MUTASI KARYA KRISTUS

Pdt. DR. Stephen Tong.

DARI IMAN KEPADA IMAN (FROM FAITH TO FAITH)

BAB III : MUTASI KARYA KRISTUS

Tetapi pagi-pagi benar pada hari pertama minggu itu mereka pergi ke kubur membawa rempah-rempah yang telah disediakan mereka. Mereka mendapati batu sudah terguling dari kubur itu, dan setelah masuk mereka tidak menemukan mayat Tuhan Yesus. Sementara mereka berdiri termangu-mangu karena hal itu, tiba-tiba ada dua orang berdiri dekat mereka memakai pakaian yang berkilau-kilauan. Mereka sangat ketakutan dan menundukkan kepala, tetapi kedua orang itu berkata kepada mereka: "Mengapa kamu mencari Dia yang hidup, di antara orang mati? Ia tidak ada di sini, Ia telah bangkit. Ingatlah apa yang dikatakan-Nya kepada kamu, ketika Ia masih di Galilea. (Lukas 24:1-6)
MUTASI KARYA KRISTUS
Sebab aku mempunyai keyakinan yang kokoh dalam Injil, karena Injil adalah kekuatan Allah yang menyelamatkan setiap orang yang percaya, pertama-tama orang Yahudi, tetapi juga orang Yunani. Sebab di dalamnya nyata kebenaran Allah, yang bertolak dari iman dan memimpin kepada iman, seperti ada tertulis: "Orang benar akan hidup oleh iman. (Roma 16-17)

Yaitu kebenaran Allah karena iman dalam Yesus Kristus bagi semua orang yang percaya. Sebab tidak ada perbedaan. (Roma 3:22)

Yaitu kebenaran Allah karena iman dalam Yesus Kristus bagi semua orang yang percaya. Sebab tidak ada perbedaan. (Roma 4:25)

“Jadi segala sesuatu yang melambangkan apa yang ada di sorga haruslah ditahirkan secara demikian, tetapi benda-benda sorgawi sendiri oleh persembahan-persembahan yang lebih baik dari pada itu. Sebab Kristus bukan masuk ke dalam tempat kudus buatan tangan manusia yang hanya merupakan gambaran saja dari yang sebenarnya, tetapi ke dalam sorga sendiri untuk menghadap hadirat Allah guna kepentingan kita. 

Dan Ia bukan masuk untuk berulang-ulang mempersembahkan diri-Nya sendiri, sebagaimana Imam Besar setiap tahun masuk ke dalam tempat kudus dengan darah yang bukan darahnya sendiri. Sebab jika demikian Ia harus berulang-ulang menderita sejak dunia ini dijadikan. 

Tetapi sekarang Ia hanya satu kali saja menyatakan diri-Nya, pada zaman akhir untuk menghapuskan dosa oleh korban-Nya. Dan sama seperti manusia ditetapkan untuk mati hanya satu kali saja, dan sesudah itu dihakimi, demikian pula Kristus hanya satu kali saja mengorbankan diri-Nya untuk menanggung dosa banyak orang. Sesudah itu Ia akan menyatakan diri-Nya sekali lagi tanpa menanggung dosa untuk menganugerahkan keselamatan kepada mereka, yang menantikan Dia.” (Ibrani 9:23-28)

Kita harus dengan ketat berpegang pada presuposisi kita, suatu presuposisi Kristen yang sangat berbeda dengan semua presuposisi lainnya, yaitu “dari iman kepada iman.” Manusia ingin datang kepada Tuhan dengan rasio menuju kepada iman. Pemikiran agama seperti ini ditolak oleh Alkitab. Manusia yang berusaha datang dari pengalaman menuju kepada iman, juga ditolak oleh Alkitab. 

Manusia yang memakai bukti untuk mendatangkan iman, juga ditolak oleh Alkitab. Demikian juga Alkitab menolak usaha manusia yang mau mendatangkan iman dengan penglihatan matanya. Alkitab dengan tegas menyatakan prinsip yang tepat: “dari iman kepada iman”.

Alkitab melawan semua pra-anggapan yang dihasilkan olehmanusia yang menggunakan rasio yang telah tercemar oleh dosa. Alkitab menekankan “dari iman kepada iman.” Dan kini kita akan melihat kaitan antara pengertian “dari iman kepada iman” dan kebangkitan Tuhan Yesus. Dari pra-anggapan yang sudah ditolak, kita melihat bahwa kekuatan iman menjadi titik tolak kehidupan Kristen. 

Tuhan Yesus berkata: “Jika engkau beriman, engkau akan melihat kemuliaan Allah.” (Yohanes 11:40). Yesus Kristus menyataklan ini kepada Marta yang percaya bahwa kebangkitan hanya akan terjadi pada hari kiamat, tetapi Tuhan Yesus ingin menekankan bahwa saat itu juga ada kebangkitan. Jika kita betul-btul beriman, kita akan melihat kuasa dan kemuliaan Tuhan dinyatakan.

(1). MATI DAN BANGKIT BESERTA KRISTUS.

Di manakah mujizat Allah yang terbesar? Pada zaman ini muncul banyak orang yang mau memperkenalkan kuasa Kristus melalui mujizat-mujizat yang dipaksakan oleh manusia agar manusia mau datang kepada Tuhan. Tetapi saya mengatakan kepada Saudara bahwa kebangkitan Kristus adalah suatu mujizat yang terbesar di dalam dunia. 

Ketika Herodes menginginkan Yesus menunjukkan mujizat (tanda), karena ia berpikir Yuhan Yesus pasti takut kepadanya, karena ia memiliki kuasa untuk menentukan hidup dan matinya Tuhan Yesus. Yesus mengatakan kepada Herodes bahwa ia tidak berhak melihat tanda atau mujizat apa pun dari sorga kecuali atas kehendak Bapa di sorga (Lukas 23:8-9).

Yesus Kristus menegaskan suatu prinsip, yaitu bahwa hak untuk mendapat hidup dan tanda bukan pada orang yang mempunyai kuasa politik atau kuasa militer, tetapi ada pada Allah, Sumber dari semua kuasa politik dan militer. Karena itu, Yesus Kristus berkata kepada Pilatus, ”Engkau tidak mempunyai kuasa apa pun terhadap Aku, jikalau kuasa itu tidak diberikan kepadamu dari atas. Sebab itu: dia, yang menyerahkan Aku kepadamu, lebih besar dosanya.” (Yohanes 19:11).

Di dalam aspek natural, mujizat Allah yang besar adalah menjadikan apa yang tidak ada menjadi ada (creatio-ex-nihilo). Tetapi mujizat yang terbesar adalah mengubah yang dari mati menjadi hidup. Itulah kebangkitan (resurrection). Inilah dua pekerjaan Tuhan yang besar sekali, yaitu creation (penciptaan) dan resurrection (kebangkitan). Allah yang dipercayai Abraham adalah Allah yang melakukan kedua pekerjaan yang besar ini.

Allah yang dipercayai Abraham adalah Allah yang bisa menciptakan apa yang tidak ada menjadi ada. Allah yang dipercayai Abraham juga adalah Allah yang membangkitkan orang yang mati menjadi hidup. Kedua hal ini menjadi dasar iman, yang menjadikan Abraham bisa disebut sebagai “bapa orang beriman”.

