SIKAP YANG BENAR DAN SALAH TERHADAP TANDA (YOHANES 2:11)
Pdt. Budi Asali, M.Div.
Yohanes 2:11: “Hal itu dibuat Yesus di Kana yang di Galilea, sebagai yang pertama dari tanda-tandaNya dan dengan itu Ia telah menyatakan kemuliaanNya, dan murid-muridNya percaya kepadaNya.”.
bisnis, otomotif |
RSV/NASB: “signs” [= tanda-tanda].
NIV: “miraculous signs” [= tanda-tanda yang bersifat mujizat].
a) Ini adalah tanda pertama yang dibuat oleh Yesus.
The Bible Exposition Commentary: “The fact that this was ‘the beginning of miracles’ automatically declares as false the stories about the miracles performed by Jesus when He was an Infant or a young Child.” [= Fakta bahwa ini adalah ‘permulaan / awal dari mujizat-mujizat’ secara otomatis menyatakan sebagai palsu / dusta cerita-cerita tentang mujizat-mujizat yang dilakukan oleh Yesus pada waktu Ia adalah seorang bayi atau seorang Anak muda.].
J. C. Ryle: “The plain meaning of this sentence seems to be that this was the first miracle which our Lord Jesus Christ ever worked. The miracles which some have reported that He worked in His infancy and childhood, are destitute of the slightest foundation in Scripture, and utterly unworthy of credit.” [= Arti yang jelas dari kalimat ini kelihatannya adalah bahwa ini adalah mujizat yang pertama yang Tuhan Yesus Kristus pernah kerjakan. Mujizat-mujizat yang beberapa orang telah laporkan bahwa Ia mengerjakan pada masa bayi dan kanak-kanak, tidak mempunyai dasar yang terkecil dalam Kitab Suci, dan sama sekali tidak layak mendapatkan pengakuan.] - ‘Expository Thoughts on the Gospels: John vol I’ (Libronix).
J. C. Ryle: “Lightfoot suggests the five following reasons why the miracle now before us was purposely the first that Christ worked. 1. As marriage was the first institution ordained by God, so at a marriage was Christ’s first miracle. 2. As Christ had showed Himself miraculous a little while ago by a fast, so He doth now by an extraordinary provision at a feast. When He would not make stones bread, it was not because He could not. 3. He would not make stones into bread to satisfy Satan, but He was willing to turn water into wine to show forth His own glory. 4. The first miracle wrought in the world by man was transformation, (Exod. 7:9,) and the first miracle wrought by the Son of Man was of the same nature. 5. The first time you hear of John the Baptist, you hear of his strict diet, and so the first time you hear of Christ in His public ministry, you hear of Him at a marriage feast.” [= Lightfoot mengusulkan lima alasan berikut ini mengapa mujizat yang ada di depan kita sekarang ini secara sengaja dijadikan mujizat yang pertama yang Kristus kerjakan. 1. Karena pernikahan adalah institusi pertama yang ditentukan oleh Allah, maka di suatu pernikahanlah ada mujizat pertama Kristus. 2. Sebagaimana Kristus telah menunjukkan diriNya sendiri mampu melakukan mujizat sedikit waktu sebelumnya dengan suatu puasa, demikian juga Ia melakukan sekarang oleh suatu persediaan di suatu pesta. Pada waktu Ia tidak mau mengubah batu-batu menjadi roti, itu bukan karena Ia tidak bisa. 3. Ia tidak mau mengubah batu-batu menjadi roti untuk memuaskan Iblis, tetapi Ia mau untuk mengubah air menjadi anggur untuk menyatakan kemuliaanNya sendiri. 4. Mujizat pertama yang dilakukan di dunia oleh manusia adalah transformasi / perubahan, (Keluaran 7:9), dan mujizat pertama yang dilakukan oleh Anak Manusia adalah dari kwalitas / karakter yang sama. 5. Pertama kali kamu mendengar tentang Yohanes Pembaptis, kamu mendengar tentang dietnya yang ketat, maka pertama kali kamu mendengar tentang Kristus dalam pelayanan umumNya, kamu mendengarNya di suatu pesta pernikahan.] - ‘Expository Thoughts on the Gospels: John vol I’ (Libronix).
Matius 4:2-4 - “(2) Dan setelah berpuasa empat puluh hari dan empat puluh malam, akhirnya laparlah Yesus. (3) Lalu datanglah si pencoba itu dan berkata kepadaNya: ‘Jika Engkau Anak Allah, perintahkanlah supaya batu-batu ini menjadi roti.’ (4) Tetapi Yesus menjawab: ‘Ada tertulis: Manusia hidup bukan dari roti saja, tetapi dari setiap firman yang keluar dari mulut Allah.’”.
