PERSEMBAHAN ORANG-ORANG MAJUS (MATIUS 2:11-12)

Pdt. Budi Asali, M.Div.

Mereka memberikan persembahan, yaitu emas, kemenyan dan mur.

Matius 2:11b: “Merekapun membuka tempat harta bendanya dan mempersembahkan persembahan kepadaNya, yaitu emas, kemenyan dan mur.”.
PERSEMBAHAN ORANG-ORANG MAJUS (MATIUS 2:11-12)
bisnis, otomotif, gadget
1. Ada 2 penafsiran tentang persembahan mereka ini:

a. Ada orang-orang yang menganggap bahwa persembahan ini mempunyai arti / makna, dan arti / maknanyapun bisa berbeda-beda.

Ada yang menganggap emas merupakan persembahan untuk seorang raja (Yesus adalah Raja), kemenyan untuk seorang imam (Yesus adalah imam / pengantara), dan mur untuk orang mati (Yesus datang untuk mati).

William Barclay: “Later legends have been busy with the wise men. In the early days, tradition said that there were twelve of them. But now the tradition that there were three is almost universal. The New Testament does not say that there were three, but the idea that there were three no doubt arose from the threefold gift which they brought. Later legend made them kings. And still later legend gave them names, Caspar, Melchior and Balthasar. Still later legend assigned to each a personal description, and distinguished the gift which each of them gave to Jesus. Melchior was an old man, grey-haired, and with a long beard, and it was he who brought the gift of gold. Caspar was young and beardless, and flushed with youth, and it was he who brought the gift of frankincense. Balthasar was swarthy, with the beard newly grown upon him, and it was he who brought the gift of myrrh.” [= Dongeng-dongeng belakangan telah sibuk dengan orang-orang bijaksana / Majus ini. Pada zaman awal, tradisi berkata bahwa mereka ada 12 orang. Tetapi sekarang tradisi bahwa mereka adalah 3 orang hampir bersifat universal. Perjanjian Baru tidak mengatakan bahwa mereka 3 orang, tetapi gagasan bahwa mereka adalah 3 orang tak diragukan muncul dari 3 macam pemberian yang mereka bawa. Dongeng belakangan membuat mereka raja-raja. Dan dongeng yang lebih belakangan lagi memberi mereka nama-nama, Caspar, Melchior dan Balthasar. Dongeng yang lebih belakangan lagi memberi kepada masing-masing penggambaran pribadi, dan membedakan pemberian yang masing-masing mereka berikan kepada Yesus. Melchior adalah seorang tua, berambut abu-abu, dan dengan janggut panjang, dan dialah yang membawa pemberian emas. Caspar muda dan tak berjanggut, dan bersinar dengan kemudaan, dan dialah yang membawa pemberian kemenyan. Balthasar berkulit hitam, dengan janggut yang baru tumbuh padanya, dan dialah yang membawa pemberian mur.].

Catatan: kata-kata Barclay ini saya berikan sekedar untuk menunjukkan betapa banyak dongeng-dongeng yang tak berdasar yang dipercayai orang. Jadi, bodohlah orang-orang yang mempercayai tradisi yang tak bisa dijamin kebenarannya seperti ini. Dan kebodohan seperti ini adalah kebodohan yang mengarahkan orang pada kesesatan!