Sarah, kandungannya sudah mati. Ia telah berusia sembilan puluh tahun dan tidak mungkin melahirkan anak. Tetapi Allah menyatakan kuasa-Nya sehingga ia bisa melahirkan anak. Ini suatu perwujudan kuasa Allah yang mencipta dari tidak ada menjadi ada, tetap di setiap zaman, sehingga rahim yang tidak mungkin mempunyai anak, bisa melahirkan anak. Dari suatu nihilo menjadi existence. Inilah karya penciptaan dari Tuhan Allah.

Ketika Abraham harus mempersembahkan Ishak, anaknya yang tunggal, di atas gunung, ia percaya penuh bahwa Allah sanggup membangkitkan orang mati sehinggahidup kembali, karena dari anak inilah akan ada keturunan yang dijanjikan Allah, bukan dari anak yang lain. Ketika Abraham harus membunuh anaknya sendiri, di dalam hatinya ada suatu iman yang percaya bahwa Allah sanggup membangkitkan orang yang sudah mati. Itulah kebangkitan yang hanya dimumngkinkan oleh Tuhan Allah.

Di dalam Roma 4:17, dituliskan bahwa yang dipercaya oleh Abraham mempunyai urutan yangbegitu ajaib, yaitu melihat terlebih dahulu Allah yang membangkitkan orang dari kematian, baru melihat Allah yang mencipta dari ketiadaan. Maka di sini kita melihat bahwa Abraham memiliki iman kepada Allah Sang Penebus lebih daripada Allah Sang Pencipta.

Banyak orang yangpercaya Allah ada dan percaya bahwa dunia ini dicipta oleh-Nya, tetapi mereka tidak bisa melanjutkan iman mereka ke dalam wilayah keselamatan, yang mempercayai Allah yang menebus. Tetapi Abraham di dalam iman kepercayaan yang membawa dia sampai mendapat atribut “bapa orang beriman” memiliki titik berat pada Allah yang membangkitkan orang mati menjadi hidup. Di sini kita melihat dan menggabungkan Abraham sebagai kaum Injili yang murni. Ia mempercayai Injil. Ia mengetahui bahwa dari mati kepada kebangkitan dan hidup adalah hal yang dapat dikerjakan oleh Tuhan Allah.

Di dalam kebaktian Jumat Agung, saya mengajak jemaat memikirkan “Pengalihan, Gerak, dan Kuasa Dosa yang mematikan dari Kita ke Kayu Salib”. Ini disebut sebagai mutasi balik. Kita melihat pengalihan dan gerak dari Adam kepada kita adalah “dari dosa kepada dosa”. 

Kita berdosa karena Adam adalah representasi seluruh umat manusia yang terdiri dari darah dan daging. Maka manusia yang diciptakan oleh Allah di dalam Adam, semuanya diciptakan oleh Allah di dalam aliran hidup yang sama; dengan demikian, Adam menjadi wakil kita, dan karena itu status dosa yang diwakili olehnya, diteruskan kepada semua manusia. Itu sebabnya, pengalihan dan gerak status dosa dari Adam kepadakita disebut “dari dosa kepada dosa”.

Ini yang di kenal dalam Teologi Reformed sebagai dosa asal (original sin). Dan dosa asal ini tidak bersangkut paut atau berhubungan langsung dengan hubungan seksual, tetapi merupakan sifat representatif (perwakilan) yang menyebabkan dosa Adam tiba kepada kita masing-masing. Akibatnya, seluruh umat manusia secara status disebut sebagai orang berdosa. Hanya di dalam Kristus mutasi ini bisa dibalik.

Di dalam Kristus selesailah status dosa yang kita terima sebagai keturunan Adam. Ketika kita datang kepada Kristus, yang telah menderita sengsara dan mati di kayu salib untuk menanggung hukuman Tuhan Allah mengganti Saudara dan saya, maka dosa yang menggerakkan kematian pada diri kita ditanggung oleh-Nya. Maka kuasa penggerak yang mematikan kita sekarang berada di dalam diri Yesus Kristus. 

Itu artinya, Dia menanggung dosa kita. Kuasa dosa yang selama ini membawa kita kepada kematian, kini dialihkan kepada salib Kristus. Kristus begitu rela menanggung hukuman, menanggung mutasi (gerakan) kuasa dosa yang mematikan diri Saudara dan saya ke dalam diri-Nya sendiri.

Dalam 1 Petrus 2:24 dikatakan bahwa di dalam tubuh-Nya, Kristus telah menanggung dosa kita. Semua tubuh sudah diperalat oleh jiwa yang memberontak menjadi alat atau instrumen kejahatan untuk melawan Tuhan Allah. Tubuh satu-satunya di sepanjang sejarah yang menjadi instrumen untuk menyatakan kebenaran ilahi hanyalah tubuh Yesus Kristus.

Di dalam tubuh kita, kita jatuh; di dalam tubuh kita, kita tercemar; di dalam tubuh kita, kita melampiaskan hawa nafsu; di dalam tubuh kita, kita diperalat oleh setan; di dalam tubuh kita, kita menyerahkan anggota tubuh – tangan, kaki, mata, telinga – menjadi budak ketidak-adilan. Yesus Kristus memiliki tubuh yang dari ujung rambut sampai telapak kaki, seluruhnya taat kepada Tuhan Allah yang mengutus Dia. Yesus Kristus menjadi Adam yang kedua atau Adam yang terakhir untuk mewakili Saudara dan saya, agar menyatakan ketaatan total di hadapan Tuhan Allah.

Kita telah membicarakan ketaatan Kristus di hadapan Tuhan Allah sebagai sumber ketaatan-ketaatan yang lain. Adam, sebagai manusia pertama, telah memberontak kepada Tuhan Allah, sehingga menjadi manusia pertama yang berdosa. Dan dosanya diperhitungkan kepada kita sebab dia adalah wakil kita. 

Demikian pula Kristus, sebagai perwakilan yang kedua, ketaatan-Nya diperhitungkan kepada kita masing-masing, jika kita beriman kepada Dia. Ketaatan Kristus akan berlaku dan diakui oleh Tuhan Allah sebagai suatu kebajikan yang kita terima. Di dalam iman kepada Kristus, ketaatan Kristus kepada Allah sebagai wakil kita masing-masing menyebabkan kita diperkenan oleh Tuhan Allah.

Maka kita telah melihat yang pertama adalah “dari dosa kepada dosa” (from sin to sin) atau “dari ketidak-taatan menuju ketidak-taatan” (from disobedience to disobendience) dankemudian kita melihat “dari ketaatan kepada ketaatan” (from obedience to obedience) sebagai suatu mutasi di dalam Kristus. Kristus menjadi representasi kita di hadapan Allah. Di dalam Roma 3, kita melihat bahwa dari yang disebut sebagai “dari ketaatan kepada ketaatan” inilah kita mengenal pengertian “dari iman kepada iman”.

(2). PARADOKS IMAN : DARI IMAN KEPADA IMAN.

Dari Roma 4:25 kita melihat bahwa karya Kristus dibagi menjadi dua bagian: (1) diserahkan karena pelanggaran kita; dan (2) dibangkitkan oleh Tuhan Allah karena pembenaran kita. Di sini Kristus secara aktif menaklukkan diri-Nya kepada rencana Allah, dan secara pasif menyerahkan diri-Nya untuk ditawan dan digantung di kayu salib menjadi penebus manusia. Ini merupakan suatu paradoks yang sangat besar.

