4 PENTINGNYA KELAHIRAN KRISTUS DARI SEORANG PERAWAN

Pdt. Samuel T. Gunawan, M.Th.

Kelahiran Kristus berbeda dari kelahiran lainnya karena Ia lahir dari rahim seorang perawan yang bernama Maria. Perawan Maria yang pada saat itu sedang bertunangan dengan Yusuf, mengandung seorang bayi dengan kuasa Roh Kudus (Lukas 1:31,35), tanpa peran serta Yusuf. Injil Matius dengan jelas dan tegas menyatakan bahwa Maria dan Yusuf selama bertunangan hingga Maria melahirkan Yesus tidak pernah melakukan hubungan seks atau biologis suami-istri. 
4 PENTINGNYA KELAHIRAN KRISTUS DARI SEORANG PERAWAN
gadget, otomotif, bisnis
Perhatikan pernyataan Matius berikut, “Sesudah bangun dari tidurnya, Yusuf berbuat seperti yang diperintahkan malaikat Tuhan itu kepadanya. Ia mengambil Maria sebagai istrinya, tetapi tidak bersetubuh dengan dia sampai ia melahirkan anaknya laki-laki dan Yusuf menamakan Dia Yesus” (Matius 1:24-25).

Dua ayat penting yang menubuatkan (meramalkan) kelahiran Juru selamat dari seorang perawan adalah Kejadian 3:15 dan Yesaya 7:14, dan digenapi di dalam Matius 1:18-23; Lukas 1:26-38. Dalam Kejadian 3:15, setelah kejatuhan manusia ke dalam dosa, maka Tuhan sendiri menubuatkan tentang Juru selamat demikian “Aku akan mengadakan permusuhan antara engkau dan perempuan ini, antara keturunanmu dan keturunannya; keturunannya akan meremukkan kepalamu, dan engkau akan meremukkan tumitnya”. 

Ayat ini dikenal dengan istilah “protevangelium” karena merupakan nubuat pertama dari kabar baik tentang Kristus. Nubuat itu menekankan tiga hal yaitu: 

(1) Mesias atau Penyelamat yang akan datang adalah keturunan perempuan. Dengan demikian di sini kelahiran Juru selamat dari seorang perawan diramalkan karena ayat ini menunjuk pada “benih perempuan” yaitu Kristus yang lahir dari anak dara, Maria (Bdk. Matius 1:16); 

(2) akan ada permusuhan antara ular (Iblis) dan keturunan perempuan (Mesias);

(3) Mesias atau Juru selamat itu akan mengalahkan si ular, tetapi dengan melakukan hal tersebut Mesias itu sendiri harus mengalami penderitaan.

Selanjutnya, 700 tahun sebelum kelahiran Kristus nabi Yesaya telah meramalkan bahwa Juru selamat akan dilahirkan dari seorang perawan, dengan menyatakan, “... Sesungguhnya, seorang perempuan muda mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki-laki, dan ia akan menamakan Dia Imanuel”. (Yesaya 7:14). 

Dalam tujuh pemunculan di Perjanjian Lama, istilah Ibrani “עַלְמָה ('almah)” yang diterjemahkan “anak dara” dalam ayat ini, tidak pernah ditujukan pada seorang perempuan yang telah hilang keperawanannya. Berdasarkan konteksnya maka ayat ini memiliki dua penggenapan yaitu: 

(1) pada masa yang akan datang yang segera digenapi dengan kelahiran Maher-Shalal-hash-baz (Yesaya 8:3); 

(2) pada masa akan datang yang lebih jauh adalah kelahiran Yesus Kristus dari perawan Maria. Injil Matius dengan jelas menyatakan bahwa Kelahiran Kristus melalui perawan Maria merupakan penggenapan dari Nubuat Yesaya ini (Matius 1:23).

Matius menjelaskan bahwa yang bertanggung jawab dalam kehamilan Maria ini adalah Roh Kudus bukan Yusuf (Matius 1:18). Lukas dalam Injil Lukas merincikan peristiwa luar biasa ini adalah karya Roh Kudus dan kuasa Allah (mukjizat) yang turun atas Maria yang mendapat kasih karunia. Wajarlah Maria terkejut mendengar kabar tersebut dengan bertanya “bagaimana mungkin hal itu terjadi, sedangkan aku belum bersuami” (Lukas 1:34). 

Karena itulah Yesaya menggunakan istilah Ibrani עַלְמָה ('almah) yang berarti perawan (bukan sekedar perempuan muda). Sebab jika yang dimaksud perempuan muda baik yang menikah atau belum menikah maka Yesaya akan menggunakan istilah yang biasa digunakan dalam budaya Yahudi pada masa itu yaitu בְּתוּלָה (bethulah). 

Namun, Yesaya dengan tepat telah menggunakan istilah Ibrani “עַלְמָה ('almah)” yang diterjemahkan “anak dara”, tidak pernah ditujukan pada seorang perempuan yang telah hilang keperawanannya. Kira-kira 700 tahun kemudian, Matius mengutip Yesaya dengan menggunakan kata Yunani “ παρθένος (parthenos)” untuk menerjemahkan kata “almah” yang berarti perawan.

