Identitas Pengirim dan Kerasulan (1 Korintus 1:1)

1 Korintus 1:1 Dari Paulus, yang oleh kehendak Allah dipanggil menjadi rasul Kristus Yesus, dan dari Sostenes, saudara kita.

Pengantar

Seperti halnya surat-surat kuno lainnya, surat 1 Korintus diawali dengan penjelasan mengenai identitas penulisnya. Cara penulisan seperti ini berbeda dengan gaya modern yang menempatkan nama pengirim di akhir surat. Identitas pengirim memiliki peran yang lebih penting daripada sekadar memberitahu siapa yang mengirim surat tersebut. Informasi yang terdapat dalam identitas penulis sering kali berkaitan erat dengan isi surat dan menjelaskan hubungan antara penulis dan penerima surat. Dalam surat 1 Korintus, terdapat dua nama yang disebut sebagai pengirim, yaitu Paulus dan Sostenes. Kedua nama ini memiliki sebutan khusus yang menggambarkan relasi mereka dengan penerima surat.
Identitas Pengirim dan Kerasulan (1 Korintus 1:1)

Identitas Pengirim dan Kerasulan dalam Surat 1 Korintus 1:1
Identitas Paulus (1 Korintus 1:1a) 

Banyak orang sering salah mengerti nama "Paulus". Nama ini dianggap sebagai nama baru yang diberikan kepada Saulus setelah ia bertobat. Namun, pandangan ini sebenarnya tidak benar. Ada beberapa penjelasan mengenai hal ini. Pertama, sebagai seorang Yahudi yang memiliki kewarganegaraan Romawi (Kisah Para Rasul 16:37; 21:39; 22:25) dan lahir di diaspora (Kisah Para Rasul 22:3), Paulus memiliki nama Yahudi (Saulus) dan juga nama Latin (Paulus). Nama Latin "Paulus" secara harfiah berarti "kecil". Nama ini mungkin digunakan sesuai dengan postur tubuh Paulus yang kecil (Kisah Para Rasul dan Tekla, lihat 1 Korintus 2:3; 2 Korintus 10:10).

Setelah pertobatannya (Kisah Para Rasul 9), nama "Saulus" masih terus digunakan (Kisah Para Rasul 11:25, 30; 12:25; 13:1, 2, 4, 7, 9). Ketika ia menceritakan kisah pertobatannya kepada orang-orang Yahudi, Paulus masih menggunakan nama "Saulus" (Kisah Para Rasul 22:7, 13). Hal yang sama terjadi ketika ia menceritakan kisah tersebut di depan Raja Herodes Agripa (Kisah Para Rasul 26:14), yang memiliki latar belakang budaya Yahudi (Kisah Para Rasul 26:3a).

Nama "Paulus" baru digunakan secara konsisten setelah Paulus bersama Barnabas diutus untuk memberitakan Injil kepada orang-orang non-Yahudi (Kisah Para Rasul 13:7, 9, 13, 16, 42, 43, 45, 46, dst). Perubahan penggunaan nama ini hanya merupakan salah satu strategi dalam menyebarkan Injil. Dalam istilah modern, strategi ini disebut kontekstualisasi Injil.

Dari cara penulisan nama penulis dalam 1 Korintus 1:1, terlihat bahwa Paulus berusaha membedakan dirinya dengan Sostenes. Hal ini terlihat dari penggunaan kata sambung "dan" (kai) yang memisahkan antara Paulus dan Sostenes. Nama yang digunakan untuk keduanya juga berbeda: Paulus disebut sebagai rasul, sedangkan Sostenes disebut sebagai saudara. Dalam Perjanjian Baru, kata "rasul" (apostolos) dapat merujuk pada tiga kelompok: 12 murid (Matius 10:2 // Lukas 6:13), orang-orang tertentu yang memiliki kepemimpinan resmi dalam gereja (seperti Paulus dan Barnabas, Kisas Para Rasul 14:14; Roma 1:1), dan orang-orang Kristen secara umum yang memberitakan Injil (1 Korintus 9:5-6; 2 Korintus 8:3, 23; Filipi 2:25).