Dengan dibunuhnya Tuhan Yesus di kayu salib, manusia berpikr bahwa mereka sudah menang. Mereka berhasil menangkap Tuhan Yesus dan mereka merasa telah berhasil memakukan dan membunuh Yesus. Tetapi di fase rohani yang lain, yang hanya bisa dimengerti oleh orang-orang yang percaya kepada Yesus, bahwa jika Yesus tidak rela menyerahkan nyawa-Nya, pasti tidak ada seorang pun yang bisa merebutnya dari tangan-Nya. Tetapi kalimat ini ditambah dengan penegasan bahwa jika Yesus telah rela menyerahkan nyawa-Nya, maka Ia pun berhak untuk menerimanya kembali. Allah adalah inisiator segala sesuatu.

Ia tidak pernah bersifat pasif. Ia aktif. Tetapi ketika Allah menyatakan diri dalam keadaan yang sepertinya pasif, maka di dalamnya terkandung suatu sifat paradoks yang luar biasa dalamnya. Sifat paradoks ini perlu kita mengerti dengan benar.

Pada saat Tuhan Yesus ditangkap, mereka pikir mereka menang. Tetapi jangan berpikir bahwa mereka telah sukses. Ketika mereka berhasil membunuh Tuhan Yesus, jangan berpikir bahwa mereka telah berhasil mencapai tujuan mereka. 

Ketika orang Farisi merasa menang, karena saingan agama mereka telah berhasil dipakukan di kayu salib, mereka tidak mengetahjui apa yang sesungguhnya sedang terjadi di belakang layar. Suatu drama kosmis(the cosmic drama) yang sedang berlangsung selalu menyatakan sesuatu yang berbeda dari fenomena dunia (worldly phenomenon). Drama kosmis di belakang layar selalu menyatakan kehendak Allah, sementara fenomena dunia hanya menampilkan kemauan manusia belaka.

Ketika Tuhan Yesus dipaku di kayu salib, orang berpikir bahwa Ia telah kalah dan tidak berdaya untuk melepaskan diri dari tangan manusia berdosa. Tetapi Alkitab mengatakan kepada kita bahwa yang sebenarnya tidak demikian. Allah telah menetapkan untuk meremukkan Dia, dan Yesus Kristus mengatakan bahwa Ia datang untuk menggenapkan rencana Bapa. Di sini kita melihat bahwa Allah Bapa berinisiatif dan Allah Anak juga berinisiatif. 

Seorang hamba Tuhan, Pendeta H.F.Tan (Tan Hoi Fa), mengatakan bahwa orang-orang Israel dan para pemimpin agama Yahudi merasa mereka sudah “menang”, tetapi tiga hari kemudian, harus ditambah “is” menjadi “menangis”. Mereka tidak tahu bahwa di situlah justru rahasia kemenangan Kristus, melalui kekalahan dan kematian, terjadilah kebangkitan. Ini suatu paradoks besar menuju kepada kesuksesan yang luar biasa. Itu sebabnya Roma 4:25 mengatakan bahwa:

Yesus diserahkan karena pelanggaran kita, dan

Yesus dibangkitkan karena pembenaran kita.

Inilah kalimat paralel yang menjadi syair yang indah luar biasa. Yesus diserahkan (ke dalam kematian) dan dibangkitkan kembali. Yesus diserahkan, sepertinya pasif, tidak berdaya, dan seolah-olah Dia gagal. Itu terjadi justru karena pelanggaran kita. Di dalam Alkitab bahasa Inggris atau Ibrani, kalimat-kalimat yang dipakai untuk melukiskan tentang dosa mempunyai banyak ragam, seperti: pelanggaran, kelalaian, dosa, kesalahan, kecemaran, dsb. Yesus diserahkan karena semua hal itu. Kalimat selanjutnya mengatakan bahwa Yesus dibangkitkan karena pembenaran kita.

[a]. MUTASI IMAN.

Ketika Tuhan Yesus dipaku di kayu salib, Ia sedang menanggung dosa kita, dan kuasa pergerakan dosa yang membawa kematian sedang ditimpakan kepada-Nya. Ia mati untuk pelanggaran kita. Mengapa dibutuhkan pengalihan seperti ini? Karena penghakiman Allah tidak mungkin ditanggung oleh siapa pun kecuali kuasa Allah sendiri yang bisa menanggung penghakiman Allah sendiri. 

Keadilan manusia tidak ada yang sanggup atau cukup untuk disesuaikan dengan tuntutan keadilan Allah dalam menutupi pelanggaran dosa manusia. Ini ajaran tentang pemuasan tuntutan keadilan Allah yang diungkapkan dengan begitu indah oleh Anselmus, seorang bapa Gereja abad pertengahan.

Kita memang tidak menerima semua pikiran Anselmus, tetapi salah satu pemikirannya yang sedemikian unggul adalah ia telah melihat dari ayat-ayat Alkitab bahwa Allah yang suci tidak bisa bertoleransi dengan dosa. Allah yang maha-adil harus menuntut keadilan terhadap setiap pelanggaran. Allah yang merupakan Hakim Tertinggi harus menghukum setiap dosa di mana pun itu terjadi. Itu sebabnya, di manakah tempat untuk melunaskan penghakiman Allah yang sedemikian dahsyat? Di manakah tempat untuk memuaskan tuntutan keadilan Allah tersebut? Satu-satunya hanyalah di atas kayu salib.

Pada saat Tuhan Yesus Kristus dipaku di atas kayu salib, Dia sedang menggantikan Saudara dan saya. Dia menggantikan orang-orang yang telah memberontak terhadap Tuhan Allah dan telah berada di bawah kutuk hukum Allah dan harus menerima penghakiman dari Yang Mahatinggi. Dia diceraikan, dibuang, dan dipisahkan oleh Allah dari Allah. 

Di saat itulah Ia berseru dengan nyaring: “Allah-Ku, Allah-Ku, mengapa Engkau meninggalkan Aku?” (Matius 27:46). Jawabannya adalah: karena dosa kita ada pada Yesus Kristus. Dosa kita telah ditanggungkan ke atas-Nya, sehingga Allah pun harus berpaling dari Anak-Nya yang terkasih. Tidak ada hal istimewa! Bukan karena Yesus adalah Anak Allah, maka Ia boleh dan berhak berdosa.

Maka, Saudara jangan pernah sekali-kali berpikir bahwa karena Saudara adalah orang Kristen yang sudah lama, atau majelis gereja, atau hamba Tuhan sekalipun, maka Saudara mempunyai hak istimewa untuk boleh berbuat sembarangan dengan Tuhan Allah. Atau berharap mendapatkan uang lebih banyak dari Tuhan Allah. Tidak ada hak istimewa di hadapan Tuhan Allah. Saat ini, gereja banyak dirusak oleh orang-orang yang menyalah-gunakan hak istimewa yang mereka anggap ada pada mereka.

Gereja dirusak karena orang Kristen sendiri tidak menjalankan prinsip keadilan dari Tujan Allah. Prinsip ini dengan jelas menyatakan bahwa sekalipun Tuhan Yesus Kristus adalah Anak, Ia tetap tidak mendapatkan tak istimewa. Ia tetap harus menderita, belajar taat, bahkan taat sampai mati di kayu salib, baru Ia menjadi sempurna. Ia tidak diberi hak istimewa.

Saat Kristus menerima penghakiman karena menanggung dosa Saudara dan saya, itu merupakan hal yang sangat menakutkan. Menakutkan karena itu merupakan gambaran neraka yang kita lihat di atas Golgota. Pengertian Teologi Reformed berbeda dari pengertian Teologi Lutheran dan Katolik. Lutheran dan Katolik mempunyai pandangan yang mirip dalam hal ini.