Sejarah mencatat kelahiran yang tidak lazim. Misalnya ditahun 1961 wanita berusia 54 tahun di Birma melahirkan bayi seberat kurang lebih 3 pon yang sudah mengapur setelah dikandung selama 25 tahun. Sejarah juga mencatat seorang wanita bernama Lesley Brown pada tanggal 25 Juli 1978 melahirkan “bayi tabung” pertama di Inggris. Pembuahan dilakukan di luar rahim sang ibu. 

Saat ini soal “pinjam rahim” untuk melahirkan anak sudah bisa dilakukan dengan bantuan medis dan teknologi. Walaupun kelahiran Kristus tidaklah sama dengan pembuahan buatan yang merupakan penemuan teknologi saat ini, namun hal ini menunjukkan bahwa pembuahan yang melawan natur alamiah (biasa) dimungkinkan. Yesus jelaslah dikandung di dalam rahim Maria bukan sebagai akibat hubungan seksual. 

Ketika mengandung Yesus, Maria masih merupakan seorang perawan, dan dia juga tetap perawan hingga Yesus lahir. Sebab menurut Alkitab, Yusuf tidak bersetubuh dengan Maria sampai Yesus lahir (Matius 1:25). Maria mengandung sebagai akibat pengaruh Roh Kudus atas dirinya (Lukas 1:35; Matius 1:20). Namun, kenyataan itu tidaklah berarti bahwa Yesus merupakan hasil persetubuhan antara Allah dan Maria. Allah tetaplah Allah, dan seluruh sifat kemanusiaan Kristus dibangun oleh Roh Kudus di dalam rahim.

Kelahiran Kristus dari seorang perawan ini penting sebab: 

(1) hal tersebut menunjukkan keunikan Juru selamat itu yang berbeda dari manusia lainnya. 

Inkarnasi bisa saja terjadi tanpa kelahiran dari seorang perawan, namun kelahiran melalui perawan merupakan cara yang telah ditetapkan oleh Allah untuk menunjukkan bahwa Yesus merupakan pribadi yang sangat istimewa yang dipersiapkan secara khusus oleh Allah. 

(2) Untuk menunjukkan ketidakberdosaan-Nya. 

Seandaikan Kristus dilahirkan dari pembuahan yang wajar, maka Ia akan mewarisi sifat berdosa yang ditularkan melalui proses kelahiran yang menggerakan semua orang berbuat dosa. 

(3) untuk menunjukkan bahwa Ia adalah Anak Allah tanpa cacat, sepenuhnya murni, tanpa dosa sebagai korban bagi pendamaian dan penebus dosa manusia. Hanya korban ini yang bisa diterima secara sempurna oleh Allah. 

(4) Hal tersebut merupakan bukti yang lain mengenai kuasa dan kedaulatan Allah atas alam semesta dan bahwa Ia melampuai hukum-hukum alam. 

Melalui kelahiran Kristus dari seorang perawan, Allah telah menunjukkan kuasaNya yang tidak terbatas dan bahwa tidak ada yang mustahil bagi-Nya untuk melaksanakan apa yang Ia ingin lakukan.

Kelahiran dari perawan juga berhubungan dengan keilahian Kristus, di mana yang Ilahi mungkin datang ke dunia melalui kelahiran dari perawan, dan mukjizat kelahiran-Nya menunjukkan pada keilahian Kristus. 

Sebab itu ketika malaikat Gabriel memberitahukan Maria Maria bahwa, “Sesungguhnya engkau akan mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki-laki dan hendaklah engkau menamai Dia Yesus. Ia akan menjadi besar dan akan disebut Anak Allah Yang Maha tinggi. Dan Tuhan Allah akan mengaruniakan kepada-Nya takhta Daud, bapa leluhur-Nya..” (Lukas 1:31-32), Maria langsung memprotesnya bahwa ia belum bersuami. Namun apa yang dikatakan malaikat Gabriel jelaslah menunjukkan natur keilahian dari Anak tersebut, “Roh Kudus akan turun atasmu dan kuasa Allah Yang Maha tinggi akan menaungi engkau; sebab itu anak yang akan kaulahirkan itu akan disebut kudus, Anak Allah” (Lukas 1:35). 

Karena itulah, maka ajaran tentang kelahiran Kristus dari seorang perawan dapat menjadi ujian mengenai pandangan seseorang terhadap mukjizat. Jika seseorang dapat menerima kelahiran Yesus dari seorang perawan, maka orang tersebut akan mungkin lebih mudah untuk dapat menerima mujizat-mujizat lainnya yang tercatat di dalam Alkitab. 

Dengan demikian keyakinan seseorang akan doktrin ini jelas sangat menentukan juga sikapnya terhadap hal-hal yang supranatural pada umumnya, termasuk pengakuan terhadap keilahian Kristus. Karena memang lebih mudah menerima keilahian Kristus ketimbang menerima kelahiran-Nya dari seorang perawan. Pandangan seseorang mengenai kelahiran Kristus dari seorang perawan akan menentukan apakah ia menerima keilahian Kristus atau tidak.
Next Post Previous Post