Kel 7:9 - “‘Apabila Firaun berkata kepada kamu: Tunjukkanlah suatu mujizat, maka haruslah kaukatakan kepada Harun: Ambillah tongkatmu dan lemparkanlah itu di depan Firaun. Maka tongkat itu akan menjadi ular.’”.
Matius 3:4 - “Yohanes memakai jubah bulu unta dan ikat pinggang kulit, dan makanannya belalang dan madu hutan.”.
Matius 11:16-19 - “(16) Dengan apakah akan Kuumpamakan angkatan ini? Mereka itu seumpama anak-anak yang duduk di pasar dan berseru kepada teman-temannya: (17) Kami meniup seruling bagimu, tetapi kamu tidak menari, kami menyanyikan kidung duka, tetapi kamu tidak berkabung. (18) Karena Yohanes datang, ia tidak makan, dan tidak minum, dan mereka berkata: Ia kerasukan setan. (19) Kemudian Anak Manusia datang, Ia makan dan minum, dan mereka berkata: Lihatlah, Ia seorang pelahap dan peminum, sahabat pemungut cukai dan orang berdosa. Tetapi hikmat Allah dibenarkan oleh perbuatannya.’”.
Calvin: “For it is a frivolous and absurd interpretation which some give, that this is reckoned the first among the miracles which Christ performed in Cana of Galilee; as if a place, in which we do not read that he ever was more than twice, had been selected by him for a display of his power. It was rather the design of the Evangelist to mark the order of time which Christ followed in the exercise of his power.” [= Karena itu merupakan suatu penafsiran yang bodoh dan menggelikan yang beberapa orang berikan, bahwa ini dianggap sebagai yang pertama di antara mujizat-mujizat yang Kristus lakukan di Kana yang di Galilea; seakan-akan suatu tempat, dalam mana kita membaca bahwa Dia tidak ada di sana lebih dari dua kali, telah dipilih olehNya sebagai suatu pertunjukan dari kuasaNya. Sebaliknya merupakan rancangan dari sang Penginjil untuk menandai urut-urutan waktu yang Kristus ikuti dalam penggunaan dari kuasaNya.].
Bdk. Yohanes 4:54 - “Dan itulah tanda kedua yang dibuat Yesus ketika Ia pulang dari Yudea ke Galilea.”.
Calvin: “For until he was thirty years of age, he kept himself concealed at home, like one who held no public office. Having been consecrated, at his baptism, to the discharge of his office, he then began to appear in public, and to show by clear proofs for what purpose he was sent by the Father. We need not wonder, therefore, if he delayed till this time the first proof of his Divinity.” [= Karena sampai Ia berumur 30 tahun, Ia menahan diriNya sendiri tersembunyi di rumah, seperti seseorang yang tidak mempunyai tugas berkenaan dengan masyarakat. Setelah dikuduskan, pada baptisanNya, untuk melaksanakan tugasNya, Ia lalu mulai muncul di depan umum, dan untuk menunjukkan dengan bukti-bukti yang jelas untuk tujuan apa Ia diutus oleh Bapa. Karena itu, kita tidak perlu heran, jika Ia menunda sampai saat ini bukti pertama dari keilahianNya.].
Calvin: “It is a high honor given to marriage, that Christ not only deigned to be present at a nuptial banquet, but honored it with his first miracle. There are some ancient Canons which forbid the clergy to attend a marriage. The reason of the prohibition was, that by being the spectators of the wickedness which was usually practiced on such occasions, they might in some measure be regarded as approving of it. But it would have been far better to carry to such places so much gravity as to restrain the licentiousness in which unprincipled and abandoned men indulge, when they are withdrawn from the eyes of others. Let us, on the contrary, take Christ’s example for our rule; and let us not suppose that any thing else than what we read that he did can be profitable to us.” [= Itu merupakan suatu kehormatan yang tinggi yang diberikan pada pernikahan, bahwa Kristus bukan hanya merendahkan diri untuk hadir pada suatu pesta makan berkenaan dengan suatu pernikahan, tetapi menghormatinya dengan mujizat pertamaNya. Di sana ada beberapa Kanon (kumpulan peraturan) kuno yang melarang pemimpin-pemimpin agama (pastor) untuk menghadiri suatu pernikahan. Alasan dari larangan itu adalah, bahwa dengan menjadi penonton dari kejahatan yang biasanya dipraktekkan pada peristiwa seperti itu, mereka dalam takaran tertentu bisa dianggap sebagai menyetujuinya. Tetapi adalah jauh lebih baik membawa ke tempat-tempat seperti itu begitu banyak keseriusan / kewibawaan sehingga mengekang tidak adanya pengekangan moral dalam mana orang-orang yang tidak punya prinsip-prinsip moral dan tidak mengekang diri memuaskan nafsu, pada waktu mereka tidak dilihat oleh orang-orang lain. Marilah kita, sebaliknya, mengambil teladan Kristus sebagai peraturan kita; dan janganlah kita menganggap bahwa apapun yang berbeda dengan apa yang kita baca Ia lakukan bisa bermanfaat bagi kita.].