Mereka berpandangan bahwa selama tiga hari Tuhan Yesus mati, sebelum Dia bangkit, Ia pergi ke akhirat, tempat orang-orang yang sudah mati, untuk mengumumkan momen atau peristiwa yang sudah dinanti-nantikan di dalam Perjanjian Lama, menurut apa yang dijanjikan Tuhan melalui para nabi. Maka kerygma kemenangan itu diumumkan di sana dan dibawa oleh orang-orang itu ke sorga kelak. Saya rasa pandangan dan pengertian ini mempunyai nilai yang luar biasa, dan kita harus menghargainya.

Tetapi Teologi Reformed melihat hal ini jauh lebih mendalam, yaitu pada waktu Yesus dipaku di kayu salib, saat itu Ia sudah direndahkan, sehingga kita sudah melihat keadaan neraka di kayu salib. Apa artinya neraka? Neraka berarti dipisahkan dari Allah untuk selama-lamanya. Neraka berarti terlepas dari Sumber Hidup dan selama-lamanya berada di bawah hukuman Allah. Di Golgota, melalui teriakan Yesus, kita melihat gambaran neraka yang sangat jelas. “Allah-Ku, Allah-Ku, mengapa Engkau meninggalkan Aku?”

Inilah teriakan dari Allah Anak, yang secara substansi adalah Oknum Kedua Allah Tritunggal, harus dipisahkan secara demikian dari Allah Bapa, apalagi Saudara dan saya. Adakah hal yang membuat Saudara berhak mendapatkan hak istimewa? Apakah karena Saudara anak pendeta atau Saudara seorang majelis yang berjasa besar dalam gereja, maka Saudara berhak mendapatkan hak istimewa dan boleh berbuat sembarangan? Jawabnya: Sekali-kali tidak!

Anak Allah yang tunggal, pada saat harus menanggung dosa Saudara dan saya, harus dibuang dari hadapan Allah Bapa. Keadilan Allah dan tuntutan penghakiman Allah baru selesai ketika Yesus mati menanggung dosa manusia. Alkitab mengatakan bahwa Dia diserahkan karena pelanggaran-pelanggaran kita. Jikalau kita tidak cinta Tuhan, maka patutlah kita dijatuhi kutukan. Tetapi jika kita cinta Tuhan, maka kita dikenal oleh Tuhan dan mendapatkan penebusan.

Allangkah besar perbedaan antara orang yangmengenal cinta Tuhan dan mereka yang tidak mencintai Tuhan. Alangkah besar perbedaan antara mereka yang sudah mengerti dan mencintai Tuhan dengan mereka yang tidak. Kasih kepada Kristus tidak terlepas dari pengertian Saudara terhadap pengorbanan Kristus yang telah diserahkan untuk pelanggaran-pelanggaran kita.

[b]. MUTASI PEMBENARAN.

“Ia bangkit untuk pembenaran kita”. Di sini kita melihat satu topik yang sangat penting, yaitu mutasi keadilan Kristus kepada kita. Tepat seperti yang dikatakan oleh Martin Luther: “I pit my sin and the burden of sins on the cross and from the cross God gives me righteousness.” (Aku meletakkan dosaku dan semua beban dosaku ke atas salib, dan dari salib Allah memberikan pembenaran kepadaku). Di sini mutasi pembenaran dari Kristus kepada kita, telah menjadi fakta.

Jikalau Adam berdosa, maka semua yang berada di bawah perwakilannya juga akan berdosa sebagai akibat dia memiliki status sebagai wakil (representasi) seluruh umat manusia. Demikian juga ketika Kristus taat, semua orang yang berada di dalam Kristus juga memiliki status yang taat, karena Kristus juga memiliki status sebagai wakil (representasi) seluruh umat-Nya. Puji Tuhan.

Inilah yang diberitakan oleh Alkitab. Inilah rahasia yang bisa kita mengerti dan terima hanya dari Alkitab, yaitu sebagaimana Adam tidak taat, maka semua yang berada di dalam Adam diperhitungkan sebagai anak durhaka yang murtad. Demikian juga, karena Kristus taat mutlak, maka semua yang berada di dalam Kristus disebut anak ketaatan di hadapan Tuhan Allah.

Tidak ada konsep di dalam agama atau etika manusia, atau bahkan budaya apa pun yang mampu menggenapkan hal ini. Ini juga tidakmungkin digenapkan oleh filsafat, oleh politik, bahkan oleh pendidikan, atau oleh apa pun yang ada di dalamkebudayaan manusia. Yesus Kristus satu-satunya representasi, karena kebangkitan-Nya membuktikan bahwa Dia sudah memenuhi seluruh tuntutan hukum Allah dengan sempurna.

Dia satu-satunya penangggung dosa manusia. Dia sudah selesai berperang dengan dosa. Dia sudah selesai melunaskan hutang dosa. Dia juga sudah selesai mematahkan kuasa kegelapan, dan menjauhkan serta menghentikan murka Tuhan Allah kepada umat-Nya. Inilah Pendamaian. Inilah rekonsiliasi. Dan di dalam teologi, ini disebut sebagai propisiasi.

Apakah propisiasi itu? Propisiasi paling sedikit memiliki dua arti, yaitu: (1) menghentikan murka Allah; dan dengan sendirinya (2) meng-hentikan kita dari jalan kebinasaan. Dengan menghentikan kita dari murka Allah, manusia tidakperlu terus menuju kepada kebinasaan, tidak menuju ke neraka. Kekuatan propisiasi hanya berada di dalam Yesus Kristus. Karena Dia telah menanggung dosa, maka Ia telah menerima hukuman yang sepatutnya diterima oleh Saudara dan saya, menggantikan status Saudara dan saya.

Dan kini Ia menghentikan kemarahan Tuhan, dan membawa kita kembali kepada Tuhan. Jika kita bisa mengerti dengan baik, topik ini harus kita pegang menjadi landasan iman kita yang kokoh. Injil yang sejati seringkali diselewengkan. Banyak orang membangun iman dengan segala hal yang duniawi, seperti kemakmuran, kesuksesan, kenikmatan, dan lain-lain. Iman kita justru dibangun di atas karya Kristus, yang di dalamnya terkandung rencana Allah yang sedemikian limpah.

Karena kebangkitan Kristus kita diberi kebenaran. Pembenaran itu hanya dilakukan melaluikebangkitan. Di sini kita melihat satu kebenaran, yaitu Kristus bukan hanya menjadi teladan kjita yang terbesar melalui pengorbanan-Nya. Kristus juga bukan sekadar menjadi teladan kita yang terbaik dibandingkan dengan semua tokoh filsafat dan pendiri agama. Tetapi Dia juga betul-betul menang atas kuasa dosa.

Tidak mungkin ada ajaran yang seagung ini. Tidak mungkin kita menjatuhkan prinsip Alkitab ini untuk berkompromi dengan semua pikiran dan agama dunia. Ada keunikan dan ada finalitas yang tertinggi pada diri-Nya, yang tak mungkin tertandingi oleh siapa pun yang pernah dan yang akan lahir di dunia ini. Tidak ada agama yang pernah mengajarkan kemenangan atas kematian. Agama tidak mengajarkan adanya kebangkitan bagi semua orang yang terhisap di dalam kuasa kematian., dan yang melaluinya mereka boleh dibenarkan. Semua itu hanya ada di dalam Yesus Kristus.

