YESUS MENYEBUT MARIA ‘PEREMPUAN’ (YOHANES 2:3-4)
Pdt. Budi Asali, M.Div.
II) Mereka kehabisan anggur.
Yohanes 2:3: “Ketika mereka kekurangan anggur, ibu Yesus berkata kepadaNya: ‘Mereka kehabisan anggur.’”.
1) Anggur (wine) atau grape juice (juice buah anggur)?
Barnes’ Notes: “The wine referred to here was doubtless such as was commonly drunk in Palestine. That was the pure juice of the grape. It was not brandied wine, nor drugged wine, nor wine compounded of various substances, such as we drink in this land. The common wine drunk in Palestine was that which was the simple juice of the grape. WE use the word ‘wine’ now to denote the kind of liquid which passes under that name in this country - always containing a considerable portion of alcohol not only the alcohol produced by fermentation, but alcohol ‘added’ to keep it or make it stronger. But we have no right to take THAT sense of the word, and go with it to the interpretation of the Scriptures. We should endeavor to place ourselves in the exact circumstances of those times, ascertain precisely what idea the word would convey to those who used it then, and apply THAT sense to the word in the interpretation of the Bible; and there is not the slightest evidence that the word so used would have conveyed any idea but that of the pure juice of the grape,” [= Anggur yang dibicarakan di sini tak diragukan adalah apa yang biasanya diminum di Palestina. Itu adalah juice buah anggur yang murni. Itu bukanlah anggur yang beralkohol, ataupun anggur yang dicampur obat, ataupun anggur yang dicampur dengan bermacam-macam zat, sebagaimana yang kita minum di negara ini. Anggur yang umum yang diminum di Palestina adalah hanya juice buah anggur. Kita menggunakan kata ‘anggur’ sekarang untuk menunjuk pada jenis cairan yang disebut dengan nama itu di negara ini - selalu mengandung suatu bagian yang besar dari alkohol, bukan hanya alkohol yang dihasilkan oleh proses fermentasi, tetapi alkohol yang ditambahkan untuk mengawetkannya atau membuatnya lebih kuat. Tetapi kita tidak punya hak untuk mengambil arti itu dari kata itu, dan menggunakannya untuk menafsirkan Kitab Suci. Kita harus berusaha untuk menempatkan diri kita sendiri dalam keadaan yang pasti dari saat itu, memastikan secara tepat arti apa yang kata itu akan nyatakan bagi mereka yang menggunakannya pada saat itu, dan menerapkan arti itu pada kata dalam penafsiran Alkitab; dan di sana TIDAK ADA BUKTI YANG TERKECIL bahwa kata yang digunakan seperti itu menyatakan arti apapun kecuali juice buah anggur yang murni,].
Saya tidak tahu dari mana Barnes mendapatkan tradisi seperti ini, tetapi setahu saya tak ada satupun penafsir yang setuju dengan arti yang ia berikan. Semua penafsir menganggap bahwa yang dimaksudkan dengan anggur betul-betul adalah anggur yang bisa memabukkan.
William Barclay: “For a Jewish feast, wine was essential. ‘Without wine,’ said the Rabbis, ‘there is no joy.’ It was not that people were drunk, but in this part of the world wine was an essential. Drunkenness was in fact a great disgrace, and they actually drank their wine in a mixture composed of two parts of wine to three parts of water.” [= Bagi suatu pesta Yahudi, anggur merupakan sesuatu yang harus ada / sangat penting. ‘Tanpa anggur’, kata rabi-rabi, ‘di sana tidak ada sukacita’. Bukan bahwa orang-orang itu mabuk, tetapi dalam bagian dunia ini anggur adalah sesuatu yang harus ada / sangat penting. Memang mabuk merupakan sesuatu yang sangat memalukan, dan mereka secara hurufiah meminum anggur mereka dalam suatu campuran yang terdiri dari dua bagian anggur dan tiga bagian air.].
William Hendriksen: “In Palestine grapes ripened from June to September. There is, accordingly, no good reason to suppose that wine served at weddings which took place during the period October-May would be anything else but fermented grape-juice, in other words, actual wine.” [= Di Palestina buah anggur matang dari Juni sampai September. Karena itu, disana tidak ada alasan yang baik untuk menganggap bahwa anggur yang disediakan pada pesta pernikahan yang terjadi selama masa Oktober - Mei adalah apapun yang lain kecuali juice buah anggur yang difermentasi, dengan kata lain, betul-betul anggur.].
Catatan: saat itu dekat dengan Paskah Perjanjian Lama (lihat ay 13), dan karena itu kira-kira adalah bulan April. Karena itu tidak mungkin bisa ada grape juice (juice buah anggur).
Yohanes 2:12-13 - “(12) Sesudah itu Yesus pergi ke Kapernaum, bersama-sama dengan ibuNya dan saudara-saudara-Nya dan murid-murid-Nya, dan mereka tinggal di situ hanya beberapa hari saja. (13) Ketika hari raya Paskah orang Yahudi sudah dekat, Yesus berangkat ke Yerusalem.”.
William Hendriksen: “The fact that wine was considered a staple article of food is clear from such passages as Gen. 14:18; Num. 6:20; Deut. 14:26; Neh. 5:18; Matt. 11:19. Because of its intoxicating character its use was definitely restricted: in connection with the execution of certain functions it was forbidden; excessive indulgence was always definitely condemned (Lev. 10:9; Prov. 31:4, 5; Eccl. 10:17; Isa. 28:7; I Tim. 3:8).” [= Fakta bahwa anggur dianggap sebagai makanan yang penting adalah jelas dari text-text seperti Kejadian 14:18; Bilangan 6:20; Ulangan 14:26; Neh 5:18; Matius 11:19. Karena sifatnya yang memabukkan maka penggunaannya dibatasi secara pasti: dalam hubungannya dengan pelaksanaan dari aktivitas-aktivitas tertentu itu dilarang; pemuasan yang berlebihan selalu dikecam secara jelas / explicit (Im 10:9; Amsal 31:4, 5; Pkh 10:17; Yes 28:7; 1Tim 3:8).].
Catatan: saya hanya memberikan ayat-ayat yang saya anggap cocok dari ayat-ayat yang diberikan sebagai referensi oleh William Hendriksen.
Ul 14:26 - “dan haruslah engkau membelanjakan uang itu untuk segala yang disukai hatimu, untuk lembu sapi atau kambing domba, untuk anggur atau minuman yang memabukkan, atau apapun yang diingini hatimu, dan haruslah engkau makan di sana di hadapan TUHAN, Allahmu dan bersukaria, engkau dan seisi rumahmu.”.
Nehemia 5:18 - “Yang disediakan sehari atas tanggunganku ialah: seekor lembu, enam ekor kambing domba yang terpilih dan beberapa ekor unggas, dan bermacam-macam anggur dengan berlimpah-limpah setiap sepuluh hari. Namun, dengan semuanya itu, aku tidak menuntut pembagian yang menjadi hak bupati, karena pekerjaan itu sangat menekan rakyat.”.
Amsal 31:4-5 - “(4) Tidaklah pantas bagi raja, hai Lemuel, tidaklah pantas bagi raja meminum anggur, ataupun bagi para pembesar mengingini minuman keras, (5) jangan sampai karena minum ia melupakan apa yang telah ditetapkan, dan membengkokkan hak orang-orang yang tertindas.”.
Pkh 10:17 - “Berbahagialah engkau tanah, kalau rajamu seorang yang berasal dari kaum pemuka, dan pemimpin-pemimpinmu makan pada waktunya dalam keperkasaan dan bukan dalam kemabukan!”.
Yesaya 28:7 - “Tetapi orang-orang di sinipun pening karena anggur dan pusing karena arak. Baik imam maupun nabi pening karena arak, kacau oleh anggur; mereka pusing oleh arak, pening pada waktu melihat penglihatan, goyang pada waktu memberi keputusan.”.
1Timotius 3:8 - “Demikian juga diaken-diaken haruslah orang terhormat, jangan bercabang lidah, jangan penggemar anggur, jangan serakah,”.
KJV: “not given to much wine” [= tidak cenderung pada banyak anggur].
RSV: “not addicted to much wine” [= tidak mencandu pada banyak anggur].
NIV: “not indulging in much wine” [= tidak menuruti keinginannya dalam banyak anggur].
NASB: “not ... addicted to much wine” [= tidak ... mencandu pada banyak anggur].
Lenski: “the Scriptures nowhere condemn wine and its right use but only any and all forms of its abuse.” [= Tak ada dimanapun Kitab Suci mengecam anggur dan penggunaannya yang benar, tetapi hanya bentuk apapun dan semua bentuk dari penyalah-gunaannya.].
The Bible Exposition Commentary: “Finally, it is worth noting that the Jews always diluted the wine with water usually to the proportion of three parts water to one part wine. While the Bible does not command total abstinence, it certainly magnifies it and definitely warns against drunkenness.” [= Akhirnya, adalah layak diperhatikan bahwa orang-orang Yahudi selalu mengencerkan anggur dengan air biasanya dengan perbandingan 3 bagian air dengan 1 bagian anggur. Sekalipun Alkitab tidak memerintahkan kepantangan total, Alkitab pasti membesarkan persoalan itu, dan pasti memperingatkan terhadap kemabukan.].
Jelas bahwa Alkitab memang banyak mengecam orang yang minum sampai mabuk. Dan Alkitab juga sangat sering menceritakan orang yang minum anggur sampai mabuk (seperti Nuh, Lot dsb). Kalau seperti kata-kata Barnes di atas bahwa mereka selalu minum juice buah anggur, maka mengapa ada kecaman-kecaman dan kejadian-kejadian seperti itu???
Juga ay 10 menunjukkan secara pasti bahwa itu memang anggur / wine, bukan juice buah anggur!
Yohanes 2:10: “dan berkata kepadanya: ‘Setiap orang menghidangkan anggur yang baik dahulu dan sesudah orang puas minum, barulah yang kurang baik; akan tetapi engkau menyimpan anggur yang baik sampai sekarang.’”.
Kata-kata dalam ayat ini tidak mungkin bisa berlaku untuk juice buah anggur, tetapi hanya bisa berlaku untuk anggur / wine.
2) Kehabisan anggur: mengapa dan apa resikonya.
a) Pesta pernikahan di sana pada saat itu bisa berlangsung satu minggu, dan menurut Lenski kadang-kadang bisa dua minggu!
Kej 29:27 - “Genapilah dahulu tujuh hari perkawinanmu dengan anakku ini; kemudian anakku yang lainpun akan diberikan kepadamu sebagai upah, asal engkau bekerja pula padaku tujuh tahun lagi.’”.
Hak 14:12 - “Kata Simson kepada mereka: ‘Aku mau mengatakan suatu teka-teki kepada kamu. Jika kamu dapat memberi jawabnya yang tepat kepadaku dalam tujuh hari selama perjamuan ini berlangsung dan menebaknya, maka aku akan memberikan kepadamu tiga puluh pakaian lenan dan tiga puluh pakaian kebesaran.”.
b) Pada peristiwa seperti pernikahan bisa banyak sekali orang yang diundang, dan ini bisa membutuhkan biaya yang sangat besar, untuk makanan dan untuk anggur. Rupanya keluarga yang menikah ini bukan orang kaya sehingga mereka kehabisan anggur.
c) Kehabisan angur bukanlah suatu persoalan kecil. Itu merupakan sesuatu yang memalukan. Lebih dari itu, di sana ada suatu tradisi yang bagi kita rasanya aneh!
Leon Morris (NICNT): “J. Duncan M. Derrett has a very valuable discussion of this miracle. He points out that in the ancient Near East there was a strong element of reciprocity about weddings, and that, for example, it was possible to take legal action in certain circumstances against a man who had failed to provide the appropriate wedding gift. This is quite foreign to our wedding customs and we are apt to overlook such possibilities. But it means that when the supply of wine failed more than social embarrassment was involved. The bridegroom and his family may well have become involved in a heavy pecuniary liability.” [= J. Duncan M. Derrett mempunyai suatu diskusi yang sangat berharga tentang mujizat ini. Ia menunjukkan bahwa di Timur Dekat kuno di sana ada suatu elemen yang kuat tentang kewajiban timbal balik tentang pernikahan, dan bahwa, sebagai contoh, adalah mungkin untuk mengambil tindakan hukum dalam keadaan-keadaan tertentu terhadap seseorang yang gagal untuk menyediakan hadiah pernikahan yang cocok / layak. Ini cukup asing bagi kebiasaan pernikahan kita dan kita condong untuk mengabaikan kemungkinan-kemungkinan seperti itu. Tetapi itu berarti bahwa pada waktu suplai dari anggur kurang, lebih dari rasa malu yang bersifat sosial yang terlibat. Pengantin laki-laki dan keluarganya bisa terlibat dalam suatu pertanggung-jawaban dalam hal keuangan.].