12)Beda tanda dengan mujizat.
Yohanes 2:11: “Hal itu dibuat Yesus di Kana yang di Galilea, sebagai yang pertama dari tanda-tandaNya dan dengan itu Ia telah menyatakan kemuliaanNya, dan murid-muridNya percaya kepadaNya.”.
KJV: “miracles” [= mujizat-mujizat].
NIV: “miraculous signs” [= tanda-tanda yang bersifat mujizat].
RSV/NASB/ASV/NKJV/YLT: “signs” [= tanda-tanda].
Bible Knowledge Commentary: “The sign points to Jesus as the Word in the flesh, who is the mighty Creator.” [= Tanda itu menunjuk kepada Yesus sebagai Firman dalam daging, yang adalah Pencipta yang berkuasa.].
The Bible Exposition Commentary: “the word John used in his book is not DUNAMIS, which emphasizes power, but SEMEION, which means ‘a sign.’ What is a sign? Something that points beyond itself to something greater. It was not enough for people to believe in Jesus’ works; they had to believe in Him and in the Father who sent Him” [= Kata yang digunakan oleh Yohanes dalam kitabnya bukanlah DUNAMIS, yang menekankan kuasa, tetapi SEMEION, yang berarti ‘suatu tanda’. Apakah tanda itu? Sesuatu yang menunjuk melampaui dirinya sendiri kepada sesuatu yang lebih besar. Tidaklah cukup bagi orang-orang untuk percaya pada pekerjaan-pekerjaan Yesus; mereka harus percaya kepadaNya dan kepada Bapa yang mengutus Dia].
Lenski: “To designate these deeds John uses σημεῖα (σημαίνω, to make known by a σῆμα), ‘signs,’ deeds that indicate something, that convey a great meaning to the mind and to the heart. The translation ‘miracles,’ deeds which produce wonder, is inadequate; for it loses the ethical force of ‘signs.’ These point beyond themselves to something which they accredit and attest, first of all to the person who works these signs and to his significance; by that, however, also, in the case of Jesus most directly, to the new era he is ushering in. The ethical side, then, is that signs always require faith in what is signified, coupled with obedience on the part of those who see the signs. Unbelief and disobedience thus become the great crime against the signs. ... John’s Gospel naturally uses this term in the sense of the strongest and the most tangible testimony for Jesus’ divinity, always counting those guilty who meet the signs with unbelief.” [= Untuk menunjuk / menyebutkan tindakan-tindakan ini Yohanes menggunakan SEMEIA (SEMAINO, menyatakan dengan suatu SEMA), ‘tanda-tanda’, tindakan-tindakan yang menyatakan sesuatu, yang menyampaikan suatu arti yang besar kepada pikiran dan kepada hati. Terjemahan ‘mujizat-mujizat’, tindakan-tindakan yang menghasilkan hal-hal yang luar biasa / mengherankan tidaklah cukup; karena itu kehilangan kekuatan etik dari ‘tanda-tanda’. Ini menunjuk melampaui diri mereka sendiri kepada sesuatu yang mereka akui dan tegaskan, pertama-tama kepada pribadi / orang yang mengerjakan tanda-tanda ini dan kepada kwalitetnya yang menonjol; tetapi dengan itu, dalam kasus Yesus secara paling langsung, kepada masa / zaman yang Ia perkenalkan. Maka, sisi etiknya adalah bahwa tanda-tanda selalu menuntut iman kepada apa yang ditunjukkan, digabungkan dengan ketaatan di pihak mereka yang melihat tanda-tanda itu. Maka ketidak-percayaan dan ketidak-taatan menjadi kejahatan yang besar terhadap tanda-tanda. ... Injil Yohanes secara wajar / alamiah menggunakan istilah ini dalam arti dari kesaksian yang paling kuat dan paling memungkinkan untuk dimengerti untuk keilahian Yesus, selalu memperhitungkan sebagai bersalah mereka yang menjumpai tanda-tanda dengan ketidak-percayaan.].
