentang uang, sebenarnya apakah motivasi kita yang sesungguhnya?

Ada juga orang yang bertanya, mengapa Stephen Tong tidak mengkhotbahkan tentang akhir zaman agar orang-orang Kristen siap siaga menghadapi kedatangan Kristus. Jika Saudara sungguh-sungguh mempercayai hal itu dan sungguh-sungguh menginginkan Tuhan Yesus segera datang kembali, Alkitab mengatakan ada dua hal yang harus Saudara kerjakan, yaitu : (1) hidup suci menanti kedatangannya; dan (2) mengabarkan Injil. Karena sebelum Yesus datang, Injil harus diberitakan kepada segala bangsa. 

Yang harus kita jalankan, marilah kita jalankan, bukan hanya berbicara dan terus berbicara, tetapi tidak pernah melakukan apa yang harus kita lakukan seturut firman Tuhan. Marilah kita kembali kepada prinsip-prinsip firman Tuhan, lalu sisanya kita serahkan kepada Tuhan.

Mungkin setelah sekian lama anggota gereja dan pendengar saya baru mulai mengerti bagaimana saya menjalankan pelayanan saya. Tetapi itu tidak apa, karena saya sedang mempersiapkan satu generasi untuk abad ke-21, sehingga jika Tuhan Yesus belum datang, boleh disiapkan satu laskar yang sungguh-sungguh bisa mempengaruhi seluruh dunia, mulai dari Indonesia, yang saat ini masih dianggap sebagai negara dunia ketiga. 

Panggilan ini begitu jelas bagi saya, sehingga saya harus secara serius memberitakan firman. Firman itu sendiri adalah benih yangakan tumbuh menjadi iman yang menyelamatkan di dalam Kristus. Ketika firman diberitakan, pasti Roh Kudus bekerja. 

Roh Kudus tidak mungkin tidak bekerja, karena itu merupakan tujuan Roh Kudus, yaitu untukmembawa firman kepada manusia dan untuk memuliakan Kristus. Sekalipun Saudara kurang fasih lidah atau kurang berbakat dalam berbicara atau berkhotbah, namun jika Saudara begitu setia memberitakan firman, pasti suatu saat firman itu akan berbuah. Sebaliknya, celakalah mereka yang terlalu banyak berteriak-teriak tentang Roh Kudus tetapi tidak kembali kepada prinsip-prinsip Alkitab.

Kita telah menyelesaikan satu butir yang penting, yaitu poengalihan dari iman natural menuju kepada iman yangmenyelamatkan. Inilah yang disebut “dari iman kepada iman”, yaitu suatu perubahan dan peningkatan secara status, mendapatkan posisi yang baru, di mana kita di bawa masuk ke dalam rencana keselamatan Allah. Orang demikian berada di dalam kuasa keselamatan Allah. Ia berada di dalam karya penebusan Yesus Kristus.

[2]. IMAN : KAMBIUM PEMBENARAN.

Kita melihat antara iman kepada Allah danpengertian tentangkebenaran Allah akan terus bersirkulasi dan semakin bertumbuh. “Dari iman kepada iman” yang lebih limpah, disertai pengertian kebenaran yang semakin limpah. Ini merupakan peningkatan pengertian iman di dalam kebenaran sejati yang diwahyukan oleh Tuhan Allah. Ini berarti jalinan dinamis antara iman dan pengetahuan, yang kemudian membawa pada iman yang lebih mendalam, dan bersirkulasi secara terus-menerus.

Di bagian awal, saya sudah sempat melontarkan satu pemikiran, yaitu: iman dahulu atau pengertian dahulu?Jikalau Sudara tidakmengerti hal yang sangat penting ini, maka seluruh bangunan teologi Saudara akan kacau. Saudara akan sulit mengerti kebenaran yang sejati, dan Saudara akan terjebak oleh permainan palsu filsafat manusia yang merusak.

Konfusius, dalam bukunya Ta Shue (Great Learnbing; Ajaran Besar), buku I bagian I, berkata: “Orang harus mengetahui mana yang lebih dahulu, mana yang belakangan; mana yang penting, mana yang kurang penting.” Orang yang bisa mengutamakan mana yang harus diutamakan dan tidak mengutamakan yang tidak harus diutamakan, orang tersebut sudah dekat dengan firman. 

Segala sesuatu ada mulanya, ada akhirnya, ada yang lebih dahulu, ada yang belakangan. Kalau orang sudah mengetahui mana yang lebih dahulu dan mana yang lebih belakangan; atau mana yang harus didahulukan dan mana yang tidak harus didahulukan, maka orang tersebut sudah dekat dengan firman.

Saya rasa, orang Kristen mengerti bahwa ia tidak boleh mengutamakan yang tidak utama, dan tidak boleh tidak mengutamakan yang utama, karena hal itu akan menyedihkan Roh Kudus. Jadi, mana yang lebih dahulu: iman atau pengertian? Dalam butir pertama sebenarnya saya sudah membukakan sedikit jawaban ini, yaitu dari iman natural menuju ke iman keselamatan. Iman natural adalah iman dan semacam pengetahuan yang sudah terlebih dahulu ditanam dalam diri kita. Orang yang datang kepada Allah harus pertama-tama percaya bahwa Allah itu ada (Ibrani 11:6). 