[c]. MUTASI KEHIDUPAN.

Yesus mati karena pelanggaran kita dan Yesus bangkit karena pembenaran kita. Untukmendalami topik ini kita perlu melihat Roma 3:22, “Karena iman kepada Kristus, maka keadilan Allah telah dikaruniakan kepada mereka yang percaya (beriman).” Di dalam satu ayat ini, kata “iman” dipergunakan dua kali (satu kali diterjemahkan sebagai “iman” dan satu kali diterjemahkan sebagai ”percaya”). Seolah-olah terlalu berlebihan. Allah memberikan kebenaran kepada mereka yang beriman kepada Kristus, dan pengertian ini sepertinya diulang dua kali. Pengertian dari ayat ini sebenarnya merupakan pendalaman dan perluasan dari Roma 1:17, “dari iman kepada iman”.

Iman yang kita arahkan kepada iman Kristus, yang telahmembenarkan kita, mengakibatkan timbulnya iman kepercayaan yang sejati di dalam diri kita masing-masing. Jikalau ketaatan Kristus menjadi sumber ketaatan dan merupakan peresmian ketaatan semua orang yang ada di dalam Kristus, maka iman Kristus juga menjadi dasar dan sumber iman bagi semua yang ada di dalam Kristus.

Perhatikanlah kalimat ini: “Saya percaya bahwa jikalau saya percaya kepada Yesus Kristus, saya akan diselamatkan.” Di dalam kalimat ini kata “percaya” keluar dua kali. Ini artinya, jikalau saya percaya, kepercayaan ini diarahkan pada iman kita dalam Kristus, maka kita akan diselamatklan. Kepercayaan kepada sistem kepercayaan ini, merupakan tanggung jawab kita masing-masing. Ketika kita taat kepada Kristus, kita taat kepada Roh Kudus, maka kita di selamatkan.

Konsep ”dari iman kepada iman” (from faith to faith), yaitu kita beriman kepada suatu kepercayaan yang benar di dalam Kristus, harus dibedakan dari konsep “beriman ke dalam iman”(faith ini faith), yaitu kita mempercayai apa yang kita sendiri yakini, seperti “saya beriman bahwa saya akan kaya”. “Saya akan kaya” adalah suatukeyakinan diri dan bukan keyakinan pada ketaatan Kristus. Ini yang dikenal sebagai Faith Movement (Gerakan Iman), di mana kita diajar untuk beriman kepada keyakinan diri kita sendiri. Iman Kristen yang sejati mengajar kita untuk taat kepada kehendak Kristus, dengan menyangkal diri kita sendiri.

Ketika Roh Kudus menyodorkan keselamatan kepada kita, janganlah kita menolak. Jikalau Roh Kudus bekerja menggerakkan hati kita, biarlah kita melembutkan hati kita, bagaikan tanah yang sudah dibajak, yang siap menerima benih yang ditanam di dalamnya. Ketika Roh Kudus berkata-kata di dalam hati kita, hendaknya kita tidak mengeraskan hati dan mengatakan “tidak” kepada-Nya. Inilah artinya kita beriman kepada iman yang muncul di dalam Kristus. Seluruh Alkitab secara konsisten memberikan kebenaran iman ini kepada kita.

Walaupun orangIsrael disebut sebagai orang beriman, namun kita melihat mereka justru mengeraskan hati dan tidakmau beriman kepada sistem iman yang telah Tuhan tanamkan di dalam hati mereka. Di dalam Roma 2 dikatakan, bahwa orang Israel mempunyai kelebihan yang khusus, yaitu kepada mereka diberikan sistem iman yang kudus. Sistem iman sudah diberikan kepada orang Israel dan sistem kepercayaan sudah dikaruniakan ke dalam diri mereka. Tetapi mereka tidak mau percaya dan tidak mau taat pada sistem kepercayaan ini. Inilah yang disebut sebagai mengeraskan hati dan tidakmau taat kepada gerakan Roh Kudus.

Di dalam Surat Ibrani dikatakan, “Pada hari ini, jika kamu mendengar suara Tuhan, janganlah mengeraskan hati.” Berarti kepercayaan kepada sistem kepercayaan ini, dan iman kepada sistem iman ini, adalah “iman kepada iman” yang dibicarakan di dalam Roma 4 ini. Puji Tuhan!

“Dari iman kepada iman” bukan sekadar perjalanan kepercayaan atau kehidupan saja, melainkan juga mutasi dosa dan keadilan. Dari iman kepada iman Kristus, menjadikan iman kita sedemikian kokoh, karena bersumber pada induk iman yang kokoh. Ketaatan kita pun boleh disandarkan pada ketaatan Kristus kepada Bapa. Iman di dalam Kristus merupakan sistem iman yang saya percaya, dan inilah iman yang sesungguhnya di mana manusia boleh diselamatkan.

Dalam ungkapan Martin Luther, pengertian “iman di dalam iman” ini disebut sebagai “penerimaan terhadap penerimaan” (the acceptance of the acceptance). Ini merupakan suatu konsep yangbegitu dalam dari iman Kristen, di mana kita menerima penerimaan Allah. Kita percaya dan kita mau menerima apa yang Allah telah lakukan terlebih dahulu bagi kita, yaitu Ia mau menerima kita. Pertama kali membaca buku Martin Luther, saya sangat mengagumi pikirannya yang luar biasa ini.

Begitu banyak aspek agung dan mendalam yang diungkapkannya. Ia juga mengungkapkan konsep “The Hiddenness of God” (Ketersembunyian Allah), yang tidak banyak dikupas oleh para teolog Kristen. Sistem pemikiran Martin Luther begitu jelas. Ia mengungkapkan “penerimaan terhadap penerimaan” suatu konsep ganda di dalam penerimaan, juga “iman terhadap iman” yang merupakan konsep ganda di dalam mengerti iman Kristen, dan termasuk juga “ketaatan terhadap ketaatan”.

Apa pengertian “penerimaan terhadap penerimaan”yang sesunguhnya? Martin Luther berkata bahwa orang-orang yang percaya dan menerima Yesus Kristus, adalah orang-orang yang terlebih dahulu menerima sesuatu, yaitu “menerima bahwa kita sudah diterima oleh Allah”. Saya sebenarnya adalah orang yang sudah melarikan diri dari Allah, tetapi Allah mau menerima saya. Saya sebenarnya adalah orang yang sudah sedemikian rusak, tetapi Tuhan tetap mau menerima saya. Saya sebenarnya orang yang sedemikian remeh dan hina, tetapi Tuhan masih mau menerima dan menghargai saya. Saya begitu najis, saya begitu murtad, Ia masih mau mencari dan menyelamatkan saya. Saya begitu jahat dan saya begitu memberontak, tetapi Tuhan bahkan rela mengorbankan Anak-Nya yang tunggal untuk disalib menebus dosa saya. Saya sulit sekali menerima sistem kepercayaan seperti ini. Saya sulit mengerti ada penerimaan yang sedemikian luar biasa. 

Salah satu alasan mengapa orang-orang tidak menerima Tuhan ialah karena mereka sulit menerima sitem yang diterapkan oleh Tuhan ini. Sistem iman yang Tuhan tetapkan adalah sistem iman yang tidaklagi memakai sistem jasa manusia, tetapi memakai iman. Inilah sistem dari Tuhan Allah. Inilah sistem iman yang harus kita percayai. Semua yang dikerjakan oleh Tuhan Allah, seringkali dianggap tidak masuk akal oleh manusia. Semua yang dikerjakan oleh Tuhan Allah juga seringkali dianggap anti-intelektual.