F. F. Bruce: “The miracles of the fourth Gospel are always called ‘signs’, and elsewhere in the New Testament the word ‘miracle’ or ‘wonder’ is regularly linked with the word for ‘sign’. ‘Signs and wonders’ is a frequent phrase, as if to teach us that the miracles are not related merely for their capacity of begetting wonder in the hearers and readers, but also because of what they signified. Our Lord did not esteem very highly the kind of belief that arose simply from witnessing miracles. His desire was that men should realise what these things signified. They were signs of the messianic age, such as had been told by the prophets of old.” [= Mujizat-mujizat dari Injil keempat selalu disebut ‘tanda-tanda’, dan di tempat lain dalam Perjanjian Baru kata ‘mujizat’ atau ‘hal yang luar biasa’ secara konstan dihubungkan dengan kata untuk ‘tanda’. ‘Tanda-tanda dan hal-hal yang luar biasa’ adalah suatu ungkapan yang cukup sering, seakan-akan mengajar kita bahwa mujizat-mujizat tidak diceritakan semata-mata untuk kapasitas mereka untuk menimbulkan keheranan dalam diri para pendengar dan pembaca, tetapi juga karena apa yang mereka maksudkan. Tuhan kita tidak menilai secara sangat tinggi jenis kepercayaan yang muncul hanya dari penyaksian mujizat-mujizat. KeinginanNya adalah bahwa manusia harus menyadari apa yang dimaksudkan oleh hal-hal ini. Mereka adalah tanda-tanda dari zaman Mesias, seperti yang telah diberitahukan oleh nabi-nabi dari zaman dulu.] - ‘The New Testament Documents: Are They Reliable?’, hal 69.
William Hendriksen: “In chronological order this was the first sign (σημεῖον). The term is used more often by John than by the other Gospel-writers. It indicates a miracle viewed as ‘a proof of divine authority and majesty.’ Hence, it leads the attention of the spectator away from the deed itself to the divine Doer. Often, too, the ‘sign,’ a work of power in the physical realm, illustrates a principle that is operative in the spiritual realm; that which takes place in the sphere of creation points away from itself to the sphere of redemption. Thus, the multiplication of the loaves (a ‘sign,’ 6:14, 26, 30) rivets the attention on Christ as the Bread of Life (6:35); the opening of the eyes of the man born blind (another ‘sign,’ 9:16) centers about the Lord’s saying, ‘I am the light of the world’ (9:5) - light in the realm of the spiritual (9:39-41) -; and the raising of Lazarus (also a ‘sign,’ 11:47; 12:18) is immediately connected with Jesus as the Giver of spiritual (as well as material) life (11:23-27). Whether in any particular passage the term ‘sign’ has this deep meaning - namely, a physical illustration of a spiritual principle - will have to be determined by the context. One thing, however, is certain: the ‘sign’ points away from itself to the One who performed it.” [= Dalam urut-urutan waktu ini adalah tanda (SEMEION) pertama. Istilah ini digunakan lebih sering oleh Yohanes dari pada oleh penulis-penulis Injil yang lain. Itu menunjukkan suatu mujizat yang dipandang sebagai ‘suatu bukti tentang otoritas dan keagungan ilahi’. Jadi, itu membimbing perhatian dari para penonton dari tindakan itu sendiri kepada Pelaku ilahinya. Juga sering, ‘tanda’ itu, suatu pekerjaan dari kuasa dalam dunia fisik, mengilustrasikan / menjelaskan suatu prinsip yang bekerja dalam dunia rohani; yang terjadi dalam ruang lingkup dari ciptaan menunjuk jauh dari dirinya sendiri pada ruang lingkup dari penebusan. Karena itu, pelipat-gandaan dari roti (suatu ‘tanda’, 6:14,26,30) menancapkan perhatian kepada Kristus sebagai Roti Hidup (6:35); pembukaan mata dari orang yang dilahirkan buta (‘tanda’ yang lain, 9:16) mengarahkan pada kata-kata Tuhan, ‘Aku adalah Terang dunia’ (9:5) - terang dalam alam / dunia rohani (9:39-41) -; dan pembangkitan Lazarus (juga suatu ‘tanda’, 11:47; 12:18) berhubungan secara langsung dengan Yesus sebagai Pemberi dari kehidupan rohani (maupun materi) (11:23-27). Apakah dalam text khusus manapun istilah ‘tanda’ mempunyai arti yang dalam ini - yaitu suatu ilustrasi / penjelasan fisik dari suatu prinsip rohani - harus ditentukan oleh kontextnya. Tetapi satu hal adalah pasti: ‘tanda’ menunjuk menjauhi dirinya sendiri kepada ‘Orang’ yang melakukannya.].