Tanpa iman awal ini tidak ada seorang pun yang bisa berkenan kepada Allah. Dan orang yang beriman kepada Allah harus percaya dulu bahwa Allah itu ada. Kepercayaan pada keberadaan Allah merupakan dasar keberanian untuk datang kepada Dia, dan selanjutnya membawa dia kepada kepercayaan bahwa pemberi anugerah adalah Allah yang ada tersebut.

Jadi di sini terdapat dua aspek kepercayaan, yaitu: (a) percaya Allah ada; dan (b) percaya Allah adalah pemberi anugerah. Kedua hal ini merupakan dua aspek utama dari iman natural. Ini merupakan kepercayaan yang mendasar. Namun, kedua aspek kepercayaan dasar ini belum menunjukkan bahwa anugerah atau upah bagi mereka yang mencari Dia akan dibawa kepada aspek keselamatan.

Jadi, percaya dulu atau mengerti dulu? Percaya dulu atau mendengar dulu? Kalau saya tidak mendengar, bagaiumana saya bisa percaya? Tetapi, kalau saya tidak percaya dulu, bagaimana saya mau mendengar? Saya akan membawa Saudara kepada satu contoh yang tertulis dalam buku Augustinus sekitar 1500 tahun yang lalu. 

Di dalam buku tersebut ia mengungkapkan pergumulannya: “Apakah saya berdoa dulu baru mendapat anugerah Allah? Atau saya mendapat anugerah Allah dahulu baru bisa berdoa kepada Allah? Kalau saya tidak berdoa, bagaimana Tuhan memberikan anugerah kepada saya? 

Tetapi mengapa saya bisa berdoa kepada Allah, dan bukannya kepada dewa-dewa? Bukankah ini berarti anugerah Allah sudah mendahului, sebelum saya berdoa? Apakah anugerajh Allah yang menjadikan saya datang kepada Allah, atau, saya datang dulu kepada Allah barulah Allah memberikan anugerah kepada saya?” Hasil pemikiran Augustinus dalam topik ini sangat tajam dan sangat mempengaruhi teologi Reformed, yaitu: “Anugerah Allah mendahului respons manusia” (the grace of God is prior to human response).

Kalau bukan Allah yang memilih Saudara, tidak mungkin Saudara bisa memilih Dia. Alkitab dengan jelas mengatakan bahwa, “bukan kamu yang memilih Aku, tetapi Akulah yang telah memilih kamu..” (Yohanes 15:16). Bukan manusia yang mencari Allah, tetapi Allah yang mencari manusia. Sebelum manusia bisa memanggil Alah, Allah yang telah memanggil kita terlebih dulu dengan nama kita. 

Alkitab dengan jelas mengatakan bahwa Allah kita adalah Allah Sang Inisiator. Allah kita adalah Allah yang berinisiatif, bukan Allah yang reaktif. Allah kita adalah Allah yang terlebih dahulu memberikan anugerah kepada manusia, sehingga manusia bisa datang kepada-Nya.

Jauh sebelum Saudara dan saya dilahirkan, bahkan jauh sebelum dunia ini dijadikan, seperti dikatakan Paulus, Tuhan sudah memilih kita di dalam Kristus (Efesus 1:3-4). Anugerah Allah telah mendahului iman Saudara dan anugerah Allah juga sudah mendahului respons yang bisa Saudara berikan kepada Allah. Jika Saudara bisa mengatakan “ya” kepada Allah, itu adalah hasil pekerjaan Roh Kudus, yang telah menormalisasi hati Saudara, sehingga Saudara dimampukan berespons dengan tepat dan benar kepada Allah. Manusia bisa taat kepada Tuhan, bukan karena kehebatan dan kemampuannya sendiri, tetapi sepenuhnya karena anugerah Allah telah mendahului ketaatannya.

Itulah sebabnya begitu banyak orang dari berbagai aliran Gereja Baptis, Gereja-gereja Pantekosta, dan aliran gereja yang lain tidak bisa mengerti mengapa Gereja Protestan membaptiskan anak-anak. Seluruh Sakramen ini didasarkan pada pengertian bahwa “anugerah Allah mendahului respons manusia”. 

Sebelum anak-anak ini bisa mengatakan “aku percaya”, maka mereka terlebih dahulu sudah harus menerima anugerah Allah. Namun dalam hal ini, kita tidak mengatakan dan menjanjikan bahwa anak yang sudah dibaptiskan pasti sudah diselamatkan. Dia hanya mengikut dan terhisap ke dalam perjanjian yang sudah dibuat oleh orangtuanya di hadapan Tuhan. Dan orangtua membawa dia kepada Tuhan sekaligus berjanji untuk mendidik dia di dalam firman, sampai suatu saat kelak ia akan beriman kembali secara pribadi, maka baptisannya itu perlu diteguhkan, dan ia menjadi orang yang dimiliki Tuhan secara sejati.

Kini kita kembali kepada tema utama kita, yaitu “dari iman kepada iman”. Ketika pengertian kita dimulai dari iman, maka pengertian itu akan membawa kita kepada iman yang lebih kuat lagi, dan iman yang lebih kuat akan membawa kita kepada pengertian yang lebih banyak lagi. Putaran ini menjadi sirkulasi iman-pengetahuan yang memberikan pertumbuhan kepada kita. Ini bisa disebut sebagai lingkaran iman.

