BAHAYA DAN SIFAT MENDESAK DARI PELAYANAN (LUKAS 10:3-4)

Pdt. Budi Asali, M.Div.

1) Lukas 10:3: “Pergilah, sesungguhnya Aku mengutus kamu seperti anak domba ke tengah-tengah serigala.”.
BAHAYA DAN SIFAT MENDESAK  DARI PELAYANAN (LUKAS 10:3-4)
otomotif, tutorial, gadget
KJV/RSV/NASB: ‘behold’ [= lihatlah].

NIV menghapuskan kata itu.

Bdk. Matius 10:16 - “‘Lihat, Aku mengutus kamu seperti domba ke tengah-tengah serigala, sebab itu hendaklah kamu cerdik seperti ular dan tulus seperti merpati.”.

Kita digambarkan seperti ‘domba’, atau bahkan ‘anak domba’, yang tidak punya alat pertahanan apa-apa, sedangkan orang dunia digambarkan seperti serigala. Penggambaran ini jelas menunjukkan ada penderitaan, penganiayaan dan bahkan pembunuhan, terhadap orang-orang kristen. Karena itu, kalau hal seperti itu terjadi, jangan terlalu heran.

Penafsiran yang salah tentang Matius 10:16a ini.

C. H. Spurgeon (tentang Mat 10:16): “After all, the mission of sheep to wolves is a hopeful one, since we see in the natural world that the sheep, though so feeble, by far outnumber the wolves who are so fierce. The day will come when persecutors will be as scarce as wolves, and saints as numerous as sheep.” [= Bagaimanapun juga, missi dari domba kepada serigala merupakan suatu missi yang penuh pengharapan, karena kita melihat dalam dunia / alam bahwa domba-domba, sekalipun begitu lemah, jumlahnya jauh melebihi serigala-serigala yang begitu ganas. Akan datang saatnya dimana penganiaya-penganiaya akan sama jarangnya seperti serigala, dan orang-orang kudus akan sama banyaknya seperti domba.] - ‘The Gospel of the Kingdom’ (Libronix).

Dimana kesalahan penafsiran Spurgeon ini? Ay 3 ini merupakan suatu kiasan / perumpamaan. Ia menarik arti perumpamaan itu terlalu jauh, dan jelas salah. Kiasan / perumpamaan digunakan hanya untuk menekankan satu / beberapa hal yang sama antara gambaran dan realita / artinya. Karena itu, dalam menafsirkan kiasan / perumpamaan, kita tidak boleh menyamakan segala sesuatu antara gambaran dan realita / artinya.

Yang dipersoalkan Yesus, hanyalah kelemahan dari domba dan kekuatan / keganasan dari serigala, bukan jumlah mereka dalam dunia ini.

Kata-kata Spurgeon pada bagian akhir kelihatannya menunjukkan bahwa ia mempercayai post-millennialism, yang menganggap bahwa dalam Kerajaan 1000 tahun nanti, akan terjadi pertobatan orang-orang kafir dalam jumlah yang luar biasa banyaknya. Tetapi pada waktu saya googling tentang hal ini, ternyata C. H. Spurgeon memegang pandangan Pre-millennialism (http://www.reformedreader.org/spurgeon/mview.htm).

Kalau saudara mau melihat perbandingan antara pandangan-pandangan berkenaan dengan Kerajaan 1000 tahun lihat di link ini: https://en.wikipedia.org/wiki/Premillennialism

Leon Morris (Tyndale): “They go to no easy task. ‘Lambs in the midst of wolves’ are in no enviable situation. The simile points both to danger and to helplessness. God’s servants are always in some sense at the mercy of the world, and in their own strength they cannot cope with the situation in which they find themselves. They must look to God.” [= Mereka tidak pergi pada suatu tugas yang mudah. ‘Anak domba di tengah-tengah serigala’ tidak berada dalam sikon yang sangat diinginkan. Kiasan ini menunjuk baik pada bahaya maupun pada ketidak-berdayaan. Pelayan-pelayan Allah dalam arti tertentu selalu tergantung pada belas kasihan dari dunia, dan dalam kekuatan mereka sendiri tidak bisa menangani sikon dalam mana mereka berada. Mereka harus memandang kepada Allah.].