Dalam 1 Korintus 1:1 (dan kebanyakan suratnya yang lain), Paulus tidak hanya mengklaim dirinya sebagai rasul. Ia juga menjelaskan beberapa aspek penting mengenai kerasulannya. Dalam konteks 1 Korintus, aspek-aspek tersebut perlu ditekankan karena kerasulannya sedang dipertanyakan: sebagian orang lebih menyukai rasul-rasul lain (1:12), jemaat Korintus menghakimi (4:1-5) dan menguji (9:1-23; lihat juga 2 Korintus 11:7-9) kerasulannya. Bahkan setelah itu, mereka justru lebih mempercayai rasul-rasul palsu (2 Korintus 11:4-5, 21).

Dipanggil (kletos) 

Paulus menjelaskan bahwa kerasulannya adalah hasil dari panggilan ilahi. Dalam teks Yunani, kata ini ditempatkan pada urutan pertama setelah nama Paulus. Posisi ini menunjukkan bahwa aspek kerasulan tersebut sangat penting. Aspek ini terkait dengan peristiwa panggilan khusus yang diterima Paulus ketika ia sedang dalam perjalanan menuju Damsyik (Kisah Para Rasul 9:1-18). 

Aspek ini perlu ditekankan oleh Paulus karena ia bukanlah seorang saksi mata dari kehidupan Yesus atau seorang yang dipanggil langsung oleh Yesus untuk menjadi pengikut-Nya, padahal menjadi saksi mata dan dipanggil oleh Yesus merupakan salah satu persyaratan menjadi rasul (lihat Kisah Para Rasul 1:21-22). Melalui penjelasan "dipanggil" (kletos) ini, Paulus ingin menyatakan bahwa ia juga sama seperti 12 rasul lainnya, yaitu menerima panggilan dari Tuhan Yesus. Ia juga layak disebut sebagai saksi mata, meskipun ia hanya menyaksikan Tuhan yang telah bangkit.

Oleh kehendak Allah 

Penjelasan ini sebagian besar mengulangi penjelasan sebelumnya, tetapi ungkapan "oleh kehendak Allah" di sini memiliki penekanan yang berbeda. Jika penjelasan "dipanggil" (kletos) lebih menyoroti aspek proses, ungkapan "oleh kehendak Allah" lebih menekankan pada sumber inisiatif kerasulan Paulus. 

Pada berbagai kesempatan, Paulus menyatakan bahwa inisiatif tersebut bukan berasal dari manusia, baik dari dirinya sendiri maupun dari orang lain (Galatia 1:1). Ia menggambarkan pertobatan dan panggilannya sebagai kelahiran yang prematur (1 Korintus 15:8-9). Ketika berhadapan dengan jemaat Galatia yang meragukan kerasulannya dan ajarannya, Paulus menegaskan bahwa kerasulannya bukan berasal dari manusia (Galatia 1:16-17). Panggilan kerasulannya berasal dari Allah sendiri, yang telah memilihnya sejak ia masih dalam kandungan ibunya (Galatia 1:15).

Mengapa Paulus perlu menyatakan bahwa inisiatif kerasulannya berasal dari Allah? Hal ini mungkin terkait dengan kecurigaan sebagian orang terhadap Paulus. Ia kadang-kadang dicurigai hanya ingin menyenangkan hati manusia (lihat Galatia 1:10), terutama melalui ajarannya tentang anugerah yang dianggap memberikan peluang yang besar bagi kebebasan manusia dan dosa (lihat Roma 3:8).

Dengan menyatakan bahwa kerasulannya berasal dari inisiatif Allah, Paulus ingin memberitahu jemaat di Korintus bahwa sebelumnya ia tidak menginginkan menjadi rasul, apalagi mencari keuntungan materi untuk dirinya sendiri (lihat 1 Korintus 9:12, 15, 18; 2 Korintus 11:7-9). Bahkan dalam 2 Korintus 11:23-28, ia menjelaskan semua penderitaan yang ia alami selama menjadi rasul.