Bagaikan sebuah pohon, jika Saudara memotong melintang sebatang pohon yang besar, lalu Saudara bersihkan permukaannya, maka Saudara akan melihat lingkaran tahun di situ. Lingkaran tahun adalah lingkaran dari kecil ke besar yang menunjukkan usia pohon tersebut. Kalau keriput manusia sama sekali tidak bisa menentukan usia seseorang, tetapi dari lingkaran-lingkaran yang ada pada penampang pohon, kita akan sebera mengetahui usia pohon tersebut. Lingkaran tahun pada pohon tidak bisa menipu kita. 

Dari jumlah lingkaran yang ada pada penampang pohon itu, kita segera tahu berapa usia pohon itu dengan tepat. Lingkaran-lingkaran ini menggambarkan bahwa kayu tersebut bertumbuh. Pertumbuhan ini bukan dari luar ke dalam, tetapi dari dalam ke luar. Tumbuhan yang tumbuhnya dari luar adalah buatan manusia, tetapi tumbuhan yang tumbuh dari dalam adalah buatan Allah. Tumbuhan ini bukan ditempel dari luar untuk membuatnya bertambah gemuk, tetapi suatu daya dari dalam yang meluas keluar.

Jadi dasar iman yang sejati itu berasal dari dalam, yang juga bertumbuh. Pertumbuhan iman yang sejati juga bukan ditempel-tempel dari luar sehingga menjadi gemuk. Iman yang seperti ini akan luntur dan mencair nantinya. Tetapi jika pertumbuhan itu berasal dari dalam, maka pertumbuhan iman itu akan sangat stabil. Makin beriman, makin bertambah pengetahuan; makin bertambah pengetahuan, makin bisa lebih beriman lagi, demikian seterusnya.

Pertumbuhan fisik manusia suatu waktu akan berhenti dan tidak bertumbuh lagi; tetapi pertumbuhan rohani tidak pernah berhenti, jikalau pertumbuhan itu berjalan secara sehat seperti yang Tuhan tentukan. Ketika saya berusia sepuluhtahun, berat saya 25 kg. Anak saya sekarang berusia dua belas tahun, beratnya 56 kg. Saat itu saya kecil dan kurus sekali. Ketika ditanya oleh ibu saya, nanti kalau sudah besar mau jadi apa, saya menjawab ingin menjadi guru. 

Maka kata ibu, “Kamu begitu kecil dan kurus mau menjadi guru? Nanti kalau didorong oleh muridmu, kamu akan jatuh.” Saya dianggap terlalu kecil, tidak bertumbuh, karena sampai usia dua belas tahun masih belum memiliki tubuh yang cukup besar. Tetapi pada saat saya berusia empat belas tahun, selama satu tahun saya bertambah 12,54 cm. Ketika berusia lima belas tahun saya sudah terlihat seperti orang dewasa. Lalu pada usia enam belas tahun saya sudah 60 kg beratnya. 

Pada usia delapan belas tahun saya sudah mengajar sampai 40 jam per minggu. Sebelumn masuk sekolah teologi, saya sudah berkhotbah lebih dari 800 kali. Saya juga sudah mengajar ribuan murid sekolah. Itulah cara Tuhan melatih saya. Banyak anak sekarang yang baru kerja sedikit sudah mengeluh merasa lelah. Ketika berusia dua puluh tahun, saat saya masuk sekolah teologi, berat saya 55 kg. Jadi sekarang ada kemunduran besar berat badan, karena ketika berusia enam belas tahun saya sudah 60 kg.

Bilakah kita berhenti tumbuh? Ingatkah waktu Saudara sudah tidak tumbuh lagi? Betapa celaka kalau kita terus bertumbuh, karena jika kita terus bertumbuh, maka pada usia lima puluh tahun, semua pintu dan langit-langit rumah harus dirubah seluruhnya. 

Tubuh jasmani kita suatu saat akan berhenti bertumbuh, tidakmnenjadi lebih besar lagi. Inilah hukum pertumbuhan fisik. Tetapi tidak demikian halnya dengan kerohanian. Alkitab tidak pernah mengatakan bahwa suatu saat kita akan berhenti bertumbuh secara rohani. Pertumbuhan kerohanian berjalan terus-menerus seumur hidup.

Pada suatu hari di Hong Kong, saya berkumpul dengan beberapa pendeta. Salah satu di antara mereka adalah seorang pendeta yang sudah berusia delapan puluh dua tahun. Saya bertanya kepada dia, ”Mengapa ada pendeta-pendeta yang pada waktu muda begitu baik, rindu untuk melayani Tuhan, tetapi ketika tua, ia menjadi merosot dan memanipulasi Tuhan? Ada pendeta yang waktu muda berseru minta Tuhan memakai dia, tetapi ketika tua mau memakai Tuhan. Ketika muda berseru: “Tuhan, Tuhan.” Dan ketika tua berseru: “Uang, uang.” Lalu pendeta tua itu menjawab: “Seharusnya orang menjadi tua bisa semakin bertumbuh kerohaniannya. Ia bisa semakin dekat dengan Tuhan. Tidak seharusnya kuasa itu dikurangi karena kemerosotan jasmaninya.” 