William Hendriksen: “they will be as lambs - in a somewhat similar context Matt. 10:16 reads ‘sheep’ - in the midst of wolves. Does this not spell utter helplessness? Extreme danger? So it seems. But note the emphatic I in ‘I am sending you out.’ It is no one less than their Shepherd who is speaking. Apart from him, to be sure, they are, and will be, in a hopeless situation. But commissioned by him, as his apostles, the opposite is true.” [= mereka akan seperti anak-anak domba - dalam kontext yang agak mirip Mat 10:16 menuliskan ‘domba’ - di tengah-tengah serigala. Apakah ini tidak menunjukkan ketidak-berdayaan sepenuhnya? Bahaya yang extrim? Demikianlah kelihatannya. Tetapi perhatikan kata ‘Aku’ yang ditekankan dalam ‘Aku mengutus kamu’ (Matius 10:16). Yang sedang berbicara tak kurang / lebih kecil dari Gembala mereka. Terpisah dari Dia, pasti mereka ada, dan akan ada, dalam sikon yang tanpa harapan. Tetapi diperintahkan olehNya, sebagai utusan-utusanNya, kebalikannyalah yang benar.].

Catatan: Kalau dalam ay 3 ini digunakan hanya kata Yunani APOSTELLO [= Aku mengutus], maka dalam Matius 10:16 digunakan EGO APOSTELLO [= Aku mengutus], dan itu menekankan kata ‘Aku’ itu.

Fakta bahwa Yesuslah yang mengutus kita, merupakan suatu penghiburan bagi kita, sekalipun kita diutus seperti domba ke tengah-tengah serigala.

Bdk. Matius 10:28-30 - “(28) Dan janganlah kamu takut kepada mereka yang dapat membunuh tubuh, tetapi yang tidak berkuasa membunuh jiwa; takutlah terutama kepada Dia yang berkuasa membinasakan baik jiwa maupun tubuh di dalam neraka. (29) Bukankah burung pipit dijual dua ekor seduit? Namun seekorpun dari padanya tidak akan jatuh ke bumi di luar kehendak Bapamu. (30) Dan kamu, rambut kepalamupun terhitung semuanya.”.

Matius 28:19-20 - “(19) Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa muridKu dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, (20) dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman.’”.

Matthew Henry: “They must set out with an expectation of trouble and persecution: ‘Behold, I send you forth as lambs among wolves;’ but ‘go your ways,’ and resolve to make the best of it.” [= Mereka harus pergi dengan suatu harapan tentang kesukaran dan penganiayaan: ‘Lihatlah, Aku mengutus kamu sebagai anak-anak domba ke tengah-tengah serigala’; tetapi ‘pergilah’, dan ambillah keputusan untuk membuat yang terbaik darinya.].

Matius 10:16 - “‘Lihat, Aku mengutus kamu seperti domba ke tengah-tengah serigala, sebab itu hendaklah kamu cerdik seperti ular dan tulus seperti merpati.”.

Adam Clarke (tentang Mat 10:16): “‎He who is called to preach the Gospel is called to embrace a state of constant labour, and frequent suffering. He who gets ease and pleasure, in consequence of embracing the ministerial office, neither preaches the Gospel, nor is sent of God. If he did the work of an evangelist, wicked men and demons would both oppose him.” [= Ia yang dipanggil untuk memberitakan Injil dipanggil untuk menerima suatu keadaan jerih payah yang konstan, dan penderitaan yang sering. Ia yang mendapatkan keadaan yang nyaman dan kesenangan, sebagai konsekwensi dari penerimaan tugas pelayanan, tidak memberitakan Injil ataupun diutus oleh Allah. Jika ia melakukan pekerjaan dari seorang penginjil, baik orang-orang jahat dan setan-setan akan menentangnya.].