Yohanes 6:14,26,30 - “(14) Ketika orang-orang itu melihat mujizat yang telah diadakanNya, mereka berkata: ‘Dia ini adalah benar-benar nabi yang akan datang ke dalam dunia.’ ... (26) Yesus menjawab mereka: ‘Aku berkata kepadamu, sesungguhnya kamu mencari Aku, bukan karena kamu telah melihat tanda-tanda, melainkan karena kamu telah makan roti itu dan kamu kenyang. ... (30) Maka kata mereka kepadaNya: ‘Tanda apakah yang Engkau perbuat, supaya dapat kami melihatnya dan percaya kepadaMu? Pekerjaan apakah yang Engkau lakukan?”.
Catatan: adalah aneh untuk membedakan terjemahan dalam ay 14 dengan dalam ay 26 dan ay 30, karena kata Yunani yang digunakan adalah sama. Seharusnya semua diterjemahkan ‘tanda’.
Yohanes 6:35 - “Kata Yesus kepada mereka: ‘Akulah roti hidup; barangsiapa datang kepadaKu, ia tidak akan lapar lagi, dan barangsiapa percaya kepadaKu, ia tidak akan haus lagi.”.
Yohanes 9:5,16 - “(5) Selama Aku di dalam dunia, Akulah terang dunia.’ ... (16) Maka kata sebagian orang-orang Farisi itu: ‘Orang ini tidak datang dari Allah, sebab Ia tidak memelihara hari Sabat.’ Sebagian pula berkata: ‘Bagaimanakah seorang berdosa dapat membuat mujizat (tanda) yang demikian?’ Maka timbullah pertentangan di antara mereka.”.
Catatan: ini juga seharusnya diterjemahkan ‘tanda’.
Yohanes 9:39-41 - “(39) Kata Yesus: ‘Aku datang ke dalam dunia untuk menghakimi, supaya barangsiapa yang tidak melihat, dapat melihat, dan supaya barangsiapa yang dapat melihat, menjadi buta.’ (40) Kata-kata itu didengar oleh beberapa orang Farisi yang berada di situ dan mereka berkata kepadaNya: ‘Apakah itu berarti bahwa kami juga buta?’ (41) Jawab Yesus kepada mereka: ‘Sekiranya kamu buta, kamu tidak berdosa, tetapi karena kamu berkata: Kami melihat, maka tetaplah dosamu.’”.
Yohanes 11:47 - “Lalu imam-imam kepala dan orang-orang Farisi memanggil Mahkamah Agama untuk berkumpul dan mereka berkata: ‘Apakah yang harus kita buat? Sebab orang itu membuat banyak mujizat (tanda).”.
Catatan: ini juga seharusnya diterjemahkan ‘tanda’.
Yohanes 12:18 - “Sebab itu orang banyak itu pergi menyongsong Dia, karena mereka mendengar, bahwa Ia yang membuat mujizat (tanda) itu.”.
Catatan: ini juga seharusnya diterjemahkan ‘tanda’.
Yohanes 11:23-27 - “(23) Kata Yesus kepada Marta: ‘Saudaramu akan bangkit.’ (24) Kata Marta kepadaNya: ‘Aku tahu bahwa ia akan bangkit pada waktu orang-orang bangkit pada akhir zaman.’ (25) Jawab Yesus: ‘Akulah kebangkitan dan hidup; barangsiapa percaya kepadaKu, ia akan hidup walaupun ia sudah mati, (26) dan setiap orang yang hidup dan yang percaya kepadaKu, tidak akan mati selama-lamanya. Percayakah engkau akan hal ini?’ (27) Jawab Marta: ‘Ya, Tuhan, aku percaya, bahwa Engkaulah Mesias, Anak Allah, Dia yang akan datang ke dalam dunia.’”.
c) “dengan itu Ia telah menyatakan kemuliaanNya”.
Yohanes 2:11: “Hal itu dibuat Yesus di Kana yang di Galilea, sebagai yang pertama dari tanda-tandaNya dan dengan itu Ia telah menyatakan kemuliaanNya, dan murid-muridNya percaya kepadaNya.”.