Saya bertanya lagi: “Mengapa demikian?” Dia menjawab: “Ketika muda kita berseru dan berkhotbah dengan suara keras dan tenaga yang kuat, tetapi ketika tua suara dan tenaga kita menjadi semakin lemah, karena himpunan udara di paru-paru kita menurun; tetapi karena pengalaman rohani cukup sehingga bisa semakin kuat kuasanya.” Jadi, di dalam pertumbuhan rohani, kita melihat bahwa kaitan antara iman dan pengetahuan akan terus berputar dan bersirkulasi semakin hari semakin kuat tanpa ada titik hentinya.

Jadi kembali kepada topik kita ini, kita melihat bahwa antara iman dan pengetahuan terjadi putaran yang semakin masuk ke dalam kebenaran Allah dan semakin mengokohkan iman kita. Makin mengerti kebenaran, makin tebal iman kita; dan makin tebal iman kita, makin kita mendalami kebenaran. Itulah “dari iman kepada iman”. 

Danketika kita mempelajari Alkitab, kita akan melihat bukan hanya “dari iman kepada iman” tetapi masih ada tiga hal lainnya, yaitu “dari anugerah kepada anugerah” (from grace to grace), “dari kuasa kepada kuasa” (from energy/power to energy/power), dan“dari kemuliaan kepada kemuliaan” (from glory to glory). Begitu indahnya topik-topik yang diberikan Alkitab kepada kita.

[3]. IMAN : KAMBIUM KENIKMATAN DALAM TUHAN.

“Dari iman kepada iman” adalah suatu pertumbuhan iman di dalam mengalami kuasa dan penyertaan Tuhan. Setelah kita mendapatkan lebih banyak pengetahuan, iman kita menjadi lebih tebal; dan iman yang semakin tebal menjadikan kita semakin mengerti kebenaran. Kini kita melihat bagaimana kita mengalami penyertaan Allah secara lebih riil, mengalami pimpinan Tuhan lebih sungguh lagi, dan mengalami anugerah Tuhan dengan lebih nyata.

Aspek ini meliputi beberapa hal, yaitu: ketika kita berada di dalam kesulitan, iman kita tidak mudah dipatahkan. Iman yanglemah adalah seperti kertas yang mudah robek. Iman yang baik adalah seperti karet yang tidak mudah dipatahkan. Iman seperti ini adalah iman yang ulet dan kuat, karena penyertaan Tuhan semakin kita sadari dan kita alami secara nyata, bukan hanya sekadar argumentasi-argumentasi teologis atau perdebatan-perdebatan logika, tetapi menjadi suatu fakta. Secara fakta saya mengalami Tuhan menyertai saya. 

Silahkan orang ateis melawan Tuhan, saya tidak mau berdebat lagi, karena saya sudah mengalami penyertaan Tuhan dengan begitu nyata. Silahkan mereka membuat teori bahwa Allah tidak ada, tetapi saya tidak akan berkompromi, karena fakta penyertaan Tuhan bagi saya begitu riil.

Pertama kali saya mengalami pengertian ini pada usia dua puluh tahun. Saat itu saya sedang memberitakan Injil kepada seorang tukang becak di Surabaya. Pada saat itu saya sedang naik becak ke suatu jembatan yang tinggi dan gelap. Setiapkali tukang becak harus mendorong becak itu, saya ikut turun, karena hati nurani saya tidak membenarkan saya tetap duduk sementara sesama saya harus mendorong saya di atas becak. 

Ketika saya yurun, tukang becak itu mengatakan tidak usah, tetapi saya tetap turun dan sama-sama mendorong becak itu. Ketika sudah mulai turun, saya naik kembali ke becak dan becak meluncur turun. Tiba-tiba becak itu dihentikan oleh beberapa orang, dan mereka meminta arloji saya. Saat itu saya sedang memakai arloji yang sangat saya sayangkarena bagus sekali. 

Bagaimana saya harus bersikap sebagai seorang Kristen? Sementara saya baru mengabarkan Injil, lalu sekarang perampok meminta arloji saya. Saya katakan kepada dia: “Sabar, saya akan berikan arloji ini kepadamu (sambil membuka arloji), tetapi saya saya perlu katakan kepadamu bahwa kamu memerlukan Tuhan Yesus, lebih daripada arloji ini.” Perampok itu membentak saya agar diam sambil mengancam dengan pisaunya. 

Tetapi saya katakan sekali lagi: “Engkau memerlukan Tuhan Yesus untuk mengampuni dosamu.” Perampok itu kehabisan akal. Dia mengambil arloji itu lalu lari menghilang. Ketika ia lari, sekali lagi saya berteriak: “Tuhan Yesus mencintai orang berdosa!” Setelah perampok itu pergi, saya melihat si tukang becak sedang gemetar ketakutan. Saya katakan, mengapa ia takut padahal ia tidak kehilangan apa-apa, sementara saya sendiri tidak takut. Hari itu saya betul-betul merasakan bagaimana Tuhan mencintai saya. 

Penyertaan-Nya begitu sungguh dan begitu nyata. Itu membuat saya semakin diyakinkan bahwa iman Kristen bukan iman yang kosong, tetapi iman yang sungguh nyata kepada Allah yang sungguh-sungguh hidup.

Pada tahun 1966, untuk kedua kalinya saya merasakan suatu perasaan yang sangat menakjubkan/ajaib. Saat itu saya memimpin sebuah kebaktian kebangunan rohani di Ujung Pandang, yang dihadiri begitu banyak orang, sampai berjubel di gereja, bahkan sampai di luar gedung. Setelah itu saya menuju ke Palopo. 