The Bible Exposition Commentary: “Since Jewish wedding feasts lasted a week it was necessary for the groom to have adequate provisions. For one thing, it would be embarrassing to run out of either food or wine; and a family guilty of such gaucherie could actually be fined! So, to run out of wine could be costly both financially and socially.” [= Karena pesta-pesta pernikahan Yahudi berlangsung satu minggu adalah perlu bagi pengantin laki-laki untuk mempunyai persediaan yang cukup. Setidaknya, itu merupakan sesuatu yang memalukan untuk kehabisan makanan atau anggur; dan suatu keluarga yang bersalah tentang keadaan memalukan / tak pantas seperti itu bisa betul-betul didenda! Jadi, kehabisan anggur bisa merupakan sesuatu yang mahal baik secara keuangan maupun secara sosial.].
d) Penerapannya untuk kita.
Pulpit Commentary: “Ver. 3. - ‘They have no wine.’ Just as the scarcity of provisions in the wilderness gave Jesus an opportunity to supply the need of a multitude; just as it was permitted that a man should be born blind, ‘that the works of God should be manifest in him;’ so the falling short of the supply of wine at Cana gave an opportunity for the performance by Christ of a beneficent and instructive miracle. And the lesson is one widely impressive and helpful which is thus conveyed concerning human need and Divine grace and supply.” [= Yohanes 2:3. - ‘Mereka kehabisan anggur’. Sama seperti kekurangan persediaan / makanan di padang gurun memberi Yesus suatu kesempatan untuk menyuplai kebutuhan dari banyak orang; sama seperti diizinkan bahwa seseorang dilahirkan dalam keadaan buta, ‘supaya pekerjaan-pekerjaan Allah harus dinyatakan di dalam dia’; begitu juga kekurangan persediaan anggur di Kana memberi suatu kesempatan untuk pelaksanaan dari suatu mujizat yang baik / bermanfaat oleh Kristus. Dan pelajarannya adalah sangat mengesankan dan berguna yang disampaikan seperti itu berkenaan dengan kebutuhan manusia dan kasih karunia Ilahi dan suplai.].
Pulpit Commentary: “I. God lets men want. It is a paradox, but it is a truth, that it is for our good to suffer need of many kinds. 1. Thus he teaches us how slender are our resources, and how soon exhausted. 2. Thus it is suggested to us to look without, to look above, for the satisfaction of our desires. 3. Thus it is arranged that, when God interposes upon our behalf, we shall welcome and value his intervention.” [= I. ALLAH MEMBIARKAN ORANG-ORANG KEKURANGAN / MEMPUNYAI KEBUTUHAN. Ini adalah sesuatu yang bersifat paradox, tetapi itu merupakan suatu kebenaran, bahwa itu adalah untuk kebaikan kita untuk mengalami kebutuhan dari bermacam-macam hal. 1. Dengan demikian Ia mengajar kita betapa sedikit sumber / persediaan kita, dan betapa cepat habisnya. 2. Karena itu diusulkan kepada kita untuk melihat keluar, untuk melihat ke atas, untuk pemuasan dari keinginan-keinginan kita. 3. Maka diaturlah supaya, pada waktu Allah ikut campur demi kepentingan kita, kita akan menerima dengan sukacita dan menghargai campur tanganNya.].
J. C. Ryle: “Melancthon, Chemnitius, and others, think that this want of wine at the marriage feast is purposely mentioned in order to remind married persons, or those who intend marriage, that matrimony brings with it cares as well as comforts, and specially cares from poverty. They that marry do well, and with Christ’s blessing will have happiness. But they must not expect to escape ‘trouble in the flesh’ from the very day of marriage. (1 Cor. 7:28.)” [= Melancthon, Chemnitius, dan orang-orang lain berpikir bahwa kekurangan anggur di pesta pernikahan ini disebutkan secara sengaja untuk mengingatkan orang-orang yang sudah menikah, atau mereka yang bermaksud untuk menikah, bahwa pernikahan membawa dengannya kekuatiran maupun penghiburan, dan secara khusus kekuatiran dari kemiskinan. Mereka yang menikah melakukan hal yang baik, dan dengan berkat Kristus akan mendapatkan kebahagiaan. Tetapi mereka tidak boleh berharap untuk lolos dari ‘kesukaran / problem dalam daging’ sejak saat pernikahan. (1Kor 7:28).] - ‘Expository Thoughts on the Gospels: John vol I’ (Libronix).
1Korintus 7:28 - “Tetapi, kalau engkau kawin, engkau tidak berdosa. Dan kalau seorang gadis kawin, ia tidak berbuat dosa. Tetapi orang-orang yang demikian akan ditimpa kesusahan badani dan aku mau menghindarkan kamu dari kesusahan itu.”.
Catatan: kita harus berhati-hati dalam menggunakan ayat-ayat dalam 1Kor 7, karena banyak ayat dalam pasal itu yang hanya berlaku dalam keadaan khusus pada saat itu.
Bdk. 1Korintus 7:26 - “Aku berpendapat, bahwa, mengingat waktu darurat sekarang, adalah baik bagi manusia untuk tetap dalam keadaannya.”.
3) Kata-kata Maria kepada Yesus berkenaan dengan hal itu.
Yohanes 2:3b: “ibu Yesus berkata kepada-Nya: ‘Mereka kehabisan anggur.’”.
Ada macam-macam penafsiran tentang kata-kata Maria kepada Yesus ini:
a) Gereja Roma Katolik menganggapnya sebagai dasar untuk menggunakan Maria sebagai pengantara dalam doa kita kepada Tuhan.
Pulpit Commentary: “There is nothing in her appeal to her Son to justify the Roman Catholic argument in favour of the Virgin Mary’s intercession in heaven, because (1) it does not follow that, because the prayers of living saints are answered on earth, therefore the prayers of dead saints will be either heard or answered in heaven; (2) the rebuke that our Lord administers to his mother does not strengthen the argument in favour of the prayers of dead saints.” [= Disana tidak ada apapun dalam permohonannya kepada Anaknya untuk membenarkan argumentasi Roma Katolik untuk mendukung pengantaraan sang Perawan Maria di surga, karena (1) tidak bisa dianggap sebagai konsekwensi bahwa karena doa-doa dari orang-orang kudus dijawab di bumi, karena itu doa-doa dari orang-orang kudus yang sudah mati akan didengarkan atau dijawab di surga; (2) teguran yang Tuhan kita berikan kepada ibuNya tidak menguatkan argumentasi yang mendukung doa-doa kepada orang-orang kudus yang sudah mati.].
J. C. Ryle: “The argument which the Roman Catholics draw from this expression in favour of the Virgin Mary’s intercession in heaven for sinners, and the consequent lawfulness of praying to her, is utterly worthless, and most unhappy. ... it is an unfortunate fact, that this petition, the only one that we ever find addressed to our Lord by the Virgin Mary, brought from Him an immediate rebuke! Men must be in great straits for an argument when they can reason in this way in defence of the invocation of saints!” [= Argumentasi yang orang-orang Roma Katolik tarik dari ungkapan ini untuk mendukung pengantaraan sang Perawan Maria di surga untuk orang-orang berdosa, dan sebagai konsekwensinya, keabsahan untuk berdoa kepadanya, sama sekali tak berharga, dan sangat tidak cocok. ... merupakan suatu fakta yang sial, bahwa permohonan ini, satu-satunya yang kita pernah temukan ditujukan kepada Tuhan kita oleh sang Perawan Maria, mendapatkan dengan segera dariNya suatu teguran! Orang-orang harus ada dalam kesukaran yang besar untuk suatu argumentasi pada waktu mereka bisa beralasan dengan cara ini untuk membela doa dari orang-orang kudus yang telah mati!] - ‘Expository Thoughts on the Gospels: John vol I’ (Libronix).
b) Orang-orang Protestan pun memberikan macam-macam penafsiran tentang kata-kata Maria itu.
Calvin: “It may be doubted if she expected or asked any thing from her Son, since he had not yet performed any miracle; and it is possible that, without expecting any remedy of this sort, she advised him to give some pious exhortations which would have the effect of preventing the guests from feeling uneasiness, and at the same time of relieving the shame of the bridegroom.” [= Bisa diragukan jika ia mengharapkan atau meminta apapun dari Anaknya, karena Ia belum melakukan mujizat apapun; dan adalah mungkin bahwa, tanpa mengharapkan pembetulan apapun dari jenis ini, ia menasehatiNya untuk memberikan nasehat / penguatan yang saleh yang akan mencegah tamu-tamu untuk merasa tidak nyaman, dan pada saat yang sama mengurangi rasa malu dari pengantin laki-laki.].
Catatan: saya betul-betul heran bagaimana Calvin bisa memberikan tafsiran sejelek ini.
William Hendriksen: “‘The mother of Jesus said to him, They have no wine.’ Now in these embarrassing circumstances, when the wine failed, Mary comes to the rescue with the remark, addressed to Jesus, ‘They have no wine.’ Of all those present no one knew better than Mary who Jesus actually was and what task had been assigned to him. (Cf. Luke 1:26–38.) Did she show a degree of impatience because he did not at once do something about the present embarrassing situation? Note, however, that she did not in so many words tell him what to do. She merely mentioned the need, but the hint was clear enough. That Mary expected a miracle seems certain.” [= ‘Ibu Yesus berkata kepadaNya, Mereka kehabisan anggur’. Sekarang dalam keadaan yang memalukan ini, pada waktu anggur habis / kurang, Maria datang untuk menolong dengan suatu kata-kata singkat yang ditujukan kepada Yesus, ‘Mereka kehabisan anggur’. Dari semua orang yang hadir tak seorangpun mengenal lebih baik dari Maria siapa sesungguhnya Yesus itu dan tugas apa yang telah ditetapkan bagiNya. (Bdk. Lukas 1:26-38). Apakah ia menunjukkan suatu tingkat ketidak-sabaran karena Ia tidak segera melakukan sesuatu tentang keadaan yang memalukan pada saat itu? Tetapi perhatikan bahwa ia tidak dengan banyak kata-kata memberitahuNya apa yang harus dilakukan. Ia semata-mata menyebutkan kebutuhannya, tetapi petunjuk / isyaratnya cukup jelas. Bahwa Maria mengharapkan suatu mujizat kelihatannya pasti.].
Leon Morris (NICNT): “she knew that angels had spoken about Jesus before his birth and that she had conceived him while still a virgin. She knew that his whole manner of life stamped him as different. She knew, in short, that Jesus was the Messiah, and it is not unlikely that she now tried to make him take such action as would show him to all as the Messiah she knew him to be.” [= ia tahu bahwa malaikat-malaikat telah berbicara tentang Yesus sebelum kelahiranNya dan bahwa ia akan mengandungNya pada saat ia masih seorang perawan. Ia tahu bahwa seluruh cara hidupNya menunjukkan Dia sebagai orang yang berbeda. Ia tahu, singkatnya, bahwa Yesus adalah Mesias, dan bukannya tidak mungkin bahwa sekarang ia mencoba untuk membuatNya untuk melakukan tindakan seperti itu sehingga akan menunjukkan Dia kepada semua orang sebagai Mesias sebagaimana yang ia ketahui tentang Dia.].