Bdk. Kis 9:15-16 - “(15) Tetapi firman Tuhan kepadanya: ‘Pergilah, sebab orang ini adalah alat pilihan bagiKu untuk memberitakan namaKu kepada bangsa-bangsa lain serta raja-raja dan orang-orang Israel. (16) Aku sendiri akan menunjukkan kepadanya, betapa banyak penderitaan yang harus ia tanggung oleh karena namaKu.’”.

Penerapan: ‘hamba-hamba Tuhan’ yang selalu menceritakan kesuksesan pelayanannya, tanpa ada tantangan / halangan yang berarti, perlu diragukan keasliannya sebagai hamba Tuhan!

The Bible Exposition Commentary: “‘Any man who takes Jesus Christ seriously becomes the target of the devil,’ Vance Havner often told audiences. ‘Most church members do not give Satan enough trouble to arouse his opposition.’” [= ‘Siapapun yang menerima / menganggap Yesus Kristus secara serius menjadi target / sasaran dari setan’, Vance Havner sering memberitahu para pendengarnya. ‘Kebanyakan anggota gereja tidak memberi Iblis problem / gangguan yang cukup untuk membangkitkan oposisinya’.].

Makin benar pelayanan kita, makin banyak gangguan dan penderitaan yang akan kita alami!

2) Lukas 10:4: “Janganlah membawa pundi-pundi atau bekal atau kasut, dan janganlah memberi salam kepada siapapun selama dalam perjalanan.”.

a) “Janganlah membawa pundi-pundi atau bekal atau kasut,”.

Kata ‘bekal’ ini salah terjemahan.

KJV: ‘scrip’ [= dompet / kantong].

RSV/NIV/NASB: ‘bag’ [= kantong].

Lenski: “By forbidding the taking of a βαλάντιον, ‘money-bag,’ Jesus wants them to take no money along where with to buy provisions and necessities; by permitting no πήρα or ‘pouch’ he wants them to carry no provisions, etc. ... ‘Nor sandals’ does not mean that they are to go barefoot; they are to carry no extra pair of sandals but are to go as they are with such sandals as they have on. Nothing is said about other clothing, but the statement regarding the sandals applies also to that: no extra tunic, turban, staff, etc. There was to be no outfitting at all.” [= Dengan melarang membawa suatu BALANTION, ‘kantong uang’, Yesus ingin mereka untuk tidak membawa uang untuk membeli makanan dan kebutuhan-kebutuhan; dengan tidak mengizinkan PERA atau ‘kantong kecil / dompet’ Ia ingin mereka untuk tidak membawa persediaan, dsb. ... ‘Atau kasut / sandal’ tidak berarti mereka harus pergi dengan telanjang kaki; mereka tidak boleh membawa sandal extra tetapi harus pergi sebagaimana adanya mereka dengan sandal yang mereka pakai. Tak dikatakan apapun tentang pakaian yang lain, tetapi pernyataan berkenaan dengan sandal juga berlaku untuk itu: tak boleh ada pakaian / jubah, serban, tongkat, dsb. Di sana tak boleh ada perlengkapan sama sekali.].

Catatan: Kata Yunani BALANTION diterjemahkan ‘pundi-pundi’ dalam terjemahan LAI, dan kata Yunani PERA diterjemahkan secara salah sebagai ‘bekal’ oleh LAI.

Lenski: “This does not involve special hardship but the dismissal of all care about bodily needs. He who sends them out will provide for them in all respects. They are to learn complete trust (Luke 22:35) and are thus to experience the happiness and the contentment that go with such trust. As they trust his doctrine, so they are to trust his word as to their sustenance.” [= Ini tidak melibatkan kesukaran khusus, tetapi membuang semua kekuatiran tentang kebutuhan jasmani. Ia yang mengutus mereka akan menyediakan bagi mereka dalam semua hal. Mereka harus belajar untuk percaya sepenuhnya (Lukas 22:35) dan dengan demikian mengalami kebahagiaan dan kepuasan yang berjalan bersama dengan kepercayaan. Sebagaimana mereka mempercayai ajaranNya, demikian juga mereka harus mempercayai firmanNya berkenaan dengan segala sesuatu yang menopang kehidupan / kesehatan.].

