EKSEGESIS 1 KORINTUS 14:1-40 (KASIH DAN BAHASA ROH)

EKSGESIS 1 KORINTUS 14:1-40. Dalam bab ini penulis akan menjelaskan tentang study eksegesis berdasarkan struktur teks serta penulisan akan lebih dalam menggali dan menjelaskan bagaimana perspektif Paulus tentang bahasa roh.

Kejarlah Kasih

Bagaimana ini Rasul Paulus mengawalinya dengan kata kejarlah. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia kata “kejarlah” berasal dari kata kerja yang berarti berlari-lari, bersusah payah hendak mencapai. 
EKSEGESIS 1 KORINTUS 14:1-40 (KASIH DAN BAHASA ROH)
Dalam bahasa Yunani, kata “kejarlah” artinya mengejar, berlari, menganiaya, mengusi, mencari. Kata ini dipakai dalam bentuk kata kerja present imperaktif aktif plural, sebagai kata yang menunjukkan, tindakan yang tengah berlangsung. 

Dalam KJV memakai kata pursue yang berarti setelah mengikuti. Dalam NAS memakai kata pursue dengan arti: mengejar kebahagiaan, mengikuti, meneruskan perjalanan. Jadi dengan demikian arti secara harafiah adalah orang kristen yang mengejar kebahagiaan harus memiliki tindakan untuk memiliki kasih.

Teks ini menjelaskan bahwa jika setiap orang kristen berkeinginan untuk bahagia maka ada tindakan yang harus dilakukan yaitu mengejar kasih. Paulus membuka pasal ini dengan frasa “Kejarlah Kasih”, Paulus masih mengaitkan frase ini dengan konteks ini dengan pasal yang sebelumnya. Paulus mnekankan untuk mengejar kasih, sebagai hal yang sangat penting diantara karunia-karunia roh

Kata “kejarlah” merupakan istilah yang lebih kuat dari pada kata “usahakanlah”. Usaha adalah keigatan untuk mengerahkan tenaga, pikiran untuk mencapai suatu maksud sementara kaa kejar adalah susul dengan berlari. Dari pernyataan di atas menunjukkan bahwa mengejar kasih menjadi dasar yang penting dalam sebuah pertobatan dalam karunia roh itu tida selalu menjadi hal yang penting di dalam sebuah pertobatan. 

Evans mengatakan bahwa hal yang harus diingat adalah Paulus menyatakan bahwa hal yang perlu dikejar adalah kasih dan bukan karunia ini dan karunia itu. Dalam konteks ini berkaitan dengan pembahasan Paulus mengenai bahasa roh. Paulus menyarankan supaya setiap jemaat mengejar kasih bukan karunia. Paulus juga mengarahkan jemaat yang ada di Korintus untuk mengenal karunia rohani amna yang harus mereka utamakan. Selama mereka mengejar kasih dan menjadikan sikap kristiani ini sebagai tujuan utama, mereka boleh giat mengejar karunia-karunia rohani dan mendambakannya dalam batas tertentu.

Rasul Paulus berkeinginan supaya setiap jemaat mengejar kasih bukan karunia, kata “kasih” dalam bahasa Yunani agapen (agapen) dari kata dasar agape (agape) dalam bentuk (Non acusatif feminimne singular) kata benda tunggal. Dalam terjemahan KJV memakai kata charity yang berarti kemurahan hati tanpa balas. 

Dalam Perjanjian Baru paling umum digunakan untuk kata kasih agape. Palmer menjelaskan bahwa “Kasih” berarti yang paling tinggi dan paling mulia, terjemahan ini cenderung diambil dari LXX yang menggambarkan kasih Allah kepada manusia dan kasih manusia kepada sesamanya. Jadi dari pernyataan di atas, agape dapat diartikan sebagai kata yang digunakan untuk menyatakan kasih yang tertinggi dan yang tidak dapat dibalas oleh siapa pun. Kasih itu menunjukkan kepada kasih yang paling tinggi, kasih yang tulus, seperti kasih Allah kepada manusia

Rasul Paulus menggunakan frasa “Kejarlah Kasih” dilatarbelakangi oleh jemaat Korintus yang berperilaku buruk. Evans mengatakan bahwa jemat Korintus hanya mengejar karunia dan memamerkan karunia tersebut, dalam hal ini yang dimaksud adalah karunia berbahasa roh, jika dilihat secara pribadi mereka tidak memiliki kasih dan tidak mengejar kasih itu. Berarti dapat disimpulkan bahwa karunia apa pun tanpa kasih tidak ada manfaatnya (bnd. I Korintus 13:1).

