AKULAH POKOK ANGGUR YANG BENAR (YOHANES 15:1-8)

Yohanes 15:1,5 - I am the true vine (= Aku adalah pokok anggur yang benar).

“Akulah pokok anggur dan kamulah ranting-rantingnya. Barang siapa tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia, ia berbuah banyak, sebab di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa. Barang siapa tidak tinggal di dalam Aku, ia dibuang ke luar seperti ranting dan menjadi kering, kemudian dikumpulkan orang dan dicampakkan ke dalam api lalu dibakar.” (Yohanes 15:5-6)
AKULAH POKOK ANGGUR YANG BENAR (YOHANES 15:1-8)
Yesus, seperti sering kali terjadi, menggunakan di dalam bagian ini gambaran-gambaran dan ide-ide yang merupakan bagian dari warisan bangsa Yahudi. Di dalam Perjanjian Lama, tiap kali Israel digambarkan sebagai pokok anggur dan kebun anggur Allah. “Kebun anggur Tuhan adalah rumah Israel.” (Yesaya 5:1-7).

Yesus menyebut diri-Nya pokok anggur yang benar. Arti yang tepat dari kata aslinya ‘alethinos’ adalah benar, sungguh-sungguh, asli. Adalah kenyataan yang aneh di dalam Perjanjian Lama, simbol pokok anggur tidak pernah digunakan, kecuali dalam pengertian degenerasi Dalam gambaran nabi Yesaya kebun anggur itu telah menjadi liar. Nabi Yeremia mengeluh bahwa bangsa itu telah berubah menjadi “pokok anggur yang telah menjadi rusak dan liar.”

Seolah-olah Yesus hendak mengatakan: “Kamu pikir bahwa kamu adalah keturunan Israel maka kamu menganggap diri sebagai ranting dari pokok anggur yang benar dari Allah. Mengenai bangsa itu telah menjadi pokok anggur yang rusak seperti yang dilihat oleh semua nabi-nabi. Aku inilah pokok anggur yang benar. Kenyataan bahwa dirimu adalah orang-orang Yahudi tidak akan menyelamatkan engkau. Satu-satunya yang dapat menyelamatkan kamu ialah mempunyai hubungan persekutuan yang erat dengan Aku, karena Aku-lah pokok anggur Allah yang benar, dan kamu haruslah merupakan ranting-ranting yang dihubungkan dengan Aku.”

Yesus menekankan bukan darah Yahudi, tetapi iman kepada-Nya itulah jalan yang menuju kepada keselamatan dari Allah. Tidak ada persyaratan lahiriah dapat membenarkan manusia dia di hadapan Allah; hanya persahabatan dengan Yesus Kristus dapat melakukannya.

Ketika Yesus memberikan gambaran pokok anggur ini, Dia tahu benar apa yang Dia sedang katakan. Sampai sekarang ini pokok anggur tumbuh di mana-mana di Palestina. Itu merupakan suatu tanaman yang minta banyak perhatian jika diharapkan untuk menghasilkan buah-buah yang terbaik. Biasanya tumbuh di atas tanah yang berbentuk keras. Tanahnya harus benar-benar bersih. Biasanya dirambatkan di atas jari-jari; terkadang dibiarkan merambat di atas tanah dengan disangga oleh batang-batang kecil yang bercabang; terkadang juga tumbuh di sekitar pintu rumah; tetapi di mana saja ia tumbuh persiapan yang cermat mengenai tanah itu tidaklah hal pokok. Ia tumbuh dengan subur, karenanya membutuhkan pemangkasan.

Begitu subur sehingga seteknya harus ditanam pada jarak dua belas kaki satu dari yang lain, sebab ia akan merambat dengan cepatnya di atas tanah. Pohon anggur yang muda tidak boleh berbuah selama tiga tahun pertama, dan tiap tahun ia harus dipangkas secara drastis untuk menyimpan kekuatannya. Bila sudah dewasa, ia dipangkas pada bulan Desember atau Januari. Ia mempunyai dua macam ranting, yaitu ranting yang berbuah dan ranting yang tidak berbuah. Ranting yang tidak berbuah dipotong, supaya mereka tidak menghabiskan kekuatan tumbuhan itu. Pohon anggur itu tidak bisa menghasilkan banyak kalau tidak ada pemotongan yang drastis - dan Yesus mengetahui hal itu.