Lukas 22:35-36a - “(35) Lalu Ia berkata kepada mereka: ‘Ketika Aku mengutus kamu dengan tiada membawa pundi-pundi, bekal dan kasut, adakah kamu kekurangan apa-apa?’ (36a) Jawab mereka: ‘Suatupun tidak.’”.

William Hendriksen: “‘Place your trust entirely in God. He will supply all your needs,’ is what the Savior means.” [= ‘Letakkan kepercayaanmu kepada Allah. Ia akan menyuplai semua kebutuhanmu’, adalah apa yang sang Juruselamat maksudkan.].

Kesaksian: pelayanan Gereja Eleos Malang ke Magetan, duit sedikit, makan restoran ternyata mahal sekali.

Penerapan: sekalipun sekarang kita tidak diutus ke dalam pelayanan tanpa membawa apa-apa, tetapi saya yakin bahwa janji pencukupan dari Yesus tetap berlaku.

Matius 6:33 - “Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu.”.

b) “dan janganlah memberi salam kepada siapapun selama dalam perjalanan.”.

Lenski: “The order not to salute anyone on the road only sounds like impoliteness, and any such idea is at once removed by v. 5. The assumption that Jesus gave this order because the Oriental greetings were so elaborate is hardly correct. They were the introduction to conversations and thus to delay on the road. It is this that Jesus wanted to obviate, for which reason he also sent out so many. The work was to be done with promptness because the time was short.” [= Perintah untuk tidak memberi salam kepada siapapun di jalan hanya kedengaran seperti ketidak-sopanan, dan pandangan seperti itu segera disingkirkan oleh ay 5. Anggapan bahwa Yesus memberi perintah ini karena salam orang Timur adalah begitu komplex dan mendetail adalah tidak benar. Salam itu merupakan pendahuluan dari percakapan, dan karena itu menunda perjalanan. Inilah yang Yesus ingin cegah, karena alasan mana Ia juga mengutus begitu banyak orang. Pekerjaan itu harus dilakukan dengan segera / tanpa penundaan karena waktunya singkat.].

Lukas 10: 5: “Kalau kamu memasuki suatu rumah, katakanlah lebih dahulu: Damai sejahtera bagi rumah ini.”.

Catatan: Benarkah yang warna hijau itu? Saya mencoba mencari beberapa salam dalam Alkitab.

Rut 2:4 - “Lalu datanglah Boas dari Betlehem. Ia berkata kepada penyabit-penyabit itu: ‘TUHAN kiranya menyertai kamu.’ Jawab mereka kepadanya: ‘TUHAN kiranya memberkati tuan!’”.

2Raja 4:25-26 - “(25) Demikianlah perempuan itu berangkat dan pergi kepada abdi Allah di gunung Karmel. Segera sesudah abdi Allah melihat dia dari jauh, berkatalah ia kepada Gehazi, bujangnya: ‘Lihat, perempuan Sunem itu datang! (26) Larilah menyongsongnya dan katakanlah kepadanya: Selamatkah engkau, selamatkah suamimu, selamatkah anak itu?’ Jawab perempuan itu: ‘Selamat!’”.

Yohanes 20:19 - “Ketika hari sudah malam pada hari pertama minggu itu berkumpullah murid-murid Yesus di suatu tempat dengan pintu-pintu yang terkunci karena mereka takut kepada orang-orang Yahudi. Pada waktu itu datanglah Yesus dan berdiri di tengah-tengah mereka dan berkata: ‘Damai sejahtera bagi kamu!’”.