Calvin: “‘And manifested his glory;’ that is, because he then gave a striking and illustrious proof, by which it was ascertained that he was the Son of God; for all the miracles which he exhibited to the world were so many demonstrations of his divine power. The proper time for displaying his glory was now come, when he wished to make himself known agreeably to the command of his Father. Hence, also, we learn the end of miracles; for this expression amounts to a declaration that Christ, in order to ‘manifest his glory,’ performed this miracle. What, then, ought we to think of those miracles which obscure the glory of Christ?” [= ‘Dan menyatakan kemuliaanNya’; artinya, karena pada saat itu Ia memberi suatu bukti yang jelas dan menyolok, dengan mana dibuat pasti bahwa Ia adalah Anak Allah; karena semua mujizat-mujizat yang Ia tunjukkan kepada dunia adalah begitu banyak demontrasi tentang / dari kuasa ilahiNya. Sekarang waktu yang tepat untuk menunjukkan kemuliaanNya sudah datang, pada waktu Ia ingin untuk menyatakan diriNya sendiri sesuai dengan perintah dari Bapa. Jadi, kita juga belajar tentang tujuan dari mujizat-mujizat; karena ungkapan ini sama artinya dengan suatu pernyataan bahwa Kristus, untuk ‘menyatakan kemuliaanNya’, melakukan mujizat ini. Lalu apa yang seharusnya kita pikirkan tentang mujizat-mujizat itu, yang mengaburkan kemuliaan Kristus?].
Contoh-contoh mujizat-mujizat yang mengaburkan kemuliaan Kristus:
1. Tentang Maria dan tentang relics.
2. Bahasa roh palsu, nubuat palsu, mujizat-mujizat palsu.
d) Murid-murid percaya kepada-Nya.
Yohanes 2: 11: “Hal itu dibuat Yesus di Kana yang di Galilea, sebagai yang pertama dari tanda-tandaNya dan dengan itu Ia telah menyatakan kemuliaanNya, dan murid-muridNya percaya kepadaNya.”.
Ini menunjukkan bahwa murid-murid menanggapi ‘tanda’ itu dengan cara yang benar!!!
Contoh tanggapan yang salah:
1. Kis 14:8-13 - “(8) Di Listra ada seorang yang duduk saja, karena lemah kakinya dan lumpuh sejak ia dilahirkan dan belum pernah dapat berjalan. (9) Ia duduk mendengarkan, ketika Paulus berbicara. Dan Paulus menatap dia dan melihat, bahwa ia beriman dan dapat disembuhkan. (10) Lalu kata Paulus dengan suara nyaring: ‘Berdirilah tegak di atas kakimu!’ Dan orang itu melonjak berdiri, lalu berjalan kian ke mari. (11) Ketika orang banyak melihat apa yang telah diperbuat Paulus, mereka itu berseru dalam bahasa Likaonia: ‘Dewa-dewa telah turun ke tengah-tengah kita dalam rupa manusia.’ (12) Barnabas mereka sebut Zeus dan Paulus mereka sebut Hermes, karena ia yang berbicara. (13) Maka datanglah imam dewa Zeus, yang kuilnya terletak di luar kota, membawa lembu-lembu jantan dan karangan-karangan bunga ke pintu gerbang kota untuk mempersembahkan korban bersama-sama dengan orang banyak kepada rasul-rasul itu.”.
2. Kis 28:3-6 - “(3) Ketika Paulus memungut seberkas ranting-ranting dan meletakkannya di atas api, keluarlah seekor ular beludak karena panasnya api itu, lalu menggigit tangannya. (4) Ketika orang-orang itu melihat ular itu terpaut pada tangan Paulus, mereka berkata seorang kepada yang lain: ‘Orang ini sudah pasti seorang pembunuh, sebab, meskipun ia telah luput dari laut, ia tidak dibiarkan hidup oleh Dewi Keadilan.’ (5) Tetapi Paulus mengibaskan ular itu ke dalam api, dan ia sama sekali tidak menderita sesuatu. (6) Namun mereka menyangka, bahwa ia akan bengkak atau akan mati rebah seketika itu juga. Tetapi sesudah lama menanti-nanti, mereka melihat, bahwa tidak ada apa-apa yang terjadi padanya, maka sebaliknya mereka berpendapat, bahwa ia seorang dewa.”.
3. Relics dari tempayan-tempayan itu.
Calvin: “Some Popish scoundrels have manifested an amazing degree of wickedness, when they had the effrontery to say that they had among their relics those water-pots with which Christ performed this miracle in Cana, and exhibited some of them, which, first, are of small size, and, next, are unequal in size. And in the present day, when the light of the Gospel shines so clearly around us, they are not ashamed to practice those tricks, which certainly is not to deceive by enchantments, but daringly to mock men as if they were blind; and the world, which does not perceive such gross mockery, is evidently bewitched by Satan.” [= Beberapa bajingan / orang-orang yang tidak berharga yang berhubungan dengan Paus / Gereja Roma Katolik telah menunjukkan suatu tingkat kejahatan yang mengherankan, pada waktu mereka mempunyai keberanian yang tidak tahu malu untuk mengatakan bahwa mereka mempunyai di antara relics mereka tempayan-tempayan itu dengan mana Kristus melakukan mujizat ini di Kana, dan memamerkan beberapa dari mereka, yang, pertama, dari ukuran yang kecil, dan selanjutnya, yang tidak sama dalam ukurannya. Dan pada saat ini, pada waktu terang dari Injil bersinar dengan begitu jelas di sekitar kita, mereka tidak malu untuk mempraktikkan trik-trik itu, yang pasti bukan untuk menipu dengan pesona / sihir, tetapi secara berani menipu orang-orang seakan-akan mereka buta; dan dunia, yang tidak mengerti tipuan yang begitu jelas, dipengaruhi secara jelas oleh Iblis.].