Rasul Paulus menggunakan kata agape yang nerupakan hal yang tertinggi. Kasih yang dimaksud Rasul Paulus adalah kasih yang nyata dalam perkataan, perbuatan dan dapat membangun. Kasih yang membangun pada pad kenyataan lebih bermanfaat dibandingkan dengan karunia bahasa roh

Usahakanlah Dirimu Memperoleh Karunia-Karunia


Roh Kata berikutnya yang ditekankan oleh Paulus setelah kata “kejarlah” adalah kata “usahakanlah”. Dalam KBBI kata “usahakanlah” memiliki arti pekerjaan, perbuatan, daya upaya untuk mencapai sesuatu. Dalam bahasa Yunani memakai kata kerja untuk orang kedua jamak yang menyatakan suatu pekerjaan yang berhubungan dengan tindakan yang tengah berlangsung. Dari kata (zeloo) yang artinya giat, bersemangat, tekun. 

Dalam versi KJV memakai kata Desire yang berarti menginginkan, meminta. Demikian juga dalam versi NAS dan NIV menggunakan kata yang sama. Berkaitan dengan ayat ini kata “usahakanlah” tidak lebih tinggi dari kata “kejarlah”. Evans mengatakan bahwa ketika Paulus mengatakan untuk mengejar kasih, dalam penekanannya berbeda dengan penyataannya yang mengutamakan “usahakanlah”

Dari penyataan di atas dapat kita simpulkan bahwa Rasul Paulus menekankan bahwa kasih merupakan hal utama yang harus dikejar oleh setiap orang percaya. Dalam menanggapi pendapat evans, suhento mengatakan, jika berbicara tentang karunia Rasul Paulus tidak menggunakan istilah “kejarlah” atau dalam bahasa Yunani (diokete), tetapi menggunakan istilah  (zeloute) yang secara literalnya deiterjemahkan dengan arti “rindukanlah”. 

Jadi dari pernyataan ini Rasul Paulus mengahrapkan agar jemaat Korintus rindu untuk memiliki karunia rohani. Donald dan Davis lebih menegaskan lagi secara spesifik bahwa Rasul Paulus mengatakan yang harus dirindukan untuk dimiliki adalah karunia bernubuat bukan bahasa roh. Jadi dari beberapa penyataan di atas dapat disimpulkan bahwa Rasul Paulus menekankan agar jemaat Korintus mengutamakan karunia bernubuat daripada karunia bahasa roh, sebab karunia bahasa roh tidak ada faedahnya bagi orang lain jika tidak ada yang menafsirkan (bnd. 1 Korintus 14: 5, 28). Tetapi karunia bernubuat itu lebih bermanfaat bagi orang lain, khususnya dalam pertemuan jemaat.

Dalam konteks ini, kata bernubuat yang diapakai dalam bahasa Yunani adalah propheteuete yang menyatakan suatu pekerjaan orang kedua jamak. Dalam terjemahan versi KJV, kata bernubuat diterjemahkan dengan kata prophesy, demikian juga dalam versi NIV dan versi NAS menggunakan kata yang sama yaitu prophesy yang berarti nubuat. Dalam suratnya Rasul Paulus di jemaat Korintus mengatakan bahwa jika mereka merindukan atau berusaha memiliki karunia hendaklah memiliki karunia bernubuat.

Yang menjadi pertanyaaannya sekarang adalah mengapa harus karunia bernubuat yang utama harus dimiliki?. Pada ayat ketiga Paulus mengatakan bahwa siapa yang bernubuat, ia berkata-kata kepada manusia. Artinya adalah orang yang menyampaikan pesan Allah yang bersifat membangun, menasihati serta menghibur. 