Kemudian, kayu dari pokok anggur itu mempunyai ciri yang aneh, yaitu tidak bisa digunakan untuk apa-apa. Ia terlalu empuk. Pada waktu-waktu tertentu, menurut ketentuan hukum Taurat, orang diwajibkan memberikan kayu bakar untuk mezbah di Bait Suci. Akan tetapi kayu pohon anggur tidak bisa diserahkan. Satu-satunya yang bisa diperbuat dengan ranting-ranting yang telah dipotong itu, ialah membakarnya dalam api unggun. 

Hal ini ditekankan dalam gambaran yang diberikan oleh Yesus. Dia mengatakan bahwa para pengikut-Nya adalah seperti demikian. Beberapa pengikut merupakan ranting-ranting yang berbuah lebat; yang lain tidak ada gunanya karena tidak berbuah. Siapakah yang dimaksudkan Yesus, apabila Dia mengatakan tentang ranting-ranting yang tidak berbuah? 

Ada dua jawaban.

1. Pertama, Dia memaksudkan orang Yahudi. 

Mereka adalah ranting-ranting dari pokok anggur Allah. Bukankah itu gambaran yang diberikan oleh para nabi? Akan tetapi mereka menolak untuk mendengar kepada-Nya; mereka menolak untuk menerima Dia; karena itu mereka adalah ranting-ranting yang 
sudah layu dan tidak ada gunanya lagi.

2. Kedua, Dia berpikir tentang sesuatu yang lebih umum sifatnya. 

Dia memaksudkan orang-orang Kristen yang Kekristenannya adalah pengakuan saja tanpa perbuatan; kata-kata tanpa perbuatan. Dia memaksudkan orang-orang Kristen yang adalah ranting-ranting yang tidak berguna. Semuanya daun tanpa buah. Dan Dia memaksudkan orang-orang Kristen yang telah murtad, yang mula-mula mendengar berita itu dan menerimanya, tetapi kemudian meninggalkannya, menjadi pengkhianat terhadap Tuannya, yang ia pernah berjanji untuk melayani-Nya.

Maka ada tiga cara kita menjadi ranting-ranting yang tidak berguna. 

1. Kita bisa menolak sama sekali suara panggilan Kristus. 

2. Kita bisa mendengar kepada-Nya dan kemudian melayani Dia dengan bibir dan kata-kata tanpa perbuatan. 

3. Kita bisa menerima Dia sebagai Tuan, dan kemudian, waktu menghadapi kesulitan mengenai jalannya atau karena keinginan untuk bertindak semua kita sendiri, meninggalkan Dia. 

Satu hal harus kita ingat: Prinsip pertama dalam Perjanjian Baru ialah bahwa kalau kita tidak berguna berarti malapetaka. Ranting yang tidak berbuah menuju kepada kebinasaan.

Akhirnya, pembahasan perikop kita di atas, membicarakan mengenai “tinggal di dalam Kristus.” Apakah yang dimaksudkan dengan ini? Memang benar bahwa ada suatu pengertian mistik di sini, di mana orang Kristen ada dalam Kristus dan Kristus dalam orang Kristen. Akan tetapi ada banyak orang – mungkin mereka merupakan mayoritas besar – yang tidak pernah mempunyai pengalaman mistik semacam itu. Kalau kita termasuk kepada orang-orang yang seperti itu, kita tidak usah menyalahkan diri sendiri. Ada cara yang jauh lebih sederhana untuk memandang hal itu dan untuk mengalaminya, suatu cara yang terbuka bagi semua orang.

Marilah kita mengambil analogi secara manusiawi. Semua analogi tidak pernah sempurna, tetapi kita harus bekerja dengan ide-ide yang kita miliki. Umpamanya seseorang itu lemah. Ia telah jatuh ke dalam godaan, ia telah berbuat perkara—perkara yang kotor; ia sedang dalam proses kemerosotan (degenerasi) pikiran, hati dan mental. Sekarang andai kata ia mempunyai seorang kawan yang Ber kepribadian kuat, dan indah dan mengasihi, dan menyelamatkan dia dari situasi kemerosotan itu. 

Hanya ada satu jalan di mana ia dapat mempertahankan pembaharuannya dan berjalan tetap pada jalan yang benar. Dia harus memelihara kontak dengan kawannya itu. Jika dia kehilangan kontak dengan kawan itu, maka akan ada kesempatan untuk mengalahkan kelemahannya itu. Godaan-godaan yang lama akan muncul kembali, dan dia akan jatuh. Keselamatannya terletak pada kontak yang terus-menerus dengan kekuatan kawannya itu.