Jalan dari Ujung Pandang ke Palopo yang berjarak 440 km, saat itu harus dicapai dalam waktu dua hari satu malam. Jalanannya begitu rusak dengan batu-batu yang besar, sehingga hanya bisa dilewati oleh jip yang kuat. Seluruh tubuh serasa mau lepas semua. Para majelis di Ujung Pandang mencoba untuk menghalangi saya pergi ke sana, agar saya bisa mengadakan KKR dua hari lagi di UjungPandang. 

Bagi mereka, perjalanan ke Palopo, yang hanya sebuah desa atau kota kecil, sangat tidak menguntungkan. Selain kondisi jalan yang sangat buruk, juga perjalanan itu sangat berbahaya karena adanya pemberontakan yang mencoba menggulingkan pemerintah pusat. Para majelis di Ujung Pandang ketakutan kalau dalam perjalanan itu saya akan mengalami kecelakaan di jalan. Saat itu saya baru berusia dua puluh enam tahun. 

Ketua majelis itu seorang Letnan Kolonel. Ketika mengetajhui saya bersikeras tetap mau pergi, ia mengirimkan seorang CPM (Polisi iliter) dan seorang polisi untuk menyertai saya di perjalanan. Seumur hidup hanya beberapa kali saya pergi berkhotbah dengan dikawal orang bersenjata. Maka di mobil itu ada lima orang, seorang pendeta, pengemudi, saya, dan dua petugas. 

Setelah tiba di Palopo, saya mengumumkan akan berkhotbah selama tujuh hari tentang Yesus Kristus Juruselamat Dunia. Setelah berkhotbnah pada hari ketujuh, seseorang datang kepada saya dan berkata: “Jangan umumkan besok engkau akan berangkat jam berapa, karena khotbahmu terlalu berani dan terlalu keras, sehingga ada kemungkinan orang mau membunuh kamu di perjalanan pulang.”

Saya dianjurkan berangkat jam 04.00 pagi, agar jika ada orang yang mau mencari saya atau mencegat, kami sudah tidak ada. Di dalam perjalanan sampai di dekat Pare-Pare, di sebuah jalan pegunungan yang rusak sekali, pen pegas roda belakang jip patah, sehingga roda tidak bisa bergerak. Tempat itu tampat yang sangat berbahaya. Sesudah coba diganti dengan sekrup, jip itu dapat berjalan. Tetapi baru berjalan 2 km, roda itu bergeser kembali dan macet lagi. 

Pendeta yang mendampingi saya mulai ketakutan, tetapi saya menguatkan dia dan mengajak dia untuk berusaha mencari bantuan. Ada orang yang menjemur pakaian dengan jemuran dari kawat (saat itu belum ada tali plastik/rafia seperti sekarang). 

Kami membeli kawat tersebut sekalipun dengan harga yang cukup mahal. Lalu dicoba ban itu ditarik dengan kawat tersebut. Ketika kami sedang mencoba memperbaiki mobil itu, saya melihat kedua tentara itu mulai gemetar. Sambil sedikit bercanda dengan mereka saya mengatakan; “Pak, mengapa gemetar, saya tidak punya apa-apa tidak gemetar.” Dia menjawab: “Justru karena kamu tidak pegang apa-apa, tidak perlu takut. 

Para pemberontak itu menginginkian senapan yang kami pegang, itu sebabnya saya takut. Beberapa teman saya sudah mati di sini, karena mereka ingin merebut senjatanya.” Saat itu saya merasakan perasaan yang sangat luar biasa. Saya merasakan bagaimana Tuhan menyertai saya.

Peristiwa ketiga yang paling berkesan dalam hidup saya adalah ketika dokter di Filipina mengatakan: “Stephen Tong terkena kanker hati dan dalam waktu 1 tahun akan meninggal.” Ketika saya diberi tahu, hal itu bagaikan vonis pengadilan. Saat itu saya berpikir: “Mati? Mengapa selama ini saya tidak berpikir mati? Kalau memang saya harus mati tahun ini, lalu apa yang harus saya lakukan?” Saat itu saya sangat tenang. 

Ketika pulang ke kota Malang, istri saya menjemput saya (saat itu masih ada penerbangan langsung dari Jakarta ke Malang), dan mengatakan apakah saya tidak takut divonis seperti itu. Saya katakan tidak, karena kalau saya harus hidup sehari demi sehari, itu semua merupakan kehendak Tuhan. Istri saya berargumen bahwa kita harus berusaha agar bisa lebih sehat. Saya setuju, tetapi hidup tetap di tangan Tuhan. 

Ketika Saudara tidak mengalami bahaya, Saudara tidak akan sadar bahwa Tuhan Yesus sudah menyertai Saudara. Yesus sudah menyertai, tetapi manusia yang tidak sadar disertai. Banyak orang Kristen yang belum sadar bahwa Tuhan sudah menyertai kita. Terkadang Tuhan membiarkan kita mengalami kesulitan, mengalami berbagai bahaya dan penderitaan untuk mencelikkan mata kita dan membuka telinga kita agar kita bisa melihat lebih jelas dan mendengar lebih jelas pimpinan Tuhan atas hidup kita. Jika pada suatu hari Saudara harus sakit keras dan mati, jangan takut. 