Mengenai hal bernubuat ini, Baker berpendapat bahwa tujuan khotbah dapat dikatakan mirip dengan tujuan nubuat, akan tetapi ada suatu perbedaan dasar yaitu bahwa nubuat terjadi akibat suatu ilham langsung dari Allah sedangkan khotbah merupakan uraian berdasarkan Firman Allah yang dicetuskan oleh manusia. Daun juga berpendapat bahwa karunia bernubuat pada masa sekarang ini identik dengan berkhotbah atau memiliki tujuan yang yang sama yang juga menyatakan, menguraikan, dan menjelaskan kehendak Allah

Oleh karena itu dalam konteks ini, Rasul paulus mengharapkan kepada jemaat di Korintus untuk mengutamakan memperoleh karunia bernubuat. Sama halnya seperti yang dijelaskan di atas bahwa karunia bernubuat membangun, menasihati dan menghibur. Dan saat ini karunia bernubuat sangat relevan, sama dengan berkhotbah karena memiliki tujuan yang sama. Rasul Paulus mengatakan kepada jemaat di Korintus harus mengejar kasih dan mengusakan karunia bernubuat dengan tujuan yang sama yaitu agar karunia itu bermanfaat bagi diri sendiri dan orang lain

Bahasa Roh

Bahasa roh dalam bahasa Yunani adalah glwssa (glossa) yang berasal dari kata dasar glwssa (glossa)  dalam bentuk (noun dative feminine singular) kata benda tunggal yang menunujukan seorang pribadi yang ikut serta secara tak langsung pada sebuah tindakan. Dalam versi KJV menggunakan kata speaketh unknown tongue yang artinya perkataan bahasa lidah yang dimaksud dari terjemahan di atas adalah suatu perkataan yang tidak dimengerti maksud atau arti dari perkataan itu sendiri, sebab seorang yang berkatakata dengan bahasa roh tidak berkata-kata kepada manusia, tetapi kepada Allah. 

Ada orang yang berpendapat bahwa berkata-kata dengan bahasa roh merupakan pengucapan satu kata yang ada kaitannya dengan bahasa manusia. Stephen Tong berpendapat bahwa istilah glossa yang ditulis kurang lebih 50 kali dalam Perjanjian Baru, semuanya berrati bahasa, dan bukan bunyi tanpa arti. Dengan demikian, bahwa bahasa lidah atau bahasa roh mengacu kepada bahasa logat manusia bukan bunyi yang tak berarti.

Dalam konteks 1 Korintus ini Paulus memberikan banyak penjelasan mengenai penggunaan karunia bahasa roh. Penjelasan yang diberikan Rasul Paulus kepada jemaat Korintus berkenaan dengan penyalahgunaan karunia bahasa roh. Putman menjelaskan bahwa orang-orang Korintus menambahkan nilai lebih dan menyalahgunakan glossolalia, sehingga Rasul Paulus dengan tegas membatasi pemakaiannya di muka umum (1 Korintus 14: 27-28) dan menekankan nilai nubuat bagi seluruh gereja (ayat 1,5). Pada ayat 2, 4 dan 5, Rasul Paulus membandingkan kembali karunia bahasa roh dengan karunia bernubuat. Ini adalah salah satu evaluasi bahwa nubuat diutamakan daripada bahasa roh, keculi kalau bahasa roh tersebut ditafsirkan.

Evans mengatakan bahwa orang Korintus selalu mengejar karunia bahas roh atau bahasa lidah hanya untuk dipamerkan dan bukan untuk membangun. Pendapat ini dapat dibuktikan dalam ibadah-ibadah jemaat Korintus yang sangat mengagumkan karunia bahasa roh, sehingga terjadi kekacauan dalam pertemuan jemaat, akibat dari semua jemaat yang hadir mengucapkan bahasa roh. Pada ayat ke-6 Rasul Paulus masih membahas tentang bahasa roh. 

Terkait dengan ayat ini Brill menjelaskan bahwa Rasul Paulus menyebutkan empat hal yang berfaedah bagi jemaat yaitu penyataan Allah, pengetahuan, nubuat dan pengajaran.  Dalam konteks ini Rasul Paulus menununjukkan betapa siasianya memamerkan kemampuan berbicara dalam bahasa yang tidak bisa dikenal dan tidak dimengerti dalam pertemuan jemaat. Itu sama sekali tidak bermanfaat. Rasul Paulus mencontohkan dirinya sendiri yang tidak ada artinya jika datang hanya dengan bahasa asing yang tidak ditafsirkan, tanpa menyampaikan penyataan Allah, pengetahuan, nubuat atau pengajaran

Pada ayat selanjutnya (7-8), Rasul Paulus menggunakan ilustrasi alat-alat musik, yang memiliki bunyi yang berbeda. Dalam kontek ini Hillyer berpendapat bahwa Rasul Paulus melukiskan perlunya bahasa asing ditafsirkan di depan umum, seperti sebuah lagu tidak dapat dikenal jika notnya tidak mudah didengar. Jadi, dari ilustrasi ini Rasul Paulus dengan keras menegur jemaat Korintus terkait dengan penyalahgunaan karunia bahasa roh.