Semua salam di atas rasanya pendek saja. Tetapi mungkin Alkitab mempersingkat. Jangankan salam, khotbahpun dipersingkat, seperti dalam:

1. Yunus 3:4 - khotbah Yunus kepada orang-orang Niniwe.

Yun 3:4 - “Mulailah Yunus masuk ke dalam kota itu sehari perjalanan jauhnya, lalu berseru: ‘Empat puluh hari lagi, maka Niniwe akan ditunggangbalikkan.’”.

2. Matius 3:2 - khotbah Yohanes Pembaptis.

Mat 3:2 - “‘Bertobatlah, sebab Kerajaan Sorga sudah dekat!’”.

3. Matius 4:17 - khotbah Yesus.

Mat 4:17 - “Sejak waktu itulah Yesus memberitakan: ‘Bertobatlah, sebab Kerajaan Sorga sudah dekat!’”.

Dan boleh dikatakan semua penafsir mengatakan bahwa salam orang Timur memang sangat berkepanjangan dan menghabiskan waktu.

Mungkin Hakim 19:4-10 menunjukkan hal itu.

Hakim 19:4-10 - “(4) Mertuanya, ayah perempuan muda itu, tidak membiarkan dia pergi, sehingga ia tinggal tiga hari lamanya pada ayah itu; mereka makan, minum dan bermalam di sana. (5) Tetapi pada hari yang keempat, ketika mereka bangun pagi-pagi dan ketika orang Lewi itu berkemas untuk pergi, berkatalah ayah perempuan muda itu kepada menantunya: ‘Segarkanlah dirimu dahulu dengan sekerat roti, kemudian bolehlah kamu pergi.’ (6) Jadi duduklah mereka, lalu makan dan minumlah keduanya bersama-sama. Kata ayah perempuan muda itu kepada laki-laki itu: ‘Baiklah putuskan untuk tinggal bermalam dan biarlah hatimu gembira.’ (7) Tetapi ketika orang itu bangun untuk pergi juga, mertuanya itu mendesaknya, sehingga ia tinggal pula di sana bermalam. (8) Pada hari yang kelima, ketika ia bangun pagi-pagi untuk pergi, berkatalah ayah perempuan muda itu: ‘Mari, segarkanlah dirimu dahulu, dan tinggallah sebentar lagi, sampai matahari surut.’ Lalu makanlah mereka keduanya. (9) Ketika orang itu bangun untuk pergi, bersama dengan gundiknya dan bujangnya, berkatalah mertuanya, ayah perempuan muda itu, kepadanya: ‘Lihatlah, matahari telah mulai turun menjelang petang; baiklah tinggal bermalam, lihat, matahari hampir terbenam, tinggallah di sini bermalam dan biarlah hatimu gembira; maka besok kamu dapat bangun pagi-pagi untuk berjalan dan pulang ke rumahmu.’ (10) Tetapi orang itu tidak mau tinggal bermalam; ia berkemas, lalu pergi. Demikian sampailah ia di daerah yang berhadapan dengan Yebus - itulah Yerusalem -; bersama-sama dengan dia ada sepasang keledai yang berpelana dan gundiknya juga.”.

William Barclay: “The preacher is to concentrate on the task in hand and greet no one on the way. This goes back to Elisha’s instruction to Gehazi in 2 Kings 4:29. It is not an instruction to discourtesy; but means that those who serve God must not turn aside or linger on the lesser things while the great things call them.” [= Sang pengkhotbah harus berkonsentrasi pada tugas yang sedang dalam proses dan tidak memberi salam kepada siapapun di jalan. Ini kembali pada pemikiran tentang instruksi Elisa kepada Gehazi dalam 2Raja 4:29. Itu bukan suatu instruksi pada ketidak-sopanan; tetapi berarti bahwa mereka yang melayani Allah tidak boleh keluar dari jalur atau berlambat-lambat pada hal-hal yang lebih kecil sedangkan hal-hal yang besar memanggil mereka.].