Jika suatu hari Saudara harus menjadi duda, atau menjadi janda, jangan takut. Dengan mata di atas kepala saya sendiri saya menyaksikan ada beberapa janda yang lebih hebat dan lebih kuat setelah ditinggal oleh suaminya. Beberapa kali saya melihat wanita-wanita yang ketika masih ada suaminya, terlihat begitu lemah dan tidak boleh ikut campur banyak hal karena dianggap tidak mampu, tetapi setelah kematian suaminya, ia bangkit dan sadar akan penyertaan Tuhan, mempunyai iman yang kuat untuk mengatasi kesulitan. 

Orang-orang yang sungguh-sungguh seperti ini menjadi keindahan di dalam gereja-gereja Tuhan. Jangan kita berpikir bahwa kita tidak mampu, kita tidak ada gunanya, atau kita terlalu lemah. Jangan kita mengatakan bahwa kita hanya bisa jatuh dan tidak bisa bangun. Tuhan Yesus berkata: “Jangan takut. Percayalah kepada-Ku.”

Iman kepercayaan yang sejati adalah nyanyian di malam yang gelap. Orang beriman dimampukan bernyanyi di malam yang gelap dan di lembah yang kelam.Di mana iman kepercayaan kita bernyanyi, Iblis akan ketakutan; di mana iman kepercayaan kita bernyanyi, di situ Tuhan berkenan atas kita, dan Dia bersukacita karena kita mengerti isi hati-Nya. Puji Tuhan!

“Dari iman kepada iman” yang secara pengertian membuat lingkaran iman-pengetahuan yang semakin kuat, dan secara pengalaman membuat kita semakin menyadari dan mengalami penyertaan-Nya. Di dalam iman yang menuju kepada iman, kita semakin menyadari karya Allah yang setia. Allah adalah Allah yang setia dan tidakpernah berubah. Allah adalah Allah yang berjanji dan bekerja. Allah yang sudah berfirman, akan menggenapi apa yang difirmankan-Nya. Yesus tidak pernah mengecewakan kita dan tidak pernah meninggalkan kita. 

Di dalam Ibrani 13:5b, Ia berkata: “Aku sekali-kali tidak akan membiarkan engkau dan Aku sekali-kali tidak akan meninggalkan engkau.” Allah adalah Allah yang menyertai kita sampai selama-lamanya.

Pada usia tujuh belas tahun saya menyerahkan diri menjadi hamba Tuhan. Sejak saat itu saya dengan rajin mulai membagi-bagikan traktat di jalan. Kepada orang yang saya temui di jalan, saya beritakan tentang Yesus Kristus. Saya naik bis dan membagi traktat di sana. Naik kereta api, bukan karena mau pergi ke suatu tempat, tetapi hanya karena di kereta api saya bisa mempunyai banyak kesempatan bertemu orang dan membagikan traktat Injil. 

Ketika seseorang memberitahu saya ada seorang yang sakit di sebuah rumah sakit di Surabaya yang membutuhkan pelayanan, saya segera naik sepeda pergi ke rumah sakit tersebut. Di situ saya bertemu dengan seorang yang sudah sangat tua dan sakit. Saya berdoa supaya setan keluar darinya, imannya dikuatkan, penyakitnya disembuhkan, dan agar dia bisa kembali hidup bagi Tuhan, dan mengalami kuasa Tuhan. Setelah selesai berdoa, saya pulang. Keesokan harinya, ibu saya pergi lagi melawat dan mendoakan orang tua ini. 

Dan saat itu istri orang tua ini mengatakan kepada ibu saya, bahwa kemarin saya sudah datang dan mendoakan dia, dan saat itu terjadi suatu hal yang sangat ajaib. Ibu saya merasa heran atas apa yangterjadi. Diamengatakan bahwa sebelum saya masuk, kamar itu penuh setan. Saya baru mengetahui hal itu dari cerita ibu saya. Kalau saja saya tahu sebelumnya, mungkin saya juga takut masuk. 

Suaminya terus berkata bahwa di ruangan itu banyak setan, ramai sekali, minta istrinya mengusir setan-setan itu. Istrinya menjadi ketakutan luar biasa. Saat itu saya masuk, dan di dalam saya menyanyikan lagu: “Ada Kuasa dalam Dalam Darah Domba Allah” dan “Dalam Nama Yesus”. Saat saya berdoa dan nama Yesus disebut, setan-setan itu pergi dari situ. Ketika pulang ibu saya menceritakan hal itu kepada saya. Setelah saya mendengar saya baru menyadari betapa besar kuasa Tuhan. Saya segera masuk ke kamar, berlutut dan berdoa mengucap syukur kepada Tuhan, bahwa saya boleh mengalami penyertaan dan kuasa-Nya.

Menyembuhkan orang sakit, terkadang disebut sebagai karunia, tetapi mengusir setan di seluruh Alkitab tidak pernah disebutkan sebagai salah satu karunia. Itu adalah hak/kuasa yang diberikan Tuhan kepada setiap orang Kristen. Setiap kita punya hak/kuasa, jika kita hidup suci, kita hidup bersandar kepada Tuhan, kita percaya dan berpegang pada firman Tuhan sebagai pedang bermata dua, maka kita tidak pernah perlu takut setan. Sejak berusia tujuh belas tahun, saya sudah dikonfirmasikan bahwa firman Tuhan itu benar, bahwa Allah itu berkuasa dan berdaulat, bahwa janji Allah tidak pernah diabaikan. Saya tidak pernah takut lagi.