Sulit bagi kita untukbisa percaya bahwa ada seorang yang sudah tua renta masihbisa mempunyai anak. Kita juga sulit percaya kalau ada seorang gadis yang masih perawan bisa melahirkan anak. Kita tidak bisa percaya ada orang yang sudah mati tiga hari bisa bangkit. Ini semua sistem yang dikerjakan oleh Tuhan Allah, yang supra-rasional dan supra-empirikal (melampaui akal dan melampaui semua pengalaman). Ini merupakan pekerjaan yang supra-eksperimental dan supra-intelektual. Pada saat kita mengatakan: “Tuhan, saya percaya kepada sistem yang Engkau berikan kepadaku”, kepercayaan ini dimengerti sebagai “dari iman kepada iman”

Saya sangat berharap Saudara bisa mengerti rahasia besar dari kebenaran firman Tuhan ini, dan Saudara berada di dalam prinsip-prinsip yang paling dasar dari Alkitab, sehingga Saudara bisa mengembalikan Kekristenan kepada Alkitab. 

Selama berpuluh-puluh tahun saya melayani, seringkali saya merasa kecewa melihat begitu banyak orang yang dikacaukan oleh berbagai ajaran. Tetapi saya berharap di usia tua saya, saya masih boleh melihat ada sekelompok orang yang mau belajar, mau setia, dan mau bersungguh-sungguh mengembalikan Kekristenan kepada kebenaran Firman Tuhan. Saya boleh melihat orang-orang yang mau berjuang keras dengan segenap hati untuk hidup “dari iman kepada iman”. Saya sendiri telah memakai waktu lebih dari sepuluh tahun untuk memikirkan ayat yang sangat penting ini.

Sistem kepercayaan yang diberikan oleh Allah melampaui semua dalil dan sistem iman yang ada di dalam dunia. Sistem kepercayaan ini dianggap melawan pikiran manusia, tetapi sebenarnya merupakan sistem kepercayaan yang melampaui dan berada di luar kapasitas pikiran manusia.

Sekitar 350 tahun yang lalu di Inggris, John Locke (1632-1704), mengatakan bahwa kita harus membedakan antara tiga kategori pemikiran, yaitu : 

(1) hal-hal yang rasional; 

(2) kontra-rasional (irrasional); dan 

(3) yang supra-rasional. 

Ada hal-hal yang supra-rasional, yang melampaui rasio manusia. Dan pada saat berhadapan dengan hal-hal demikian, manusia seringkali beranggapan bahwa dirinya begitu hebat, bahkan paling hebat, sehingga mencampur-adukkan antara yang supra-rasional dan yang irrasional. Saya tidak berani berbuat demikian. Saya hanya bisa mengatakan: “Tuhan, jikalau otak dan kemampuan rasio saya sangat terbatas, saya mau dengan iman menjangkau hal-hal yang melampaui rasio saya. Saya mau menyetujui sistem iman-Mu yang melampaui rasioku.”

Saya percaya penuh, Yesus Kristus betul-betul mati untuk menebus dosa kita, dan Yesus Kristus betul-betul bangkit untuk pembenaran kita. Yesus Kristus memberikan kepada kita kemungkinan yang dianggap tidak mungkin oleh manusia, yaitu melalui kebangkitan-Nya, Ia mengalahkan kematian. Jika di atas kita telah membahas bahwa di atas kayu salib, dosa – yang menggerakkan kematian di dalam diri kita – telah dialihkan kepada Kristus, maka itu adalah pekerjaan Roh Kudus. Dan kini Roh Kudus, yang telah membangkitkan Kristus, boleh mengalihkan kebenaran – yang hanya berada di dalam Allah dan di dalam Kristus tersebut – kepada Saudara dan saya. Oleh karena iman, kini kita dibenarkan.

Oleh karena iman inilah, saya dan Saudara telah diterima oleh Allah. Itu bukan karena kebaikan kita, karena kalau hal itu dituntut dari kita, maka kita semua akan masuk ke neraka, karena tidak ada seorang pun dari kita yang cukup syarat untuk memenuhi tuntutan keadilan dan kebaikan Allah. Tuntutan keadilan Allah diberikan kepada kita, melalui Yesus yang mati. Dan di dalam Dia kita diberikan kebenaran, yang dimutasikan kepada kita. Dengan demikian Kristus telah mewakili diri kita, dengan ketaatan-Nya yang mutlak kita boleh menerima ketaatan yang demikian.

Pada suatu ketika, saya pernah mendengarkan suatu khotbah. Penginjil atau pengkhotbah itu melontarkan satu pertanyaan kepada jemaat, dan kini pertanyaan itu akan saya lontarkan kembali kepada Saudara: “Seseorang ada di ladang, dan tiba-tiba ia melihat angin yang keras meniup ke arah dirinya, dan ternyata ladang itu telah terbakar di bagian belakangnya. Jika tidak ada sesuatu yang terjadi, maka dalam waktu yang singkat ia akan terbakar karena terkepung oleh api di ladang tersebut. Bagaimanapun cepatnya ia berusaha berlari, tidak mungkin ia bisa lari lebih cepat dari tiupan angin tersebut. 

Apa yang harus dilakukannya?” Saat itu saya cukup terkesan dengan cerita atau pertanyaan itu. Setelah beberapa menit, tidak ada jemaat yang menjawab, ia memberitahukan jawabannya: orang itu harus cepat-cepat membakar ladang di depannya. Karena tiupan angin yang keras, maka api didepannya itu akan cepat berjalan ke depan, dan dengan demikian, ia bisa berlari menginjak ladang yang telah hangus terbakar, mengikuti api yang berjalan cepat ke depan, sampai ia lolos dari kepungan api tersebut. Saya kagum pada penginjil yang pandai ini. 

Kalau api itu sudah membakar habis bagian di depan orang itu, maka tidak ada yang bisa terbakar lagi, sehingga orang itu bisa selamat berdiri di bekas tempat yang terbakar tadi. Dan juga api yang dibelakangnya akan berhenti sampai di tempat yang sudah terbakar itu, karena memang tidak ada lagi yang bisa terbakar.

Demikianlah cara Tuhan menyelamatkan Saudara dan saya. Jika kita berada di wilayah ladang yang subur yang sedang terbakar itu, di wilayah dosa, di wilayah Adam, maka akhirnya Saudara akan mati. Tetapi jika Saudara masuk ke dalam wilayah Kristus yang sudah diadili, sudah dihukum, dan sudah dimatikan; jika Saudara menginjakkan kaki Saudara di sana, maka Saudara akan selamat. Kita bisa selamat, karena Kristus sudah pernah mati bagi kita. Kristus sudah diadili menurut penghakiman Allah yang paling keras, sehingga Ia sah menanggung dosa kita. Oleh karena itu, tenanglah kita yang ada di dalam Kristus. Pada waktu api itu tiba, kita bisa tetap tenang, karena Kristus sudah pernah diadili. Puji Tuhan!

Saya sangat bersyukur kepada Tuhan, karena sejak kecil saya sudah mengikuti kebaktian-kebaktian yang penting. Sekalipun saya belum bisa mengerti sepenuhnya, saya tidak berjalan-jalan atau ribut di dalam kebaktian. Saya berusaha duduk dengan tenang dan mendengarkan firman. Itu menyebabkan saya boleh mendapatkan pelajaran dan api dari para pengkhotbah dan penginjil, seperti John Sung, Andrew Gih, dan pengklhotbah-pengkhotbah lain, yang pernah saya dengar khotbahnya. 

