KEKUATIRAN DALAM BERBAGAI PERSPEKTIF

Kekuatiran dapat dijelaskan dari berbagai perspektif, antara lain: perspektif psikologi, perspektif sosiologi, perspektif ekonomi dan pengajaran Tuhan Yesus.

1. Perspektif Psikologi

Perspektif adalah sudut pandang atau pandangan, sedangkan “Psikologi” berasal dari perkataan yunani psyche yang artinya adalah jiwa, dan logos yang artinya ilmu pengetahuan. Jadi secara etimologi (menurut kata) psikologi artinya adalah ilmu yang mempelajari tentang jiwa, baik mengenai macam-macam gejalanya, prosesnya, maupun latar belakangnya. 
KEKUATIRAN DALAM BERBAGAI PERSPEKTIF
gadget, otomotif, bisnis
Sepanjang hidupnya seseorang selalu mengalami berbagai kebutuhan yang harus dipenuhi, supaya ia dapat bertahan hidup. Secara berangsur-angsur ia memperoleh cara–cara dalam memuaskan kebutuhan-kebutuhan tersebut dan menjadi suatu kebiasaan.

Kebutuhan-kebutuhan dan kebiasaan dalam cara memuaskan untuk memenuhinya dapat dilihat oleh orang lain dan itu disebut kepribadian. Kepribadian sering digambarkan sebagai pola keseluruhan tingkah laku seseorang pada setiap tahap perkembangannya. Kepribadian dapat dikatakan mencakup semua aspek-aspek perkembangan, seperti perkembangan fisik, motorik, mental, sosial, moral. 

Kepribadian merupakan suatu kesatuan aspek-aspek jiwa dan badan, yang menyebabkan adanya kesatuan dalam tingkah-laku dan tindakan seseorang. Ini disebut integrasi, intergrasi dari pol-pola kepribadian yang dibentuk oleh seseorang, dan pembentukan pola kepribadian ini adalah melalui suatu proses interaksi di dalam dirinya sendiri, dengan pengaruh-pengaruh dari lingkungan luar.

Pengertian Kecemasan

Kecemasan atau dalam Bahasa Inggrisnya “anxiety” berasal dari Bahasa Latin “angustus” yang berarti kaku, dan “ango, anci” yang berarti mencekik. Menurut Freud mengatakan bahwa kecemasan adalah fungsi ego untuk memperingatkan individu tentang kemungkinan datangnya suatu bahaya sehingga dapat disiapkan reaksi adaptif yang sesuai. 

Kecemasan berfungsi sebagai mekanisme yang melindungi ego karena kecemasan memberi sinyal kepada kita bahwa ada bahaya dan kalau tidak dilakukan tindakan yang tepat maka bahaya itu akan meningkat sampai ego dikalahkan.

Taylor mengatakan bahwa kecemasan ialah suatu pengalaman subjektif mengenai ketegangan mental yang menggelisahkan sebagai reaksi umum dan ketidakmampuan menghadapi masalah atau tidak adanya rasa aman. 

Perasaan yang tidak menyenangkan ini umumnya menimbulkan gejala-gejala fisiologis (seperti gemetar, berkeringat, detak jantung meningkat, dan lain-lain) dan gejalagejala psikologis (seperti panik, tegang, bingung, tak dapat berkonsentrasi, dan sebagainya). Perbedaan intensitas kecemasan tergantung pada keseriusan ancaman dan efekivitas dari operasi-operasi keamanan yang dimiliki seseorang.

Mulai munculnya perasaan-perasaan tertekan, tidak berdaya akan muncul apabila orang tidak siap menghadapi ancaman. 

Ada beberapa sumber-sumber Kecemasan, antara lain: Kecemasan yang berasal dari dalam diri seseorang (internal). Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam diri orang itu sendiri. Faktor internal ini biasanya merupakan faktor genetis atau bawaan. Faktor genetis maksudnya adalah faktor yang berupa bawaan sejak lahir dan merupakan pengaruh keturunan dari salah satu sifat yang dimiliki oleh salah satu dari kedua orang tuanya atau bisa jadi gabungan atau kombinasi dari sifat kedua orang tuanya. 