Kini sudah tiga puluh enam tahun berlalu, dan saya menegaskan bahwa Tuhan tetap hidup untuk selama-lamanya. Iman bisa terus bertumbuh. Iman yangmembawa kita kepada Allah yang sejati, iman yang mempercayai janji Tuhan, adalah bukti bahwa Dia memang ada dan memelihara saya. Iman ini seharusnya menjadi senjata kita untuk melawan segala ketakutan, kegelisahan, dan segala kecemasan yang tidak perlu. Tetapi celakalah kita jika sebagai orang Kristen kita mempunyai kecemasan lebih besar daripada kepercayaan kita; jika kita lebih banyak kuatir daripada beriman; jika kita lebih banyak takut daripada berpegang pada Tuhan. 

Prinsip “dari iman kepada iman” seharusnya membawa kita kepada pengalaman iman yang semakin bertumbuh dengan tidak habis-habisnya. Sehingga kita bisa terus-menerus mencatat pengalaman iman kita sebagai bukti dan fakta bahwa hidup “dari iman kepada iman”. Orang benar akan hidup karena iman. Dengan iman itu, orang benar hidup di dalam dunia.

[4]. IMAN : PENYEMPURNA HIDUP.

Di sepanjang perjalanan hidup kita, kita akan melihat pemeliharaan tangan Tuhan yang tidak pernah melepaskan kita sampai selama-lamanya. Perjalanan iman yang dimulai dari iman juga akan berakhir dengan iman sebagai suatu keutuhan totalitas. Seluruh perjalanan hidup kita dimulai dari iman dan akan diakhiri dengan iman yang disempurnakan. Alkitab mengajar kita bahwa Allah kita adalah Allah yang memulai pekerjaan yang baik dan yang juga akan mengakhiri dan menggenapkan pekerjaan baik-Nya (Filipi 1:6). 

Alkitab juga mengatakan Yesus Kristus dari dahulu, sekarang, dan selama-lamanya tidak pernah berubah (Ibrani 13:8). Dan Dia berkata: “Pandanglah kepada Yesus Kristus yang mengadakan dan menyempurnakan iman kita.” (Ibrani 12:2). [Terjemahan bahasa Indonesia kurang tepat karena ditulis “memimpin kita dalam iman” yang sebenarnya adalah “memulai” atau “mengadakan iman” dan “yang menyempurnakan.”] 

Di sini kita melihat tiga hal :

Pertama,Tuhan adalah Allah yang setiawan dan tidak berubah. Ia tidak berubah dan Ia tidak perlu menyangkal diri, karena Ia tidak pernah bisa digoncangkan oleh situasi apa pun di sepanjang sejarah, karena Dia adalah Penguasa sejarah dan Pencipta waktu. Ia petunjuk bagi hal-hal yang terjadi di masa akhir. Dia adalah Tuhan yang akan menguasai sejarah sampai titik akhir, yaitu eskatologi. Dia adalah Tuhan yang tidak berubah dan setia, dan yang menjamin bahwa Dia akan bisa menyelesaikan apa yang telah dijanjikan-Nya.

Kedua,Dia senantiasa memelihara serta memperhatikan kita. Bukan saja karena kesetiaan dan ketidak-berubahan-Nya kita terjamin, tetapi juga melalui pemeliharaan dan perhatian-Nya yang terus-menerus kepada kita. Mata-Nya tidak pernah lepas dari kita dan Ia tidak pernah meninggalkan kita. Pemeliharaan Tuhan, cara pemeliharaan, dan paradoks di dalam pemeliharaan Tuhan merupakan tema besar yang tidak sempat untuk diulas di sini, tetapi kita harus tetap melihat bahwa Tuhan tidak pernah meninggalkan kita.

Terkadang kita merasa seolah-olah Tuhan meninggalkan kita, tetapi sebenarnya tidak demikian. Ketika Saudara sakit, Tuhan mengetahuinya; ketika Saudara mengalami kesulitan keuangan, Tuhan mengetahuinya; ketika Saudara difitnah, diperlakukan dengan tidak baik, mengalami umpatan dan kerugian yang besar, Tuhan juga tahu. Namun, sekalipun Tuhan mengetahuinya, bukan berarti Tuhan harus segera bertindak dan membereskan masalah Saudara menurut waktu dan kehendak kita. 

Terkadang Tuhan membiarkan Lazarus meninggal selama empat hari baru Dia datang. Kalau memang Tuhan mencintai keluarga Maria dan Marta, mengapa Tuhan tidak datang sebelum dia meninggal? Pemeliharaan Tuhan memiliki suatu prinsip, yaitu menurut waktu dan cara Tuhan, bukan menurut waktu dan cara manusia. Biarlah iman kita tetap bernyanyi, biarlah iman kita tidak menyerah, dan biarlah iman kita tetap memuji Tuhan, bahkan pada saat kita merasa berada di dalam keadaan yang paling sulit dan Tuhan belum juga muncul untuk memberikan pertolongan. Kiranya Saudara boleh berkata, ”Imanku tetap teguh di dalam Dia.”