William Barclay: “From very early times, the gifts the wise men brought have been seen as particularly fitting. Each gift has been seen as representing something which specially matched some characteristic of Jesus and his work. (1) Gold is the gift of a king. Seneca, the Roman philosopher, tells us that in Parthia it was the custom that no one could ever approach the king without a gift. And gold, the king of metals, is the fit gift for a king. So, Jesus was ‘the Man born to be King’. But he was to reign not by force but by love; and he was to rule over human hearts, not from a throne, but from a cross. We do well to remember that Jesus Christ is King. We can never meet Jesus on equal terms. We must always meet him on terms of complete submission. … Before we can be friends with Christ, we must submit to Christ. (2) Frankincense is the gift for a priest. It was in the Temple worship and at the Temple sacrifices that the sweet perfume of frankincense was used. The function of a priest is to open the way to God for men and women. The Latin word for priest is pontifex, which means a bridge-builder. The priest is the one who builds a bridge between human beings and God. That is what Jesus did. He opened the way to God; he made it possible for us to enter into the very presence of God. (3) Myrrh is the gift for one who is to die. Myrrh was used to embalm the bodies of the dead. Jesus came into the world to die. ... Jesus came into the world to live for men and women, and, in the end, to die for them. He came to give for us his life and his death. Gold for a king, frankincense for a priest, myrrh for one who was to die - these were the gifts of the wise men, and, even at the cradle of Christ, they foretold that he was to be the true king, the perfect high priest, and in the end the supreme Saviour of the world.” [= Sejak masa yang sangat awal, pemberian-pemberian dari orang-orang bijaksana / Majus telah dilihat sebagai cocok secara khusus. Setiap pemberian telah dilihat sebagai mewakili sesuatu yang secara khusus cocok dengan beberapa karakteristik dari Yesus dan pekerjaanNya. (1) Emas adalah pemberian untuk seorang raja. Seneca, ahli filsafat Romawi, memberitahu kita bahwa di Parthia merupakan kebiasaan bahwa tak seorangpun bisa mendekati raja tanpa suatu pemberian. Dan emas, raja dari logam, adalah pemberian yang cocok untuk seorang raja. Jadi, Yesus adalah ‘Orang yang dilahirkan untuk menjadi Raja’. Tetapi Ia akan / harus memerintah bukan dengan kekuatan tetapi dengan kasih; dan Ia akan / harus memerintah atas hati manusia, bukan dari sebuah takhta, tetapi dari sebuah salib. Kita melakukan dengan baik kalau kita mengingat bahwa Yesus Kristus adalah Raja. Kita tidak pernah bisa menemui Yesus pada tingkat / derajat yang sama. Kita harus selalu menemui Dia dengan syarat ketundukan sepenuhnya. ... Sebelum kita bisa bersahabat dengan Kristus, kita harus tunduk kepada Kristus. (2) Kemenyan adalah pemberian untuk seorang imam. Di dalam ibadah / penyembahan Bait Suci dan pada korban-korban Bait Suci minyak wangi kemenyan yang manis digunakan. Fungsi dari seorang imam adalah membuka jalan kepada Allah untuk laki-laki dan perempuan. Kata bahasa Latin untuk imam adalah PONTIFEX, yang berarti seorang pembangun jembatan. Imam adalah orang yang membangun sebuah jembatan antara manusia dan Allah. Itu adalah apa yang Yesus lakukan. Ia membuka jalan kepada Allah; Ia membuatnya mungkin bagi kita untuk masuk ke dalam kehadiran Allah. (3) Mur adalah pemberian untuk seseorang yang akan mati. Mur digunakan untuk membalsem mayat dari orang mati. Yesus datang ke dalam dunia untuk mati. ... Yesus datang ke dalam dunia untuk hidup bagi orang laki-laki dan perempuan, dan pada akhirnya, untuk mati bagi mereka. Ia datang untuk memberi untuk kita hidupNya dan kematianNya. Emas untuk seorang raja, kemenyan untuk seorang imam, mur untuk seseorang yang akan mati - ini adalah pemberian-pemberian dari orang-orang bijaksana / Majus, dan, bahkan di tempat kelahiran Kristus, mereka meramalkan bahwa Ia akan / harus menjadi Raja yang benar, Imam Besar yang sempurna, dan pada akhirnya Juruselamat yang tertinggi dari dunia.].

Ada yang menganggap emas merupakan persembahan untuk seorang raja, kemenyan merupakan persembahan untuk Allah (karena dalam Perjanjian Lama kemenyan dibakar dan asapnya naik kepada Allah), dan mur merupakan persembahan untuk manusia yang harus mati (karena mur dipakai untuk membalsem orang mati).

Pulpit Commentary: “They offered costly gifts - gifts of mystic meaning. The frankincense was significant; it was offered to God in the services of the temple; offered to the holy Babe, it confessed his Divinity. Gold is offered to a king; the star had announced the approaching birth of the King of the Jews; the Magians recognized the infant Jesus as the promised King. Myrrh was used in preparing bodies for the grave. Nicodemus brought a mixture of myrrh and aloes (John 19:39), and laid therein the sacred body of the Lord. It may be that the gift of myrrh prefigured the blessed death which was to close the earthly life of the holy Babe.” [= Mereka mempersembahkan pemberian-pemberian yang mahal - pemberian-pemberian dari arti mistik. Kemenyan itu penting; itu dipersembahkan kepada Allah dalam kebaktian dari Bait Suci; dipersembahkan kepada sang Bayi kudus, itu mengakui keilahianNya. Emas dipersembahkan kepada seorang raja; bintang telah mengumumkan mendekatnya kelahiran dari Raja orang-orang Yahudi; orang-orang Majus mengenali bayi Yesus sebagai Raja yang dijanjikan. Mur digunakan untuk mempersiapkan tubuh / mayat bagi kubur. Nikodemus membawa suatu campuran dari mur dan minyak gaharu (Yoh 19:39), dan meletakkan di sana tubuh / mayat kudus dari Tuhan. Adalah mungkin bahwa pemberian mur menggambarkan lebih dulu kematian yang diberkati yang harus menutup kehidupan duniawi dari sang Bayi kudus.].

Yohanes 19:39 - “Juga Nikodemus datang ke situ. Dialah yang mula-mula datang waktu malam kepada Yesus. Ia membawa campuran minyak mur dengan minyak gaharu, kira-kira lima puluh kati beratnya.”.

William Hendriksen membahas hal ini secara sangat panjang lebar, dan pertama-tama ia menunjukkan bermacam-macam penggunaan dari 3 hal ini, yaitu emas, kemenyan, dan mur.