J. C. Ryle: “‘The mother of Jesus.… saith.… no wine.’ This little sentence has given rise to various and strange interpretations. Some have thought, as Bengel, that Mary suggested to our Lord that it was time for Him and His disciples to depart and leave the feast, in order to spare the feelings of the bride and bridegroom, and to avoid exposing their poverty. Some have thought, as Calvin, that she wished our Lord to occupy the minds of the guests by profitable discourse, and so to take off their attention from the deficiency of wine. By far the most reasonable and probable idea is, that Mary conjectured that our Lord might in some way supply the deficiency of wine. How it would be done she could not tell. There is not the slightest ground for supposing that our Lord had ever worked a miracle up to this time. But it would be foolish to suppose that Mary did not remember well all the miraculous circumstances of our Lord’s birth, and all the words spoken before by the angel Gabriel concerning Him. - We cannot doubt, that although our Lord had lived a quiet life at Nazareth for thirty years, and done no miracles, His mother must have observed in Him a perfection of word and deed utterly unlike the behaviour of common men. - We cannot doubt that she was aware of all the events of the last few weeks, - our Lord’s baptism by John, John’s public proclamation of Him as the Messiah, and the gathering around Jesus of a small knot of disciples. - Remembering all these things, we surely need not wonder that Mary’s expectations were greatly raised. She looked for her Son speedily doing some great miracle. She was in daily expectation that He would prove Himself the Messiah by some mighty act. And it was under these feelings that she turned to Him, saying, ‘They have no wine.’ It is as though she said, - ’Surely the time is come for declaring thyself. Manifest thy power, as I have long expected thee to do, by providing a supply of wine.’” [= ‘Ibu Yesus ... berkata ... kehabisan anggur’. Kalimat pendek ini telah menimbulkan bermacam-macam penafsiran yang aneh. Beberapa telah berpikir, seperti Bengel, bahwa Maria mengusulkan kepada Tuhan kita bahwa itu adalah waktu bagiNya dan murid-muridNya untuk pergi dan meninggalkan pesta, untuk menjaga perasaan dari pengantin perempuan dan laki-laki, dan untuk menghindari terbukanya kemiskinan mereka. Beberapa orang telah berpikir, seperti Calvin, bahwa ia berharap Tuhan kita memenuhi / menyibukkan pikiran dari para tamu dengan pembicaraan yang berguna, dan dengan demikian menyingkirkan perhatian mereka dari kekurangan anggur. Jauh lebih masuk akal dan memungkinkan adalah gagasan bahwa Maria mengira bahwa Tuhan kita bisa dengan suatu cara menyuplai kekurangan anggur itu. Bagaimana itu akan dilakukan ia tidak tahu. Disana tidak ada dasar terkecilpun untuk menganggap bahwa Tuhan kita pernah mengerjakan suatu mujizat sampai pada saat ini. Tetapi adalah bodoh untuk menganggap bahwa Maria tidak mengingat dengan baik semua peristiwa yang bersifat mujizat tentang kelahiran Tuhan kita, dan semua kata-kata yang diucapkan oleh malaikat Gabriel berkenaan dengan Dia. - Kita tidak bisa meragukan, bahwa sekalipun Tuhan kita telah menjalani kehidupan yang tenang di Nazaret selama 30 tahun, dan tidak melakukan mujizat, ibuNya pasti telah memperhatikan di dalam Dia suatu kesempurnaan dari kata-kata dan tindakan-tindakan yang sama sekali tidak seperti tingkah laku dari orang-orang biasa. - Kita tidak bisa meragukan bahwa ia menyadari semua peristiwa dari beberapa minggu terakhir, - baptisan Tuhan kita oleh Yohanes, proklamasi umum Yohanes tentang Dia sebagai Mesias, dan pengumpulan di sekitar Yesus suatu kumpulan kecil dari murid-murid. - Mengingat semua hal-hal ini, kita pasti tidak perlu heran bahwa pengharapan Maria sangat ditinggikan. Ia mencari Anaknya dengan cepat untuk melakukan mujizat yang besar. Ia ada dalam pengharapan setiap hari bahwa Ia akan membuktikan diriNya sendiri sebagai Mesias oleh tindakan yang hebat. Dan di bawah perasaan-perasaan inilah ia datang kepada Dia dan berkata ‘Mereka kehabisan anggur’. Itu adalah seakan-akan ia berkata, - ‘pastilah saatnya sudah tiba untuk menyatakan diriMu sendiri. Tunjukkan kuasaMu, yang telah lama aku harapkan untuk Engkau lakukan, dengan menyediakan suatu suplai anggur’.] - ‘Expository Thoughts on the Gospels: John vol I’ (Libronix).
4) Jawaban Yesus kepada Maria.
Yohanes 2:4: “Kata Yesus kepadanya: ‘Mau apakah engkau dari padaKu, ibu? SaatKu belum tiba.’”.
a) Cara Yesus menyebut Maria.
Yohanes 2:4a: “Kata Yesus kepadanya: ‘Mau apakah engkau dari padaKu, ibu?”.
RSV: “O woman, what have you to do with Me?” [= O perempuan, apa urusanmu dengan Aku?].
NIV: “Dear woman, why do you involve me?” [= Perempuan, mengapa engkau melibatkan Aku?].
NASB/KJV: “Woman, what have I to do with you / thee?” [= Perempuan, apa urusanKu denganmu?].
NKJV: “Woman, what does your concern have to do with Me?” [= Perempuan, apa urusannya perhatianmu itu dengan Aku?].
Lit: “What to me and to thee, woman?” [= Apa bagiKu dan bagimu, perempuan?].
1. Sebutan ‘ibu’.
a. Yesus bukan menyebut Maria ‘ibu / mama’ tetapi ‘perempuan’.
Yohanes 2:3-5 - “(3) Ketika mereka kekurangan anggur, ibu (Yunani: METER) Yesus berkata kepadaNya: ‘Mereka kehabisan anggur.’ (4) Kata Yesus kepadanya: ‘Mau apakah engkau dari padaKu, ibu (Yunani: GUNAI)? SaatKu belum tiba.’ (5) Tetapi ibu (Yunani: METER) Yesus berkata kepada pelayan-pelayan: ‘Apa yang dikatakan kepadamu, buatlah itu!’”.
NIV: “(3) When the wine was gone, Jesus’ mother said to him, ‘They have no more wine.’ (4) Dear woman, why do you involve me? Jesus replied. ‘My time has not yet come.’ (5) His mother said to the servants, ‘Do whatever he tells you.’”.
METER = mother / ibu / mama.
GUNAI = woman / perempuan.
Dalam sepanjang Alkitab, Maria memang disebut ibu / mama (METER) dari Yesus, tetapi Yesusnya sendiri tidak pernah menyebutnya ‘mama’ (METER). Ia selalu menyebutnya ‘perempuan’ (GUNAI).
F. F. Bruce: “when the NEB makes him say ‘Your concern, mother, is not mine’, it misses the point, which is that ‘mother’ is precisely what he did not call her. If she sought his help now, she must not seek it on the basis of their mother-and-son relationship.” [= pada waktu NEB membuatNya berkata, ‘Urusanmu, ibu / mama, bukanlah urusanKu’, itu menyalah-tafsirkan, yang mana ‘ibu / mama’ itu adalah persis / justru apa yang tidak Ia gunakan untuk menyebutnya. Jika ia mencari pertolonganNya sekarang, ia tidak boleh mencarinya berdasarkan hubungan ibu dan Anak.] - hal 69.
b. Pandangan Calvin tentang sebutan GUNAI [= woman / perempuan].
Calvin: “It is a remarkable passage certainly; for why does he absolutely refuse to his mother what he freely granted afterwards, ... Again, why is he not satisfied with a bare refusal? and why does he reduce her to the ordinary rank of women, and not even deign to call her mother? This saying of Christ openly and manifestly warns men to beware lest, by too superstitiously elevating the honor of the name of mother in the Virgin Mary, they transfer to her what belongs exclusively to God. Christ, therefore, addresses his mother in this manner, in order to lay down a perpetual and general instruction to all ages, that his divine glory must not be obscured by excessive honor paid to his mother.” [= Ini pasti merupakan suatu text yang patut diperhatikan; karena mengapa Ia menolak ibuNya secara mutlak apa yang Ia kabulkan dengan cuma-cuma setelah itu, ... Juga, mengapa Ia tidak puas dengan semata-mata suatu penolakan? dan mengapa Ia merendahkan dia pada tingkat perempuan biasa, dan bahkan tidak merendahkan diri untuk menyebutnya ibu / mama? Kata-kata Kristus ini secara terbuka dan secara jelas memperingatkan orang-orang untuk berhati-hati supaya jangan, dengan peninggian terlalu tinggi yang muncul dari takhyul kehormatan dari sebutan ‘ibu’ kepada Perawan Maria, mereka memindahkan kepadanya apa yang secara exklusif adalah milik Allah. Karena itu, Kristus, menyebut ibuNya dengan cara ini, untuk meletakkan suatu instruksi yang kekal dan bersifat umum kepada semua zaman, bahwa kemuliaan IlahiNya tidak boleh dikaburkan oleh penghormatan yang berlebih-lebihan yang diberikan kepada ibuNya.].
Catatan: saya tidak menganggap Calvin mengatakan bahwa sebutan ‘perempuan’ itu merupakan teguran ataupun sebutan yang tidak menghormat. Yang ia katakan dalam kutipan di atas ini adalah melakukan perbandingan antara sebutan ‘perempuan’ dan sebutan ‘ibu / mama’.
Calvin: “How necessary this warning became, in consequence of the gross and disgraceful superstitions which followed afterwards, is too well known. For Mary has been constituted the Queen of Heaven, the Hope, the Life, and the Salvation of the world; and, in short, their fury and madness proceeded so far that they stripped Christ of his spoils, and left him almost naked. And when we condemn those horrid blasphemies against the Son of God, the Papists call us malignant and envious; and - what is worse - they maliciously slander us as deadly foes to the honor of the holy Virgin. As if she had not all the honor that is due to her, unless she were made a Goddess; or as if it were treating her with respect, to adorn her with blasphemous titles, and to substitute her in the room of Christ. The Papists, therefore, offer a grievous insult to Mary when, in order to disfigure her by false praises, they take from God what belongs to Him.” [= Betapa menjadi penting / perlunya peringatan ini, sebagai akibat dari takhyul-takhyul yang kasar dan memalukan yang mengikuti belakangan, diketahui dengan baik. Karena Maria telah disebut Ratu Surga, Pengharapan, Kehidupan, dan Keselamatan dari dunia; dan singkatnya, tindakan liar dan kegilaan mereka berjalan / maju begitu jauh sehingga mereka merampok / menelanjangi Kristus dari jarahan kemenanganNya, dan meninggalkanNya hampir telanjang. Dan pada waktu kita mengecam hujatan-hujatan yang menghina / sangat tidak bisa diterima terhadap Anak Allah itu, para pengikut Paus (orang-orang Katolik) menyebut kami jahat / membahayakan dan iri hati; dan - lebih buruk lagi - mereka secara jahat memfitnah kami sebagai musuh-musuh yang mematikan bagi kehormatan dari sang Perawan yang kudus. Seakan-akan ia tidak mempunyai semua kehormatan yang cocok baginya, kecuali ia dibuat menjadi seorang Dewi; atau seakan-akan merupakan suatu tindakan memperlakukan dia dengan hormat, untuk menghiasinya dengan gelar-gelar yang bersifat menghujat, dan menggantikan dia di tempat dari Kristus. Karena itu, para pengikut Paus (orang-orang Katolik) mempersembahkan suatu penghinaan yang menyedihkan kepada Maria, pada waktu, untuk / supaya merusak bentuknya, mereka mengambil dari Allah apa yang merupakan milikNya.].
Karena itu adalah aneh dan tidak masuk akal kalau ada orang-orang Protestan yang ‘berdamai’ dengan Katolik!!! Itu sama dengan menganulir seluruh Reformasi!
c. Sebutan ‘perempuan’ bukanlah sebutan yang tidak hormat.