Sering kali seorang anak yang sudah buruk kelakuannya ditempatkan dalam suatu keluarga yang baik. Selama ia terus hidup dalam rumah yang baik itu, ia selamat. Akan tetapi bila ia meninggalkan rumah itu dan menempuh jalannya sendiri, ia akan jatuh., Kita harus memelihara kontak dengan sesuatu yang baik agar kita dapat mengalahkan sesuatu yang jahat.

Robertson dari Brighton adalah salah seorang pengkhotbah yang besar. Ada seorang pedagang yang mempunyai toko kecil; di kamar belakang ia mempunyai foto Robertson, karena dia adalah pahlawannya dan pembuka pikiran baginya. Tiap kali ia tergoda untuk melakukan suatu yang licik, dia lari ke kamar belakang dan memandang foto tersebut dan godaan itu dapat diatasinya. Kontak dengan hal yang indah membuat dia disukai orang.

“Tinggal di dalam Kristus” kira-kira demikian juga. Rahasia kehidupan Yesus ialah kontak-Nya dengan Allah Bapa. Tiap kali Dia menarik diri pergi ke tempat yang sunyi untuk bertemu dengan Dia. Kita harus memelihara kontak dengan Yesus. Kita tidak bisa melakukan hal itu kalau kita tidak dengan sengaja mengambil langkah itu. Ambil saja satu contoh – berdoa pada waktu pagi. Biarpun itu hanya pendek saja, tetapi dapat memberikan daya tahan untuk seluruh hari itu; sebab selama kita berada dalam kehadiran Kristus, kita tidak akan menjamah hal-hal yang jahat. 

Bagi sebagian orang di antara kita, tinggal di dalam Kristus, merupakan pengalaman mistis yang tidak bisa digambarkan dalam kata-kata. Bagi kebanyakan kita hal itu berarti memelihara kontak terus-menerus dengan Dia. Itu berarti mengatur kehidupan, mengatur doa, mengatur saat teduh, sehingga tidak pernah ada satu hari di mana kita memberi kesempatan kepada diri sendiri untuk melupakan Dia.

Akhirnya harus kita perhatikan bahwa di sini ada dua perkara yang menjadi ketentuan bagi murid yang baik. 

Pertama, ia memperkaya hidupnya sendiri. Kontaknya itu membuat dia sebuah ranting yang berbuah. 

Kedua, dia membawa kemuliaan bagi Allah. Bila orang melihat hidupnya maka orang akan ingat akan Allah yang telah menjadikannya demikian itu. Allah dipermuliakan bila kita berbuah banyak dan membuktikan dari kita sebagai murid-murid Yesus. Pada umumnya kemuliaan hidup orang Kristen ialah bahwa melalui kehidupan dan kelakuan kita, kita bisa menyatakan kemuliaan Allah. 

Tanya-Jawab: Akulah Pokok Anggur Yang Benar (Yohanes 15:1-8)

1. Apa yang dimaksud dengan "Aku adalah pokok anggur yang benar" dalam Yohanes 15:1-8?

Kalimat "Aku adalah pokok anggur yang benar" dalam Yohanes 15:1-8 mengacu pada pernyataan Yesus bahwa Ia adalah sumber kehidupan dan pertumbuhan bagi orang-orang percaya. Seperti pokok anggur yang memberikan buah-buahan yang baik dan berguna, Yesus memberikan hidup yang sejati bagi umat-Nya.

2. Apa makna dari perumpamaan pokok anggur dalam Yohanes 15:1-8?

Perumpamaan pokok anggur dalam Yohanes 15:1-8 menggambarkan hubungan antara Yesus sebagai pokok anggur dan orang percaya sebagai ranting-ranting yang terhubung dengan-Nya. Yesus mengatakan bahwa orang yang tetap berada dalam Dia dan Dia dalam mereka akan menghasilkan buah yang banyak, sedangkan orang yang tidak tetap berada dalam Dia akan dibuang dan tidak akan menghasilkan buah. Dalam hal ini, "menghasilkan buah" merujuk pada tindakan dan perilaku yang mencerminkan iman dan kasih kepada Tuhan serta kepada sesama.

Dalam perumpamaan ini, Yesus juga menekankan pentingnya tetap berada dalam Dia melalui perumpamaan "bersisa di dalam anggur" atau "bersatu dengan anggur". Hal ini mengindikasikan bahwa orang percaya harus terus-menerus bergantung pada Yesus dan hidup sesuai dengan kehendak-Nya agar dapat menghasilkan buah yang baik.