2Raja 4:29 - “Maka berkatalah Elisa kepada Gehazi: ‘Ikatlah pinggangmu, bawalah tongkatku di tanganmu dan pergilah. Apabila engkau bertemu dengan seseorang, janganlah beri salam kepadanya dan apabila seseorang memberi salam kepadamu, janganlah balas dia, kemudian taruhlah tongkatku ini di atas anak itu.’”.

Keil & Delitzsch (tentang 2Raja 4:29): “the people of the East lose a great deal of time in prolonged salutations” [= orang-orang Timur kehilangan banyak waktu dalam salam yang berkepanjangan] - hal 312.

Leon Morris (Tyndale): “‘Salute no one on the road’ is not an exhortation to impoliteness: it is a reminder that their business is urgent and that they are not to delay it by dallying with wayside acquaintances. Eastern salutations can be elaborate and time-consuming.” [= ‘Jangan memberi salam kepada siapapun di jalan’ bukanlah suatu desakan pada ketidak-sopanan: itu adalah suatu peringatan bahwa urusan mereka mendesak dan bahwa mereka tidak boleh menundanya dengan membuang waktu dengan berhubungan dengan seseorang di tepi jalan. Salam orang Timur bisa mendetail dan memakan waktu.].

William Hendriksen: “Moreover, since the business of the King is urgent, no time must be wasted in (typically Eastern) time-consuming greetings along the way.” [= Selanjutnya, karena urusan dari sang Raja adalah mendesak, tak ada waktu boleh dihabiskan / dibuang dalam salam yang menghabiskan waktu (khas orang Timur) di sepanjang jalan.].

The Bible Exposition Commentary: “It would require discipline and faith for them to do the job (Luke 10:4–8). There was an urgency about the work, and the Lord did not want them to be overburdened with extra supplies or be delayed on the road by elaborate Eastern greetings.” [= Itu menuntut / membutuhkan disiplin dan iman bagi mereka untuk melakukan pekerjaan itu (Lukas 10:4-8). Di sana ada suatu sifat mendesak tentang pekerjaan itu, dan Tuhan tidak mau mereka dibebani secara berlebihan dengan suplai extra atau ditunda di jalan oleh salam yang rumit / mendetail dari orang Timur.].

The Biblical Illustrator: “In eastern countries, we are told, that salutations between travellers meeting on a journey are attended by so many questions, by so many expressions of welcome often repeated, and so many tedious forms, as seriously to retard their journey.” [= Di negara-negara Timur, kami diberitahu, bahwa salam antara pelancong yang bertemu dalam suatu perjalanan disertai oleh begitu banyak pertanyaan, oleh begitu banyak ungkapan sambutan / selamat datang yang sering diulang, dan begitu banyak bentuk-bentuk yang sangat lambat / menjemukan, sehingga secara serius menunda perjalanan mereka.].

Pulpit Commentary: “‘And salute no man by the way.’ This especially refers to the length and tediousness of Eastern salutations, often very unreal, and which would consume much valuable time.” [= ‘Dan jangan memberi salam kepada siapapun di jalan’. Ini secara khusus menunjuk pada panjangnya dan lambatnya salam orang Timur, sering sangat tidak sungguh-sungguh, dan yang akan menghabiskan banyak waktu yang berharga.].

