EFESUS 2:1-10 (KARYA KESELAMATAN ALLAH)

I. Dalam Efesus 2:1-3, kita mendapati latar belakang dari Efesus 2:4-10 yaitu kondisi manusia yang tidak berdaya serta tanpa pengharapan akibat belenggu dosa.

Manusia hidup dalam kejahatan dari waktu ke waktu tanpa kemampuan serta pengharapan untuk melepaskan diri darinya.
EFESUS 2:1-10 (KARYA KESELAMATAN ALLAH)
gadget, otomotif
Martin Kitchen membagi kondisi manusia yang digambarkan di sini ke dalam tujuh karaktersitik:

a. Mati dalam pelanggaran-pelanggaran dan dosa-dosa (Efesus 2: 1);

b. Menaati penguasa-penguasa dunia (Efesus 2: 2);

c. Mengikuti jalan dunia (Efesus 2:2);

d. Hidup dalam hawa nafsu dan kedagingan (Efesus 2:3);

e. Memenuhi hasrat kedagingan dan pikiran jahat (2:3);

f. Menjadi orang-orang yang dimurkai Allah (2:3)

g. Tidak memiliki perbedaan hidup dengan orang lain (2:3).

Jadi latar belakang teks ini adalah kondisi umat manusia yang tidak berpengharapan dan sama sekali tidak berdaya sebagai akibat dosa. Paulus menggambarkan hal ini sebagai suatu kondisi “kematian”, dari mana kita tidak mampu menyelamatkan diri kita sendiri. Hanya pertolongan dari luar yang dapat membantu, hanya pertolongan Allah sendiri. Dengan penuh rahmat, Allah bertindak dalam kuasa dan anugerah.

Setelah menjelaskan kondisi manusia yang tanpa pengharapan itu, Paulus mengkontraskannya dengan karya keselamatan dari Allah yang “kaya dengan rahmat, oleh karena kasih-Nya yang besar, yang dilimpahkan-Nya” bagi kita (Efesus 2: 4). Dalam teks Efesus 2:4-10, kita mendapati dua gagasan utama yang berkaitan dengan karya Allah bagi keselamatan manusia, yaitu inti/fondasi keselamatan (ay. 4-7) dan penerimaannya oleh anugerah semata (Efesus 2:8-10).

II. Kedua, inti atau fondasi keselamatan (Efesus 2:4-7).

Di dalam bagian ini, Paulus mengkontraskan karya Allah yang maha kasih itu dengan kondisi kita yang sudah digambarkan sebelumnya, yaitu bahwa Allah “menghidupkan” kita dari kematian akibat dosa yang sejajar dengan karya-Nya yang “membangkitkan” kita. Karya Allah di sini merujuk kepada karya Bapa sebagaimana yang dikemukakan Wolfart Pannenberg bahwa istilah “Allah” di dalam PB digunakan secara konsisten untuk merujuk kepada Bapa, jika tidak ada keterangan dari konteksnya mengenai rujukannya kepada pribadi yang lain.

Karya Bapa ini dilakukan bersama dan di dalam Kristus dan akan mencapai kulminasinya (puncaknya) di masa depan (Efesus 2: 7). Bapa telah menghidupkan kita, di mana sebelumnya kita “mati karena dosa-dosa” (ay. 10. Pada gilirannya, Ia telah membangkitkan kita bersama dengan Kristus. Ini adalah tindakan yang berdaulat oleh Bapa. Selain itu, kita tidak dibangkitkan dalam ketersendirian. Kata kerja dalam ayat 5 dan ayat 6 secara konsisten memiliki awalan syn (yang berarti “dengan”). Kita dibawa kepada kehidupan dalam kaitan dengan yang lain, sebagai bagian dari tubuh korporat.

Bahkan lebih lagi, kita diberi hidup dalam hubungan dan persatuan dengan Kristus, yang Bapa bangkitkan dari antara orang mati. Maka kita juga berbagian dalam kebangkitan-Nya. Jika kita mengingat komentar Paulus di Roma 8, Roh Kudus juga secara aktif terlibat dalam kebangkitan Kristus demikian juga dalam partisipasi kita di dalamnya – Bapa menggenapkannya melalui Roh Kudus.