William Hendriksen: “This list of various uses is somewhat incomplete as any Concordance will indicate. However, it establishes the point to be noted, namely, that according to Scripture (both Old and New Testament) each of the three gifts brought by the wise men serves more than one purpose. Now if this is true, what justification did Origen (and many after him) have for saying that the magi brought ‘gold, as to a king; myrrh, as to one who was mortal; and incense, as to God’? Does not this representation amount to oversimplification? On the surface it would seem that it does. However, another look at the entire list of passages in which these three items are mentioned proves that, to say the least, there is an important element of truth in Origen’s observation. To begin with gold, it is striking how often in Scripture this precious metal is indeed associated with royalty: with the king, the queen, the vice-gerent, and the prince.” [= Daftar dari bermacam-macam penggunaan ini agak tidak lengkap seperti konkordansi manapun akan tunjukkan. Tetapi, itu meneguhkan pokok yang harus diperhatikan, yaitu bahwa menurut Kitab Suci (baik Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru) masing-masing dari tiga pemberian yang dibawa oleh orang-orang Majus memberikan lebih dari satu tujuan. Sekarang jika ini adalah benar, pembenaran apa yang dipunyai oleh Origen (dan banyak setelah dia) untuk mengatakan bahwa orang-orang Majus membawa ‘emas, berkenaan dengan seorang raja; mur, berkenaan dengan seseorang yang fana; dan kemenyan, berkenaan dengan Allah’? Tidakkah penggambaran ini sama dengan penyederhanaan yang menyebabkan kesalahan? Pada permukaannya kelihatannya memang begitu. Tetapi kalau kita melihat lagi pada seluruh daftar text-text dalam mana tiga hal / benda ini disebutkan, membuktikan bahwa, setidaknya di sana ada suatu elemen kebenaran yang penting dalam pengamatan Origen. Mulai dengan emas, merupakan sesuatu yang menyolok betapa sering dalam Kitab Suci logam berharga ini memang dihubungkan dengan kerajaan: dengan raja, ratu, wakil, dan pangeran.].

Lalu William Hendriksen melanjutkan:

William Hendriksen: “We see, therefore, that to anyone acquainted with the books of the Old Testament gold would almost immediately suggest royalty.” [= Karena itu, kita / kami melihat bahwa bagi siapapun yang akrab dengan kitab-kitab dari Perjanjian Lama emas hampir segera menunjukkan kerajaan.].

William Hendriksen: “As to frankincense (literally meaning pure incense), the Old Testament word is derived from a root meaning white. ... As to frankincense, in by far the most of the cases in which this word occurs in the Old Testament it is mentioned in connection with the service of Jehovah. ... According to Exod. 30:34 it entered as an ingredient into the composition of incense, with respect to which it is specifically stated that it is not for the people but only for Jehovah (Exod. 30:37). In the Old Testament the basic word incense occurs more than one hundred times. In the New Testament it is found in Luke 1:9–11 and Rev. 8:3,4. Whenever it occurs it has to do with the service of God. In offering incense, burning coals were taken from the altar of burnt offering and placed on the altar of incense, the golden altar that stood in the holy place immediately in front of the holy of holies. On these coals the incense was then sprinkled. The fragrant smoke rising heavenward was symbolical of the prayers and thanksgivings of the people and the priests. The incense was definitely an offering made to God (see Luke 1:9 f.; Rev. 5:8; 8:3). Frankincense, and also incense in general, immediately suggests God, therefore. It belongs to him, to him alone. ... It is clear, therefore, that just as gold and king go together, so do also incense and God.” [= Berkenaan dengan kemenyan (secara hurufiah berarti ukupan murni), kata Perjanjian Lama itu diturunkan dari suatu akar kata yang berarti putih. ... Berkenaan dengan kemenyan, dalam kebanyakan kasus dalam mana kata ini muncul dalam Perjanjian Lama itu disebutkan berhubungan dengan pelayanan dari Yehovah. ... Menurut Kel 30:34 itu masuk sebagai suatu bahan / unsur ke dalam komposisi dari ukupan, berkenaan dengan apa itu secara khusus dinyatakan bahwa itu bukan untuk orang-orang tetapi hanya untuk Yehovah (Kel 30:37). Dalam Perjanjian Lama kata dasar ukupan muncul lebih dari 100 x. Dalam Perjanjian Baru itu ditemukan dalam Luk 1:9-11 dan Wah 8:3,4. Kapanpun itu muncul itu berhubungan dengan pelayanan Allah. Dalam mempersembahkan ukupan, batu bara / arang membara diambil dari mezbah dari korban bakaran dan diletakkan di mezbah pembakaran ukupan, mezbah emas yang berada di Ruang Suci langsung di depan Ruang Maha Suci. Pada arang ini ukupan lalu dipercikkan. Asap yang harum / wangi yang naik ke atas merupakan simbol dari doa-doa dan ucapan-ucapan syukur dari bangsa / orang-orang dan imam-imam. Ukupan pasti merupakan suatu persembahan yang dibuat bagi Allah (lihat Lukas 1:9-dst; Wahyu 5:8; 8:3). Karena itu, kemenyan, dan juga ukupan secara umum, segera menunjukkan Allah. Itu adalah milikNya, milikNya sendiri. ... Karena itu jelaslah bahwa sama seperti emas dan raja berjalan bersama-sama, begitu juga ukupan dan Allah.].