Sering ada istilah “buah jatuh tidak akan jauh dari pohonnya”. Misalnya, sifat mudah marah yang dimiliki oleh sang ayah bukan tidak mungkin akan menurun pula pada anaknya. Kecemasan yang berasal dari luar seseorang (eksternal). Faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar orang tersebut. Faktor eksternal ini biasanya merupakan pengaruh yang berasal dari lingkungan seseorang, mulai dari lingkungan terkecilnya, yakni keluarga, teman tetangga, sampai dengan pengaruh dari barbagai media audiovisual seperti TV, VCD dan internet, atau media cetak seperti koran, majalah
dan lain sebagainya.

Dalam kehidupan sehari-hari seseorang, terus-menerus menyesuaikan diri dengan cara-cara tertentu, sehingga penyesuaian tersebut merupakan suatu pola. Biasanya seseorang dapat memenuhi dan memuaskan kebutuhannya dengan cara-cara yang dapat diterima oleh umum. 

Bila pemuasan kebutuhannya mengalami rintangan, maka ia akan mencari dan berusaha mencapai pemuasan tersebut dengan cara-cara yang tidak begitu diinginkannya, namun dengan cara yang tidak ditentang oleh umum. Seorang sejak kecil sudah harus membentuk pola-pola aktivitas dan sikap-sikap yang lain sesuai dengan keadaan baru, yang disebut penyesuaian. Pola-pola yang dibentuk kemudian disebut mekanisme penyesuaian. 

Beberapa ahli mempelajari jiwa atau psikis dan gejala-gejala yang diakibatkan oleh keberadaan psikis tersebut. Manusia menghayati kehidupan kejiwaan berupa kegiatan berfikir, berfantasi, mengingat, sugestif, sedih dan senang, berkemauan. Yang termasuk dalam gejala kejiwaan adalah gejala pengenalan (kognisi), gejala perasaan (emosi), gejala kehendak (konasi), dan gejala campuran (kombinasi)

2. Kecemasan Dalam Perspektif Psikologi

Kecemasan dialami ketika berfikir tentang sesuatu tidak menyenangkan yang akan terjadi. Sedangkan kecemasan sebagai suatu keadaan yang menggoncangkan karena adanya ancaman terhadap kesehatan. pengertian tentang kecemasan sebagai suatu keadaan emosional yang mempunyai ciri keterangsangan fisiologis, perasaan tegang yang tidak menyenangkan, dan kekuatiran bahwa sesuatu yang buruk akan terjadi. 

Kecemasan adalah rasa kuatir, takut yang tidak jelas sebabnya. Kecemasan juga merupakan kekuatan yang besar dalam menggerakkan tingkah laku, baik tingkah laku yang menyimpang ataupun yang terganggu. Kedua-duanya merupakan pernyataan, penampilan, penjelmaan dari pertahanan terhadap kecemasan tersebut. Kesimpulan yang dapat diambil dari beberapa pendapat diatas bahwa kecemasan adalah rasa takut atau kuatir pada situasi tertentu yang sangat mengancam yang dapat menyebabkan kegelisahan karena adanya ketidakpastian dimasa mendatang serta ketakutan bahwa sesuatu yang buruk akan terjadi.

Gejala-gejala Kecemasan

Gejala-gejala yang bersifat fisik diantaranya adalah: jari tangan dingin, detak jantung makin cepat, berkeringat dingin, kepala pusing, nafsu makan berkurang, tidur tidak nyenyak, dada sesak. Gejala yang bersifat mental adalah: ketakutan merasa akan ditimpa bahaya, tidak dapat memusatkan perhatian, tidak
tenteram, ingin lari dari kenyataan. 

Kecemasan juga memiliki karakteristik berupa munculnya perasaan takut dan kehati-hatian atau kewaspadaan yang tidak jelas dan tidak menyenangkan. Gejala-gejala kecemasan yang muncul dapat berbeda pada masing-masing orang. Takut dan cemas merupakan dua emosi yang berfungsi sebagai tanda akan adanya suatu bahaya

Dampak Kecemasan

Rasa takut dan cemas dapat menetap bahkan meningkat meskipun situasi yang betul-betul mengancam tidak ada, dan ketika emosi-emosi ini tumbuh berlebihan dibandingkan dengan bahaya yang sesungguhnya, emosi ini menjadi tidak adaptif. Kecemasan yang berlebihan dapat mempunyai dampak yang merugikan pada pikiran serta tubuh bahkan dapat menimbulkan penyakit- penyakit
fisik.