Rasul Kristus Yesus 

Ungkapan "rasul Kristus Yesus" dapat dimaknai dalam dua cara. Jika frasa "Kristus Yesus" di sini berfungsi sebagai genitif possesif, maka ungkapan ini berarti "rasul yang dimiliki oleh Kristus Yesus". Jika berfungsi sebagai genitif subjektif, maka berarti "rasul yang diutus oleh Kristus Yesus". Dari dua kemungkinan tersebut, yang kedua tampaknya lebih sesuai, meskipun yang pertama juga termasuk di dalamnya. Bentuk genitif subjektif ini lebih cocok dengan dua aspek kerasulan sebelumnya. Perbedaannya adalah, ungkapan "rasul Kristus Yesus" di sini lebih menekankan pada subjek yang memanggil Paulus sebagai rasul.

Apa yang dimaksudkan oleh Paulus dengan menyatakan bahwa ia adalah rasul Kristus Yesus? Ungkapan ini tampaknya dimaksudkan untuk menekankan bahwa Paulus memiliki tugas kerasulan yang khusus dari Kristus Yesus, yaitu untuk memberitakan Injil. Dalam 1 Korintus 1:17a, ia menyatakan, "Sebab Kristus mengutus aku bukan untuk membaptis, tetapi untuk memberitakan Injil." Seorang rasul memiliki beragam tugas dan kewenangan, tetapi Paulus dengan pasti mengetahui bahwa panggilan utamanya dan tugas khususnya adalah memberitakan Injil (lihat Kisah Para Rasul 9:15-16).

Sostenes 

Seperti dalam beberapa suratnya yang lain (2 Korintus 1:1; Filipi 1:1; Kolose 1:1; 1 Tesalonika 1:1; 2 Tesalonika 1:1; Filemon 1:1), dalam 1 Korintus 1:1, Paulus juga menyebutkan nama rekannya dalam pelayanan. Kali ini, nama yang disebut adalah Sostenes. Siapakah Sostenes di sini? Mengapa namanya disebutkan dalam pembukaan surat ini?

Sostenes kemungkinan besar adalah sekretaris Paulus yang menulis surat 1 Korintus ini. Hal ini dapat dilihat dari penggunaan kata ganti "kami" yang muncul beberapa kali dalam surat ini. Namun, Paulus pasti memiliki alasan lain ketika mencantumkan nama Sostenes, karena ia tidak selalu menyebutkan nama sekretarisnya dalam surat-suratnya (lihat Roma 1:1 dan 16:22). 

Meskipun data Alkitab tentang Sostenes terbatas, namun dalam konteks ini, Sostenes tampaknya lebih tepat diidentifikasi sebagai pemimpin sinagoge Yahudi di Korintus ketika Paulus pertama kali memberitakan Injil di sana (lihat Kisah Para Rasul 18:17). Tradisi gereja juga mendukung dugaan ini. Selain itu, penggunaan artikel definisi "saudara" (the brother) menunjukkan bahwa jemaat Korintus sudah mengenal Sostenes. Sostenes yang disebut di sini adalah seseorang yang dikenal oleh jemaat Korintus, meskipun pada saat itu terdapat banyak orang dengan nama Sostenes.

Mengapa Paulus perlu menyebutkan nama Sostenes dalam suratnya? Selain karena Sostenes terlibat langsung dalam penulisan surat sebagai sekretaris, Paulus merasa perlu menyebut namanya sebagai salah satu bukti kekuatan Injil yang ia sampaikan (lihat 1 Korintus 1:22-23) dan autentisitas kerasulannya (lihat 1 Korintus 9:1-2).

Penggunaan sebutan "saudara" untuk Sostenes bukanlah sekadar formalitas. Sebutan ini sering kali digunakan sebagai sinonim dengan "orang Kristen" (lihat 1 Korintus 5:11). Jadi, sebutan ini memiliki makna rohani di dalamnya. Tidak semua orang dapat disebut "saudara". Hanya mereka yang menyebut Allah sebagai Bapa melalui pekerjaan Roh Kudus dan karya Kristus yang pantas disebut "saudara" (lihat Roma 8:15 // Galatia 4:6). Yakub Tri Handoko, Th.M.
Next Post Previous Post