Catatan: dalam Alkitab Indonesia ‘frankincense’ biasanya diterjemahkan ‘kemenyan’, dan ‘incense’ biasanya diterjemahkan ‘ukupan’. Tetapi ada juga ayat-ayat, seperti misalnya Wah 5:8 dan Wah 8:3-4, dimana ‘incense’ diterjemahkan ‘kemenyan’, dan dalam Kel 30:34 ‘pure frankincense’ diterjemahkan ‘kemenyan yang tulen’.

Kel 30:34,37 - “(34) Berfirmanlah TUHAN kepada Musa: ‘Ambillah wangi-wangian, yakni getah damar, kulit lokan dan getah rasamala, wangi-wangian itu serta kemenyan yang tulen, masing-masing sama banyaknya. ... (37) Dan tentang ukupan yang harus kaubuat menurut campuran yang seperti itu juga janganlah kamu buat bagi kamu sendiri; itulah bagian untuk TUHAN, yang kudus bagimu.”.

Lukas 1:9-11 - “(9) Sebab ketika diundi, sebagaimana lazimnya, untuk menentukan imam yang bertugas, dialah yang ditunjuk untuk masuk ke dalam Bait Suci dan membakar ukupan di situ. (10) Sementara itu seluruh umat berkumpul di luar dan sembahyang. Waktu itu adalah waktu pembakaran ukupan. (11) Maka tampaklah kepada Zakharia seorang malaikat Tuhan berdiri di sebelah kanan mezbah pembakaran ukupan.”.

Wahyu 5:8 - “Ketika Ia mengambil gulungan kitab itu, tersungkurlah keempat makhluk dan kedua puluh empat tua-tua itu di hadapan Anak Domba itu, masing-masing memegang satu kecapi dan satu cawan emas, penuh dengan kemenyan: itulah doa orang-orang kudus.”.

Wahyu 8:3-4 - “(3) Maka datanglah seorang malaikat lain, dan ia pergi berdiri dekat mezbah dengan sebuah pedupaan emas. Dan kepadanya diberikan banyak kemenyan untuk dipersembahkannya bersama-sama dengan doa semua orang kudus di atas mezbah emas di hadapan takhta itu. (4) Maka naiklah asap kemenyan bersama-sama dengan doa orang-orang kudus itu dari tangan malaikat itu ke hadapan Allah.”.

William Hendriksen: “As to myrrh, in the more than a dozen Old Testament passages where the word occurs it is mentioned in connection with the service of Jehovah in only one instance. It enters into the composition of anointing oil (Exod. 30:22–33). For the rest, as has already been indicated, it was a perfume used by and in the interest of mortal man, to make his life more pleasant, his pain less dreadful, and his burial less repulsive.” [= Berkenaan dengan mur, dalam lebih dari selusin text-text Perjanjian Lama dimana kata itu muncul, kata itu disebutkan berhubungan dengan pelayanan Yehovah dalam hanya satu contoh / kejadian. Kata itu masuk ke dalam komposisi dari minyak urapan (Kel 30:22-33). Untuk sisanya, seperti telah ditunjukkan, itu adalah minyak wangi yang digunakan oleh dan demi kepentingan dari orang yang fana, untuk membuat hidupnya lebih menyenangkan, rasa sakitnya kurang menakutkan, dan penguburannya kurang menjijikkan.].

Dan akhirnya William Hendriksen memberikan kesimpulan ini:

William Hendriksen: “It has been established, therefore, that Origen had good reason to say that the magi brought ‘gold, as to a king; myrrh, as to one who was mortal; and incense, as to God.’” [= Karena itu, telah diperlihatkan / dibuktikan bahwa Origen mempunyai alasan yang baik untuk mengatakan bahwa orang-orang Majus membawa ‘emas, berkenaan dengan seorang raja; mur, berkenaan dengan orang yang fana; dan kemenyan, berkenaan dengan Allah.’].

William Hendriksen: “these important men not only prostrated themselves before him but presented him with gifts that were not only lavish but also definitely appropriate; gold, for he was and is indeed a king - yes, ‘King of kings and Lord of lords’ - frankincense, for he is indeed God - the fulness of the godhead dwells in him - and myrrh, for he is also man, destined for death, and this by his own choice. How much of this the wise men understood we do not know. Let it suffice to say that their coming, the homage they rendered, and the gifts they offered were acceptable in the eyes of God.” [= orang-orang penting ini bukan hanya meniarapkan diri mereka sendiri (menyembah) di hadapanNya, tetapi memberi Dia pemberian-pemberian yang bukan hanya mahal tetapi juga pasti cocok; emas, karena Ia dari dulu sampai sekarang memang adalah seorang Raja - ya, ‘Raja atas segala raja dan Tuhan atas segala Tuhan’ - kemenyan, karena Ia memang adalah Allah - kepenuhan dari keAllahan tinggal di dalam Dia - dan mur, karena Ia juga adalah manusia, ditentukan untuk kematian, dan ini oleh pilihanNya sendiri. Berapa banyak dari ini orang-orang bijaksana / Majus itu mengertinya kami tidak tahu. Cukuplah untuk mengatakan bahwa kedatangan mereka, penyembahan yang mereka berikan, dan pemberian-pemberian yang mereka persembahkan bisa diterima dalam pandangan Allah.].