Saat ini banyakpemuda-pemudi yang pandai, mempunyai pengetahuan teologi yang banyak, mempunyai gelar yang tinggi, tetapi tidak memiliki api Roh Kudus yang boleh memimpin zaman.
Kita harus mengerti bahwa ada mutasi, pengalihan kebenaran dari Kristus, yang diberikan kepada Saudara dan saya, ketika kita beriman di dalam Kristus (Roma 3:22).

(3). IMAN KEKAL DI DALAM KRISTUS.

Kini kita akan masuk ke dalam pergumuilan yang seringkali dipertanyakan kepada orang percaya. Dalam hal ini, sebagai seorang Reformed, kita harus memposisikan diri bukan sebagai seorang rasionalis, tetapi kita harus tetap bersikap rasional.

Jika Kristus sudah menanggung doisa kita dan dihukum di kayu salib, bagaimana Ia bisa kemudian menjadi suci kembali dan diselamatkan?

Pertanyaan ini pernah dilontarkan kepada saya pada tanun 1965 oleh seorang anak berusia sebelas tahun. Anak ini melihat bahwa Yesus sudah menanggung semua dosa kita, sehingga dosa setiap orang dipindahkan kepada Yesus. Setiap tahun, setiap waktu, dosa orang-orang percaya ditimpakan kepada Yesus, Itu berarti sekian lama, semakinbanyak dosa yang ditanggung oleh Yesus. Lalu, kapan dan bagaimana Yesus bisa suci kembali? Saya pikir, anak ini sangat luar biasa. Mungkin banyak orang yang sudah berpuluh-puluh tahun menjadi majelis gereja, tidak bisa menjawab pertanyaan seperti ini, bahkan tidak pernah bisa berpikir demikian. Itu sebabnya, banyak orang menghina Kekristenan, dan menganggap Kekristenan sedemikian dangkal, sehingga kalau diberikan pertanyaan-pertanyaan yang sedikit sulit kekristenan akan terbungkam.

Saya sangat bersyukur untuk adanya anak-anak seperti ini, dan saya tahu kalau Alkitab terkadang tidak memberikan kepada kita cukup jawaban, sementara ada anak-anak kecil yang begitu tajam memikirkan pertanyaan teologis dengan motivasi yang murni. Saya menjawab dia denganmenanyakan apakah ia tahu “angka tak terhingga” (∞). Dia menjawab bahwa dia kurang mendalami, tetapi dia tahu adanya angka itu dari kakaknya. 

Lalu saya bertanya: “Kalau 1+1+1+1+....hasilnya berapa?” Dia menjawab: “Banyak satu.” “Dan kalau seribu ditambah seribu ditambah seribu.....jadi berapa?” Dia menjawab: “Banyak ribu”. Saya bertanya lagi: “Kalau yang terbatas ini ditambah terus, bisakah menjadi tidak terbatas?” Dia menjawab: “Tidak bisa, kecuali yang terbatas itu ditambah yang tidak terbatas, baru bisa menjadi tak terbatas.” 

Kalau terbatas ditambah terbatas ditambah terbatas, hasilnya akan tetap terbatas. Kalau terbatas ditambah terus sampai tak terbatas, baru bisa tak terbatas. Tetapi apakah terbatas bisa terus ditambah tak terbatas? Dia menjawab bahwa dia tidak tahu. Lalu saya tanya, apakah yang tidak terbatas itu ada? Dia juga jawab tidak tahu. Namun, dia mengatakan, tanda angkanya itu ada, yaitu seperti angka delapan yang diputar itu (∞). Jika berpuluh-puluh juta ditambah berpuluh-puluh juta dan ditambah terus apakah bisa menjadi tidak terbatas? Jawabnya: “Tidakl mungkin”. Yang terbatas, bagaimanapun juga tetap terbatas, yang tidak terbatas tetap tidak terbatas.

Pada saat berusia delapan tahun, saya pernah berpikir, sebenarnya seberapa besarkah alam semsta ini? Kalau diukur pakai meteran, berapa panjangnya? Lalu saya berpikir, kalau pakai pesawat, saya membawa meteran, maka apakah suatu saat saya akan sampai di pojok atau di titik akhir? Kalau memang suatu saat saya terbentur di ujung, berapa jaraknya? Apakah alam semesta ini ada ujungnya? Kalau ada ujungnya, lalu kalau pesawat itu menerobos, menerobos ke mana? Dan batas itu dibuat dari apa? Apakah dari karton, atau kertas, atau dari semen atau besi. Dari sejak kecil saya sangat ingin mengetahui semua itu.

Kalau kita mengatakan bahwa alam semsta ini tidak ada batasnya, mengapa bisa diukur. Kalau bisa diukur, berarti ada batasnya. Tetapi kalau ada batasnya, di mana batas itu? Kalau menerobos batas, batas itu apa dan di luar batas itu ada apa? Dulu saya kira, kalau saya besar dan pandai nanti, maka saya akan mengerti. Tetapi ternyata sampai sekarang, saya tetap tidak bisa mengerti. Dan kini, saya mendapat pertanyaan dari anak kecil berusia sebelas tahun, yang juga sedemikian tajam. Jikalau Yesus menanggung dosa begitu banyak orang, bagaimana Yesus bisa selamat? Kapan dan bagaimana bisa Dia disucikan?

Jawaban seperti ini harus kita temukan kembali di dalam Alkitab. Mungkin kita akan bertanya, di mana ada ayat yang bisa menjawab pertanyaan demikian? Masalahnya, ketika kita membaca Alkitab, seringkali kita tidak berdoa dan minta hikmat Tuhan. Kita baru membaca Alkitab sedikit, namun bukannya mempelajarinya dengan lebih teliti dan sungguh-sungguh, kita justru berhenti membaca lalu banyak mendengarkan cerita-berita dari kaset yang berisi kesaksian-kesaksian yang tidak keruan, yang membuat iman kita kacau. Justru kaset-kaset seperti itu yang diulang-ulang, sehingga pikiran kita dipenuhi dongeng-dongeng manusia.

Kiranya kita mulai mengerti dua hal ini: (1) Yang tidak terbatas, dibagi berapa pun besarnya angka yang terbatas, hasilnya tetap tidak terbatas. (2) Yang tidak terbatas, dikurangi berapa pun besarnya angka yang terbatas, hasilnya tetap tidak terbatas. Jadi, kekekalan ketika dikurangi berjuta-juta, tetap adalah kekekalan, tidak pernah terjadi perubahan apa pun dalam dirinya. Dan kekekalan dibagi berjuta-juta-juta-juta berapa pun juga, tetap adalah kekekalan. Inilah ketidak-terbatasan (infinity).

Maka kini, ketika kita membicarakan tentang Yesus Kristus, yang harus kita bicarakan bukan sekadar berapa banyak sengsara-Nya, berapa banyak luka-Nya, berapa banyak dosa yang harus ditanggung-Nya. Tetapi yang perlu diketahui adalah “siapakah Yesus Kristus,”sehingga Ia bisa menanggung dosa manusia. Untuk ini, kita akan melihat dua bagian ayat Alkitab yang penting.

Yang pertama, ialah 2 Timotius 1:9-10.