3. Perspektif Sosiologi

Sosiologi berasal dari bahasa Latin yaitu Socius yang berarti kawan, teman sedangkan Logos berarti ilmu pengetahuan. Ungkapan ini dipublikasikan diungkapkan pertama kalinya dalam buku yang berjudul "Cours De Philosophie Positive" karangan August Comte (1798-1857). Walaupun banyak definisi tentang sosiologi namun umumnya sosiologi dikenal sebagai ilmu pengetahuan tentang masyarakat. 

Masyarakat adalah sekelompok individu yang mempunyai hubungan, memiliki kepentingan bersama, dan memiliki budaya. Sosiologi hendak mempelajari masyarakat, perilaku masyarakat, dan perilaku sosial manusia dengan mengamati perilaku kelompok yang dibangunnya. Sebagai sebuah ilmu, sosiologi merupakan pengetahuan kemasyarakatan yang tersusun dari hasil-hasil
pemikiran ilmiah dan dapat di kontrol secara kritis oleh orang lain atau umum.

Faktor-Faktor Masalah Sosiologi

Faktor-faktor emosi dan penyesuaian diri juga menjadi penyebab. Munculnya persoalan diri pribadi mengakibatkan tingkah laku yang menuju kepada kesendirian secara sosial atau keadaan emosi yang terganggu; mereka mengalami lebih banyak kekuatiran dalam interaksi sosial dan bisa
mengakibatkan tekanan mental yang menyebabkan frustrasi.

Bentuk umum proses-proses sosial adalah interaksi sosial (yang juga dapat dinamakan proses sosial), oleh karena interaksi sosial merupakan syarat utama terjadinya aktivitas-aktivitas sosial. Interaksi sosial antara kelompok-kelompok manusa terjadi antara kelompok tersebut sebagai kesatuan dan biasanya tidak menyangkut pribadi anggota-anggotanya (Contoh: perang dunia).

4. Perspektif Ekonomi

Ilmu ekonomi adalah suatu studi ilmiah yang mengkaji bagaimana orang perorangan dan kelompok-kelompok masyarakat menentukan pilihan. Manusia mempunyai keinginan-keinginan yang tidak terbatas. Untuk memuaskan berbagai macam ragam keinginan tersebut, tersedia sumberdaya yang dapat digunakan.

Berbagai sumber daya ini tidak tersedia dengan bebas. Pilihan penggunaan dapat terjadi antara penggunaan sekarang (hari ini) dan penggunaan hari esok (masa depan). Cakupan pilihan atas sumber daya yang tersedia meliputi pengunaan sekarang dan penggunaan masa depan. Selain itu, penggunaan sumber daya tersebut menimbulkan pula biaya dan manfaat. 

Mengingat adanya biaya dan manfaat, maka diperlukan pertimbangan efisiensi dalam penggunaan sumber daya. Kekuatiran (akan uang, akan masa depan) mengakibatkan dampak yang buruk. Memulai dengan satu kalimat kekuatiran, manusia dapat berkhayal yang tidak-tidak dan sia-sia. Dikatakan sia-sia karena hampir semua kekuatiran tidak
pernah terjadi.

Masalah Ekonomi

Mudah untuk mengucapkan bahwa manusia tidak perlu kuatir tentang hari esok, namun untuk menghadapinya tidaklah mudah. Ada banyak faktor yang membuat manusia kuatir. Tagihan, uang sekolah, krisis, kehilangan pekerjaan, masih banyak hal lain lagi adalah adalah beberapa contoh yang membuat manusia kuatir. 

Lingkungan sangat mempengaruhi keadaan emosi dan kekuatiran selalu mengejar manusia dan itu sangat sulit untuk dilepaskan. Untuk sekedar memikirkan apa yang manusia perlukan untuk masa depan mereka adalah tidak masalah. Pokok masalah yakni ketika apa yang dipikirkan itu menjadi suatu beban dan menjadi tidak sejahtera karenanya. 

Apakah manusia tidak perlu kuatir tentang tagihan bulanan yang masing-masing harus lunas tipa bulannya? Atau apakah dalam hal ini manusia juga tidak perlu kuatir tentang masalah yang terjadi dalam hubungan dengan sesama? Atau apakah termasuk didalamnya manusia tidak perlu kuatir tentang mimpi, cita-cita, tujuan hidup serta ambisi mereka masing-masing? Tentu saja, manusia perlu memikirkan itu semua. Yang perlu diperhatikan adalah jangan sampai seseorang menjadi susah karena menguatirkannya.