Jadi, emas merupakan persembahan yang cocok bagi seorang raja, kemenyan merupakan persembahan yang cocok bagi Allah (Hendriksen / Pulpit Commentary) atau bagi imam (Barclay), dan mur merupakan persembahan yang cocok bagi orang mati.

b. Kebanyakan penafsir hanya menganggap bahwa orang-orang Majus ini memberikan hal-hal terbaik dari tempat asal mereka. Ini merupakan suatu teladan bagi kita untuk juga selalu memberikan yang terbaik bagi Kristus!

Jamieson, Fausset & Brown: “That the gold was presented to the infant King in token of His royalty; the frankincense in token of His divinity, and the myrrh, of his sufferings; or that they were designed to express His divine and human natures; or that the prophetic, priestly, and kingly offices of Christ are to be seen in these gifts; ... - all these are, at the best, precarious suppositions.” [= Bahwa emas diberikan kepada Raja yang masih bayi sebagai tanda / simbol dari kerajaanNya; kemenyan sebagai tanda / simbol dari KeilahianNya, dan mur, dari penderitaanNya; atau bahwa mereka dirancang untuk menyatakan hakekat Ilahi dan hakekat manusiaNya; atau bahwa jabatan-jabatan nabi, imam, dan raja dari Kristus harus bisa dilihat dalam pemberian-pemberian ini; ... - semua ini paling-paling merupakan anggapan-anggapan / perkiraan-perkiraan yang tidak pasti.].

Calvin: “Their presents show whence they came: for there can be no doubt that they brought them as the choicest productions of their country. ... Almost all the commentators indulge in speculations about those gifts, as denoting the kingdom, priesthood, and burial of Christ. They make ‘gold’ the symbol of his kingdom, - ‘frankincense,’ of his priesthoods, - and ‘myrrh,’ of his burial. I see no solid ground for such an opinion. It was customary, we know, among the Persians, when they offered homage to their kings, to bring a present in their hands. The Magi select those three for the produce of which Eastern countries are celebrated; just as Jacob sent into Egypt the choicest and most esteemed productions of the soil.” [= Hadiah-hadiah mereka menunjukkan dari mana mereka datang: karena tak diragukan bahwa mereka membawa hadiah-hadiah itu sebagai hasil-hasil pilihan / terbaik dari negara mereka. ... Hampir semua penafsir menuruti kesukaannya dalam spekulasi-spekulasi tentang pemberian-pemberian ini, sebagai menunjukkan kerajaan, imamat, dan penguburan Kristus. Mereka membuat ‘emas’ simbol dari kerajaanNya, - ‘kemenyan’ simbol dari imamatNya, - dan ‘mur’, simbol dari penguburanNya. Saya tidak melihat dasar yang kuat untuk pandangan seperti itu. Kami tahu bahwa merupakan kebiasaan di antara orang-orang Persia, pada waktu mereka memberikan penghormatan / penyembahan kepada raja-raja mereka, untuk membawa suatu hadiah dalam tangan mereka. Orang-orang Majus memilih 3 hadiah itu sebagai hasil tentang mana negara-negara Timur terkenal; sama seperti Yakub mengirimkan ke Mesir hasil-hasil pilihan / terbaik dan paling dihargai dari tanah.].

Bdk. Kejadian 43:11 - “Lalu Israel, ayah mereka, berkata kepadanya: ‘Jika demikian, perbuatlah begini: Ambillah hasil yang terbaik dari negeri ini dalam tempat gandummu dan bawalah kepada orang itu sebagai persembahan: sedikit balsam dan sedikit madu, damar dan damar ladan, buah kemiri dan buah badam.”.

Adam Clarke: “‘Gold, and frankincense, and myrrh.’ Some will have these gifts to be emblematic of the Divinity, regal office, and manhood of Christ. ‘They offered him incense as their God; gold as their king; and myrrh, as united to a human body, subject to suffering and death.’ ... Rather, they offered him the things which were in most esteem among themselves; and which were productions of their own country.” [= ‘Emas, dan kemenyan, dan mur’. Beberapa / sebagian orang menghendaki pemberian-pemberian ini sebagai simbol dari Keilahian, jabatan raja, dan kemanusiaan Kristus. ‘Mereka mempersembahkan kepadaNya kemenyan sebagai Allah mereka; emas sebagai Raja mereka; dan mur, karena bersatu dengan suatu tubuh manusia, tunduk pada penderitaan dan kematian’. ... Lebih baik, mereka mempersembahkan kepadaNya hal-hal yang paling dihargai di antara mereka sendiri; dan yang merupakan hasil-hasil dari negara mereka sendiri.].