Barnes’ Notes: “‘Salute no man by the way.’ Salututions among the Orientals did not consist, as among us, of a slight bow or an extension of the hand, but was performed by many embraces and inclinations, and even prostrations of the body on the ground. All this required much ‘time;’ ... ‘If two Arabs of equal rank meet each other, they extend to each other the right hand, and having clasped, they elevate them as if to kiss them. Each one then draws back his hand and kisses it instead of his friend’s, and then places it upon his forehead. The parties then continue the salutation by kissing each other’s beard. They gave thanks to God that they are once more permitted to see their friend - they pray to the Almighty in his behalf. Sometimes they repeat not less than ten times the ceremony of grasping hands and kissing.’” [= ‘Jangan memberi salam kepada siapapun di jalan’. Salam di antara orang-orang Timur tidak terdiri, seperti di antara kita, dari tubuh / kepala yang sedikit dibungkukkan atau suatu uluran tangan, tetapi dilaksanakan dengan banyak pelukan dan pembungkukan badan / kepala, dan bahkan tubuh yang bertiarap di tanah. Semua ini membutuhkan banyak ‘waktu’; ... ‘Jika dua orang Arab dari pangkat / tingkat yang sama bertemu satu sama lain, mereka mengulurkan tangan kanan satu sama lain, dan setelah menepukkan tangan, mereka menaikkan tangan mereka seakan-akan untuk mencium mereka. Masing-masing lalu menarik tangannya dan menciumnya alih-alih dari tangan sahabatnya, dan lalu meletakkannya pada dahinya. Mereka lalu melanjutkan salam dengan mencium janggut satu sama lain. Mereka mengucap syukur kepada Allah bahwa mereka sekali lagi diizinkan untuk melihat sahabat mereka - mereka berdoa kepada Yang Mahakuasa demi dia. Kadang-kadang mereka mengulang tidak kurang dari 10 x upacara dari pelukan tangan dan ciuman’.].

Baca Juga: Kurangnya Pekerja Di Ladang Tuhan (Lukas 10:2)

Barnes’ Notes: “It may also be added, in the language of Dr. Thomson (‘The Land and the Book,’ vol. i. p. 534), that ‘there is such an amount of insincerity, flattery, and falsehood in the terms of salutation prescribed by etiquette, that our Lord, who is truth itself, desired his representatives to dispense with them as far as possible, perhaps tacitly to rebuke them. These 'instructions' were also intended to reprove another propensity which an Oriental can scarcely resist, no matter how urgent his business. If he meets an acquaintance, he must stop and make an endless number of inquiries and answer as many. ... The salutation of friends, therefore, was a ceremony which consumed much time; and it was on this account that our Lord on this occasion forbade them to delay their journey to greet others.” [= Bisa juga ditambahkan, dalam kata-kata dari Dr. Thomson (‘The Land and the Book’, vol i. hal 534), bahwa ‘di sana ada begitu banyak ketidak-tulusan, sikap menjilat, dan kepalsuan / kebohongan dalam istilah-istilah dari salam yang ditetapkan sebagai peraturan oleh etiket, sehingga Tuhan kita, yang adalah kebenaran itu sendiri, ingin wakil-wakilNya membuang itu sejauh mungkin, mungkin secara implicit mencela hal-hal itu. Instruksi-instruksi ini juga dimaksudkan untuk mengkritik kecenderungan yang lain yang hampir tak bisa ditahan oleh seorang Timur, tak peduli betapa mendesaknya urusannya. Jika ia bertemu seorang kenalan, ia harus berhenti dan membuat sejumlah pertanyaan-pertanyaan yang tak ada akhirnya dan menjawab sama banyaknya. ... Karena itu, salam dari teman-teman / sahabat-sahabat merupakan suatu upacara yang memakan banyak waktu; dan karena itulah Tuhan kita pada peristiwa ini melarang mereka untuk menunda perjalanan mereka untuk memberi salam kepada orang-orang lain.].

Penerapan: jangan buang waktu dengan segala macam basa basi pada waktu melakukan mau melakukan hal yang penting dan mendesak, seperti dalam berkhotbah, debat, dan sebagainya. Saya sendiri paling tidak senang dengan sapaan-sapaan seperti ‘selamat pagi / siang / malam’, ‘Shalom’, dan sebagainya. Kalau orang tak dikenal WA / inbox saya dengan awalan seperti itu, sering sekali tidak saya balas. Waktu saya sedikit, dan saya tidak senang dengan basa basi model seperti itu. Kalau mau WA / inbox, langsung saja katakan apa yang mau dikatakan, buang semua basa basi.

Catatan: Pdt. Budi Asali, M.Div:  meraih gelar Master of Divinity (M.Div) dari Reformed Theological Seminary (RTS), Jackson, Mississippi, United States of America
Next Post Previous Post