J. C. Ryle: “This remarkable verse has naturally attracted great attention. In interpreting it, it is very important to avoid the extremes into which some Protestants and nearly all Roman Catholic writers have fallen, in their interpretations. On the one side we must not lay too much stress on the expression ‘Woman.’ It is surely a mistake to suppose, as Calvin and others suggest, that it conveys any reproof, or is anywise inconsistent with reverence and respect. The very same expression was used by our Lord when He addressed His mother for the last time on the cross, and affectionately commended her to John’s care. He said, ‘Woman, behold thy son.’ (John 19:26.)” [= Ayat yang menarik ini secara wajar telah menarik perhatian yang besar. Dalam menafsirkannya, adalah sangat penting untuk menghindari extrim-extrim ke dalam mana sebagian orang Protestan dan hampir semua penulis Roma Katolik telah jatuh, dalam penafsiran-penafsiran mereka. Pada satu sisi kita tidak boleh memberikan penekanan yang terlalu besar pada ungkapan ‘Perempuan’. Pastilah merupakan suatu kesalahan untuk menganggap, seperti Calvin dan orang-orang lain mengusulkan, bahwa ungkapan itu memberikan teguran apapun, atau dengan cara apapun tidak konsisten dengan rasa hormat. Ungkapan yang persis sama digunakan oleh Tuhan kita pada waktu Ia berbicara kepada ibuNya untuk terakhir kalinya di salib, dan dengan penuh kasih menyerahkannya pada pemeliharaan Yohanes. Ia berkata, ‘Perempuan, lihatlah anakmu’. (Yoh 19:26).] - ‘Expository Thoughts on the Gospels: John vol I’ (Libronix).
Catatan: menurut saya Calvin tidak memaksudkan kata ‘perempuan’ itu sebagai teguran, tetapi seluruh kalimat, ‘Perempuan, apa urusanmu dengan Aku?’.
Yohanes 19:26 - “Ketika Yesus melihat ibuNya dan murid yang dikasihiNya di sampingnya, berkatalah Ia kepada ibuNya: ‘Ibu, inilah, anakmu!’”.
Catatan: dua kata ‘ibu’ yang pertama berasal dari kata Yunani METER [= mother / ibu / mama], tetapi kata ‘ibu’ yang ketiga berasal dari kata Yunani GUNAI [= woman / perempuan].
Barnes’ Notes: “It is the same term by which he tenderly addressed Mary Magdalene after his resurrection (John 20:15), and his mother when he was on the cross, John 19:26. Compare also Matt 15:28; John 4:21; 1 Cor 7:16.” [= Itu adalah istilah yang sama dengan mana Ia dengan lembut menyebut Maria Magdalena setelah kebangkitanNya (Yohanes 20:15), dan ibuNya pada waktu Ia ada di salib, Yohanes 19:26. Bandingkan juga Matius 15:28; Yohanes 4:21; 1Kor 7:16.].
Yohanes 20:15 - “Kata Yesus kepadanya: ‘Ibu, mengapa engkau menangis? Siapakah yang engkau cari?’ Maria menyangka orang itu adalah penunggu taman, lalu berkata kepadaNya: ‘Tuan, jikalau tuan yang mengambil Dia, katakanlah kepadaku, di mana tuan meletakkan Dia, supaya aku dapat mengambilNya.’”.
Matius 15:28 - “Maka Yesus menjawab dan berkata kepadanya: ‘Hai ibu, besar imanmu, maka jadilah kepadamu seperti yang kaukehendaki.’ Dan seketika itu juga anaknya sembuh.”.
1Kor 7:16 - “Sebab bagaimanakah engkau mengetahui, hai isteri, apakah engkau tidak akan menyelamatkan suamimu? Atau bagaimanakah engkau mengetahui, hai suami, apakah engkau tidak akan menyelamatkan isterimu?”.
William Barclay: “The word ‘woman’ (GUNAI) is also misleading. It sounds to us very rough and abrupt. But it is the same word that Jesus used on the cross to address Mary as he left her to the care of John (John 19:26). In Homer, it is the title by which Odysseus addresses Penelope, his well-loved wife. It is the title by which Augustus, the Roman emperor, addressed Cleopatra, the famous Egyptian queen. So far from being a rough and discourteous way of address, it was a title of respect. We have no way of speaking in English which exactly renders it; but it is better to translate it ‘lady,’ which gives at least the courtesy in it.” [= Kata ‘perempuan’ (GUNAI) juga cenderung untuk membingungkan. Itu kedengarannya bagi kita sangat kasar dan tidak sopan. Tetapi itu adalah kata yang sama yang Yesus gunakan di salib untuk menyebut Maria pada waktu Ia menyerahkan dia pada pemeliharaan Yohanes (Yoh 19:26). Dalam Homer, itu adalah gelar / sebutan dengan mana Odysseus menyebut Penelope, istrinya yang dicintainya. Itu adalah gelar / sebutan dengan mana Agustus, kaisar Roma, menyebut Cleopatra, ratu Mesir yang termasyhur. Jauh dari suatu cara penyebutan yang kasar dan tidak sopan, itu adalah suatu gelar / sebutan kehormatan. Kita tidak mempunyai cara berbicara dalam bahasa Inggris yang secara tepat menterjemahkannya; tetapi adalah lebih baik untuk menterjemahkannya ‘lady’, yang setidaknya memberi kesopanan di dalamnya.].
d. Sekalipun demikian, itu merupakan suatu sebutan yang sangat tidak lazim, dan pasti mempunyai maksud tertentu.
Leon Morris (NICNT): “Jesus’ address to her, ‘Woman,’ is not as cold in the Greek as in English. He uses it, for example, in his last moments as he hangs on the cross and tenderly commends her to the beloved disciple (19:26). This vocative was ‘a term of respect or affection’ (LS). Yet we must bear in mind that it is most unusual to find it when a son addresses his mother. There appear to be no examples of this use cited other than those in this Gospel. It is neither a Hebrew nor a Greek practice. That Jesus calls Mary ‘Woman’ and not ‘Mother’ probably indicates that there is a new relationship between them as he enters his public ministry.” [= Penyebutan Yesus kepadanya, ‘perempuan’, dalam bahasa Yunani tidaklah sedingin (tak berperasaan) dalam bahasa Inggris. Ia menggunakannya, sebagai contoh, dalam saat-saat terakhirnya pada waktu Ia tergantung di salib dan dengan lembut menyerahkannya pada pemeliharaan dari murid yang dikasihiNya (19:26). Kata panggilan ini adalah ‘suatu istilah dari hormat dan kasih’ (LS). Tetapi kita harus mencamkan bahwa itu adalah sangat tidak umum untuk mendapatinya pada waktu seorang anak menyebut ibunya. Di sana kelihatannya tidak ada contoh tentang penggunaan ini dikutip selain dari contoh-contoh dalam Injil ini. Itu bukanlah praktek Ibrani maupun Yunani. Bahwa Yesus menyebut Maria ‘Perempuan’ dan bukan ‘Ibu / Mama’ mungkin menunjukkan bahwa disana ada suatu hubungan yang baru di antara mereka pada waktu Ia memasuki pelayanan umumNya.].
Lenski: “He does not say ‘mother’ but ‘woman,’ for, while Mary will forever remain his mother, in his calling Jesus knows no mother or earthly relative, he is their Lord and Savior as well as of all men. The common earthly relation is swallowed up in the divine. Matt. 12:46–50.” [= Ia tidak mengatakan ‘ibu / mama’ tetapi ‘perempuan’, karena sekalipun Maria akan selamanya tetap adalah ibu / mamaNya, dalam panggilanNya Yesus tak mengenal ibu / mama atau keluarga duniawi, Ia adalah Tuhan dan Juruselamat dari mereka maupun dari semua orang. Hubungan duniawi yang umum ditelan dalam (hubungan) Ilahi. Mat 12:46-50.].
Matius 12:46-50 - “(46) Ketika Yesus masih berbicara dengan orang banyak itu, ibuNya dan saudara-saudaraNya berdiri di luar dan berusaha menemui Dia. (47) Maka seorang berkata kepadaNya: ‘Lihatlah, ibuMu dan saudara-saudaraMu ada di luar dan berusaha menemui Engkau.’ (48) Tetapi jawab Yesus kepada orang yang menyampaikan berita itu kepadaNya: ‘Siapa ibuKu? Dan siapa saudara-saudaraKu?’ (49) Lalu kataNya, sambil menunjuk ke arah murid-muridNya: ‘Ini ibuKu dan saudara-saudaraKu! (50) Sebab siapapun yang melakukan kehendak BapaKu di sorga, dialah saudaraKu laki-laki, dialah saudaraKu perempuan, dialah ibuKu.’”.
Catatan: semua kata ‘ibu’ dalam text di atas ini berasal dari kata bahasa Yunani METER.
William Hendriksen: “When the Lord said, ‘Woman,’ he did not indulge in rudeness. On the contrary, it was very kind of him to emphasize, by the use of this word, that Mary must no longer think of him as being merely her son; ... Mary must begin to look upon Jesus as her Lord.” [= Pada waktu Tuhan berkata, ‘Perempuan’, Ia tidak terlibat dalam kekasaran / ketidak-sopanan. Sebaliknya, adalah sangat baik dariNya untuk menekankan, oleh penggunaan kata ini, bahwa Maria tidak boleh lebih lama berpikir tentang Dia sebagai semata-mata Anaknya; ... Maria harus mulai melihat kepada Yesus sebagai Tuhannya.].
William Hendriksen: “she did not fully realize that the mother-son relationship would be replaced by the believer-Savior relationship.” [= ia tidak sepenuhnya menyadari bahwa hubungan ibu / mama dan Anak akan digantikan dengan hubungan orang percaya dan Juruselamat.].
Pulpit Commentary: “Moreover, the link at the present moment between our Lord and his mother must begin to shade into something more spiritual. It was not possible that he should be holden by it.” [= Lebih lagi / selanjutnya, hubungan pada saat ini antara Tuhan kita dan ibuNya harus mulai berubah secara bertahap ke dalam sesuatu yang lebih rohani. Adalah tidak mungkin bahwa Ia harus ditahan olehnya.].
Bdk. Matius 22:41-46 - “(41) Ketika orang-orang Farisi sedang berkumpul, Yesus bertanya kepada mereka, kataNya: (42) ‘Apakah pendapatmu tentang Mesias? Anak siapakah Dia?’ Kata mereka kepadaNya: ‘Anak Daud.’ (43) KataNya kepada mereka: ‘Jika demikian, bagaimanakah Daud oleh pimpinan Roh dapat menyebut Dia Tuannya, ketika ia berkata: (44) Tuhan telah berfirman kepada Tuanku: duduklah di sebelah kananKu, sampai musuh-musuhMu Kutaruh di bawah kakiMu. (45) Jadi jika Daud menyebut Dia Tuannya, bagaimana mungkin Ia anaknya pula?’ (46) Tidak ada seorangpun yang dapat menjawabNya, dan sejak hari itu tidak ada seorangpun juga yang berani menanyakan sesuatu kepadaNya.”.
KJV/RSV/NIV/NASB: “Lord” [= Tuhan].
H. P. Liddon: “David’s Son is David’s Lord. ... David describes his great descendant Messiah as his ‘Lord’ (Psa. 110:1). ... He is David’s descendant; the Pharisees knew that truth. But He is also David’s Lord. How could He both if He was merely human? The belief of Christendom can alone answer the question which our Lord addressed to the Pharisees. The Son of David is David’s Lord because He is God; the Lord of David is David’s Son because He is God incarnate.” [= Anak dari Daud adalah Tuhan dari Daud. ... Daud menggambarkan keturunannya yang agung, Mesias, sebagai ‘Tuhan’nya (Maz 110:1). ... Ia adalah keturunan dari Daud; orang-orang Farisi mengetahui kebenaran itu. Tetapi Ia juga adalah Tuhan dari Daud. Bagaimana Ia bisa adalah keduanya jika Ia hanya manusia semata-mata? Hanya kepercayaan dari orang-orang kristen yang bisa menjawab pertanyaan yang ditujukan oleh Tuhan kita kepada orang-orang Farisi. Anak dari Daud adalah Tuhan dari Daud karena Ia adalah Allah; Tuhan dari Daud adalah Anak dari Daud karena Ia adalah Allah yang berinkarnasi / menjadi manusia.] - ‘The Divinity of the Lord and Saviour Jesus Christ’, hal 43.
Baca Juga: Yesus Memarahi Maria (Yohanes 2:14)
II) Mereka kehabisan anggur.