Barnes’ Notes: “The offerings here referred to were made because they were the most valuable which the country of the Magi or wise men produced. They were tokens of respect and homage which they paid to the new-born King of the Jews. They evinced their high regard for him, and their belief that he was to be an illustrious prince; and the fact that their deed is recorded with approbation shows us that we should offer our most valuable possessions, our all, to the Lord Jesus Christ. Wise men came from far to do him homage, and bowed down, and presented their best gifts and offerings. It is right that we give to him also our hearts, our property, our all.” [= Persembahan-persembahan yang ditunjukkan di sini dibuat karena mereka merupakan yang paling berharga yang dihasilkan oleh negara dari orang-orang Majus atau orang-orang bijaksana. Hadiah-hadiah itu adalah tanda dari rasa hormat dan penghormatan / penyembahan yang mereka berikan kepada Raja orang Yahudi yang baru dilahirkan. Mereka menunjukkan penghormatan mereka yang tinggi bagiNya, dan kepercayaan mereka bahwa Ia akan menjadi seorang pangeran / raja yang penting / menonjol / berpengaruh; dan fakta bahwa tindakan mereka dicatat dengan penerimaan / persetujuan menunjukkan kepada kita bahwa kita harus mempersembahkan milik kita yang paling berharga, semua milik kita, kepada Tuhan Yesus Kristus. Orang-orang bijaksana / Majus datang dari jauh untuk menghormatiNya, dan menyembah, dan memberikan pemberian-pemberian dan persembahan-persembahan terbaik mereka. Adalah benar bahwa kita juga memberi kepada Dia hati kita, kekayaan kita, semua milik kita.].

Pulpit Commentary: “The Magi opened their rich stores and presented them to the Child. They set out with the object of worshipping him; this is the way in which they performed their intention. Their liturgy was an act of sacrifice. It is unworthy only to seek Christ for the sake of the good we hope to obtain for ourselves. He is worthy of adoration, and we can best express our adoration by service and sacrifice. Some will not measure the gift. He whose heart is on fire with devotion to Christ will not ask with what minimum will his Lord be satisfied; he will love to give his best.” [= Orang-orang Majus membuka simpanan mereka yang kaya dan memberikannya kepada Anak itu. Mereka berangkat dengan tujuan menyembah Dia; ini adalah jalan dalam mana mereka melaksanakan tujuan / maksud mereka. Penyembahan mereka merupakan suatu tindakan dari pengorbanan. Merupakan sesuatu yang tidak layak untuk mencari Kristus hanya demi hal-hal baik yang kita harapkan untuk dapatkan bagi diri kita sendiri. Ia layak untuk mendapatkan pemujaan kita, dan kita bisa menyatakan pemujaan kita dengan cara terbaik oleh pelayanan dan korban. Beberapa / sebagian orang tidak mau mengukur pemberian. Ia yang hatinya berkobar-kobar dengan pembaktian kepada Kristus tidak akan bertanya berapa PEMBERIAN MINIMUM yang memuaskan Tuhannya; ia akan senang untuk memberi yang terbaik.].

2. Persembahan dari orang kaya.

Pulpit Commentary: “V. The homage of wealth. Tradition has called the Wise Men ‘kings.’ Certainly they were men of substance, as they brought with them costly gifts. We think of Christ as the Friend of the poor, but we have no right to narrow our conception of his sympathy to any one class of society. He is equally the friend of the rich, when the rich accept his friendship - e.g. Zacchæus. Moreover, the rich need Christ as much as the poor. The rich, too, have the privilege of giving to him from their wealth.” [= V. PENGHORMATAN / PERSEMBAHAN DARI KEKAYAAN. Tradisi telah menyebut orang-orang Bijaksana / Majus ‘raja-raja’. Pastilah mereka adalah orang-orang kaya, karena mereka membawa bersama mereka pemberian-pemberian yang mahal. Kita berpikir tentang Kristus sebagai Sahabat dari orang-orang miskin, tetapi kita tidak mempunyai hak untuk menyempitkan konsep kita tentang simpatiNya pada satu kelas / golongan masyarakat yang manapun. Ia secara sama / setara adalah sahabat dari orang kaya, pada waktu orang kaya menerima persahabatanNya - contoh, Zakheus. Selanjutnya / lebih lagi, orang kaya membutuhkan Kristus sama banyaknya dengan yang orang miskin butuhkan. Orang kaya, juga, mempunyai hak memberikan kepadaNya dari kekayaan mereka.].

3. Apakah orang-orang Majus memberi emas dalam jumlah banyak sehingga membuat Yesus kaya sejak lahir?

Bdk. Lukas 2:24 - “dan untuk mempersembahkan korban menurut apa yang difirmankan dalam hukum Tuhan, yaitu sepasang burung tekukur atau dua ekor anak burung merpati.”.