Dengan demikian, perumpamaan pokok anggur mengajarkan tentang pentingnya hubungan yang erat dengan Yesus dan perlunya menghasilkan buah-buah yang baik sebagai bukti dari iman kita.

3. Bagaimana cara kita tetap "berada dalam Kristus" seperti yang disebutkan dalam pasal tersebut?

Dalam Yohanes 15:1-8, Yesus menyatakan bahwa Dia adalah pokok anggur dan kita adalah ranting-ranting yang terhubung dengan-Nya. Untuk tetap berada dalam Kristus, kita perlu terus-menerus mengikatkan diri kita pada-Nya melalui doa, membaca Firman Tuhan, dan bersekutu dengan sesama orang percaya.

Doa adalah cara kita berbicara dengan Tuhan dan meminta bimbingan-Nya dalam hidup kita. Kita juga perlu membaca Firman Tuhan secara teratur untuk memperdalam hubungan kita dengan Kristus dan mengetahui kehendak-Nya. Selain itu, bergabung dengan persekutuan gereja atau kelompok doa dapat membantu kita tetap berada dalam Kristus melalui dukungan dan pengajaran dari sesama orang percaya.

Namun, penting untuk diingat bahwa tetap berada dalam Kristus bukanlah suatu usaha yang hanya dilakukan sekali, tetapi merupakan perjalanan seumur hidup yang memerlukan kesetiaan dan konsistensi. Dengan terus-menerus mengikatkan diri kita pada Kristus melalui doa, membaca Firman Tuhan, dan bersekutu dengan sesama orang percaya, kita dapat memperkuat hubungan kita dengan-Nya dan tetap berada di dalam-Nya.

4. Apa yang terjadi jika kita tidak tetap berada dalam Kristus?

Dalam Yohanes 15:1-8, Yesus menggunakan perumpamaan pokok anggur untuk menjelaskan hubungan antara Dia sebagai pokok anggur dan murid-murid-Nya sebagai ranting-ranting. Yesus mengatakan bahwa jika kita tetap berada dalam Dia, dan Dia tetap berada dalam kita, maka kita akan berbuah banyak. Namun, jika kita tidak tetap berada dalam Dia, maka kita tidak dapat berbuah dan akan dipotong dari pokok anggur.

Baca Juga: Yohanes 15:1-8 (Yesus Kristus Pokok Anggur Yang Benar)

Dalam konteks ini, tidak tetap berada dalam Kristus berarti tidak memiliki hubungan yang erat dengan-Nya, tidak hidup sesuai dengan kehendak-Nya, dan tidak mempercayai-Nya sepenuhnya. Jika kita tidak tetap berada dalam Kristus, maka kita tidak dapat menghasilkan buah Roh yang baik dan hidup kita tidak akan memiliki arti atau tujuan yang jelas. Selain itu, jika kita tidak tetap berada dalam Kristus, kita bisa kehilangan keselamatan kita dan menghadapi hukuman kekal.

Oleh karena itu, sangat penting bagi kita untuk tetap berada dalam Kristus dengan cara mempelajari Firman-Nya, berdoa, mempraktikkan kehendak-Nya, dan hidup dalam persekutuan dengan orang percaya lainnya. Dengan cara ini, kita akan menjadi pribadi yang produktif dan bermakna dalam hidup ini dan di akhirat nanti.

5. Bagaimana hubungan antara kasih dan ketaatan dengan tetap berada dalam Kristus?

Ayat Yohanes 15:1-8 menyatakan bahwa Yesus adalah pokok anggur dan kita adalah ranting-rantingnya. Untuk tetap berada dalam Kristus, kita harus terus-menerus terhubung dengan-Nya dan memperoleh kehidupan-Nya yang memberi buah dalam hidup kita. Dalam ayat-ayat ini, Yesus juga menekankan pentingnya ketaatan terhadap-Nya sebagai tanda kasih kita kepada-Nya. Kita menunjukkan kasih kita kepada Kristus dengan taat pada-Nya dan berbuah bagi-Nya. Oleh karena itu, hubungan antara kasih dan ketaatan sangat erat dalam konteks ini. Ketika kita mengasihi Kristus, kita akan taat pada-Nya dan memperoleh kehidupan-Nya yang memberi buah dalam hidup kita.

Amin.
Next Post Previous Post