Yohanes 2:3: “Ketika mereka kekurangan anggur, ibu Yesus berkata kepadaNya: ‘Mereka kehabisan anggur.’”.
gadget, bisnis, otomotif |
Barnes’ Notes: “The wine referred to here was doubtless such as was commonly drunk in Palestine. That was the pure juice of the grape. It was not brandied wine, nor drugged wine, nor wine compounded of various substances, such as we drink in this land. The common wine drunk in Palestine was that which was the simple juice of the grape. WE use the word ‘wine’ now to denote the kind of liquid which passes under that name in this country - always containing a considerable portion of alcohol not only the alcohol produced by fermentation, but alcohol ‘added’ to keep it or make it stronger. But we have no right to take THAT sense of the word, and go with it to the interpretation of the Scriptures. We should endeavor to place ourselves in the exact circumstances of those times, ascertain precisely what idea the word would convey to those who used it then, and apply THAT sense to the word in the interpretation of the Bible; and there is not the slightest evidence that the word so used would have conveyed any idea but that of the pure juice of the grape,” [= Anggur yang dibicarakan di sini tak diragukan adalah apa yang biasanya diminum di Palestina. Itu adalah juice buah anggur yang murni. Itu bukanlah anggur yang beralkohol, ataupun anggur yang dicampur obat, ataupun anggur yang dicampur dengan bermacam-macam zat, sebagaimana yang kita minum di negara ini. Anggur yang umum yang diminum di Palestina adalah hanya juice buah anggur. Kita menggunakan kata ‘anggur’ sekarang untuk menunjuk pada jenis cairan yang disebut dengan nama itu di negara ini - selalu mengandung suatu bagian yang besar dari alkohol, bukan hanya alkohol yang dihasilkan oleh proses fermentasi, tetapi alkohol yang ditambahkan untuk mengawetkannya atau membuatnya lebih kuat. Tetapi kita tidak punya hak untuk mengambil arti itu dari kata itu, dan menggunakannya untuk menafsirkan Kitab Suci. Kita harus berusaha untuk menempatkan diri kita sendiri dalam keadaan yang pasti dari saat itu, memastikan secara tepat arti apa yang kata itu akan nyatakan bagi mereka yang menggunakannya pada saat itu, dan menerapkan arti itu pada kata dalam penafsiran Alkitab; dan di sana TIDAK ADA BUKTI YANG TERKECIL bahwa kata yang digunakan seperti itu menyatakan arti apapun kecuali juice buah anggur yang murni,].
Saya tidak tahu dari mana Barnes mendapatkan tradisi seperti ini, tetapi setahu saya tak ada satupun penafsir yang setuju dengan arti yang ia berikan. Semua penafsir menganggap bahwa yang dimaksudkan dengan anggur betul-betul adalah anggur yang bisa memabukkan.
William Barclay: “For a Jewish feast, wine was essential. ‘Without wine,’ said the Rabbis, ‘there is no joy.’ It was not that people were drunk, but in this part of the world wine was an essential. Drunkenness was in fact a great disgrace, and they actually drank their wine in a mixture composed of two parts of wine to three parts of water.” [= Bagi suatu pesta Yahudi, anggur merupakan sesuatu yang harus ada / sangat penting. ‘Tanpa anggur’, kata rabi-rabi, ‘di sana tidak ada sukacita’. Bukan bahwa orang-orang itu mabuk, tetapi dalam bagian dunia ini anggur adalah sesuatu yang harus ada / sangat penting. Memang mabuk merupakan sesuatu yang sangat memalukan, dan mereka secara hurufiah meminum anggur mereka dalam suatu campuran yang terdiri dari dua bagian anggur dan tiga bagian air.].
William Hendriksen: “In Palestine grapes ripened from June to September. There is, accordingly, no good reason to suppose that wine served at weddings which took place during the period October-May would be anything else but fermented grape-juice, in other words, actual wine.” [= Di Palestina buah anggur matang dari Juni sampai September. Karena itu, disana tidak ada alasan yang baik untuk menganggap bahwa anggur yang disediakan pada pesta pernikahan yang terjadi selama masa Oktober - Mei adalah apapun yang lain kecuali juice buah anggur yang difermentasi, dengan kata lain, betul-betul anggur.].
Catatan: saat itu dekat dengan Paskah Perjanjian Lama (lihat ay 13), dan karena itu kira-kira adalah bulan April. Karena itu tidak mungkin bisa ada grape juice (juice buah anggur).
Yohanes 2:12-13 - “(12) Sesudah itu Yesus pergi ke Kapernaum, bersama-sama dengan ibuNya dan saudara-saudara-Nya dan murid-murid-Nya, dan mereka tinggal di situ hanya beberapa hari saja. (13) Ketika hari raya Paskah orang Yahudi sudah dekat, Yesus berangkat ke Yerusalem.”.
William Hendriksen: “The fact that wine was considered a staple article of food is clear from such passages as Gen. 14:18; Num. 6:20; Deut. 14:26; Neh. 5:18; Matt. 11:19. Because of its intoxicating character its use was definitely restricted: in connection with the execution of certain functions it was forbidden; excessive indulgence was always definitely condemned (Lev. 10:9; Prov. 31:4, 5; Eccl. 10:17; Isa. 28:7; I Tim. 3:8).” [= Fakta bahwa anggur dianggap sebagai makanan yang penting adalah jelas dari text-text seperti Kejadian 14:18; Bilangan 6:20; Ulangan 14:26; Neh 5:18; Matius 11:19. Karena sifatnya yang memabukkan maka penggunaannya dibatasi secara pasti: dalam hubungannya dengan pelaksanaan dari aktivitas-aktivitas tertentu itu dilarang; pemuasan yang berlebihan selalu dikecam secara jelas / explicit (Im 10:9; Amsal 31:4, 5; Pkh 10:17; Yes 28:7; 1Tim 3:8).].
Catatan: saya hanya memberikan ayat-ayat yang saya anggap cocok dari ayat-ayat yang diberikan sebagai referensi oleh William Hendriksen.
Ul 14:26 - “dan haruslah engkau membelanjakan uang itu untuk segala yang disukai hatimu, untuk lembu sapi atau kambing domba, untuk anggur atau minuman yang memabukkan, atau apapun yang diingini hatimu, dan haruslah engkau makan di sana di hadapan TUHAN, Allahmu dan bersukaria, engkau dan seisi rumahmu.”.
Nehemia 5:18 - “Yang disediakan sehari atas tanggunganku ialah: seekor lembu, enam ekor kambing domba yang terpilih dan beberapa ekor unggas, dan bermacam-macam anggur dengan berlimpah-limpah setiap sepuluh hari. Namun, dengan semuanya itu, aku tidak menuntut pembagian yang menjadi hak bupati, karena pekerjaan itu sangat menekan rakyat.”.
Amsal 31:4-5 - “(4) Tidaklah pantas bagi raja, hai Lemuel, tidaklah pantas bagi raja meminum anggur, ataupun bagi para pembesar mengingini minuman keras, (5) jangan sampai karena minum ia melupakan apa yang telah ditetapkan, dan membengkokkan hak orang-orang yang tertindas.”.
Pkh 10:17 - “Berbahagialah engkau tanah, kalau rajamu seorang yang berasal dari kaum pemuka, dan pemimpin-pemimpinmu makan pada waktunya dalam keperkasaan dan bukan dalam kemabukan!”.
Yesaya 28:7 - “Tetapi orang-orang di sinipun pening karena anggur dan pusing karena arak. Baik imam maupun nabi pening karena arak, kacau oleh anggur; mereka pusing oleh arak, pening pada waktu melihat penglihatan, goyang pada waktu memberi keputusan.”.
1Timotius 3:8 - “Demikian juga diaken-diaken haruslah orang terhormat, jangan bercabang lidah, jangan penggemar anggur, jangan serakah,”.
KJV: “not given to much wine” [= tidak cenderung pada banyak anggur].
RSV: “not addicted to much wine” [= tidak mencandu pada banyak anggur].
NIV: “not indulging in much wine” [= tidak menuruti keinginannya dalam banyak anggur].
NASB: “not ... addicted to much wine” [= tidak ... mencandu pada banyak anggur].
Lenski: “the Scriptures nowhere condemn wine and its right use but only any and all forms of its abuse.” [= Tak ada dimanapun Kitab Suci mengecam anggur dan penggunaannya yang benar, tetapi hanya bentuk apapun dan semua bentuk dari penyalah-gunaannya.].
The Bible Exposition Commentary: “Finally, it is worth noting that the Jews always diluted the wine with water usually to the proportion of three parts water to one part wine. While the Bible does not command total abstinence, it certainly magnifies it and definitely warns against drunkenness.” [= Akhirnya, adalah layak diperhatikan bahwa orang-orang Yahudi selalu mengencerkan anggur dengan air biasanya dengan perbandingan 3 bagian air dengan 1 bagian anggur. Sekalipun Alkitab tidak memerintahkan kepantangan total, Alkitab pasti membesarkan persoalan itu, dan pasti memperingatkan terhadap kemabukan.].
Jelas bahwa Alkitab memang banyak mengecam orang yang minum sampai mabuk. Dan Alkitab juga sangat sering menceritakan orang yang minum anggur sampai mabuk (seperti Nuh, Lot dsb). Kalau seperti kata-kata Barnes di atas bahwa mereka selalu minum juice buah anggur, maka mengapa ada kecaman-kecaman dan kejadian-kejadian seperti itu???
Juga ay 10 menunjukkan secara pasti bahwa itu memang anggur / wine, bukan juice buah anggur!
Yohanes 2:10: “dan berkata kepadanya: ‘Setiap orang menghidangkan anggur yang baik dahulu dan sesudah orang puas minum, barulah yang kurang baik; akan tetapi engkau menyimpan anggur yang baik sampai sekarang.’”.
Kata-kata dalam ayat ini tidak mungkin bisa berlaku untuk juice buah anggur, tetapi hanya bisa berlaku untuk anggur / wine.
2) Kehabisan anggur: mengapa dan apa resikonya.
a) Pesta pernikahan di sana pada saat itu bisa berlangsung satu minggu, dan menurut Lenski kadang-kadang bisa dua minggu!
Kej 29:27 - “Genapilah dahulu tujuh hari perkawinanmu dengan anakku ini; kemudian anakku yang lainpun akan diberikan kepadamu sebagai upah, asal engkau bekerja pula padaku tujuh tahun lagi.’”.
Hak 14:12 - “Kata Simson kepada mereka: ‘Aku mau mengatakan suatu teka-teki kepada kamu. Jika kamu dapat memberi jawabnya yang tepat kepadaku dalam tujuh hari selama perjamuan ini berlangsung dan menebaknya, maka aku akan memberikan kepadamu tiga puluh pakaian lenan dan tiga puluh pakaian kebesaran.”.
b) Pada peristiwa seperti pernikahan bisa banyak sekali orang yang diundang, dan ini bisa membutuhkan biaya yang sangat besar, untuk makanan dan untuk anggur. Rupanya keluarga yang menikah ini bukan orang kaya sehingga mereka kehabisan anggur.
c) Kehabisan angur bukanlah suatu persoalan kecil. Itu merupakan sesuatu yang memalukan. Lebih dari itu, di sana ada suatu tradisi yang bagi kita rasanya aneh!
Leon Morris (NICNT): “J. Duncan M. Derrett has a very valuable discussion of this miracle. He points out that in the ancient Near East there was a strong element of reciprocity about weddings, and that, for example, it was possible to take legal action in certain circumstances against a man who had failed to provide the appropriate wedding gift. This is quite foreign to our wedding customs and we are apt to overlook such possibilities. But it means that when the supply of wine failed more than social embarrassment was involved. The bridegroom and his family may well have become involved in a heavy pecuniary liability.” [= J. Duncan M. Derrett mempunyai suatu diskusi yang sangat berharga tentang mujizat ini. Ia menunjukkan bahwa di Timur Dekat kuno di sana ada suatu elemen yang kuat tentang kewajiban timbal balik tentang pernikahan, dan bahwa, sebagai contoh, adalah mungkin untuk mengambil tindakan hukum dalam keadaan-keadaan tertentu terhadap seseorang yang gagal untuk menyediakan hadiah pernikahan yang cocok / layak. Ini cukup asing bagi kebiasaan pernikahan kita dan kita condong untuk mengabaikan kemungkinan-kemungkinan seperti itu. Tetapi itu berarti bahwa pada waktu suplai dari anggur kurang, lebih dari rasa malu yang bersifat sosial yang terlibat. Pengantin laki-laki dan keluarganya bisa terlibat dalam suatu pertanggung-jawaban dalam hal keuangan.].