Calvin (tentang Luk 2:24): “When the Evangelist mentions ‘a pair of turtle-doves, or two young pigeons,’ he takes for granted that his readers will understand, that Joseph and Mary were in such deep poverty, as not to have it in their power to offer a lamb. For this exception is expressly mentioned: ‘If she be not able to bring a lamb, then she shall bring two turtles, or two young pigeons,’ (Leviticus 12:8.) Is it objected, that the Magi had very recently supplied them with a sufficiency of gold to make the purchase? I reply: We must not imagine that they had such abundance of gold as to raise them suddenly from poverty to wealth. We do not read, that their camels were laden with gold. It is more probable that it was some small present, which they had brought solely as a mark of respect.” [= Pada waktu sang Penginjil menyebutkan ‘sepasang burung tekukur atau dua ekor anak burung merpati,’ ia menganggap sebagai sesuatu yang benar bahwa para pembacanya akan mengerti, bahwa Yusuf dan Maria ada dalam kemelaratan yang dalam seperti itu, sehingga tidak mempunyainya dalam kuasa mereka untuk mempersembahkan seekor anak domba. Untuk hal ini perkecualian dinyatakan secara explicit: ‘Jika ia tidak mampu untuk membawa seekor anak domba, maka ia harus membawa dua ekor burung tekukur atau dua ekor anak burung merpati’, (Imamat 12:8). Apakah ada keberatan bahwa orang-orang Majus baru-baru saja telah menyuplai mereka dengan emas yang cukup untuk membelinya? Saya menjawab: Kita tidak boleh membayangkan bahwa mereka mempunyai emas yang sangat banyak seperti itu sehingga dengan mendadak mengangkat mereka dari kemelaratan menjadi kaya. Kita tidak membaca, bahwa unta-unta mereka dimuati dengan emas. Adalah lebih memungkinkan bahwa itu adalah suatu hadiah / pemberian yang kecil, yang telah mereka bawa sebagai suatu tanda penghormatan.].

Imamat 12:6-8 - “(6) Bila sudah genap hari-hari pentahirannya, maka untuk anak laki-laki atau anak perempuan haruslah dibawanya seekor domba berumur setahun sebagai korban bakaran dan seekor anak burung merpati atau burung tekukur sebagai korban penghapus dosa ke pintu Kemah Pertemuan, dengan menyerahkannya kepada imam. (7) Imam itu harus mempersembahkannya ke hadapan TUHAN dan mengadakan pendamaian bagi perempuan itu. Demikianlah perempuan itu ditahirkan dari leleran darahnya. Itulah hukum tentang perempuan yang melahirkan anak laki-laki atau anak perempuan. (8) Tetapi jikalau ia tidak mampu untuk menyediakan seekor kambing atau domba, maka haruslah ia mengambil dua ekor burung tekukur atau dua ekor anak burung merpati, yang seekor sebagai korban bakaran dan yang seekor lagi sebagai korban penghapus dosa, dan imam itu harus mengadakan pendamaian bagi perempuan itu, maka tahirlah ia.’”.

Catatan: bisa saja orang-orang Majus itu datang SETELAH hari pentahiran itu.

Bible Knowledge Commentary: “These gifts were obviously the means by which Joseph took his family to Egypt and sustained them there until Herod died.” [= Pemberian-pemberian ini jelas merupakan cara dengan mana Yusuf membawa keluarganya ke Mesir dan menopang mereka di sana sampai Herodes mati.].

3) Orang-orang Majus tidak kembali kepada Herodes tetapi pulang melalui jalan yang lain.

Matius 2:12: “Dan karena diperingatkan dalam mimpi, supaya jangan kembali kepada Herodes, maka pulanglah mereka ke negerinya melalui jalan lain.”.

a) Mereka diperingati dalam mimpi (oleh Allah) untuk tidak kembali kepada Herodes, maupun kepada orang-orang Yerusalem, orang-orang yang tidak layak mendapatkan laporan mereka tentang Kristus, yang sebetulnya bisa mereka lihat dengan mata mereka sendiri, tetapi yang mereka tidak mau melihatNya. Mereka pulang melalui jalan lain ke negerinya, untuk memberitakan kabar baik ini kepada orang-orang senegara mereka (Matthew Henry).

Pulpit Commentary: “4. Their departure. They were warned of God. Perhaps they had consulted him, as the Greek word seems to imply. They could not trust Herod; the contrast between his dark character and the beautiful simplicity of the holy family at Bethlehem struck them, and awakened their suspicions. They feared the designs of Herod. They sought counsel of God; he provided for the safety of the holy Child; he warned them; they departed to their own country.” [= 4. Keberangkatan mereka. Mereka diperingatkan oleh Allah. Mungkin mereka telah berkonsultasi dengan Dia, seperti terlihat secara implicit dari arti kata Yunaninya. Mereka tidak bisa mempercayai Herodes; kontras antara karakternya yang gelap / jahat dan kesederhanaan yang indah dari keluarga Kudus di Betlehem memasuki pikiran mereka, dan membangunkan kecurigaan mereka. Mereka takut pada rancangan-rancangan Herodes. Mereka mencari bimbingan dari Allah; Ia menyediakan untuk keamanan dari sang Anak yang kudus; Ia memperingati mereka; mereka berangkat / pulang ke negara mereka sendiri.].