“Dialah yang menyelamatkan kita dan memanggil kita dengan panggilan kudus, bukan berdasarkan perbuatan kita, melainkan berdasarkan maksud dan kasih karunia-Nya sendiri, yang telah dikaruniakan kepada kita dalam Kristus Yesus sebelum permulaan zaman dan yang sekarang dinyatakan oleh kedatangan Juruselamat kita Yesus Kristus, yang oleh Injil telah mematahkan kuasa maut dan mendatangkan (menyatakan) hidup yang tidak dapat binasa.”Yesus bukan mendatangkan, tetapi menyatakan hidup yang tidak dapat binasa, hidup yang tidak dapat rusak. Inilah arti kalimat tersebut. Hidup yang kekal adalah hidup yang tak terhingga, hidup yang tidak dapat rusak.

Inilah kualitas hidup Kristus yang dinyatakan melalui kebangkitan-Nya. Kertas yang utuh bisa digunting dan dipisahkan menjadi dua bagian. Tetapi air tidak bisa dipisahklan dengan pisau atau gunting. Ketika kita iris, dia akan tetaputuh kembali. Ketika kita gunting, ia akan kembali lagi. Ini dikarenakan sifat air berbeda dari sifat kertas yang bisa sobek. Jika kita kembali melihat kehidupan, kita juga melihat dua wilayah. Wilayah hidup yang bisa patah, yang bisa berhenti, yang bisa rusak, yang bisa binasa; danyangkedua, wilayah hidup yang tidak bisa habis, yang tidak bisa binasa, yang tidak bisa dipatahkan dan tidak bisa rusak. Inilah wilayah hidup yangkekal dan immortal (tidak bisa rusak atau binasa).

Inilah bedanya Allah dengan semua ciptaan. Ini juga perbedaan hakiki antara Yesus dan semua pemimpin agama, karena semua pemimpin agama adalah ciptaan yang akhirnya harus binasa dan tubuhnya bisa rusak dan habis. Kristus adalah Oknum Kedua dari Allah Tritunggal yang tidak berdosa dan mempunyai sifat hidup yang tidak mungkin rusak, yang datang ke dalam dunia. Itulah sebabnya, ayat ini mempunyai makna yang begitu dalam, yaitu setelah mematahkan kuasa maut, Yesus menyatakan suatu hidup yang tidak dapat rusak, yang tidak dapat binasa.

Bagian kedua dari ayat yang berkenaan dengan hal ini adalah Ibrani 7:15-16.

“Dan hal itu jauh lebih nyata lagi, jikalau ditetapkan seorang imam lain menurut cara Melkisedek, yang menjadi imam bukan berdasarkan peraturan-peraturan manusia, tetapi berdasarkan hidup yang tidak dapat binasa.”

Frasa “berdasarkan hidup yang tidak dapat binasa” juga dapat diartikan “dengan kuasa hidup yang tidak terbatas.” Kuasa hidup yang tak terbatas ini menjadi pembeda antara status keimaman Yesus dan status semua keimaman yang lain. Semua imam keturunan Harun adalah imam-imam yang jabatannya harus dilanjutkan dari yang satu kepada yang lain, karena jabatan itu diputuskan oleh kematian. Seorang imam tidak bisa menjabat terus-menerus, karena ia akan mati, sehingga harus ada orang lain yang melanjutkan jabatan keimaman tersebut.

Tetapi keimaman Yesus Kristus berbeda dengan keimaman Harun, karena berdasarkan peraturan Melkisedek, Ia memiliki status keimaman yang tidak berhenti, yang tidak bisa diputuskan oleh maut. Ini merupakan status keimaman berdasarkan hidup yang tidak dapat binasa, danyang tak terhingga. Tidak terhingga, dikurangi apa pun dan berapa besar pun yang terbatas, hasilnya tetap tak terhingga.

Pada waktu dosa Saudara dan dosa saya ada di dalam Kristus, maka Kristus harus menanggung kuasa dosa yang mematikan jiwa-Nya, karena upah dosa adalah maut. Maka kuasa kematian itu akan menggerogoti hidup Kristus dan mematikan Dia. Maut datang kepada saya karena hidup saya adalah hidup yang terbatas. Pada saat saya digerogoti oleh dosa, maka maut yang adalah upah dosa berlaku atas diri dan hidup saya. Tetapi pada saat upah dosa itu mau menggerogoti hidup Kristus, ia sedang berhadapan dengan hidup yang tidak bisa dikalahkan oleh kebinasaan. 

Ketika Iblis melihat Yesus rela menanggung dosa semua orang, di mana dosa itu akan mengakibatkan kematian Kristus, Iblis sangat bersuka-cita. Namun, apa yang terjadi? Justru melalui semua itu, Yesus Kristus membuktikan bahwa Ia adalah satu-satunya yang tidak bisa mati, karena Ia telah mengalahkan kuasa kematian melalui kebangkitan-Nya. Kristus malah rela menantang dan menerima kuasa kematian, sehingga Ia bisa membuktikan bahwa hidup-Nya mampu mengalahkan kuasa kematian. Itulah Injil.
MUTASI KARYA KRISTUS
Injil yang sejati bukanlah Injil yang mengatakan jika orang mau percaya kepada Yesus, nanti ia sembuh dari penyakitnya; atau kalau orang mau percaya Yesus, nanti ia kan manangundian; atau kalau percaya Yesus nanti ia akan bisa menjadi kaya. Injil yang sejati berbicara tentang pengharapan manusia berdosa untuk mendapatkan pembaruan hidup di dalam Kristus. Ketika kita menyerahkan dosa kita kepada Kristus, maka Ia yangmenanggung hukuman dosa, yaitu maut di dalam diri-Nya akan memberikan kepada kita hidup yang diperbarui. 


Dan pembaruan yang Ia berikan kepada kita ini, di dalamnya terkandung juga keadilan dan kebenaran Allah. Itulah sebabnya, seluruh konspirasi yang berusaha untukmematikan Yesus telah gagal total. Yang tak terbatas tetap tak terbatas, dan yang kekal tetap kekal. Ia adalah Sang Pencipta, dan Ia kekal. Ia pernah betul-betul menanggung sengsara. Ia juga pernah betul-betul tanpa hak istimewa Allah Bapa, harus menanggung penderitaan dan kematian karena dosa manusia, dan Ia pernah betul-betul dibuang oleh Allah di atas kayu salib. Namun akhirnya, di dalam status yang memiliki hidup yang tak berkebinasaan, Ia telah mengalahkan kuasa maut, kuasa dosa, kuasa kegelapan, dan kuasa Iblis.

Dia bangkit kembali. Saudara tidak bisa berkata kepada matahari: “Jangan terbit!” Sebab jika Saudara berkata demikian kepadanya, matahari akan balik bertanya kepada Saudara: “Siapa engkau, dan seberapa besar kuasamu, sehingga engkau bisa mengatur aku agar tidak terbit?” Matahari pasti terbit! Demikian pula kuasa maut, kuasa militer, kuasa dosa, tidak berhak menghentikan Klristus untuk bangkit dari kematian. Dia bangkit untuk memberikan kehidupan. Dia bangkit untukmemberikan kepada manusia pengharapan akan hidup. Sudahkah Saudara menikmati pengharapan yang diberikan kepada Saudara? Amin.

SUMBER :
Nama buku : DARI IMAN KEPADA IMAN (FROM FAITH TO FAITH)
Sub Judul : Bab III : Mutasi Karya Kristus
Penulis : Pdt,. DR. Stephen Tong
Penerbit : Momentum, 2004.
Halaman : 59 – 95.

Next Post Previous Post