Bapa mendudukkan kita di atas takhta bersama dengan Kristus di surga (Efesus 2:6b). Inilah kelanjutan dan konsekuensi dari apa yang telah diulas di atas. Kristus naik ke surga dan sekarang duduk di sebelah kanan Allah. Dalam persatuan dengan Dia, kita didudukkan bersama-sama dengan Dia (dan dalam Dia) di sorga. Maksudnya sekali lagi adalah bahwa Bapa terus menjadi subjek dari anak kalimat ini.

Jadi, rencana keselamatan dalam keseluruhannya, demikian juga dalam detail-detailnya, adalah penggenapan kovenan Allah dengan Abraham, disiapkan dari sebelum penciptaan, difokuskan secara korporat dalam Kristus dan – di atas segalanya – adalah suatu janji dari Bapa, Anak, dan Roh Kudus yang memiliki satu tujuan, satu kehendak, dan satu pengaruh.

III. Ketiga, penerimaan keselamatan oleh anugerah semata (Efesus 2:8-10).

Penekanan akan anugerah atau kasih karunia dalam bagian ini konsisten dengan kondisi manusia sebelum mengalami karya penebusan Kristus. Kondisi kematian akibat dosa tidak mungkin menyisakan kemampuan atau potensi di dalam diri manusia itu sendiri yang memberinya peluang untuk menyelamatkan dirinya sendiri atas potensi dirinya.

Selain itu, seperti yang sudah diuraikan dalam eskegesis terhadap Efesus 1:3-14 bahwa keselamatan itu diinisiasi, diwujudkan, dan digenapi oleh Bapa, Anak, dan Roh Kudus. Itu berarti, implikasi yang tidak dapat tidak harus diterima adalah bahwa keselamatan itu hanya dapat dinikmati oleh manusia karena anugerah atau kasih karunia semata dan bukan merupakan buah dari upaya atau usaha dari pihak manusia itu sendiri.

Baca Juga: Semua Adalah Kasih Karunia: Eksposisi Efesus 2:1-10

Lincoln mengomentari ayat-ayat ini demikian: “Tindakan Allah yang beranugerah itu adalah fondasi dari keselamatan manusia yang diterima melalui iman sebagai sarana yang melaluinya tindakan tersebut menjadi efektif dalam kehidupan seseorang.” Sebelumnya, Lincoln sudah memberikan argumentasi bahwa iman itu sendiri tidak bersumber dari dalam diri manusia melainkan harus dilihat juga sebagai pemberian Allah (Band. Filipi 1:29).

Maka tidak heran, Ferguson pun menegaskan hal ini dengan berkomentar:

Kejeniusan rencana keselamatan Allah adalah bahwa Ia telah menciptakan sarana yaitu iman yang melaluinya kita dapat menikmati keselamatan, namun pada saat yang sama iman itu sendiri tidak berkontribusi bagi keselamatan kita. Keselamatan adalah pemberian cuma-cuma di mana iman tidak menambahkan apa pun kepadanya. Keselamatan, seluruhnya dan selalu merupakan anugerah. Itu tidak pernah bersumber dari natur manusia itu sendiri; itu tidak bergantung atas perbuatan manusia. Itu datangnya dari Allah; karena itu tidak ada seorang pun yang dapat membanggakan diri mengenai hal itu! Sesungguhnya ini adalah sebuah kejeniusan ilahi.

Jadi, Efesus 2:4-10 juga berbicara mengenai rencana keselamatan Allah bagi manusia di mana dasarnya adalah karya Bapa bersama dan di dalam Kristus yang membangkitkan serta menghidupkan kita dari kematian serta ketidakberdayaan akibat dosa. Itulah sebabnya, keselamatan itu ditekankan sebagai sebuah pemberian cuma-cuma; bukan merupakan hasil perbuatan atau jasa dari pihak manusia itu sendiri. Sedikit berbeda dengan Efesus 1:3-14 yang berbicara mengenai peran Bapa, Anak dan Roh Kudus, di dalam teks ini yang dibicarakan adalah peran Bapa dan Kristus bagi keselamatan manusia.
Next Post Previous Post