Encyclopedia Britannica: “Relic, in religion, strictly, the mortal remains of a saint; in the broad sense, the term also includes any object that has been in contact with the saint. Among the major religions, Christianity, almost exclusively in Roman Catholicism, and Buddhism have emphasized the veneration of relics.” [= Relic, dalam agama, secara ketat, mayat / bagian-bagian dari mayat dari seorang santa / santo; dalam arti yang luas, istilah itu juga mencakup benda apapun yang pernah bersentuhan dengan santa / santo itu. Di antara agama-agama besar, Kekristenan, hampir secara exklusif dalam Roma Katolik, dan Buddha telah menekankan pemujaan relics.] - https://www.britannica.com/topic/relic
J. C. Ryle: “‘His disciples believed on him.’ These words cannot of course mean that Andrew, and John, and Peter, and Philip, and Nathanael now believed on Jesus for the first time. The probable meaning is, that from this time forth they believed more confidently, more implicitly, and more unhesitatingly. From this time they felt thoroughly convinced, in spite of much remaining ignorance, that He whom they were following was the Messiah.” [= ‘Murid-muridNya percaya kepadaNya’. Kata-kata ini tentu tidak bisa berarti bahwa Andreas, dan Yohanes, dan Petrus, dan Filipus, dan Natanael sekarang percaya kepada Yesus untuk pertama-kalinya. Arti yang memungkinkan adalah, bahwa sejak saat ini dan seterusnya mereka percaya dengan lebih yakin, lebih tanpa keraguan. Sejak saat ini mereka merasa yakin secara mutlak, sekalipun ada banyak ketidak-tahuan yang tersisa, bahwa Ia yang mereka sedang ikuti adalah sang Mesias.] - ‘Expository Thoughts on the Gospels: John vol I’ (Libronix).
J. C. Ryle: “Happy are those who, like the disciples, believe on Him by whom this miracle was wrought. A greater marriage feast than that of Cana will one day be held, when Christ Himself will be the bridegroom and believers will be the bride. A greater glory will one day be manifested, when Jesus shall take to Himself His great power and reign. Blessed will they be in that day who are called to the marriage supper of the Lamb! (Rev. 19:9.)” [= Berbahagialah mereka yang seperti murid-murid, percaya kepadaNya oleh siapa mujizat ini dikerjakan. Suatu pesta pernikahan yang lebih besar dari pada pesta pernikahan di Kana suatu hari akan diadakan, pada waktu Kristus sendiri akan menjadi pengantin laki-laki dan orang-orang percaya akan menjadi pengantin wanita. Suatu kemuliaan yang lebih besar akan dinyatakan pada suatu hari, pada waktu Yesus akan mengambil bagi diriNya sendiri kuasa dan pemerintahanNya yang besar. Diberkatilah mereka pada hari itu, yang diundang pada perjamuan kawin Anak Domba! (Wah 19:9).] - ‘Expository Thoughts on the Gospels: John vol I’ (Libronix).
Wahyu 19:9a - “Lalu ia berkata kepadaku: ‘Tuliskanlah: Berbahagialah mereka yang diundang ke perjamuan kawin Anak Domba.’”.