Catatan: kata Yunani yang diterjemahkan ‘diperingatkan’ adalah χρηματισθέντες (KHREMATISTHENTES), dan menurut Bible Works memang bisa berarti ‘to make answer to those who ask for advice’ [= memberi jawaban kepada mereka yang meminta nasehat].

Jadi, adalah mungkin bahwa mereka curiga terhadap Herodes dan lalu meminta bimbingan Tuhan berkenaan dengan hal itu, dan Tuhan membimbing mereka untuk pulang ke negara mereka melalui jalan lain.

William Hendriksen: “It is often difficult for thoroughly honest men to understand hypocrites, and for generous people to catch on to the schemes of self-seekers. So it is not surprising that the magi had failed to see what Herod was actually up to when he said, ‘Report to me that I too may come and worship him.’ But though the eyes of the wise men are not sharp enough to penetrate the king’s disguise, before God nothing is hidden (Heb. 4:13). He does not want any harm to befall the magi, nor does he want the life of his Son to be taken away before the latter has finished the work which his Father had given him to do. So the magi must be warned (verse 12), and so must Joseph (verse 13). In each case the warning arrives during a dream.” [= Seringkali sukar bagi orang-orang jujur untuk mengerti orang-orang munafik, dan bagi orang-orang yang murah hati untuk mengerti rencana rahasia dari pencari-pencari diri sendiri. Maka tidaklah mengherankan bahwa orang-orang Majus telah gagal untuk melihat apa yang sebetulnya Herodes rencanakan pada waktu ia berkata ‘Laporkan kepadaku supaya aku juga bisa datang dan menyembah Dia’. Tetapi sekalipun mata dari orang-orang bijaksana / Majus tidak cukup tajam untuk menembus penyamaran / kepura-puraan sang raja, di hadapan Allah tak ada apapun yang tersembunyi (Ibr 4:13). Ia tidak mau bencana apapun menimpa orang-orang Majus, juga Ia tidak mau kehidupan / nyawa AnakNya diambil sebelum Ia menyelesaikan pekerjaan yang BapaNya berikan kepadaNya untuk dilakukan. Jadi orang-orang Majus harus diperingatkan, dan demikian juga Yusuf (ayat 13). Dalam setiap kasus peringatan datang selama suatu mimpi.].

Ibrani 4:13 - “Dan tidak ada suatu makhlukpun yang tersembunyi di hadapanNya, sebab segala sesuatu telanjang dan terbuka di depan mata Dia, yang kepadaNya kita harus memberikan pertanggungan jawab.”.

b) Kita tidak pernah mendengar apa-apa lagi dalam Alkitab tentang orang-orang Majus ini, tetapi Pulpit Commentary mengatakan bahwa mereka pulang sebagai orang beriman, dan akhirnya mati sebagai orang yang beriman, karena kalau Allah memulai suatu pekerjaan baik, Ia pasti menyelesaikannya.

Pulpit Commentary: “We know no more of them certainly; we cannot doubt that they were saints of God. Their pilgrimage was not in vain; they carried back the lessons they had learned, and died at the last in the faith of him whom they had worshipped. We may be sure of this - sure that he who had begun the good work within their hearts would complete it. Their character is strikingly beautiful; simple faith, undoubting obedience, deep loving reverence, love that showed itself in costly offerings, - these were the graces that shone forth in the first Gentiles to whom the Saviour of the world was manifested.” [= Kita tidak tahu lebih tentang mereka dengan pasti; kita tidak bisa meragukan bahwa mereka adalah orang-orang kudus dari Allah. Perjalanan ziarah mereka tidaklah sia-sia; mereka membawa pulang pelajaran yang telah mereka pelajari, dan akhirnya mati dalam iman kepada Dia yang telah mereka sembah. Kita bisa pasti tentang ini - pastilah Dia yang telah memulai suatu pekerjaan baik di dalam hati mereka akan menyelesaikan / menyempurnakannya. Karakter mereka indah secara menyolok; iman yang sederhana, ketaatan tanpa keraguan, rasa hormat / takut dan penuh kasih yang dalam, kasih yang menunjukkan dirinya sendiri dalam persembahan-persembahan yang mahal, - hal-hal ini adalah kasih karunia - kasih karunia yang bersinar dalam orang-orang non Yahudi yang pertama kepada siapa sang Juruselamat dunia dinyatakan.].

Bdk. Filipi 1:6 - “Akan hal ini aku yakin sepenuhnya, yaitu Ia, yang memulai pekerjaan yang baik di antara kamu, akan meneruskannya sampai pada akhirnya pada hari Kristus Yesus.”.

Siapapun yang sudah datang / percaya dengan sungguh-sungguh kepada Kristus, bukan hanya sudah selamat, tetapi juga tidak akan kehilangan keselamatannya. Tetapi persoalannya, sudahkah saudara datang / percaya kepada Kristus? Saudara sudah seringkali merayakan Natal, tetapi sudah pernahkah saudara betul-betul datang / percaya kepada Kristus? Kalau belum, datanglah sekarang juga, dan saudara pasti akan selamat! Kiranya Tuhan memberkati saudara!

-AMIN-
Next Post Previous Post