The Bible Exposition Commentary: “Since Jewish wedding feasts lasted a week it was necessary for the groom to have adequate provisions. For one thing, it would be embarrassing to run out of either food or wine; and a family guilty of such gaucherie could actually be fined! So, to run out of wine could be costly both financially and socially.” [= Karena pesta-pesta pernikahan Yahudi berlangsung satu minggu adalah perlu bagi pengantin laki-laki untuk mempunyai persediaan yang cukup. Setidaknya, itu merupakan sesuatu yang memalukan untuk kehabisan makanan atau anggur; dan suatu keluarga yang bersalah tentang keadaan memalukan / tak pantas seperti itu bisa betul-betul didenda! Jadi, kehabisan anggur bisa merupakan sesuatu yang mahal baik secara keuangan maupun secara sosial.].
d) Penerapannya untuk kita.
Pulpit Commentary: “Ver. 3. - ‘They have no wine.’ Just as the scarcity of provisions in the wilderness gave Jesus an opportunity to supply the need of a multitude; just as it was permitted that a man should be born blind, ‘that the works of God should be manifest in him;’ so the falling short of the supply of wine at Cana gave an opportunity for the performance by Christ of a beneficent and instructive miracle. And the lesson is one widely impressive and helpful which is thus conveyed concerning human need and Divine grace and supply.” [= Yohanes 2:3. - ‘Mereka kehabisan anggur’. Sama seperti kekurangan persediaan / makanan di padang gurun memberi Yesus suatu kesempatan untuk menyuplai kebutuhan dari banyak orang; sama seperti diizinkan bahwa seseorang dilahirkan dalam keadaan buta, ‘supaya pekerjaan-pekerjaan Allah harus dinyatakan di dalam dia’; begitu juga kekurangan persediaan anggur di Kana memberi suatu kesempatan untuk pelaksanaan dari suatu mujizat yang baik / bermanfaat oleh Kristus. Dan pelajarannya adalah sangat mengesankan dan berguna yang disampaikan seperti itu berkenaan dengan kebutuhan manusia dan kasih karunia Ilahi dan suplai.].
Pulpit Commentary: “I. God lets men want. It is a paradox, but it is a truth, that it is for our good to suffer need of many kinds. 1. Thus he teaches us how slender are our resources, and how soon exhausted. 2. Thus it is suggested to us to look without, to look above, for the satisfaction of our desires. 3. Thus it is arranged that, when God interposes upon our behalf, we shall welcome and value his intervention.” [= I. ALLAH MEMBIARKAN ORANG-ORANG KEKURANGAN / MEMPUNYAI KEBUTUHAN. Ini adalah sesuatu yang bersifat paradox, tetapi itu merupakan suatu kebenaran, bahwa itu adalah untuk kebaikan kita untuk mengalami kebutuhan dari bermacam-macam hal. 1. Dengan demikian Ia mengajar kita betapa sedikit sumber / persediaan kita, dan betapa cepat habisnya. 2. Karena itu diusulkan kepada kita untuk melihat keluar, untuk melihat ke atas, untuk pemuasan dari keinginan-keinginan kita. 3. Maka diaturlah supaya, pada waktu Allah ikut campur demi kepentingan kita, kita akan menerima dengan sukacita dan menghargai campur tanganNya.].
J. C. Ryle: “Melancthon, Chemnitius, and others, think that this want of wine at the marriage feast is purposely mentioned in order to remind married persons, or those who intend marriage, that matrimony brings with it cares as well as comforts, and specially cares from poverty. They that marry do well, and with Christ’s blessing will have happiness. But they must not expect to escape ‘trouble in the flesh’ from the very day of marriage. (1 Cor. 7:28.)” [= Melancthon, Chemnitius, dan orang-orang lain berpikir bahwa kekurangan anggur di pesta pernikahan ini disebutkan secara sengaja untuk mengingatkan orang-orang yang sudah menikah, atau mereka yang bermaksud untuk menikah, bahwa pernikahan membawa dengannya kekuatiran maupun penghiburan, dan secara khusus kekuatiran dari kemiskinan. Mereka yang menikah melakukan hal yang baik, dan dengan berkat Kristus akan mendapatkan kebahagiaan. Tetapi mereka tidak boleh berharap untuk lolos dari ‘kesukaran / problem dalam daging’ sejak saat pernikahan. (1Kor 7:28).] - ‘Expository Thoughts on the Gospels: John vol I’ (Libronix).
1Korintus 7:28 - “Tetapi, kalau engkau kawin, engkau tidak berdosa. Dan kalau seorang gadis kawin, ia tidak berbuat dosa. Tetapi orang-orang yang demikian akan ditimpa kesusahan badani dan aku mau menghindarkan kamu dari kesusahan itu.”.
Catatan: kita harus berhati-hati dalam menggunakan ayat-ayat dalam 1Kor 7, karena banyak ayat dalam pasal itu yang hanya berlaku dalam keadaan khusus pada saat itu.
Bdk. 1Korintus 7:26 - “Aku berpendapat, bahwa, mengingat waktu darurat sekarang, adalah baik bagi manusia untuk tetap dalam keadaannya.”.
3) Kata-kata Maria kepada Yesus berkenaan dengan hal itu.
Yohanes 2:3b: “ibu Yesus berkata kepada-Nya: ‘Mereka kehabisan anggur.’”.
Ada macam-macam penafsiran tentang kata-kata Maria kepada Yesus ini:
a) Gereja Roma Katolik menganggapnya sebagai dasar untuk menggunakan Maria sebagai pengantara dalam doa kita kepada Tuhan.
Pulpit Commentary: “There is nothing in her appeal to her Son to justify the Roman Catholic argument in favour of the Virgin Mary’s intercession in heaven, because (1) it does not follow that, because the prayers of living saints are answered on earth, therefore the prayers of dead saints will be either heard or answered in heaven; (2) the rebuke that our Lord administers to his mother does not strengthen the argument in favour of the prayers of dead saints.” [= Disana tidak ada apapun dalam permohonannya kepada Anaknya untuk membenarkan argumentasi Roma Katolik untuk mendukung pengantaraan sang Perawan Maria di surga, karena (1) tidak bisa dianggap sebagai konsekwensi bahwa karena doa-doa dari orang-orang kudus dijawab di bumi, karena itu doa-doa dari orang-orang kudus yang sudah mati akan didengarkan atau dijawab di surga; (2) teguran yang Tuhan kita berikan kepada ibuNya tidak menguatkan argumentasi yang mendukung doa-doa kepada orang-orang kudus yang sudah mati.].
J. C. Ryle: “The argument which the Roman Catholics draw from this expression in favour of the Virgin Mary’s intercession in heaven for sinners, and the consequent lawfulness of praying to her, is utterly worthless, and most unhappy. ... it is an unfortunate fact, that this petition, the only one that we ever find addressed to our Lord by the Virgin Mary, brought from Him an immediate rebuke! Men must be in great straits for an argument when they can reason in this way in defence of the invocation of saints!” [= Argumentasi yang orang-orang Roma Katolik tarik dari ungkapan ini untuk mendukung pengantaraan sang Perawan Maria di surga untuk orang-orang berdosa, dan sebagai konsekwensinya, keabsahan untuk berdoa kepadanya, sama sekali tak berharga, dan sangat tidak cocok. ... merupakan suatu fakta yang sial, bahwa permohonan ini, satu-satunya yang kita pernah temukan ditujukan kepada Tuhan kita oleh sang Perawan Maria, mendapatkan dengan segera dariNya suatu teguran! Orang-orang harus ada dalam kesukaran yang besar untuk suatu argumentasi pada waktu mereka bisa beralasan dengan cara ini untuk membela doa dari orang-orang kudus yang telah mati!] - ‘Expository Thoughts on the Gospels: John vol I’ (Libronix).
b) Orang-orang Protestan pun memberikan macam-macam penafsiran tentang kata-kata Maria itu.
Calvin: “It may be doubted if she expected or asked any thing from her Son, since he had not yet performed any miracle; and it is possible that, without expecting any remedy of this sort, she advised him to give some pious exhortations which would have the effect of preventing the guests from feeling uneasiness, and at the same time of relieving the shame of the bridegroom.” [= Bisa diragukan jika ia mengharapkan atau meminta apapun dari Anaknya, karena Ia belum melakukan mujizat apapun; dan adalah mungkin bahwa, tanpa mengharapkan pembetulan apapun dari jenis ini, ia menasehatiNya untuk memberikan nasehat / penguatan yang saleh yang akan mencegah tamu-tamu untuk merasa tidak nyaman, dan pada saat yang sama mengurangi rasa malu dari pengantin laki-laki.].
Catatan: saya betul-betul heran bagaimana Calvin bisa memberikan tafsiran sejelek ini.
William Hendriksen: “‘The mother of Jesus said to him, They have no wine.’ Now in these embarrassing circumstances, when the wine failed, Mary comes to the rescue with the remark, addressed to Jesus, ‘They have no wine.’ Of all those present no one knew better than Mary who Jesus actually was and what task had been assigned to him. (Cf. Luke 1:26–38.) Did she show a degree of impatience because he did not at once do something about the present embarrassing situation? Note, however, that she did not in so many words tell him what to do. She merely mentioned the need, but the hint was clear enough. That Mary expected a miracle seems certain.” [= ‘Ibu Yesus berkata kepadaNya, Mereka kehabisan anggur’. Sekarang dalam keadaan yang memalukan ini, pada waktu anggur habis / kurang, Maria datang untuk menolong dengan suatu kata-kata singkat yang ditujukan kepada Yesus, ‘Mereka kehabisan anggur’. Dari semua orang yang hadir tak seorangpun mengenal lebih baik dari Maria siapa sesungguhnya Yesus itu dan tugas apa yang telah ditetapkan bagiNya. (Bdk. Lukas 1:26-38). Apakah ia menunjukkan suatu tingkat ketidak-sabaran karena Ia tidak segera melakukan sesuatu tentang keadaan yang memalukan pada saat itu? Tetapi perhatikan bahwa ia tidak dengan banyak kata-kata memberitahuNya apa yang harus dilakukan. Ia semata-mata menyebutkan kebutuhannya, tetapi petunjuk / isyaratnya cukup jelas. Bahwa Maria mengharapkan suatu mujizat kelihatannya pasti.].
Leon Morris (NICNT): “she knew that angels had spoken about Jesus before his birth and that she had conceived him while still a virgin. She knew that his whole manner of life stamped him as different. She knew, in short, that Jesus was the Messiah, and it is not unlikely that she now tried to make him take such action as would show him to all as the Messiah she knew him to be.” [= ia tahu bahwa malaikat-malaikat telah berbicara tentang Yesus sebelum kelahiranNya dan bahwa ia akan mengandungNya pada saat ia masih seorang perawan. Ia tahu bahwa seluruh cara hidupNya menunjukkan Dia sebagai orang yang berbeda. Ia tahu, singkatnya, bahwa Yesus adalah Mesias, dan bukannya tidak mungkin bahwa sekarang ia mencoba untuk membuatNya untuk melakukan tindakan seperti itu sehingga akan menunjukkan Dia kepada semua orang sebagai Mesias sebagaimana yang ia ketahui tentang Dia.].