Calvin: “‘And his disciples believed on him.’ If they were ‘disciples,’ they must already have possessed some faith; but as they had hitherto followed him with a faith which was not distinct and firm, they began at that time to devote themselves to him, so as to acknowledge him to be the Messiah, such as he had already been announced to them. The forbearance of Christ is great in reckoning as disciples those whose faith is so small. And indeed this doctrine extends generally to us all; for the faith which is now full grown had at first its infancy, nor is it so perfect in any as not to make it necessary that all to a man should make progress in believing. Thus, they who now ‘believed’ may be said to begin to believe, so far as they daily make progress towards the end of their faith. Let those who have obtained the first-fruits of faith labor always to make progress. These words point out likewise the advantage of miracles; namely, that they ought to be viewed as intended for the confirmation and progress of faith. Whoever twists them to any other purpose corrupts and debases the whole use of them; as we see that Papists boast of their pretended miracles for no other purpose than to bury faith, and to turn away the minds of men from Christ to the creatures.” [= ‘Dan murid-muridNya percaya kepadaNya’. Jika mereka adalah ‘murid-murid’, mereka pasti telah mempunyai ‘sejumlah’ (some) iman; tetapi karena mereka sampai saat itu mengikut Dia dengan suatu iman yang tidak jelas dan teguh, mereka mulai pada saat itu untuk membaktikan diri mereka sendiri kepada-Nya, sehingga mengakui Dia sebagai Mesias, seperti yang Ia telah dinyatakan secara umum / diramalkan kepada mereka. Kesabaran Kristus adalah besar dalam menganggap sebagai murid-murid mereka yang imannya adalah begitu kecil. Dan memang doktrin / ajaran ini meluas secara umum kepada kita semua; karena iman yang sekarang dewasa mula-mula adalah bayi, juga iman itu tidaklah begitu sempurna dalam diri siapa pun sehingga membuatnya perlu bahwa semua orang harus membuat kemajuan dalam percaya. Jadi, mereka yang sekarang ‘percaya’ bisa dikatakan mulai percaya, sejauh mereka setiap hari membuat kemajuan menuju akhir / tujuan dari iman mereka. Hendaklah mereka yang telah mendapatkan buah pertama dari iman selalu berjerih payah untuk membuat kemajuan. Kata-kata ini juga menunjukkan manfaat dari mujizat-mujizat; yaitu, bahwa mereka harus dipandang sebagai dimaksudkan untuk peneguhan dan kemajuan dari iman. Siapa pun memuntir mereka pada tujuan lain apa pun menghancurkan / merusak dan merendahkan seluruh kegunaan mereka; seperti kami lihat bahwa para pengikut Paus (orang Katolik) membanggakan mujizat-mujizat palsu mereka dengan tujuan tidak lain dari pada mengubur iman, dan menyimpangkan pikiran-pikiran manusia dari Kristus kepada makhluk-makhluk ciptaan.].
Catatan:
1. Yang saya beri warna ungu harus diwaspadai! Jangan sampai ‘yang bukan iman’ dianggap sebagai ‘iman yang kecil’!
2. Karena Calvin hidup pada zaman Reformasi, ia terus menerapkan kepada Katolik. Tetapi kita sekarang juga bisa menambah penerapan pada ‘mujizat-mujizat’ dari kalangan Kharismatik!
13)Perenungan terhadap seluruh cerita: Semua dibuat kabur, hanya Yesus yang ditonjolkan.
William Hendriksen: “This truth receives a particularly striking illustration in the present account. Note that everything else remains in the background. Who was the bridegroom? We do not know. Who was the bride? We are not told. In exactly what relation did Mary stand to the wedded pair: was she, perhaps, the aunt of bride or groom? Silence again. Did Nathaniel serve as ‘best man’ (friend of the bridegroom)? Also on this score our curiosity receives no satisfaction whatever. ‘In the full light of day stands the Christ. All the rest is shadow.’ What Rembrandt did for art, John, under the Spirit’s guidance, does for religion.” [= Kebenaran ini menerima suatu pencerahan / penjelasan yang menyolok secara khusus dalam cerita ini. Perhatikan bahwa segala sesuatu yang lain tetap ada di latar belakang. Siapa pengantin laki-laki? Kita tidak tahu. Siapa pengantin perempuan? Kita tidak diberitahu. Dalam hubungan apa persisnya Maria berada dengan pasangan yang menikah itu: apakah ia mungkin adalah bibi dari pengantin perempuan atau laki-laki? Diam / tak ada jawaban lagi. Apakah Natanael berfungsi / melayani sebagai ‘pengiring / pembantu dalam pernikahan’ (sahabat dari pengantin laki-laki)? Juga tentang hal khusus ini rasa ingin tahu kita tidak menerima pemuasan apapun. ‘Dalam terang yang penuh dari (siang) hari berdiri Kristus. Semua sisanya adalah bayangan’. Apa yang Rembrandt lakukan untuk seni, Yohanes, di bawah bimbingan Roh, lakukan untuk agama.].
Dalam seluruh kehidupan, pelayanan, pemberitaan firman yang kita lakukan, ini harus direnungkan dan dipraktekkan. Jangan tonjolkan siapa pun, biarlah semua orang ada di latar belakang. Termasuk pendeta yang top atau siapapun! Tonjolkan hanya Kristus, yang adalah Mesias, Allah sendiri, Tuhan dan Juruselamat kita!. AMIN