5. Perspektif Filsafat

Kata filsafat atau filosofi terdiri dari dua kata yaitu: philo (suka cinta) dan sophia (kebijaksanaan). Demikian filsafat dapat diartikan dengan cinta pada pengetahuan dan kebijaksanaan. Berangkat dari makna kata ini pula rujukan dari pengertian filsafat itu, seperti dalam bahsa inggris disebut “love of wisdom”.

Untuk menjelaskan kekuatiran dari perspektif filsafat, maka erat kaitannya dengan hedonisme, materialisme, konsumerisme dan individualisme. Pengaruh Teknologi juga mempengaruhi kehidupan seseorang dalam Membentuk Perilaku Dewasa yang Individual. Pengaruh yang timbul akibat dari perkembangan teknologi gaya hidup modern, gaya hidup malas, gaya hidup tidak sehat.

6. Alkitab Dalam Perspektif Perasaan Kuatir

Kata “khawatir” dalam ucapan Tuhan Yesus: janganlah kamu kuatir, diterjemahkan dari bahasa Yunani merimnate. Istilah ini bukan untuk menggambarkan jenis kekuatiran yang normal, tetapi untuk kekuatiran yang neurotis. Berarti yang Yesus maksudkan adalah: janganlah kamu membiarkan diri kamu dikuasai oleh kekkuatiranmu, sehingga kamu terus menerus gelisah dan tidak mempunyai pengharapan. 

Seseorang bisa saja merasa kuatir, tetapi jangan membiarkan kekuatiran itu justru yang menguasai dirinya. Seseorang yang memiliki kekuatiran yang neurotis terhadap masa depan, secara tidak langsung meragukan karya pemeliharaan Tuhan dalam hidupnya.

Masa depan yang misterius memang bisa membuat seseorang merasa kuatir. Tetapi sebenarnya dia bisa menghadapi masa depan itu tidak dengan hati dan pikiran tegang. Untuk menyongsong masa depan itu seseorang tetap bisa bersabar dan berpikiran bahwa dia akan berusaha untuk hidup yang lebih baik
dari sebelumnya. Tuhan Yesus menegaskan bahwa hidup manusia tidaklah tergantung dari kekayaan (Lukas 12:15). 

Orang yang bergantung pada kekuatan uang berarti memberhalakannya. Kalau seseorang sudah terikat dengan berhala kekayaan ini atau materialisme maka sangatlah sukar mengerti dan menangkap kebenaran firman Tuhan. Dalam hal ini bisa dipahami mengapa Tuhan Yesus berkata bahwa orang kaya sukar masuk ke dalam kerajaan sorga (Markus 10:24-27). 

Tipu daya kekayaan menunjuk pada ikatan terhadap harta, sehingga kebahagiaan jiwanya hanya dapat ditopang oleh kekayaan. Dalam hal ini harus diwaspadai bahwa kekayaan dapat memikat hati seseorang sehingga merasa tidak memerlukan yang lain. Tuhan pun juga tidak diperlukannya. Jika sudah demikian, maka ia tidak dapat menjadikan Tuhan Yesus Kristus sebagai Allah, sebab allahnya adalah kekayaan tersebut.

Orang Kristen harus berhati-hati untuk menghindari jerat gaya hidup yang berlebihan dan persoalan situasi ekonomi mereka. Kuasa kekayaan bersifat menipu dan dapat mencekik kerohanian (Matius 13:22). Tidak diduga-duga, fokus seseorang bisa bergeser dari hal-hal rohani ke hal-hal materi, dengan konsekuensi yang menyedihkan (Amsal 28:20; Pengkhotbah 5:10). Oleh karena itu, orang Kristen sebaiknya memeriksa prioritas dan fokus mereka dalam kehidupan rohani mereka. 


Tidak soal seseorang memiliki sedikit atau banyak materi, orang yang berpikiran rohani berupaya keras mengikuti peringatan rasul Paulus untuk menaruh harapan mereka “bukan pada kekayaan yang tidak pasti, tetapi pada Allah, yang memberikan segala sesuatu dengan limpah kepada umat-Nya untuk kesenangannya” (1 Timotius 6:17-19). 

Yesus dalam pengajarannya tentang bahagia dan kepuasan hidup yang tertulis di Matius 5:3 dan 6 mengatakan demikian: Ayat 3 "Berbahagialah orang yang miskin di hadapan Allah, karena merekalah yang empunya Kerajaan Sorga.” Matius 5:6 “Berbahagialah orang yang lapar dan haus akan kebenaran, karena mereka akan dipuaskan.”
Next Post Previous Post