J. C. Ryle: “‘The mother of Jesus.… saith.… no wine.’ This little sentence has given rise to various and strange interpretations. Some have thought, as Bengel, that Mary suggested to our Lord that it was time for Him and His disciples to depart and leave the feast, in order to spare the feelings of the bride and bridegroom, and to avoid exposing their poverty. Some have thought, as Calvin, that she wished our Lord to occupy the minds of the guests by profitable discourse, and so to take off their attention from the deficiency of wine. By far the most reasonable and probable idea is, that Mary conjectured that our Lord might in some way supply the deficiency of wine. How it would be done she could not tell. There is not the slightest ground for supposing that our Lord had ever worked a miracle up to this time. But it would be foolish to suppose that Mary did not remember well all the miraculous circumstances of our Lord’s birth, and all the words spoken before by the angel Gabriel concerning Him. - We cannot doubt, that although our Lord had lived a quiet life at Nazareth for thirty years, and done no miracles, His mother must have observed in Him a perfection of word and deed utterly unlike the behaviour of common men. - We cannot doubt that she was aware of all the events of the last few weeks, - our Lord’s baptism by John, John’s public proclamation of Him as the Messiah, and the gathering around Jesus of a small knot of disciples. - Remembering all these things, we surely need not wonder that Mary’s expectations were greatly raised. She looked for her Son speedily doing some great miracle. She was in daily expectation that He would prove Himself the Messiah by some mighty act. And it was under these feelings that she turned to Him, saying, ‘They have no wine.’ It is as though she said, - ’Surely the time is come for declaring thyself. Manifest thy power, as I have long expected thee to do, by providing a supply of wine.’” [= ‘Ibu Yesus ... berkata ... kehabisan anggur’. Kalimat pendek ini telah menimbulkan bermacam-macam penafsiran yang aneh. Beberapa telah berpikir, seperti Bengel, bahwa Maria mengusulkan kepada Tuhan kita bahwa itu adalah waktu bagiNya dan murid-muridNya untuk pergi dan meninggalkan pesta, untuk menjaga perasaan dari pengantin perempuan dan laki-laki, dan untuk menghindari terbukanya kemiskinan mereka. Beberapa orang telah berpikir, seperti Calvin, bahwa ia berharap Tuhan kita memenuhi / menyibukkan pikiran dari para tamu dengan pembicaraan yang berguna, dan dengan demikian menyingkirkan perhatian mereka dari kekurangan anggur. Jauh lebih masuk akal dan memungkinkan adalah gagasan bahwa Maria mengira bahwa Tuhan kita bisa dengan suatu cara menyuplai kekurangan anggur itu. Bagaimana itu akan dilakukan ia tidak tahu. Disana tidak ada dasar terkecilpun untuk menganggap bahwa Tuhan kita pernah mengerjakan suatu mujizat sampai pada saat ini. Tetapi adalah bodoh untuk menganggap bahwa Maria tidak mengingat dengan baik semua peristiwa yang bersifat mujizat tentang kelahiran Tuhan kita, dan semua kata-kata yang diucapkan oleh malaikat Gabriel berkenaan dengan Dia. - Kita tidak bisa meragukan, bahwa sekalipun Tuhan kita telah menjalani kehidupan yang tenang di Nazaret selama 30 tahun, dan tidak melakukan mujizat, ibuNya pasti telah memperhatikan di dalam Dia suatu kesempurnaan dari kata-kata dan tindakan-tindakan yang sama sekali tidak seperti tingkah laku dari orang-orang biasa. - Kita tidak bisa meragukan bahwa ia menyadari semua peristiwa dari beberapa minggu terakhir, - baptisan Tuhan kita oleh Yohanes, proklamasi umum Yohanes tentang Dia sebagai Mesias, dan pengumpulan di sekitar Yesus suatu kumpulan kecil dari murid-murid. - Mengingat semua hal-hal ini, kita pasti tidak perlu heran bahwa pengharapan Maria sangat ditinggikan. Ia mencari Anaknya dengan cepat untuk melakukan mujizat yang besar. Ia ada dalam pengharapan setiap hari bahwa Ia akan membuktikan diriNya sendiri sebagai Mesias oleh tindakan yang hebat. Dan di bawah perasaan-perasaan inilah ia datang kepada Dia dan berkata ‘Mereka kehabisan anggur’. Itu adalah seakan-akan ia berkata, - ‘pastilah saatnya sudah tiba untuk menyatakan diriMu sendiri. Tunjukkan kuasaMu, yang telah lama aku harapkan untuk Engkau lakukan, dengan menyediakan suatu suplai anggur’.] - ‘Expository Thoughts on the Gospels: John vol I’ (Libronix).
4) Jawaban Yesus kepada Maria.
Yohanes 2:4: “Kata Yesus kepadanya: ‘Mau apakah engkau dari padaKu, ibu? SaatKu belum tiba.’”.
a) Cara Yesus menyebut Maria.
Yohanes 2:4a: “Kata Yesus kepadanya: ‘Mau apakah engkau dari padaKu, ibu?”.
RSV: “O woman, what have you to do with Me?” [= O perempuan, apa urusanmu dengan Aku?].
NIV: “Dear woman, why do you involve me?” [= Perempuan, mengapa engkau melibatkan Aku?].
NASB/KJV: “Woman, what have I to do with you / thee?” [= Perempuan, apa urusanKu denganmu?].
NKJV: “Woman, what does your concern have to do with Me?” [= Perempuan, apa urusannya perhatianmu itu dengan Aku?].
Lit: “What to me and to thee, woman?” [= Apa bagiKu dan bagimu, perempuan?].
1. Sebutan ‘ibu’.
a. Yesus bukan menyebut Maria ‘ibu / mama’ tetapi ‘perempuan’.
Yohanes 2:3-5 - “(3) Ketika mereka kekurangan anggur, ibu (Yunani: METER) Yesus berkata kepadaNya: ‘Mereka kehabisan anggur.’ (4) Kata Yesus kepadanya: ‘Mau apakah engkau dari padaKu, ibu (Yunani: GUNAI)? SaatKu belum tiba.’ (5) Tetapi ibu (Yunani: METER) Yesus berkata kepada pelayan-pelayan: ‘Apa yang dikatakan kepadamu, buatlah itu!’”.
NIV: “(3) When the wine was gone, Jesus’ mother said to him, ‘They have no more wine.’ (4) Dear woman, why do you involve me? Jesus replied. ‘My time has not yet come.’ (5) His mother said to the servants, ‘Do whatever he tells you.’”.
METER = mother / ibu / mama.
GUNAI = woman / perempuan.
Dalam sepanjang Alkitab, Maria memang disebut ibu / mama (METER) dari Yesus, tetapi Yesusnya sendiri tidak pernah menyebutnya ‘mama’ (METER). Ia selalu menyebutnya ‘perempuan’ (GUNAI).
F. F. Bruce: “when the NEB makes him say ‘Your concern, mother, is not mine’, it misses the point, which is that ‘mother’ is precisely what he did not call her. If she sought his help now, she must not seek it on the basis of their mother-and-son relationship.” [= pada waktu NEB membuatNya berkata, ‘Urusanmu, ibu / mama, bukanlah urusanKu’, itu menyalah-tafsirkan, yang mana ‘ibu / mama’ itu adalah persis / justru apa yang tidak Ia gunakan untuk menyebutnya. Jika ia mencari pertolonganNya sekarang, ia tidak boleh mencarinya berdasarkan hubungan ibu dan Anak.] - hal 69.
b. Pandangan Calvin tentang sebutan GUNAI [= woman / perempuan].
Calvin: “It is a remarkable passage certainly; for why does he absolutely refuse to his mother what he freely granted afterwards, ... Again, why is he not satisfied with a bare refusal? and why does he reduce her to the ordinary rank of women, and not even deign to call her mother? This saying of Christ openly and manifestly warns men to beware lest, by too superstitiously elevating the honor of the name of mother in the Virgin Mary, they transfer to her what belongs exclusively to God. Christ, therefore, addresses his mother in this manner, in order to lay down a perpetual and general instruction to all ages, that his divine glory must not be obscured by excessive honor paid to his mother.” [= Ini pasti merupakan suatu text yang patut diperhatikan; karena mengapa Ia menolak ibuNya secara mutlak apa yang Ia kabulkan dengan cuma-cuma setelah itu, ... Juga, mengapa Ia tidak puas dengan semata-mata suatu penolakan? dan mengapa Ia merendahkan dia pada tingkat perempuan biasa, dan bahkan tidak merendahkan diri untuk menyebutnya ibu / mama? Kata-kata Kristus ini secara terbuka dan secara jelas memperingatkan orang-orang untuk berhati-hati supaya jangan, dengan peninggian terlalu tinggi yang muncul dari takhyul kehormatan dari sebutan ‘ibu’ kepada Perawan Maria, mereka memindahkan kepadanya apa yang secara exklusif adalah milik Allah. Karena itu, Kristus, menyebut ibuNya dengan cara ini, untuk meletakkan suatu instruksi yang kekal dan bersifat umum kepada semua zaman, bahwa kemuliaan IlahiNya tidak boleh dikaburkan oleh penghormatan yang berlebih-lebihan yang diberikan kepada ibuNya.].
Catatan: saya tidak menganggap Calvin mengatakan bahwa sebutan ‘perempuan’ itu merupakan teguran ataupun sebutan yang tidak menghormat. Yang ia katakan dalam kutipan di atas ini adalah melakukan perbandingan antara sebutan ‘perempuan’ dan sebutan ‘ibu / mama’.
Calvin: “How necessary this warning became, in consequence of the gross and disgraceful superstitions which followed afterwards, is too well known. For Mary has been constituted the Queen of Heaven, the Hope, the Life, and the Salvation of the world; and, in short, their fury and madness proceeded so far that they stripped Christ of his spoils, and left him almost naked. And when we condemn those horrid blasphemies against the Son of God, the Papists call us malignant and envious; and - what is worse - they maliciously slander us as deadly foes to the honor of the holy Virgin. As if she had not all the honor that is due to her, unless she were made a Goddess; or as if it were treating her with respect, to adorn her with blasphemous titles, and to substitute her in the room of Christ. The Papists, therefore, offer a grievous insult to Mary when, in order to disfigure her by false praises, they take from God what belongs to Him.” [= Betapa menjadi penting / perlunya peringatan ini, sebagai akibat dari takhyul-takhyul yang kasar dan memalukan yang mengikuti belakangan, diketahui dengan baik. Karena Maria telah disebut Ratu Surga, Pengharapan, Kehidupan, dan Keselamatan dari dunia; dan singkatnya, tindakan liar dan kegilaan mereka berjalan / maju begitu jauh sehingga mereka merampok / menelanjangi Kristus dari jarahan kemenanganNya, dan meninggalkanNya hampir telanjang. Dan pada waktu kita mengecam hujatan-hujatan yang menghina / sangat tidak bisa diterima terhadap Anak Allah itu, para pengikut Paus (orang-orang Katolik) menyebut kami jahat / membahayakan dan iri hati; dan - lebih buruk lagi - mereka secara jahat memfitnah kami sebagai musuh-musuh yang mematikan bagi kehormatan dari sang Perawan yang kudus. Seakan-akan ia tidak mempunyai semua kehormatan yang cocok baginya, kecuali ia dibuat menjadi seorang Dewi; atau seakan-akan merupakan suatu tindakan memperlakukan dia dengan hormat, untuk menghiasinya dengan gelar-gelar yang bersifat menghujat, dan menggantikan dia di tempat dari Kristus. Karena itu, para pengikut Paus (orang-orang Katolik) mempersembahkan suatu penghinaan yang menyedihkan kepada Maria, pada waktu, untuk / supaya merusak bentuknya, mereka mengambil dari Allah apa yang merupakan milikNya.].
Karena itu adalah aneh dan tidak masuk akal kalau ada orang-orang Protestan yang ‘berdamai’ dengan Katolik!!! Itu sama dengan menganulir seluruh Reformasi!
c. Sebutan ‘perempuan’ bukanlah sebutan yang tidak hormat.
J. C. Ryle: “This remarkable verse has naturally attracted great attention. In interpreting it, it is very important to avoid the extremes into which some Protestants and nearly all Roman Catholic writers have fallen, in their interpretations. On the one side we must not lay too much stress on the expression ‘Woman.’ It is surely a mistake to suppose, as Calvin and others suggest, that it conveys any reproof, or is anywise inconsistent with reverence and respect. The very same expression was used by our Lord when He addressed His mother for the last time on the cross, and affectionately commended her to John’s care. He said, ‘Woman, behold thy son.’ (John 19:26.)” [= Ayat yang menarik ini secara wajar telah menarik perhatian yang besar. Dalam menafsirkannya, adalah sangat penting untuk menghindari extrim-extrim ke dalam mana sebagian orang Protestan dan hampir semua penulis Roma Katolik telah jatuh, dalam penafsiran-penafsiran mereka. Pada satu sisi kita tidak boleh memberikan penekanan yang terlalu besar pada ungkapan ‘Perempuan’. Pastilah merupakan suatu kesalahan untuk menganggap, seperti Calvin dan orang-orang lain mengusulkan, bahwa ungkapan itu memberikan teguran apapun, atau dengan cara apapun tidak konsisten dengan rasa hormat. Ungkapan yang persis sama digunakan oleh Tuhan kita pada waktu Ia berbicara kepada ibuNya untuk terakhir kalinya di salib, dan dengan penuh kasih menyerahkannya pada pemeliharaan Yohanes. Ia berkata, ‘Perempuan, lihatlah anakmu’. (Yoh 19:26).] - ‘Expository Thoughts on the Gospels: John vol I’ (Libronix).