Kiranya pengalaman-pengalaman demikian dapat mengakibatkan iman Saudara bertumbuh sampai mencapai suatu ketenangan yang tidak bisa direbut oleh siapa pun. Pada akhirnya, pengalaman iman yang berulang kali ini akan membawa Saudara pada fakta dan kesimpulan bahwa Allah yang seriungkali terlihat seperti terlalu lambat, ternyata tidak pernah terlalu lambat dan tidak pernah salah di dalam memimpin Saudara sampai pada akhirnya, karena Dia adalah Allah yang tidak mungkin bersalah. 

Bahkan, terkadang apa yang Saudara duga sebagai keterlambatan, justru merupakan persiapan Tuhan untuk melatih Saudara di dalam disiplin yang lain. Terkadang, keadaan yang seolah-olah terlambat bisa menjadi suatu latihan supaya Saudara mampu melihat fase lain yang sementara ini terlewatkan.

Pada suatu hari ada seseorang bertanya kepada saya, mengapa ketika ia akan membangun rumah, izinnya tertunda sampai satu setengah tahun lamanya. Akhirnya iua mengetahui, rupanya Tuhan memiliki rencana tertentu baginya. Jangan pernah meragukan pimpinan Allah. Ia tidak pernah meninggalkan Saudara. Puji Tuhan! Keterlambatan selalu menjadi berkat yang lebih besar. Keterlambatan melatih kesabaran kita. Keterlambatan menjadikan kita sering lebih matang dalam pengalaman iman kita.

Satu pertanyaan yang sulit dijawab oleh dunia psikologi ialah mengapa anak-anak yang pada waktu kecil sedemikian genius menjadi biasa-biasa saja ketika beranjak dewasa. Banyak orang tua ingin anaknya pandai, dari kecil sudah dipaksa sekolah dengan segala pengetahuan, dengan harapan lulus sarjana umur sembilan tahun, supaya bisa dengan bangga membicarakan kepada orang lain, bahwa anaknya genius. 

Cara seperti itu kelak bisa membuat anak itu menjadi depresi dan gila, karena tingkat kemampuannya dipaksa terlalu cepat dengan tidak seharusnya. Cara seperti itu sebenarnya adalah suatu penyiksaan terhadap anak. Di satu pihak kita melihat anak-anak yang begitu genius dan betul-betul hebat, setelah dewasa menjadi biasa-biasa saja. Hal ini merupakan realitas yang terjadi pada sangat banyak orang. Di pihaklain, kita juga melihat banyak orang yang waktu anak-anak terlihat biasa-biasa saja, ketika mulai dewasa menjadi semakin hebat. 

Kita mengetahui Thomas Alfa Edison, juga Albert Einstein, yang sempat tidak lulus SMU, dianggap bodoh oleh guru dan teman-temannya, dan sampai tua ia begitu sulit menghitung pajak. Tetapi di pihak lain, ia begitu sukses dan begitu brilian.

Terkadang Tuhan memperkenankan terjadinya keterlambatan di satu atau dua hal, tetapi di lain pihak memberikan kesuksesan yang luar biasa di bidanglain. Seolah-olah fase pertama dan kedua hidup kita tidak berarti, tetapi hendaklah kita tidakmenghina diri karena kita menjadi semakin tua. Siapa yang tahu ketika kita makin tua bisa menjadi semakin hebat? Kentucky Fried Chicken yang terkenal di seluruh dunia dimulai oleh Kolonel Sanders saat ia berusia enam puluh tahun lebih, juga ada beberapa perusahaan yangsukses dimulai oleh orang yang sudah tua. 

Pimpinan Tuhan terhadap satu orang berbeda dari orang yang lainnya. Terkadang kita merasakan sepertinya Tuhan terlambat dan Tuhan tidak mau menolong, tetapi pimpinan Tuhan sangat berbeda dan yang pasti Ia tidak pernah salah. Yang harus kita lakukan adalah kita percaya penuh kepada-Nya.

Ketiga, sampai pada akhirnya, ketika Kristus datang kembali, iman kita akan disempurnakan. Iman kita yang masih belum genap, yang masih penuh dengan kekuatiran, yang penuh dengan luka-luka, dan yang masih kurang sempurna, akan disempurnakan pada saat Yesus Kristus datang kembali. Inilah yang di dalam teologi disebut sebagai consummation. 


Istilah ini bukan berasal dari kata consume yang artinya menghabiskan atau menghilangkan, tetapi dari kata consummate yang berarti melengkapi atau menyempurnakan. Tuhan pasti akan menyempurnakan iman kita yang kurang sempurna, pada waktu Ia datang kembali dan memulihkan kita ke dalam kesempurnaan-Nya.

Kini kita mempunyai tugas berat, yaitu dari sejak kita dilahirkan kembali sampai Dia datangkembali, kita harus terus-menerus taat, berpegang dan bersandar kepada-Nya, dan setia memegang janji-Nya. Dan setelah kita selesai mengerjakan tugas kita, Ia juga akan menyelesaikan tugas-Nya yaitu menyempurnaklan iman yang telah Ia berikan kepada kita, sehingga kita bisa berjumpa dengan Tuhan di dalam kekekalan. Amin.

SUMBER :
Nama buku : DARI IMAN KEPADA IMAN (FROM FAITH TO FAITH)
Sub Judul : Bab IV : MOMENTUM KEHIDUPAN
Penulis : Pdt. DR. Stephen Tong
Penerbit : Momentum, 2004.
Halaman : 97 – 135.
Next Post Previous Post