Pada ayat yang ke 39-40 Rasul Paulus mengatakan bahwa “jangan melarang orang yang berkata-kata dalam bahasa roh”, tetapi segala sesuatu harus berlangsung dengan sopan dan teratur. Dalam menanggulangi kesalahan atau penyalahgunaan bahasa roh bukan melarang untuk tidak berbahasa roh melainkan menunjukkan penggunaan yang benar.

Ia Harus Berdoa Supaya Ada Yang Menafsirkannya


Pada bagian ini Rasul Paulus memberikan aturan yang sangat tegas. Kata “ia harus berdoa” menggunkaan istilah Yunani proseukestho (proseukestho) dalam bentuk (verb imperative present middle 3rd person singular) kata kerja imperative orang ketiga tunggal. Dalam terjemahan NIV menggunakan kata shoul pray, dengan arti seharusnya, sebaiknya berdoa. 

Jhonson menerjemahkan istilah di atas dengan kata “memohon”. Jadi, terjemahan di atas Rasul Paulus menghendaki agar siapa yang berkata-kata dalam bahasa asing hendaknya juga sebaiknya berdoa dan memohon agar diberikan karunia menafsirkan.

Dalam hal ini Brill menerjemahan maksud dari Rasul Paulus sebagai berikut: jika kamu memberikan dirimu dipimpin olh Roh Kudus untuk berdoa dengan bahasa asing atau bahasa yang ahrus ditafsirkan, kamu harus melakukannya dengan satu tujuan, yaitu bahwa kamu juga dapat menafsirkan. 

Untuk menanggapi pernyataan di atas Hillyer menambahkan karunia menafsirkan hendaknya dicari utnuk memperluas bahasa roh. Rasul Paulus mengharapkan agar siapa yang berbahasa asing seharusnya juga memohon karunia untuk menafsirkan, supaya karunia bahasa roh itu dapat berfaedah untuk membangun orang lain, terlebih dalam pertemuan jemaat. Jadi penekanan Rasul Paulus dalam ayat ini adalah memohon untuk karunia menafsirkan juga.

Baca Juga: Eksposisi 1 Korintus 14:1-40 (Kejarlah Kasih)

Setiap karunia berasal dari Allah, demikian juga dengan karunia menafsirkan. Di dalam 1 Korintus 14 ini, beberapa kali Rasul Paulus mengulang kata ini (1 Korintus 14:13, 16, 27, 28) dan selalu dikaitkan dengan karunia bahasa roh. Karunia menafsirkan menggunakan istilah Yunani diermeneueh (diermeneue), dalam bentuk kata kerja imperative. Dalam terjemahan KJV, NAS dan NIV menerjemahkan dengan kata interpret, dengan arti menerjemahkan. Setiap karunia yang diberikan Allah memiliki tujuan tertentu. Oleh karena itu, agar tujuannya lebih jelas maka karunia itu harus ditafsirkan. 

Ryrie mengatakan ada dua tujuan bahasa lidah atau bahasa asing yaitu untuk menyampaikan kebenaran Allah dan untuk membuktikan kebenaran berita Kristen terutama orang-orang Yahudi (bnd 14:5,21,22).

KESIMPULAN

Teks ini menjelaskan bahwa jika setiap orang kristen berkeinginan untuk bahagia maka ada tindakan yang harus dilakukan yaitu mengejar kasih. Paulus membuka pasal ini dengan frasa “Kejarlah Kasih”, Paulus masih mengaitkan frase ini dengan konteks ini dengan pasal yang sebelumnya. Paulus menekankan untuk mengejar kasih, sebagai hal yang sangat penting diantara karunia-karunia roh. 

Rasul Paulus mengharapkan agar siapa yang berbahasa asing seharusnya juga memohon karunia untuk menafsirkan, supaya karunia bahasa roh itu dapat berfaedah untuk membangun orang lain, terlebih dalam pertemuan jemaat. Jadi penekanan Rasul Paulus dalam ayat ini adalah memohon untuk karunia menafsirkan juga. EKSEGESIS 1 KORINTUS 14:1-40 (KASIH DAN BAHASA ROH)
Next Post Previous Post