Catatan: menurut saya Calvin tidak memaksudkan kata ‘perempuan’ itu sebagai teguran, tetapi seluruh kalimat, ‘Perempuan, apa urusanmu dengan Aku?’.
Yohanes 19:26 - “Ketika Yesus melihat ibuNya dan murid yang dikasihiNya di sampingnya, berkatalah Ia kepada ibuNya: ‘Ibu, inilah, anakmu!’”.
Catatan: dua kata ‘ibu’ yang pertama berasal dari kata Yunani METER [= mother / ibu / mama], tetapi kata ‘ibu’ yang ketiga berasal dari kata Yunani GUNAI [= woman / perempuan].
Barnes’ Notes: “It is the same term by which he tenderly addressed Mary Magdalene after his resurrection (John 20:15), and his mother when he was on the cross, John 19:26. Compare also Matt 15:28; John 4:21; 1 Cor 7:16.” [= Itu adalah istilah yang sama dengan mana Ia dengan lembut menyebut Maria Magdalena setelah kebangkitanNya (Yohanes 20:15), dan ibuNya pada waktu Ia ada di salib, Yohanes 19:26. Bandingkan juga Matius 15:28; Yohanes 4:21; 1Kor 7:16.].
Yohanes 20:15 - “Kata Yesus kepadanya: ‘Ibu, mengapa engkau menangis? Siapakah yang engkau cari?’ Maria menyangka orang itu adalah penunggu taman, lalu berkata kepadaNya: ‘Tuan, jikalau tuan yang mengambil Dia, katakanlah kepadaku, di mana tuan meletakkan Dia, supaya aku dapat mengambilNya.’”.
Matius 15:28 - “Maka Yesus menjawab dan berkata kepadanya: ‘Hai ibu, besar imanmu, maka jadilah kepadamu seperti yang kaukehendaki.’ Dan seketika itu juga anaknya sembuh.”.
1Kor 7:16 - “Sebab bagaimanakah engkau mengetahui, hai isteri, apakah engkau tidak akan menyelamatkan suamimu? Atau bagaimanakah engkau mengetahui, hai suami, apakah engkau tidak akan menyelamatkan isterimu?”.
William Barclay: “The word ‘woman’ (GUNAI) is also misleading. It sounds to us very rough and abrupt. But it is the same word that Jesus used on the cross to address Mary as he left her to the care of John (John 19:26). In Homer, it is the title by which Odysseus addresses Penelope, his well-loved wife. It is the title by which Augustus, the Roman emperor, addressed Cleopatra, the famous Egyptian queen. So far from being a rough and discourteous way of address, it was a title of respect. We have no way of speaking in English which exactly renders it; but it is better to translate it ‘lady,’ which gives at least the courtesy in it.” [= Kata ‘perempuan’ (GUNAI) juga cenderung untuk membingungkan. Itu kedengarannya bagi kita sangat kasar dan tidak sopan. Tetapi itu adalah kata yang sama yang Yesus gunakan di salib untuk menyebut Maria pada waktu Ia menyerahkan dia pada pemeliharaan Yohanes (Yoh 19:26). Dalam Homer, itu adalah gelar / sebutan dengan mana Odysseus menyebut Penelope, istrinya yang dicintainya. Itu adalah gelar / sebutan dengan mana Agustus, kaisar Roma, menyebut Cleopatra, ratu Mesir yang termasyhur. Jauh dari suatu cara penyebutan yang kasar dan tidak sopan, itu adalah suatu gelar / sebutan kehormatan. Kita tidak mempunyai cara berbicara dalam bahasa Inggris yang secara tepat menterjemahkannya; tetapi adalah lebih baik untuk menterjemahkannya ‘lady’, yang setidaknya memberi kesopanan di dalamnya.].
d. Sekalipun demikian, itu merupakan suatu sebutan yang sangat tidak lazim, dan pasti mempunyai maksud tertentu.
Leon Morris (NICNT): “Jesus’ address to her, ‘Woman,’ is not as cold in the Greek as in English. He uses it, for example, in his last moments as he hangs on the cross and tenderly commends her to the beloved disciple (19:26). This vocative was ‘a term of respect or affection’ (LS). Yet we must bear in mind that it is most unusual to find it when a son addresses his mother. There appear to be no examples of this use cited other than those in this Gospel. It is neither a Hebrew nor a Greek practice. That Jesus calls Mary ‘Woman’ and not ‘Mother’ probably indicates that there is a new relationship between them as he enters his public ministry.” [= Penyebutan Yesus kepadanya, ‘perempuan’, dalam bahasa Yunani tidaklah sedingin (tak berperasaan) dalam bahasa Inggris. Ia menggunakannya, sebagai contoh, dalam saat-saat terakhirnya pada waktu Ia tergantung di salib dan dengan lembut menyerahkannya pada pemeliharaan dari murid yang dikasihiNya (19:26). Kata panggilan ini adalah ‘suatu istilah dari hormat dan kasih’ (LS). Tetapi kita harus mencamkan bahwa itu adalah sangat tidak umum untuk mendapatinya pada waktu seorang anak menyebut ibunya. Di sana kelihatannya tidak ada contoh tentang penggunaan ini dikutip selain dari contoh-contoh dalam Injil ini. Itu bukanlah praktek Ibrani maupun Yunani. Bahwa Yesus menyebut Maria ‘Perempuan’ dan bukan ‘Ibu / Mama’ mungkin menunjukkan bahwa disana ada suatu hubungan yang baru di antara mereka pada waktu Ia memasuki pelayanan umumNya.].
Lenski: “He does not say ‘mother’ but ‘woman,’ for, while Mary will forever remain his mother, in his calling Jesus knows no mother or earthly relative, he is their Lord and Savior as well as of all men. The common earthly relation is swallowed up in the divine. Matt. 12:46–50.” [= Ia tidak mengatakan ‘ibu / mama’ tetapi ‘perempuan’, karena sekalipun Maria akan selamanya tetap adalah ibu / mamaNya, dalam panggilanNya Yesus tak mengenal ibu / mama atau keluarga duniawi, Ia adalah Tuhan dan Juruselamat dari mereka maupun dari semua orang. Hubungan duniawi yang umum ditelan dalam (hubungan) Ilahi. Mat 12:46-50.].
Matius 12:46-50 - “(46) Ketika Yesus masih berbicara dengan orang banyak itu, ibuNya dan saudara-saudaraNya berdiri di luar dan berusaha menemui Dia. (47) Maka seorang berkata kepadaNya: ‘Lihatlah, ibuMu dan saudara-saudaraMu ada di luar dan berusaha menemui Engkau.’ (48) Tetapi jawab Yesus kepada orang yang menyampaikan berita itu kepadaNya: ‘Siapa ibuKu? Dan siapa saudara-saudaraKu?’ (49) Lalu kataNya, sambil menunjuk ke arah murid-muridNya: ‘Ini ibuKu dan saudara-saudaraKu! (50) Sebab siapapun yang melakukan kehendak BapaKu di sorga, dialah saudaraKu laki-laki, dialah saudaraKu perempuan, dialah ibuKu.’”.
Catatan: semua kata ‘ibu’ dalam text di atas ini berasal dari kata bahasa Yunani METER.
William Hendriksen: “When the Lord said, ‘Woman,’ he did not indulge in rudeness. On the contrary, it was very kind of him to emphasize, by the use of this word, that Mary must no longer think of him as being merely her son; ... Mary must begin to look upon Jesus as her Lord.” [= Pada waktu Tuhan berkata, ‘Perempuan’, Ia tidak terlibat dalam kekasaran / ketidak-sopanan. Sebaliknya, adalah sangat baik dariNya untuk menekankan, oleh penggunaan kata ini, bahwa Maria tidak boleh lebih lama berpikir tentang Dia sebagai semata-mata Anaknya; ... Maria harus mulai melihat kepada Yesus sebagai Tuhannya.].
William Hendriksen: “she did not fully realize that the mother-son relationship would be replaced by the believer-Savior relationship.” [= ia tidak sepenuhnya menyadari bahwa hubungan ibu / mama dan Anak akan digantikan dengan hubungan orang percaya dan Juruselamat.].
Pulpit Commentary: “Moreover, the link at the present moment between our Lord and his mother must begin to shade into something more spiritual. It was not possible that he should be holden by it.” [= Lebih lagi / selanjutnya, hubungan pada saat ini antara Tuhan kita dan ibuNya harus mulai berubah secara bertahap ke dalam sesuatu yang lebih rohani. Adalah tidak mungkin bahwa Ia harus ditahan olehnya.].
Bdk. Matius 22:41-46 - “(41) Ketika orang-orang Farisi sedang berkumpul, Yesus bertanya kepada mereka, kataNya: (42) ‘Apakah pendapatmu tentang Mesias? Anak siapakah Dia?’ Kata mereka kepadaNya: ‘Anak Daud.’ (43) KataNya kepada mereka: ‘Jika demikian, bagaimanakah Daud oleh pimpinan Roh dapat menyebut Dia Tuannya, ketika ia berkata: (44) Tuhan telah berfirman kepada Tuanku: duduklah di sebelah kananKu, sampai musuh-musuhMu Kutaruh di bawah kakiMu. (45) Jadi jika Daud menyebut Dia Tuannya, bagaimana mungkin Ia anaknya pula?’ (46) Tidak ada seorangpun yang dapat menjawabNya, dan sejak hari itu tidak ada seorangpun juga yang berani menanyakan sesuatu kepadaNya.”.
KJV/RSV/NIV/NASB: “Lord” [= Tuhan].
H. P. Liddon: “David’s Son is David’s Lord. ... David describes his great descendant Messiah as his ‘Lord’ (Psa. 110:1). ... He is David’s descendant; the Pharisees knew that truth. But He is also David’s Lord. How could He both if He was merely human? The belief of Christendom can alone answer the question which our Lord addressed to the Pharisees. The Son of David is David’s Lord because He is God; the Lord of David is David’s Son because He is God incarnate.” [= Anak dari Daud adalah Tuhan dari Daud. ... Daud menggambarkan keturunannya yang agung, Mesias, sebagai ‘Tuhan’nya (Maz 110:1). ... Ia adalah keturunan dari Daud; orang-orang Farisi mengetahui kebenaran itu. Tetapi Ia juga adalah Tuhan dari Daud. Bagaimana Ia bisa adalah keduanya jika Ia hanya manusia semata-mata? Hanya kepercayaan dari orang-orang kristen yang bisa menjawab pertanyaan yang ditujukan oleh Tuhan kita kepada orang-orang Farisi. Anak dari Daud adalah Tuhan dari Daud karena Ia adalah Allah; Tuhan dari Daud adalah Anak dari Daud karena Ia adalah Allah yang berinkarnasi / menjadi manusia.] - ‘The Divinity of the Lord and Saviour Jesus Christ’, hal 43.
Baca Juga: Yesus Memarahi Maria (Yohanes 2:14)
Mazmur 110:1 - “Demikianlah firman TUHAN kepada tuanku: ‘Duduklah di sebelah kananKu, sampai Kubuat musuh-musuhmu menjadi tumpuan kakimu.’”.
KJV/NIV/NASB: “my Lord” [= Tuhanku].
Jadi ada hubungan dualisme antara Yesus dengan Daud. Secara sama ada hubungan dualisme antara Yesus dan Maria!
Kalau Maria saja, yang adalah ibu / mama dari Yesus, harus mempercayai Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamatnya, apalagi kita????
KJV/NIV/NASB: “my Lord” [= Tuhanku].
Jadi ada hubungan dualisme antara Yesus dengan Daud. Secara sama ada hubungan dualisme antara Yesus dan Maria!
Kalau Maria saja, yang adalah ibu / mama dari Yesus, harus mempercayai Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamatnya, apalagi kita????